P5. Paper Greenhouse (Agus)
December 16, 2018 | Author: Nayla | Category: N/A
Short Description
nxnd...
Description
PAPER PRAKTIKUM TEKNIK IRIGASI DAN DRAINASE
(Greenhouse) Greenhouse)
Oleh: Nama
:
Agus Wahyu Nurmaya
NPM
:
240110150036 240110150036
Hari, Tanggal Praktikum
:
Selasa, 26 April 2017
Waktu/Shift
:
15.00 – 15.00 – 17.00 17.00 WIB/A2
Asisten Praktikum
:
1. Encep Farokhi 2. Fijar Erdika Ramadhan 3. Leni Nurliani 4. Mukhammad Ilham 5. Willi Munandar 6. Yosep Setiawan
LABORATORIUM SUMBER DAYA AIR DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2017
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
Greenhouse merupakan suatu bangunan yang memiliki struktur atap dan dinding yang bersifat tembus cahaya, memungkinkan cahaya yang dibutuhkan tanaman bisa masuk dan tanaman terhindar dari kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan antara lain curah hujan yang deras, tiupan angin yang kencang, atau keadaan suhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi, sehingga dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Budidaya tanaman dengan sistem hidroponik pada umunya dilakukan di dalam greenhouse. Istilah yang sering digunakan untuk terjemahan greenhouse adalah rumah kaca. Namun, hal ini tidak lagi sesuai karena sebagian besar greenhouse di Indonesia justru dibangun tidak lagi menggunakan kaca sebagai bahan penutup tetapi menggunakan plastik. Oleh karena itu, istilah “rumah tanaman” diperkenalkan sebagai terjemahan greenhouse. Rumah tanaman di daerah tropis dan subtropis pada dasarnya terdapat perbedaan konstruksi. Hal ini didasarkan berdasarkan perbedaan fungsi dan tujuan dari greenhouse tersebut. Di daerah subtropis, rumah tanaman didesain kedap panas untuk mendapatkan panas sepanjang hari bahkan ditambahkan pemanas tambahan untuk meningkatkan stabilitas suhu rumah tanaman. Selain itu, greenhouse daerah subtropis juga dilengkapi dengan isolator dengan tujuan agar panas ti dak terbuang, sehingga optimal digunakan pada musim semi, musim gugur dan musim dingin. Berbeda dengan Indonesia, umumnya rumah kaca didesain agar tanaman terlindung dari kondisi lingkungan luar yang buruk. Salah satu pertimbangan konst ruksi rumah tanaman di Indonesia adalah kombinasi antara ventilasi dan proteksi air hujan yang harus sesuai. 1.2
Tujuan Kunjungan
Adapun tujuan kunjungan pada praktikum kali ini adalah : 1. Memperdalam pembelajaran tentang greenhouse. 2. Mengetahui peralatan penunjang kebutuhan greenhouse dan merawatnya.
cara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Fertigasi
2.1.1
Pengertian Fertigasi
Fertigasi adalah salah satu dari metode hidroponik. Fertigasi adalah teknik aplikasi unsur hara melalui sistem irigasi. Sesuai dengan fertigasi sendiri yang merupakan singkatan dari fertilisasi (pemupukan) dan irigasi. (Susila, 2013) 2.1.2
Tujuan Fertigasi
Dalam kaidah fertigasi, beberapa peralatan digunakan bagi tujuan mengawal serangga perusak dan merumput dengan membuat rumah lindungan hujan dan juga jaring kalis serangga. Sistem ini juga tidak menggunakan tanah dan tidak memerlukan penggunaan tanah yang luas. 2.1.3
Jenis Fertigasi
Gambar 1. Drip System (Recovery & non recovery) Ada dua jenis sistem hidroponik fertigasi tetes yaitu sistem sirkulasi dan sistem non sirkulasi. Sistem sirkulasi biasanya digunakan untuk skala kecil rumahan atau skala hobi. Sistem sirkulasi tetes pada sistem ini hanya mengacu pada penggunaan kembali larutan nutrisi yang telah digunakan setelah membasahi akar tanaman dialirkan kembali ke tandon penampungan dan begitu seterusnya. Kelemahan dari sistem ini adalah pada masalah perawatan. Anda harus sering memeriksa pH larutan nutrisi yang dapat berubah sewaktu-waktu. Sistem sirkulasi mengharuskan Anda secara berkala memeriksa dan menyesuaikan pH yang
diperlukan, serta mengganti larutan nutrisi secara teratur untuk menjaga larutan nutrisi yang seimbang untuk tanaman. Untuk petani komersial sistem drip non-sirkulasi paling banyak diminati. Petani komersial melakukan penyiraman tanaman ini pada waktu yang telah ditentukan dengan menggunakan jadwal penyiraman tertentu. misalnya penyiraman sehari 3 kali pada jam tertentu. Jadi larutan nutrisi menetes ke media tanaman tepat dimana akar tanaman berada. Larutan nutrisi di non-sirkulasi tidak terlalu membutuhkan perawatan karena semuanya sudah diotomatisasi. Sistem fertigasi tetes non sirkulasi ini tidak perlu kembali ke tandon dan di daur ulang kembali ke dalam reservoir. Ini berarti bahwa Anda dapat mengisi reservoir dengan pH yang sesuai kebutuhan tanaman. Larutan nutrisi seimbang dan itu tidak akan berubah, sehingga Anda tidak perlu terus menerus memantau sistem. Selama Anda menjaga air di tandon mengalir sehingga unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman tetap terjaga pada pH seimbang larutan nutrisi yang disesuaikan. Kelemahan dari sistem ini tentunya lebih boros penggunaan nutrisi. (Sapei, 2006) 2.1.4
Kelebihan dan Kekurangan Fertigasi
Kelebihan dari sistem fertigasi ini adalah : 1. Pemberian nutrisi sesuai dengan ukuran kedewasaan tanaman. 2. Menjamin kebersihan dan menghindari penyakit. 3. Mengatasi masalah tanah. 4. Meningkatkan hasil pendapatan. 5. Kualitas hasil pertanian yang lebih baik. 6. Penggunaan nutrisi/pupuk yang tepat. 7. Hasil produksi yang lebih banyak Adapun Kekurangan dari sistem fertigasi adalah : 1. Modal awal yang relatif tinggi. 2. Pengetahuan yang mendalam perihal tanaman. 3. Pengurusan ladang yang berkelanjutan. 4. Kerusakan sistem pengairan berpengaruh terhadap hasil pertanian.
2.1.5
Sistem Kerja Fertigasi
Gambar 2. Instalasi Fertigasi Cara kerjanya sederhana, timer mengatur pompa celup yang ditaruh di dalam reservoir berisi larutan nutrisi, kemudian larutan nutrisi dialirkan selama beberapa saat dan diulangi lagi beberapa jam kemudian. Jika sistem irigasi tetesnya recovery maka larutan nutrisi akan dikembalikan ke reservoir. Sedangkan jika pada sistem irigasi tetes non-recovery larutan nutrisi dibiarkan mengalir ke tanah atau saluran pembuangan khusus. Dengan sistem irigasi tetes ini media tanam yang digunakan cukup media tanam pot konvensional, harga media tanam konvensional jelas lebih murah dibandingkan media tanam hidroponik. Irigasi te tes cocok untuk budidaya tanaman rakus nutrisi seperti cabai, tomat juga tanaman buah lainnya yang biasanya berukuran besar dan memerlukan waktu budidaya yang cukup lama. 2.2
Autopot
2.2.1
Pengertian Autopot
Autopot pada dasarnya adalah sebuah pot yang memiliki sistem untuk mengairi tanaman, biasnya berbentuk pot biasa yang memiliki mekanisme untuk mengairi tanaman yang ada di pot tersebut bisa juga dengan cara polybag yang diberi arang sekam, kemudian di airi dengan menggunakan drip irrigation (emmitter hose). 2.2.2
Tujuan Autopot
Dalam dunia hidroponik autopot ini digunakan untuk memberi asupan air nutrisi hidroponik secara otomatis atau sering disebut dengan autopot . Sungguh teknologi yang tepat guna dan efektif serta sangat kreatif.
2.2.3
Jenis Autopot
Gambar 3. Autopot Pada umumnya terdapat dua macam autopot yaitu autopot terintegrasi dan autopot sederhana. Pada autopot terintegrasi ini merupakan teknologi Self Watering Fertigation System yang memungkinkan pemberian air secara otomatis tanpa menggunakan energi listrik kepada tanaman. Secara sederhana sistem ini mengalirkan air hujan dari talang di atap greenhouse untuk ditampung di dua buah Sedangkan pada autopot sederhana ini memiliki prinsip yang sama dengan autopot pada umumnya yaitu teknologi penyiraman atau irigasi otomatis dengan memanfaatkan ruang hampa dan gaya gravitasi. Teknologi ini sesungguhnya telah diterapkan dalam dunia peternakan yaitu untuk membuat tempat minum ternak. Biasanya bahan-bahan yang dipakai menggunakan bahan-bahan bekas dan sederhana. (Purwanto, 2001) 2.2.4
Kelebihan dan Kekurangan Autopot
Kelebihan pada autopot ini adalah 1. Tidak memerlukan energi listrik atau hemat energi karena hanya memanfaatkan ruang hampa dan gaya gravitasi. 2. Dapat memberi asupan air nutrisi hidroponik secara otomatis . 3. Tidak membutuhkan pekerja yang banyak dalam penggunaan autopot . 4. Penggunaan nutrisi atau pupuk yang tepat. Adapun kekurangan autopot ini adalah : 1. Instalasi awal yang sedikit mahal.
2. Pengetahuan yang mendalam perihal tanaman. 3. Pengurusan ladang yang berkelanjutan. 4. Kerusakan sistem pengairan berpengaruh terhadap hasil pertanian. 2.2.5
Sistem Kerja
Secara sederhana sistem ini mengalirkan air hujan dari talang di atap greenhouse untuk ditampung di dua buah drum penyimpanan. Sebagai contoh pada mini greenhouse milik FTIP Unpad yang berlokasi di Pedca dimana setiap drum memiliki kapasitas 5.300 liter. Air dari drum tersebut kemudian dialirkan ke dalam 3 buah drum kecil di dalam greenhouse. Air di dalam drum kecil tersebut kemudian dicampur dengan pupuk. Selanjutnya, air campuran tersebut kemudian dialirkan secara otomatis kepada pot tanaman. Di dalam autopot, air yang dialirkan dari drum kontrol oleh sebuah valve (katup). Katup akan mengatur air sesuai dengan kebutuhan tanaman. Air dialirkan ke tanaman tanpa menggunakan energi listrik. (Suhardiyanto, 2009) 2.3
Greenhouse
2.3.1
Pengertian Greenhouse
Greenhouse merupakan suatu bangunan yang memiliki struktur atap dan dinding yang bersifat tembus cahaya, memungkinkan cahaya yang dibutuhkan tanaman bisa masuk dan tanaman terhindar dari kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan antara lain curah hujan yang deras, tiupan angin yang kencang, atau keadaan suhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi, sehingga dapat menghambat pertumbuhan tanaman. (Hananto, 2002) 2.3.2
Tujuan Greenhouse
Greenhouse bertujuan untuk meningkatkan perkembangan agribisnis dan pendukung pertanian lainnya. Peranan greenhouse salah satu sebagai peningkatan produksi tanaman yang ditanam. Selain itu greenhouse berfungsi untuk memanipulasi kondisi lingkungan agar tetap lingkungan yang dikehendaki dalam pemeliharaan.
2.3.3. Jenis Greenhouse
Rumah tanaman di daerah tropis dan subtropis pada dasarnya terdapat perbedaan konstruksi. Hal ini didasarkan berdasarkan perbedaan fungsi dan tujuan dari greenhouse tersebut. Di daerah subtropis, rumah tanaman didesain kedap panas untuk mendapatkan panas sepanjang hari bahkan ditambahkan pemanas tambahan untuk meningkatkan stabilitas suhu rumah tanaman. Selain itu, greenhouse daerah subtropis juga dilengkapi dengan isolator dengan tujuan agar panas tidak te rbuang, sehingga optimal digunakan pada musim semi, musim gugur dan musim dingin. Berbeda dengan Indonesia, umumnya rumah tanaman di daerah tropis didesain agar tanaman terlindung dari kondisi lingkungan luar yang buruk. Salah satu pertimbangan konstruksi rumah tanaman di Indonesia adalah kombinasi antara ventilasi dan proteksi air hujan yang harus sesuai. Kemudian bahan konstruksi dan jenis konstruksi harus kokoh menahan terpaan angin kencang, serta cukup terjangkau untuk dibangun. Jenis atap greenhouse ada bermacam-macam yaitu atap tunggal, atap segitiga, atap datar, atap pantau, atap setengah lingkaran, atap gigi gergaji, atap busur, atap busur tidak rata, atap gergaji busur dan atap segitiga berkanopi.
Gambar 4. Atap Tunggal
Gambar 6. Atap Datar
Gambar 8. Atap Setengah Lingkaran
Gambar 5. Atap Segitiga
Gambar 7. Atap Pantau
Gambar 9. Atap Gigi Gergaji
Gambar 10. Atap Busur
Gambar 10. Atap Busur Tidak Rata
Gambar 12. Atap Gergaji Busur
Gambar 13. Atap Segitiga Berkanopi
(Nelson, 1981) 2.3.4
Kelebihan dan Kekurangan Greenhouse
Kelebihan dari greenhouse ini adalah : 1. Pada luasan aral yang sama tingkat produksi budidaya di dalam greenhouse lebih tinggi dibandingkan dengan lahan di luar greenhouse. 2. Iklim mikro bisa direkayasa lebih mudah. 3. Lebih aman terhadap serangan hama. 4. Efek tiupan angin lebih kecil/hampir tidak ada. 5. Hujan tidak masalah, tanaman terlindung greenhouse. Adapun kekurangan dari greenhouse ini adalah Sebaiknya perlu diantisipasi beberapa kelemahan jika akan mendirikan bangunan ini utamanya dibutuhkan biaya investasi tinggi (overhead cost), menuntut ekstra perhatian dan perawatan sehingga sumber daya manusia yang terampil dan berdedikasi menjadi kunci keberhasilan dalam optimalisasi pemanfaatan teknologi ini. 2.3.5
Sistem Kerja Greenhouse
Greenhouse merupakan tempat atau sebuah bangunan dimana tanaman di budidayakan. Pada sebuah rumah kaca, atap terbuat dari plastik. Agar tanaman yang berada di dalamnya dapat menyerap sinar matahari, aliran udara pada jendela dan pintu akan memengaruhi suhu yang ada di dalam ruangan greenhouse. Jadi, ketika siang hari, alangkah baiknya jika jendela pada greenhouse dibuka, agar suhu dapat stabil. Karena pada siang hari suhu dalam greenhouse sangat panas.
BAB III ALUR SKEMATIK
Gambar 14. Skematis Alur Fertigasi
Gambar 15. Alur Skematis Autopot
DAFTAR PUSTAKA
Hananto. 2002. Greenhouse Subtropis dan Tropis. PT. Dieng Jaya: Jakarta. Nelson, P.V. 1981. Greenhouse Operation And Management . Reston Publishing Company,Inc. Virgini Purwanto, Rudi. 2001. Bangunan Pertanian Syarat Mutu Rumah Tanaman. Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya: Malang. Sapei, A. 2006. Irigasi Tetes. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB, Bogor. Suhardiyanto, He. 2009. Teknologi Rumah Tanaman Untuk Iklim Tropika Basah . Bogor : IPB Press. Susila, Anas.2013. Irigasi dan Fertigasi. Fakultas Pertanian, IPB: Bogor.
View more...
Comments