December 19, 2020 | Author: Anonymous | Category: N/A
qwertyuiopasdfghjklzxcvb nmqwertyuiopasdfghjklzxc vbnmqwertyuiopasdfghjkl zxcvbnmqwertyuiopasdfgh TIPS SUKSES jklzxcvbnmqwertyuiopasdf MENULIS BUKU NONFIKSI Oleh : ghjklzxcvbnmqwertyuiopa sdfghjklzxcvbnmqwertyuio Afin Murtie pasdfghjklzxcvbnmqwerty uiopasdfghjklzxcvbnmqwe rtyuiopasdfghjklzxcvbnmq wertyuiopasdfghjklzxcvbn mqwertyuiopasdfghjklzxcv bnmqwertyuiopasdfghjklz xcvbnmqwertyuiopasdfghj klzxcvbnmqwertyuiopasdf ghjklzxcvbnmqwertyuiopa sdfghjklzxcvbnmqwertyuio Dipersembahkan oleh: Penulispro.com (Antimainstream Online Media) & Penulispro.net (Komunitas Penulis Produktif Terbesar Indonesia)
Dari Penulis Alhamdulillahirobbil’alamin penyusunan buku menulis nonfiksi ini bisa terselesaikan juga. Segala puja dan puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan berkah dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menuangkan ide menulis dalam sebuah buku. Shalawat serta salam tercurah bagi baginda Rasulullah Muhammad SAW yang telah menuntun umat Islam menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Terima kasih yang sedalam-dalamnya kami sampaikan kepada ibu dan bapak yang telah mengasuh dengan penuh sayang dan pengertian. Terima kasih kepada dukungan dan cinta yang tak henti dari suami “Marzuqi Yahya”, dan anak-anak “Alfons serta Finka”. Terima kasih kepada adik, kakak, dan sahabat yang telah menginspirasi dan menemani saat sedih dan bahagia. Terima kasih atas kepercayaan yang diberikan tim re! Media Service (Agensi naskah) dan segala bantuannya selama ini terhadap karier penulis. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin YRA. Menulis, bukanlah sebuah cita-cita yang dulu termasuk dalam daftar capaian yang hendak menjadi tujuan penulis di masa muda. Namun, hobi dan panggilan jiwa untuk berbagi hal-hal positif dan bermanfaat menggelitik minat untuk menuangkan semua pengetahuan dan pengalaman ke dalam buku yang bisa dibaca oleh semua peminatnya. Inilah mengapa setelah melalui proses yang cukup berliku, akhirnya penulis memilih menggeluti kepenulisan nonfiksi. Mulai dari psikologi yang sesuai dengan back ground pendidikan penulis, marketing dan bisnis sebagai aktualisasi diri, parenting dan keluarga yang ditulis berdasarkan pengalaman selama 16 tahun berumah-tangga, masakan dan ketrampilan sebagai aplikasi hobby, sampai dengan berbagai buku agama, pengobatan herbal, dan budidaya yang menggandeng sejumlah narasumber terpercaya. Akhirnya, bukan karena kebetulan jika saat ini bidang kepenulisan nonfiksi masih menjadi tantangan bagi penulis untuk senantiasa menaklukkannya. Ada gairah dan pembelajaran yang sarat arti ketika mulai mengumpulkan bahan, menyusun kata, dan menampilkannya sebagai tulisan yang layak terbit. Bukan penulis sendiri yang nanti akan menentukan apakah naskah tersebut memang layak untuk dibaca dan diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Peran serta agensi, penerbit, editor,
desainer, dan pihak terkait sangat membantu dan mewarnai naskah yang telah tersusun untuk layak konsumsi. Ketika ada tawaran untuk menuangkan pengalaman kepenulisan nonfiksi tersebut dalam sebuah naskah. Penulis dengan senang hati menerima kepercayaan tersebut. Bukan karena penulis merasa telah mahir menyusun naskah nonfiksi, namun sebagai ungkapan syukur akan adanya dukungan dan semangat untuk membuatnya menjadi nyata. Buku ini hadir sebagai gambaran proses kreatif yang selama ini coba penulis jalani dan terapkan. Pastilah banyak hal yang berbeda dan mungkin kurang sesuai dengan pemikiran serta kondisi pembaca. Oleh karenanya penulis mengucapkan maaf sebelumnya apabila ada pendapat dan cara yang kurang sesuai menurut pembaca. Jika ada hal positif yang bisa diambil dari naskah ini maka itu datangnya dari Allah SWT. Dan jika ada hal yang kurang berkenan bagi pembaca itu datangnya dari diri penulis sendiri. Terima kasih dan salam hangat dari Sidoarjo yang tetap sejuk meskipun sebagian wilayahnya diterjang lumpur. Januari 2013,
(Penulis)
Daftar Isi (i) (ii)
Daftar Isi Dari Penulis
Bab I. Terdampar Di Bidang Literasi A. Pemahaman Karya Kepenulisan Nonfiksi B. Perbedaan Mendasar Antara Karya Fiksi dan Nonfiksi C. Berbagai Bidang Karya Nonfiksi/Jenis-Jenis Naskah Nonfiksi D. Siap Pada Kenyataan Yang Tak Selalu Manis
Bab II. Berkenalan Dengan Dunia Penerbitan A. Bedah Dapur Buku Nonfiksi B. Pahami Hubungan Dengan Penerbit C. Fungsi Editor, Agensi Naskah, dan Agensi Penulis D. Menimang dan Melepas Naskah E. Waspada Dengan Jenis dan Sistem Pembayaran
Bab III. Menggali Ide Kreatif. A. B. C. D.
Membuka Keenam Indra Hebatnya Hubungan Baik Ambil Hikmah Dari Setiap Peristiwa Rahasia Sumber Ide Yang Original.
E. Memilih Judul Yang Mengena Bab IV. Membuat Kisi-Kisi A. B. C. D.
Memahami Outline Atau Proposal Menuangkan Ide. Mencari Sistem Pendukung Cerdas Dengan Outline Memikat
Bab V. Menulis Nonfiksi Bukan Buku Diktat A. Pahami Pokok Bahasan B. Mengumpulkan Data C. Wawancara Narasumber D. Mengambil Foto Pendukung E. Menulis Dengan Hati F. Self Editing G. Attitude, Penunjang Kesuksesan Menulis
(iii)
Daftar Pustaka
(iv)
Profil Penulis
BAB I TERDAMPAR DI BIDANG LITERASI
Buku-buku nonfiksi Sumber : dokumen pribadi Tak pernah terbersit sedikitpun dalam pemikiran penulis untuk menggeluti bidang kepenulisan nonfiksi sebelumnya. Membayangkan menyusun skripsi saat kuliah S1 dulu saja rasanya begitu menghabiskan energi. Apalagi harus menyusun berbagai buku yang saat ini, Alhamdulillah telah tersebar di beberapa toko buku dan internet. Namun, penulis yakin bahwa semua bukanlah kebetulan semata. Adanya rencana Allah SWT diiringi dengan usaha untuk terus mengembangkan potensi dan memperbaiki diri menjadi kunci kenyamanan menyusun buku nonfiksi. Lalu, mengapa harus nonfiksi dan apakah sebenarnya inti dari kepenulisan nonfiksi itu sendiri?
A. Pemahaman Karya Kepenulisan Nonfiksi Kepenulisan nonfiksi merupakan karya tulis yang mendasarkan pada pengetahuan, teori, data, dan pengalaman nyata yang ada di sekitar kita. Dikatakan sebagai kepenulisan nonfiksi karena apa yang diungkapkan merupakan hal yang benar-benar terjadi atau fakta. Bukan sebuah karangan apalagi khayalan yang disampaikan ke dalam sebuah tulisan. Karena
karya nonfiksi sendiri kebanyakan bukan merupakan sarana hiburan. Membaca karya nonfiksi seharusnya membuat seseorang menjadi bertambah pengetahuannya. Dari yang belum tahu menjadi tahu, dan dari yang sudah tahu menjadi lebih mengerti. Inilah mengapa sebenarnya ada satu beban mental ketika kita memutuskan untuk menerima tawaran menulis nonfiksi. Beban untuk menuliskan segala hal yang memang terjadi secara nyata, beban untuk mengungkap teori secara benar, beban untuk memengaruhi pembaca agar melakukan saran, tips, dan aplikasi nyata dari beberapa panduan pada naskah kita. Oleh karenanya sebelum terjun ke dalam bidang kepenulisan nonfiksi, sepertinya kita perlu mempersiapkan diri untuk memahami pengertian menulis karya nonfiksi itu sendiri. Jika kita katakan bahwa karya kepenulisan nonfiksi harus mendasarkan diri pada fakta, teori, dan pengalaman nyata maka kemudian kita tentu akan berpikir bagaimana mungkin kita bisa menyusun kata-kata sendiri? Tentu saja di sinilah fungsi dari seorang penulis nonfiksi, yaitu menyusun semua data, teori, dan pengalaman diri sendiri maupun orang lain ke dalam bahasa yang mudah dimengerti. Ketika kita menuliskan tentang strategi marketing untuk orang awam/tidak pernah bersentuhan langsung dengan marketing misalnya, maka bahasa yang digunakan haruslah mudah dipahami oleh siapapun pembacanya. Jika pembaca menjadi paham dan mudah mengaplikasikan tips praktis dalam menjalankan marketing seperti yang kita tulis, maka dapat dikatakan penyampaian kita cukup mudah dimengerti. Sebuah tantangan bagi penulis nonfiksi untuk mengungkapkan teori dan fakta menjadi satu susunan naskah dengan bahasa yang mudah dipahami. Dari sekilas pengertian di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa karya nonfiksi adalah :
Sebuah karya kepenulisan yang disusun berdasarkan teori, fakta, dan data nyata. Karya nonfiksi tidak bisa dikarang, direka-reka, dan ditulis dengan sistem kira-kira. Semua harus melalui pemahaman terhadap teori tertentu yang mendasari adanya pengetahuan tentang tema sebuah tulisan. Misalnya ketika seseorang menulis tentang mengasuh anak, maka tidak bisa kemudian mereka menyusun secara kira-kira.
Minimal ada teori tentang pengasuhan anak yang bisa menjadi acuan pokok, meskipun bisa saja kemudian diberi penambahan, pengurangan, dan pengubahan. Meskipun belum pernah memiliki anak atau tidak pernah mengasuh anak-anak mereka sendiri, minimal si penulis tahu hal-hal utama dalam pengasuhan anak. Misalnya jika ada anak yang menangis keras maka bisa saja ada beberapa hal yang membuat si anak tidak nyaman.
Dibuat dengan tujuan memberikan informasi kepada para pembaca. Sebagian besar karya nonfiksi bukan bersifat sebagai hiburan. Karya nonfiksi lebih banyak berfungsi sebagai pemberi informasi tambahan kepada para pembacanya. Kecuali apabila si pembaca memang memiliki hobby sesuai dengan tema karya nonfiksi tersebut. Maka bisa saja mereka beranggapan bahwa karya itu cukup menghibur. Misalnya saya yang suka memasak, akan merasa terhibur jika membaca dan melihat-lihat gambar masakan di sebuah buku resep kuliner nusantara. Karena dibuat untuk memberikan informasi inilah maka karya nonfiksi memerlukan berbagai tahapan sebelum dicetak. Terutama dalam hal pengumpulan data ketika proses kepenulisannya. Juga adanya fakta dan contoh konkret yang disebutkan di dalam buku nonfiksi tersebut.
Memerlukan study pustaka, informasi data, narasumber, survey, penelitian, dan pengalaman. Menulis sebuah karya nonfiksi, tidak mungkin mengandalkan imaginasi semata. Kepenulisan nonfiksi membutuhkan data akurat karena bisa jadi buku tersebut akan menjadi acuan bagi seseorang untuk mengerjakan hal penting. Misalnya bagi mereka yang akan mencoba berbisnis online, maka membeli dan membaca buku tentang bisnis online akan mendasari langkah membangun bisnis tersebut. Bagaimana jadinya apabila buku bisnis online yang disusun ternyata hanya mendasarkan pada sistem kira-kira? Kembali kepada beban mental kepada para pembaca apabila memang kita sebagai penulisnya ternyata tidak menyajikan fakta akurat. Inilah yang membuat karya nonfiksi memerlukan adanya study pustaka, membaca kembali buku sejenis atau yang berkaitan untuk mengambil pemahaman dan perbandingan dengan naskah yang akan kita susun. Memerlukan adanya data yang bisa didapatkan dari beberapa cara yaitu survey, penelitian, mendasarkan pengalaman, dan pembahasan oleh narasumber terpercaya.
Bisa disusun sendiri atau gabungan beberapa penulis dengan kompetensi seimbang.
Karya nonfiksi bisa disusun oleh satu orang dan bisa juga oleh beberapa orang penulis. Yang pasti setiap penulis perlu memahami adanya kompetensi seimbang dalam penyusunan buku tersebut. Karena nantinya nama yang dipakai adalah nama berdua atau gabungan beberapa orang. Jika salah satu kurang kompeten maka naskah yang dihasilkan akan terasa timpang dan bisa saja dikembalikan karena kurang layak terbit.
B. Perbedaan Mendasar Antara Karya Fiksi dan Nonfiksi
FIKSI
NON FIKSI
Karya nonfiksi dan fiksi sangat berbeda Seseorang dikatakan telah menjadi penulis apabila mereka telah menghasilkan karya yang bisa dinikmati oleh khalayak umum. Banyak cara agar tulisan kita bisa dan layak untuk dibaca. Setiap penulis memiliki ciri khas dan bidang khusus yang bisa digelutinya. Di antara pilihan bidang kepenulisan tersebut ada dua yang mendasar, yaitu bidang kepenulisan fiksi dan nonfiksi. Berbedakah keduanya? Tentu saja berbeda karena ide, tema, cara kepenulisan, tujuan, dan hasil karya naskah fiksi dan nonfiksi sendiri memang berbeda. Berikut perbedaan antara karya fiksi dan nonfiksi : Karya Fiksi
Karya Nonfiksi
Berupa penulisan naskah cerita atau
Berupa penyusunan naskah dari fakta
kumpulan cerita. Tidak bertujuan memberi informasi
yang ada. Bersifat memberi informasi
Ide naskah bisa bersifat nyata dan
Ide naskah bersifat nyata dan ada
khayalan Pembuatan
faktanya Pembuatan naskah didasarkan atas data
imaginasi penulis Tokoh dan setting yang dibuat bisa
dan fakta yang terkumpul Tokoh dan setting yang dibuat bersifat
bersifat khayalan semata Penulis disebut juga sebagai pengarang
nyata Penulis disebut juga sebagai penyusun
Menggunakan kata-kata indah, berona,
Menggunakan kata-kata lugas
naskah
didasarkan
atas
dan seringkali hiperbola
Demikian sekilas beberapa perbedaan karya fiksi dan nonfiksi. Yang pasti karya fiksi identik dengan roman, novel, cerpen, dan kumpulan cerita. Sedangkan karya nonfiksi identik dengan buku-buku serius seperti parenting, bisnis, ekonomi, kesehatan, budidaya, pertanian, dan beberapa bahasan lainnya. Terdapat perbedaan mendasar antara karya fiksi dan nonfiksi sehingga nantinya terdapat perbedaan mendasar pula terhadap penulis dan cara menulisnya. Bisa saja sebenarnya seorang penulis mengarang karya fiksi sekaligus menyusun karya nonfiksi di lain waktu atau bersamaan. Namun, nantinya akan terlihat bahwa seorang penulis merasa lebih nyaman mengarang karya fiksi atau lebih nyaman menyusun karya nonfiksi. Keduanya memiliki dunia yang berbeda, pembaca yang berbeda, dan kepentingan yang berbeda pula. Jadi tak ada alasan yang bisa dibuat untuk membuat karya nonfiksi dan fiksi tersebut bersaing. Jika ada seorang penulis yang bisa membuat kedua karya tersebut sama baiknya maka dia bisa dikatakan sebagai penulis serba bisa. Tetapi kebanyakan seorang penulis hanya mampu menjalani salah satu bidang kepenulisan lebih baik daripada bidang lainnya. Misalnya lebih menghasilkan karya berbobot ketika menulis buku fiksi atau ketika menulis buku nonfiksi.
Nantinya dalam kepenulisan buku nonfiksi-pun seorang penulis terfokus lagi pada beberapa tema yang dikuasainya. Baik penguasaan karena adanya latar belakang pendidikan sesuai dengan tema tersebut, adanya pengalaman, dan adanya data dari pihak lain.
C. Jenis-Jenis Naskah Nonfiksi Karena buku ini akan membahas tentang seluk beluk kepenulisan nonfiksi, maka yang kita ulas pertama kalinya adalah jenis-jenis karya nonfiksi itu sendiri. Karya nonfiksi memiliki beberapa jenis yang perlu diketahui, yaitu : 1) Cerita nonfiksi/kisah nyata Jika fiksi menuliskan tentang kisah sebagai hasil karangan penulis yang penuh dengan imaginasi, maka cerita nonfiksi didasarkan pada kisah nyata. Banyak cerita nonfiksi yang kemudian dicampur dengan penulisan ala fiksi yaitu penuh dengan bahasa indah, berona, dan hiperbola. Apabila kemudian karya tersebut dibubuhi dengan tambahan kisah dari hasil imaginasi penulis, maka selanjutnya karya tersebut bisa dinamakan dengan faksi. Yaitu karya fiksi yang didasarkan atas kisah nyata. Contoh faksi antara lain : novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Cerita nonfiksi ini bisa jadi akan berbentuk semacam reportase bagi cerita yang tidak dibumbuhi oleh bahasa kiasan, berona, dan hiperbola. Seperti halnya cerita tentang berbagai peristiwa di dalam surat kabar atau media lain. Di sana ditulislah cerita dalam bentuk reportase atau laporan pandangan mata. Contoh : - Buku Detik Demi Detik oleh Nagiga Nur Aryati terbitan Rumah Orange. - Buku antologi Story Cake for Ramadhan oleh Lygia Pecanduhujan dkk terbitan Gramedia Pustaka Utama 2) Biografi/kisah perjalanan hidup seseorang Biografi adalah kisah perjalanan hidup seseorang. Biasanya biografi dibuat untuk menceritakan kisah seorang tokoh terkenal seperti presiden, agamawan, artis, politikus, penemu, dan tokoh lainnya yang banyak menginspirasi masyarakat luas. Penulisan biografi didasarkan atas cerita si tokoh, keluarga, saudara, teman, dan koleganya. Serta dibubuhi pula oleh berita dari media yang mengabarkan tentang tokoh tersebut.
Saat ini di Indonesia biografi banyak dibuat sebagai bentuk pencitraan diri seseorang yang akan maju pada pilihan kepala daerah atau berbagai jabatan penting lainnya. Jika biografi ditulis sendiri oleh si tokoh, maka karya tersebut disebut dengan otobiografi. Di dalam sebuah biografi atau otobiografi ditulislah kisah perjalanan hidup seseorang mulai dari masa kecil atau bahkan sebelum kelahirannya sampai dengan kisah suksesnya. Oleh karenanya yang dibuat biografi adalah kisah orang-orang yang sukses. Hal ini untuk memberikan inspirasi kepada orang lain agar memiliki semangat yang sama dalam menempuh kesuksesan hidup. Meskipun pada perkembangan selanjutnya karya biografi seringkali dibuat sebagai salah satu bentuk pengenalan diri atau kampanye sebelum maju menjadi sosok pemimpin baik di daerah maupjn tingkat nasional. Contoh : -
Buku biografi BJ Habibie Buku biografi Barrack Obama Dan sejenisnya
3) Laporan penelitian, skripsi, dan tesis Beberapa karya ilmiah, laporan penelitian, skripsi, dan tesis bisa disebut sebagai karya nonfiksi. Karena naskah yang disusun dalam karya tersebut murni sebagai hasil pengolahan data yang diambil dari survey dengan berbagai metode dan penghitungan akurat. Laporan penelitian ini biasanya juga bisa diterbitkan dalam bentuk jurnal dan buku ilmiah yang bisa memberikan tambahan informasi terkait dengan bidang yang diteliti. Oleh karenanya bisa dikatakan setiap orang yang pernah membuat karya ilmiah semacam ini bisa dikatakan bisa menulis karya nonfiksi. Tetapi perkembangan selanjutnya tergantung dari minat dan kemampuan mereka untuk beradaptasi di dunia literasi. Hanya saja karya ilmiah semacam skripsi dan hasil penelitian biasanya tidak dipublikasikan dan dibuat untuk kalangan sendiri. Namun pada perkembangan selanjutnya karya ilmiah tersebut bisa menjadi salah satu daftar pustaka kepenulisan nonfiksi.
Karena di dalamnya memuat hal-hal yang telah dibentuk melalui proses survey atau penelitian dengan tingkat validitas yang disebutkan juga di dalamnya. Untuk membuat karya ilmiah ini sebagai salah satu bahan referensi, kita perlu mencantumkan juga penulis dan lembaga yang menaungi mereka. Contoh : - Skripsi mahasiswa fakultas psikologi Unair-Surabaya tahun 1999 tentang -
“Perbandingan tingkat kepuasan diri siswa SD negeri dan swasta di Surabaya.” Skripsi mahasiswa Institut Pertanian Bogor tentang “Teknik Baru Budidaya
-
Paprika.” Dan sejenisnya.
4) Buku pelajaran sekolah/kuliah Karya nonfiksi juga bisa ditemui dalam penyusunan buku pelajaran untuk siswa sekolah dan mahasiswa. Di samping buku pelajaran, kumpulan soal yang berfungsi sebagai latihan juga bisa digolongkan ke dalam karya nonfiksi. Maka bisa dikatakan juga setiap pendidik atau guru bisa menghasilkan karya nonfiksi baik tentang penyusunan bahan ajaran sesuai dengan kuriikulum atau penyusunan soal-soal sebagai latihan siswa-siswi mereka. Beberapa karya nonfiksi yang berbentuk buku pelajaran/diktat antara lain : Buku-buku pelajaran utama Buku-buku penunjang pelajaran Kumpulan soal bagi tiap tahap sekolah Kumpulan soal mata pelajaran tertentu Rangkuman materi pembelajaran Kamus bahasa asing Kumpulan rumus matematika Dsb Contoh : -
Kumpulan Sola-Soal Unas Kamus Bahasa Arab untuk Madrasah Dan sejenisnya
5) Buku Agama Buku agama, apapun kepercayaannya dikatakan sebagai karya nonfiksi. Karena buku agama tidak mungkin disusun berdasarkan khayalan si penulis. Buku agama disusun berdasarkan ajaran agama yang bersangkutan. Contohnya buku tentang agama Islam disusun berdasarkan Al Qur’an, Hadist Rasulullah SAW, dan ijtihad para ulama.
Buku agama bisa ditulis dengan berbagai gaya, mulai dari gaya bercerita sampai dengan pemakaian poin-poin praktis untuk dipraktekkan. Yang pasti buku agama menunjang pembelajaran terhadap ketentuan, aturan, dan adab sesuai dengan agama yang dibahas di dalamnya. Banyak buku agama yang beredar di pasaran dan biasanya ditulis oleh penulis nonfiksi yang memiliki bekal pengetahuan tentang agama bersangkutan. Bisa juga ditunjang oleh keberadaan satu lembaga keagamaan dan narasumber yang berkompeten. Contoh : - Panduan Fiqih Imam Syafi’i (Ringkasan kitab Kitab Fathul Qorib Al Mujib) oleh -
Marzuqi Yahya penerbit Al Maghfiroh Etika Islam, Menuju Kehidupan Yang Hakiki oleh Hasan Ayub, penerbit Trigenda karya. Dan sejenisnya.
6) Buku motivasi Buku motivasi digolongkan sebagai karya nonfiksi, mengapa? Bukankah buku motivasi seringkali memuat tentang cerita-cerita yang kadangkala diubah kembali sesuai dengan selera dan kemampuan seorang penulis? Buku motivasi dikatakan sebagai karya nonfiksi karena pasti ada kisah nyata yang melatarbelakangi adanya susunan tulisan yang terangkai menjadi motivasi tersebut. Tumbuhnya buku motivasi karena adanya kesuksesan yang mendasari. Misalnya kesuksesan penulis, tokoh inspiratif, maupun hal lain. Sehingga memunculkan ide untuk berbagi dan memberikan informasi kepada orang lain tentang motivasi yang mendasari kesuksesan tersebut. Buku motivasi tidak hanya berisi tentang kisah tokoh yang bisa membuat seseorang termotivasi saja tetapi juga bisa berisi tentang hal-hal lain yang memunculkan motivasi. Misalnya tentang cerita dari berbagai belahan dunia, kisah nyata dari berbagai sumber, sampai dengan cerita binatang dan perilaku mereka. Contoh : - 30 Hari Menggapai Kebahagiaan Hidup oleh Marzuqi Yahya, penerbit Al Maghfirah 7 Keajaiban Rezeki oleh Ippho Santosa, penerbit Elex Media.
7) Buku kewanitaan
Buku kewanitaan merupakan buku-buku berisikan ketrampilan kewanitaan seperti masakan, kue-kue, kerajinan tangan, menyulam, merajut, sampai dengan merawat kecantikan. Buku-buku kewanitaan ini ada pula yang ditulis berdasarkan aturan serta norma agama tertentu sehingga letaknya bercampur dengan buku agama. Berbagai buku kewanitaan sangat diperlukan oleh pembaca wanita karena berkenaan dengan pemberian informasi terkait dengan masalah ketrampilan kewanitaan, kesehatan reproduksi, pengasuhan, kecantikan, dan sejenisnya. Contoh : - Cantik Tak Harus Mahal Dengan Herbal Essensial oleh Afin Murtie, penerbit -
Cahaya Atma. Kreasi Jilbab dan Pashmina oleh Afin Murtie, penerbit Caesar Publishing. Masakan Korea Paling Populer oleh Afin Murtie, penerbit Pustaka Anggrek. Dan sejenisnya
8) Arsitektur Merupakan karya nonfiksi yang memuat tentang interior, eksterior, desain, dan segala hal yang berhubungan dengan pembangunan rumah, kantor, toko, dan lainnya. Buku arsitektur banyak menginspirasi para pembaca untuk membuat suasana menarik dan berbeda terhadap tempat tinggal mereka. Ide kreatif dan tampilan buku yang cantik seringkali menarik minat para pembaca untuk mengaplikasikannya secara langsung. Contoh : - Renovasi, Cara Tepat Mengecat Rumah, oleh Idea Books - Dan sejenisnya 9) Psikologi populer Buku-buku prikologi selalu menarik untuk dibaca. Buku psikologi populer menyangkut berbagai karya nonfiksi yang berhubungan dengan ilmu psikologi. Seperti psikotes, pengembangan diri, dan berbagai hal terkait. Buku-buku hypnoterapy, konseling, mind maping, dan semacamnya juga termasuk ke dalam bidang psikologi populer. Contoh : - Tes Potensi Anak oleh Afin Murtie - Psikotes Kerja oleh Afin Murtie, penerbit Agogos - Mengenal Baby Blues Dan Pencegahannya oleh Hj Afin Murtiningsih, S.Psi, -
penerbit Dunia Sehat Dan sejenisnya
10) Parenting
Kadangkala buku parenting disejajarkan dengan buku psikologi populer, karena memang keduanya tidak dapat dipisahkan. Ilmu parenting sendiri banyak dipengaruhi oleh ilmu psikologi yang memang mempelajari tentang sifat dan perilaku manusia. Buku-buku parenting juga mencakup buku tentang pengetahuan perkembangan anak, pengasuhan, permainan, dan berbagai hal sebagai upaya menjadi orang tua yang baik. Buku parenting bukan hanya mencakup pengetahuan tentang cara mengasuh anak normal tetapi juga tentang anak-anak istimewa dan berkebutuhan khusus. Contoh : - Anak Bertanya, Ibu Gelagapan oleh Indari Mastuti dan Afin Murtie, penerbit -
Cahaya Atma. Dan sejenisnya
11) Olah raga dan Kesehatan Berbeda dengan buku diktat bagi mahasiswa kedokteran, buku kesehatan lebih memuat naskah tentang pengetahuan kesehatan bagi awam. Buku-buku kesehatan yang beredar di pasaran berkisar dari memelihara kesehatan keluarga, pengetahuan tentang penyakit, penyembuhan herbal, sampai dengan olah raga. Contoh : - Kubis si Pencegah Kanker oleh Marzuqi Yahya, penerbit Dunia Sehat - Warisan Kuno Pengobatan Tiongkok oleh Poppy Alexano, penerbit Dunia Sehat - Ajaibnya Terapi Herbal Tumpas Penyakit Stroke oleh Afin Murtie, penerbit Dunia -
Sehat Dan sejenisnya
12) Bisnis Buku bisnis merupakan karya nonfiksi yang tak pernah henti berkembang dan dicari. Karena setiap orang dewasa pasti tertarik dengan bisnis untuk dipahami dan bahkan diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Berbagai buku bisnis bukan hanya menambah pengetahuan tentang bisnis itu sendiri tetapi juga menambah motivasi untuk terjun ke dunia bisnis. Contoh : - 101 Bisnis Online Yang Paling Laris oleh : Ari Kurnia, Afin Murtie, Dian Nafi, -
Kiki Handriyani, dan Wuri Nugraheni, penerbit Gramedia Pustaka Utama. Jurus Cerdas Investasi Emas oleh Marzuqi Yahya, penerbit Laskar Aksara Dan sejenisnya
13) Budidaya Buku budidaya terdiri dari berbagai macam pembahasan. Ada yang membahas pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan. Berbagai buku budidaya tersebut
ada yang dilandasi oleh bisnis, jadi budidaya sebagai salah satu sarana berbisnis. Dan ada pula yang didasarkan atas hobby, budidaya sebagai pengembangan kesukaan seseorang. Buku-buku tentang budidaya juga tidak ada sepinya, banyak hal yang bisa diungkapkan dan dibentuk sebagai naskah nonfiksi di bidang budidaya. Contoh : - Jati Emas Kultur Jaringan oleh Marzuqi Yahya, penerbit Cahaya Atma - Budidaya Lovebird oleh Afin Murtie, penerbit Cahaya Atma - Dan sejenisnya 14) Manajemen dan Marketing Marketing dan manajemen merupakan dua dunia yang saling berhubungan. Karya nonfiksi yang membahas keduanya juga tak habis untuk dibahas. Dari berbagai segi dan cara memanaje perusahaan sampai dengan marketing produk dibahas tuntas pada berbagai buku dengan berbagai teori dan aplikasi masing-masing. Contoh : - Belajar Manajemen Dengan Strategi Untuk Awam, oleh Afin Murtie, penerbit -
Laskar Aksara 7 Kesalahan Marketing Dalam Menjual oleh Afin Murtie, penerbit Laskar Aksara Dan sejenisnya
15) Kamus Kamus berbagai bahasa merupakan karya nonfiksi yang bertujuan membantu seseorang belajar dan mengetahui tentang bahasa negara lain. Bahkan ada pula kamus yang berisi bahasa daerah di beberapa pulau Indonesia. Menarik, kreatif, dan memiliki manfaat teramat besar. Apalagi kamus sekarang dilengkapi dengan tata cara pengucapan dan percakapan sehari-hari dari berbagai negara tersebut. Contoh : -
Kamus Indonesia-Jerman oleh Poppy Alexano Dan sejenisnya
16) Perjalanan/wisata Naskah tentang perjalanan atau wisata merupakan karya nonfiksi yang bersifat reportase. Laporan pandangan mata dan pengalaman penulis tertuang dalam sebuah karya nin fiksi dengan dilengkapi gambar, foto, dan keunikan perjalanan yang dilakukan. Menarik minat para wisatawan baik domestik maupun asing, apalagi jika buku ini dibuat dengan disertai bahasa terjemahan dalam bahasa internasional seperti Inggris dan Mandarin. Contoh :
-
Catatan Perjalanan Asia dan Afrika oleh Prof Dr Hok Tanzil, penerbit Alumni Catatan Perjalanan Awal 1985, Karibia dan Amerika Selatan oleh Prof Dr Hok
-
Tanzil, penerbit Alumni Dan sejenisnya
17) Buku anak Buku anak terdiri dari dua jenis, yaitu buku cerita yang sebagian besar merupakan karya fiksi dan buku nonfiksi. Buku-buku anak yang termasuk karya nonfiksi diantaranya adalah cerita sejarah, ensiklopedi, buku ketrampilan, dan pengembangan diri. Contoh : - 50 Cerita Klasik Nusantara dan Dunia Paling Inspiratif, oleh Indri Noor dkk, -
penerbit Gramedia Pustaka Utama Ensiklopedi Bocah Muslim, penerbit Mizan Dan sejenisnya
D. Siap Pada Kenyataan Yang Tak Selalu Manis Penulis sama seperti halnya berbagai pekerjaan lain yang bisa saja menjadi penopang hidup atau sumber penghasilan. Dan bisa pula dijadikan sebagai pekerjaan sampingan yang tentu saja diharapkan akan menambah pendapatan keluarga. Penulis nonfiksi juga demikian adanya. Ketika tulisan telah layak terbit maka kemudian sejumlah fee atau honor bisa didapatkan untuk menambah pendapatan. Berbeda ketika kita menulis di blog atau website pribadi, yang mungkin tidak berbayar. Kecuali apabila website atau blog tersebut telah memperoleh sponsor dan kita mendapatkan penghasilan dari pemasang iklan tersebut. Mengawali menjadikan penulis sebagai profesi tentu saja tak semudah yang sering kita bayangkan. Merasa telah pernah menembus media atau penerbit satu kali, bukan berarti selanjutnya langkah kita bisa secepat itu. Bisa jadi menunggu untuk beberapa saat agar naskah kita kembali dilirik oleh penerbit. Ide segar dan muatan tulisan yang sarat informasi diperlukan agar kita tetap mampu eksis di dunia kepenulisan nonfiksi. Jika dikatakan bahwa menulis itu tergantung mood, sepertinya hal ini kurang berlaku pada bidang kepenulisan nonfiksi. Karena sebagai penulis nonfiksi kita mengungkapkan dan menyusun fakta ke dalam satu bentuk naskah, bukan mengarangnya.
Mood lebih identik dengan kemampuan untuk berkhayal dan menuliskan imaginasi kita ke dalam sebuah naskah fiksi. Namun demikian, apabila kita telah merasa lelah dan jenuh ada baiknya untuk beristirahat dan mencari kesenangan lainnya. Segera setelah tubuh terasa segar kembali, maka akan lebih mudah bagi kita untuk menyusun informasi dan data terkumpul untuk menjadi naskah yang menarik dan inspiratif bagi pembaca. Kadang seringkali kita mendengar pertanyaan, kapan kepastian naskah saya dimuat? Atau bahkan kapan ya kira-kira outline yang saya buat disetujui oleh penerbit untuk kemudian saya buat naskahnya? Bagi seseorang yang baru terjun ke dunia penerbitan buku dan media, pastilah berbagai pertanyaan tersebut terus berkecamuk. Belum lagi berbagai prasangka mengapa outline atau naskah kita belum bisa lolos? Apakah tulisan kita kurang bagus? Ataukah karena kita belum memiliki nama seperti penulis lainnya?
Menjadi seorang penulis, sama dengan perelly Harus selalu siap pada kenyataan yang tak selalu manis Sumber : dokumen pribadi Wajar saja bagi siapapun untuk mengira dan menebak apa yang terjadi dengan kiriman outline dan naskahnya. Namun hendaknya kita kembali lagi menapak bumi, mendapati bahwa kadangkala kenyataan tak selalu manis seperti cerita sebuah novel
romantis. Kenyataan bisa saja berbalik dari harapan, semua membutuhkan proses terutama dari dalam diri kita sendiri untuk lebih mengedepankan pemikiran positif dan semangat agar tak jenuh memperjuangkan apa yang menjadi tujuan. Mengapa saya bisa mengatakan demikian? Bahwa kenyataan apapun harus dihadapi sebagai seorang penulis nonfiksi? Hal tersebut karena saya sendiri telah mengalami suka duka menjalani “pekerjaan” menulis ini. Saya katakan sebagai pekerjaan, bukan hobby. Karena dengan menganggap bahwa menulis juga merupakan satu pekerjaan, maka ada rasa tanggung jawab dan komitmen dalam diri saya untuk segera menyelesaikannya apabila telah dipesan. Jika saya menganggap menulis sebagai hobby, tentu saya akan menjalankannya ketika ada waktu senggang dan tidak mengganggu pekerjaan lainnya. Mengapa saya mengatakan harus siap pada kenyataan yang tak selalu manis? Karena memang dunia menulis sama dengan dunia kerja dan bisnis lainnya. Kadangkala berita gembira cepat didapat bahwa naskah kita acc atau disetujui untuk diterbitkan. Kadangkala harus menunggu sampai waktu yang cukup lama, bahkan bisa sampai dua tahun sebelum ada kata diterima ataukah ditolak. Dan ujungnya sering juga terjadi penolakan atas naskah apalagi outline. Lalu, haruskah kita berputus asa? Jika memang kita ingin tetap mewarnai dunia kepenulisan, jika kita mau belajar untuk lebih baik, jika kita tak jenuh menggali ide-ide kreatif maka saya rasa tak ada seorangpun yang tak mampu untuk menjadi seorang penulis nonfiksi. Yang dibutuhkan hanyalah kesabaran dan pengetahuan yang bisa didapatkan dengan melimpahi diri akan bacaan-bacaan bermanfaat.
Beberapa kenyataan tak manis itu : -
Komunikasi Kurang Lancar Kadangkala sebagai seorang penulis kita terhambat adanya komunikasi yang lancar dengan agensi atau penerbit. Apalagi di zaman internet saat ini dimana hubungan antara penulis dengan penerbit terjalin lewat email, telfon, dan surat. Jarang sekali penulis tahu dengan pasti wajah-wajah para editor dan pimpinan sebuah penerbitan. Hal ini karena jarak antara kediaman penulis dengan penerbit cukup jauh. Banyak penulis yang masih setia tinggal di daerahnya, seperti saya yang masih nyaman
tinggal di Sidoarjo-Jawa Timur. Sedangkan penerbit dan agensi biasanya berada di kota lain seperti Jogjakarta, Solo, Bandung, dan Jakarta. Oleh karena itu butuh kesabaran apabila pihak agensi atau penerbit lambat merespon pertanyaan kita sebagai penulis. Bisa jadi tidak setiap waktu juga mereka online dan ada jadwal tertentu untuk menjawab pertanyaan dari para penulisnya. -
Ide dan outline yang tak selalu berhasil memikat hati penerbit Tak semua ide dan outline yang kita buat menarik dan bisa memikat hati penerbit. dari sepuluh outline yang saya buat, biasanya kurang dari setengah yang bisa sampai menjadi naskah. Lalu, harus berputus asakah saya? Tentu tidak, ada saatnya outline tersebut memang kurang tepat untuk waktu sekarang. Mungkin akan menarik tiga bulan bahkan setahun kemudian. Pernah ada satu pengalaman tentang proses kepenulisan naskah tentang “Terhindar Dari Jebakan Kartu Kredit” oleh Marzuqi Yahya. Awalnya ide dan outline tersebut dibuat sampai setahun tak ada kabar apapun. Setelah itu ada kabar diminta menuliskan naskahnya. Ternyata setelah kita telaah, setahun sebelumnya masih laris buku tentang Berbisnis Dengan Kartu Kredit. Maka ide tentang menghindari jebakan kartu kredit jelas bertentangan di pasar. Oleh karenanya outline kemudian diterima setelah banyak juga yang tidak bisa menggunakan kartu kredit secara bijak. Jadi ketika outline kita tidak diterima sekarang, bukan berarti ide tidak menarik dan outline jelek tetapi mungkin saja saatnya kurang tepat. Outline dan bahkan naskah jadi tersebut bisa menjadi tabungan di lain waktu apabila ada penerbit yang menginginkannya.
-
Kepenulisan naskah tak selalu mulus Meskipun kita telah mengantongi surat kontrak kerja dari penerbit dan outline kita disetujui tetapi adakalanya kepenulisan naskah tersebut tak selalu mulus. Bisa jadi ada faktor internal semacam sakit, keluarga sakit, pekerjaan lain yang lebih penting, dan beberapa hal lain sebagai penghalangnya. Namun bisa jadi juga faktor eksternal yang menghalangi semacam kurangnya sumber informasi, sulitnya menemukan materi yang berkaitan dengan tema, dan sejenisnya.
-
Pencarian data dan narasumber yang cukup sulit Telah disebutkan di atas adanya faktor penghambat kegiatan menulis, diantaranya pencarian data dan narasumber yang cukup sulit. Memang kadangkala kenyataan bisa tak semanis perkiraan. Kita sudah meminta izin semenjak awal pada sebuah lembaga atau perorangan untuk dijadikan sebagai narasumber, ternyata saat penulisan berlangsung mereka sibuk sehingga tidak ada waktu bagi kita sebelum deadline untuk menemuinya. Hal lain yang bisa menghambat adalah pencarian data yang cukup sulit. Bisa jadi buku yang senada dengan tulisan kita belum ada, karena ide kita termasuk baru. Misalnya saat menulis tentang lovebird di tahun 2011, burung mungil tersebut belum terlalu tenar. Sehingga buku tentang lovebird juga belum banyak beredar. Mencari referensi di berbagai toko buku tak semudah yang dibayangkan. Akhirnya bisa juga mencari data lewat narasumber dan ada beberapa artikel tentang burung lovebird tersebut.
-
Revisi berulang kali Setelah naskah selesai disusun, proses menulis tidak lantas selesai. Adakalanya kita harus revisi naskah berulang kali sampai naskah tersebut dianggap layak terbit. Bisa revisi karena bahasanya yang kurang tepat, kontent atau isinya yang kurang mengena, atau gambar yang kurang besar ukuran mega pixcelnya. Semua menjadio pekerjaan rumah (PR) bagi seorang penulis nonfiksi. Ada beberapa penulis yang enggan merevisi naskahnya. Hal ini bisa mengakibatkan buku tidak bisa melalui proses cetak dengan cepat dan menjadikan penerbit atau agensi mencari penulis lain untuk merevisi naskah tersebut. Merepotkan, bukan? Namun ketika kita pandai mengambil hikmahnya, proses revisi ini justru merupakan pembelajaran bagi penulis. Dengan adanya revisi, secara tidak langsung kita belajar untuk lebih bijak menyusun naskah. Mempelajari lagi EYD yang saat ini berlaku, memahami tema yang ditulis, dan lebih teliti menggunakan tanda baca. Cukup membantu jika kita mau belajar dari berbagai revisi yang dialami.
-
Pembayaran tak bisa langsung dipegang Honor atau fee menulis tak seperti ketika kita berbisnis lain seperti membuka toko atau bekerja formal. Honor untuk menulis tak mesti datang sebulan setelah
kepenulisan selesai dan revisi telah dilakukan. Bisa jadi honor datang dalam waktu lebih dari satu bulan, dua bulan, dan bahkan sampai tiga bulan. Hal ini perlu untuk diketahui oleh seluruh penulis, agar tidak lantas terus bertanya kapan honor akan diberikan. Dalam surat kontrak yang telah baku-pun tidak bisa lantas memperkirakan kapan honor benar-benar akan dikeluarkan oleh penerbit. Meskipun demikian ada satu pelajaran berharga yang saya petik ketika bergabung dalam agensi naskah, yaitu bahwa ketika honor kita belum cair maka merekalah yang mendesak penerbit untuk segera memenuhi kewajibannya. Demikian pula dengan penghitungan royalti, maka agensi naskah berperan cukup aktif dalam bertanya tentang buku terjual. -
Royalti tanpa tahu penghitungan penjualan Pernah satu kali seorang teman penulis mengeluh bahwa selama ini dia terima royalti tanpa tahu penghitungan penjualan bukunya. Hal ini menjadikan satu tantangan tersendiri bagi mereka yang akan terjun di dunia kepenulisan. Bersabar dan berpikiran positif menjadi satu-satunya cara menghadapi royalti yang kita sendiri tak mengetahui pasti penghitungannya. Anggaplah hitungan penerbit benar, maka hati akan terasa lebih tenang. Bagaimana tidak? Komentar di jejaring sosial bahwa banyak yang akan dan telah membeli buku kita juga bukan lantas menjadi jaminan mereka benar-benar membeli. Survey langsung ke toko buku juga tidak bisa kita lakukan ke seluruh Indonesia. Paling-paling kita hanya bisa melakukan cek penjualan buku di kota kita.
-
Kiriman Email dari pembaca yang tak selalu baik Kiriman email dari pembaca dan orang lain akan banyak bermunculan ketika buku kita ternyata banyak yang membeli. Namun, diantara banyak email tersebut ada satu atau dua yang mungkin bernada kurang baik, melemahkan, dan bahkan menyalahkan tulisan kita. Sebagai seorang penulis buku nonfiksi kita perlu membuang jauh emosi marah saat menghadapi pembaca yang demikian. Balaslah email dengan kata-kata sopan sehingga lama-kelamaan mereka akan berpikir ulang untuk mengirim kata-kata buruk kepada kita. Anggaplah protes dan cercaan sebagai lecutan bagi kita untuk bisa menghasilkan karya yang lebih baik di masa mendatang.
Meskipun demikian, email dari pembaca menunjukkan bahwa animo mereka sangat besar terhadap buku kita. Dari email yang masuk tersebut, kita bisa mengambil berbegai pelajaran berharga, bisa merendahkan hati, dan mengingat kembali tujuan kita menulis sebuah buku. Ada pembaca yang kemudian sering curhat setelah membaca buku parenting saya. Ada rasa senang karena dibutuhkan, bahagia bisa berbagi, meskipun butuh waktu tentunya untuk menjawab semuanya. -
Persaingan antar penulis Merasa atau tidak, ternyata banyak terjadi persaingan antar penulis dan peluang untuk merasa harus berlomba dengan penulis lain. Mulai dari berbagai perlombaan menulis sampai dengan persaingan dengan judul dan outline yang memikat hati penerbit. Seperti halnya pada bidang pekerjaan lainnya, persaingan ini perlu disikapi dengan bijak. Bahwa masing-masing penulis memiliki kemampuan khusus yang bisa saja berbeda. Ada penulis yang memiliki kemampuan di bidang kepenulisan fiksi atau nonfiksi dengan jenis tertentu. Sadar akan kemampuan diri adalah lebih baik dan membuat kita merasa ringan apabila ternyata kita kalah dalam perlombaan menulis atau belum bisa memikat hati penerbit. Jika setiap penulis sadar akan kemampuan diri dan berbesar hati untuk menerima persaingan ini sebagai lecutan semangat agar lebih baik ke depannya. Maka tidak akan ada lagi black campaign atau rasa iri hati yang tercetus secara frontal di berbagai media.
Bab II. BERKENALAN DENGAN DUNIA PENERBITAN
GRAMEDI A GROUP
MIZA N
PENERB IT LAIN
CAES AR
PENER BIT
PUSTAK A ANGGR EK
CAHA YA ATMA
LASKA R AKSA RA
Haruskah karya yang dihasilkan oleh penulis itu diterbitkan? Pertanyaan tersebut rasanya bisa dijawab oleh masing-masing penulis. Ada yang menganggap bahwa karyanya akan terlihat lebih nyata apabila diterbitkan. Ada penulis spesialis lomba yang hanya mau mengikutsertakan karya-karyanya dalam lomba saja, tidak perlu diterbitkan asalkan bisa menang. Ada yang cukup berpuas diri bisa menulis dengan bagus di blog atau website pribadi, yang penting tujuannya untuk berbagi telah tercapai. Dan ada yang malu-malu dan hanya menyimpan tulisannya di laptop. Apapun tujuan kita menulis, sebaiknya kita mengetahui beberapa hal pokok dalam penerbitan naskah terutama yang berhubungan dengan penerbitannya.
A. Bedah Dapur Buku Nonfiksi
Telah banyak kita ulas tentang pengertian naskah nonfiksi pada bab sebelumnya. Pada dasarnya naskah nonfiksi merupakan naskah yang dibuat berdasarkan fakta, nantinya berbagai metode atau cara bisa digunakan untuk mendapatkan informasi seputar fakta yang hendak diangkat ke dalam tulisan tersebut. Tentu saja salah satu cara untuk mendapatkan informasi terkait kepenulisan buku nonfiksi bisa bersumber dari buku lain/literasi dan juga internet. Kadangkala ada seseorang yang mengatakan bahwa buku nonfiksi si X semua informasinya ada di google. Coba kita telaah dulu pembicaraan bernada miring demikian. Benarkah si X menjiplak google? Naskah nonfiksi, sekali lagi merupakan naskah yang ditulis berdasarkan fakta dan kumpulan informasi. Dikatakan menjiplak atau plagiat, apabila naskah tersebut mengutip tanpa menuliskan kembali informasi yang didapatkan dari media lainnya termasuk internet. Dan naskah seperti ini (plagiat) sangat sulit/bahkan tidak mungkin untuk lolos menjadi sebuah buku yang diterbitkan. Karena proses dari naskah yang disusun oleh penulis sampai diterbitkan melalui beberapa tahapan, termasuk adanya proses editing oleh editor profesional. Nama baik editor dan penerbit sendiri dipertaruhkan untuk mengeluarkan buku yang naskahnya didapat dari hasil plagiat atau menjiplak. Maka kita harus lebih berhati-hati untuk menuduh sebuah naskah disusun sebagai hasil plagiat. Penulisan kembali dari sumber informasi terpercaya seringkali “harus” dilakukan oleh penulis nonfiksi. Coba kita ambil contoh yang sederhana, misalnya kita menulis tentang budidaya ayam kampung. Di buku dan media apapun yang membahas tentang budidaya ayam kampung pasti akan mengulas tentang penetasan alami. Yang berarti si induk mengerami telur di dalam sarang atau petarangan selama +/- 20 hari. Pada kenyataan di lapangan, ketika penulis menemui narasumber peternak ayam kampung mereka juga memberikan informasi yang sama. Jadi, sangat logis jika kemudian penulis menyusun naskah dan menjelaskan tentang penetasan alami tersebut. Dengan informasi yang sama dan bisa didapatkan di semua media. Begitu pula dengan buku-buku nonfiksi lainnya, seperti buku wisata, sejarah, rangkuman pengetahuan umum, dan sejenisnya. Semua buku tersebut pastilah memuat informasi yang sama dengan media lainnya. Misalnya informasi tentang Pancasila, tak
mungkin penulis menambahkan menjadi enam sila atau mengurangi menjadi tiga sila saja. Inilah dunia karya nonfiksi. Perlu adanya rasa rendah hati, menyingkirkan ego, dan bijaksana menyikapi anggapan miring yang seringkali muncul dari pihak-pihak lain yang berpikiran negatif. Siapkan kita menyikapinya? Membenamkan diri dalam dunia kepenulisan nonfiksi yang penuh tantangan? Jika jawabannya ya, coba kita teruskan untuk mengulas bab-bab selanjutnya dengan penuh semangat.
Pada intinya dapur seorang penulis nonfiksi berisikan hal-hal sebagai berikut : -
Kreativitas Penulis nonfiksi dituntut untuk kreatif. Kreatif dalam mencari ide penulisan, kreatif mengolahnya menjadi tema dan outline memikat, dan kreatif pula menyusunnya sebagai sebuah naskah informatif. Bagaimanapun, kreatifitas dibutuhkan agar seorang penulis nonfiksi tetap eksis di bidangnya. Dengan adanya kreatifitas, maka semua hambatan bisa disingkirkan dalam waktu yang tidak lama. Lalu, bagaimana memunculkan kreatifitas? Lakukan hal-hal yang kita sukai, nikmati sensasi dari hal tersebut, maka kreatifitas akan muncul dengan
sendirinya. Misalnya saya yang suka berjalan-jalan
mengitari mall karena kebetulan berada di samping kantor. Dari hobby jalan-jalan ini banyak hal kreatif yang bisa muncul. Seperti tanggap ketika ada kebutuhan menulis fashion, resep masakan negara tetangga, sampai dengan membuat mainan anak. Tanggap karena setiap kali berjalan-jalan ada hal-hal tertentu yang menarik minat saya dan menyimpannya dalam ingatan untuk dikembangkan menjadi ide sebuah tulisan nonfiksi. -
Komunitas Berkumpulah dengan orang baik, maka minimal kita akan tertular kebaikannya. Oleh karenanya memiliki komunitas dengan anggota yang baik dan saling mendukung bisa dijadikan sebagai satu kesempatan dan kemungkinan untuk berkembang menjadi sukses. Komunitas yang saling mendukung juga akan membentuk sikap terpuji masing-masing anggota. Misalnya berkumpul dengan
komunitas pecinta alam, organisasi, dan bentuk lain asalkan bertujuan untuk kebaikan dan dilakukan dengan baik pula. -
Support Dukungan orang-orang tersayang, suami dan anak-anak, juga beberapa kerabat dan sahabat membuat kepenulisan nonfiksi menjadi lancar.
-
Semangat Semangat untuk berkarya dan menghasilkan Usaha nyata
B. Pahami Hubungan Dengan Penerbit Jika memilih melanjutkan profesi sebagai penulis naskah nonfiksi, berarti kita telah siap untuk berhubungan dengan penerbit. Mengapa mesti penerbit? Karena penerbitlah yang memiliki kemampuan untuk menerbitkan sebuah buku. Karena penerbit memiliki jaringan distribusi dan marketing yang akan menyebarkan buku kita ke seluruh nusantara. Baik lewat toko buku, toko online, sampai dengan disebarkan ke sekolah-sekolah dengan berbayar maupun gratis karena adanya proyek pemerintah. Lalu, apakah kita tidak bisa menerbitkan sendiri? Sebenarnya saat ini sudah banyak penerbitan indie yang menawarkan kita menerbitkan buku sendiri secara mandiri. Jadi biaya pembuatan buku, mulai dari menulis, layout, desain, sampai dengan mencetak kita tanggung. Nantinya hasil penjualan buku juga kita terima secara utuh setelah dipotong berbagai biaya tersebut. Namun kendala kemudian ada pada distribusi dan promosi buku yang kurang merata. Karena penerbitan indie maksimal hanya akan memasang buku mereka di internet. Untuk dapat didisplay pada seluruh tokoh buku di Indonesia, sebuah buku perlu dicetak sebanyak minimal 3000 ekslempar. Di sinilah perlunya kita memahami hubungan dengan penerbit. Berhubungan dengan penerbit secara langsung maupun melalui pihak lain tetap bisa kita lakukan sebagai penulis karya nonfiksi. Untuk dapat menembus ke dalam dunia penerbitan ada beberapa hal yang perlu kita pertimbangkan : -
Mencari tahu profesionalisme penerbit.
Saat ini informasi mudah untuk digali, dari berbagai media dan sumber informasi lainnya termasuk teman, sahabat, dan saudara. Menentukan profesionalisme sebuah penerbit bisa kita lakukan dengan melihat performance penerbit tersebut. Caranya cukup sederhana, datang ke toko buku dan lihat nama penerbit yang ratarata mendisplay buku mereka di sana. Nama penerbit ini ada di bagian belakang buku dan dilengkapi dengan alamat serta emailnya. Penerbit profesional tentu mampu mencetak buku terbitan mereka sebanyak @3.000 buah untuk didispalay di toko buku seluruh Indonesia. -
Menggali informasi tentang genre naskah yang dibutuhkan oleh si penerbit Setiap penerbit memiliki spesialisasi sendiri atas naskah-naskah yang dikeluarkannya. Meskipun tak jarang ada juga penerbit mayor yang mengeluarkan berbagai jenis naskah mulai dari fiksi sampai nonfiksi. Mulai dari buku kesehatan sampai dengan bisnis. Namun ada juga penerbit yang lebih mengkhususkan diri menerbitkan buku-buku tertentu. Misalnya khusus menerbitkan buku kesehatan, arsitektur, bisnis, budidaya, atau genre lainnya. Di sinilah kita perlu memantau apabila berhubungan dengan salah satu penerbit tersebut. Melihat kebutuhan penerbit dan mengirimkan naskah sesuai kebutuhan tersebut.
-
Mengetahui selera pasar Jika ingin karya nonfiksi kita diterbitkan dan dinikmati banyak pembaca, maka perlu bagi kita untuk selalu melihat selera pasar. Mengetahui dan mempelajari trend buku yang saat ini banyak dicari dan disukai. Sebab, menulis buku yang tidak ada peminatnya tentu saja sulit untuk mendapatkan respon positif. Padahal respon positif tersebut sangat diperlukan untuk keberlangsungan profesi menulis kita. Jika respon pasar positif maka selanjutnya buku kita akan dinanti atau minimal ada yang berminat untuk membacanya. Misalnya saat ini sedang trend tentang budidaya lovebird maka membuat buku tentang burung cantik tersebut merupakan pilihan tepat dan dicari oleh pasar.
-
Berhubungan dengan pihak yang tepat dan berwenang dalam penerbitan Alamat penerbit memang bisa kita dapatkan dari buku-buku mereka yang beredar di toko buku. Namun, tidak sesederhana itu apabila kita ingin berhubungan langsung dengan penerbit dalam rangka menawarkan naskah yang telah ditulis.
Alamat penerbit biasanya tidak terfokus pada pihak berwenang yang menentukan kelayakan sebuah naskah untuk diterbitkan. Jika memang kebetulan kita tinggal di kota yang sama dengan perusahaan penerbitan tersebut, bisa saja kita melacak ke kantor dan menanyakan secara langsung pihak-pihak yang berwenang menyunting naskah. Biasanya pihak yang menyunting naskah untuk dinyatakan layak terbit adalah editor yang diketuai oleh seorang kepala editor. Editor memiliki spesifikasi sendiri, ada bagian fiksi, nonfiksi, yang nantinya akan dibagi lagi menjadi beberapa bagian khusus lainnya seperti editor buku agama, bisnis, dan lainnya. -
Mengetahui peraturan tertulis dan kebiasaan yang berlangsung dalam penerbitan naskah di sebuah penerbit. Sebelum melangkah lebih jauh ke dalam dunia penerbitan naskah, alangkah baiknya apabila kita terlebih dahulu mengetahui rule atau aturan yang berlaku di bidang ini. Seperti pihak-pihak mana yang seharusnya berkompeten menangani penerbitan naskah, bagaimanakah naskah yang dikatakan layak terbit, perolehan informasi akurat, menghindari plagiat, dan beberapa hal lainnya. Seperti layaknya berada pada situasi dan kondisi baru dimana kita belum mengenal medan maka bertanya dan mencari informasi dari berbagai sumber terpercaya menjadi sarana untuk mengetahui seluk beluk penerbitan. Hanya saja kita juga tetap perlu pandai memilah untuk bertanya “hanya” kepada pihak-pihak terkait yang sekiranya bisa memberikan informasi secara akurat.
C. Fungsi Editor, Agensi Naskah, dan Agensi Penulis Editor : Penulis dan editor seperti dua sisi mata uang yang saling berhubungan erat. Apalagi bagi naskah nonfiksi, yang penuh dengan informasi terkait pembahasan tema bersangkutan. Berikut fungsi seorang editor bagi penulis dan naskah nonfiksi yang disusunnya : -
Menyunting bahasa Fungsi utama dan pertama dari seorang editor adalah menyunting bahasa penulis. Bagaimanapun seorang penulis, fiksi dan nonfiksi tetap perlu memerhatikan tata bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Hanya saja EYD atau ejaan yang disempurnakan memiliki perkembangan yang cukup berarti dari tahun ke tahun. Sehingga, kadangkala penulis kurang memahami perkembangan EYD terbaru sehingga dalam beberapa konten tulisan masih terdapat kesalahan kata maupun tanda baca. Secara pribadi, saya merasa sangat terbantu dengan para editor. Bagaimanapun cara dan sikap seorang editor, rata-rata tujuan mereka baik. Ingin membuat naskah kita layak terbit dan nyaman untuk dibaca. Pernah satu kali tulisan saya penuh dengan coretan seorang editor. Setelah saya amati dan konsultasikan dengannya, ternyata bahasa saya memang terlalu panjang dan lebar. Naluri seorang ibu yang suka bercerita terbawa dalam tulisan tentang parenting. Dari coretan yang tak terhingga banyaknya tersebut, saya belajar memilah kata. Belajar menuliskan titik di saat yang tepat. Sehingga pembaca tidak merasa berlari dan lelah mengikuti gaya bercerita saya. Jika kita menyambut penyampaian editor dengan baik, Insya Allah tak ada kata diomelin editor atau mungkin dimusuhi editor. Karena kembali lagi kepada cara berpikir positif, jika editor mencoret dan meminta kita mengganti naskah itu berarti karena naskah kita belum layak untuk terbit. -
Merapikan naskah Editor bukan hanya berfungsi menyunting bahasa seorang penulis, tetapi mereka juga turut andil dalam merapikan naskah. Seringkali penulis lupa tentang hirarki bagi naskahnya. Bagian bab, sub bab, dan keterangan lain diacak penulisannya sehingga sulit untuk dibedakan. Pembaca akan merasa bingung apabila melihat pembahasan tentang pakan bebek misalnya. Tiba-tiba pada tanda kotak berikutnya kita membahas tentang ukuran telur. Perlu bagi seorang penulis untuk memahami permintaan editor tentang hirarki. Namun demikian naskah yang kurang rapi dalam artian tidak terlalu parah, akan dibenahi oleh si editor dengan senang hati. Terutama apabila naskah tersebut menarik minat si editor untuk memabacanya. Naskah yang rapi akan lebih mudah dilayout dan dicetak oleh penerbit.
-
Cek unsur plagiat
Penulis karya nonfiksi riskan terkena unsur plagiat. Karena seperti ungkapan saya pada bab sebelumnya, bagaimana kita akan mengganti teori yang telah baku adanya. Hanya saja sangat memungkinkan bagi penulis untuk mengubah bahasa atau menceritakan kembali tentang satu hal yang telah pasti keberadaannya. Misalnya saja kita menulis tentang mahapatih Majapahit di zaman kejayaannya yang terkenal dengan sumpah palapa. Maka bisa kita mengubah sedikit bahasanya menjadi, “Sumpah palapa dilakukan oleh seorang mahapatih kerajaan Majapahit saat pemerintahan raja Hayam Wuruk. Sumpah palapa tersebut kemudian terwujud dengan luasnya wilayah Majapahit dari ujung barat sampai ke timur Indonesia.” Pengubahan dengan kata-kata sendiri ini tidak termasuk dalam plagiat, namun kadangkala ada juga orang lain yang menuliskan serupa dengan bahasa kita dalam menerangkan tentang sumpah palapa. Di sinilah fungsi editor untuk mengecek benarkan kata-kata si penulis merupakan plagiat ataukah bukan. Jadi, ketika sebuah buku terbit unsur plagiat yang telah dideteksi diharapkan tak ikut ambil bagian sehingga memalukan bagi penulis dan penerbit. -
Menghubungkan penulis dengan penerbit Ketika kita akan mengirimkan naskah kepada penerbit, maka jalan terlogis yang perlu dilakukan adalah menawarkan naskah kita kepada editor penerbitan tersebut. Sebab, editor memiliki peranan cukup penting dalam menentukan apakah naskah yang diterimanya tersebut menarik dan layak terbit. Oleh karenanya tak jarang editor mengikuti pameran yang diadakan oleh asosiasi penerbit untuk mencari bibit-bibit penulis baru yang fresh dengan ide-ide segar dan layak untuk dijadikan sebuah buku. Meskipun berfungsi menghubungkan penulis dengan penerbit, tetapi proses pembayaran dan royalti biasanya dilakukan oleh bagian akunting sebuah perusahaan penerbitan. Penulis tidak bisa serta merta menagih fee atau honor menulis kepada editor mereka.
-
Membimbing kepenulisan Seorang editor yang profesional dan baik hati, biasanya mau membimbing kepenulisan sebuah karya. Apalagi jika penulis yang bekerjasama dengan mereka tergolong baru. Bimbingan ini lebih pada kelengkapan naskah seperti foto yang
relevan, usulan penambahan atau pengurangan pokok bahasan tertentu, dan hal lain yang berhubungan dengan buku yang akan diterbitkan. Pada beberapa penerbit, editor sengaja mengadakan event lomba untuk menjaring penulis berbakat. Dalam berbagai lomba tersebut biasanya si editor mengadakan kelas menulis untuk memoles penulis menjadi profesional dan naskahnya lebih layak jual.
Agensi Naskah: Dalam melakukan hubungan dengan penerbit, kadangkala penulis perlu menggunakan jasa agensi naskah. Agensi naskah ini berkembang cukup pesat di tanah air. Sebutlah beberapa nama yang tersebar di kota Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Solo, dan Surabaya. Biasanya agensi naskah dibentuk oleh seseorang yang paham tentang dunia penerbitan, pernah bekerja di perusahaan penerbitan, dan paham tentang tata cara pengumpulan naskah, editing, sampai dengan menjadi naskah siap cetak. Agensi naskah memiliki manfaat besar bagi seorang penulis dan juga bagi penerbit. Berikut beberapa fungsi agensi naskah : -
Menjembatani kerjasama antara penulis dengan penerbit. Agensi naskah berfungsi untuk menjembatani hubungan antara penerbit dengan penulis. Jika selama ini penerbit biasa menyebar editornya untuk mencari penulispenulis yang memiliki naskah layak terbit. Maka boleh dikatakan agensi naskah membantu kinerja para editor dari berbagai penerbitan untuk berburu naskah dari penulis yang berkompeten. Kerjasama antara penulis dengan penerbit yang dilakukan lewat agensi naskah biasanya lebih mudah dan transparan. Karena pihak agensi berada di tengahtengah. Jadi agensi nas secara obyektif bisa memilih naskah yang bagus dan layak terbit. Kemudian dengan penulis pihak agensi juga bisa memilihkan penerbit yang transparan dan pembayaran fee atau honornya lancar.
-
Menyediakan ide dan judul bagi sebuah naskah sesuai minat pasar Agensi naskah membantu penerbit dan penulis dengan cara mengeluarkan ide dan tema tulisan. Kemudian mereka share kepada penerbit mana ide dan tema yang sekiranya sesuai dengan minat pasar. Menawarkannya kepada penulis, siapa yang sekiranya mampu menyusun naskah dengan tema tersebut. Kemudian mengawal
penulis dalam penyusunan naskahnya sampai kemudian kembali lagi diserahkan kepada penerbit untuk dicetak. -
Membantu penerbit untuk mencari naskah sesuai dengan tema yang diinginkan Adakalanya penerbit tertentu memiliki kekhususan dalam menerbitkan naskah dengan genre tertentu pula. Misalnya penerbit yang khusus menerbitkan naskah tentang kesehatan, budidaya, hobby, arsitektur, atau psikologi. Nah, penerbit yang demikian memiliki beberapa tema untuk dijadikan sebuah buku. Maka agensi naskah yang telah menjalin hubungan kerjasama dengan mereka akan membantu mencari naskah sesuai tema tersebut.
-
Membantu penerbit mencari penulis yang sesuai dengan standard penerbitan sebuah buku Agensi naskah sebenarnya lebih banyak membantu penerbit, tetapi di samping itu agensi naskah juga membantu penulis yang ingin berkarya. Di sinilah ada sebuah simbiosis mutualisme antara agensi naskah dengan penerbit dan juga dengan penulis. Bagi penerbit, agensi naskah bermanfaat membantu mereka mencari penulis handal yang sesuai dengan standard penerbitan buku atau media lainnya. Penulis-penulis yang tergabung pada sebuah agensi naskah biasanya memiliki jam terbang lebih tinggi, siap dikejar deadline, dan tak henti menempa pengetahuan. Baik yang didapatkan dari agensi naskah bersangkutan, maupun dengan sharing antar penulis dalam agensi tersebut. Oleh karenanya penulis lebih mampu menyelesaikan naskah yang diminta sesuai waktu dan standard yang diberlakukan oleh penerbit.
-
Memanaje dan mempercantik naskah Agensi naskah memiliki editor yang siap menyunting dan mempercantik naskah dari penulis. Memanaje naskah dalam artian mencari penulis yang tepat bagi proposal atau outline terpilih, membuat schedule kepenulisan, dan mengawal sampai naskah tersebut siap diterbitkan. Nantinya agensi naskah juga yang akan mengatur kapan naskah selesai dibuat, mengedit naskah supaya nampak rapi dan layak terbit, dan bahkan kadangkala ikut juga mendesain dan melakukan lay out terhadap si naskah.
-
Mengatur pembayaran honor kepenulisan
Adanya agensi naskah memiliki peran penting dalam hal pembayaran honor kepenulisan kepada penulis. Agensi memiliki bargaining tersendiri dengan penerbit sehingga pihak penulis sebagai pemilik naskah tidak merasa dirugikan. Biasanya agensi memperjuangkan hak penulis agar tidak terlalu lama keluar dari rentang waktu selesainya sebuah naskah. Sebab nantinya hal ini akan berhubungan dengan semangat dan kemauan penulis untuk menyusun naskah kembali di saatsaat berikutnya. Honor kepenulisan yang lancar secara langsung akan membuat penulis merasa dihargai dan berbahagia. Sehingga di lain waktu tak ada lagi halangan untuk kembali menuangkan ide dalam sebuah karya. Karena bagaimanapun sebagai seorang manusia, tentu penulis juga memerlukan biaya hidup dan membahagiakan keluarga mereka. -
Ikut serta promosi buku yang telah diterbitkan Agensi memiliki fungsi ganda sebagai tim promosi atas buku-buku yang telah dihasilkan oleh penulis mereka. Waktu dan kesempatan agensi untuk promo buku tentu lebih banyak daripada penulis. Apalagi dengan sebuah tim solid yang bekerjasama dalam membesarkan agensi tersebut. Oleh karenanya sangat dimungkinkan bagi agensi naskah untuk ikut serta promosi buku-buku penulisnya. Misalnya dengan membuat website, upload di jejaring sosial, dan memberikan fasilitas diskon bagi penulis yang akan membeli bukunya sendiri untuk berbagai keperluan.
Agensi Penulis : Jika agensi naskah lebih banyak berhubungan dengan naskah, maka agensi penulis tentu saja lebih banyak berhubungan dengan penulis. Agensi penulis belum umum di Indonesia, meskipun ada beberapa yang telah menekuni bidang tersebut. Namun, di negara-negara Eropa dan Amerika peran agensi penulis sangat penting bagi para penulis buku baik fiksi maupun nonfiksi. Sebutkan karya populer semacam Harry Potter yang lahir dari tangan seorang penulis dan memercayakan naskah ke agensinya. Berikut fungsi agensi penulis yang perlu diketahui : -
Mencari penulis-penulis berbakat dan berkemauan untuk maju
Agensi naskah mencari naskah, sedangkan agensi penulis mencari penulis. Seperti halnya pencari bakat lainnya yang menelusuri jejak-jejak penulis baru yang dirasa mampu dan memiliki semangat untuk maju. Bakat saja tidak cukup menjadikan seseorang menjadi penulis handal. Karena bakat tanpa ditunjang kemauan belajar akan membuat si penulis menjadi sosok arogan yang sombong. Sedangkan bagi penulis yang mungkin hanya sedikit memiliki bakat, akan bisa sukses jika ditunjang dengan kemauan keras untuk maju dan pembelajaran tada henti untuk mencapai kapasitas dan kemampuan yang lebih baik dari sebelumnya. -
Menempa para penulisnya sehingga menjadi terasah dan trampil menyusun naskah Agensi penulis berfungsi untuk turut serta membentuk karakter seseorang dalam menghasilkan karya tulis. Membimbing dengan sabar dan ikhlas agar penulis yang ditempanya dapat memiliki kemampuan yang lebih baik dari hari ke hari berikutnya.menunjukkan trik untuk menulis dengan baik, mengajarkan EYD, memandu munculnya ide, dan menyemangati si penulis agar memiliki kemauan untuk maju bersama.
-
Menjembatani hubungan penulis dengan penerbit Setelah merasa bahwa penulis yang bernaung di bawah agensinya memiliki kemampuan untuk membuat naskah layak terbit, maka selanjutnya agensi penulis menawarkannya kepada penerbit. Mencari peluang untuk dapat menulis sesuai dengan tema yang diminta oleh si penerbit. Menawarkannya kembali pada si penulis, dan membuat kesepakatan untuk bekerjasama.
-
Mengawal penyusunan buku oleh penulis Agensi penulis berfungsi untuk mengawal penyusunan buku oleh si penulis yang berada di bawah naungan mereka. Mulai dari pembuatan kerangka tulisan, penyusunan naskah tiap bab yang perlu untuk direview, sampai dengan memberikan informasi terkait dengan kualitas foto. Semua dilakukan oleh agensi penulis untuk memudahkan para penulis mereka berkreasi dan memiliki naskah yang memenuhi standard terbit.
-
Mengawal promosi buku Penulisan dan penjualan buku sangat erat kaitannya. Jika penjualan sebuah buku lancar dan bahkan best seller, maka selanjutnya si penulis akan diminta kembali
oleh penerbit untuk menciptakan sekuel atau buku-buku berikutnya yang masih berhubungan dengan buku pertama. Bisa juga penulis akan diminta naskah yang berkaitan pembahasannya dengan buku laris yang dihasilkannya. Oleh karenanya agensi penulis sangat membantu apabila ikut serta berpromosi. Promosi bisa dilakukan lewat blog, website, toko buku, jejaring sosial, dan membuat acara bedah buku karya penulis mereka. -
Melejitkan potensi penulis Meskipun bisa, tidak semua orang sabar untuk menjadi penulis. Oleh karenanya kemampuan dan kemauan tersebut perlu dilejitkan dengan cara-cara potensial. Agensi penulis memiliki peran penting dalam melejitkan penulis-penulis yang ada di bawah naungan mereka. Jika nantinya penulis tersebut terkenal, bukunya best seller, maka agensi penulis juga ikut meraih keuntungan karena adanya kerjasama antara penulis dengan mereka.
Dalam memilih penerbit, agensi naskah, maupun agensi penulis hendaknya kita bijaksana dan berpikiran positif. Jika apa yang kita lakukan diniatkan demi kebaikan maka yang terjadi adalah hal-hal yang baik pula. Jangan segan untuk bergaul dan mengenal lebih dekat ketiga pihak yang akan membantu kita menerbitkan naskah tersebut. Dengan mengenal lebih dekat, mengunjungi kantornya, dan berinteraksi dengan baik maka diharapkan akan tumbuh sinergi untuk meraih kesuksesan.
EDITOR
AGENCY PENULI S
PENUL IS
PENERB IT
AGENCY NASKA H
D. Menimang dan Melepas Naskah Seorang penulis nonfiksi perlu mempertimbangkan masak-masak sebelum menimang dan melepaskan naskah yang telah disusunnya. Naskah ibarat seorang bayi yang kita lahirkan. Ada unsur merawat dan keikhlasan di sana. Merawat si naskah sampai menjadi sebuah buku dan mengikhlaskannya untuk dinikmati oleh banyak pembaca ketika kita arahkan untuk diterbitkan. Saat kita memperoleh kesempatan menyusun sebuah naskah, maka pergunakanlah kesempatan tersebut dengan sebaik-baiknya. Kecuali memang kita tidak pernah tertarik untuk mengambil kesempatan tersebut. Jika memang demikian, relakanlah orang lain untuk menyusun naskah dimana kita enggan melakukannya. Jika perlu bimbinglah mereka agar mampu menghasilkan naskah berkualitas layak terbit. Apa gunanya? Setiap perbuatan baik pasti akan berbalas baik, meskipun bukan orang yang bersangkutan akan membalasnya. Dan jika belum terbalas di dunia, Insya Allah Tuhan menjanjikannya dengan pahala. Bagaimanapun perbuatan baik akan menampakkan hikmah besar bagi kebaikan hidup kita. Inilah mengapa tak ada salahnya bagi kita untuk saling berbagi dengan penulis lain. Kembali lagi ke dalam permasalahan menimang naskah. Mengingat tujuan awal menulis merupakan langkah terbaik untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya yang bisa ditempuh. Jika awalnya kita bertujuan mencari materi, maka sertakanlah tujuan lain yaitu untuk berbagi agar naskah yang kita buat tetap berbobot. Jika awalnya kita menulis untuk berbagi maka sertakanlah dengan pencarian fee karena kita akan lebih bisa menghargai kesempatan dan deadline yang ditetapkan oleh pihak penerbit. Setelah mengingat dan memahami kembali tujuan kita menulis, maka selanjutnya kita bisa menentukan langkah selanjutnya dalam menimang naskah. Timanglah naskah yang kita suka dan kita kuasai, minimal kita mengenal narasumber dan mengetahui letaknya bagi penulis nonfiksi semacam buku budidaya. Berhati-hati untuk menerima naskah yang bahkan diri kita merasa enggan menuliskannya, bertentangan dengan hati nurani, dan tidak ada kemampuan dari dalam diri kita untuk menyusunnya. Misalnya saja saya yang tak akan pernah menyentuh dan meminang naskah pembuatan kue-kue modern.
Meskipun saya suka memasak, tetapi saya kurang suka membuat kue. Sehingga hasil kue buatan saya-pun terkesan apa adanya. Bagaimana mungkin saya bisa mengerjakan pembuatan buku resep kue modern, jika saya sendiri kurang mampu dan jelas tidak bisa menikmati tahap penyusunannya? Jika tadi kita berbicara tentang menimang, maka saat ini kita akan beralih pembicaraan dengan melepaskan naskah. Apabila kita telah memiliki naskah jadi, lepaskanlah naskah pada penerbit yang tepat. Saat ini banyak keluhan tentang lamanya proses penerbitan, distribusi naskah, dan pembayaran. Oleh karenanya perlu bagi penulis untuk berhati-hati melepas naskahnya. Berikan naskah kepada penerbit yang benar-benar profesional dan beritikad baik. Pastikan surat perjanjian kerja atau surat kontrak telah diterima sebelum buku diterbitkan. Bacalah dengan seksama perjanjian tersebut agar tidak merugikan salah satu pihak. Memilih dan memilah penerbit memang bisa dilakukan sendiri oleh penulis. Tetapi alangkah sederhananya apabila ada pihak lain yang siap membantu untuk mencarikan penerbit profesional sekaligus mengawal keberadaan naskah kita. Di sinilah fungsi agensi naskah dan agensi penulis nampak sangat berarti.
E. Waspada Dengan Jenis dan Sistem Pembayaran Apabila seseorang telah menjadikan dunia menulis sebagai sumber pendapatan tambahan atau bahkan sumber penghasilan utama, maka prosedur pembayaran harus benarbenar diperhatikan. Karena di dalam dunia kepenulisan nonfiksi, pembayaran naskah memiliki dua sistem utama yaitu :
1. Jual Putus Sistem pembayaran naskah nonfiksi dari penerbit yang pertama adalah jual putus. Sistem jual putus ini seperti halnya ketika mengirim artikel atau naskah serupa ke redaksi koran dan majalah. Berikut hal-hal yang menjadi ciri khas sistem jual putus sebuah naskah : -
Ada kontrak tertulis di awal kepenulisan atau setelah naskah diserahkan. Masing-masing penerbit dan agensi memiliki kebijakan tersendiri maslah kontrak kerja tersebut. Namun, sebagai seorang penulis saya menyarankan agar kita
meminta kontrak kepenulisan di awal ketika outline atau naskah kita disetujui dan akan diterbitkan oleh mereka. Di dalam kontrak ini tercantum beberapa aturan yang perlu dicermati oleh penulis. Di antara peraturan tersebut adalah bahwa naskah yang telah dibeli tidak boleh dipublikasikan kembali. Ada beberapa peraturan yang berbeda antara satu penerbit dengan lainnya. Ada penerbit yang menentukan jual putus berlaku selamanya, untuk berapapun cetakan ulang, dan karya terjemahan. Ada pula yang memberi kompensasi dan honor tambahan ketika naskah berhasil cetak ulang atau diterjemahkan ke dalam bahasa asing. -
Honor dihitung per halaman atau per paket. Pada sistem pembayaran jual putus, honor dihitung berdasarkan dua hal. Ada yang dihitung per halaman yang jumlahnya sesuai dengan tingkat kesulitan naskah. Rata-rata honor per halaman antara Rp10.000,00 – Rp50.000,00. Biasanya honor yang diberikan untuk penulis nonfiksi sudah termasuk foto dan gambar pendukung, kecuali ilustrasi yang dihandel sendiri oleh agensi dan penerbit. Selain honor per halaman juga ada honor yang dihitung per paket. Karya nonfiksi yang biasanya mendapatkan honor per paket adalah buku masakan, ketrampilan, psikotes, soal Unas, Toefl, kamus, dan arsitektur. Honor per paket ini berkisar antara Rp2.000.000,00 – Rp50.000.000,00 tergantung dari tingkat kesulitan naskah dan biaya yang mungkin dikeluarkan oleh si penulis.
-
Jangka waktu pemberian honor. Pemberian honor penjualan putus termasuk cepat. Setelah naskah selesai disusun dan diedit maka biasanya honor akan segera turun. Meskipun naskah belum dicetak. Jangka waktu antara selesainya naskah disusun dengan turunnya honor berkisar antara 2 minggu sampai 3 bulan.
Contoh surat kontrak kepenulisan dengan sistem pembayaran jual putus :
2. Sistem Royalti Sistem royalti merupakan sistem pembayaran naskah yang banyak ditawarkan dan diberikan oleh penerbit. Sistem ini memiliki keunggulan bagi kedua pihak baik penulis maupun penerbit. Penulis mendapatkan honor sesuai dengan buku mereka yang terjual. Sedangkan penerbit diuntungkan karena memberikan honor sesuai penjualan buku tersebut. Berikut adalah hal-hal yang menjadi ciri khas pemberian royalti bagi seorang penulis: -
Adanya surat kontrak pembelian naskah secara royalti Baik dalam sistem jual putus maupun royalti, penulis tetap perlu mendapatkan surat kontrak pembelian naskah yang telah disusunnya. Kontrak royalti ini menyebutkan bahwa penulis akan mendapatkan sekian persen dari harga buku yang terjual. Biasanya royalti yang diberikan adalah 10% dari harga buku. Misalnya harga buku Rp50.000,00 maka seorang penulis mendapatkan 10% x Rp50.000,00 = Rp5.000,00 per buku terjual. Dalam cetakan pertama penerbit biasanya mengeluarkan sekitar 3000 buku untuk disebar ke toko buku seluruh nusantara.
-
Pemberian uang muka/DP Tidak semua penerbit memberikan uang muka/DP atas naskah yang telah diterbitkan. Hanya beberapa penerbit mayor yang memberikan DP sejumlah 2030% dari total royalti yang seharusnya diterima jika penjualan buku cetakan pertama kita habis. Misalnya buku kita dicetak 3000 buah dengan harga Rp50.000,00 per buah. Maka DP yang akan diterima adalah 30%x 30.000 x (50.000 x 10%) = 30% x 3.000 x 5.000 = Rp4.500.000,00.
-
Jangka waktu pembayaran royalti Pembayaran royalti dilakukan oleh penerbit dalam waktu tertentu, sesuai dengan penghitungan mereka terhadap total penjualan buku. Biasanya pembayaran royalti dilakukan dalam jangka waktu 3 bulan atau 6 bulan sekali. Bagi yang menerima uang muka/DP di awal penerbitan maka royalti pertama dikurangkan oleh DP tersebut. Namun bagi yang tidak menerima DP maka royalti seutuhnya menjadi milik penulis tanpa pengurangan lagi.
Contoh surat kontrak kepenulisan dengan sistem pembayaran royalti : Bagi penulis yang menggunakan jasa agensi naskah atau agensi penulis untuk berhubungan dengan penerbit, maka honor atau fee naskah yang kita ulas di atas biasanya mendapat pengurangan. Pengurangan tersebut terbilang wajar sebagai biaya administrasi dan jasa penghubung, bimbingan, ide, penyuntingan sampai dengan desain dari naskah yang hendak diterbitkan. Besarnya biaya administrasi yang dikenakan oleh agensi tidaklah sama, tergantung masing-masing agensi dan perjanjian dengan penulis. Rata-rata agensi mengenakan biaya antara 20% - 30% dari total pendapatan atau honor penulis. Apabila penulis mendapatkan kontrak jual putus, agensi langsung memotongnya dari honor yang turun melalui mereka. Namun, pada kontrak royalti, biasanya ada perjanjian tiga pihak antara penulis, penerbit, dan agensi agar pembagian royalti langsung diserahkan kepada masing-masing pihak yaitu agensi dan penulis. Contoh surat kontrak penulisan dengan sistem pembayaran royalti :
Ada beberapa hal yang perlu dicermati oleh penulis sehubungan dengan sistem pembayaran, baik dari agensi maupun langsung penerbit yaitu : -
Teliti membaca surat kontrak atau surat perintah kerja dari agensi/penerbit Sebelum menyerahkan naskah kepada agensi atau penerbit, hendaknya penulis memperhatikan dan membaca dengan teliti surat kontrak atau surat perintah kerja yang didapatkan. Jangan sampai terjadi naskah telah diterbitkan dan penulis belum
-
mendapatkan surat kontrak. Tanyakan dengan jelas tentang sistem pembayaran yang dipakai Carilah informasi tentang sistem pembayaran yang akan digunakan oleh agensi atau penerbit. Apabila di dalam surat kontrak tidak disebutkan, jangan segan untuk bertanya. Tanyalah langsung pada pihak berwenang daripada menanyakannya kepada sesama penulis yang mungkin saja mendapatkan pengalaman berbeda-beda.
BAB III. MENGGALI IDE KREATIF.
Deretan buku nonfiksi di sana lahir dari ide kreatif Sumber : dokumen pribadi Ide kreatif merupakan kunci pertama yang membuka jalan seseorang untuk berkiprah menjadi seorang penulis nonfiksi. Ide ini tidak bisa datang dari imaginasi, namun dari fakta yang ada di sekitar kita. Bisa dari pengetahuan karena latar belakang pendidikan, dari pengalaman diri sendiri, pengalaman orang lain, survey, penelitian, dan berbagai sumber informasi terpercaya. Semua bisa menjadi ide kreatif untuk menghasilkan karya layak terbit di tangan seorang penulis nonfiksi. Maka beberapa hal yang menjadi sub bab di bawah ini mungkin bisa sedikit menjabarkan tentang penggalian ide kreatif tersebut.
A. Membuka Keenam Indra Sebuah ide bagi seorang penulis sangatlah berharga. Apalagi jika ide tersebut ternyata memikat untuk diterbitkan. Ide memang bisa saja datang sewaktu-waktu ketika kita sedang diam atau sedang melakukan satu pekerjaan tertentu. Namun, sesungguhnya ide tersebut bukan datang dengan sendirinya. Ada proses di balik datangnya satu ide di kepala seorang penulis. Proses pertama adalah membuka keenam indra kita sebagai seorang manusia. Dengan membuka keenam indra, kita menjadi lebih peka dan tergerak untuk menjadikan semua informasi yang diterima sebagai ide kreatif.
Berikut keenam indra yang bisa diaktifkan dan dibuka untuk menjaring ide-ide bagi sebuah karya nonfiksi : -
Penglihatan/Mata Allah menganugerahkan mata bagi kita untuk melihat. Bersyukur apabila kita memiliki mata yang normal. Masih bersyukur juga apabila kita hanya memerlukan bantuan kaca mata untuk dapat melihat dengan jelas. Karena pandangan mata kita begitu luas menggapai seluruh isi dunia. Apalagi saat ini banyak media informasi dan komunikasi yang memungkinkan kita memandang ke seluruh penjuru bumi. Dari pandangan yang kita sebar tersebut, ada banyak ide bisa dimunculkan. Misalnya ketika kita pergi ke perkebunan paprika, maka ada ide untuk menulis buku tentang budidaya paprika. Demikian pula ketika kita melihat ada banyak remaja berpasangpasangan di taman kota, ada ide untuk menuangkannya sebagai buku parenting bagi orang tua. Pendek kata semua fenomena yang tertangkap oleh pandangan mata kita menjadi sebuah ide berharga bagi penulis nonfiksi.
-
Penciuman/Hidung Indra kedua yang bisa menggali ide-ide kreatif ketika kita mengaktifkannya adalah hidung. Penciuman kita membuat ide mengalir deras apabila memang kita rasakan dengan seksama. Berbagai jenis bau bisa tercium apabila hidung kita dalam keadaan sehat. Oleh karenanya memiliki indra penciuman yang sehat sama pentingnya dengan indra penglihatan. Mulai dari bau harum, sedap, asam, sampai dengan busuk bisa tercium oleh hidung yang sehat. Dari berbagai bau tadi kita bisa menggali ide kreatif. Ketika kita lewat di depan sebuah gerai masakan Jepang misalnya, tercium bau sedap olahan hasil laut dengan saus khas dan mayonaisenya. Maka tumbuhlah ide untuk membuat buku resep masakan Jepang. Demikian juga ketika kita lewat di depan pembuangan sampah dan tercium bau busuk, bisa jadi ada ide juga untuk membuat buku pengolahan sampah organik. Semua bisa menjadi ide kreatif bagi penulis nonfiksi.
-
Pengecap/Lidah Indra ketiga yang perlu kita cermati adalah lidah. Bagian pengecap ini berfungsi mendeteksi berbagai macam rasa seperti asin, manis, asam, pahit, dan campuran rasa seperti lezat, gurih, atau sedap. Dari berbagai makanan, minuman, obat, dan apapun
yang bisa kita rasakan melalui lidah bisa tumbuh menjadi ide segar bagi kepenulisan buku nonfiksi. Contohnya ketika kita disuguhi semangkuk es campur nan lezat. Nampak ada buahbuahan yang dipotong kecil disiram saus gula dan susu kental manis. Namun ada sesuatu yang berbeda dari buah tersebut. Setelah kita merasakan dengan seksama ternyata buah-buahan tersebut diolah menjadi manisan terlebih dahulu sebelum dibuat es campur. Seorang penulis nonfiksi bisa mengolah sensasi rasa es campur tersebut menjadi buku resep minuman segar, menjadi buku motivasi yang menceritakan tentang fenomena kehidupan seperti es campur, dan menjadi berbagai buku lain sesuai dengan kreatifitas pengolahan idenya. -
Pendegaran/Telinga Memiliki telinga, gunakan untuk mendengar tentang kebaikan. Sama halnya dengan memiliki indra lainnya seperti mata, hidung, dan lidah. Memiliki telinga sehat merupakan anugrah tak terhingga bagi seorang manusia termasuk para penulis. Telinga yang digunakan untuk mendengar kebaikan, akan memunculkan ide kreatif dalam penyusunan naskah. Misalnya mendengar ceramah agama yang lugas dan lucu, membuat seorang penulis memiliki ide memunculkan buku humor sufi seperti Abunawas atau Nasrudin Hoja. Mendengarkan kokok ayam jantan membuat ide di kepala melayang pada pembuatan buku budidaya ayam serama yang sedang trend. Demikian luas, banyak, dan tak terhingga sebenarnya ide yang bisa kita gali dari indra sebagai seorang manusia.
-
Peraba/Kulit Indra peraba yang dimanifestasikan dengan kulit tubuh juga menjadi sarana penggali ide yang efektif. Permukaan kasar, halus, lembut, panas, dan dingin menjadi sumber ide yang tiada habisnya. Coba sesekali kita merasakan apa yang diraba oleh kulit. Misalnya ketika mencuci muka dan merasakan dinginnya air di Lembang, maka sempat terbersit ide untuk menulis tentang buku wisata Bandung dan sekitarnya. Ada lagi ketika kita rasakan permukaan kulit nenek yang masih kenyal di usia 80 tahun, maka terbersit untuk menulis resep kecantikan kuno ala nenek. Demikian luas dan banyaknya ide dari rasa yang kita dapat melalui indra, bukan?
-
Perasa/Hati
Saya menuliskan keenam indra, meskipun yang nampak di permukaan hanyalah lima indra saja. Bukan bermaksud mengajak pembaca mempercayai tentang hal mistik, namun indra keenam di sini memang nyata adanya. Indra perasa, begitu saya menyebutnya adalah hakikat seorang manusia yang memiliki hati nurani. Sehingga bisa memiliki perasaan dan mengambil hikmah dari setiap peristiwa yang dialaminya. Misalnya saja ketika kita mengira bahwa seseorang berbuat baik karena ada maunya, dan kemudian hal tersebut terbukti maka bisa jadi sebuah ide tentang psikologi komunikasi. Membaca wajah seseorang, membaca sifat seseorang dari tulisannya, dan berbagai bahasan lainnya. Semua bisa tumbuh dari adanya hati yang merasakan sekeliling kita.
Biasakan menjadi anak-anak yang selalu membuka semua indra mereka untuk menyerap informasi Sumber : dokumen pribadi
B. Hebatnya Hubungan Baik Ide bisa didapat dimana saja dan kapan saja. Tergantung apakah seorang penulis mampu mengambil hikmah dari semua perjalanan dan pertemuan yang dilakukannya dengan orang lain. Menjalin hubungan baik dengan pasangan, anak-anak, saudara, keluarga, teman, sahabat, dan bahkan orang lain yang baru dikenal bisa membuncahkan ide menjadi sebuah tema kreatif siap tulis. Hubungan baik yang didasari oleh niat yang baik, dijalani dengan penuh kebaikan, dan tentu saja dengan orang-orang yang baik.
Mengapa harus baik, bukankah setiap hubungan dengan orang lain bisa memunculkan ide kreatif? Tak ada salahnya mendekat hanya kepada yang baik dan demi kebaikan. Apalagi sebagai penulis nonfiksi, kita tak perlu menumbuhkan karakter pada tokoh ciptaan sehingga tak perlu mengambil contoh karakter yang kurang baik. Hubungan baik yang dijalin dengan orang-orang di sekitar kita seringkali memunculkan ide kreatif untuk kemudian dijadikan sebagai sebuah buku. Misalnya berhubungan dengan teman dari berbagai profesi, ada dokter, pengacara, notaris, polisi, guru, dan petani. Semua memiliki nilai tambah bagi seorang penulis nonfiksi. Bukan hanya ide yang bisa melimpah ketika menjalin hubungan baik dengan multi profesi, multi etnis, dan multi budaya. Tetapi nantinya kita juga bisa meminta bantuan mereka untuk menulis duet atau menjadi narasumber bagi buku yang kita susun. Menjalin hubungan baik dengan siapapun di sekitar kita akan menambah wawasan tentang berbagai hal. Wawasan dan informasi inilah salah satu sumber bagi naskah nonfiksi. Katakanlah kita memiliki sahabat seorang dokter yang satu hari membicarakan tentang diet bagi penderita diabetes. Maka terpetik dalam pikiran kita untuk mengeluarkan ide tentang membuat buku masakan diet bagi penderita diabetes. Begitu juga ketika kita menjalin hubungan baik dengan pebisnis toko online, maka kita akan memiliki ide untuk mengupas tuntas tentang toko online dalam sebuah buku bisnis. Simpel dan cukup mudah untuk dilakukan. Bagaimana jika sulit untuk memulai hubungan baik? Tidak ada kata sulit untuk suatu hal yang baik. Apabila kita berusaha untuk memperbaiki diri sendiri terlebih dahulu maka nantinya kita akan dapat menjalin hubungan baik dengan orang-orang yang baik pula. Di sinilah inspirasi tentang ide menulis akan tumbuh dengan sendirinya. Tidak perlu dipaksakan atau terlalu banyak bertanya. Cukup bergaul dengan itikad baik maka ide akan mengalir dengan sendirinya melihat apa yang dilakukan oleh teman-teman kita tersebut. Meskipun di sekeliling kita banyak juga orang-orang yang mungkin bermaksud tidak baik, tetapi kita tetap perlu mengembangkan pemikiran positif. Sebab apabila kita terkungkung dalam kecurigaan dan pemikiran negatif maka dunia ini akan terasa suram. Belum lagi ide menulis dan kreatifitas yang akan terhambat begitu kita mengembangkan pemikiran negatif. Yang prlu juga untuk kita ingat bahwa hubungan baik bukan untuk diperjual-belikan. Dalam artian, apabila kita hendak membina hubungan baik dengan orang lain tak perlu ada ketentuan materi yang dikeluarkan. Apabila seseorang mau bersahabat dengan kita, pastikan itu bukan karena prestasi atau materi yang kita miliki. Tetapi karena ketulusan hati ingin berbagi sebagai seorang teman.
Hubungan baik, sumber inspirasi sumber : dokumen pribadi
C. Ambil Hikmah Dari Setiap Peristiwa Terjadinya satu peristiwa, baik menyenangkan maupun menyedihkan tentu memiliki hikmah bagi setiap manusia. Termasuk kita sebagai seorang penulis. Setiap peristiwa yang terjadi pada diri kita, bisa diambil sebagai ide menuliskan naskah nonfiksi. Misalmya peristiwa kehamilan yang bisa dibuat berbagai buku bertema serupa. Peristiwa pernikahan yang juga bisa dijadikan ide membuat buku tentang pencarian jodoh. Dan banyak lagi peristiwa yang bisa mencuatkan ide kreatif untuk mengulas sebagai sebuah buku. Peristiwa yang bisa dijadikan sebagai sumber ide, bukan hanya dari kejadian yang kita alami saja. Tetapi semua peristiwa yang ada di dunia ini bisa dijadikan sebagai sebuah ide kreatif. Misalnya saja kasus maraknya kawin-cerai di kalangan artis, bisa dijadikan ide untuk membuat buku rahasia perkawinan bahagia. Peristiwa jatuhnya indeks saham di wall street bisa dijadikan sebagai buku ulasan pasar modal. Pendek kata banyak sekali ide yang bisa kita cetuskan sebagai penulis nonfiksi. Hanya saja nantinya kita tetap perlu memilah dan memilih mana ide yang sekiranya sanggup kita kerjakan dan susun sebagai sebuah buku, mana yang hanya bisa disusun sebagai sebuah artikel, dan mana yang bisa kita sharing ke penulis lain untuk dijadikan buku olehnya. Mengapa mesti memilah dan memilih ide? Karena setiap penulis nonfiksi memiliki kemampuan berbeda-beda. Berdasarkan latar belakang pendidikan, budaya, pengalaman hidup, dan pekerjaan yang tengah ditekuni.
Luas dan banyak ide yang bisa kita keluarkan dan dijadikan sebuah naskah apabila memang kita mampu melakukannya. Bagaimana jika kurang memenuhi syarat untuk menulis ide yang dicetuskan tadi? Nantinya kita membutuhkan beberapa hal untuk menguatkan karya nonfiksi kita menjadi sumber informasi akurat. Diantaranya adalah teori baku, hasil penelitian, survey, dan keterangan dari narasumber. Beberapa peristiwa yang bisa memunculkan ide untuk menulis tema nonfiksi, antara lain : -
Trend yang terjadi di sekitar kita Trend yang terjadi di sekitar penulis bisa memunculkan ide untuk menulis buku nonfiksi. Bukan hanya trend fashion seperti model jilbab, baju batik, sanggul, dan riasan ala Korea misalnya. Bisa jadi trend hobby seperti ayam serama, lovebird, kenari, dan hobby lain juga bisa menginspirasi untuk dijadikan sebuah buku. Maka berbahagialah sebagai penulis nonfiksi karena banyak hal yang bisa diangkat sebagai ide menulis tanpa perlu plagiat atau meniru ide orang lain.
-
Peristiwa alam Ketiksa lumpur Lapindo menenggelamkan beberapa desa di kawasan kecamatan Porong Sidoarjo, maka banyak bermunculan ide tentang membuat buku. Mulai dari buku tentang sejarah ibukota Majapahit yang ternyata dulu juga pernah ditenggelamkan oleh lumpur di daerah porong. Kemudian beranjak pada buku Usaha Kecil Menengah yang ternyata banyak dilakukan oleh para korban lumpur tersebut untuk menyambung hidupnya.
-
Peristiwa sehari-hari Banyaknya peristiwa yang terjadi dalam keseharian seseorang menumbuhkan ide menulis bagi kita. Misalnya ketika ada seorang tukang jamu lewat maka terpikir untuk membuat tulisan tentang pengobatan herbal. Ketika nampak ada seorang tukang soto maka terpikir untuk membuat buku tentang aneka soto nusantara.
-
Kejadian di tempat kerja Seorang penulis kadangkala merupakan pekerjaan sampingan, karena hasilnya yang tak selalu manis. Salah satunya adalah dengan bekerja di sektor lainnya, seperti di kantor, pabrik, rumah sakit, sekolah, dan tempat lainnya. Nah, berbagai kejadian yang ada di tempat kerja tersebut bisa dijadikan sebagai sumber ide. Misalnya tentang marketing, manajemen, kepribadian, psikotes kerja, dan sejenisnya.
-
Bisnis Bisnis yang dijalankan oleh diri sendiri atau orang terdekat bisa menjadi inspirasi ide bagi penulisan sebuah karya nonfiksi. Seperti bisnis apotek, bisnis rumah makan, katering, bengkel motor, atau bahkan agensi.
-
Perjalanan Seorang penulis nonfiksi bisa menggunakan bahan dari perjalanan yang dilakukannya sebagai ide menulis. Baik perjalanan tersebut bersifat wisata, religi, atau perjalanan dinas dan bisnis. Beberapa ide bisa diambil dari wisata ke pulau Bali, perjalanan dinas ke Jerman, atau bahkan saat menjalani ibadah Haji dan Umroh.
-
Pendidikan anak-anak Pendidikan anak-anak menjadi sumber inspirasi yang tak pernah henti bagi kepenulisan nonfiksi tentang stimulasi perkembangan anak. Mulai dari pendidikan anak usia dini sampai remaja tetap menarik dibahas dari sisi manapun pada kepenulisan nonfiksi. Seperti mengajar bayi calistung, ragam permainan anak, atau buku-buku stimulasi anak.
D. Rahasia Sumber Ide Yang Original.
Ide original itu anugerah Sumber : clip art Begitu banyaknya hal yang bisa membuat aliran ide kita deras. Justru dari hal-hal yang ada pada diri kita sendiri. Dari adanya indra yang sempurna, dari adanya hubungan baik dengan orang di sekitar kita, dan kemampuan diri untuk mengambil hikmah dari setiap peristiwa. Ide yang diperoleh berdasarkan kemampuan diri mengelola berbagai sumber ide yang ada di sekitar kita inilah justru sumber ide yang original. Bukan ide yang timbul karena ada
buku lain yang sedang trend. Bukan pula ide yang tumbuh karena seringnya kita ke toko buku dan mengamati berbagai jenis judul di sana. Ide yang original juga tak harus dibeli, tak perlu ditebus dengan rupiah, dan tak takut dicuri. Mengapa? Karena ketika kita memiliki sebuah ide, kemudian kita sharing ide tersebut kepada pihak penerbit atau agensi maka tak ada seorangpun yang mampu menuangkan ide kita dalam sebuah tulisan kecuali diri kita sendiri sebagai pemilik ide. Meskipun ada kemungkinan ide kita bisa ditulis oleh orang lain, kita tak perlu khawatir. Nantinya akan ada saatnya kita bisa menuangkan sendiri ide tersebut ke dalam sebuah naskah. Selagi kita mendapatkan ide dengan cara yang baik, maka tak perlu takut jika kemudian ide kita ternyata dicuri. Kadangkala kita harus bisa menerima kenyataan bahwa banyak orang yang memiliki ide sama. Hanya saja ide tetaplah akan menjadi ide apabila tidak diolah menjadi judul dan naskah. Berikut beberapa rahasia menemukan dan menyematkan ide original kita : -
Bekali diri dengan ilmu dan ketrampilan Membekali diri dengan ilmu pengetahuan dan ketrampilan menjadi syarat mutlak seorang penulis nonfiksi. Membekali diri dengan ilmu bukan hanya dengan membaca saja, tetapi bisa dengan meneruskan sekolah, mengikuti kursus, dan menyerap pengetahuan dari berbagai media serta informasi terpercaya. Membuka mata, membuka hati, dan membuka pikiran terhadap hal-hal positif. Membuang jauh hal negatif serta menenggelamkan diri dalam keinginan untuk terus belajar. Merendahkan hati untuk menerima masukan dan nasehat dari orang yang lebih pintar dan berpengalaman. Tidak perlu memintanya karena mereka akan datang dan membagi ilmunya jika melihat kita bersifat baik. Membekali diri dengan ilmu dan ketrampilan juga membuka wawasan seorang penulis menjadi lebih luas. Dengan wawasan yang luas,
pengetahuan, dan
ketrampilan maka ide akan bermunculan dengan sendirinya. Tidak perlu meniru, semua berjalan sesuai apa yang kita ketahui dan kita kuasai. Jadi, membuat ide original bisa dilakukan oleh setiap orang. Indahnya menulis nonfiksi.
Mengikuti seminar dan bedah buku, salah satu cara menambah pengetahuan Sumber : dokumen pribadi -
Tumbuhkan sikap empati Mengembangkan sikap empati, bukan simpati. Simpati berarti kita akan terlalu banyak mengurusi orang lain. Ada hal apapun pada diri orang lain, kita seakan berhak menilai, berhak ikut campur, dan berhak meluapkan emosi. Usahakan sikap simpati seperti itu tidak hadir dalam kehidupan kita sebagai penulis nonfiksi. Gantilah sikap simpati menjadi sikap empati. Empati membuat diri kita merasa lebih bebas dan lega mengekspresikan ide. Empati membuat kita mampu belajar dari keadaan dan kejadian yang menimpa orang lain tanpa terlalu dalam ikut terhanyut. Sikap empati tidak lalu mematikan hati nurani, tetapi membuat seseorang lebih logis untuk bergaul, bersenda gurau, bersahabat, yang kesemuanya bermuara pada kebaikan dan niat baik semata.
Sikap empati membuat kita merasa bahwa persaingan dengan sesama penulis dalam mengeluarkan ide atau menyusun naskah sebagai tambahan semangat untuk menjadi lebih baik. Bukan lantas menganggap bahwa bersaing akan melumpuhkan kreatifitas, membuat sakit hati bila kalah, dan perasaan kecewa yang didapat dari tumbuhnya sikap simpati. -
Pahami satu ide sebelum menuangkannya dalam catatan Mengasah diri untuk menelurkan ide original bukanlah hal yang sulit. Didasari dengan niat baik dan pengasahan terhadap kemampuan dan kepekaan, maka seorang penulis nonfiksi mudah menemukan ide dalam kehidupan sehari-hari mereka. Hanya saja, kadangkala ide tersebut menjadi mentah dan tinggal hanya sebagai ide apabila kurang adanya pemahaman tentang maksud dan arah ide tersebut akan dibawa menjadi sebuah naskah. Sebelum mencatat ide yang berjalan di kepala, ada baiknya untuk memahami terlebih dahulu arah ide tersebut nantinya. Misalnya ketika kita menghadiri resepsi pernikahan kerabat, dimana banyak sekali tamu undangan yang mengenakan sanggul modern maka terbersit sartu ide di kepala untuk membuat buku kecantikan tentang sanggul. Hanya saja ide tersebut tetap harus dimengerti dan diarahkan untuk membuat sanggul yang seperti apa? Sanggul sehari-hari, sanggul pesta, atau justru sanggul pengantin? Inilah yang dinamakan dengan pemahaman sebelum mencatat ide yang telah ada di kepala.
-
Catat ide pada media yang mudah terbaca Setelah memahami ide dan arah yang akan dilakukan, maka kita perlu mencatatnya dalam sebuah media yang mudah dilihat dan dibaca. Misalnya saja jika kita memiliki notes atau buku catatan kecil yang sering dibuka, maka catatlah ide tersebut di sana. Atau misalnya jika kita sering melihat gadget, maka catatlah ide di gadget tersebut. Semua catatan itu akan sangat bermanfaat ketika kita membutuhkannya untuk dikenalkan ke penerbit atau agensi. Ketika penerbit atau agensi memerlukan buku-buku tentang kecantikan, maka kita tinggal membuka catatan ide tentang buku pembuatan sanggul atau perawatan rambut dan sebagainya.
-
Tidak perlu mencontek ide dari orang lain, karena sumber ide itu melimpah
Sumber ide bagi penulis nonfiksi itu melimpah. Banyak hal yang bisa kita gali secara faktual dari kehidupan sehari-hari. Nantinya butuh kemauan, kemampuan, dan narasumber jika diperlukan untuk mewujudkannya menjadi sebuah buku sarat informasi. Oleh karenanya jangan takut kehabisan ide dan menconteknya dari karya penulis lain. Olah ide sedemikian hingga nampak unik, menarik, dan patut untuk disusun menjadi sebuah buku layak terbit. Jadi, masihkah bingung menunggu datangnya ide?
E. Memilih Judul Yang Mengena Memiliki banyak ide tetap akan menjadi ide apabila kita tidak mengerucutkannya menjadi sebuah tema, kemudian dari tema tersebut dibuat judul yang menarik dan mengena. Mengapa harus dibuat judul yang menarik? Karena hal ini berhubungan dengan ketertarikan penerbit yang berarti juga ketertarikan pasar yaitu para pembaca. Penerbit memiliki standard dan tim marketing yang menilai bagaimana prospek buku dengan tema tertentu di pasaran. Namun tentu saja tema tersebut harus diolah terlebih dahulu menjadi judul yang mengena sehingga mencapai target penjualan yang diinginkan. Berikut hal-hal yang perlu dipertimbangkan untuk memilih judul yang menarik dan mengena di hati calon pembaca : -
Judul dapat mewakili isi buku Pilihlah judul yang dapat mewakili isi buku kita nantinya. Memilih judul bukan hanya sekedar memilih kata untuk display cover sebuah buku. Pemilihan judul ini sangat penting. Bagaimanapun sebuah buku tetap dilihat pertama kali oleh calon pembaca dari kulitnya. Di samping desain cover yang menarik, nampaknya pilihan judul menjadi salah satu alternatif penting untuk membuat calon pembaca tertarik membeli buku tersebut. Di sinilah pentingnya sebuah judul dibuat, untuk mengungkapkan apa yang ada dan dibahas di dalam buku. Apalagi untuk karya nonfiksi, dimana seorang calon pembaca sangat berharap mendapatkan informasi akurat dan lebih banyak bagi bidang yang ingin dimengerti oleh mereka.
Oleh karenanya buat judul yang menggambarkan isi buku tersebut, jangan melenceng. Karena judul yang bagus, dengan isi yang tidak sesuai akan membuat pembaca menjadi kecewa. Misalnya ketika kita memiliki tema beternak bebek, maka bolehlah kita memberi judul “Kiat Praktis Budidaya Bebek”. Dan isi buku nantinya juga tentang tata cara beternak bebek mulai awal sampai panen. Ketika nanti ada bonus cara mengolah daging dan telur bebek, bisa saja disisipkan. Namun hendaknya bahasan utama dalam buku adalah tentang beternak bebek. Bukan lantas membahas tentang membuat telur asin, atau tentang budidaya ayam. Inilah yang dinamakan bahwa judul harus bisa mewakili isi buku. -
Buat judul dengan kata-kata ringkas dan mudah dimengerti Judul dengan kata-kata ringkas dan mudah dimengerti terbukti mampu menarik minat pembaca untuk membeli buku tersebut. Karena kata-kata ringkas dan umum tidak hanya mengambil pangsa pembaca dari kalangan akademisi atau ahli dalam bidang bersangkutan seperti buku diktat kuliah. Buku yang disusun seorang penulis nonfiksi diharapkan mampu menjembatani teori baku dengan fakta yang terjadi di masyarakat. Sehingga buku tersebut bisa dimengerti dan diaplikasikan langsung dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya pemilihan judul “Anakku, Sahabatku” akan lebih menarik daripada judul “Ilmu Mengasuh Anak Usia Remaja”.
-
Pilih judul yang akan membuat calon pembaca penasaran Memilih judul juga hendaknya mempertimbangkan keinginan calon pembaca untuk membeli buku kita kelak. Meskipun promosi yang dilakukan sudah gencar, baik di jejaring sosial, toko online, sampai dengan bedah buku tetapi penjualan buku tetap tergantung dari selera pembaca. Judul yang membuat calon pembaca penasaran lebih diminati untuk dibeli daripada yang tidak. Untuk membuat judul yang akan membuat calon pembaca penasaran, diperlukan survey dan kejelian dalam mengartikan informasi untuk dikaitkan dengan emosi. Misalnya judul “7 Kesalahan Marketing” akan lebih membuat pembaca penasaran daripada judul “Menjadi Marketing Yang Baik”. Utak-atik judul dan berikan beberapa alternatif bagi judul kita.
-
Lengkapi judul dengan keterangan tambahan seperlunya Agar judul kita semakin mudah dimengerti dan menampakkan isi buku yang bisa membuat calon pembaca tertarik, biasanya disertakan pula keterangan tambahan. Keterangan tambahan ini memiliki huruf yang berbeda dan lebih kecil dari judul utama. Biasanya keterangan tambahan berisikan tentang pengertian luas tentang judul yang dipilih atau pemberitahuan adanya keunggulan di dalam buku tersebut. Misalnya disertai dengan bonus, disertai dengan CD, disertai dengan kunci jawaban, dan sejenisnya.
BAB IV. MEMBUAT KISI-KISI
ide
kisikisi
naska h
Sebelum memulai untuk menulis naskah nonfiksi, hendaknya kita membuat kisi-kisi yang merupakan manifestasi tema dan judul yang telah dipilih. Jika tema adalah mutlak diperlukan di awal kepenulisan, tidak demikian halnya dengan judul. Judul bisa diubah nantinya setelah naskah selesai ditulis. Dan kisi-kisi merupakan harga mati bagi kepenulisan nonfiksi. Agar tulisan menjadi teratur, runtut, dan sesuai dengan tema yang telah ditentukan.
A. Memahami Outline Atau Proposal Menuliskan naskah sebuah buku sama dengan menulis skripsi atau karya tulis nonfiksi lainnya. Masing-masing membutuhkan proposal atau istilahnya dalam dunia penerbitan adalah outline. Outline merupakan gambaran buku yang hendak dibuat si penulis. Dari outline tersebut diharapkan pihak penerbit atau agensi mengerti tema, arah penulisan, dan bisa memperkirakan hasil jadi naskah yang hendak ditulis. Berikut bagian-bagian dari outline atau proposal : -
Tema Pada setiap karya tulis nonfiksi, tema merupakan bagian inti atau terpenting yang pertama kali harus ditetapkan. Tanpa tema, tulisan seseorang tidak akan fokus pada satu bidang yang diinginkan. Bisa merembet kemana-mana dan justru membuat informasi yang disajikan kurang mengena. Tema bisa dibuat dari ide. Ketika seseorang memiliki ide untuk mengangkat satu fenomena ke dalam sebuah naskah nonfiksi maka hendaknya dia langsung membuat temanya. Dengan tema maka nantinya tulisan yang dihasilkan diharapkan sarat informasi bermanfaat dan tidak keluar dari jalur yang ingin disampaikan. Beberapa contoh tema, misalnya : Masakan Jawa Kue tradisional Indonesia Pengasuhan anak usia remaja Menembus pasar ekspor Kreasi jilbab dan pashmina modern dsb
-
Nama penulis dan narasumber (jika diperlukan) Biasakan untuk mencantumkan nama penulis dan narasumber pada proposal atau outline kita. Nama penulis di sini menunjukkan jati diri kita, bahwa outline yang dibuat adalah karya kita. Sehingga nantinya kita harapkan kita pulalah yang akan menulisnya sesuai dengan gambaran umum di dalam outline atau proposal tersebut.
Nama yang dicantumkan dalam outline bisa menggunakan nama asli atau nama pena. Nama pena bukan dimaksudkan untuk menyembunyikan jati diri penulis. Tetapi bagi penulis nonfiksi, nama pena memiliki tujuan untuk mengenalkan diri secara luas. Daripada harus mencantumkan nama lengkap yang panjang beserta gelar sekolah dan pemberian. Namun, pada buku-buku nonfiksi tertentu penulisan nama lengkap beserta gelar dirasa lebih menjual dan kompeten dibandingkan hanya menyebutkan nama pena. Misalnya bagi penulis buku psikotes, akan lebih menjual nama yang bergelar sarjana Psikologi atau magister Psikologi daripada nama pena. Maka bagi penulis nonfiksi bisa jadi nama yang ada di buku berbeda-beda, kadangkala memakai nama pena, nama asli, dan nama yang disertai gelar. Semua itu ditujukan sebagai daya tarik tersendiri bagi buku yang akan diterbitkan. Sedangkan pencantuman nama narasumber juga dirasa cukup penting untuk memikat hati penerbit. Seorang ahli pertanian akan terasa pas apabila menulis buku budidaya bunga hebras, misalnya. Namun karena keterbatasan waktu, maka mereka memilih hanya menjadi narasumber saja sedangkan penulis bisa mengambil dari beberapa penulis nonfiksi terpercaya. Jika demikian, maka si ahli atau si pemilik kebun hebras bisa dituliskan sebagai narasumber di buku. Nantinya pada bagian bawah narasumber dituliskan keahlian atau kedudukan beliau sehingga cukup berkompeten apabila diambil menjadi narasumber. -
Judul dan alternatif judul Meskipun nantinya bisa diubah, judul juga perlu dicantumkan dalam penulisan outline atau proposal. Buatlah lebih dari satu judul sebagai alternatif bagi penerbit atau agensi untuk menetapkan mana yang terbaik dan menarik. Beberapa hal yang perlu dipikirkan ketika membuat judul telah kita bahas di bab sebelumnya. Beberapa contoh judul dari tema yang kita sebut di atas antara lain : 30 Masakan Jawa Paling Populer Ragam Kue tradisional Indonesia, dari Sabang sampai Merauke Anakku, Sahabatku Tata Cara Menembus Pasar Ekspor (Bagi Pebisnis UKM) 25 Kreasi jilbab dan Pashmina Modern dsb
-
Sinopsis Sinopsis merupakan ringkasan isi buku yang akan kita tulis. Di dalam sinopsis hendaknya ada beberapa hal untuk diungkapkan dan menjadi daya tarik karena nantinya akan disematkan di cover belakang buku kita. Hal yang perlu disampaikan dalam membuat sinopsis adalah : Pengertian dari pokok bahasan yang hendak diungkapkan dalam sebuah buku Sekilas isi buku Manfaat buku bagi calon pembaca Ucapan selamat membaca Contoh sebuah sinopsis buku bertema resep tumpeng : Tumpeng, identik dengan nasi berbentuk kerucut yang berhiaskan berbagai lauk serta sayur khas Indonesia.Tak jarang pula tumpeng yang dilengkapi dengan kerupuk, salah satu makanan favorit di seantero nusantara. Berbagai acara seringkali menghidangkan varian tumpeng dengan hiasan yang cantik serta menggugah selera. Mulai dari acara ulang tahun, pernikahan, sampai dengan kegiatan tasyakuran proklamasi kemerdekaan.Siapapun ternyata bisa membuatnya sendiri, tentu saja dengan menyisihkan sedikit waktu luang di dapur Anda. Buku ini akan memuat tentang berbagai jenis tumpeng, lengkap dengan pengenalan bahan, alat, dan tips menyajikannya. Buku full colour yang berisikan foto dan resep tumpeng, menarik untuk dibaca serta mudah untuk dipraktekkan.Bisa digunakan sebagai inspirasi bagi sajian spesial di hari yang istimewa.Bisa juga digunakan sebagai penggugah inspirasi pada usaha katering Anda. Selamat Mencoba…
-
Kelebihan naskah Kelebihan naskah merupakan hal yang akan membuat naskah kita berbeda dengan naskah lain sejenis. Kelebihan naskah ini mengungkapkan apa yang hendak dibuat dengan naskah tersebut. Penambahan konten dan berbagai hal pendukung lain dijadikan dalam satu point “kelebihan naskah”. Berikut contoh kelebihan naskah kreasi tumpeng : Naskah ini menyajikan perpaduan pengenalan bahan-bahan dan cara memasak tumpeng khas Nusantara. Baik tumpeng tradisional maupun modern.Disertai dengan tahapan memasak.
Nantinya buku ini akan dilengkapi dengan : 1. Pengenalan bahan 2. Foto hasil masakan 3. Saran penyajian di tiap-tiap resep masakan -
Bentuk dan ukuran buku Kita bisa mencantumkan jumlah halaman serta ukuran kertas cetak buku yang akan disusun. Gambaran global ini memudahkan penerbit untuk mengartikan kemauan kita sebagai seorang penulis tentang penampakan bukunya. Di sana bisa ditetapkan jumlah halaman (biasanya merupakan kelipatan 4) sesuai dengan percetakannya. Misalnya 40 halaman, 56 halaman, 120 halaman, atau 160 halaman. Bentuk buku bisa disebutkan hard cover ataukah soft cover dengan berbungkus plastik tipis. Penulis juga bisa menyebutkan usulan tentang warna buku, misalnya full colour, black and white, atau semi. Kemudian sebutkan pula ukuran buku yang hendak dibuat, caranya dengan mengukur buku yang sekiranya sesuai. Misalnya ukuran A4, 13 x 20 cm, atau ukuran lain sesuai selera penulis. Nantinya memang penerbit tidak serta merta menuruti kemauan penulis untuk memiliki buku dengan ukuran tertentu. Namun setidaknya penulis juga boleh turut andil mengusulkan bentuk buku yang disusunnya. Dengan ikut mengusulkan bentuk, ukuran, warna, dan jumlah halaman maka akan menjadi pertimbangan berharga bagi penerbit untuk mengakomodasikannya apabila dirasa memang cukup relevan.
-
Daftar isi Daftar isi mutlak diperlukan dalam pembuatan outline atau proposal. Daftar isi menunjukkan gambaran isi buku yang akan ditulis secara lebih terinci dibandingkan sinopsis. Dari daftar isi inilah nantinya seorang penulis akan mengembangkannya menjadi naskah utuh siap edit dan terbit. Daftar isi memuat hal-hal sebagai berikut : Halaman judul Nantinya dibuat dalam dua lembar, halaman judul pada cover depan dan halaman judul pada cover bagian dalam buku. Halaman hak cipta
Nantinya berisikan undang-undang hak cipta, ISBN, dan keterangan tentang penerbit, cetakan ke berapa buku tersebut dibuat, sampai dengan deretan nama penulis, editor, dan desainer. Dari penulis Bisa juga disebut sebagai pengantar, kata pengantar, atau dibagi menjadi dua yaitu kata pengantar dan ucapan terima kasih. Nantinya halaman yang memuat pengantar ini berisikan tentang sapaan penulis kepada para pembacanya. Daftar Isi Nantinya berisikan daftar isi dari tulisan yang dibuat dalam buku tersebut. Bab, sub bab, dan keterangan. Bagian bab memuat tentang pokok-pokok bahasan dalam buku yang dibagi ke dalam beberapa bagian disebut dengan BAB. Sedangkan sub bab berisikan tentang penjabaran dari pokok bahasan pada setiap bab tersebut. Bab dan sub bab ini bisa dijelaskan secara global. Maksudnya yaitu menerangkan apa yang akan ditulis pada tiap-tiap bagian bab dan sub bab tersebut. Daftar pustaka Daftar pustaka ini bisa disebutkan di awal penulisan outline atau proposal karena ada beberapa penerbit dan agensi yang mensyaratkan demikian. Namun bisa juga daftar pustaka dibuat ketika selesai menyusun sebuah buku. Nantinya daftar pustaka bukan hanya berisi buku yang menjadi referensi kepenulisan karya nonfiksi tersebut, tetapi juga berisi media lain seperti internet dan media cetak yang mungkin digunakan juga sebagai referensi. Indeks dan glosarium Indeks dan glosarium adalah kata-kata sulit dan artinya yang nanti dibuat setelah menyelesaikan penyusunan sebuah naskah nonfiksi. Karena tidak semua bahasa dalam kepenulisan nonfiksi dimengerti oleh setiap pembaca. Profil penulis -
Profil penulis dan narasumber (jika diperlukan) Dalam pembuatan outline atau proposal, profil penulis dan narasumber (jika ada) sangatlah penting. Karena dari profil tersebut bisa diperkirakan kualitas penulis yang akan menyusun karya nonfiksi tersebut. Penulis yang berkompeten biasanya dipilih dari latar belakang pendidikan sesuai naskah, pengalaman, ketrampilan, pekerjaan, dan keikutsertaan narasumber. Oleh karenanya apabila hendak menuliskan naskah nonfiksi sedangkan kita tidak memiliki latar belakang pendidikan, ketrampilan, pengalaman, dan pekerjaan di bidang tersebut maka kehadiran narasumber sangat dibutuhkan. Carilah
narasumber yang benar-benar berkompeten dan terjun langsung ke dalam pembahasan di dalam naskah tersebut. Contoh narasumber kompeten : Dokter, bidan, perawat, apoteker, untuk naskah kesehatan Petani untuk naskah budidaya pertanian dan perkebunan Peternak untuk naskah budidaya peternakan Pebisnis untuk naskah manajemen perusahaan dan bisnis Psikolog untuk naskah parenting Pemilik salon kecantikan untuk naskah kecantikan Pemilik katering atau guru tata boga untuk naskah masakan Dsb
Contoh outline lengkap : OUTLINE JUDUL : “ TIPS SUKSES MENULIS NONFIKSI” Oleh : Afin Murtie
TEMA
:
Kepenulisan nonfiksi TARGET PEMBACA
:
Segala usia, laki-laki dan perempuan. SINOPSIS
:
Dewasa ini dunia menulis seakan berkembang tanpa batas.Terutama hal ini terjadi seiring dengan perkembangan dunia teknologi komunikasi khususnya internet.Penulis-penulis baru yang berbakat muncul ke permukaan dengan berbagai ide brillian.Selanjutnya ada yang lebih berkompeten di kepenulisan naskah fiksi, nonfiksi, buku anak, dan ada pula yang mencoba merambah semuanya.
Masing-masing genre memiliki tuntutan bagi seorang penulis untuk dapat eksis melangkah.Yang pasti adanya ide kreatif perlu dimiliki oleh seluruh penulis bidang apapun.Buku ini mencoba mengajak pembaca untuk mengetahui lebih jauh tentang dunia kepenulisan, terutama nonfiksi. Di sini penulis akan berbagi sedikit pengalaman setelah penerbitan beberapa buku nonfiksinya. Selamat membaca. KELEBIHAN NASKAH
:
Buku ini ditulis dengan hati berdasarkan apa yang selama ini dialami oleh penulis yang telah meniatkan diri berkarya di bidang nonfiksi. Nantinya buku ini akan dilengkapi dengan: 1. Gambar dan foto pendukung 2. Sharing dengan penulis nonfiksi lainnya. PERKIRAAN FISIK BUKU: Buku diperkirakan setebal 120 Halaman OUTLINE ISI BUKU (v) (vi)
:
Daftar Isi Dari Penulis
Bab I. Sekilas Tentang Karya Nonfiksi A. Pemahaman Karya Kepenulisan Nonfiksi B. Perbedaan Mendasar Antara Karya Fiksi dan Nonfiksi C. Berbagai Bidang Karya Nonfiksi Bab II. Terdampar Di Bidang Literasi A. Sengaja dan Tidak Sengaja B. Mendoktrin Diri Dengan Niat Baik C. Siap Pada Kenyataan Yang Tak Selalu Manis Bab III. Menggali Ide Kreatif.
A. B. C. D.
Membuka Keenam Indra Hebatnya Hubungan Baik Ambil Hikmah Dari Setiap Peristiwa Rahasia Sumber Ide Yang Original.
Bab IV. Membuat Kisi-Kisi A. Memahami Outline Atau Proposal B. Menuangkan Ide. C. Mencari Sistem Pendukung Bab V. Menulis Nonfiksi Bukan Buku Diktat A. Pahami Pokok Bahasan B. Mengumpulkan Data C. Wawancara Narasumber D. Mengambil Foto Pendukung E. Menulis Dengan Hati Bab VI. Karya Anda, Identitas Diri Yang Tersampaikan A. Keseimbangan Diri Seorang Penulis. B. Manajemen Waktu C. Menata Performance D. Menghargai Setiap Kesempatan
(vii)
Daftar Pustaka
(viii)
Profil Penulis
B. Menuangkan Ide. Kisi-kisi kepenulisan nonfiksi yang tertuang di dalam outline atau proposal merupakan hasil penuangan ide seorang penulis yang telah dipikirkan dan ditelaah secara matang. Ide tersebut kemudian dikembangkan menjadi tema dan dari tema terbukalah jalan untuk membuat proposal tersebut. Kadangkala tidak mudah bagi seseorang untuk begitu saja menuangkan idenya dalam sebuah proposal atau outline. Diperlukan beberapa hal untuk bisa menuangkan ide yang telah ada di kepala, antara lain : -
Niat baik Semua pekerjaan yang diniatkan demi kebaikan maka akan berbuah manis juga. Demikian juga dengan adanya ide di kepala seorang penulis nonfiksi. Apabila niatan yang ada dalam hatinya baik, maka ide tersebut akan mudah untuk dituangkan menjadi proposal dan kemudian ditulis menjadi sebuah naskah nonfiksi untuk
diterbitkan. Niat baik ini perlu untuk kembali ditekankan pada saat kapanpun dan dimanapun. -
Catatan ide Buka kembali catatan ide di media yang telah kita miliki sebelumnya. Amati dan telaah kembali, bisakah ide tersebut diwujudkan ke dalam sebuah naskah nonfiksi? Dengan memiliki catatan maka kita tak akan lupa apa yang hendak dituliskan dalam buku. Dengan catatan ide itu pula kita membuat proposal atau outline untuk ditawarkan kepada penerbit. Jika mereka tertarik maka kesempatan bagi kita untuk menuangkan ide tersebut dalam sebuah naskah nonfiksi dan diterbitkan.
Berbagai alat pencatat ide Sumber : dokumen pribadi -
Mengubah ide menjadi tema Ide yang telah dicatat akan melalui beberapa proses terlebih dahulu sebelum dijadikan sebuah naskah nonfiksi. Pertama mengubah ide tersebut menjadi tema. Dengan adanya tema maka lebih mudah bagi penulis untuk meneruskannya menjadi sebuah buku. Karena tema merupakan inti dari sebuah buku.
-
Bercermin akan kemampuan diri Ide boleh besar, namun hendaknya kita juga bercermin atas kemampuan diri mengolahnya menjadi sebuah naskah yang layak diterbitkan. Buatlah ide menjadi
lebih sederhana agar kita mampu mewujudkannya sebagai buku. Misalnya ketika kita memiliki ide untuk menulis pengasuhan terhadap anak berkebutuhan khusus maka tulislah yang bisa kita jangkau. Menulis dari sisi pengasuhan orang tua mungkin lebih sederhana daripada menulis tentang therapy bagi mereka. Peran serta pihak lain seperti narasumber juga sangat penting sebagai sumber informasi akurat terhadap buku yang akan kita tulis nantinya. -
Berpikir cerdas dan cepat Pemikiran yang cerdas dan cepat sangat diperlukan dalam rangka menuangkan sebuah ide menjadi naskah nonfiksi. Tanpa pemikiran yang cerdas dan cepat, maka ide akan tinggal menjadi sebuah ide tanpa pernah terealisasi. Kecepatan dan kecerdasan berpikir juga menumbuhkan rasa percaya diri pada seorang penulis. Tak perlu lagi membandingkan diri dengan penulis lain, merasa minder, dan akhirnya tumbuh menjadi rasa iri. Seorang yang cerdas akan menempa dirinya agar menjadi pantas untuk menuangkan ide yang telah dimiliki. Menempa dengan ilmu, pengetahuan, informasi, teknologi, dan hubungan baik dengan para narasumber.
C. Mencari Sistem Pendukung Seorang penulis, seperti halnya profesi lainnya membutuhkan sistem pendukung agar bisa menghasilkan karya nyata dan bukan sekedar ide semata. Sistem pendukung ini datang dari dua arah yaitu dari dalam diri penulis itu sendiri dan dari lingkungan sekitarnya. Kadangkala sistem pendukung telah tersedia di depan mata dan seseorang tidak menyadarinya. Namun bisa jadi sistem pendukung tersebut perlu dicari agar bisa membuat apa yang menjadi tujuan sebagai seorang penulis menjadi nyata, Berikut letak dan cara mencari sistem pendukung bagi seorang penulis nonfiksi : -
Peralatan untuk menulis Peralatan untuk menulis merupakan faktor pendukung produktifitas seseorang untuk menghasilkan karyanya. Saat ini alat untuk menulis ini bisa berupa komputer PC, laptop, notebook, netbook, tablet, sampai blackberry. Saat belum ada miscrosoft word atau linux dan android, maka seorang penulis harus bersahabat dengan mesin ketik. Sedangkan bagi seorang ilustrator, program tertentu/software khusus diperlukan untuk menghasilkan karya ilustrasi. Selain itu ada juga ilustrator yang masih
menggunakan gambar tangan dengan sarana pensil dan perlengkapan gambar lainnya. -
Kesempatan untuk menulis Kesempatan menulis merupakan sistem pendukung bagi seseorang yang ingin menghasilkan karya. Kesempatan ini mungkin datangnya sama diantara beberapa orang penulis, tetapi ada yang bisa memanfaatkannya dan ada yang tidak. Kesempatan menulis bisa datang di mana saja dan kapan saja, sejauh kita bisa membuat semangat dalam diri untuk terus berkarya. Misalnya saat menunggu anak sekolah, saat jam istirahat kantor, dan saat malam hari ketika insomnia melanda. Asalkan cukup energi dan istirahat maka sesudahnya kita bisa mengambil kesempatan untuk menulis dengan lancar. Syaratnya tentu saja ide sudah tertanam di kepala dan telah termanifestasi menjadi sebuah tema dan kisi-kisi naskah.
-
Dukungan keluarga Dukungan keluarga sangatlah penting bagi seseorang untuk bisa menghasilkan satu karya tulis, baik buku, artikel, maupun hasil penelitian. Karena dengan adanya dukungan dari orang-orang tersayang inilah maka semnagat bisa berubah menjadi tenaga positif untuk menyelesaikan sebuah karya. Oleh karenanya dahulukan kepentingan keluarga, terutama anak dan suami sebelum kita tenggelam dalam naskah yang sedang ditulis. Ketika mereka telah berbahagia dan merasa cukup dengan kehadiran dan ungkapan sayang kita maka akan lebih mudah bagi kita untuk berkarya. Bahkan tak jarang keluarga merupakan pendukung utama dalam keberadaan karya kita tersebut. Baik sebagai pengumpul materi, survey, atau minimal menjadi model foto untuk ditampilkan di dalam buku nonfiksi kita.
-
Dukungan teman dan sahabat Teman dan sahabat adalah orang-orang dekat yang selama ini membuat kita merasa nyaman dan saling membantu. Teman-teman yang saling mengerti, tanpa pamrih, dan memahami kebutuhan masing-masing yang akan mendukung kita. Berhati-hati memilih teman ternyata memang perlu diterapkan, terutama jika kita berkenalan dengan orang-orang baru selain di lingkungan sekolah.
Karena teman di lingkungan sekolah atau kuliah biasanya merupakan teman yang sesungguhnya karena mereka bisa dekat dengan kita tanpa pamrih apapun di saat masih sama-sama berjuang mencapai cita-cita. Sedangkan teman yang bertemu di tempat kerja dan lainnya mesti dilihat dulu kredibilitas, sikap, dan kepentingan yang mendasari untuk dekat dengan kita. Tak jarang justru orang-orang yang kita anggap sebagai teman dan seperti mendukung kita ternyata berbalik menjadi orang-orang yang ingin melemahkan potensi kita. -
Suasana menyenangkan Suasana menyenangkan atau yang sesuai dengan keinginan serta kebutuhan penulis sangat menunjang produktifitas dalam berkarya. Dengan suasana menyenangkan tersebut, misalnya ruangan yang bersuhu tepat, meja kerja rapih atau justru berantakan sesuai dengan selera akan membuat penulis nyaman mengegrakkan jari seiring pemikirannya untuk dituangkan dalam naskah. Inspirasi memang bukan untuk dicari tetapi akan datang seiring rasa nyaman dan bahagia yang melingkupi diri seseorang, terutama dalam menulis nonfiksi. Berbeda dengan kepenulisan fiksi yang kadangkala justru membutuhkan suasana sedih atau tidak nyaman agar naskah yang dihasilkan bisa bernyawa.
-
Pemacu kreatifitas Banyak hal yang bisa memacu kreatifitas, dan semua itu datangnya dari penerimaan diri sendiri terhadap satu kejadian atau pengalaman. Jika ada hal yang dianggap mampu melecutkan semangat bagi seorang penulis, itulah yang disebut dengan pemacu kreatifitas. Ada seorang penulis yang merasa nyaman dan kreatif ketika berada di kaki gunung, tepi pantai, dalam kamar tidur, atau justru di dalam ruang kantor. Semua pemacu kreatifitas tersebut perlu diingat dan dilakukan ketika terserang jenuh. Bisa pula seorang penulis merasa nyaman menulis tema tertentu sehingga perlu untuk memilih dan memilah tema agar bisa optimal mengerjakannya.
D. Cerdas Dengan Outline Memikat Meskipun memiliki tema yang aktual dan bagus karena terlahir dari ide brilian, tetapi seorang penulis harus juga mampu menyusun sebuah outline yang memikat. Memikat di sini bukan hanya membuat agensi atau penerbit tertarik. Tetapi memikirkan juga ketertarikan
calon pembaca kelak ketika melihat sinopsis buku di cover belakang dan melihat daftar isi buku di bagian depan. Jika pada sub bagian sebelumnya kita membicarakan tentang memahami tentang outline atau proposal, maka di sini kita lebih fokus kepada bagaimana membuat outline supaya memikat. Outline yang memikat kadangkala bukanlah outline yang rumit namun juga tidak terlalu sederhana. Outline yang diminati oleh penerbit tergantung dari masing-masing penerbit, tergantung tema, dan hal yang ingin diangkat ke permukaan serta layak baca. Pembuatan outline dari tema dan judul yang telah disediakan oleh penerbit atau agensi biasanya memiliki tingkat kesulitan lebih tinggi dibandingkan dengan membuat outline dari tema yang dimiliki sebagai hasil dari ide pribadi. Mengapa? Karena tema dan judul yang telah disediakan belum tentu dipahami oleh setiap penulis. Hanya penulis tertentu yang memang memiliki bidang sesuai dengan tema tersebut memahami apa yang dimaksudkan. Penulis lain yang tidak berada pada satu bidang yang sama, bisa jadi akan bingung untuk menentukan apa yang hendak disampaikannya. Oleh karenanya jika memungkinkan bagi kita untuk memilih maka pilihlah tema yang berasal dari diri kita sendiri. Namun, jika memang ternyata tema yang diminta oleh penerbit telah disediakan oleh mereka atau oleh agensi maka penulis tinggal mengoptimalkan diri untuk membidik mana yang sesuai. Hal ini akan mempengaruhi hasil outline yang dibuat, apakah terkesan memikat ataukah terasa hambar. Beberapa kiat praktis untuk membuat outline yang memikat : -
Pahami tema dan judul yang tersedia Membuat outline menjadi penuh daya tarik perlu adanya pemahaman terhadap judul dan tema yang telah tersedia. Hal ini akan lebih mudah apabila tema berasal dari ide pribadi seorang penulis. Namun, apabila bukan maka pahami dulu tema dan judul yang disediakan untuk dibuatkan outline dan naskahnya. Misalnya saja tema tentang aneka tumpeng, maka pahamilah esensi dari masakan tumpeng itu sendiri. Setelah kita paham bahwa tumpeng itu adalah nasi yang dicetak berbentuk kerucut dengan aneka lauk, maka barulah kita bisa membuat outline memikat.
-
Cari informasi sebanyak-banyaknya tentang tema dan judul yang akan dibahas Sebelum membuat outline, carilah informasi sebanyak-banyaknya tentang tema atau judul yang akan dibuat. Dengan adanya banyak informasi maka akan lebih mudah bagi kita untuk mengaplikasikannya dalam sebuah outline.
Misalnya tentang tema tumpeng, ketika kita mencari banyak informasi maka akan tercetuslah nama-nama tumpeng yang unik dengan ubo rampe/pernak pernik lauk dan sayur yang cukup menarik. -
Kumpulkan literasi atau daftar pustaka Membuat perbandingan dengan buku lain yang bertema mirip akan membuat kita mengetahui gambaran pasar atau calon pembaca. Sehingga akan lebih mudah bagi kita untuk mengembangkannya menjadi satu outline memikat. Ketika kita telah membaca daftar pustaka yang kira-kira bisa dijadikan sebagai salah satu sumber informasi aktual mengenai buku yang akan dirulis, maka lebih lancar pula bagi kita untuk mengembangkannya menjadi pokok bahasan baru dengan tema yang hampir sama.
-
Cari info tentang keberadaan narasumber (apabila pembahasan di luar bidang yang kita kuasai) Bagaimanapun penulis nonfiksi tak akan pernah terlepas dari narasumber, terlebih apabila tema yang disusunnnya tidak berkaitan dengan latar belakang pendidikan. Narasumber memiliki fungsi yang krusial dalam keberlangsungan penulisan naskah nonfiksi dengan materi penuh informasi. Kadangkala teori yang telah baku dan dianut oleh sebagian besar pembaca justru sedikit berbeda dengan aplikasi langsung yang dialami oleh narasumber. Misalnya tentang budidaya jamur, antara teori yang ada di dalam buku literasi berbeda jauh dengan aplikasi narasumber. Dengan perombakan tertentu justru hasil budidaya bisa lebih melimpah.
-
Rincilah tiap bagian dengan bahasa yang smart dan mudah dimengerti. Outline yang menarik bukan hanya terletak di awal dan akhir saja, tetapi pada seluruh bagiannya. Oleh karenanya buatlah bahasa yang menarik, mudah dimengerti, dan tidak terkesan kuno pada tiap bagiannya. Setiap bab ditulis dengan jelas sehingga menunjukkan arah naskah yang akan disusun. Begitu pula pada setiap sub bagian atau sub bab ditulis pula dengan ringkas dan jelas. Bahasa yang mudah dimengerti oleh calon pembaca menumbuhkan daya tarik tersendiri karena nyaman untuk dibaca. Berbeda dengan bahasa teoritis yang kaku dan sulit dipahami oleh pembaca sehingga naskah nonfiksi yang dihasilkan terkesan sebagai buku diktat.
-
Berikan keterangan terkait dengan bahasan yang hendak diungkapkan. Pemberian keterangan pada setiap sub bab merupakan cara terbaik untuk menjelaskan maksud dan arah kepenulisan naskah nonfiksi tersebut. Karena satu kalimat saja kadang kurang mewakili maksud yang ingin diutarakan oleh penulis. Misalnya pada outline tumpeng, tertulis “Tumpeng Lanjaran” maka berikan keterangan bahwa tumpeng lanjaran adalah tumpeng yang dihias dengan kacang panjang melintang dan berisi nasi putih, urap-urap sayur, lodeh kluweh, telur bumbu bali, dan rempeyek kacang. Keterangan semacam itu sangat membantu bagi pihak editor untuk memahami arah kepenulisan nonfiksi kita nantinya.
BAB V. MENULIS NONFIKSI BUKAN BUKU DIKTAT
BUKU DIKTAT
BUKU NON FIKSI
Buku nonfiksi bukanlah buku diktat, semua pembaca juga memahami hal ini. Namun hubungan keduanya sangatlah erat dan saling melengkapi. Ketika buku diktat menjelaskan
tentang berbagai teori, maka naskah nonfiksi berfungsi sebagai gambaran apabila teori tersebut diaplikasikan ke dalam kenyataan. Misalnya saja buku tentang beternak ayam kampung. Banyak teori yang disusun oleh sarjana peternakan mengungkapkan bagaimana mesti memelihara ayam kampung agar tumbuh sehat, besar, dan bebas penyakit. Nah, naskah nonfiksi menyertakan survey lokasi dan keberadaan narasumber yang beternak ayam kampung. Sehingga teori yang telah disusun pada buku diktat seperti memperoleh jawaban aplikasinya dalam naskah nonfiksi. Adakalanya pula sebagian tidak sesuai, namun pada dasarnya ilmu yang dipakai dalam memelihara ayam kampung tetaplah sama.
A. Pahami Pokok Bahasan Sebelum menyusun naskah nonfiksi sebaiknya penulis memang memahami betul pokok bahasan yang hendak ditulis atau disusunnya. Apabila masih dirasa kurang pemahaman kita tentang pokok bahasan tersebut, maka perlu bagi kita untuk menambah pengetahuan tentang bahasan yang akan ditulis. Berbeda antara menulis dengan didampingi sebuah buku (saat menulis) dan menulis setelah memahami sebuah tema dengan baik. Berikut perbedaan antara keduanya :
Memahami Pokok Bahasan
Didampingi buku
tulisan lebih mengalir
tulisan terasa kaku
pembahasan lebih mendalam
pembahasan terbatas oleh literasi
banyak memberikan contoh nyata
banyak memberikan pengertian/te ori
produktifitas tinggi
waktu pengerjaan lebih lama
Ketika seseorang penulis dengan memahami pokok bahasan maka tulisan akan terasa lebih mengalir. Unsur plagiat juga diminimalkan karena apa yang telah dipahami akan diulas dengan kata-kata sendiri. Pemahaman terhadap pokok bahasan lebih mendalam sehingga bahasa tidak menjemukan bagi pembaca. Memahami pokok bahasan juga membuat seorang penulis lebih banyak menunjukkan contoh-contoh atau aplikasi tema di dalam kehidupan sehari-hari. Lebih komunikastif dan membuat pembaca seakan mengalami sendiri berbagai kejadian yang diungkapkan. Misalnya : dalam kepenulisan budidaya burung kenari, ketika seorang penulis memahami tentang beternak burung kenari maka tulisannya akan langsung tertuju pada praktek. Pembahasan tentang asal mula dan berbagai jenis kenari hasil kawin silang lebih sedikit dibandingkan pembahasan tentang cara membuat kenari bibit unggul. Oleh karenanya si pembaca yang kebetulan tertarik dan akan mengembangkan budidaya kenari merasa lebih sederhana. Tidak berpikiran bahwa beternak kenari adalah hal yang sulit dan tidak terjangkau oleh orang awam. Di sinilah fungsi buku nonfiksi yaitu menjembatani antara literasi yang
serba teoritis dengan pembaca awam. Agar apa yang diungkapkan oleh teori lebih bisa dipahami dan diaplikasikan untuk menjadi karya nyata. Seperti yang kita ungkapkan pada paragraf sebelumnya, bahwa menulis dengan memahami terlebih dahulu tentang pokok bahasan akan mengurangi unsur plagiat. Lalu apakah yang disebut dengan PLAGIAT itu sendiri? Plagiat adalah kepenulisan yang serupa dengan naskah lain yang telah terlebih dahulu terbit. Baik dalam bentuk buku, website, artikel, dan lainnya. Dikatakan serupa apabila tulisan yang dibuat sama secara kontent, bahasa, dan susunan kalimat. Istilah sederhana untuk plagiat adalah copy-paste, yaitu mengambil dan menuliskan kembali dalam susunan bahasa yang sama dengan naskah lain.
ORIGIN AL PLAG IA T
Berikut batasan-batasan yang dimiliki oleh penulis untuk mencegah dari tindakan yang termasuk dalam plagiat : -
Memilih tema dan judul Tema atau judul yang dipilih bisa dianggap sebagai tiruan dari judul lain apabila sama persis. Menjadi berbeda apabila kita ubah judul menjadi bahasa kita sendiri, atau ditambahkan dengan kata-kata lain yang menerangkan bahwa keberadaan buku tersebut berbeda dengan buku lainnya. Kadangkala penulis memang tidak diberi kabar jika judulnya diubah sesuai dengan minat pasar. Namun, pada beberapa penerbit mayor hal ini telah diantisipasi dengan memberikan naskah fixed yang akan diterbitkan untuk diperiksa kembali kesesuaian judul dan isi dengan kehendak penulis.
Beberapa waktu lalu saya/penulis sempat tersentak ketika mengetahui judul buku yang terbit tidak sesuai dengan judul yang saya berikan ke penerbit. Sebenarnya ada beberapa buku yang tiba-tiba terbit tanpa dikonfirmasi terlebih dahulu. Namun, kali ini judul yang digunakan oleh penerbit sama dengan judul buku lain yang terbit terlebih dahulu. Untunglah setelah penulis mengamati lagi ternyata ada tambahan judul yang menjadi keterangan dari judul awal buku tersebut. Misalnya : buku berjudul “Utak-Atik Mainan Anak” bisa jadi akan sama dengan beberapa buku lain yang memiliki judul serupa. Tetapi dengan penambahan “Utak-Atik Mainan Anak, Pola Asuh Bagi Balita Dengan Cara Bermain”, maka judul tersebut menjadi berbeda dengan judul pada buku lainnya. Lebih aman memang menulis buku dengan ide dan tema yang dikembangkan sendiri. Tetapi tidak menutup kemungkinan dengan tema yang dikembangkan tim penerbitpun kita tetap bisa berlaku original dengan sentuhan khas masing-masing penulis. -
Memilih sumber penulisan Memilih sumber penulisan perlu diantisipasi oleh para penulis nonfiksi. Karena tidak semua buku nonfiksi adalah buku diktat sehingga korelasinya dengan naskah yang akan kita susun juga perlu dipertimbangkan. Oleh karenanya sumber penulisan yang akan digunakan sebaiknya dari buku diktat, jurnal penelitian, media cetak terkemuka, dan media internet yang memiliki validitas tinggi. Pemilihan sumber penulisan atau daftar pustaka ini sangat diperlukan agar tulisan kita tidak terkesan mencontoh begitu saja dari naskah yang sudah terlebih dahulu terbit.
-
Cara menyusun naskah Penyusunan naskah inilah unsur yang paling penting dalam mencegah adanya anggapan plagiat. Penyusunan naskah dengan terlebih dahulu memahami pokok bahasan akan jauh lebih mudah daripada penyusunan naskah dengan didampingi buku literasi. Dengan membaca, meneliti, survey, dan cara pengumpulan data lainnya untuk kemudian dituangkan menjadi naskah maka penulis nonfiksi akan terhindar dari unsur menjiplak. Karena masing-masing penulis memiliki bahasa sendiri yang
unik dan khas. Berbeda ketika seorang penulis menyusun naskah dengan disertai buku di samping kanan dan kirinya serta media internet di depannya. Rawan sekali bagi mereka untuk membandingkan tulisan dengan naskah lain dan akhirnya memutuskan mengambil naskah lain tersebut secara mentah-mentah atau tidak diolah lagi. Inilah yang nantinya terdeteksi sebagai plagiat. -
Mengambil foto atau gambar Jika satu tahun lalu penerbit masih membolehkan pengambilan gambar melalui internet asalkan disebutkan sumbernya maka saat ini penerbit lebih berhati-hati lagi. Penulis disarankan memiliki gambar atau foto sendiri baik foto pribadi, keluarga, teman, dan orang lain dengan menggunakan kamera sendiri. Cara ini memang lebih aman daripada mengambil lewat internet baik di website maupun jejaring sosial.
Pada intinya plagiat itu tidak diperbolehkan, tidak etis, dan akan melukai harga diri si penulis sendiri. Oleh karenanya kita perlu sangat berhati-hati terhadap berbagai unsur yang bisa menjebak kita ke dalam kata-kata mengerikan tersebut. Sebelum setor naskah sebaiknya dideteksi dulu pada beeberapa website pendeteksi plagiat seperti www.plagiarisma.net danwww.grammarly.com. Menghindarkan diri dari berbagai bentuk plagiat akan membuat diri seorang penulis menjadi lebih tenang, nyaman, dan tulisanpun enak untuk dibaca. Jika terpaksa harus menggunakan data dari buku dan internet secara utuh maka kita perlu memiliki batasan data mana yang bisa ditulis secara sama persis dan mana yang harus diretouch/ditulis ulang dengan bahasa sendiri. Waspadai juga partner dalam menulis. Bisa jadi memang kita telah berusaha keras menghindarkan diri dari unsur plagiat tetapi ternyata partner menulis kita, misalnya penulis tandem, cowriter, dan lainnya mendapatkan naskah dengan cara-cara yang tidak diperbolehkan/plagiat. Berikut sebagian data yang bisa ditulis sama persis dengan sumber penulisan (buku/ internet) dan data yang harus ditulis ulang dengan bahasa sendiri :
Boleh ditulis persis
Perlu Retouch
Ayat Al Qur'an dan Hadist/Kitab suci agama lain
Pengertian tentang sesuatu hal
Pancasila, UUD 45, dan UndangUndang lainnya
Cerita rakyat
Teks lagu (mencantumkan pengarang) Tanggal bersejarah, nama tokoh/pahlawan, rumus matematika, dan teori baku lainnya
Sejarah Aplikasi bisnis, budidaya, dan lainnya.
B. Mengumpulkan Data Setelah cukup memahami tentang pokok bahasan yang akan ditulis dalam penyusunan naskah nonfiksi, maka tugas selanjutnya adalah mengumpulkan data. Bagi penulis nonfiksi, pengumpulan data tersebut sangat penting untuk menunjang kepenulisan agar lancar, berbobot, dan tidak terjebak dalam unsur plagiat. Pengumpulan data bisa dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya : -
Membaca beberapa buku literasi yang berkaitan temanya, minimal tiga buku. Pengumpulan data bisa dilakukan oleh seorang penulis nonfiksi dengan cara study literasi. Membaca minimal tiga buku yang temanya berkaitan dengan buku yang akan disusun membuat pandangan penulis lebih luas dan matang. Cara ini saya dapatkan ketika bergabung di salah satu agensi yang mengharuskan penulisan daftar pustaka di awal saya menyerahkan outline. Waktu itu terasa keberatan dengan aturan mereka. Outline kan belum tentu tembus atau disetujui, mengapa pula harus mencantumkan daftar pustaka? Namun, setelah saya telaah ulang tentang aturan tersebut, banyak sisi positif yang bisa didapatkan. Minimal dengan mengumpulkan daftar pustaka sebelum memulai menulis outline maka kita lebih dahulu mampu memahami tema yang akan disusun. Penulisan daftar pustaka ini menggelitik hati saya untuk selalu membaca minimal seperempat halaman dari setiap buku sebelum saya menyusun outline. Sehingga ketika kemudian outline disetujui maka sudah ada gambaran di dalam benak kita
untuk menyusun buku tersebut. Keuntungannya buku kita nantinya lebih berisi dan secara luas membahas tentang tema yang telah diulas dalam outline. -
Melakukan observasi lapangan Observasi atau peninjauan ke lapangan sangat diperlukan oleh penulis nonfiksi untuk memberikan naskah berbobot kepada pembaca. Observasi bisa dilakukan dengan cara melihat langsung, menemui narasumber, atau study dari beberapa kasus yang telah ada sebelumnya. Dalam observasi yang dilakukan perlu dicatat hal-hal penting penunjang kepenulisan nonfiksi. Jadi dalam melakukan observasi perlu bagi seorang penulis untuk membawa hal-hal sebagai berikut : Buku catatan atau gadget praktis untuk mencatat keterangan yang didapat. Brosur, kartu nama, dan bahan penulisan lain yang bisa didapatkan dari lokasi observasi. Foto atau gambar yang diambil di lokasi tersebut. Observasi lapangan bisa dilakukan sendiri oleh penulis nonfiksi dan bisa juga dilakukan oleh orang lain (keluarga, teman, dan sahabat) yang kebetulan dekat secara lokasi dengan tempat observasi yang strategis. Pemilihan tempat observasi yang strategis didasarkan atas ketersediaan data atau bahan kepenulisan secara akurat dan mudah untuk dituliskan dalam sebuah naskah nonfiksi. Hal ini berkaitan dengan izin pemilik lokasi dan kemampuan lobby yang bisa dilakukan oleh penulis nonfiksi. Saat ini ditekankan untuk selalu melengkapi diri dengan izin tertulis agar di kemudian hari tidak ada kesalahpahaman tentang pemberian izin observasi di satu tempat tertentu sebagai bahan penyusunan buku.
-
Melakukan survey atau penelitian kecil Untuk mengumpulkan data sebagai bahan kepenulisan nonfiksi kita bisa melakukan survey atau penelitian kecil. Misalnya survey dengan membuat kuisioner untuk beberapa orang dalam beberapa kesempatan yang berkaitan. Bisa juga dengan survey mengisi data sendiri dengan melihat kecenderungan atau perilaku orang lain di sekitar kita. Jika seorang penulis terbiasa melakukan survey atau penelitian kecil memang kesannya repot dan seperti mengulang saat skripsi. Tetapi hasilnya cukup menyenangkan karena kita memiliki panduan sendiri yang akan memberikan warna khas pada naskah nonfiksi tersebut.
-
Mencari berbagai informasi terkait lewat media Berbagai bahan kepenulisan nonfiksi bisa didapatkan lewat media. Bukan hanya media cetak yang saat ini telah berkembang pesat ke dalam beberapa judul dan bermacam tema. Tetapi data juga bisa didapatkan di media internet asalkan meneliti terlebih dahulu validitasnya berkaitan dengan naskah yang akan disusun. Salah satu caranya adalah menelfon si pemilik website atau blog yang akan dijadikan sebagai data. Dengan menelfon mereka maka ada dua keuntungan yang bisa dikantongi oleh seorang penulis nonfiksi, yaitu secara langsung meminta izin untuk menggunakan data dalam websitenya dan kedua kita mendapatkan data secara nyata. Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika mengambil referensi dari media adalah : Pilih media yang memiliki originalitas dan profesional Banyak media yang beredar di dunia nyata yaitu media cetak dan juga di dunia maya yaitu website atau blog. Berbagai media tersebut memiliki penanggungjawab masing-masing yang bisa dilihat profesionalitasnya. Apabila media dijalankan dengan itikad baik dan menampilkan tulisan original maka pilihlah media tersebut sebagai salah satu sumber referensi. Ada banyak media yang langsung berhubungan dengan naskah nonfiksi untuk tema tertentu. Misalnya tabloid Trubus untuk naskah pertanian. Pastikan tanggal pemuatan berita tidak terlalu lama/kadaluwarsa Mengambil sumber dari media juga perlu memperhatikan tanggalnya, benarkan berita tersebut masih hangat dan tidak kadaluwarsa. Memilih berita dari kejadian satu bulan terakhir masih bisa dikatakan belum kadaluwarsa. Sebutkan sumbernya apabila mengutip langsung isi berita Jika memang mengutip langsung isi media maka sebutkan sumbernya, lengkap dengan tanggal media tersebut terbit. Hal ini menunjukkan bahwa kita mampu menghargai karya orang lain.
C. Wawancara Narasumber Selain mengumpulkan data secara langsung maupun lewat penyerapan media informasi, maka wawancara narasumber menjadi pendukung sebuah kepenulisan nonfiksi. Berikut beberapa hal yang bisa dijadikan sebagai pedoman dalam mencari narasumber sesuai dengan tema yang akan diangkat dalam naskah : -
Menengok narasumber dengan lokasi terdekat
Mencari narasumber dengan lokasi terdekat dengan tempat tinggal atau tempat lain dalam jangkauan penulis. Dengan menengok kanan dan kiri dan mendapatkan narasumber dari lokasi terdekat maka berbagai keuntungan bisa didapatkan oleh seorang penulis. Diantaranya keuntungan tersebut adalah : Hemat biaya untuk menemui si narasumber Waktu untuk menemui narasumber lebih fleksibel dan efektif. Mudah dalam mengakomodasi kepentingan penulisan dengan kesempatan yang diberikan oleh narasumber. -
Cari narasumber yang berkompeten di bidangnya Mencari narasumber yang berkompeten di bidangnya memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi. Beberapa kali penulis menemui narasumber yang ternyata kurang memahami bidang yang digelutinya. Misalnya seorang petani jenis sayur tertentu yang ternyata mengembangkan kebunnya dengan berbekal “kata orang”. Namun demikian narasumber tersebut tetap bisa kita gunakan informasinya asalkan dibandingkan atau dilengkapi dengan informasi lain yang benar-benar menunjukkan kompetensi seseorang di bidang yang digelutinya. Berikut hubungan antara profesi dengan pemilihan sebagai narasumber buku nonfiksi bertema tertentu : Buku kesehatan dengan narasumber dokter, perawat, bidan, dan sarjana kesehatan masyarakat. Buku herbal dengan narasumber apoteker, penggiat pengobatan herbal, dan pengguna obat herbal. Buku masakan dengan barasumber pemilik katering, kantin, rumah makan, dan guru tata boga di sekolah kejuruan. Buku kecantikan dengan barasumber pemilik salon, lulusan sekolah kecantikan, model, dan perempuan cantik dari berbagai usia. Buku parenting dengan narasumber psikolog, guru, penggiat seminar parenting, dan orang tua yang terlihat sabar dan berhasil mengawal perkembangan anak-anaknya. Buku arsitektur dengan narasumber arsitek, kontraktor, pemilik gerai desain eksterior dan interior. Buku fashion dengan narasumber pemilik butik, pengamat kecantikan, dan publik figure. Buku pertanian dengan narasumber sarjana pertanian, petani, dan pemilik lahan yang digunakan untuk menanam sesuai tema yang akan ditulis. Buku budidaya/peternakan dengan narasumber sarjana peternakan, peternak, dan pemilik peternakan sesuai dengan tema.
Buku bisnis dengan narasumber pengusaha, sarjana ekonomi aplikatif, dan penggiat bisnis. Buku agama dengan narasumber pemilik pondok pesantren, guru/ustadz yang bergerak dalam bidang pengajian, dan penggiat agam lainnya. Dan sebagainya. -
Pergunakan sistem kekerabatan untuk mendekati si narasumber Penggunaan sistem pertemanan dan kekeluargaan lebih mengena untuk mendapatkan seorang narasumber yang mau membantu kepenulisan kita. Minimal memberikan keterangan ketika kita membutuhkan dan bersedia difoto sebagai salah satu isi buku kita nantinya. Hanya saja perlu dipertegas lagi bagaimana nanti si narasumber dicantumkan di dalam buku. Komunikasi yang terbuka dan baik akan membuat si penulis nyaman dan narasumber juga merasa nyaman.
-
Pastikan kemauan untuk menjadi narasumber dengan dokumen tertulis Meskipun menggunakan sistem kekerabatan, saran saya perlu bagi kita untuk membuat dokumen tertulis terkait dengan kesediaan seorang narasumber mewarnai buku nonfiksi yang kita susun. Karena komunikasi secara lisan kadangkala kurang efektif dan menimbulkan ketidaknyamanan di kemudian hari ketika salah satu pihak, terutama dari narasumber merasa keberatan terhadap pemuatan nama atau datanya.
D. Mengambil Foto Pendukung Foto atau gambar merupakan salah satu pendukung dalam karya nonfiksi. Dengan adanya foto pendukung maka sebuah karya nonfiksi menjadi lebih menarik dan aplikatif. Menarik untuk dibaca dan mudah dipahami oleh si pembaca. Apalagi jika foto tersebut memang berkaitan benar dengan si karya. Misalnya foto tentang kandang burung kenari yang tentu saja menambah informasi bagi pembaca apabila akan memilih kandang bagi ternak kenarinya. Demikian juga foto masakan yang sangat krusial pada buku resep masakan. Karena foto tersebut merupakan daya tarik bagi si buku.
Berikut manfaat adanya foto pada buku nonfiksi : -
Menunjukkan originalitas kepenulisan Foto bagi seorang penulis nonfiksi menunjukkan tingkat originalitas karya tersebut. Mengambil foto sesuai dengan tema yang dibahas di dalam buku
memerlukan waktu, kesempatan, dan tempat yang tepat. Oleh karenanya tidak sembarang foto yang bisa dimasukkan dalam naskah nonfiksi. Inilah yang membuat naskah nonfiksi menjadi lebih informatif. Inilah yang membuat original kepenulisan nonfiksi lebih bisa diusahakan. Dengan foto original, yang diambil dengan kamera dan kemampuan sendiri atau bantuan dari seorang fotografer. Misalnya pada foto kreasi jilbab dan masakan yang mutlak harus diambil sendiri dan hasil kreasi sendiri. -
Mendukung materi dan contoh yang disebutkan dalam kepenulisan Adanya doto pada buku nonfiksi berfungsi sebagai pendukung materi dan aplikasi yang dijelaskan dalam bahasa tulisan. Dengan adanya foto maka pembaca lebih memiliki gambaran nyata tentang berbagai hal yang diterangkan. Misalnya foto kandang ayam model batrei yang menunjukkan bagaimana penampakan kandang tersebut. Bukan hanya sekedar tulisan bahwa kandang model batrei dibuat secara bersusun dari bahan-bahan bambu atau kayu yang dipaku dan diberikan jendela kecil.
-
Menunjukkan fakta Foto juga berfungsi untuk menunjukkan fakta yang sebenarnya terjadi terkait dengan kepenulisan nonfiksi yang dilakukan. Misalnya apabila kita menulis tentang lumpur lapindo maka dengan adanya foto maka pembaca akan lebih memahami dan melihat kenyataan bahwa lumpur lapindo memang telah melumpuhkan kawasan Porong Sidoarjo-Jawa Timur. Di sinilah foto bermanfaat untuk menunjukkan hal yang sesungguhnya terjadi.
-
Pemanis tulisan Naskah nonfiksi biasanya memiliki bahasa dan bahasan yang berat di mata para pembaca. Oleh karenanya maka foto berkesan menjadi pemanis tulisan yang terasa berat tersebut. Dengan adanya foto maka pembaca menjadi sejenak melupakan kejenuhannya dan kembali bersemangat untuk membaca lanjutan dari buku tersebut. Misalnya foto hewan ternak pada buku budidaya bisa melepaskan penat setelah membaca tentang cara penanganan kotoran ternak tersebut.
Cara mengambil foto yang disarankan : -
Gunakan kamera berkualitas.
Untuk menghasilkan foto yang sesuai dengan ketentuan pada kepenulisan buku, maka kita perlu menggunakan kamera yang berkualitas. Kamera berkualitas tidak selalu kamera DSLR. Gunakan kamera pocket atau presume dengan kualitas baik untuk foto obyek yang dibutuhkan. Pada naskah masakan atau kecantikan, foto lebih diteliti lagi agar sesuai dengan ketentuan yang disyaratkan. Sedangkan pada foto buku nonfiksi dengan cetakan non warna maka yang diperlukan adalah foto yang utuh/tidak pecah ketika diperbesar. Oleh karenanya kualitas tetap diperlukan untuk menghasilkan foto yang layak cetak sebagai isi buku. -
Ambil angel terbaik Pengambilan foto untuk buku nonfiksi tetap membutuhkan angel terbaik. Di saatsaat ada satu peristiwa yang layak untuk difoto, seperti keceriaan anak-anak, remaja yang tengah berangkat sekolah, wisata, dan peristiwa lain maka jangan pernah diabaikan. Hanya saja perlu berhati-hati apabila memotret peristiwa menyedihkan. Usahakan untuk tidak mengeksploitasi peristiwa menyedihkan ke dalam naskah kita. Karena buku nonfiksi tidak mengharuskan adanya foto tersebut. Berbeda dengan reportase yang dilakukan oleh wartawan dari tempat kejadian secara langsung.
-
Perhatikan pencahayaan Di dalam mengambil foto, seseorang perlu memperhatikan faktor pencahayaan. Dengan pencahayaan yang baik maka foto yang didapatkan juga memiliki hasil yang optimal. Pencahayaan ini bisa disiasati dengan selalu mengambil foto di siang hari atau menggunakan foto studio. Pada penulisan naskah sejenis masakan maka kita bisa membuat studio mini dari kardus bekas atau dari papan kayu. Sedangkan jika terpaksa mengambil foto di malam hari maka usahakan untuk mencari tempat yang cahayanya terang atau menggunakan kamera yang berkualitas bagus.
-
Minta bantuan fotografer/yang lebih berpengalaman memotret Apabila dirasa kita membutuhkan foto yang berkualitas tinggi seperti pada naskah fashion maka bolehlah meminta bantuan fotografer agar hasilnya bisa maksimal. Hanya saja perlu diperhitungkan tentang pembayaran atau bagi hasil dari hasil honor atau fee dari naskah yang ditulis tersebut.
Jika kita ingin belajar memotret, maka usaha tak henti untuk mencoba dan lebih mencermati setiap detail kamera yang dimiliki menjadi bekal memotret dengan hasil optimal. Bisa juga kita mengikuti kursus fotografi dalam waktu yang tepat dengan biaya terjangkau. -
Menabung foto Hobby memotret secara mutlak harus dimiliki oleh penulis nonfiksi. Apabila tidak mungkin ada anggota keluarga lain yang hobby memotret sehingga hasilnya bisa digunakan sebagai pemanis atau kebutuhan foto bagi buku yang ditulisnya. Setiap bepergian dan ada acara apapun, jangan lupa untuk memotret dan menyimpannya dengan baik. Sebab apabila kemudian kita aktif dalam kepenulisan nonfiksi maka secara otomatis kita akan membutuhkan berbagai jenis foto pada berbagai kesempatan, lokasi, dan model. Model di sini bukan berarti kita harus memiliki model berbayar seperti halnya ketika memotret buku fashion misalnya. Tetapi model di sini bisa diambil dari kita, anak-anak kita, keluarga kita, dan orang lain yang ada di sekitar kita.
Perihal Gambar atau Ilustrasi : Selain foto kadangkala penulis nonfiksi membutuhkan gambar/ilustrasi sebagai bagian dari buku mereka. Yang banyak menggunakan gambar/ilustrasi adalah buku anak. Karena anak lebih tertarik pada gambar daripada naskahnya sendiri. Jika gambarnya bagus dan menarik, maka anak-anak akan menyukai buku tersebut dan mau membacanya. Berikut beberapa hal tentang gambar/ilustrasi yang perlu dipahami oleh seorang penulis nonfiksi : -
Gambar atau ilustrasi bisa berasal dari penulis, agensi, atau penerbit Gambar atau ilustrasi bisa diusahakan sendiri oleh penulis, caranya penulis bisa menggambar langsung pada naskah yang sedang dikerjakannya. Jika kemampuan ini tidak ada maka penulis bisa bekerjasama dengan ilustrator. Ilustrator bisa berasal dari teman, kerabat, ataupun ilustrator profesional. Nantinya ilustrator ini diberi bagi hasil dari honor menulis. Biasanya pada buku jual putus maka ilustrator juga diberi honor secara jual putus. Sedangkan pada buku royalti,
ilustrator diberi honor sesuai royalti atau bisa juga secara jual putus di awal kepenulisan. Usaha pencarian dan pemberian honor bagi ilustrator bisa dilakukan oleh penulis sendiri dengan menggunakan honor yang diterimanya. Selain itu bisa pula diusahakan oleh agensi sebagai penghubung penulis dengan penerbit. Ada agensi yang menyediakan ilustrator sekaligus dengan honornya. Ada pula agensi yang menyediakan honor tetapi tidak menyediakan ilustrator dan penulis diminta mencari ilustrator sendiri. Dan ada pula agensi yang menyediakan ilustrator tetapi memotongkan honor yang diberikan dari honor si penulis. Demikian juga dengan penerbit. Ada penerbit yang menyediakan ilustrator dan ada yang meminta penulis mencarinya sendiri. Rata-rata saat ini ilustrator terkenal memiliki standard honor sekitar Rp50.000,00 – Rp250.000,00 per halaman sesuai dengan kesulitan dan nama yang dimilikinya. Sedangkan untuk ilustrator baru bisa dinego sesuai dengan tingkat kesulitan dan bagus/tidaknya sebuah gambar yang dibuatnya. -
Gambar atau ilustrasi dibuat berdasarkan rekomendasi penulis yang dinyatakan dalam sebuah kalimat Ilustrator berusaha menerjemahkan keinginan penulis ke dalam sebuah gambar sebagai penunjang cerita atau naskah nonfiksi mereka. Caranya ketika penulis membutuhkan ilustrator, maka bisa membuat kalimat yang menggambarkan keinginannya atas gambar yang ada di dalam halaman tersebut. Contoh : Ilustrasi : Seorang anak perempuan berambut hitam pendek model bob sedang membuka laptop. Wajahnya tersenyum dengan baju santai. Maka si ilustrator bisa menerjemahkannya sebagai gambar berikut :
Terjemahan kalimat dari penulis oleh seorang ilustrator Sumber : ilustrasi by Dewii -
Gambar atau ilustrasi berfungsi sebagai daya tarik naskah Gambar atau ilustrasi bisa berfungsi sebagai daya tarik naskah. Hal ini terutama pada buku anak yang naskahnya sendiri lebih sedikit dibandingkan dengan ilustrasinya. Dengan adanya ilustrasi pada sebuah karya nonfiksi maka diharapkan ada nilai lebih pada karya tersebut sehingga layak untuk diterbitkan.
-
Gambar atau ilustrasi berfungsi sebagai penunjang materi dari naskah yang disampaikan. Gambar atau ilustrasi bisa dibuat sebagai penunjang materi dari naskah. Misalnya ketika kita berbicara tentang situasi peletakan wadah pakan untuk kalkun pada sebuah kandang maka kita bisa menggambarkan kandangnya dalam bentuk ilustrasi lengkap dengan wadah pakan di satu sudutnya. Sama seperti apa yang kita utarakan dalam naskah tentang budidaya kalkun tersebut.
E. Menulis Dengan Hati Seorang penyusun karya naskah nonfiksi bukanlah robot yang hanya menuliskan kembali teori-teori baku pada bukunya. Kita hendaklah tetap memahami esensi dan arah naskah yang hendak ditulis. Dengan memahaminya maka kita akan dapat menulis dengan hati. Selain itu ada beberapa hal yang perlu direnungkan sebagai seorang penulis naskah nonfiksi terkait dengan menulis dengan hati tersebut, antara lain : -
Memahami apa yang ditulis Poin pertama agar bisa menulis dengan hati adalah memahami apa yang hendak ditulis. Dengan adanya pemahaman tersebut maka kita lebih bisa menulis dengan lebih natural, mengerahkan kemampuan diri, dan lebih bernyawa. Begitu istilahnya bagi tulisan yang mudah dipahami, menginspirasi, dan tidak membuat pembaca menjadi jenuh atau jengah. Pemahaman terhadap materi naskah ini bisa dilakukan jauh hari sebelum penulisan dimulai. Saat mendapatkan ide dan mengubahnya menjadi tema serta kisi-kisi tentunya. Bayangkan apabila kita menulis tentang buku masakan sedangkan kita sendiri tidak mengetahui apa itu bawang putih, kunyit, atau dandang. Memahami terlebih dahulu alat serta bahan memasak barulah kita bisa mudah menulis buku masakan. Khusus untuk buku agama Islam yang menyisipkan ayat Al Qur’an dan Hadist dalam bahasa Arab, penulis disarankan untuk menggunakan program Nonosoft. Program ini adalah software penulisan bahasa Arab yang bisa dibeli di toko buku atau lewat website. Nantinya penulis harus mampu mengetik dalam bahasa Arab sesuai dengan ketentuan yang ada pada nonosoft tersebut.
-
Menuliskan fakta Menulis dengan hati bagi seorang penulis naskah nonfiksi berarti juga menuliskan fakta dan bukan imaginasi. Sebab naskah nonfiksi disusun berdasarkan fakta yang terjadi dan dialami oleh penulis maupun orang-orang yang ada di sekitarnya. Menuliskan fakta ini akan lebih lancar dan berhasil dengan baik apabila cukup dalam mengumpulkan data dan informasi dari berbagai pihak yang berkompeten. Di dalam menuliskan fakta, kadangkala bisa terjadi adanya satu pertentangan antara teori satu dengan teori lainnya. Apabila naskah nonfiksi yang ditulis bukan membahas tentang satu teori tertentu boleh saja semua disajikan apa adanya. Nanti pembaca yang akan memutuskan untuk memercayai teori yang mana. Juga apabila
naskah bukan dilandaskan atas hasil survey dan penelitian sendiri tetap sebutkan narasumber yang bersangkutan. -
Tidak memiliki perilaku yang bertentangan dengan tulisannya Menjadi seorang penulis yang bisa menggunakan hati dalam berkarya, bukan berarti harus berperilaku seperti yang dituliskan. Tetapi sebaliknya hendaknya apa yang ditulis tersebut merupakan perilaku atau kebiasaan yang dijalani dalam keseharian. Kecuali apabila tulisannya membahas tentang satu permasalahan tertentu dengan informasi dari data dan narasumber tertentu. Hal ini terutama perlu dipikirkan bagi penulisan buku motivasi, how to, dan buku anak. Sebab ketiga buku tersebut bisa mempengaruhi kehidupan pembaca yang benar-benar memercayainya. Misalnya pembahasan tentang kerendahan hati akan lebih bermakna dan mengena apabila ditulis oleh seseorang yang rendah hatinya. Akan terasa janggal jika bahasan tentang kerendahan hati ditulis oleh seseorang yang ternyata congkak atau sombong, suka membanggakan diri, dan suka mencela orang lain. Demikian juga dengan naskah lain yang perlu dibahas sesuai dengan sifat dan sikap dari penulisnya. Jika kita memahami menulis dengan hati ini pada kisah tentang nabi yang ditulis oleh para sufi, maka mereka terlebih dahulu berpuasa dan berdo’a mohon petunjuk kepada Allah SWT sebelum mengisahkan kembali tentang teladan para nabi. Sungguh karya yang sulit ditandingi oleh penulis di masa kini kecuali kita mau belajar dari keberhasilan mereka dan orang lain di sekitar kita.
F.Self Editing Sebelum menyerahkan naskah yang ditulis kepada editor, perlu bagi seorang penulis untuk melakukan self editing. Self editing ini meminimalkan kesalahan yang terjadi pada penggunaan huruf dan tanda baca. Sedangkan kontent atau isi buku tergantung dari siapa dan kepentingan apa yang melihatnya. Sebuah resep masakan lodeh misalnya, bisa jadi akan beragam bumbu yang dimasukkan antara satu koki dengan lainnya. Demikian pula dengan naskah nonfiksi lainnya. Meskipun nantinya peran editor teramat penting bagi layaknya naskah yang akan diterbitkan, namun self editing tetap perlu untuk dilakukan.
Beberapa langkah self editing yang bisa menunjang performance naskah kita yaitu : -
Membaca kembali naskah yang telah ditulis setelah menyelesaikan satu bagian atau bab. Lebih mudah bagi kita untuk melakukan self editing dengan cara membacanya setelah selesai menulis satu bagian. Membaca ulang tulisan yang selesai dikerjakan pada satu bagian bukan hanya menghemat tenaga dan waktu, tetapi juga membuat kita lebih waspada ketika menulis bagian selanjutnya. Waspada dalam artian meminimalkan kesalahan redaksional ataupun kesalahan isi karena telah dilihat pada bagian awal/sebelumnya.
-
Membaca kembali naskah yang telah ditulis secara keseluruhan Meskipun telah membaca ulang naskah yang telah selesai ditulis per bagian, tetapi kita tetap perlu membacanya kembali secara keseluruhan. Setelah semua naskah selesai dibuat, maka usahakan untuk membacanya kembali. Hal ini untuk mempercantik naskah kita. Apabila editor marasa tugasnya lebih ringan tatkala mengedit naskah kita maka tentu mereka akan dengan senang hati menerima naskah kita di lain waktu.
-
Membenahi kesalahan huruf dan tanda baca Self editing bukan berarti hanya membaca saja. Pengetahuan tentang EYD terbaru juga mesti terus diasah. Dengan begitu ketika kita membaca ulang ada beberapa huruf, tanda baca, atau bahkan kalimat yang perlu diperbaiki langsung bisa terdeteksi. Setelah sadar ada yang perlu diperbaiki, kita bisa segera memperbaikinya. Hal ini bukan hanya untuk meringankan kerja editor tetapi juga demi performance naskah kita sendiri. Dengan sedikit mungkin kesalahan redaksional apalagi isi naskah, maka naskah kita akan menjadi layak terbit dan pantas untuk dibaca oleh siapapun.
-
Menambah atau mengurangi isi naskah yang dirasa perlu Dengan membaca kembali naskah yang kita tulis secara per bagian atau keseluruhan maka akan memudahkan bagi kita apabila ingin menambah atau mengurangi isinya. Misalnya ada hal yang kita anggap perlu untuk ditambahkan maka kita bisa menambahkannya tanpa perlu revisi dari editor. Apabila ada hal yang perlu dikurangi dan terasa tidak sesuai juga bisa langsung dikurangi saat kita
membacanya kembali. Demikian bermanfaatnya self editing bagi cantiknya naskah kita yang akan dicetak oleh penerbit. -
Mencoba opini lain dengan meminta orang terdekat untuk membacanya Self editing juga bisa menggunakan cara dengan meminta orang lain membaca naskah yang selesai kita tulis. Opini atau pendapat mereka sangat berarti sebagai orang terdekat yang bisa mengemukakan kelebihan dan kekurangan naskah kita. Syukur apabila opini mereka bisa membuat kita terinspirasi untuk membuat naskah sebaik dan semenarik mungkin. Sehingga ketika mereka membacanya, maka kita menjadi lebih percaya diri.
-
Menambah foto atau gambar yang diperlukan Self editing juga bisa dilakukan dengan menambah atau mengurangi foto dan gambar pada naskah. Foto dan gambar memang bermanfaat bagi karya nonfiksi. Oleh karenanya self editing bisa melihat kembali kebutuhan foto dan gambar tersebut. Apakah ada foto dan gambar yang bisa dimasukkan kembali? Ataukah ada yang perlu dikurangi.
Setelah selesai menjalani proses self editing barulah naskah bisa kita kirimkan ke editor. Naskah yang telah melalui proses self editing biasanya tidak akan banyak revisi dan hal ini memudahkan penulis juga nantinya. Selain itu naskah yang melalui self editing akan terlihat lebih berbobot dan cantik sehingga editor atau penerbit tak segan meminta kembali kepada kita untuk menulis naskah dengan tema dan judul lainnya.
G. Attitude, Penunjang Kesuksesan Menulis Menjadi seorang penulis yang pintar dan pandai mengolah kata saja tidak cukup untuk membuat diri kita nyaman berada di dunia kepenulisan naskah nonfiksi. Karena untuk membuat sebuah buku bisa mencari referensi dan data dari pihak-pihal lain yang terkait dan berkompeten. Tidak lantas penulis tidak boleh pintar, bukan itu maksudnya. Namun di atas semua kepintaran tersebut, seorang penulis harus memiliki attitude atau kepribadian yang baik. Karena setiap orang yang memiliki attitude baik, jalan terang dan terbuka selalu ada buat mereka. Berikut beberapa hal yang perlu dipikirkan dan dicermati sebagai seorang penulis dalam hubungan dengan attitude : -
Memiliki niatan baik
Dimanapun dan kapanpun seorang penulis nonfiksi perlu meneguhkan niat baik pada diri sendiri. Agar apapun yang kita tulis dan kita lakukan kepada orang lain tidak berdasarkan atas niat buruk dan mencelakakan. Niatan baik ini tentu datang dari hati yang bersih dan pemikiran positif. Menjalani semua prosedur pekerjaan menulis dengan wajar. Tidak memiliki niat memanfaatkan orang lain, mencelakakan orang lain, dan berbagai niat buruk lainnya. Perlu setiap hari selesai berdo’a dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, kita meluruskan niat lagi bahwa menulislah dengan baik, untuk kebaikan, dan dengan cara yang baik pula. -
Memiliki sopan santun atau tata krama Sopan santun atau tata krama adalah jiwa utama kita sebagai bangsa Indonesia yang menggunakan adat ketimuran dengan berbagai macam agama yang saling bertoleransi. Sopan santun memang harus dimiliki oleh setiap orang, tak terkecuali oleh penulis naskah nonfiksi. Karena dengan sopan santun maka lebih mudah bagi kita untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Baik hubungan pertemanan, kekeluargaan, dan hubungan kerja. Beberapa hal terkait dengan sopan santun yang perlu dicermati : Berpikir sopan Kesopanan seseorang diawali dari pikiran yang sopan. Pikiran yang sopan adalah pikiran positif yang mendasari orang untuk melakukan kegiatan sehariharinya. Berpikir bahwa setiap orang adalah baik tanpa mengurangi kewaspadaan. Berpikir bahwa apa yang kita lakukan akan menuai dampak bagi diri dan orang lain. Hal-hal semacam ini yang nantinya membuat seseorang sanggup meredam negatif thinking dan mengubahnya menjadi positif thinking. Berkata sopan Seseorang yang membenamkan pikirannya dengan sesuatu hal kebaikan maka pengungkapannya juga pasti mengandung hal-hal yang baik. Perkataan seseorang mencerminkan isi hati dan pikirannya. Oleh karenanya perlu bagi seorang penulis naskah nonfiksi, apalagi jika kita telah menghasilkan karya di bidang buku anak, agama, dan parenting untuk
selalu berkata sopan. Bukan berarti kita harus berpura-pura, tetapi justru membiasakan diri untuk menjadi seseorang yang baik dan sopan. Kata-kata yang kasar, jelek, mencemooh orang lain, merendahkan orang lain, menghina, dan berbagai kata buruk lainnya sebaiknya dihilangkan dari alam pikiran kita. Meskipun hal ini merupakan kebiasaan sejak kecil, tetapi rasanya masih bisa diubah setelah kita dewasa. Mengganti kata-kata buruk dengan kalimat yang sopan, baik, penuh motivasi, dan menunjukkan keikhlasan hati jauh lebih baik daripada terbelenggu dengan keluhan dan makian kepada orang lain atau keadaan. Kata-kata sopan juga berarti tidak memuji secara berlebihan, tidak menyindir, dan mengungkapkan keadaan dengan bahasa yang wajar. Perkataan sopan ini bukan hanya perlu dilakukan ketika kita bertatap muka dan berkomunikasi dengan orang lain. Tetapi kata-kata sopan perlu juga dipikirkan ketika akan menulis status di jejaring sosial atau mengirim surat dalam bentuk apapun. Contohnya : ketika kita melihat status seorang penulis semacam Asma Nadia, maka yang ada dalam pikiran kita adalah betapa tangguh dan baiknya attitudenya. Tanpa mengenal beliaupun saya langsung bisa kagum karena katakata dalam setiap tulisannya pasti sopan dan menginspirasi.
Berperilaku sopan Perilaku sopan juga perlu dimiliki oleh setiap penulis nonfiksi. Tak perlulah kita menganggap diri sebagai artis sehingga perlu membuat kontroversi yang akan meningkatkan kapasitas penjualan buku tulisan kita. Justru dengan perilaku yang sopan dan tulus, maka pembaca akan bisa melihat sendiri bagaimana kualitas pribadi penulisnya. Perilaku sopan di sini bisa dilihat dari cara tersenyum dan menyapa orang lain, cara berbicara, dan cara memperlakukan orang lain. Tatapan mata seseorangpun bisa menunjukkan bagaimana dia berperilaku. Karena ada tatapan mata yang selalu sinis, penuh curiga, dan tidak ramah. Ada pula tatapan mata yang ramah, ikhlas, dan penuh ketulusan. Mestikah dipelajari? Sebenarnya untuk berperilaku sopan sudah tertanam dari kebiasaan waktu kecil.
Tetapi jika memang masa kecil tak memungkinkan kita mempelajari hal tersebut, maka kini saatnya kita bisa menimba ilmu tentang perilaku sopan tersebut. Ada banyak sekolah kepribadian diantaranya adalah JRP (John Robert Powers) dan Ratih Sang yang siap membantu seseorang lebih bisa memiliki perilaku sopan dan keseluruhan attitude yang baik. -
Memiliki komitmen Seorang penulis nonfiksi perlu memiliki komitmen kuat dalam hal penyusunan naskah yang tengah dilakukannya. Komitmen di sini bukan hanya tepat deadline. Tetapi juga adanya komunikasi yang baik dan terbuka kepada editor jika ada satu atau dua hal yang menghalangi kita untuk menulis dan untuk tepat deadline tersebut. Komitmen juga harus ditunjukkan dari kemauan seorang penulis untuk merevisi naskahnya. Menulis saja tidak cukup jika kita tidak mau merevisi naskah dari editor. Karena revisi tersebut mutlak diperlukan agar naskah kita bisa layak terbit dan layak baca. Sesuai juga dengan selera pembaca yang ada di saat ini.
-
Memiliki kerendahan hati Seseorang boleh menyimpan kepuasan atas apa yang telah dicapainya. Namun hendaknya kepuasan tersebut tidak lantas tercetus sebagai sebuah kesombongan. Kerendahan hati sangat diperlukan untuk menunjang karir kita sebagai seorang penulis. Rendah hati bukan berarti menutup diri dari pergaulan di luar. Tetapi lebih pada menyadari bahwa “di atas langit masih ada langit”. Apa yang mungkin kita capai saat ini patut disyukuri tetapi bukan untuk disombongkan. Apalagi dengan membandingkan diri dan mencemooh penulis lainnya. Kerendahan hati membuat kita selalu merasa bersyukur dan menyadari bahwa masih ada DIA yang Maha segalanya.
DAFTAR PUSTAKA BUKU : Bambang Trim, Taktis Menyunting Buku, Maximalis, Bandung, 2009 Bambang Trim, The Art of Stimulating Idea, Metagraf Tiga Serangkai, Solo, 2011 Drs Jalaluddin Rakhmat, M.Sc, Psikologi Komunikasi, Remadja Karya, Bandung, 1994 Hasan Pambudi, Pedoman Dasar Penerbitan Buku, Sinar Harapan, Jakarta, 1996 Soetarlinah Soekadji, Modifikasi Perilaku, Liberty, Yogyakarta, 1983
DAFTAR ISTILAH Akurat, nyata dan memiliki validitas tinggi Budidaya, pengolahan sumber daya alam baik tumbuhan maupun hewan ternak untuk diambil manfaatnya Fakta, logis atau nyata dengan bukti-bukti dan data yang menyertai Faksi, kisah nyata yang dibumbui dengan sedikit imaginasi Fee, honor kepenulisan Kompetensi, kemampuan seseorang Kreatif, mengolah kemampuan dan kemauan menjadi satu tindakan yang menghasilkan Literasi, buku Narasumber, seseorang yang berkompeten dan mau memberikan keterangan terkait dengan buku yang akan kita tulis Nonosoft, software kepenulisan bahasa Arab yang standard untuk naskah nonfiksi tema agama
Outline, proposal atau kisi-kisi naskah sebelum dilanjutkan dalam bentuk kepenulisan. Penelitian, meneliti satu hal untuk menemukan kenyataan dari teori yang dibuat Referensi, sumber data untuk kepenulisan nonfiksi Roman, kisah percintaan Strategi, cara untuk melakukan suatu hal Study pustaka, belajar dari buku-buku yang telah terbit Survey, datang langsung ke sebuah tempat untuk mengambil data terkait Teori, rumusan baku tentang satu hal tertentu
PROFIL PENULIS
Afin Murtie, seorang ibu berputra dua yang tinggal di Sidoarjo-Jawa Timur. Lulusan fakultas psikologi Universitas Airlangga yang berkecimpung di dunia perdagangan berjangka dan komoditi ini suka menulis semenjak SD dan seakan menemukan dunia impiannya setelah bergabung dengan beberapa agensi naskah untuk menelurkan karya-karya nonfiksi. Beberapa buku tentang psikologi, parenting, masakan, fesyen, budidaya, herbal, dan agama telah diterbitkan oleh beberapa penerbit mayor. Memiliki motto selalu ingin belajar dan bermanfaat sebagai istri, ibu, dan seorang perempuan bagi sekelilingnya. Afin dengan senang hati bisa ditemui di
[email protected] apabila ada satu hal yang ingin didiskusikan seputar kepenulisan.