Oecd Prinsip 5 Dan 6

April 28, 2019 | Author: Syaukan Baiquni | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

OECD prinsip 5 dan 6...

Description

ETIKA PROFESI DAN TATA KELOLA KORPORAT OECD Prinsip 5 dan 6 pada Kasus Satyam Computer Service

OLEH : SYAUKAN BAIQUNI : 164101210256

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTA SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA SURABAYA 2017

Analisis OECD Prinsip 5 pada Kasus Satyam Computer Service Pendahuluan

Satyam adalah salah satu perusahaan IT terbesar di India yang telah mencatatkan  perkembangan di bidang keuangan yang cukup pesat pada periode 2008. Perusahaan ini mempunyai 50 ribu karyawan yang tersebar di berbagai pusat pengembangan IT-nya di negara-negara Asia, Amerika, Eropa, dan Australia. Menjadi rekanan dari 654 perusahaan global, termasuk General Electric, Nestle, Qantas Airways, Fujitsu, dan 185 perusahaan Fortune 500 lainnya. Sahamnya listed di India’s National Stock Exchange, The New York Stock Exchange dan Euronext di Eropa. didirikan dan dipimpin oleh Ramalinga Raju, lulusan MBA Ohio University dan alumnus Harvard University. Pada Maret 2008, Satyam melaporkan kenaikan revenue sebesar 46,3 persen menjadi 2,1 milyar dolar AS. Di Oktober 2008, Satyam mengatakan bahwa revenue-nya akan meningkat sebesar 19-21 persen menjadi 2,55-2,59 milyar dolar pada bulan Maret 2009. Melihat semua reputasinya, pantas saja jika Satyam dinobatkan menjadi raksasa IT terbesar keempat di India.

Pada 16 Desember 2008, Satyam mengumumkan rencananya untuk mengakuisisi controlling interest di Maytas Infrastucture dan Maytas Properties senilai $1,6juta. Keluarga dari Ramalinga Raju, yaitu pemilik Satyam, menguasai saham yang besar di dua perusahaan Maytas tersebut. Kekhawatiran terhadap valuasi dari dua entitas tersebut, timing, metode  pembayaran dari para direktur independen menimbulkan penyelidikan yang lebih mendalam oleh investor Satyam dan ahirnya terjadi pembatalan rencana akuisisi tersebut. Kejadian tersebut kemudian diikuti dengan empat direktur independen mengundurkan diri dan Raju mengakui atas tindakan manipulasi laporan keuangan sebesar $1juta selama beberapa tahun terakhir.

 Namun, sungguh ironis, pada 7 Januari 2009, Ramalinga Raju tiba-tiba mengatakan  bahwa sekitar 1,04 milyar dolar saldo kas & bank Satyam adalah palsu (jumlah itu setara dengan 94% nilai kas & bank Satyam di akhir September 2008). Dalam suratnya yang dikirimkan ke jajaran direksi Satyam, Ramalinga Raju juga mengakui bahwa dia memalsukan nilai pendapatan bunga diterima di muka (accrued interest), mencatat kewajiban lebih rendah dari yang seharusnya (understated liability) dan menggelembungkan nilai piutang (overstated debtors).

Pada awalnya, Satyam fraud dilakukan dengan menggelembungkan nilai keuntungan  perusahaan. Setelah dilakukan selama beberapa tahun, selisih antara keuntungan yang sebenarnya dan yang dilaporkan dalam laporan keuangan semakin lama semakin besar. Alhasil menyusul skandal fraud dalam laporan keuangan Satyam, pada 10 Januari 2009 harga saham Satyam jatuh menjadi 11,5 rupees, atau hanya senilai 2% dari harga saham tertingginya di tahun 2008 sebesar 544 rupees. Satyam adalah pemenang penghargaan the coveted Golden Peacock Award for Corporate Governance under Risk Management and Compliance Issues di tahun 2008. Gelar itu kemudian dicabut sehubungan dengan skandal fraud yang dihadapinya.

Satyam selama enam tahun terakhir melakukan pelaporan yang salah. Hal ini bermula dari keinginan Ramalingga Raju untuk mendapatkan ijin perolehan dana dari bank untuk melakukan ekspansi Satyam. Sehingga Raju melakukan beberapa manipulasi seperti yang diungkapkan dalam surat yang dibuat oleh Ramalingga Raju pada saat meninggalkan jabatan Chairman di Satyam bawah ini : a) Saldo kas dan bank sebesar 50,40 miliar adalah fiktif jika dibandingkan dengan RS 53,61 milyar yang ditunjukkan dalam pembukuan  b) Piutang bunga fiktif sebesar RS 3,67miliar c) Utang yang understated senilai RS 12,3 miliar untuk dana dana yang “saya” atur  d) Piutang yang terlalu tinggi(overstated) senilai RS 4,90 miliar. (yang ditunjukkan di  pembukuan sebesar RS 26,51 miliar) e) Untuk Q2 September, pendapatan lebih besar RS 5,88 milyar dan operating margin yang dilaporkan senilai Rs 6,49 miliar seharusnya bernilai Rs 610 juta. Hal ini mengakibatkan adanya saldo kas fiktif senilai Rs 5,88 miliar. “It was like riding a tiger, not knowing how to get off without being eaten” - Ramalingga

Raju- Pada 14 Januari 2009, auditor Satyam selama 8 tahun terakhir  –   Price Waterhouse India mengumumkan bahwa laporan auditnya berpotensi tidak akurat dan tidak reliable karena dilakukan berdasarkan informasi yang diperoleh dari manajemen Satyam. Institusi akuntan di India ICAI, meminta PwC memberikan jawaban resmi dalam 21 hari terkait skandal Satyam. Ini bukan pertama kalinya PwC tersangkut masalah di India. Pada 2005, The Reserve Bank of India melarang PwC untuk mengaudit bank selama 8 tahun karena melakukan audit yang tidak memadai atas non-performing asset dari Global Trust Bank. PwC menghadapi investigasi terkait kegagalannya mengidentifikasi fraud senilai 21 juta euro di divisi air mineral grup perusahaan Greencore.

Analisis OECD Prinsip 5 (tahun 2008) 1. Informasi harus disajikan dan diungkapkan sesuai dengan standar kualitas akuntansi dan pengungkapan keuangan dan non-keuangan;

Pada 7 Januari 2009, Ramalinga Raju tiba-tiba mengatakan bahwa sekitar 1,04 milyar dolar saldo kas & bank Satyam adalah palsu (jumlah itu setara dengan 94% nilai kas &  bank Satyam di akhir September 2008). Dalam suratnya yang dikirimkan ke jajaran direksi Satyam, Ramalinga Raju juga mengakui bahwa dia memalsukan nilai pendapatan  bunga diterima di muka (accrued interest), mencatat kewajiban lebih rendah dari yang seharusnya (understated liability) dan menggelembungkan nilai piutang (overstated debtors). Satyam mengakui bahwa mereka tidak memiliki anggota komite audit yang ahli keuangan, sebagaimana diharuskan dalam aturan regulator pasar model di Amerika Serikat.

Pada akhir tahun 2008 melakukan kebijakan akuisisi dengan Maytas Properties dan Maytas Infrastructure dengan nilai akuisisi $1,6 milyar yang dijalankan oleh anak lakilaki dari Ramalinga Raju yang merupakan kepala dan pendiri Satyam ( promoter ). Hal tersebut mengindikasikan adanya transaksi hubungan istimewa atau related party transactions (RPTs) yang dilakukan atas hubungan keluarga. Selain itu juga terdapat

indikasi lain yang melatar belakangi tindakan  fraud yang dilakukan oleh Satyam, yaitu ternyata perusahaan tidak memiliki Dewan Independen dan walaupun Satyam membedakan posisi CEO dan kepala Dewan, kedua posisi tersebut ternyata diduduki oleh orang yang masih memiliki hubungan saudara dan memiliki kepentingan utama dalam manajemen..

Salah satu direktur independen menerima kompensasi tujuh kali lebih besar dari yang lain dan angkanya di atas harga pasar. Ternyata dia juga melakukan pekerjaan konsultasi untuk perusahaan, sesuatu yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh seorang direktur independen karena akan menyebabkan benturan kepentingan. Data lain menyebutkan  bahwa anggota dewan Satyam kebanyakan diisi oleh keluarga dari pemegang saham  pengendali

2. Pihak Auditor Eksternal

PwC India tidak menjalankan tanggungjawabnya dengan memadai sebagai seorang auditor. PwC India dianggap tidak melakukan audit yang memadai atas laporan keuangan Satyam sehingga menyebabkan penyelewengan (fraud) yang dahsyat bagi keuangan dan akuntansi, yang tidak terdekteksi selama bertahun-tahun. Sebagai auditor yang  profesional, seharusnya PwC India yang menangani klien Satyam dapat memberikan jasa audit profesional sebaik mungkin sesuai dengan codes of ethics dan peraturan-peraturan yang berlaku. Auditor.  profesional seharusnya dapat memberikan jasa pemeriksaan (audit) yang memadai sehingga

hasil

pemeriksaan

yang

tertuang

dalam

opini

yang

diberikan

dapat

dipertanggungjawabkan dan dapat digunakan seoptimal mungkin bagi pembuatan keputusan oleh users dari laporan keuangan yang telah diaudit.

PwC India dalam kasus ini cenderung menunjukkan sikap toleransi terhadap kesalahan-kesalahan tersebut, yang berimplikasi pada tidakindependennya PwC India dalam melakukan audit. Namun dalam kasus ini pihak PwC India tidak menunjukkan kompetensinya dalam mengaudit Satyam karena tidak mengungkapkan keslahankesalahan yang terjadi dalam laporank euangan Satyam dalam hasil auditnya.

Kasus ini menjelaskan pula bahwa PwC India tidak memberikan jasa audit dengan  prinsip kehati-hatian. Kompetensi disini bukan hanya berarti bahwa dalam memberikan  jasa audit, auditor harus memiliki pengetahuan, wawasan dan kompetensi yang memadai, akan tetapi juga bersikap rasional atas setiap tindakan yang akan memiliki dampak kepada client dan pengguna (users) laporan keuangan yang telah diaudit. Oleh karenanya, auditor  juga harus mempertimbangkan setiap risiko yang dihadapi dan yang akan terjadi ketika auditor mengeluarkan suatu opini mengenai kondisi kewajaran kliennya. Dalam kasus ini, seharusnya PwC India, berdasarkan prinsip kehati-hatian, telah mempertimbangkan segala risiko yang dapat terjadi dari tindakan memberikan opini yang tidak sesuai dengan kondisi Satyam. Namun, mereka tidak melakukannya.

Analisis OECD Prinsip 5 (tahun 2014 - 2015)

1. Informasi harus disajikan dan diungkapkan sesuai dengan standar kualitas akuntansi dan  pengungkapan keuangan dan non-keuangan; Dari prinsip kelima menerangkan bahwa keterbukaan harus meliputi, namun tidak terbatas  pada, informasi material atas: keuangan dan hasil operasi perusahaan; tujuan perusahaan; kepemilikan saham mayoritas dan hak suara; kebijakan renumerasi untuk dewan komisaris dan direksi, dan informasi tentang anggota dewan komisaris, termasuk kualifikasi, proses seleksi, perangkapan jabatan dan independensinya; transaksi dengan pihak terkait (afiliasi); faktor-faktor risiko yang dapat diperkirakan; hal-hal penting berkaitan dengan karyawan dan  para pemangku kepentingan ( steakholder ) lainnya; serta struktur dan kebijakan tata kelola khususnya berkaitan dengan isi dari pedoman atau kebijakan tata kelola perusahaan dan  penerapannya. Dalam laporan keuangan tahunan (Annual Report) Mahindra Satyam sudah mengungkapkan laporan keuangan dan non keuangan. Dengan dilampirkannya laporan keuangan dan non keuangan sebagai berikut :

2. Audit tahunan harus dilakukan oleh auditor independen, kompeten dan berkualitas dalam rangka memberikan jaminan eksternal dan obyektif kepada pengurus dan pemegang saham  bahwa laporan keuangan cukup mewakili posisi keuangan dan kinerja perusahaan dalam semua hal yang material yang telah di ungkapkanpada annual reportdiauditoleh A.B Jani& Partner ( hal.81) 3. Auditor eksternal harus bertanggung jawab kepada pemegang saham dan berkewajiban kepada perusahaan untuk melakukan kerja profesional dalam melakukan audit dalam hal ini A.B jani & Partner selaku auditor eksternal telah menerbitkan laporan audit independen.

4. Media penyebaran informasi harus memberikan akses informasi yang relevan bagi pengguna secara sama (equal), tepat waktu, dan biaya yang efisien; dalam hal ini Mahindra Satyam sudah memberikan akses informasi yang relevan bagi pengguna secara sama, tepat waktu, dan biaya yang efisien melalui websitenya dalam penyebaran annual reportnya. 5. Serta kerangka tata kelola perusahaan harus mengarah dan mendorong terciptanya ketentuan mengenai analisa atau saran dari analis, pedagang perantara efek, pemeringkat dan pihak lainnya yang relevan dengan keputusan investor, tidak mengandung benturan kepentingan yang material yang mungkin mempengaruhi integritas analisa atau saran yang diberikan.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF