May 6, 2017 | Author: mihidayatululum | Category: N/A
i
Judul Asli
: Key to Durus al-Lughat-al-Arabiyyah Li Ghairi Natiqina Biha Part III
Penulis
: Dr. V. Abdur Rahim
Judul Terjemahan
: Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah 4
Alih Bahasa
: Ummu Abdillah al-Buthoniyyah
Design Sampul
: MRM Graph
Disebarluaskan melalui:
Website: http://www.raudhatulmuhibbin.org e-Mail:
[email protected]
Januari, 2009
TIDAK untuk tujuan KOMERSIL
ii
Catatan Maktabah
بســـــم الرحــمن الرحـيم
Segala Puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad ε, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikut mereka hingga hari kemudian. Amma ba’du. Alhamdulillah, setelah setahun lebih setelah Panduan Durus Lughah al-Arabiyyah 3 dipulbikasikan, kali ini anda dapat kembali melanjutkan pelajaran berikutnya dari penjelasan kitab Durusul Lughah al-Arabiyyah jilid 4. Sebagaimana telah disinggung pada pengantar Panduan 3 yang lalu, Pannduan jilid 4 ini memuat setengah bagian akhir dari buku aslinya yang berbahasa Inggris (yakni bab 18 – 34) yang kami sesuaikan dengan buku utama Durusul Lughah al-Arabiyyah 4. Sebagaimana pada terjemahan Panduan Jilid 3 sebelumnya, pada panduan ini kami tidak lagi menterjemahkan kata secara menyeluruh. Misalnya kata
‘dia duduk’
tidak
lagi kami terjemahkan dengan ‘dia (lk) (telah) duduk, karena kami yakin sepenuhnya setelah melewati dua bagian pelajaran sebelumnya, para pembaca sudah maklum bahwa kata kerja (fi’il) tersebut di atas berbentuk lampau (madhi) yang digunakan untuk orang ketiga tunggal laki-laki (dhamir mudzakar mufrad), dan merupakan pola dasar yang digunakan secara umum yang darinya kata-kata bentuk lain diturunkan. Demikian pula halnya, tidak semua kata kami tuliskan harakatnya secara lengkap, khususnya bagi katakata yang telah sering kali diulang dari Buku Pertama. Berbagai kritik maupun saran untuk perbaikan Panduan ini dapat anda layangkan kepada kami ke
[email protected].
Penerbit online:
Maktabah Raudhah al-Muhibbin Taman Baca Pencinta Ilmu
http://www.raudhatulmuhibbin.org
iii
DAFTAR ISI Halaman Judul Catatan Maktabah Daftar Isi Pelajaran 1: kalimat transitif, intransitif, dst. Pelajaran 2 : Bab dll.
ii iii iv 1 9
Pelajaran 3 : Bab
14
Pelajaran 4 : Bab
18
6 : Bab 7 : Bab 8 : Bab 9:
Pelajaran 5 : Bab Pelajaran Pelajaran Pelajaran Pelajaran
Pelajaran 10: Jenis-Jenis Dhamir Pelajaran 11:
! " (obyek mutlak/absolut). Pelajaran 12: $# !# atau $ '&% !# Pelajaran 13: (# )*)+ Pelajaran 14: , Pelajaran 15: -& ./0 Pelajaran 16: 1)2! 3! Pelajaran 17:45
6" 7!.+
28 33 39 42 48 54 59 64 66 69 73 79 84
iv
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4
Pelajaran 1 Pada bagian ini kita mempelajari yang berikut: 1. Fi’il bisa berupa transitif atau intransifitif. Fi’il transitif (891
) membutuhkan
subyek yang melakukan pekerjaan, dan obyek yang dikenai pekerjaan, contoh: ’Tentara membunuh mata-mata’ pembunuhan, maka kata
: !#; 8 1 .; ? @# AB $) C# )DE F.
) hanya membutuhkan subyek yang melakukan pekerjaan.
Pekerjaan itu dibatasi pada subyek, dan tidak mempengaruhi yang lainnya, contoh: ‘Guru (itu) bahagia’. : # H1
I *
‘Para siswa keluar’
J # A K L M
Subyek untuk fi’il tertentu mempengaruhi yang lain secara tidak langsung. Hal itu terjadi dengan bantuan kata depan, contoh: ‘Saya melihat kepadanya’, ‘Kami percaya kepada Tuhan’. Hal ini juga terjadi dalam Bahasa Arab, contoh: ‘Guru itu marah dengan siswa yang malas’
3 A NB? O * N F : # H1 O P Q F R B SE T * U* N* V # >DW
‘Saya membawa pasien ke rumah sakit’
* >; SE X # Y
‘Saya memandang ke gunung’
Z." ) . # 6 O Q H 6+
‘Barangsiapa yang tidak menyukai sunnahku maka dia bukan dari golongaku’ (al-hadits) ’Saya ingin melihat syllabus sekolahmu’ ’Saya tidak suka bersafar minggu ini’
1
Perhatikan bahwa
` H 1 " \* ] ." F ^ _ [ 3 [ 1# U*H[ 1
7 !#>a' bD * B
c O # Q H [ d
-f R c O Q H berarti menyukai sesuatu dan -f R 6* O Q H berarti tidak menyukai
sesuatu.
1 http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4
g* U*5
h# Q ! (obyek tak langsung). Ia adalah majrur karena adanya kata depan (harf jarr), akan tetapi ia berada dalam posisi nasb ( ij " c O k 5 ) Obyek dari fi’il ini disebut
2. Bagaimana membuat fi’il intransitif @# G* A
menjadi transitif 891 ?
Fi’il lazim dapat dibuat menjadi fi’il muta’addi dengan mengubahnya menjadi: a) Bab fa’’ala ( ), contoh
( (nazala) ’dia turun’ : ( (nazzala) ’dia menurunkan’. i V # ( C l m H )B
6" V # (
’Saya turun dari mobil, kemudian menurunkan anak itu’
Proses merubah fi’il lazim menadi fi’il muta’addi dengan menggandakan huruf kedua disebut n # )P (penggandaan). b) Bab ?af’ala ( [), contoh:
(jalasa) ’dia duduk’ :
mendudukkan(nya)’ ’Saya duduk di barisan pertama dan mendudukkan anak itu disebelahku’
[
(?ajlasa) ‘dia
i V # B [o p* o ' n 9 5
V # B *>*q*
Hazah yang dilekatkan di awal fi’il pada bab
[ disebut = U1 r m ! + D (hamzah
transitif) Beberapa fi’il tertentu dapat dirubah menjadi kedua abwab ini, contoh:
( : (
dan
( [ . Sebagian besar fi’il dapat dirubah ke dalam salah satu dari keduanya. Seseorang harus mempelajarinya dari buku-buku dan kamus. Jika fi’il muta’addi ditransfer kedalam salah satu dari abwab di atas, dia menjadi transitif ganda, dan mengambil dua obyek, Contoh: ’Saya belajar Bahasa Arab’ Disini kata : H s memiliki satu obyek yaitu
= ) * = r V # H s
= r.
“Saya mengajarimu Bahasa Arab’ Disini ia memiliki dua obyek, yaitu t dan
= r.
= ) * = r ` # H s 2
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4
3 uv : # H9 1 ^ +
’Guru mendengarkan Al-Qur’an’ ’Para siswa membacakan Al-Qur’an kepada guru’ (Secara harafiah: ‘Para siswa membuat guru mendengarkan Al-Qur’an) 2.
wH[
3 uv : H9 1 J # A ^ + [
(?arâ) ‘Dia memperlihatkan’ adalah bab ?af’ala ( r[
melihat;. Asalnya adalah mudhari adalah
8*N#U
w[H [
J)
dari
w[H
‘dia
(?ar?â) tetapi hamzah kedua telah dihapus. Bentuk
(yurî), dan bentuk amr adalah
H* [ (?ari).
Berikut bagaimana
bentuk amr di-isnad-kan kepada dhamir lain pada dhamir mukhathab (kata ganti orang kedua).
3 !NME U J ? bD *o#H[
U J ? bD *H* [
X # !M[ U J ? bD *.N.NU*H[
C# U" U J ? bD *.NU*H[
3. Kita baru saja melihat sebuah fi’il ditransfer menjadi bab fa’’ala ( ) dan menjadi
( dari ( . Jika fi’il tersebut pada asalnya adalah bentuk transitif dengan satu obyek, maka dia menjadi transitif ganda dengan dua obyek, contoh: : H s dari : H s . transitif, contoh
Bab ini juga menandakan pekerjaan ekstensif atau intensif. Dalam Bahasa Arab, yang pertama disebut
h# /? E dan yang kedua disebut = r > .
a) Perbuatan ekstensif adalah yang dilakukan dalam jumlah besar atau dilakukan berulang-ulang. Contoh: ”Orang jahat itu membunuh laki-laki itu” Tetapi: ”Orang jahat itu membantai penduduk desa’ ’Saya pergi keliling negeri ini’, tetapi: ’Saya telah bepergian keliling dunia.’ ’Saya membuka pintu’, tetapi: ’Saya membuka pintu-pintu ruang kelas’
A x N#y @# * q V # j * !#5 J ![ V # j 3
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4
$# " # 1
’Laki-laki itu menghitung hartanya’
$# " # s 1
’Laki-laki itu menghitung-hitung hartanya’
b) Perbuatan intensif adalah sesuatu yang dikerjakan secara keseluruhan dan dengan kekuatan besar, contoh: ’Saya memecahkan gelas’, tetapi:
J !? X # B 2
’Saya menghancurkan gelas’
J !? X # B
2
’Saya memotong tali’ , tetapi:
>, V # ; V # mempengaruhi hanya
Perhatikan bawha dalam perbuatan ekstensif satu obyek berulang-ulang, sedangkan
satu obyek sekali dengan kekuatan besar. 4.
J A ?o t UE
berarti ’Hati-hati terhadap anjing!” Ini disebut
(peringatan). Perhatikan bahwa isim setelah waw adalah manshub.
# Ubj
t UE
tahdzir
adalah untuk
mufrad mudzakkar. Untuk jamak mudzakar adalah C 2 UE, untuk mufrad muanntas adalah
` UE
dan untuk jamak muannats adalah
6 2 UE.
Berikut ini adalah hadits:
O , H# . 2 | + 2 X .B, 2 | U 1 B , 3 }* p1B , o C 2 UE ”Berhati-hatilah terhadap hasad, karena hasad memakan amal kebaikan sebagaimana api melahap kayu bakar.” 5.
: ~ H9 1 "# [ +E
berarti ’Saya hanyalah seorang guru’, yakni saya seorang guru dan
+E adalah 3 E ditambah " . " ini disebut = ? " , yakni ma pelindung karena ia melindung 3 E dari merubah isim berikutnya menjadi manshub. Kita
bukan yang lainnya.
katakan: ”Sesungguhnya amal itu hanya dengan niat’
X N ).9* N+ ' N+N % E 4
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4
3 E kata +E juga digunakan dalam jumlatul fi’liyah. Contoh; ’Dia hanya berdusta’ J # b ? U +E * M @* ! )o $ * 6 " u 6 " $ 1 * B" # +# U + E* Disini
N+ '
adalah marfu dan bukan manshub. Tidak seperti
” Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian,” (QS At-Taubah [9] : 19) 6.
& o
’Demi Allah’ adalah sumpah.2 Dalam Bahasa Arab disebut
yang mengikuti qasam disebut jawabul qasam (C *B v
C# B v , dan kalimat
J # ! ). Apabila jawabul qasam
diawali oleh madhi dan merupakan penegasan, maka ia harus mengambil kata penekanan
1 v . Contoh: h/2 V # * 1 v & o
’Demi Allah, saya sangat senang’
Namun jika fi’il madhi adalah bentuk ingkar (negatif), maka ia tidak mengambil huruf yang menunjukkan penekakan. Contoh:
$# N#U[H " & o
’Demi Allah, saya tidak melihatnya’
7. Fi’il
FNB" [ adalah saudara 3 2. Artinya
’Cuaca baik di waktu petang; adalah khabar. Lihat 8.
’Ia (lk) berada di waktu petang’, contoh:
x ) ! ; " [. Disini ! ;
1U1 1#
* 3 E* ’Saya menderita sakit kepala berat’ O .UG U ` * W"
waw yang digunakan untuk sumpah adalah huruf jarr (kata depan), itu sebabnya isim yang mengikutinya
adalah majrur. Hal ini jangan dipertukarkan dengan waw al-tf (n
3
x )
g >
[ dalam Pelajaran 17 (Buku Panduan 3).
’Kamu sakit apa, Zainab?’3
2
adalah isim-nya dan
o# o) yang berarti ‘dan’.
Lihat Pelajaran 2.
5 http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4
Perhatikan bahwa kata yang menunjukkan penyakit adalah dalam pola Contoh
7 ~ 1
# ’sakit kepala’, @~ 2G#
9. Salah satu pola masdar adalah ’sukses’ dari
’demam’, H~ os# ’vertigo’,
(fa’âl), contoh:
# ’batuk’.
J ~ DW ’pergi’
dari
(fu’âl).
O D W -- I ~ q
g q .
~ U*_ adalah { ~ # _ ; dan bentuk jamak { # # _ adalah X ~ ? . V # )> X !#)># 6 D o [ 3 E* 1~ ! C ? ] E* 3 E* = ? >* 8b : * . ^ o# V ) o [ 3 E* h* + j X # ! 5 X !
| ? [ 3 E* 10
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4
1 ), contoh: 1 J ? *. [
’Berikan buku itu, maksudku buku tulis itu’ Disini, kata yang dimaksud adalah
1,
tetapi pembicara keliru menyebutnya
J? , kemudian ia meralatnya. Isim yang digantikan oleh badal ( 1>) disebut mubaddal minhu ($." 1>). Dalam A* ` .# 6U[ kata A adalah badal dan ` .# adalah mubadal minhu. Badal tidak perlu sejalan dengan mubadal minhu dalam bentuk ma’rifah atau nakirah. Contoh: ’Saya menguasai dua bahasa, Prancis dan = ) *>'o = ) B & : * r K 4 # * [ Spanyol’ Disini
6* )r adalah nakirah dan =)>' p =)B adalah makfirah.
Badal dan badal minhu dapat berupa: 22 http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4 a) Keduanya adalah isim Contoh:
$ ) k U
23 http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4
Latihan: 1. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut. 2. Tunjukkanlah fi’il yang termasuk dalam bab
dan
turunannya yang terdapat
dalam pelajaran utama. 3. Tulislah bentuk mudhari, amr, dan masdar dari setiap fi’il berikut. 4. Tulislah ismul fa’il dari setiap fi’il berikut. 5. Tunjukkanlah fi’ili yang termasuk dalam bab
dan
turunannya pada kalimat
berikut. 7. Tulislah kembali kalimat berikut dengan menggunakan
V ).
8. Buatlah kalimat dengan bantuan kata-kata berikut menggunakan
* .q =). d .
9. Gantilah isim dengan masdar mu’awwal pada setiap kalimat berikut. 10. Tulislah bentuk muannatas, dan jamak mudzakar – muannats dari setiap isim berikut. 11. Berikanlah dua bentuk masdar dari setiap fi’il berikut. 12. Tulislah bentuk jamak muannats salim dari setiap isim berikut.
Partikel (al-harfu) yang Menyerupai Kata Kerja
Terdiri dari enam:
pV) p 6? p3|2 p3[ p3E . Mereka disebut dengan ]# !M[o 3 E
(inna dan saudari-saudarinya). Kita telah memeplajarinya. Mereka menyerupai fi’il dalam dua hal: a) Dalam arti, karena
3 E
dan
3 [
berarti’Saya tekankan’
3 |2
6 ? berarti ’saya mengoreksi’, V ) berarti (seandainya)’, dan berarti ’saya harap’ atau ’saya khawatir’; dan
menyerupakan’,
berarti ’Saya ’Saya berharap
b) Dalam fungsi gramatikalnya, karena sama seperti fi’il yang mengubah maf’ul bihinya menjadi manshub, dengan cara yang sama pula partikel ini mengubah isim-nya menjadi manshub. Arti dari partikel-partikel ini:
3 [ p3E* : Menunjukkan penekanan (1# )2 ! ), contoh: ”Sesungguhnya Allah amat berat siksaNya. (QS Al-Ma’idah : 2) ”Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.” (QS Al-Anfal : 25)
J * v 1# U1 $ 3 E* J * v 1# U1 $ 3 [ !#+ o 24
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4
3 |2
menunjukkan penyerupaan ($# N)N*>R ), contoh:
H~ ! # C 3 |2
’Seolah-olah ilmu itu seperti cahaya’ Dapat juga menunjukkan keraguan (
6Y ) : ` * [ *. |2
’Sepertinya saya mengenalmu’
6 ?
menunjukkan pembetulan/koreksi (tH1 0), contoh:
3 AB2 $# . ? o 2 G 1"
’Hamid pandai, tetapi ia malas’
V )
menunjukkan angan-angan ( 9.+ ), contoh:
s# !#U J >yR V )
’Seandainya masa muda bisa kembali’
menunjukkan harapan atau kekhawatiran ({ 0o
9 ), contoh: # r U %
’Semoga Allah mengampuniku’
X # ! +# U g U* ;
’Saya khawatir yang terluka akan mati’
Partikel-partikel ini digunakan dengan mubtada dan khawabr, dan merubah mubtada menjadi manshub. Setelah penambahan partikel ini, mubtada disebut isim inna, dan khabar disebut khabar inna.
H~ !NN Q khabar inna
% 3 E
H~ !N Q
isim inna
khabar
a mubtada
Tidak seperti mubtada, isim inna dapat berupa nakirah jika khabar inna adalah jumlatul fi’iliyah (kalimat verbal), contoh: ’Seolah-olah tidak ada yang terjadi’
1# j U x) 3 |2
Sama seperti khabar, khabar inna dapat berbentuk mufrad, jumlah, atau syibul jumlah, Contoh: 1) Mufrad: “Sesungguhnya Allah amat cepat perhitungan-Nya.” (QS Al-Imran : 199)
J * Bj ^# U* $ 3 E*
2) Jumlah (kalimat) a. Jumlatul Fi’liyah: “Sesungguhnya Allah mengampuni dosadosa semuanya. Sesungguhnya” (QS AzZumar : 53)
x)+ J !#bK # r U $ 3 E* 25
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4
b. Jumlatul Ismiyah: “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisiNya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat” (QS Luqman : 34)
= B C# # 1 . $ 3 E*
3) Syibul jumlah: a. Jarr wal majrur (H# oq o
;): * 5 9 6 " ` |2
’Sepertinya anda berasal dari Cina’
b. Zarf: ’Saya berharap guru berada bersama kepala sekolah’
* U1 1 . : H9 1
Apabila khabar adalah syibul jumlah, ia dapat mendahului isim, contoh:
C ]# B .) 3 E* C l C ]# UE* .)E* 3 E* “Sesungguhnya kepada Kami-lah kembali mereka, kemudian sesungguhnya kewajiban Kami-lah menghisab mereka.” (QS Al-Ghasyiyah : 25-26) Urutan asalnya adalah:
.) C ]# B 3 E* C l .)E* C ]# UE* 3 E* Disini, isim adalah ma’rifah (C ]# B , C ]# UE*), maka perubahan susunan adalah pilihan.
Namun apabila isim adalah nakirah, maka hal itu adalah wajib, contoh:14 “Karena sesungguhnya pada sisi Kami ada belenggu-belenggu yang berat dan neraka yang menyala-nyala.” (QS 73 : 12) “sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS 94 : 6) Disini keliru jika mengatakan Jika isim dari
V )
x+)j o dx ?[ .U1 3 E* xB#U * B # ^ " 3 E*
.U1 dx ?[ 3 E* atau * B # ^ " xB#U 3 E* .
adalah dhamir mufrad mutakallim (kata ganti orang pertama tunggal)
(N), maka harus menggunakan
=U V # j
‘Saya telah membuka pintu’
J > g
‘Pintu telah terbuka’ ‘Orang-orang Muslim orang-orang kafir’ ‘Orang-orang kafir kalah’
Perhatikan bahwa
adalah
mengalahkan
H ? 3!+B @ ( D H# ? @ ( ¨
7 ~ o* #" dari ; dan
adalah
7 ~ o* #" dari .
Contoh: ‘Saya telah memecahkan kaca’
L ( X # B 2 L ( B ?
‘Kaca telah pecah’ ‘Saya telah menghancurkan kaca’ ‘Kaca pecah berkeping-keping’
L ( X # B
2 L ( B
?
2. Bila kata tanya hamzah (hamzah al-istihfam) dilekatkan di awal bab ini, maka hamzahtul wasl dihapus, contoh:
B ? [ : B ? [ (a inkasara ankasara)
‘Apakah pintu telah terbuka?’ ‘Apakah mobil terbalik?’
16
Kita telah melihat
J # > g [ m H )B
V >v [
7o pada Pelajaran 3. 29
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4
C# )DE X " @ ! U # + R
V B ? ‘Gerhana matahari terjadi pada hari ketika Ibrahim meninggal’. Disini kalimat C # )DE X " adalah mudhaf ilaihi, dan menempati kedudukan jarr, dan @ ! U adalah mudhaf. Berikut adalah beberapa contoh lainnya:
3.
‘Saya lahir pada hari ketika kakekku meninggal’ ‘Saya pergi ketika hasilnya tampak’
891 X " @ !U X # 1 o# \# . X ] £ @ !U X #
4. d ! berarti ‘jika bukan karena...’, contoh: ‘Jika bukan karena matahari, bumi akan binasa’ Partikel
d ! ini disebut s !#!# 7 k ." 4
z # H '% V ? ] # + R
d ! yang menunjukkan bahwa sesuatu tidak
terjadi karena keberadaan yang lainnya. Dalam contoh ini, bumi tidak binasa karena adanya matahari, Isim yang datang setelah d ! adalah mubtada yang khabar-nya dihapus.
Kalimat kedua disebut d! J # ! . Ia adalah jumlahtul fi’liyah dan fi’il-nya adalah madhi. Huruf lam ditambahkan diawal jawab penegasan. Sedangkan jawab yang menafikan (menjadikan kalimat negatif) tidak mengambil lam di awalnya. ‘Jika bukan karena ujian, saya tidak akan datang (hadir) hari ini’
@ !) X # P " H# >M d d!
Sebagai ganti mubtada, kita dapat juga menggunakan jumlatul ismiyyah dengan
3 [ ,
contoh: ‘Jika bukan karena cuaca panas, saya akan mengikuti pelajaran’ Jika bukan karena sakit, saya akan pergi bersammu’ ‘Jika bukan karena anda terburu-buru, saya pasti telah mengundangmu ke rumahku
m j X # P j H ! ; 3 [ d! ` " X # B T ~ U*" *. [ d! V )> SE ` #!1 q * B "# ` [ d!
30 http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4
bD C# )DE 6 " ‘Siapa Ibrahim ini?’ -- = )+ bD * U1 m H y) ‘mobil kepala sekolah ini bagus’. Jika isim isyarah (kata penunjuk) seperti `W p bD pbD dll datang
5.
setelah isim alam atau mudhaf ilaihi, dia adalah na’t.17Berikut beberapa contoh lainnya:
bD * B
G# ! 6 +
‘Milik siapa paspor ini?’ ‘Perlihatkan kepadaku jam tangan milikmu’ ‘Saya khawatir tidak akan melaksanakan haji setelah tahunku ini’ ‘Pergilah dengan (membawa) suratku ini, lalu jatuhkan kepada mereka,’ (QS 27:28) 6.
O # )r
bD ` *H* [ 18
bD " 1 \ # [ d i
C ]* )E* $ v | bD *? * O D W
menggunakan bentuk mudzakar untuk merunjuk pada kelompok yang terdiri
dari isim mudzakar dan mu’annats. Contoh: ‘Anak-anak laki-laki dan perempuanku sedang belajar’
anak-anak
3 !N#H# 1 U N .o .[
Di sini kita menggunakan bentuk mudzakar meskipun kata gantinya adalah anak lakilaki dan anak perempuan. Dalam hadits berikut: ‘Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda. Keduanya tidak (mengalami) gerhana karena kematian atau kelahiran seseorang’ Di sini
3 B & ? .U
d ... 3 NUu + v o + R
3 E* ! + 3 B & ? .U $ )j do 1 [ X
adalah bentuk mudzakar dan kata ganti yang ditujukannya adalah
# + R
yang berbentuk mu’annats dan # + v yang berbentuk mudzakar. Berikut contoh yang lain: 3 >U*
>
’dia memiliki kesabaran’ untuk >
(ishtabara ishthabara) J J ’dia dalam keadaan gelisah’ untuk J (idhtaraba idhtharaba)
^ _ C £
^ _ ’dia mengetahui’ untuk ^ _ (ithtala’a ittala’a) C £ ’dia bertoleransi terhadap kesalahan.’ untuk C £ Jika huruf pertama adalah o , maka ia berasimilasi dengan X ekstra, contoh: 1 o 1 j ’ia bersatu’ untuk 1 j o (iwtahada ittahada) FU ’dia tersenyum’ – ^ + : ^# + B U B : C# B Mudhari:
’dia ’dia
mendengarkan’
H M : H# U ’dia memilih’ untuk # )* U . =HP 4, fi’il dimulai dengan huruf sukun, maka ditambahkan hamzahtul washl di awal. Contoh: # Y NN.N : Y NN
Amr: Setelah penghapusan
(ttantazir-u : ntazir : intazir). Masdar: Ia berada dalam pola
(ifta’âl-un), contoh: H~ YNN ’menunggu’, 7 ~ + ’pengumpulan’, H~ )M ’pilihan’. - v ’pertemuan’ untuk 8 ~ v . 4
Ismul Fa’il dan Ismul Maf’ul: Keduanya dibentuk dengan mengganti
=HP
dengan
@#
(mu). Huruf kedua mengambil harakat kasrah dalam ismul
fa’il dan fathah dalam ismul maf’ul. Contoh:
6# j + U ’dia memeriksa’, 6~ j + "#
(mumtahin-un) ’pemeriksa’ : 6 ~j + "# (mumtahan-un) ’orang yang diperiksa’.
Dalam fi’il mudha’af dan ajwab keduanya baik ismul fa’il dan ismul maf’ul
R U ’dia menyimpulkan’ R "# mewakili ~ v R "# untuk isimul fa’il dan ~ v R "# untuk ismul maf’ul.
memiliki bentuk yang sama. Contoh:
yang
H# U ’dia memilih’ : H~ "# yang mewakili ~ )* "# untuk ismul fa’il dan ~ N)NN "# untuk ismul maf’ul.
Dengan cara yang sama
Ismul makan waz zaman: Ia sama dengan ismul maf’ul, contoh: ’masyarakat’, secara harafiah berarti ’tempat berkumpul’ --
@# (
^~ + q "# ’tempat
memegang’. Ini adalah nama yang diberikan untuk bagian di Ka’bah yang terletak antara Hajar Aswad dan pintu, karena sunnahnya adalah memeluk tempat tersebut.
34 http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4 2. Sebagaimana dalam bab , hamzatul washl dihilangkan dalam bab ini jika hamzah al-istihfam dilekatkan di awal kata kerja ini. Contoh:
‘Apakah anda
(?a-intazarta-nî : ?antazarta- nî). “Apakah Tuhan memilih (mengutamakan)
menungguku?’(di wkt lampau-pent) untuk Dalam al-Qur’an
anak-anak perempuan daripada anak laki-laki?” (QS Ash-Shafaat [37]:153). 3. Kita telah mempelajari
WE berarti ‘jika’ atau ‘ketika’. Pada Pelajaran 14 (Buku 3) ia
juga digunakan untuk menunjukkan rasa kaget atau terkejut. Ketika mendengar suara ketukan di pintu, anda keluar mengharapkan kedatangan seorang teman, namun ternyata anda mendapati seorang polisi di depan pintu. Untuk menunjukkan sesuatu yang tidak seperti yang diharapkan ini anda menggunakan
J * >*
= ) q WE. Contoh: _ # W} V # M
‘Saya keluar dan terkejut mendapati seorang polisi di pintu’. Jika seseorang
melempar tongkatnya, tidak ada yang terjadi kecuali posisi tongkat itu berubah dari vertikal menjadi horisontal. Namun ketika Musa u menjatuhkan tongkatnya, sesuatu di luar dugaan terjadi, tongkat itu berubah menjadi ular. Al-Qur’an menggunakan
WE
= )q untuk menggambarkan kejadian ini. 6 U*£ . -P) D W}* # 1 U 7 ( o ~ >*" 3 > l D W}* # 5 Fv| “Maka Musa menjatuhkan tongkat-nya, lalu seketika itu juga tongkat itu menjadi ular yang sebenarnya. Dan ia mengeluarkan tangannya, maka ketika itu juga tangan itu menjadi putih bercahaya (kelihatan) oleh orang-orang yang melihatnya.” (QS Al-A’raaf [7] : 107-108) Ada dua hal yang harus diperhatikan di sini: a. b.
4 biasanya dilekatkan di awal WE. Mubtada yang datang setelah = )q WE dapat berbentuk nakirah. Contoh: ‘Saya masuk kamar dan terkejut mendapati ular di atas tempat tidur’
4. Kata kerja
* U* B F = ) W} = r# V # Ms
6 £ mengambil dua obyek yang pada asalnya adalah mubtada dan khabar.
Contoh: ‘Saya kira ujian (sudah) dekat.’
O ~ U* 3[ 6 £ [ " <
= Q / 1 qB" / V )> V # M s akan tetapi (kita katakan): c V # Ms @* A0 / 3 j"0 , yakni jika apa yang kita masuki tersebut adalah tempat seperti rumah, masjid, jangan gunakan c dan yang lainnya gunakan c. Dalam al-Qur’an: $# . M s o “Dan dia memasuki kebunnya” (QS 18:35). Akan tetapi:
5. Kita katakan
“karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu.” (QS 49:14) Kita mendapat penggunaan keduanya dalam: "Maka masuklah ke dalam jama'ah hambahamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku.” 6. Kita telah mempelajari mempelajari pola
. M# s o 8s> M# s
dalam Pelajaran 4 Buku 3. Sekarang kita
(fa’’âl-un) yang menunjukkan intensitas dalam ismul fa’il.
H~ Q ‘yang banyak mengampuni’-- { ~ G* H ‘yang memberikan rizki’ dan { ~ GH ‘yang banyak memberikan rizki’— 2 u ‘yang makan’ dan 2[ ‘yang banyak makan’.
Contoh:
~ Q
C
C ? *! ‘yang banyak mengerutkan (dahi), !2[ ‘yang banyak makan’. c. contoh: H~ b ‘sangat berhati-hati’. d. " contoh: - " ‘yang banyak memberi’. Keempat pola ini disebut C * = r >" ¦ )
yakni pola yang menunjukkan intensitas
a.
dari isim fa’il. 7.
H* > d 6" 1 # d
‘harus menjalani tes’. Secara harafiah berarti ‘tidak ada jalan
* .q * =). d yang telah kita pelajari pada Pelajaran 4. Jika mashad mu’awwal digunakan 6" dapat dihapus, contoh: O #? 3 [ 1 # d $# ‘anda harus menulis (surat) kepadanya)’, NB# 3[ 1 # d ‘kita harus melakukan safar’, J * !# , )rR 6 !#+ 3[ 1 # d ‘anda harus belajar bagaimana menjalankan menghindari tes’. Di sini
d
adalah
komputer’.
Latihan: 1. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini. 2. Tunjukkanlah kata yang menunjukkan bab
dan keturunannya yang terdapat
dalam buku utama (Durus Lughah 4) 3. Tulislah bentuk mudhari, isim al-fa’il dan masdar dari setiap fi’il berikut. 4. Ubahlah fi’il berikut ke dalam bab . 5. Ubahlah fi’il berikut ke dalam bab .
6. Ubahlah fi’il berikut ke dalam bab .
7. Tulislah bentuk asal yang darinya setiap kata kerja (fi’il) berikut ini diturunkan sebagaimana yang ditunjukkan dalam contoh, dan sebutkan bab-nya. 8. Tulislah kembali kalimat berikut dengan menggunakan bab
sebagaimana yang
ditunjukkan dalam contoh. 37 http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4 9. Tunjukkanlah fi’il yang termasuk ke dalam bab dan turunannya yang terdapat di dalam kalimat-kalimat berikut.
6 £ yang diisyaratkan di dalam kalimat. Tulislah kembali dengan menggunakan 3 [ setelah 6 £ .
12.Tulislah kembali kalimat berikut dengan menggunakan bentuk
13. Berikanlah bentuk jamak setiap isim berikut. 14. Berikanlah bentuk mudhari dari setiap fi’il berikut. 16. Buatlah bentuk intensif dari isimul fa’il berikut dengan pola
!# p ) p
dari
kata-kata kerja yang diberikan bersamanya.
38 http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4
Pelajaran 7 Pada bagian ini kita mempelajari yang berikut: 1. Bab
. Dalam bab ini (i-) diletakkan di awal huruf pertama, dan huruf ketiga
digandakan (if’alla). Bab ini hanya digunakan untuk warna dan cacat atau kekurangan, contoh: + & ‘ia menjadi merah’ L
! ‘ia menjadi bajingan’. Bentuk mudhari dari
+ adalah + j U
, dan ismul fa’il adalah a + j "# . Dia tidak
memiliki isimul maf’ul. Mashdarnya adalah H~ + .
Bab ini memiliki bentuk lain dengan penambahan alif setelah huruf kedua, yakni (if’âlla), contoh: H + ‘ia menjadi merah’ @ Ds ‘ia menjadi hijau tua’.
H + mashdarnya adalah Hh+ . Bentuk mudhari dari
Perhatikan bahwa fi’il seperti
adalah
H +j U
. Ismul fa’ilnya adalah
1 bukan dari bab
H +j "#
akan tetapi dari bab
, dan
dari
1 : X dalam 1 adalahh tambahan, akan tetapi kedua dal (s) adalah huruf asli, karena huruf-huruf (kata tersebut) adalah: s ps p° . Dalam menentukan bab kita harus menemukan huruf asli (dari kata tersebut). Dalam kasus tertentu bentuk-bentuknya dapat menipu. 2, Kata
wNU wH
memiliki dua arti: (a) melihat, dan (b) berpikir, mengira,
memutuskan. Dalam pengertian yang pertama disebut
= U* 5 > w[H (ra’aa penglihatan
= ) >* v w[H (ra’aa penglihatan hati). Yang pertama hanya mengambil satu obyek, contoh: C # U[H . Yang kedua mengambil ) V
mata), dan pengertian yang kedua disebut
dua obyek, contoh: ‘Saya pikir Hamid adalah seorang ulama ‘Saya mengira anda lemah’ "Sesungguhnya mereka memandang siksaaan itu jauh (mustahil). Sedangkan Kami memandangnya dekat (mungkin terjadi). (QS 70:6-7)
+ 1" : + 1" wH[ x ) V[ : x ) t H[ x>U*P Q $ ) j U 6"o s D 6 " $# + $# * P #U 6"o $# C# ? >>*j #U *!#>* $ 3 !>j # C#.2 3*E _ A l J # N? ^ >*_
‘Buku tersebut dicetak tiga kali’ “maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera” (QS 24:2) “maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera” (QS 24:4)
m 1 = " +]# ." 1 o 2 o#1 mx 1 *+l C D# o#1
3) Sebagai sifat dari mashdar (mashdar-nya sendiri dihapus), contoh
1)9 : H 1 V # + ]* ‘Saya memahami pelajaran tersebut dengan baik.’ Ini untuk H 1 V # + ]* yang secara hafariah berarti ‘Saya memahami pelajaran 1)9 +] : dengan pemahaman yang baik’. 4) Ismul mashdar (H15
C) : Ia adalah kata yang memiliki makna yang sama
dengan mashdar, akan tetapi memiliki huruf yang lebih sedikit darinya. Contoh:
@~ A2
‘berbicara’ adalah ismul mashdar dan
‘mencium’ adalah ismul mashdar, dan ‘Dia berbicara kepadaku perkataan yang keras’.
C~ )?
adalah mashdar;
)>*v adalah mashdar.
= >"# -µ m H )B
bD V # U
8*R U w ‘membeli’, 8*R U w adalah - . Berikut contoh dari
adalah mashdar dari fi’il mujarrad
sedangkan mashdar dari Al-Qur’an (89:20)
25
Tamyiz ())+ adalah kata untuk menetapkan sesuatu yang samar-samar. Tamqyiz dari bilangan dapat
berupa majrur atau manshub. Contoh:
2 3 o#R pkO#2 = lA l
60 http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4 “...dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan”
x+y x>y# + 3 !>j #o
x>y# adalah mashdar dari fi’il mujarrad O j U O
(a-i) yang sangat jarang digunakan, sedangkan mashdar dari mazid O j #U O
[ adalah J ~ > E* Di sini
dan mashdar ini sangat jarang digunakan. b) Mashdar bab mazid yang berbeda dari bab dari fi’il. Contoh:
"B V # + B
> C B N yang
"B adalah mashdar dari fi’il termasuk ke dalam bab sedangkan fi’il C B
> termasuk ke dalam bab , dan keduanya memiliki makna yang sama. Di dalam Al-Qur’an (73:8): ‘Saya tersenyum’. Di sini
“dan beribadatlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan”
A x )> $ )E* > o
Di sini kata > termasuk dalam bab , sedangkan mashdar dari bab
.
6) Isim Isyarah (kata petunjuk) dengan mashdar sebagai badal-nya. Contoh: ‘Apakah engkau menerimakuku dengan cara N>v E bD *.>*v B [ penerimaan ini?’
bD adalah maf’ul mutlaq oleh karena itu dia adalah O * 5 . k ¶ c , dan N>v E adalah badal-nya.
Di sini
7) Dhamir yang mengacu pada mashdar, contoh: ‘Saya bekerja keras dengan cara yang orang lain tidak pernah melakukannya’ Di sini dhamir # menggantikan
8*)Q # 1 ]* q U s] X # 1 ]
s] .
8) Sinonim dari mashdar. Contoh: ‘Saya menjalani kehidupan yang bahagia’ Di sini mx ) adalah sinonim dengan
mx 1 ) mx ) V # R
=x R ) yang diturunkan dari .°
2. Terdapat berbagai jenis mashdar. a)
m H~ 1 B " . Mashdar ini menunjukkan berapa kali satu kali, dua kali, tiga kali.... Ia berada dalam pola =
Salah satu di antaranya adalah suatu perbuatan terjadi; (fa’lat-un). Contoh: ‘Saya memukulnya memukulku dua kali’
sekali
dan
dia
6* ) *. o $# # 61
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4
X N>_ J # ? bD ^ >*_
‘Buku ini telah dicetak beberapa kali’
X N>_
(tabâ-at-un) adalah plural dari
= >_ .
Dalam abwab mazid, masdhdar al-marrah dibentuk dengan menambahkan mashdar aslinya. Contoh:
A_E* ‘mengintip’, = A_E*
h~ >*? : m h >*?
m pada
‘mengucapkan: “Allahu Akbar” satu kali’,
‘mengintip satu kali’. Contoh:
“Kita mengucapkan ‘Allahu Akbar’ empat kali dalam shalat jenazah” “Saya mengintip ke jendela dua kali”
V ) F m A5 c X h>*? ^ H [# >9? # * A_E m 1 . 6" V # _ [
= NN) H# 1 5 " (mashdar of manner). Ia berada = (fi’lat-un). Contoh: = B * ‘cara duduk’, = )R " ‘cara berjalan’. Kita
b) Bentuk lain dari mashdar adalah pada pola katakana: “Jangan berjalan seperti wanita”
‘Duduklah sebagaimana duduknya siswa”
-& B9. = )R " R+ d Ck O * _ = B *
Perhatikan bahwa huruf pertama berharrakat fathah dalam mashdar al-marrah, dan kashrah dalam mashdar al-hai’ah. Mashdar al-hai’ah tidak dibentuk dari bab mazid. c) Jenis lain dari mashdar yaitu mashdar mîmî (
+ ) H15 ). Ia berada dalam
" (maf’al-un) dan = " / " (maf’il-un / maf’ilat-un), contoh: X ~ +" ‘kematian’, = * " ‘pengetahuan’, m r " ‘ampunan’. Dalam bab mazid, ia sama dengan isim maf’ul, contoh: { "# ‘mengeluarkan’, ~ ( + " ‘merobek’, = O ~ v . "# ‘kembali’. Dalam Al-Qur’an: pola
‘maka Kami jadikan mereka buah mulut dan Kami hancurkan mereka sehancurhancurnya.’ (QS Saba’[34] : 19)
2 C D# .2 H A -%
A adalah sahibul hal yaitu orang yang disebutkan keadaannya, >2 H adalah hal dan -% adalah perbuatan. Hal adalah jawaban dari pertanyaan n )2 ’bagaimana’. Dalam menjawab pertanyaan A -% n )2 ’bagaimana Bilal datang?’Seseorang menjawab: >2 H . Berikut beberapa contoh:
Di sini
‘Anak itu datang kepadaku sambil menqangis dan kembali sambil tertawa’
=x ? V H o =x )2 = i *.
‘Saya menyukai daging panggang, ikan goreng dan telur rebus’.
¸)v " ` + B
o ¸U!* R " C j O [ x Q : k H9 1 "# 6# *.| kepadaku’ Jika salah satu dari persyaratan di atas tidak terpenuhi, maka hal : a) harus mendahului sahibul hal yang berbentuk nakirah. Contoh: ’Seorang siswa datang kepadaku sambil >_ bertanya’ , atau:
dx }* *.
b) harus berupa jumlah ismiyyah yang dihubungkan dengan kalimat utama dengan waw hal. Contoh: sambil
?>U !Do 1~ o *.
’Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya’ (QS 2 : 259)
= Uo* M D o = U 2 A x " 5 : # H9 1 M s
. Kalimat dapat berupa jumlah ismiyyah atau jumlah fi’liyyah. Contoh:
Jumlah fi’ilyyah: ’Saya duduk mendengarkan bacaan AlQur’an dari radio’.Di sini fi’ilnya adalah mudhari. ’Saya masuk universitas setelah saudara laki-lakiku lulus.’ Di sini fi’ilnya adalah madhi. Jumlah ismiyah:
3 uv m o A SE ^# + [ V # B = W&0 6" * ? M[ L 1 * X # H G# Eropa, kecuali Yunani. 2) Jika mustatsna seluruhnya berbeda jenisnya dengan mustatsna minha, maka istitsna disebut sebagai
^~ v . "# . Contoh:
’Para tamu telah tiba kecuali bagasinya.’
C ]# " [ d E 4 # !#)P
o
Jelas bahwa’bagasi’ sangat berbeda jenisnya dengan ’tamu’. Makna kalimat di atas adalah para tamu telah tiba, akan tetapi bagasi atau barang-barang mereka belum. Dalam Al-Qur’an, Ibrahim υ berkata mengenai berhala: ”karena sesungguhnya apa yang kamu sembah itu adalah musuhku, kecuali Tuhan Semesta Alam” (QS 26 : 77)
+ J
H E* i o 1# C ]# }*
Sangat jelas bahwa ’Tuhan Semesta Alam’ tidak sama dengan berhala. 73 http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4
Dari sudut pandang lain, istitsna berupa
@
atau
½ "#
. Jika mustatsna minha
@ (tamm), sebagaimana dalam contoh sebelumnya. Dan jika tidak disebutkan, maka dia adalah ½ "# (mufarragh). Contoh:
disebutkan, maka ia adalah
1~ " d E -% "
’Tidak ada yaang datang kecuali Hamid’
1" d E* V # U[H "
’Saya tidak melihat seorang pun kecuali Hamid’
Dalam istitsna mufarragh, kalimat selalu berbentuk negatif, larangan atau pertanyaan. Kalimat yang mengandung istitsna juga terdiri dari dua jenis: a) Kalimat yang pernyataan, disebut O ~ ! "# . Contoh: ’Bukalah jendela-jendela paling akhir’
kecuali
m h M '% d E b !. g
yang
b) Kalimat negatif, larangan atau pertanyaan, disebut ’Para siswa tidak absen kecuali Ibrahim’ (negatif) ’Tidak ada yang boleh keluar kecuali orang-orang yang baru’ (larangan) ’Apakah semua orang gagal kecuali yang malas?’ (pertanyaan)
O k !#" # )Q . Contoh:
C# )E / C )E* d E J # A J Q " s# 1# ; / s 1# ; d E 1~ [ L # U d 3A B ? / 3 A B ? d E 1~ [ O # # U D
I’rab Mustatsna Mustasna setelah illa 1) Dalam istitsna munqati : ’Setiap penyakit ada obatnya, kecuali X ! d E - os -f s i ? kematian’ 2) Dalam istitsna muttasil : a) Jika kalimatnya adalah mu’jab, maka mustatxhna adalah manshub. Contoh: ’Allah mengampuni semua dosa kecuali t R 9 d E ]2 J !#bK # r U syirik.’ b) Jika kalimatnnya ghairu mu’jab maka ada dua kemungkinan: (1) mustatxna bisa berbentuk manshub, atau (2) dapat memiliki i’rab yang sama dengan mustatsna minha. Contoh: Negatif ( . ) ’Para siswa tidak datang kecuali Hamid’
1~ " / 1" d E J # A P " 74
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4 ’Saya tidak bertanya kepada para siswa kecuali Hamid’ ’Saya tidak menghubungi para siswa kecuali Hamid’
1" / 1" d E* J A V # | " 1 " 1" d E J * A V # 5 "
Laranga ( # ] . ) ’Tidak ada yang boleh keluar kecuali Hamid’ ’Jangan bertanya kepada siapapun kecuali Hamid’ ’Jangan hubungi sisapapun kecuali Hamid’
1~ " / 1" d E* 1~ [ L # U d 1" / 1" d E 1 [ |B U d 1" / 1 " d E 1 |* 5
d
Tanya ( @] 0 ) ’Apakah semua absen kecuali Hamid?” ’Apakah anda melihat seseorang kecuali Hamid?’ ’Apakah anda melihat seseorang kecuali Hamid?’
1~ " / 1" d E 1~ [ J Q D 1" / 1" d E 1 [ V U[H D [1" / 1 " d E 1 |* V 5 D
3) Dalam istitsna mufarragh: Disini mustatsa tidak memiliki i’rab yang tetap. Ia mengambil i’rab yang sesuai dalam kalimat. Contoh: ’Tidak ada yang gagal kecuali Bilal’
A * d E* O
H "
Di sini mustatsna (
A *
) adalah fa’il. Untuk mengetahui i’rab yang sesuai, hapuslah
d E maka akan menjadi jelas bagi anda. Contoh: jika kita menghapus d E* di atas, kita mendapatkan kalimat A * O
H ", dan di sini A * adalah fa’il. Ini dilakukan hanya untuk mengetahui I’rab. Maknanya tentu saja bertentangan dengan makna kalimat asalnya.
dx A * d E* V # U[H " ‘saya tidak melihat siapapun kecuali Bilal. dx A * Adalah maf’ul bihi, karena jelas terlihat pada kalimat dx A * V # U[H " . Dan dalam kalimat
Tidak ada masalah dengan majrur karena didahului oleh huruf jarr. Contoh: ’Saya tidak mencari siapapun kecuali 1 M 6 d E V # / j Khalid’ ’Kami tidak belajar kecuali di Universitas = ) + B = ";* d E .H s Islam.’
" " 75
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4 Catatan: Kita telah melihat pada Pelajran 10 bahwa hanya dhamir munfashil yang digunakan setelah
d E . Berikut beberapa contoh mengenainya:
’Kami tidak beribadah melainkan kepadaNya’ (bukan
#% d E
)
’Pak guru bertanya kepada semua siswa kecuali anda’ (bukan
Mustatsna setelah
# )Q
dan
t d E
).
w!
# UE d E 1 ># d t UE d E C#]K2 J A : # H9 1
.
Mustatsna setelah kata-kata ini berbentuk majrur karena ia merupaka mudhaf ilaihi. I’rab aslinya ditunjukkan oleh kedua kata ini.
1 " )Q JA g q . Di sini )Q adalah manshub sebagaimana 1" juga manshub dalam 1" d E* JA g q . 1 " )Q JA g q " . Di sini ) Q dapat berupa manshub atau marfu’ sebagaimana dapat berberntuk manshub atau marfu’ dalam 1 ~ " / 1" d E* JA g q " . 1 " # )Q g q " . Di sini # )Q adalah marfu’ sebagaimana 1" marfu’ dalam g q " 1~ " d E*. 1 " h Q V # | " . Di sini )Q adalah manshub sebagaimana 1" manshub dalam 1 " d E V # | ". I’rab w! persis seperti )Q namun dia tersembunyi karena w! adalah maqsur27 Mustatsna setelah
A M " dan 1 " .
Setelah dua kata pengecualian ini maka mustasna adalah manshub. Contoh: ’Saya telah menguji para siswa kecuali tiga =x lA 1 " J A (orang)’
X # >M
Penyair berkata:
27
Lihat Pelajaran 1 Panduan III.
76 http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4 ’Ketahuilah, segala sesuatu kecuali Allah adalah batil’ Di sini
N seharusnya
N % AM " -f A K 2 d [
memiliki tanwin, akan tetapi telah dihapus dengan alasan
irama. 2. d [ adalah partikel yang digunakan untuk menarik perhatian akan sesuatu yang penting. Contoh: ’Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.’ (QS 2:12) Partikel ini disebut
$ )>*. o I k 4
d 6?No 3 o#1B & +# C# D# C ]# E* d [ 3 o## R U
yakni huruf istiftah (pembuka) dan tanbih
(peringatan). 3. Salah satu bentuk mashdar adalah
(fa’l-un), contoh: I ‘dia menjelaskan’ :
I ~ ‘penjelasan’.
4. Bentuk jamak dari H~ N.Us (diinaar-un) adalah h # *N.Us (dinaaniir-u). Perhatikan bahwa
3 , namun dalam bentuk jamak terdapat dua 3. : ~ ¯s p«h#? U (yaktub-u : yaktub-a-nna).
Proses yang sama juga berlaku untuk ketiga bentuk yang lain. (2) Dalam ketiga bentuk berikut ini, nun akhir beserta waw atau ya ditinggalkan.
6 )>*#? p3!>? p3!#>#? U. Maka 3!#>#? U
berubah menjadi 6
>##? U. Setelah penghapusan
-na dari yaktubuu-na dan menambahkan –nna kita mendapatkan yaktubûnna. Karena huruf hidup panjang tidak diikuti oleh yang bukan huruf hidup dalam Bahasa Arab, maka û yang panjang dipendekkan. Sehingga kita mendapatkan yaktubunna. Dengan cara yang sama dari 3 !>? dibentuk menjadi 6 >#? (taktubûna : taktubûnna : taktubunna). Perhatikan bahwa perbedaan antara (penggunaan nun) tunggal dan ganda
6 >#? U
6 >##? U. adalah –a- pada yang pertama dan –u- pada yang kedua (yaktub-
a-nna, yaktub-u-nna). Dhamir mukhathab mufrad muannats (kata ganti orang kedua feminin tunggal)
6 )>*#?
menjadi
6 >*#? .
Setelah penghapusan –na dan menambahkan –nna, kita
mendapatkan taktubînna. (3) Dalam kedua bentuk mutsanna
3 >#? p3>#? U
nun terakhir dihapus, namun alif
dipertahankan, karena penghapusannya menyebabkan bentuk mutsanna sama dengan 79 http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4 bentuk mufrad-nya. Perbedan penting dengan bentuk mutsanna yaitu nun berharakat kasrah dan bukannya fathah. Maka hasilnya adalah
3i >#? pi3>#? U
. Setelah
penghapusan –ni dari yaktubáni dan penambahan –nna kita mendapatkan yaktubánna. Harakat akhir –a (fathah) berubah menjadi –i (kasrah) untuk proses deasimilasi (pemisahan).
6 >#? p6>#? U, nun terakhir dipertahankan dan
(4) Dalam kedua bentuk jamak muannats
ditambahkan –ánni. Sebagaimana dalam bentuk mutsanna, nun tersebut berharakat kasrah dalam bentuk jamak ini. Hasilnya adalah
3i .>#? pi3.>#? U. Perhatikan bahwa
alif ditambahkan antara nun dhamir dan nun taukid (yaktubna : yaktubn-á-nni) b. Mudhari Majzum Prosesnya sama dengan mudhari marfu’kecuali nun pada fi’il yang lima telah dihapus dalam mudhari majzum. Berikut beberapa contoh: ’Jangan duduk di kursi ini karena ia patah’ ’Saudara-saudara, jangan meninggalkan kelas sebelum pukul satu’ ’Zainab, jangan mencuci pakaianmu dengan sabun ini’ ’Saudari-saudari, jangan minum air ini’
H~ !#B?" $# }* 9 ? bD c 6 B q d = B >< 5 6 # # d p3!ME U m 1 ! 3!5 b]* ` !l 6 B & r d p#O.UG U -% bD 3i R d pX!M[ U
Perhatikan bahwa dalam fi’il naqis, huruf ketiga yang telah dihilangkan dikembalikan lagi sebelum menambahkan nun. Contoh:
. d : 6 )B . d – 7 # 1 d : 3 ! # 1 d
¾ * + d : 6 )R + d . Hal ini juga terjadi pada bentuk amr.
c, Amr Proses ini juga sebagian besar sama dengan bentuk amr. Contoh:
O #2 [ :
6 >#2 [
Uktub
: Uktuba-nna
%N>#2 [ : 3i %N>#2 [
Uktubâ : Uktubâ-nni
!#>#2 [ : 6 N#>#2 [
Uktubû : Uktubu-nna
*>#2 [ : 6 N*>#2 [
Uktubî
6 >#2 [ : 3i %N.N ¿ >#2 [
: Uktubi-nna
Uktubna : Uktubn-â-nni 80
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4 Kapan Menggunakan Nun Ini Penggunaannya baik berupa pilihan, wajib atau mendekati wajib. a. Pilihan. Penggunaannya merupakan pilihan dalam keadaan berikut: (1) Dalam bentuk amr, contoh: ’Ayo, keluarlah dari mobil, nak!’
1# o U m Hy)B 6" 6 (*
(2) Dalam bentuk mudhari ia menunjukkan thalab (O # ), yaitu amr nahi atau
istifham.28 Contoh: ’Jangan pernah makan ketika kamu 3 > V [o 6 2 | d kenyang’ ’Apakah kamu bersafar sedangkan kamu T ~ U*" V [o 3 B # D sedang sakit?’ Jika pembicara merasa perlu memberi penekanan maka dia dapat menggunakannya.
b. Wajib : Ia wajib digunalan dalam mudhari jika dia merupakan jawab al-qasam. Contoh: ’Demi Allah, saya akan menghafalkan Al ? 3 uv 6 Y ' & o Qur’an’ Di sini bentuk mudhari
¤ [
merupakan jawab al-qasam karena ia didahului oleh
& o , Perhatikan bahwa fi’il ini tidak saja ditambahkan –nun di akhirnya akan tetapi juga diawali dengan lam (la-afhazh-anna). Lam ini disebut C *& Bv iv @# d . qasam
Namun demikian terdapat tiga syarat dalam penggunaannya dalam jawab al-qasam, yaitu: • Fi’il harus berupa penegasan sebagaimana dalam contoh di atas. Baik lam atau nun tidak digunakan dalam kalimat ingkar. Contoh: ’Demi Allah, saya tidak keluar’
L # # M [ d & o
•
Fi’il harus menunjukkan waktu yang akan datang. Jika dalam waktu sekarang, hanya lam yang digunakan dan tidak nun. Contoh: ’Demi Allah, saya mencintaimu’
` > 'a & o
’Demi Allah, saya mengira dia dapat dipercaya’ Perhatikan bahwa: ’Demi Allah, saya akan menolongnya’ ’Demi Allah, saya sedang menolongnya’
28
xvU1
$# N.N£'% & o $# N 1 'a & o # 1# 'a & o
Untuk thalab, lihat Pelajaran 15 Panduan 3.
81 http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4 •
Lam harus dilekatkan dengan fi’il. Jika dilekatkan dengan selain fi’il, nun tidak dapat digunakan. Contoh: ’Demi Allah, ke Makkah saya akan pergi’
O # DW[ = ? " F0& & o
Di sini lam dilekatkan dengan
FE* . Akan tetapi jika dilekatkan dengan fi’il, maka
nun harus digunakan. Contoh: ’Demi Allah, saya akan pergi ke Makkah’
= ? "y FE 6 N>DW'% & o
Berikut contoh lainnya: ’Demi Allah, saya akan mengunjungimu’
t H# o#G[ 4 !B & o
Dalam Al-Qur’an: ‘Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu’ (QS 93:5)
` H ` ) #U 4 ! B o
Ini adalah jawab al-qasam. Dan qasam-nya adalah FjP o. c. Mendekati wajib: Penggunaan nun mendekati wajib setelah partikel syarat dibentuk dari
3 E* ditambah "
untuk penguatan. Nun pada
". Berikut beberapa contoh lainnya: ’Jika kamu pergi ke Makkah, saya (pun) akan pergi’ ’Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia .’ (QS 17:23)
3 E*
"E*
yang
telah digabungkan dengan
` " O D W [ = ? " S*E 6 >D b "E* o [ +D# 1# [ >? t 1 . 6 r >U "E* d o 4 Z [ +]# v A +D# A 2 x¯*2 dx ! # p)s# pF" 29. Perhatikan bahwa kata seperti F ‘anak muda’, FH ‘batu gerinda’, 5 ‘tongkat’ bukan termasuk 45 6" 7!.+ karena alif pada kata-kata ini adalah huruf ketiga dan bukan alif tambahan.
•
m s o#1+ " ·)| n # [ : -a v pa-_
45 6" 7!.+ . Contoh: C# _ +_ ‘tomat’,
‘kapur’, U*o ‘celana panjang’.
B. Kata yang tidak dikenai tanwin karena dua alasan Ia dapat berupa isim ‘alam ( C ) atau sifat ( n # !).
C C
Isim ‘Alam
Isim alam tidak dikenai tanwin ketika ia memiliki satu dari dua sebab berikut: (1) Jika ia adalah muanntas, contoh:
m ( + D p#O.UG p=."u. Perhatikan bahwa m ( + D
adalah
nama laki-laki, namun jenis katanya adalah muannats karena ia berakhiran ta’ marbutho’ (m ). Jika isim alam muannats dibentuk dari tiga huruf yang huruf keduanya adalah sukun, maka dapat digunakan sebagai 45
6" 7!.+ atau triptote33 kata biasa yang dapat
dimasuki tanwin, akan tetapi lebih baik bila digunakan sebagai triptote. Contoh:
C~ UH* p~1 s (2) Jika bukan dari bahasa Arab (
p1~ .D
+ q [ ), contoh: 3 B2 p#@)o* pC)D . Jika isim
alam yang bukan dari bahasa Arab adalah mudzakar, dan terdiri dari tiga huruf yang
D. ^# + ; artinya adalah jamak yang paling tinggi. Beberapa bentuk jamak dapat dirubah ke dalam bentuk ini untuk mendapatkan apa yang disebut ^* + ; ^# + . Contoh: = .? " [ adalah bentuk jamak dari 3 ?" , dan = .? " [ sendiri dapat dirubah menjadi 6# 2 "[ . Akan tetapi bentuk yang terakhir ini tidak dapat dirubah 31
menjadi bentuk jamak lebih lanjut. Itulah sebabnya disebut jamak paling terakhir. 32 Kedua kata ini termasuk ke dalam kelas + ; * .; C seperti O # . p#+
dst. Kata-kata ini
diperlakukan sebagai kata tunggal (mufrad), meskipun maknanya adalah jamak. 33 Triptote adalah isim yang dapat dimasuki tanwin.
85 http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4
huruf keduanya adalah sukun, maka ia dapat dimasuki tanwin, contoh:
3 M p~L # p·)
34
p«! p~I!
. Namun apabila dia adalah muannats, ia tetap sebagai al-
mamnu’ minash sharf, contoh:
x p p#°! "# p#)* p#+ p#g
35
. Jika kata
yang bukan Bahasa Arab diserap dalam Bahasa Arab menjadi isim biasa dan kemudian digunakan sebagai isim alam, maka ia dapat dimasuki tanwin, contoh:
~ D ! yaitu kata dari Bahasa Persia yang berarti pertama, dan juga digunakan sebagai nama. 3) Jika mereka adalah
>D# p G#
36
o#1 "
yakni memiliki pola
(fu’al-u), contoh: p#G# p#+ #
.
p3o" p3P"H 3 +/# p3> . Kata 3 B dapat dimasuki tanwin karena ia memiliki pola dari 6 ~B # , maka 3 adalah huruf ketiga dan bukan nun tambahan. Jika menyerupai fi’il dalam bentuknya, contoh: 1 # + [ yang mengikuti pola O # D W [ ‘Saya pergi’, 1 # U*(U yang mengikuti pola ^# )*>U ‘dia menjual’. Jika terdiri dari dua isim, contoh: X # !" P p#J* ? U1 " .
4) Jika berakhir dengan alif tambahan dan nun tambahan, contoh:
5)
6)
Kata Sifat Kata sifat tidak memiliki tanwin dalam keadaan sebagai berikut:
[ selama ia tidak dijadikan muannats dengan ta marbutho. Contoh: # + [ ،# >2 [. Bentuk muaanntas dari # >2 [ adalah w>2 dan # + [ adalah -a + . Kata " H [ ‘duda’ dimasuki tanwin karena bentuk muannatsnya adalah = " H [ ‘janda’.
1) Jika ia berada dalam pola
I ~ !# dan « ! adalah nama-nama Nabi, · ) adalah nama salah satu anak Nabi Adam alaihis salam. L ~ # adalah George, 3 M adalah nama di India dan Pakistan.
34
35
Nama-nama kota di Australia, Inggris, Turki, Prancis, Syria, dan Afghanistan. Perth, Bath, Mus, Nice, Homs, Balkh 36
# + # dan # G# adalah nama-nama orang. G# adalah planet Saturnus dan >D# adalah nama berhala. 86
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4
2) Jika berada dalam pola
3 A, contoh: 3 A" p3R p3> p3! .
o1". Kata sifat ma’dul adalah salah satu di antara yang berikut: a. Bilangan yang memiliki pola dan " , contoh Al ‘tiga-tiga’, 7 # H#
3) Jika ia adalah
‘empat-empat’; F./ " ‘dua-dua’, ‘tiga-tiga’. Dalam al-Qr’an: “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanitawanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat.” (QS An-Nisa : 3)
F") !B & v # [ C # M 3 E*o _ " !#j? -& B.9 6 " C ? J 7 H# o lo F./"
b. Kata # M [ adalah jamak dari wM [. Dalam al-Qur’an: “Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada harihari yang lain.” (QS Al-Baqarah : 185)
o [ PU*" C ? ." 3 2 6 + M [ @k U[ 6 " m 1 k F
I’rab 45 6" 7!.+ Kita telah mempelajari I’rab al-mamnu’ minash sharf pada Pelajaran 6, dan di bagian awal buku Panduan ini. Akhiran jarr dari al-mamnu’ minash sharf adalah fathah dan bukannya kashrah. Contoh: ’Saya belajar di banyak sekolah’ ’Saya bepergian dari London ke Berlin’
m h /2 : H* 1" c V # H s 6 ) SE 3 1 . 6" X # O .UG O # #2 bD
’Ini adalah buku Zainab’
Akan tetapi ia berharakat kashrah dalam dua keadaan berikut: a. Apabila kata tersebut memiliki
sebagai tanda ma’rifah. Contoh:
‘Saya tinggal di hotel-hotel ini’
{ * s . bD c V # (
‘Tulislah dengan pulpen merah’
* + ' C* v * O #2 [ 87
http://www.raudhatulmuhibbin.org
Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah – 4 ‘Saya memberikan roti kepada anak yang lapar itu’
3 !; 1 ! n )Q V # +
Dalam Al-Qur’an: ‘Maka aku bersumpah dengan Tuhan Yang memiliki timur dan barat, sesungguhnya Kami benar-benar Maha Kuasa.’ (QS Al-Ma’aarij : 40) b.
J * H* r+ o { * H* R+ J 9 * C# B &