Obat Obesitas 3

July 4, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Obat Obesitas 3...

Description

 

OBAT ANTI-OBESITAS

Obat anti obesitas adalah obat-obat yang dapat menurunkan atau mengontrol berat badan. Obat-obat ini bekerja dengan mengubah proses fundamental dalam tubuh dan regulasi berat  badan. Secara umum cara kerja obat anti-obesitas ini adalah melalui pengaturan keseimbangan energi yang diperankan oleh hipotalamus melalui 3 proses fisiologis, yaitu pengendalian rasa lapar dan kenyang, mempengaruhi laju pengeluaran energi dan regulasi sekresi hormon. Proses dalam pengaturan penyimpanan energi ini terjadi melalui sinyal-sinyal eferen (yang berpusat di hipotalamus) setelah mendapatkan sinyal aferen dari perifer (jaringan adipose, usus dan jaringan otot). Sinyal-sinyal tersebut bersifat anabolik (meningkatkan rasa lapar serta menurunkan pengeluaran energi) dan dapat pula bersifat katabolik (anoreksia, meningkatkan  pengeluaran energi) dan dibagi menjadi 2 kategori, yaitu sinyal pendek dan sinyal panjang. Sinyal pendek mempengaruhi porsi makan dan waktu makan, serta berhubungan dengan faktor distensi lambung dan peptida gastrointestinal, yang diperankan oleh kolesistokinin (CCK) sebagai stimulator dalam peningkatan rasa lapar. Sinyal panjang diperankan oleh  fat-derived   hormon leptin dan insulin yang yang mengatur penyimpanan dan keseimbangan energi. Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan adiposa meningkat disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah. Leptin kemudian merangsang anorexigenic center   di hipotalamus agar menurunkan produksi Neuro Peptide  – Y (NPY), sehingga terjadi penurunan nafsu makan. Demikian pula sebaliknya bila kebutuhan energi lebih  besar dari asupan energi, maka jaringan adiposa berkurang dan terjadi rangsangan pada orexigenic center   di hipotalamus yang menyebabkan peningkatan nafsu makan. Pada sebagian  besar penderita obesitas terjadi resistensi leptin, sehingga tingginya kadar leptin tidak menyebabkan penurunan nafsu makan. Tiga prinsip mekanisme kerja obat-obatan untuk menurunkan berat badan atau mencegah  peningkatan berat badan (obesitas) diantaranya adalah sebagai berikut: a)  Menekan nafsu makan

 

Obat-obatan ini bekerja sebagai penekan nafsu makan, yang disebut juga preparat, yang mempunyai efek neurotransmitter, seperti serotonin, yaitu suatu zat di otak yang dapat mempengaruhi persepsi orang terhadap rasa lapar (appetite suppresant).  b)  Mengurangi penyerapan

makanan

Ditemukan obat-obatan yang menghambat kerja enzim di saluran cerna  –   salah satunya adalah menghambat penyerapan lemak, sehingga total kalori yang diserap tubuh dapat dikurangi. c)  Meningkatkan metabolisme tubuh Metabolisme tubuh ditingkatkan melalui peningkatan pembakaran kalori menjadi energy di dalam tubuh. Energi dapat dibakar dengan melakukan aktifitas fisik atau merubah Tingkat Metabolik Basal (BMR) dengan melakukan perubahan pada sistem saraf simpatik.

Jenis-Jenis Obat Anti-Obesitas

Obat-obat anti-obesitas yang beredar dipasaran dapat dibagi menjadi golongan-golongan berikut: a)  Golongan nonadrenergik Contoh golongan obat nonadrnergik diantaranya yaitu amfetamin (tidak diijinkan, fentermin (meningkatkan pelepasan NE saja), dietilpropion, dan mazindol maz indol  b)  Golongan serotonergik Obat ini bekerja meningkatkan pelepasan serotonin dan menginhibisi reuptake reuptake-nya -nya dan fluoksetin. c)  Campuran noradrenergic dan serotonergik Contoh obat golongan noradrenergic dan serotonergik yaitu sibutramin, yang bekerja dengan cara menghinhibisi reuptake reuptake serotonin  serotonin dan NE. d)  Gastrointestinal lipase inhibitor Contoh obat golongan Gastrointestinal lipase inhibitor yaitu orlistat yang bekerja dengan den gan cara menginhibisi lipase lambung dan pankreas.

 

Obat-obat anti-obesitas yang dapat digunakan dan disetujui oleh FDA hanyalah yang memenuhi DEA schedule III dan IV. DEA schedule ialah pengggolongan obat berdasarkan  potensinya untuk menimbulkan ketergantungan. Semakin rendah nilainya semakin bahaya untuk disalahgunakan. Berikut ini merupakan obat-obat antiobesitas yang dapat digunakan dan disetujui oleh FDA  FDA   Nama Generik  

 Nama Dagang 

DEA Schedule  

Lama Penggunaan 

Disetujui 

Orlistat

Xenical

Tidak ada

Jangka panjang

1999

Sibutramin

Meridia

IV

Jangka panjang

1997

Dietilpropion

Tenuate

IV

Jangka pendek

1973

Fentermin

Adipex, Ionamin

IV

Jangka pendek

1973

Fendimetrazin

Bontril, Prelu-2

III

Jangka pendek

1961

Benzfetamin

DIldrex

III

Jangka pendek

1960

Dari beberapa obat-obat obesitas diatas yang paling aman am an digunakan adalah orlistat karena tidak bekerja pada SSP, sedangkan sibutramin, dietilpropion, dan fentermin termasuk golongan IV yang berarti kemungkinan penyalahgunaannya lebih rendah. Sibutramin dapat digunakan untuk jangka panjang (lebih dari 6 bulan) karena kecenderungan penyalahgunaannya lebih kecil dan efek kerjanya akan hilang setelah 1 tahun. Sedangkan dietilpropanolamin yang digunakan oleh wanita obesitas dalam dosis besar (lebih dari 75 mg sehari) ternyata dapat menyebabkan peningkatang kejadian stroke. Karena itu indikasi obat ini untuk obesitas telah ditarik, dan hanya boleh digunakan dalam dosis maksimal

 

75 mg sehari sebagai dekongestan. Selain itu, untuk fentermine telah ditarik sebagai obat antiobesitas karena diperkirakan menyebabkan hipertensi pulmonal dan kerusakan katup jantung. Obat obesitas yang diijinkan untuk digunakan di Indonesia ialah campuran golongan noradrenergic dan golongan serotonergik yaitu sibutramin, dan golongan gastrointestinal lipase inhibitor, yaitu orlistat. Sehingga dalam makalah ini hanya akan disajikan obat-obat yang diijinkan untuk digunakan di Indonesia yaitu Orlistat dan Sibutramin. 1.  Orlistat (Xenical)

Orlistat merupakan obat anti-obesitas golongan Gastrointestinal lipase inhibitor yang digunakan dalam pengobatan kelebihan berat badan (BMI ≥ 28). Obat ini merupakan oba anti obesitas pertama yang tidak bekerja sebagai penekan nafsu makan, tetapi bekerja secara lokal dengan cara menghambat enzim lipase saluran cerna. Dengan cara kerja sebagai „penghambat lemak‟ tersebut, maka 30% dari lemak yang dikonsumsi tidak dapat diserap dan diekskresikan dalam tinja. Dengan demikian, terjadi pengurangan  penyerapan kalori yang akan menghasilkan penurunan berat badan secara se cara signifikan. a)  Stukutur dari Orlistat Orlistat termasuk dalam turunan hidrogenasi dari lipstatin yang diproduksi oleh bakteri Streptococcus toxytricini. toxytricini. Senyawa ini bersifat sangat lipofilik dan merupakan penghambat potensial untuk sebagian besar enzim lipase mamalia. Lipase dibutuhkan untuk menghidrolisis trigliserida dari makanan menjadi asam lemak bebas yang bisa diserap. Dalam intestinal, orlistat secara ireversibel menghambat enzim lipase melalui ikatan kovalen dengan residu serine pada sisi aktif. Struktur dari orlistat dan lipstatin adalah sebagai berikut:

 

   b)  Mekanisme kerja Orlistat Lemak diserap dalam bentuk trigleserida yang mengandung satu molekul monogliserida dan 2 molekul asam lemak bebas. Sebagian besar proses pencernaan lemak terjadi pada bagian pertama usus kecil, duodenum  –   yang benyak mengandung cairan pankreatik  –   dimana reaksi ezimatik akan berlangsung. Di sini, lemak akan diemulsifikasi (dipecah menjadi butiran-butiran kecil) membentuk ‘tiny fat globules’   yang berdiameter 200 nm sampai 5000 nm.

Enzim lipase yang berperan pada emulsifikasi ini, akan memecah trigliserida menjadi asam lemak bebas dan monogliserida. Untuk dapat menembus dinding usus, monogliserida dan asam lemak bebas ini harus berikatan terlebih dahulu dengan garam

 

empedu untuk membentuk micelle micelle.. Bagian dalam usus kecil diselimuti dengan apa yang disebut villi villi   y yang ang berfungsi berfungsi memperluas permukaan, guna mempercepat penyerapan hasil-hasil pencernaan. Saat lemak diabsorpsi, akan melewati small melewati  small lymph vessels , vessels , yang disebut   lacteal , untuk kemundian didisstribusikan ke dalam sistem limpa dan masuk ke disebut dalam sistem sirkulasi. Orlistat bekerja secara lokal di saluran cerna dengan cara menghambat kerja enzim lipase dan mencegah 30% penyerapan lemak. Orlistat mempunyai struktur molekul unik yang akan mengikat bagian aktif dari enzim lipase dan menghambat aktivitasnya. Dengan demikian, enzim ini tidak dapat memecah trigliserida menjadi komponen penyusunnya –  penyusunnya  –  maka   maka 30% lemak tidak dapat dicerna dan diserap. Sedangkan, sebanyak proporsi yang signifikan dari sisa asupan lemak lemak yang tidak tercerna dan tidak terabsorpsi akan melewati saluran pencernaan dalam keadaan tidak berubah. Sedangkan 70% lemak tetap dapat mengalami penyerapan secara normal, hal ini penting guna memastikan kelarutan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak. Dengan cara kerja yang lokal (non sistemik) ini, ini, orlistat orlistat tidak menimbulkan efek samping terhadap sistem sistem saraf  pusat dan kardiovaskular seperti pada golongan appetite supresant . Dengan rata-rata 40% asupan lemak dari asupan total energi per hari, walaupun angka yang direkomendasikan adalah 30% per hari. Orlistat  –   dosis 120 mg tiga kali sehari  –   dapat mengurangi penyerapan lemak sebesar kurang lebih 30%. Dengan menghambat penyerapan lemak tersebut, akan terjadi defisit kalori secara nyata, namun demikian, zat-zat gizi lain yang larut dalam lemak tetap akan diserap - guna memastikan kecukupan zat-zat gizi tersebut bagi tubuh. Berkurangnya jumlah lemak yang diserap, secara efektif dapat mengurangi men gurangi masukan energi, sehingga penurunan berat badan secara nyata dapat dicapai. c)  Dosis Dosis umum penggunan orlistat adalah 27 mg 3 kali sehari, 60 mg atau 120 mg. Orlistat yang berbentuk kapsul atau tablet kunyah ini baik digunakan segera sebelum, selama atau setelah 1 jam setelah makan. Namun, penggunaan orlistat ini dapat dikurangi apabila makanan yang dikonsumsi tidak mengandung lemak. Pemberian dosis ini  bersamaan dengan makanan yang mengandung sekitar 15 gram lemak.

 

d)  Efek samping Dengan menggunakan orlistat, hingga 30% lemak yang dimakan tidak akan diserap oleh tubuh, hal ini lah yang kemudian dapat menyebabkan beberapa efek samping dari pemberian orlistat sebagai berikut : a.  Efek merugikan biasanya muncul pada saat awal pengobatan paling sering terjadi selama 1-2 bulan pertama dengan derajat ringan sampai sedang dan membaik seiring berlanjutnya penggunaan.  b.  Mengkonsumsi

orlistat

dalam

waktu

yang

terlalu

lama

dapat

mengakibatkan kurang gizi dan kolesterol rendah. Oleh sebab itu, bila berat  badan telah tercapai ideal, hentikan mengkonsumsi Orlistat secara rutin. Sehingga penggunaan Orlistat ini digunakan bila perlu saja, yaitu ketika sudah tidak mengkonsumsi makanan berlemak. Gunakan Xenical bila perlu saja, yakni tatkala mengkonsumsi makanan berlemak. c.  Efek samping yang seringkali dialami adalah: sakit perut/ketidaknyamanan, kembung, feses cair atau lunak, nyeri rektum/tidak nyaman, gangguan gigi atau gusi. d.  Kejadian lain yang amat jarang ditemukan adalah: infeksi saluran napas atas, infeksi saluran napas bawah, influenza, nyeri kepala, iregularitasi menstruasi, cemas, keletihan, infeksi saluran kemih, dan gangguan hati. e)  Interaksi Pada studi farmakokinetik tidak didapatkan interaksi dengan alkohol, digoksin, metformin, nifedipin, kontraseptif oral, fenitoin, statin ataupun warfarin. Bagimanapun, orlistat meningkatkan bioavailabilitas (konsentrasi plasma meningkat sekitar 30%) dan khasiat menurunkan lipid dari Pravastatin. Penurunan absorpsi vitamin D, E dan beta karoten telah diamati pada pemberian  bersama Xenical. Jika pemberian suplemen multivitamin dianjurkan, maka sebaiknya diberikan sedikitnya dua jam setelah pemberian Xenical atau pada saat menjelang tidur. Pada studi klinis selama 2 tahun, kadar vitamin-vitamin pada kebanyak pasien tersebut tetap berada dalam batas normal. Karena ketiadaan data mengenai interaksi

 

farmakokinetik, pemberian olistat bersamaan dengan Fibrates, Acarbose, Biguanides, atau obat-obatan anoreksia tidak dianjurkan. Bila Warfarin atau antikoagulan lain diberikan bersama-sama dengan orlistat (dosis tinggi dan penggunaan jangka panjang), maka nilai INR harus dimonitor.

f)  Indikasi Orlistat diindikasikan untuk pengobatan obesitas, termasuk. mengurangi dan mempertahankan tubuh massa. Orlistat juga diindikasikan untuk mengurangi risiko kenaikan berulang indeks massa tubuh setelah kerugian. Orlistat menunjukkan pasien 2

2

dengan obesitas ketika tubuh indeks massa BMI ≥ 30 kg/m  atau ≥ 27 kg/m  dengan faktor resiko lain seperti diabetes, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi atau ata u triglycerides. g)  Kontra-indikasi Kontra-indikasi dari pemberian orlistat antara lain: a.  Sindrom malabsoprsi kronik  b.  Kolestatis c.  Ibu yang hamil dn menyusui

 

 2. Sibutramin (Meridia, Reductil)

Obat ini bekerja secara sentral menekan nafsu makan, dengan mengatur ketersediaan neurotransmiter di otak, yaitu menghambat re-uptake serotonin dan norepinefrin. Namun obat ini harus digunakan secara hati-hati karena dapat meningkatkan tekanan darah, menyebabkan mulut kering, konstipasi, sakit kepala dan insomnia.

Sibutramin inilah yang sering ditambahkan oleh produsen nakal jamu pelangsing, sehingga  beberapa waktu lalu pernah dilakukan penarikan 6 merk jamu pelangsing oleh Badan POM karena dicampur dengan sibutramin. Sungguh, pencampuran jamu pelangsing dengan sibutramin ini merupakan tindakan kriminal yang sama sekali tidak memikirkan keselamatan penggunanya. Buat mereka yang memiliki gangguan penyakit kardiovaskuler tentu sangat riskan menggunakan  jamu ini karena dapat meningkatkan tekanan darah dan mungkin risiko terjadinya stroke.

Cara kerjanya hampir mirip seperti obat-obat golongan katekolamin k atekolamin dan turunannya. Ini mengingatkan pada salah satu obat yang cukup terkenal dan menghebohkan, yaitu fenilpropanolamin (PPA), yang juga banyak dijumpai pada komposisi obat flu. Sudah  pernah aku tuliskan somewhere di blog ini bahwa di Amerika, PPA banyak dipakai sebagai  pelangsing dengan dosis jauh lebih tinggi dari dosis yang dipakai untuk efek pelega hidung

 

tersumbat. Dan ternyata, PPA ini meningkatkan risiko kejadian stroke hemoragik. Saat ini PPA tidak lagi dipakai sebagai obat pelangsing di sana.

Sibutramine Hydrochloride

Sibutramine hydrochloride merupakan golongan OBAT KERAS yang digunakan dalam  pengobatan obesitas, dimana obat ini hanya dapat diperoleh dan digunakan berdasarkan b erdasarkan resep dokter. Namun kenyataannya, obat ini banyak ditemukan dijual bebas di pasaran.

Sibutramine direkomendasikan untuk pasien obesitas dengan index massa tubuh ≥ 30 kg/m2, atau ≥ 27 kg/m2 untuk pasien dengan resiko diabetes, dislipidemia, dan hipertensi.  hipertensi. 

Mekanisme Aksi

Sibutramin hydrochloride menghambat reuptake noradrenaline dan serotonin oleh sel saraf setelah kedua neurotransmiter ini menyampaikan pesan diantara sel saraf yang ada di otak. dihambatnya reuptake membuat kedua neurotransmitter ini bebas menjelajah di otak. saat itulah

 

keduanya menghasilkan perasaan penuh (kenyang) pada pasien sehingga mengurangi keinginan untuk makan.

Obat ini terbukti menurunkan asupan makanan dan meningkatkan thermogenesis. Secara invivo, sibutramine bekerja melalui 2 metabolit aktif yaitu M1 dan M2. Efikasinya untuk menurunkan dan mempertahankan berat badan telah ditunjukkan pada beberapa penelitian klinis.

Farmakokinetika :

Sibutramine diabsorpsi cepat di saluran gastroinestinal (77%). Sibutramin terdistribusi luas ke  jaringan terutama di hati dan ginjal. Metabolit M1 dan M2 terikat sebanyak 94% pada protein  plasma sedangkan sibutramine terikat 97% pada protein plasma. Hal ini menunjukkan bahwa volume distribusi (Vd) sibutramin, metabolit M1 dan M2 kecil didalam tubuh. tubu h. Sibutramin mengalami first pass metabolisme di hati oleh sitokrom P450 isoenzim CYP3A4 mengahasilkan dua metabolit aktif, M1 dan M2. Kedua metabolit ini selanjutnya mengalami konjugasi dan hidroksilasi menjadi metabolit inaktif, yaitu M5 dan M6. T1/2 eliminasi sibutramin adalah 1 jam , Metabolite: M1 : 14 jam, M2 : 16 jam. Tmaks sibutramin 1,2 jam, Metabolit : M1dan M2 : 3 3-4 -4  jam. Sibutramin dan metabolitnya dieksresikan terutama lewat urine (77%) dan feses.

Efek samping : Sebagaimana obat lainnya,  penggunaan Sibutramin bukan tanpa efek samping. Efek samping

 

yang dapat timbul dari penggunaan sibutramin meliputi peningkatan denyut jantung, palpitasi (jantung  berdebar), peningkatan tekanan darah, sakit kepala, kegelisahan, kehilangan nafsu makan, konstipasi, mulut kering, gangguan  pada alat perasa, vasodilatasi, insomnia, pusing, paraaesthesia,  berkeringat dan lain-lain.

  Sakit kepala, isomnia, konstipasi, migrain, depresi, hipertensi, takikardia, mulut kering.



  Kebanyakan terjadi selama 4 minggu pertama terapi, tingkat keparahan dan frekuensi



 berkurang seiring waktu.

  Hentikan pengobatan jika berat badan dapat kembali ≥3 kg.  kg.  



Penggunaan Sibutramin Hidroklorida dalam dosis tinggi :

ð Berisiko meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung serta menyebabkan penggunanya sulit tidur sehingga senyawa kimia itu tidak boleh dikonsumsi secara sembarangan oleh orang yang mempunyai riwayat penyakit arteri koroner, gagal jantung kongestif, aritmia dan stroke.

 

Interaksi ð Jika digunakan bersamaan dengan obat-obat yang mekanisme kerjanya menghambat oksidasi monoamine (MAOIs, seperti selegiline), sibutramine hydrochloride secara klinis akan menghasilkan interaksi yang bermakna karena meningkatkan resiko serotonin syndrome ð Selain itu, penggunaan sibutramine bersamaan dengan obat-obat penghambat CYP3A4 seperti ketokonazol dan eritromisin dapat meningkatkan kadar sibutramine dalam plasma. Kontraindikasi Pasien berumur dibawah 18 tahun Pasien yang mengalami gangguan kejiwaan seperti : bulimia nervosa, anorexia nervosa, depresi serius Pasien dengan riwayat predisposition to drug atau alcohol abuse hipersensitivitas  pengobatan bersamaan dengan MAO inhibitor, antidepressant hipertensi yang tidak dikontrol, pulmonary hypertension Mengalami kerusakan katup jantung, jantung koroner, gagal jantung kongestif, aritmia serius, infark miokard Stroke atau transient ischemic attack (TIA) Hipertiroidisme., glaucoma, Seizure disorders , pembesaran kelenjar prostat dan retensi urin,  pheochromocytoma Wanita hamil dan menyusui (Pregnancy Risk Factor C) Dosis 10 mg 1 kali sehari tiap pagi, bila setelah 4 minggu berat badan menurun < 2 kg, dosis dapat ditingkatkan sampai maksimal 15 mg per hari

 

Mengapa Perlu Pengawasan Dokter ???

Obat ini merupakan obat keras yang salah satunya kontraindikasi dengan penyakit kardiovaskuler. Sedangkan orang yang mengalami kelebihan berat badan (obesitas) memiliki resiko yang sangat besar untuk menderita mend erita penyakit kardiovaskuler. Oleh karena itu sangat perlu pe rlu dilakukan konsultasi mengenai riwayat penyakit pasien dengan Dokter sebelum memilih menggunakan sibutramine hydrochloride.

Sibutramine hydrochloride menghasilkan 2 metabolit aktif yang mekanisme kerjanya sama dengan senyawa induknya yaitu sibutramine hydrochloride. Hal ini dapat meningkatkan toksisitas dari obat tersebut jika dosis, frekuensi dan lama pemberian tidak dikontrol.

Sibutramine hydrochloride merupakan obat golongan anoreksansia yang berdaya menekan nafsu makan secara efektif selama 4 sampai 6 minggu namun setelah digunakan 3 sampai 6 bulan efeknya akan sangat berkurang akibat ak ibat terjadinya toleransi. Jika terjadi toleransi, maka ketika dilakukan peningkatan dosis (menjadi 15 mg , maksimal selama 1 tahun) perlu pengawasan ketat dari dokter untuk menghindari efek samping obat.

Efek samping sibutramine hydrochloride antara lain : meningkatkan debar jantung dan hipertensi, maka frekuensi jantung dan tensi darah perlu dimonitor selama 3 bulan pertama.

Resiko lain mengkonsumsi obat-obat diet tanpa pengawasan dokter adalah : membuat tubuh lemas dan sistem kekebalan tubuh menurun karena jarang makan (tetapi tidak merasa lapar),  jantung berdebar-debar, dehidrasi, sulit tidur, diare, penurunan tekanan darah, nyeri kepala, dan gula darah menurun drastis. Namun, resiko yang timbul pada setiap orang tidak sama, k karena arena itu konsumsi obat-obat diet harus di bawah pengawasan dokter.

 

Sibutramine hydrochloride sebenarnya direkomendasikan oleh Food Drug Association (FDA) sebagai obat pilihan dalam terapi obesitas, namun penggunaannya harus diawasi dan dikontrol serta diikuti dengan olahraga teratur terat ur dan diet….OK!!!  diet….OK!!! 

3. Obat-obat laksatif

Selain obat-obat di atas, obat-obat lain yang sering dipakai untuk mengurangi berat badan adalah golongan laksatif atau pencahar. Dengan melancarkan BAB (buang air besar) diharapkan berat  badan juga relatif terkontrol. Banyak sediaan suplemen yang mengandung high-fiber yang ”diindikasikan” untuk melangsingkan tubuh dan dapat diperoleh secara bebas. Serat tinggi tadi diharapkan mengembang di saluran cerna dan memicu gerakan peristaltik usus sehingga akan memudahkan BAB. Walaupun mungkin berhasil, tetapi efeknya umumnya tidak terlalu signifikan. Selain sejenis fiber ini, beberapa pencahar lain juga jug a sering dipakai sebagai  pelangsing. Penggunaan pencahar sebagai pelangsing dalam waktu lama tidak disarankan karena usus akan menjadi “malas”, akan bekerja jika ada pemicunya, dan hal ini akan menjadikan semacam “ketergantungan”.  “ketergantungan”. 

4. Diuretik

Obat-obat diuretik (pelancar air seni) juga sering dipakai sebagai obat o bat pelangsing. Tapi sebenarnya efeknya tidaklah signifikan dalam mengurangi berat badan. Justru penggunaannya harus diperhatikan karena dapat mengganggu keseimbangan elektrolit dalam tubuh karena  banyak ion-ion tubuh yang mungkin akan terbawa melalui urin. Jika berat badannya disebabkan karena timbunan cairan, maka diuretik memang pilihan yang tepat, tetapi jika karena timbunan lemak, tentu diuretik tidak akan berefek signifikan. Umumnya teh-teh pelangsing mengandung senyawa alam yang bersifat diuretik sehingga memberikan efek kesan melangsingkan.

 

 5. Obat-obat herbal pelangsing

Sekarang banyak sekali ditawarkan berbagai produk herbal yang diklaim memiliki efek  pelangsing. Ada yang dikatakan bekerja melarutkan lemak, atau mengurangi penyerapan lemak di usus. Salah satu herbal yang terkenal sebagai pelangsing adalah Jati Belanda. Senyawa tanin yang banyak terkandung di bagian daun, mampu mengurangi penyerapan makanan dengan cara mengendapkan mukosa protein yang ada dalam permukaan usus. Sementara itu, musilago yang  berbentuk lendir bersifat sebagai pelicin. Dengan adanya musilago, absorbsi usus terhadap makanan dapat dikurangi. Hal ini yang yang menjadi alasan banyaknya daun jati belanda yang dimanfaatkan sebagai obat susut perut dan pelangsing.

Obat-obat herbal pelangsing memang lebih aman, tetapi efikasinya tentu perlu bukti-bukti  penelitian lebih lanjut. Mungkin ada yang berhasil, mungkin pula tidak.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF