Panduan Asuhan Yang Seragam..
February 12, 2019 | Author: DebySeptiawan | Category: N/A
Short Description
ASSESMENT...
Description
PANDUAN ASUHAN PASIEN YANG SERAGAM RSUD DOMPU
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN DOMPU 2017
BAB I PENDAHULUAN 1. Pendahuluan
Pasien dengan masalah kesehatan dan kebutuhan pelayanan yang sama berhak mendapatkan kualitas asuhan yang sama di rumah sakit. Untuk melaksanakan prinsip “kualitas asuhan yang seragam” mengharuskan pimpinan merencanakan dan mengkoordinasi pelayanan pasien. Secara khusus, pelayanan yang diberikan kepada populasi pasien yang sama pada berbagai unit kerja, dipandu oleh kebijakan dan prosedur yang menghasilkan pelayanan yang seragam. Sebagai tambahan, pimpinan harus menjamin bahwa rumah sakit menyediakan tingkat kualitas asuhan yang sama setiap hari dalam seminggu dan pada setiap shift. Kebijakan dan prosedur tersebut harus sesuai dengan undangundang dan peraturan yang berlaku yang membentuk proses pelayanan pasien dan dikembangkan secara kolaboratif. Asuhan pasien yang seragam terefleksi sebagai berikut : 1. Akses untuk asuhan dan pengobatan yang memadai, tidak tergantung atas kemampuan pasien untuk membayar atau sumber pembiayaan. 2. Akses untuk asuhan dan pengobatan yang diberikan oleh praktisi yang berkompeten yang tidak tergantung atas hari-hari tertentu atau waktu tertentu. 3. Ketepatan (acuity) mengenali kondisi pasien dalam menentukan alokasi sumber daya untuk memenuhi kebutuhan pasien. 4. Tingkat asuhan yang diberikan kepada pasien (misalnya pelayanan anestesia) sama di seluruh rumah sakit.
2. Defenisi
Asuhan pasien yang seragam di seluruh rumah sakit merupakan proses pelayanan yang dilakukan oleh seluruh rumah sakit kepada pasien untuk memenuhi kebutuhan pasien.
3. Tujuan
Untuk memenuhi kebutuhan pasien, dalam menangani masalah kesehatan pasien seperti yang dilakukan oleh seluruh rumah sakit tentang asuhan pasien yang seragam.
BAB II RUANG LINGKUP Asuhan pasien yang seragam meliputi : 1.
Pelayanan Yang Seragam
Rumah Sakit Umum Dompu dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan menerapkan prinsip non-diskriminatif yaitu pelayanan yang seragam tanpa membedakan status sosio-ekonomi, budaya, agama dan waktu pelayanan.
Asuhan pasien dan pengobatan diberikan oleh praktisi yang kompeten memadai selama 24 jam.
Penentuan alokasi sumber daya untuk memenuhi kebutuhan pasien didasarkan atas ketepatan mengenali kondisi pasien.
Tingkat asuhan yang diberikan kepada pasien, sama di seluruh rumah sakit.
Asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien sama dengan asuhan keperawatan di seluruh rumah sakit.
2.
Pelayanan Kedokteran Dan Keperawatan
Asuhan Pasien meliputi Pelayanan Kedokteran dan Keperawatan yang mengacu pada Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) dan Standar Prosedur Operasional sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
3.
Pelayanan Kasus E mergency
Pelayanan Kasus Emergency diidentifikasi, dan dilakukan oleh tenaga medis yang bersertifikat dan kompeten di Instalasi Gawat Darurat.
4.
Pengintegrasian Dan Pengkoordinasian Asuhan Pasien
Proses asuhan pasien bersifat dinamis dan melibatkan banyak praktisi pelayanan kesehatan dan dapat melibatkan berbagai unit kerja dan pelayanan.
Asuhan kepada pasien direncanakan dan ditulis di rekam medis.
Asuhan untuk setiap pasien direncanakan oleh Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP), Perawat dan Tim Medis lainnya dalam waktu kurang dari 24 jam setelah pasien diopname di RSUD Dompu.
Rencana asuhan pasien bersifat holistik dan berdasarkan data asesmen awal pasien.
Rencana asuhan pasien dicatat dalam rekam medis untuk melihat pelayanan apa saja yang sudah diberikan oleh praktisi pelayanan kesehatan.
Kemajuan yang diantisipasi dicatat atau direvisi sesuai kebutuhan, berdasarkan hasil asesmen ulang pasien oleh praktisi pelayanan kesehatan.
Rencana asuhan untuk tiap pasien di review dan di verifikasi oleh DPJP dengan mencatat kemajuannya.
Asuhan yang diberikan kepada setiap pasien dicatat dalam rekam medis oleh pemberi pelayanan.
5.
Penulisan Perintah Dalam Rekam Medis
Perintah harus tertulis bila diperlukan dan mengikuti pedoman rekam medis rumah sakit.
Permintaan pemeriksaan diagnostik imaging dan laboratorium klinis harus disertai indikasi klinis (sesuai PPK).
Hanya mereka yang diizinkan boleh menuliskan perintah, sesuai dengan pedoman rekam medis rumah sakit.
6.
Perintah berada di lokasi tertentu yang seragam di rekam medis pasi en.
Pasien Dan Keluarga Diberi Tahu Tentang Hasil Asuhan Dan Pengobatan Termasuk Kejadian Yang Tidak Diharapkan
Setiap
tindakan
pelayanan
yang
diberikan
kepada
pasien
yang
berhubungan dengan kejadian yang tidak diharapkan diberitahukan terlebih dahulu kepada keluarga dan pasien kemudian menandatangani form persetujuan tindakan.
7.
Penanganan Dan Pemberian Produk Darah
Setiap penggunaan dan pemberian darah dan atau produk darah harus berdasarkan atas permintaan dokter.
Pemberian darah dan atau produk darah harus selalu memperhatikan keselamatan pasien.
Darah atau produk darah yang diberikan kepada pasien harus dijamin bebas dari bibit penyakit yang dapat menimbulkan penyakit yang dapat ditularkan melalui transfusi darah dan atau dari produk darah. Oleh sebab itu produk darah yang akan diberikan untuk pasien sudah diskrining dari UTD (unit tranfusi darah).
Sebelum melakukan pemberian darah atau produk darah (transfusi) pasien harus melakukan serangkaian pemeriksaan kelayakan.
Pada pelaksanaan pemberian darah dan atau produk darah harus dilakukan secara aman dan meminimalkan risiko transfusi.
Pemberian darah dan atau produk darah harus dicatat di dalam rekam medis.
8.
Penyediaan Pelayanan Pasien Risiko Tinggi
a. Kasus emergency
Identifikasi pasien kasus emergency atau
berisiko tinggi terjadinya
kasus emergency dilakukan oleh tenaga medis yang kompeten.
Seluruh tenaga medis yang bertugas ditempat dengan kasus risiko tinggi wajib memiliki sertifikat.
b. Pemberian pelayanan resusitasi
Resusitasi dapat dilakukan di seluruh unit rumah sakit.
Seluruh karyawan yang bertugas di semua unit rumah sakit diberikan pelatihan Bantuan Hidup Dasar.
Resusitasi lanjut dilakukan oleh tim yang terlatih dengan nama
“Blue
T eam” dengan membawa alat-alat dan obat resusitasi yang diperlukan. c. Asuhan pasien yang menggunakan peralatan bantuan hidup dasar atau yang koma.
Identifikasi kebutuhan pasien dengan peralatan bantuan hidup dasar atau yang koma dilakukan oleh tenaga medis yang kompeten.
RS.
Dompu
sudah
mampu
melakukan
asuhan
pasien
yang
menggunakan peralatan bantuan hidup dasar atau yang koma. d. Asuhan pasien dengan penyakit menular dan mereka yang daya tahannya diturunkan.
Identifikasi kebutuhan asuhan pasien dan resiko penularan akibat dari penyakit atau akibat obat-obatan yang diberikan.
Bila fasilitas tidak memungkinkan untuk melakukan asuhan pasien tersebut agar diberitahukan kepada pasien dan keluarga untuk dirujuk ke tempat dengan fasilitas yang sesuai kebutuhan.
e. Asuhan pasien hemodialisa (cuci darah)
Setiap pasien yang akan menjalani hemodialisa di rujuk di Rumah Sakit Rujukan.
f. Mengarahkan penggunaan alat penghalang (restraint ) dan asuhan pasien yang diberi penghalang.
Identifikasi penggunaan alat penghalang dilakukan pada pasien yang tidak mengerti asuhan yang diberikan, seperti pasien anak dan geriatri, pasien gelisah dan kesadaran menurun.
Asuhan diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien.
g. Asuhan pasien yang berisiko disiksa
Identifikasi pasien dengan risiko disiksa, seperti pasien lanjut usia, cacat tubuh, cacat mental dan anak-anak.
Pelayanan pasien seperti diatas melibatkan multidisiplin ilmu dan tersedia dalam suatu tim asuhan.
h. Mengarahkan asuhan pada pasien yang mendapat kemoterapi
Setiap pasien yang akan menjalani hemodialisa di rujuk di Rumah Sakit Rujukan.
9.
Pelayanan Instalasi
a. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat, Rawat Inap, Rawat Intensif, Laboratorium dan Radiologi dilaksanakan dalam 24 jam. Pelayanan Rawat
Jalan sesuai dengan jadwal praktik dokter. Pelayanan Kamar Operasi dilaksanakan dalam jam kerja (efektif/terencana) dan dilanjutkan dengan sistem on call . b. Pelayanan harus selalu berorientasi pada mutu dan keselamatan pasien. c. Seluruh staf Rumah Sakit Umum Daerah Dompu harus bekerja sesuai dengan
standar
profesi,
pedoman/panduan
dan
standar
prosedur
operasional yang berlaku, serta sesuai dengan etika profesi, etika dan etiket Rumah Sakit Royal Prima Medan yang berlaku. d. Seluruh staf Rumah Sakit Umum Daerah Dompu dalam melaksanakan pekerjaannya wajib selalu sesuai dengan ketentuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3), termasuk dalam penggunaan alat pelindung diri (APD).
10. Skrining Dan Triase
a. Skrining dilakukan pada kontak pertama untuk menetapkan apakah pasien dapat dilayani oleh Rumah Sakit Umum Daerah Dompu. b. Skrining dilaksanakan melalui kriteria triase, visual atau pengamatan, pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik atau diagnostik imajing sebelumnya. c. Kebutuhan darurat, mendesak, atau segera diidentifikasi dengan proses triase berbasis bukti untuk memprioritaskan pasien dengan kebutuhan emergensi.
11. Transfer/ Perpindahan Di Dalam Rumah Sakit
a. Transfer dilaksanakan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. b. Pasien yang ditransfer harus dilakukan pengelompokkan berdasarkan kriteria pasien transfer terlebih dahulu sebelum dipindahkan. c. Rumah Sakit Umum Dompu melaksanakan proses untuk memberikan pelayanan asuhan pasien yang berkelanjutan didalam rumah sakit dan koordinasi antar para tenaga medis. d. Bila ada indikasi, rumah sakit dapat membuat rencana kontinuitas pelayanan yang diperlukan pasien sedini mungkin.
12. Transfer Keluar Rumah Sakit / Rujukan
a. Melakukan konfirmasi terlebih dahulu ke Rumah Sakit yang dituju sebelum dirujuk. b. Merujuk berdasarkan atas kondisi kesehatan dan kebutuhan akan pelayanan berkelanjutan. c. Rumah Sakit menentukan Tim Medis yang bertanggung jawab selama proses rujukan serta perbekalan dan peralatan apa yang dibutuhkan selama transportasi. d. Sebelum pasien dirujuk, maka tim medis menjelaskan kepada keluarga pasien dan meminta persetujuan keluarga dengan menandatangani form inform consent . e. RSUD DOMPU hanya melakukan rujukan ke rumah sakit rujukan. f.
Proses rujukan didokumentasikan didalam rekam medis pasien.
g. Setiap pasien yang dirujuk membawa surat rujukan dan disertai dengan resume medis.
13. Penundaan Pelayanan
a. Memperhatikan kebutuhan klinis pasien pada waktu menunggu atau penundaan untuk pelayanan diagnostik dan pengobatan. b. Memberikan informasi apabila akan terjadi penundaan pelayanan atau pengobatan. c. Memberi informasi alasan penundaan atau menunggu dan memberikan informasi tentang alternatif yang tersedia sesuai dengan keperluan klinik mereka.
14. Pemulangan Pasien
a. DPJP yang bertanggung jawab atas pelayanan pasien tersebut, harus menentukan kesiapan pasien untuk dipulangkan. b. Keluarga pasien dilibatkan dalam perencanaan proses pemulangan yang terbaik atau sesuai kebutuhan pasien. c. Rencana pemulangan pasien meliputi kebutuhan pelayanan penunjang dan kelanjutan pelayanan medis (kontrol ulang).
d. Resume medis pasien pulang dibuat oleh DPJP sebelum pasien pulang. e. Resume medis berisi semua tindakan medis yang sudah dilakukan dan waktu kontrol ulang bila perlu. f. Salinan resume medis pasien pulang didokumentasikan dalam rekam medis.
15. Transportasi
a. Transportasi milik rumah sakit, harus sesuai dengan hukum dan peraturan yang
berlaku
berkenaan
dengan
pengoperasian,
kondisi
dan
pemeliharaan. b. Transportasi disediakan atau diatur sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien. c. Semua kendaraan yang dipergunakan untuk transportasi, baik kontrak maupun milik rumah sakit, dilengkapi dengan peralatan yang memadai, perbekalan dan medikamentosa sesuai dengan kebutuhan pasien yang dibawa.
16. Penolakan Pelayanan Dan Pengobatan
a. Pasien dan keluarga berhak menolak atau melanjutkan untuk dilakukan tindakan medis. b. Pihak RS wajib memberitahukan tentang konsekuensi dan tanggung jawab yang berkaitan dengan keputusan tersebut. c. Pasien dan keluarga yang menolak untuk dilakukan pelayanan medis dan pengobatan
dari Tim Medis wajib menandatangani Surat Penolakan
Tindakan Medis setelah mendapatkan informed consent dari RS. d. Posisi rumah sakit sesuai dengan norma agama dan budaya masyarakat, serta persyaratan hukum dan peraturan.
17. Pelayanan Pasien Tahap Terminal
a. Untuk meningkatkan kualitas hidup pasien Mendukung hak pasien untuk mendapatkan pelayanan yang penuh hormat dan kasih sayang pada akhir kehidupannya.
b. Perhatian terhadap kenyamanan dan martabat pasien mengarahkan semua aspek pelayanan pada tahap akhir kehidupan. c. Semua staf harus menyadari kebutuhan unik pasien pada akhir kehidupannya yaitu meliputi pengobatan terhadap gejala primer dan sekunder, manajemen nyeri, emosional,
agama
dan
respon terhadap aspek psikologis, sosial,
budaya
pasien
dan
keluarganya
serta
keterlibatannya dalam keputusan pelayanan.
18. Asesmen Pasien
a. Semua pasien yang dilayani rumah sakit harus diidentifikasi kebutuhan pelayanannya melalui suatu proses asesmen yang baku. b. Asesmen awal setiap pasien meliputi evaluasi faktor fisik, psikologis, sosial dan ekonomi, termasuk pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan. c. Hanya mereka yang kompeten
sesuai perizinan, undang-undang dan
peraturan yang berlaku dan sertifikasi dapat melakukan asesmen. d. Asesmen awal medis dilaksanakan dalam 24 jam pertama sejak rawat inap atau lebih dini/cepat sesuai kondisi pasien atau kebijakan rumah sakit. e. Asesmen awal keperawatan dilaksanakan dalam 24 jam pertama sejak rawat inap atau lebih cepat sesuai kondisi pasien atau kebijakan rumah sakit. f. Asesmen awal medis yang dilakukan sebelum pasien di rawat inap, atau sebelum tindakan pada rawat jalan di rumah sakit, tidak boleh lebih dari 30 hari, atau riwayat medis telah diperbaharui dan pemeriksaan fisik telah diulangi. g. Untuk asesmen kurang dari 30 hari, setiap perubahan kondisi pasien yang signifikan, sejak asesmen dicatat dalam rekam medis pasien pada saat masuk rawat inap. h. Asesmen awal termasuk menentukan kebutuhan rencana pemulangan pasien (discharge planning).
i. Semua pasien dilakukan asesmen ulang pada interval tertentu atas dasar kondisi dan pengobatan untuk menetapkan respons terhadap pengobatan dan untuk merencanakan pengobatan atau untuk pemulangan pasien. j. Data dan informasi asesmen pasien dianalisis dan diintegrasikan.
19. Manajemen Nutrisi :
a. Pasien di skrining untuk status gizi. b. Respon pasien terhadap terapi gizi dimonitor. c. Makanan disiapkan dan disimpan dengan cara mengurangi risiko kontaminasi dan pembusukan. d. Distribusi makanan secara tepat waktu, dan memenuhi permintaan khusus.
20. Manajemen Nyeri:
a. Semua pasien rawat inap dan rawat jalan di skrining untuk rasa sakit dan dilakukan asesmen apabila ada rasa nyerinya. b. Pasien dibantu dalam pengelolaan rasa nyeri secara efektif. c. Menyediakan pengelolaan nyeri sesuai pedoman dan protokol. d. Komunikasi dengan dan mendidik pasien dan keluarga tentang pengelolaan nyeri dan gejala dalam konteks pribadi, budaya dan kepercayaan agama masing-masing.
21. Risiko Jatuh :
a. Penerapan asesmen awal risiko pasien jatuh dan melakukan
asesmen
ulang terhadap pasien bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau pengobatan. b. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang pada hasil asesmen dianggap berisiko. c. Langkah-langkah
dimonitor
hasilnya,
baik
tentang
keberhasilan
pengurangan cedera akibat jatuh maupun dampak yang berkaitan secara tidak disengaja.
22. Komunikasi Efektif :
a. Perintah lisan dan yang melalui telepon ataupun hasil pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut. b. Perintah lisan dan melalui telpon atau hasil pemeriksaan secara lengkap dibacakan kembali oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut. c. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh individu yang memberi perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.
\
BAB III TATA LAKSANA
Proses pelayanan yang seragam 1. Tata cara asuhan rawat jalan :
a. Sebelum poliklinik dibuka, petugas menyiapkan formulir dan catatan sebagai kelengkapan dokumen Rekam Medis (RM) yang akan digunakan. b. Menerima dokumen RM dari TPPRJ (Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Jalan) dengan menandatanganinya pada buku ekspedisi. c. Mengontrol pembayaran jasa pelayanan rawat jalan yang dibawa pasien dan dicatat di buku register rawat jalan. d. Memanggil pasien secara berurutan agar tidak terjadi antrian yang panjang di ruang tunggu poliklinik yang bersangkutan. e. Melakukan pemeriksaan dan terapi bila perlu melakukan tindakan serta mencatat atau mengisi kedalam dokumen RM secara lengkap dan ditandatangani. f. Memberikan keterangan tentang penyakit kepada pasien dan diputuskan perlu dirujuk atau tidak, dirawat inap atau tidak. g. Apabila perlu dirawat inap, membuat surat perintah di rawat. h. Apabila
perlu
dilakukan
pemeriksaan
penunjang,
membuat
surat
permintaan pemeriksaan penunjang. i.
Membuat pengantar pembayaran tindakan jasa rawat jalan diserahkan kepada pasien untuk dibayarkan ke kasir.
j.
Apabila diperlukan, membuat surat keterangan sakit/ sehat dan surat keterangan kematian.
k. Mencatat identitas pasien rawat jalan ke dalam buku register poliklinik dengan nomor urut nomor RM kedalam ringkasan riwayat penyakit rawat jalan. l.
Membuat SHRJ yang diserahkan ke Unit Rekam Medik (URM), kecuali untuk pasien yang dirawat inap.
m. Menjumlahkan pembayaran jasa pelayanan poliklinik dan jasa tindakan poliklinik berdasarkan bukti pembayaran dari kasir untuk dicocokkan dengan catatan di kasir. 2. Tata cara asuhan rawat inap :
a. Petugas menerima pasien dalam melakukan pelayanan terhadap pasien harus mampu melayani dengan cepat karena mungkin pasien memerlukan penanganan segera. b. Penanganan pertama dari perawat harus mampu menaruh kepercayaan bahwa pengobatan yang diterima dimulai secara benar. c. Penanganan para dokter dan perawat yang professional akan menimbulkan kepercayaan pasien bahwa pasien tidak salah memilih rumah sakit. d. Ruang yang bersih dan nyaman, memberikan nilai tambah kepada rumah sakit. e. Peralatan yang memadai dengan operator yang professional. f. Lingkungan rumah sakit yang nyaman. 3. Tata cara asuhan penyampaian informasi asesmen pasien
a. Tim dokter menmpersilahkan masuk kedalam ruangan dokter dan mengucapkan salam kepada pasien dan keluarga pasien. b. Tim dokter menyapa pasien dengan namanya. c. Tim dokter menciptakan suasana yang nyaman untuk menyampaikan informasi asesmen kepada pasien dan keluarga pasien karena informasi yang akan diberikan adalah informasi yang penting tentang hasil asuhan dan pengobatan pasien. d. Tim dokter menjelaskan hasil tindakan medis yang dilakukan dengan memberitahukan hasil diagnosa, bahwa dari hasil pemeriksaan dan pengobatan pasien dinyatakan telah sembuh. e. Apabila hasil asuhan dan pengobatan pasien telah disampaikan, dan tidak ada lagi pertanyaan yang diajukan oleh pasien dan keluarga pasien maka dokter akan membukakan pintu, atau berdiri ketika pasien hendak pulang. f. Dokter akan memberikan resep untuk jadwal makan obat dirumah atau jadwal kontrol ulang untuk datang ke rumah sakit untuk pemeriksaan kembali.
4. Tata cara asuhan anestesia : a. Asuhan pre anestesia
1) Mampu melakukan anamnesa riwayat kesehatan pasien. 2) Melakukan pemeriksaan dan penilaian status fisik pasien. 3) Melakukan pengecekan persiapan administrasi pasien. 4) Melakukan analisa hasil pengkajian dan merumuskan masalah. 5) Mampu menyusun rencana tindakan pelayanan pre anestesi. 6) Mampu melaksanakan tindakan perawatan pre anestesi. 7) Mampu berkolaborasi dalam melakukan tindakan pelayanan pre anestesi. 8) Mempersiapkan pasien dan keluarga dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan. b. Asuhan tindakan anestesia
1) Mampu membuat perencanaan teknik anestesi. 2) Mampu melaksanakan teknik anestesi. 3) Mampu melakukan pemasangan alat monitoring invasif dan noninvasif. 4) Mampu melakukan intubasi. 5) Mampu melakukan pemberian obat anestesi. 6) Mampu melakukan pemberian obat tambahan dan cairan sesuai kebutuhan pasien. 7) Mampu mengidentifikasi kebutuhan posisi fisiologis normal selama tindakan pembedahan. 8) Mampu mengatasi gangguan yang timbul akibat anestesi atau pembedahan. 9) Mampu melakukan pemeliharaan jalan nafas selama masa intra anestesi. 10) Mampu melakukan pemasangan alat ventilasi mekanik. 11) Mampu melakukan pemasangan alat nebulizer. 12) Mampu melaksanakan tindakan untuk mengatasi kondisi gawat darurat di meja operasi. 13) Mampu melaksanakan tindakan pengakhiran anestesi.
14) Mampu melakukan pencegahan komplikasi pengakhiran anestesi. 15) Mampu mengatasi komplikasi pengakhiran anestesi 16) Mampu berkolaborasi dalam melakukan tindakan intra anestesi.
c. Asuhan pasca anestesia
1) Mampu menentukan kebutuhan pelayanan lanjutan pasca anestesi regional. 2) Mampu menentukan kebutuhan perawatan lanjutan pasca anestesi umum. 3) Mampu melakukan kolaborasi pada tindakan manajemn nyeri. 4) Mampu melaksanakan tindakan untuk mengatasi kondisi gawat daurat di ruangan pemulihan. 5) Mampu melakukan perawatan pasca anestesi pada pasien dengan tindakan anestesi regional. 6) Mampu melakukan perawatan anestesi pada pasien dengan tindakan anestesi umum. 7) Mampu menentukan kondisi pasien pasca anestesi untuk pindah ke ruang perawatan. 8) Mampu berkolaborasi dalam melakukan asuhan keperawatan pasca anestesi. 9) Mampu mendokumentasikan tindakan keperawatan yang dilakukan.
BAB IV DOKUMENTASI
Asuhan pasien yang seragam di seluruh rumah sakit merupakan proses pelayanan yang dilakukan oleh seluruh rumah sakit kepada pasien untuk memenuhi kebutuhan pasien seperti asuhan rawat jalan, rawat inap, penyampaian informasi asesmen pasien, dan asuhan anestesia yang diberikan RSUD Dompu pada asuhan pasien melalui tim medis. Buku panduan asuhan pasien yang seragam didampingi dengan dokumen sebagai berikut : Dokumen Regulasi
a. Kebijakan Asuhan Pasien Yang Seragam b. Panduan Asuhan Pasien Yang Seragam c. SPO Asuhan Pasien Yang Seragam Demikian buku panduan ini dibuat untuk pedoman asuhan pasien yang ser agam di RSUD Dompu. Maka segala pelayanan pasien wajib berdasarkan buku pedoman ini terhitung setelah ditandatangani oleh Direktur RSUD Dompu.
Ditetapkan
: Dompu
Tanggal
:
Agustus 2017
Direktur RSUD Dompu
dr. H. Syafruddin NIP. 19691201 200212 1 005
View more...
Comments