Oil Water Separator

July 17, 2019 | Author: aini | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Tugas Semester 5...

Description

A. OIL WATER SEPARATOR (OWS)

OIL WATER SEPARATOR OWS KAPAL OIL WATER SEPARATOR "ows" merupakan suatu alat kapal dimana fluida yang tidak saling larut dipisahkan satu sama l ainnya karena perbedaan masa jenis (densitas), dalam hal ini fluida yang dimaksud adalah air dan minyak, yang mana berat jenis air lebih besar dari pada berat jenis minyak sehingga saat proses  pemisahan terjadi air akan berada di bagian bawah dan minyak akan berada dibagian atas.  prinsip kerja pemisahan oil water separator dilakukan dengan mengubah kecepatan dan arah ar ah fluida dari sumur (well), sehingga fluida tersebut dapat terpisah. fungsi Oil water Separator yaitu digunakan dalam penanganan air yang berasal dari bilga dimana air tersebut masih  bercampur dengan minyak dan harus dipisahkan sebelum dibuang kelaut. Pada Oil Water Separator memiliki dua bagian utama antara lain : 1. Ruang pemisah yang kasar (tbng 1) 2. Ruang pemisah yang halus (2)

Cara kerja oil water separator "OWS" di atas kapal 1. Proses Pemisahan pada tabung pertama Air got yang dipornpa masuk ke tabung pertarna akan menjalani pemisahan dimana air got terscbut akan melewati plat –  plat pemisah utama yang terpasang horizontal dalam tabung pemisah sehingga lumpur tidak akan melewati ataupun ikut dengan air got ke ruang. Air got yang masih mengandung minyak yang melewati plat –   plat utama ini akan menjalani proses pemisahan pada plat –  plat kedua, sehingga lumpur yang ringan akan tertahan. Selanjutnya dalam tabung ini akan terjadi proses pemisahan dimana prinsip kerjannya berdasarkan berat jenis cairan sehingga minyak yang memiliki berat jenis lebih rendah dari air akan berada dipermukaan air dan terkumpul dalam ruang  pengumpulan minyak. Kemudian air got yang telah dipisahkan dengan minyak  berdasarkan berat jenis ini, akan disalurkan ke tabung pemisah kedua.

2. Proses pemisah pada tabung kedua Setelah melalui proses pemisahan pada tabung pemisah pertama, air got yang telah  berkurang kandungan minyaknya akan mengalami proses pemisahan lagi, dimana pada tabung pemisah kedua air got akan disaring kembali melalui Coallescer sehingga  partikel –  partikel minyak akan dialirkan keluar tabung pemisah untuk dibuang ke laut, namun sebelumnya melalui suatu alat pendeteksi kandungan minvak (Oil Content meter) untuk mencegah teriadinya pencemaran di laut 3. Proses Pengeluaran Minyak dari Ruang Pengumpul pada Tabung Pemisah Setelah mengalami proses pemisahan antara air got dan kandungan minyak dalam tabung, maka kandungan minyak yang terkumpul dalam ruang pengumpul minyak akan terus bertambah selama pompa bilge masih bekerja, hingga pada saat tingkat minyak dalam ruang sudah tinggi, maka alat pengontrol tingkat ketinggian minyak akan bekerja sehingga mengaktifkan katup solenoid untuk membuka. Maka pada saat itulah minyak yang terkumpul dalam ruang pengumpulan akan mengalir ke Waste Oil tank, dengan adannya pengeluaran minyak dalam tabung, maka tingkat ketinggian minyak akan menurun kembali sehingga alat sensor akan mengaktifkan katup solenoid untuk menutup. B. Oil Discharge Monitoring ( ODM ) Oil Discharge Monitoring dipakai untuk memonitor dan mengontrol pembuangan  ballast di kapal tanker yang disesuaikan dengan peraturan / persyaratan.

Oil Discharge Monitoring (ODM) terdiri dari : 1. Oil content meter, meter supply pump dan homogenizer (Oilcon), 2. Flow rate indicating system, 3. Control section, recording device dan alarm (Central Control Unit : CCU), 4. Overboard discharge control 5. Ship’s LOG. Siatem dan Fungsi Oil Discharge Monitoring (ODM) yaitu Ballast yang akan dibuang melalui overboard discharge akan diukur pada measurement cell dari oilcon. Hasil dari  pengukuran ini akan dirubah ke signal listrik dan digunakan sebagai petunjuk pada control box yang terletak dicargo control room, kadar minyak dar i contoh air ditunjukan pada control box.

Besarnya buangan ballast yang melalui overboard discharge akan dideteksi oleh odifice flow meter yang ditempatkan pada discharge line. Hasil cat atan ini dirubah ke Pneumatic signal dan diteruskan ke P / E converter di cargo control room. Pencatatan kecepatan kapal didapatkan dari ship’s yang diteruskan ke CCU di cargo control room Dari CCU kemudian dihitung, hasil  pencatatan di CCU kemudian dicatat jumlah minyak yang terbuang. CCU mengeluarkan tanda apabila kondisi sesuai dengan peraturan tanda di CCU berhenti dan membunyikan alarm apabila kondisi melampaui peraturan.

C. Standard Discharge Connection

Standard Discharge Connection (S.D.C) merupakan Perlengkapan dan peralatan yang di pasang pada kapal barang berukuran >400 GT untuk pengawasan pembuangan minyak dari ruangan2 permesinan.

D. Oil record book (jurnal/buku catatan minyak)

Oil record book (jurnal/buku catatan minyak) adalah buku jurnal untuk mencatat kegiatan bongkar muat, bunkering, balasting, yang ada hubungannya dg minyak biarpun sedikit.

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Persyaratan penggunaan oil record book : setiap tanker GT 150 atau lebih harus dilengkapi dengan oil record book part I dan II setiap kapal non tanker GT 400 lebih harus dilengkapi oil record book part I  part I untuk mencatat dari ruang permesinan dan part II untuk pencatatan ruang muat setiap kegiatan dicatat dan ditandatangani oleh nahkoda dicatat dalam bahasa resmi tapi untuk kapal yang dilengkapi IOPP cert dalam bahasa inggris disimpan ditempat yang mudah dicapai untuk pemeriksaan disimpan selama 3 bulan terhitung pengisian terakhir PSC Officer berhak minta copy bila diperlukan

Pengisian oil record book : a. Oil record book part 1 (dari ruang mesin) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

 pengisian ballast atau pencucian tanki bahan bakar  pembuangan ballast kotor atau ballast yang disimpan di tanki bahan bakar  pengumpulan atau pembuangan oli residu (sludge)  pembuangan air got kamar mesin kondisi dari OWS dan ODM  pembuangan karena kecelakaan  pengisian bahan bakar (fuel oil) dan pelumas (lube oil)

 b. Oil record book part 2 ( dari ruang muat) 1.  pemuatan minyak 2.  pemindahan internal muatan 3.  pembongkaran muatan 4.  pengoperasian COW 5.  pengisian ballast di tanki muatan 6.  pengisian dedicated ballast tank 7.  pencucian tanki muatan 8.  pembuangan ballast kotor 9.  pembuangan dari slop tank ke laut 10. pembuangan ballast bersih dari tanki muatan 11. pembuangan residu 12. pembuangan ballast dari DBT 13. kondisi OWS dan ODM 14. pembuangan karena kecelakaan

E. Sludge Tank  Sludge Tank ialah tangki untuk menampung minyak kotor hasil pemisahan oleh OWS terhadap air got.(Kapasitas minimum 2% dr volume tanki muatan).

F. OIL CONTENT METER (PENGUKUR KANDUNGAN MINYAK)

G. CRUDE OIL WASHING

H. SLOP TANK

I. OIL / WATER INTERFACE DETECTOR

J. SEGRETED BALLAST TANK

K. OIL BOOM Oil boom adalah peralatan yang digunakan untuk melokalisir atau mengurung tumpahan minyak di air. Penggelaran oil boom merupakan tindakan pertama yang dilakukan ketika terjadi kecelakaan tumpahan minyak, oil boom melokalisir dan mencegah minyak menyebar dan mencemari area yang lebih luas.

Kecepatan penggelaran oil boom sangatlah penting, karena minyak yang tumpah di air dapat menyebar dengan cepat tergantung kepada jenis minyak, jumlah minyak yang tumpah, kecepatan arus, gelombang dan angin. Semakin lama waktu penggelaran oil boom, semakin luas area yang tercemar, semakin besar usaha penanggulangan dan pada akhirnya semakin besar biaya yang perlu dikeluarkan. Struktur oil boom terdiri atas:  







  

Skirt  >> material yang membungkus oil boom, mampu menghalangi minyak Float  >> pelampung yang memberi daya apung pada oil boom, bisa berupa PE  foam, PU foam atau ruang udara Ballast  >> pemberat untuk memastikan oil boom selalu dalam posisi tegak lurus terhadap permukaan air Connector >> alat untuk menghubungkan satu bagian ( section) oil boom dengan bagian yang lain  Anchor point >> bagian untuk menyambungkan jangkar dengan oil boom, terletak di connector  Freeboard  >> bagian oil boom yang berada diatas permukaan air Draft  >> bagian oil boom yang berada dibawah permukaan air Boom overall  >> keseluruhan tinggi  oil boom >> freeboard  + draft 

TUGAS POLUSI DAN KESELAMATAN DI LAUT

BINTI QUROTUL AINI 1410313022

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK PERKAPALAN

FAKULTAS TEKNIK  UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

2017

Berita kapal tanker mengalai kebocoran

Dua kapal tabrakan, minyak bocor ke laut

Tim penyelamat saat ini tengah berupaya membersihkan tumpahan minyak setelah sebuah kapal tanker dan kapal barang bertabrakan di perairan Singapura. Para pejabat pelabuhan mengatakan tidak ada korban tewas atau terluka dalam insiden tabrakan itu. Namun salah satu tangki minyak milik kapal tanker Bunga Kelana 3 milik Malaysia itu bocor. Akibat kebocoran itu diperkirakan 2.000 ton minyak men tah tumpah ke lautan. Tabrakan itu terjadi di Selat Singapura, salah satu perairan paling sibuk di dunia. Otorita Laut dan Pelabuhan Singapura (MPA) mengatakan kapal tanker Bunga K elana 3 yang membawa minyak mentah dan kondensat mengalami rusak berat setelah bertabrkan dengan kapal barang MV Wally, yang berbendera St Vincent and Grenadines. Kedua kapal itu kini bersandar di Singapura, sementara upaya pembersihan laut masih terus berlangsung.

Lokasi kejadian ini tidak jauh dari perairan Indonesia dan Polisi Air Polda Riau telah meninjau lokasi dan dikhawatirkan minyak bisa sampai ke perairan Indonesia seperti dikatakan oleh direkturnya, AKBP Yassin Kosasih. "Dampaknya, apabila arusnya ke utara maka tumpahan minyak akan ke Singapura. Apabila begerak ke selatan, ini akan bergerak ke Batam," kata Kosasih kepada BBC Indonesia.

METODE PENANGGULANGAN TUMPAHAN MINYAK DI LAUT

Langkah pertama yang harus dilakukan dalam penangannan tumpahan minyak (oil spill) di laut adalah dengan cara melokalisasi tumpahan minyak menggunakan pelampung pembatas (oil booms), yang kemudian akan ditransfer dengan perangkat pemompa (oil skimmers) ke sebuah fasilitas penerima "reservoar" baik dalam bentuk tangki ataupun balon. Langkah penanggulangan ini akan sangat efektif apabila dilakukan di perairan yang memiliki hidrodinamika air yang rendah (arus, pasang-surut, ombak, dll) dan cuaca yang tidak ekstrem. Beberapa teknik penanggulangan tumpahan minyak diantaranya in-situ burning, penyisihan secara mekanis, bioremediasi, penggunaan sorbent dan penggunaan bahan kimia dispersan. Setiap teknik ini memiliki laju penyisihan minyak berbeda dan hanya efektif pada kondisi tertentu.

a. In-situ burning adalah pembakaran minyak pada permukaan air sehingga mampu mengatasi kesulitan pemompaan minyak dari permukaan laut, penyimpanan dan pewadahan minyak serta air laut yang terasosiasi, yang dijumpai dalam teknik penyisihan secara fisik. Cara ini membutuhkan ketersediaan booms (pembatas untuk mencegah penyebaran minyak) atau barrier yang tahan api. Beberapa kendala dari cara ini adalah pada peristiwa tumpahan besar yang memunculkan kesulitan untuk mengumpulkan minyak dan mempertahankan pada ketebalan yang cukup untuk dibakar serta evaporasi pada komponen minyak yang mudah

terbakar. Sisi lain, residu pembakara yang tenggelam di dasar laut akan memberikan efek buruk bagi ekologi. Juga, kemungkinan penyebaran api yang tidak terkontrol.

b. Cara kedua yaitu penyisihan minyak secara mekanis melalui dua tahap yaitu melokalisir tumpahan dengan menggunakan booms dan melakukan pemindahan minyak ke dalam wadah dengan menggunakan peralatan mekanis yang disebut skimmer. Upaya ini terhitung sulit dan mahal meskipun disebut sebagai pemecahan ideal terutama untuk mereduksi minyak pada area sensitif, seperti pantai dan daerah yang sulit dibersihkan dan pada jam-jam awal tumpahan. Sayangnya, keberadaan angin, arus dan gelombang mengakibatkan cara ini menemui banyak kendala.

c. Cara ketiga adalah bioremediasi yaitu mempercepat proses yang terjadi secara alami, misalkan dengan menambahkan nutrien, sehingga terjadi konversi sejumlah komponen menjadi produk yang kurang berbahaya seperti CO2 , air dan biomass. S elain memiliki dampak lingkunga kecil, cara ini bisa mengurangi dampak tumpahan secara signifikan. Sayangnya, cara ini hanya bisa diterapkan pada pantai jenis tertentu, seperti pantai berpasir dan berkerikil, dan tidak efektif untuk diterapkan di lautan.

d. Cara keempat dengan menggunakan sorbent yang bisa menyisihkan minyak melalui mekanisme adsorpsi (penempelan minyak pada permukaan sorbent) dan absorpsi

(penyerapan minyak ke dalam sorbent). Sorbent ini berfungsi mengubah fasa minyak dari cair menjadi padat sehingga mudah dikumpulkan dan disisihkan. Sorbent harus memiliki karakteristik hidrofobik,oleofobik dan mudah disebarkan di permukaan minyak, diambil kembali dan digunakan ulang. Ada 3 jenis sorbent yaitu organik alami (kapas, jerami, rumput kering, serbuk gergaji), anorganik alami (lempung, vermiculite, pasir) dan sintetis (busa poliuretan, polietilen, polipropilen dan serat nilon)

e. Cara kelima dengan menggunakan dispersan kimiawi yaitu dengan memecah lapisan minyak menjadi tetesan kecil (droplet) sehingga mengurangi kemungkinan terperangkapnya hewan ke dalam tumpahan. Dispersan kimiawi adalah bahan kimia dengan zat aktif yang disebut surfaktan (berasal dari kata : surfactants = surface-active agents atau zat aktif permukaan).

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF