Nutrisi Embriogenik Pada Proses Penetasan

October 1, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Nutrisi Embriogenik Pada Proses Penetasan...

Description

 

NUTRISI EMBRIOGENIK PADA PROSES PENETASAN

sebagai Tugas Mata Kuliah Teknologi Penetasan dan Pemuliaan Ternak Unggas

Oleh

Mhd. Dicky Aldian Ht. (1510612049)

FAKULTAS PETERNAKAN, UNIVERSITAS ANDALAS, PADANG, 2017

 

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Reproduksi atau perkembangbiakan adalah proses dimana suatu organisme menghasilkan individu dari spesies yang sama. Perkembangbiakan pada orgnisme

itu

bertujuan

agar

organisme

yang

bersangkutan

dapat

mempertahankan jenisnya. Sehingga bagi organisme, dengan bereproduksi maka hal tersebut merupakan cara agar keturunannya tidak mengalami kepunahan. Embriogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan embrio. Proses ini merupakan tahapan perkembangan sel setelah s etelah mengalami pembuahan atau fertilisasi. Embriogenesis meliputi pembelahan sel dan pengaturan di tingkat sel. Sel pada embiyogenesis disebut sebagai sel embriogenik. Layaknya seperti bayi dalam kandungan, embrio ayam juga mengalami perkembangan yang signifikan dari hari ke hari. Embrio ayam di dalam telur mengalami  perkembangan yang merupakan awal kehidupan kehidupan dari ayam. Dalam perkembangannya, embrio dibantu oleh kuning telur (yolk), amnion dan alantois. Kantung kuning yang telur dindingnya dapat menghasilkan enzim. Enzim ini mengubah isi kuning teur sehingga mudah diserap embrio. Amnion  berfungsi sebagai bantal, sedangkan alantois berfungsi pembawa sebagai ke oksigen embrio, menyerap zat asam dari embrio, mengambil yang sisa-sisa  pencernaan yang yang terdapat dalam ginjal dan menyimpannya menyimpannya dalam alantois, serta membantu alantois, serta membantu mencerna albumin.

 

 

1.2. Tujuan

1.  Mempelajari proses penyerapan nutrisi oleh embrio pada proses penetasan 2.  Mengetahui proses perkembangan embriogenik pada telur 1.3. Manfaat 

1.  Mahasiswa dapat mengetahui nutrisi embriogenik pada proses penetasan telur

 

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Awal perkembangan embrio ayam menunjukkan bahwa splanknopleura dan somatopleura meluap keluar dari tubuh embrio hingga di atas yolk. Daerah luar tubuh embrio dinamakan daerah ekstra embrio. Mula-mula tubuh embrio tidak mempunyai batas sehingga lapisan-lapisan ekstra embrio dan intra embrio saling  berkelanjutan. Dengan terbentuknya tubuh embrio, secara berurutan terbentuk lipatan-lipatan tubuh sehingga tubuh embriohampir terpisah dari yolk. Adanya lipatan-lipatan tubuh, maka batas antara daerah intra dan ekstra embrio menjadi semakin jelas. Daerah kepala embrio mengalami pelipatan yang disebut dengan lipatan kepala dan meisahkan antara bagian intra dan ekstra embrio. Lipatan kepala membentuk sub sephal. Pada bagian lateral tubuh juga terbentuk lipatan tubuh lateral dan memisahkan bagian ekstra dan intra embrio. Bagian posterior mengalami pelipatan dan dukenal dengan nama lipatan ekor membentuk kantung sub kaudal. Lipatan-lipatan tersebut embentuk dinding saluran percernaan  primitive. Bagian tengah usus tengah yang menghadap yolk tetap terbuka dan pada pada daerah ini, dinding kantung yolk berhubungan dengan dinding usus pada kantung yol. Walaupun kantung yolk berhubungan dengan usus melalui tangkai yolk, namun makanan tidak diambil embrio melalui tangkai yolk (Adnan, 2008). Ayam awal menetas memiliki suhu tubuh lebih tinggi dan menurun seiring dengan pertambahan umur. Kebutuhan suhu anak ayam pasca tetas sekitar 30◦ C dan semakin menurun sampai sampai 21◦ C pada umur 17 –  20   20 hari. Metabolisme nutrisi anak ayam yang baik dipengaruhi oleh penyerapan antibodi maternal dari induk

 

yang terkandung dalam sisa kuning telur yang merupakan kunci pertahanan tubuh  pada minggu awal. Penyerapan yang tidak maksimal, anak ayam mudah terserang terser ang 7 penyakit dari lingkungan luar, sehingga mortalitas tinggi dan penampilan ayam tidak maksimal (Sulistyoningsih, 2004). Angka mortalitas pada anak ayam lebih tinggi bila dibandingkan ayam dewasa, ini menunjukkan bahwa daya tahan tubuh anak ayam lebih rendah. Angka mortalitas anak ayam minggu pertama yaitu 6,07% (Nataamijaya, 2008). Faktor yang mempengaruhi bobot DOC adalah bibit, kesehatan dan kualitas ransum serta bobot telur, bobot induk dan bobot kerabang telur (Nataamijaya, 2008). Menurunnya nafsu makan dan terganggunya penyerapan kuning telur dapat disebabkan oleh stres saat penetasan (Hardianti, 2012). Pemberian ransum awal  pasca tetas pada anak ayam broiler dapat mempercepat penggunaan sisa kuning telur dan sebaliknya, ayam yang dipuasakan selama 3 hari pasca tetas mengalami  penyerapan sisa kuning telur lebih lama karena sisa kuning telur diasumsikan dapat dapat merangsang perkembangan sistem pencernaan dan fungsi penyerapan usus untuk umur selanjutnya (Noy dan Sklan, 2000). Setiap anak ayam pasca tetas memiliki cadangan nutrisi berupa sisa kuning telur yang tersimpan dalam tubuhnya. Kuning telur tersebut mengandung vitamin A dan E berguna sebagai antioksidan untuk membantu daya tahan hidup anak ayam (Pattison, 1993). Kuning telur merupakan sumber nutrisi bagi embrio yang sedang  berkembang, kuning telur yang tersisa pada akhir inkubasi berfungsi sebagai sumber nutrisi selama beberapa hari pasca tetas (Kear, 1965). Kandungan nutrisi dalam telur dapat mempengaruhi kondisi ayam pasca tetas karena kandungan nutrisi dalam sisa kuning telur digunakan untuk cadangan makanan setelah anak

 

ayam menetas (Pattison, 1993). Sehari sebelum telur menetas atau 8 kurang kebih  pada hari ke-20 pengeramanan, yolk sac (kantong kuning telur) dan sisa kuning telur diserap dan masuk ke dalam tubuh embrio yang sedang berkembang. Sisa kuning telur setelah ayam menetas, digunakan untuk cadangan nutrisi bagi anak ayam beberapa hari setelah menetas (Noble dan Ogunyemi, 1989). Ayam pasca tetas, mamiliki sisa kuning telur yang masih dapat memenuhi kebutuhan energi sebanyak 50% dan protein 43% sehingga kekurangan dipenuhi dari ransum. Sisa kuning telur dalam tubuh anak ayam terdiri dari 50% air, 28%  protein, 20% lemak dan 7% maternal (Widjaja, 1999). Sisa kuning telur bertahan dalam tubuh ayam selama waktu 5 hari pasca tetas (Barnes dkk., 2003 dalam Hardianti, 2012). Kuning telur juga merupakan sumber asam amino yang dimanfaatkan untuk pembentukkan imun sebagai antibodi (Knight dan Dibner, 1999).

 

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Setiap anak ayam pasca tetas memiliki cadangan nutrisi berupa sisa kuning telur yang tersimpan dalam tubuhnya. Kuning telur merupakan sumber nutrisi bagi embrio yang sedang berkembang, kuning telur yang tersisa pada akhir inkubasi  berfungsi sebagai sumber nutrisi selama sela ma beberapa hari pasca tetas tetas.. Sehari sebelum telur menetas atau 8 kurang kebih pada hari ke-20 pengeramanan, yolk sac (kantong kuning telur) dan sisa kuning telur diserap dan masuk ke dalam ttubuh ubuh embrio yang sedang berkembang. Sisa kuning telur setelah ayam menetas, digunakan untuk cadangan nutrisi bagi anak ayam beberapa hari setelah menetas

 

DAFTAR PUSTAKA

Adnan. 2008. Perkembangan Hewan. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM. Barnes, James G., (2003). Secrets Of Customer Relationship Management, ANDI, Yogyakarta. Kear, J. 1965. The internal food reserves of hatching mallard ducklings. J. Wild Manag. 29: 523 –  523 –  528  528 Knight, C. D. dan Dibner, J. J. 1999. “ Nutritional programing in hatchling poultry: poultry: Why a good start is important” important”. Poultry Sci. Sci. 32: 496-500.  Nataamijaya, A. G. 2008. 2008. “Karakteristik dan produktivitas ayam Kedu hitam” hitam”. Bul.  Plasma  Nutfah.  Plasma  Nutfah. 14 (2): 85 - 89.  Noble dan Ogunyemi. 1989. “Lipid changes in the residual yolk and liver of the chick immediately after hatching”. hatching”. Biol  Biol Neonate. Neonate. 1989;56(4):228-36.  Noy dan Sklan. 2000. “Hydrolysis and absorption in the small intestines of  posthatch chicks”. Poultry chicks”. Poultry Science. Science. 2000 Sep;79(9):1306-10. Pattison, M. 1993. The Health of Poultry. Longman Scientific and Technical. Philadelphia. Sulistyoningsih,Hariyani, 2011, Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak, Yogjakarta, Graha Ilmu Wijaja.1999. “Free radicals and antioxidant status”. stat us”. In : Jakarta diabetes meeting 1996, 1997, 1998. Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Hal. 10-3

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF