Pakan Lele Organik

January 25, 2019 | Author: Rinaldy Manurung | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Pakan Lele Organik...

Description

Pakan Lele Organik Posted in Tips Budidaya on 26 Oktober 2011 Salah satu ekstra feeding yang kami gunakan sebagai pakan ikan lele yaitu Maggot Maggot. . Maggot yang kami gunakan berasal dari larva lalat Black Soldier sehingga lebih besar.

Maggot ini sekarang sedang mulai dikembangka dikembangkan n oleh pembudidaya lele, ayam, bebek karena mengandung protein yang tinggi. Selain itu mudah dalam pembudidayaannya. Sehingga bisa menghemat pakan dan meningkatkan kadar protein pada pakan. Maggot yang kami berikan berasal dari pakan yang kami buat sendiri yang telah difermentasikan hingga 1 bulan. Sehingga kami tidak secara sengaja membudidayakan membudidaya kan maggot. Mahluk ini muncul dengan sendirinya di pakan yang kami buat di dalam kontainer.

Jadi hal ini yang kami sebut Ektrak Feeding untuk ikan lele kami. Penelitian tentang manggot memang belum banyak tapi dari hasil pengalaman para pembudidaya yang pernah mencoba didapat hasil yang lebih baik dan bisa menghemat pakan. Saat kita mampu menghemat pakan akan mengurangi biaya operasional yang konon di budidaya lele nilainya bisa 70-80 % dari total kebutuhan.

Jadi ternyata manfaatnya banyak dan bisa membantu. Semoga informasi ini bisa bermanfaat. Semoga Bermanfaat. Bermanfaat......... ........

01

October

2010

Lele Makan Daun dari Gunung Kidul Penambahan pakan daun pada pembesaran lele bisa menekan biaya pakan sampai 50% Sugiyatno, katanya memperkenalkan diri. Pria paruh baya itu merupakan merupakan

pembudidaya lele lele asal Desa

Pampang, Kecamatan Paliyan, Kabupaten Gunung Kidul Jogjakarta. ―Kami ini hanya pembudidaya kecil kecilan,

TROBOS

skala

rumah

belum

lama

tangga,‖

ini

di

tuturnya

kepada

Gunung

Kidul.

Sejak 2008, kata Yatno begitu biasa disapa, di desanya telah tumbuh 14 kelompok pembudidaya lele baru, dengan

anggota

mencapai

300

kepala

keluarga.

Mereka pun membentuk membentuk Kelompok Pembudidaya Pembudidaya Ikan, dan menobatkan Yatno sebagai ketua. ―Luas kolam merek a rata-rata 3 x 5 m2, dengan kepadatan 50 ekor/m2.

Kalau saya sendiri bisa 200 ekor/m2.. Produksinya kecil, baru 1  – 2 kuintal per minggu,‖ kata Kepala Desa

Jadi hal ini yang kami sebut Ektrak Feeding untuk ikan lele kami. Penelitian tentang manggot memang belum banyak tapi dari hasil pengalaman para pembudidaya yang pernah mencoba didapat hasil yang lebih baik dan bisa menghemat pakan. Saat kita mampu menghemat pakan akan mengurangi biaya operasional yang konon di budidaya lele nilainya bisa 70-80 % dari total kebutuhan.

Jadi ternyata manfaatnya banyak dan bisa membantu. Semoga informasi ini bisa bermanfaat. Semoga Bermanfaat. Bermanfaat......... ........

01

October

2010

Lele Makan Daun dari Gunung Kidul Penambahan pakan daun pada pembesaran lele bisa menekan biaya pakan sampai 50% Sugiyatno, katanya memperkenalkan diri. Pria paruh baya itu merupakan merupakan

pembudidaya lele lele asal Desa

Pampang, Kecamatan Paliyan, Kabupaten Gunung Kidul Jogjakarta. ―Kami ini hanya pembudidaya kecil kecilan,

TROBOS

skala

rumah

belum

lama

tangga,‖

ini

di

tuturnya

kepada

Gunung

Kidul.

Sejak 2008, kata Yatno begitu biasa disapa, di desanya telah tumbuh 14 kelompok pembudidaya lele baru, dengan

anggota

mencapai

300

kepala

keluarga.

Mereka pun membentuk membentuk Kelompok Pembudidaya Pembudidaya Ikan, dan menobatkan Yatno sebagai ketua. ―Luas kolam merek a rata-rata 3 x 5 m2, dengan kepadatan 50 ekor/m2.

Kalau saya sendiri bisa 200 ekor/m2.. Produksinya kecil, baru 1  – 2 kuintal per minggu,‖ kata Kepala Desa

Pampang

ini.

Budidaya yang dilakukannya memang sarat perjuangan karena ia tinggal di daerah kering dan kesulitan air. ―Kami menampung air hujan di kolam, dan terpaksa menggunakan pasokan air berbayar yang dikelola oleh desa,‖ungkapnya.

 Air yang ditampung selama penghujan, biasanya bertahan untuk 2 periode pemeliharaan. Sedangkan selama musim kemarau, ia mesti membeli air untuk kolamnya Rp 15.000/3 jam aliran (setara 10 m3) untuk untuk tiap petak kolamnya. Setiap 2 minggu, seiring bertambahnya umur lele, ia mesti menambah untuk 4 petak kolamnya.

Makan

Daun

Menurut Yatno, menghadapi keterbatasan itu tak membuatnya menyerah. Ia memutar akal untuk bertahan. ―Air  di tempat kami sudah menjadi faktor biaya. Maka kami harus bisa menekan biaya pakan, yang mencapai 60% dari

total

biaya

produksi,‖

kata

pria

yang

merintis

budidaya

lele

sejak

2007

ini.

 Akhir 2009 lalu, Yatno berpikir untuk memberikan dedaunan berprotein kasar (PK) tinggi yang banyak tumbuh di pekarangannya, seperti daun lamtoro (PK 36,5%) dan daun turi (PK 27,6%). Namun pada perkembangannya, daun gliricidia, daun pepaya, bayam, kangkung dan daun ketela pun diberikan pada lele. Penambahan pakan daun ini bisa menekan biaya pakan 50%. ―Bahkan bisa lebih,‖ tegas pemilik 20 ribu ekor lele ini.

Dari pengamatan TROBOS, lele di kolam samping rumah Yatno memang betul-betul mau memakan dedaunan itu. Dengan rakus lele berumur 1 bulan itu menghabiskan daun lamtoro dan daun turi hingga hanya menyisakan rantingnya saja. ―Lho, terbukti kan. Lele itu rakus sekali makan daun,‖ kata yatno bangga. Hanya saja, saat diberi daun pepaya lele terlihat turun kerakusannya. Tapi daun pepaya wajib diberikan setiap hari untuk membantu lele mencerna dedaunan itu.

Pola

Pemberian

Pada lele berumur lebih dari 2 minggu (atau umur 16 hari) dari tebar, pakan daun-daunan diberikan siang hari, sebanyak-banyaknya. Daun-daunan itu tidak dilepas dari tangkai dan ranting –rantingnya. ―Lele juga bisa memilih. Daun yang berprotein tinggi seperti lamtoro dan turi akan lebih cepat habis. Dalam sekejap tinggal tangkai dan rantingya saja,‖ terang Yatno sembari memasukkan daun turi ke kolam. Setela h habis, ranting

segera

diangkat

supaya

tidak

membusuk

di

kolam.

Menurut Yatno, pakan pellet tetap diberikan kepada lele, meski takarannya tidak banyak. ―Tergantung tujuan

pemberian pakan daun ini, sekadar mengurangi biaya pakan pellet, atau memang mau menggantikan sebagian besar

pelet.

Kalau

saya

sendiri,

sangat

sedikit

memberikan

pelet,‖

paparnya.

Dalam sehari, setiap 6.000 ekor lele hanya diberi pellet 4 kg. Pelet diberikan pagi hari (jam 8.00 – 9.00) sebanyak 1 kg, sekadar untuk mengganti energi untuk bergerak. ―Kalau terlalu pagi, lele belum mau makan,‖tegasnya. Pemberian pakan pelet diulangi pada malam hari (jam 10.00 malam) sebanyak 3 kg untuk

memberikan

tambahan

energi

menghadapi

suhu

lingkungan

yang

mulai

turun.

Selain itu, lele memang aktif bergerak mencari makan di malam hari. Maka malam hari lele harus diberi pakan supaya perutnya terisi sehingga tidak banyak bergerak, untuk mengurangi energi terbuang sehingga tidak menjadi daging. ―Manfaat lainnya, sambil memberi pakan kita bisa mengamati kondisi lele secara tepat,‖ tutur 

Yatno. Menurut Yatno, lele yang diberi pakan daun memang cenderung kecil ukurannya dibanding lele yang diberi pakan pellet. ―Tapi dagingnya padat, sehingga kalau ditimbang berat juga,‖ katanya. Ia pun berharap lele makan

daun ini bisa digolongkan menjadi lele organik, sehingga bisa dijual dengan banderol lebih tinggi daripada harga pasar lele pada umumnya.

Dibiasakan Selama 2 minggu setelah tebar, lele hanya diberi pakan pellet. Maksudnya, untuk mengejar pertumbuhan selselnya secara optimal dan untuk menyesuaikan dengan pola pemeliharan sebelumnya. ―Selain itu ukuran mulutnya pun belum memungkinkan untuk memakan daun. Jangankan daun, pellet yang diberikan pun pellet starter yang butirannya kecil,‖terang Yatno

Sabtu, 29 November 2008

PRODUKSI BELATUNG (MAGGOT)

  1.1. Latar Belakang

Pakan ikan secara fungsional dibagi menjadi tiga, yaitu pakan untuk benih, pembesaran dan pakan untuk induk. Pakanuntuk pembesar  an diperlukan dalam porsi sangat besar dan kecenderungannya dari segi harga makin mahal. Fenomenaini merupakan implikasi dari se makin menurunnya sumber daya alam sebagai bahan pakan untuk pembesaran, dan jugaadanya kompetisi penggunaan yaitu sebagai sumber pangan untuk konsumsi manusia serta sumber pakan pada usahapeternakan.

Sumber pakan untuk usaha pembesaran ikan yang selama ini dikembangkan adalah, pertama: pakan ikan yang terdiridari berbagai bah an, kemudian dibentuk dalam bentuk bubur,

pasta atau pelet; kedua: silase ikan; ketiga:

trash

fish dananimal

offal. Dari ketiga sumber pakan ini diprediksi ke depan akan semakin langka seiring semakin intensifnya usahaproduksi pembesaran ika n. Terkait dengan permasalahan ini perlu dicari sumber pakan alternatif yang sesuai dengankebutuhan ikan dengan ketersediannya da pat diusahakan dalam jumlah banyak.

Limbah organik pertanian di Indonesia tersedia dalam jumlah banyak, seperti limbah Palm

Kernel

Milt

(PKM) dan ampastahu. Kedua limbah ini yang memanfaatkan baru para petenak untuk makanan hewan mamalia, namun untuk makan anikan belum. Bahan ini masih memiliki kandungan protein cukup tinggi, seperti PKM kandungan proteinnya sekitar 18%dan ampas tah u sekitar 15%. Namun protein ini t idak bisa langsung dimanfaatkan oleh ikan, karena sistempencernaannya termasuk monogastric.

Untuk meningkatkan nilai gizi limbah tersebut dapat dirombak melalui proses biologis, yaitu digunakan sebagai mediadan sumber maka nan belatung, sehingga akan diperoleh bahan berupa belatung yang memiliki kandungan gizi cukuplengkap dengan kandungan protein lebih dari 42%. Kelebihan lain dari belatung ini memiliki kandungan antimikrobadan anti jamur, sehingga apabila dikonsumsi oleh ikan a kan tahan terhadap penyakit bakterial dan jamur.

Dari proses biologis ini, bahan limbah yang merupakan media dan sisa proses metabolisme belatung dapat dijadikansebagai sumber pakan ikan. Bahan pakan ini dapat dicerna oleh ikan dan memiliki kandungan nutrien cukup tinggi.

Oleh karenanya akan dilakukan perekayasaan kultur belatung dengan memanfaatkan media limbah organik PKM danampas tahu.

1.2

Tujuan dan Sasaran

Untuk mendapatkan model teknik kultur belatung dan dapat diketahui media kultur yang terbaik sehinggadiperoleh produk si belatung yang tinggi.

Melalui kegiatan perekayasaan ini ditargetkan produksi belatung sebanyak 100 kg per bulan pemeliharaan

II. METODOLOGI II.1 Waktu dan Tempat

Kegiatan akan dilaksanakan pada bulan April sampai Desember Tahun Anggaran 2005 di LaboratoriumPakan, dan Worksho 

p Pakan BBAT Sukabumi, Jawa Barat (Lampiran 1).

II.2 Bahan dan Peralatan

Bahan yang diperlukan untuk perekayasaan ini adalah : induk lalat, ikan untuk media peneluran lalat, mediakultur maggot terdiri dari PKM dan hampas t ahu, buah-buahan untuk makanan lalat.

Peralatan terdiri dari : kandang lalat, scope net, baki plastik, petri dish, hand sprayer, stoples plastik, drumplastik, blender, freezer box, refrigerator, kantong plastik, sepatu boat, sarung tangan, timbangan, termometer danperalatan panen maggot .

II.3 Metode Kerja

 Ada dua metode kultur maggot yang akan diuji, yaitu:

1. Pemeliharaan maggot  secara terbuka dan,

2. Secara tertutup.

 Ada dua metode kultur magot yang akan diuji yaitu, pertama pemeliharaan magot secara terbuka dan, keduasecara tertutup. Untuk metode pemeliharaan terbuka prosedur kerjanya sebagai berikut :

-

Telur diperoleh dari lalat liar atau serangga bunga. Untuk merangsang agar lalat mau bertelur dilakukan denganmenempatkan i

kan mati yang sudah dipotongpotong kemudian disimpan dalam wadah seperti baki plastik ataupetridish yang selanjutnya ditempatkan dalam ruang terbuka.

-

Setelah diperoleh telur, kemudian disimpan dalam media kultur magot. Salah satu media yang digunakan adalahpalm kerneal meal

(PKM). Sebelum dijadikan sebagai media kultur, terlebih dahulu dilakukan proses fermentasipada PKM. Proses fermentasi PKM a dalah sebagai berikut : bungkil sawit sebanyak 40

kg, dicampur air

20

kg danmikroba dari dalaman lambung mamalia (kambing atau kerbau) sebanyak 1020%, kemudian dimasukan ke dalamtong plastik. Selanjutnya ditutup rapat dan ditimbun sekam padi untuk mempertahankan suhu . Proses fermentasi inimemerlukan waktu selama satu bulan, dan selanjutnya bahan PKM yang s udah terfermentasi dijadikan seb agaimedia kultur magot.

-

Wadah yang digunakan untuk pemeliharan larva magot menggunakan baskom plastik dan fibre

glass. Tiap perlakuandiisi 15

kg bahan media kultur. Dengan perlakuan media kultur sebagai berikut :

o

Perlakukan A : PKM (100%) dan ampas tahu (0%)

o

Perlakuan B : PKM (50%) dan ampas tahu (50%)

o

Perlakuan C : PKM (0%) dan ampas tahu (100%)

Semua perlakukan dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali.

-

Khusus untuk larva magot dari lalat hijau, pemeliharaan dalam media kultur dilakukan selama 4-

5 hari. Setelah itumagot dapat dipanen, dengan cara dipisahkan dari media kultur dan berbagai kotoran lainnya. Adapun untuk lar  vamagot dari serangga bunga pemeliharaan dalam media kultur memerlukan waktu 57 hari. Cara pemanenan samahalnya dengan magot lalat hijau.

-

Jumlah magot yang diperoleh kemudian ditimbang, demikian pula halnya dengan media kultur pada awalpemeliharaan dilakuka

n penimbangan.

-

 Analisa proksimat dilakukan pada magot dan media kultur.

Sedangkan prosedur kerja pada pemeliharaan tertutup, secara umum prosedur pekerjaan sama dengan padametode terbuka, per  bedaan hanya pada metode pemeliharaan lalat yang digunakan sebagai sumber telur. Pada metodetertutup ini, lalat dan serangga bun ga dipelihara dalam kandang lalat. Kandang berbentuk kotak terbuat dari kawat,dengan pinggirannya dibingkai oleh besi siku berukuran 1,5 x 1,2 x 2 m.

Induk lalat hijau ( Calliphora sp) dan serangga bunga ( Hermetia illucens ) diperoleh dengan cara menetaskan pupadalam kandang l alat. Kemudian dipelihara, dengan cara diberi makan berupa juice buahbuahan. Setiap hari yaituwaktu pagi dan sore hari disemprotkan air.

Untuk Calliphora sp, peneluran dilakukan dengan cara menyimpan potongan ikan mati yang dimasukkan ke dalamkandang lalat. Setiap kandang diisi potongan ikan mati sebanyak 25 bagian yang ditempatkan menyebar secara merata.Adapun untuk Hermetia illucens  dengan cara menyimpan PKM yang sudah diferm entasi. Apabila sudah diperoleh t elur,kemudian ditetaskan dalam media pemeliharaan magot.

IV.1 HASIL

IV.1.1 Produksi Magot Calliphora sp

Produksi magot Calliphora sp dari cara pemeliharaan secara terbuka disajikan pada Tabel 1, hasil sistem tertutup disajikan pada Tabel 2 dan hasil produksi dalam selang 17 hari dari setiap wadah disajikan pada Tabel 3.

Tabel 1. Produksi magot Calliphora sp umur 4 hari dalam bobot basah (kg) pada sistem pemeliharaan terbuka

No

Jenis media kultur (15 kg/wadah)

Ulangan

Rata-rata

1

2

3

1

PKM (100%) dan ampas tahu (0%)

0,5

0,7

0,5

0,566

2

PKM (50%) dan ampas tahu (50%)

5,0

5,5

5,0

5,166

3

PKM (0%) dan ampas tahu (100%)

9,7

9,5

10,0

9,73

Tabel 2. Produksi magot Calliphora sp umur 4 hari dalam bobot basah (kg) pada sistem pemeliharaan tertutup

No

Jenis media kultur (15 kg/wadah)

Ulangan

Rata-rata

1

2

3

1

PKM (100%) dan ampas tahu (0%)

0,4

0,5

0,5

0,46

2

PKM (50%) dan ampas tahu (50%)

0,5

0,5

0,4

0,46

3

PKM (0%) dan ampas tahu (100%)

1

1,5

1

1,16

Tabel 3. Produksi magot Calliphora sp umur 4 hari dalam bobot basah (kg) pada sistem pemeliharaan terbuka selama 17 hari menggunakan limbah ampas tahu (15 kg/wadah)

No

Tanggal panen

Hasil magot (kg)

Cuaca pada saat koleksi telur 

1

27 Mei 05

10

terang

2

28 Mei 05

9

terang

3

30 Mei 05

9

terang

4

31 Mei 05

9

terang

5

01 Juni 05

10

terang

6

02 Juni 05

8

terang

7

03 Juni 05

10

terang

8

04 Juni 05

10

terang

9

05 Juni 05

10

terang

10

06 Juni 05

7

mendung

11

07 Juni 05

5

mendung

12

08 Juni 05

5

mendung

13

09 Juni 05

7

mendung

14

10 Juni 05

5

gerimis

15

11 Juni 05

7

Hujan

16

12 Juni 05

3

hujan

17

14 Juni 05

10

terang

Total produksi magot :

134

Rata-rata per hari :

7,9

IV.1.2 Produksi magot Hermetia illucens 

Produksi magot Hermetia illucens  dengan dengan sistem pemeliharaan secara terbuka disajikan pada Tabel 4, produksi dengan sistem pemeliharaan tertutup disajikan pada Tabel 5 dan hasil produksi rutin dalam selang waktu bulan Nopember dan Desember  disajikan

pada

Tabel

6

Tabel 4. Produksi magot Hermetia illucens  umur 7 hari dalam bobot basah (kg) pada sistem pemeliharaan terbuka

No

Jenis media kultur (15 kg/wadah)

Ulangan

Rata-rata

1

2

3

1

PKM (100%) dan ampas tahu (0%)

7,0

10,0

8,5

8,5

2

PKM (50%) dan ampas tahu (50%)

5,0

4,0

4,5

4,5

3

PKM (0%) dan ampas tahu (100%)

-

-

-

-

Tabel 5. Produksi magot Hermetia illucens  umur 7 hari dalam bobot basah (kg) pada sistem pemeliharaan tertutup

No

Jenis media kultur (15 kg/wadah)

Ulangan 1

2

3

1

PKM (100%) dan ampas tahu (0%)

-

-

-

2

PKM (50%) dan ampas tahu (50%)

-

-

-

3

PKM (0%) dan ampas tahu (100%)

-

-

-

Tabel 6. Produksi magot Hermetia illucens  umur 7 hari dalam bobot basah (kg) pada sistem pemeliharaan terbuka selama bulan Nopember-Desember Nopember-Dese mber (15 kg PKM/wadah)

No

Tanggal Pemanenan

Hasil magot (kg)

1.

02 Nopember 

9

2.

09 Nopember 

9

3.

11 Nopember 

5

4.

15 Nopember 

9

5.

18 Nopember 

14

6.

24 Nopember 

9

7.

03 Desember 

8

8.

05 Desember 

11

9.

13 Desember 

9

10.

23 Desember 

8

Jumlah produksi :

91

Rata-rata per hari :

9,1

IV.1.3 Analisa Proksimat

Hasil analisa proksimat magot, PKM sebelum difermentasi dan setelah difermentasi disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Kandungan proksimat magot, PKM awal dan PKM fermentasi

Calliphora sp

Hermetia illucens 

PKM awal

PKM fermentasi

Kadar air (%)

8,25

25,07

14,28

61,85

Kadar abu (%)

14,35

7,78

4,08

1,58

Protein (%)

41,42

31,09

16,71

17,86

Lemak (%)

14,30

5,47

6,15

12,79

Serat kasar (%)

2,73

8,77

22,49

0,04

BETN (%)

18,95

21,82

36,29

5,89

Dalam bobot kering (kadar air 0%) : Kadar abu (%)

15,64

10,38

4,75

4,14

Protein (%)

45,14

41,49

19,50

46,80

Lemak (%)

15,58

7,30

7,17

33,52

Serat kasar (%)

2,97

11,70

26,24

0,10

BETN (%)

20,67

29,13

42,34

15,44

Ket. : BETN : bahan ekstrak tanpa nitrogen

IV.2 PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil perekayasaan ini teknik kultur magot pada sistem terbuka produksinya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan sistem tertutup. Bahkan pada Hermetia illucens  yang dipelihara secara tertutup tidak berhasil mendapatkan telur, karena sebagian besar induknya yang dipelihara dalam kandang banyak ditemukan mati.

Tingginya produksi magot pada sistem terbuka, dimungkin karena serangga yang diluar lebih survive dibanding dengan serangga yang ada dalam kandang. Selain itu, serangga atau lalat yang di alam akan mendapatkan makanan sesuai dengan yang disukai dan dari segi gizi lebih lengkap sesuai dengan kebutuhannya, sehingga akan mendukung dalam aktivitas reproduksi yang pada akhirnya akan diperoleh jumlah telur lalat atau serangga yang cukup m emadai.

Pemeliharaan magot nampaknya sangat dipengaruhi oleh jenis media kultur. Magot jenis Calliphora sp lebih menyukai ampas tahu dibandingkan dengan PKM, sedangkan magot jenis Hermetia illucens  lebih menyukai PKM. Hal ini telihat dari produksi magot pada Calliphora sp tertinggi dicapai pada media kultur ampas tahu, dengan rata-rata produksi sebanyak 9,73 kg , sedangkan pada media kultur PKM hanya diperoleh magot sebanyak 0,57 kg dan campuran keduanya 5,17 kg dengan jumlah media kultur masingmasing sebanyak 15 kg per wadah. Namun sebaliknya Hermetia illucens lebih menyukai PKM sebagai media kultur dibandingkan dengan ampas tahu atau campuran keduanya.

Nampakanya perilaku serangga dalam menempatkan telur ada kaitannya dengan ketersediaan makanan yang cocok untuk kehidupan magot, dan jenins makanan ini nampaknya sangat spesifik. Hal ini mungkin bergantung pada bau, cita rasa dan kandungan gizi dari media kultur.

Berdasarkan data dari hasil produksi magot dengan pemberian media kultur tunggal sebanyak 15 kg per wadah pemeliharaan, yaitu PKM atau ampas tahu saja, dihasilkan produksi magot Calliphora sp sebanyak 134 kg per 17 kali panen, dengan waktu siklus produksi 17 hari, atau rata-rata produksi per hari sebanyak 7,9 kg; dan magot Hermetia illucens  sebanyak 91 kg per 10 kali panen dengan waktu siklus produksi selama 51 hari, atau rata-rata produksi per haria sebesar 1,78 kg. Dari hasil perekayasaan ini nampak Calliphora sp pertumbuhannya lebih cepat, sebesar 4,4 kali dibanding dengan Hermetia illucens . Sehingga apabila menginginkan produksi masal maka yang cepat pertumbuhannya adalah Calliphora sp. Namun dilihat dari segi aspek lingkungan dan kesehatan manusia, nampaknya Hermetia illucens lebih lebih mudah diterima oleh masyarakat, karena peluang untuk sebagai penyebar  penyakit tidak ada.

Hermetia illucens  dalam siklus hidupnya tidak hinggap dalam makanan yang langsung dikonsumsi manusia.Dalam usia dewasa makanan utamanya adalah sari bunga, sedangkan pada usia muda makanannya berasal dari cadangan makanan yang ada dalam tubuhnya. Perkembangbia Perkembangbiakan kan dilakukan secara seksual, yang betina mengandung telur, kemudian telur diletakan pada permukaan yang bersih, namun berdekatan dengan sumber makanan yang cocok untuk larva. Larva kecil sangat memerlukan banyak makanan untuk tumbuh sehingga menjadi pupa. Sumber makanan yang paling disukai nampaknya adalah PKM yang sudah terfermentasi. Dengan demikian prospek untuk pengembangan magot sebagai pakan ikan lebih aman adalah Hermetia illucens .

Proses fermentasi sangat efektif dalam mencerna serat kasar yang susah dicerna oleh hewan monogastric.Sebagaimna data yang tercantum pada Tabel 7 kandungan serat kasar PKM sebelum fermentasi sebesar 26,24% dan setelah fermentasi 0,10%. Selain itu ada peningkatan kandungan protein dan lemak yang cukup signifikan, sebelum fermentasi sebesar 19,50% dan 7,17% sedangkan setelah fermentasi menjadi 46,80% dan 33,52%. Melihat kandungan proksimat P KM frementasi ini sangat cocok untuk dijadikan sebagai bahan baku untuk pakan magot. Salah satu yang diperlukan adalah kandungan protein dan lemaknya cukup tinggi, untuk sebagai cadangan makanan pada saat hibernasi, metamorfosis dan cadangan makanan pada usia serangga muda.

Komposisi proksimat magot cukup sesuai untuk dijadikan sebagai makanan ikan. Dilihat dari kandungan proksimatnya mengandung protein lebih dari 40%, kandungan lemak cukup tinggi dan yang lebih khusus pada magot adalah memiliki enzim dan antimikroba. Sehingga akan mudah dicerna oleh semua jenis ikan dan kemungkinan besar akan meningkatkan daya tahan tubuh pada ikan.

Berdasarkan hasil kajian pustaka, magot ini telah banyak diaplikasikan untuk pakan unggas (Awoniyi, et al. 2003 Zuidhof, et al. 2003), ikan lele (Fasakin, et al. 2003 dan Madu and Ufodike, 2003). Dari beberapa penelitian sebelumnya magot dapat mensubstitusi tepung ikan pada pakan ayam (Awoniyi, et al, 2003) dan pada ikan lele (Fasakin, et al. 2003)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil perekayasaan ini dapat disimpulkan sebagai berikut :

-

Model kultur magot yang dapat menghasilkan produksi yang tinggi adalah sistem kultur terbuka dibandingkan sistem

tertutup. Dengan model ini, dapat diproduksi magot jenis Callipora sp dalam waktu produksi 17 hari dengan media kultur  sebanyak 255 kg, diperoleh magot sebanyak 134 kg, sedangkan untuk jenis Hermetia illucens  dalam waktu produksi 51 hari dengan media kultur sebanyak 150 kg, diperoleh magot sebanyak 91 kg.

-

Media kultur yang terbaik untuk magot jenis Calliphora sp adalah ampas tahu, sedangkan untu jenis Hermetia illucens  adalah

bungkil sawit (PKM) yang sudah difermentasi.

V.2 Saran

Berdasarkan hasil perekayasaan ini, disarankan :

-

Jenis

magot

untuk

dikembangkan

secara

massal

yang

terbaik

adalah Hermetia

illucens  dibandingkan

denganCalliphora sp. Karena Hermetia illucens  pada usia dewasa dalam kebiasaan hidupnya tidak hinggap dalam makanan manusia dan sebagai makanan utamanya adalah saribunga. Sedangkan Calliphora sp biasanya makanan utamanya adalah binatang yang sudah menjadi bangkai.

-

Dilihat dari kandungan proksimatnya, magot ini dapat dijadikan sumber protein alternatif tepung ikan, sehingga ada harapan

mendapatkan protein hewani yang berkelanjutan dengan memanfaatkan limbah industri pertanian, yaitu limbah sawit.

SANGKURIANG

TASIKMALAYA

berkarya dalam membudidayakan ternak ikan Lele Sangkuriang ber-sertifikat dan melalui metode Sistem

Organik untuk menyediakan dan memenuhi kebutuhan bibit lele dan lele konsumsi.

Budidaya Maggot (Hermetia illucens)

Pengaruh Beberapa Media Terhadap Pertumbuhan Populasi Maggot (Hermetia illucens)

Dodi Ahmad Setiawibowo, Dedi Anwar Sipayung, Handika Gilang Pramana Putra Departemen Budidaya Perairan, Institut Pertanian Bogor, Bogor

 ABSTRAK  Maggot atau larva black soldier fly merupakan salah satu organisme yang memenuhi  persyaratan sebagai pakan alami. Akan tetapi, selama ini budidaya maggot belum berkembang. Praktikum ini bertujuan untuk menguji beberapa nutrient sebagai media budidaya maggot. Media yang digunakan untuk menumbuhkan maggot dalam

 praktikum ini antara lain bungkil kelapa sawit, dan dedak. Seluruh media ditimbang sebanyak satu kilogram, kemudian ditambahkan air sebanyak 1 liter dan diletakkan dalam ember. Selanjutnya media ditempatkan pada daerah yang diduga terdapat lalat black soldier. Budidaya dilakukan selama 21 hari dengan 2 ulangan, kemudian dilihat produksinya. Dari praktikum ini didapatkan data produksi maggot dengan media bungkil kelapa sawit rata-rata 305,5 gram dan media dedak rata-rata 205  gram. Berdasarkan hasil dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa media kelapa sawit dan dedak berpotensi untuk menjadi media budidaya maggot. Kata kunci: maggot, tepung bungkil kelapa sawit, dedak, produksi

PENDAHULUAN Keberhasilan usaha pembenihan umumnya sangat ditentukan oleh penyediaan pakan alami yang sesuai dengan kualitas, kuantitas, dan ketepatan dalam pemberian. Selama ini, sumber protein produk pakan untuk ikan sangat bergantung pada tepung ikan. Padahal harga tepung ikan semakin mahal. Menurut data yang diperoleh dari Departemen Kelautan dan Perikanan 2006, impor tepung ikan Indonesia mencapai 88.902 ton. Hal ini menunjukkan ketergantungan Indonesia dalam pengadaan bahan pembuat pakan. Oleh karena itu diperlukan alternatif lain sebagai sumber protein sebagai pengganti tepung ikan. Maggot atau larva dari lalat black soldier fly (Hermetia illicens) merupakan salah satu alternatif pakan yang memenuhi persyaratan sebagai sumber protein. Murtidjo (2001) menyebutkan bahwa bahan makanan yang mengandung protein kasar lebih dari 19 %, digolongkan sebagai bahan makanan sumber protein. Berdasarkan hasil proksimat maggot yang telah dilakukan, Sugianto (2007) menyebutkan bahwa maggot yang dikultur dengan menggunakan bungkil kelapa sawit terfermentasi memiliki kandungan protein 38,32 %. Maggot merupakan salah satu jenis pakan alami yang memiliki protein tinggi. Maggot mengandung 41-42% protein kasar, 31-35% ekstrak eter, 14-15% abu, 4.8-5.1% kalsium, dan 0.60-0.63% fosfor dalam bentuk kering (Bondari dan Shepard, 1987). Berdasarkan kandungan protein tersebut, maka maggot layak 2

dijadikan sebagai bahan pakan sumber protein. Hal ini tentunya akan berdampak positif apabila maggot dapat digunakan untuk mensubstitusi penggunaan tepung ikan yang harganya relatif mahal. Menurut Oliver (2004) larva lalat Black soldier dapat digunakan untuk mengkonversi limbah seperti limbah industri pertanian, peternakan, ataupun kotoran manusia. Atas dasar itulah maka dalam praktikum ini dicobakan beberapa bahan hasil limbah industri pertanian sebagai substrat tempat budidaya maggot. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tepung bungkil kelapa sawit dedak terhadap pertumbuhan populasi maggot (Hermetia illucens). Setelah diketahui media yang baik untuk produksi maggot diharapkan maggot dapat diproduksi secara massal dan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan alternatif pengganti tepung ikan sebagai sumber protein pada pakan ikan.

METODE Waktu dan Tempat Praktikum ini dilaksanakan mulai 14 Mei 2008 sampai 4 Juni 2008, bertempat di dekat tempat pembuangan sampah dan hutan, Departeman Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam praktikum adalah ember, kawat, bambu, plastik, gunting, freezer , saringan dan timbangan. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah tepung bungkil kelapa sawit, dedak, daun pisang kering, dan air.

Tahapan Kegiatan Media budidaya sebanyak 1 kg dimasukkan ke dalam ember, ditambahkan air sebanyak 1 liter dan diaduk hingga merata. Media ditutup dengan menggunakan daun pisang yang sudah kering untuk tempat induk menetaskan telurnya dan ember ditutup dengan menggunakan kawat dan plastik untuk menghindari panas dan hujan yang lebat. Ember disimpan ditempat yang tidak terlalu panas dan tempat yang agak lembab serta didiamkan selama 3 minggu. Pengamatan dilakukan setiap 3 hari sekali untuk memastikan ada atau tidaknya maggot.

Setelah 3 minggu, dilakukan pemanenan maggot dengan cara ember yang terdapat maggot ditambahkan air kemudian disaring sambil dibilas sampai benar-benar yang tersisa maggotnya saja. Maggot yang telah bersih ditimbang bobotnya dan dimasukkan ke dalam freezer untuk diawetkan/dimatikan. Apabila maggot tersebut akan dibuat pakan buatan maka maggot yang sudah diawetkan/dimatikan dalam  freezer dijemur, setelah kering digiling dan dicetak dengan menggunakan mesin pakan. Pellet maggot siap digunakan. 3

HASIL

Berdasarkan hasil praktikum, didapatkan biomassa maggot yang berbeda-beda pada setiap perlakuan. Biomassa maggot terbanyak dihasilkan dari penggunaan media PKM (Palm Kernel Meal) yang mencapai 581 gram pada Lokasi II.

PEMBAHASAN Maggot merupakan larva dari Black Soldier Fly (Hermetia illucens). Menurut Oliver (2004) larva lalat Black soldier dapat digunakan untuk mengkonversi limbah seperti limbah industri pertanian, peternakan, ataupun kotoran manusia. Sedangkan DuPonte (2003) menyebutkan bahwa makanan utama dari larva dari lalat ini adalah kotoran ayam

dan

bahan-bahan

organik.

Budidaya

maggot

dapat

dilakukan

dengan

menggunakan bungkil kelapa sawit. Dengan kondisi budidaya seperti ini, didapatkan kandungan nutrisi maggot yaitu 38% protein kasar, 35% lemakr, 9,13% abu, 7,8% air, dan 10,85% serat kasar (Sugianto, 2007). Dalam siklus hidupnya lalat Hermetia illucens memiliki lima stadia (Diener, 2007). Lima stadia tersebut yaitu fase dewasa, fase telur, fase prepupa, dan fase pupa. Dari ke-lima stadia tersebut stadia prepupa sering digunakan sebagai pakan ikan (Newton, 2005). Siklus hidup dari lalat Hermetia illucens dapat dilihat pada Gambar 1.

Berdasarkan hasil praktikum didapat bahwa sumber nutrien berupa bungkil kelapa sawit dan dedak berhasil dipanen pada hari ke-21 setelah pembuatan media maggot. Maggot yang dipanen pada perlakuan bungkil kelapa sawit memiliki bobot sebesar 581 gr pada lokasi II dan pada lokasi I diperoleh bobot sebesar 30 gr. Adanya perbedaan bobot maggot yang dipanen disebabkan wadah pada lokasi I terendam air hujan. Hal ini mengakibatkan media menjadi terlalu encer sehingga bukan maggot yang tumbuh melainkan larva nyamuk. Namun, perlu juga diperhatikan bahwa seiring dengan berjalannya waktu (bertambahnya hari) bahan organik yang tersedia ada yang sudah selesai dirombak, sedang atau bahkan belum dirombak sama sekali oleh bakteri pengurai sehingga diduga mempengaruhi jumlah makanan larva maggot. Banyak faktor yang menentukan keberhasilan dalam budidaya maggot. Apabila dianalisa, hal utama yang menentukan ada tidaknya maggot yaitu ada tidaknya lalat black soldier fly (Hermetia illucens) disekitar lokasi kultur. Selain itu, kandungan nutrient dari media juga akan menentukan keberhasilan produksi. Hal ini dapat dilihat dari data hasil praktikum, yaitu bahwa terdapat perbedaan biomassa panen dalam kurun waktu yang sama antara penggunaan tepung bungkil kelapa sawit (PKM) dan dedak sebagai media kultur. Dalam menumbuhkan pakan alami diperlukan nutrien. Nutrien merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada komposisi biokimia pakan alami (dalam hal ini maggot). Kondisi nutrien yang optimum sangat penting untuk mendapatkan nilai produktivitas maggot yang tinggi disertai dengan kualitas biomassa yang baik. Sumber nutrien yang bisa digunakan untuk menumbuhkan maggot adalah yang banyak mengandung bahan organik yang membusuk termasuk bangkai dan sisa-sisa tumbuhan atau sampah (DuPonte, 2003). Perbedaan biomassa panen yang dihasilkan antara penggunaan Palm Kernel Meal dan dedak diduga karena Palm Kernel Meal memiliki kandungan nutrien yang

lebih

baik

jika

dibandingkan

dengan

dedak.

Perbandingan

nutrien Palm Kernel Meal dan dedak dapat dilihat pada Tabel 2.

kandungan

Sumber : O’Mara et. al. (1999) dan Murni et. al. (2008)

Mau tidaknya black soldier fly (Hermetia illucens) untuk bertelur dalam media juga sangat menentukan keberhasilan produksi. Diduga lalat black soldier fly (Hermetia illucens) hanya menyukai aroma media yang khas sehingga tidak semua media budidaya dijadikan tempat bertelur bagiblack soldier fly (Hermetia illucens). Hal ini sesuai dengan pernyataan Hartoyo dan Sukardi P. (2007) bahwa walaupun kandungan nutrient media cukup bagus namun jika aroma media tidak dapat menarik lalat untuk bersarang maka tidak akan dihasilkan maggot.

Budidaya maggot yang pernah berhasil dilakukan yaitu dengan menggunakan ampas tahu dan campuran ikan asin. Menurut Hartoyo dan Sukardi P. (2007) ikan asin dalam campuran ini berfungsi untuk menarik lalat agar mau bersarang dalam media yang sudah disediakan. Sedangkan ampas tahu dipilih karena selain harganya murah juga dikarenakan kandungan nutrient di dalamnya. Kandungan nutrient ampas tahu yaitu 23,55% protein, 5,54% lemak, 26,92% karbohidrat, 17,03% abu, 16,53% serat kasar, dan 10,43% air (www. Indopos.co.id). Selain itu, Newton et. al. (2005) melaporkan bahwa kotoran babi dapat dijadikan sebagai media kultur. Hal serupa juga telah berhasil dilakukan oleh ARE (2006). Oliver (2004) dalam penelitiannya menggunakan limbah dari restoran sebagai media kultur. Sedangkan Hem et. al. (2008) menggunakan  palm kernel meal (PKM) sebagai media pemeliharaannya.

KESIMPULAN Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa media nutrien berupa bungkil kelapa sawit dan dedak dapat digunakan sebagai media untuk budidaya maggot. Pemberian nutrien tersebut berpengaruh terhadap kepadatan popolasi dari maggot. Aroma media diduga mempengaruhi lalat black soldier untuk bertelur.

Kebutuhan pakan ikan oleh para petani ikan dari tahun ke tahun semakin meningkat dan sulit untuk memenuhinya disebabkan usaha budidaya ikan yang semakin terus bertambah jumlahnya, mengingat usaha penangkapan ikan di laut lepas sudah mencapai over fishing, hal ini diperparah dengan harga pakan ikan yang relatif mahal dan bahan baku pakan ikan yang sebagian besar masih menggantungkan produk dari luar, untuk mengatasi permasalahan di atas perlu dicarikan alternatif penyediaan bahan baku pakan ikan. Limbah sayuran yang masih memiliki kandungan protein rata-rata 2-4% masih dapat ditingkatkan kandungan proteinnya dengan cara merombaknya menjadi maggot (larva dewasa) melalui proses biologis dengan memanfaatkan lalat hitam (Hermetia

illucens). Budidaya maggot lalat hitam pada media kultur berupa limbah sayur dengan menggunakan pot biokonversi yang dilengkapi dengan alat pengendali suhu sebesar 25ºC, 28ºC, 32ºC, 36ºC, 40ºC dan 45ºC secara konstan yang diberikan pada setiap pot selama masa kultivasi, dapat memberikan efek yang berbeda-beda. Dari keenam perlakuan suhu dapat di tarik kesimpulan bahwa perkembangan lalat hitam mulai dari larva sampai menjadi maggot secara optimum dilakukan pada suhu 36ºC dengan kelembaban relatif (RH) sebesar 78%, hal ini ditandai dengan pertumbuhan larva yang sudah mencapai usia dewasa (maggot) hanya memerlukan waktu 9 hari saja dan pada tahap ini maggot sudah bisa dipanen. Dimana pada kondisi normal/alami (tanpa diberikan perlakuan suhu) pertumbuhan larva menjadi maggot memerlukan waktu 15-21 hari atau 2-3 minggu. Sedikitnya 20% limbah sayuran yang digunakan sebagai media kultur dapat terkonversi menjadi maggot lalat hitam, maggot inilah yang akan dijadikan sebagai bahan baku pembuatan pakan ikan, hasil analisis proksimat terhadap maggot lalat hitam (Hermetia illucens) dengan bobot kering (kadar air < 10%) yang dibudidayakan pada media kultur dari limbah sayur adalah protein sebesar 32%, lemak 5%, abu 3%, dan serat kasar sebanyak 3%.

LAM-Community Development Classic 

     



Beranda 1. OCT

6

BUDIDAYA PAKAN ALAMI KUTU AIR (DAPHNIA) DAN JENTIK NYAMUK BUDIDAYA PAKAN ALAMI UNTUK BENIH IKAN AIR TAWAR BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN INSTALASI PENELITIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAKARTA 2000 BUDIDAYA PAKAN ALAMI UNTUK BENIH IKAN AIR TAWAR Penulis: DARMANTO DARTI SATYANI ADHISA PUTRA CHUMAIDI MEI ROCHJAT D BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN INSTALASI PENELITIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAKARTA

2000

KATA

PENGANTAR

Rasa syukur kita panjatkan ke hadhirat Allah SWT, karena berkat bimbingan dan lindungan-Nya maka penulisan brosur ini dapat diselesaikan. Brosur ini memuat informasi teknis tentang penyediaan pakan alami untuk benih ikan air tawar, baik ikan hias maupun ikan konsumsi. Brosur ini disusun berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan oleh IP2TP Jakarta bersama petani di wilayah Ciganjur dan Srengseng Sawah Jakarta Selatan, serta penelitian pendahuluan di laboratorium Instalasi Penelitian Perikanan Air Tawar (Inlitkanwar) Depok. Kami menyadari tulisan ini masih banyak kekurangan. Untuk itu saran perbaikan dari pembaca sangat kami harapkan. Semoga brosur ini bermanfaat bagi para petani dan masyarakat penggemar ikan pada umumnya. DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii DAFTAR TABEL I. PENDAHULUAN 1 II. PAKAN ALAMI 3 1. Moina 4 2. Daphnia 7 Ill. PRODUKSI MASSAL PAKAN ALAMI 9 1. Infusoria 9 2. Moina dan Daphnia 12 IV PERHITUNGAN USAHA PRODUKSI MASSAL PAKAN ALAMI 17 DAFTAR BACAAN 20 DAFTAR TABEL Tabel I Kandungan Gin dan Kegunaan Pakan Alami .......................................................4 Tabel 2 Keadaan pH dan Jenis Infusoria Dominan pada Beberapa Media Tumbuh Pakan Alami ................................................................................12 Tabel 3 Budidaya Moina yang Berkesinambungan ........................................................16 Tabel 4 Perhitungan Parsial Usahatani Ikan Mas Koki Tanpa dan Dengan Budidaya Pakan Alami Sendiri (2 pasang, selama I bulan) .............18 Tabel 5 Perbandingan Budidaya Sendiri dengan Mencari Pakan di Alam...................19 I. PENDAHULUAN Ikan hias dan ikan konsumsi merupakan ikan ekonomis penting di Wilayah Jakarta. Di daerah ini, masih banyak dijumpai petani yang mengandalkan usaha ikan hias maupun ikan konsumsi sebagai mata pencaharian utama. Apalagi dengan makin sempitnya lahan pertanian, menyebabkan usaha budidaya dan pembenihan ikan banyak dilakukan di lahan pekarangan.

Jenis ikan hias yang banyak dibudidayakan antara lain Oscar, Tetra, Blackghost, Koki dan Cupang. Sedangkan untuk jenis ikan konsumsi terdiri dari Bawal Air Tawar, Gurami, Patin dan Tawes. Saat masih benih, ikan tersebut sangat memerlukan pakan alami/kutu air. Keberadaan pakan alami sangat diperlukan dalam budidaya ikan dan pembenihan, karena akan menunjang kelangsungan hidup benih ikan. Pada saat telur ikan baru menetas maka setelah makanan cadangan habis, benih ikan membutuhkan pakan yang sesuai dengan ukuran tubuhnya. Selama ini petani ikan melakukan pemberian pakan ke benih ikan yang baru menetas dengan kuning telur matang dan susu bubuk. Pemberian pakan seperti ini berakibat kualitas air media sangat rendah. Disamping air media cepat kotor dan berbau amis, berakibat pula kematian benih ikan sangat tinggi sampai sekitar 60 - 70%. Dengan bentuk dan ukuran mulut yang kecil, benih ikan sangat cocok diberikan pakan alami. Untuk tahap awal, pakan yang diperlukan adalah pakan alami jenis Infusoria/Paramaecium. Pada tahap selanjutnya sesuai dengan perkembangan ukuran mulut ikan, jenis pakan alami yang cocok diberikan yaitu Moina, sedangkan pada tahap akhir sampai ikan siap tebar bisa diberikan pakan alami jenis Daphnia. Pakan alami merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan produksi benih ikan hias maupun ikan konsumsi. Petani ikan di daerah Jakarta biasanya memenuhi kebutuhan pakan alami dengan membeli Artemia maupun mencari jenis pakan lokal seperti Moina dan Daphnia ke danau atau situ. Penggunaan pakan alami Artemia saat ini sangat tidak ekonomis, karena selain pengadaannya sulit juga sangat mahal. Selain itu pengadaan pakan dari alam tidak terjamin baik ketersediaan maupun kemurniannya. Pengambilan pakan dari alam ini juga beresiko membawa bibit penyakit yang sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup benih ikan. Budidaya pakan alami yang dilakukan sendiri oleh petani menjanjikan sejumlah keuntungan, disamping kualitas kebersihan pakan terjamin, pakan alami produksi sendiri  juga menghasilkan jenis pakan/kutu air seperti yang diharapkan. Penghematan waktu, tenaga dan biaya juga akan diraih apabila produksi pakan alami dilakukan dengan baik.

II. PAKAN ALAMI Pakan alami ialah makanan hidup bagi larva atau benih ikan dan udang. Beberapa  jenis pakan alami yang sesuai untuk benih ikan air tawar, antara lain lnfusoria (Paramaecium sp.), Rotifera (Brachionus sp.), Kladosera (Moina sp.), dan Daphnia sp. Pakan alami tersebut mempunyai kandungan gizi yang lengkap dan mudah dicerna dalam usus benih ikan. Ukuran tubuhnya yang relatif kecil sangat sesuai dengan lebar bukaan mulut larva/benih ikan. Sifatnya yang selalu bergerak aktif akan merangsang benih/larva ikan untuk memangsanya. Pakan alami ini dapat diibaratkan "air susu ibu" bagi larva/benih ikan yang dapat memberikan gizi secara lengkap sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Pakan alami Infusoria dapat dibudidayakan dengan media sayuran, sedangkan pakan alami jenis Moina dan Daphnia dapat dilakukan dengan menggunakan kotoran hewan kering yang ada di sekitar kita. Kandungan gizi setiap jenis pakan alami berbeda-beda, namun pada umumnya terdiri dari air, protein, lemak, serat kasar dan abu. Kandungan gizi pakan alami Moina dan Daphnia dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini Tabel Jenis Pakan Kadar air Moina Daphnia 1.

1.

(%), 90,60 94,78

Kandungan Kadar

Gizi

dan Kandungan

Kegunaan

Pakan Gizi

Protein, Lemak, Serat Kasar, Abu, 37,38 13,29 11,00 Pakan benih umur 42,65 8,00 2,58 4,00 Pakan benih umur

Alami (%) Alami Kegunaan 2-6 hari 6-12 hari Moina

Di kalangan petani Moina dikenal dengan nama "kutu air". Jenis kutu ini mempunyai bentuk tubuh agak bulat, bergaris tengah antara 0,9 - 1,8 mm dan berwarna kemerahan. Perkembangbiakan Moina dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu secara asexual atau parthenogenesis (melakukan penetasan telur tanpa dibuahi) dan secara sexual (melakukan penetasan telur dengan melakukan perkawinan/pembuahan terlebih dahulu). Pada kondisi perairan yang tidak menguntungkan, individu betina menghasilkan telur istirahat atau ephipium yang akan segera menetas pada saat kondisi perairan sudah baik kembali. Moina mulai menghasilkan anak setelah berumur empat hari dengan jumlah anak selama hidup sekitar 211 ekor. Setiap kali beranak rata-rata berselang 1,25 hari, dengan rata-rata jumlah anak sekali keluar 32 ekor/hari, sedangkan umur hidup Moina adalah sekitar 13 hari. Moina biasa hidup pada perairan yang tercemar bahan organik, seperti pada kolam

dan rawa. Pada perairan yang banyak terdapat kayu busuk dan kotoran hewan, Moina akan tumbuh dengan baik pada perairan yang mempunyai kisaran suhu antara 14-30 ° C dan pH antara 6,5 9. Jenis makanan yang baik untuk pertumbuhan Moina adalah bakteri. Untuk menangkap mangsa, Moina akan menggerakan alat tambahan pada bagian mulut, yang menyebabkan makanan terbawa bersama aliran air ke dalam mulut. 2.

Daphnia

Daphnia mempunyai bentuk tubuh lonjong, pipih dan beruas-ruas yang tidak terlihat. Pada kepala bagian bawah terdapat moncong yang bulat dan tumbuh lima pasang alat tambahan. Alat tambahan pertama disebut Antennula, sedangkan yang ke dua disebut antenna yang mempunyai fungsi pokok sebagai alat gerak. Tiga lainnya merupakan alat tambahan pada bagian mulut. Perkembangbiakan Daphnia yaitu secara asexual atau parthenogenesis dan secara sexual atau kawin. Perkembangbiakan secara parthenogenesis sering terjadi, dengan menghasilkan individu muda betina. Telur dierami di dalam kantong pengeraman hingga menetas. Anak Daphnia dikeluarkan pada saat pergantian kulit. Pada kondisi perairan yang baik, disamping individu betina dihasilkan pula individu jantan. Pada saat kondisi perairan yang tidak menguntungkan, individu betina menghasilkan 1 -2 telur istirahat atau epiphium yang akan menetas saat kondisi perairan baik kembali. Daphnia mulai berkembang biak pada umur lima hari, dan selanjutnya setiap selang waktu satu setengah hari akan beranak lagi. Jumlah setiap kali beranak rata-rata sebanyak 39 ekor. Umur hidup Daphnia 34 hari, sehingga selama hidupnya mampu menghasilkan anak kurang lebih 558 ekor. Daphnia adalah jenis zooplankton yang hidup di air tawar, mendiami kolam atau danau. Daphnia dapat tumbuh optimum pada suhu perairan sekitar 21 °C dan pH antara 6,5 - 8,5. Jenis makanan yang baik untuk pertumbuhan Daphnia adalah bakteri, fitoplankton dan detritus. Kebiasaan makannya dengan cara membuat aliran pada media, yaitu dengan menggerakan alat tambahan yang ada di mulut, sehingga makanan masuk ke dalam mulutnya. Ill.

PRODUKSI

MASSAL

PAKAN

ALAMI

1. Tujuan Produksi Pakan Alami : · Menyediakan pakan alami secara massal dan berkesinambungan untuk menunjang usaha pembenihan ikan ekonomis penting. · Meningkatkan kelangsungan hidup benih ikan melalui pemberian pakan alami hasil budidaya secara massal. · Menekan pengeluaran biaya dan penggunaan tenaga serta waktu dalam penyediaan pakan alarm. · Mencegah penyebaran bibit penyakit dan parasit yang dibawa pakan dari alam. 2. Produksi Massa Infusoria A. Bahan-bahan yang diperlukan, antara lain : - Bak/ember plastik ukuran 15 liter (jumlah Ember/ bak tergantung keperluan) - Media budidaya terdiri dari kulit Pepaya matang, daun Kol/Selada atau pelepah pisang (gunakan salah satu media). Kain kasa untuk pembungkus sayuran dan tutup ember.

Air kolam atau empang sebagai sumber bibit Infusoria B. Pelaksanaan : Isi bak/ember dengan air sampai sekitar 10 liter - Masukkan salah satu bahan (kulit Pepaya matang, daun Kol atau pelepah pisang) ke dalam ember sebanyak 250 - 300 gram yang telah dibungkus kain kasa dan diikat. - Tambahkan sekitar 2 - 3 gayung (1 - 2 liter) air empang/kolam, untuk memasukkan bibit Infusoria yang akan dibudidayakan - Letakkan ember/bak plastik yang telah terisi kultur Infusoria pada tempat terlindung dari panas matahari dan hujan, untuk menghindari perubahan suhu yang tidak diinginkan. - Tutup ember media budidaya dengan kain kasa untuk menghindari jentik nyamuk atau hewan lain masuk ke dalamnya. C. Pemanenan : - Pada hari ke-3, amati adanya lapisan tipis warna putih seperti awan di atas permukaan air media yang menandakan Infusoria sudah berkembang dengan baik (puncak populasi Infusoria biasanya terjadi pada hari ke-4 dan hari ke-5) - Ambil lapisan putih tersebut dengan menggunakan mangkuk atau piring kecil untuk diberikan pada benih ikan. - Satu siklus budidaya Infusoria (selama 1 minggu) dapat digunakan untuk makanan benih ikan sampai benih tersebut siap memakan jenis pakan alami yang lebih besar yaitu Moina dan Daphnia. Biasanya pemberian pakan alami Infusoria hanya berlangsung selama 2 3 hari. Jenis Infusoria yang berkembang dipengaruhi oleh jenis media yang digunakan. Setiap media memiliki pH tertentu yang dapat berpengaruh terhadap kehidupan benih ikan, apabila pemberian Infusoria dilakukan secara berlebihan. Pada media kulit pepaya  jenis Infusoria yang dominan adalah Chlamydomonas sp. dan Colpoda sp. Sedangkan pada media kol, pelepah pisang dan daun kipahit adalah Paramaecium sp. dan Euglena sp. Media kulit pepaya dan pelepah pisang menunjukan pH yang cenderung asam dan ini disukai ikan Neon tetra, sedangkan pada media kol dan daun kipahit pH cenderung netral Akan tetapi secara umum semua jenis media dapat digunakan untuk budidaya Infusoria. Pemberian lnfusoria ke benih ikan yang baru menetas, temyata dapat meningkatkan derajat kehidupan benih menjadi 80 90%. Tabel 2. Keadaan pH dan Jenis Infusoria dominan pada Beberapa Media Tumbuh Pakan Alami. No Media PH Jenis Infusoria dominan 1 Kol/Sawi 7,0 Paramaecium sp. dan Euglena 2 Pepaya 5,5 Chlamydomonas sp. Dan Colpoda sp. 3 Pelepah Pisang 5,5 Paramaecium sp dan Euglena sp. 4 Daun Kipahit 7,0 Paramaecium sp. dan Euglena sp. 3. Produksi Massal Moina/Daphnia A. Bahan-bahan yang diperlukan : - Bak beton / kolam budidaya ukuran 2 x 3 meter, dengan ketinggian 1 meter. - Pupuk organik, yaitu kotoran ayam dan pupuk kompos (kebutuhan masing-masing 1-1,5 kg/m3 air media). Kantong waring untuk tempat pupuk dan tali pengikat. B. Pelaksanaan : - Isi bak / kolam budidaya dengan air sampai ketinggian minimal 70 - 80 cm, untuk menjaga kestabilan suhu media dan menghindarkan Moina maupun Daphnia dari

pengaruh langsung sinar matahari. - Siapkan pupuk kandang, yaitu kotoran ayam dan pupuk kompos dengan dosis masing-masing sebanyak 1 kg/m3 untuk budidaya Moina, sedangkan pada budidaya Daphnia kotoran ayam 1,5 kg/m3 dan kompos 1 kg/m3. - Masukkan pupuk kandang tersebut ke dalam kantong waring, ikat dan masukkan ke dalam kolam budidaya. - Satu hari kemudian masukkan bibit Moina 2 gram/m3 atau sekitar 3 - 4 ekor/10 ml dan Daphnia sebanyak 5 gram/m3. C. Pemanenan - Moina mulai dipanen pada hari ke-7 sampai hari ke-10 dari pemupukan awal, sedangkan Daphnia pada hari ke-21 dan setelah itu pemanenan dapat dilakukan setiap hari selama 3 minggu sebanyak 25 gr/m3 . - Untuk budidaya Moina pemupukan ulang sebanyak 0,2 dosis dari pemupukan pertama dapat dilakukan pada hari ke-4 setelah pemupukan awal. Sedangkan pada budidaya Daphnia, pemupukan ulang dilakukan sebanyak 0,5 dosis seminggu setelah pemupukan awal . Pada budidaya Moina untuk menjamin penyediaan pakan alami secara terus menerus diperlukan paling sedikit 3 buah kolam. Pelaksanaan budidaya kolam ke-2 dimulai pada hari ke empat dari pelaksanaan budidaya kolam ke-1. Sedangkan budidaya kolam ke-3 dimulai pada hari ke empat setelah pelaksanaan budidaya kolam ke-2 dimulai. Dengan demikian pemanenan Moina dapat dilakukan setiap hari secara terus-menerus, mulai hari ke-7 sampai hari ke10, sebanyak 200 400 gr/m3 air. Untuk mendapatkan Daphnia setiap hari diperlukan 2 buah kolam. Pelaksanaan budidaya kolam ke-2 dilakukan pada hari ke-20 setelah pelaksanaan budidaya pada kolam ke-1. Pemanenan Daphnia dapat dilakukan setiap hari mulai hari ke-21 selama tiga minggu, dengan jumlah 25 gr/m3/hari. Budidaya sendiri Mencari di alam 1. Tenaga Tidak terlalu banyak di gunakan. Memerlukan banyak tenaga 2. Waktu Lebih singkat, sehingga tidak banyak waktu yang terbuang dalam perjalanan dan pencarian pakan 3. Ongkos Relatif sedikit dan lebih efisien digunakan Setiap mencari harus keluar uang untuk transportasi 4. Stok pakan Dapat tersedia sepanjang musim. Pada musim tertentu sangat sulit didapat 5. Persaingan Tidak ada persaingan dalam pengambilan pakan Harus berebut dengan petani ikan lain 6.Penyakit ikan Dapat dicegah dan dikontrol Mudah terserang penyakit yang dibawa dari alam DAFTAR BACAAN Chumaidi dan Djajadireja, 1982. Kultur Massal Daphnia sp. di Dalam Kolam Dengan Menggunakan Pupuk Kotoran Ayam. Bull. Pen. PD.1.3(2) : 17 -20 Chumaidi et. al. 1990. Petunjuk Teknis Budidaya Pakan Alami Ikan dan Udang Puslitbangkan PHP\KAN\PT\12\Rep\1990. Jakarta Darti,S., Darmanto, dan Adisha. 2000 Laporan Akhir Hasil Pengkajian Budidaya Pakan Alami untuk Benih Ikan Ekonomis Penting. Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta Lingga, P. dan H. Susanto. 1989. Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta Hal. 17 24

Suprayitno, SH. 1986. Kultur Makanan Alami. Direktorat Jendral Perikanan dan International Development Research Centre. INFIS Manual Seri no.34.35 pp Wahyudi, NA and C. Lim. 1985. Effect of Feeding Rates on Growth and Survival of Giant Gouramy Larvae. in Chorn Lim (eds) Fish ang feed Technology research in Indonesia- RIFCA. Ministry of Agriculture Indonesia. P. 107 - 112 Posted 6th October 2011 by Laksono Adi Muladi

0

Add a comment 2. OCT

6

BUDIDAYA JENTIK NYAMUK MINGGU, 10 APRIL 2011

JENTIK NYAMUK (Larva Nyamuk) Jentik atau larva nyamuk ini biasa disebut pula dengan istilah cuk atau uget-uget (Jawa). Tubuh jentik nyamuk terlihat berulir dan berwarna kelabu kehitaman. Adapun panjang tubuhnya berkisar 10 —25 mm. Siklus hidup jentik nyamuk sejak menetas hingga menjadi nyamuk dewasa sekitar 5 —6 hari. Terdapat beberapa jenis jentik nyamuk, tergantung jenis nyamuk induknya. Namun, secara umum  jenis jentik nyamuk tersebut dapat dikonsumsi oleh ikan cupang. Jentik berumur 2 —3 hari sangat cocok untuk cupang berumur 2—3 bulan. Adapun kandungan nutrisi yang terkandung dalam jentik nyamuk yaitu protein 15,58%; lemak 7,81%; serat 3,46%; dan abu 1,4%. Pengambilan di alam Pengambilan jentik nyamuk di alam dilakukan dengan menggunakan serok dari bahan kain kasa halus. Serok yang digunakan berbentuk kerucut berdiameter 15 cm dengan tinggi kain sekitar 30 cm. Hasil penyerokan sebaiknya tidak langsung diberikan pada ikan. Hal tersebut disebabkan hasil tangkapan masih kotor dan di antara populasi cuk tersebut terdapat ulat kecil berwana kelabu atau hitam. Jika termakan, ulat kecil tersebut masih sulit dicerna oleh anakan ikan sehingga ikan akan sulit membuang kotorannya. Akibatnya, perut anak ikan akan membesar dan terserang penyakit perut kembung (hydrop’s). Penyakit ini sangat sulit diobati dan ikan yang terserang akan mati hanya dalam waktu satu minggu. Oleh sebab itu, jentik nyamuk harus dibersihkan dulu sebelum diberikan pada ikan. Pembersihan larva nyamuk dapat dilakukan dengan cara berikut. Pertama, siapkan wadah berisi air  yang sudah dibubuhi antibiotika berbahan aktif  tetrametil para amino trifenil seperti Gold100 atau Blitz  Icth . Berikan antibiotika tersebut dengan dosis satu tetes untuk 6 —8 liter air. Tuang jentik nyamuk dalam serok berlubang lebih besar ke dalam wadah penampungan. Selain berfungsi untuk memisahkan jentik nyamuk dengan kotoran, perlakuan tersebut berfungsi untuk membunuh bakteri icth yang mungkin terbawa bersama jentik nyamuk. Teknik pengulturan Pengulturan larva nyamuk paling mudah dilakukan karena dapat menggunakan wadah apa pun asalkan dapat menampung air. Untuk mengulturkan larva nyamuk sejumlah pakan untuk sepuluh ekor ikan cupang membutuhkan wadah berukuran minimal 50 cm x 50 cm. Media hidup larva nyamuk

dapat menggunakan air limbah dapur bekas mencuci piring yang mengandung nasi atau sampah sisa sayuran. Namun, air limbah dapur tersebut hendaknya tidak mengandung banyak sabun dan minyak.  Adapun tahap pengulturan jentik nyamuk dilakukan sebagai berikut. 1) Bersihkan dan saring air limbah dapur dengan serokan dan masukkan ke dalam wadah pengulturan. 2) Letakkan wadah pengulturan tersebut di tempat teduh dan biarkan selama satu minggu hingga terlihat larva nyamuk di dalamnya. 3) Panen larva nyamuk tersebut dengan serokan kecil berdiameter 10 cm yang terbuat dari kain perca (kain berlubang halus). 4)

Buang kepompong nyamuk jika jumlahnya di permukaan air sudah terlalu banyak.

5)

Tambahkan air limbah yang baru jika air media terlihat menyusut jumlahnya.

Diposkan oleh C*World di 09:54

Posted 6th October 2011 by Laksono Adi Muladi

0

Add a comment 3. OCT

6

BUDIDAYA KUTU AIR ( DAPHNIA ) Artikel 1.

Daphnia Posted: June 14, 2011 Tags: budidaya kutu air, daphnia, kultur kutu air, kutu air, pakan ikan, pakan larva

by admin in Perikanan

0 Daphnia atau yang lebih populer dengan nama kutu air, merupakan hewan renik sejenis udang yang banyak terdapat pada perairan tawar, sebenarnya kutu air hanya sebuah sebutan saja untuk daphnia ini, karena tidak menimbulkan rasa gatal  –  gatal di kulit, dan fungsi daphnia ini sebagai penyaring kotoran di perairan umum, oleh karena ukurannya yang sangat kecil,

maka oleh para pembudidaya ikan biasa digunakan sebagai pakan anak ikan yang baru menetas dan memasuki stadium larva, karena disamping ukurannya yang kecil, juga karena kandungan proteinnya yang tinggi, dimana protein sangat diperlukan

untuk

pertumbuhan

larva

ikan.

Kelemahan dari pakan alami ini kalau mengambil langsung dari alam terkadang masih membawa bibit penyakit dari perairan umum yang bisa menyerang larva ikan, dan bisa mengakibatkan kematian masal, ada baiknya jika ingin memberikan daphnia untuk pakan larva maupun indukan dicuci terlebih dahulu, dengan cara saring daphnia yang di dapat dari alam dengan kain bersih, buang air sisanya dan masukkan kain yang berisi daphnia tadi ke dalam air bersih, karantina 1 hari dulu baru bisa diberikan kepada larva maupun ikan yang di pelihara, cara pemberiannya dapat menggunakan saringan teh, ambil daphnia

dari

tempat

karantina

dan

berikan

secukupnya.

Kalau ingin lebih aman lagi bisa dicoba untuk mengkulturkanya sendiri, alat dan bahan yang diperlukan berupa, jerami atau batang pisang yang sudah kering, pupuk kandang atau kotoran ayam yang sudah kering, air tawar, aerator dan selang aerator, bibit kutu air yang bisa didapat dari tempat penjual pakan ikan maupun dicari sendiri di kolam, atau sawah yang masih ada airnya, dan tentu saja pengkulturan di perlukan wadah sebagai media utama, dapat berupa, ember plastik, bak fiber, dan kolam

semen.

Caranya isi wadah yang di tentukan dengan air tawar secukupnya, masukkan pupuk kandang atau kotoran ayam yang sudah kering ke dalam wadah secara merata dengan ketebalan kurang lebih 2 cm, tunggu hingga mengendap di dasar, lalu masukkan potongan jerami atau batang pisang yang sudah kering, pilih salah satu, hidupkan aerator dan aerasi media sampai air berwarna kekuningan, bisa memakan waktu kurang lebih 2 mingguan, kalau air sudah berwarna kekuningan masukkan bibit daphnia yang ingin dikultur, kurang lebih 1 sendok teh, dalam hal ini saya menggunakan bak fiber berukuran 1 x 2 m, dengan ketinggian air kurang lebih 12 cm, jika menggunakan wadah lain yang lebih kecil bisa dikurangi bibit daphnia yang akan dikulturkan, dan sesuaikan pula ketinggian air, setelah bibit daphnia dimasukkan, matikan aerasi, dan biarkan daphnia melakukan tugasnya yaitu menyaring air dan makan serta berkembang biak, wadah untuk media kultur bisa ditutup dengan triplek 1/2 bagian, tetapi kalau lingkungan media berada pada tempat yang teduh, bisa juga dibiarkan terbuka, tunggu hingga kurang lebih 15 hari, kalau tidak ada hal yang menjadi penghalang biasanya daphnia sudah beranak pinak, kalau berhasil dan ingin meneruskan rantai kultur, lakukan pemupukan dengan pupuk kandang yang sudah diencerkan ke dalam tempat atau wadah untuk kultur setiap 1 minggu sekali.

 Artikel 2.

WONGBANYUMAS Mengkultur (Memperbanyak) Kutu Air Untuk Budidaya Cupang Bikinan Yasir Fatahillah Sabtu, 17 September 2011

Oleh wongbanyumas

Bagi para hobiis cupang baik hias maupun aduan tentu menginginkan performa atau penampilan terbaik dari kelangenan kesayangannya. Berbagai upaya dilakukan untuk mempertahankan performa terbaiknya. Salah satu hal yang amat penting dalam perawatan ikan kesayangan kita adalah pemberian pakan. Kualitas pakan akan menentukan kualitas penampilan ikan kesayangan kita. Salah satu pakan alami yang sering diberikan kepada ikan adalah kutu air. Kutu air adalah sebutan awam bagi makhluk kecil penghuni air sejenis udang-udangan. Jenis kutu air meliputi Daphnia (paling umum), Cyclops, Bosmina, dan Diaptomus. Kutu air berukuran panjang kurang dari setengah milimeter dan pakannya adalah berbagai fitoplankton dan juga sisa-sisa makanan hewan lainnya (detritus).

Terutama bagi para peternak kutu air mempunyai peranan yang sangat penting. Sebab kutu air merupakan sumber utama nutrisi bagi burayak cupang. Permasalahan utama mengenai kutu air adalah stoknya yang terbatas di alam terutama ketika datang musim penghujan. Untuk mensiasatinya maka dilakukan upaya pengkulturan agar diperoleh kutu air berdasarkan kuantitas yang diinginkan. Peternak nantinya tak perlu repot untuk mencarinya di selokan, empang, ataupun genangan air lainnya. Stok kutu air akan tetap terjaga untuk memenuhi kebutuhan pakan ikan anda.

Kutu air pada dasarnya merupakan pemakan zat renik di air. Kutu ai r sendiri tidak bertelur melainkan melahirkan embrio kecil calon kutu air. Anda dapat memperoleh kutu air dengan membelinya di pedagang ikan hias. Tentu saja ini akan tergantung pada keadaan alam. Ada beberapa cara yang dilakukan untuk mengkultur kutu air. Jika diperhatikan semua metode hampir sama. Hanya saja media dan pengaplikasikannya yang berbeda. Berikut ini akan saya sampaikan cara memperbanyak kutu air…..

Cara pertama (kotoran dan ampas kelapa) Sebelum melakukan pengkulturan kita harus menyiapkan bahan serta alat yang akan kita gunakan dalam pengkulturan kutu air, meliputi: 1.

Bak atau ember plastik yang berukuran lebar 

2.

Pupuk sebagai pakan kutu air (kotoran ayam/kambing dan ampas parutan kelapa)

3.

Aerator untuk menjaga kandungan oksigen terlarut dalam air 

4.

Bibit kutu air sebanyak dua gelas

Kemudian dari apa yang kita siapkan tersebut kita mulai melakukan pengkulturan: 5.

Isi bak atau ember dengan air secukupnya. Patut diketahui bahwa agar diperoleh kutu air 

diperlukan media dengan penampang yang lebar bukan tinggi. 6.

Lakukan pemupukan dasar dengan cara menebarkan kotoran ayam. Biarkan selama beberapa

hari sampai warna air mulai menghijau pertanda alga mulai tumbuh. 7.

Letakkan media di tempat yang terhindar dari sinar matahari langsung atau gunakan penutup

seperti triplek atau seng. 8.

Masukkan starter kutu air dan berikan aerasi dengan kekuatan udara yang kecil. Tunggu

sampai satu pekan maka anda akan puas dengan hasilkerja keras anda. 9.

Untuk menjaga kuantitas maka dilakukan pemupukan rutin setiap dua pekan dengan

mencampurkan kotoran dengan ampas kelapa. Peras dengan kain hingga mengeluarkan air sebagai pakan kutu air.

Cara kedua (susu) Sebenarnya cara hampir sama hanya saja menggunakan media yang berbeda. Sebelum melakukan pengkulturan kita harus menyiapkan bahan serta alat yang akan kita gunakan dalam pengkulturan kutu air, meliputi: 



Bak atau ember plastik yang berukuran lebar   Aerator untuk menjaga kandungan oksigen terlarut dalam air 



Bibit kutu air sebanyak dua gelas



Susu bubuk dan teh sebagai pakan kutuair 

Kemudian dari apa yang kita siapkan tersebut kita mulai melakukan pengkulturan: 14.

Isi bak atau ember dengan air secukupnya. Patut diketahui bahwa agar diperoleh kutu air 

diperlukan media dengan penampang yang lebar bukan tinggi. 15.

Lakukan pemupukan dasar dengan cara menebarkan susu bubuk sebanyak satu sendok dan

segelas seduahan teh untuk satu ember besar. Biarkan selama beberapa hari sampai warna air mulai berubah kecoklatan pertanda alga mulai tumbuh. 16.

Letakkan media di tempat yang terhindar dari sinar matahari langsung atau gunakan penutup

seperti triplek atau seng. 17.

Masukkan starter kutu air dan berikan aerasi dengan kekuatan udara yang kecil. Tunggu

sampai satu pekan maka anda akan puas dengan hasilkerja keras anda. 18.

Untuk menjaga kuantitas maka dilakukan pemberian pakan secara rutin tiap minggu dengan

menaburkan sesendok susu bubuk.

Cara ketiga (air comberan) Cara yang terakhir yang saya tawarkan cukup mudah. Ambil air selokan alias comberan semau anda. Usahakan angkat bersama lumpurnya. Masukkan ke dalam bak dan tuang starter kutu air ke dalamnya. Diamkan beberapa hari dan lihat hasilnya. Silahkan mencobanya dan semoga berhasil.

===================================

 Artikel 3.

budidaya pakan ikan daphnia (kutu air) Oleh masrozak 12 Komentar

Kategori: LAIN-LAIN dan Pakan

Ikan

Dhapnia

(kutu

air)

Tags: daphnia, kutu air, pakan alami, pengawetan, persyaratan hidup, protein

Daphnia atau kutu air merupakan salah satu pakan alami yang sangat bermanfaat untuk budidaya benih. Daphnia mengandung protein yang tinggi yang mampu mempercepat laju pertumbuhan ikan. Daphnia dapat dikultur atau dibudidaya dengan mudah dengan bantuan kotoran ayam atau

burung

puyuh.

Persyaratan Hidup

Daphnia hidup pada selang suhu 18-24 C. Daphnia membutuhkan pH yang sedikit alkali yaitu pH 6,7 – 9,2. Sepertii makluk hidup akuatik lainnya pH tinggi dan kandungan amonia tinggi dapat bersifat mematikan bagi Daphnia.

Daphnia membutuhkan suplay oksigen untuk pertumbuhan dan perkembangbiakannya. Jika oksigen dalam perairan kurang mencukupi Daphnia akan membentuk hemoglobin. Pada kondisi tersebut Daphnia akan berwarna merah. Kurangnya supay oksigen dapat menyebabkan kematian pada

Daphnia.

Kultur Daphnia di bak

Daphnia bisa di kultur dalam bak baik bak tembok. Caranya,

19.

siapkan sebuah bak tembok berukuran panjang 4 m, lebar 3 m dan tinggi 0,5 m

20.

keringkan selama 3 hari;

21.

isi air setinggi 30 – 35 cm dan hentikan bila sudah penuh;

22.

masukan 2 ember kecil kotoran ayam atau puyuh yang sudah kering;

23.

tebarkan 0,5 liter induk Daphnia;

24.

biarkan berkembang sendiri; panen pada hari ke 7 – 12 dari penebaran;

25.

Panen dilakukan dengan sekup net halus.

26.

Hasilnya ditampung dalam ember atau baskom.

Setiap bak dengan ukuran di atas dapat menghasilkan Daphnia senanyak 10 kg dan puncaknya bisa menghasilkan 2 kg sehari. Agar bisa berkembang lagi, maka dilakukan pemupukan ulang selama 1 minggu sekali dan panen bisa dilakukan pada hari ke 5 atau tergantung populasinya. Catatan : Induk Daphnia bisa diperoleh di perairan yang banyak mengandung bahan organik, misalnya sawah dan solokan yang airnya tergenang.

Kultur Daphnia di kolam tanah

Daphnia bisa juga dikultur di kolam tanah. Bahkan hasilnya bisa melebihi Dapnia yang dikultur di bak. Caranya, 1. siapkan kolam tanah ukuran 100 m2; 2. keringkan selama 4 – 5 hari; 3. isi air

setinggi 40 – 60m dan hentikan bila sudah penuh; 4. tebarkan 2 karung kotoran ayam atau puyuh yang sudah kering; 5. tebarkan induk 2 liter induk Daphnia; 6. biarkan berkembang sendiri; 7. panen pada hari ke 7 – 12 dari penebaran induk. Seperti di bak, panen dilakukan dengan sekup net halus. Namun sekup net itu telah diberi tangkai dari bambu atau kayu. Hasilnya ditampung dalam ember atau baskom. Sebuah kolam seukuran di atas dapat menghasilkan Daphnia senanyak 40 kg dan puncaknya bisa menghasilkan 5 kg sehari. Agar bisa berkembang lagi, maka dilakukan pemupukan ulang dan panen bisa dilakukan pada hari ke 5 atau tergantung populasinya.

Pengawetan

Budidaya pakan alami seperti halnya Daphnia kadang dipanen pada waktu yang kurang tepat dengan budidaya yang dilakukan. Untuk menyingkapi hal tersebut maka Daphnia yang di panen dapat diawetkan terlebih dahulu hingga menunggu waktu yang tepat untuk diberikan pada ikan. Pengawetan yang dilakukan untuk Daphnia yaitu pengawetan dengan cara dibekukan. Pembekuan tersebut tidak akan mengurangi kandungan gizi pada Daphnia dan tidak menggunakan bahan kimia berbahaya sehingga dapat diberikan pada ikan sewaktu-waktu. Cara pengawetannya sebagai berikut :

27.

siapkan kantong plastik bening untuk tempat Daphnia;

28.

ambil Daphnia yang telah siap panen dengan sekop halus;

29.

biarkan hingga air yang ikut terbawa pada sekop keluar (tiriskan);

30.

masukkan Daphnia tersebut dalam kantong plastik yang sudah disiapkan;

31.

lipat plastik hingga tidak terjadi kebocoran atau dapat digunakan plaster;

32.

masukkan pada frezer;

33.

berikan Daphnia yang sudah diawetkan tersebut pada waktu yang tepat.

Sebelum diberikan pada ikan, Daphnia yang masih beku direndam dalam baskom yang berisi air agar meleleh. Setelah itu baru diberikan pada ikan. Pengawetan tersebut dapat bertahan 1 minggu. jika terlalu lama kandungan gizi pada Daphnia akan r usak.

Sumber: http://benihikanku.blogspot.com/2009/12/budidaya-daphnia-kutu-air.html

Posted 6th October 2011 by Laksono Adi Muladi

0

Add a comment 4. SEP

30

PAKAN BERGIZI DARI LIMBAH TERNAK

.

 Artikel 1

Peluang Usaha Budi Daya Ikan Lele Organik Peluangusaha-oke.com

Budidaya Ikan Lele

Peluang usaha budidaya ikan lele masih terbuka lebar bagi anda yang berminat menekuninya, banyak yang sudah sukses dalam usaha budidaya ikan lelke, akan tetapi tidak sedikit pula yang gulung tikar karena harga pakan yang mahal. Tapi ada cara lain untuk budidaya ikan lele yang lebih hemat biaya, yaitu dengan menggunakan “ kotora n Sapi “ sebagai pakan. Cara ini ternyata sangat baik untuk pertumbuhan ikan lele dan rasanya pun lebih gurih daripada ikan lele yang diberi pakan sentrat. Cara ini sangat populer di daerah Banyuwangi Jawa Timur. Dengan memberi pakan ikan lele secara Organik maka seakan lele hidup di alam bebas, dimana hidupnya dari makan bahan2 organik.

Tentu ini sangat baik jika anda barengi dengan ternak Sapi. Sebab anda bisa menggunakan kotorannya sebagai pakan ikan lele anda. Namun anda juga bias mencarinya di sekitar anda.

Hasil panen dari Budidaya ikan lele Organik dengan ikan lele non organik sangatlah berbeda. Ikan lele organic hasilnya bisa lebih panjang

20 –  35 cm.

Warnanya juga berbeda, ikan lele organic biasanya warnanya agak kemerah-merahan terutama di bagian sirip dan insang. Sedangkan ikan lele non organic warnanya agak kehitam-hitaman. Keuletan dan kesabaran sangat di butuhkan dalam budidaya ikan lele organic. Sebab akan melalui beberapa proses. Pertama, adalah penebaran benih lele pada kolam berisi air dan kotoran sapi yang telah dikomposing selama satu bulan. Kotoran sapi tersebut ditempatkan dalam tiga karung goni tertutup. Bila benih berusia dua minggu, kemudian dilakukan seleksi untuk benih yang berukuran 4-5 milimeter.

Benih tersebut dipisahkan di kolam berikutnya selama dua minggu hingga benih berdiameter 10 milimeter. Dua minggu berikutnya, lele diseleksi untuk  yang berukuran 20 milimeter. Sejak benih lele berdiameter 10 milimeter itu, kolam yang berisi air dicampur langsung dengan pupuk organik dari kotoran sapi hingga setinggi 20 centimeter. Dari cara ini, kotoran sapi akan menghasilkan banyak plankton yang menjadi makanan utama lele. Lele organik, baru siap dipanen saat usianya delapan minggu. Keuntungan lainnya, air di dalam kolam lele tidak  menghasilkan bau busuk seperti halnya lele non organik. Sehingga ia tak perlu repot mengganti air dalam kolam. “Menghemat biaya dan tenaga “. Ikan Lele masih menjadi makanan favorit di masyarakat. Namun kebanyakan yang beredar, mengandung residu akibat pemakaian bahan kimia yang tinggi. “Berbeda, kalau organik sudah bebas zat kimia”. Sementara ditilik dari segi gizi, Ikan lele organik tingkat kolestorelnya lebih rendah karena mengandung asam lemak tak jenuh.

Semoga Bermanfaat.

============================================

 Artikel 2.

Pakan Ternak (Manfaatkan Kotoran untuk Lele)

Ikan yang berkumis dan licin serta gesit (ikan lele), banyak menarik perhatian banyak orang untuk membudidayakannya. Saat ini stok lele sangat jauh dari mencukupi, permintaan pasar akan ikan lele sangat banyak sedang produksi lele masih kurang. Sudah banyak yang berkolam ikan lele tetapi banyak di antara mereka yang berguguran, sehingga ikan lele di pasar masih terus

kekurangan.

Tentu banyak faktor penyebab banyaknya pengolam yang berguguran. Di antaranya, kurangnya pengetahuan akan teknik berkolam lele, tidak bisa membuat pakan alternatif sederhana untuk ikan lele, terlalu tergantung dari pakan ikan pabrik yang harganya tinggi, tidak bisa memanfaatkan potensi alam sekitar yang sangat banyak untuk meningkatkan produksi ikan lele dengan meminimkan ketergantungan pakan pabrik dan digantikan dengan pakan yang ada di sekitar

lingkungan.

Salah satu cara untuk meningkatkan income dari kolam lele adalah dengan memanfaatkan limbah ternak lain seperti kambing, sapi dan ayam. Tentu ini diperlukan sedikit ilmu bagaimana teknik agar limbah ternak itu bisa digunakan sebagai pakan ikan lele.

Untuk membuat pakan ikan lele dari limbah ternak dan teknik pemberiannya dengan memanfaatkan bakteri tertentu yang biasa disebut sebagai bakteri probiotik. Bakteri Probiotik ini digunakan untuk mengolah kotoran ternak sehingga terjadi proses fermentasi dimana dalam proses ini akan mengakibatkan panas yang akan membunuh bakteri lain yang tidak berguna sehingga

limbah

ternak

tersebut

aman

untuk

dikonsumsi

ikan

lele.

Teknik pemberiannya adalah dengan memasukkan limbah hasil fermentasi ke dalam kolam setelah ikan berumur 20 hari serta diberikan sebagai tambahan sewaktu memberi makan ikan. Maksudnya sewaktu memberi makanan ikan dengan pelet (pakan pabrik) kemudian diikuti dengan pakan limbah ternak hasil fermentasi. Maka ikan lele akan tumbuh lebih cepat, sehat dan daging ikan lele lebih padat sehingga rasa ikan lele seperti ikan lele sungai. Dengan teknik ini untuk satu kolam isi 10.000 ikan cukup diberikan 10 sak pakan pelet sampai panen, tentu ini sangat membantu meminimalkan penggunaan pakan pabrik, dan income akan jauh meningkat. Selain

itu

Anda

bisa

menghemat

penggunaan

Rumen

air.

Sapi

Isi rumen merupakan salah satu limbah rumah potong hewan yang belum dimanfaatkan secara optimal bahkan ada yang dibuang begitu saja sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan. Limbah ini sebenarnya sangat potensial bila dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak karena isi rumen disamping merupakan bahan pakan yang belum tercerna juga terdapat organisme rumen

yang

merupakan

sumber

vitamin

B.

Kandungan zat makanan yang terdapat pada isi rumen sapi meliputi: air (8,8%), protein kasar (9,63%), lemak (1,81%), serat kasar (24,60%), BETN (38,40%), Abu (16,76%), kalsium (1,22%) dan posfor (0,29%) dan pada domba meliputi: air (8,28%), protein kasar (14,41%), lemak (3,59%), serat kasar (24,38%), Abu (16,37%), kalsium (0,68%) dan posfor (1,08%) (Suhermiyati, 1984). Widodo (2002) menyatakan zat makanan yang terkandung dalam rumen meliputi protein sebesar 8,86%, lemak 2,60%, serat kasar 28,78%, fosfor 0,55%, abu 18,54% dan air 10,92%. Berdasarkan komposisi zat yang terkandung didalamnya maka isi rumen dalam batas tertentu tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bila dijadikan bahan pencampur ransum berbagai

ternak.

Di dalam rumen ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing dan domba) terdapat populasi mikroba yang cukup banyak jumlahnya. Cairan rumen mengandung bakteri dan protozoa. Konsentrasi bakteri sekitar 10 pangkat 9 setiap cc isi rumen, sedangkan protozoa bervariasi sekitar 10 pangkat 5 - 10 pangkat 6 setiap cc isi rumen (Tillman, 1991). Beberapa jenis bakteri/mikroba yang terdapat dalam isi rumen adalah (a) bakteri/mikroba lipolitik, (b)

bakteri/mikroba pembentuk asam, (c) bakteri/mikroba amilolitik, (d) bakteri/mikroba selulolitik,

(e)

bakteri/mikroba

proteolitik

Sutrisno

dkk,

1994)

Jumlah mikroba di dalam isi rumen sapi bervariasi meliputi: mikroba proteolitik 2,5 x 10 pangkat 9 sel/gram isi rumen, mikroba selulolitik 8,1 x 10 pangkat 4 sel/gram isi rumen, amilolitik 4,9 x 10 pangkat 9 sel/gram isi, mikroba pembentuk asam 5,6 x 10 pangkat 9 sel/gram isi, mikroba lipolitik 2,1 x 10 pangkat 10 sel/gram isi dan fungi lipolitik 1,7 x 10 pangkat 3 sel/gram isi (Sutrisno dkk, 1994). Mikroorganisme tersebut mencerna pati, gula, lemak, protein dan nitrogen bukan proein untuk membentuk mikrobial dan vitamin B. Berdasarkan hasil penelitian Sanjaya (1995), penggunaan isi rumen sapi sampai 12% mampu meningkatkan pertambahan bobot badan dan konsumsi pakan ayam pedaging dan mampu menekan konversi pakan ayam pedaging

ABOUT THE AUTHOR

YUDI : Seorang Manusia yang selalu ingin menjadi lebih baik

========================================================

 Artikel 3.

REVOLUSI HIJAU KEDUA June 1st, 2011 Posted in Lingkungan-Ringkasan Industri 

No Comments 

Diringkas NIM:41610010002 TEKNIK INDUSTRI UMB

oleh

FIRMANSYAH 

REVOLUSI HIJAU KEDUA Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) menyebutkan bahwa kebutuhan beras secara global pada tahun 2025 akan mencapai 800 juta ton. Namun kemampuan produksi kurang dari 600 juta ton. Kenyataan ini disadari sebagai sebuah jurang antara produksi dan konsumsi yang harus diatasi. Cara pengatasan yang dilontarkan adalah peningkatan produksi beras dengan penerapan Revolusi Hijau Kedua. (G. Kriswanta, 2006). Kalau benar revolusi hijau kedua akan dapat mengatasi persoalan, tentu

 penerapannya harus lebih super hati-hati dan bijaksana. Jangan sampai justru semakin menambah keterpurukan petani masuk ke dalam jurang kemiskinan yang lebih akut. Pada tahun 2005 saja terdapat 38 juta atau 16% dari penduduk Indonesia yang miskin dan 68% dari 38 juta orang miskin ada pada sektor   pertanian. Maka pada tahun 2006 ini masih dapat dikatakan secara umum bahwa orang miskin di Indonesia adalah petani. Bahaya Revolusi Kedua Kemiskinan petani merupakan akibat dari serentetan peristiwa pada zaman Orde Baru dengan adanya program swasembada pangan melalui penerapan teknologi baru yang disebut Revolusi Hijau (RH). Swasembada pangan dimaksudkan agar   petani mampu menyediakan keragaman jenis bahan makanan (diversifikasi pangan).  Akan tetapi, dalam praktiknya swasembada pangan menjadi swasembada beras, dan keragaman menjadi keseragaman. Peningkatan hasil padi dapat diraih dengan menanam jenis padi bibit unggul hasil teknologi RH. Salah satu jenisnya adalah IR (Institute Rice), yang merupakan hasil persilangan antara padi berumur pendek dan berperanakan banyak, sehingga jenis IR bisa menghasilkan padi berlipat ganda hanya dalam jangka waktu 3 bulan. Kembali ke Pertanian Organik Persoalan pokok mengapa pertanian ditinggalkan terletak pada daya tarik  penghargaan jerih payah petani. Seharusnya petani Indonesia itu kaya kalau  pemerintah bisa menentukan standar harga nasional untuk semua jenis hasil  pertanian baik sayur-mayur, kedelai, kacang tanah, padi, maupun hasil pertanian lainnya. Dengan harga yang pasti dan seimbang dengan produk pada sektor lain,  para petani bisa memperkirakan pendapatannya sehingga bisa memperkirakan juga uang tabungan serta kepentingan lain seperti kesehatan. Penghargaan terhadap hasil bumi terutama hasil pertanian akan menjadikan para petani bangga akan hasil  panennya, mereka juga tidak akan mengalami kesulitan mencari generasi petani. Para petani pun tidak akan merasa malu dengan harga dirinya sebagai petani, karena konsumen akan menghargai jerih payah petani sebagaimana mestinya. Selain sistem pertanian organik dikenal pula sistem pertanian terpadu. Terdapat dua model sistem pertanian terpadu (integrated agriculture management), yaitu semua pertanian terpadu konversional dna sistem pertanian terpadu dengan teknologi EM (effective micro organisme). Sistem pertanian terpadu konvensional misalnya tumpang sari antara peternakan ayam dan balong ikan (longyam) dimana kotoran ayam yang terbuang dimanfaatkan sebagai pakan ikan, atau tumpang sari antara tanaman palawijaya dan peternakan, dimana sisa-sisa tanaman digunakan sebagai pakan ternak kambing atau sapi dan kotoran ternak digunakan sebagai pupuk kandang bagi pertanaman berikutnya. Praktek-praktek  pertanian terpadu konvesional ini belum tentu merupakan siklus yang berkelanjutan, karena hanya mengandalkan proses dekomposisi biomassa alamiah yang berlangsung sangat lambat. Oleh karena itu, diperlukan sentuhan teknologi yang mampu mempercepat proses pembusukan dan penguraian bahan-bahan organik menjadi unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman atau hewan. Konsep pertanian lainnya yang memperhatikan sistem pengelolaan lingkungan berkelanjutan ialah sistem pertanian masukan luar rendah. Dalam hal ini pemanfaatan input luar dilakukan hanya bila diperlukan untuk melengkapi unsur-unsur yang kurang dalam agroekosistem dan meningkatkan sumberdaya

biologi, fisik dan manusia. Dalam pemanfaatan input luar, perhatian diberikan pada mekanisme daur ulang dan minimilisasi kerusakan lingkungan.

utama

=============================================

 Artikel

4.

Pakan Bergizi dari Limbah Ternak 06 Mar 2011 

Lingkungan 



Media Indonesia 

Pemanfaatan kotoran sapi bukan lagi terbatas untuk pupuk. Dengan modifikasi makanan sapi, kotoran yang dihasilkan bisa jadi bah.an baku pakan ikan dan unggas. Ferdinand  SELAIN sebagai pupuk, kotoran sapi nyatanya bisa pula dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat pakan ikan dan unggas. Yang satu ini boleh jadi belum banyak yang tahu, karena memang masih terbilang baru. Itulah yang kini sedang dikembangkan Soelaiman Budi Sunarto, pendiri usaha rekayasa teknologi

pertanian,

Agromak-mur,

di

Desa

Doplang,

Kecamatan

Karangpandan,

Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Ide tersebut muncul empat bulan lalu, berawal dari keinginannya untuk meningkatkan nilai ekonomis kotoran sapi. Kebetulan, Soelaiman memiliki tiga sapi. Selama ini, kotoran binatang itu digunakan sebagai bahan membuat biogas dan ampasnya dijadikan pupuk. Namun, sejak dirinya beralih menggunakan sekam padi yang nilai jual pupuk organiknya lebih tinggi, kotoran sapi itu menjadi kurang termanfaatkan. Padahal dalam sehari, satu ekor sapi bisa menghasilkan 20 kilogram kotoran. Kalau nga ekor sapi, berarti setiap harinya ada 60 kilogram kotoran yang menumpuk di kandang. "Setelah berhari-hari berpikir, muncul ide dijadikan pakan ikan saja. Apalagi harga  pakan yang dihasilkan pabrik terbilang mahal," katanya saat ditemui di tempat usahanya yang berhawa sejuk, Selasa (22/2).

Ide tersebut segera direalisasikan. Kotoran sapi mulai dikumpulkan. Namun, tidak sembarangan. Kotoran yangv-. ,fi -, digunakan harus yang padat dan tidak berbau. "Kalau tidak padat, tidak bisa mengapung, sedangkan kalau masih bau kotoran, ikan tidak mau," ujar pria yang meraih  penghargaan inovator bergengsi dari Menteri Negara Riset dan Teknologi 2009 itu. Untuk menghasilkan kotoran seperti itu, memang harus dilakukan perubahan sumber  makanan. Sapi diberi pakan jerami yang telah dikeringkan selama satu minggu. Selain itu, diberi minum hanya dua kali sehari, masing-masing satu ember dengan campuran bakteri pengurai yang diambil dari rumen (perut besar sapi). Bakteri pengurai itu bisa diambil dari rumen sapi yangtelah mati dari rumah pemotongan atau dari sapi yang masih hidup. Untuk cara yang kedua ini, perut sapi dilubangi atau dibuatkan fistula. Cara kedua itulah yang digunakan Soelaiman. Selain bakteri pengurai bisa diambil setiap saat, sapi yang digunakan tetap hidup secara normal. Setiap hari, Soelaiman mengambilsepertiga isi rumen. Jumlah tersebut dapat menghasilkan tiga liter air yang mengandung jutaan bakteri. Kotoran sapi itu kemudian dikeringkan dan dicampur dengan sumber nutrisi tambahan, seperti bekatul atau kulit ari beras, tetes tebu atau air kelapa, ikan asin, serta tepung tapioka. Soelaiman telah menggunakan pakan kotoran sapi ini untuk usaha perikanannya sendiri. Ikan-ikan lele yang berada di kolam miliknya dikatakan lebih cepat besar ketimbang ikan yang diberi pakan buatan pabrik.  Jika menggunakan pakan produksi pabrik, membutuhkan waktu paling tidak tigahingga empat bulan. Kini, Soelaiman hanya butuh dua bulan untuk mencapai panen. Digabungkan dengan biogas Soelaiman mengatakan penyelamatan lingkungan akan lebih besar jika digabungkan dengan produksi biogas. Sebelum dijadikan pakan, kotoran sapi dimanfaatkan dulu sebagai sumber biogas.  Memang, kotoran sapi telah diketahui banyak mengandung gas metana yang ikut menghasilkan efek rumah kaca. Menurut lembaga antariksa Amerika Serikat (AS) NASA, gas metana ini bahkan lebih aktif ketimbang karbon dioksida.  Jumlah gas metana di udara semakin meningkat dengan pertumbuhan industri  peternakan. Badan perlindungan lingkungan AS, EPA, menyebutkan usaha peternakan

menghasilkan 5,5 juta metrik ton metana per tahun atau mencapai 20% dari produksi metana negara tersebut. Soelaiman mengatakan kandungan nutrisi tidak akan berubah jika kotoran sapi dimanfaatkan dulu untuk biogas. Bahkan sebenarnya peternak bisa mendapat untung ganda karena sekaligus mendapatkan energi yang bisa dimanfaatkan untuk kompor  ataupun penerangan. Saat ini, pakan dari kotoran sapi sudah mulai dikenalkan Soelaiman kepada para  peternak sapi di sekitar tempat usahanya. Berikut juga usaha pemanfaatan biogas. Soelaiman berharap para peternak sapi bukan hanya bisa mencegah dampak buruk lingkungan dari kegiatan mereka, tapi juga menambah penghasilan. "Saya ingin temuan-temuan seperti ini bermanfaat secara luas oleh masyarakat. Saya tidak pernah mematenkan temuan saya. Siapa saja bebas untuk menggunakannya," kata inovator yang telah menghasilkan 30 karya itu. (M-6) .miweekend@ mediaindonesia.com

Posted 30th September 2011 by Laksono Adi Muladi

0

Add a comment 5. SEP

29

CARA MEMBUAT ABON LELE

Cara Membuat Abon Lele Posted on January 24, 2011 by rifbk23

 Abon lele merupakan makanan tahan lama yang memiliki protein tinggi dan memiliki kadar kolesterol yang rendah. Anda pun dapat membelinya, bahkan juga  berbisnis abon lele, seperti yang dilakukan Hj. Murti Rahayu dari Majenang, Cilacap.

 Wilayah Majenang sejak lama dikenal dengan perikanan daratnya. Air yang melimpah mendukung pengembangan usaha tersebut. Salah satu jenis ikan yang banyak  dibudidayakan warga setempat adalah lele. Namun, melimpahnya lele kerap tak ditunjang pemasaran

dan

kestabilan

harga.

Banyak

petani

lele

pun

jatuh

bangun.

Kondisi tersebut menjadi keprihatinan tersendiri bagi Murti yang juga menjadi Ketua  Asosiasi Perajin dan Pengusaha Kecil Majenang. Pada pertengahan tahun 2007, dia terpikir membuat penganan olahan dari lele yang dapat dijual kemasan dan punya nilai ekonomis tinggi. ”Bayangan saya yang pertama adalah mengolah lele menjadi abon. Daging sapi saja bisa jadi abon,

kenapa

lele

tidak,”

tutur

ibu

tiga

anak

ini.

Kebetulan, di rumahnya, sejak lama Murti membuka warung lesehan dengan menu aneka masakan

ikan

air

tawar.

Jadi,

mengolah

lele

bukan

hal

baru.

Dibantu putri bungsunya, Indira K Paramita (29), Murti pun bereksperimen abon lele. Percobaan awal ini tak sepenuhnya berhasil. Sulit mengurangi tingginya kandungan minyak  pada

abon

lele.

Abon

pun

cepat

tengik

atau

basi.

Selang beberapa hari, dia menemukan mesin pres tangan untuk mengurangi minyak. Sejak  itu Murti berani menawarkan abon lele buatannya kepada teman dan tetangganya. Respons mereka

positif.

Abon

lele

Murti

tak

kalah

dengan

abon

sapi.

Murti pun kian percaya diri. Tiga bulan setelah eksperimen, Murti mulai memasarkan abonnya yang bermerek Nazelia itu ke supermarket di Majenang dan Cilacap. Respons pasar lumayan. Dalam tiga hari abon lele itu ludes. Permintaan pun mengalir. Dia menjual abonnya seharga Rp 13.000 per satu kemasan plastik seberat 1 ons atau 100 gram. Murti kian serius menekuni usaha abon lele. Selain celah pasar yang ada, usaha abon lele tak  membutuhkan modal yang besar pada tahapan awal. Hal ini tak terlepas dari relatif  murahnya

harga

ikan

lele

di

Majenang.

Harga ikan lele hanya Rp 11.000 per kilogram (kg). Setiap kilogram menghasilkan 3 ons abon. Tiap 1 ons dijual Rp 13.000 sehingga keuntungan kotor tiga kali lipat. Keuntungan itu dikurangi biaya minyak goreng dan plastik kemasan. ”Untung bersihnya 30 -50 persen,” ungkap

Murti.

Selain dagingnya, kulit lele dimanfaatkan menjadi keripik. Namun, jumlahnya sangat terbatas. Dari 10 kg lele, hanya menghasilkan sekitar 15 bungkus keripik ukuran 100 gram. Keripik

lele

ini

hanya

jadi

usaha

sampingan

Murti.

Kerupuk tengiri memang lebih terkenal sebagai oleh-oleh makanan dari Cilacap, namun bagi Ketua Asosiasi Perajin dan Pengusaha Kecil Distrik Majenang itu tak ada salahnya memperkenalkan

camilan

ikan

air

tawar

dalam

bentuk

berbeda.

Indira, putri Ny Murti mengatakan ketertarikan membuat variasi penganan lele terdorong oleh usahanya membuka warung makan lesehan yang menyediakan berbagai menu ikan air tawar.

Pasokan lele yang melimpah dari kelompok tani perikanan air tawar membuatnya tak  kehabisan ide. Masa percobaan selama tiga bulan barulah menghasilkan produk yang akhirnya

diterima

pasar.

”Memang, sebelumnya di Boyolali sudah ada abon lele, tetapi kami mencoba mengenalkan sebagai salah satu oleh-oleh dari Majenang, Cilacap, dan sekitarnya,” jelas Indira di sela-sela pameran

PKBL

mitra

binaan

PT

Pertamina

di

Mal

Ciputra

Semarang.

Kesulitan biasanya, dari 10 kg lele bisa diolah menjadi 3 kg abon. Lele diperoleh dari kelompok tani seharga Rp 11 ribu/kg. Setelah jadi abon, per ons dipatok Rp 10 ribu dan dipasarkan ke berbagai kota antara lain Jakarta, Surabaya, dan kota-kota besar lain di Indonesia. Selain dagingnya, kulit lele dimanfaatkan menjadi keripik. Tetapi Indira mengaku agak  kesulitan memasok dalam jumlah besar karena dari 10 kg lele hanya menghasilkan sekitar 15  bungkus keripik ukuran 100 gram. Setiap bulan bisa mengolah sekitar 5 kuintal lele untuk  abon. ”Lele dikukus, lalu diambil kulitnya dan dijemur selama tiga hari, selanjutnya digoreng. Tapi karena jumlahnya tak seberapa, belum dipasarkan biasanya sudah banyak yang pesan,” tutur

Indira

yang

memberi

merek

abonnya

dengan

nama

‘Nazelia’.

Tak sulit membuat abon lele. Daging ikan lele dibumbui seperti dendeng dengan ketumbar, merica putih, bawang putih, dan garam serta gula. Setelah direbus dengan bumbu hingga meresap,

barulah

digoreng

kering.

Daging lele dipres hingga seluruh minyaknya keluar dan tersisa serbuk halus kecoklatan. Rasanya manis gurih dengan aroma bawang dan ketumbar yang kuat. Ada pula yang dicampur

dengan

bawang

merah

goreng,

seperti

lazimnya

abon

sapi.

 Abon lele dikemas dalam plastik berlabel. Setiap saat bisa dinikmati. Dengan rasanya yang gurih, abon ini cukup ditaburkan di atas nasi atau ketan hangat sebagai lauk. Hingga enam bulan pertama, kapasitas produksi abon lele Murti hanya 3 kilogram lele per hari. Namun, seiring permintaan yang terus meningkat dan pemasaran yang kian luas ke kota-kota besar, seperti Yogyakarta, Semarang, dan Purwokerto, kebutuhan bahan baku lele pun

terus

bertambah.

 Apalagi, setelah dia mampu membeli mesin pres dari Surabaya, Jawa Timur, seharga Rp 2  juta, Murti kian percaya diri memasarkan produknya lebih luas. Dengan mesin baru itu, kualitas abonnya kian tinggi. Saat itu izin dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan sudah dikantonginya. Sertifikasi Majelis Ulama Indonesia (MUI) pun telah menyatakan bahwa abon

lelenya

halal.

Pada pertengahan 2008, Murti menjadi mitra binaan PT Pertamina Cilacap. Selain membantu permodalan melalui kredit lunak, badan usaha milik negara tersebut juga membantu pemasaran dengan cara memfasilitasi mitra binaannya mengikuti pameranpameran.

”Saya sangat bersyukur bisa difasilitasi mengikuti pameran. Rasanya tak mungkin kalau ikut pameran sendiri karena biayanya sangat mahal. Buat ongkos transpor, sewa stan, dan akomodasinya

tinggi,”

ujarnya.

Pameran produk kerajinan usaha kecil yang pernah diikutinya, di antaranya, adalah di  Yogyakarta, Keikutsertaan

Jakarta, dalam

aneka

Semarang, pameran

tersebut

dan sangat

Surabaya.

membantu

Murti

dalam

memperkenalkan produknya kepada masyarakat. Pernah dalam sebulan dia mendapat kesempatan tiga kali pameran. Selain dapat memperkenalkan produknya, pada saat pameran

Murti

juga

dapat

menjual

abonnya

dalam

jumlah

lumayan

besar.

Sejak tahun 2009, produksi abon lele Murti rata-rata per hari menghabiskan 10 kilogram lele atau 500 kilogram lele per bulan. Pasarnya pun kian luas hingga Jakarta, Bandung, dan Denpasar. Untuk 10 kilogram lele dapat diolah menjadi 3 kilogram abon. Dalam sehari, rata-rata Murti dapat

menghasilkan

penjualan

kotor

Rp

300.000-Rp

400.000.

Saat pameran produk-produk khas Nusantara di Jakarta pada pertengahan 2009, produk  abon lele Murti dilirik konsumen luar negeri. Salah satunya seorang distributor makanan asal Belanda. Sejak saat itu Murti mulai dapat mengekspor abon lelenya ke Negeri Kincir  Angin

itu.

Dalam sebulan, rata-rata dia dapat mengekspor 10 kilogram abon lele ke Belanda. Ekspor tersebut

dilakukan

melalui

distributor

di

Jakarta.

”Daging ikan lele mengandung protein dan rendah lemak sehingga bisa dikonsumsi oleh mereka yang berdiet lemak. Karena itulah, orang dari Belanda itu suka abon lele saya,” katanya. Sebenarnya, selain dari Belanda, ada permintaan abon lele dari negara lain. Namun, karena  belum memahami prosedur ekspor dan modal yang terbatas, dia belum berani mengambil kesempatan

tersebut.

Meski demikian, dia sudah sangat bersyukur dengan apa yang diraihnya saat ini. Dia tak  menyangka abon lelenya yang dibuat dengan cara sederhana itu kini melanglang buana hingga

ke

Eropa.

”Jumlahnya, sih, memang belum banyak, tetapi saya sudah sangat senang karena abon lele saya

disukai

banyak

orang,

bahkan

sampai

di

luar

negeri,”

kata

Murti.

*** Resep

Abon

Lele

Bahan

:

Lele

10

kg

Gula

Merah

3

kg

Gula

Pasir

1

kg

Lengkuas

250

gram

Sereh

10

Daun

batang

Salam

10

Ketumbar

lembar

50

gram

Bawang

Putih

250

gram

Bawang

Merah

250

gram

Jahe

100

 Asam

Jawa

100

gram,

direbus

gram

dengan

200

cc

air,

saring,

ambil

Garam

airnya.

secukupnya

Minyak

goreng

2

kg

Cara

Membuat:

1.Siapkan

lele

2.Pisahkan

segar

kulit

yang

dan

daging

3.Potong

7.Suwir-suwir

pisau.

isi

perutnya.

dari

daging

bantuan

kepalanya

daging

6.Kukus

dengan

dimatikan.

bagian

4.Bersihkan 5.Lepaskan

sudah

tulang,

hingga

dengan

matang, garpu

sisihkan dinginkan.

hingga

halus.

8.Siapkan bumbu-bumbu, haluskan ketumbar, bawang putih, bawang merah, jahe, lengkuas, 9.Tumis bumbu halus dengan minyak goreng hingga harum, tambahkan sereh dan daun salam.

Tambahkan

10.MAsukkan 11.MAsak

air

asam

daging

jawa+garam+gula

lele

dan

yang

aduk

pasir+gula sudah

hingga

bumbu

merah. dihaluskan. meresap.

12.PAnaskan minyak goreng dalam wajan, goreng daging lele sedikit demi sedikit hingga kecoklatan, 13.Masukkan

angkat dalam

dan alat

pengepres

tiriskan. minyak.

14.Abon lele siap disajikan dan bisa disimpan dalam toples. Posted 29th September 2011 by Laksono Adi Muladi

0

Add a comment 6. SEP

29

Aplikasi BeKa Fish Probiotik pada Limbah Tahu untuk media Budidaya Maggot

 Aplikasi BeKa Fish Probiotik pada Limbah Tahu untuk media Budidaya Maggot Oleh Eddy Santoso · Terakhir disunting 5 menit yang lalu · Sunting Dokumen  Aplikasi BeKa Fish Probiotik pada Limbah Tahu untuk media Budidaya Maggot BeKa Fish Probiotik diproduksi melalui proses bioteknologi menggunakan mikrobia pengurai bahan-bahan organik. Aplikasi BeKa Fish Probiotik sesuai untuk fermentasi limbah tahu karena pada limbah tahu kandungan air nya masih cukup tinggi.

0. 



3. 



 

Media dibedakan menjadi 2 jenis : Media pemancing lalat : limbah ikan/daging lain yang berbau amis, tanpa penambahan probiotik. (jumlah media sedikit saja, karena fungsinya hanya sebagai pemancing agar lalat mau hinggap dan bertelur) Mengapa tanpa probiotik? Karena apabila media pemancing diberi BeKa Fish Probiotik, lalat tidak mau datang (ada aroma pengusir serangga dan memutus daur hidup lalat dari panas yang dihasilkan saat proses fermentasi terjadi) Media pemancing sangat penting karena menentukan jumlah lalat yang hinggap dan bertelur yang pada akhirnya menentukan maggot yang dihasilkan. Media Pemeliharaan larva lalat yang ditambahkan BeKa Fish Probiotik. Mengapa harus ditambahkan BeKa Fish Probiotik  pada limbah tahu? Kandungan nutrisi limbah tahu relatif masih cukup tinggi sehingga apabila di uraikan dengan baik akan bermanfaat bagi larva lalat yg menetas. Fermentasi / dekomposisi memerlukan waktu yang lama bila tanpa bantuan probiotik : limbah tahu tanpa BeKa Fish Probiotik +/- 1 bulan, dengan BeKa Fish Probiotik +/- 1 minggu. Mengurangi / menghilangkan polusi bau. Bekas media budidaya merupakan bentuk pupuk organik yang sangat baik untuk pemupukan kolam ikan atau tanaman. Dosis BeKa Fish Probiotik: 1 Liter BeKa Fish Probiotik ditambahkan air 200 Liter untuk 3-5 ton limbahTahu.  Atau 1 cc BeKa Fish Probiotik ditambahkan 200 cc air untuk 3-5 kg limbahTahu.

Persiapan Fermentasi : 8. Siapkan wadah/tempat fermentasi media sesuai dengan skala yang akan dibuat. 9. Limbah tahu di ratakan tipis di lantai yang bersih, semprot dg larutan BeKa Fish Probiotik menggunakan hand sprayer, bila perlu aduk lagi hingga rata. 10. Simpan di tempat yang teduh selama +/- 1 minggu. Selama proses awal fermentasi / dekomposisi ditandai dengan timbulnya panas pada media, juga masih adanya bau. Pada proses akhir fermentasi / dekomposisi sudah tidak ada lagi panas berlebih dan bau. 11. Pada hari ke 7, media sudah siap digunakan untuk penetasan dan pembesaran larva lalat.





 



Apakah Media bekas bisa dimanfaatkan lagi? Media bekas budidaya maggot akan mengalami penurunan kualitas selama masa budidaya, juga akan terkontaminasi oleh jamur dan mikrobia yang merugikan. Jadi sebaiknya pengulangan media budidaya maksimal hanya 1 kali saja untuk optimalisasi budidaya. Media bekas budidaya maggot dapat dipergunakan sebagai pupuk organik yang sangat baik kualitasnya pada kolam ikan dan tanaman, dengan dosis 0,2 s/d 0,5 kg per meter persegi luas kolam. Aplikasi Budidaya Maggot: Biarkan media pemancing lalat berada di tempat terbuka selama +/- 3 hari, pastikan sudah terlihat adanya telur lalat. Siapkan media yang sudah terfermentasi sebanyak 15 kg, pindahkan media pemancing beserta telur lalat ke media yang sudah terfermentasi. Tempat budidaya dapat berupa tong bekas cat tembok, atau wadah lain. Wadah budidaya harus modifikasi dahulu agar larva tidak lari setelah menetas. Modifikasi dapat dilihat pada link sbb: http://www.youtube.com/watch?v=kjNvE5IOdw&feature=related . Dengan modifikasi wadah budidaya, akan lebih mudah dalam menyimpan dan memanen maggot.





Biarkan selama kurang lebih 4 s/d 7 hari, larva lalat akan terlihat. Jangan biarkan lebih dari 9 hari, karena larva cenderung untuk pergi meninggalkan media dan mencari tanah sebagai habitat fase pupa untuk kemudian menjadi lalat. Setelah dibersihkan dengan air, maggot dapat langsung diberikan pada ikan atau diolah untuk bahan campuran pakan buatan. Dengan Media 15 kg hasil yang didapat bervariasi antara 5-9 kg maggot (berat basah) pada hari ke 4 s/d 7 masa budidaya.

daur

hidup

lalat

(sumber:Small

Gambar-Gambar Wadah Media Maggot

Posted 29th September 2011 by Laksono Adi Muladi

1

View comments 7. SEP

29

terrain.net.nz)

Aplikasi BeKa Dekomposer Plus Probiotik pada Limbah Ternak (sapi, kerbau, kambing, kuda serta ruminansia lainnya) dan Limbah Sawit untuk media Budidaya Maggot  Aplikasi BeKa Dekomposer Plus Probiotik pada Limbah Ternak (sapi, kerbau, kambing, kuda serta ruminansia lainnya) dan Limbah Sawit untuk  media Budidaya Maggot Oleh Eddy Santoso · Terakhir disunting 22 detik yang lalu · Sunting Dokumen  Aplikasi BeKa Dekomposer Plus Probiotik pada Limbah Ternak (sapi, kerbau, kambing, kuda serta ruminansia lainnya) dan Limbah Sawit untuk media Budidaya Maggot

BeKa Dekomposer Plus Probiotik diproduksi melalui proses bioteknologi menggunakan mikrobia pengurai bahan-bahan organic, terutama selulosa dan lignin. Aplikasi BeKa Dekomposer Plus Probiotik  sesuai untuk fermentasi / dekomposisi Limbah / Kotoran Ternak  (sapi, kerbau, kambing, kuda serta ruminansia lainnya) dan Limbah Sawit.

0. 



3.





Media dibedakan menjadi 2 jenis :

Media pemancing lalat : limbah ikan/daging lain yang berbau amis, tanpa penambahan probiotik. (jumlah media sedikit saja, karena fungsinya hanya sebagai pemancing agar lalat m au hinggap dan bertelur) Mengapa tanpa probiotik? Karena apabila media pemancing diberi BeKa Dekomposer Plus Probiotik, lalat tidak mau datang (ada aroma pengusir serangga dan memutus daur hidup lalat dari panas yang dihasilkan saat proses fermentasi terjadi) Media pemancing sangat penting karena menentukan jumlah lalat yang hinggap dan bertelur yang pada akhirnya menentukan maggot yang dihasilkan. Media Pemeliharaan larva lalat yang ditambahkan BeKa Dekomposer Plus Probiotik. Mengapa harus ditambahkan BeKa Dekomposer Plus Probiotik pada Limbah / kotoran Ternak atau limbah Sawit? (selain limbah / kotoran Unggas) Kandungan nutrisi limbah / kotoran Ternak atau limbah Sawit relatif masih cukup tinggi sehingga apabila di uraikan dengan baik akan bermanfaat bagi larva lalat yg menetas. Fermentasi / dekomposisi memerlukan waktu yang lama bila tanpa bantuan probiotik : Limbah ternak tanpa BeKa Dekomposer Plus Probiotik +/- 2 bulan, dengan BeKa Dekomposer Plus Probiotik +/3 minggu. Limbah Sawit tanpa BeKa Dekomposer Plus Probiotik +/- 2 bulan, dengan BeKa Dekomposer Plus Probiotik +/1 bulan.

 

Mengurangi / menghilangkan polusi bau. Bekas media budidaya merupakan bentuk pupuk organik yang sangat baik untuk pemupukan kolam ikan atau tanaman.

-



Dosis BeKa Dekomposer Plus Probiotik:

Media limbah / kotoran Ternak : 1 Liter BeKa Dekomposer Plus Probiotik ditambahkan air 200 Liter untuk 3-5 ton limbah / kotoran Ternak.  Atau

1 cc BeKa Dekomposer Plus Probiotik ditambahkan 200 cc air untuk 3-5 kg limbah / kotoran Ternak. 

Media Limbah Sawit : 1 Liter BeKa Dekomposer Plus Probiotik ditambahkan air 200 Liter untuk 3 ton limbah Sawit.  Atau 1

cc BeKa Dekomposer Plus Probiotik ditambahkan 200 cc air untuk 3 kg limbah Sawit.

-

Persiapan Fermentasi :

10. Siapkan wadah/tempat fermentasi media sesuai dengan skala yang akan dibuat. 11. Kotoran unggas di ratakan tipis di lantai yang bersih, semprot dg larutan BeKa Dekomposer Plus Probiotik  menggunakan hand sprayer, bila perlu aduk lagi hingga rata. 12. Simpan di tempat yang teduh selama +/- 3 minggu untuk limbah ternak dan 30 hari untuk limbah Sawir. Selama 2 minggu pertama akan terjadi proses awal fermentasi / dekomposisi ditandai dengan timbulnya panas pada media dalam minggu pertama, juga masih adanya bau. Pada 2 minggu berikutnya terjadi proses akhir fermentasi / dekomposisi yang mana sudah tidak ada lagi panas berlebih dan bau. 13. Pada minggu ke 3 untuk limbah ternak dan hari ke 30 untuk limbah Sawit, media sudah siap digunakan untuk  penetasan dan pembesaran larva lalat.





Media bekas budidaya maggot akan mengalami penurunan kualitas selama masa budidaya, juga akan terkontaminasi oleh jamur dan mikrobia yang merugikan. Jadi sebaiknya pengulangan media budidaya maksimal hanya 1 kali saja untuk optimalisasi budidaya. Media bekas budidaya maggot dapat dipergunakan sebagai pupuk organik yang sangat baik kualitasnya pada kolam ikan dan tanaman, dengan dosis 0,2 s/d 0,5 kg per meter persegi luas kolam.

 







Apakah Media bekas bisa dimanfaatkan lagi?

Aplikasi Budidaya Maggot:

Biarkan media pemancing lalat berada di tempat terbuka selama +/- 3 hari, pastikan sudah terlihat adanya telur lalat. Siapkan media yang sudah terfermentasi sebanyak 15 kg, pindahkan media pemancing beserta telur lalat ke media yang sudah terfermentasi. Tempat budidaya dapatberupa tong bekas cat tembok, atau wadah lain. Wadah budidaya harus modifikasi dahulu agar larva tidak lari setelah menetas. Modifikasi dapat dilihat pada link sbb: http://www.youtube.com/watch?v=kjNvE5IOdw&feature=related . Dengan modifikasi wadah budidaya, akan lebih mudah dalam menyimpan dan memanen maggot. Biarkan selama kurang lebih 4 s/d 7 hari, larva lalat akan terlihat. Jangan biarkan lebih dari 9 hari, karena larva cenderung untuk pergi meninggalkan media dan mencari tanah sebagai habitat fase pupa untuk kemudian menjadi lalat. Setelah dibersihkan dengan air, maggot dapat langsung diberikan pada ikan atau diolah untuk bahan campuran pakan buatan. Dengan Media 15 kg hasil yang didapat bervariasi antara 5-9 kg maggot (berat basah) pada hari ke 4 s/d 7 masa budidaya.

daur

hidup

lalat

(sumber:Small

terrain.net.nz)

Gambar-Gambar Wadah Media Budidaya Maggot

Posted 29th September 2011 by Laksono Adi Muladi

0

Add a comment 8. SEP

29

Pemanfaatan Limbah sebagai Media Budidaya Maggot untuk Pakan Tambahan pada Budidaya Pembesaran Lele Pemanfaatan Limbah sebagai Media Budidaya Maggot untuk Pakan Tambahan pada Budidaya Pembesaran Lele Oleh Eddy Santoso · Terakhir disunting sekitar seminggu yang lalu · Sunting Dokumen Pemanfaatan Limbah sebagai Media Budidaya Maggot untuk Pakan Tambahan pada Budidaya Pembesaran Lele

presentasi dalam: FORUM GROUP DISCUTION (FGD) PENGEMBANGAN BUDIDAYA LELE ORGANIK, GURIH ALAMI, Klaten 17 September 2011 Oleh : Eddy Santoso

Tujuan : memberikan wacana tentang pemanfaatan berbagai macam limbah organik yang mudah didapatkan (diaplikasikan) untuk budiday maggot dari Lalat Hijau ( Calliphora sp) yang mudah ditemui disekitar kita. Batasan : Pakan tambahan dalam bentuk pakan hidup tidak dapat menggantikan (men subtitusi) fungsi pellet secara utuh, untuk tambahan / subtitusi disarankan hanya 20%-30%

Pendahuluan Seperti kita ketahui bersama, pakan merupakan biaya terbesar dalam budidaya pembesaran lele (50-70%). Untuk itu perlu adanya terobosan yang sifatnya sederhana serta aplikatif oleh pembudidaya pembesaran lele. Salah satunya adalah budidaya Maggot yang sudah banyak kita dengar sejak tahun 2005. Dari berbagai penelitian oleh ilmuwan – ilmuwan kita, saya berusaha merangkumnya dengan tujuan agar lebih mudah diaplikasikan sendiri oleh pembudidaya lele. Maggot sebagai salah satu sumber protein hewani (30-45% protein) sangat potensial sebagai pakan tambahan utk  budidaya pembesaran lele, kelebihan lain dari belatung ini memiliki kandungan antimikroba dan anti jamur, sehingga apabila dikonsumsi oleh ikan akan tahan terhadap penyakit bakterial dan jamur. Maggot dapat dihasilkan dari 2 jenis lalat yaitu Black Soldier Fly (Hermetia illucens ) dan lalat hijau (Calliphora sp). Dari berbagai penelitian dapat dirangkum teknis budidaya Maggot yang sederhana dan aplikatif sebagai berikut:

0. 1. 2.

Jenis Lalat yang dipakai : lalat hijau (Calliphora sp) Sistem budidaya terbuka dengan fermentasi media menggunakan mikrobia probiotik untuk meningkatkan kandungan nutrisi limbah serta menekan bakteri dan jamur yg merugikan pada media. Media : Syarat utama media adalah masih memiliki kandungan protein yang cukup tinggi, pemilihan jenis media sangat berpengaruh terhadap maggot yang dihasilkan. - Ampas Tahu + probiotik (BeKa Fish Probiotik) : Mudah didapat, murah, proses fermentasi relatif cepat (7 hari) - Limbah kotoran Ayam / Puyuh + Probiotik (BeKa Chick Probiotik) : Mudah didapat, murah, proses fermentasi agak lama (30 hari) - Limbah Sawit (Palm Kerneal Meal) + Probiotik (BeKa Decomposer Plus): Tidak mudah didapat, proses fermentasi agak lama (30 hari) - Limbah kotoran Cattle (Sapi, Kambing dan hewan berkaki 4 lainnya) + Probiotik (BeKa Decomposer Plus) : Mudah didapat, murah, proses fermentasi agak lama (30 hari) - Media lainnya (sampah2 organik)

4. Cara Kerja : (pada Forum FDG hanya dibahas ampas tahu)

- Fermentasi media : 



 Ampas tahu : 30 kg + air 15 liter + 5 cc BeKa Fsih Probiotik kemudian dimasukan ke dalam tong plastik, ditutup dengan sedikit lubang udara, timbun dengan sekam padi untuk mempertahankan suhu. Proses fermentasi ini memerlukan waktu selama 7 hari. Untuk cara fermentasai media lainnya tidak dibahas dalam fo rum ini, mengingat keterbatasan waktu.

- Telur diperoleh dari lalat liar atau serangga bunga. Pada forum ini kita hanya membahas lalat hijau yg mudah didapatkan. Untuk merangsang agar lalat mau bertelur dilakukan dengan menempatkan ikan mati yang sudah dipotong-potong kemudian disimpan dalam wadah seperti baki plastik atau petridish yang selanjutnya ditempatkan dalam ruang terbuka. - Setelah diperoleh telur, kemudian disimpan dalam media kultur maggot. Pemeliharaan dalam media kultur dilakukan selama 4-5 hari. Setelah itu magot dapat dipanen, dengan cara dipisahkan dari media kultur dan berbagai kotoran lainnya. Adapun untuk larva magot dari serangga bunga pemeliharaan dalam media kultur memerlukan waktu 5-7 hari.

5. Beberapa Hasil & Pembahasan Penelitian tentang Budidaya Maggot: Beberapa Hasil Penelitian tentang budidaya Maggot : (sumber : BBPBAT Sukabumi, Jawa Barat dilaksanakan pada bulan April sampai Desember Tahun Anggaran 2005 di Laboratorium Pakan, dan Workshop Pakan BBPBAT Sukabumi, Jawa Barat) Produksi magot Calliphora sp dari cara pemeliharaan secara terbuka disajikan pada Tabel 1, hasil sistem tertutup disajikan pada Tabel 2 dan hasil produksi dalam selang 17 hari dari setiap wadah disajikan pada Tabel 3.

Tabel 1. Produksi maggot lalat hijau (Calliphora sp) umur 4 hari dalam bobot basah (kg) pada sistem pemeliharaan terbuka

Tabel 2. Produksi magot Calliphora sp umur 4 hari dalam bobot basah (kg) pada sistem pemeliharaan tertutup

Ket. : PKM = Palm Kerneal Meal (Limbah Kelapa Sawit)

Tabel 3. Produksi maggot lalat hijau (Calliphora sp) umur 4 hari dalam bobot basah (kg) pada sistem pemeliharaan terbuka selama 17 hari menggunakan limbah ampas tahu (15 kg/wadah)

Kesimpulan Berdasarkan hasil perekayasaan di Laboratorium Pakan, dan Workshop Pakan BBPBAT Sukabumi, Jawa Barat, 2005 ini dapat disimpulkan sebagai berikut : - Model kultur magot yang dapat menghasilkan produksi yang tinggi adalah sistem kultur terbuka dibandingkan sistem tertutup. Dengan model ini, dapat diproduksi magot jenis Callipora sp dalam waktu produksi 17 hari dengan media kultur sebanyak 255 kg, diperoleh magot sebanyak 134 kg, sedangkan untuk jenis Hermetia illucens dalam waktu produksi 51 hari dengan media kultur sebanyak 150 kg, diperoleh magot sebanyak 91 kg. - Media kultur yang terbaik untuk magot jenis Calliphora sp adalah ampas tahu, sedangkan untuk jenisHermetia  illucens adalah bungkil sawit (PKM) yang sudah difermentasi.

Saran Berdasarkan hasil perekayasaan di Laboratorium Pakan, dan Workshop Pakan BBPBAT Sukabumi, Jawa Barat, 2005 ini, disarankan : - Jenis magot untuk dikembangkan secara massal yang terbaik adalah Hermetia illucens dibandingkan dengan Calliphora sp. Karena Hermetia illucens pada usia dewasa dalam kebiasaan hidupnya tidak hinggap dalam makanan manusia dan sebagai makanan utamanya adalah saribunga. Sedangkan Calliphora sp biasanya makanan utamanya adalah binatang yang sudah menjadi bangkai. - Dilihat dari kandungan proksimatnya, magot ini dapat dijadikan sumber protein alternatif tepung ikan, sehingga ada harapan mendapatkan protein hewani yang berkelanjutan dengan memanfaatkan limbah industri pertanian, yaitu limbah sawit.

Gambar-gambar Wadah Budidaya Maggot:

Posted 29th September 2011 by Laksono Adi Muladi

0

Add a comment 9. SEP

29

Aplikasi BeKa Chick Probiotik pada Limbah / Kotoran Unggas untuk media budidaya Maggot  Aplikasi BeKa Chick Probiotik pada Limbah / Kotoran Unggas untuk media budidaya Maggot Oleh Eddy Santoso · Terakhir disunting 11 jam yang lalu · Sunting Dokumen

daur hidup lalat (sumber:Small terrain.net.nz)

 Aplikasi BeKa Chick Probiotik pada Limbah / Kotoran Unggas untuk media budidaya Maggot

BeKa Chick Probiotik merupakan probiotik yang diproduksi melalui proses bioteknologi bahan-bahan organik, menggunakan mikrobia pengurai kotoran unggas yang unggul. Aplikasi BeKa Chick Probiotik sesuai untuk fermentasi / dekomposisi Limbah / Kotoran Unggas (ayam petelur, ayam pedaging & puyuh)

0.





3.

Media dibedakan menjadi 2 jenis :

Media pemancing lalat : terdiri dari limbah / kotoran Unggas tanpa BeKa Chick Probiotik ditambahkan limbah ikan/daging lain yang berbau amis. (jumlah media sedikit saja, karena fungsinya hanya sebagai pemancing agar lalat mau hinggap dan bertelur) Mengapa tanpa probiotik? Karena apabila media pemancing diberi BeKa Chick Probiotik, lalat tidak mau datang (ada aroma pengusir serangga dan memutus daur hidup lalat dari panas yang dihasilkan saat proses fermentasi terjadi) Media pemancing sangat penting karena menentukan jumlah lalat yang hinggap dan bertelur yang pada akhirnya menentukan maggot yang dihasilkan. Media Pemeliharaan larva lalat yang ditambahkan BeKa Chick Probiotik. Mengapa harus ditambahkan BeKa Chick Probiotik pada Limbah / kotoran unggas?



  

Kandungan nutrisi limbah unggas relatif masih cukup tinggi sehingga apabila di uraikan dengan baik akan bermanfaat bagi larva lalat yg menetas. Fermentasi / dekomposisi memerlukan waktu yang lama (+/- 2 bulan bila tanpa bantuan probiotik) Mengurangi / menghilangkan polusi bau. Bekas media budidaya merupakan bentuk pupuk organik yang sangat baik untuk pemupukan kolam ikan



Dosis BeKa Chick Probiotik :

1 Liter BeKa Chick Probiotik ditambahkan air 200 Liter untuk 3-5 ton kotoran unggas.  Atau 1 cc BeKa Chick Probiotik ditambahkan 200 cc air untuk 3-5 kg kotoran unggas.



10. 11. 12.

13.

Persiapan Fermentasi : Siapkan wadah/tempat fermentasi media sesuai dengan skala yang akan dibuat. Kotoran unggas di ratakan tipis di lantai yang bersih, semprot dg larutan BeKa Chick Probiotik menggunakan hand sprayer, bila perlu aduk lagi hingga r ata. Simpan di tempat yang teduh selama +/- 30 hari. Selama 2 minggu pertama akan terjadi proses awal fermentasi / dekomposisi ditandai dengan timbulnya panas pada media dalam minggu pertama, juga masih adanya bau. Pada 2 minggu berikutnya terjadi proses akhir fermentasi / dekomposisi yang mana sudah tidak ada lagi panas berlebih dan bau. Pada hari ke 30, media sudah siap digunakan untuk penetasan dan pembesaran larva lalat.





Media bekas budidaya maggot akan mengalami penurunan kualitas selama masa budidaya, juga akan terkontaminasi oleh jamur dan mikrobia yang merugikan. Jadi sebaiknya pengulangan media budidaya maksimal hanya 1 kali saja untuk optimalisasi budidaya. Media bekas budidaya maggot dapat dipergunakan sebagai pupuk organik yang sangat baik kualitasnya pada kolam ikan, dengan dosis 0,2 s/d 0,5 kg per meter persegi luas kolam.

 







Apakah Media bekas bisa dimanfaatkan lagi?

Aplikasi Budidaya Maggot:

Biarkan media pemancing lalat berada di tempat terbuka selama +/- 3 hari, pastikan sudah terlihat adanya telur lalat. Siapkan media yang sudah terfermentasi sebanyak 15 kg, pindahkan media pemancing beserta telur lalat ke media yang sudah terfermentasi. Tempat budidaya dapatberupa tong bekas cat tembok, atau wadah lain. Wadah budidaya harus modifikasi dahulu agar larva tidak lari setelah menetas. Modifikasi dapat dilihat pada link sbb: http://www.youtube.com/watch?v=kjNvE5IOdw&feature=related . Dengan modifikasi wadah budidaya, akan lebih mudah dalam menyimpan dan memanen maggot. Biarkan selama +/- 4 s/d 7 hari, larva lalat akan terlihat. Jangan biarkan lebih dari 9 hari, karena larva cenderung untuk pergi meninggalkan media dan mencari tanah sebagai habitat fase pupa untuk kemudian menjadi lalat. Setelah dibersihkan dengan air, maggot dapat langsung diberikan pada ikan atau diolah untuk bahan campuran pakan buatan. Dengan Media 15 kg hasil yang didapat bervariasi antara 5-9 kg maggot (berat basah) pada hari ke 4 s/d 7 masa budidaya.

Posted 29th September 2011 by Laksono Adi Muladi

0

Add a comment 10. SEP

28

TIPS DAN TRIK SUKSES MENGAJUKAN PINJAMAN MODAL TIPS DAN TRIK SUKSES MENGAJUKAN PINJAMAN MODAL Jul.04, 2011 in Akuntansi dan Keuangan UKM, Tips dan Triks Usaha

Sering kali kita mendengar keluhan kesah mengenai “sulitnya mendapatkan pinjaman modal usaha” Pernyataan tersebut bukan hal yang aneh lagi, bukan saja dialami oleh pengusaha kecil, para pengusaha profesional pun tak luput sekali dua kali mengalami kegagalan dalam mendapatkan pinjaman modal untuk membuka usaha baru ataupun mengembangkan usahanya yang sudah berjalan. Namun demikian tidak berarti suatu hal yang tidak mungkin, berikut beberapa tips dan trik yang dapat Anda coba untuk menuju kesuksesan memperoleh pinjaman modal. Beberapa hal yang perlu Anda cermati adalah sebagai berikut ¶ TIPS UNTUK PEMOHON YANG TIDAK MEMILIKI AGUNAN Bisnis Anda sudah berjalan dengan baik dan mengalami kemajuan yang pesat, inilah saat yang tepat untuk menguatkan dan membesarkan bisnis tersebut. Dengan keyakinan serta kemantapan untuk memulai dan memperbesar bisnis yang telah maju pesat meskipun tidak ada agunan yang cukup besar untuk Anda jadikan anggunan maka janganlah Anda berkecil hati. Sebab, dengan usaha yang

memiliki “perjalanan” yang baik serta prospek yang bagus, unsur tersebut sudah menjadi alasan yang cukup untuk dapat meloloskan permohonan kredit Anda walaupun tidak memiliki jaminan Berikut ini beberapa trik yang dapat Anda coba praktekan untuk mendapat pinjaman modal dari lembaga keuangan: § Mulailah berbisnis dengan jenis usaha yang memiliki prospek sangat baik. Lakukan usaha tersebut dengan modal awal dari apa yang Anda miliki sendiri. Jalankan bisnis tersebut dengan serius dan sungguh-sungguh serta kembangkanlah bisnis tersebut. § Pada saat usaha Anda berjalan minimal selama enam bulan maka Anda dapat mulai mengajukan permohonan kredit kepada lembaga keuangan nonbank. Dengan kondisi seperti usaha yang Anda miliki, pada umumnya mereka tidak akan memberlakukan jaminan murni. Namun, memberlakukan program pelatihan, pendampingan, dan bimbingan secara gratis. Semua kegiatan tersebut untuk meningkatkan perkembangan bisnis Anda. Walaupun tidak diberlakukan jaminan murni bukan berarti Anda bisa semaunya menggunakan modal tersebut. Hal Karena pada saat tersebut usaha Anda menjadi sorotan dan penilaian dari lembaga keuangan tersebut apakah pinjaman yang Anda peroleh layak dilanjutkan ataupun sewaktu-waktu dapat menyebabkan pinjaman berikutnya ditolak apabila Anda menggunakan modal tersebut secara gegabah. Namun sebaliknya jika usaha Anda berjalan dengan baik serta kemajuan yang pesat, tidak mustahil diwaktu mendatang Anda akan mendapatkan kepercayaan yang lebih besar lagi. µ TIPS MENDAPATKAN PINJAMAN DI LEMBAGA KEUANGAN BANK  Salah satu sumber dana yang umumnya dijadikan pilihan untuk mendapatkan modal usaha adalah Lembaga Keuangan Bank. Namun demikian diperlukan kiat-kiat khusus agar pinjaman di lembaga keuangan bank dapat lolos. Apa saja triknya, simak lebih lanjut :

Ÿ Apabila kegiatan usaha Anda telah berjalan minimal enam bulan maka lebih baik mengajukan pinjaman kredit dalam bentuk KUR. Sedangkan untuk usaha yang telah beroperasi minimal selama 2 tahun disarankan mengajukan kredit pada bank umum. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa usaha yang Anda ajukan haruslah menguntungkan dan hal tersebut dapat dibuktikan secara langsung maupun tidak langsung. Pembuktian secara langsung dapat dilihat dari jumlah pelanggan yang datang ke tempat usaha Anda dan melakukan pembelian sejumlah produk. Sedangkan pembuktian

tidak langsung dapat dilihat dari pembukuan. Dalam pembuktian seperti ini perlu diperhatikan juga bagaimana kesuksesan (dalam bentuk pembukuan ) tersebut diakui yaitu dapat dipercayai oleh pertugas bank.

Ÿ Memiliki jaminan murni sehingga pihak bank setidaknya percaya bahwa Anda mampu melakukan kewajiban. Sekali pun usaha yang Anda lakukan mengalami kebangkrutan. Kondisi seperti itu tidak perlu dikhawatirkan oleh bank karena bank memegang jaminan murni yang Anda miliki. Dengan begitu bank dapat menjual aset yang menjadi jaminan sebagai pengganti kewajiban yang Anda tanggung selama ini.

Ÿ Perlihatkan pribadi Anda sebagai sosok yang jujur dan dapat dipercaya dengan dibuktikan ketaatan serta tepat waktu dalam menyelesaikan hutang piutang. Satu hal lagi apabila Anda terbukti mempunyai hutang kepada pihak lain dan bermasalah, permohonan kredit akan ditolak oleh lembaga keuangan. Apabila ketiga hal tersebut di atas terpenuhi, pengajuan Anda memiliki kans besar untuk disetujui dan Anda dengan segera dapat mengembangkan bisnis Anda. d TIPS MENGAJUKAN PINJAMAN DI LEMBAGA KEUANGAN NONBANK  Selain lembaga keuangan Bank, masih ada lembaga lain yang d apat dituju untuk memperoleh modal usaha. Seperti misalnya saja LKM nonbank yang juga memiliki kompetensi yang sama. Jika usaha untuk mendapatkan pinjaman modal pada LKM bank gagal, jangan putus asa sebab masih ada LKM nonbank. Di mana LKM ini pun memiliki fungsi yang sama sehingga Anda pun dapat mengajukan permohonan kredit pada LKM jenis ini. Namun, sebelum memilih alternatif ini, sebaiknya Anda pahami dulu trik dalam mengajukan pinjaman pada LKM ini. Pada prakteknya ada beberapa langkah yang dapat menunjang keberhasilan dalam mengajukan pinjaman modal pada lembaga ini. o Langkah pertama, jadikan diri Anda anggota di lembaga keuangan nonbank tersebut. Misalnya koperasi dan LSM. Perlihatkan pada pengurus jika di dalam organisasi tersebut terdapat suatu kewajiban membayar sejumlah iuran. Taatilah ketentuan tersebut. Sebab, pada akhirnya iuran tersebut akan memutar roda organisasi. Pada akhirnya akan dinikmati oleh para anggotanya. o Sudah menjadi trend tersendiri dalam masyarakat berbagai komunitas dari berbagai bisnis yang berkembang di masyarakat. Komunitas tersebut dijadikan sebagai ajang berkumpul dan berdiskusi. Untuk memajukan bisnis yang bersangkutan. Demi kemudahan dalam permohonan modal maka ikutlah dalam komunitas tersebut. Pada akhirnya komunitas tersebut akan menjadi referensi bagi lembaga keuangan untuk meneliti usaha Anda. Sehingga rekomendasi dari komunitas Anda akan sangat membantu. o Dampak positif mengikuti suatu komunitas yang menjadi ajang berkumpulnya pelaku usaha maka akan dengan mudah Anda menjalin hubungan dengan aparat pemerintahan setempat. Hasil jalinan tersebut Anda akan cepat mendapatkan informasi tentang program bantuan modal untuk dunia usaha di tempat Anda. Melalui perkumpulan yang ada, relasi dengan kelurahan setempat dan perusahaan pemerintah atau swasta akan terasa mudah. Dengan demikian, informasi mengenai program pemerintah atau swasta yang digulirkan dapat diketahui dan segera sam pai kepada Anda. o Salah satu lembaga yang dapat Anda jadikan pilihan adalah perum pegadaian. Apabila hasil kesuksesan bisnis Anda telah Anda investasikan ke dalam bentuk benda berharga, selanjutnya apabila ingin mengembangkan usaha Anda dapat menggunakan barang-barang tersebut sebagai jaminan di perum pegadaian. Disamping cepat prosesnya pun tergolong mudah. Setelah mengetahui tips dan trik di atas, ingin mengembangkan usaha Anda, soal modal usaha sudah bukan masalah yang memusingkan lagi bukan. Selamat mencoba !

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF