OSCE-KOMPRE-yan-et-al-2011
July 10, 2018 | Author: Anrih Roi M | Category: N/A
Short Description
Download OSCE-KOMPRE-yan-et-al-2011...
Description
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
OSCE COMPREHENSIVE PROCEDURAL & IPM & nilai lab normal
By : Yan Mardian, Prenali Dwisthi Sattwika, Pradini, Afrilia Intan, Nia Milastuti, Nastiti Hemas, Annisa Tridamayanti, Astari Anggara, M. Randy Givano, Gandhi Anandika, Rizky Admagusta 1
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
1/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
DAFTAR ISI MATERI
HALAMAN
IPM General Thorax Abdominal Exam Eye Exam ENT Exam Neurology Exam Leprae Exam Gynecology Exam Baby delivery ANC Gyn Exam Pap Smear Implant IUD Bedah Simple suturing
3 4 5 9 11 16 18 21 23 27 28 30 33
Sirkumsisi Bedah tumor
36 38
Neonatal Resuscitation Endotracheal tube i.v. line Kateter
43 47 48 53
CPRBandaging Dressing and EKG Advance Cardiac Life Support
56 57 58 63
Breast exam Locomotor Genitourinary Post Stroke
68 71 72 74
Emergency
Others
2
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
2/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
PROSEDURAL … bismillah..here we go.. IPM GENERAL : Thorax, abdomen, eye, ent, neuro, leprae THORAX Punggung: pasien duduk Inspeksi: posisi duduk (sikap tubuh, contoh: tripod pada asma), penggunaan otot bantu pernapasan, UKK Palpasi: hangatkan tangan terlebih dahulu, palpasi nyeri tekan, palpasi pengembangan dada, fremitus taktil (ninety-nine atau satu dua tiga pake nada orang ambon) fremitus taktil meningkat: konsolidasi paru. Perkusi: perkusi paru (normal: sonor, kalo ada konsolidasi: redup, kalo emphysema: hipersonor), perkusi pergerakan diafragma, caranya di linea midclavicularis dextra diperkusi dari atas ke bawah, sampe nemu batas sonor redup (batas paru-hepar), terus pasien disuruh tarik napas, diafragma turun, perkusi diterusin ke bawah, sampe nemu batas paru-hepar lagi. Penurunan normal 4-5 cm Auskultasi: suara paru (normal vesicular/ suara paru perifer) Dada: pasien berbaring Inspeksi: inspeksi ekspresi wajah pasien (misal nafas cuping hidung, sianosis), leher (retraksi supraklavikular), penggunaan otot bantu pernapasan, konfigurasi dada (misal dada tong pada COPD, pectus excavatum/cekung, pectus carinatum/cembung kayak burung merpati), pola pernapasan, UKK, iktus kordis Palpasi: mirip sama yang punggung + palpasi deviasi trachea + palpasi iktus cordis Perkusi: perkusi paru (dimulai dari atas klavicula sampai bawah zigzag) perkusi batas jantung: Batas jantung kiri : dari linea axillaris anterior perkusi sampe nemu sonor-timpani (paru-lambung, biasanya di SIC VIII), naek dua jari, dengan posisi jari tegak lurus terhadap costa, perkusi ke kanan sampe nemu redup (batas jantung relative, biasanya dua jari medial linea midclavicular kiri, SIC 5) pekak (batas jantung absolut) Batas jantung kanan: dari linea midclavicularis dextra, perkusi ke bawah sampai nemu batas sonorredup (paru-hepar), biasanya di SIC VI kanan, ukur dua jari ke atas, perkusi lagi dengan posisi jari tegak lurus terhadap iga,dari lateral ke medial, cari perubahan sonor ke redup (biasanya di linea sternalis kanan), dam nyari suara pekak (batas jantung absolute, biasanya di linea midstrenalis) Batas jantung atas: cari linea sternalis kiri. Dari titik teratas, lakukan perkusi sejajar iga kerah kaudal, cari perubahan sonor ke redup, normalnya di SIC II linea sternalis kiri Pinggang jantung: cari linea parasternalis kiri, perkusi di linea itu kearah kaudal, posisi jari sejajar iga, cari perubahan sonor ke redup, normalnya di SIC III. Kalo sampe di SIC II, berarti pinggang jantung menghilang, biasanya pada keadaan pembesaran atrium kiri 3
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
3/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Auskultasi: Auskultasi suara paru (normal vesikuler; pada keadaan obstruksi saluran napas bawah misalnya asma, terdengar wheezing; pada keadaan udem pulmo atau eksudat di alveolus, akan terdengar ronki; pada bronchitis terdengar crackels) Auskultasi klasik suara jantung: Di SIC II linea parasternalis kiri (s2 pulmonal) kanan (s2 aorta), di SIC V linea midclavicular sinistra (s1 mitral), di SIC 4/5 linea strenalis kiri (s1 trikuspid). Perhatikan adanya murmur, dan tentukan murmur tersebut ada saat diastolic atau sistolik (contoh: murmur sistolik di mitral stenosis mitral; murmur diastolic di mitral insuffisiensi mitral). Suara yang sama dengan suara arteri karotis s1. ABDOMINAL EXAM Inspeksi: Kontur (kontur lebih rendah, sejajar, atau lebih tinggi dari dada atau schapoid/menggembung), simetris, warna kulit, dilatasi vena (missal caput medusa karena hipertensi portal), stria (pada ibu hamil atau orang gemuk), massa (lokasi, bentuk, ukuran), pulsasi/peristaltic, bekas luka operasi, specific sign: misalnya Cullen sign (blue discolorisation of periumbilical) dan grey turner sign (diskolorisasi pada area flank), yang mungkin menunjukkan pancreatitis Auskultasi: Pilih satu titik di abdomen, dengarkan suara click and gurgles (normal 5-35x/menit), dengarkan juga apakah ada bruits/murmur vascular. Perkusi: Perkusi 13 titik (liar gambarnya di buku, normalnya semua timpani), perkusi hepar (lobus kanan: perkusi dari linea midclavicular dextra sampe nemu batas sonor-redup/paru-hepar, lanjutin sampe nemu batas redup0 timpani, normalnya 8-12 cm, umumnya 10 cm; sedangkan untuk meriksa lobus kiri hepar, perkusi dari umbilical ke atas sampe nemu perubahan suara, normalnya 4-8 cm, umumnya 6 cm), perkusi lien (di ruang traube, yakni pada garis axilaris posterior SIC 11, diperkusi sebelum dan sesudah inspirasi normalnya timpani). Palpasi: Hangatkan tangan dulu. Lakukan palpasi superficial untuk mengidentifikasi resistensi otot, nyeri tekan, dan adanya masa. Trus lakukan deep palpation, untuk mengidentifikasikan massa abdomen, lokasi, ukuran, bentuk, konsistensi, mobilitas, dan nyeri tekan. Selanjutnya lakukan palpasi hepar. Caranya letakkan tangan kanan sejajar m rectus abdominis dan tangan kiri menyangga dinding lateral abdomen costa 11-12 kanan. Saat pasien ekspirasi, dorong tangan kanan masuk ke dalam untuk meraba batas hati, kemudian pasien disuruh inspirasi, biasanya ga keraba, tapi masih normal kalo batas terabanya 1-2 cm dari batas iga bawah, selanjutnya lepas tangan saat pasien ekspirasi. Lanjut ke palpasi lien, caranya letakkan tangan kiri pada antara SIC 10-SIC 12, beri tekanan ke atas, letakkan tangan kanan diatas batas kosta dan tekan ke arah spleen, minta pasien utk inspirasi normalnya ga keraba. Palpasi ginjal kanan dilakukan dengan meletakkan tangan kiri pada belakang diantara SIAS dengan angulus kosta, tangan kanan di kuadran kanan atas, parallel dan lateral dari m. rectus abdominis, minta pasien utk inspirasi, lalu tekan kuadran kanan atas untuk mencoba “menangkap” ginjal dengan kedua tangan. Normalnya ga keraba. Lakukan hal yang sama pada ginjal kiri pasien, dokter pindah ke sisi kiri pasien. Tes Ascites: 4
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
4/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
1. Shifting dullness: perkusi dari umbilicus ke lateral hingga ditemukan perubahan suara dari timpani ke redup. Tandai daerah itu. Minta pasien untuk berbaring miring. Kemudian perkusi lagi pada titik tersebut. Dikatakan positif kalo suaranya berubah jadi timpani. 2. Tes undulasi (fluid wave): minta pasien untuk meletakkan tangannya secara longitudinal pada tengah abdomen. Tekan dengan ketat. Letakkan tangan kanan pada sisi kiri abdomen pasien, dan tangan kiri diarah sebaliknya. Sentil abdomen dengan tangan kanan, tangan kiri tetap pada posisinya dan rasakan gelombang cairan (fluid wave) Test Appendicitis: 1. Tentukan lokasi dan sifat nyeri, kalo udah perforasi, nyerinya jadi localized, continous, dan terletak di titik Mc Burney 2. Rebound Tenderness, nyeri pada saat dilepaskan iritasi peritoneal 3. Rovsing sign nyeri yang dirasakan pada kuadran kanan bawah ketika dilakukan tekanan pada kuadran kiri bawah. 4. Obturator sign kaki pasien dinaikkan 90 derajat, lutut fleksi 90 derajat. Lakukan rotasi internal-medial pada pinggang. Adanya kenaikan nyeri pada hypogastric menunjukkan kemungkinan iritasi musculus obturator. 5. Psoas sign tangakn diletakkan diatas lutut pasien, minta pasien menaikkan kaki melawan tahanan. Kenaikan nyeri abdomen kuadran kanan bawah iritasi musculus psoas karena app 6. Cutaneoous hyperesthesia cubit kulit perut hyperesthesia inflamasi saraf subkutan EYE EXAM 1. Sampaikan tujuan, prosedur, izin/informed consent 2. Periksa akuitas visual (visual acquity) Kalau pakai kacamata, kacamata dilepas, pakai visus jauh, snellen chart, periksa mata kanan & kiri gentian, tutup mata jangan ditekan, liat jangan dipicingkan. Huruf pertama nggak bisa kita maju ke 1 meter pasien finger counting 1/60 bisa mundur sampai 5 meter (kalo cuma bisa dijarak 1 meter, visus: 1/60) Kalau tetap nggak bisa pada jarak 1 meter pasien hand movement 1/360 bisa mundur sampai 6 meter (kalo Cuma bisa dijarak 1 meter, visus: 1/300) Kalau tetap nggak bisa kita maju ke 1 meter pasien pakai cahaya (visus: 1/takhingga) Untuk yang bisa baca snellen chart: Misal di visus 6/20 bisa baca 3 huruf dari 5 huruf 6/20 S2 Misal di visus 6/20 bisa baca 2 huruf dari 5 huruf Visus atasnya (misal 6/30) B2
3. Extraocular eye movement a. Periksa reflex kornea (corneal light reflex). Kalau nggak ada diplopia, pantulan cahaya (titik kuning) terlihat di pupil sedikit di nasal (slightly nasal to the center of pupil). b. Bentuk huruf H Jarak duduk 1 lengan Waktu tangan di bawah, buka kelopak mata Berhenti sejenak saat di lateral dan upward gaze utk liat nystagmus LR6(SO4)3 (Lateral rectus N VI, Superior Oblique N IV, sisanya N III) N IV lihat inferomedial N VI lihat lateral c. Tes konvergensi 5
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
5/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Mata normal mengikuti gerakan objek dari pemeriksa mendekati hidung pasien, normalnya bisa ngikutin sampai jaraknya 5-8 cm dari hidung. Trias melihat dekat: konvergensi (melihat kearah medial), akomodasi lensa, miosis (pupil mengecil) 4. Visual eye field a. Tes konfrontasi 1 Jarak 1 lengan , tutup satu mata (periksa mata kanan pasien pasien tutup mata kiri, dokter tutup mata kanan), pasien disuruh fiksasi pandangannya ke hidung dokter , terus dokter gerakkan tangan secara horizontal (dari lateral ke medial). Anopsia lesi N. opticus Hemianopsia bitemporal (lapang pandang temporal kedua mata hilang) lesi chasma optica Hemianopsia homonim dextra (lapang pandang temporal mata kanan dan lapang pandang nasal mata kiri hilang) lesi traktus opticus sinistra Hemianopsia homonim sinistra lesi traktus opticus dextra Lesi quadrantika Loop of Meyer (radiation optica bagian bawah) Hemianopsia quadrantika sinistra (pie on the sky) lesi loop of Meyer dextra b. Tes konfrontasi 2 Bagi 4 kuadran (kanan kiri atas bawah), nggak usah tutup mata, suruh ngitung jari dokter untuk ngeliat lapang pandang 4 kuadran penglihatan
5. Periksa segmen anterior Duduk sejangkauan tangan, darken the room a. Kelopak mata: lesi kulit, tanda inflamasi, simetris, lagopthalmus (nggak bisa nutup: rusaknya N VII), ptosis (nggak bisa buka mata: rusaknya NIII)
b.
c. d. e. f.
Alis (deformitas) Rima palpebra: simetris Arah garis palpebra Bulu mata tersusun teratur persebaran kotinu arah pertumbuhan (extropion: mukosa ke luar, entropion: ke dalam) tidak ada discharge tidak ada deformitas kalazeon: obstruksi kelenjar, udah membatu hordeolum: keluar discharge kalau dipencet Conjunctiva bulbi Warna, pola vaskularisasi, pembengkakan Sclera: warna, penipisan, deformitas Lower conjunctiva palpebra Mata lihat ke atas, lihat pakai senter Warna, permukaan, masa protruding, deformitas Upper conjunctiva palpebra Mata lihat ke bawah, kelopak ditekuk ke atas, lihat pakai senter Warna, permukaan, masa protruding, deformitas Cornea Pakai penlight boleh langsung, pakai senter harus dari bawah tapi jangan terlalu jauh Kekeruhan Bentuk 6
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
6/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Ukuran Curve Pola vascular Deformitas g. Anterior chamber
Antara iris dengan kornea Disenterin dari samping Dalam/dangkal Clearness Darah/pus Normal: iris terang dua2nya Ada sudut iridocorneal: semakin dangkal (iris kayak bulan sabit, ga semua bagian iris kena sorot sinar pada glaucoma sudut tertutup akut) h. Iris/pupil Warna + bentuk iris Pupil simetris Refleks pupil direct & indirect di-swing senternya di depan mata kanan & kiri i. Lensa Senter arah depan bawah kekeruhan j. TIO bandingin sama tonus lidah yang dijendolin ke pipi 6. Periksa segmen posterior Jelaskan periksa opthalmoscope, lepas kacamata Posisi pemeriksa boleh berdiri Minta pasien lihat jauh Adjust lensa opthalmoscope (-) 2 (-); (+) sesuai (+) Dihitung = plus/minus pasien + plus/minus pasien Pegang opthalmoscope dengan tangan sama Lihat dari jarak 30 cm lalu mendekat Warna Yang kita gunakan warna kuning Red free (hijau atau biru) untuk lihat perdarahan Biru untuk fluorescence Bentuk ½ untuk pupil yang kecil Garis2 kotak ratio cup/disk Besar biasa Yang 1 garis lihat ketebalan Jari telunjuk pada lensa panel, sesuaikan fokus 7. Sampaikan hasil a. Papil N II Letak papil di arah nasal Batas papil: tegas/kabur Warna pucat/yellowish orange, normal/orange, reddish Lihat cup & disc ratio C/D normalnya 3/10 intra ocular Peningkatan tekanan ratio meningkat ¾, 3/5
serabut saraf pembentuk discus lebih sedikit
7
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
7/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Peningkatan takanan intra cranial discusnya naik ratio turun 3/11 b. Macula Tempatnya fovea centralis, cuma ada sel pigmen & batang, letaknya lebih ke arah temporal Periksa refleks foveal Pasien diminta melihat ke arah cahaya sebentar c. Vaskularisasi Vena lebih besar & lebih gelap Arteri : vena = 2 : 3 ENT 1. Jelaskan tujuan, prosedur, izin / informed consent 2. Duduk face to face oblique, ruang semi gelap 3. Telinga a. Inspeksi telinga UKK Deformitas Oedem Discharge b. Palpasi cari nyeri Tragus otitis externa Helix, auricula Mastoid otitis media c. Otoscope Auricular ditarik ke arah superoposterior, tangan buat megang otoscope sesuai dengan telinga (meriksa telinga kanan pake tangan kanan), posisi memegang seperti memegang
ballpoint, fiksasi jari di pipi pasien. Yang diliat: Canalis auditoris externus Perdarahan Laserasi Serumen prop Tanda otomikosis newspaper-like-appearance Membran timpani Intact/perforasi Cone of light, kuadran anteroinferior Telinga kanan arah jam 5, telinga kiri arah jam 7 Bulging vaskularisasi d. Tes pendengaran, pakai garpu tala frekuensi 512 Hz a) Tes Rhine (prinsip: middle ear amplifies the sound) Diletakkan di proc. mastoideus terus didengerin de deket telinga (+) AC > BC: normal/SNHL (-) AC < BC: CHL b) Tes Weber (masking effect) Diletakkan di glabella, adakah lateralisasi? (prinsip: no masking sound that can be heard on normal ear in CHL) Lateralisasi ke arah sakit: CHL Lateralisasi ke arah sehat: SNHL Tengah-tengah: normal c) Tes Schwabach 8
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
8/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Di proc. mastoideus, pemeriksa harus normal BC pasien > dokter: CHL periksa sebaliknya BC pasien = dokter: N periksa sebaliknya BC pasien < dokter: SNHL 4. Hidung + sinus paranasal Pakai & nyalakan lampu kepala a. Inspeksi Deformitas Deviasi septum Perdarahan/hematom Rhinorrhea b. Palpasi Deformitas Masa abnormal Pencet 1 lobang idung terus minta pasien napas
apakah ada obstruksi?
c. Speculum Posisi tangan & hidung berlawanan, tangan yang nggak megang speculum fiksasi kepala di belakang. Speculum dibuka waktu udah di dalam rongga hidung, ditutup waktu udah dikeluarin. Jari telunjuk untuk fiksasi. Yang diliat: Concha nasalis media & inferior Meatus nasi inferior Septum lurus/deviasi/perforasi Mukosa merah tidak ada epistaksis tidak ada polip (biasanya warna pucat) tidak ada lendir berbau atau berwarna d. palpasi sinus frontalis & maxillaries, kalo nyeri, lanjutin ketok untuk tau ada nyeri ketok sinus curiga sinusitis. e. Sebenernya ada test transiluminasi buat ngeliat sinusitis, tapi karena ga ada di checklist buku, ga usah deh yee.. 5. Tenggorokan a. Bibir UKK b. Buka mulut dengan spatula 1) Masukkan spatula (yang dimasukin ujung besarnya), dorong dinding lateral mulut Membran buccal: warna & perdarahan Gusi: warna & perdarahan Gigi: karies Rasio gigi gusi 2) Minta julurkan lidah tes nervus XII 3) Minta pasien “aahh” (lidah ga dijulurin), tahan pakai spatula lidah Palatum molle & uvula terangkat tonsilla palatina & dinding posterior faring terlihat kalau ada eksudat 4) Ga usah palpasi lidah, palpasi hanya kalo ada indikasi kanker lidah, kalo palpasi musti pake glove ga disuruh di checklist
9
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
9/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
NEURO EXAM 1. GCS Glasgow Coma Scale E (eye:4) V (verbal: 5) M (motor:6) kalo pasien ga sadar 2. Mini mental status examination a. Orientasi 1) Person 2) Moment 3) Place Nanyanya harus sekaligus: Bapak datang sama siapa? Tadi makan apa? Sekarang lagi ditempat apa namanya? b. Noting menyebutkan 3 objek c. Atensi & kalkulasi 100-7-7-7-.. sampai 6x Kata dibalik: MESRA A-R-S-E-M d. Recalling suruh nyebutin 3 objek yang tadi disebutin e. Bahasa/language 1) Pensil + arloji ini apa? 2) Tanpa, bila, dan, atau, tetapi sebutin dengan intonasi yang datar 3) Ambil kertas, lipat2, taruh lantai 4) Baca “pejamkan mata” dan lakukan 5) Tulis kalimat SPO 6) Salin gambar Skor maksimal 30, kalau beda sendiri 8. Tanda iritasi meningeal a. Kernig sign lutut fleksi, trus kaki coba dilurusin ke atas, normalnya bisa lurus, tapi kalau ada tahanan dan sakit berarti abnormal (kernig +) b. Brudzinski 1) neck : 1 tangan ngangkat kepala, 1 tangan di dada, kalau positif = lutut nekuk 2) kontralateral : 1 kaki diangkat difleksikan, kaki yang lain ikut naik c. Lasegue untuk memeriksa LBP & n. ischiadicus kaki diluruskan lalu diangkat, positif = nyeri Periksa vertigo 1. Romberg cek keseimbangan Matikan ocular dengan tutup mata, propiosepsi tetap, cek vestibular. Pasien diminta berdiri, kakinya rapat, tutup mata, tarik dari belakang. Jatuh ke arah lesi. Positif kalau kaki melangkah mau jatuh. 2. Tandem gait Jalan dalam 1 garis lurus. Untuk BPPV Diagnosis: Dix hallpike o Kepala miring 45 Terus tiduran dengan posisi kepala nggantung Lihat ada nystagmus/pusing nggak, lihat nystagmus dalam 20 menit
12
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
12/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Treatment: Epley maneuver lanjutan dix hallpike
Terus noleh ke sisi satunya 90 o Badannya putar ikuti arah kepala Bangun Leher fleksi 20o Setelah epley pakai cervical collar untuk mencegah perpindahan canalith lagi
Sermont maneuver Tidur miring kanan 30 detik Duduk tegak 30 detik Tidur miring kiri 30 detik 13
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
13/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Cerebellar ataxic finger to nose PEMERIKSAAN LEPRA 1. Perkenalan diri 2. Anamnesis a. Keluhan Utama : Bercak hipopigmentasi, mati rasa, erythema nodusum leprosum
Lepra multibacilar : mukosa dan saraf keluhan : nasal stuffness, hoarseness,
Lepra paucibacilar : kulit dan neuro
keluhan : bercak hipopigmentasi, anestesi,
penebalan saraf Stadium: TT BT BB BL LL b. RPS i. Onset : masa inkubasi : 2 minggu- 30 tahun ii. Location : bercaknya adanya dimana aja iii. Characteristic : seperti apa lesinya? iv. Agravating –relieving : tidak ada v. Treatment : c. RPD : ngga terlalu ngaruh d. RPK lingkungan : adakah anggota rumah/ lingkungan yang mengalami hal serupa? Papua,
maluku e. Review system : i. apakah ada penebalan saraf? ii. Adakah mati rasa? iii. Adakah keluhan di saluran nafas? multibacilar 3. Informed consent 4. Siapkan alat a. Kapas, jarum pentul b. Air hangat 40o C , air dingin 20oC c. d. Pulpen Alkohol spray 14
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
14/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
5. Cuci tangan 6. Pemeriksaan fisik Pasien kalau laki-laki harus membuka baju dan hanya memakai celana pendek, cahaya ruangan harus cukup a. Inspeksi i. Kepala : ada madarosis atau tidak, lagophtalmus, hidung pelana , ada infiltrate di cuping telinga/ tidak?, ada pembesaran n. auricularis magnus (menyilangi SCM) ii. Tangan ada jari kiting atau tidak, atrofi tenar/ hipotenar iii. Tubuh minta pasien untuk meluruskan tangan ke depan, dan menginspeksi dada, perut, tangan ventral, tangan, jari2, Minta pasien untu memutar, inspeksi aspek dorsal leher telinga, punggung, area gluteal, aspek dorsal dari kaki, angkat kaki, inspeksi plantar Lihat ada ulkus, atrofi kulit, bercak, hipopigmentasi, hipopigmentasi b. Sensibilitas Bandingkan antara yang ada bercak dengan yang normal (bukan kanan-kiri) i. Perabaan/ taktil : dengan kapas Jelaskan ke ibunya kalau terasa suruh bilang terasa. ii. Suhu : dengan air panas/ dingin iii. Nyeri : jarum pentul Bandingkan perabaan tumpul atau tajam, ada/ tidak nyeri c. Perabaan Saraf Yang dicari: Penebalan saraf , nyeri, simetris atau tidak - Aurikularis magnus pasien tengok kiri/ kanan diraba ada atau tidak penebalan saraf - N. ulnaris tangan kanan dipegang dengan tangan kanan agak difleksikan, langsung diraba pake tangan kiri - N. peroneus komunis di lateral caput fibula - N. tibialis posterior jongkok, tangan disilangkan untuk meraba di maleolus medialis d. Fungsi Saraf (sensoris dan motorisnya) i. N. facialis : motorik Periksa dengan memejamkan mata, ada celah atau tidak, dikatakan lagophtalmus kalau > 3mm ii. N. ulnaris - Sensorik: pakai pulpen di telapak tangan. Areanya: jari manis setengah ke medial di telapak tangan. 1,5 medial Motoris : jari kelingking abduksi, diberi tahanan ke dalam Nilai : 3: bisa melawan tahanan ; 2 : bisa abduksi tapi ga bisa lawan tahanan ; 1: tidak bisa abduksi iii. N. medianus : - Sensoris : telapak tangan 3, 5 lateral - Motoris : jempol ke arah hidung, lalu di beri tahanan iv. N. radialis : motoris Dorsofleksi palmar ( kayak orang naik motor) lalu di tahan v. N. peroneus komunis : motoris -
Dorsofleksi kaki, lalu ditahan. vi. N. tibialis : sensoris 15
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
15/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Pasien harus mengekspos telapak kaki, lalu dites dengan pulpen. 7. Treatment - Paucibacillar : 6 bulan (obat Rifampicin diminum depan dokter, 1 bulan 1x minum) tiap 1 bulan balik lagi ke dokter.. tapi pengobatan 6 bulan) R/ Tab Rifampicin 600 mg No. I s. obat minum depan dokter R/ Tab Dapsone 100 mg No. XXX s.1.d.d. tab 1 -
Multibacillar : durasi treatment 12 bulan R/ Tab Rifampicin 600 mg No. I s. obat minum depan dokter R/ Tab Dapsone 100 mg No. XXX s.1.d.d. tab 1
R/ Clofazimin 300 mg No.I s. obat minum d depan dokter R/ Clofazimin 50 mg No. XXX s.1.d.d tab 1 8. Edukasi a. Pengobatan ini memang lama, jadi harus taat minum obat b. Pakai masker, karena penularan lewat droplet c. Sebulan sekali datang control
GYN Baby del, ANC, gyn exam, papsmear, implant, IUD BABY DELIVERY Kala 1 1. Fase laten Pembukaan 0-3 cm, sekitar 8 jam 2. Fase aktif Pembukaan 4-10. Kecepatan: 1 cm/jam Yang dicatat di partograf 1. Vital sign Periksa tekanan darah + suhu tiap 4 jam Periksa HR tiap 0.5 jam 2. Periksa urin 2-4 jam 3. Bimanual untuk mastiin Ada tumor nggak di jalan lahir Ada DKP atau nggak Ada moulage nggak Nentuin station 4. Leopold Enganged kalau udah di station 0 atau hodge 3, pas di spina ischiadica
16
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
16/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Kala 2 1. Salam dan perkenalan Selamat sore, saya dokter yang akan membantu kelahiran ibu. Dari partograf RM, ibu memasuki kala 2. Saya memerlukan kerja sama ibu agar proses kelahiran lancar. Silakan lepas bawahan & celana dalam lalu tidur di meja litotomi. Anamnesis singkat GPA Umur kehamilan ANC teratur? Terakhir kapan? Ada keluhan selama kehamilan? Ada riwayat hipertensi, DM (makrosomia atau disproporsi kepala panggul) 2. Mohon kerja sama 3. Persiapan alat a. Pakai apron b. Lampu ginekologi nyalakan c. Meja ginekologi d. 3 linen steril dipake abis pake gloves 1 di bawah buttock ibu, 1 di atas perut ibu, 1 dipegang buat nahan perineum e. ½ cocher (buat mecahin ketuban kalo belum pecah) f. Gunting epis g. Klem lurus h. Gunting jaringan untuk tali pusar i. Klem tali pusar j. Oksitoksin 10 IU & syringe-nya k. Ergometrin l. Kateter nelaton/logam m. Needle holder, needle, benang untuk jahit epis n. Sarung tangan o. Fetoscope/stetoskop Laennec p. Wadah bengkok q. Chlorin 0.5% 4. Cuci tangan, pakai sarung tangan 5. Berdiri depan vulva 6. Menentukan waktu untuk meneran a. Kontraksi 3-4 kali dalam 10 menit, satu kali 20-40 detik, dominasi fundus, nyebabin effacement serviks, simetris b. Pasien ingin meneran c. Perineum menegang d. Anus berdilatasi & membuka e. Bagian mukosa anus muncul f. Kepala janin memperlebar outlet vagina 3-4 cm g. Bloody show 7. Jelaskan cara meneran Selama kenceng2, ambil napas dalam lewat hidung, tutup mulut, keluarkan lewat hidung, dagu nempel di dada, tangan bisa pegangan paha, mengejan ke arah perut sekuat mungkin 8. DJJ tiap 5 menit selama 1 menit asisten yang ngelakuin (inget: Laenec ga steril) 9. Periksa perineum rigid/nggak, jarak vagina & anus episiotomy nggak? Kalau diepis, lakukan ketika kenceng2 10. Melahirkan kepala 17
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
17/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Tangan kanan dilapisi linen, di posterior introitus vagina, menahan perineum untuk menghindari laserasi perineum Tangan kiri tahan kepala bayi di atas supaya nggak defleksi berlebihan Begitu kepala keluar, lap muka bayi, buang linen Periksa ada lilitan tali pusar atau nggak. Kalau ada, diklem terus dipotong. 11. Tunggu putar paksi luar Setelah putar paksi luar maneuver biparetal, pegang kepala, leher, sampai pundak 12. Delivery bahu Ke bawah, lahirkan bahu anterior Ke atas, lahirkan bahu posterior 13. Delivery sisa badan 14. Baringkan di atas perut ibu, dilandasi linen steril untuk ngelap badan kecuali telapak tangan, posisi kepala bayi lebih rendah 15. Klem 1 4-5 cm dari bayi Klem 2 diurut 2-3 cm dari klem 1, Terus potong Klem 1 di bayi ganti klem disposable (klem tali pusat yang warna biru) 16. Bayi letakkan pada dada ibu, IMD (inisiasi menyusui dini utk bangun hubungan bayi dengan ibu, imunitas,dll) 17. Kasih tahu kondisi bayi & selamat ke ibu 18. Tulis di rekam medis Kala 3 Manajemen Aktif 19. Suntik oksitoksin ke vastus lateral kiri 20. Tegangan/traksi tali pusar terkendali Cara periksa tali pusar udah lepas atau belum:
Kussner: tali pusar ditarik, kita tekan di simfisis pubis, kalo masuk-keluar tali pusat belum lepas Strassman: diketuk fundus uteri ibunya kalo belum lepas, kerasa ketukannya di tali pusat Klein: pas ibu mengejan kalo tali pusatnya keluar, trus udah selese ngejan masuk lagi belum lepas Ciri udah lepas: perubahan bentuk & tinggi uterus (dari globuler jadi pear & naik) tanda ahfeld (tali pusar memanjang) ada semburan darah mendadak Tangan kiri tekan daerah fundus dorsokranial, tangan kanan megang plasenta. Plasentanya ditarik ke bawah terus ke atas pake klem yang udah dipindahin ke introitus vagina Diputar pas udah mau keluar. Periksa kotiledon di pars maternal (20-30 kotiledon). Periksa vasa di pars fetal, kalau ada yang putus mungkin itu vasa untuk plasenta lain. Bersihkan kotiledon dengan kasa hidrofilik. 21. Massage fundus uteri Setelah plasenta keluar, suntik ergometrin di vastus lateral kanan agar uterus involusi (jika perlu). Pijat uterus dengan ujung jari kiri. Jempol tetep di fundus agak bawah, yang gerak jari2nya aja. Bapaknya bisa bantu stimulasi puting susu.
18
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
18/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
ANTENATAL CARE
Jadwal rutin ANC 1-28 28-36minggu minggu 36-40 minggu >40 minggu
12 x/bulan x/bulan 1 x/minggu >1 x/minggu
Gestational age Embryonal age = 2 minggu setelah gestational age HPL dihitung dari HPM terakhir tanggal +7, bulan -3, tahun +1 Perkiraan lahir 40 minggu Prosedur: 22. Salam dan perkenalan 23. Anamnesis a. GPA b. Umur kehamilan (HPM terakhir) c. ANC teratur? Kapan terakhir ANC? d. Keluhan kehamilan (sakit punggung karena perut tambah besar, edem/makin bengkak) e. Penyakit yang pernah dialami (DM, hipertensi) f. Obat yang pernah diminum selama kehamilan g. Kalau udah deket2 HPL, ada tanda2 seperti bloody show dll atau nggak? 24. Jelaskan prosedur, tujuan, dan hasil yang diharapkan Saya akan melakukan pemeriksaan pada janin ibu. Saya perlu meraba2, terasa tidak nyaman tapi tidak berbahaya bagi ibu dan janin ibu. 25. Informed consent 26. Minta ibu berkemih dahulu. Minta ibu tiduran di atas meja periksa, minta ibu menekuk kaki, baju bagian perut disingkapkan & tutup bagian tubuh bawah dengan selimut. 27. Cuci tangan: pake sabun, bilas, handukan atau pake alcohol. Ga pake glove. 28. Berdiri di kanan, menghadap lateral
Situs/Lie: longitudinal, transvers, oblique Presentasi: chepalic (vertex, face, brow), breech, shoulder Attitude: conveks (melengkung), concaf Posisi: nentuin di kanan atau kiri Posisi yang sering PUKI (punggung kiri) Denominator: Presentasi Vertex UUK; presentasi muka dagu; breech precentation sacrum Leopold baru bisa mulai 28 minggu
19
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
19/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Leopold 1 29. Mengukur fundal height berapa jari dari proc. xyphoideus/umbilicus Taruh sisi lateral jari telunjuk kiri pada bagian atas fundus uteri untuk menentukan ketinggian. 30. Bagian fetal di fundus bulat keras kepala bulat lunak buttock kosong posisi transversa Leopold 2 31. Telapak tangan kiri kita diletakkan pada perut lateral kanan ibu, telapak tangan kanan kita diletakkan pada perut lateral kiri ibu. 32. Turunin tangan gantian kanan kiri Punggung: flat, hard, elongated Limb: small, soft, multiple Leopold 3 33. Pegang di bagian agak atas simfisis pubis dengan tangan kanan, memastikan leopold 1 (bisa pula digoyangkan utk skrining udah masuk panggul apa belum) Leopold 4 34. Berdiri di kanan pasien, posisi ganti jadi menghadap kaki ibu 35. Finger di segmen bawah rahim 36. Lakukan deep pressure di pelvic inlet Di mana cephalic prominence? Presentasi vertex: cephalic prominence sejajar limb (small part) Presentasi wajah: cephalic prominence sejajar punggung (flat & elongated) 37. Divergen: enganged Convergen: unenganged 38. Fetal Heart Rate FHR bisa didengar setelah 18 minggu. Dengan monoaural fetoscope, normal 120-160 x/menit. Sambil pegang arteri ibu untuk memastikan yang didengar FHR, bukan pulsasi ibu. Hitung: selama 25 detik, caranya 5 detik itung, 5 detik berhenti, 5 detik itung, 5 detik berhenti, 5 detik itung jumlah terus kali 4 Nentuin posisi ndengerin FHR
Kalau presentasi bokong di atas umbilicus Kiri/kanan tergantung posisi punggung fetus
Kalau presentasi kepala di bawah umbilicus Presentasi cephalic wajah: di dada Presentasi cephalic vertex: di punggung 39. Fundal height pakai meteran estimasi umur gestational & berat Hitung dari simfisis pubis ke fundus tapi yang centimeter-nya dibalik biar nggak bias. Sampai di fundus, tekuk meteran & lihat cm-nya berapa. 20
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
20/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Umur gestational Fetal weight
Tinggi fundus x 8 : 7 (dalam minggu) Kalau udah enganged, (tinggi fundus -11) x 155 gram Kalau belum enganged,( tinggi fundus -12) x 155 gram 40. Cuci tangan: sabun, bilas, dan handuk 41. Penjelasan ke ibu a. Posisi bayi b. DJJ normal/nggak c. Pengukuran umur kehamilan d. Estimasi berat janin e. Estimasi kelahiran f. Kapan kontrol lagi 42. Catat di medical record Tambahan: 30 Non GO: DGNI (-),leukosit PMN >30 Vaginosis bakterial Gadnerella vaginalis (Gram negatif) rangsang kuman aerob di situ pH jadi basa (>4,5), ciri baunya amis kayak ikan, pakai Gram ketemu clue cell Nanti di-bau-in dulu setelah lici kapas diusap ke vagina, terus periksa pH pakai kertas lakmus Trikomoniasis Oleh T. vaginalis, discharge berbusa & hijau, dilihat pakai NaCl 0.9% ada yang motil Kandidiasis Kental, seperti susu basi, gatal, dilihat pakai KOH 10 % ada pseudohifa 21
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
21/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
3. Informed consent & alasan2 Dari hasil anamnesis, perlu dilakukan pemeriksaan alat kelamin. 4. Tujuan sedikit tidak nyaman tetapi tidak membahayakan 5. Silakan bila ingin BAK 6. Meminta pasien buka celana dalam, tidur pada posisi lithotomy 7. Perineum di tepi meja periksa Pemeriksaan in speculo 8. Memposisikan & menyalakan lampu 9. Pakai apron, mengecek peralatan: a. Speculum graves, minimal siapkan 2 ukuran b. Air hangat c. Duk steril Toilet vulva luar d. Tampontang/klem pean, untuk membersihkan e. Mangkok isi betadine/antiseptic Toilet vulva dalam f. Klem ovarium g. Lisol, kalau bukan IMS Periksa IMS h. 4 slide, kegunaan: Dinding vagina: a) Kandidiasis KOH b) Vaginosis bakteri Gram Ostium uteri eksterna: Cervicitis Gram Fornix posterior Trichomoniasis langsung di bawah mikroskop karena udah ada NaCl i. 3 Lidi + kapas j. Mangkok isi NaCl 95% k. Sarung tangan l. 0.5% chlorine untuk desinfeksi tingkat tinggi m. Basin 10. Cuci tangan & menggunakan sarung tangan secara aseptik 11. Duduk di depan area genital 12. Membersihkan vulva Pakai peyan dengan arah meminta untuk permudah visualisasi Kasa 1: dari depan turun, masuk & berhenti Kasa 2: pelangi 3x, dari kanan medial sampai paha medial, bentuk lingkaran, masuk anus yang terakhir, & berhenti 13. Meletakkan duk steril : 1 di bawah pantat, 1 yang berlubang di area vulva 14. Melakukan kateterisasi (kalau belum berkemih), masukkan 3-4 cm kemudian diputar 15. Inspeksi vulva dan area sekitar Mons pubis persebaran rambut Labia majora lesi pigmentasi pembesaran glandula
Labia minora peradangan 22
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
22/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Clitoris Introitus discharge, kalau ada diambil Ada tidaknya OUE Palpasi
Cysta bartholini Ulcus batas tegas, tepi meninggi, dasarnya bersih, tidak nyeri sifilis Ulcus bentuk tidak rapi, dasarnya tidak bersih, nyeri chancroid Multiple, ada massa vesikel, nyeri herpes genitalis 16. Pilih speculum yang tepat & screw-nya, kalau belum pernah coitus jangan speculum 17. Beri lubrikan dan masukkan Minta pasien tarik napas Tangan kiri di atas mons pubis dengan jempol dan telunjuk membuka labia minora Tangan kanan memegang speculo, jempol menahan, telunjuk di atas, jari tengah di bawah Kalau udah masuk 2/3, dirotasi 90%, terus buka pelan2 Dikunci setelah sampai portio 18. Kunci & bersihkan dinding vagina & cerviks (toilet vulva dalam) 19. Inspeksi a. Dinding vagina Licin Perdarahan Discharge inflamasi Tumor b. Cerviks Mencucu, dilatasi, atau tidak OUE terlihat atau tidak, dilatasi atau tidak Warna Perdarahan Inflamasi Discharge Tanda2 carcinoma Tanda Chadwick: cervix kebiruan karena dilatasi vena saat hamil Adakah benang IUD 20. Sedikit kendorin, putar 90o: adakah fistula, tumor, perdarahan pada dinding vagina bagian anterior posterior Kalau IMS, nggah usah diputar. Speculum tetap dipegang waktu periksa lidi kapas. 21. Unlock & remove speculum 22. Masukkan ke larutan 0.5% chlorine Bimanual examination 23. Melubrikasi tangan 24. Berdiri. Tangan kanan di depan vulva & tangan kiri di regio suprapubis Melakukan pemeriksaan bimanual dengan jari tengah & telunjuk tangan kanan Ibu diminta tarik napas 25. Pisahkan labia major dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri Jempol & jari tengah ekstensi, jari lain fleksi 26. Jari ketiga menekan ke posterior vagina lalu masuk bersama telunjuk hingga posterior fornix 27. Laporkan a. Vulva 23
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
23/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
b. Vagina Dinding licin, ber-rugae Tumor, konsistensi, & isi (padat/cair) Bila berdenyut hernia c. Cerviks
Cysta OUE Konsistensi cerviks d. Uterus Posisi (ante/retro) Ukuran Mobile ( naik turun, kanan kiri) e. Parametrium f. Adnexa (ovarium, tuba fallopi, ligamentum) periksa ke arah fornix lateral kaku atau tidak 28. Masukkan semua alat ke larutan chlorine 0.5% 29. Sebelum dilepas, tangan bersarung tangan kobok2 di basin chlorine Lepas sarung tangan, cuci tangan, meminta pasien bangun dari meja ginekologis 30. Matikan lampu 31. Menyampaikan hasil Treatment:
Sifilis: IM dosis tunggal benzadil penilicillin 2.4 juta IU Cancroid: azythromycin 1 gram oral dosis tunggal (H.ducreyi, rel kereta/ikan yang berderet) Herpes genitalis: acyclovir 5 x 200 mg selama 5-10 hari Kandidiasis: mikonazol 200 mg/hari suppositoria vaginal, durasi 3 hari Trichomoniasis: metronidazol 2 gram dosis tunggal Vaginosis bakterial: metronidazol 500 mg selama 7 hari Cervicitis: GO: cefixime 400 mg single dose oral atau ceftriaxone 200mg IM Non GO: doxycicline 2 kali dosis 100 mg selama 7 hari atau tetracycline
PAP SMEAR Dilakukan pada saat telah melakukan hubungan seksual 30 tahun pertama-tama per tahun, tapi kalau 3 kali berturut-turut negatif, cukup 3 tahun sekali >70 tahun jika dalam waktu 10 tahun terakhir, 3 kali berturut-turut pada pemeriksaan sebelumnya negatif, berarti nggak usah dilanjutin. 43. Alat a. Pakai apron b. Meja & kursi periksa c. Lampu ginekologi d. Glove e. Linen berlubang f. Speculum grave g. Endocervix brush/ayre spatula h. 2 labelled object glass Untuk pemeriksaan 24
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
24/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
a. Larutan etanol 90% yang sudah diberi label Surat rujukan 44. Jelaskan tujuan & prosedur Anamnesis singkat a. Tanyakan pertama kali hubungan seks b. High risk bila 1 hari c. Tanda2 cervicitis (kalau ada, obati dulu 12 minggu, baru pap smear) d. Tidak melakukan sexual intercourse & irigasi vagina dalam 3 hari terakhir 45. Sampaikan kalau sedikit nyeri 46. Informed consent 47. Minta pasien a. Urinasi & cuci perineum sebelum pemeriksaan b. Melepas underwear 48. Minta pasien untuk berbaring dengan posisi litothomi 49. Posisikan pasien & nyalakan lampu ginekologis Prosedur 50. Cuci tangan & pakai gloves 51. Duduk depan area genital Toilet vulva luar, pakai duk berlubang Cek area genital, inspeksi area vulva perineum & meatus urethra Laporkan: lesi, masa, drainasi, diskolorasi 52. In speculo exam, speculum bisa dikasih air hangat tapi jangan lubrikan Kalau ada cervicitis, berhenti, obati dulu 53. Terlihat serviks, forniks, & dinding vagina Laporkan discharge, erosi, bleeding, masa fragil, & kondisi abnormal lain o
54. Endocervical brush putar 360 Spatula ayre putar 180o, bisa ambil endocerviks dan ectoserviks
55. Waktu ngeluarin, jangan menyentuh sekitar 56. Semua dismear endocervical brush ratakan di slide dengan diputar spatula ayre ratakan bagian eksoserviks di slide dengan diusap 2 kali di tempat yang berbeda 57. Fiksasi dengan dicelup alcohol 90% 58. Keluarkan spekulum 59. Katakan telah selesai Post-action Management 60. Dekontaminasi dalam larutan chlorine 0.5% dan ke tempat sampah 61. Rendam tangan berlapis gloves di larutan chlorine 0.5%, lepas gloves Cuci tangan dengan air mengalir Handuk 62. Matikan lampu Counseling 63. Finding & next action: nanti hasil PA bisa nunjukkan adanya gangguan pertumbuhan 64. Surat rujukan ke PA 65. Kapan follow-up: kalau udah ada hasilnya IMPLANT
25
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
25/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
1. Salam & perkenalan diri 2. Anamnesis a. Udah menikah? b. Udah berhubungan seksual? Kapan terakhir berhubungan seksual? c. GPA? (implant nggak boleh kalau lagi hamil) d. Kapan terakhir mens? Waktu yg tepat: during menstrual period hingga 5-7 setelah menstruasi e. Vaginal bleeding? f. Durasi KB? g. Menyusui bayi 8 jam Durasi Rasa nyeri Pernah suntik tetanus?
1. Indikasi, apa yang akan dilakukan & mengapa Ini harus dijahit untuk mencegah infeksi & mempercepat penyembuhan. 2. Prosedur & risiko Nanti akan dijahit, agak nyeri, tetapi akan diberi obat anestesi dulu 29
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
29/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Risiko: ada bekas luka, agak sedikit nyeri 3. Informed consent 4. Posisikan pasien 5. Pakai baju bersih, cap, google, mask 6. Cek alat di meja steril Korentang Taplak hijau Handuk Sarung tangan steril Gown
Cocher Kasa steril
Comb Povidone iodine Linen berlubang steril Klem duk Disposable syringe Lidocaine 1% 2 ml Pinset anatomis & chirurgis NaCl Perhidrol H2O2 Needle holder Cutting needle 4/8 Benang non absorbable 3/0 Gunting benang Klem hemostatis Kassa softratul
di meja non steril Plester Gunting plester potong plester
Cadangan povidone iodine, alkohol, benang
Dekat pasien
Bengkok untuk kasa
Persiapan alat: Untuk hand washing 1. Pastikan air nyala 2. Sabun 3. Pembersih kuku 4. Sikat tangan steril, sekalian dibuka 30
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
30/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Proteksi diri Topi Masker Goggles Sepatu boots 8. Persiapan a. Cek air b. Siapkan sikat steril, pembersih kuku, dan sabun antiseptik cair c. Membuka bungkus sikat steril 9. Initial washing a. Buka kran dengan siku b. Initial washing & liquid soap c. Bilas d. Tangan diangkat e. Bersihkan kuku f. Buang pembersih kuku 10. Scrub a. Sabun taruh di sikat b. Scrub, tangan Palmar, radial, interdigiti, ulnar, dorsal, kuku c. Transfer sikat, pegang di tampat sama d. Buang e. Bilas f. Tutup kran dengan siku 11. Masuk ke ruang operasi 12. Handukan a. Ambil & bagi handuk b. Keringkan tangan satu-satu c. Buang handuk 13. Pakai gown a. Pakai gaun raba dalam b. Raba kerah c. Pakai d. Tutup/ikat 14. Pakai sarung tangan closed method 7. Sterilkan lapangan operasi pakai cocher Pakai povidone iodine 3x dari sental ke perifer di sekeliling luka. Terus tutup dengan duk berlubang (duk bisa di-klem). 8. Anestesi subcutan Ambil jaringan lemak dengan tangan kiri. Injeksi dengan tangan kanan sudut 45 o. Aspirasi, kalau nggak ada darah, suntikkan anestesi. 9. Cek anestesi lokal Pake pinset chirurgis 10. Bersihkan luka dengan NaCl. Tangan kiri bawa mangkok berisi NaCl, tangan kanan bersihkan luka pakai kasa yang dipegang pakai cocher. Tuang NaCl, grojog. 11. Luka di-tul-tul dengan perhidrol untuk bunuh bakteri anaerob 31
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
31/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
12. Bersihkan lagi pakai NaCl, grojog. 13. Pasang benang tidak terserap/nilon pada jarum cutting 14. Tangan kiri pegang pinset chirurgis (pegang kulit) & pinset anatomis (jemput jarum) 15. Masukkan benang ke kulit dengan posisi tegak lurus, lengan abduksi, posisi pronasi 16. Jumlah jahitan 2p, dengan p adalah panjang luka. Jarak jahitan pertama dari ujung luka = 0.25 cm Jarak tiap jahitan = 0.5 cm 17. Kalau ada perdarahan di-dep diklem dijahit banting 18. Pakai sofratul, terus kassa steril Lepas duk Lepas sarung tangan Pasang 4 plester, bentuk bingkai 19. Edukasi pasien (daily plan, medicamentosa, specific plan) Kontrol 3 hari (ganti kasa), lepas jahitan 1 minggu (selain muka) atau 4-5 hari (muka) Kenali tanda2 infeksi (gatal, keluar pus) Tidak boleh kotor, tidak boleh kena air Obat analgesik (asam mefenamat & amox oral) 5 tahun sebelumnya belum suntik ATS nggak usah suntik lagi
R/ Tab. As. Mef. 500 mg No XV S q8h prn R/ Tab. Amox. 500 mg No XV S q8h
SIRKUMSISI 1. Salam, perkenalan. 2. Indikasi medis a. phymosis (preputium ga bisa ditarik ke proksimal) b. paraphymosis (preputium ga bisa dibalikin setelah ditarik) c. balanitis (radang pada glans penis) d. balanopostitis (radang pada glans dan preputium/kulit kulup) e. mencegah infeksi dan penyebarannya Indikasi non-medis: agama 3. Kontraindikasi a. hipospadia (arah pipis di bawah/bagian ventral) b. epispadia (arah pipis di atas/bagian dorsal) c. chordee (penis bengkok) d. webbed penis (ada jaringan yg menghubungkan skrotum dengan bagian dorsal penis) e. mikro penis (18 jam sebelum kala 2), prolonged labour (>24 jam), prolonged kala 2 (>2 jam), placenta previa, dibantu dengan alat, chorioamnionitis c. Fetal: fetal distress, IUGR Informed consent Persiapkan 1 lagi personel ahli Personal protection/general precaution Cuci tangan, pakai glove. Peralatan: radiant warmer/table warmer, dinyalain. Linen bersih, lembut, kering, & hangat minimal 3 buah: 1 shoulder roll, 1 untuk alas, 1 untuk nerima bayi
8. Peralatan a. Suction devise 39
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
39/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
1) bulb syringe 2) mechanical suction 3) suction catheter 5F, 8F, 10F, 12 F, 14 F Pilih yang nomor 12 F atau 14 F untuk mekonium b. Bag, valve, & mask 1) Bag 2) Mask 3) Sumber oksigen 5 L/menit 100% c. Peralatan intubasi 1) Laryngoscope dengan extra set baterai & lampu Blade Muller, lurus Ukuran no. 00 bayi sangat kurang bulan Ukuran no. 0 bayi kurang bulan Ukuran no. 1 bayi cukup bulan 2) ET dengan diameter 2.5, 3, 3.5, 4 mm 2.5 mm BB 38 minggu Rumus kedalaman pemasukan ET = BB anak dalam kg + 6 cm 3) Stylet d. Syringe insulin untuk injeksi epinephrine e. 0.01-0.03 ml/kgBB epinephrine lewat vena umbilicalis f. Jam g. Stetoskop 9. Nyalakan oksigen 5 L/menit PROSEDUR Tanyakan 10. At term kah? 11. Bebas mekonium kah? 12. Bernapas/menangis kah? 13. Tonus otot baik kah?
Bebas mekonium:
Kalau umur gestasi, napas, & tonus otot baik taruh di table warmer routine care (warm, airway, keringkan) asses warna Kalau ada yang tidak initial step 14. Hangatkan 15. Posisikan kepala bayi & buka airway Suction mulut dulu baru hidung. Kalau hidung dulu di-suction ada reflex nafas cairan yang di mulut bayi nanti malah ikut kehisap. 16. Keringkan Stimulasi (gosok punggung sekalian ambil linen yang buat ngeringin, tepuk telapak kaki) Reposisi 17. Beri O2 bila perlu
40
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
40/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Evaluasi Dari awal sampai evaluasi: 30 detik 18. Respirasi/menangis? 19. Detak jantung, hitung dalam 6 detik terus dikaliin 10 20. Warna kulit
Ada mekonium:
21. Bila ada meconium pada cairan amnion, bayi vigorous/tidak? Vigorous: strong respiration effort, HR > 100 bpm, good muscle tone 22. Bila tidak vigorous a. Gunakan suction catheter 12 F atau 14 F untuk bersihkan mulut b. Insert laryngoscope c. Kalau vocal cord nggak kelihatan gunakan suction catheter 12 F atau 14 F untuk bersihkan mulut & pharynx posterior sehingga glottis dapat divisualisasi* d. Kalau vocal cord udah kelihatan insert ET yang dihubungkan dengan suction devise tertentu e. Apply suction saat ET ditarik f. Lanjutkan ke initial step (suction mulut & hidung pake bub syringe) g. Evaluasi: respirasi, HR, warna 23. Bila bayi vigorous initial step gunakan bulb syringe 12 F atau 14 F suction catheter utk mulut & hidung 24. Setelah initial care, kalau semua bagus observational care (perawatan tali pusar, selimuti bayi) Hasil evaluasi Kalau ada yang jelek: 25. Kalau warna cyanosis (only) free flow O2 selama 30 detik Evaluation setelah 30 detik free flow O2 a. Respirasi b. HR: palpasi cord dan auskultasi dada selama 6 detik c. Warna kulit
26. Kalau HR < 100x or apnea VTP a. Pilih device & instrumen b. Pilih bag dan hubungkan dengan sumber oksigen yang mampu menghantarkan 90-100% c. Test bag & mask d. Posisi 1) Kepala bayi slightly extended 2) Posisi peresusitasi pada posisi kepala bayi 3) Pegang mask dengan tangan kiri dan bag dengan tangan kanan 4) Rim mask mengcover dagu, mulut, dan hidung, tetapi tidak mata Tutup dagu, baru hidung Jari 1, 2, 3 pegang mask; jari 4 & 5 angkat dagu Tahan rim mask e. Tekan bag f. Frekuensi, tekanan, dan irama PPV Laju 40-60 kali/menit, katakan breath.. two.. three.. breath.. two.. three.. Lakukan selama 30 detik, jadi cuma 20x ventilasi. g. Tepat waktu30 detik ventilasi Evaluasi setelah 41
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
41/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
a. Respirasi b. HR: palpasi cord dan auskultasi dada selama 6 detik c. Warna kulit 27. Bila setelah dievaluasi lagi: HR 100x/menit, breathing/crying, pink) post-resuscitation care (gradually diminish VTP, perawatan tali pusar, selimutin) ENDOTRACHEAL INTUBATION Indikasi pemasangan ET: Menjaga patensi jalan napas Mengurangi risiko terjadinya aspirasi Melakukan suction trachea Melakukan pemberian oksigen konsentrasi tinggi Melakukan administrasi obat tertentu Memelihara pengembangan paru yang adekuat (volum tidal adekuat 10-15 ml/kgBB/menit 10-12 kali/menit)
Kontraindikasi: Trauma maxillofacial 1. Persiapan alat a. Gloves b. Spray alkohol c. Bag, valve, mask d. Oksigen 10-12 L/menit konsentrasi 100% 42
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
42/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
e. ET sesuai ukuran kelingking, biasanya adult male ukuran 8 sediain 3 ET : ukuran 7.5, 8, 8.5, adult female ukuran 7 6.5, 7, 7.5 cek balon & konektor, dikembangkan lalu dikempiskan lagi dikasih lubrikan water soluble, taruh di kanan pasien f. Spet 10 ml, dicoba ke ET g. Laryngoscope ukuran 3, satukan blade & handle, coba nyala atau nggak Machintos, bengkok diletakin ujungnya di vallecula glossoepiglotica Muller, lurus di bawah epiglottis biasanya pada neonatus h. Stylet i. Suction j. Stetoskop k. Plester l. Oropharyngal airway 2. Pakai glove 3. Posisi di kranial pasien 4. Periksa ada tidaknya cedera cervical Trias: penurunan kesadaran, multiple trauma, dan jejas di atas clavicula krepitasi di bagian leher belakang, otorrhea/rhinorrhea, jatuh lebih dari 2x ketinggian badan 5. Triple maneuver, kalau ada cedera servikal pasang collar neck, jaw thrust 6. Cross finger: jempol kiri menekan mandibula dari dalam, jari telunjuk menekan palatum durum Corpus alienum finger swab Cairan suction 7. Pre-oksigenasi dengan bag-valve-mask 10-12 L/menit; 10-12 kali/menit selama 2-3 menit atau hingga saturasi 95 % Jempol & jari telunjuk pegang mask Jari tengah, manis, & kelingking pegang mandibula Kalau ada refleks muntah hentikan ventilasi, suction, dan segera pasang ET 8. Reposisi kepala sniffing position (agak ekstensi) 9. Pasang laryngoscope a. Pertahankan pembukaan mulut dari luar dengan tangan kanan b. Pegang laryngoscope dengan tangan kiri, masukkan dari sisi kanan tanpa menekan gigi c. Susuri sampai pangkal lidah dari sebelah kanan, digeser ke kiri d. Sampai ketemu epiglottis, masukin ke vallecula, sampai nemu vocal cord e. Masukkan ET hingga mencapai ukuran 20-22 Male 23 cm, perempuan 21 cm dari mulut, lihat garisnya ET ntar terletak antara pertengahan laryng sampai bifurcatio carina 10. Lakukan nomer 10 dalam 15-30 detik atau tahan napas. Kalau tidak cukup, segera ulangi, oksigenasi terlebih dahulu 11. Inflasi balon dengan syringe berisi udara 10-20 ml Overinflate nekrosis Terlalu lemah naik turun 12. Amati pengembangan paru dengan bagging, minta asisten oksigenasi, terus kita auskultasi Apeks, basis vesicular Epigastrium nggak kedengaran, kalau ada suara berarti salah masuk Periksa kanan & kiri 13. Fiksasi ET dengan plester mirip gamma di tulang2 keras, ke arah dekat ventilator berada 14. Pasang OPA (mayo/goudel), jadi ET nggak kegigit kalau pasien tiba2 sadar 15. Sambungkan ke ventilator untuk maintain volum tidal 10-15 ml/kgBB/menit IV LINE 43
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
43/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
. 1. Indikasi, anatomi, prosedur teknik Indikasi:
Memenuhi kebutuhan cairan tubuh harian
Mengganti cairan yang hilang, menghindari dehidrasi
Memasukkan obat (sebagian besar berupa antibiotik)
Memperbaiki atau mencegah terjadinya gangguan cairan dan elektrolit tubuh Karena langsung masuk aliran darah bisa nyebabin:
Masuknya organisme penyebab infeksi
Masuknya benda asing (udara emboli)
Alat & cairan bisa bikin iritasi Kontraindikasi:
Lokasi yang lebih distal dari lokasi penyuntikan sebelumnya
Sklerosis/pengerasan vena
Infiltrate site atau phlebotic vessels
Memar, nyeri, infeksi
Percabangan vena
Lokasi katup vena
DVT, penyakit katup vena
Tujuan utama resusitasi pada pasien kritis (kurang perfusi jaringan metabolisme anaerob & asidosis laktat): mengembalikan perfusi jaringan/oksigenasi selular & mempertahankan fungsi organ tubuh melalui resusitasi cairan. 2. Informed consent Prosedur & risiko
Permisi Selamat siang, Pak/Bu. Saya dokter jaga. Saya akan melakukan pemasangan infus di lengan ibu. Infus ini dipasang untuk mengganti cairan tubuh ibu yang hilang. Apakah ibu bersedia?
Posisikan pasien
Bebaskan lokasi penyuntikan, pilih, & periksa lokasi penyuntikan Cuci tangan 6 step pakai alkohol 3. Persiapan alat Antiseptik: agen untuk menghilangkan mikroflora di kulit alkohol & yodium Disinfektan: agen untuk menghilangkan mikroflora di benda mati
Over the needle catheter vasa superficialis (+) kanulasi vasa hanya dalam 1 langkah sederhana (-) ujung kateter cenderung mudah rusak, merusak endotel vaskular trombosis
phlebitis &
Ukuran kateter (merknya abbocath): 16 abu2 muda bedah mayor & trauma 18 ijo transfusi darah, produk darah, & obat-obat kental 44
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
44/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
20 pink 22 biru 24 26 abu2 tua
pasien dewasa anak & orang tua neonatus
Jenis cairan: 1) Kristaloid Dapat menembus membran semipermeabel & berubah jadi kristal. 25% tetap di ruang interstisial, 75% ekstravasasi ke ruang interstitium. (+) murah & mudah diperoleh (-) bisa edema, volum harus ditambah supaya ekuivalen dgn koloid a. Cairan hipotonik: dekstrosa 5%, NS 0.5% b. Cairan isotonik RL: syok hemoragik, meminimalkan asidosis 0,9% saline: acute brain injury & syok hemoragik c. Cairan hipertonik, buat penelitian NS 3%, 6%, 7.5% 2) Koloid a. Koloid protein (+) dibutuhkan lebih sedikit (-) mahal, tidak memulihkan rongga interstisial, bisa anafilaksi
Albumin serum (5% & 25%)
Solusi gelatin (plasmagel, haemacell, gellifundol) b. Koloid nonprotein (+) mahal, tapi masih lebih murah daripada albumin (-) koagulopati, anafilkasi, gangguan fungsi ginjal berupa cedera tubular
Starches
Dekstran 40%, 70%
3) Darah Biasanya dalam bentuk paket RBC. Biar aman: 1-2 unit darah O-Rh negatif >1-2 unit: dihangatkan dulu 4) Komponen darah Whole blood, labile blood component, & bahan medik turunan dari plasma. D5W : glukosa RL : Na, Cl, laktase D5W/RL: glukosa, Na, Cl, laktase 0,9% NaCl, 6% HES, 5% albumin, 25% albumin: Na, Cl Peralatan:
Sarung tangan bersih
Cairan infus/plabot 500 ml
Infus set
Penyangga infus
Alas yang terbuat dari plastik
Bengkok 45
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
45/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Tourniquet
Kapas direndam alkohol
Pinset chirurgis
Jarum infus steril (abbocath)
Kassa dalam wadah steril Plester, gunting
Wadah tempat benda tajam 4. Teknis a. Persiapan
Letakkan lembaran alas di bawah tangan pasien
Keluarkan perangkat infus dari wadah, periksa spike & tabung, tutup regulator
Buka outflow botol infus, posisikan menghadap atas.
Tusuk lubang outflow dengan spike. Botol di tangan kiri & lebih rendah dari spike.
Gantung ke penyangga infus
Isi drip chamber sampai ½
Buka regulator, atur pemutar agar cairan infus mengisi pipa infus & tidak ada gelembung udara
Tutup regulator, terus digantung
Cuci tangan
Pakai sarung tangan bersih a. Identifikasi lokasi vena + periksa lokasi penyuntikan Tangan non dominan
Bagian distal, paling distal dari jantung
Vena lurus, tanpa/sedikit cabang Superficial
Bukan di area fleksi
Tdk rapuh Sterilisasi: mencegah masuknya organisme phlebitis, bakteremia, sepsis
Identifikasi vena, lebih rendah dari jantung Urut ekstremitas dari distal ke proksimal, minta pasien genggam & buka genggaman bergantian, & tepuk ringan di atas vena.
Pasang torniquet 10-20 cm dari vena yang akan disuntik
Bersihkan dengan alkohol arah melingkar keluar, tunggu 30 detik, jangan dipalpasi lagi b. Pungsi vena dengan benar Buka tutup abbocath
Stabilkan vena dg meregangkan kulit, tusuk dg jarum IV bevel menghadap ke atas, dari samping vena masukkan kanula dg sudut 15-300
Tunggu flashback ke ruang flashback jarum
Posisikan alat, turunkan sudut kanula dg kulit Dorong kanula perlahan Dorong bagian nilon jarum sambil menarik bagian jarum stainless perlahan nampak di sepanjang shaft kanula
flashback
46
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
46/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Mampatkan vena yang dekat dg ujung kanula dg memberi tekanan langsung sebelum menarik keluar jarum bagian nilon menghindari hilangnya darah
Pasang kanula pada botol infus
Lepas tourniquet
Biarkan cairan mengalir dg membuka regulator (digrojog) c. Secure iv line
Tutup luka dg kassa dibentuk butterfly/Gama bandage d. Adjust the fluid flow Atur aliran cairan, maintenance: 20 tpm
Buang benda tajam ke dalam wadah
Lepas sarung tangan
Cuci tangan
5. 6. 7.
Catat prosedur di rekam medis d. Maintain aseptic procedure Universal precaution Cari asisten Postprocedure management & edukasi
Jangan banyak gerak tangan yang diinfus
Jangan ditarik2
Jaga tetap kering & bersih
Ditaruh lebih tinggi
Bilang kalau mau abis & kalau ada hematom, kemerahan, bengkak sekitar infus
Skor dehidrasi menurut Daldiyono 1 Kesadaran apatis Tekanan darah sistolik 60-90 mmHg Frekuensi nadi >120 x/menit Frekuensi napas >30 x/menit Ekstremitas dingin Rasa haus/muntah Turgor kulit menurun Washer woman’s hand 2 Kesadaran somnolen, stupor, koma Tekanan darah sistolik 60 tahun Rumus kebutuhan cairan = skor/15 x 10% x kgBB x 1 liter
Skor 3 & syok (+) intravena 47
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
47/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Anuria itu kalau 5 kotak besar bradikardi b. Irregular 6 kotak besar ada berapa siklus QRS x 50 2. Irama a. Supraventricular 1) Sinus Pacemaker NSA normal 60 - 100 P diikuti QRS di semua sandapan dan kebalikannya Salah satu/lebih P wave di II, III, aVF positif 2) Atrial Masih ada P wave, tidak semua P diikuti QRS, QRS tetap sempit Otot atrium normal mampu menghantar impuls 60-75 a) Takikardi 150 – 250 (frekuensinya) b) Flutter 250 – 350 saw tooth pada lead II & III c) Fibrilasi > 350 no true P wave 53
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
53/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
3) Junctional Pacemaker NAV normal 40 – 60 P inverted pada lead II, III, aVF 1) Atas P sebelum QRS, segmen PR pendek 2) Tengah P ketutup QRS 3) Bawah P inverted setelah QRS Pacemaker berkas his 20 – 40 b. Ventrikuler Otot atrium normal mampu menghantar impuls 30-45 Tidak ada P wave QRS lebar>0.12 s atau > 3 kotak kecil karena depolarisasi lewat sel otot ventrikel 1) takikardi jarak QRS masih sama >40 2) fibrilasi fine and course, no true QRS complex 3. Posisi
Normal (-30) – (+110) +110 RAD Lead I +, aVF + normal aVL + antara lead I & II, 0 – 60 aVL- antara lead II & aVF, 60 – 90 Lead I +, avF – Lead II + antara I dan aVL, 0 - (-30) Lead II – terletak antara -30 sampai -90 LAD a. LAD (+) I, aVL (-) aVF, III tinggi aVL paling lead II minimal R=S lead II negatif b. RAD (-) I, aVL (+) aVF, III R pada lead III lebih tinggi dari aVF 4. Zona transisi Daerah di mana resultan R dan S = 0 (defleksi negative jadi positif) Normalnya di antara v3/v4, prinsip: lihat rotation Menggeser ke arah v6 clock wise rotation Menggeser ke arah v1 counter clock wise 5. Durasi 54
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
54/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
a. Interval PR 0.12-0.22 s (3 – 5.5 kotak kecil) Memanjang > 0.22 s pada AV blok derajat I, II Memendek < 0.12 s 1) WPW Tidak melewati berkas konduksi QRS > 0.12 Ada gelombang delta 2) LGL Melewati berkas konduksi QRS < 0.12 Tidak ada gelombang delta 3) Irama junctional atas b. Interval QRS, normal < 0.12s Memanjang pada 1) Irama ventrikular 2) RBBB Gelombang rsR’ (seperti huruf M) di v1, v2 Gelombang s diperlama 0.25 detik di v5, v6 3) LBBB Telinga kelinci (slurred R) di v5, v6 S melebar di v1, v2 (>0.25 detik) c. Interval qt Memendek hipercalcemia Memanjang hipocalcemia 6. Morfologi a. Gelombang P menunjukkan depolarisasi atrium, normalnya simetris, lebar dan tinggi 2mm di leads precordial >1 mm di lead ekstremitas minimal dua lead yang berdekatan STEMI 2) Depresi strain pattern (+T inverted asimetris) v5-6 hipertrofi ventrikel kiri v1-2 hipertrofi ventrikel kanan ischemia: + T inverted simetris e. Gelombang T Repolarisasi ventrikel, normalnya berbentuk piramid tidak simetris, bagian depan lebih lebar dari belakang, defleksi positif pada lead II 1) (peaked T wave, tidak seperti tenda, simetris) hiperkalemia 2) Tenting Strain pattern T inverted simetris 55
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
55/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Ventrikel kiri v5, v6 Ventrikel kanan v1, v2 3) T inverted simetris ischemia f. Gelombang U Gelombang repolarisasi ventrikel yang terlambat Seperti P, lebih landai, tinggi < 50 % T wave Interpretasi dalam penyakit 1. Hipertrofi atrium a. Kiri LAH P mitral, P notch & broad Durasi memanjang karena lewat otot b. Kanan RAH P pulmonal, peak P: tinggi P wave ≥ 2.5 mm pada lead inferior (II, III, aVF) Durasi tetap 2. Hipertrofi ventrikel Kiri LVH 1. R wave di v5 atau v6 ≥ 27 mm 2. S wave di v1 + R wave di v5 atau v6 ≥ 35mm 3. LAD 4. Strain pattern st depressed & T inverted di v5, v6 Kanan RVH 1. S persisten di v5 & v6 2. R wave > S wave di v1 3. 4. RAD Strain pattern st depressed & T inverted di v1, v2 3. AMI ST elevasi precordial v1 – v6 anterior v1 – v4 anteroseptal v3 – v5 anteroapical v4 – v6 anterolateral v1 – v6, I, aVL anterior extensive Lead II, II, aVF inferior curiga yang kanan Karena A. coronaria dextra juga ke sana periksa v1’ 2’ 3’
Aritmia baca yang utk defib aja
56
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
56/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
4. AV Block a. Derajat 1 Setiap impuls atrial mengaktivasi ventrikel Interval PR memanjang b. Derajat 2 Tidak setiap impuls atrial melewati AV node P waves : QRS >1 : 1 1) Mobitz type I/Wenckebach block Mirip derajat 1 Pemanjangan interval PR progresif, tiba2 P wave tidak diikuti kompleks QRS 2) Mobitz type II Mirip derajat 3 Pemanjangan interval PR tidak progresif c. Derajat 3 Disosiasi AV Atrium 60-100 Ventrikel 30-45 Kompleks QRS lebar P wave & QRS complex frekuensi reguler
57
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
57/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
ADVANCED CARDIAC LIFE SUPPORT Henti fungsi jantung secara mendadak dan tiba-tiba
58
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
58/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Gambaran EKG:
VT pulseless
VF (Ventricular Fibrilation)
PEA (Pulseless electrical activity)
Asystole
Ceklist ACLS: Pasien ditemukan tidak sadar di pinggir jalan 1. Perkenalkan diri terlebih dahulu 2. Safety: safety untuk diri sendiri, pasien, dan lingkungan 3. Response: Cek respon dengan verbal, fisik, dan pain. Verbal dipanggil namanya (shout), fisik diguncangkan (shake), pain cek respon nyeri di glabella, sternum, lunula kuku. Pada pasien henti jantung respon negatif. 4. Shout for help telfon 118 5. Cek airway: a. Pastikan tidak ada tanda trauma cervical. Dicurigai trauma cervical jika: multipel trauma, jejas diatas clavicula, krepitasi di leher, dan penurunan kesadaran. b. Manuver open airway: jika tidak ada trauma cervical dengan head tilt chin lift, kalo ada trauma dengan jaw thrust. c. Clean airway: untuk benda asing yang visible dan removable pake crossed-finger dan finger swab. Kalo obstruksi oleh cairan, pasien dimiringkan untuk mengeluarkan cairannya atau pake benda-benda yang menyerap jika pasiennya ada
6.
7.
8. 9.
trauma cervical, seperti kain. d. Look, listen, and feel Kalo nafas dengan laju normal recovery position Kalo henti nafas atau terengah-engah dikasih bantu nafas 2x selama 5 detik, lalu cek kembali nafas dan pulse di a. carotis communis selama 10 detik. Pulse ada tapi nafas ga ada berikan nafas mouth to mouth setiap 5-6 detik sekali, lalu cek nadi setiap 2 menit. Pasang IV dan ET, serta O2. Pulse dan nafas ga ada RJP (30:2) selama 2 menit kira-kira 3-5 siklus dengan kedalaman 4-5 cm dengan recoil sempurna. Jangan lupa telfon ambulan lagi Jika ambulan sudah datang, segera siapkan monitor pada mesin defibrilator untuk cek irama. Leadnya ada 2, yaitu warna merah dan putih. Berdasarkan irama, penanganan henti jantung dibagi dua yaitu: Shockable (VT pulseless dan VF), dan Non-Shockable (PEA dan asystole).
Nah untuk memudahkan ceklist, dibahasnya per irama ya... Kalau dari monitor ternyata iramanya shockable: 1. Kalo dapet VT, cek pulse dulu. VT yang shockable adalah VT yang pulseless. Kalo VF gausah di cek pulsenya. 2. Kalo dapet VT pulseless atau VF, persiapan shock 59
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
59/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
3. Charge defib pada 200 J jika bifasik, dan 360 J jika monofasik. Kalau ga tau spesifikasi mesin defibnya diset pada 200J saja. 4. Selama nunggu defibnya dicharge, tetap lakukan RJP 5 siklus. 5. Berikan shock, dengan paddle satu pada sternum , dan yang lain pada ictus cordis. 6. Langsung RJP 5 siklus, baru cek monitor. 7. Kemungkinan monitor bisa ada 3: iramanya jadi sinus, tetap shockable, atau malah jadi non-shockable. Nah yang diurutan ini yang tetap shockable dulu ya.. 8. Tetap shockable, kembali charge defib. Sambil nunggu tetap RJP 5 siklus. 9. Kasih shock, trus lanjut RJP 5 siklus 10. Setelah kasih shock, pasang ET dan IV line untuk ngasih obat. Pada saat masang ET, RJP dihentikan sementara. 11. Obat yang dimasukkin epinephrine 1 mg iv 12. Kalo ET sudah terpasang, siklus kompresi dan breathing berubah. Kompresi jadi 200x dalam 2 menit, nafas dengan ambu bag setiap 6-8 detik sekali. 13. Cek irama lagi. Kalo masih shockable kembali ke siklus awal (charge defib, RJP 2 menit, dll). 14. Obat yang dimasukkin sekarang ganti jadi amiodarone 300 mg iv. 15. dst dst Intinya yang harus diperhatikan kalo iramanya tetap shockable terus:
Urutan obat yang dimasukkin: epinefrin – amiodarone 300mg – epinefrin – amiodarone 150 mg – epinefrin – lidocaine 1-1,5 mg/kgbb (misal ambil aja 1 mg) – epinefrin – lidocaine 0,5 mg/kgbb iv – epinefrin – kosong – epinefrin
Epinefrin harus diseling
Amiodarone hanya boleh dikasih 2x (jadi diulang Cuma 1x) Lidocaine dikasih 3x (diulang 2x)
Kalau sampe 30 menit hasil tetap sama stop tindakan dan didoakan saja
Nah kalo dari irama didapatkan non-shockable: 1. Kalo dapet asistol, cek lead dulu, ada yang lepas atau ngga. Kalo ternyata masih terpasang dan semuanya beneran non-shockable, lanjut urutan shockable. Kalo PEA ga usah dicek leadnya. 2. RJP 5 siklus saja tanpa Shock. Langsung pasang ET dan IV. Kalau ET sudah terpasang siklus RJP sama breathing jadi jalan sendiri-sendiri seperti yang dijelaskan di shockable tadi. 3. Obat yang dimasukkin epinefrin 1 mg iv. 4. Cek irama 5. Masih non-shockable, RJP 2 menit lagi trus masukkin obatnya sulfas atropin 1 mg. dst dst Intinya yang harus diperhatikan kalo iramanya non-shockable:
Tidak perlu ngasih shock
Pas siklus pertama langsung kasih obat dan pasang ET
Urutan obatnya: epi – sulfas atropin 1 mg – epi – sulfas 1 mg – epi Sulfas atropin boleh dipakai 3x (diulangnya 2x)
60
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
60/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Kalo dapet irama asistole, jangan lupa cek leadnya ada yang lepas atau ngga
10 menit tetap asistole/PEA stop tindakan dan berdoa
Trus kalo iramanya misalnya iramanya beruba-ubah shockable non-shockable gimana? nah contohnya pas cek irama, dari shockable trus jadi non-shockable, shockable lagi, trus jdi nonshockable lagi. Maka siklusnya menjadi:
langkah shockable siklus pertama (RJP-shock-RJP 5 siklus-cek irama)
karna jadi non-shockable, maka ikut langkah non-shockable siklus pertama (RJP sajapasang ET dan IV-kasih epinefrin 1mg-cek irama)
abis cek irama, shockable lagi maka ikut langkah shockable siklus KETIGA (inget! epinefrin kan harus diseling). Jadi yang dilakukan adalah RJP 2 menit sambil charge defib – shock – kasih obat amiodarone 300mg – RJP 2 menit – cek irama.
abis cek lagi, iramanya jadi non-shockable. maka ikut langkah non-shockable yang ketiga,
yaitu kasih epinefrin. Intinya sih setiap siklus itu epinefrin harus diseling. jadi misal abis ngasih sulfas tapi jadi shockable ya yang dikasih epinefrin. trus misal jadi non-shockable lagi karna tadi udah dikasih epinefrin sekarang ganti jadi sulfas lagi. Tapi tetep inget ya masing2 obat boleh diulang berapa kali
Trus misal iramanya udah berubah jadi sinus:
tetap monitoring airway dan ventilasi
kasih O2
monitoring kalo ada muntah monitor VS
Tetap ACLS (RJP and breath sampe ada nadi dan nafas).
Tambahan: 1. Stop kompresi saat: a. Kasih shock b. Cek irama c. Pasang ET 2. Stop tindakan secara keseluruhan saat: a. Tujuan tercapai: irama jadi sinus b. Tujuan tidak tercapai: pasien mati, dikonfirmasi dengan pupil midriasis total, refleks pupil hilang c. Kecapean: 30 menit dan sudah yakin betul semua tapi tetap no respon d. 10 menit irama tetap PEA dan asistole berturut-turut.
61
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
61/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
OTHERS Breast, locomotor,genitourinary, post stroke BREAST EXAM 1. Salam, perkenalan 2. Keluhan utama 3. Anamnesis RPS a. Sejak kapan b. Perkembangan benjolan c. Keluhan lain: nyeri, cairan, retraksi d. Peradangan/perlukaan sekitar payudara e. Hubungan dengan siklus mens Mens tambah nyeri cysta Mens tambah kencang fisiologis f. Status reproduksi (GPA) g. Riwayat laktasi h. Pemakaian kontrasepsi RPD a. Riwayat FAM b. Riwayat kanker, misal DCIS c. Benjolan di tempat lain RPK Ibu pernah kena kanker payudara 1 sisi: sebelum menopause risiko 3x, setelah 2x Ibu pernah kena kanker payudara 2 sisi: sebelum menopause risiko 9x, setelah 4x 4. 5. 6. 7.
Jelaskan prosedur & informed consent Posisikan pasien duduk Cuci tangan dengan alcohol & pakai glove Ibu diminta buka baju sampai pinggang
8. Inspeksi Minta pasien duduk
Minta pasien meletakkan kedua tangan di kedua sisi Laporkan a. Permukaan kulit: warna, penebalan kulit & pori2 menonjol Warna merah: infeksi & karsinoma payudara yang terinflamasi Penebalan kulit & pori2 menonjol: karsinoma b. Ukuran & simetrisitas payudara Kanker lebih besar c. Kontur payudara: ada benjolan? Lekukan/dimpling? Pendataran/flattening? d. Karakteristik: ukuran, bentuk, arah, discharge, ulcus Discharge, ulcus, & deviasi: kanker 62
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
62/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Kemarahan pada puting FAM: benjolan, usia muda, tidak nyeri Kanker: arah putting brubah, pori2 membesar, dimpling di payudara, ada discharge
Lengan diminta di letakkan di belakang kepala melihat lekukan/retraksi yang tidak terlihat supaya bagian bawah terexpose (pada yang payudaranya besar)
Lengan bertumpu dipanggung supaya payudara mengkontraksikan M. pectoralis dimpling bisa lebih terlihat. Condong ke depan kalau perlu untuk payudara yang besar, terus badannya digoyang 9. Palpasi
Pemeriksaan limfonodi Tangan kanan pasien dipegang dengan tangan kanan, axilla kanan diperiksa dengan tangan kiri pemeriksa Waktu tangan pasien adduksi rapat serong ke depan, tangan pemeriksa periksa axilla
Palpasi payudara Pasien diminta tiduran Kalau payudaya kecil, tangan di sisi Kalau payudara besar, tangan di belakang kepala & bahu disangga bantal Palpasi dengan bantalan jari telunjuk, tengah, & manis Palsasi dengan bentuk melingkar Spokes of wheel Mulai dari central, ke arah jam 12, balik ke sentral lewat jalur yang sama, terus ke arah jam 1, gitu terus sampai semua terpalpasi Tekanan keras di sentral, agak ringan di perifer Vertical grid Garis vertical dari clavivula ke lipatan inframama Dibagi 9 dari garis midstrenal ke linea axillaris posterior (hingga ujung ekor payudara), jarak satu jari Mulai lateral kranial terus ke medial Circular obat nyamuk 10. Periksa putting Inspeksi: retraksi, fisura, sisik Untuk pemeriksaan discharge, tanya pasien mau periksa sendiri atau kita lakukan Cara 1 tekan putting dari atas & bawah dengan kedua tangan yang diletakkan di atas glandula mamae Cara 2 “tunjuk” puting 11. Pelaporan Gambar payudara, clavicula, & axilla, payudara dibagi jadi 4 kuadran
Diameter
Batas: tegak/nggak
Mobile
Nyeri
Konsistensi 63
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
63/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Keras: kanker Elastis: kista
Jumlah Nilai karakteristik: lokasi, ukuran, bentuk, konsistensi, batas (tegas payudara), nyeri (kista), mobile (FAM, kista)/tefiksasi (kanker)
FAM, kista; nggak
Breast Self Examination 1. Pendahuluan & perkenalan diri pada pasien 2. Pengenalan kanker payudara
Insidensi tinggi
3. 4. 5.
Stadium dini bisa diketahui dengan BSE (+) deteksi dini (-) keseringan (missal sebulan beberapa kali) penurunan sensitivitas Dilakukan 7-10 hari setelah hari pertama menstruasi terakhir, kalau udah menopause tanggal yang sama tiap bulan Memberitahukan jari yang digunakan (bantalan jari 2,3,4), seberapa keras tekanan (sirkular, ringan, sedang, berat, tergantung area lemak) Bisa saat tiduran Disangga bantal Pakai 3 jari Pola memutar Rekomendasikan vertical grid Bisa saat berdiri, saat mandi, sambil sabunan, tangan di belakang kepala, di depan cermin
6. 7. Perhatikan bila ada perubahan 8. Dimpling, perubahan pada papilla mamae, pendataran catat dan lapor ke dokter
Locomotor Exam 1. 2. 3. 4.
Greeting & introduction Tujuan pemeriksaan Anamnesis: Trauma: 5W + 1 H, Nontrauma: RPS, RPD, RPK Pemeriksaan umum: Vital sign
5. Pemeriksaan gait yang dilaporin: a. Heel strike b. Mid-stance c. Toe off d. Swing phase 6. Pemeriksaan khusus Masalah di Tangan posisi pasien duduk, kaki posisi tidur Look a. Luka terbuka b. Berdarah c. Deformitas 64
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
64/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
d. Simetrisitas Feel a. Vaskularisasi: suhu, WPK, pulsasi b. Inervasi: taktil c. Krepitasi Move Dengan goniometer a. Gelang bahu Fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, eksorotasi (lengan atas tegak lurus putar lengan bawah ke belakang), endorotasi (lengan atas tegak lurus putar lengan bawah ke depan & bawah) b. Siku Fleksi, ekstensi c. Wrist Ulnar deviasi, radial deviasi, dorsofleksi, palmarfleksi, pronasi, supinasi (lengan atas fiksasi di badan, jempol RCTI oke) d. Jari pakai goniometer khusus e. Gelang paha Abduksi, adduksi, fleksi, ekstensi (sambil tengkurap), eksorotasi (tengkurap, betis putar ke dalam), endorotasi (tengkurap, betis putar ke luar) f. Lutut Fleksi, ekstensi (posisi supinasi) g. Pergelangan Plantarfleksi, dorsofleksi, inversi, eversi 7. Length kalo masalah di kaki Bandingkan kanan-kiri a. True: dari SIAS sampai malleolus medial, melewati lutut b. Appearance: dari umbilicus sampai malleolus medial c. Anatomical: dari trochanter mayor sampai malleolus lateral 8. Muscle power test 0 tidak ada gerakan 1 ada tonus 2 tidak bisa menahan gravitasi 3 bisa nahan gravitasi, tapi nggak bisa tahan tekanan 4 bisa nahan gravitasi, sedikit bisa tahan tekanan 5 bisa nahan gravitasi & tekanan 9. Circumference bandingkan atas (kanan-kiri) & bawah (kanan-kiri) luka 10. Pertimbangkan penunjang x-ray 11. Penutup
GENITOURINARY EXAMINATION 1. Memperkenalkan diri 65
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
65/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
2. 3. 4. 5. 6.
Jelaskan indikasi Minta persetujuan pasien, informed consent, anak diminta buka celana Mencuci tangan pakai sarung tangan Jelaskan mau periksa CVA Palpasi suprasimfisis (massa, balloteman, nyeri) Kandung kemih
7. Inspeksi penis a. Persebaran rambut b. UKK (masa, warna) c. Batang d. Urethral meaturs e. Glans penis, udah sunat? Palpasi penis a. b. c. d.
Diurut/milking Buka meatus urethra: phimosis/paraphimosis Glans lihat meatus urethra, inflamasi, hipospadia, epispadia, urethral discharge Specimen ambil pakai lidi + kapas yang dicelup di normal saline, ambilnya di fossa navicularis
8. Scrotum Posisi pasien berdiri Inspeksi a. Oedem b. Dilatasi vena c. Tanda2 inflamasi d. Simetris: hipoplasi, atrofi e. Tumor f. Normalnya kiri lebih rendah Palpasi a. Testis, dipalpasi kanan & kiri simetris, tumor, hidrocele, hipoplasia, atrofi? b. Ke epididimis, ada cysta? c. Vas deferens, kayak kawat Varicocele? d. Funiculus spermaticus e. Angulus inguinalis externus 9. Daerah inguinal (barangkali belum turun), suprapubik, & femoral diperiksa pakai lubrikan 10. Hidrocele Testis disinarin dari bawah pakai senter, ada corong kertas ditaruh di atas Hidrocele di tunica vaginalis Tumor kurang merah 66
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
66/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Hidrocele lebih merah (+) berpendar 11. Hernia Masukkan jari telunjuk ke canalis inguinalis, minta pasien mengejan (valsava maneuver) Indirect kena ujung jari Direct kena samping jari Femoral annulus femoralis 12. Digital Rectal exam untuk meriksa feses, meriksa prostat (ukuran, normal kayak biji kenari), meriksa reflex bubocavernosa (penis diangkat, spingter ani kontraksi), masukin pake lubrikan, jari tengah aja, tempatkan jari di sulvus prostat. Posisi pasien; nungging 13. Jelaskan hasil pemeriksaan
POST STROKE REHABILITATION Aaa modul silat ini tidak di eksklusi sama sekali.. walopun osce ga keluar tapi ada kemungkinan keluar pas kompre, gitu katanya huhuhu jadi kita pelajari aja.. sebelum mulai diinget dulu kalo pada post stroke exam itu ada sisi N (normal) dan S (sakit) iya ga c? aku (titi: red) cuma ngarang kepanjangannya .. Perlu dipahami dulu kalo dalam penangan pasien post stroke ada yang namanya program rehabilitasi dan mobilisasi. Rehabilitasi dimulai sejak pasien dikonsulkan ke dokter, sedangkan mobilisasi merupakan salah satu bagian dari rehabilitasi Kapan program mobilisasi dimulai : Stroke iskemi sekitar 2 – 3 hari (sedini mungkin), sedangkan kalo perdarahan, tunggu perdarahannya selesai dulu baru dimulai (sekitar 2 minggu) Sedangkan program rehabilitasi dimulai sekitar 3 minggu pada stroke iskemi. nah kebanyakan itu hemiplegic tipe dan pasien dalam kondisi spastic, tanda2nya : Ekstrimitas atas (fleksi semua) Endotorsi lengan atas, fleksi siku, fleksi pergelangan tangan dan pronasi serta adduksi jari Ekstrimitas bawah (ekstensi semua) Retraksi panggul, eksorotasi paha, ekstensi lutut, ekstensi ankle, plantarfleksi dan inverse telapak kaki Kita mulai check list nya : Selalu SALAM DAN PERKENALKAN DIRI “Selamat pagi pak. Saya dokter ….. say akan membantu bapak untuk latihan dan bergerak pagi ini, nanti kita akan melakukan beberapa gerakan latihan, saya minta kerja samanya ya pak mengikuti instruksi dari saya” minta pasien untuk rileks Inisial position antispastik Pada fase ini kita memposisikan pasien berlawanan dari posisi yang di atas itu dan kalo udah d posisikan begini latihan harus segera dimulai < 2 jam soalnya pasien merasa ga nyaman di posisiin begini. Ada 3 macam inisial position : supine, berbaring pada sisi N dan berbaring pada sisi S. Oleh karena di check list dan yang kita pelajari kmaren Cuma check list 4 jadi inisial position yang dilakuin itu cukup yang supine aja Supine position o 67
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
67/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Pada fase ini kita memposisikan pasien dalam keadaan antispastik, dimulai dari ekstrimitas atas dan dari ekstrimitas yang kecil dan distal dulu. Kita abduksiin jari, ekstensi pergelangan tangan dan siku lalu di supinasiin, eksorotasiin lengan. Jaga hal ini dengan member sanggahan bantal di bawah bahu. Ekstrimitas bawah dimulai dengan mendorsofleksiin telapak kaki trus di eversi, fleksi lutut dan panggul dan endorotasiin paha. Sangga juga menggunakan bantal d bawah panggul dan telapak kaki Berbaring di sisi N o Pertahankan posisi antispastik dengan menopangkan bantal di bawah sisi S. Lengan d angkat 90-100 drajat terhadap sumbu tubuh, posisi kaki kaya meluk guling. o Berbaring di sisi S Mirip dengan yang di atas hanya saja sekarang sisi S di bawah, jangan lupa menyangga sisi S dengan bantal Rolling ke sisi S Sebenernya ada dua cara, secara aktif dan pasif, tapi dari sumbernya angkatan 2005 katanya waktu osce itu yang dipakai secara aktif dan segmental, jadi pelan2 dimulai dari bahu, punggung baru pinggang. o Berikan petunjuka pada pasien “bapak sekarang kita akan latihan berguling ya pak, nanti saya akan menekuk lutut bapak terlebih dahulu, trus tangan bapak yang sehat menggapai tangan yang sakit dan berguling ke sisi yang sakit ya pak, pelan – pelan aja, mulai dari bahu tus punggung dan pinggang, kita mulai ya pak” Fleksikan kaki N pasien o Minta pasien menggapai tangan S nya o Minta pasien berguling secara perlahan ke sisi S o Bantu dengan membantu memutar ekstrimitas bawah o
Duduk dan bertumpu pada siku Setelah pasien berbaring pada sisi S secara aktif, kaki N pasien kaya diselipin gitu dari belakang ke bawah kaki S. Tujuannya supaya kaki N ini bisa membawa kaki S ketepi bed untuk duduk. Setelah itu kita kasih aba-aba : “bapak, sekarang kita akan latihan duduk ya pak, nanti bapak saya minta berusaha duduk sendiri dengan menggeser kakinya ke bawah dan tangan yang sehat nanti akan saya bantu menariknya. Pelan-pelan saja y pak, bapak bertumpu dulu pada bahu, siku baru pergelangan tangan” Setelah itu tangan kita tarik perlahan, tangan satunya di pergelangan tsngan. Biarkan pasien bertumpu pada bahu, siku dan pergelangan tangannya. Waktu pasien bertumpu disiku, kita tahan dulu sekitar 10 detik baru ditarik lagi trus di reposisi, tangannya bertumpu
pada meja disisi sampingnya. Kalo instruktur ku dulu, sebelum didudukin, d bikin latiahn weight bearing to elbow caranya pasien di tarik – tarik sambil numpu di siku sebanyak 10x baru didudukin. Mimandahkan benda Pada tahap ini kita berdiri di sisi S pasien. Meminta pasien mengambil benda dengan tangan N. Fungsinya untuk menstimulasi sisi S pasien menyanga berat tubuhnya. “bapak saya minta untuk mengambil pulpen ini dengan tangan N bapak ya, lalu di bawa ke sisi N trus dibalikin lagi ke saya” Jangan lupa untuk memegang sisi S nya itu biar ga jatuh Latihan Keseimbangan duduk o
68
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
68/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
“Bapak, kita akan berlatih keseimbangan tubuh. Saya akan menggerak-gerakkan tubuuh bapak kedepan belakang dan ke samping.. nanti bapak pertahankan posisi bapak supaya tidak terjatuh ya pak” Lengan o “bapak sekarang kita akan latihan tangan ya pak. Nanti bapak silakan memegang tangannya yang S dengan tangan N nya trus jari-jarinya disilangain tapi jempol tangan S nya berdiri keluar. Trus bapak gerakin tanggannya ke atas kepala trus turun ya pak. Diulang 10 kali” o Bahu “nah sekarang ke kanan sama ke kiri ya pak” o Bertumpu pada lengan “Pak nanti saya akan member tahanan pada bahu bapak, trus bapak pertahanin ya supaya ga jatuh” Trus kita tekan2 gitu bahunya satu2, tangan yang lain jaga2 di belakang siku supaya ga jatuh. Posisi istirahat “Pak sekarang kita berlatih posisi istirahat ya pak” Disini kita memposisikan kaki S pasien di atas kaki N nya. Kalo katanya buku 2005 kaya cewek kemayu itu. Posisi tangan bebas Baring lagi Setelah posisi istirahat, lalu kaki pasien dipelintir lagi, yang S di atas N, trus di baringin lagi : “ baik bapak, latihan hari ini sudah selesai, sekarang bapak silakan tiduran lagi ya..caranya seperti tadi saat mau duduk, kakinya digerakin dan pelan- pelan aja pak” Ada yang bilang kita cuma menahan bagian belakang siku S pasie tapi ada juga yang bilang kita juga memegang tangan N pasien mirip kaya waktu duduk tadi. Selesaiiiiiiii .. JANGAN LUPA UCAPKAN TERIMA KASIH KEPADA PASIEN :D Selamat osce teman – teman semuaaaa !! Smoga kita diberikan gelombang yang terbaik … smangat !!
69
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
69/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
DAFTAR ISI MATERI
HALAMAN
Anemia
Belum ada
Gangguan Tidur (Cemas & Depresi) OCD Panik
180 182 183
Konjungtivitis Glaukoma Akut
101 103
Keratitis Uveitis Retinopathy
105 104 106
Typhoid DHF Malaria Otitis Media Akut
75 77 74 80
TTH Migrain Cluster Headache Tumor HT Stroke - Hemoragik Meningitis
189
TBC Pneumonia COPD
93 96 97
Diare
185
ACS GERD
117 119
Fatigue Insomnia
Red Eye
Fever
Headache
154 150 156 157
Cough
Diarrhea
Chest Pain
Sore Throat 70
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
70/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Faringitis
130
Gastritis
169
Indigestion Abdominal Pain (RLQ) Appendicitis PID KET
87 89 91
Abdominal Pain (RUQ) Hepatitis Sirosis Hepar Kolesistitis
82 84 86
IBS Konstipasi
190
Dermatitis Kontak Alergi
187
BPPV Meniere
122 122
Diabetes Mellitus
163
Asma CHF Sindrom Nefrotik Pneumothorax
107 110 115 114
Cemas Depresi
180
HNP UTI
144 140
RA ; Gout ; OA
160
Constipation Pruritis Dizziness
Weight Loss Dyspnea
Insomnia
Backache
Joint Pain
71
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
71/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
IPM GENERAL, sebuah ringkasan, semoga membantu 13 …
OUTLINE SECARA UMUM: Identitas: Nama, Umur, Alamat, Pekerjaan Anamnesis 1. KU 2. RPS: Onset, Lokasi, Durasi, Characteristics, Aggravating, Relieving, Treatment udah reda/belum 3. RPD: Pernah sakit spt ini? Medikasi yg dikonsumsi, Alergi 4. RPK, lingkungan, travelling 5. Profil pasien: Rokok, Olahraga, Makan 6. Review system gejala yang belum di-explore 7. Riwayat sosial 8. Parafrase Bilang ke pasien, terus bilang mau meriksa apa cuci tangan
apa obatnya,
Pemeriksaan fisik: Kesan Umum: tingkat kesadaran, gizi, kondisi umum (lemes, pucat, dll) Vital sign: 1. Tekanan Darah pake bel, palpatoar dulu, baru auskultoar. Yang dilaporkan: berapa BPnya, ukuran manset, ditangan mana diukurnya, posisi duduk ato tidur 2. Nadi pertama pegang dua tangan, kalo regular, meriksanya pake satu tangan aja, jari ke dua, tiga ama empat. Yang dilaporkan: regular, frekuensi, lemah/kuat, isi nadi 3. Respiration rate frekuensim regularitas, pola pernapasan (normal co: abdomino-thorakal, normal ce: thoracoabdominal, pola pernapasan abnormal, chyene stokes dkk) 4. Suhu berapa suhunya, dimana diukurnya (axilla, rectal atau oral) Pemeriksaan badan: 1. TB/BB 2. Kepala/leher 3. Thorax : inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi 4. Abdomen : inspeksi, auskultasi, perkusi, palpasi 5. Ekstremitas Bilang ke pasien pemeriksaan udah selesai, cuci tangan Kasih tau dx klinis Rencana tindakan: Px penunjang, Tx medikamentosa dan non medikamentosa Edukasi secara umum: Seimbangkan gizi, Enyahkan rokok, Hindari stress, Awasi tekanan darah, Teratur berolahraga
Keluhan: 1. Fever: with jaundice: hepatitis, thypoid, DHF, Malaria, kolesistitis, sirosis, without jaundice UTI, PID, pneumonia, Meningitis, OMA infeksi lain 2. Abdominal Pain, RUQ: hepatitis, sirosis hepar, kolestitis, HCC 3. Abdominal Pain, RLQ: app, PID, KET, UTI
4. Fatigue: anemia, psikologis, keganasan 5. Red eye: conjunctivitis, glaucoma akut (sudut tertutup), keratitis, uveitis, retinopathy 72
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
72/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
6. Indigestion: GERD, gastritis 7. Vomiting: diare, BPPV, meniere, migraine, peningkatan TIK, UTI, meningitis 8. Chest pain: ACS, pneumonia lobus bawah 9. Pruritus: ikterus, alergi, DKA 10. Dizziness: BPPV, meniere 11. Weight Loss: TB, DM, keganasan, anorexia 12. Dyspnea: asma, ACS, CHF, pneumothorax, sindrom nefrotik, anaphylactic 13. Sorethroat: pharyngitis, tonsilitis 14. Konstipasi: thypoid, IBS-konstipasi 15. Headache: TTH, migraine, cluster, tumor, Stroke pendarahan, hipertensi, meningitis 16. Insomnia: anxiety, depresi 17. Cough: pneumonia, pharyngitis viral, TB, asma, CHF, 18. Diare: diare, thypoid, IBS diare 19. Backache: HNP, UTI, LBP non spesifik, stenosis spinalis, sindrom nefrotik 20. Joint pain: OA, RA, gout, cikungunya, DHF
Keterangan : yang di bold, itu yang kami bahas ya ceman-cemaan.
73
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
73/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
FEVER
Definisi : ketika temperatur oral > 37,4 c dan temperatur axila>37,5 c dan rektal lebih rendah 0,5 derajat celcius. Fever
1. Akut (< 1minggu) : malaria, DHF, Meningitis, Faringitis bakterial. 2. kronik (>2minggu) : Thypoid
1. Malaria : KU : Demam Anamnesis :
RPS a. Onset
: < 1minggu
b. Lokasi : c. Durasi : 24 jam d. Karakteristik : falciparum demam tidak menentu bisa demam 36 atau 48 jam. vivax & ovale: (tertiana) demam tiap 48 jam malariae(quartana) demam tiap 4 hari Trias malaria : menggigil panas tinggi berkeringat Trias ini mulai ketika eritrosit pecah. e. Agravating : aktivitas fisik f. Relieving
RPD
:pernah terinfeksi malaria belum?(untuk vivax)
RPK
:-
Riwayat perjalanan : pernah berpergian ke daerah endemis malaria seperti purworejo, kulonprogo, papua. Tanyakan pernah digigit nyamuk ga?
Lifestyle : a. Olahraga: b. Diet : c. Pola makan
Review system : keluhan lain : nyeri kepala, nyeri otot dan sendi, perut sebah, jika parah dapat menyebabkan jaundic
Parafrase ke pasien
Sebutkan DD
: Malaria, DHF, cikungunya
Pemeriksaan fisik : 1. Kondisi umum
: lemah, menggigil, kadang memegang kepala, lesu,gelisah, sakit kepala.
74
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
74/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
2. Vital sign
: demam, HR dan RR meningkat, BP normal.
3. Pemeriksaan fisik : Abdomen : Inspeksi Auskultasi
hepatomegaly dpt terlihat jika kurus. DBN
Perkusi hepatomegaly, splenomegaly Palpasi
nyeri kuadran kanan atas dan hepatomegaly.
Kepala : lihat konjungtiva
bisa anemia dan sklera ikterik (pada falsiparum).
Leher : palpasi limfonodi DBN Thorax depan: screening auskultasiDBN Jantung : auskultasi di ictus cordis. Extermitas : palpasi akral dingin Pemeriksaan penunjang CBC HB turun (normal co 13-16, ce 12-14), leukosit normal, eosinofilia (normal 0-3), HCT turun (normal ce 40-50, co 45-55). Apusan darah : Tebal jenis dari parasit :
a. Vivax(eritrosit membesar) b. falsiparum (ada cincin di tepi)
Tipis menentukan jumlah parasit. Terapi: Vivax : Cq3 + Pq14 (Chloroquin + Primaquin) Chloroquin : - hari 1-2 : 10 mg/kgBB/ hari sehari 4 tablet/hari; hari ke-3: 5mg/kgBB/hari sehari 2 tablet/ hari. Primaquin : 15mg/ hari (1 tablet) Falciparum
: cq3 + pq1 (dosis dan pembagian s.d.a)
Edukasi: 1. Kalau penurunan kesadaran cerebral malaria balik ke dokter Shock, gagal napas , kuning malariaberat balik ke dokter 2. Rajin minum obatkarena parasit.
2. Typhoid Fever: Seorang pasien datang dengan keluhan demam, sore saja, sejak 6 hari,perut sebah, buang air ga lancar, nafsu makan turun, sakit kepala mual, memperburuk:aktivitas berat, sudah ke puskesmas tp ga membaik, RPD -, RPK -. KU : Demam, lemah Anamnesis :
RPS Onset
: > 7 hari (kronis)
75
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
75/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Lokasi
: -
Durasi
:
Karakteristik : Step ladder pattern (pagi sampai siang suhu turun, sore suhu tinggi) Agravating : Saat aktivitas Relieving : Treatment : Paracetamol tapi ga sembuh
RPD
:-
RPK
:-
Riwayat perjalanan : -
Lifestyle : a. Olahraga: ga spesifik b. Diet : Suka jajan? Cuci tangan ga sebelumnya? Air yg diminum mateng ga? c. Pola makan : Ga teratur d. Lingkungan : Masalah sanitasi
Review system : nyeri kepala, nyeri otot & sendi, konstipasi, perut sebah.
Parafrase ke pasien Sebutkan DD
: Thypoid, DHF, Malaria
Pemeriksaan fisik : Kondisi umum : lemah dan demam Vital sign : temperatur tinggi, bradikardi relatif (setiap peningkatan suhu 1 derajat C tidak diikuti peningkatan nadi 10x) Pemeriksaan fisik : Abdomen :
Inspeksi
rose spot (bercak merah di perut), hepatomegali (kurus)
Auskultasi
bisa muncul konstipasi (biasanya pada dewasa) atau
diare(biasanya pada anak) Perkusi
batas hepar membesar (hepatosplenomegali)
Palpasi
nyeri kuadran kanan atas, hepatomegali
Kepala : Sklera ikterik (kalau udah parah) Lidah kotor, tengahnya pucat, tepi hiperemis, tremor Leher : palpasi limfonodi Thorax depan: DBN. screening auskultasi aja. Extermitas : DBN Pemeriksaan penunjang a. Kultur (gold standar) ditemukan mokroorganisme bakteri penyebab (S. Typhi) 76
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
76/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
b. Widal test
S. Typhi positif jika titer O > 1/320 (semakin gede penyebut = semakin
positif) c. CBC pada infeksi bakteri: neutrofil akan meningkat., shift to the right kronis, shift to the left akut. Pada infeksi virus: limfositosis dan leukopenia. Infeksi parasit: eosinofilia. Pada typhoid : leukopenia ( hari 1 – 3 demam, 3 – 4 turun, 4 – 7 demam lagi Agravating : kurang minum Relieving : -
77
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
77/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Gejala berdasarkan derajat : DHF derajat 1 : demam, artalgia,mialgia, torniquet + DHFderajat 2 : perdarahan spontan DHF derajat 3 : mulai muncul tanda syok DHF derajat 4 : tanda syok berat (nadi& blood pressure tdk terdeteksi)
RPD
:-
RPK
: ada orang di sekitar yangsakit serupa dan mondok di RS
Riwayat perjalanan :
Lifestyle : a. Olahraga: b. Diet : c. Pola makan : -
Review system : nyeri kepala, nyeri retroorbital, artalgia, mialgia, petekia, efusi pleura (sesak), asites (perut menggendut), perdarahan (krn trombosit turun), epistaksis, muntah darah (krn perdarahan pada vena2 esofagus), perdarahan gusi, perdarahan lambung, melena (kalo perdarahan dari GIT atas), hepatomegali, haus, gelisah, tanda2 syok
Tx sebelumnya : daun sirih untuk mimisannya
Parafrase ke pasien Sebutkan DD
:
DHF, Demam Dengue (beda dgn dhf : tanpa ada hemoragik ; tanpa
trombositopeni ; tanpa hemokonsentrasi), cikungunya (demam lebih singkat, ada torniquet + dan peteki tapi tidak ada manifestasi perdarahan lain, artalgia dan mialgia prominen) Pemeriksaan fisik : Kondisi umum : lemah, pusing, tidak enak badan Vital sign
: demam >39, HR naik, RRnaik, tanda2 syok
Rumple leed
: positif bila ada > 20 peteki per inchi kuadrat
Pemeriksaan fisik : Abdomen :
Kepala :
Inspeksi
peteki
Auskultasi
dbn
Perkusi
hepatomegali, asites
Palpasi
hepatomegali, asites
konjungtiva anemis ; perdarahan gusi ; mimisan
Leher : palpasi limfonodi dbn Thorax :
78
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
78/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Efusi pleura -> ada konsolidasi maka dari itu fremitus taktil meningkat ; perkusi dari sonor jadi redup Jantung : auskultasi DBN Extermitas : palpasi akral dingin ; adaruam makulopapular
Pemeriksaan penunjang CBC trombositopenia, Hct naik > 20 %, leukopenia Liver function test : AST / SGOT naik (normalnya cewe < 23 cowo < 30) NS 1 test Radiologi (kalo curiga efusi pleura -> posisi LLD)
Terapi R/ Tab Parasetamol 500 mg No. XV S.p.r.n 3.d.d. Tab 1 (derajat 1 dan 2 cukup parasetamol dan rawat jalan)
Kalo trombosit di bawah 100rb harus mondok -> kasih infus kristaloid
Kalo sudah ada tanda2 syok pake prinsip tx syok (derajat 3&4) Kristaloid 20 mL/kg BB dlm 1 jam -> improve maka kurangi dosis kristaloid jadi 10, trs 6,trs 3 mL/kg BB -> Kalo tidak improve di tes Hct nya Hct -> meningkat -> ganti kristaloid pake koloid (dextran 40) 10 mL/kg dlm 1 jam) Hct -> turun -> ganti kristaloid pake blood transfusion 10mL / kg / jam
Kalo udah improve ganti lagi jadi kristaloid tapi kurangi dosis kristaloid jadi 10, trs 6,trs 3 mL/kg BB/ jam Edukasi Banyak minum Bed rest Manifestasi syok atau perdarahan-> segera ke dokter Cek trombosit tiap hari Kontrol ke dokterhari ke – 4
79
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
79/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
4. Otitis media akut Definisi: peradangan pada cavum timpani (telinga tengah) dalam kurun waktu ≤ 8 minggu. Tahap-tahap: 1. Fase tubercatar => obstruksi dari tuba eustachii, akibatnya tekanan dalam cavum timpani jd negative sehingga membran terdorong ke dalam 2. Fase presupurasi => tanda2 hiperemi muncul pada membran timpani 3. Fase supuratif => terjadi membrane bulging, membrane terdorong keluar gara2 cairan yang terbentuk di cavum timpani 4. Perforasi => kalau membrane timpani udah [each, keluar cairan (discharge), keluhan demam sudah menghilang 5. Fase resolusi/ penyembuhan => normalnya membrane timpani akan tertutup kembali, kalu ga tertutup akan berlanjut jd Otitis Media Kronis (tulinya SNHL) a. KU : telinga terasa penuh, nyeri, pendengaran berkurang, demam b. Anamnesis :
RPS g. Onset
: ≤ 8 minggu
h. Lokasi
: nyeri di belakang telinga (retroauricular)
i. Durasi
: < 8 minggu
j. Karakteristik : nyeri di retroauricular, karakteristik lain tergantung dr fase2nya k. Agravating : l. Relieving : m. Treatment :
RPD : pernah faringitis bacterial (Streptococcus B-hemolyticus grup A) sebelumnya
RPK : -
Lifestyle : a. Olahraga: b. Diet : c. Pola makan: -
c. Review system : keluhan lain : ada penurunan pendengaran ga?(tipe CHL), demam?keluar cairan dr telinga (discharge)? Sekret mukopurulen? d. Parafrase ke pasien e. Sebutkan DD : Otitis eksterna diffuse (nyeri di tragus), OMK (SNHL, durasi >8 minggu), Otomycosis (gatal, newspaper like-appearance di canalis acusticus eksternus) f. Pemeriksaan fisik : 80
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
80/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
5. Kesan umum : demam, nyeri, telinga terasa penuh 6. Vital sign
: fever, yg lain d.b.n
7. Pemeriksaan fisik : ditemukan discharge (pd fase perforasi)
Ear : Inspeksi Palpasi
nyeri di proc.mastoideus
Otoskop
ditemukan membrane timpani yg abnormalitas tergantung dr
fase2nya Tes pendengaran garputala 512 Hz, Rinne (-), Weber lateralisasi kea rah telinga yg sakit, Schwabach BC pasien > BC dokter
CHL
Nose : d.b.n Throat : mencari kemungkinan faringitis sbg underlying disease Kepala & leher : limfadenopathy (-) 8. Pemeriksaan penunjang 9. Terapi a. Antibiotik amoxicycillin sistemik ato tetes telinga b. Analgesic paracetamol c. Decongestan pseudoefedrin (jika perlu)
10. Edukasi Minum obat teratur
Jangan membersihkan telinga sendiri (dg cotton bud)
81
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
81/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
ABDOMINAL PAIN, RUQ: Nyeri Kuadran Kanan Atas
Hepatitis KU : Nyeri Kuadran kanan atas, demam, dan kuning Anamnesis :
RPS Onset
: Onset demam1 minggu yang lalu. (hep. A) inkubasi 15-50 hari (rata2 30
hari), (hep B inkubasi 15-180 hari). Lokasi
: nyeri kuadran kanan atas
Durasi
:
Karakteristik : Demam sejak seminggu yang lalu, mual, perut terasa penuh, sebah, lemas, meriang. Tiba2 tadi pagi mata kuning, BAK seperti air teh. Agravating : Beraktifitas berat Relieving:
RPD : Tidak pernah sakit serupa (hep A). Hep b tanyakan pernah menerima transfusi darah, imunisasi hep b
RPK : tanyakan orang tua dan istri apakah pernah mengalami hal yg sama? Hep b
(vertical transmission & sexual transmission), hep a (fecal-oral transmission) Riwayat perjalanan : Hep A
Treatment awal: obat warung tidak membaik
Lifestyle : a. Olahraga:b. Diet : Hep Amakan tidak higienis c. Pola makan : jajan sebarangan (hep A) d. Aktifitas seksual (hep B) e. Pernah mentato, suntik, tindik (B) f. Pekerja medis atau bukan (B)
Review system : keluhan lain :
Melewati fase akut yang terdiri dari: - Fase prodormal 2-3 minggu, cirinya influensa-like syndrome - Fase ikterik 1-4 minggu, muncul ikterik, BAB pucat, BAK air teh akibat direct bilirubin meningkat. - Sembuh 1% hep A jadi hepatitis fulminan HepB Langsung jadi kronik. 5-10% jadi HCC, 30% jadi sirosis. 23% sirosis jadi liver failure lalu jadi kematian.
a. BAB: pucat b. BAK: air teh c. Mual muntah d. Nafsu makan menurun e. Athralgia 82
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
82/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Parafrase ke pasien Sebutkan DD
: hep A, hep B, Cholecystitis
Pemeriksaan fisik : Kondisi umum : tampak tidak enak badan,pusing, lemah Vital sign
: febris, takikardi, RR naik
Pemeriksaan fisik : Abdomen :
Inspeksi
Auskultasi
dbn
Perkusi
hepatomegali
Palpasi
hepatomegali
jika kurus terlihat hepatomegali
Kepala : sclera ikterik Leher : palpasi limfonodi ga ada limfadenopati Thorax depan: screening dbn Jantung : auskultasi dbn Extermitas : palpasi dbn
Pemeriksaan penunjang a. serologi: hep AIgM anti HAV
Tes serologi hep B: b. Liver Function Test: SGOT/SGPT > 1.5 RANGE NORMAL= SGOT/SGPT : 3 – 35 Iu/L
c. ALP : meningkat (norml 30 – 35 Iu/L) d. GGT : meningkat 83
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
83/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Terapi e. Hep A = curcumin Paracetamol HP Pro no XXVIII Sb.d.d tab I f. Hep B= imunomodulator (INF-a), antivirus (lamivudine, adefovir) Edukasi g. Hep A: Bed rest, makanan dijaga, bilang ke pasien nanti sembuh sendiri ... lama h. Hep B: Pasangan, jarum suntik, dikasih tau penyebarannya gimana.
Sirosis Hepatis
KU : Perut membesar, berasa mbesesek/sebah, mata kuning Anamnesis :
RPS
Onset
: 3 bulan ini
Lokasi
: kuadaran kanan atas
Durasi
: 3 bulan
Karakteristik : Perjalanan penyakit: pipis seperti teh Agravating : beraktivitas berat Relieving:
RPD : 10 tahun yang lalu pernah bilang sakit kuning, dikatakan hepatitis B, dikasih obat dan sembuh. Dulu sering minum jamu-jamuan, obat kuat.Tidak ada kencing manis. Riwayat penyakit jantung (akibat gagal jantung kanan).
RPK : -
Riwayat perjalanan :-
Treatment sebelumnya: obat warung
Lifestyle : a. Olahraga: b. Diet : c. Pola makan d. Merokok
Review system a. Terdapat penurunan nafsu makan 84
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
84/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
b. Karna kuning, tanya gatal-gatal atau tidak c. Kriteria Subandiri: Dikatakan + sirosis jika terdapat 5 dari 7:
Varises esofagus
Hematemesis/Melena
Caput medusa
Ascites
Splenomegali
Spider naevi
(akibat hormonal)
UKK pada dada,perut, dan
punggung
Palmar eritem (karena hormonal) eritem di sisi ulnar dan radial
d. Ginekomastia e. Tanya BAK dan BAB! BAB pucat, BAK air teh Parafrase ke pasien Sebutkan DD
: sirosis, hepatitis B/C, kanker
Pemeriksaan fisik : Kondisi umum : sangat lemas, kulit kening, dan tampak agak sesak nafas Vital sign
: dbn
Pemeriksaan fisik : Abdomen :
Inspeksi
spider naevi, caput medusa, hepatomegali dan ascites pada orang kurus
Auskultasi
dbn
Perkusi
Palpasi
hepatomegali,splenomegali, ascites + splenomegali, hepatomegali (teraba bernodul), fluid
wave utkperiksa ascites Kepala : sclera ikterik Leher : kuning Thorax depan: screening spider naevi, ginekomasti, palpasi perkusi dbn Jantung : auskultasi dbn Extermitas : palmar eritem, clubbing finger, kuku Muchcre/leukonychia (garis-garis putih horizontal yang dipisahkan oleh warna normal kuku akibat hipoalbuminemia)
Pemeriksaan penunjang i. CBC albumin dan globulin. Albumin 85
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
85/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
j. Serologi: Hbs Ag, anti Hbc k. LFT bilirubin direct, ALT,AST naik, ALP dan GGT naik, marker HCC: AFP
Terapi Bed Rest Roboransia
Edukasi Istirahat cukup, gizi cukup, makan lunak
Cholecysitis KU : Nyeri kuadran kanan atas abdomen Anamnesis :
RPS Onset : Lokasi : Epigastrium atau kuadran kanan atas, bisa menjalar ke kanan atas skapula (Boa’s sign). Durasi : ±60 menit Karakteristik : Agravating : makanan berlemak (memicu kontraksi kantung empedu) Relieving: Faktor risiko : 4F Female, Forty, Fat, Fertile
RPD : pernah cholelitiasis
RPK : -
Riwayat perjalanan :
Lifestyle : a. Olahraga : b. Diet : suka makan makanan berlemak c. Pola makan :
Review system keluhan lain : mual, muntah,muscular guarding (defans muskular)
Parafrase ke pasien Sebutkan DD
: Cholelitiasis, sirosis hepatis, hepatitis
Pemeriksaan fisik : Kondisi umum :
86
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
86/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Vital sign
: temparatur maningkat (demam)
Pemeriksaan fisik : Abdomen :
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Murphy’s
sign (ditekan di kuadran kanan atas, pasien
diminta tarik nafas, tekan, pasien akan berhenti tarik napas). Kepala : sklera ikterik Leher : palpasi limfonodi Thorax depan: screening Jantung : auskultasi Extermitas : palpasi Pemeriksaan penunjang USG ada penebalan dinding vesica fellea, kelihatan cairan peri cholecystic,bisa juga ditemukan ada batu. Terapi -
Analgesik : Petidine (morfin)
-
Antibiotik : cefuroxime 1,5 g/8 jam 3xsehari
-
Rujuk spesialis bedah digestif
Edukasi 1. Hindari makanan berlemak 2. Hindari rokok ABDOMINAL PAIN, RLQ
Apendisitis Akut KU : Nyeri kuadran kanan bawah abdomen Anamnesis :
RPS Onset
: akut
Lokasi
: awalnya di periumbilikal, setelah 4-6 jam migrasi ke kuadran kanan bawah abdomen
Durasi
: 24 jam perforasi)
87
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
87/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Karakteristik : walanya colicky pain, intermittent (difus). kalo udah ke kanan bawah continuous pain (bisa ditunjuk). Agravating : batuk, aktivitas berat, yg meningkatkan tekanan intra abdomen. Relieving: Faktor risiko :
RPD
: penyakit cacing dan infeksi diGI yg menyebabkan hiperplasia limfoid.
RPK
:-
Riwayat perjalanan :
Lifestyle : a. Olahraga : b. Diet dan pola makan : kurang serat
Review system keluhan lain : anoreksia, muntah
Parafrase ke pasien Sebutkan DD
: App akut, PID (dispareuni, nyeri difus, ga migrasi, dull, pada perut bag bawah),
KET Pemeriksaan fisik : Kondisi umum
: sangat nyeri, lemah
Vital sign : mungking suhu meningkat (demam) subfebril (37,5-38,5) Pemeriksaan fisik : Abdomen : Inspeksi
dbn
Auskultasi
dbn
Perkusi
Palpasi
Superfisial
: muskular guarding (peritonitis),
Deep
: appendicial mass
dbn
Rebound tenderness (nyeri tekan lepas) Rovsing’s Sign : sebelah kiri ditekan, pas idiangkat sebelah kanan sakit) Psoas Sign
: tangan dilatakkan di lutut kanan pasien, pasien diminta
mengangkat paha menahan tahanan) nyeri di kanan bawah Obturator Sign : gerakkan kaki pasien ke dalam sehingga lutut keluar
nyeri di hipogastrik kanan (kuadran kanan atas). Kepala : Leher : palpasi limfonodi Thorax depan: screening
88
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
88/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Jantung : auskultasi Extermitas : palpasi
Pemeriksaan penunjang l. CBC Leukositosis,netrofil > 95% m. USG appendix terlihat membesar n. Appendicogram
kalo
udah
pasti
app,
untuk
mencari
stadium
app.
(suppurative,gangren, perforasi) o. Urinalisis eksklud kehamilan Terapi -
Analgesik : paracetamol
-
Metronidazol
Edukasi 1. Makan makanan berserat (buah dan sayur)
Pelvic Inflamatory Disease (PID) KU : Nyeri abdomen bawah Anamnesis :
RPS Onset : sejak 1 bulan Lokasi : perut bagian bawah (difus) Durasi : sudah 1 bulan Karakteristik : nyeri tumpul, difus, di perut kanan bawah. Agravating : celana dalam ketat, pemakaian pembalut wanita, aktivitas berat Relieving: Status kehamilan : GPA-nya.
RPD : menstruasi ga teratur, keputihan yg kadang-kadang baunya amis.
RPK : DM pada ibu
Riwayat perjalanan :
Lifestyle : a. Olahraga : b. Diet dan pola makan : 89
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
89/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Review system keluhan lain : mual, muntah, dispareuni (patognomonis), IUD
Parafrase ke pasien Sebutkan DD : PID , Apendisitis, KET Pemeriksaan fisik : Kondisi umum
: sangat kesakitan, memegang perut bagian bawah.
Vital sign : mungkin demam Pemeriksaan fisik : Abdomen :
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Tenderness
Pemeriksaan Gyn : pake spekulum inspeksi, vaginal swab. bimanual ada nyeri goyang uteri, adneksa teraba, kaku. Kepala : Leher : palpasi limfonodi Thorax depan: screening Jantung : auskultasi Extermitas : palpasi
Pemeriksaan penunjang Vaginal swab, USG, Beta hCG Terapi -
Analgesik : asam mefenamat R/ Tab As.Mefenamat 500 mg No. IX. S.p.r.n 3.d.d. tab 1 p.c.
-
Antibiotik : R/ Tab. Tetrasiklin 100 mg No. XXVIII S. 2.d.d.tab 1 p.c.
11. Edukasi 1. Jangan melakukan irirgasi vagina 2. Lepas IUD 3. Jangan melakukan hubungan suami istri dalam jangka waktu dekat 4. Jangan memakai panty liner 90
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
90/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) KU : Nyeri abdomen bawah kiri atau bawah tetapi unilateral Anamnesis : RPS Onset : akut Lokasi : perut bagian bawah kiri atau kanan tetapi unilateral Durasi : akut Karakteristik : nyeri tumpul, difus, colicky,di perut bawah kanan/kiri. Agravating : aktivitas berat Relieving: Status kehamilan : GPA-nya. Status menstruasi : telat datang bulan RPD
: -
RPK
:
Riwayat perjalanan :
Lifestyle : a. Olahraga :
b. Diet dan pola makan : Review system keluhan lain : mual, muntah
Parafrase ke pasien Sebutkan DD : KET, PID , Apendisitis Pemeriksaan fisik : Kondisi umum : sangat kesakitan, memegang perut bagian bawah. Vital sign
: mungkin demam
Pemeriksaan fisik : Abdomen :
Inspeksi
dbn
Auskultasi
dbn
Perkusi
dbn
Palpasi
dbn
Pemeriksaan Gyn : pake spekulum Cadwig’ Sign (tampak kebiruanpada portio cervix uteri) bimanual ukuran uterus teraba membesar Kepala : Leher : palpasi limfonodi
91
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
91/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Thorax depan: screening Jantung : auskultasi Extermitas : palpasi
Pemeriksaan penunjang: USG, Beta hCG
Terapi -
Analgesik : asam mefenamat R/ Tab As.Mefenamat 500 mg No. IX. S.p.r.n 3.d.d. tab 1 p.c.
-
Rujuk ke Sp.OG
92
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
92/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
BATUK
DD : TB, pneumonia, Pharyngitis, bronchitis akut, PPOK, CHF, asma
TB Penyakit yang ditandai oleh adanya pembentukan granuloma spesifik yang terdiri atas tuberkel epiteloid, sel giant dengan atau tanpa nekrosis kaseosa. Ax : KU : Batuk purulent RPS :
O:L:D : akut ≤ 3 minggu Kronis ≥ 8 minggu C : batuk purulen dan berdarah disertai keringat pada malam hari, subfebril, penurunan nafsu makan dengan atau tanpa rasa nyeri dada terutama pada saat batuk A : peningkatan tekanan intraabdomen R:-
T : Sudah minum obat batuk tapi batuk ga sembuh-sembuh RPD : Batuk yang tidak sembuh – sembuh Riwayat vaksin BCG (-) Riwayat AIDS (+) RPK : Keluarga atau orang terdekat ada yang menderita TB/HIV/AIDS Lifestyle : Kurang gizi, ganti – ganti pasangan, tinggal di daerah tidak bersih Review System : sariawan, penurunan berat badan, keringat malam hari Px : Keadaan Umum : Lemas, kakexia, penurunan berat badan >10% dalam 6 minggu VS : subfebril (10), LED ↑ Tes tuberculin : indurasi > 10 mm Tx :
Kategori 1
▪ TB Paru Baru BTA (+)
2RHZE
4R3H3
2RHZES/RHZE
5R3H3E3
2RHZ
4R3H3
▪ TB Paru BTA (-), Ro (+) sakit berat
▪ TB ekstra paru berat Kategori 2
Penderita Kambuh Gagal Lalai
Kategori 3
TB
Paru Baru BTA (-), Ro
(+) sakit ringan
Ekstra Paru Ringan Anak : 2 RHZ+4RH
Mulai tahun 2008 pengobatan pasien tuberkulosis untuk pasien dewasa diberikan dalam bentuk Kombinasi Dosis Tetap (KDT) : 1) Kategori 1 a) Pasien baru TB paru BTA positif b) Pasien TB baru BTA negatif foto toraks positif c) Pasien TB ekstra paru
94
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
94/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Tabel 2. Dosis panduan OAT KDT Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3
Berat Badan
Tahap Intensif tiap hari
Tahap Lanjutan
selama 56 hari RHZE
seminggu 3 kali selama
(150/75/400/275)
16 minggu RH (150/150)
30 – 37 kg
2 tablet 4KDT
2 tablet 2KDT
38 – 54 kg
3 tablet 4KDT
3 tablet 2KDT
55 – 70 kg
4 tablet 4KDT
4 tablet 2KDT
≥ 71 kg
5 tablet 4KDT
5 tablet 2KDT
Nah ribet ya? Iya .. jadi itu misalnya BB 60 : R/ Tab 4KDT no. XXVIII S 1.d.d Tab IV ………………………fase intensif untuk 1 minggu kontrol R/ Tab 2 KDT no XLVIII S 3 kali 1 minggu Tab IV …………… fase lanjutan untuk 1 bulan kontrol Tapi kalo takut pasiennya lupa2 gitu, jadi kalo mau disamain aja 1 minggu kontrol, trus resepnya jadi begini :
R/ Tab 2KDT no. XII S 3 kali 1 minggu Tab IV
2) Kategori 2 Panduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya : a) Pasien kambuh b) Pasien gagal c) Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat Tabel 3. Dosis panduan OAT KDT Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
Berat Badan
Tahap Intensif tiap hari RHZE (150/75/400/275) + S
Tahap Lanjutan 3 kali seminggu RH (150/150) + E (400)
Selama 56 hari
Selama 28 hari
Selama 20 minggu
30 - 37 kg
2 tab 4KDT + 500 mg S
2 tab 4KDT
2 tab 2KDT + 2 tab E
38 - 54 kg
3 tab 4KDT + 750 mg S
3 tab 4KDT
3 tab 2KDT + 3 tab E
95
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
95/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
55 - 70 kg
4 tab 4KDT + 1000 mg S
4 tab 4KDT
4 tab 2KDT + 4 tab E
≥ 71 kg
5 tab 4KDT + 1000 mg S
5 tab 3KDT
5 tab 2KDT + 5 tab E
Simptomatik : R/ tab paracetamol 500 mg no. X S p.r.n Tab I pc R/ Syr. Bromhexin Hcl 20mg/5ml 60 ml lag I S p.r.n 3.d.d 5 ml pc Edukasi :
Minum obat setiap hari sampai habis
Kontrol tiap 1-2 minggu pada tahap intensif dan tiap bulan pada tahap lanjutan
periksa
ulang BTA bulan ke 2, 5 dan 6
Minta bantuan keluarga atau pihak lain untuk mengingatkan pengobatan
Hentikan rokok dan paparan polusi pakai masker
Nutrisi kaya kalori, protein dan vitamin
Pneumonia Ax : KU : batuk RPS :
O : akut L:D : < 3 minggu C : batuk pada pneumoni itu berdahak bisa ada darahnya (tapi jarang). A : Kadang disertai sesak napas saat istirahat, kalo asma dan jantung kan pada saat aktivitas. R:
T : Udah minum obat batuk, reda trus muncul lagi RPD : penyakit ini akut, jadi riwayat pneumoni sebelumnya bisa aja (-) Riwayat Mondok di RS (+/-) Riwayat penggunaan ventilator (+/-) Riwayat DM, PPOK, infeksi viral, imunodefisiensi RPK : Lingkungan : pneumonia bisa terjadi di orang yang tinggal di tempat dengan sanitasi buruk, padat begitu deh pokoknya Lifestyle : merokok
96
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
96/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Review System : demam (+/-), penurunan nafsu makan Px :
Keadaan umum : bisa terjadi penurunan berat badan, pasien tampak lemah VS : RR ↑, T ↑ Thorax :
I : retraksi dinding dada saat bernapas Pa : fremitus taktil ↑ , keterlambatan pengembangan paru Pe : Redup (konsolidasi) A : Suara bronchial; Ronki basah (+), pleural friction rub (+) egophoni
Kepala dan Leher : dbn Abd : di auskultasi aja dbn Ekstr : dbn Px Tambahan :
Ro Thorax : infiltrate Kultur sputum Darah rutin : Leukositosis
Tx :
Mukolitik (jangan ekspektoran) PCT Antibiotic penisilin G 6 juta IU/hari Amoksisilin 500 mg S 3.d.d. ……………… selama 7 hari
Edukasi: istirahat, minum air yang cukup PPOK Ax :
RPS :
O : kronik / kronik eksaserbasi akut L:D : > 3 bulan dalam 2 tahun terakhir C : batuk purulent disertai sesak napas A : rokok, aktivitas, kalo udah berat bisa muncul waktu istirahat R : istirahat T : obat batuk hitam tapi ga ngaruh
RPD : ada riwayat penyakit yang serupa trus ilang trus muncul lagi RPK : Lingkungan : padat pemukiman, tapi lingkungan benernya ga terlalu pengaruh juga sih Lifestyle : merokok sudah sejak lama Review System : pasien juga bisa mengeluhkan demam, sesak napas terutama saat tiduran dan beraktivitas, riwayat alergi, atopi (-)
97
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
97/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Px :
Keadaan umum : pasien tampak lemah dan kurus, posisi tripod, tampak adanya kesulitan bernapas VS : T, HR dan RR ↑ Thorax :
I : bentuk dada sepeti tong, jarak kart. krikoid dan inc.suprasternal saat eksp < 4cm, penggunaan otot bantu pernapasan, retraksi dinding dada Pa : fremitus taktil ↓, tanda kor pulmo, pengembangan paru ↓ Pe : hipersonor, perpesaran ventrikel kanan (+/-) A : bronchial, pemanjangan ekspirasi, mengi saat ekspirasi
Kepala dan Leher : konjungtiva anemi, nasal flare, bibir cyanotic, JVP ↑, pakai otot bantu pernapasan Abd : hepatomegali (pada kasus parah) Ekst : jari tabuh, edema tungkai (pada kasus parah) Px tambahan : spirometri toleransi terhadap bronkodilator FEV1 < 12 % FEV1/FVC < 70% CXR hiperlusent (air trapping) AGD : pO2 dan PCO2 PO2 dan PCO2 normal dan tidak ada cyanosis tapi pasien sesak pink puffer; kalo PO2 rendah PCO2 tinggi, pasien tidak sesak tapi cyanotic blue bloater Terapi : Derajat keparahan COPD I : ringan
II : sedang
III : parah
IV : sangat parah
Dengan atau tanpa
Dengan atau tanpa
Dengan atau tanpa
batuk kronik dan
batuk kronik dan
batuk kronik dan
batuk kronik dan
prosuksi sputum
prosuksi sputum
prosuksi sputum
prosuksi sputum
FEV1/FVC 2mm di lead precordial atau naik > 1mm di lead extremitas pada minimal 2 lead berurutan Manifes Q patologis (>1/3 R’ atau kalau R < 5 kotak maka sekecil apapun disebut Q patologis) Depresi ST (NSTEMI) b. Periksa cardiac enzyme CK-MB, troponin I c. Foto Thorax (liat ukuran jantung) 28. Terapi Berikan MONACO a. Morphin IV jika nyeri tidak berkurang dengan nitroglycerin b. Oksigen 4L/mnt, pertahankan saturasi O2>90% c. Nitrogliserin SL d. Aspirin 160-325 mg e. Clopidogrel f. Pertimbangkan reperfusi 118
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
118/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Fibrinolitik door to needle 30 detik PCI kalau ada kontraindikasi fibrinolitik door to ballon 90 detik
R/ Tab. Nitrogliserin 0,3 mg No VII S. p.r.n. sublingual (saat serangan) R/ Tab. Aspirin 80 mg no XXVIII S. p.r.n. 1.d.d. Tab. IV (dikunyah, saat serangan)
Stable angina pectoris:
aspirin dimunum saat serangan & biasa
nitroglycerin saat serangan
29. Edukasi 1. Turunkan berat badan 2. Stop merokok 3. Aktivitas fisik aerobik 4. Management lipid 5. Aspirin tiap hari
GERD (Gastroesophageal Reflux Disease) Anamnesis
KU : Nyeri dada yang seperti terbakar RPS : - Onset : akut - Location : epigastrium atau retrosternal bagian bawah - Duration : beberapa menit -
Characteristics : nyeri seperti tebakar, kadang - kadang bercampur dengan gejala disfagia (sulit menelan), mual atau regurgitasi dan rasa pahit di lidah. Keluhan nyeri ini umumnya timbul setelah makan. Odinofagi (nyeri saat menelan makanan) juga bisa muncul bila sudah terjadi ulserasi esophagus berat. - Aggravating : tidur setelah makan - Relieving : - Treatment : RPD : GERD biasanya kambuh - kambuhan. RPK : Profil pasien : - amati ada tidaknya faktor resiko → memiliki hiatus hernia, menggunakan obat - obatan tertentu (antikolinergik, beta adrenergic, theofilin, opiat, dll), faktor hormonal (mis : 119
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
119/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
peningkatan progesterone karena kehamilan), konsumsi alkohol ; coklat ; peppermint ; soft drink. Review system Pemeriksaan Fisik :
Kondisi umum : tampak memegangi ulu hati Vital sign :dbn Kepala leher : dbn Thorax : dbn Abdomen : dbn
Pemeriksaan Penunjang :
Standar baku : endoskopi saluran cerna bagian atas → akan ditemukan mucosal break pada esophagus. Esofagografi dengan barium → pada pasien dengan hiatus hernia atau stenosis esophagus. Tata Laksana :
Medikamentosa : Pilihan terapi medikamentosa yang dapat digunakan antara lain : - Antasid : 4 x sehari - Antagonis reseptor H 2
Simetidin : 2 x 800 mg atau 4 x 400 mg
Ranitidin : 4 x 150 mg
Famotidin : 2 x 20 mg
-
Nizatidin : 2 x 150 mg Prokinetik
Metoclopramide : 3 x 10 mg → harus dengan kombinasi bersama Antagonis reseptor H 2 atau PPI.
Domperidone : 3 x 10 - 20 mg / hari → menurunkan gejala karena meningkatkan tonus sfingter dan mempercepat pengosongan lambung sehingga esophagus tidak lama terpapar asam ; namun tidak untuk penyembuhan lesi.
Cisapride : 3 x 10 - 20 mg / hari → selain menurunkan gejala juga bisa sekaligus menyembuhkan lesi di esophagus. Sukralfat : Alumunium Hidroksida + Sukrosa Oktasulfat PPI : pada kasus yang berat
- -
Lansoprazole : 2 x 30 mg
Pantoprazole : 2 x 40 mg
Rabeprazole : 2 x 10 mg
Esomeprazole : 2 x 40 mg Modifikasi gaya hidup : - Meninggikan kepala saat tidur - Hindari makan sebelum tidur 120
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
120/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
- - - - -
Berhenti merokok dan alkohol karena dapat menurunkan tonus sfingter esophagus Kurangi konsumsi lemak dan jumlah makanan yang dikonsumsi karena bisa menyebabkan distensi lambung Turunkan berat badan untuk menurunkan tekanan intra abdomen Hindari makan coklat, peppermint, kopi dan minuman bersoda karena dapat menstimulasi asam Hindari obat - obatan yang menurunkan tonus sfingter esophagus (kolinergik, beta adrenergik, etc)
121
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
121/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
PUSING/DIZZINESS
Sensasi tidak seimbang oleh adanya gangguan satu atau lebih organ yang menjaga keseimbangan. Pusing
Vertigo Unsteadiness PseudoVertigo
Lightheadedness Giddiness
Oleh karena itu perlu dilakukan kategorisasi symptom menjadi salah satu kategori diatas :
Vertigo : sensasi berputar baik secara subjektif (pasien) atau objektif (sekitar), biasanya disertai mual, muntah, pucat dan berkeringat
Unsteadiness : sensasi tidak seimbang atau perasaan akan jatuh
Lightheadedness : faint (blur), presinkop sensation
Giddiness : sensasi tidak spesifik
Atau mengklasifikasikannya menjadi dengan atau tanpa vertigo : Dengan vertigo :
Perifer
Labyrinth : labyrinthitis, menierre, BPPV, fistula
o
N VIII : akustik neuroma, neuronitis vestibular Sentral o
Batang otak : infark, insufisiensi vertebrobasilar
o
Cerebellum : degenerasi, tumor
o
Tanpa vertigo :
Infeksi viral akut seperti pada gaster atau usus
Hipotensi postural : biasanya terjadi pada wanita usia muda, kehamilan usia muda, diabetic
autonomic neuropathy, penggunaan obat antihipertensif Hipoglikemik : disertai gejala berkeringat dan lapar
Penggunaan obat-obat : antihipertensif, transquilliser, antikonvulsan
Penyakit lain : anemia, kardiak (stenosis aorta dan pulmunal dll)
Tanyakan adanya perasaan berikut : 1. Apakah anda merasa akan pingsan? Gejala demikian mungkin merupakan prasinkop 2. Apakah objek dalam pandangan anda, seperti perabotan atau lukisan dinding, betul-betul nampak berputar atau anda merasa seperti sedang bergerak? Pertimbangkan vertigo
122
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
122/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
murni, yang bisa disebabkan oleh kelainan perifer pada telinga dalam atau nervus kranial VIII, atau kelainan sentral pada batang otak. 3. Apakah samar-samar kepala anda terasa ringan? Bisa menunjukkan berbagai masalah mulai dari hiperventilasi sampai nyeri kepala tipe tegang. Gejala ini kadang-kadang disebut sebagai pusing psikofisik. Diagnosis pasti jarang berhasil ditegakkan. 4. Adakah gejala penyerta? Adanya tinitus dan ketulian merupakan tanda kelainan telinga dalam. Mual dan muntah menunjukkan penyakit pada sistem vestibular atau batang otak. Diplopia merupakan tanda penyakit pada batang otak. 5. Apakah yang mencetuskan gejala? Jika gerakan kepala menimbulkan gejala, kemungkinan disebabkan oleh penyakit vestibular. Terjadinya gejala pada posisi berdiri kemungkinan disebabkan oleh hipotensi postural. 6. Apakah diikuti dengan sakit kepala
desak ruang oleh peningkatan TIK
neuroma
akustika VERTIGO Klasifikasikan apakah disebabkan oleh obat, vertigo sentral atau perifer. Anamnesis KU : kepala terasa pusing dengan sensasi berputar RPS :
Onset : Lokasi : Durasi : Duration of episode
Suggested diagnosis
Sangat singkat
Vestibular neuronitis (late), meniere disease (late)
Beberapa detik – menit
BPPV, fistula perilimfatik
Beberapa menit – jam
TIA, fistula perilimfatik
Berjam- jam
Meniere, fistula perilimfatik post trauma,
migraine,
neuroma
akustika. Hari
Neuronitis
verstibular,
stroke,
migraine Minggu
psikogenik
Characteristic : Berputar
123
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
123/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Aggravating : induksi obat seperti alcohol, aminoglikosidm antikonvulsan, antidepresan, antihipertensi, barbiturate, kokain, salisilat, diuretic, nitrogliseride, quinine Provoking factor
Suggested diagnosis
Perubahan posisi kepala
Acute labyrinthitis; BPPV; cerebellopontine angle tumor; multiple sclerosis; perilymphatic fistula
Spontaneous episodes
Acute vestibular neuronitis;
(i.e., no consistent
cerebrovascular
provoking factors)
disease (stroke or TIA); Ménière’s disease; migraine; multiple sclerosis
Recent upper respiratory
Acute vestibular neuronitis
viral illness Stress
Psychiatric or psychological causes; migraine
Immunosuppression
Herpes zoster oticus
(e.g., immunosuppressive medications, advanced age, stress) Changes in ear pressure,
Perilymphatic fistula
head trauma, excessive straining, loud noises Relieving : Therapy : Keluhan Penyerta : Untuk membedakannya, perhatikan tabel di bawah ini : Kenampakan
Vertigo Perifer
Vertigo Central
Nystagmus
Kombinasi horizontal dan
Murni vertical, horizontal
torsional; hilang saat mata
atau torsional, tidak hilang
focus pada suatu objek;
saat mata terfokus pada
hilang dalam beberapa hari’
objek, hilang dalam
tidak berubah arah saat
hitungan minggu – bulan.
124
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
124/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
focus kea rah lain Imbalance
Ringan – sedang; masih
Parah; sulit hingga tidak
mampu berjalan
mampu berjalan, bahkan berdiri
Nausea, vomite
Parah
Bervariasi
Hearing loss, tinnitus
Sering
Jarang
Symptom neurologis lain
Jarang
Sering
Latensi nystagmus setelah
Lama ( 20 detik )
Cepat ( 2 detik )
maneuver RPD :
Riwayat Trauma (+/-), Diving (+/-) Riwayat infeksi sal.napas atas (+/-) Gangguan pendengaran (+/-) Riwayat pengobatan dengan obat-obatan toksik seperti aminoglikodisa, salisilat, furosemid
RPK : vertigo (+/-) Riwayat Perjalanan : Lifestyle : (-) Review System : Symptom
Suggested diagnosis
Aural fullness
Acoustic neuroma; Ménière’s
Ear or mastoid pain
disease Acoustic neuroma; acute middle ear disease (e.g., otitis media,
Facial weakness
herpes
Focal neurologic findings
zoster oticus) Acoustic neuroma; herpes zoster oticus Cerebellopontine angle tumor;
Headache
cerebrovascular disease; multiple
Hearing loss
sclerosis (especially findings not explained by single neurologic lesion) Acoustic neuroma; migraine Ménière’s disease; perilymphatic
125
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
125/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
fistula; acoustic neuroma; Imbalance
cholesteatoma; otosclerosis; transient ischemic attack or stroke
Nystagmus
involving anterior inferior
Phonophobia, photophobia
cerebellar artery; herpes zoster
Tinnitus
oticus Acute vestibular neuronitis (usually moderate); cerebellopontine angle tumor (usually severe) Peripheral or central vertigo Migraine Acute labyrinthitis; acoustic neuroma; Ménière’s disease
DD : Vertigo, presinkop, disequilibrium, gidddiness Pemeriksaan fisik Kondisi umum : Pasien tampak agak lemas dan berkeringat, dengan atau tanpa pucat VS : Pulse (N), BP (N), T (N), RR (N). Bila BP rendah, curiga hiptensi postural Ada tiga focus penting dalam pemeriksaan fisik pasien vertigo, yaitu pemeriksaan pada system saraf, kepala dan leher, serta system kardiovaskular.
System saraf Maneuver Dix Hallpike Test Maneuver Dix Hallpike yang positif diikuti anamnesis riwayat vertigo dan / atau nystagmus yang positif dapat digunakan untuk menegakkan hasil diagnosis yang positif untuk vertigo perifer et causa BPPV. Kalau negative, cendrung curiga ke sentral.
Kepala dan leher (ENT) Membran timpani : rupture (+/-) ; vesikel (+/-) Fistula perilimfatika (+), caranya dengan :
Hennebert’ sign merupakan vertigo/nystagmus yang terjadi akibat penekanan pada tragus dan Meatus akustikus eksterna telinga yang mengalami defek.
126
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
126/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Valsava mauver memberikan tanda adanya fistula melalui peningkatan tekanan pada tuba eustachii dan telinga dalam.
Garpu tala : Tuli konduktif (kerusakan telinga tengah), tuli saraf (kerusakan n.VIII)
System kardiovaskular Hipotensi orthostatic (dehidrasi, gangguan fungsi otonom) Penurunan tekanan darah sistolik hingga 20mmHg atau lebih atau kenaikan denyut lebih atau sama dengan 10x/menit.
Pemeriksaan penunjang Lab : kadar elektrolit, glukosa, CBC (complete blood count) dan pemeriksaan fungsi thyroid. Tes Audiometri : membantu diagnosis vertigo akibat penyakit Meniere. Radiologis : Magnetic Resonance Imaging (MRI) untuk beberapa keadaan seperti:
Adanya symptom neurological, factor resiko penyakit kardiovaskular, progressive unilateral hearing loss dan berbagai symptom vertigo sentral lainnya.
Untuk menyingkirkan kecurigaan infeksi bacterial atau neoplasma.
Rujukan
Diagnosis penyebab masih belum jelas/meragukan.
Ditemukan kondisi lain yang membutuhkan perujukan setelah pemeriksaan dilakukan (vertigo sentral, psikosis dl) Pasien datang dengan pusing Curiga Vertigo Ya
Tidak
Memakai obat – obatan yang dapat menginduksi vertigo Ya Tidak Hentikan pengobatan
Periksa untuk leghtheadedness, disequilibrium atau pre-syncope
Anamnesis : Tentukan penyebab vertigo, apakah sentral atau perifer
Pemeriksaan : Sistem saraf, Kepala dan Leher, kardiovaskuler Singkirkan dd, tentukan diagnosis Lakukan MRI bila : (1). Ada gangguan neurologis fokal, (2). Ada factor resiko penyakit kardiovaskular, (3). Vertigo sentral Pertimbangkan tes laboratorium atau radiologis (bila diperlukan) Rujuk bila masih ragu atau menemukan hal yang memerlukan rujukan setelah diperiksa
Terapi
Infeksi viral self-limited : obat simptomatik + cairan
127
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
127/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Simptomatik (vestibular sedative): R/ Tab prochlorperazine mg 5 no. VI S 2.d.d Tab I
Neuronitis vestibular : simptomatik
Hipotensif ortostatic/hipoglikemic state : penghitungan ulang dosis obat
Meniere : diet rendah garam dan diuretic ringan R/ Tab Betahistin 8 mg no.X S 3.d.d Tab I
Psikiatrik : sedative, antikonvulsan
BPPV : edukasi : menggerakkan kepala secara lebih perlahan atau dengan menggunakan collar neck untuk mencegah pergerakan spine yang berlebihan dan mendadak
Tambahan : BPPV Ax :
O : mendadak berkaitan dengan perubahan posisi kepala, terutama malam hari D : Transien bberapa detik C : Rekuren terkait perbahan posisi kepala terus selama berminggu – bulan lalau sembuh spontan A : perubahan posisi R : Sembuh secara spontan RPD : serangan yang sama (+) RPK : Lifestyle : bantal relaif tinggi, stress tinggi Review system :
Px :
pemeriksaan fisik : dbn Manuver Dix Hallpike
Tx :
Manuver Epley.
MENIERRE DISEASE Ax : RPS :
O : Mendadak dalam hitungan menit D : berjam-jam C : pusing disertai mual, tinnitus, pucat, instabilitas dan SNHL, sensasi penhu akibat hidrops endolimph, terdapat periode freedom
128
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
128/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
A:R : spontaneous T:RPD : Gangguan pendengaran RPK : Lifestyle : Review system : rasa penuh di telinga, tinnitus, SNHL Tx :
serangan akut bed rest, antihistamin(cinnarizine)
Prophilaksis : diet rendah garam (1g/d), diuretic NEUROMA AKUSTIKA Ax : RPS :
O : perlahan-lahan D : berjam-jam C : diawali dengan gangguan pendengaran SNHL dan gangguan keseimbangan A : pagi hari saat terjadi peningkatan TIK R: T:
RPD : RPK : Lifestyle : Review System :
Gangguan pendengaran, tinnitus, pada fase lanjut dapat diikuti kerusakan pada
n.v, vi, ix, x Tanda peningkatan TIK
129
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
129/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
SORE THROAT
Pharyngitis termasuk salah satu dari infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang menjadi salah satu top ten leading disease/morbiditas pada sebagian besar puskesmas di Indonesia. Walaupun sebagian besar pharyngitis disebabkan oleh virus, namun pharyngitis yang disebabkan oleh bakteri, terutama group A β-hemolyticus streptococci (GABHS), misalnya Streptococcus pyogenes, sangat penting untuk diketahui oleh seorang dokter karena komplikasinya yang berat. Komplikasi yang dapat timbul diantaranya adalah acute rheumatic fever , rheumatic heart disease, acute glomerulonephritis dan toxic shock syndrome. Komplikasi tersebut tidak jarang menyebabkan mortalitas bagi penderitanya.
Berikut adalah ulasan singkat mengenai pharyngitis:
Definisi: Infeksi atau iritasi pada pharynx atau tonsil
Epidemiologi: Pharyngitis bacterial akibat Strepyococcus pyogenes biasanya menyerang anak yang berumur 4-7 tahun, dan biasanya terjadi pada akhir musim dingin sampai musim semi (pada negara dengan empat musim).
Etiologi: Kausa penyakit pharyngitis dapat dibagi menjadi:
Bacterial pharyngitis Group A beta-hemolytic streptococci, yang dibahas pada diagnosis banding ini
o
Group C, G, and F streptococci yang secara klinis sulit dibedakan dari infeksi GABHS. Namun,
o
komplikasi berupa glomerulonephritis akut dan demam rematik akut jarang terjadi sebagai komplikasi akibat agen ini. Arcanobacterium (Corynebacterium) haemolyticus yang sering terjadi pada orang dewasa muda
o
dan sangat mirip dengan infeksi GABHS, termasuk scarlatiniform rash. Pasien biasanya mengeluhkan batuk. M pneumoniae yang sering menyerang kalangan dewasa muda dan gejalanya berupa nyeri
o
kepala, pharyngitis, dan gejala pada saluran respirasi bawah C pneumoniae, secara klinis mirip dengan M pneumoniae. Pharyngitis biasanya mendahului
o
130
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
130/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
infeksi paru-patu 1-3 minggu sebelumnya. Neisseria gonorrhoeae adalah agen kausa yang jarang pada pharyngitis bakterial. Anamnesis
o
yang baik dan teliti sangat perlu dilakukan karena infeksi ini terjadi biasanya karena kontak orogenital. Pharyngitis ini juga biasanya terkait dengan infeksi sistemik yang parah. Corynebacterium diphtheriae yang memiliki tanda khas foul-smelling gray-white pharyngeal
o
membrane sehingga menimbulkan obstruksi jalan napas.
Viral pharyngitis Adenovirus: Patognomonis infeksi adenovirus adalah munculnya konjungtivitis yang terkait
o
pharyngitis (pharyngoconjunctival fever). Adenovirus adalah etiologi utama pharyngitis pada anak berumur kurang dari tiga tahun. Herpes simplex: tandanya adalah terbentuknya lesi vesikular (herpangina), biasanya terjadi
o
pada anak yang masih kecil. Coxsackieviruses A and B: Infeksi ini mirip dengan infeksi herpes simplex. Jika vesikelnya
o
bewarna keputihan dan berbentuk noduler, dikenal dengan lymphonodular pharyngitis. Coxsackievirus A16 dapat menyebabkan hand-foot-and-mouth disease, yakni munculnya ulkus oropharynx berukuran 4-8 mm dan vesikel di tangan dan kaki, dan biasanya juga muncul di bokong. Gejala ini biasanya sembuh sendiri dalam aktu satu minggu. Epstein-Barr virus (EBV): secara klinis dikenal sebagai infectious mononucleosis, yang sulit
o
dibedakan dari infeksi GABHS. Exudative pharyngitis lebih prominent. Karakteristik pembedanya adalah adenopathy retrocervical atau generalisata, serta hepatosplenomegaly. CMV: Tanda klinis CMV mirip dengan of infectious mononucleosis. Namun pasien cenderung
o
pada kelompok umur yang lebih tua, aktif secara seksual, serta derajat demam dan malaise lebih parah. HIV-1: hal ini terkait dengan edema pharyngeal edema dan erythema, biasanya ulkus
o
aphthous,dan jarang terdapat eksudat. Demam, myalgia, dan lymphadenopathy juga biasanya ditemukan.
Kausa lain pharyngitis, misalnya udara kering, allergy/postnasal drip, chemical injury, gastroesophageal reflux disease (GERD), merokok, neoplasia, dan akibat pemasangan intubasi endotracheal.
Patofisiologi dan patogenesis: Bakteri atau virus pathogen menginvasi mukosa pharynx, menyebabkan respon inflamasi local. Virusvirus yang lain, misalnya rhinovirus dan coronavirus, dapat mengakibatkan iritasi poada mukosa pharynx secara sekunder akibat sekresi nasal. Infeksi Streptococcal disertai dengan karakteristik
131
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
131/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
berupa invasi local dan pelepasan toksin ekstraselular dan protease. Fragmen protein M pada serotype tertentu GABHS diketahui sama dengan antigen myocardial sarcolemma, sehingga terkait dengan demam rematik akut dan kerusakan pada katup jantung (penyakit jantung rematik). Deposisi kompoleks antibody-antigen pada glomerulus ginjal pada akhirnya juga dapat menyebabkan glomerulonephritis akut.
Apa hal yang perlu diperhatikan dari ANAMNESIS pada diagnosis banding ini? Identitas pasien: Tanyakan nama, umur, alamat, dan pekerjaan pasien. Selain untuk membina hubungan yang baik dengan pasien, umur juga dapat digunakan sebagai skrining awal penentuan diagnosis banding. Contohnya: pharyngitis karena GABHS biasanya terjadi pada anak berumur 4-7 tahun. Sedangkan pharyngitis viral karena adenovirus biasanya menyerang anak-anak yang berumur kurang dari tiga tahun. Pharyngitis yang disebabkan oleh CMV biasanya menyerang orang-orang yang berumur dewasa.
Keluhan Utama: Nyeri menelan (nyeri tenggorok) dan demam tinggi
Riwayat Penyakit Sekarang: Onset dan durasi: Hal ini penting untuk ditanyakan pada pasien. Sebab pada negara dengan empat musim, biasanya pharyngitis karena GABHS terjadi pada akhir musim dingin sampai musim semi. Onset yang tibatiba biasanya mendakan pharyngitis disebabkan oleh GABHS. Selain itu, durasi juga penting untuk membedakan penyakit akut atau kronis.
Karakteristik/pola: Tanyakan mengenai karakteristik dan pola demam. Pharyngitis karena bakteri biasanya memiliki ciri-ciri demam tinggi (lebih dari 38 derajat celcius). Pola demam ini juga bisa digunakan untuk menyingkirkan diagnosis demam yang lain, misalnya step ladder pattern pada thypoid, demam yang bersifat paroksismal (kambuh-kambuhan) pada malaria, atau demam pola pelana pada Dengue Hemorrhagic Fever .
Faktor yang meringankan dan memperberat keluhan
Medikasi yang sudah diberikan/dikonsumsi.
132
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
132/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Riwayat Penyakit Dahulu: Tanyakan apakah sebelumnya pasien pernah menderita penyakit ini sebelumnya atau tidak. Tanyakan pula mengenai riwayat alergi obat, karena treatment farmakologis pada pharyngitis karena bakteri adalah dengan pemberian antibiotik, sehingga penting untuk diketahui riwayat alergi terhadap antibiotic tertentu.
Riwayat Penyakit Keluarga, Lingkungan dan Travelling: Hal ini penting untuk ditanyakan karena sifat dari pharyngitis yang merupakan salah satu communicable disease. Sehingga patut dicurigai adanya penularan dari keluarga, lingkungan sekitar atau riwayat berpergian ke daerah endemis. Apabila pasien tersebut pernah berkontak dengan orang yang didiagnosis dengan infeksi GABHS atau penderita penyakit jantung rematik, maka perlu dicurigai pasien tersebut terserang pharyngitis yang disebabkan oleh etiologi GABHS.
Profil Pasien: Tanyakan mengenai pola makan, dan pola olahraga pasien, karena hal tersebut berkaitan dengan status imun dari pasien
Review System: Penting untuk dieksplor mengenai review system untuk menegakkan diagnosis banding dan menyingkirkan diagnosis lainnya. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah:.
Tanyakan apakah keluhan disertai batuk dan rhinorrhea (hidung meler). Pharyngitis karena GABHS tidak disertai dengan batuk dan rhinorrhea. Pharyngitis yang disertai dengan gejala demikian adalah faringitis yang disebabkan oleh etiologi virus.
Tanyakan apakah keluhan disertai dengan nyeri kepala, sebab nyeri kepala berkaitan dengan infeksi GABHS
Tanyakan juga apakah pasien mengalami mual dan muntah, sebab hal itu mendukung kearah diagnosis infeksi GABHS, walaupun pada faringitis tipe yang lain juga mungkin dijumpai gejala mual dan muntah.
Tanyakan apakan ada benjolan-benjolan di sekitar leher bagian depan atau belakang. Lymphadenopathy cervicalis anterior adalah patognomonis sign untuk untuk pharyngitis oleh GABHS. Sedangkan, adenopathy retrocervical merupakan tanda khas untuk pharyngitis oleh karena Epstein-Barr virus (EBV).
Tanyakan apakah ada masalah di genital, sebab hal tersebut berguna untuk mengetahui kemungkinan gonococcal pharyngitis.
133
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
133/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Tanyakan mengenai bercak-bercak dimukosa mulut (oral trush) dan myalgia, sebab hal tersebut menandakan status immunocompromised pasien (misalnya karena penyakit HIV/AIDS).
Tanyakan juga mengenai kemungkinan influenza, yakni onset yang tiba-tiba, demam, adanya gejala konstitusinal (malaise) dan respirasi (batuk), tidak ada tanda spesifik respirasi yang terlokalisasi.
Adanya kesulitan bernapas dan stridor dapat mengindikasikan kemungkinan epiglottitis akut.
Terdapat kriteria centor, yang biasa digunakan untuk mendiagnosis pharingitis akut bakterial karena GABHS. Kriteria tersebut terdiri atas empat poin, yang terdiri atas:
Fever
Anterior cervical lymphadenopathy
Tonsillar exudate
Absence of cough
Infeksi GABHS dapat disingkirkan pada pasien yang memiliki skor 0-1, sedangkan pada pasien yang memiliki skor 4, mungkin harus dicurigai sebagai pharyngitis karena GABHS. Meski demikian, berdasarkan penelitian terbaru, kira-kira hanya separuh dari pasien yang memiliki gejala-gejala tersebut yang benar-benar terinfeksi oleh GABHS.
Apa hal yang perlu diperhatikan dari PEMERIKSAAN FISIK pada diagnosis banding ini?
Patensi jalan napas harus selalu terlebih dahulu dinilai, untuk menilai keadaan emergensi.
Vital sign: Tekanan darah, denyut nadi, laju respirasi dan suhu/temperature. Demam febril (suhu > 38 derajat Celcius) biasanya mengindikasikan infeksi GABHS. Pada pharyngitis viral, biasanya tidak terdapat demam atau ada demam namun subfebril. Walaupun demikian, ada tidaknya demam hendaknya tidak digunakan sebagai satu-satunya indikator untuk membedakan etiologi virus atau bakteri. Hydration status: Oral intake usually is compromised because of odynophagia; therefore, various degrees of dehydration result.
Head, ears, eyes, nose, and throat (HEENT): Conjunctivitis biasanya berkaitan dengan infeksi adenovirus.
o
Scleral icterus dapat ditemukan pada infectious mononucleosis.
o
Rhinorrhea biasanya berkaitan dengan etiologi viral.
o
Tonsillopharyngeal/palatal petechiae dapat ditemukan pada infeksi GABHS dan infectious
o
134
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
134/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
mononucleosis. Eksudat
o
tonsillopharyngeal
dapat
ditemukan
pada
infeksi
streptococcal,
infeksi
mononucleosis terutama pada M pneumoniae, C pneumoniae, A haemolyticus, adenovirus, dan infeksi herpesvirus . Dengan demikian, eksudat tidak dapat dijadikan dasar pembeda kausa viral atau bakterial Oropharyngeal vesicular lesions biasanya ditemukan pada coxsackievirus dan herpesvirus.
o
Vesikel konkomitan ditangan dan kaki biasanya berkaitan dengan infeksi coxsackievirus (handfoot-and-mouth disease).
Lymphadenopathy: Nodus cervicalis anterior yang nyeri biasanya menandakan infeksi streptococcus.
Sedangkan adenopathy generalisata biasanya berkaitan dengan infectious
mononucleosis atau sindrom lymphoglandular akut pada infeksi HIV.
Cardiovascular: Murmur jantung harus diperiksa untuk memonitor apakah ada penyakit jantung rematik sebagai komplikasi pharyngitis karena GABHS.
Pulmonary: Pharyngitis disertai infeksi saluran pernapasan bawah lebih konsisten ditemukan pada agen infeksi M. pneumoniae or C pneumoniae, terutama bila gejala tersebut disertai dengan batuk nonproduktif.
Abdomen: Hepatosplenomegaly dapat ditemukan pada infeksi mononucleosis
.
Kulit Sandpapery scarlatiniform rash dapat ditemukan pada infeksi GABHS.
o
Maculopapular rashes biasanya ditemukan pada infeksi viral atau infectious mononucleosis
o
Apa hal yang perlu diperhatikan dari PEMERIKSAAN PENUNJANG pada diagnosis banding ini?
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada diagnosis pharyngitis akut etiologi GABHS adalah:
GABHS rapid antigen detection test
135
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
135/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Rapid antigen detection test for group A beta-hemolytic streptococci. Metode ini adalah metode yang dipilih untuk mendiagnosis infeksi GABHS pada fasilitas
o
dimana sulit untuk dilakukan follow-up hasil kultur. Hanya pasien dengan yang secara klinis mendukung kecurigaan infeksi GABHS yang dilakukan
o
tes ini. Pasien yang memiliki skor Centor 0-1 sebaiknya langsung diberi medikasi simptomatik tanpa dilakukan testing terlebih dahulu
Antigen pada test ini adalah specific, namun sensitivitasnya bervariasi. Anak-anak dengan hasil
o
tes antigen negative sebaiknya dilakukan follow –up berupa kultur. Penggunaan “GABHS rapid antigen detection test” dapat menurunkan penggunaan antibioti c
o
yang tidak perlu pada pasien anak-anak, bila tes dilakukan secara tepat. Orang dewasa yang memiliki hasil test antigen yang negative tidak memerlukan follow-up
o
berupa kultur, karena insidensi infeksi GABHS jarang terjadi pada usia dewasa.
Throat culture (kultur apusan tenggorokan) Pemerikasaan ini merupakan gold standard untuk diagnosis infeksi GABHS (90-99% sensitive).
o
Walaupun lebih murah dibandingkan dengan rapid antigen detection test, kultur ini sebaiknya tidak digunakan pada unit gawat darurat, karena sulitnya untuk melakukan follow-up hasil kultur. Pasien dapat ditunda pengobatannya sampai 9 hari setelah onset demam untuk mencegah
o
demam rematik akut. Sehingga administrasi antibiotik dengan segera tidak krusial jika pasien dapat dengan mudah dihubungi untuk follow-up hasil kultur. Prosedur untuk melakukan usap tenggorok adalah dengan mengambil sampel eksudat dari
o
pharynx bagian posterior dan kedua tonsil dengan menggunakan lidi kapas. Jangan menaruh sampel eksudat pada medium liquid.
Bagaimana prinsip TATALAKSANA pasien dengan diagnosis banding ini?
Nilai dan amankan jalan napas, intubasi jika diperlukan. 136
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
136/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Evaluasi tanda-tanda toksisitas, epiglottitis, atau abses oropharyngeal.
Evaluasi status hidrasi, karena pharyngitis yang parah akan membatasi intake oral.
Investigasi infeksi GABHS jika secara klinis disuspek. Gunakan algoritma dibawah ini: Secara umum, jangan berikan antibiotik pada pasien sebelum hasil kultur atau rapid antigen
o
detection test menunjukkan hasil yang positif, mengingat semakin meningkatnya resistensi antibiotic Lakukan rapid antigen detection test jika dari hasil anamnesis dan pemeriksaan klinis suspek
o
infeksi GABHS. Tes ini biasanya ttidak dilakukan pada pasien yang memilik skor Centor 0-1. Pasien yang memenuhi keempat kriteria Centor langsung memulai terapi antibiotic tanpa
o
dilakukan tes antigen atau kultur sebelumnya. Orang-orang yang berinteraksi dengan pasien positif GABHS harus diberi treatment antibiotik
o
tanpa dilakukan tes terlebih dahulu jika mereka memiliki gejala yang terkait dengan infeksi GABHS. Jika secara klinis meragukan, sebaiknya pemberian antibiotik menunggu hasil rapid antigen
o
test atau kultur.
Medikasi atau treatment farmakologis: Pada dasarnya pharyngitis GABHS adalah penyakit yang dapat sembuh sendiri, dan biasanya gejalanya hilang dalam 3-4 hari. Tujuan terapi dari pengobatan pharyngitis GABHS adalah untuk meredakan demam dan nyeri tenggorokan (simptomatik) dan untuk terapi antimikroba, terapi anti mikroba dengan antibiotic lebih ditujukan untuk mencegah sekuel penyakit kearah demam rematik akut (acute rheumatic fever ). Pemberian antibiotik ini efektif jika diberikan dalam waktu 9 hari setelah onset.
Terapi antibiotik
Berikut adalah pedoman pemilihan personal-drug (p-drug) antibiotik untuk eradikasi GABHS:
137
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
137/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Kesimpulan:
Grup
Efficacy
Safety
availability
Cost
Beta-lactam
+++
±
±
+++
Macrolide
++
+
±
±
Oral
++
±
±
±
cephalosporin
Maka dari itu dipilihlah golongan beta-lactam. Selanjutnya dipilih obat dari golongan beta-lactam:
Kesimpulan:
Nama Obat
Efficacy
Safety
availability
Cost
Penicillin V
++
±
±
+++
Penicillin G
+++
-
±
+++
Ampicillin
+
±
±
+++
Amoxicillin
+
±
±
+++
Kesimpulan Personal-drug untuk antibiotik Penicillin V 250mg qid atau 500mg bid selama 10 hari, anak: 250 mg bid/tid selama 10 hari Namun, karena ketersedian penicillin V di Indonesia terbatas, maka biasanya digunakan amoxicillin dengan dosis: dewasa: 500 mg PO bid selama 10 hari; pediatric:50 mg/kg/d PO divided bid selama 10 hari. Terapi symptomatis analgetik/antipiretik
Berikut adalah pedoman pemilihan personal drug untuk analgetik/antipiretik:
Kesimpulan Personal-drug untuk terapi antinyeri dan penurun panas Acetaminophen/Paracetamol PO Dewasa 500-100mg tiap 4-6 jam p.r.n maks 4gr/hari Anak 10mg/kgBB tiap 4-6 jam p.r.n maks 60mg/kgBB/hari
Treatment non farmakologis / advice untuk pasien: istirahat, makan yang cukup dan bergizi, 138
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
138/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
memakai masker selama gejala berlangsung, minum obat sesuai dosis.
Monitoring dan evaluasi: Jika dirasa perlu melakukan monitoring, periksa adanya kemungkinan komplikasi dari infeksi SGABH, antara lain
komplikasi
o
lokal:
retropharyngeal
abscess,
peritonsillar
abscess,
sinusitis,
cervical
lymphadenitis, otitis media, mastoiditis.
acute rheumatoid fever dapat terjadi 2-4 minggu setelah episode pharyngitis. Administrasi
o
antibiotik yang tepat setelah munculnya manifestasi pharyngitis dapat mencegah timbulnya komplikasi ini. Manifestasi mayor dari ARF:carditis, polyarthritis, chorea, erythema marginatum, subcutaneous nodule.
rheumatic heart diseases
o
merupakan manifestasi kronik dari ARF pada katup jantung.
Terapi profilaksis dengan benzathine penicilline pada ARF dapat mencegah timbulnya rheumatic heart diseases.
poststreptococcal glomerulonephritis
o
biasanya terjadi 1-3 minggu setelah episode
pharyngitis. Manifestasinya antara lain hematuria, edema, dan hipertensi. Hal ini dapat dicegah dengan pemberian antibiotik yang tepat pada saat episode pharyngitis.
139
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
139/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
BACKACHE: INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) 1. KU : demam mendadak, tanpa jaundice 2. Anamnesis RPS a. Onset : akut b. Lokasi : demamnya seluruh tubuh. Kalau lokasi infeksinya, dibagi secara anatomis jadinya gini... -
ISK bawah → urethritis (urethra), cystitis (vesica urinaria)
-
ISK atas → acute pyelonephritis, prostatits, abses intrarenal dan perinephric
c. Durasi : bervariasi tergantung dari letak infeksinya di saluran kemih sebelah mana. Bisa hanya beberapa jam sampai berhari-hari. d. Karakteristik : pada ISK tidak dijumpai adanya rash, sedangkan pada penyakit lain seperti thypoid fever, dengue fever, leptospirosis,varicella, infeksi HSV, rubella, dll. Di ISK juga tidak ditemui jaundice kayak di malaria atau hepatitis. Terus demamnya itu biasanya polanya terus-terusan gitu, ga berpola kayak di thypoid yang tinggi pada malam hari. e. Aggrevating : kayaknya panas terus deh ya f. Relieving : diminumin antipyretik turun kok demamnya. g. Keluhan lain : -
ISK bagian bawah : disertai rasa nyeri atau terbakar pada saat kencing, sering kencing, susah menahan kencing, susah kencing, serta nyeri perut bagian bawah.
-
ISK bagian atas : disertai mual, muntah, dan rasa sakit pada costovertebra.
-
Kondisi urin yang berbau juga manjadi tanda pada ISK.
-
Kalau pada dengue fever yang menjadi dengue hemorrhagic fever, terdapat adanya pendarahan seperti epistaksis, gusi berdarah, dll. Sedangkan pada meningitis dijumpai adanya kaku kuduk, kejang dan penurunan kesadaran sebagai tanda penyerta.
RPD -
Adanya riwayat pemasangan kateter urin.
140
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
140/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
-
Riwayat DM, kehamilan, menopause, imunosupresi, obstruksi saluran kemih, batu pada saluran kemih, malformasi saluran kemih merupakan beberapa risk factors ISK.
-
Adanya infeksi pendahulu seperti pharyngitis, OMA, dll → waspadai kemungkinan meningitis.
RPK -
Adanya riwayat sexual intercourse terutama bila pasangannya menderita uretritis gonokokal atau chlamydial.
-
Ternyata ada faktor genetik juga loh. Kalo pasiennya rekuren terus ISKnya coba tanyain ada ortunya yang kayak gitu juga ga.
-
Ada riwayat penyakit ginjal ga?
Lingkungan -
Keadaan sanitasi, kondisi rumah tinggal seperti selokan, tempat menyimpan air, dan benda-benda lain yang dapat menjadi tempat hidup nyamuk Aedes aegypti yang menularkan dengue fever. Sehingga kita harus wasapada juga jangan kecolongan DHFnya!
-
Adanya orang lain di keluarga atau daerah sekitar yang mengalami hal serupa? →
-
adanya kemungkinan dengue fever Habis travelling ke lingkungan endemik malaria ga?
Life style -
Cara membilas regio perineal setelah buang air → kebiasaan membilas dari belakang (anus) ke depan (introitus vagina) meningkatkan risiko ISK.
-
Makanan-makanan yang sering bikin batu pada saluran kemih: sering kurang minum, terus yang banyak asam urat kayak gitu2.
-
Tanyakan sering makan di luar ga? Gimana kebersihannya? → untuk exclude thypoid dan hepatitis A.
-
Tanyakan kebersihan diri, suka cuci tangan ga?
-
Cari kecurigaan DM (salah satu risk factor ISK)
3. Pemeriksaan fisik a. Keadaan umum : lemes soalya kan kadang pakai mual muntah, terus pasien tampak kesakitan (kan nyeri tuh perut bawahnya).
141
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
141/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
b. Vital sign : -
Tekanan darah, frekuensi nadi dan respirasi bisa normal.
-
Suhu tubuh tinggi.
c. Kepala dan leher -
Mata : pastikan ga ada sklera ikterik
-
Mulut : pastikan bukan thypoid yang ada lidah kotor itu.
-
Leher : pembesaran limfonodi.
d. Abdomen : Nah kalau DD udah menyempit ke arah-arah ISK gitu, mari kita periksa abdomen Inspeksi: lihat ada pembesaran organ ga, luka, dll Auskultasi: Perkusi: lihat ada pembesaran hepar ga (hepatitis kan suka ada tu) Palpasi: abdominal tenderness. - Cystitis : tenderness pada daerah suprapubic,. - Pyelonephritis akut : generalized muscle tenderness ketika angulus costovertebra
dipalpasi dalam. - Uretritis : biasanya sulit dibedakan dengan cystitis, karena daerah suprapubic
biasanya juga ada tenderness. e. Thorax - Untuk yang iSK atas suka nyeri di angulus costovertebra f. Ektremitas dan neuro -
Pemeriksaan Rumple Leed dilakukan bila ada kecurigaan dengue fever.
-
Pemeriksaan GCS dan tanda-tanda meningeal seperti Kernig’s sign, Brudzinski’s sign perlu dilakukan bila ada kecurigaan meningitis.
4. Pemeriksaan Penunjang a. Bakteri Urin Pemeriksaan jumlah dan tipe bakteri dalam urin merupakan prosedur diagnosis yang penting. Pada pasien ISK simptomatis, biasanya didapatkan bakteri dalam jumlah besar (>105/ml) pada urin aliran tengah. Pada pasien ISK asimptomatis, harus dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan 2 spesimen urin aliran tengah, dan didapatkan >10 5/ml dari masing-masing spesimen. Bila didapatkan bakteri dalam urin 20/mm3) maka hasilnya tetap signifikan terdapat infeksi. Adanya bakteri pada
142
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
142/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
aspirasi suprapubic atau didapatkan >102 bakteri/ml urin dari kateter mengindikasikan adanya bakteri. b. Pemeriksaan bakteri secara mikroskopis dapat dilakukan menggunakan pengecatan Gram. c. Urinalisis → terutama nitrit atau leukosit leukosit. d. Darah → darah rutin, urea dan elektrolit, kultur darah bila keadaan sitemik buruk. e. Evaluasi urologik Penggunaan cystoscopy dan IV pyelography hanya digunakan dalam kasus-kasus tertentu seperti wanita dengan infeksi berulang, riwayat infeksi saat anak0anak, calculi, atau hematuria yang tidak sakit, dan pyelonephritis berulang. Pengecualian untuk evaluasi urologik ini adalah pria muda dengan cystitis yang disebabkan aktivitas seksual, yang tidak disirkumsisi, atau yang mengidap AIDS. Wanita atau pria dengan infeksi akut disertai tanda dan gejala adanya obstruksi atau calculi harus segera diberikan evaluasi urologik, yang paling umum digunakan adalah USG.
5. Terapi dan edukasi a. Kultur urin dan tes sensitivitas antimkrobial harus dilakukan kecuali pada wanita dengan
cystitis akut akomplikata. b. Faktor predisposisi infeksi seperti obstruksi dan calculi harus diidentifikasi dan dikoreksi. c. Sembuhnya gejala klinis tidak selalu mengindikasikan hilangnya koloni bakteri. d. Setiap course treatmen harus diklasifikasikan apakah gagal atau sembuh. Infeksi berulang
juga harus dikkasifikasikan, apakah strain bakterinya sama atau berbeda dengan sebelumnya. e. Rekurensi >2 minggu setelah terapi dihentikan biasanya menunjukkan adanya reinfeksi oleh
strain baru atau strain sebelumnya. f. Pada pasien dengan infeksi berulang,penggunaan instrumen, riwayat hospitalisasi dalam
waktu dekat, adanya strain yang resisten terhadap antibiotik harus dicurigai. g. Memperbanyak intake cairan, sering urinasi (jangan menahan urin). h. Farmakoterapi -
Cystitis: Trimethoprim-Sulfamethoxazole 160/800mg/12 jam p.o atau Trimethoprim 100mg/12 jam p.o (selama 3 hari untuk wanita dan 7 hari untuk pria). Alternatif: cefalexin 1gr/12 jam.
-
Pyelonephritis akut : cefuroxime 1,5gr/8 jam i.v lalu secara oral selama 7 hari.
-
Prostatitis: ciprofloxacin 500mg/12 jam p.o selama 4 minggu.
143
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
143/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
-
Urethritis akut: pada infeksi chlamydial diberikan azithromycin 1gr single dose p.o atau doxycycline 100mg dua kali sehari p.o selama 7 hari.
HNP 6. KU : low back pain 7. Anamnesis RPS h. Onset : akut progresif. Tanyakan juga ya habis ngapain pasiennya ko bisa LBP gini (misal petani panen telo, terus pas nyabut telonya kan pake mengejan tu, kalo udah degenerasi discus intervertebralisnya, bisa kejadian deh HNP). Jadi menurut European Guideline untuk MXx LBP ada pembagian onset LBP: -
Akut
12 minggu
-
Rekuren
new episode setelah “symptomp-free periode” dalam waktu 6
bulan, tapiii bukan eksaserbasi yang kronis. i. Lokasi : di punggung bagian bawah tentu saja. Sering juga disertai sciatica (nyerinya menjalar ke pantat, belakang paha, sampai ke betis dan ankle → sebabnya: iritasi n.ischiadicus) j. Durasi : bisa macem2..tapi biasanya berminggu2 yaa k. Karakteristik : nyerinya kan progresif kalau ga diobati. Pasien juga biasanya mengeluhkan adanya kelemahan anggota gerak bawah (misal jadi susah jalan, susah pakai celana sendiri). Nah kelemahan tersebut tergantung dari letak lesinya di setinggi vertebra berapa.
144
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
144/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
20
l. Aggrevating : tambah sakit kalau ada peningkatan tekanan intraabdomen → batuk, mengejan (makannya si pasien suka “takut” kalau BAB), ketawa, bersin. m. Relieving : minum analgesik seperti NSAID. n. Keluhan lain : -
Bisa jadi ada gangguan pada BAK dan BAB nya.
-
Tanya apakah ada penurunan BB? Riwayat keganasan di tempat lain esp.paru →waspada keganasan dan metastasis!
Cerita sejenak..... Sebenernya nih LBP itu kebanyakan NON SPESIFIK (95%) alias BUKAN disebabin karena kondisi patologis (seperti infeksi, tumor, osteoporosis, ankylosing spondylitis, inflamasi, cauda equina syndrome, stenosis spinalis, dll) gitchu. Syarat dari LBP non spesifik ini adalah tidak ada red flags di bawah ini! Nah, makanya kalau ada RED FLAGS di bawah ini, harus dicurigai adanya kondisi patologis pada low back. Dengan kata lain kita harus periksa dengan teliti sebab si LBP ini apa. Berikut ini adalah red flags tersebut: -
Umur 50 tahun
-
Onset akut pada org tua
-
Nyeri konstan atau progresif
-
Nyeri malem2
- -
Tambah nyeri saat supine Kaku pagi hari 145
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
145/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
-
Demam, keringat malam, BB turun
-
Riwayat malignansi
-
Nyeri dada belakang
-
Bilateral or alternating symptomp
-
Gangguan neurologis
-
Gangguan BAB BAK
-
Claudicatio kaki (spinal stenosis)
-
Sedang infeksi atau riwayat infeksi
-
Imunosupresi
-
Massa di abdomen
Terus sebab-sebab LBP tu ada macem-macem ya: 1. Trauma : fraktur yang bikin kompresi di lumbal, strain-sprain otot or ligamen. 2. Degeneratif: spondilosis, HNP, osteoarthritis. 3. Inflamasi: RA, ankylosing spondylitis. 4. Tumor 5. Metabolik: osteoporosis 6. psikosomatis
RPD - riwayat keganasan di tempat tersebut? Riwayat keganasan di tempat lain (paru, abdomen)? -
Dulu pernah kayak gini ga?
-
Riwayat trauma di situ? Diobati apa?
-
Pemakaian obat2an imunosupresi, HIV?
RPK -
Ada yang kayak gini ga?
Lingkungan -
Pekerjaan apa?? Penting ditanyakan, soalnya paparan tekanan di backpain bisa bikin LBP (kayak kisah si petani mbedhol telo itu, sama kisah tentara itu).
Life style -
Pola makan? Apakah kalsium cukup? (curiga osteoporosis)
146
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
146/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
-
Penurunan BB? (curiga keganasan or metas)
-
Merokok? (curiga kanker paru, sering metas ke vertebra...kayak Alm. Chrisye).
-
Sehari-hari kalau kerja posenya gimana?
8. Pemeriksaan fisik g. Keadaan umum : kesakitan, susah jalan. h. Vital sign : -
Tekanan darah, suhu, frekuensi nadi dan respirasi bisa normal. Tapi bisa naik HR & RR nya kalau dia cemas.
i. Kepala dan leher -
Mulut : adakah oral ulcer? (curiga HIV)
j. Abdomen : screening penting apakah ada pembesaran organ! k. Thorax : screening ada keganasan ga, tb ga? l. Neuro : -
Inspeksi : coba lihat di vertebranya gimana (deformitas ga, bekas trauma, dll). Lihat gait exam! Postur tubuh gimana.
-
Palpasi: ada yg menonjol ga di vertebra? Nyeri ga? Apakah ada tanda-tanda inflamasi?
-
Pemeriksaan neuromotor: power
- -
Neurosensori : suhu, tajam-tumpul, taktil, vibrasi, propriosepsi. Reflex fisiologis: patella, achilles
-
Reflex patologis: babinski
-
Tes spesifik LBP : a. Tes valsava: pasien disuruh nahan napas terus mengejan → positif kalau ada nyeri radikular. b. Tes Nafzinger: kita teken v.jugularis interna pasien (kanan kiri), terus pasien disuruh ngejan → ntar timbul sciatica (berarti kemungkinan besar ada stenosis spinalis yang njepit sarafnya tuh). c. Tes Lasegue: pasien bobokan, terus kita pegang ankle pasien sambil megang lututnya juga, lalu angkat → kalo pasien kesakitan berarti ada sciatica. d. Tes Patrick: ini untuk cari tahu apakah nyerinya disebabin karenya ada kelainan di sendi panggul. Kalo pada HNP hasilnya negatif (-). Cara: maleolus externa pasien ditempelin ke lutut. e. Tes kontra Patric: fungsi sam dengan di atas. Cara: lipat tungkai ke arah dalam (endorotasi) pada sendi panggul sambil adduksikan.
147
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
147/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
9. Pemeriksaan Penunjang -
Foto rontgen (AP, L, oblik)
-
Elektroneuromiografi (ENMG)
-
Mielografi.
-
Diskografi.
10. Terapi dan edukasi -
Rujuk : harus bedah (ex laminectomy).
-
Bedrest post oprasi: 2-3 minggu.
-
Fisioterapi.
-
Vitamin B, metilprednisolon
-
Pakai korset dulu
-
Ajari posisi yang bener untuk duduk, berdiri, jalan, kerja.
148
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
148/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
HEADACHE Headache Primer Definisi: sakit kepala yg terjadi bukan karena causa lainnya. Terdiri atas 3 macam: 1. TTH : a. tidak pernah mengalami nyeri kepala hilang selama sakit b. kepala seperti diikat c. durasi bervariasi 30 menit- 7 hari, d. aggravating berupa aktivitas yg melibatkan pergerakan otot leher/stress 2. Cluster: a. Kebanyakan pada laki2, nyeri langsung hebat tp durasi singkat (15 -180 menit) b. Nyeri kepala tajam seperti ditusuk c. Disertai injeksi konjungtiva d. Ptosis e. Rhinorrhea f. Lakrimasi unilateral g. Nyeri retroorbital h. Aggravating: alcohol 3. Migraine: a. Kebanyakan pada wanita, durasi 4-72 jam b. Disertai dengan aura: fotofobia, fonofobia c. Nyeri berdenyut, mual, muntah
KU : nyeri kepala Anamnesis :
RPS Onset
: sesuai dengan durasi
Lokasi
: TTH tengkuk/leher, migraine unilateral, cluster retroorbital
Durasi
: sesuai onset
Karakteristik : liat atas Agravating : migraine noise/light, cluster alcohol Relieving : istirahat
149
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
149/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Treatment : obat sakit kepala
RPD : dulu pernah merasa sakit yang sama
RPK : yang punya riwayat keluarga dengan keluhan yang sama migraine
Lifestyle : a. Olahraga: tergantung pasien b. Diet : c. Pola makan: -
Review system : ada trauma/tidak, deficit neurologis, ada kelemahan anggota gerak/tidak
negative pada nyeri kepala primer. fotofobia dan fonofobia (migraine). Parafrase ke pasien Sebutkan DD : TTH, migraine, cluster, nyeri kepala sekunder Pemeriksaan fisik : Kesan umum : tampak nyeri kepala Vital sign
: d.b.n
Pemeriksaan fisik : Px neurologis: Pemeriksaan penunjang CT scan: utk exclude nyeri kepala sekunder
Terapi b. TTH paracetamol, amitriptilin, diazepam. c. Migraine cavergot (vasokonstriktor), sumatriptan (5-H1 antagonis) d. Cluster paracetamol Edukasi e. TTH bed rest f. Migraine hindari faktor aggravating g. Cluster hindari alkohol
HEADACHE SEKUNDER
Hipertensi KU : sakit kepala, kadang ada nyeri tengkuk Anamnesis :
RPS
150
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
150/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Onset
: sejak kapan? → biasanya HT udah sering gitu
Lokasi
: di mana sakitnya? → bisa generalized, bisa localized di tengkuk
Durasi
: bervariasi, parah sering terjadi saat pagi hari tapi terus membaik seiring
berjalannya hari itu Karakteristik : rasa terikat kayak diikat pakai headband (kayak TTH) Apakah didahului “tanda2” sebelum sakit kepala (maksudnya aura)? → migrain. Agravating : waktu tekanan darah naik lebih tinggi dari biasanya, picuan faktor psikologis (stress, cemas, depresi) Relieving: stressor hilang, pas siang hari, tanyakan sudah diobati apa
RPD : riwayat HT (tanyakan terkontrol atau tidak? Obatnya apa?), DM, penyakit jantung, stroke, penyakit ginjal dan hepar. Riwayat trauma sebelum ini (mungkin ada pendarahan intrakranial)?
RPK : tanyakan orang tua apakah ada yang HT, penyakit jantung, stroke, DM
Lifestyle : a. Olahraga:b. Diet : garam-garaman dan lemak tinggi ga? Alkohol > 1 ons/hari? c. Merokok ga? d. Pekerjaan? Stresful?
Review system : keluhan lain : a. Pada hipertensi kadang disertai epistaksis, telinga berdengung, sulit tidur, berkunang-kunang. b. Komplikasi lanjut dari hipertensi
Mata: penurunan visus karena retinopathy hypertension
o
Jantung: LVH, angina, MI, HF
o
Otak: stroke, TIA
o
Ginjal: CRF
o
PAD
o
c. Mual muntah → mungkin ada peningkatan ICP (suspek pendarahan atau tumor) d. Demam → infeksi (waspada infeksi intrakranial) e. Kaku kuduk dan demam → meningitis f. Penurunan kesadaran → stroke hemoragik Parafrase ke pasien Sebutkan DD
:
151
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
151/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
HT primer (95%) atau sekunder (5%). Kalau sekunder (kausa: penyakit ginjal, stenosis
o
a.renalis, pheocromocytoma, hyperaldosteron, hypercorticol, penyakit tiroid, obat2an, sleep apnea, DM, penyakit jantung) perlu pemeriksaan lebih lanjut.
TTH
o
Tumor otak
o
Migrain
o
Trauma
o
Infeksi
o
Stress psikosomatis
o
Pemeriksaan fisik : Kondisi umum : tampak kesakitan, pegang kepala atau tengkuk Vital sign
: BP naik. RR, HR, suhu biasanya normal
Notes: pemeriksaan BP harus 2x (dengan jarak 5 menit), 2 posisi (duduk dan bobo), 2 lengan Pemeriksaan fisik : Thorax :
Inspeksi
Palpasi
ictus cordis (bergeser ke atas pada LVH)
jika kurus terlihat hepatomegali
Perkusi kardiomegali Auskultasi
S3 dan S4 terdengar, bising
Abdomen : ascites (pada SN), abnormal aorta pulsation (palpasi epigastik), pembesaran ren, bruits pada auskultasi Kepala : periksa visus bila ada penurunan tajam penglihatan, periksa segmen posterior dengan ophtalmoscope (retinopathy hypertension: pendarahan bentuk flame, vasa kaku, exudat keras) Leher : pembesaran v.jugularis interna, pembesaran tiroid Extermitas : edema
152
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
152/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Pemeriksaan penunjang h. Rontgen dada: kardiomegali i. EKG: LVH, infark j. CBC: glukosa, enzim jantung, lipid, serum urea, kreatinin, elektrolit k. Urinalisis: apakah ada DM, renal disease? l. CT kalau ada penurunan kesadaran suspek stroke Manajemen
153
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
153/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Edukasi
Tumor otak 1. KU : sakit kepala 2. Anamnesis : -
RPS a. Onset: kronis bisa bertahun-tahun b. Location: tergantung lokasi tumor c. Durasi: sakit kepala semakin memberat seiring berjalannya waktu d. Karakteristik: kadang disertai muntah (karena ICP meningkat) e. Aggrevating: waktu f. Relieving: dikasih analgesik, tiduran
-
RPD Pernah kayak gini sebelumnya? Hipertensi? Penyakit kardiovaskular? Stroke? Trauma? Obat-obatan yg digunakan (antiplatelet/antikoagulan)? Infeksi?
-
RPK Di keluarga ada yg pernah kayak gini? Hipertensi? Penyakit kardiovaskular? Stroke? Trauma?
-
Riwayat perjalanan: progresif
-
Life style: penurunan BB
-
Review system, keluhan lain:
154
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
154/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Terus ada juga gangguan nervus cranialis (diplopia, ataxia, gang memori dll tergantung letak lesi), sama paresis ekstremitas. Gangguan BAB dan BAK jangan lupa ditanyakan. Mual muntah. 3. Pemeriksaan fisik a. Kondisi umum: kesakitan, bisa juga dateng pas udah LOC b. BB/TB c. Vital sign : BP naik, HR turun, RR (iregular periksa pola napas untuk tahu letak lesi) →
cushing’s triad, suhu normal d. Pemeriksaan fisik (neuro) -
GCS
-
N.cranialis
-
Neuromotor: stabilitas, posture, motion, power
-
Neurosensori: taktil, vibrasi, suhu, tajam tumpul, propriosepsi
-
Reflex fisiologis
-
Reflex patologis
4. Pemeriksaan penunjang 1. Imaging → CT scan untuk exclude pendarahan, trauma, hidrosefalus akut, abses 2. Monitor ICP 3. Protrombin time (PT) 4. Partial thromboplastin time (PTT) 5. Darah rutin 6. Troponin 7. Elektrolit 8. Fungsi hepar 9. Bleeding time 10. Analisa Gas Darah 5. Terapi -
Manajemen ABC
-
CT scan CITO!
-
Tinggikan kepala 30-45 derajat
-
Maintain osmolaritas serum
-
Avoid hipotensi, demam, menggigil, kejang.
-
Kontrol nyeri (analgesik) agitasi (propofol).
155
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
155/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
-
Maintain normocarbia (PaCO2 35-40 mmHg)
-
Maintain euvolemia (normal saline atau albumin)
Stroke hemoragik yang subarachnoid hemorrhage 1. KU : sakit kepala banget, kalau parah: penurunan kesadaran 2. Anamnesis : -
RPS a. Onset: mendadak, karena sakit banget biasanya langsung ke dokter atau RS b. Location: generalized c. Durasi: sakit bgt terus d. Karakteristik: sakit kepala terberat, disertai kaku kuduk e. Aggrevating: buruk terus-terusan f. Relieving: kayaknya ga ada
-
RPD Pernah kayak gini sebelumnya? Hipertensi? Penyakit kardiovaskular? Stroke? Trauma? Obat-obatan yg digunakan (antiplatelet/antikoagulan)?
-
RPK Di keluarga ada yg pernah kayak gini? Hipertensi? Penyakit kardiovaskular? Stroke? Trauma?
-
Riwayat perjalanan: dadakan
-
Life style: rokok, obese, diet tinggi lemak dan garam, lack of exercise, stres
-
Review system, keluhan lain: Biasanya terus diikuti penurunan kesadaran kalau ICP meningkat terus. Ada kaku kuduk, fotofobia, muntah, dan meningeal symptom sehingga harus bedakan dengan meningitis infeksi (ada demam pada yg infeksi) yaa... Terus ada juga gangguan nervus cranialis, sama paresis ekstremitas. Kadang pakai kejang juga.
3. Pemeriksaan fisik a. Kondisi umum: sangat sangat super kesakitan, bisa juga dateng pas udah LOC b. Vital sign : BP biasanya tinggi, HR, RR juga, suhu normal (untuk exclude meningitis) c. Pemeriksaan fisik (neuro) -
GCS
-
N.cranialis
156
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
156/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
-
Neuromotor: stabilitas, posture, motion, power
-
Neurosensori: taktil, vibrasi, suhu, tajam tumpul, propriosepsi
-
Reflex fisiologis
-
Reflex patologis
-
Pemeriksaan spesifik: Kernig dan Brudzinski + mengindikasikan meningismus dari SAH ini.
4. Pemeriksaan penunjang 1. Imaging → CT scan 2. Protrombin time (PT) 3. Partial thromboplastin time (PTT) 4. Darah rutin 5. Troponin 6. Elektrolit 7. Fungsi hepar 8. Bleeding time 9. Analisa Gas Darah 5. Terapi -
Manajemen ABC
- -
CT scan CITO! Jaga BP jangan tinggi2.. nimodipine mg 60 setiap 4 jam kalau SBP>140, 30 mg kalau SBP 120-140, pertahankan 2000/mm3. RF < 1: 40 pada OA atau > 1: 40 pada RA Kadar asam urat serum > 7 mg% pada wanita atau > 8 mg% pada pria Kadar asam urat urin 24 jam sebanyak 800 mg/hari, atau 1100mg pd diet tinggi purin Mikroskopik tofi tampak ada Kristal asam urat
161
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
161/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Tx :
GA : Serangan akut : (selama 2 minggu, jadi d itter 2x) R/ Tab na-diklofenak 50 mg no XIV atau yang 25 mg 3x1 hari S 2.d.d tab I R/ tab Colchicines 0,6 mg no VI S 1.d.d tab II (3 hari) R/ tab colchicines 0,6 mg no IV S.1.d.d tab I ( 4 hari) R/ Tab prednisone 20 mg no VII S 1.d.d tab I Intercritical : Kolkisin 0,6-1,2 mg/hari R/ tab Allopurinol 300 mg no VII s.1.d.d tab I ……………………………. Ulang asampai asam urat < 6mg/dl Diet rendah purin RA : R/tab na-diklofenak 50 mg no XIV S 2.d.d tab I DMARD klorokuin fosfat 250 mg/hari atau hidroksiklorokuin 400 mg/hari, sulfalazine 500 mg/hari OA : R/ Tab na-diklofenak 50 mg no XIV S 2.d.d tab I Edukasi : GA :kurangi makanan tinggi asam urat dan diuretic kuat (thiazide dan furosemid) RA : fisioterapi, tetap d gerakkan namun kurangi akt.berat OA :dukungan psikososial, kurangi aktivitas sendi, koreksi postur, turunkan BB
162
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
162/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
WEIGHT LOSS:
DIABETES MELITUS Preface DM merupakan penyakit yang disebabkan karena kurangnya atau menurunnya efek dari insulin endogen. Jadi di tubuh kita itu ada si insulin (berfungsi dalam up take glukosa ke dalam sel hepar, otot, dan lemak) dan reseptor insulin yang kayak pasangan key-lock . Kalau pada orang sehat, jumlah keduanya pas sama banyak. Nah kalo orang DM tipe 1, dia kekurangan key (si insulinnya). Kalau DM tipe 2, dia jumlahnya pas tapi karatan key-lock nya sehingga ga bisa kebuka deh pintunya (glukosa ga bisa di-up take gityuu). DM banyak macamnya: a. DM tipe 1: disebabin kekurangan insulin gara-gara ada destruksi sel-sel beta pankreas. Penderitanya jadi insulin dependent. b. DM tipe 2: disebabin karena ada resistensi insulin ataupun adanya disfungsi dari si sel-sel beta pankreas untuk menghasilkan insulin. c. Sebab lain: obat-obatan (kortikosteroid jangka panjang), infeksi, p=pancreatic disease dll. d. DM gestational: teriagnosis pertama kali saat hamil, sebelum hamil dia normal aja. Disebabkan karena growth hormone kluar banyak banget padahal dia kerjanya berlawanan dengan insulin. Kriteria diagnosis dari DM (WHO) adalah : -
Munculnya simotomp-simptomp hiperglikemia (polyuria, polydypsia, BB turun, visual blurring, genital thrush, letargik) DAN random plasma glucose (gula darah sewaktu) >200 mg/dl (11,1 mmol/L) or
-
Fasting plasma glucose (FPG)/ gula darah puasa (tidak ada intake kalori selama minimal 8 jam) sebesar >126 mg/dl (7,o mmol/L) or
-
Two-hour plasma glucose (2hPG) >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
-
Kalau kriteria menurut ADA, 2010 : bisa salah satu kriteria di atas DAN HbA1c > 6,5%
Di sini yang dibahas yang DM tipe 1 dan 2 aja ya.
Anamnesis
DM tipe 1
DM tipe 2
KU
Salah satu dari : Polydipsia, polyuria,
Sering asimptomatis. Tapi biasanya
weight loss, ketoasidosis
datang pas udah ada komplikasi
163
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
163/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Sisanya jadi gejala penyerta hehe
mikrovaskular (retinopati, neuropati,
(tergantung mana yang paling ganggu
nefropati) atau makrovaskular (CAD,
menurut pasien, tp biasanya yang BB
PAD,CVD)
turun)
(tergantung mana yang paling ganggu menurut pasien, sisanya jadi gejala penyerta hehe)
Onset
Usia muda 30 tahun
Lokasi
Macem-macem, bisa di mata, saraf tepi, jantung, vasa, otak
Durasi
Kronis progresif
Tergantung keparahan (lihat tabel pemeriksaan tambahan yaa)
Karakteristik
Aggrevating
Biasanya genetis gitu, terus seringnya
Biasanya obese, terus ada metabolik
pada anak-anak, dewasa jarang karena
syndrome (central obese, hiperglikemi,
biasanya udah keburu mati duluan
hipertensi, dislipidemia). Itu merupakan
sebelum jadi dewasa. Penampakannya
beberapa RF terjadinya resistensi insulin
tuh juga kurus-kurus.
yang menimbulkan DM tipe 2.
Gejala-gejala memberat kalau gula
Gejala-gejala memberat kalau gula darah
darah naik.
naik.
Infeksi (pneumonia, uti, GE, sepsis), infark, obat (koakain), hamil, insulin ga
Infeksi (pneumonia, uti, GE, sepsis), infark, obat (koakain), hamil, insulin ga
cukup → pemicu diabetes ketoasidosis
cukup → pemicu diabetes ketoasidosis
-Tadi udah banyak disebutin di KU.
-Tadi udah banyak disebutin di KU.
Gejala yang ga dominan menurut pasien
Gejala yang ga dominan menurut pasien
ya masukin ke sini aja :P
ya masukin ke sini aja :P
-GIT: diare, gastroparesis, gangguan
- GIT: diare, gastroparesis, gangguan
genitourinari, infeksi, katarak, glaukoma
genitourinari, infeksi, katarak, glaukoma
-Dulu pernah kayak gini? Udah pernah
-Tanyakan komplikasi apa aja yang
dikasih apa?
pernah muncul (dari mata, saraf, ginjal,
-Karena pasien mostly anak2, tanyakan
jantung, vasa, otak)? Ada gangguan di
riwayat tumbuh kembangnya! KMS nya
situ ga (gimana penglihatannya, luka ga
gimana? Imunisasi gimana? Riwayat
sembuh2, cvd, dll)?
persalinan gmn? → eksklusi gangguan
-Tanyakan RF dari resistensi insulin:
tumbuh kembang, infeksi kronis baik
obese, obat TB, metabolik synd,
Relieving Keluhan lain
RPD
164
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
164/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
saat intrauteri ataupun postnatal, BBLR,
kehamilan, acromegaly, cushing’s, gagal
dll.
ginjal, kistik fibrosis, polikistik ovari, werner’s.
RPK
Adakah keluarga yang seperti ini dulu?
Adakah keluarga yang seperti ini dulu?
Life style
Pola makan, ASI.
Pola makan (banyak kolesterol, tinggi,
Olahraga?
ASI. Olahraga? Stress?
Pemeriksaan
DM tipe 1
DM tipe 2
KU
Lemah, kurus
Obese, lemah
Vital sign
Biasanya normal, tapi kalau udah
BP bisa tinggi. HR variatif tergantung
komplikasi jadi DKA (diabetic
ada komplikasi makrovaskular ga. RR
ketoacidosis jadi tachycardi, hipotensi,
usually in normal limit.
tachypnea pola Kussmaul, letargik)
Tapi kalau udah komplikasi jadi DKA (diabetic ketoacidosis jadi tachycardi, hipotensi, tachypnea pola Kussmaul, letargik)
BB/TB
Wasting
Obese, walau bisa aja sih ga obese.
Kepala
Apakah ada : Mata cowong, mukosa
Apakah ada : Mata cowong, mukosa
kering, luka, lnn, massa, edema
kering, luka, lnn, massa, edema
periorbital, (exclude dehidrasi, infeksi,
periorbital, (exclude dehidrasi, infeksi,
sindrom nefrotik).
sindrom nefrotik).
Periksa mata: terutama visus dan
Periksa mata: terutama visus dan
segmen posterior.
segmen posterior.
Leher
Lnn ada infeksi ga? Bisa saja si anaknya pake infeksi segala.
Biasanya normal.
Thorax
Kelainan di jantung dan paru dilihat.
Lihat apakah ada komplikasi pada
Tanda DKA: kussmaul, shortness
jantung? Cardiovascular disease seperti
breath.
CHF. Tanda DKA: kussmaul, shortness breath.
Abdomen
Lihat tanda-tanda ada DKA ga :
Lihat tanda-tanda ada DKA ga :
abdominal pain, tenderness. Mual
abdominal pain, tenderness. Mual
muntah.
muntah. 165
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
165/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Ekstremitas
Inspeksi: ada luka, ulkus, bau ga
Inspeksi: ada luka, ulkus, bau ga
Pemeriksaan neuro (sensor motor).
Pemeriksaan neuro (sensor motor)
Peripheral artery disease: raba pulsasi
Peripheral artery disease: raba pulsasi a.
a. Femoralis, a.brachialis, a.tibialis,
Femoralis, a.brachialis, a.tibialis,
a.dosalis pedis. Bandingkan sama atau
a.dosalis pedis. Bandingkan sama atau
gak.
gak.
Pemeriksaan Lab. Panah 1: progresif Panah 2: bisa reversible ke stage sebelumnya FPG: fasting plasma glucose (minimal 8 jam) 2hPG: tes toleransi glukosa Treatmen dan edukasi Treatmen dan edukasi -
Tujuan: menjaga kadar glukosa mendekati normal serta mencegah hipoglikemi.
-
Harus jelaskan kepada pasien mengenai patofisiologi penyakitnya, pengobatan yang harus dilakukan, komplikasi yang mungkin terjadi, memodifikasi gaya hidup, dan cara pengobatan.
-
Modifikasi EXERCISE Lakukan olahraga minimal 5x/seminggu @min.30 menit. Olahraga harus yang continous (berkelanjutan, bukan minggu ini rajin, terus 2 minggu males), rhytmic (kontraksi-relaksasi bergantian, ex. joging, renang), interval (pelaan, terus lebih cepat, terus cepet), progressive (porsi latian bertambah), endurance (melatih
Tipe diabetes
Normal
hyperglycemia
glucose
Pre-diabetes
tolerance
IFG atau IGT
DM Ga butuh insulin
Insulin untuk kontrol
Insulin untuk survive
Tipe 1 Tipe 2 Other Gestational Time (years) FPG
2-h-PG
7 mmol/L
(100 mg/dl)
(100-125 mg/dl)
(126 mg/dl)
11,1 mmol/L
mmol/L
166
(200 mg/dL)
(140-199 http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
mg/dL)
166/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
ketahanan). Max HR: JANGAN LEBIH DARI 80%(220-usia) supaya tidak heart attack. -
Modifikasi DIET 1. Jadwal makan: 6x sehari tapi porsi dikiitt2. 2. Jenis makanan: fat 3 bulan atau >1x/bulan
-
Ada faktor pemicu
-
Penurunan semangat belajar, kerja, sex, dll (males ngapa2in lah pokoke).
-
Gangguan fungsi ex. sosial ; baik di keluarga, pekerjaan, sekolah, maupun masyarakat.
-
Rokok, alkohol, napza
6. Pemeriksaan fisik : vital sign, pemeriksaan fisik diagnostik, pemeriksaan neurologis, etc yang relevan aja. 7. Pemeriksaan psikiatrik Nilai kesadaran penderita, nilai sikap dan tingkah laku pasien (apakah normal, hiperaktif, gelisah, etc), menilai bentuk isi dan progresi pikiran, menilai roman muka (tegang, pucat, etc), menilai keadaan jiwa (sedih, curiga, tegang, etc), menilai hubungan jiwa (mudah atau sukar), menilai perhatian (mudah / sukar / dicantum), menilai citra diri, menilai kesan penampilan penderita. 8. Pemeriksaan khusus menentukan
pemeriksaan
penunjang
yang
diperlukan,
misalnya,
psiko
tes
;
mempertimbangkan perlu tidaknya konsultasi lanjutan. 9. DD dan Diagnosis Menerangkan dan menilai data anamnesis dan pemeriksaan, menganalisis diagnosis banding dan menyimpulkan diagnosis menurut PPDGJ. 10. Terapi dan tindak lanjut Mengusulkan rencana terapi dan rehabilitasi, merencanakan pemeriksaan lanjutan.
179
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
179/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
GANGGUAN TIDUR
KU : susah tidur RPS -
Sulit tidurnya gimana sih? Sulit masuk tidur (alias mau merem ko susah) → CEMAS Tengah malem suka kebangun, terus susah bobo lagi → DEPRESI
-
Sehingga setelah itu perlu kita tanyakan nih: mulai bisa bobo jam berapa? Terus bangunnya jam berapa → kita jadi tahu tuh lama dia bobo cukup apa gak (kan ada depresi yang tiduurr terus, ada juga yang meleeek terus).
-
Aktivitas di siang hari gimana? (terganggu atau tidak, maksud pertanyaan ini adalah kita bisa lihat apakah ada gangguan fungsi hidup dia).
-
Apakah Anda idur di kesempatan lain? (misal bobok siang, atau pas di kelas jadi ketiduran terus).
-
Kata dr. Mahar perlu ditanyakan juga mengenai APA YANG DIRASAKAN sebelum bisa tidur atau saat kebangun tengah malam. Dia mikirin apa sih (GALI!). Di tahap ini kita masih gali SIMPTOMP SUSAH TIDUR INI DULU, ga usah gali mengenai permasalahan dia dulu (mau dia putus kek, besok mau OSCE kek, itu ntar aja galinya).
-
Apakah ada pikiran “gek-gek ngene, gek-gek ngono?” (“duh jangan-jangan nek aku ga bisa bobo skarang, besok telat osce..dll”) → mencemaskan sesuatu.
-
Kehidupan sehari-hari gimana? Kalau CEMAS ya terganggu : biasanya dia ga konsen gara2 khawatiran, sesek, dll. Kalau DEPRESI dia juga terganggu : biasanya karena dia mikirin masalahnya terus, sibuk dengan pikiran dan perasaan bersalah gitu, jadinya juga ganggu keseharian.
-
Kalau emang udah mengkerucut ko kira-kira ini depresi, harus identifikasi adakah KEINGINAN SUICIDE?
-
Solusi yang telah dilakukan? Misal curhat sama temen, nangis, dll. Bagaimana perasaan setelah itu? Kalo dia bilang lebih enakan→ jadikan terapi!
-
Adakah KELUHAN LAIN? Lemes harus dibedakan apakah sebab fisik (dengan bobok langsung seger lagi) atau psikis (dengan bobok ga seger lagi).
180
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
180/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Sedih digali kenapa sedihnnya? Gimana sedihnya → sampe pengen nangis ga? Menurun pas apa? (curhat, nulis diary dll). Apa yang terbayang oleh pasien? (ingin bunuh diri lah?). ada fase seneng ga? Kapan kah itu (bisa untuk treatment)? Tegang (gelisah, gemetar, debar-debar, sesek) tanyakan udah berapa lama? Pernafasan gimana? Mimpi buruk kah? Sakit di tempat lain ga? Sering pipis kah? Haid gimana? Jadi mudah tersinggung ga? Kagetan? Konsentrasi? Tangan kringeten? Yang memperberat dan memperingan? RPD -
Dulu pernah kayak gini gak?
-
Terus diobati apa?
-
Riwayat penyakit kronis? Soalnya penyakit kronis kan bisa sampe bikin depresi dan malah memperburuk sakit fisiknya.
-
Dari sini bisa mulai gali-gali deh itu sebabnya kenapa sama sekalian cari solusi yang bisa dia lakukan ke depanya.
RPK -
Kalau di rumah sama siapa bu? Mereka tau ga ibu kayak gini? Terus tanggapan mereka gimana?
-
Dari sini bisa mulai gali-gali deh itu sebabnya kenapa sama sekalian cari solusi yang bisa
dia lakukan ke depanya. Life style dan lingkungan -
Ga usah ditanya terlalu banyak2 kalau ga sesuai sama simptompnya. Pokoknya harus nyambung sama keluhanya!
-
Tadi udah disebutin, kayak kehidupan sehari- hari terganggu ga? Misal, gimana kalo pas di kantor kerjaannya? Hobinya apa? Masih interest ga melakukannya? Makan teratur ga?
DD a. DEPRESI Sering kebangun terus susah bobok lagi. Kehidupan sehari-hari ga bergairah. Moodnya sediiiihh, negetif. Gangguan nafsu makan, seks, minderan/ga pede, ga konsen sama kerjaan. Kalu parah sampe bisa berpikir untuk suicede! b. CEMAS Susah masuk tidur. Gangguan fungsi hidup. Sesek, kringetan tangannya, kagetan, sensi, ga konsen, bad dream. Terapi dan edukasi
181
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
181/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
-
Kita bilang bahwa penyakit ini banyak terjadi tapi bisa disembuhkan kok, tenang saja! (biar pasien ga tambah depresi atau cemas).
-
Kalau DEPRESI Diberikan anidepressan kalau >2 minggu simptompnya disertai 4 atau lebih gejala ini: lelah, penurunan konsentrasi, agitasi, gangguan bobo, pikiran mau mati, guilty, loss apetite. R/ Tab. Imipramin mg 25 no. XiV S.1.d.d Tab. I o.n
-
Kalau CEMAS Lakukan kegiatan-kegiatan menyenangkan yang bikin rileks R/ Tab. DIazepam mg 5 no. XiV S.1.d.d Tab. I o.n
OCD (penyakit obsesif kompulsif)
KU : melakukan kegiatan berulang2 tanpa bisa menghentikan ex. ngecek pintu terus udah dikunci belom. RPS
-
Dengan bolak-balik kayak gitu, gimana kerjaan di kantor bapak? (cari tahu gangguan terhadap fungsi hidup).
-
Sebenernya saat bapak mengunci itu, bapak udah TAHU belum kalau pintu udah dikunci?
-
Kalau saat tidak yakin, apa yang bapak lakukan?
-
Kalau misalnya bapak menunda keinginan untuk ngecek pintu itu, gimana rasanya? Muncul kecemasan ga?
-
Kalau udah ngecek gimana rasanya?
-
Apakah pikiran ‘belum dikunci’ itu timbul berulang?
-
Sebenrnya bapak sadar ga kalau pikiran itu sebenernya ga realistis? Sampai bikin jengkel?
-
Selama ini gimana cara ngatasinya? Apakah menolong? Kalau merasa ga terselesaikan, apa yang bapak lakukan?
-
Adakah pikiran ttg hal lain yang berulang? (misal dia cuci tangan terus)
-
apakah bapak enjoy dengan ritual tersebut?
182
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
182/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
RPD -
dulu pernah kaya gini ga? Gimana terapinya? Berkurang ga?
-
Di keluarga ada yang kaya gini juga ga?
-
Gimana keluarga di rumah menanggapinya? Membantu ga?
RPK
Terapi dan edukasi -
Kalau dia ga parah, terapi perilaku saja.
-
Parah, sampe ganggu macem2: R/ Tab. Clomipramin mg 25 no. XXI S. 3.d.d Tab. 1
PANIK
KU: 1 atau lebih gejala: nyeri dada, pusing, nafas pendek RPS -
Saat apa munculnya?
-
Berapa lama? (biasanya sih cepet dateng, cepet ilang)
- -
Apa yang dirasakan saat itu? (taakuutt bgt gitu) Keluhan lain apa? (palipitasi, nyeri dada, tercekik, mual, pusing)
-
Membaik saat apa?
-
Memburuk saat apa?
-
Dulu pernah sakit jantung ga?
-
Pernah diterapi apa?
-
Dulu pernah kaya gini juga? Membaik ga?
-
Di keluarga ada yang kayak gini?
-
Ada yang sakit jantung?
-
Gimana respon keluarga terhadap yang anda alami?
RPD
RPK
Terapi dan edukasi -
diam saat serangan, atur nafas, jangan fokus ke keluhan saat serangan, pikirkan bahwa ini akan segera berlalu!
-
Kalau serangan sering atau berat
183
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
183/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
-
R/ Tab. Imipramin mg 25 no VII
-
S.1.d.d Tab.I o.n (alias malam hari)
-
Kalau serangan jarang dan terbatas R/ Tab.Lorazepam mg 0,5 no VII S.1.d.d Tab.I
184
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
184/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
DIARE Diare Diare : BAB> 3x/hari dengan konsistensi fesesyang cair dan encer. Akut : < 2 minggu.Persisten : 14 hari. p. KU : mencret, diare q. Anamnesis :
RPS ii. Onset : sejak 2 hari yang lalu jj. Lokasi : kk. Durasi : 2 hari ll. Karakteristik : BAB 6-8 kali/hari, berlendir, bisa ada darah. Kolera air cucian beras
Disentri lendir dan darah (shigella) Amoebiasis lendir dan berbuih Giardiasisberlemak dan persisten>2 minggu mm. Agravating : aktifitas berat, kurang minum nn. Relieving: oo. Treatment :tidak membaik dengan pengobatan
RPD : -
RPK : -
Riwayat perjalanan : kemaren makan sembarangan di tempat lain
Lifestyle :
a. Olahraga : b. Diet dan pola makan : makan yang tidak bersih Review system keluhan lain : demam, BAK, masih mau minum ga? r. Parafrase ke pasien s. Sebutkan DD : diare, thypoid, t. Pemeriksaan fisik : 30. Kondisi umum : sangat lemah, sakit perut. 31. Vital sign : mungkin demam 32. Pemeriksaan fisik : Abdomen : Inspeksi kemungkinan dpt terjadi borborigmi (peristaltik terlihat) Auskultasi hiper peristaltik Perkusi hipertimpani Palpasi cubit perutturgor kulit Kepala : Leher : palpasi limfonodi dbn Thorax depan: screening dbn Jantung : auskultasi dbn Extermitas : palpasi mungkin akral dingin 33. Pemeriksaan penunjang a. CBC count 185
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
185/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
b. Fecal exam : liat keadaan fisik ada darah/telur cacing/ 34. Terapi - Berikan oralit R/ sach.oralit 200 No. X. S.p.r.n campurkan dgn 200 ml air diminum segera setelah buang air besar - Antibiotik : 1. amoebiasis R/ Tab. Metronidazole 500 mg No. X S. 3.d.d.tab 1 p.c. 2. giardiasis R/ Tab. Metronidazole 250 mg no x s.3.d.d.tab 1.p.c 3. kolera R/ Tab. Tetrasiklin 500mg no.XII S. 4.d.d Tab 1.p.c 4. disentri R/ tab. Ampicilin 500 mg no XXIV s. 4.d.d. tab 2 p.c 35. Edukasi 1. Minum air putih banyak 2. Oralit diminum segera setelah dibuat 3. Oralit diminum setelah BAB segera 4. Makan dijaga higienitasnya 5. Suruh jaga higienitas dengan cuci tangan 6. Jika keadaan memburuk harap kembali
186
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
186/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
PRURITUS Dermatitis Kontak Alergi Seorang pasien datang dengan keluhan gatal-gatal pada ke dua punggung kakinya setelah memakai sendal yang baru yang terjadi 3 hari yang lalu, semakin diperparah ketika pasien berjalan ke pasar dan membaik saat istirahat dirumah. KU : gatal – gatal pada kedua punggung kaki, u. Anamnesis :
RPS pp. Onset : 3 hari qq. Lokasi : ke 2 punggung kaki rr. Durasi : 3 hari ss. Karakteristik : mengikuti alur dari sendal jepit tt. Agravating : Saat pasien berjalan menggunakan sendal tersebut. uu. Relieving : istrhat dirumah
Treatment : -
RPD : -
RPK : -
Riwayat perjalanan : -
Lifestyle : a. Olahraga: ga spesifik b. Diet : -
c. Pola makan : d. Lingkungan :-i Review system : dapat diawali dengan bercak eritematosa, papulovesikel, vesikel atau bula. Jika pecah dapat terjadi erosi dan eksudasi kulit kering, skuama, likenifikasi & fisur tidak jelas. v. Parafrase ke pasien w. Sebutkan DD : DKA,DKI, dermatitis atopi x. Pemeriksaan fisik : 36. Kondisi umum : gatal-gatal pada kaki 37. Vital sign :normal 38. Pemeriksaan fisik :
Extermitas : terlihat UKK berupa bercak eritematosa dan dapat diawali dengan bercak eritematosa, papulovesikel, vesikel atau bula. Jika pecah dapat terjadi erosi dan eksudasi kulit kering, skuama, likenifikasi & fisur tidak jelas.
Kepala : Sklera DBN
Leher : palpasi limfonodiDBN
Thorax depan: DBN. screening auskultasi aja DBN Abdomen : Inspeksi DBN Auskultasi DBN Perkusi Palpasi
DBN DBN
187
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
187/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
39. Pemeriksaan penunjang - Patch test untuk test alergi - Jika dibutuhkan dapat dilakukan pemeriksaan kultur jamur untuk meng’exclude ttg tinea 40. Terapi
41. Edukasi a. Mejauhkan alergen secepat mungkin b. Membersihkan bagian yang teriritasi c. Mencegah terjadinya ruam d. Treatment dapat dihentikan bila dermatitis kontak alergi pasien telah sembuh e. Bila ada efek samping serius, hentikan treatment atau ganti obat lain f. daerah kulit yang diobati tidak boleh diperban atau ditutup g. CTM: jangan dikonsumsi ketika mengendarai kendaraan bermotor
188
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
188/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Konstipasi Konstipasi adalah pergerakan colon yang tidak frekuen (defekasi < 3x per minggu), kesulitan dalam BAB (mengejan > 25% bowel movement atau konsistensi feses keras. Sering pada orang tua..terutama karena diet yang buruk, kurang exercise, abnormalitas motilitas, dan defek anatomis. Penyebab konstipasi antara lain sebagai berikut
Conditions Associated with Constipation Structural
colon • neoplasm • stricture • volvulus anorectal • inflammation • prolapse • rectocele • fissure
ganglion blockers vinca alkaloids Muscle
myotonic dystrophy dermatomyositis amyloidosis systemic sclerosis Neurologic
Systemic
electrolyte abnormalities thyroid disease diabetes mellitus panhypopituitarism Addison's disease pheochromocytoma uremia porphyria Medications
analgesics anticholinergics antidepressants antipsychotics cation-containing agents anticonvulsants
central nervous system • Parkinson's disease • multiple sclerosis • ischemia • tumor • spinal cord lesions autonomic neuropathy sacral nerve damage (trauma, tumor) enteric nervous system • Hirschsprung's disease • scleroderma • amyloidosis Functional
normal transit slow transit pelvic floor dyssynergia
DD : Irritable Bowel Syndromes (SKDI 3A), Typhoid (SKDI 4), Ileus (SKDI 3B) Ax RPS
O L D
Onset cepat : Ileus (harus segera ditangani) Kronis > 3 bulan. Tidak memerlukan emergency..biasanya karna fungsional, missal IBS. Tapi hati2 kalo menemukan red flags seperti : - Perdarahan (hematochezia), - muntah, - riwayat Ca pada eluarga, - penurunan berat badan. Akut membutuhkan tindakan emergency, ex : Ileus, Ca colon yang mulai muncul manifes konstipasi 189
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
189/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
C A
Defekasi < 3x seminggu, kesulitan dalam mengejan, atau konsistensi fese keras dan kecil2, dan kadang ada rasa tidak lampias saat defekasi MInum obat narkotik, antidepresan, anticonvulsant, suplemen besi dapat memperparah konstipasi. Hypothyroid dan hyperparatyroid dpt mnyebabkan konstipasi Pada saat mendekati ovulasi, hormone progesterone dan estrogen tinggi dapat nyebabin konstipasi Diet serat tinggi (buah2an, sayur, whole grains) dpt melunakkan feses
RPD
RPK
R T Other Hati2 kalo Lebih dari 2 tahun, pada orang tua curigai Ca colon Riwayat penggunaan narkotika, antipsikosis, dan antidepresan dapat menyebabkan konstipasi keluarga ada yang sakit serupa? Ada riwayat Ca ga?
LS RS1 RS2
Konstipasi + hematochezia (BAB trdpt darah merah segar) hati2 curiga Ca Colorectal ada keluhan lain?
Irritable Bowel Syndromes (IBS-C) IBS adalah kumpulan gejala penyakit digesti fungsional yang diarakteristikkan dengan adanya nyeri perut dan perubahan motilitas usus, serta tidak ditemukan adanya pathology pada pasien (pemeriksaan fisik dalam batas normal) Ada criteria Roma III (2006) untuk diagnosis IBS adalah nyeri abdomen rekuren atau ketidaknyamanan at least 3 hari per bulan selama 3 bulan terakhir dan berubungan dengan 2 atau lebih gejala berikut ini : - Berkurang nyeri setelah defekasi - Onset berhubungan dengan perubahan frekuensi BAB - Onset berhubungan dengan perubahan konsistensi feses Gejala pendukung : - Perubahan pasase feses (straining dan atau urgency) - Mucorrhea - Abdominal bloating atau distensi subjektif Derajat keparahan IBS dapat dilihat di bawah ini :
Derajat keparahan IBS Ringan
Sedang
Berat
Gejala klinis Persentase penderita
70%
25%
5%
Kaitan dengan gangguan fisiologi sal cerna +++
++
+
Nyeri berterusan Gangguan Psikososial
+ +
+++ +++
0 0 190
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
190/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Jenis penanganan
Dokter Keluarga/primer Spesialistik Sub spesialistik
Ada 4 pola IBS IBS-D (diare predominant), IBS-C (constipation predominant), IBS-M (mixed diarrhea and constipation), dan IBS-A (alternating diarrhea and constipation). 1.
Anamnesis O = at least 3 hari perbulan dalam 3 bulan terakhir. Sering pada wanita D = > 3 bulan C = gejala2nya : - Konstipasi, kadang diselingi atau berubah menjadi gejala diare atau bisa jg konstipasi terus tnpa ada gejala diare. - Nyeri abdomen bersifat difus tanpa radiasi nyeri. Okasi nyeri paling sering biasanya di abdomen kuadran bawah - Perasaan bloating - Adanya mucorrhea kadang2 ditemukan di feses
2. 3. 4.
4.
5.
6.
7.
- Berhubungan A = pada saat stress dengan dyspepsia, heartburn, dyspareunia, sex disfunction R = defekasi dapat meringankan nyeri abdomennya T= Others = wanita lebih sering 3x terkena IBS dibanding pria. Keadaan umum Keadaan umum, gizi, BB/TB, kesadaran secara umum tampak sehat, kadang ada gangguan cemas Tanda vital Suhu, nadi, tekanan darah, respirasi normal Pemeriksaan fisik Kepala & leher t.a.k Thorax t.a.k Abdomen Kadang2 terdapat nyeri sigmoid Ektremitas t.a.k Pemeriksaan penunjang CBC Untuk screening DD anemia, Inflamasi, atau infeksi Hemoocult test Untuk mengeksklusi GI bleeding Terapi Farmakoterapi : Tegaserod 6 mg PO 2dd ac selama 4-6 minggu atau Lubiprostone 24 mcg PO 2dd dc Edukasi - Nasehatin pasien supaya jgn stress. Lakukan dan pikirkan hal lain untuk menghindari stress.
Prognosis
- Diet kaya serat - Minum air putih yang cukup - Untuk sementara hindari kafein Baik
191
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
191/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Typhoid
Typhoid infeksi enteric S.typhii Secara umum, gejala yang disebabkan timbul apabila typhoid tidak diberi tx / dibiarkan adalah sbg berikut : Week 1
Week 2
Week 3
Week 4
Post
Recovery phase or death (15% of untreated cases)
10%-20% relapse; 3%-4% chronic carriers; long-term neurologic sequelae (extremely rare); gallbladder cancer (RR=167; carriers)
Incubation Systemic
Stepladder fever pattern or insidious onset fever
Very Very common a common
Acute high fever
Very rareb
Chills
Almost all
Rigors
Uncommon
Anorexia
Almost all
Diaphoresis
Very common
c
Neurologic
Malaise
Almost all
Insomnia
Almost all Very common
d
Confusion/delirium
Common
Very common
Psychosis
Very rare
Common
Catatonia
Very rare
Frontal headache (usually mild)
Very common
Typhoid state (common)
Pulmonary
Mild cough
Common
Bronchitic cough
Common
Rales
Common
Pneumonia
Rare (lobar)
Rare
Rare
Common
Common (basal)
Cardiovascular
Dicrotic pulse
192
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
192/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Myocarditis
Rare
Thrombophlebitis
Very rare
Gastrointestinal
Constipation
Very common
Common
Diarrhea
Rare
Common (pea soup)
Bloating with tympany
Very common 30 (84%)
Diffuse mild abdominal pain
Very common
Gastrointestinal hemorrhage
Very rare; Very common usually trace
intestinal perforation
Rare
Hepatosplenomegaly
Common
Jaundice
Common
Urogenital
Urinary retention
Common
Hematuria
Rare
Renal pain
Rare
Dermatologic
Rose spots
1.
2. 3.
4. 5.
Rare
Anamnesis O = Muncul gejala konstipasi pada saat minggu pertama (hari 7-14 hari setelah terinfeksi S.typhi) L= D = 7-14 hari , dapat berlanjut sampai 2 minggu setelah itu, namun jarang. Biasanya pada minggu 2
manifes GI nya diare (pea soup) C = Classic presentation : demam, malaise, nyeri abdomen difus, konstipasi. Keadaan umum Keadaan umum, gizi, BB/TB, kesadaran Tanda vital Suhu, nadi, tekanan darah, respirasi pada week 2 kadang2 ditemukan dicrotic pulse (double beat dengan nadi ke2nya lebih emah dari nadi pertama) Pemeriksaan fisik bisa diliat lebih detail di table atas ya temuan klinis per weeknya.. Pemeriksaan penunjang
193
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
193/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
Gold std : isolasi & kultur Salmonella typhi dari spesimen Spesimen : 1. Week 1 kultur darah/bone marrow 2. Week 2 stool 3. Week 3 urine Most
:
Leukopenia
Hb & platelet turun/normal Hiponatremia, hipokalemia
6.
Transaminase naik Tes serologis..... 1. Deteksi antigen O dan H 2. ELISA IgG & IgM 3. Tes widal TIDAK DIREKOMENDASIKAN karena spesifisitas & sensitivitas rendah Terapi Farmakoterapi : Dianjurkan fluoroquinolone (ciprofloxacin, ofloxacin), cephalosporin
7.
Edukasi
8.
Prognosis
(ceftriaxone, cefixime) Ciprofloxacin 0,5-1,0 gram p.o 2x1 7-14 hari Ofloxacin 800 mg p.o 1x1 7-14 hari Ceftriaxone 50-60 mg/kg im/iv 2x1 7-14 hari Cefixime 20 mg/kg p.o 1x1 7-14 hari Chloramphenicol TIDAK DIANJURKAN karena resiko anemia aplastik dan relaps - Istirahat yang cukup, jangan banyak beraktifitas dulu untuk sementara. - Makan yang lunak2 dulu seperti bubur - Banyak minum dan jaga keseimbangan ion dan elektrolit Setelah diberi obat, gejala mulai berkurang stlh 2 hari, kemudian kondisi dapat membaik dalam 4-5 hari.
194
http://slide pdf.c om/re a de r/full/osc e -kompre -ya n-et-a l-2011
194/196
5/14/2018
OSCE-KOMPRE-ya n-et-a l-2011 - slide pdf.c om
NILAI NORMAL PEMERIKSAAN LAB No . 1.
Jenis Pemeriksaan CBC:
2.
3.
4.
Infeksi: Lipid: Hepar:
5.
6.
RBC WBC Trombosit HB HCT HItung Jenis: Neutrofil Eosinofil Basofil Monosit
Limfosit
LED PPT APTT Bleeding Time Kolesterol Total Trigliserid HDL LDL SGPT (dikatakan hepatitis apabila meningkat >20x) SGOT (dikatakan hepatitis apabila meningkat >20x) LDH (dikatakan hepatitis apabila meningkat >5x) ALP (dikatakan hepatitis apabila meningkat 5% dikatakan ada kelainan) Troponin I (iskemik >0,01; infark >0,06)
Ginjal: Blood Urea Nitrogen (BUN)
Satuan juta/mm3 ribu/mm3 ribu/mcl g/dl %
Laki-laki
Normal Pada Wanita Laki-laki/wanita
4,6-6,2
4,2-5,4 4-10 200-400
14-18 40-58
12-16 37-43
% % % %
50-70 1-3 0,4-1 4-6
%
25-35
mm/jam detik detik menit mg/dl mg/dl mg/dl mg/dl
0-8
0-15 60-70 20-45 3-7/Ivy 50 6,5# #Impaired Fasting Glucose= Kadar Gula Darah Puasa 110-126# Gula Darah Puasa Post Prandial 2 jam Gula Darah Sewaktu HBA1c Urinalysis: pH Warna
8.
9.
Berat Jenis Protein (>3 pada GNS, GNK, Sindrom Nefrotik) Eritrosit ((+) pada GNA, ISK, dan infark ginjal) Leukosit ((+) pada pyelonefritis akut dan nefritis) Yeast Cast
mg/dl
0,6-1,3
0,5-0,9
mEq/l mmHg mmHg
7,35-7,45 24-28 35-45 75-100
mg/dl mg/dl mg/dl %
View more...
Comments