Organologi i Revisi
December 2, 2017 | Author: Dini Darmawati | Category: N/A
Short Description
laporan praktikum...
Description
ORGANOLOGI I
Oleh : Nama : Dini Darmawati NIM : B1J014058 Rombongan : VII Kelompok :2 Asisten : Tarkinih
LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN II
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2015 I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Organologi adalah ilmu yang mempelajari struktur dan fungsi organ berdasarkan jaringan penyusunnya. Bagian-bagian organologi antara lain akar, batang dan daun. Organologi menjelaskan bagaimana struktur berfungsi dalam suatu organ (Tjirosoepomo, 1983). Akar umumnya tersusun atas jaringan-jaringan yang berurutan dari luar ke dalam ialah epidermis, parenkim, endodermis, kayu, pembuluh (pembuluh kayu dan pembuluh tapis) dan kambium (pada tumbuhan dikotil). Permukaan akar sering kali terlindungi oleh lapisan gabus tipis, bagian ujung akar memiliki jaringan tambahan berupa tudung akar. Tudung akar berfungsi melindungi akar saat menembus tanah. Ujung akar umumnya diselimuti oleh lapisan lender yang disebut misel yang berperan
penting
dalam
interaksi
dengan
organisme
mikroba
lain
yang
menguntungkan (Saktiyono, 1999). Batang memiliki susunan yang tidak banyak berbeda dengan akar, batang tersusun dari jaringan-jaringan dari luar ke dalam diantaranya epidermis, parenkim, endodermis, kayu, jaringan pembuluh dan kambium (pada tumbuhan dikotil). Struktur ini tidak banyak berubah baik batang, cabang maupun ranting. Permukaan batang berkayu atau tumbuhan serupa yang seringkali dilindungi oleh lapisan gabus dan kutikula yang berminyak. Jaringan kayu pada batang dikotil atau monokotil tertentu dapat mengalami proses lignifikasi sehingga menjadi sangat keras (Kimball, 1992). Daun umumnya terdiri dari sistem jaringan dermal yaitu epidermis dan derivatnya, jaringan pembuluh dan jaringan dasar yang disebut mesofil. Permukaan epidermis daun seringkali terlapisi oleh kutikula atau rambut halus untuk melindungi daun dari serangan serangga atau pemangsa, spora jamur ataupun tetesan air. Umumnya daun tidak mengalami pertumbuhan sekunder (Parlan, 1995). Praktikum organologi I akan mengamati tipe daun dan melihat perbedaan anatomi daun dikotil dengan melihat preparat irisan melintang daun Citrus sp. L. dan daun monokotil melalui preparat irisan melintang daun Zea mays L. Selain itu, akan mengamati struktur anatomi akar pada preparat irisan melintang akar Zea mays dan mengamati struktur anatomi batang pada preparat irisan melintang batang Piper betle.
B. Tujuan Tujuan praktikum acara organologi I, antara lain mampu menjelaskan tentang struktur anatomi akar, batang dan daun.
II.
MATERI DAN METODE A. Materi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum acara sitologi diantaranya mikroskop cahaya, preparat awetan, laporan sementara dan alat tulis. Bahan-bahan yang digunakan diantaranya Ø melintang akar Zea mays (Jagung), Ø melintang batang Piper betle (Sirih), Ø melintang daun Citrus sp. (Jeruk) dan Ø melintang daun Zea mays (Jagung). B. Metode Metode yang dilakukan dalam praktikum acara organologi I antara lain
:
1. Masing-masing preparat dan alat-alat yang dibutuhkan disiapkan. 2. Preparat awetan langsung diamati di bawah mikroskop cahaya. 3. Preparat diamati di bawah mikroskop cahaya, digambar bentuk sel yang terlihat dan diberi keterangan.
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil
Keterangan :
1
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
2 3 4 5
Epidermis Eksodermis Korteks Endodermis Perisikel Xilem Floem Empulur Sklerenkim
Tipe Berkas Pengangkut : Radial
6
Tipe pembentukan akar
7
lateral : Poliark
9
Gambar 1. Ø Melintang Akar8Zea mays Perbesaran 100x Keterangan : 1 2 3 4 5
1. Epidermis 2. Kolenkim 3. Berkas pengangkut 4. 5. 6. 7.
perifer Sarung sklerenkim Korteks Saluran lendir Berkas pengangkut meduler
Tipe berkas pengangkut : 7
Kolateral tertutup
6 Gambar 2. Ø Melintang Batang Piper betle Perbesaran 100x
Keterangan : 1 1. Epidermis atas 2. Epidermis 3
bawah 3. Jaringan
4
palisade 6 2 5
4. Jaringan spons 5. Berkas pengangkut 6. Kristal
Ca-
oksalat Tipe
daun
Dorsiventral Gambar 3. Ø Melintang Daun Citrus sp L. Perbesaran 400x Keterangan : 1. Epidermis atas 2. Trikom non
2
glanduler 3. Sel motor 4. Mesofil 5. Berkas
1 3
pengangkut 6. Epidermis 4
5 6
bawah
:
Gambar 4. Ø Melintang Daun Zea mays Perbesaran 400x
B. Pembahasan Organologi adalah ilmu yang mempelajari struktur dan fungsi organ berdasarkan jaringan penyusunnya. Bagian-bagian organologi antara lain akar, batang dan daun. Organologi menjelaskan bagaimana struktur berfungsi dalam suatu organ (Tjirosoepomo, 1983). Struktur dan fungsi organ yang dipelajari pada praktikum organologi I ialah akar, batang dan daun. Akar tumbuhan dibagi dalam 2 kategori yaitu akar primer dan akar sekunder. Akar primer merupakan akar yang tumbuh sejak tumbuhan masih berupa embrio dan biasanya ada selama tumbuhan itu hidup. Akar sekunder dapat juga disebut akar liar, karena dapat muncul di batang, daun dari jaringan lain yang mungkin secara permanen atau hanya temporer. Fungsi dari akar primer yaitu untuk menegakan tumbuhan agar bisa berdiri tegak di atas tanah disamping juga mempunyai fungsi penyerapan air dari bahan-bahan anorganik dan tanah sedang akar sekunder mempunyai macam-macam fungsi, kadang akar ini akan mencapai tanah dan berfungsi seperti akan primer atau kadang mengalami modifikasi sebagai
organ
untuk
merayap, atau
organ
penopang
ataupun haustoria
(Aryuliana, 2004). Menurut Harliana et al (2012). akar merupakan organ tumbuhan yang mengalami pertumbuhan primer. Pertumbuhan primer pada akar disebabkan karena aktivitas meristem apikal pada ujung akar. Namun, pertumbuhan ini juga dibantu oleh hormon auksin. Pucuk adventif akar dapat menghasilkan hormon auksin sehingga konsentrasi hormon auksin dalam akar bertambah dan mampu menginduksi akar. Selanjutnya pertumbuhan akar didahului dengan tumbuhnya tunas aksilar pada akar. Menurut Atinirmala (2006), anatomi akar lebih sederhana dibanding dengan batang dan mempunyai keragaman yang rendah di banding batang sebagai akibat adanya lingkungan yang relatif seragam di dalam tanah. Karakteristik akar secara umum diantaranya : 1. Mempunyai tendensi untuk tumbuh ke bawah atau kesamping dibanding 2. 3. 4. 5. 6.
untuk tumbuh ke atas. Tidak dijumpai adanya kiorofil Tidak dijumpai adanya daun dan tunas Pada akar primer, floem dan xilem tersusun dalam radius yang berbeda Ujung akar mempunyai zona pertumbuhan yang pendek Dijumpai adanya rambut akar di daerah dekat ujung akar
Menurut Tjirosoepomo (1983), susunan struktur anatomi akar terdiri dari :
1. Epidermis Epidermis
akar juga dikenal sebagai
epiblem
atau
lapisan
piliferous. Sel-sel epidermis akar berdinding tipis dan biasanya tidak mengandung kutikula, walaupun
kadang
dinding
luarnya
mengalami
kutinisasi. Pada hampir semua akar, rambut-rambut akar berkembang dari sel-sel epidermis di daerah dekat ujung akar (meristem apikal). Rambut akar terdiri dari satu sel yang memanjang yang mempunyai fungsi absorbsi dan untuk
pegangan
akar
pada
tanah.
Pada
spesies tertentu
rambut
akar berkembang dan sel khusus di daerah epidermis, sel ini disebut trikoblas. Epidermis akar biasanya dijumpai saat akar masih muda, apabila akar sudah dewasa epidermisnya telah mengalami kerusakan dan fungsinya digantikan oleh lapisan terluar dari korteks yang disebut eksodermis. 2. Korteks Korteks akar pada umumnya tersusun dari sel-sel parenkim yang kadang-kadang mengandung karbohidrat dan kadang juga mengandung kristal.
Lapisan sklerenkim
umumnya
dijumpai pada
akar
tumbuhan
monocotyledoneae dibanding akar tumbuhan dicotyledoneae. Kolenkim sangat jarang dijumpai pada akar. Lapisan terluar dari korteks kadang berdeferensiasi
menjadi
lapisan eksodermis yang
dinding
sel-selnya
mengalami penebalan dengan zat suberin, sedangkan lapisan terdalam dan korteks biasanya berdeferensiasi menjadi endodermis. 3. Endodermis Endodermis tersusun oleh satu lapis sel yang berbeda secara fisiologi, struktur dan fungsi dengan lapisan sel di sekitarnya. Berdasarkan perkembangan dinding selnya, endodermis dapat dibedakan menjadi: a. Endodermis primer yang mengalami penebalan berupa titik-titik caspary dan suberin. b. Endodermis sekunder, apabila penebalan berupa pita caspary dan zat lignin. c. Endodermis tersier apabila penebalan membentuk huruf U yang mengandung lapisan suberin dan selulose pada dinding radial dan tangensial bagian dalam. Di
antara
sel-sel
endodermis
terdapat
beberapa
sel
yang
tidak
mengalami penebalan dinding, yaitu sel-sel yang terletak berhadapan dengan protoxilem, sel-sel ini disebut sel peresap. 4. Stele
Lapisan sel terluar dari stele adalah pansikel atau parikambium, sehingga letaknya langsung berada di sebelah dalam dari lapisan endodermis dan di sébelah kemampuan
luar dari
untuk
berkas
pengangkut. Perisikel mempunyai
mengadakan pertumbuhan
meristematik
sebagai
titik awal tumbuhnya primordia akar ke arah samping (cabang akar, akar adventitious/lateral). Lapisan berkas pengangkut pada akar biasanya tersusun oleh jari-jari xilem yang jumlahnya bervariasi dan letaknya berselang-selmg dengan floem. Pada akar, xilem dan floem tidak teletak dalam radius yang sama. Xilem mungkin membentuk sumbu sentral ataupun bagian tengah terisi oleh sel-sel
parenkim
ataupun sklerenkim
seperti apa
yang
terlihat pada akar beberapa jenis tumbuhan Monocotyledoneae. Akar dapat terdiri dari 1,2,3,4,5 atau banyak jari-jari xilem, secara berurutan akan disebut monark, diark, triark, tetrak, pentark dan poliark. Xilem pada akar disebut xilem eksark karena protoxilem berada di sebelah luar dari metaxilem (xilem akar selalu mengadakan pertumbuhan sentripetal). Parenkim yang dijumpai di antara berkas xilem dan berkas fluem disebut jaringan conjunctive. Menurut Aminarti (2010), pada akar tidak dijumpai jaringan kulit yang tebal seperti pada batang karena sel-sel mati di bagian luar akar akan cepat hancur. Karakter anatomi yang penting pada akar tumbuhan Dicotyledoneae adalah: 1. Berkas xilem bervariasi dari diark sampai hexark 2. Perisikel mengadakan aktifitas membentuk cabang akar dan meristem sekunder (kambium dan felogen). 3. Kambium akan muncul sebagai meristem sekunder. 4. Tidak dijumpai adanya parenkim sentral. Sedangkan, karakter anatomi yang penting dan akar tumbuhan Monocotyledoneae adalah : 1. 2. 3. 4.
Berkas xilem biasanya polyark. Perisikel mengadakan aktifitas membentuk akar cabang saja. Tidak dijumpai adanya kambium. Parenkim pusat berkembang dengan baik atau kadang berkembang menjadi sklerenkim. Batang, Pada organ batang terdapat 3 bagian pokok yang berkembang
dan jaringan protoderm, prokambium dan meristem dasar, yaitu epidermis dan derivatnya, korteks dan stele. Ketiga bagian tersebut di atas akan tampak jelas pada
tumbuhan Dicotyledoneae sedangkan pada tumbuhan Monocotyledoneae batas antara korteks dan stele kurang jelas (Tjirosoepomo, 1983). Epidermis pada tumbuhan Dicotyledoneae dan Monocotyledoneae tersusun oleh satu lapis sel. Sel epidermis biasanya berbentuk rektanguler tersusun rapat tanpa adanya ruang antar sel, dinding luar mengalami penebalan dari zat kutin. Susunan ini menyebabkan terjadinya pengurangan transpirasi dan melindungi jaringan di sebelah dalamnya dan kerusakan mekanik dan serangan hama. Beberapa jenis tumbuhan, disebelah dalam dan epidermis batang dijumpai satu atau beberapa lapis sel yang berasal dari initial yang tidak sama dengan epidermis yang disebut hypodermis. Struktur hipodermis ini berbeda dengan sel-sel penyusun korteks. Derivat epidermis yang dapat dijumpai adalah, stomata, trikoma, emergensia dan spina serta sel silika dan sel gabus. Stomat kelak berkembang menjadi lentisel (Loveless, 1987). Korteks, daerah korteks terutama tersusun oleh parenkim sebagai jaringan dasar, di daerah perifer kadang dijumpai kolenkim yang berkelompok atau membentuk lingkaran tertutup. Jaringan sklerenkim dapat berupa serabut yang berkelompok dan sklereida yang soliter. Dijumpai pula adanya berbagai macam idioblast. Pada beberapa tumbuhan, parenkim korteks bagian tepi mengandung klroplas, sehingga mampu mengadakan proses fotosintesis, parenkim ini disebut klorenkim (Priadi, 2010). Bagian korteks
yang
paling
dalam disebut floeoterma. Pada batang
Dicotyledoneae muda biasanya lapisan floeoterm berisi butir-butir pati sehingga sering disebut sarung tepung. Pada beberapa tumbuhan Dicotyledoneae ada pula yang floeothermany mengalami penebalan membentuk pita Caspaiy sehingga lapisan ini disebut endodennis. Pada batang yang telah tua biasanya endodermis telah rusak. Pada tumbuhan Monocotyledoneae, korterks kadang terdeferensiasi secara baik atau kadang sangat sempit bahkan tidak dapat dibedakan dengan stele (Priadi, 2010). Menurut Tjirosoepomo (1983) stele merupakan daerah disebelah dalam dari endodermis yang terdiri atas perikambium, parenkim dan berkas pengangkut. Berdasarkan tipe berkas pengangkut, ada tidaknya empulur dan jendela daun, maka stele dapat dibagi menjadi beberapa tipe diantaranya : 1. Protostele, tipe stele ini dijumpai pada batang dengan berkas pengakut konsentris amfikibral.
2. Protostele
atau haplostele, apabila
xilem berupa bangunan
membulat ditengah dan dikelilingi oleh floem. 3. Protostele atau aktinostele, apabila xilem berupa bangunan seperti bintang di bagian tengah dan dikelilingi floem. 4. Protostele atau plektostele, apabila xilem merupakan
lempengan-
lempengan yang saling berhubungan dan dikelilingi floem. 5. Protostele campuran, apabila xilem merupakan kelompok kecilkecil yang masing-masing dikeliuingi floem. 6. Sifonostele, tipe stele ini dijumpai pada batang dengan berkas pengakut konsentris amfikibral dan di bagian tengah batang terdapat empulur. 7. Sifonostele ektoflois, apabila floem terdapat di sebelah luar dari xilem dan ditengah batang terdapat empulur. 8. Sifonostele amfiflois apabila floem terdapat di sebelah dalam dan luar xilem dan ditengahnya terdapat empulur. 9. Diktiostele, tipe stele ini dijumpai pada batang dengan beberapa kelompok berkas
pengangkut yang
masing-masing terdiri
atas
xilem yang dikelilingi floem, dibagian tengahnya terdapat empulur dan ada jendela daun. 10. Eustele, tipe stele ini berkas pengangkut
kolateral
dijumpai
pada
batang
dengan tipe
terbuka atau bikolateral, di bagian
tengahnya terdapat empulur dan jari-jari empulur. Kambium pada stele tipe ini dibedakan menjadi kambium inter dan intravasikuler. 11. Ataktostele, tipe stele ini dijumpai pada batang dengan berkas pengangkut tipe kolateral tertutup yang tersebar di sehiruh penampang batang, baik di daerah korteks maupun stele. Empulur
merupakan daerah di sebelah dalam dan berkas pengangkut yang bersifat
parenkimatis. Daun memiliki dua tipe daun, yaitu daun dorsiventral dan daun isobilateral. Daun dikatakan mempunyai tipe dorsiventral apabila jaringan tiang (palisade) hanya terdapat pada sisi atas dari daun, sedangkan daun isobilateral adalah daun yang mempunyai jaringan tiang pada sisi atas dan sisi bawah. Daun dorsiventral biasanya tumbuh horizontal, permukaan atas tampak lebih cerah dibanding permukaan bawah, hal ini disebabkan karena terdapat perbedaan struktur antara daun bagian atas dan daun bagian bawah. Tipe daun ini dimiliki hampir semua tumbuhan anggota Dicotyledoneae. Sedangkan daun isobilateral tumbuh vertikal sehingga kedua permukaan
daun menerima
sinar matahari dengan
intensitas
yang sama. Daun isobilateral mempunyai struktur yang seragam antara permukaan atas dan bawahnya. Tipe daun ini dapat dijumpai pada beberapa jenis tumbuhan Dicotyledoneae dan hampir semua tumbuhan Monocotyledoneae (Fahn, 1991). Daun biasanya tersusun oleh berbagai macam jaringan akan tetapi secara garis besar daun tersusun atas jaringan pelindung (epidermis dan derivatnya), jaringan dasar (mesofil), jaringan pengangkut, jaringan penguat dan jaringan sekretori. Epidermis daun terdapat di permukaan atas maupun bawah, umumnya terdiri dari selapis sel, tetapi ada pula yang terdiri dari beberapa lapis sel, (epidermis ganda) misalnya
pada Ficus, Nerium dan Piper sebagai
hasil pembelahan
perildinal protoderm. Jumlah lapisan Sel epidermis antara 2 sampai 16 tergantung pada jenisnya. Jumlah lapisan epidermis bagian atas biasanya lebih banyak daripada permukaan bawah. Bila epidermis bawah berlapis banyak maka akan terdapat ruang substomata yang besar antara sel penutup dengan jaringan mesofil (Iserep, 1993). Dinding sel epidermis mengalami penebalan yang tidak merata. Dinding sel yang menghadap keluar umumnya berdinding lebih tebal, dapat terdiri dari lignin, tetapi penebalan itu umunya terdiri dari kutin. Penebalan kutin ini membentuk suatu lapisan kutikula yang dapat tipis atau tebal tergantung pada jenis serta tempat hidupnya. Tumbuhan xerofit umumnya berkutikula tebal. Pada beberapa jenis tumbuhan, selain kutin masih terdapat lapisan lilin di atasnya (Karmana, 2008). Stomata sebagai derivat epidermis, dapat berada di kedua permukaan daun (disebut daun amfistomatik) atau salah satu permukaan saja, umumnya di bagian bawah (daun hipostomatik), tetapi pada daun terapung stomata
hanya
terdapat di bagian atas (daun epistomatik). Letak stomata dapat sejajar dengan epidermis lainnya (stomata paneropor), tenggelam dibandingkan deretan epidermis (stomata kriptopor) atau kadang-kadang bahkan berada di atas permukaan sel-sel epidermis seperti pada daun terapung. Stomata dapat tersebar merata di seluruh permukaan daun, tersusun menurut alur-alur tertentu (seperti pada daun rumput) atau terdapat pada bangunan khusus yang menonjol dari permukaan daun (seperti pada daun teratai yang terapung) (Hidayat, 1995). Sel-sel epidermis daun tidak mengandung kloroplas, kecuali pada sel penutup, tetapi daun tumbuhan
tenggelam dalam
air
epidermisnya mengandung
kloroplas. Stomata berfungsi sebagai jalan bagi pertukaran gas pada tubuh tumbuhan dan sebagai pengatur besarnya transpirasi. Trikomata, baik yang berfungsi sebagai rambut pelindung
maupun sebagai rambut kelenjar, banyak terdapat di
permukaan daun dan bentuknya bermacam-macam. Sel litokis yang merupakan modifikasi dari epidermis, mengandung sistolit yang terdiri dari kristal kalsium karbonat.
Bentuk
sistolit
tidak
teratur,
dapat
mengisi
seluruh ruang
sel
litokis. Modifikasi epidermis yang lain ialah sel kipas, terdiri dari sederet sel yang lebih besar dari epidermis normal dengan dinding tipis dan vakuola besar, terdapat dipermukaan atas daun dan berfungsi pada peristiwa menggulungnya daun (Parlan, 1995). Daun juga memiliki jaringan dasar yakni mesofil, terletak antara epidermis atas dan epidermis bawah. Pada kebanyakan tumbuhan Dicotyledoneae, mesofil berdiferensiasi menjadi jaringan tiang (jaringan palisade) dan jaringan bunga karang (jaringan spons). Sel-sel penyusun jaringan tiang bentuknya silindris, tegak pada permukaan daun, selapis atau lebih, rapat satu sama lain dan mengandung banyak kloroplas. Karena fungsinya untuk menangkap cahaya maka kepadatan jaringan tiang tergantung pada intensitas cahaya, yaitu yang menerima cahaya langsung lebih padat daripada bagian yang tidak (Fahn, 1991). Jaringan bunga karang tersusun oleh sel-sel yang tak teratur, berdinding tipis, lepas mengandung kloroplas meskipun jumlah kloroplasnya
lebih
sedikit
dibanding jumlah kloroplas yang terdapat pada jaringan tiang. Ruang antar sel besar sehingga memudahkan terjadinya pertukaran gas karena ruang antar sel ini berhubungan dengan lubang stomata. Karena jaringan
tiang mengandung lebih
banyak kloroplas, maka warna daun yang hanya memiliki jaringan tiang di bagian atas saja, permukaan atasnya akan berwarna lebih gelap dibanding permukaan sebelah bawah. Selain lebih banyak mengandung kloroplas, jaringan tiang juga lebih efisien dalam fotosintesis dibanding jaringan bunga karang karena permukaan bebas antar selnya lebih besar (karena bentuk sel membulat). Daun monokotil memiliki mesofil yang tidak berdiferensiasi menjadi jaringan tiang dan jaringan bunga karang, tetapi tersusun atas sel parenkim yang struktur dan ukurannya seragam (Parlan, 1995). Berkas pengangkut pada daun
membentuk
bangunan
kompleks
yang
disebut tulang daun. Tumbuhan Dicotyledoneae mempunyai satu ibu tulang daun dan cabang-cabang yang membentuk jala, sedang pada tumbuhan Monocotyledoneae tulang daun berderet sejajar sumbu daun dan dihubungkan oleh berkas-berkas pengangkut kecil diantaranya. Fungsi tulang daun sangat penting karena mengangkut air serta zat hara dan tanah dan menyebarkan hasil fotosintesis ke bagian tubuh yang
lain sehingga struktur jaringan pengangkut ini harus dapat mencapai semua sel mesofil yang terlibat dalam fotosintesis. Hasil fotosintesis dari sel mesoffi masuk ke floem tulang daun yang kecil. Sel khusus yang berfungsi sebagai penghantar senyawa-senyawa organik dan sel mesofil ke floem disebut sel transfer. Di dalam berkas pengangkut, xilem selalu berada di sebelah atas floem karena tulang daun merupakan kelanjutan dari tangkai daun yang berasal dari batang dimana xilem di sebelah dalam dari floem di luar. Susunan xilem seperti pada batang, terutama di ibu tulang daun terdiri dari trakea, trakeid, serabut dan parenkim. Semakin kecil berkas pengangkut semakin sederhana susun jarinya (Fahn, 1991). Berkas pengangkut floem terdiri dari buluh tapis, sel
pengiring
dan
parenkim floem, kecuali pada Pteridophyta dan Gymnospermae floem tanpa sel pengiring. Sel-sel yang mengelilingi berkas pengangkut menunjukkan morfologi berbeda dengan sel-sel mesofil yang lain. Sel-sel tersebut mungkin lebih besar, lebih tebal di dindingnya, kloroplasnya lebih sedikit. Sel-sel ini membentuk selubung berkas pengangkut yang dapat melebar ke
permukaan atas atau bawah
daun mencapai epidermis (Sutrian, 2004). Selubung berkas pengangkut pada tumbuhan monokotil ada dua macam, yaitu berlapis satu atau berlapis dua. Bila dua lapis selubung luar terdiri dari sel parenkim yang berdinding tipis, dapat mengandung kloroplas atau tidak. Selubung dalam disebut juga sarung mestom terdiri dari sel parenkim yang lebih kecil dengan dinding lebih tebal (Fahn, 1991). Anatomi daun pada tumbuhan dikotil dan monokotil memiliki perbedaan. Anatomi daun dikotil diantaranya epidermis, jaringan mesofil yang berdiferensiasi menjadi parenkim palisade dan parenkim sponsa, jaringan penguat daun (terdiri atas kolenkim, sklerenkim dan parenkim turgid), Xilem dan Floem. Sedangkan anatomi daun monokotil terdiri dari epidermis, mesofil yang tidak berdiferensiasi, berkas vaskuler dengan tipe kolateral tertutup seperti yang terdapat pada batang monokotil (Kimball, 1992). Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada preparat irisan melintang akar Zea mays diketahui tipe berkas pengangkutnya adalah radial dan memiliki tipe pembentukan akar lateral poliark. Hal ini sesuai dengan pernyataan Atinirmala (2006) tipe berkas pengangkut radial terdapat pada akar, pada tipe ini xilem dan floem tersusun seperti jari-jari dan berdasarkan jumlah jari-jarinya tipe berkas pengangkut ini dibedakan menjadi poliark. Poliark ialah tipe berkas pengangkut
radial akar monokotil dengan jari-jari xilem yang lebih dari satu akar lateralnya terbentuk di depan floem. Selanjutnya dilakukan pengamatan terhadap irisan melintang batang Piper betle. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan monokotil sehingga memiliki berkas pengangkut kolateral tertutup. Hal ini sesuai dengan Loveless (1987), tumbuhan monokotil memiliki tipe berkas pengangkut kolateral tertutup. Tipe berkas pengangkut ini ditandakan dengan letak xilem dan floem berdampingan tanpa kambium diantaranya. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap preparat irisan melintang daun Citrus sp. yang merupakan tumbuhan dikotil memiliki tipe daun dorsiventral, selain itu terlihat jaringan mesofil terdiferensiasi menjadi jaringan palisade dan jaringan spons. Hasil ini sesuai dengan pernyataan Fahn (1991) daun dikatakan mempunyai tipe dorsiventral apabila jaringan tiang (palisade) hanya terdapat pada sisi atas dari daun. Selain itu, mesofil pada daun tumbuhan dikotil terdiferensiasi menjadi jaringan parenkim dan jaringan spons yang memiliki ruang antar sel. Anatomi daun monokotil diamati pada preparat irisan melintang daun Zea mays. Berdasarkan hasil pengamatan terlihat jaringan mesofil tidak terdiferensiasi menjadi jaringan palisade dan jaringan bunga karang. Selain itu terdapat derivat epidermis pada bagian epidermis atasnya berupa trikoma non glanduler dan sel motor. Hal ini sesuai dengan Fahn (1991) mesofil pada tumbuhan monokotil tidak terdiferensiasi seperti tumbuhan dikotil.
IV.
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Struktur anatomi akar terdiri dari epidermis, korteks akar, endodermis dan berkas pembuluh. Perbedaan akar monokotil dan dikotil ialah pada monokotil jari-jari xilem tersusun atas lebih dari satu xilem, sehingga disebut poliark dan pembentukan akar lateralnya didepan floem. Sedangkan pada akar dikotil jari-jari xilem tersusun atas dua xilem (diark), 3 (triark) atau 4 (tetrark) dan pembentukan akar lateralnya berbeda-beda, jika pada diark di antara xilem dan floem, namun pada tetrark di depan xilem. 2. Struktur anatomi batang terdiri dari epidermis, korteks, endodermis, perisikel, floem, kambium, xilem dan empulur. Perbedaan anatomi batang monokotil dan dikotil ialah pada monokotil tidak terdapat kambium. Selain itu, pada monokotil batas-batas antara korteks dan empulur tidak dapat dibedakan dan berkas pengangkut juga terletak tersebar. 3. Struktur anatomi daun terdiri dari epidermis, jaringan mesofil dan berkas pembuluh. Anatomi daun pada monokotil berbeda dengan dikotil yaitu mesofil pada monokotil tidak terdiferensiasi menjadi jaringan palisade dan jaringan bunga karang. B. Saran Saran untuk praktikum kali ini adalah seharusnya disediakan gambar preparat dengan referensi lain. Sehingga dalam menjelaskan kepada praktikan akan lebih jelas.
DAFTAR PUSTAKA
Aminarti, Sri. Penuntun Praktikum Morfologi Tumbuhan Program Studi Biologi. Banjarmasin : FKIP Unlam. Aryuliana, Diah. 2004. Biologi . Surabaya: Erlangga. Atinirmala, Pratita. 2006. Bilologi . Yogyakarta: Kreasi Wacana. Fahn A. 1991. Anatomi Tumbuhan Edisi Ketiga. Yogyakarta : UGM Press Harliana, Weaniati, Muslimin dan I Nengan Suwastika. 2012. Organogenesis Tanaman Jeruk Keprok (Citrus Nobilis Lous) Secara In Vitro pada Media MS dengan Penambahan Berbagai Konsentrasi IAA (Indole Acetid Acid) dan BAP (Benzyl Amino Purin). Jurnal Natural Science. Vol. I (1) 3442. Hidayat, Estiti B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung : ITB Iserep, Sumardi. 1993. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Bandung : ITB Karmana, oman. 2008. Biologi. Bandung: Grafindo Media Pratama. Kimball, J. W. 1992. Biologi jilid 1. Jakarta: Erlangga. Loveless A.R. 1987. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik Jilid I. Jakarta : PT Gramedia Utama. Parlan, V. F. 1995. Panduan Belajar Biologi. Jakarta: Yudhistira. Priadi, Arif. 2010. Biologi. Jakarta: Yudhistira. Saktiyono. 2004. IPA Biologi 2. Jakarta: Erlangga. Sutrian,
Yayan. 2004. Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan dan Jaringan. Jakarta : PT Rineka Cipta
Tjirosoepomo, Gembong. 1983. Yogyakarta : UGM Press.
Taksonomi
Tumbuhan
Tentang
Sel
(Spermatophyta).
View more...
Comments