Panduan Ekskursi Karangsambung

April 6, 2017 | Author: Ricky Baga | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Panduan Ekskursi Karangsambung...

Description

LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA BALAI INFORMASI DAN KONSERVASI KEBUMIAN KARANGSAMBUNG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

TINJAUAN TEKTONIK KAWASAN CAGAR ALAM GEOLOGI KARANGSAMBUNG PANDUAN EKSKURSI KARANGSAMBUNG  Kebumen 22 Januari 2010

Oleh :

Chusni Ansori PENDAHULUAN SARI : Kawasan CagarAlam Geologi Karangsambung merupakan kawasan dengan kondisi geologi unik dan menarik. Kawasan Karangsambung ibarat sebuah teksbook, kalau di buku ada gambar-gambar, maka di karangsambung melihat lapangan langsung karena semua bukti tentang konsep tektonik lempeng dapat dilihat secara nyata di alam baik berupa singkapan batuan maupun morfologi. Jejak proses tumbukan antar lempeng yang terjadi mulai zaman Kapur sekitar 121 juta tahun lalu bisa ditemukan ditempat ini dalam bentuk singkapan berbagai jenis batuan dalam areal yang tidak terlalu luas

Kawasan Karangsambung terletak 19 km utara Kebumen, merupakan laboratorium alam terbaik dimana berbagai jenis batuan dengan lingkungan pembentukan yang berbeda-beda bisa dijumpai. Karangsambung merupakan tempat pertemuan antara lempeng samudera Hindia Australia dengan lempeng benua Eurasia. Jejak proses tumbukan antar lempeng yang terjadi mulai zaman Kapur sekitar 121 juta tahun lalu bisa ditemukan ditempat ini dalam bentuk singkapan berbagai jenis batuan

dengan kenampakan morfologinya yang

menjadikan tempat ini laksana sebuah texbook alam dimana konsep tektonik lempeng

dapat

dipelajari

dan

dibuktikan

kebenarannya.

Kawasan

Karangsambung ibarat sebuah teksbook, kalau di buku ada gambar-gambar, maka di karangsambung melihat lapangan langsung karena semua bukti tentang konsep tektonik lempeng dapat dilihat secara nyata di alam baik berupa singkapan batuan maupun morfologi. Prof Hamilton dari USGS yang datang tahun 1970-an terkagum-kagum saat melihat bukti nyata dari New Global Tectonic Theory di Karangsambung. Dengan terwujudnya kawasan konservasi di Karangsambung maka kepentingan ilmiah, pendidikan, wisata dan ekonomi akan dapat di atur secara komprehensip di dalam satu manjemen sehingga pengelolaan kawasan secara berkelanjutan semakin baik. Hal ini sesuai dengan standart UNESCO dimana Taman Geologi (Geopark) haruslah mempunyai kenampakan geologi yang spesial dan jarang yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan

penelitian,

pendidikan

dan

pengembangan

ekonomi

lokal

(geotourism & geoproduct) yang berkelanjutan. Keunikan geologi Karangsambung dapat disejajarkan dengan zone-zone tumbukan di tepi barat Amerika, di Italia, Taiwan dan beberapa pulau di Jepang. Pada beberapa negara maju

seperti

Amerika dan Australia fenomena geologi yang unik dan menarik telah diwujudkan sebagai Taman Alam, sebut saja “Yellow Stone Nasional Park” dan “Devils Tower” di Amerika dan beberapa tempat lain.

Panduan Ekskursi Karangsambung

1

Berbagai jenis batuan beku seperti peridotit, gabro, basalt, dacite, diabas dan andesit terdapat dii daerah ini. Batuan sedimen klastik, bioklastik maupun non klastik yang terbentuk pada dasar samudera hingga laut dangkal berumur 80 – 30 juta tahun lalu, dijumpai pula di Karangsambung. Rijang, lempung merah dan gamping merah yang terbentuk pada dasar samudera dengan posisi lapisan hampir vertikal membentuk fenomena yang sangat menarik. Rijang sering berasosiasi dengan lava bantal yang terbentuk dari pembekuan magma pada punggungan tengah samudera. Batulempung bersisik/ scaly clay (hasil proses pelongsoran berulang – ulang ), batupasir, breksi vulkanik, konglomerat kuarsa serta batugamping numulites juga ditemukan. Batuan metamorf seperti Filit, sekis hijau, sekis mika (berumur 117 juta tahun lalu), sekis biru dan eklogite yang

terbentuk dari metamorfosa regional tingkat tinggi terjadi pula di

Karangsambung. merupakan

Morfologi Amphiteater (teater alam terbuka)

rangkaian

gunung

berbentuk

tapal

kuda

dengan

yang lembah

ditengahnya sebagai hasil proses geologi sehingga terjadi pembalikan topografi dimana puncak antiklin berubah menjadi lembah sementara lembah sinklin sekarang berupa puncak gunung. Keanekaragaman batuan di Karangsambung dengan kenampakan morfologi serta kekomplekan struktur geologinya menjadikan kawasan ini sebagai Monumen Geologi yang layak untuk dikonservasi dan dijaga kelestariannya. Berdasarkan Kepmen ESDM No.2817K/40/MEM/2006, maka kawasan Karangsambung seluas kurang lebih 22.157 Ha yang meliputi Kabupaten Kebumen, Banjarnegara dan Wonosobo telah ditetapkan menjadi Cagar Alam Geologi Karangsambung. Secara fisiografi Cagar Alam geologi Karangsambung termasuk dalam Banyumas Sub-Basin yang merupakan salah satu cekungan di bagian selatan Jawa, beberapa pengarang memasukkannya dalam Cekungan jawa Selatan (gambar 1). Banyak diskusi tentang posisi tektonik cekungan ini, dan nampaknya belum terlalu jelas posisinya. Asikin S (1994) menyatakan bahwa

Panduan Ekskursi Karangsambung

2

kawasan ini pada jaman Kapur Akhir – Eosen merupakan daerah subduksi, pada Miosen awal – Tengah termasuk Fore-Arc basin dan menjadi Back-Arc basin pada Miosen Tengah – Miosen Akhir. Field trip ini akan mengajak peserta untuk mengamati batuan dasar berumur Kapur Akhir –Paleosen yang membentuk prisma-prisma akresi dengan struktur geologi yang komplek serta batuan yang terlipat dan terpatahkan yang merupakan endapan olistostrome hingga turbidit. Batuan-batuan basement Pra Tersier terdeformasi sangat kuat tersebar luas di sebelah utara kampus lapangan geologi sekitar 30 x 10 km, sementara itu batuan yang lebih muda dan mengalami perlipatan tersebar di bagian selatan.

J A V A

S E A

Tegal

SEMARANG

Temanggung

Purwokerto Gombong

PROGO MOUNT

SOLO

Kebumen Wates Karangbolong

YOGYAKARTA

SOUTHERN MOUNTAIN

0

20

40 Km

Gambar 1. Posisi daerah Luk Ulo yang berada pada rangkaian pegunungan Selatan

TINJAUAN UMUM GEOLOGI LUK ULO Batuan tertua di Jawa yang merupakan dasar cekungan tersingkap di daerah Luk Ulo, yang merupakan inti pegunungan Serayu. Daerah ini berjarak sekitar 20 km utara kota Kebumen. Lokasi ini merupakan satu dari 3 lokasi

Panduan Ekskursi Karangsambung

3

dimana batuan Pra Tersier tersingkap, yaitu Ciletuh Jawa barat dan Bayat di Jawa Tengah (lihat Gambar 2) Daerah Luk Ulo merupakan bagian Pegunungan Serayu Selatan yang tererosi paling dalam, tersususn oleh batuan dan struktur geologi yang komplek, dimana batuan terdeformasi kuat dengan lingkungan pembentukan yang berbeda-beda, fasies dan umur berbeda tersingkap secara secara berganti dalam jarak yang dekat. Kelompok batuan ini merupakan kumpulan aneka batuan dengan struktur dan startigrafi yang tidak teratur, tersusun oleh fragmen dan blok batuan ofiolit, metamorfosa derajat rendah – tinggi, batuan meta sedimen, batuan sedimen laut dalam yang berada di dalam kepungan batu lempung bersisik. Kelompok batuan semacam ini disebut sebagai batuan bancuh ( tectonic mélange ). Fragmen dan blok batuan tersebut umumnya berbentuk angular – sub angular dengan ukuran beberapa sentimeter hingga kilometer. Nama Komplek Melange Luk Ulo diusulkan untuk kelompok batuan ini yang merupakan tectono- stratigraphic unit (Asikin, 1974). Komplek Melange Luk Ulo merupakan hasil subduksi antara lempeng samudera Hindia_Australia yang bergerak kearah Utara dengan lempeng Eurasia. Arah umum kecenderungan struktur geologinya adalah timur laut – barat daya yang sejajar dengan tinggian dan rendahan pada daerah Cekungan Jawa Utara serta pegunungan Meratus di Kalimantan. Korelasi lebih lanjut dengan kelompok batuan di Meratus dan Pulau Laut menunjukkan bahwa penunjaman melewati Kalimantan. Mulai Ciletuh Jawa Barat pola strukturnya barat – timur, di Pegunugan serayu Selatan strukturnya berubah berubah kerah timur laut di Laut Jawa dan menerus di Pegunungan Meratus di Kalimantan. Komplek Melang Luk Ulo ditutupi oleh endapan olistostrome dari Formasi Karangsambung dan Totogan yang tersusun oleh campuran fosil Peleosen, Eosen dan Oligosen. Asosiasi batuan dan struktur geologinya menandakan bahwa Formasi ini dihasilkan dari proses peluncuran gaya berat pada prisma akresi yang merupakan endapan syn tektonic. Selama pengisian

Panduan Ekskursi Karangsambung

4

cekungan yang kecil ini batuan mengalami proses deformasi secara menerus. Berdasarkan asumsi terdapatnya di atas batuan mélange, maka umur Formasi ini tidak lebih muda dari Paleosen. Olistostrome ini ditutupi secara tidak selaras oleh endapan klastika vulkanik dan endapan turbit berumur Oligosen – Miosen Tengah berupa Formasi waturanda dan Penosogan yang merupakan endapan fore – arc basin. Pada Miosen Akhir

batas lempeng bergerak kearah selatan yang

menghasilkan pergeseran sumbu magmatik kearah selatan dan menghasilkan batuan vulkanik kalk – alkalin di daearah Karangbolong.

Pada saat itu

cekungan Banyumas mengalami penurunan dan terisi sedimen dari sumbu magmatik di selatan serta dari tepi benua di utaranya yang menghasilkan Formasi Halang. Setidaknya terdapat 2 (dua) patahan utama melalui daerah ini, yaitu berarah barat laut tenggara dan utara – selatan. Patahan barat laut- tenggara merupakan sisa patahan naik pada zone imbrikasi dari prisma akresi yang dihasilkan selama proses penunjaman yang kemudian diaktifkan kembali oleh tektonik berikutnya. Sedangkan patahan Utara – Selatan dihasilkan oleh gaya kompresi yang sekaligus menghsilkan lipatan berarah barat – timur.

Panduan Ekskursi Karangsambung

5

Panduan Ekskursi Karangsambung

6

CILETU H

LUK ULO

(Modified from Hamilton, 1979)

BAYAT

Gambar 2. Perkembangan tektonik P. Jawa antara jaman Kapur - Kuarter

PRES ENT S UB DUCTION

TERTIA RY SUBDUCTION

SUNDA MICRO PLATE

CRETACEOUS SUBDUCTION ZONE

TERTIA RY MAGMATIC ARC.

INDIAN - AUSTRALIAN PLATE

MERATUS

Panduan Ekskursi Karangsambung

7

Gambar 3. Peta Geologi Kawsan Karangsambung dan lokasi pengamatan (Asikin S, 1994)

Gambar 4. Model evolusi tektonik cekungan Banyumas (Asikin, 1994)

Panduan Ekskursi Karangsambung

8

Gambar 5. Blok diagram evolusi komplek melange Luk-Ulo (Asikin S, 1994)

Panduan Ekskursi Karangsambung

9

STRATIGRAFI Secara garis besar, geologi Karangsambung tersusun oleh berbagai macam jenis batuan dengan lingkungan pembentukan dan umur yang berbeda-beda serta struktur geologi yang komplek. Kekomplekkan kondisi geologi disebabkan karena daerah ini merupakan

tempat penunjaman/subduksi antara lempeng

sumudera Hindia Australia dengan lempeng benua Eurasia pada jaman Kapur – Eosen. Stratigrafi daerah ini dimulai dari batuan tertua di Jawa yang mengalami pengangkatan

dan

erosi

maksimal

sehingga

muncul

di

kawasan

Karangsambung. Menurut Asikin (1994) stratigrafi daerah ini meliputi Komplek Melange Luk Ulo, Formasi Totogan-Karangsambung, Formasi Waturanda, dan Formasi Penosogan. 1. Komplek Melange Luk Ulo Komplek Melange Luk Ulo merupakan satuan batuan bancuh (chaotic) dari berbagai macam batuan sedimen, batuan beku dan batuan metamorf pada masa dasar lempung yang tergerus kuat (pervasively sheared). Kenampakan struktur boudinage dengan kekar gerus dan cermin sesar merupakan hal yang umum dijumpai pada permukaan batuan. Blok-blok batuan berupa exotic block maupun native block berukuran centimeter hingga ratusan meter yang mengambang di atas lempung hitam tersebar luas dengan pola penyebaran sejajar arah gerusan. Komponen Melange Luk Ulo meliputi : -

Batuan Metamorfik, merupakan batuan tertua yang dijumpai dan terdiri dari genes, sekis hijau, sekis mika, sekis biru, filit, amphibolite, eklogit dan marmer. Pengukuran radiometric K-Ar pada sekis mika menunjukkan umur 117 Ma, Ketner, et.al (1976).

-

Batuan beku, berupa batuan ultra mafik yang merupakan seri batuan ofiolit dijumpai sangat bagus di daerah ini. Peridotit, serpentinit, gabro

Panduan Ekskursi Karangsambung

10

dan basalt yang sering membentuk struktur bantal. Basalt berstruktur bantal umumnya berasosiasi dengan sedimen laut dalam. -

Sedimen laut dalam, berupa selang seling rijang dengan lempung merah atau lempung merah gampingan.

-

Batuan sedimen, umumnya berupa perselingan batuan pelitik dengan batupasir, disamping itu dijumpai greywacke dan metagreywacke yang sering membentuk struktur boudinage

Berdasarkan penanggalan radiometric K-Ar maka umur metamorfisme sekitar Kapur akhir (117 Ma), sedangkan dari fosil radiolaria menghasilkan kapur awal hingga akhir, Wakita et al (1991). Asikin (1974) dan Sapri, H., dkk. (1998) berdasarkan nano fosil dari sedimen di atas mélange menemukan percampuran fauna Paleosen dengan Eosen. Dari data ini maka diduga umur Komplek Melange berkisar Kapur Akhir hingga Paleosen. 2. Formasi Karangsambung-Totogan Menurut Asikin (1974), Formasi Karangsambung-Totogan

tersusun oleh

kelompok sedimen yang tercampur aduk karena proses pelongsoran gaya berat yang sering dikenal dengan istilah Olistostrome. Bongkah-bongkah batuan sedimen berukuran centimeter hingga ratusan meter tersebar secara acak dalam masa dasar lempung hitam bersisik (scaly clay). Jenis fragmen yang dijumpai bermacam-macam. Pada bagian bawah, variasi fragmenya sangat heterogen yang menyangkut lebih dari 6 (enam) jenis fragmen seperti batulempung, batupasir, konglomerat, sekis, filit, batugamping berfosil, kuarsit, basalt, marmer, rijang dan breksi polimik. Pada bagian atas variasi fragmennya bersifat homogen. Diameter fragmen sangat bervariasi, sebagian besar kurang dari 30 cm, sebagian kecil mencapai ratusan meter. Fragmen berukuran besar dijumpai pada bagian bawah sampai tengah formasi, fragmen lebih kecil dijumpai pada bagian atas formasi, sebaran fragmen tidak terpola. Berdasarkan ukuran dan variasi fragmen, diperkirakan bahwa

Panduan Ekskursi Karangsambung

11

tingkat gangguan tektonik lebih kuat pada awal sedimentasi, yang kemudian melemah pada akhir proses sedimentasi. Seluruh satuan olistostrome pada awalnya

diendapkan pada cekungan labil dekat komplek mélange yang

kemudian semakin menjauh dari komplek mélange. Masa dasar berupa batu lempung

bersisik, berwarna abu-abu gelap hingga cerah. Bagian bawah

formasi scaly clay sangat intensif terbentuk namun pada bagian atas tidak. Perbedaan intensitas pembentukan lempung bersisik disebabkan karena proses pelongsoran kuat yang berulang-ulang namun kekuatannya semakin berkurang ke arah atas, Ansori, C., (2002).

Diabas dan Basalt Diabas dijumpai sebagai batuan beku intrusif dyke (G. Bujil) serta sill (G. Parang) yang mengintrusi formasi Karangsambung. Pada beberapa bagian didapatkan aliran lava berstruktur bantal, namun sifatnya lebih andesitik dengan tekstur lebih kasar dibandingkan lava bantal pada komplek mélange. Kelompok batuan ini mempunyai afinitas tholeit busur kepulauan yang diduga sebagai hasil vulkanisme bawah laut dengan pusat erupsi disekitar G. Parang-Dakah, Yuwono (1997). Menurut Soeria Atmadja, dkk (1991) berdasarkan pentarikan radiometrik K-Ar, diabas G. Parang berumur 26 – 39 Ma atau sekitar Eosen – Oligosen yang identik dengan kisaran umur Formasi Karangsambung-Totogan. Kemungkinan satuan ini dierupsikan bersamaan dengan pengendapan Olistostrome dari Formasi Karangsambung-Totogan. 3. Formasi Waturanda Formasi ini tersusun oleh breksi vulkanik serta batupasir dalam perulangan perlapisan yang tebal. Breksi umumnya tersusun oleh fragmen andesitik dengan ukuran beragam dari kerikil hingga bongkah lebih dari 1 meter. Masa dasar berupa pasir kasar, struktur sedimen yang dijumpai berupa perlapisan

Panduan Ekskursi Karangsambung

12

bersusun normal, bersusun terbalik, dan laminasi sejajar.

Formasi ini

diendapkan sebagai endapan turbidit, berumur Miosen awal (N5 –N8). 4. Formasi Penosogan Terletak selaras di atas Formasi Waturanda, tersusun oleh perlapisan batupasir tipis hingga sedang, batulempung, kalkarenit, napal tufaan dan tufa. Bagian bawah dicirikan oleh perlapisan batupasir-batulempung yang butirannya menghalus ke atas dan komponen karbonatnya semakin tinggi. Bagian tengah terdiri dari perlapisan napal dan lanau tufaan dengan sisipan tipis kalkarenit. Sekwen Bouma nampak berkembang baik. Bagian paling atas kandungan tufanya meningkat dengan dominasi napal tufaan dan tufa. Formasi Penosogan diendapkan pada lingkungan laut dalam yang dipengaruhi arus turbidit. 5. Formasi Halang Penyebaran formasi tersebar di bagian selatan , membentang dari barat hingga timur menempati daerah perbukitan. Tebalnya sekitar 400 – 700 m. Litologi penyususn terdiri dari batu pasir gampingan, batupasir kerikilan, batupasir tufaan, napal, napal tufaan, batulempung, batulempung napalan dan sisipan kalkarenit. Umur Formasi adalah Miosen Tengah – Pliosen Awal, berdasarkan temuan formasi bentos seperti Gyroida sp dan Epinodes sp.

Panduan Ekskursi Karangsambung

13

Gam mbar 6. Kolo om Stratigraffi Sub Cekun ngan Banyum mas, Asikin S ( 1994)

DIS SKRIPSI LOKASI PENGAM MATAN Lokasii 1 (Totogaan), MORF FOLOGI Pandan ngan ke arrah timur, terlihat jellas perbedaan morfo ologi batua an praTerrsier (lebih h dari 65 Juta tahun lalu) diisebelah kiri k dengan n batuan Tersier diseebelah kan nan. Morfo ologi pra tersier diccirikan oleeh bukit y yang meny yendiri, tidaak teratur,, berbentuk prismatiik, batuan n pada mo orfologi inii dikenal sebagai s Mellange Sebo oro. Terlih hat 3 bukitt berbentu uk prismatiik dengan n susunan batuan dan n lingkung gan pemben ntukan yan ng berbedaa, G. Gliwang (palin ng utara) teersusun oleh h sekis daan sedimen pelitik, G. Geman ntung terssusun oleh h batupasiir meta grayywacke, seerta serpen ntinit di G. G Clecep p (paling selatan). M Morfologi tersier terllihat berup pa rangkaiaan gunung g teratur yang y memb bujur ke arrah timur berupa vulkanik formasi G. Paras P dan G. Perahu u, tersusun n oleh batu uan sedim men breksi v f Waaturanda yang y berum mur Mioseen awal ( 15 juta tahun). t Sedangkan lembah l

Pandduan Ekskursii Karangsambbung

14

diantaranya dimana Sungai Luk Ulo mengalir merupakan lembah patahan memanjang yang diisi oleh batuan sedimen formasi Totogan.

Gambar 7. Perbedaan morfologi batuan pratersier (sebelah kiri) dengan morfologi batuan Tersier (Sebelah kanan) yang dipisahkan oleh lembah patahan.

Lokasi 2 (K. Brengkok Sadang Kulon), SEKIS MIKA Batuan berwarna abu-abu cerah dan tampak mengkilap jika terkena sinar matahari, merupakan batuan tertua di Jawa. Warna putih metalik berlembar pada batuan adalah mineral mika, sedangkan lapisan-lapisan tipis merupakan penjajaran mineral karena pengaruh tekanan yang sangat sangat kuat pada saat proses perubahan batuan asal menjadi Sekis mika didalam kulit bumi. Batuan ini merupakan bagian alas P. Jawa. Berdasarkan penanggalan secara radioaktif (K-Ar) ternyata batuan ini termetamorfosakan pada Jaman Kapur, 117 juta tahun lalu (Ketner dkk, 1976), yang membuktikan bahwa sejak jaman tersebut telah terjadi tumbukan lempeng

samudera dengan lempeng benua di kawasan

Karangsambung.

Panduan Ekskursi Karangsambung

15

Gambar 8. Sekis mika , batuan metamorf berfoliasi berumur ± 117 juta tahun lalu

Lokasi 3 (K. Muncar Seboro), BASALT-RIJANG Untuk Mencapai lokasi ini, perlu jalan kaki sekitar 25 menit dari depan Masjid Seboro melalui sisi timur kali Paladipa ke arah utara, kemudian berbelok kekiri melawati persawahan dan turun di kali Muncar. Pada dinding kali Muncar terlihat batuan sedimen berwarna merah memanjang sekitar 100 m laksana kelir/layar pertunjukkan wayang dengan batuan beku pada bagian atasnya laksana kenong dan gongnya. Masyarakat sekitar menamakan singkapan batuan ini dengan nama watu kelir. Batuan sedimen merupakan selang seling antara rijang dan lempung merah gampingan, dengan perlapisan tegak. Rijang dan lempung merah ini nampak retak-retak dengan larutan kalsit berwarna putih yang mengisinya. Rijang berwarna merah karena mengandung unsur besi, serta kandungan fosil Radiolaria

berumur Kapur Atas (Wakita,

1991). Batuan beku di bagian atasnya yang nampak bulat memanjang merupakan lava basalt berstruktur bantal. Lava ini terbentuk

pada zone

pemekaran dasar samudera. Berdasarkan penentuan umur secara radioaktif dengan metode K/Ar ternyata berumur 81 ± 4 juta tahun ( Emy Suparka). Batuan pada lokasi ini membuktikan bahwa setidaknya sekitar 81 juta tahun lalu kawasan ini merupakan dasar samudera dengan kedalaman lebih dari 4000 m,

Panduan Ekskursi Karangsambung

16

yang kemudian melalui gaya tektonik yang sangat kuat daerah ini mulai tarangkat di atas muka laut pada kala Eosen 55 juta tahun lalu.

Gambar 9. Lava bantal dan rijang, batuan dasar samudera yang telah terangkat

Lokasi 4 (Pucangan), SERPENTINIT Batuan berwarna hijau gelap mengkilap adalah Serpentinit. Serpentinit merupakan batuan ubahan dari batuan ultra basa berwarna gelap hasil pembekuan magma pada kerak samudera. Proses ubahannya sendiri terjadi terjadi 2 fase, fase 1 terjadi pada saat batuan tersebut bersentuhan dengan lingkungan air laut, sedangkan fase ke-2 terjadi pada saat masuk ke zone tunjaman dan terangkan ke permukaan bumi. Kesan mengkilap dan bergarisgaris tipis akibat pergesekan antar batuan karena terjadi patahan. Sekitar 1 km utara lokasi ini pernah diusahakan tambang asbes hasil ubahan lebih lanjut dari batuan serpentinit.

Panduan Ekskursi Karangsambung

17

Gambar 10. Serpentinit, batuan dari dasar lempeng samudera yang telah terubah berwarna kehijauan

Lokasi 5 (Totogan), MARMER Marmer merupakan batuan hasil ubahan batugamping karena pengaruh tektonik yang dapat dimanfaatkan sebagai batuan ornamen. Lokasi ini merupakan bekas penambangan marmer, ketebalan marmer mencapai sekitar 100 m dengan lebar berkisar 150 m, warna marmer yang dijumpai adalah putih (paling dominan), merah dan hijau. Perbedaan warna ini disebabkan karena adanya pengotor yang masuk kedalam batugamping. Marmer dari lokasi ini telah banyak di manfaatkan untuk cindera mata serta ornamen lainnya.

Gambar 11. Singkapan marmer di daerah Totogan, batu gamping yang terubah

Panduan Ekskursi Karangsambung

18

Lokasii 6 (G. Sipaako), FILIT T Setelah h menyebeerangi sung gai Luk Ulo, kita bissa mendap patkan sing gkapan batu uan berwaarna hitam m pada dind ding sungaai yang terrjal. Batuan n berwarnaa hitam den ngan strukttur foliasi ini dikenall dengan n nama Filit. Filit ini teermasuk bo ongkah batu uan asing dan mem mperlihatkaan lipatan mikro yaang intensiif. Filit terrbentuk sela ama prosess penunjam man serta merupakan m n batuan metamorf m b berderajat rendah. r Pro oses tekton nik dan deeformasi leebih lanjutt berupa patahan p geeser searah h aliran sun ngai, memb bentuk lipatan-lipataan kecil (m mikro foldedd) serta stru uktur gorees garis (sliccken side) pada p batuan filit.

Gam mbar 12.Sing gkapan filit dengan d kenaampakan mikkro fold dan cermin c sesarr, yang menandakan terjaadinya bebeerapa kali proses p tekton nik serta ad danya patah han mendattar yang meleewati lokasi ini

Pandduan Ekskursii Karangsambbung

19

Lokasi 7. K. Mandala, LAVA BANTAL Kali Mandala mengalir ke sungai Luk Ulo mengikuti zone sesar Timur laut – Barat daya. Singkapan lava bantal berasosiasi dengan rijang, sebagian tergerus/terbreksikan serta sebagian yang lain (lava basalt) menunjukkan struktur mata ikan yang menunjukkan adanya patahan geser kiri. Zone patahan di K. Mandala ini membatasi antara kelompok batuan tectonik melange (kelompok batuan campur aduk karena tektonik) di bagian utara serta kelompok batuan sedimentary melange (kelompok batuan campur aduk karena pelongsoran endapan bawah laut) di selatannya. Batuan ini awalnya diendapkan pada dasar samudera dan merupakan bagian dari lempeng samudera, yang kemudian masuk ke zone penunjaman dan terangkat di lokasi ini. Lokasi 8. G. Parang, Diabas G. Parang, merupakan tubuh batuan beku intrusive yang menerobos batu lempung formasi Karangsambung. Berdasarkan data analisa isotop radioaktif batuan intrusive ini berumur 26-39 juta tahun lalu ( Soeriaatmaja,1987). Pada tebing utara terlihat kenampakan kekar kolom (columnar joint) yang memberikan informasi arah aliran magma dan posisi bidang pendinginnya. Kekar kolom ini terjadi karena gaya kontraksi pada saat pendinginan magma sehingga membentuk retakan-retakan tegak lurus terhadap bidang pendingin. Batuan beku berwarna abu-abu, tekstur diabasik yang ditandai oleh pertumbuhan bersana antara mikneral piroksin(berwarna hitam) dengan plagioklas (berwarna putih). Sedangkan pada tebing selatan di K. Jebuk, terlihat nyata kontak antara Diabas yang sejajar

lapisan lempung formasi Karangsambung. Pada zone

kontak warna lempung nampak lebih kelam dan kompak, juga dijumpai hornfels disekitarnya. Selaian itu struktur gores garis vertikal banyak dijumpai yang menandakan adanya patahan naik melewati lokasi ini.

Panduan Ekskursi Karangsambung

20

Gam mbar 13. Siingkapan lav va bantal dii K. Mandalla dengan sisipan s rijang g serta dijum mpainya struktur gores garis g mendatar yang men nandakan ad danya sesar geser yang melewati m lokaasi ini

Lokasii 9. Depan Kampus LIPI, L BATU UGAMPIN NG NUMU ULITES Singkaapan dipin nggir jalan,, disebelah h utara kaampus lap pangan. Diijumpai bon ngkah-bong gkah batug gamping berwarna b c coklat keku uningan, m mengandun ng fosil foraaminifera besar berb bentuk sep perti uang logam beerupa num mulites, alv veolina, flossculina, peellatispira, assilina dan d quinqu ueloculinaa yang berrumur Eossen (55 jutaa tahun laalu). Selain terdapaat di lokasi ini batu ugamping g numulitees juga terd dapat di beberapa b t tempat daalam formaasi Karang gsambung g-Totogan berupa bon ngkah-bong gkah beru ukuran beb berapa meeter hingg ga ratusan meter. Bo ongkah batu ugamping g ini merup pakan olistoolit hasil suatu s pelon ngsoran beesar di dassar laut darri tepian m menuju teng gah cekun ngan yang dalam. Fo osil yang aada menun njukkan

Pandduan Ekskursii Karangsambbung

21

bah hwa pada kala Eossen kawassan sekitaar Karangssambung merupaka an laut dan ngkal dimaana pada teepi-tepi cek kungan dieendapkan batugamp ping Numu ulites.

Gam mbar 14. a. Kekar K kolom m pada tubuh h Diabas, b. gores g garis vertikal v dg sstruktur und dak yang men nandakan adanya patahaan naik

mbar 15. Batugamping numulites, n b batuan sedim men non klasstik pada lau ut dangkal berumur b Gam Eo osen

Pandduan Ekskursii Karangsambbung

22

Lokasi 10. Waturanda, Bendung Kaligending Bendung Kaligending, dibangun patah tahun 1990 dengan maksud untuk saluran pengairan di daerah Kebumen bagian tengah. Bendung ini awalnya mempunyai ketinggian

5 m dari dasar sungai, namun pada tahun 2000 an

karena protes warga sekitar Karangsambung maka dipotong hingga posisi seperti sekarang. Pengurangan elevasi bendung berakibat pada berkurangnya jangkauan irigasi serta tidak terlalu seringnya banjir melanda areal dibagian atas bendung. Bendung ini terletak pada lembah sempit yang menghadap cekungan luas pada morfologi Amphiteater sehingga merupakan bottle neck terhadap aliran air sungai. Pada sisi lain terlihat aktivitas penambangan pasir di S. Luk Ulo, penambangan ini telah berlangsung lama dan setidaknya setiap hari 500 rit truk mengangkut pasir dari Luk Ulo, atau setara dengan 1500 m3/hari atau 540.000 m3/tahun pasir yang diangkut. Hal ini ternyata tidak sebanding sama sekali dengan kerusakan lingkungan, jalan dan retribusi yang dihasilkan. Singkapan ditepi jalan dengan tebing lereng vertikal merupakan perselingan batupasir dengan breksi volkanik formasi Waturanda

dengan

lapisan sangat baik dan cocok untuk menjelaskan urutan pembentukan batuan. Formasi ini ditafsirkan sebagai fluxoturbidite yang diendapkan pada cekungan muka busur oleh arus sepanjang pantai yang berarah barat-timur. Sumber materialnya diduga berasal dari aktivitas magmatik Eosen – Miosen bawah di utaranya, yang diduga dari intrusi yang memotong formasi KarangsambungTotogan.

Panduan Ekskursi Karangsambung

23

Gambar 16 . Breksi vulkanik dengan fragmen batuan beku andesit dan struktur gradasi

Lokasi 11. Komplek LIPI, BATUMULIA dan Peraga Batuan Di workshop batumulia, dapat dilihat proses pembuatan kerajinan batumulia mulai dari memilih bahan, memotong dan membentuk batumulia, selain itu dapat pula dibeli dan dipesan

produk kerajinan. Jika anda dari

lapangan telah mendapatkan bahan batumulia, maka anda dapat menunggunya untuk diproses menjadi cincin atau batu poles. Selain batumulia kita juga bisa melihat berbagai koleksi batuan yang ada di karangsambung,

model tektonik,

dan peraga yang menggambarkan proses dinamika bumi di Museum.

Panduan Ekskursi Karangsambung

24

Gam mbar 17. Aneeka kerajinan n batumulia di workshop p batumulia

DA AFTAR PU USTAKA A Asiikin, S., 19974; Evolussi geologi Jawa Ten ngah ditinjau dari seegi teori teektonik dunia yaang baru, disertasi d d doctor ITB Bandung, B t tidak diterrbitkan. Asiikin, S., Su uyoto, 19994; IPA Post P Conveention Fieeld Trip, B Banyumas Basin, Central Jav; Field trip Guidee Book. Asiikin, S., H Harsolumak kso, A.H.,, Busono, H., Gafoer, S., 19992; Peta Geologi G Lembar Kebumen n; P3G Band dung. Asiikin, S., 19990; Buku penuntun geologi g lapaangan, Tek knik Geolo ogi ITB, Ban ndung. Ano onim, 20055; Buku Lap poran Tah hunan tahu un 2005, UP PT. BIKK-L LIPI, Kebumen. Chu usni, A., S Sapri, H., 2002; Karrakteristik Fragmen Endapan Olistostro ome di Karangssambung, Kebumen n; Buku Geologi G Jaawa Tengaah – Yogy yakarta, Publikassi Khusus IAGI Kom mda Jateng--DIY, Yogy yakarta. Chu usni A, 2004; Pan nduan Geeowisata Karangsam mbung, U UPT. BIKK-LIPI, Kebumeen. Sap pri, H., Djo oehanah, S.., Mulyadii, D., 1998; Nanoplan nton paleog gen dari seedimen olistostrrome di daerah d Luk k Ulo Jaw wa Tengah h; Laporan n hasil pen nelitian Puslitbaang Geotek knologi – LIPI, L Bandu ung. Kettner, K.B.,11976; Pre Eocene Ro ocks of Jav va, Indoneesia; Jour. Research USGS, vol 4. Waakita, K., et e al., 19911; Nature And Agee of Sedim mentary Ro ocks of Lu uk Ulo Melangee Compleex in Karrangsambu ung Area, Central Java, Ind donesia; Sympossium on Dy ynamic of Subduction S n and Its Product, P Yo ogyakarta. Yuw wono, Y.S S., 1997; The occu urrence off submariine arc-vo olcanism in the nary comp accretion plex of thee Luk Ulo o area, Cen ntral Java; Buletin Geologi, G Vol 27, ITB, I Bandu ung

Pandduan Ekskursii Karangsambbung

25

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF