Panduan Kewaspadaan Universal Puskesmas Kintamani I

April 18, 2017 | Author: igederyu sakalangit | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Panduan Kewaspadaan Universal Puskesmas Kintamani I...

Description

BAB I DEFINISI

Kewaspadaan universal atau “Universal Precaution” (UP) merupakan upaya pencegahan penyakit infeksi melalui darah dan cairan tubuh (blood and body fluid precautions) secara universal tanpa memandang status infeksi pasien. Pada strategi tersebut juga ditekankan tentang pengelolaan limbah yang tepat termasuk pengolalan limbah yang berupa benda tajam. Pada tahun 1994 UP dikembangkan sebagai upaya pencegahan infeksi di rumah sakit yang berupa penerapan dua tingkat kewaspadaan, yaitu : 1. Standard precaution atau Kewaspadaan standar, sebagai kewaspadaan tingkat pertama yang merupakan kombinasi antara Universal Precaution (UP) secara garis besar dan body substance isolations (BSI) yang menekankan kewaspadaan terhadap bahan-bahan berupa darah, semua cairan tubuh sekreta, ekskreta (tanpa memandang apakah dia mengandung darah atau tidak), kulit dan mukosa yang tidak utuh. Selanjutnya disebut juga sebagai kewaspadaan universal yang merupakan kewaspadaan yang bersifat umum, dan diterapkan kepada semua pasien tanpa memandang status diagnosisnya. 2. Transmission based precautions adalah kewaspadaan tingkat kedua yaitu kewaspadaan terhadap infeksi berdasarkan cara penularan, dirancang sebagai tambahan dari kewaspadaan universal tersebut diatas kalau diperlukan dan untuk diterapkan kepada pasien yang terbukti atau diduga berpenyakit menular.

BAB II RUANG LINGKUP

Penerapan kewaspadaan universal merupakan bagian pengendalian infeksi yang tidak terlepas dari peran masing-masing pihak yang terlibat didalamnya yaitu pimpinan termasuk staf administrasi, staf pelaksana pelayanan, termasuk staf penunjangnya dan juga para pengguna pelayanan yaitu pasien dan pengunjung sarana kesehatan tersebut. Program ini hanya dapat berjalan bila masing-masing pihak menyadari dan memahami peran dan kedudukan masingmasing. a. Peran pimpinan dalam pengendalian infeksi Pimpinan berkewajiban menyusun kebijakan mengenai kewaspadaan universal, memantau, dan memastikan bahwa kewaspadaan universal dapat dilaksanakan tenaga kesehatan dengan baik. Pimpinan bertanggung jawab atas penganggaran dan ketersediaan sarana untuk menunjang kelancaran pelaksanaan kewaspadaan universal di unit yang dipimpinnya. b. Peran tenaga kesehatan dalam pengendalian infeksi Tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya dan orang lain serta bertanggungjawab sebagai pelaksana kebijakan yang ditetapkan pimpinan. Tenaga kesehatan juga bertanggungjawab dalam menggunakan sarana yang disediakan dengan baik dan benar serta memelihara sarana agar selalu siap pakai dan dapat dipakai selama mungkin. Secara rinci kewajiban dan tanggungjawab tersebut meliputi: 1. Bertanggungjawab melaksanakan dan menjaga keselamatan kerja di lingkungannya, wajib memtuhi instruksi yang diberikan dalam ranga kesehatan dan keselamatan kerja, dan membantu mempertahankan lingkungan bersih dan aman. 2. Mengetahui kebijakan dan menerapkan prosedur kerja, pencegahan infeksi dan mematuhinya dalam pekerjaan sehari-hari. 3. Tenaga kesehatan yang menderita penyakit yang dapat meningkatkan risiko penularan infeksi baik dari dirinya ke pada pasien atau sebaliknya sebaiknya tidak merawat pasien secara langsung. c. Peran pasien dan keluarganya dalam pengendalian infeksi Setiap orang berhak atas privasi dan sekaligus berkewajiban menjaga keselamatan orang lain. Dengan demikina bila seorang pasien yang mengetahui dnegan pasti menderita penyakit yang dapat menular pada orang lain moral untuk memberitahukannya. Terutama bila terkajadi kecelakaan kerja pada petugas (tertusuk jarum atau terkena alat tajam lain bekas pasien dll) maka pasien diatas sebaiknya memberi informasi atau izin untuk

pemeriksaan darah guna membantu tindak lanjut bagi tenaga kesehatan yang mengalami kecelakaan tersebut. Anggota keluarga pasien berhak untuk tidak mendapatkan penularan infeksi selama mereka menjalankan fungsi sosialnya, baik sebagai penunggu atau sebagai pengunjung pasien. Oleh karena itu mereka berhak pula mendapat informasi secukupnya agar dapat melindungi diri mereka dari infeksi tanpa mengabaikan hak pasien untuk tetap terjaga kerahasiaanya.

BAB III TATA LAKSANA Prinsip utama Prosedur Kewaspadaan Universal pelayanan kesehatan adalah menjaga hygiene sanitasi individu, hygiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tersebut dijabarkan menjadi kegiatan pokok yaitu : 1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang 2. Pemakaian alat pelindung diri 3. Pengelolaan alat kesehatan 4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan (kecelakaan kerja) 5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan 6. Kewaspadaan khusus 3.1 Cuci Tangan Cuci tangan merupakan proses yang secara mekanik melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air. Tujuan dari cuci tangan adalah

membersihkan kedua tangan dari kotoran serta mereduksi jumlah microorganisme transient. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir dilakukan bila tangan terlihat kotor atau terkontaminasi dengan bahan-bahan protein. Gunakan handrub berbasis alkohol secara rutin untuk dekontaminasi tangan, jika tangan tidak terlihat ternoda. Jangan gunakan handrub berbasis alkohol jika tangan terlihat kotor. Jangan gunakan produk berbasis alkohol setelah menyentuh kulit yang tidak utuh, darah atau cairan tubuh. Pada kondisi ini cuci tangan dengan sabun dan air mengalir dan keringkan dengan lap / handuk tissue sekali pakai. Jenis kebersihan tangan ada 4 macam; 1. 2. 3. 4.

Kebersihan tangan surgical. Kebersihan tangan Aseptik Kebersihan tangan sosial Kebersihan tangan handrub

5 moment kebersihan tangan : 1. Sebelum kontak dengan pasien. 2. Sebelum melakukan tindakan aseptik. 3. Setelah tersentuh cairan tubuh pasien. 4. Setelah kontak dengan pasien. 5. Setelah kontak dengan lingkungan disekitar pasien Menggunakan 6 langkah kebersihan tangan 1. Petugas menggosok telapak tangan memutar kearah ibu jari sebanyak 4 kali 2. Petugas menggosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya sebanyak 4x 3. Petugas menggosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari kearah atas sebanyak 4x. 4. Petugas menggosok ruas-ruas punggung jari dengan cara Jari –jari sisi dalam dari kedua tangan petugas saling mengunci sebanyak 4x 5. Petugas menggosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya sebanyak 4x 6. Petugas menggosok dengan memutar ujung jari– jari di telapak tangan kiri dansebaliknya sebanyak 4x Hal yang perlu diperhatikan dalam kebersihan tangan: 1. Kuku harus seujung jari tangan.

2. Cat kuku tidak diperkenankan 3. Bila tangan luka, harus diobati dan dibalut dengan balutan yang kedap air. 4. Jam tangan dan cincin tidak diperkenankan dipakai Indikasi kebersihan tangan a. Segera : setelah tiba di tempat kerja b. Sebelum : 1) Kontak langsung dengan pasien 2) Memakai sarung tangan sebelum pemeriksaan klinis dan tindakan invasif (pemberian suntikan intra vaskuler) 3) Menyediakan/mempersiapkanobat-obatan 4) Mempersiapkan makanan 5) Memberi makan pasien 6) Meninggalkan rumah sakit. c. Diantara : prosedur tertentu pada pasien yang sama dimana tangan terkontaminasi, untuk menghindari kontaminasi silang. d. Setelah : 1) Kontak dengan pasien 2) Melepas sarung tangan 3) Melepas alat pelindung diri 4) Kontak dengan darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi, eksudat luka dan peralatan yang diketahui atau kemungkinan terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh, ekskresi (bedpen, urinal) apakah menggunakan atau tidak menggunakan sarung tangan. 5) Menggunakan toilet, menyentuh/melap hidung dengan tangan. Persiapan Membersihkan Tangan a. Air mengalir b. Sabun Bahan tersebut tidak membunuh mikroorganisme tetapi menghambat dan mengurangi jumlah mikroorganisme . Jumlah mikroorganisme semakin berkurang dengan meningkatnya frekuensi cuci tangan c. Larutan Antiseptik Larutan antiseptik atau disebut juga antimikroba topikal, dipakai pada kulit

atau jaringan hidup lainnya untuk menghambat aktivitas atau membunuh

mikroorganisme. Kulit manusia tidak dapat disterilkan. Tujuan yang ingin dicapai adalah penurunan jumlah mikroorganisme pada kulit secara maksimal terutama kuman transien. Kriteria memilih antiseptik adalah sebagai berikut:

1) Memiliki efek yang luas, menghambat atau merusak mikroorganisme secara luas (gram positif dan gram negatif, virus lipofilik, bacillus dan tuberkulosis, fungi, endospora). 2) Efektivitas 3) Kecepatan aktivitas awal 4) Efek residu, aksi yang lama setelah pemakaian untuk meredam pertumbuhan 5) Tidak mengakibatkan iritasi kulit 6) Tidak menyebabkan alergi 7) Efektif sekali pakai, tidak perlu diulang-ulang 8) Dapat diterima secara visual maupun estetik. d. Lap tangan yang bersih dan kering e. Prosedur Standar Membersihkan Tangan Teknik Membersihkan Tangan dengan Sabun dan Air harus dilakukan seperti di bawah ini: 1) Basahi tangan dengan air mengalir yang bersih.. 2) Tuangkan 3 - 5 cc sabun cair untuk menyabuni seluruh permukaan tangan. 3) Ratakan dengan kedua telapak tangan. 4) Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya. 5) Gosok kedua telapak dan sela-sela jari. 6) Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci. 7) Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya. 8) Gosok dengan memutar ujung jari-jari di telapak tangan kiri dan sebaliknya. 9) Bilas kedua tangan dengan air mengalir. 10) Keringkan dengan handuk sekali pakai atau tissue towel sampai benar-benar kering. 11) Gunakan handuk sekali pakai atau tissue towel untuk menutup kran. Karena mikroorganisme tumbuh dan berkembang biak pada keadaan lembab dan air yang tidak mengalir, maka : 1) Dispenser sabun harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum pengisian ulang. 2) Jangan menambahkan sabun cair kedalam tempatnya bila masih ada isinya, penambahan ini dapat menyebabkan kontaminasi bakteri pada sabun yang dimasukkan. 3) Jangan menggunakan baskom yang berisi air. Meskipun memakai tambahan antiseptik (seperti: Dettol atau Savlon), mikroorganisme dapat bertahan dan berkembang biak dalam larutan ini (Rutala 1996).

Jika air mengalir tidak tersedia, gunakan wadah air dengan kran atau gunakan ember dan gayung, tampung air yang telah digunakan dalam sebuah ember dan buanglah di toilet Kegagalan untuk melakukan kebersihan dan kesehatan tangan yang tepat dianggap sebagai sebab utama infeksi nosokomial yang menular dan penyebaran mikroorganisme multiresisten serta diakui sebagai kontributor yang penting terhadap timbulnya wabah (Boyce dan Pittet, 2002), hal ini disebabkan karena pada lapisan kulit terdapat flora tetap dan sementara yang jumlahnya sangat banyak. Flora tetap hidup pada lapisan kulit yang lebih dalam dan juga akar rambut, tidak dapat dihilangkan sepenuhnya, walaupun dengan dicuci dan digosok keras. Flora tetap, berkemungkinan kecil menyebabkan infeksi nosokomial, namun lapisan dalam tangan dan kuku jari tangan sebagian besar petugas dapat berkolonisasi dengan organisme yang dapat menyebabkan infeksi seperti : s.Auresus, Basili Gram Negative, dan ragi. Sedangkan flora sementara, ditularkan melalui kontak dengan pasien, petugas kesehatan lainya, atau permukaan yang terkontaminasi. Organisme ini hidup pula pada permukaan atas kulit dan sebagian besar dapat dihilangkan dengan mencucinta memakai sabun biasa dan air. Organisme inilah yang sering menyebabkan infeksi nosokomial (JHPIEGO, 2004).

3.2 Alat Pelindung Diri Protective barrier umumnya diacu sebagai Alat Pelindung Diri (APD), telah digunakan bertahun-tahun lamanya untuk melindungi pasien dari mikroorganisme yang terdapat pada staf yang bekerja pada suatu unit perawatan kesehatan. Akhir-akhir ini, adanya AIDS dan HCV dan resurgence tuberkulosis di banyak negara, memicu penggunaan APD menjadi sangat penting untuk melindungi staf . Termasuk Alat pelindung Diri a.l: sarung tangan, masker/respirator, pelindung mata (perisai muka, kacamata), kap, gaun, apron dan barang lainnya. Di banyak negara kap, masker, gaun dan tirai terbuat dari kain atau kertas. Penahan yang sangat efektif, bagaimanapun, terbuat dari kain yang diolah atau bahan sintetik yang menahan air atau

cairan lain (darah atau cairan tubuh) menembusnya. Bahan-bahan tahan cairan ini, bagaimanapun, tidak tersedia secara luas karena mahal. Di banyak negara, kain katun yang enteng (dengan hitungan benang 140/in²) adalah bahan yang sering dipakai untuk pakaian bedah (masker, kap dan gaun) dan tirai. Sayangnya, katun enteng itu tidak memberikan tahanan efektif, karena cairan dapat menembusnya dengan mudah, yang membuat kontaminasi. Kain dril, kanvas dan kain dril yang berat, sebaliknya, terlalu rapat untuk ditembus uap (yaitu, sulit disterilkan), sangat sukar dicuci dan makan waktu untuk dikeringkan. Bila bahan kain, warnanya harus putih atau terang agar kotoran dan kontaminasi dapat terlihat. Macam APD : 1. Masker 2. Sarung tangan 3. Kaca mata, 4. Topi 5. Apron/celemek 6. Pelindung kaki 7. Gaun pelindung 8. Helm 1. Sarung Tangan. Sarung tangan melindungi tangan dari bahan yang dapat menularkan penyakit dan melindungi pasien dari mikroorganisme yang berada di tangan petugas kesehatan. Sarung tangan merupakan penghalang (barrier) fisik paling penting untuk mencegah penyebaran infeksi. Sarung tangan harus diganti antara setiap kontak dengan satu pasien ke pasien lainnya, untuk menghindari kontaminasi silang. Tiga saat petugas perlu memakai sarung tangan : a) Perlu untuk menciptakan barrier protektif dan cegah kontaminasi yang berat. Desinfeksi tangan tidak cukup untuk memblok transmisi yang berat, misalnya menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi, eksresi, mucus membrane, kulit yang tidak utuh.

b) Dipakai untuk menghindari transmisi mikroba di tangan petugas kepada pasien saat dilakukan tindakkan terhadap kulit pasien yang tidak utuh, mucus membrane. c) Mencegah tangan petugas terkontaminasi mikroba dari pasien transmisi kepada pasien lain. Perlu kepatuhan petugas untuk pemakaian sarung tangan sesuai standar. Memakai sarung tangan tidak menggantikan perlunya cuci tangan, karena sarung tangan dapat berlubang yang kecil, tidak nampak selama

melepasnya sehingga kapan pemakaian sarung tangan diperlukan

tergantung keadaan, sarung tangan periksa atau serbaguna bersih harus digunakan oleh semua petugas ketika:  Ada kemungkinan kontak tangan dengan darah atau cairan tubuh lain, 

membrane mukosa atau kulit yang terlepas. Melakukan prosedur medis yang bersifat invasive misalnya menusukkan



sesuatu kedalam pembuluh darah, seperti memasang infuse. Menangani bahan – bahan bekas pakai yang telah terkontaminasi atau



menyentuh permukaan yang tercemar. Menerapkan kewaspadaan berdasarkan penularan melalui kontak (yang diperlukan pada kasus penyakit menular melalui kontak yang telah diketahui atau dicurigai), yang mengharuskan petugas kesehatan menggunakan sarung tangan bersih, tidak steril ketika memasuki ruangan paien. Petugas kesehatan harus melepaskan sarung tangan tersebut sebelum meninggalkan ruangan pasien dan mencuci tangan dengan air

dan sabun atau dengan hadrub berbasis alcohol. Jenis – jenis sarung tangan 1. Sarung tangan bersih 2. Sarung tangan steril 3. Sarung tangan rumah tangga Bagan Alur pemilihan jenis sarung tangan

Apakah kontak dengan darah atau cairan tubuh ?

YA

TIDAK

Tanpa Sarung Tangan

Apakah kontak dengan pasien ?

TIDAK

Sarung Tangan Rumah Tangga Atau Sarung Tangan Bersih

YA

Apakah kontak dengan jaringan ?

TIDAK

Sarung tangan Bersih Atau Sarung Tangan DTT

YA Sarung Tangan Steril Atau Sarung Tangan DTTdilakukan bila persediaan sarung tangan terbatas. Bila sumber daya Hal yang harus

terbatas dan jumlah sarung tangan periksa tidak memadai, sarung tangan bedah sekali pakai (disposable) yang sudah digunakan dapat diproses ulang dengan cara:  Bersihkan dan desinfeksi dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.  Dicuci dan bilas, serta dikeringkan.  Hanya digunakan pada tindakan – tindakan yang tidak menembus jaringan tubuh. Hal – hal yang harus diperhatikan pada pemakaian sarung tangan a. Gunakan sarung tangan ukuran yang sesuai, khususnya untuk sarung tangan bedah. Sarung tangan yang tidak sesuai dengan ukuran tangan dapat mengganggu keterampilan dan mudah robek. a. Jaga agar kuku selalu pendek untuk menurunkan risiko sarung tangan robek. b. Tarik sarung tangan ke atas manset gaun (jika anda memakai) untuk melindungi pergelangan tangan. c. Gunakan pelembab yang larut dalam air ( tidak mengandung lemak ) untuk mencegah kulit tangan kering / berkerut.

d. Jangan gunakan lation atau krim berbasis minyak, karena akan merusak sarung tangan bedah maupun sarung tangan periksa dari lateks. e. Jangan menggunakan cairan pelembab yang mengandung parfum karena dapat menyebabkan iritasi pada kulit. f. Jangan menyimpan sarung tangan ditempat dengan suhu yang terlalu panas atau terlalu dingin misalnya dibawah sinar matahari langsung, didekat pemanas, AC, cahaya ultraviolet, cahaya flouresen atau mesin rontgen, karena dapat merusak bahan sarung tangan sehingga mengurangi efektifitasnya sebagai pelindung 3. Pelindung wajah Pelindung wajah bertujuan untuk melindungi selaput lendir, hidung, mulut, dan mata. Jenis alat : Masker, Kaca mata, Face sheild. a. Masker Jenis masker:  Masker bedah: - Masker yang digunakan saat pembedahan di poli gigi, VK, pada -

pasien airbone, dan tempat lain sesuai peruntukannya Di ganti bila basah atau selesai pembedahan Masker harus bisa menutupi hidung, muka bagian bawah, rahang dan

-

semua rambut muka Digunakan untuk menahan tetesan keringat yang keluar sewaktu bekerja, bicara, batuk atau bersin dan juga untuk mencegah cipratan darah atau cairan tubuh yang terkontaminasi masuk ke dalam hidung



atau mulut. Masker khusus - Digunakan pada saat penanganan pasien, air bone disease, pasien yang mendapatkan imunosupresan atau petugas atau pasien yang -



sakit batuk. Digunakan untuk pencegahan penyakit H5N1, TBC. Puskemas memiliki masker N95 dengan jumlah terbatas, maka bila

pada kondisi tertentu digunakan masker bedah rangkap 2. Masker biasa. - Digunakan dalam kegiatan sehari- hari kegiatan yang menimbulkan -

bau (saat pengelolaan sampah, kamar mandi dll) Digunakan saat menderita batuk pilek. Digunakan saat tindakan perawatan yang menimbulkan bau

(personal higiene, Membantu Bab, Bak, perawatan luka) 4. Gogless (kacamata)

Digunakan untuk melindungi dari cipratan darah atau cairan tubuh lainnya yang terkontaminasi. Pelindung mata termasuk pelindung plastik yang jernih, kacamata pengaman, pelindung muka dan visor. Kacamata digunakan untuk prosedur bedah dan tindakan di ruang bersalin. 5. Apron (Clemek) Apron steril digunakan untuk prosedur pembedahan atau yang beresiko terjadi cipratan atau kontak dengan cairan tubuh pasien. Apron juga digunakan untuk melindungi dari cairan atau bahan kimia di dapur, Laboratorium, VK, serta saat menangani pencucian peralatan bekas digunakan pasien (instrumen, urinal, pispot, bengkok dll) 6. Gaun Gaun digunakan bertujuan untuk melindungi petugas dari kemungkinan genangan atau percikan darah atau cairan tubuh lainnya yang dapat mencemari baju. Jenis Gaun : - Gaun pelindung tidak kedap air. - Gaun pelindung kedap air. - Gaun steril. - Gaun non steril Indikasi penggunaan gaun : -

Tindakan atau penanganan alat yang memungkinkan pencemaran /kontaminasi pada pakaian petugas seperti : o Seperti membersihkan luka bakar. o Tindakan drainage. o Menuangkan cairan terkontaminasi ke dalam lubang pembuangan WC

atau Toilet. o Menangani pasien perdarahan masif. o Tindakan bedah. o Perawatan gigi. o gaun segera diganti jika terkontaminasi cairan tubuh pasien. 7. Pelindung kaki Tujuan : - Melindungi kaki petugas dari tumpahan /percikan darah atau cairan tubuh lainnya -

dan mencegah dari kemungkinan tusukan benda tajam atau kejatuhan alkes. Digunakan saat menolong persalinan

Terbuat dari plastik yang menutupi seluruh ujung dan telapak kaki digunakan untuk melindungi kaki dari: Cairan atau bahan kimia yang berbahaya, Bahan atau peralatan yang tajam

8. Topi (penutup kepala)  Digunakan untuk melindungi rambut dan kepala dari cairan tubuh atau bahan 

berbahaya. Mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit kepala petugas terhadap alat-alat di daerah steril dan juga sebaliknya melindungi kepala petugas dari bahan – bahan berbahaya dari pasien.



Digunakan saat melakukan tindakan yang memerlukan area steril yang luas

9. Helm  Terbuat dari plastik  Digunakan untuk melindungi kepala dan digunakan pekerjaan yang berhubungan dengan bangunan.

Tabel jenis Kegiatan yang memerlukan kebersihan tangan dan penggunaan alat pelindung No.

Kegiatan

Cuci tangan

Sarung tangan Steril biasa

Jubah/ Celemek

Masker/ Google

K/P K/P √ K/P

K/P



K/P K/P

K/P K/P

√ √

K/P K/P K/P

K/P K/P K/P √ K/P

K/P √ √

K/P

K/P

Perawatan umum 1.

Tanpa luka  Memandikan / bedding  Reposisi 2. Luka terbuka  Memandikan / bedding  Reposisi 3. Perawatan perianal 4. Perawatan mulut 5. Pemeriksaan fisik 6. Penggantian balutan  Luka decubitus  Cateter intravena Tindakan Khusus. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.

Pasang cateter urine Ganti bag urine / ostomil Pembilasan lambung Pasang NGT Mengukur suhu axilia Mengukur suhu rectal Kismia

√ √

√ K/P

√ √ √ √ √

√ √ √ √ K/P

√ √



√ √ √ √ √ √ √

√ √

Perawatan saluran nafas 14. Suction 15. Resusitasi 16. Airway management Perawatan Vasculer

√ √ √

17.

Pemasangan infuse



18.

Pengambilan darah vena



19. 20. 21.

Penyuntikan IM / IV / SC Penggantian botol infuse Pelepasan dan penggantian selang infuse Percikan darah / cairan tubuh Membuang sampah medis Penanganan alat tenun.

√ √ √



√ √ √

√ √ √

22. 23. 24.

Lebih baik Lebih baik

√ √ √

K/P √ √

√ K/P √√



K/P

K/P



K/P

K/P

√ √ √

K/P



3.3 Pengelolaan Alat Kesehatan Pengelolaan alat-alat bertujuan untuk mencegah penyebaran infeksi melalui alat kesehatan, atau untuk menjamin alat tersebut dalam kondisi steril dan siap pakai. Proses penatalaksanaan peralatan dilakukan melalui 4 (empat) tahap kegiatan yaitu : 1. Dekontaminasi Dekontaminasi adalah menghilangkan mokroorganisme pathogen dan kotoran dari suatu benda sehingga aman untuk pengelolaan selanjutnya dan dilakukan sebagai langkah pertama bagi pengelolaan alat bekas pakai. Hal penting sebelum membersihkan adalah mendekontaminasi alat dan benda lain yang mungkin terkena darah atau duh tubuh. Segera setelah digunakan, alat harus direndam di larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

Langkah ini dapat

menginaktivasi HBV, HCV, dan HIV serta dapat mengamankan petugas yang membersihkan alat tersebut (AORN 1990; ASHCSP 1986). Sudah lebih dari 20 tahun, dekontaminasi terbukti dapat mengurangi derajat kontaminasi oleh kuman pada instrumen bedah. Misalnya, studi yang dilakukan oleh Nyström (1981) menemukan kurang dari 10 mikroorganisme pada 75% dari alat yang tadinya tercemar dan dari 100 mikroorganisme pada 98% alat yang telah

dibersihkan dan didekontaminasi. Berdasarkan penemuan ini, sangat dianjurkan agar alat dan benda-benda lain yang dibersihkan dengan tangan, didekontaminasi terlebih dulu untuk meminimalkan risiko infeksi .

Proses desinfeksi barang singleuse yang di reuse Proses desinfeksi alat medis dapat dikategorikan menjadi : Tingkat Penerapan

Proses

Penyimpanan

Contoh alat

Alat yg masuk,

Sterilisasi steam,

Sterilisasi harus dijaga :

-Alat yang

penetrasi dalam

sterad atau DDT

-bungkusan alat harus

digunakan untuk

kering.

tindakan invasif.

resiko Kritis

jaringan steril, rongga, aliran

-kemasan tidak robek

darah

-Bungkusan harus dibuat dengan menghambat bioefektif selama penyimpanan. .simpan alat steril pada area steril guna melindungi dari kontaminasi lingkungan. -Alat steril yang tidak dibungkus harus segera dipakai Semi

Alat yang kontak

Sterilsasi

Simpan pada daerah

Alat yang

kritis

dengan selaput

steam/termal dan

bersih dan kering guna

berhubungan

lendir

dengan cairan

melindungi dari

dengan respiratori

desinfektan

kontaminasi lingkungan :

tingkat tinggi

-LM (laringeal mask) -Vaginal speculum. -endotrakeal non kinkin.

Non

Alat yang kontak

Bersihkan alat

Simpan dalam keadaan

- Breast pump -alatnon invasif

kritis

dengan kulit

dengan

bersih ditempat yang

equipment:

menggunakan

kering

* Bedpan dan

detergent dan

urinal.

air .jika

* Manset tekanan

menggunakan

darah.

desinfektan

* bed

gunakan yang

* Termometer.

compatibel

* Tourniket * Tensi meter

2. Pencucian/pembersihan Adalah suatu proses secara fisik membuang semua kotoran, darah, atau cairan tubuh lainnya dari benda mati ataupun membuang sejumlah mikroorganisme untuk mengurangi resiko bagi mereka yang menyentuh kulit atau menangani objek tersebut. Proses ini terdiri dari Setelah dekontamnin 3. Sterilisasi atau DTT Adalah membunuh semua mikroorganisme, termasuk endospora bacterial. Adalah Penguapan bertekanan tinggi yang menggunakan suatu otoklaf atau dry heat dengan menggunakan oven adalah metode yang paling tersedia saat ini yang digunakan untuk proses sterilisasi. Sterilisasi uap tekanan tinggi adalah metode sterilisasi yang paling murah dan efektif, tetapi juga paling sulit untuk dilakukan secara benar (Gruendemann dan Mangum 2001). Pada umumnya sterilisasi ini adalah metode pilihan untuk mensterilisasi instrumen dan

alat-alat lain yang digunakan pada berbagai fasilitas pelayanan kesehatan. Bila aliran listrik bermasalah, instrumen-instrumen dapat disterilisasi dengan sebuah sterilisator uap nonelektrik dengan menggunakan minyak tanah atau bahan bakar lainnya sebagai sumber panas. Kondisi Standar Sterilisasi Panas Sterilisasi uap (Gravitas): Suhu harus berada pada 121ºC; tekanan harus berada pada 106 kPa; 20 menit untuk alat tidak terbungkus 30 menit untuk alat terbungkus. Atau pada suhu yang lebih tinggi pada 132ºC, tekanan harus berada pada 30 lbs/in²; 15 menit untuk alat terbungkus. Catatan: Setting tekanan (Kpa atau lbs/in²) dapat agak berbeda bergantung pada sterilisator yang digunakan. Bila mungkin, ikuti anjuran pabrik. Panas kering: 

170ºC selama 1 jam (total cycletime-meletakkan instrumen-instrumen di oven, pemanasan hingga 170ºC, selama 1 jam dan kemudian proses pendinginan 2-2,5 jam), atau



160ºC selama 2 jam (total cycle time dari 3-3.5 jam). Ingat:



Waktu paparan mulai hanya setelah sterilisator telah mencapai target



Jangan memuat sterilisator untuk alat tidak terbungkus dengan metode ini lebih pendek, hanya butuh waktu 4 menit. Metode kilat ini biasanya digunakan untuk individual. 4. Penyimpanan Sterilisasi 3.4 Pengelolaan Jarum 3.5 Pengelolaan Limbah 3.6 Kewaspadaan Khusus

alat-alat

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF