Obligasi Syariah (Sukuk)

April 9, 2024 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Obligasi Syariah (Sukuk)...

Description

INVESTASI PADA OBLIGASI SYARIAH (SUKUK) Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah: Manajemen Investasi dan Pasar Modal Syariah Dosen Pengampu: Muhamad Wildan Fawaid, M.E.I

Disusun Oleh: 1. Husna Alfina

(931314716)

2. Nuranisah

(931314816)

3. Nur Lailatul Farida

(931314916)

4. Novi Miftahurrohmah (931315516)

PROGAM STUDI EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI

KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam. Karena tanpa rahmat dan kasih sayang-Nya, kami tak akan dapat menyelesaikan makalah kami tepat pada waktunya. Dan tak lupa, sholawat serta salam semoga senantiasa terlimpah kepada junjungan kita, Nabi Agung Muhammad SAW. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Manajemen Investasi dan Pasar Modal Syariah pada semester VI dengan tema “Investasi Pada Obligasi Syariah (Sukuk)”. Diharapkan, makalah ini dapat membuka pengetahuan pembaca mengenai bagaimana investasi pada sukuk dan jenis-jenis investasinya. Kami ucapkan terima kasih kepada Bapak M. Wildan Fawaid, M.E.I selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen Investasi dan Pasar Modal Syariah yang telah memberi kami kesempatan untuk memaparkan materi ini. Juga, kepada semua pihak yang telah berperan dalam penyusunan makalah ini, kami ucapkan terima kasih. Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari adanya banyak kekurangan serta kesalahan yang bertebaran di dalamnya, maka kami harapkan kritik serta saran yang membangun sehingga di kemudian hari akan menjadi lebih baik. Kami berharap bahwa makalah ini akan bermanfaat bagi pembacanya.

Kediri, 06 April 2019 Kelompok VII

(Tim Penyusun)

i

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................ i DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................................. 3 B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3 C. Tujuan Rumusan Masalah ............................................................................ 4 BAB II : PEMBAHASAN A. Pengertian Sukuk .......................................................................................... 5 B. Fatwa DSN tentang Sukuk............................................................................ 5 C. Perbedaan Sukuk dan Obligasi Konvensional .............................................. 7 D. Jenis Sukuk Menurut AAOFI ....................................................................... 8 E. Mekanisme Penerbitan dan Perdagangan Obligasi ...................................... 8 F.

Perdagangan Obligasi dalam Perspektif Islam ........................................... 11

BAB III : PENUTUP Kesimpulan ........................................................................................................ 13 DAFTAR PUSTAKA

ii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sukuk menjadi salah satu alternatif investasi bagi para investor yang ingin berinvestasi pada surat berharga. Sama halnya dengan surat utang konvensional atau obligasi, sukuk juga diperjualbelikan di pasar modal yang disebut dengan Pasar Modal Syariah. Pasar Modal Syariah adalah pasar modal seperti halnya dengan pasar modal surat berharga konvesional sebagaimana yang diatur dalam UUPM (Undang-Undang Pasar Modal), tetapi ada tambahan syarat yaitu pasar modal ini tidak boleh bertentangan dengan syariat Islam. Sukuk berbeda dengan obligasi. Perbedaan ini dapat dilihat dari tidak digunakannya suku bunga tetap sebagai imbalan bagi para investor seperti halnya dalam obligasi. Suku bunga tetap dalam syariat Islam dilarang karena merupakan riba. Perbedaan yang paling mendasar antara sukuk dengan obligasi adalah tidak digunakannya suku bunga efektif sebagai imbalan. Selain itu, sukuk hanya beredar pada bisnis perusahaan yang sesuai dengan syariat Islam atau perusahaan yang tidak melanggar syariat Islam. Sebagai ganti atas penyertaan modal atau investasi, investor diberikan nisbah sesuai dengan kesepakatan di awal antara pemilik dana (investor) dan pelaksana kegiatan. Pada saat awal perjanjian akad dibuat, akad bukan merupakan suatu surat perjanjian utang piutang melainkan akad adalah surat penyertaan modal atau investasi. Di dalam sukuk juga harus jelas bidang investasi apa yang akan dijalankan oleh pengguna dana dan harus berlandaskan syariat Islam. Bisnis yang dijalankan oleh perusahaan penerbit sukuk juga tidak boleh beroperasi pada bidang-bidang yang dilarang oleh syariat Islam. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah: 1. Apa itu sukuk ? 2. Bagaimana Fatwa DSN tentang sukuk ? 3. Apa perbedaan sukuk dan obligasi konvensional ?

3

4. Apa saja jenis sukuk menurut AAOFI ? 5. Bagaimana mekanisme penerbitan dan perdagangan obligasi ? 6. Bagaimana perdagangan obligasi dalam perspektif Islam ? C. Tujuan Rumusan Masalah Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah: 1. Untuk mengetahui definisi sukuk. 2. Untuk mengetahui Fatwa DSN tentang sukuk. 3. Untuk mengetahui perbedaan sukuk dan obligasi konvensional. 4. Untuk mengetahui jenis sukuk menurut AAOFI. 5. Untuk mengetahui mekanisme penerbitan dan perdagangan obligasi. 6. Untuk mengetahui perdagangan obligasi dalam perspektif Islam.

4

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Sukuk Sukuk berasal dari bahasa Arab Sakk jamaknya sukuk, dokumen, deed, check, cheque merupakan sertifikat keuangan, tetapi dapat juga diistilahkan dengan obligasi syariah.1 Sukuk atau obligasi syariah adalah surat berharga sebagai instrumen investasi yang diterbitkan berdasar suatu transaksi akad syariah yang melandasinya (underlying transaction), yang berupa ijarah (sewa), mudharabah (bagi hasil), musyarakah atau yang lain. Merujuk

kepada

Fatwa

Dewan

Syariah

Nasional

No.

32/DSN-

MUI/IX/2002, Obligasi Syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.2 Sukuk secara luas digunakan oleh masyarakat muslim di Era Pertengahan sebagai surat berharga yang merupakan obligasi keuangan syariah yang berasal dari perdagangan atau kegiatan lainnya. Bagaimanapun struktur sukuk saat ini berbeda dari sukuk yang mula-mula digunakan dan mirip dengan sekuritas konvensional, suatu proses dimana kepemilikikan aset-aset utama dipindahkan kepada sejumlah besar investor melalui surat berharga yang umumnya diketahui sebagai sertifikat, sukuk, atau instrumen lain yang menggambarkan proporsi nilai dari aset yang relevan.3 B. Fatwa DSN tentang Sukuk Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor : 32/DSN-MUI71X/2002 tentang obligasi syariah 1. Ketentuan Umum

Hulwati, “Investasi Sukuk: Perspektif Ekonomi Syari’ah”, Jebi (Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Islam), Volume 2, (Januari-Juni, 2017), 89. 2 Burhanuddin, Pasar Modal Syariah (Yogyakarta : UII Press Yogyakarta), 58. 3 Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi Pada Pasar Modal Syariah (Jakarta: Kencana, 2008), 139. 1

5

a) Obligasi yang tidak dibenarkan menurut syariat yaitu obligasi yang bersifat hutang dengan kewajiban membayar berdasarkan bunga b) Obligasi yang dibenarkan menurut syariah yaitu obligasi yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah. c) Obligasi syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil, margin, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo. 2. Ketentuan Khusus a) Akad yang dapat digunakan dalam penerbitan obligasi syariah antara lain: 1) Mudharabah (Muqaradhah)/Qiradh 2) Musyarakah 3) Murabahah 4) Salam 5) Istina 6) Ijarah b) Jenis usaha yang dilakukan emiten (mudharib) tidak boleh bertentangan dengan syariah dengan memperhatikan substansi fatwa DSN-MUI nomor 20/DSN-MLMV72O01 tentang pedoman investasi untuk reksadana syariah c) Pendapatan (hasil) investasi yang dibagikan emiten (mudharib) kepada pemegang obligasi syariah Mudharabah (shahibul maal) harus bersih dari unsur non halal. 3. Penyelesaian Perselisihan Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan diantara pihak-pihak terkait, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah. 4. Penutup Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurkan sebagaimana mestinya.4 4

Abdul Manan, Aspek Hukum dalam Penyelenggaraan Investasi Di Pasar Modal Syariah Indonesia Edisi Pertama (Jakarta : Kencana, 2009), 327-328.

6

C. Perbedaan Sukuk dan Obligasi Konvensional No. Indikator Pembeda Sukuk 1. Sifat instrumen Sertifikat kepemilikan/ penyertaan atas sesuatu 2. Penghasilan Imbalan, bagi hasil, dan margin 3. Jangka waktu Pendek menengah 4. Underlying asset Perlu ( aset dasar) 5. Obligor, SPV, investor, Pihak terkait trustee 6. Investor Islam dan konvensional 7. Penggunaan hasil Harus sesuai syariat penerbitan Islam

Obligasi Instrumen pengakuan utang Bunga/kupon dan capital gain Menengah panjang

8.

Pendapatan bunganya bertentangan dengan syariah

Prinsip syariah 9.

10. 11. 12.

13.

14. 15.

Berdasarkan syariah

prinsip

Tidak perlu Obligor/ issuer investor Konvensional Bebas5

dan

Representasi penyertaan/ kepemilikan pada aset/ Berupa utang usaha Representasi dari Representasi share of Representasi penjualan share of assets assets utang Berbasis pada nilai Basis pendapatan Berbasis pada income utang (obligasi) Bersifat variabel tetapi Variabilitas ada yang bersifat tetap pembayaran yaitu yang bersumber Bersifat tetap pendapatan dari fee atau sewa pada ijarah Ada pihak yang punya hak istimewa, seperti Tidak ada pihak yang Hak istimewa kesempatan pertama punya hak istimewa membeli sekuritas yang diterbitkan Risiko Tidak bebas risiko Bebas dari risiko Prioritas bagian Prioritas sebelum saham Prioritas pertama6 likuiditas Representasi kepemilikan

5

Nurul Huda dan Mohammad Heykal, Lembaga Keuangan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, ), 268. 6 Muhammad Nafik HR, Bursa Efek dan Investasi Syariah, (Jakrta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2009), 247.

7

D. Jenis Sukuk Menurut AAOFI Berbagai jenis struktur sukuk yang dikenal secara internasional dan telah mendapatkan endorsement dari The Accounting and Auditing Organization for Islamic Instutions (AAOIFI) antara lain: 1. Sukuk ijarah, yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad ijarah dimana satu pihak bertindak sendiri atau melalui wakilnya menjual atau menyewakan hak atas manfaat atas suatu aset kepada pihak lain berdasarkan harga dan periode yang disepakati, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan aset itu sediri. Sukuk ijarah dibedakan menjadi Ijarah Al Muntahiya Bittamlik (Sale and Lease Back) dan Ijarah Headlease and Sublease. 2. Sukuk mudharabah, yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad mudharabh dimana satu pihak menyediakan modal (rab al-maal) dan pihak yang lain menyediakan tenaga dan keahlian (mudharib), keuntungan dari kerjasama tersebut akan dibagi berdasarkan perbandingan yang telah disetujui sebelumnya. Kerugian yang timbul akan ditanggung sepenuhnya oleh pihak yang menjadi penyedia modal. 3. Sukuk musyarakah, yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad musyarakah dimana dua pihak atau lebih bekerja sama menggabungkan modal untuk membangun proyek baru, mengembangkan proyek yang telah ada, atau membiayai kegiatan usaha. Keuntungan maupun kerugian yang timbul ditanggung bersama sesuai dengan jumlah pastisipasi modal masing-masing pihak. 4. Istisna’, yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad istisna’ dimana para pihak menyepakati jual beli dalam rangka pembiayaan suatu proyek/ barang. Adapun harga, waktu penyerahan, dan spesifikasi proyek/ barang ditentukan terlebih dahulu berdasarkan kesepakatan.7 E. Mekanisme Penerbitan dan Perdagangan Obligasi Prosedur penerbitan obligasi Dalam penerbitan obligasi, perusahaan penerbit akan menjelaskan jumlah dana yang diperlukan, dikenal dengan istilah jumlah emisi obligasi, dan mesti memperkirakan jatuh tempo obligasi tersebut. Adapun prosedur penerbitan obligasi adalah sebagai berikut :

7

a

Pernyataan penerbitan telah dinyatakan efektif oleh Bapepam

b

Laporan keuangan yang diaudit akuntan yang terdaftar di Bapepam

Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis (Jakarta : Kencana, 2010), 266.

8

c

Nilai nominal obligasi yang dicatatkan 25 milyar

d

Jarak masa permohonan dengan penerbitan sekurang-kurangya 6 bulan, dan masa jatuh tempo obligasi minimal 4 tahun

e

Perusahaan penerbit telah beroperasi minimal 3 tahun

f

Pada 2 tahun terakhir perusahaan telah mendapatkan keuntungan dan tidak ada kerugian pada 1 tahun terakhir

g

Anggota administrasi mempunyai nama baik

Perdagangan Obligasi Obligasi diperdagangkan melalui penawaran dan pemesanan obligasi – selayaknya perdagangan pada umumnya – pada pasar utama : 8 a

Penawaran pertama obligasi yang dieterbitkan perusahaan kepada investor dilakukan oleh wali amanat dan agen penjual di pasar primer

b

Kemudian investor menghubungi wali amanat atau broker sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan

c

Pemesanan obligasi diikuti dengan pembayaran

d

Wali amanat atau agen penjual memberi maklumat mengenai hasil penawaran kepada investor

e

Proses peruntukan (allotmen) obligasi kepada investor dilakukan oleh wali amanat dan emiten

f

Apabila umlah obligasi kurang dari yang dipesan investor, maka kelebihan dana akan dikembalikan (proses ini disebut refund) Kemudian obligasi dibagikan kepada investor melalui wali amanat dan agen

penjual. Obligasi yang telah diterbitkan perusahaan akan dibeli atau dijual di pasar primer dengan harga nominal setelah dilakukan penawaran dan perdagangan obligasi pada pasar primer , kemudian dicatat Bursa Efek. Obligasi yang tercatat di bursa efek dapat diperdagangkan dengan cara yang sama seperti transaksi saham. Harga obligasi ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran di pasar.9

8 9

Abdul Aziz, Manajemen Investasi Syari’ah (Bandung : Alfabeta, 2010), 110-112. Maisarah Leli, “Transaksi Obligasi Syariah (Tinjauan Transaksi Obligasi Menurut Prinsipprinsip Syariah)”, Jurnal Ilmiah Syari‘ah, Volume 16, Nomor 1, (Januari-Juni 2017), 56.

9

Prosedur Melakukan Investasi Obligasi Keuntungan dalam berinvestasi dengan obligasi dipengaruhi oleh banyak hal. Salah satunya adalah pengetahuan tentang peluang para individu dalam melihat peluang dan mempelajari seluk beluk sarana investasi itu sendiri. Dalam mencapai berbagai tujuan keuangan beragam produk investasi tersedia, tinggal para investor untuk memilih produk mana yang akan dijadikan andalan investasi. Apabila para investor lebih memilih investasi melalui obligasi maka ada beberapa tahap yang perlu dilalui supaya tujuan investasi melalui obligasi memberikan hasil yang maksimal sesuai dengan rencana. Tahapan tersebut seperti di bawah ini: 1. Membuka rekening Tahap awal yang harus dilakukan dalam proses transaksi obligasi adalah memilih perusahaan sekuritas yang memiliki devisi fixed income yang menangani pembelian dan penjualan obligasi. Pilih perusahaan dengan pengalaman, tim yang solid baik trader/dealer ataupun riset serta fee yang kompetitif. Dengan membuka rekening, investor bisa mendapatkan informasi perkembangan dan perdagangan obligasi setiap saat, sehingga investor mendapatkan pengetahuan pergerakan pasar obligasi secara akurat dan up to date. 2. Memahami produk obligasi Pada tahap ini, investor dianjurkan untuk mempelajari seluk beluk informasi yang dibutuhkan mengenai obligasi, baik mengenai investasinya sendiri, potensi risiko yang terkandung, maupun potensi keuntungannya. Hal ini dapat diperoleh dengan mempelajarinya secara mandiri, bertanya kepada bagian riset perusahaan sekuritas, dimana investor membuka rekening atau melalui internet. Dengan mempelajari instrumen obligasi secara lengkap, diharapkan investor mengenal investasi tersebut dengan baik, sehingga mempermudah pengambilan keputusan investasi. Mempelajari instrumen dimana investor ingin mendapatkan investasi, akan memberikan manfaat maksimal dalam mencapai rencana yang diinginkan. 3. Melakukan analisis

10

Analisis dilakukan, agar keputusan yang diambil sesuai dengan apa yang diinginkan, yaitu kestabilan pendapatan. Aspek-aspek yang dibutuhkan seperti kupon, jangka waktu, nilai penerbitan, dan peringkat. Latar belakang serta profil penerbit juga menjadi pertimbangan sendiri. Dengan informasi yang lengkap, diharapkan keputusan yang diambil tidak menimbulkan kerugian yang cukup besar. Dianjurkan untuk membandingkan antara obligasi sejenis. 4. Memberikan amanat beli Setelah melalui analisis, investor memperoleh jenis obligasi yang ingin dibeli. Tahap selanjutnya adalah memberikan amanat pembelian kepada trader atau broker obligasi yang telah kita pilih. Pihak trader akan melakukan pembelian obligasi sesuai dengan jenis serta harga yang diinginkan. 5. Menyiapkan dana Membeli obligasi membutuhkan dana yang tidak sedikit. Satuan pembelian obligasi biasanya bernilai kurang lebih Rp 1 miliar, sehingga sulit bagi investor individu untuk dapat ikut berinvestasi dalam obligasi. 6. Menyelesaikan pembayaran obligasi Pembayaran dana pembelian obligasi dilakukan melalui transfer ke rekening perusahaan sekuritas tersebut. Setelah pembayaran selesai, maka investor sebagai pembeli tinggal menunggu proses settlement atas transaksi tersebut. Obligasi yang telah dibeli akan tercantum di dalam rekening perusahaan sekuritas yang tercatat di KSEI (Kustodian Sentral Efek Indonesia). Dan pemindahtanganan hak atas obligasi akan sangat mudah dilakukan secara elektronik, karena saat ini fisik obligasi tidak lagi berupa sertifikat, namun sudah scriptless (tahap warkat).10 F. Perdagangan Obligasi dalam Perspektif Islam Menurut Adiwarman (2003: 57), jual beli utang dibedakan menjadi dua yaitu jual beli utang yang representasi ‘ayn dan jual beli utang yang tidak merupakan representasi ‘ayn. Secara umum dapat dikatakan bahwa hanya jual beli 10

Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah: Dalam Perspektif Kewenangan Peradilan Agama, (Jakarta: Kencana, 2012), 330-331.

11

utang yang merupakan representasi ‘ayn saja yang dapat diperjualbelikan. Adapun jual beli utang dengan dayn bin dayn dapat dibedakan menjadi: 1. Jual beli kepada si pengutang (bai’ al dayn lil madin, sale of debt to the debtori), yang dapat dibedakan menjadi: a. Utang yang pasti pembayarannya (confirmed, mustaqir). Bagi madzab Hambali dan Zahiri transaksi ini boleh. b. Utang yang tidak pasti pembayarannya (unconfirmed, ghairu mustaqir), transaksi ini terlarang. 2. Jual beli kepada pihak ketiga (bai’ al-dayn lil ghairu madin, sale of debt to third party) yang dapat dibedakan menjadi empat pendapat: a. Kebanyakan ulama madzab Hanafi dan Syafi’i, beberapa ulama Hambali dan Zahiri secara tegas tidak membolehkan hal ini b. Ibnu Taimiyah membolehkan bila utangnya adalah utang yang pasti pembayarannya (confirmed, mustaqir) c. Imam Siraji, Subki dan Nawawi membolehkannya d. Imam Anas bin Malik dan Zurqoni membolehkannya Berpijak dari mekanisme perdagangan jual beli utang (obligasi) dapat dinyatakan bahwa investor hanya menguasai sertifikat sebagai bukti atau melalui rekening kepemilikan bagi utang (obligasi) tanpa sertifikat, sementara manfaat utang (obligasi) dikuasai oleh pihak lain. oleh karena itu, pemilikan investor tehadap utang (obligasi) dari segi objek dikenal dengan istilah milk al-dayn yaitu pemilikan terhadap utang yang terdapat pada orang lain. Prinsip dasar jual beli utang (obligasi) syariah adalah sebagai berikut: 1. Menggunakan sistem mudharabah 2. Untuk pasar sekunder dapat digunakan mekanisme hawalah 3. Dijual dengan harga nominal di pasar perdana 4. Obligasi syariah merupakan suatu kontrak utang yang tertulis, berjangka panjang. Untuk itu pengembalian utang dan pembayaran keuntungan dilakukan berdasarkan akad, tetap pada suatu saat dapat ditarik kembali sesuai akad.11

11

Abdul Aziz, Manajemen Investasi Syari’ah . . . , 116.

12

BAB III PENUTUP Kesimpulan Obligasi Syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo. Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor : 32/DSN-MUI71X/2002 tentang obligasi syariah, memuat antara lain ketentuan umum sukuk, ketentuan khusus sukuk, penyelesaian perselisihan, dan penutup. Perbedaan antar sukuk dan obligasi konvensional terdiri dari beberapa macam indikator yang membedakannya, diantaranya adalah sifat instrumen, penghasilan, jangka waktu, underlying asset (aset dasar), pihak terkait, investor, penggunaan hasil

penerbitan,

prinsip

syariah,

representasi

kepemilikan,

representasi dari share of assets, basis pendapatan, variabilitas pembayaran pendapatan, hak istimewa, risiko, dan prioritas bagian likuiditas. Jenis Sukuk Menurut The Accounting and Auditing Organization for Islamic Instutions (AAOIFI) terbagi menjadi empat, yaitu sukuk ijarah, sukuk mudharabah, sukuk musyarakah, dan istisna’. Prosedur penerbitan obligasi adalah 1) pernyataan penerbitan telah dinyatakan efektif oleh Bapepam, 2) laporan keuangan yang diaudit akuntan yang terdaftar di Bapepam, 3) nilai nominal obligasi yang dicatatkan 25 milyar, 4) jarak masa permohonan dengan penerbitan sekurang-kurangya 6 bulan, dan masa jatuh tempo obligasi minimal 4 tahun,5) perusahaan penerbit telah beroperasi minimal 3 tahun, 6) pada 2 tahun terakhir perusahaan telah mendapatkan keuntungan dan tidak ada kerugian pada 1 tahun terakhir,dan 7) anggota administrasi mempunyai nama baik. Obligasi diperdagangkan melalui penawaran dan pemesanan obligasi – selayaknya perdagangan pada umumnya – pada pasar utama. Prosedur/tahapan melakukan investasi obligasi langkahnya meliputi 1) Membuka rekening, 2) Memahami produk obligasi, 3) Melakukan analisis, 4) Memberikan amanat beli, 5)Menyiapkan dana, 6) Menyelesaikan pembayaran obligasi.

13

Perdagangan Obligasi dalam Perspektif Islam, menurut Adiwarman (2003: 57), jual beli utang dibedakan menjadi dua yaitu jual beli utang yang representasi ‘ayn dan jual beli utang yang tidak merupakan representasi ‘ayn. Secara umum dapat dikatakan bahwa hanya jual beli utang yang merupakan representasi ‘ayn saja yang dapat diperjualbelikan.

14

DAFTAR PUSTAKA Aziz, Abdul. Manajemen Investasi Syari’ah. Bandung : Alfabeta. 2010. Burhanuddin. Pasar Modal Syariah. Yogyakarta : UII Press Yogyakarta.58. HR, Muhammad Nafik. Bursa Efek dan Investasi Syariah. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta. 2009. Huda, Nurul dan Mustafa Edwin Nasution. Investasi Pada Pasar Modal Syariah. Jakarta: Kencana, 2008. Huda, Nurul, dan Mohamad Heykal. Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis. Jakarta : Kencana. 2010. Huda, Nurul, dan Mohammad Heykal. Lembaga Keuangan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Hulwati. “Investasi Sukuk: Perspektif Ekonomi Syari’ah”. Jebi (Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Islam). Volume 2. (Januari-Juni, 2017). Leli, Maisarah . “Transaksi Obligasi Syariah (Tinjauan Transaksi Obligasi Menurut Prinsip-prinsip Syariah)”. Jurnal Ilmiah Syari‘ah. Volume 16, Nomor 1. (Januari-Juni 2017). Manan, Abdul. Aspek Hukum dalam Penyelenggaraan Investasi Di Pasar Modal Syariah Indonesia Edisi Pertama. Jakarta : Kencana. 2009. Manan, Abdul. Hukum Ekonomi Syariah: Dalam Perspektif Kewenangan Peradilan Agama. Jakarta: Kencana. 2012.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF