Pada Percobaan Ini Akan Diteliti Komponen Dari Minyak Atsiri Dengan Menggunakan Kromatografi Lapis Tipis

March 21, 2019 | Author: satwika22 | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Pada Percobaan Ini Akan Diteliti Komponen Dari Minyak Atsiri Dengan Menggunakan Kromatografi Lapis Tipis...

Description

Pada percobaan ini akan diteliti komponen dari minyak atsiri dengan menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT). Kromatografi lapis tipis me rupakan salah satu analisis kualitatif dari suatu sampel yang ingin dideteksi dengan

memisahkan komponen-komponen sampel berdasarkan perbedaan kepolaran. Prinsip kerjanya yakni memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan. Metode ini memiliki dua komponen utama, yaitu fasa diam dan fasa gerak. Fasa diam merupakan fasa (bagian) yang tetap dan tidak bergerak dalam sebuah sistem, sedangkan fasa gerak adalah fasa yang melalui lapisan yang menyelubungi permukaan fasa diam. Pada umumnya fase diam dari bentuk plat silika dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin dipisahkan. Larutan atau campuran larutan yang digunakan dinamakan eluen. Semakin dekat kepolaran antara sampel dengan eluen maka sampel akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut. Kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras. Jel silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk un tuk kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang ditambahkan kedalamnya, di mana dapat berpendar flour ketika diberi pancaran sinar ultraviolet (UV). Fase gerak merupakan p elarut atau campuran pelarut yang sesuai. Fase diam yang digunakan pada kromatografi lapis tipis di percobaan ini yakni berupa lempeng/plat berukuran 2x6 cm yang disebut juga TLC. TLC ini mengandung jel silika di mana merupakan bentuk dari silikon dioksida (silika). Atom silikon dihubungkan oleh atom oksigen dalam struktur kovalen yang besar. Namun, pada permukaan jel silika, atom silikon berlekatan  pada gugus -OH. Jadi, pada permukaan jel silika terdapat ikatan Si-O-H selain Si-O-Si. Permukaan jel silika sangat polar dan karenanya gugus -OH dapat membentuk ikatan hidrogen dengan senyawa-senyawa yang sesuai di sekitarnya, sebagaimana halnya gaya van der Waals dan atraksi dipoldipol. Berikut merupakan gambar yang menunjukkan bagian kecil dari  permukaan silika. Sedangkan fase gerak yang digunakan yakni campuran larutan PE dan metanol dengan perbandingan yang bervariasi. Variasi perbandingan campuran larutan PE dan metanol ini bertujuan agar dapat diperoleh larutan PE dan metanol yang mana memiliki mem iliki polaritas yang sesuai dengan yang dibutuhkan pada karakteristik sampel (minyak atsiri), mulai dari yang  polaritasnya rendah sampai polaritas yang tinggi. 5. Awalnya pada TLC dibuat pembatas berupa garis 0,5 cm dari bawah dan 0,5 cm dari dari atas menggunakan pensil dan setetes minyat atsiri diteteskan pada garis batas bawah. Fungsi diberi  penandaan pada garis di lempengan untuk menunjukkan posisi awal dan posisi akhir dari tetesan tersebut. Ketika bercak dari campuran itu mengering, lempengan ditempatkan dalam sebuah gelas pengembang (chamber) di mana berisi campuran larutan PE dan metanol dengan  perbandingan yang bervariasi, kemudian ditutup. Alasan untuk menutup gelas pengembang (chamber) adalah untuk meyakinkan bawah kondisi dalam gelas pengembang tersebut terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Kondisi jenuh dalam gelas pengembang (chamber) dengan uap mencegah penguapan pelarut. Untuk mengetahui bentuk noda (bercak-bercak) pada TLC tidak dapat diamati dengan mata telanjang. Namun, harus menggunakan bantuan sinar UV. Penyinaran sinar UV pada lempengan, akan timbul pendaran dari posisi yang berbeda dengan posisi bercak bercak. Bercak tampak sebagai bidang kecil yang gelap. Sementara UV tetap disinarkan pada lempengan. Pada posisi bercak-bercak yang timbul kemudian ditandai menggunakan pensil dan melingkarinya. Ketika pelarut mulai membasahi lempengan, pelarut pertama akan melarutkan senyawa-senyawa dalam bercak yang telah ditempatkan pada garis dasar. Senyawa-senyawa akan cenderung bergerak pada lempengan kromatografi sebagaimana halnya pergerakan pelarut. 



Bagaimana cepatnya senyawa-senyawa di bawa bergerak ke atas pada lempengan, tergantung  pada kelarutan senyawa dalam pelarut, besar atraksi antara molekul-molekul senyawa dengan  pelarut, dan tergantung pada bagaimana besar atraksi antara senyawa dengan jel silika. Senyawa yang dapat membentuk ikatan hidrogen akan melekat (terjerap) pada jel silika lebih kuat dibanding senyawa lainnya. Penjerapan merupakan pembentukan suatu ikatan dari satu substansi  pada permukaan. Terdapat perbedaan bahwa ikatan hidrogen pada tingkatan yang sama dan dapat larut dalam pelarut pada tingkatan yang sama pula. Hal ini tidak hanya merupakan atraksi antara senyawa dengan jel silika saja, melainkan atraksi antara senyawa dan pelarut juga merupakan hal yang penting. Hal ini akan mempengaruhi bagaimana mudahnya senyawa ditarik  pada larutan keluar dari permukaan silika. Nilai Rf yang diperoleh dari percobaan berbeda-beda  pada setiap perbandingan senyawa eluen. Hal ini dikarenakan pada setiap campuran  perbandingan antara eluen PE dan metanol akan mengubah jenis kepolaran p ada eluen. Oleh karena itu, kepolaran larutan sangat berpengaruh pada proses kromatografi ini. Di dalam kromatografi, berlaku suatu prinsip umum: LIKE DISSOLVE LIKE, artinya polar menyukai yang polar dan tak polar menyukai tak polar. Dalam hal ini, fasa diam yang polar akan mengikat lebih kuat komponen yang relatif polar, sedangkan fasadiam yang tak polar akan mengikat lebih kuat komponen-komponen yang juga tak polar. Hal yang sama berlaku bagi fasa gerak. Fasa gerak yang polar 6. akan melarutkan lebih baik komponen yang juga polar, sebaliknya fasa gerak yang tak polar akan melarutkan relatif lebih baik komponen yang juga tak polar. Berdasarkan hasil percobaan  pada larutan eluen PE diperoleh hasil pada minyak cengkeh nilai Rf nya 0,02 dan 0,16 . Sebagai  pembanding dari komposisi pada minyak cengkeh yaitu eugenol di mana memiliki nilai Rf 0,5, hasil ini masih dikatakan sangat jauh dari pembandingnya. Sedangkan pada minyak sereh diperoleh nilai Rf nya 0,02 dan 0,28. Sebagai pembanding dari komposisi pada minyak sereh yaitu geraniol (Rf standar nya 0,43) dan sitronellol (Rf standar n ya 0,63). Hasil pada minyak min yak sereh pada nilai Rf 2 yakni 0,28 cukup mendekati nilai Rf standar dari sitronellol. Sehingga, pada noda kedua ini dimungkinkan merupakan kandungan sitronellol pada minyak sereh. Berdasarkan  pada larutan eluen metanol diperoleh hasil pada minyak cengkeh yang mana nilai Rf nya diperoleh 0,4. Hasil ini cukup mendekati pembandingnya yaitu eugenol yang mana memiliki nilai Rf 0,5. Berdasarkan pada larutan eluen PE:metanol yakni 7:3 diperoleh hasil pada minyak cengkeh yang mana nilai Rf nya diperoleh 0,14. Hasil ini sangat jauh dari pembandingnya yaitu eugenol yang mana memiliki nilai Rf 0,5. Sehingga hasil ini tidak dapat digunakan. Berdasarkan  pada larutan eluen PE:metanol 3:7 diperoleh hasil pada minyak cengkeh yang mana nilai Rf nya diperoleh 0,46. Hasil ini hampir mendekati nilai Rf p embandingnya yaitu eugenol (Rf nya n ya 0,5). Sehingga noda ini dapat dipastikan sebagai eugenol. Sementara itu, pada minyak sereh diperoleh nilai Rf nya 0,7. Hasil ini hampir mendekati nilai Rf pembandingnya yaitu sitronellol (Rf standar nya 0,63) walaupun kelebihan. Sehingga, dapat dipastikan bahwa noda tersebut merupakan kandungan sitronellal. KESIMPULAN Kromatografi lapis tipis merupakan metode pemisahan komponen senyawa  berdasarkan kepolaran zatnya, di mana mengandung fasa diam (fasa yang tetap dan tidak  bergerak dalam sebuah sistem) dan fasa gerak (fasa yang melalui lapisan yang menyelubungi  permukaan fasa diam). Identifikasi senyawa yang terpisah didasarkan pada harga Rf yang mana nilai Rf selalu kurang dari 1,0. Kromatografi lapis tipis tipis dapat digunakan untuk menentukan komponen pada 



 senyawa minyak cengkeh dan minyak sereh, di mana diperoleh hasil bahwa minyak cengkeh mengandung senyawa eugenol, sedangkan minyak sereh mengandung senyawa sitroneal dan geraniol. DAFTAR PUSTAKA 7. Anonim, 2012, Konsep Polaris dalam Kromatografi, Kromatografi, http://www.rcchem.co.id, Diakses pada 25 April 2013. Anonymous, 2008, 200 8, Kromatografi, http://id.wikipedia.org, Diakses 25 April 2013. Clark, J, 2007, Kromatografi Lapis Tipis, http://www.chem-is-try.org, Diakses pada 25 April 2013. Day, R.A, 1980, Analisis Kimia Kuantitatif, PT. Gelora Aksara Pratama, Jakarta. Hamdani, S, 2011, Kromatografi Mekanisme Pemisahan, http://catatankimia.com, Diakses pada 25 April 2013. Khopkar, 2003, 20 03, Konsep Dasar Kimia Analitik, Universitas Indonesia, Jakarta. Sastroamidjojo, H, 2002, Kimia Minyak Atsiri, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Underwood, 1999, Analisis kimia Kuantitatif, PT Erlangga, Jakarta. Wiryawan, A, 2011, Pemisahan dengan Kromatografi Tipis dan Kromatografi Kolom, http://www.chem-is-try.org, Diakses pada 25 April 2013. 



View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF