Panduan CSSD

December 1, 2021 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Panduan CSSD...

Description

OLRI DAERAH JAWA TIMUR BIDANG KEDOKTERAN DAN KESEHATAN RS BHAYANGKARA WAHYU TUTUKO BOJONEGORO

PANDUAN CSSD DI RS BHAYANGKARA WAHYU TUTUKO BOJONEGORO

Bojonegoro,

Januari 2016

BAB I DEFINISI Sterilisasi adalah suatu proses pengelolaan alat atau bahan yang bertujuan untuk menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba termasuk endospora dan dapat dilakukan dengan proses kimia atau fisika. Sterilisasi sangat penting dilakukan terutama untuk alat-alat bedah, terlebih lagi saat ini semakin berkembangnya prosedur operasi maupun kompleksitas peralatan medik, maka diperlukan proses sterilisasi yang tersentralisasi sehingga keseluruhan proses menjadi lebih efesien,ekonomis dan keamanan pasien semakin terjamin. Disamping itu, rumah sakit sebagai institusi penyedia pelayanan kesehatan berupaya untuk mencegah terjadinya resiko infeksi bagi pasien dan petugas rumah sakit. Salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah rendahnya angka infeksi nosokomial di rumah sakit. Untuk mencapai keberhasilan tersebut, maka perlu dilakukan pengendalian infeksi di rumah sakit. Istilah untuk pusat sterilisasi bervariasi, mulai dari Central Sterile Supply Department (CSSD), Central Service (CS), Central Supply (CS), Central Processing Department (CPD) dan lain lain, namun kesemuanya mempunyai fungsi utama yang sama yaitu menyiapkan alat-alat steril dan bersih untuk keperluan perawatan pasien. Secara terperinci, fungsi dari pusat sterilisasi adalah menerima, memproses, memproduksi, mensterilkan, menyimpan serta mendistribusikan peralatan medis ke berbagai ruangan di rumah sakit untuk kepentingan perawatan pasien. Central Sterilization Supply Department (CSSD) atau Instalasi Pusat Pelayanan Sterilisasi merupakan satu unit/departemen dari rumah sakit yang menyelenggarakan proses pencucian, pengemasan, sterilisasi terhadap semua alat atau bahan yang dibutuhkan dalam kondisi steril. Instalasi CSSD ini merupakan pusat pelayanan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan alat/bahan steril bagi unit-unit yang membutuhkan sehingga dapat mencegah dan mengurangi infeksi yang berasal dari rumah sakit itu sendiri.

Alur aktivitas fungsional CSSD dimulai dari

pembilasan, pembersihan/dekontaminasi, pengeringan, inspeksi dan pengemasan, memberi label, sterilisasi, sampai proses distribusi. Penanggung jawab CSSD ini adalah seorang apoteker. Berdirinya CSSD di rumah sakit dilatarbelakangi oleh: Ø Besarnya angka kematian akibat infeksi nosokomial Ø Kuman mudah menyebar, mengkontaminasi benda dan menginfeksi manusia di lingkungan rumah sakit. Ø Merupakan salah satu pendukung jaminan mutu pelayanan rumah sakit, maka peran dan fungsi CSSD sangat penting.

BAB II RUANG LINGKUP 1. Pegawai instalasi CSSD Di RS meliputi Ka Instalasi CSSD, Kasub Instalasi CSSD, Staf Instalasi CSSD 2. Kepala ruangan di unit keperawatan. 3. Ka Instalasi sarana dan prasarana mesin CSSD. 4. Kaur Diklat program CSSD 5. Kaur Penerimaan/rekrutmen staf CSSD.

BAB III TATA LAKSANA A. Tatalaksana Pelayanan CSSD 1. Perencanaan dan penerimaan barang 1.a. Linen 1.b. Instrumen / alat 1.c. BHP (sarung tangan, kassa, jarum, dll) 2. Pencucian 2.a. Linen dilakukan dibagian loundry 2.b. Instrumen 3. Setting 3.a. Set Instrument 3.b. Set Linen 4. Pengemasan dan labeling 4.a. Linen 4.b. Instrumen 4.c. BHP 5. Proses sterilisasi 5.a. Linen 5.b. Instrumen 5.c. BHP 6. Penyimpanan dan distribusi

Disesuaikan dengan tanggal kadaluarsa, disesuaikan dan ditempatkan pada rak sesuai ruang yang membutuhkan. 7. Pemantauan kualitas sterilisasi 7.a.

indikator 7.b. 7.c.

Pemantauan proses sterilisasi dengan penggunaan sterilitas: Indikator fisika, kimia dan biologi. Pemantauan hasil steril dengan test mikrobiologi. Pencatatan dan pelaporan

B. Alur Kerja

Alur kerja yaitu urutan-urutan dalam melakukan proses terhadap alat/ bahan. Tujuan dibuatnya alur sebagai berikut: 1. Pekerjaan dapat effektif dan efisien. 2. Menghindari terjadinya kontaminasi silang. 3. Jarak yang ditempuh pekerja lebih simple dan tidak bolak-balik. 4. Memudahkan dalam pemantauan.

Alur kerja yang dilakukan di CSSD adalah sebagai berikut : Penerimaan alat dari pengguna (user). Diserahkan CSSD melalui bagian penerimaan alat kotor. Pengecekan/ seleksi dan dicatat. Perendaman Pencucian dan dekontaminasi Pengeringan Pengesetan Pengemasan Labeling 10. Proses sterilisasi 11. Gudang simpan steril 12. Distribusi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

C. Tahap-tahap sterilisasi alat/ bahan medis 1. Dekontaminasi

Dekontaminasi adalah proses fisik atau kimia untuk membersihkan bendabenda yang mungkin terkontaminasi oleh mikroba berbahaya bagi kehidupan, sehingga menjadi aman untuk proses-proses selanjutnya. Tujuan dari proses dekontaminasi ini adalah untuk melindungi pekerja yang bersentuhan langsung dengan alat-alat kesehatan yang sudah melalui proses dekontaminasi tersebut, dari penyakit yang mungkin timbul akibat dari mikroorganisme pada alat kesehatan tersebut. Menangani dan Transportasi Benda Kotor Alat kesehatan pakai ulang yang sudah terkontaminasi harus ditangani dengan serius, dikumpulkan dan dibawa ke CSSD sedemikian rupa sehingga dapat terhindar dari kontaminasi terhadap pengunjung, pasien, pekerja dan fasilitas lainnya. Proses penanganannya adalah:

1.a.

Peralatan habis pakai dipisahkan dari limbahnya. Ditempatkan oleh pekerjanya langsung yang mengetahui potensi terjadinya infeksi dari peralatan tersebut. 1.a.2) Pisahkan benda tajam dan masukkan kedalam container khusus benda tajam 1.a.1)

Kain dan linen dipisahkan dan masukkan ke unit loundry untuk penanganan lebih lanjut.

1.a.3)

Peralatan yang terkontaminasi ditempatkan dalam wadah khusus dan masuk keruang dekontaminasi melewati petugas pencatatan

1.a.4)

Pembuangan limbah Limbah atau pembuangan harus dipisahkan dari alat pakai ulang . Diidentifikasi dan dibuang sesuai kebijakan RS mengacu peraturan pemerintah.

1.b.

Mencuci/ Cleaning Semua alat pakai ulang harus melalui pencucian hingga benarbenar bersih sebelum dilakukan sterilisasi.

1.c.

Perlakuan Alat terkontaminasi Pembersihan alat pakai ulang yang terkontaminasi harus sesegera mungkin setelah dipakai. Hal ini dumaksudkan untuk mencegah kotoran menjadi kering dan lebih sulit dalam pembersihannya. Agar tujuan tersebut dapat tercapai, maka: 1.d.1) Langsung dikirim ke CSSD segera setelah digunakan.

1.d.

Dibersihkan dari kotoran, dicuci dengan air mengalir di tempat pemakaian sesuai prosedur yang berlaku dan langsung dibungkus untuk menghindari cipratan, tumpahan atau penguapan dan dibawa keruang dekontaminasi CSSD.

1.d.2)

Menangani alat terkontaminasi diruang Dekontaminasi CSSD Mulai pembersihan : 1.e.1) Dibongkar dan periksa semua komponen dalam kondisi lengkap. 1.e.2) Disortir berdasar cara pembersihannya. 1.e.3) Dibersihkan sebelum proses sterilisasi.

1.e.

Gunakan teknik pencucian sesuai yang disarankan pada alat.

1.e.4)

1.f. Bahan-bahan Pencuci (Cleaning Agents)

Supaya efektif, baha pencuci harus membantu menghilangkan residu dan kotoran organic tanpa merusak alat. Bahan pencuci harus:

Sesuai dengan bahan yang disarankan pada alat dan metode mencuci yang dipilih. 1.f.2) Ikuti rekomendasi dari produsen alat mengenai tipe bahan pencuci yang dapat dipakai. 1.f.1)

Pemilihan bahan pencuci juga bergantung pada tipe kotoran yang ada. Protein cukup bengan detergen yang bersifat basa. Garam mineral dengan menggunakan detergen asam. 1.f.4) Pertimbangkan penggunaan enzyme pelarut protein untuk mencuci alat. 1.f.3)

Metode Merendam dan Membilas Mencuci bersih adalah proses menghilangkan semua partikel yang kelihatan dan hamper semua partikel yang tidak tampak, dan menyiapkan alat-alat agar aman untuk proses desinfeksi dan sterilisasi. Mencuci dapat dilakukan secara manual maupun mekanikal atau kombinasi keduanya. Untuk memastikan kebersihan al;at dan supaya tidak merusak alat, maka: 1.g.1) Dibongkar dan periksa semua komponen dalam kondisi lengkap.

1.g.

Dimulai dengan merendam dalam air pada suhu 20 C-43 C selama 15- 20 menit dan atau dalam produk enzyme yang dapat melepaskan darah dan protein lainnya untuk mencegah terjadinya koagulasi darah pada alat dan juga membantu menghilangkan mikroorganisme. 1.g.3) Bilas dengan air keran yang mengalir untuk menghilangkan protein dan partikel-partikel kotoran. 1.g.2)

Mencuci Manual Pencucian secara manual dilakukan pada intrumen atau alat yang lembut dan rumit. 1.h.2) Gunakan sikat yang sesuai dengan kebutuhan alat atau yang disarankan oleh produsen alat. 1.h.3) Bilas dengan air mengalir dengan suhu 40 C-50 C. Lebih baik lagi menggunakan air deionisasi atau air sulingan.

1.h. 1.h.1)

Setelah dicuci, dibilas, keringkan terlebih dahulu sebelum melalui proses berikutnya.

1.h.4)

1.i. Mencuci Mekanik 1.i.1)

Menggunakan mesin cuci akan dapat meningkatkan produktifitas, lebih bersih dan lebih aman untuk petugas. 1.i.2) Pembersih ultrasonic melepas semua kotoran dari seluruh permukaan alat/ instrument. Alat pembersih juga perlu dilakukan pembersihan secara rutin.

1.i.3)

1.j. Desinfeksi Kimia 1.j.1)

Pemilihan jenis desinfeksi berdasarkan pemakaian alat dan level desinfeksi yang diperlukan untuk pemakaian tersebut. 1.j.2) Harus sesuai label instruksi dari produsen alat dan bahan tersebut.

2.

Pengemasan Pengemasan yang dimaksud adalah termasuk semua material yang tersedia untuk membungkus, mengemas dan menampug alat-alat yang dipakai ulang sebelum proses sterilisasi, penyimpanan dan pemakaian. Tujuan pengemasan adalah sebagai perlindungan terhadap alat dan bahan terhadap segala penyebab yang merusak kondisi steril. Syarat Bahan Kemasan: 2.a. 2.b. 2.c. 2.d. 2.e. 2.f. 2.g.

Dapat menahan mikroorganisme dan bakteri Kuat dan tahan lama Mudah digunakan Tidak mengandung racun Segel yang baik Dapat dibuka dengan mudah dan aman Masa kadaluarsa

Tipe-tipe Bahan Kemasan : a. b. c. d.

Kertas Film Plastik Kain (linen) Kain campuran

Prosedur dan Langkah-langkah Pengemasan Prosedur pengemasan harus mencakup : a.

Nama alat yang akan dikemas

b. Langkah-langkah yang tepat untuk persiapan sesuai instruksi

produk dan spesifikasinya. c. Sesuaikan dengan metode sterilisasi yang digunakan d. e.

Tipe dan ukuran alat yang akan dikemas Penempatan alat-alat dalam kemasan

Tips dan penempatan yang tepat indicator kimia eksternal dan internal g. Metode atau teknik pengemasan h. Metode pemberian segel kemasan i. Metode dan penempelan label identifikasi isi kemasan j. Aplikasi informasi pengendalian mutu, seperti nomer lot, tanggal, kode petugas f.

Petunjuk penempatan kemasan di dalam mesin sterilisasi l. Peringatan waktu pengeringan, pendinginan dan penanganan asetelah proses sterilisasi m. Informasi aplikasi pelindung k.

n. Petunjuk penempatan pada penyimpanan dan atau distribusi

ke tempat pemakaian o. Informasi kepada pemakai untuk mencegah kemungkinan kontaminasi 3.

Metode Sterilisasi 3.a. Sterilisasi Panas Kering Terjadi melalui mekanisme konduksi panas, dimana panas akan diabsorbsi oleh permukaan luar dari alat yang disterilkan lalu merambat ke bagian dalam permukaan sampai akhirnya suhu sterilisasi tercapai. Biasanya digunakan pada bahan yang terbuat dari kaca. 3.b. Sterilisasi Etilen Oksida (EtO) Bahan kemasan harus memudahkan penyerapan gas dan uap sterilan yang baik, dan juga siap melepaskan gas dan uap tersebut dari kemasan dan isinya selama waktu aerasi 3.c. Sterilisasi uap Uap dapat membunuh mikroorganisme melalui denaturasi dan koagulasi sel protein secara irreversible. 3.d. Mesin sterilisasi uap 3.e. Sterilisasi dengan Plasma Sterilisasi ini digunakan pada plasma yang terbentuk dari hidrogen piroksida 3.f. Sterilisasi suhu Rendah Uap Formaldehid Telah lama digunakan untuk mendisinfeksi ruangan, lemari, maupun instrumen. Sayangnya formaldehid (dalam keadaan tunggal) tidak dapat digunakan untuk sterilisasi alat rentan panas, khususnya dengan lumen kecil, karena daya penetrasinya lemah serta aktivitas sporisidalnya juga lemah.

BAB IV DOKUMENTASI 1. Tujuan dilakukannya monitoring adalah: 1.a. Untuk mengadakan perbaikan, perubahan orientasi

atau disain dari sistem pelayanan sterilisasi (bila perlu). 1.b. Untuk menyesuaikan strategi atau pedoman pelayanan sterilisasi yang dilaksanakan di lapangan, sesuai dengan temuan-temuan dilapangan. Hasil analisis dari monitoring digunakan untuk perbaikan dalam pemberian pelayanan sterilisasi di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. Monitoring sebaiknya dilakukan sesuai keperluan dan dipergunakan segera untuk perbaikan program.

1.c.

2. Hal-hal yang harus diperhatikan untuk kontrol kualitas adalah : 2.a. Pemberian nomor lot pada setiap kemasan.

Setiap item/kemasan yang akan disterilkan harus mencantumkan identitas berupa nomor lot yang mencakup nomor mesin sterilisasi, tanggal proses sterilisasi, dan keterangan siklus keberapa dari mesin sterilisasi. Pengidentifikasian ini akan memudahkan pada saat diperlukannya melakukan recall atau penarikan kembali kemasan yang sudah terdistribusikan. 2.b. Data mesin sterilisasi.

Untuk setiap siklus sterilisasi yang dilakukan informasi berikut harus didokumentasikan : 2.b.1) Nomor lot Informasi umum kemasan (misal : kemasan linen, atau kemasan instrument) 2.b.3) Waktu pemaparan dan suhu (kalau belum tercatat oleh mesin sterilisasi) 2.b.4) Nama operator 2.b.2)

2.b.5) 2.b.6) 2.b.7)

Data hasil pengujian biologis Data respons terhadap indikator kimia Data hasil dari uji Bowie-Dick

Dokumentasi ini akan bermanfaat dalam monitoring proses dan memastikan bahwa parameter pada setiap siklus proses sterilisasi telah tercapai sehingga akuntabilitas proses terjamin. Dengan melakukan dokumentasi ini maka apabila ada barang yang harus ditarik ulang akan menjadi lebih mudah. 2.c. Waktu Kadaluarsa.

Setiap kemasan steril yang akan digunakan harus diberi label yang mengindikasikan waktu kadaluarsa untuk memudahkan melakukan rotasi stok, walaupun kadaluarsa tidak tergantung pada waktu melainkan pada kejadian yang dialami oleh kemasan tersebut. B.

Evaluasi Setiap kegiatan harus selalu di evaluasi pada tahap proses akhir seperti pada tahap pengemasan, sterilisasi dan sebagainya, juga evaluasi secara keseluruhan dalam rangka kinerja dari pengelolaan sterilisasi di Rumah Sakit. Tujuan dari evaluasi tersebut antara lain : 1. Meningkatkan kinerja pengelolaan sterilisasi Rumah Sakit. 2. Sebagai acuan/masukan dalam perencanaan sterilisasi, bahwa

barang-barang yang disterilkan di jamin kesterilannya. 3. Sebagai acuan dalam perencanaan system pemeliharaan mesin-

mesin sterilisasi 4. Sebagai acuan perencanaan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan sumber daya manusia.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF