PANDUAN PELAYANAN POCT
November 26, 2018 | Author: Afyt Yudhatama | Category: N/A
Short Description
Panduan Pelayanan Poct (1)...
Description
Lampiran : Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Daerah dr R.Koesma Kabupaten Tuban Tuban No 188.4/.../KPTS/414.012 188.4/.../KPTS/414.012/2016 /2016 Tentang Pemberlakuan panduan POCT (point of care testing) Instalasi Laboratorium
BAB I PENDAHULUAN
Point of Care Testing (POCT) merupakan pemeriksaan laboratorium yang dilakukan di dekat tempat perawatan pasien di luar laboratorium, baik rawat inap maupun rawat jalan, sehingga hasil uji tersebut dapat dipakai dalam pengambilan keputusan dan tindakan yang diperlukan oleh dokter yang merawat. POCT dapat pula didefinisikan secara singkat sebagai uji analisis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap pasien di luar laboratorium. Istilah lain yang sering digunakan adalah near patient testing (NPT), bedside testing, alternate site testing, extra-laboratory testing , testing , dan decentralised laboratory testing. POCT dapat dipergunakan di tempat pelayanan kesehatan primer, sekunder, maupun tersier. POCT di pelayanan primer antara lain dilakukan di rumah, praktek dokter, klinik, puskesmas, serta ambulans. Tempat pelayanan kesehatan sekunder dan tersier ada di rumah sakit, baik di fasilitas rawat jalan (poliklinik, ruang gawat darurat) maupun rawat inap (bangsal, ruang rawat intensif : ICU, ICCU, NICU, PICU, unit hemodialisa, serta kamar operasi). Pada panduan ini akan dibatasi hanya pada penggunaan POCT glukosa di rumah sakit.
BAB II RUANG LINGKUP
Dalam mengorganisir dan mengimplementasikan pelayanan POCT, sangat penting untuk berkoordinasi dengan semua pihak yang terlibat dalam pelayanan tersebut. Pihak pihak tersebut antara lain perawat yang ada di ruangan masing masing dan juga petugas laboratorium. Ruang lingkup pelayanan POCT meliputi perencanaan pelayanan POCT, pemilihan jenis pemeriksaan, alat dan metode, penetapan prosedur pemeriksaan,
pemantapan
mutu,
prosedur
safety ,
pelatihan
dan
kompetensi operator POCT, pemantauan, pengawasan, evaluasi, perbaikan mutu berkesinambungan.
BAB III TATA LAKSANA
A.
Perencanaan dan Pemilihan Jenis, Alat dan Metode Pemeriksaan POCT Tata laksana POCT diawali dengan perencanaan dan pemilihan jenis pemeriksaan POCT, sangat penting memilih alat yang memiliki ketahanan yang tinggi dan prosedur operasional yang mudah, karena umumnya alat POCT digunakan oleh operator petugas kesehatan tanpa latar belakang laboratorium. Pada umumnya POCT diperlukan pada kondisi kegawat daruratan medik, sehingga diperlukan alat yang dapat memberikan hasil dalam waktu singkat dan jenis spesimen yang tidak memerlukan pemrosesan terlebih dahulu. Perencanaan dan pemilihan peralatan POCT yang akan digunakan harus mempertimbangkan beberapa faktor, antara lain jenis pelayanan medis, karakter alat, sumber daya manusia, fasilitas dan lingkungan, serta biaya, seperti yang diuraikan berikut ini 1.
Pelayanan Medis
a. Perbaikan yang diharapkan dalam pelayanan medis terhadap pasien b. Pemeriksaan tertentu yang diperlukan c. Jangka waktu yang diharapkan untuk mendapatkan hasil (turn around time ) d. Jumlah pemeriksaan/workload e. Lokasi penempatan alat f. Karakter Alat 1)
Kinerja alat : sensitivitas, spesifisitas, akurasi, presisi, rentang pemeriksaan, linearitas, kesetaraan alat dengan alat analisis laboratorium pusat, stabilitas alat dan reagen, jenis, jumlah, dan stabilitas spesimen
2)
Kemudahan operasional alat
3)
Kecepatan hasil dapat diperoleh
4)
Menu yang tersedia
5)
Hasil evaluasi alat, baik yang dilakukan oleh pabrik, pihak independen, atau rumah sakit yang akan menggunakan
6)
Daya
listrik
yang
diperlukan
dan
kemudahan
dalam
memindahkan alat 7) 8)
Ketahanan alat dalam penyimpanan maupun penggunaan Tersedianya sistem pemantaan mutu, meliputi kontrol dan kalibrasi
9)
Fasilitas keamanan dan keselamatan bagi operator maupun pasien dalam penggunaan alat tersebut
10)
Ketersediaan reagen dan bahan habis pakai lain (pelayanan purna jual)
2.
11)
Sistem penyimpanan data
12)
Kemampuan pengembangan dan upgrade
13)
Keterbatasan alat dan metode
Sumber Daya Manusia a. Tersedianya
petugas
(operator)
yang
kompeten
untuk
mengoperasikan alat b. Tersedianya pelatihan bagi calon petugas (operator) yang akan mengoperasikan alat c. Tersedianya pelatihan berkesinambungan bagi operator 3.
Fasilitas dan Lingkungan a. Tersedianya tempat yang memadai untuk alat dan bahan habis pakai b. Penempatan alat dengan memperhatikan limbah c. Tersedianya sumber cahaya, daya listrik, air, dan lain-lain sesuai spesifikasi alat
4.
Biaya a. Harga alat, reagen, bahan kontrol, kalibrator, bahan habis pakai, biaya perawatan, serta tenaga b. Biaya total untuk mengoperasikan alat c. Keuntungan secara ekonomis bagi rumah sakit maupun bagi keselamatan pasien dengan digunakannya alat tersebut
B.
Penetapan Prosedur Pemeriksaan Glukosa dengan POCT Prosedur pemeriksaan glukosa dengan POCT meliputi pra analitik, analitik, dan pasca analitik. 1. Pra Analitik a. Tujuan Pemeriksaan
ini
bertujuan
untuk
menentukan
secara
kuantitatif glukosa di dalam darah kapiler. b. Alat dan bahan 1)
Alat a) Glukosa meter b) Strips yang sesuai dengan alat c)
Callibrator dan control
d) Kapas/bola kapas atau kassa kering e) Isopropil alkohol 70% f)
Lancet steril
g) Sarung tangan 2)
Bahan a) Darah kapiler Indikasi pengambilan darah kapiler i.
Jumlah sampel yg dibutuhkan sedikit
ii.
Vena fragile ‘ ’ terutama manula dan bayi
iii.
Pasien yang sangat obese
iv.
Pasien yang mendapatkan IV line pada kedua tangan
v.
Pada pemeriksaan POCT
Pengambilan dengan kapiler tidak dianjurkan pada pasien-pasien : i.
Pasien dengan dehidrasi berat
ii.
Pasien dengan aliran darah yang tidak baik
iii.
Pasien dengan pemeriksaan faal koagulasi atau volume darah yang dibutuhkan banyak.
Cara pengambilan darah kapiler : Darah kapiler dikenal dengan istilah skinpuncture yang berarti proses pengambilan sampel darah dengan tusukan
kulit.
Tempat
yang
digunakan
untuk
pengambilan darah kapiler adalah ujung jari tangan (fingerstick ) yaitu jari ketiga dan jari keempat, serta lokasi pengambilan tidak boleh menunjukkan adanya gangguan peredaran, seperti vasokonstriksi (pucat), vasodilatasi (oleh radang dan trauma), kongesti atau sianosis setempat. Melakukan penusukan memotong alur
sidik
jari
dan
membuang
tetesan
pertama
menggunakan kapas atau kassa kering. b) Darah vena : dapat di gunakan darah EDTA, lithium heparin atau sodium heparin. c) Darah arteri c.
Persiapan Pasien (Noer et al ., 1996) 1) Puasa selama 12 jam jika yang akan diperiksa glukosa puasa 2) Menghentikan penggunaan obat-obatan seperti kortison karena dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah. 3) Trauma, stres dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah. 4) Aktifitas yang berat sebelum uji laboratorium dilakukan dapat menurunkan kadar gula darah.
d. Persiapan alat 1) Kalibrasi Kalibrasi menggunakan kalibrator otomatis yang disediakan berupa kode chip. Kalibrasi dilakukan setiap membuka lot strip baru. Kode chip tersebut harus sesuai dengan kode yang tertera di tabung strip (Anonim, n.d). 2) Quality control Kontrol pada pemeriksaan ini sudah tersedia pada setiap paket glukometer. Quality control dilakukan setiap membuka tabung strip baru dan setelah dilakukan kalibrasi. Hasil kontrol
dinyatakan gagal apabila hasil berada diluar range nilai yang diharapkan (Anonim, n.d). Cara kerja : (1)
Masukkan strip pada glukometer.
(2)
Teteskan 1 tetes cairan kontrol pada strip.
(3)
Tunggu
beberapa saat sampai keluar hasil glukosa
kontrol di layar monitor. (4)
Nilai glukosa kontrol yang tercantum di layar monitor harus berada di dalam range kontrol yang tertera pada strip.
2. Analitik a. Prinsip Kerja Glukosa
dan
mediator
NAD
(nicotinamide
adennedinukleotide )
dengan adanya enzim glukosa dehydrogenase pada tes strip, mengubah glukosa dalam sampel darah menjadi gluconolactone . Reaksi ini menghasilkan arus listrik. GDH
Glukosa + NAD
Gluconolactone + NADH
NADH + PQ(Qx)
NAD + + PQ
PQ
200 mV
(red)
(red)
PQ + Elektrons (e-)
b. Cara kerja 1) Cuci tangan dengan handrub atau air yang mengalir. 2) Gunakan APD (sarung tangan, jas). 3) Bersihkan ujung jari dengan kapas alkohol, tunggu hingga alkohol kering. 4) Masukkan tes strip pada alat. 5) Tusukan sisi ujung jari dengan lancet steril. 6) Hapus tetesan darah yang pertama dengan kapas atau kassa kering. 7) Tempelkan strip pada tetesan darah yang kedua. 8) Selama menunggu hasil bersihkan jari dengan kapas atau kassa kering.
9) Nilai glukosa akan tampak pada layar.
3. Pasca Analitik a. Nilai rujukan darah kapiler (Anonim, n.d) Gula darah sewaktu sampai dengan 120 mg/dl, gula darah puasa 60 – 100 mg/dl, gula darah post prandial sampai dengan 120 mg/dl. b. Deteksi limit 20 mg/dl (1,1 mmol/L). c. Detection range 20 mg/dl - 600 mg/dl. d. Presisi Intra-Assay: CV < 3,5%. Inter-Assay: CV < 1,7%. e. Interference Hematokrit < 10% akan meningkatkan nilai glukosa. Hematokrit > 50% akan menurunkan nilai glukosa. Lipemic > 5000 mg/dl akan meningkatkan nilai glukosa. Galactose > 15 mg/dl akan meningkatkan nilai glukosa.
B.
Pemantapan Mutu POCT Penjaminan
mutu
meliputi
identifikasi
pasien
yang
benar,
pemilihan jenis tes yang sesuai, jenis spesimen, cara pemeriksaan, pemantapan mutu internal (PMI), pencatatan hasil, interpretasi hasil, rekam data yang lengkap, serta akreditasi. Tujuan penjaminan mutu untuk mendapatkan hasil yang bermutu dan dapat dipercaya. Pemantapan mutu internal dilakukan untuk menilai proses analitik. PMI/QC dilakukan pada saat berikut ini 1. Setelah melakukan kalibrasi 2. Setiap penggantian nomor lot reagen 3. Setelah penggantian suku cadang Pemeliharaan alat POCT dilakukan secara teratur mengikuti petunjuk perusahaan alat, baik harian, mingguan, bulanan, dan lain-lain.
C.
Prosedur Safety Prosedur safety tetap dilaksanakan pada saat pemeriksaan glukosa metode POCT. Semua bahan pemeriksaan yang berasal dari pasien harus dianggap infeksius dan diperlakukan sebagai bahan infeksius. Untuk mencegah infeksi yang didapat di rumah sakit (nososkomial) dan kecelakaan kerja, operator POCT harus menerapkan kewaspadaan standar dengan menerapkan prosedur kebersihan tangan, menggunakan alat pelindung diri (APD) sesuai kebutuhan (baju kerja, sarung tangan, masker dan lain-lain), menggunakan jarum sekali pakai, serta melakukan tindakan aseptik dan antiseptik dengan benar. Limbah yang berhubungan dengan POCT harus dibuang pada tempat pembuangan yang sesuai. Limbah medis dibuang pada tempat pembuangan
limbah
medis,
limbah
benda
tajam
pada
tempat
pembuangan benda tajam, serta limbah non medis pada tempat pembuangan limbah non medis.
D.
Pelatihan Operator POCT Sumber kesalahan yang sering terjadi pada pemeriksaan POCT adalah operator yang belum mendapat pelatihan/tidak kompeten, dan tidak memiliki latar belakang laboratorium. Bagi operator yang bukan petugas tambahan
laboratorium, di
samping
pemeriksaan tugas
POCT
utamanya,
merupakan
sehingga
hal
pekerjaan ini
dapat
mempengaruhi mutu pemeriksaan. Program pelatihan disusun dan dilaksanakan oleh laboratorium . Adapun materi dalam program pelatihan POCT meliputi 1. Pengertian tentang manfaat POCT 2. Manfaat pemeriksaan 3. Pemantapan mutu : kalibrasi dan kontrol 4. Pra analitik : persiapan pasien, pengumpulan sampel 5. Analitik : metode, alat & reagen, prosedur pemeriksaan 6. Pasca analitik : pelaporan hasil 7. Rekam data 8. Keamanan dan keselamatan kerja (K3)
Metode pelatihan berupa kuliah, kelompok diskusi, peragaan atau praktek menggunakan alat bantu, serta praktek.
E.
Monitor dan Evaluasi Pemantauan, pengawasan, evaluasi, perbaikan mutu pemeriksaan glukosa POCT dilakukan secara berkesinambungan.
BAB IV DOKUMENTASI
Semua data hasil pemeriksaan POCT glukosa harus dilakukan dokumentasi dan di laporkan kepada dokter yang menangani pasien. Hasil pemeriksaan yang masuk dalam nilai kritis harus dilaporkan segera dengan menerapkan prosedur komunikasi yang efektif Data yang berkaitan dengan pelayanan POCT harus terekam dan diarsipkan sesuai ketentuan penyimpanan rekaman mutu di laboratorium. Rekaman data pelayanan POCT harus tersimpan di tempat yang telah ditentukan dan mudah untuk didapatkan kembali.
BAB V PENUTUP
Panduan POCT (point of care testing) Instalasi laboratorium di
susun
untuk
Laboratorium
acuan
meningkatkan
mutu
pelayanan
ini
Instalasi
RSUD dr. R. Koesma Tuban. Diperlukan kritik dan saran
yang membangun sehingga mutu dari laboratorium klinik dapat tercapai dan terjaga. Dukungan dari pihak pimpinan dan kerjasama dari unit kerja lain sangat kami harapkan demi pelayanan yang lebih baik.
Ditetapkan Pada Tanggal
: di Tuban : Januari 2016
Direktur RSUD dr.R.Koesma Kabupaten Tuban
dr.H.Zainul Arifin, SpPK Pembina TK I NIP.19630424198901 1 001
View more...
Comments