Panduan ASESMEN
July 10, 2018 | Author: Yudhistira Pandhu Admadja | Category: N/A
Short Description
Download Panduan ASESMEN...
Description
Panduan
Asesmen Pasien
ASESMEN PASIEN
1
1. TUJUAN •
pengumpu pengumpulan lan data data yang yang kompr komprehen ehensif sif untuk untuk menil menilai ai kondi kondisi si dan masala masalah h pasie pasien n
•
identifikasi kondisi yang mengancam nyawa
•
intervensi segera
•
tatalaksana cedera yang tidak mengancam nyawa dan manajemen transfer
2. PENGERTIAN •
pasien: pasien: adalah adalah serangka serangkaian ian proses proses yang yang berlangs berlangsung ung sejak sejak dari fase fase prepre-rumah
asesmen
sakit
hingga manajemen pasien di rumah sakit.2 •
asesmen tempat kejadian: suatu tindakan yang dilakukan oleh paramedis saat tiba di tempat kejadian.
•
asesmen awal: suatu proses untuk mengidentifikasi dan menangani kondisi yang mengancam nyawa, berfokus pada tingkat kesadaran pasien, stabilisasi leher dan tulang belakang, menjaga patensi patensi jalan jalan napas napas,, perna pernapasa pasan, n, dan dan sirk sirkula ulasi. si.
•
Asesmen segera-kasus
trauma: dilakukan terhadap pasien yang yang mengalami cedera signifikan
untuk mengidentifikasi cedera yang berpotensi mengancam nyawa. Perkirakan juga derajat keparahan cedera, tentukan metode transfer, dan pertimbangkan Bantuan Hidup Lanjut. •
Yang dimaksud dimaksud dengan cedera signifikan adalah tabrakan motor; tabrakan mobilmobil- pejalan pejalan kaki; kaki; penetra penetrasi si pada pada kepala, kepala, dada, dada, atau perut perut;; terjatu terjatuh h melebihi melebihi jara jarak k 6 6 meter (dewasa) dan 3 meter (anak).
•
Asesemen segera-kasus
medis: dilakukan terhadap pasien yang tidak sadar, delirium, atau
disorientasi; berupa identifikasi segera kondisi yang berpotensi mengancam nyawa. •
Asesmen terfokus-kasus trauma: trauma: dilakukan
terhadap pasien yang tidak mengalami cedera
signifikan, dan telah dipastikan tidak memiliki cedera yang dapat mengancam
nyawa.
Berfokus pada keluhan utama pasien. •
Asesmen terfokus-kasus
medis: dilakukan pada pasien yang sadar, memiliki orientasi baik,
dan tidak mempunyai kondisi yang mengancam nyawa. Berfokus pada keluhan utama pasien. •
Asesmen
secara mendetail: hanya dilakukan jika terdapat jeda waktu di tempat kejadian saat
menunggu ambulans tiba atau pada saat transfer ke rumah sakit. Pemeriksaan dilakukan dari
kepalakepala-kaki untuk mengidentifikasi masalah yang tidak mengancam nyawa yang dimiliki oleh pasien pasien.. •
Asesmen
berkelanjutan:
dilakukan selama transfer terhadap semua pasien, untuk
mengidentifikasi adanya perubahan pada kondisi pasien, berupa perburukan/perbaikan 3
kondisi.
3. URUTAN URUTAN ASESMEN PASIEN Urutan
1
asesmen ini diterapkan pada seluruh pasien tanpa kecuali. Ase smen ini terbagi menjadi 5
bagian, bagian, yaitu: yaitu: a. b.
A.
Asesmen tempat kejadian Asesmen awal
c.
Asesmen segera dan terfokus
d.
Asesmen secara mendetail
e.
Asesmen berkelanjutan
ASESMEN TEMPAT KEJADIAN
a)
4
Amankan area
b) Gunakan alat pelindung diri c) Kenali bahaya dan hindari cedera lebih lanjut d) Panggil bantuan (ambulans, polisi, pemadam kebakaran) e) Observasi posisi pasien f)
Identifikasi mekanisme cedera
g) Pertimbangkan stabilisasi leher dan tulang belakang h)
B.
Rencanakan strategi
untuk melindungi bar ang ang bukti dari tempat kejadian.
ASESMEN ASESM EN AW AWAL
a)
Keadaan umum:
i. ii. iii. b)
identifikasi keluhan utama / mekanisme cedera tentukan status kesadaran (dengan temukan dan atasi kondisi
Jalan napas:
Glasgow Coma ScaleScale-GCS GCS) dan orientasi
yang mengancam nyawa3
i. pastik pastikan an patensi patensi jalan napas (head thrust pada pada pasien pasien trauma trauma). ). dan jaw thrust
pada tilt dan chin-lift pada
pasien pasien kasus kasus medik, medik,
5
ii. fiksasi leher dan tulang belakang pada pasien pasien dengan risiko cedera spinal iii. identifikasi adanya tanda sumbatan jalan napas (muntah, perdarahan, gigi patah patah/hilang, /hilang, trauma wajah) iv. gunakan oropharyng eal eal airway (OPA) / nasopharyngeal airway (NPA) jika perlu. perlu.4 c) Pernapasan:4 i. lihat (look), ok), dengar (listen) (listen),, rasakan ( fee ( feel) l); nilai ventilasi dan oksigenasi ii. buka baju dan observa observasi si pergera pergerakan kan dinding dinding dada; dada; nilai nilai kecepata kecepatan n
dan
kedalaman napas iii. nilai ulang status kesadaran iv. berikan berikan interve intervensi nsi jika jika vent ventila ilasi si dan dan atau atau oksige oksigenasi nasi tidak tidak adekuat adekuat(pernapasan (pernapasan < 12x/menit), 12x/menit), berupa: oksigen tambahan, kantung pernapasan (bag (bag -valve mask), intubasi setelah ventilasi inisial (jika perlu). Jangan menunda defibrilasi (jika diperlukan). diperlukan). v. Identifikasi dan atasi masalah pernapas an lainnya yang mengancam nyawa d)
Sirkulasi:
i.
Jantung-Paru Nilai Nilai nadi dan mulai Resusitasi Jantung-
(RJP) jika diperlukan
1. Jika pasien tidak sadar, nilai arteri karotis 2. Jika pasien sadar, nilai arteri radialis dan bandingkan dengan arteri karotis
3. Untuk pasien usia ≤ 1 tahun, nilai arteri brakialis3 ii. Atasi perdarahan yang mengancam nyawa dengan memberi tekanan langsung (direct pressure) dengan kassa bersih. iii. Palpasi arteri radialis: nilai kualitas (lemah/kuat), kecepatan denyut (lambat, normal, cepat), teratur atau tidak. iv. Identifikasi tanda hipoperfusi / hipoksia ( capillary refill warna kulit, ,
ulang status kesadaran). Atasi hipoperfusi yang terjadi.4 e) Identifikasi prioritas pasien: kritis, tidak stabil, berpotensi tidak sta bil, bil, stab stabil. il.
nilai
i. Pada pasien trauma yang mempunyai mekanisme cedera signifikan, lakukan asesmen segera-kasus trauma dan imobilisasi spinal.
ii. Pada pasien medis yang tidak sadar, lakukan asesmen segerasegera-kasus medis4
C.
ASESMEN SEGERA DAN DAN TERFOKUS
a) Asesmen segera:
dilakukan
5
pada pasien pasien yang mengalam mengalamii mekanis mekanisme me cedera cedera
signifikan atau pasien medis yang tidak sadar di tempat kejadian sambil mempersiapkan transfer pasien. i.
Kasus Medis – Tidak Sadar
1. Pertahankan patensi jalan napas 2. Periksa kepala, leher, dada, abdomen, pel vis, anggota gerak, dan tubuh bagian bagian bela belakang kang 3. Nilai Nilai tanda tanda vital: vital: tekan tekanan an darah darah,, nadi nadi,, pern pernap apasa asan, n, suhu, suhu, warna warna 4.
Nilai Nilai SAMPLE: SAMPLE:
a.
sign S = sign
& symptoms - tanda dan gejala, keluhan utama
b. A = alergi c.
M = medikasi / obat-obatan
d. P = penelusuran riwayat penyakit terkait e.
L = last oral intake
/ menstr menstrual ual perio period d – – asupan makanan
terkini / periode mestruasi terakhir f.
E = etiologi
penyakit
5. Inisiasi intervensi yang sesuai 6. Transfer sesegera mungkin 7. Lakukan pemeriksaan fisik menyeluruh 8. Lakukan asesmen berkelanjutan ii.
Trauma
1.
an Dilakuk an
pada pasien, baik sadar maupun tidak sadar, yang
mengalami mekanisme cedera signifikan untuk mengidentifikasi cedera yang mengancam nyawa. 2. Imobilisasi spinal dengan collar -neck 3. Nilai Nilai status status kesadar kesadaran an denga dengan n GCS GCS
4.
Periksa
kepala, leher, dada, abdomen, pel vis, anggota gerak, dan
punggung punggung belakan belakang; g; mengguna menggunakan kan DCAP-BTLS: a. b. c.
D = deformitas
– kontusio / krepitasi C = contusions – kontusio A = abrasi
d. P = penetrasi / gerakan par gerakan parad adoks oks e.
B = burns – luka bakar
f.
– nyeri T = tenderness – nyeri
g.
L = laserasi
h.
swelling g – – bengkak bengkak S = swellin
5.
Nilai Nilai tanda tanda vital: tekanan darah, nadi,
6.
Nilai Nilai SAMPLE SAMPLE
pernapasan, suhu, warna.
7. Inisiasi intervensi yang sesuai 8. Transfer sesegera mungkin 9. Lakukan asesmen berkelanjutan
b)
Asesmen terfokus:
dilakukan pada pasien medis yang sadar atau pasien yang tidak
mengalami mekanisme cedera signifikan, dengan fokus pada keluhan utama pasien dan pemeriksaan fisik terkait . i.
Kasus Medis
1. Asesmen berfokus pada keluhan utama 2. telusuri riwayat penyakit sekarang (onset, pemicu, kualitas, penjalaran nyeri, derajat keparahan, durasi) 3.
nilai SAMPLE
4. nilai tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, warna. 5. Inisiasi intervensi yang sesuai 6. Transfer sesegera mungkin 7. Lakukan pemeriksaan fisik menyeluruh 8. Lakukan asesmen berkelanjutan ii.
Trauma
1. Pemeriksaan berfokus pada area/ bagian tubuh yang mengalami cedera dengan menggunakan DCAPDCAP-BTLS 2. nilai tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, warna. 3.
nilai SAMPLE
4. Inisiasi intervensi yang sesuai 5. Transfer sesegera mungkin 6. Lakukan pemeriksaan fisik menyeluruh 7. Lakukan asesmen berkelanjutan
D.
ASESMEN SECARA MENDETAIL
Pemeriksaan dilakukan secara
5
menyeluruh dan sistematis untuk mengidentifikasi masalah
yang tidak mengancam nyawa pada pasien tetapi dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas.
a)
Nilai Nilai tanda tanda vital vital
b) Kepala dan wajah: i. Inspeksi: deformitas, asimetris, perdarahan ii. Palpasi: deformitas, nyeri, krepitasi iii. Nilai Nilai ulang potensi potensi sumbatan sumbatan jalan napas: napas: gigi gigi palsu, palsu, perdarah perdarahan, an, gigi patah, muntah, tidak adanya refleks batuk batuk iv.
Mata: isokoritas dan refleks
cahaya pup cahaya pupil il,, benda asing, lensa kontak
v. Hidung: deformitas, deformitas, perdarahan , sekret ret, hematoma di belakang telinga ( Battle vi. Telinga: perdarahan, perdarah an, sek ret, Battle’’s sign sign))
c)
Leher:
i. Nilai Nilai ulang ulang deform deformita itass dan dan nyer nyeri, i, jika jika pasie pasien n tidak tidak diimobi diimobilis lisasi asi ii. Inspeksi adanya luka, distensi vena jugularis, penggunaan otot bantu napas, peruba perubah han suara. iii. Palpasi adanya krepitasi, pergeseran posisi trakea d)
Dada:
i. Inspeksi adanya luka, pergerakan dinding dada, penggunaaan otot bantu napas ii. Palpasi adanya nyeri, luka, fraktur, krepitasi, ekspansi paru
iii. Perintahkan pasien untuk menarik napas dalam; inspe ksi adanya nyeri, kesimetrisan, keluarnya udara dari luka. iv. Auskultasi: ronki, mengi (wheezing (wheezing ), ), penurunan suara napas pokok. e)
Abdomen:
i. Inspeksi: luka, hematoma, distensi ii. Palpasi semua kuadran: nyeri, defans muskular f)
Pelvis dan
genitourinarius:
i. Palpasi dan tekan tekan kedua spina iliaka anterior superior (SIAS) secara bersa bersamaan
untuk menilai adanya nyeri, instabilitas, atau krepitasi
ii. Inspeksi dan palpasi: inkontinensia, priapismus, darah di meatus uretra iii. Palpasi denyut arteri femoralis g)
Anggota
gerak :
protrusi usion on), simetris i. Inspeksi: angulasi, penonjolan tulang abnormal ( protr
ii. Palpasi: nyeri, krepitasi iii. Nilai Nilai nadi nadi distal distal:: intens intensita itass (kuat/ (kuat/lem lemah) ah),, teratu teraturr, kecep kecepata atan n (lamba (lambat, t, normal normal,, cepat) iv. Nilai Nilai sensas sensasii (sar (saraf af sensor sensorik) ik) v. Nilai Nilai adanya adanya kelemah kelemahan an / parese parese (jika (jika tidak tidak ada kecurigaan fraktur): perint perintahka ahkan n pasie pasien n untuk untuk meremas meremas tangan tangan pemerik pemeriksa sa vi. Nilai Nilai perg pergerak erakan an anggo anggota ta gera gerak k (jika (jika tidak tidak ada ada kecur kecurigaa igaan n frakt fraktur) ur) h) Punggung: i. Imobilisasi jika ada kecurigaan cedera tulang belakang. ii. Palpasi: luka, fraktur, nyeri iii. Nilai Nilai ulang ulang fungsi fungsi motori motorik k dan sensorik pasien
E.
ASESMEN BERKELANJUT BE RKELANJUTAN AN
a)
pada Dilakukan pada
5
semu semuaa pasi pasien en saat saat tran transfe sferr ke ke ruma rumah h sak sakit it
b) Tujuan: i. menilai adanya perubahan pada kondisi pasien yang mungkin membutuhkan intervensi tambahan
ii. mengevaluasi efektifitas intervensi sebelumnya
iii.
menilai ulang
temuan klinis sebelumnya
c) Pada pasien stabil: ulangi dan catat asesmen awal setiap 15 menit d) Pada pasien tidak stabil: stabil : ulangi dan catat asesmen awal setiap 5 menit i. Nilai Nilai ulang ulang status status kesadara kesadaran n ii. Pertahankan patensi jalan napas iii. Pantau kecepatan dan kualit as pernapasan iv. Nilai Nilai ulang ulang kecepata kecepatan n dan dan kuali kualitas tas denyut denyut nadi v.
Pantau warna dan suhu kulit
vi. Nilai Nilai ulang ulang dan catat catat tanda tanda vital vital e) Ulangi asesmen terfokus sesuai dengan keluhan pasien f)
Periksa intervensi:
i. Pastikan pemberian oksigen adekuat ii. Manajemen perdarahan iii.
Pastikan
intervensi lainnya adekuat
4. ASESEMEN PEDIA PEDI ATRIK •
Penting untuk melakukan pemeriksaan sistematis karena anak sering tidak dapat mengungkapkan keluhannya secara verbal.
•
Amati adanya pergerakan spontan pasien terhadap area tertentu yang dilindungi.
•
Tahapan asesmen berupa: a)
Keadaan umum:
i.
tingkat kesadaran, kontak mata, perhatian terhadap lingkungan sekitar
ii.
tonus otot: normal, meningkat, menurun / flaksid
iii.
respons kepada orang tua / pengasuh: gelisah, menyenangkan
b) kepala: i. ii.
tanda trauma
(jika ubun-ubun besar (jika
masih terbuka): cekung atau menonjol
c) wajah:
d)
i.
pupil: pupil: ukuran, ukuran, kesime kesimetri trisan, san, reflek reflekss cahaya cahaya
ii.
hidrasi: air mata, kelembaban kelembaban mukosa mulut
leher: kaku kuduk
e)
dada:
i.
stridor, retraksi sela iga, peningkatan usaha napas
ii.
auskultasi: suara napas meningkat/menurun, simetris kiri dan kanan, ronki, mengi (wheezing (wheezing ); ); bunyi jantung: regular, kecepatan, murmur
f) abdomen: distensi, kaku, nyeri, hematoma g) anggota gerak: i.
nadi brakialis
ii.
tanda trauma
iii.
tonus otot, pergerakan simetris
iv.
suhu dan warna kulit, capillary refill
v.
nyeri, ger akan akan terbatas akibat nyeri
h) pemeri pemeriksaa ksaan n neurol neurologi ogis5 s5
NEUROLOGIS S 5 ASESMEN NEUROLOGI .
•
Dilakukan pada pasien dengan cedera kepala atau gangguan neurologis.
•
Pemeriksaaan status neurologi awal digunakan sebagai dasar untuk memantau kondisi pasien selanjutnya
•
Tahapan asesmen berupa: a) Tanda vital: nilai keadekuatan ventilasi (kedalaman, kecepatan, keteraturan, usaha napas) b)
Mata:
ukuran dan refleks cahaya pupil
c) Pergerakan: apakah keempat ekstremitas bergerak simetris d) Sensasi: nilai adanya sensasi abnormal (curiga cedera s pinal) pinal) e) Status kesadaran menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS):
secara
akurat
menggambarkan fungsi serebri. i.
Pada anak kecil, GCS sulit dilakukan. Anak yang kesadarannya baik dapat memfokuskan pandangan mata dan mengikuti gerakan tangan pemeriksa, merespons terhadap stimulus yang diberikan, memiliki tonus otot normal dan
tangisan normal.
Glasgow Coma Scale Dewasa Mata
Verbal
Pergerakan
Terbuka spontan
4
Terbuka saat dipanggil/diperintahkan
3
Terbuka terhadap
2
rangsang nyeri
Tidak merespons
1
Orientasi baik
5
Disorientasi / bingung
4
Jawaban tidak sesuai
3
Suara yang tidak dapat dimengerti (erangan, teriakan)
2
Tidak merespons
1
Mengikuti perintah
6
Melokalisasi nyeri
5
Menarik diri (withdraw) dari rangsang nyeri
4
Fleksi abnormal
3
anggota gerak terhadap rangsang nyeri
Ekstensi abnormal
anggota gerak terhadap rangsang nyeri
Tidak merespons
Total skor: mata + verbal + pergerakan = 3 - 15 •
Skor 13 – 15
•
Skor 9 – 12
= ringan = sedang
•
Skor 3 – 9
= berat
2 1
Glasgow Coma Scale Anak > usia 2 tahun Mata
Verbal
< usia 2 tahun
skor
Terbuka spontan
Terbuka spontan
4
Terbuka terhadap suara
Terbuka saat dipanggil
3
Terbuka terhadap rangsang nyeri
Terbuka terhadap rangsang nyeri
2
Tidak merespons
Tidak merespons
1
Orientasi baik
Berceloteh
5
Disorientasi / bingung
Menangis, gelisah
4
Jawaban tidak sesuai
Menangis terhadap rangsang nyeri
3
Merintih, mengerang
2
Tidak merespons
Tidak merespons
1
Mengikuti perintah
Pergerakan normal
6
Melokalisasi nyeri
Menarik diri (withdraw) terhadap sentuhan
5
Menarik diri (withdraw) dari rangsang
Menarik diri (withdraw) dari rangsang
4
nyeri
nyeri
Fleksi abnormal anggota gerak terhadap
Fleksi abnormal anggota gerak terhadap
rangsang nyeri
rangsang nyeri
Ekstensi abnormal anggota gerak terhadap
Ekstensi abnormal anggota gerak terhadap
rangsang nyeri
rangsang nyeri
Tidak merespons
Tidak merespons
Suara
yang
tidak
dapat
dimengerti
(erangan, teriakan)
Pergerakan
3
2
1
Total skor: mata + verbal + pergerakan = 3 - 15 •
Skor 13 – 15
•
Skor 9 – 12
= ringan = sedang
•
Skor 3 – 9
= berat
6. ASESMEN STA STATUS NUTRISI •
6
alnutrition Universal Screening Tool Status nutrisi dinilai dengan menggunakan kriteria M alnutrition (MUST), yang betujuan untuk mengidentifikasi dan menatalaksana pasien pasien dewasa yang
mengalami gizi buruk, kurang gizi, atau obesitas. •
Kelima langkah MUST adalah sebagai berikut:
(IMT) pasien ien denga dengan n menggun menggunakan akan kurva kurva di a) Langkah 1: hitung Indeks Massa Tubuh (IMT) pas bawah bawah ini ini dan berikanlah skor .
Pengukuran alternatif: i.
Jika
tinggi badan badan tidak tidak dapat dapat diukur diukur,, gunakan gunakan pengukur pengukuran an panjang panjang leng lengan
bawah bawah (ulna) (ulna) untuk untuk memper memperkir kiraka akan n tinggi badan dengan menggunakan tabel di bawah ini.
ii.
Untuk memperkirakan
IMT, dapat menggunakan pengukuran lingkar lengan
atas (LLA). o
kiri pas pasien ien harus harus dite ditekuk kuk 90 terhadap siku, dengan − Lengan bawah sisi kiri lengan atas paralel di sisi tubuh. Ukur jarak antara tonjolan tulang bahu (akrom (akromion) ion) dengan dengan siku siku (olekra (olekranon) non).. Tanda Tandaii titi titik k tenga tengahnya hnya..
− Perintahkan pasien untuk merelaksasikan lengan atasnya, ukur lingkar lengan atas di titik tengah, pastikan pita pengukur tidak terlalu menempel terlalu ketat
− LLA < 23,5 cm = perkiraan IMT < 20 kg/m2 − LLA > 32 cm = perkiraan IMT > 30 kg/m2
b) Langkah
2:
nilai persentase kehilangan
berat berat badan badan
menggunakan tabel di bawah ini, dan berikanlah skor .
yang tak
direncanakan
c) Langkah 3: nilai adanya efek/pengaruh akut dari penyakit yang diderita pasien, dan berikan berikan skor skor (rentang
antara 00-2). Sebagai contoh, jika pasien sedang mengalami
penyakit penyakit akut akut dan sangat sediki sedikitt / tidak tidak terdapat terdapat asupan asupan makanan makanan > 5 hari, diberik diberikan an skor 2.
d) Langkah 4: tambahkan skor yang diperoleh dari langkah 1, 2, dan 3 untuk
menilai
adanya risiko malnutrisi. i.
Skor 0
= r isiko
ii.
Skor 1
= risiko sedang
Skor ≥ 2
= risiko tinggi
iii. e)
Lan La ngkah
rendah
gunakan panduan uan tatalaks tatalaksana ana untuk merenca merencanaka nakan n strategi strategi keperaw keperawata atan n 5: gunakan pand
berikut berikut ini. ini.
i.
Risiko rendah
pada pasien pasien di rumah rumah sakit sakit (tiap (tiap − Perawatan rutin: ulangi skrining pada minggu), pada pasien rawat jalan (tiap bulan), masyarakat umum dengan usia > 75 tahun (tiap tahun). ii.
Risiko sedang
−
Observasi: o
Catat asupan makanan selama 3 hari
o
Jika asupan adekuat, ulangi skrining: pasien di rumah sakit (tiap minggu), pada pasien rawat jalan (tiap bulan), masyarakat umum (tiap 22-3 bulan).
o
Jika tidak adekuat, rencanakan strategi untuk perbaikan dan peningka peningkatan tan asupan asupan nutris nutrisi, i, pantau pantau dan kaji ulang ulang progra program m pembe pemberia rian n nutr nutrisi isi secara secara teratu teraturr.
iii.
Risiko tinggi
−
Tatalaksana: o
Rujuk ke ahli gizi
o
Perbaiki dan tingkatkan asupan nutrisi
o
Pantau dan kaji ulang program pemberian nutrisi: pada pasien di rumah sakit (tiap minggu), pada pasien rawat jalan (tiap bulan) bulan),, masyar masyarakat akat umum umum (tia (tiap p bulan) bulan)..
•
Untuk semua kategori: a)
penyakitt Atasi penyaki
yang yang menda mendasar sarii dan dan berik berikan an saran saran dalam dalam pemil pemiliha ihan n jenis jenis makanan makanan
b) Catat kategori risiko malnutrisi c) Catat kebutuhan akan diet khusus dan ikuti kebijakan setempat.
7. ASESMEN RISIKO JATUH •
7
Faktor predisposisi untuk risiko jatuh:
Dapat diperkirakan
Intrinsik (berhubungan (berhubungan dengan kondisi pasien) pasien) Riwayat jatuh sebelumnya
•
•
Inkontinensia
•
•
Gangguan kognitif/psikologis kognitif/psikologis Gangguan keseimbangan/mobilitas keseimbangan/mobilitas
•
Usia > 65 tahun
•
Osteoporosis Status kesehatan yang buruk
•
•
• •
•
• • • •
Tidak dapat diperkirakan
• • •
• •
•
Kejang Aritmia jantung Stroke atau Serangan Iskemik Sementara (Transient Ischaemic Attack Attack -TIA) Pingsan ck ) Drop At t tack Serangan jatuh’ ( Drop a ‘
Etiologi jatuh: a) Ketidaksengajaaan: 31% b) Gangguan gaya berjalan / keseimbangan: 17% c) Vertigo: 13% d) Serangan jatuh (drop (drop attack ): ): 10% e) Gangguan kognitif: 4% f) Hipotensi postural: 3% g) Gangguan visus: 3% h)
Tidak diketahui: 18%
•
Ekstrinsik (berhubungan dengan lingkungan) Lantai basah/sil basah/silau, au, ruang berantaka berantakan, n, pencahay pencahayaan aan kurang, kurang, kabel kabel longgar/lepas Alas kaki tidak pas Dudukan toilet yang rendah Kursi atau tempat tidur beroda Rawat inap berkepanjangan Peralatan yang tidak aman Peralatan rusak
Tempat tidur posisi posisi tinggi
ditinggalkan
dalam
Reaksi individu terhadap obatobat-obatan
•
Asesmen risiko jatuh menggunakan Morse Morse Fall Fall Scale Scale (Skala Jatuh Morse) sebagai berikut.
faktor risiko
skala
riwayat jatuh
poin
ya
25
tidak
0
diagnosis sekunder ( ≥ 2 diagnosis medis)
ya
15
tidak
0
alat bantu
Berpegangan pada perabot
30
tongkat/alat penopang
15
tidak ada/kursi roda/perawat/tirah baring
0
ya
20
tidak
0
terganggu
20
lemah
10
normal/tirah baring/imobilisasi baring/imobi lisasi
0
terpasang infus gaya berjalan
status mental
sering lupa akan keterbatasan yang dimiliki
15
sadar akan kemampuan diri sendiri
0
skor pasien
Total
Kategori: Risiko tinggi
= ≥ 45
Risiko sedang
= 25 – 44
Risiko rendah = 0 - 24
•
Setiap pasien akan dinilai ulang dan dicatat kategori risiko jatuh dua kali sehari, saat transfer ke unit lain, dan saat terdapat perubahan kondisi pasien.
•
Untuk mengubah
kategori dari risiko tinggi ke risiko rendah, diperlukan skor < 25 dalam 2
kali pemeriksaan berturutberturut -turut. •
Pencegahan risiko jatuh: a) Tindakan pencegahan umum (untuk semua kategori): i.
Lakukan orientasi kamar inap kepada pasien
ii.
Posisi tempat tidur rendah, roda terkunci, kedua si si pegangan tempat tidur tepasang dengan baik
iii.
Ruangan rapi
iv.
benda Benda- benda
pribadi pribadi berada berada dalam dalam jangkau jangkauan an (telep (telepon on genggam genggam,, tombol tombol
panggil panggilan, an, air minum, minum, kacamata kacamata))
v.
Pencahayaan yang adekuat (disesuaikan dengan kebutuhan pasien)
vi.
Alat bantu berada dalam jangkauan (tongkat, alat penopang)
vii.
Optimalisasi penggunaan kacamata dan alat bantu dengar (pastikan bersih dan berfung berfungsi) si)
viii.
Pantau efek obat-obatan
ix.
Sediakan dukungan emosional dan psikologis
x.
Beri edukasi mengenai pencegahan jatuh pada pasien dan keuarga
b) Kategori risiko risiko tinggi: lakukan tindakan pencegahan umum dan hal-hal berikut ini. i.
Beri tulisan di depan kamar pasien ‘Pencegahan Jatuh’
ii.
Beri penanda berupa gelang berwarna kuning yang dipakaikan di pergelangan tangan pasien
iii.
Sandal anti-licin
iv.
Tawarkan bantuan ke kamar mandi
v. vi.
/ penggunaan pispot
Kunjungi dan amati pas amati pasien ien setiap setiap 2 jam jam oleh petugas medis Nilai Nilai kebut kebutuhan uhan akan: akan: •
Fisioterapi dan terapi okupasi
•
Alarm tempat tidur
•
Lokasi kamar tidur berdekatan dengan pos perawat (nurse station)
8. ASESMEN NYERI •
Perawat atau dokter melakukan
asesmen awal mengenai nyeri terhadap semua pasien yang
datang ke bagian IGD, poliklinik, ataupun pasien rawat inap.8 •
Numeric Rating Rating Scale Scale Asesmen nyeri dapat menggunakan Numeric
a) Indikasi: digunakan pada pasien dewasa dan anak berusia > 9 tahun yang dapat menggunakan angka untuk melambangkan intensitas nyeri yang dirasakannya. b) Instruksi: pasien akan ditanya mengenai intensitas nyeri yang dirasakan dan dilambangkan dengan angka antara 0 – 0 – 10. i.
0 = tidak nyeri
ii.
– 3 1 – 3
= nyeri ringan (sedikit mengganggu aktivitas sehari-hari)
iii.
– 6 4 – 6
= nyeri sedang (gangguan nyata terhadap aktivitas seharisehari-hari)
iv.
– 10 7 – 10
= nyeri berat (tidak dapat melakukan aktivitas seharisehari-hari)9
c) Pada pasien yang tidak dapat menggambarkan intensitas nyerinya dengan angka, gunakan asesmen
Wong
Baker FACES Pain Pain
Scale Scale
(gambar wajah tersenyum –
– menangis) cemberut – menangis) •
Perawat menanyakan mengenai faktor yang memperberat dan memperingan nyeri kepada pasien pasien
•
Tanyakan juga mengenai deskripsi nyeri: a) lokasi nyeri b) kualitas dan atau pola penjalaran / penyebaran c) onset, durasi, dan faktor pemicu d) riwayat penanganan nyeri sebelumnya dan efektifitasnya e) efek nyeri terhadap aktivitas seharisehari-hari f)
•
obat-obatan
yang dikonsumsi pasien10
Pada pasien dalam pengaruh obat anestesi atau dalam kondisi sedasi sedang, asesmen dan penangan penanganan an nyeri nyeri dilakuk dilakukan an saat pasien pasien menunjuk menunjukkan kan respon respon berupa berupa ekspres ekspresii tubuh tubuh atau atau verbal akan rasa nyeri.
•
Asesmen ulang nyeri: dilakukan pada pasien yang dirawat lebih dari beberapa jam dan menunjukkan adanya rasa nyeri, sebagai berikut: a)
Lakukan asesmen
nyeri yang komprensif setiap kali melakukan pemeriksaan fisik
pada pada pasie pasien n b) Dilakukan pada: pasien pasien yang mengeluh mengeluh nyeri, nyeri, 1 jam setelah tatalaksana nyeri, setiap empat jam (pada pasien pasien yang sadar/ bangun), pasien yang menjalani prosedur menyakitkan, sebelum transfer pasien, dan sebelum pasien pulang dari rumah sakit. c) Pada pasien yang mengalami nyeri kardiak (jantung), lakukan asesmen ulang setiap 5 menit setelah pemberian nitrat atau obat -obat intravena d) Pada nyeri akut / kronik, lakukan asesmen ulang tiap 30
menit – 1
jam setelah
pemberi pemberian an obat obat nyeri. nyeri. •
Tatalaksana nyeri: a) Berikan analgesik sesuai dengan anjuran dokter b) Perawat secara rutin (setiap 4 jam) mengevaluasi tatalaksana nyeri kepada pasien yang sadar / bangun10
c) Tatalaksana nyeri diberikan pada intensitas intensitas nyeri
≥
4. Asesmen dilakukan tiap 1 jam
setelah tatalaksana nyeri sampai intensitas nyeri ≤ 3.8 d) Sebisa mungkin, berikan analgesik melalui jalur yang paling tidak menimbulkan nyeri e) Nilai Nilai ulang ulang efektif efektifita itass pengo pengobata batan n f)
Tatalaksana non no n-farmakologi:
i.
Berikan heat / cold pack
ii.
Lakan reposisi, mobilisasi yang dapat ditoleransi oleh pasien
iii.
Latihan relaksasi, seperti tarik napas dalam, bernapas dengan irama / pola teratur, dan atau meditasi pernapasan yang menenangkan
iv. •
Distraksi / pengalih perhatian10
Berikan edukasi kepada
pasien dan keluarga mengenai:
a) Faktor psikologis yang dapat menjadi penyebab nyeri b) Menenangkan ketakutan pasien c) Tatalaksana nyeri ny eri d) Anjurkan untuk segera melaporkan kepada petugas jika merasa nyeri sebelum rasa nyeri tersebut bertambah parah
9 ASESMEN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT .
•
Merupakan asesmen yang mendasar dan mendasar dan penting dalam langkah perawatan pasien.
•
Perawat memeriksa pasien dari kepala hingga kaki dan membuat asesmen awal.
•
Asesmen awal merupakan pegangan bagi perawat lain dalam memantau perkembangan perkembangan pasien, pasien, menyorot menyorot masalah masalah--masalah yang dimiliki pasien dan merencanakan strategi perawatan tan.. ke perawa
•
Contoh formulir rekam medik saat pasien masuk rumah sakit terdapat di
lampiran.
11
REFERENSI
1. Lucas County Emergency Medical Services. Tab 600: pre-hospital patient
assessment. Ohio:
Toledo; 2010.
2. Montana State Hospital Policy and Procedure. Procedure. Patient assessment policy; 2009. 3.
Patient assessment definitions.
4. San Mateo County EMS Agency. Patient assessment, routine medical car e, e, primary and secondary survey; 2009. 5.
Denver Paramedic Division. Division. Pre-hospital
protocols;
2012.
6. Malnitrition Advisory Group: Group: a Standing Commitees of BAPEN. Malnutrition
Universal
Screening Tool (MUST); 2010. 7. Sizewise. Understanding fall risk, prevention, and protection. USA: Kansas. 8. Sentara Williamsburg Community Hospital. Pain assessment and management policy; 2006. 9. National National Instit Institute ute of Health Health Warren arren Grant Grant Magnuso Magnuson n Clinica Clinicall Center Center.. Pain intens intensity ity instruments: numeric rating scale; 2003.
10. Pain management. [diakses tanggal 23 Februari 2012]. Diunduh dari: www.hospitalsoup.com 11. Craig P, Dolan P, Drew K, Pejakovich P. Nursing assessment, plan of care, and patient education: the foundation of patient care. USA: HCPro, Inc; 2006.
View more...
Comments