PANDUAN ALAT PELINDUNG DIRI.pdf

May 23, 2018 | Author: yunita erv | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download PANDUAN ALAT PELINDUNG DIRI.pdf...

Description

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keselamatan ( saf  s af et y ) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan di rumah sakit dan halitu terkait dengan isu mutu dan citra rumah sakit. Sejak awal tahun 1900 Institusi Rumah Sakit selalu meningkatkan mutu pada tiga el em en ya it u st ru kt ur , pr os es , da n ou tc om e dengan berbagai macam program regulasi yang berwenang misalnya antara lain penerapanStandar Pelayanan Rumah Sakit, ISO, Indikator Klinis dan lain sebagainya. Namun harus diakui, pada  pelayanan yang berkualitas masih terjadi Kejadian Tidak Diduga (KTD) (DepKes R.I 2006). Walaupun patient safety adalah prioritas utama untuk dilaksanakan di Rumah Sakit, keselamatan petugas pelayanan kesehatan pun sangatlah penting dalam me nj am in s em ua petugas petugas kesehatan terhindar terhindar dari bahaya bahaya penyakit penyakit akibat kerja. kerja. Dengan kondisi seperti inilayaklah petugas kesehatan yang memberikan  pe l a ya na n k es e ha t a n ke pa da p a si e n j u ga me me r lu k an pe r li nd un ga n t e r ha da p infe ksi / mikr oorga nism e deng an penggu naan Al at Peli Pelind ndun ung g Diri Diri (APD (APD). ). Pelindung barrier, yang secara umum disebut sebagai alat pelindung diri (APD), telah digunakan selama bertahun-tahun untuk melindungi pasien dari mikroorganisme yang ada pada petugas kesehatan. Namun dengan munculnya AIDS dan hepatitis C, serta meningkatnya kembali tuberkulosis di banyak negara, pemakaian APD menjadi juga sangat san gat penting untuk melindungi  petugas. Dengan munculnya infeksi baru seperti flu burung, SARS dan penyakit pe nyakit infeksi lainnya nanti ( Emerging Infectious Diseases), Diseases), pemakaian APD yang tepat dan benar menjadi semakin penting. Agar menjadi efektif, APD harus digunakan secara benar. Misalnya, gaun dan duk t e l a h t e r b u k t i d a p a t m e n c e g a h i n f e k s i l u k a h a n y a b i l a dalam keadaan yang kering.Sedangkan dalam keadaan basah, kain  be r a k si s e ba ga i s po ns ya ng m en ar i k ba kt e r i da r i ku l i t at a u pe r al a ta n m el a l ui  ba h an ka i n s eh i n gg a da pa t m e n gko gk o n t am i n as i l uk a op e r as i . Sebagai konsekuensinya, pengelola Rumah Sakit, penyedia dan para petugas kesehatan harus mengetahui mengetahui tidak hanya kegunaan dan keterbatasan dari APD tertentu, tetapi  ju  j u ga pe ra n AP D s es un gg u hn ya da la m me nc e ga h p en ya ki t in f e ks i s e hi n gg a dap at di gun aka n s ec ar a efekt efektif if dan dan efisie efisien. n. Sebagai konsekuensinya, pengelola Rumah Sakit, penyedia dan para petugas kesehatan harus mengetahui tidak hanya kegunaan dan keterbatasan dari APD tertentu, tetapi juga peran APD sesungguhnya dalam mencegah penyakit infeksi sehingga dapat digunakan secara efektif dan efisien.

1

B. TUJUAN PANDUAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) 1) Tujuan Umum Sebagai pedoman bagi petugas medis Rumah Sakit Puri Asih Salatiga untuk menggunakan APD. 2) Tujuan Khusus 1) Sebagai pedoman penggunaan APD di Rumah Sakit. 2) Agar penggunaan APD efektif dan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan RS. 3) Menghindari terjadinya kejadian yang tidak diharapkan yang disebabkan kesalahan penggunaan APD. C. RUANG LINGKUP 1. Panduan ini diterapkan kepada seluruh kegiatan yang memerlukan  pe ngg un aan APD di RS Pur i As ih Sala tiga . 2. Pelaksana panduan ini adalah seluruh pegawai dan pengunjung RS Puri Asih Salatiga. D. PRINSIP 1. Setiap pegawai Rumah Sakit harus dapat menggunakan APD dengan baik dan benar. 2. Setiap tindakan atau kegiatan yang dapat menimbulkan potensi bahaya di Rumah Sakit harus dilakukan dengan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD). 3. Penggunaan APD disesuaikan dengan jenis tindakan dan kegiatan disetiap instalasi RS Puri Asih Salatiga. 4. Kejadian tidak diharapkan yang disebabkan oleh kelalaian dalam menggunakan APD di Rumah Sakit, bukan tanggung jawab Rumah Sakit. E. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB 1) Perawat /Bidan / Koordinator APD di instalasi : a. Menyiapkan Alat Perlindungan Diri di instalasi.  b. Memberikan penyuluhan tentang hal-hal yang berkaitan penggunaan APD kepada pengunjung. c. Mencegah terjadinya kejadian yang tidakdiharapkan yang disebabkan kesalahan  penggunaan APD. 2) Kepala Instalasi / Kepala Ruangan a. Memastikan penggunaan APD sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan.  b. Menidentifikasi setiap kelalaian yang timbul dalam pelaksanaan penggunaan APDdan memastikan terlaksananya suatu tindakan untuk mencegah terulangnya kembali insiden tersebut. 3) Direktur Menetapkan kebijakan untuk mengembangkan atau mengatasi setiap masalah yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan Kegiatan Penggunaan APD di Rumah Sakit.

2

BAB II PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI Pemakaian APD yang tidak tepat dapat mencelakakan tenaga kerja yang memakainya,  bahkan mungkin lebih membahayakan dibandingkan tanpa memakai APD. Oleh karena itu agar dapat memilih APD yang tepat, maka Rumah Sakit harus mampu mengidentifikasi  bahaya potensial yang ada, khususnya yang tidak dapat dihilangkan ataupun dikendalikan.

A. MACAM-MACAM ALAT PELINDUNG DIRI (APD) Alat Pelindung Diri (APD) ada berbagai macam yang berguna untuk melindungi seseorang dalam melakukan pekerjaan yang fungsinya untuk mengisolasi tubuh tenaga kerja dari potensi bahaya di tempat kerja. Berdasarkan fungsinya, ada beberapa macam APD yang digunakan oleh tenaga kerja, antara lain : 1. Alat Pelindung Kepala (H eadwear ) Alat pelindung kepala ini digunakan untuk mencegah dan melindungi rambut terjerat oleh mesin yang berputar dan untuk melindungi kepala dari bahaya terbentur benda tajam atau keras, bahaya kejatuhan benda atau terpukul benda yang melayang, melindungi jatuhnya mikroorganisme, percikan bahan kimia korosif, panas sinar matahari, dll. Jenis alat pelindung kepala antara lain: a. Topi pelindung (Safety Helmets) Alat ini berfungsi untuk melindungi kepala dari benda-benda keras yang terjatuh,  benturan kepala, terjatuh dan terkena arus listrik. Topi pelindung harus tahan terhadap pukulan, tidak mudah terbakar, tahan terhadap perubahan iklim dan tidak dapat menghantarkan arus listrik. Topi pelindung dapat terbuat dari plastik ( Bakelite), serat gelas ( fiberglass) maupun metal. b. Tutup kepala Alat ini berfungsi untuk melindungi/mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada dirambut dan kulit kepala petugas terhadap alat-alat / daerah steril dan  percikan bahan-bahan dari pasien. Tutup kepala ini biasanya terbuat dari kain katun. (PK3 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, 2006) c. Topi / Tudung Alat ini berfungsi untuk melindungi kepala dari api, uap-uap korosif, debu, dan kondisi cuaca buruk. Tutup kepala ini biasanya terbuat dari asbestos, kain tahan api/korosi, kulit dan kain tahan air.

3

2. Alat Pelindung Mata Alat pelindung mata digunakan untuk melindungi mata dari percikan bahan kimia korosif, debu dan partikel-partikel kecil yang melayang di udara, gas atau uap yang dapat menyebabkan iritasi mata, radiasi gelombang elegtromagnetik, panas radiasi sinar matahari, pukulan atau benturan benda keras, dll. Jenis alat pelindung mata antara lain: a. Kacamata biasa ( spectacle goggles) Alat ini berfungsi untuk melindungi mata dari partikel-partikel kecil, debu dan radiasi gelombang elegtromagnetik. b. Goggles Alat ini berfungsi untuk melindungi mata dari gas, debu, uap, dan percikan larutan bahan kimia. Goggles  biasanya terbuat dari plastik transparan dengan lensa berlapis kobalt untuk melindungi bahaya radiasi gelombang elegtromagnetik mengion.

3. Alat Pelindung Pernafasan ( Respiratory Protection) Alat pelindung pernafasan digunakan untuk melindungi pernafasan dari resiko  paparan gas, uap, debu, atau udara terkontaminasi atau beracun, korosi atau yang  bersifat rangsangan. Masker harus cukup besar untuk menutupi hidung, mulut,  bagian bawah dagu, dan rambut pada bawah jenggot. Masker dipakai untuk menahan cipratan yang keluar sewaktu petugas kesehatan atau petugas bedah berbicara, batuk atau bersin serta untuk mencegah percikan darah atau cairan tubuh lainnya memasuki hidung atau mulut petugas kesehatan. Bila masker tidak terbuat dari bahan tahan cairan, maka masker tersebut tidak efektif untuk mencegah kedua hal tersebut. Pada perawatan pasien yang telah diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular melalui udara atau droplet, masker yang digunakan harus dapat mencegah  partikel mencapai membrane mukosa dari petugas kesehatan. Masker dengan efisiensi tinggi merupakan jenis masker khusus yang direkomendasikan, bila  penyaringan udara dianggap penting misalnya pada perawatan seseorang yang telah diketahui atau dicurigai menderita flu burung atau SARS. Masker dengan efisiensi tinggi misalnya N95 melindungi dari partikeldengan ukuran < 5 mikron yang dibawa oleh udara. Pelindung ini terdiri dari banyak lapisan bahan penyaring dan harus dapat menempel dengan erat pada wajah tanpa ada kebocoran. Dilain pihak pelindung ini  juga lebih mengganggu pernafasan dan lebih mahal daripada masker bedah. Sebelum  petugas memakai masker N95 perlu dilakukan pengepasannya ( fit test ) pada setiap  pemakaiannya.

4

Sebelum melakukan pemilihan terhadap suatu alat pelindung pernafasan yang tepat, maka perlu mengetahui informasi tentang potensi bahaya atau kadar kontaminan yang ada di lingkungan kerja. Hal-hal yang perlu diketahui antara lain: a. Bentuk kontaminan di udara, apakah gas, uap, kabut, fume, debu atau kombinasi dari berbagai bentuk kontaminan tersebut.  b. Kadar kontaminan di udara lingkungan kerja. c.  Nilai ambang batas yang diperkenankan untuk masing-masing kontaminan. d. Reaksi fisiologis terhadap pekerja, seperti dapat menyebabkan iritasi mata dan kulit. e. Kadar oksigen di udara tempat kerja cukup tidak, dll. Jenis alat pelindung pernafasan antara lain: 1) Masker Alat ini digunakan untuk mengurangi paparan debu atau partikel-partikel yang lebih besar masuk kedalam saluran pernafasan.

2) Respirator Alat ini digunakan untuk melindungi pernafasan dari paparan debu, kabut, uap logam, asap, dan gas-gas berbahaya. Jenis-jenis respirator ini antara lain: a. Chemical Respirator Merupakan catridge respirator terkontaminasi gas dan uap dengan tiksisitas rendah. Catridge ini berisi adsorban dan karbon aktif, arang dan silicagel. Sedangkan canister digunakan untuk mengadsorbsi khlor dan gas atau uap zat organik.  b. Mechanical Filter Respirator Alat pelindung ini berguna untuk menangkap partikel-partikel zat padat, debu, kabut, uap logam dan asap. Respirator ini biasanya dilengkapi dengan filter yang berfungsi untuk menangkap debu dan kabut dengan kadar kontaminasi udara tidak terlalu tinggi atau partikel yang tidak terlalu kecil. Filter pada respirator ini terbuat dari fiberglas atau wol  dan serat sintetis yang dilapisi dengan resin untuk memberi muatan pada partikel.

5

4. Alat Pelindung Tangan (H and Protection) Melindungi tangan dari bahan yang dapat menularkan penyakit dan melindungi  pasien dari mikroorganisme yang berada ditangan petugas kesehatan. Sarung tangan merupakan penghalang (barrier) fisik paling penting untuk mencegah penyebaran infeksi. Sarung tangan harus diganti antara setiap kontak dengan satu pasien ke  pasien lainnya, untuk menghindari kontaminasi silang. Meskipun efektifitas pemakaian sarung tangan dalam mencegah kontaminasi dari  petugas kesehatan telah terbukti berulangkali (Tenorio et al. 2001). Tetapi pemakaian sarung tangan tidak menggantikan kebutuhan untuk mencuci tangan. Sebab sarung tangan bedah lateks dengan kualitas terbaik sekalipun, mungkin mengalami kerusakan kecil yang tidak terlihat, sarung tangan mungkin robek pada saat digunakan atau tangan terkontaminasi pada saat melepas sarung tangan (Bagg, Jenkins dan Barker 1990; Davis 2001). Alat pelindung tangan digunakan untuk melindungi tangan dan bagian lainnya dari  benda tajam atau goresan, bahan kimia, benda panas dan dingin, kontak dengan arus listrik. Jenis alat pelindung tangan antara lain: 1) Sarung tangan bersih Sarung tangan bersih adalah sarung tangan yang didisinfeksi tingkat tinggi, dan digunakan sebelum tindakan rutin pada kulit dan selaput lendir misalnya tindakan medik pemeriksaan dalam, merawat luka terbuka. Sarung tangan bersih dapat digunakan untuk tindakan bedah bila tidak ada sarung tangan steril.(PK3 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, 2006)

Petugas kesehatan harus melepas sarung tangan tersebut sebelum meninggalkan ruangan pasien dan mencuci tangan dengan air dan sabun atau handrub berbasis alcohol. Satu pasang sarung tangan harus digunakan untuk setiap pasien, sebagai upaya menghindarikontaminasi silang (CDC 1987). Pemakaian sepasang sarung tangan yang sama atau mencuci tangan yang masih bersarung tangan, ketika  berpindah dari satu pasien ke pasien lain atau ketika melakukan perawatan di  bagian tubuh yang kotor kemudian berpindah kebagian tubuh yang bersih, bukan merupakan praktek yang aman.doebbeling dan Collleagues (1988)menemukan  bakteri dalam jumlah bermakna pada tangan petugas yang hanya mencuci tangan dalam keadaan masih memakai sarung tangan dan tidak mengganti sarung tangan ketika berpindah dari satu pasien ke pasien lain. 2) Sarung tangan steril Sarung tangan steril adalah sarung tangan yang disterilkan dan harus digunakan  pada tindakan bedah. Bila tidak tersedia sarung tangan steril baru dapat digunakan sarung tangan yang didisinfeksi tingkat tinggi. (PK3 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, 2006) 6

3) Sarung tangan rumah tangga ( gloves) Sarung tangan jenis ini bergantung pada bahan-ba han yang digunakan: a. Sarung tangan yang terbuat dari bahan asbes, katun, wool untuk melindungi tangan dari api, panas, dan dingin.  b. Sarung tangan yang terbuat dari bahan kulit untuk melindungi tangan dari listrik, panas, luka, dan lecet. c. Sarung tangan yang terbuat dari bahan yang dilapisi timbal (Pb) untuk melindungi tangan dari radiasi elegtromagnetik dan radiasi pengion. d. Sarung tangan yang terbuat dari bahan karet alami (sintetik) untuk melindungi tangan dari kelembaban air, zat kimia. e. Sarung tangan yang terbuat dari bahan  poli vinyl chlorida  (PVC) untuk melindungi tangan dari zat kimia, asam kuat, dan dapat sebagai oksidator. (PK3 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, 2006)

Hal yang harus dilakukan bila persediaan sarung tangan terbatas Bila sumber daya terbatas dan jumlah sarung tangan periksa tidakmemadai, sarung tangan bedah sekali pakai (disposable) yang sudah digunakan dapat diproses ulang dengan cara : 1) Dekontaminasi dengan merendam dalam larutan Morin 0,5% selama 10 menit. 2) Dicuci dan bilas, serta dikeringkan. 3) Sterilkan dengan menggunakan autoklaf atau didisinfeksi tingkat tinggi (dengan dikukus). 5. Baju Pelindung (Body Potrection) Digunakan untukmenutupi atau mengganti pakaian biasa atau seragam lain, pada saat merawat pasien yang diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular melalui dropletlairborne. Pemakain gaun pelindung terutama adalah untuk melindungi baju dan kulit petugas kesehatan dari sekresi, espirasi. Ketika merawat pasien yang diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular tersebut, petugas kesehatan harus mengenakan gaun pelindung setiap memasuki ruangan untuk merawat pasien karena ada kemungkinan terpercik atau tersemprot darah, cairan tubuh, sekresi atau ekskresi. Pangkal sarung tangan harus menutupi ujung lengan sepenuhnya. Lepaskan gaun sebelum meninggalkan area pasien. Setelah gaun dilepas, pastikanbahwa 7

 pakaian dan kulit tidak kontak dengan bagian yang potensialtercemar lalu cuci tangan segera untuk mencegah berpindahnya organisme. Baju pelindung digunakan untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuh dari  percikan api, suhu panas atau dingin,cairan bahan kimia, dll. Jenis baju pelindung antara lain: 1) Pakaian kerja Pakaian kerja yang terbuat dari bahan-bahan yang bersifat isolasi seperti bahan dari wool, katun, asbes, yang tahan terhadap panas. 2) Celemek Pelindung pakaian yang terbuat dari bahan-bahan yang bersifat kedap terhadap cairan dan bahan-bahan kimia seperti bahan plastik a tau karet. 3) Apron Pelindung pakaian yang terbuat dari bahan timbal yang dapat menyerap radiasi  pengion. Apron yang terbuat dari karet / plastic merupakan penghalang tahan air untuk sepanjang bagian depan tubuh petugas kesehatan. Petugas kesehatan harus menggunakan apron dibawah gaun penutup ketika melakukan perwatan langsung  pada pasien, membersihkan pasien, atau melakukan prosedur dimana ada resiko tumpahan darah, cairan tubuh atau sekresi.

6. Alat Pelindung Kaki (F eet Protection) Alat pelindung kaki digunakan untuk melindungi kaki dan bagian lainnya dari benda benda keras, benda tajam, logam/kaca, larutan kimia, benda panas, kontak dengan arus listrik. Jenis alat pelindung kaki (PK3 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, 2006) antara lain: 1) Sepatu steril Sepatu khusus yang digunakan oleh petugas yang bekerja di ruang bedah, laboratorium, ICU, ruang isolasi, ruang otopsi.

8

2) Sepatu kulit Sepatu khusus yang digunakan oleh petugas pada pekerjaan yang keamanan oleh benda-benda keras, panas dan berat, serta tersandung, tergelincir, terjepit, panas, dingin. 3) Sepatu boot Sepatu khusus yang digunakan oleh petugas pada pekerjaan yang keamanan oleh zat kimia korosif, bahan-bahan yang dapat dermatitis, dan listrik.

membutuhkan kemungkinan

membutuhkan menimbulkan

7. Alat Pelindung Telinga (E ar Pr otection) Alat pelindung telinga digunakan untuk mengurangi intensitas suara yang masuk ke dalam telinga. Jenis alat pelindung telinga antara lain: 1) Sumbat telinga ( Ear plug ) Ukuran dan bentuk saluran telinga tiap-tiap individu dan bahkan untuk kedua telinga dari orang yang sama adalah bebeda. Untuk itu sumbat telinga ( Ear plug ) harus dipilih sedemikian rupa sehingga sesuai dengan ukuran dan bentuk saluran telinga pemakainya. Pada umumnya diameter saluran telinga antara 5-11 mm dan liang telinga pada umumnya berbentuk lonjong dan tidak lurus. sumbat telinga ( Ear plug ) dapat terbuat dari kapas, plastik, karet alami dan bahan sintetis. Untuk  Ear plug  yang terbuat dari kapas, spons, dan malam (wax) hanya dapat digunakan untuk sekali pakai ( Disposable). Sedangkan yang terbuat dari bahan karet plastik yang dicetak dapat digunakan berulang kali ( Non Disposable). Alat ini dapat mengurangi suara sampai 20 dB. 2) Tutup telinga ( Earmuff ) Alat pelindung tangan jenis ini terdiri dari dua buah tutup telinga dan sebuah headband . Isi dari tutup telinga dapat berupa cairan atau busa yang berfungsi untuk menyerap suara frekuensi tinggi. Pada pemakaian untuk waktu yang cukup lama, efektivitas earmuff dapat menurun karena bantalannya menjadi mengeras dan mengerut sebagai akibat reaksi dari bantalan dengan minyak dan keringat  pada permukaan kulit. Alat ini dapat mengurangi intensitas suara sampai 30 dB dan juga dapat melindungi bagian luar telinga dari benturan benda keras atau  percikan bahan kimia. 8. Sabuk Pengaman Keselamatan ( Safety Belt ) Alat pelindung tangan digunakan untuk melindungi tubuh dari kemungkinan terjatuh dari ketinggian, seperti pada pekerjaan mendaki, memanjat dan pada pekerjaan konstruksi bangunan. 9

B. SYARAT-SYARAT ALAT PELINDUNG DIRI (APD) Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh APD agar dalam pemakaiannya dapat memberikan perlindungan yang maksimal. Menurut ILO (1989) dari beberapa kriteria dasar yang harus dipenuhi oleh semua jenis peralatan pelindung, maka hanya dua yang terpenting yaitu: 1) Apapun sifat dan bahayanya, peralatan atau pakaian harus memberikan cukup  perlindungan terhadap bahaya tersebut. 2) Peralatan atau pakaian harus ringan dipakainya dan awet dan membuat rasa kurang nyaman sekecil mungkin, tetapi memungkinkan mobilitas, penglihatan dan sebagainya yang maksimum. C. PEDOMAN UMUM ALAT PELINDUNG DIRI

1) Tangan harus selalu bersih walaupun mengunakan APD. 2) Lepas atau ganti bila perlu segala perlengkapan APD yang dapat digunakan kembali yang sudah rusak atau sobek segera setalah anda mengetahui APD tersebut tidak  berfugsi optimal. 3) Lepaskan semua APD sesegera mungkin setelah selesai memberikan pelayanan dan hindari kontaminasi : lingkungan di luar ruang isolasi, para pasien atau pekerja lain, dan diri anda sendiri. 4) Buang semua perlengkapan APD dengan hati-hati dan segera bersihkan tangan. 5) Perkiraan resiko terpajan cairan tubuh atau area terkontaminasi sebelum melakukan kegiatan perawatan kesehatan. a) Pilih APD sesuai dengan perkiraan resiko terjadinya pajanan.  b) Menyediakan sarana APD bila emergensi dibutuhkan untuk dipakai (Depertemen Kesehatan, 2009). D. PERATURAN PERUNDANGAN 1. Kewajiban dalam penggunaan APD di tempat kerja yang mempunyai resiko terhadap timbulnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja telah diatur didalam Undang-undang  No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Pasal-pasal yang mengatur tentang  penggunaan APD antara lain: 







Pasal 3 ayat 1 sub f, menyebutkan bahwa ”Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk memberikan alat-alat pelindung diri pada pekerja”. Pasal 9 ayat 1 sub c, menyebutkan bahwa ”Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang, alat – alat pelindung diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan”. Pasal 12 sub b, menyebutkan bahwa ”Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk, memakai alat-alat pelindung diri yang diwajibkan”. Pasal 14 sub c, menyebutkan bahwa ”Pengurus diwajibkan menyediakan secara cuma-cuma, semua alat pelindung diri yang diwajibkan pada tenaga kerja yang 10

 berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli-ahli keselamatan kerja. 2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 1/MEN/1981 tentang Kewajiban Melaporkan Penyakit Akibat Kerja. 

Pasal 4 ayat 3 menyebutkan bahwa pengurus wajib menyediakan secara cumacuma semua alat perlindungan diri yang diwajibkan penggunaannya oleh tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya untuk pencegahan penyakit akibat kerja.

Pasal 5 ayat 2 menyebutkan bahwa tenaga kerja harus memakai alat-alat  perlindungan diri yang diwajibkan untuk pencegahan penyakit akibat kerja. 3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri. 





E.

Pasal 2 ayat 1 menyebutkan pengusaha wajib menyediakan APD bagi pekerja ditempat kerja. Pasal 2 ayat 3 menyebutkan bahwa APD wajib diberikan oleh pengusaha secara cuma-Cuma.

FAKTOR  –   FAKTOR PENTING YANG HARUS DIPERHATIKAN PADA PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI

1) Kenakan APD sebelum kontak dengan pasien, umumnya sebelum memasu ki ruangan. 2) Gunakan dengan hati-hati jangan menyebarkan kontaminasi. 3) Lepas dan buang secara hati-hati jangan menyebarkan kontaminasi. 4) Lepas danbuang secara hati-hati ketempat limbah infeksius yang telah disediakan di ruangan ganti khusus. Lepas masker di luar ruangan. 5) Segera lakukan pembersihan tangan dengan langkah-langkah membersihkan tangan sesuai pedoman. 11

Tabel 1. Pemilihan Alat Pelindung Diri Jenis Pajanan

Contoh

Resiko Redah : Kontak dengan Kulit  Tidak terpajan darah  langsung Resiko Sedang : Kemungkinana terpajan darah namun tidak ada cipratan

 

Injeksi Perawatan luka ringan

Pemeriksaan pelvis Insersi IUD Melepas IUD Pemasangan kateter intra vena Penanganan spesimen laboratorium Perawatan luka berat Ceceran darah   

Pilihan Alat Pelindung Diri

Sarung tangan esensial 

Sarung tangan Mungkin perlu gaun  pelindung atau Celemek  





 

Resiko Tinggi :  Kemungkinan terpajan darah dan kemungkinan terciprat  Perdarahan massif

  

Tidakan bedah mayor Bedah mulut Persalinan pervagina

   

Sarung tangan Celemek Kacamata pelindung Masker

Sumber : Depertemen Kesehatan, 2009

F.

PROSEDUR CARA PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI 1) Prosedur Pemakaian Sarung Tangan Steril

Persiapan : a. Jenis sarung tangan sesuai jenis tindakan  b. Kuku dijaga agar selalu pendek c. Lepas cincin dan perhiasan lain d. Cuci tangan sesuai prosedur standar Prosedur : a. Cuci tangan  b. Siapakan area yang cukup luas, bersih dan kering untuk membuka paket sarung tangan. Perhatikan tempat menaruhnya (steril atau minimal DTT). c. Buka pembungkus sarung tangan, meminta bantuan petugas lain untuk membuka  pembukus sarung tangan, letakan sarung tangan dengan bagian telapak tangan menghadap ke atas. d. Ambil salah satu sarung tangan dengan memegang pada sisi sebelah dalam lipatannya, yaitu bagian yang akan besentuhan dengan kulit tangan saat dipakai.

12

e. Posisikan sarung tangan setinggi pinggang dan gantungkan ke lantai, sehingga  bagian lung jari-jari tengan terbuka. Masukan tangan (jaga srung tangan supaya tidak menyentuh permukaan). f. Ambil sarung tangan ke dua dengan cara menyelipkan jari-jari tangan yang sudah memakai sarung tanagn kebagian lipatan, yaitu bagian yang tidak akan  bersentuhan dengan kulit tangan saat dipakai. g. Pasang sarung tangan yang kedua dengan cara memasukan jari-jari tangan yang  belum memakai sarung tangan, kemudian luruskan lipatan, dan atur posisi sarung tangan sehingga terasapas dan enak di tangan. (Depertemen Kesehatan, 2009) 2) Prosedur Melepas Sarung Tangan

Persiapan : a. Persiapan klorin 0,5% dalam wada yang cukup besar.  b. Sarana cuci tangan c. Kantung penampung limbah medis Prosedur : a. Masukan sarung tangan yang masih dipakai kedalam larutan klorin, gosokan untuk mengangkat bercak darah atau cairan tubuh lainnya yang menempel.  b. Pegang salah satu sarung tangan pada lipatan lalu tarik ke arah ujung ujung jari jari tangan sehingga bagian dalam dari sarung pertama menjadi sisi luar. c. Jangan dibuka sampai terlepas sama sekali, biarkan sebagian masih berada pada tangan sebelum melepas sarung tangan yang tangan ke dua. Hal ini penting untuk mencegah terpajannya kulit tangan yang terbuka dengan permukaan sebelah luar sarung tangan. d. Biarkan sarung tangan pertama sampai disekitar jari-jari, lalu pegang sarung tangan yang kedua pada lipatannya lalu tarik kearah ujung jari hingga bagian dalam sarung tangan menjadi sisi luar. Demikian dilakukan secara bergantian. e. Pada akhir setelah hampir diujung jari, maka secara bersamaan dan dengan sangat hati-hati sarung tangan tadi dilepas. f. Perlu diperhatikan bahwa tangan yang terbuka hanya boleh menyetuh bagian dalam sarung tangan. g. Cuci tangan setelah sarung tangan dilepas, ada kemungkinan sarung tangan  berlubang namun sangat kecil dan tidak terlihat. Tidakan mencuci tangan setelah melepas sarung tangan ini akan memperkecil resiko terpajan. 3) Cara Melepas Kacamata atau Pelindung Wajah

a. Ingatlah bahwa bagian luar kacamata atau pelindung wajah telah te rkontaminasi.  b. Untuk melepasnya, pegang karet atau gagang kacamata. 13

c. Letakkan diwadah yang telah disediakan untuk diproses ulang atau dalam tempat sampah infeksius. 4) Pengunaan Gaun Pelindung

Ketentuan : a. Hanya bagian luar gaun saja yang terkontaminasi, karena tujuan pemakain gaun untuk melindungi pakaian dari infeksi.  b. Hanya bagian depan atas gaun bedah (diatas pinggang) saja yang dianggap steril dan boleh bersinggungan dengan lapangan. c. Cara memakai gaun bedah mengikuti proses tanpa singgung, yaitu dengan mengusahakan agar bagian luar gaun tidak bersinggungan langsung dengan kulit tubuh pemakai d. Gaun dapat dipakai sendiri oleh pemakai atau dipakaikan oleh orang lain e. Selalu digunakan dalam kamar bedah dan tidak dibawa keluar kecuali untuk dicuci, termasuk ke ruangan makan atau yang lainnya f. Satu gaun pelindung dikenakan untuk menangani satu pasien g. Celemek kedap air dipakai disebelah dalam gaun pelindung bedah Pesiapan Penggunaan Gaun Pelindung Steril : a. Handuk/lap steril  b. Gaun pelindung steril c. Sarung tangan steril d. Cuci tangan aseptik e. Pembedahan Prosedur : a. Keringkan tangan dan lengan satu per satu bergantian dimulai dari tangan kemudian lengan bawah memakai anduk steril  b. Jaga agar tangan tidak menyentuh gaun pelindung steril taruh haduk bekas pada suatu wadah c. Ambil gaun pelindung dengan memegang bagian dalam yaitu pada bagian  pundak. Biarkan gaun pelindung terbuka, masukan tangan-tangan ke dalam lubang. Posisi lengan diletakan setinggi dada, menjauh dari tubuh d. Gerakan lengan dan tangan ke dalam lubang gaun pelindung e. Bagian belakang gaun ditutup/diikat dengan bantuan petugas lain yang tidak steril. (Depertemen Kesehatan, 2003).

14

Gambar 2.2 Pemakaian Alat Pelindung Diri

Sumber : Departemen Kesehatan , 2003 5. Cara Melepas Apron, Gaun Pelindung, dan Topi

a. Ingatlah bahwa bagian depan gaun dan lengan gaun pelindung telah terkontaminasi.  b. Lepas tali, kemudian tarik dari leher dan bahu dengan memegang bagian dalam gaun pelindung saja. c. Balik gaun pelindung, kemudian lipat atau gulung menjadi gulungan dan letakkan diwadah yang telah disediakan untuk diproses ulang atau buang ditempat sampah infeksius. 6. Cara Melepas Masker

a. Ingatlah bahwa bagian depan masker telah terkontaminasi –  JANGAN SENTUH!  b. Lepaskan tali bagian bawah dan kemudian tali atau karet bagian atas. c. Buang ke tempat sampah infeksius. G. PERAWATAN ALAT PELINDUNG DIRI Alat pelindung diri (APD) yang ada harus dirawat dengan baik untuk mencapai masa  pemakaian yang maksimal dari APD yang telah dipersyaratkan, maka tenaga kerja dan manajemen wajib memelihara alat pelindung diri yang telah disediakan. Perawatan dan pemeliharaan APD seperti yang tertulis dalam prosedur pengendalian alat  pelindung diri meliputi: a. Alat Pelindung Kepala Penyediaan tempat penyimpanan untuk pelindung kepala merupakan bagian penting, karena akan memudahkan di dalam penggunaan, memastikan bahwa tempat  penyimpanan dan daftar inventarisasi pelindung kepala mudah dijangkau oleh karyawan, dan dijaga agar tempat penyimpanan selalu dalam keadaan bersih dan teratur, menggunakan lemari rak dan berpintu untuk menjaga alat pelindung kepala dalam keadaan tersusun rapi dan bersih, membersihkan bagian-bagian penutup dengan cairan pembersih dan pastikan pengikat leher dalam keadaan baik dan kencang.  b. Alat Pelindung Mata Penyediaan tempat penyimpanan untuk pelindung mata merupakan bagian penting, karena akan memudahkan di dalam penggunaan, memastikan bahwa tempat 15

c.

d.

e.

f.

g.

 penyimpanan dan daftar inventarisasi pelindung mata mudah dijangkau oleh karyawan, dan dijaga agar tempat penyimpanan selalu dalam keadaan bersih dan teratur, menggunakan lemari rak dan berpintu untuk menjaga alat pelindung mata dalam keadaan tersusun rapi dan bersih, membersihkan secara rutin bagian lensa dengan kain lembut dan memastikan freme dan pengikat dalam keadaan baik serta kencang. Alat Pelindung Pernafasan Pelindung pernafasan yang diberikan kepada karyawan harus dibersihkan dan disinfeksi secara teratur, pembersihan pelindung pernafasan melibatkan pelepasan  bagian-bagiannya, setelah filter atau cartrige dilepaskan, tali dan wadah filter harus dicuci dengan detergen dan air hangat menggunakan sikat lembut kemudian dibilas dengan air bersih selanjutnya dikeringkan di tempat yang bersih, penggantian bagian bagian filter harus sesuai dengan jenis dan merknya karena dapat menghilangkan approval aslinya dan dapat mengakibatkan kebocoran saat peralatan pelindung  pernafasan digunakan. Alat Pelindung Tangan Pelindung tangan harus dijaga kebersihannya, beberapa jenis pelindung tangan dapat dicuci dan didesinfeksi atau disterilkan sebelum digunakan kembali, namun pelindung tangan yang diproses kembali dengan DTT (desinfeksi tingkat tinggi) atau disterilkan sebaiknya tidak dipakai ulang sampai dari 3 (tiga) kali, pemprosesan berulang akan memperbesar terjadinya lubang pada pelindung tangan, oleh karena itu setiap kali  pencucian dilakukan pemilihan terhadap pelindung tangan yang bocor ataupelindung tangan yang telah diproses untuk ketiga kalinya harus dibuang karena tidak layak  pakai. Baju Pelindung Setiap kali pencucian baju pelindung yang tercemar harus diberitahukan kepada  petugas pencucian meliputi bahan, jenis, dan cara melakukan dekontaminasi, baju  pelindung tidak boleh dibawa ke luar tempat kerja, tempatpenyimpanan berupa lemari dan gantungan harus disediakan untuk mencegah pencemaran dari pakaian pribadi,  baju pelindung harus segera dibersihkan apabila terkena bahan kontaminan. Alat Pelindung Kaki Periksa nomor, ukuran dan kualitas peralatan pelindung kaki, tempat penyimpanan  berupa lemari dan rak harus disediakan, pelindung kaki harus segera dibersihkan apabila terkena bahan kontaminan. Alat Pelindung Telinga Pelindung telinga harus selalu berada di lokasi dengan tingkat kebisingan tinggi,  pemeliharaan dan pengujian fungsi secara rutin harus selalu dilakukan untuk memberikan perlindungan yang berhasil guna terhadap kondisi kerja yang menimbulkan gangguan pada fungsi pendengaran, bila ear muft   sudah longgar segera diganti dengan yang baru, untuk meyakinkan reabilitas pelindung telinga harus selalu diperiksa secara teratur sebelum setiap pembersihan dan selama dan setelah setiap  pembersihan, dan pelindung telinga disimpan pada tempat yang bersih dan kering.

16

h. Sabuk Pengaman Sebelum digunakan kedua sabuk dan tali harus diperiksa untuk memastikan bahwa tidak ada benang kelim yang putus, sobekan dan karatan, sabuk pengaman harus disimpan dalam keadaan tergantung pada tempat kering dan bersirkulasi udara yang  baik, tali pengikat harus disimpan dalam keadaan tergulung padat dan disimpan dalam keadaan terbuka.

17

BAB III PENUTUP

Dalam pembuatan buku pedoman Alat Perlindungan Diri (APD) Rumah Sakit Puri Asih Salatiga ini disadari bahwa buku pedoman ini tidak sempurna. Masih terdapat banyak kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu masukkan dan saran untuk perbaikan peningkatan isi buku pedoman ini, merupakan sesuatu yang sangat berharga. Semoga buku pedoman ini dapat menjadi alat bagi Rumah Sakit dalam upaya meningkatkan kinerja pegawai-pegawai Rumah Sakit. Terimakasih.

18

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF