Nursing Model
September 16, 2017 | Author: Reiza Indra | Category: N/A
Short Description
model...
Description
KONSEP TEORI DOROTHEA OREM : SELF CARE DEFISIT THEORY
Teori Self Care Defisit Nursing Theory (SCDNT) Orem memfokuskan pada kemampuan seseorang dalam memenuhi perawatan untuk dirinya sendiri yang terdiri dari kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (udara, air, makanan, eliminasi, aktivitas dan istirahat, privasi dan interaksi social, bebas ancaman, dan mengembangkan diri). Peran perawat pada teori ini tergambar pada nursing system, pada system ini perawat membuat penilaian atas pencapaian seorang klien dalam memenuhi kebutuhan self-care dan mengelompokkan dalam wholly, partly, atau supportive educative system. Self-care, self-care deficit, dan nursing system adalah satu kesatuan yang merupakan bentuk interaksi antara klien dan perawat. Nursing design dibentuk untuk membantu perawat mencapai tujuan dari nursing system untuk membantu memenuhi self-care deficit klien. Orem memulai pengembangan keperawatan dengan memunculkan arti keperawatan membutuhkan
dan
mengidentifikasi
perawat.
situasi
Orem kemudian
saat
seorang
mempunyai
klien
kesimpulan
bahwa sesorang membutuhkan tindakan keperawatan saat seseorang tersebut tidak bisa merawat dirinya sendiri (Ladner, 2002). Pada tahun 1971 Orem memunculkan theory Self Care Deficit Theory of Nursing (SCDTN) dalam buku Nursing Concepts of Practice. Teori keperawatan self care deficit sebagai grand teori keperawatan terdiri dari tiga teori terkait yaitu teori self care, self care deficit, dan system keperawatan. Teori ini mempunyai beberapa elemen konsep yaitu self care, agency/agen, dan keperawatan. Dalam teorinya orem menetapkan empat konsep yang pada akhirnya bersama theory keperawatan yang lain membentuk metaparadigma keperawatan, yaitu: human being, lingkungan, kesehatan, dan keperawatan
1
Wholly Compensatory System
Memenuhi therapeutic self-care pasien
Tindakan perawat
Membantu pasien yang mengalami ketidakmampuan self-care Mendukung dan melindungi pasien
Partly Compensatory System
Melaksanakan pengukuran kemampuan self-care pasien
Membantu pasien yang mengalami keterbatasan self-care
Tindakan perawat
Mendampingi pasien memenuhi selfcare sesuai kebutuhan Melaksanakan pengukuran beberapa kemampuan selfcare Mengatur kemampuan selfcare Menerima bantuan dan perawatan dari perawat
Tindakan pasien
Supportive Educative System Memenuhi self-care Tindakan perawat
Mengatur latihan dan pengembangan kemampuan self-care
Tindakan pasien
2
3
KONSEP TEORI JEAN WATSON : CARING
Dr. Jean Watson adalah perawat Amerika yang dilahirkan di Virginia Barat. Beliau mencatat bahwa dalam
sejarahnya, keperawatan
melibatkan caring dan berkembang dari caring. Selain itu, beliau menyebutkan bahwa caring akan menentukan kontribusi keperawatan dalam memanusiakan manusia di dunia (De Laune dan Ladner, 2002). Caring
sebagai
esensi
dari
keperawatan
berarti
juga
pertanggungjawaban hubungan antara perawat-klien, di mana perawat membantu
partisipasi
klien,
membantu
klien
memperoleh
pengetahuan, dan meningkatkan kesehatan (Cara, 2003). Dalam teori caring, nilai-nilai, pengetahuan dan praktik perawatan diintegrasikan dengan proses penyembuhan dari dalam diri dan pengalaman hidup klien,
sehingga
memerlukan
seni
perawatan-penyembuhan
dan
kerangka kerja yang disebut faktor carative. Berdasarkan Watson (2004), konsep mayor dalam teorinya adalah : (a) Faktor Carative, (b) The Transpersonal Caring Relationship, dan (c) Momen/Waktu Caring. a.
Faktor Carative Watson memandang Faktor Carative sebagai panduan inti dari
keperawatan. Beliau menggunakan istilah Carative untuk membedakan dengan kedokteran yaitu faktor kuratif. Faktor Carative beliau berusaha untuk menghargai dimensi manusia dalam keperawatan dan kehidupan serta pengalaman pribadi seseorang yang kita beri perawatan (Watson, 1997; 2004). Faktor Carative terdiri dari 10 elemen : 1)
Sistem
nilai
humanistik
dan
altruistik
(mengutamakan
2) 3) 4)
kepentingan orang lain). Kejujuran dan harapan. Sensitifitas pada pribadi seseorang dan orang lain. Rasa tolong menolong-Saling percaya, hubungan antar sesama
5) 6) 7) 8)
manusia. Mengekspresikan perasaan positif dan negatif. Proses pemecahan masalah keperawatan yang kreatif. Proses belajar mengajar transpersonal. Lingkungan fisik, social, spiritual dan mental yang supportif,
9)
protektif, dan korektif. Pertolongan dalam memenuhi kebutuhan manusia. 4
10) Kekuatan
spiritual-fenomenologikal-eksistensial
(Watson,
1979/1985). Bersamaan dengan beliau mengembangkan teorinya, beliau memperkenalkan konsep proses caritas klinis, yang kini menggantikan faktor carative-nya. Watson (2001) menjelaskan kata caritas berasal dari bahasa Yunani, yang berarti untuk memberikan kebahagiaan dan untuk memberikan perhatian/kasih sayang yang spesial (De Laune dan Ladner, 2002). Berikut merupakan translasi faktor carative dalam proses caritas klinis. 1)
Praktik
2)
keramahan dan ketenangan hati. Mampu menampilkan, memungkinkan sistem
3)
Perawatan
yang
kepercayaan
secara
mendalam
sadar
dan
dan
diberikan
dengan
mempertahankan
kehidupan
subyektif
seseorang atau orang yang diberi perawatan. Mengupayakan praktik spiritual dan transpersonal seseorang, mengesampingkan ego pribadi, membuka cara pandang orang
4)
lain dengan sensitifitas dan perasaan kasihan. Mengembangkan dan mempertahankan hubungan perawatan
5)
dengan rasa tolong menolong dan saling percaya. Mampu menampilkan, mendukung, perasaan negatif dan positif yang berhubungan dengan jiwa terdalam diri dan orang yang
6)
diberikan perawatan. Menggunakan proses pemecahan masalah yang kreatif dan sistematis, digabungkan dengan pengetahuan perawatan yang
7)
dimiliki, serta melibatkan seni praktik perawatan-penyembuhan. Mendukung proses belajar-mengajar transpersonal yang menggunakan pengalaman untuk mempersatukan pemahaman,
8)
dan melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain. Menyediakan lingkungan fisik, psikis, sosial, dan spiritual yang supportif, protektif, dan korektif yang kondusif untuk proses perawatan pada setiap level (lingkungan fisik sebaik lingkungan non
fisik,
lingkungan
yang
penuh
energi
positif
di
mana
kebersamaan, kenyamanan, harga diri, dan kedamaian tumbuh 9)
dengan maksimal). Membantu pemenuhan
kebutuhan
dasar
manusia
dengan
memuaskan, dengan penuh kesadaran, memberikan perawatan
5
dengan body language yang baik, dengan memperhatikan seluruh aspek perawatan, merawat baik kesadaran jiwa maupun spiritual. 10) Mengijinkan kekuatan spiritual-fenomenal-eksistensial menjadi pembuka dimensi misteri-spiritual dan eksistensial kehidupan dan kematian seseorang, perawatan jiwa bagi diri sendiri dan orang yang diberikan perawatan. b.
Transpersonal Caring Relationship Menurut Watson (1999) dalam Cara (2003), hubungan perawatan
transpersonal mencirikan jenis hubungan perawatan spesial, yang tergantung pada: 1)
Komitmen moral perawat dalam melindungi dan meningkatkan
2)
harga diri manusia yang setinggi-tingginya. Kesadaran perawat dalam berkomunikasi untuk memelihara dan menghargai jiwa seseorang, sehingga tidak menyamakan status
3)
seseorang tersebut dengan obyek (benda). Kesadaran perawat dalam memberikan perawatan berpotensi menyembuhkan, sehubungan dengan pengalaman, persepsi, dan hubungan yang intensif berperan dalam penyembuhan.
c.
Momen/Waktu Caring Menurut Watson (1999) dalam Cara (2003), waktu perawatan
adalah saat di mana (terbatas pada waktu dan tempat) perawat dan orang yang diberi perawatan bersama-sama dalam suatu kondisi pemberian
perawatan.
Keduanya,
dengan
pandangan
uniknya,
dimungkinkan untuk saling tukar menukar perasaan dan pemahaman. Menurut
Watson,
pandangan
unik
seseorang
didasarkan
pada
pengalamannya yang melibatkan emosi, sensasi tubuh, pemikiran, kepercayaan, tujuan, pengharapan, kondisi lingkungan dan persepsi seseorang terhadap sesuatu—semuanya berdasarkan pengalaman masa lalu, saat ini dan pandangan terhadap masa depan.
6
7
PHYLOSOPHYCAL THEORIES KATIE ERICKSON A. Konsep Dasar
1. Caritas Mengandung maknacinta dan kemurahan hati, merupakan motif dasar dari ilmu caring, artinya bahwa keyakinan, harapan dan cinta dicapai dengan perantaraan caring melalui tindakan pemeliharaan, pelaksanaan dan pembelajaran
2. Caring Communion
Mengandung konteks pengertian dari caring
dan menjadi
struktur yang menentukan realitas caring, yang terdiri dari intensitas
dan
ketenangan, comunion
vitalitas
yaitu
ketanggapan,
adalah
apa
kehangatan,
kejujuran
yang
dan
keakraban,
toleransi.
menyatukan
dan
Caring
mengikat
individu/manusia tersebut sehingga membuat caring itu berarti 3. Tindakan caring Merupakan suatu seni/cara menjadikan sesuatu yang kurang spesial menjadi sangat special
4. Etika Caritative Caring
Etika caring menitik beratkan pada hubungan dasar antara pasien dan perawat, dimana saat perawat menemui pasien memenuhi
batasan-batasan
etika
yang
jelas.
Sikap
yang
ditampakkan dilakukan melalui pendekatan- pendekatan yaitu tanpa ada prasangka dan tetap melihat manusia sebagai makhluk yang bermartabat.
5. Martabat
Dalam berinteraksi dengan pasien perlu diperhatikan martabat pasien. Ada dua jenis martabat, yaitu martabat yang mutlak dan martabat yang relatif. Martabat yang relatif dipengaruhi/dapat diperoleh dari budaya.
6. Menerima panggilan/undangan/invitasi Perawat datang mengunjungi pasien dan memberikan tindakan perawatan atas permintaan atau undangan dari pasien/keluarga sendiri.
7. Penderitaan Penderitaan ada yang dihubungkan dengan kondisi sakit, perawatan, dan kehidupan.
8
Penderitaan yang dihubungkan dengan kondisi sakit dimana pasien mengalami penderitaan karena kondisi sakitnya tersebut. Penderitaan yang dihubungkan dengan perawatan, dimana kadang pasien mengalami penderitaan akibat pada saat diberi tindakan perawatan, kurang dipertimbangkan masalah martabat pasien, kurangnya keramahan petugas, adanya kesalahan tindakan, dan terapi latihan yang menyiksa.
8. Penderitaan manusia
Keadaan yang digambarkan oleh pasien saat dia mengalami sakit dimana pada saat itu ia memikul penderitaan 9. Rekonsiliasi Merupakan suatu bentuk drama dari penderitaan
dimana
seseorang yang menderita ingin memastikan penderitaan yang dialaminya
dan
diberi
kesempatan
untuk
mencapai
rekonsoliasi/kedamaian 10. Budaya caring Merupakan konsep dimana Erikson menggunakan lingkungan berdasar pada elemen budaya sebagai tradisi, ritual dan nilainilai dasar. Budaya yang berbeda memiliki dasar perubahan nilai etos. Bila suatu comunion muncul berdasarkan etos, budaya menjadi lebih menarik. Budaya caring menunjukkan sikap tanggap terhadap manusia, martabat dan kesuciannya dalam membentuk tujuan communion
9
GRAND TEORY KEPERAWATAN KONSERVASI MODEL Mira Lestin Levine A. Konsep Teori Mira Lestin Levine (1921-1996) Konsep teory ini berfokus pada teory Konservasi Model, yang terdiri dari : 1. Adaptasi (adaptation) Adaptasi adalah proses dimana pasien memelihara integritas di dalam
lingkungan
yang
nyata
baik
internal
maupun
eksternal. Adaptasi adalah konsekuensi dari interaksi antara orang dengan lingkungan. Keberhasilan dalam menghadapi lingkungan tergantung dari adekuatnya adaptasi (Levine, 1990). Levine (1991) dalam Parker (2001) dan Tomey & Alligood (2006) mengemukakan 3 (tiga) karakteristik dari adaptasi yaitu : 1) Historicity Adaptasi merupakan proses historis, dimana respon didasarkan pada pengalaman masa lalu baik itu dari segi personal maupun genetik. 2) Specifity Adaptasi juga bersifat
spesifik,
artinya
bahwa
pada perilaku individu memiliki pola stimulus respon yang spesifik dan unik dalam aktivitas kehidupan sehari-hari 3) Redundancy Adaptasi bersifat redundancy yang berarti pilihan selamat
atau
gagal
oleh
individu
untuk
akan
memastikan
terjadinya adaptasi yang berkelanjutan. Jika suatu sistem tubuh tidak mampu beradaptasi, maka sistem yang lain akan mengambil alih dan melengkapi tugasnya. 2. Wholeness Levine menganggap bahwa Wholeness merupakan system terbuka dan menggabungkan bagian-bagian untuk sebuah keutuhan untuk menghadapi perubahan lingkungan. Wholeness didasarkan pada uraian keseluruhan sebagai satu sistem terbuka, yang menekankan suatu bunyi, organik, dan progresif yang sama antara fungsi-fungsi yang beraneka ragam dan bagian secara keseluruhan, serta batasanbatasan yang bersifat terbuka. 3. Konservasi (conservation) 10
Konservasi
berarti
cara
yang
kompleks
untuk
melakukan
fungsinya pada saat tantangan berat menghalanginya, atau suatu sistem yang kompleks yang mampu melanjutkan fungsi ketika terjadi tantangan yang buruk. Melalui konservasi ini individu mampu menghadapi tantangan, melakukan
adaptasi
dan
tetap
mempertahankan
keunikan
pribadi dengan perhatian utamanya menjaga keutuhan individu. Model Konservasi “Levine” berfokus pada individu sebagai makhluk yang holistik, dan bidang utama dari perhatian perawat dalam pemeliharaan individu secara keseluruhan. Model Levine menekankan pada proses interaksi dan intervensi keperawatan yang bertujuan untuk peningkatan kemampuan beradaptasi
dan
mempertahankan
keutuhan
tersebut,
mencakup empat prinsip, yaitu (Levine dalam Ruddy, 2007): 1) Konservasi energi Merupakan keseimbangan dan perbaikan energi yang dibutuhkan individu untuk melakukan aktivitas, termasuk keseimbangan energi input dan output untuk menghindari kelemahan yang berlebihan. Contohnya : proses penyembuhan dan proses penuaan, intervensi keperawatan dilakukan untuk : Mengurangi ketergantungan terhadap kebutuhan. Mempertahankan
Istirahat
pemenuhan
dan aktivitas
serta
nutrisi yang adekuat. 2) Konservasi Integritas struktural Penyembuhan adalah proses perbaikan integritas struktur dan fungsi dalam mempertahankan keutuhan diri. Contoh ; Bila menghadapi individu pasca amputasi, intervensi keperawatan : Membantu individu tersebut untuk menuju tingkat adaptasi baru. Membantu pasien melakukan latihan ROM. Mempertahankan personal hygiene pasien.
3) Konservasi Integritas personal Menyadari pentingnya harga diri dan identitas diri pasien serta penghormatan terhadap privasi. Dalam hal ini, perawat
11
dalam melakukan intervensi keperawatan harus menghargai keberadaannya seperti : Menghargai nilai dan
norma
yang
dianut
serta
keinginannya Menyapa dengan sopan Meminta izin sebelum melakukan tindakan Melakukan terminasi setelah melakukan tindakan dan sebelum meninggalkan pasien. 4) Konservasi Integritas sosial Keterlibatan anggota keluarga dalam pemenuhan kebutuhan keagamaan
atau
spiritual
dan
penggunaan
hubungan
interpersonal. Perawat membantu menghadirkan anggota keluarga dan menggunakan hubungan interpersonal untuk menjaga integritas sosial.
12
FROM NOVICE TO EXPERT: EXELLENCE AND POWER IN CLINICAL NURSING PRACTICE “Patricia Benner” A. TINJAUAN KONSEP Teori “From Novice To Expert”
yang dikembangkan oleh Patricia
Benner diadaptasi dari “Model Dreyfus” yang dikemukakan oleh Hubert Dreyfus dan Stuart Dreyfus. Teori From Novice to Expert menjelaskan 5 tingkat/tahap akuisisi peran dan perkembangan profesi meliputi: (1) Novice, (2) Advance Beginner, (3) competent, (4) proficient, dan (5) expert. 1. Novice Seseorang tanpa latar belakang pengalaman pada situasinya. Perintah yang jelas dan atribut yang obyektif harus diberikan untuk memandu penampilannya. Di sini sulit untuk melihat situasi yang relevan dan irrelevan. Secara
umum level ini
diaplikasikan
untuk mahasiswa
keperawatan, tetapi Benner bisa mengklasifikasikan perawat pada level yang lebih tinggi ke novice jika ditempatkan pada area atau situasi yang tidak familiar dengannya. 2. Advance Beginner Ketika
seseorang
menunjukkan
penampilan
mengatasi
masalah yang dapat diterima pada situasi nyata. Advance beginner mempunyai pengalaman yang cukup untuk memegang suatu situasi. Kecuali atribut dan ciri-ciri, aspek tidak dapat dilihat secara lengkap karena membutuhkan pengalaman yang didasarkan pada pengakuan dalam konteks situasi. Fungsi perawat pada situasi ini dipandu dengan aturan dan orientasi pada penyelesaian tugas. Mereka akan kesulitan memegang pasien tertentu pada situasi yang memerlukan perspektif lebih luas. Situasi klinis ditunjukkan oleh perawat pada level advance beginner
sebagai
ujian
terhadap
kemampuannya
dan
13
permintaan terhadap situasi pada pasien yang membutuhkan dan responnya. Advance beginner mempunyai responsibilitas yang lebih besar untuk melakukan manajemen asuhan pada pasien, sebelumnya mereka mempunyai lebih banyak pengalaman. Benner menempatkan perawat yang baru lulus pada tahap ini. 3. Competent Menyelesaikan
pembelajaran
dari
situasi
praktik
aktual
dengan mengikuti kegiatan yang lain, advance beginner akan menjadi competent. Tahap
competent
dari
model
Dreyfus
ditandai
dengan
kemampuan mempertimbangkan dan membuat perencanaan yang
diperlkan
untuk
suatu
situasi
dan
sudah
dapat
dilepaskan. Konsisten, kemampuan memprediksi, dan manajemen waktu adalah penampilan pada tahap competent. Perawat competent dapat menunjukkan reponsibilitas yang lebih
pada
respon
pasien,
lebih
realistik
dan
dapat
menampilkan kemampuan kritis pada dirinya. Tingkat competent adalah tingkatan yang penting dalam pembelajaran klinis, karena pengajar harus mengembangkan pola
terhadap
elemen
atau
situasi
yang
memerlukan
perhatian yang dapat diabaikan. 4. Proficient Perawat pada tahap ini menunjukkan kemampuan baru untuk melihat perubahan yang relevan pada situasi, meliputi pengakuan dan mengimplementasikan respon keterampilan dari situasi yang dikembangkan. Mereka akan mendemonstrasikan peningkatan percaya diri pada pengetahuan dan keterampilannya. Pada tingkatan ini mereka banyak terlibat dengan keluarga dan pasien. 5. Expert
14
Pada tingkatan ini perawat expert mempunyai pegangan intuitiv
dari
situasi
mengidentifikasi
area
yang
terjadi
dari
masalah
sehingga tanpa
mampu
kehilangan
pertimbangan waktu untuk membuat diagnosa alternatif dan penyelesaian. Perubahan kualitatif pada pada expert adalah “mengetahui pasien” yang berarti mengetahui tipe pola respon dan mengetahui pasien sebagai manusia. Aspek kunci pada perawat expert adalah:
Menunjukkan pegangan klins dan sumber praktis
Mewujudkan proses know-how
Melihat gambaran yang luas
Melihat yang tidak diharapkan
15
APLIKASI TEORI MADELEINE LEININGER Konsep Awal Teori Leininger berasal dari disiplin ilmu antropologi, tapi konsep teori ini relevan untuk keperawatan. Leininger mendefinisikan “Transkultural Nursing” sebagai area yang luas dalam keperawatan yang
mana berfokus pada
komparatif studi dan analisis perbedaan kultur dan subkultur dengan menghargai prilaku caring, nursing care dan nilai sehatsakit,
kepercayaan
dan
pola
tingkah
laku
dengan
tujuan
perkembangan ilmu dan humanistic body of knowledge untuk kultur yang spesifik dan kultur yang universal dalam keperawatan. Tujuan dari transkultural dalam keperawatan adalah kesadaran dan apresiasi terhadap perbedaan kultur. Culture care adalah teori yang holistic karena meletakkan didalamnya ukuran dari totalitas kehidupan manusia dan berada selamanya, termasuk sosial struktur, pandangan dunia, nilai cultural, konteks lingkungan, ekspresi bahasa dan etnik serta sistem professional. Paradigma Keperawatan Teori Keperawatan Leininger a.
Manusia / pasien
Manusia adalah individu atau kelompok yang memiliki nilainilai dan norma-norma yang diyakini yang berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan tindakan
Manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun dia berada.
b.
Kesehatan Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki pasien dalam mengisi kehidupannnya
c.
Lingkungan Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana pasien dengan budayanya saling berinteraksi, baik lingkungan fisik, sosial dan simbolik.
d.
Keperawatan 16
Keperawatan dipandang sebagai suatu ilmu dan kiat yang diberikan kepada pasien dengan berfokus pada prilaku, fungsi dan proses untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan atau pemulihan dari sakit. Konsep Utama Teori Transkultural 1. Culture Care Nilai-nilai, keyakinan, norma, pandangan hidup yang dipelajari dan diturunkan
serta
mempertahankan
diasumsikan
yang
kesejahteraan
dan
dapat
membantu
kesehatan
serta
meningkatkan kondisi dan cara hidupnya. 2. World View Cara
pandang
individu
atau
kelompok
dalam
memandang
kehidupannya sehingga menimbulkan keyakinan dan nilai. 3. Culture and Social Structure Dimention Pengaruh dari factor-faktor budaya tertentu (sub budaya) yang mencakup religius, kekeluargaan, politik dan legal, ekonomi, pendidikan, teknologi dan nilai budaya yang saling berhubungan dan berfungsi untuk mempengaruhi perilaku dalam konteks lingkungan yang berbeda 4. Generic Care System Budaya
tradisional
yang
diwariskan
untuk
membantu,
mendukung, memperoleh kondisi kesehatan, memperbaiki atau meningkatkan kualitas hidup untuk menghadapi kecacatan dan kematiannya. 5. Profesional system Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pemberi pelayanan kesehatan yang memiliki pengetahuan dari proses pembelajaran di
institusi
pendidikan
formal
serta
melakukan
dan
memfasilitasi
pelayanan
kesehatan secara professional. 6. Culture Care Preservation Upaya
untuk
mempertahankan
tindakan
professional untuk mengambil keputusan dalam memelihara dan menjaga nilai-nilai pada individu atau kelompok sehingga dapat mempertahankan kesejahteraan. 7. Culture Care Acomodation 17
Teknik negosiasi dalam memfasilitasi kelompok orang dengan budaya tertentu untuk beradaptasi/berunding terhadap tindakan dan pengambilan kesehatan. 8. Cultural Care Repattering. Menyusun kembali dalam memfasilitasi tindakan dan pengambilan keputusan professional yang dapat membawa perubahan cara hidup seseorang. 9. Culture Congruent / Nursing Care Suatu
kesadaran
untuk
menyesuaikan
nilai-nilai
budaya
/
keyakinan dan cara hidup individu/ golongan atau institusi dalam upaya memberikan asukan keperawatan yang bermanfaat. Transkultural Care Dengan Proses Keperawatan Model konseptual asuhan keperawatan transkultural dapat dilihat pada gambar berikut.
18
Penerapan teori Leineger (Sunrise Model) pada proses keperawatan dapat dijelaskan sebagai berikut : Proses Keperawatan Pengkajian dan Diagnosis
Perencanaan dan Implementasi
Sunrise Model Pengkajian terhadap Level satu, dua dan tiga yang meliputi : Level satu : World view and Social system level Level dua : Individual, Families, Groups communities and Institution in diverse health system Level tiga : Folk system, professional system and nursing Level empat : Nursing care Decition and Action Culture Care Preservation/maintanance Culture Care Accomodation/negotiations Culture Care Repatterning/restructuring
Evaluasi Analisis Teori Transcultural Nursing 1. Kemampuan teori menghubungkan konsep dalam melihat penomena Teori Transcultural Nursing yang digambarkan dalam Sunrise Model menunjukan bahwa level satu dan dua dari teori memilki banyak kesamaan dengan beberapa teori keperawatan lainnya sedangkan pada level ketiga dan keempat memiliki perbedaan spesifik dan bersifat unik jika dibandingkan dengan teori lainnya. 2. Tingkat Generalisasi Teori Teori dan model yang dikemukan oleh Leininger relatif tidak sederhana, namun demikian teori ini dapat didemontrasikan dan diaplikasikan
sehingga
dapat
diberikan
justifikasi
dan
pembenaran bagaimana konsep-konsep yang dikemukakan saling berhubungan. 3. Tingkat Kelogisan Teori Kelogisan teori Leininger adalah pada fokus dari pandangganya dengan melihat bahwa latar belakang budaya pasien (individu, keluarga, kelompok, masyarakat) yang berbeda sebagai bagian penting dalam rangka pemberian asuhan keperawatan. 4. Testabilitas teori
19
Teori Cultural care diversity and Universality dikembangkan berdasarkan atas riset kualitatif dan kuantitatif. 5. Kemanfaatan Teori bagi Peningkatan Body Of Knowledge Beberapa
penelitian
tentang
konsep
perawatan
dengan
memperhatikan budaya telah memberikan arti akan pentingnya pengetahuan dan pemahaman tentang perbedaan dan persamaan budaya dalam praktek keperawatan. 6. Kemanfaatan
Teori
pada
Pengembangan
Praktek
Keperawatan Teori ini sangat relevan dan dapat diterapkan secara nyata dalam praktek keperawatan, karena teori ini mengemukakan adanya pengaruh perbedaan budaya terhadap perilaku hidup sehat. Dan dalam aplikasinya teori ini
sangat relevan dengan penerapan
praktek keperawatan komunitas. 7. Konsistensi Teori Leininger menyampaikan pentingnya pemahaman budaya dalam rangka hubungan perawat pasien yang juga sejalan dengan teori yang
dikemukakan
oleh
Imoge
King
yang
menekankan
pentingnya persamaan persepsi perawat pasien untuk pencapaian tujuan
20
TEORI KEPERAWATAN IMOGENE M. KING Konsep Utama 1) Fokus teory Imogene M. King adalah Human Being dengan prinsip Goal Attainment (Pencapaian tujuan ) yang berfokus pada system interpersonal. 2) Konsep teory Imogene M.King terdiri : Interaksi, yaitu suatu proses dari persepsi dan komunikasi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, individu dengan lingkungan yang dimanifestasikan sebagai perilaku verbal dan non verbal dalam mencapai tujuan. Persepsi, diartikan sebagai gambaran seseorang tentang realita, yang berhubungan dengan pengalaman masa lalu, konsep diri, sosial ekonomi, genetika dan latar belakang pendidikan. Komunikasi, yaitu suatu proses penyampaian informasi dari seseorang kepada orang lain secara langsung maupun tidak langsung. Transaksi, interaksi yang mempunyai maksud tertentu dalam pencapaian tujuan. Peran, merupakan serangkaian perilaku yang diharapkan dari posisi pekerjaannya dalam sistem sosial. Stress, suatu keadaan dinamis yang terjadi akibat interaksi manusia dengan lingkungannya. Pertumbuhan dan perkembangan, tumbuh kembang mencakup sel, molekul dan tingkat aktivitas perilaku yang kondusif untuk membantu individu mencapai kematangan. Waktu, adalah perputaran antara satu
peristiwa
dengan
peristiwa yang lain sebagai pengalaman yang unik dari setiap manusia. Ruang, yaitu area dimana terjadi interaksi antara perawat dengan pasien Jarak, batas wilayah yang memiliki kebijakan masing-masing 3) King mengidentifikasi sistem yang dinamis dalam tiga sistem interaksi yang dikenal dengan Dynamic Interacting Systems, meliputi: Personal systems (individuals), interpersonal systems (groups) dan social systems (keluarga, sekolah, industri, organisasi sosial, sistem pelayanan kesehatan, dll) , dapat dilihat pada skema berikut dibawah ini :
21
Dynamic Interacting Systems Social system (society)
Interpersonal system (groups) Personal system (individual)
a. Sistem personal Adalah individu atau pasien yang dilihat sebagai sistem terbuka, mampu berinteraksi, mengubah energi, dan informasi dengan lingkungannya.
Sistem
memperhatikan
konsep
personal
dapat
berinteraksi
dipahami
yaitu:
dengan
persepsi,
diri,
tumbang, waktu, ruang, dan jarak b. Sistem interpersonal Adalah dua atau lebih individu atau grup yang berinteraksi. Interaksi ini dapat dipahami dengan melihat lebih jauh konsep tentang peran, interaksi, komunikasi, transaksi, stress, koping. c. Sistem sosial Merupakan sistem dinamis yang akan menjaga keselamatan lingkungan. Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi perilaku masyarakat, interaksi, persepsi, dan kesehatan. Asumsi King 1. Asumsi Eksplisit meliputi : 1) Focus sentral dari keperawatan adalah interaksi dari manusia dan lingkungannya, dengan tujuan untuk kesehatan manusia 2) Individu adalah mahluk sosial, mengirim, rasional, reaksi, penerimaan, control, berorientasi pada kegiatan waktu. 3) Proses interaksi dipengaruhi oleh persepsi, tujuan, kebutuhan, dan nilai pasien serta perawat. 4) Manusia sebagai pasien mempunyai hak untuk mendapatkan informasi,
berpartisipasi
dalam
membuat
keputusan
yng
mempengaruhi kehidupannya. 5) Tanggung jawab dari anggota tim kesehatan adalah memberikan informasi kepada individu tentang semua aspek kesehatan untuk membantu mereka mengambil keputusan. 22
6) Tujuan pemberi dan penerima pelayanan kesehatan mungkin 2.
tidak sama. Asumsi Implicit meliputi : 1) Pasien ingin berpartisipasi
secara
aktif
dalam
proses
keperawatan. 2) Pasien sadar, aktif, dan secara kognitif mampu berpartisipasi dalam pembuatan atau pengambilan keputusan. 3) Individu mempunyai hak untuk mengetahui tentang dirinya sendiri. 4) Individu
mempunyai
hak
untuk
menerima
atau
menolak
pelayanan kesehatan. Pandangan King terhadap keperawatan 1. Konsep Manusia King memandang manusia sebagai suatu system terbuka yang berinteraksi dengan lingkungan 2. Konsep Lingkungan Lingkungan adalah system social yang ada dalam masyarakat yang saling berinteraksi dengan system lainnya secara terbuka 3. Konsep Sehat King mendefinisikan sehat sebagai pengalaman hidup manusia yang dinamis, yang secara berkelanjutan melakukan penyesuaian terhadap stressor internal dan eksternal melewati rentang sehat sakit, dengan menggunakan sumber- sumber yang dimiliki oleh seseorang atau individu untuk mencapai kehidupan sehari- sehari yamg maksimal. 4. Konsep Keperawatan King menyampaikan pola intervensi keperawatannya adalah proses interaksi pasien dan perawat meliputi komunikasi dan persepsi yang menimbulkan aksi, reaksi, dan jika ada gangguan, menetapkan
tujuan
dengan
maksud
tercapainya
suatu
persetujuan dan membuat transaks GRAND THEORY BETTY NEUMAN Konsep Utama Konsep utama yang terdapat pada model Neuman, meliputi: stresor, garis pertahanan dan perlawanan, tingkatan pencegahan, lima variabel sistem pasien, struktur dasar, intervensi dan rekonstitusi (Lihat juga Skemanya)
23
1.
Stressor Stressor
adalah
kekuatan
lingkungan
yang
menghasilkan
ketegangan dan berpotensial untuk menyebabkan sistem tidak stabil. Neuman mengklasifikasi stressor sebagai berikut : 1) Stressor intrapersonal : terjadi dalam diri individu/keluarga dan berhubungan dengan lingkungan internal
(misalnya :
respons autoimmune) 2) Stressor interpersonal : terjadi pada satu individu/keluarga atau lebih yang memiliki pengaruh pada system, (misalnya : ekspektasi peran) 3) Stressor ekstrapersonal : terjadi diluar lingkup sistem atau individu/keluarga dari pada stressor interpersonal, (misalnya : sosial politik). 2.
Garis pertahanan dan perlawanan Garis pertahanan normal merupakan lingkaran utuh yang mencerminkan suatu keadaan stabil untuk individu. Garis pertahanan normal jika garis pertahanan fleksibelnya tidak dapat melindungi secara adekuat. Garis pertahanan fleksibel berperan memberikan respon awal atau perlindungan pada sistem dari stressor. Sedangkan
garis
perlawanan
merupakan
serangkaian
lingkaran putus-putus yang mengelilingi struktur dasar. Artinya garis resisten ini melindungi struktur dasar dan akan teraktivasi jika ada invasi dari stressor lingkungan melalui garis normal pertahanan (normal line of defense). 3.
Tingkatan pencegahan 1) Pencegahan primer : terhadap
stressor,
mempertahankan
terjadi sebelum sistem bereaksi
meliputi
:
kesehatan.
promosi Strateginya
kesehatan
dan
mencakup
:
immunisasi, pendidikan kesehatan, olah raga dan perubahan gaya hidup. 2) Pencegahan
sekunder,
meliputi
berbagai
tindakan
yang
dimulai setelah ada gejala dari stressor.
24
3) Pencegahan tersier difokuskan pada perbaikan kembali ke arah stabilitas sistem pasien secara optimal. Pencegahan tersier cenderung untuk kembali pada pencegahan primer. 4.
Sistem pasien Model Sistem Neuman merupakan suatu pendekatan sistem yang terbuka dan dinamis. Pasien sebagai sistem bisa individu, keluarga, kelompok, komunitas atau sosial issue. Pasien sebagai suatu sistem memberikan arti bahwa adanya keterkaitan antar aspek yang terdapat dalam sistem tersebut.
5.
Struktur dasar Struktur dasar berisi seluruh variable untuk mempertahankan hidup
dasar
yang
biasa
terdapat
pada
manusia
sesuai
karakteristik individu yang unik, seperti genetik. 6.
Intervensi Merupakan memperoleh,
tindakan-tindakan meningkatkan
yang dan
membantu memelihara
untuk sistem
keseimbangan, terdiri dari pencegahan primer, sekunder dan tertier. 7.
Rekonstitusi Neuman (1995) mendefinisikan rekonstitusi sebagai peningkatan energi yang terjadi berkaitan dengan tingkat reaksi terhadap stressor
25
THEORY KEPERAWATAN ORLANDO Paradigma Keperawatan Teori Proses Keperawatan Orlando Asumsi
Orlando
terhadap
metaparadigma
keperawatan
hampir
seluruhnya terkandung dalam teorinya. 1. Perawat Perawat adalah suatu profesi yang mempunyai fungsi autonomi yang didefinisikan sebagai fungsi profesional keperawatan. 2. Manusia Manusia bertindak atau berperilaku
secara verbal dan nonverbal,
kadang-kadang dalam situasi tertentu manusia dalam memenuhi kebutuhannya membutuhkan pertolongan. 3. Sehat Orlando tidak medefinisikan tentang sehat, tetapi berasumsi bahwa bebas dari ketidaknyamanan fisik dan mental dan merasa adekuat dan sejahtera berkontribusi terhadap sehat. 4. Lingkungan Orlando
berasumsi
bahwa
lingkungan
merupakan
situasi
keperawatan yang terjadi ketika perawat dan pasien berinteraksi, dan
keduanya mempersepsikan,
berfikir,
dan merasakan
dan
bertindak dalam situasi yang bersifat segera. Konsep Utama Dalam Teori Proses Keperawatan
Dalam teorinya Orlando mengemukanan tentang beberapa konsep utama, diantaranya adalah konsep disiplin proses keperawatan (nursing process discipline) yang juga dikenal dengan sebutan proses
disiplin
atau
proses
keperawatan.
Disiplin
proses
keperawatan meliputi komunikasi perawat kepada pasiennya yang sifatnya segera, mengidentifikasi
permasalahan pasien
yang
disampaikan kepada perawat, menanyakan untuk validasi atau perbaikan.
Teori keperawatan Orlando menekankan ada hubungan timbal balik antara pasien dan perawat, apa yang mereka katakan dan kerjakan akan saling mempengaruhi.
26
Orlando juga menggambarkan mengenai disiplin nursing proses sebagai
interaksi total (totally interactive) yang dilakukan tahap
demi tahap, apa yang terjadi antara perawat dan pasien dalam hubungan tertentu, perilaku pasien, reaksi perawat terhadap perilaku tersebut dan tindakan yang harus dilakukan.
Orlando menggambarkan model teorinya dengan lima konsep utama yaitu fungsi perawat profesional, mengenal perilaku pasien, respon internal atau kesegeraan, disiplin proses keperawatan serta kemajuan. 1. Tanggung jawab perawat
Tanggung jawab perawat yaitu membantu apapun yang pasien butuhkan untuk memenuhi kebutuhannya, misalnya kenyamanan fisik dan rasa aman ketika dalam medapatkan pengobatan..
Perawat
harus mengetahui
kebutuhan
pasien untuk
membantu memenuhinya.
Perawat harus mengetahui benar peran
profesionalnya,
aktivitas perawat profesional yaitu tindakan yang dilakukan perawat secara bebas dan bertanggung jawab. 2. Mengenal perilaku pasien Mengenal perilaku pasien yaitu dengan mengobservasi apa yang
dikatakan
pasien
maupun
perilaku
nonverbal
yang
ditunjukan pasien. 3. Reaksi segera Reaksi segera adalah respon segera atau respon internal dari perawat dan persepsi individu pasien , berfikir dan merasakan. 4. Disiplin proses keperawatan George
(1995) mengartikan disiplin proses keperawatan
sebagai
interaksi total (totally interactive) yang dilakukan
tahap demi tahap, apa yang terjadi antara perawat dan pasien dalam hubungan tertentu, perilaku pasien, reaksi perawat terhadap perilaku tersebut dan tindakan yang harus dilakukan, mengidentifikasi kebutuhan pasien untuk membantunya serta untuk melakukan tidakan yang tepat.
27
5. Kemajuan / peningkatan Peningkatan berari tumbuh lebih, pasien menjadi lebih berguna dan produktif. Disiplin Proses Keperawatan 1. Perilaku Pasien Perilaku pasien dapat verbal dan non verbal. Perilaku verbal yang
menunjukan
permintaan,
perlunya
pertanyaan,
pertolongan
kebutuhan
dan
seperti lain
keluhan,
sebagainya.
Sedangkan perilaku nonverbal misalnya heart rate, edema, aktivitas motorik: senyum, berjalan, menghindar kontak mata dan lain sebagainya. 2. Reaksi Perawat Reaksi ini tertidiri dari 3 bagian yaitu : Pertama perawat merasakan melalui indranya Kedua yaitu perawat berfikir secara otomatis Ketiga adanya hasil pemikiran sebagai suatu yang dirasakan. Contoh perawat melihat pasien merintih, perawat berfikir bahwa
pasien
mengalami
nyeri
kemudian
memberikan
perhatian 3. Tindakan Perawat Perawat dapat bertindak dengan dua cara yaitu : Tindakan otomatis, yaitu dilakukan bila kebutuhan pasien
yang mendesak, misalnya tindakan pemberian obat atas intruksi medis. Tindakan terencana adalah tindakan yang memenuhi fungsi profesional perawat, dengan kriteria sbb :
Tindakan merupakan hasil dari indetifikasi kebutuhan pasien
Perawat menjelaskan maksud tindakan kepada pasien untuk memenuhi kebituhannya.
Perawat memvalidasi efektifitas tindakan segera setelah dilakukan
Perawat membebaskan stimulasi yang tidak berhubungan dengan kebutuhan pasien ketika melakukan tindakan.
28
Tindakan otomatis tidak akan memenuhi kriteria tersebut. Beberapa
contoh
melaksanakan
tindakan
instruksi
otomatis
dokter,
tindakan
tindakan
rutinitas,
perlindungan
kesehatan secara umum. Semua itu tidak membutuhkan validasi reaksi perawat. 4. Fungsi profesional Tindakan yang tidak profesional dapat menghambat dalam
menyelesaikan
fungsi
profesionalnya,
dan
perawat dapat
menyebabkan tidak adekuatnya perawatan pasien
29
MIDDLE RANGE THEORY SELF-TRANCENDENCE Pamela.G.Reed Konsep Kunci 1) Vulnerability Kesadaran seseorang akan adanya kematian, Konsep vulnerable meningkatkan
kesadaran
akan
situasi
mendekati
kematian
termasuk di dalamnya adalah keadaan gawat seperti disabilitas, penyakit kronik, kelahiran, dan pengasuhan. 2) Self-Transcendence Transendensi diri berarti suatu gerak melampaui apa yang telah dicapai, suatu gerak dari yang kurang baik menjadi baik dan dari yang baik menjadi lebih baik. Menurut Pamela G Reed, Self Transcendence didefiniskan sebagai pengembangan konsep diri dibatasi secara mulitidimensi yaitu : Inwardly
(batiniah) : melakukan refleksi introspeksi diri
terhadap pengalaman- pengalaman yang telah dialami. Outwardly
(lahiriah),
diartikan
pentingnya
berinteraksi
dengan lingkungannya. Temporally (duniawi) : menggunakan pengalaman masa lalu sebagai pelajaran untuk mencapai tujuan masa depan. 3) Well-Being Didefiniskan sebagai perasaan sehat secara menyeluruh baik fisik, psikologis, sosial, budaya dan spiritual yang menunjukkan suatu kesejahteraan dan keadan yang baik. 4) Moderating-Mediating Factors Faktor-faktor
yang mempengaruhi proses transendensi diri yang
berkontribusi terhadap kondisi yang baik, misalnya : usia, jenis kelamin,
kemamapuan
kognitif,
pengalaman
hidup,
persepsi
spiritual, lingkungan sosial, dan riwayat masa lalu. 5) Point of Intervention Berdasarkan teori transendensi diri, terdapat dua poin intervensi. Tindakan
keperawatan
secara
langsung
berfokus pada
sumber-sumber yang berasal dari dalam diri seseorang terhadap transendensi diri 30
Tindakan yang berfokus pada beberapa faktor personal dan kontekstual
yang
transendensi
diri
mempengaruhi dan
vulnerabel
hubungan ;
antara
hubungan
antar
transendensi diri dan keadaan baik/sehat. Asumsi Mayor 1) Health Sehat, didefinisikan secara mutlak sebagai proses kehidupan dari dua hal yaitu pengalaman negatif dan positif,
dimana individu
menciptakan lingkungan dan nilai-nilai unik yang mendukung kesejahteraan (well- being). 2) Nursing Peran
keperawatan
adalah
untuk
mendampingi
orang-orang
(persons) melalui proses interpersonal dan manajemen terapeutik pada lingkungannya dengan membutuhkan keterampilan untuk mendukung kesehatan (health) dan kesejahteraan (well-being). 3) Person Person dipahami sebagai perkembangan masa kehidupannya dalam berinteraksi dengan orang lain dan perubahan lingkungan yang kompleks yang dapat berkontribusi secara positif dan negative terhadap kesehatan dan keadaan baik. 4) Environment Keluarga, jaringan sosial, lingkungan fisik dan komunitas adalah lingkungan yang secara signifikan berkontribusi pada proses kesehatan dimana perawat mempengaruhinya dengan mengatur interaksi
yang
terapeutik
antara
individu
dan
aktivitas
keperawatan. Pernyataan Teoritis Model teori self transcendence mengusulkan tiga macam hubungan : 1) Peningkatan vulnerability dihubungkan dengan peningkatan self transcendence. 2) Self
transcendence
berhubungan
secara
positif
dengan
kesejahteraan (well-being).
31
3) Faktor-faktor personal dan eksternal bisa mempengaruhi hubungan antara vulnerability dengan self transcendence dan antara self transcendence dan well- being.
32
Vulnerability
+ Self-transcendence
+
Well-Being + + +
-
Factor-faktor personal danKontextual yang berhubungan dengan secara media atau hubungan moderate
Point intervensi
+
-
untuk meningkatkan self Transcedence Skema 2 : Teori Model Self-Trancendence Terdapat 3 dalil yang berkembang menggunakan tiga konsep dasar tersebut, antara lain: 1) Dalil Pertama, self transcendence merupakan kehebatan seseorang saat
menghadapi
akhir
dari
kehidupan
dibanding
ia
tidak
mengalaminya, atau dengan pengalaman-pengalaman lain yang meningkatkan kesadaran akan kematian. 2) Dalil
yang
kedua
yaitu
batasan-batasan
konseptual
yang
dihubungkan dengan kesejahteraan (well-being), yang secara fluktuasi akan mempengaruhi secara positif atau negatif well being sepanjang masa kehidupan. Contoh : Peningkatan penampilan dan perilaku self transcendence diharapkan berkaitan secara positif dengan kesehatan mental sebagai indicator well-being seseorang, pengaruh
negative
seperti
sedang
ketidakmamapuan
untuk
mencapai atau menerima orang lain (berteman) akan mengarah
pada
depresi
sebagai
indicator
kesehatan
mental. 3) Dalil yang ketiga adalah proses person dengan lingkungan, yang berfungsi
sebagai
korelasi,
moderator,
atau
mediator
yang 33
menghubungkan antara vulnerable, transendensi diri dan keadaan sejahtera (well being).
HEALTH PROMOTION MODEL Nola J. Pender Pengertian
Health Promotion.
Model
atau
selanjutnya disebut HPM
merupakan suatu cara untuk menggambarkan interaksi manusia dengan lingkungan fisik dan interpersonalnya dalam berbagai dimensi. Model ini mengintegrasikan teori nilai harapan (Expectancy-value) dan teori kognitif sosial (Social Cognitive Theory) dalam perspektif keperawatan manusia dilihat sebagai fungsi yang holistik. Bagan RPM dapat dilihat sebagai berikut
Faktor persepi kognitif
Faktor modifikasi
Persepsi kontrol kesehatan
Karakteristik demografi
Persepsi efektifitas diri Definisi kesehatan
Persepsi status kesehatan
Karakteristik biologi interpersonal
Partisipasi dlm perilaku peningkatan kesehatan
Menetapkan perilaku promosi kesehatan Syarat untuk bertindak
Faktor situasi
Persepsi manfaat perilaku promosi kesehatan Persepsi hambatan terhadap perilaku Skema 2.1 : Health Promotion Model Nola J, Pender promosi kesehatan
34
Sumber : Tommey dan Alligod, 2006. Nursing Theorist and Their Work Philadelphia,. Mosby
35
Adapun komponen elemen dari teori ini adalah sebagai beriku .
a. Teori Nilai Harapan (Expectancy-Value Theory) Teori nilai harapan menggambarkan perilaku sehat memiliki sifat rasional dan ekonomis. Seseorang akan mulai bertindak dari perilakunya jika ada 2 hal pokok berikut ini :
1) Hasil tindakan bernilai positif 2) Pengambilan tindakan untuk menyempurnakan hasil yang diinginkan.
b. Teori Kognitif Sosial (Social Cognitive Theory) Teori model interaksi terdiri dari konsep lingkungan, manusia dan perilaku yang saling mengaruhi. Teori ini menekankan pada:
1) Pengarahan diri (self direction) 2) Pengaturan diri (self regulation) 3) Persepsi terhadap kemajuan diri (self efficacy). Teori ini mengemukakan bahwa manusia memiliki kemampuan dasar: 1) Simbolisasi yaitu proses dan transformasi pengalaman sebagai petunjuk untuk tindakan yang akan datang. 2) Pemikiran ke depan dengan mengantisipasi kejadian yang akan muncul dan merencanakan tindakan untuk mencapai tujuan yang bermutu 3) Belajar dari pengalaman orang lain dengan enetapkan peraturan untuk generasi dan mengatur perilaku melalui observasi tanpa perlu me1akukan trial dan error 4) Pengaturan diri menggunakan standar internal dan reaksi evaluasi diri untuk memotivasi dan mengatur perilaku, mengatur lingkungan ekstemal untuk menciptakan motivasi dalain bettindak. 5) Refleksi diri, berpikir tentang proses pikir seseorang dan secara aktif memodifikasinya. Menurut teori ini kepercayaan diri dibentuk melalui observasi dan refleksi diri. Kepercayaan diri yang terdiri dari : 1) Pengenal diri (self atribut) 2) Evaluasi diri (self evaluation) 3) Kemajuan diri (self efficacy). Kemajuan diri adalah kemampuan seseorang untuk melakukan tindakan tertentu
yang
berkembang
melalui
pengalaman,
belajar
dari 36
pengalaman yang lain, persuasi verbal dan respons badaniah terhadap situasi tertentu. Kemajuan diri merupakan fungsi dari kemampuan yang berlebihan yang membentuk kompetensi dan kepereayan diri. Kemajuan adalah konstruksi sentral dari HPM. Kerangka Konseptual Model Promosi Kesehatan Sifat2 & Pengalaman Individu
Hubungan dengan perilaku sebelumnya
Perilaku Spesifik Pengetahuan dan Sikap Berbagai keuntungan dari tindakan yang dirasakan Penghambat untuk bertindak yang dirasakan
Hasil Perilaku
Kebutuhan bersaing segera (kontrol rendah) & Pilihan (Kontrol tinggi
Kemajuan diri yg dirasaka Faktor Pribadi: biologi, psikologis, sosial budaya
Tindakan yang terkait yg mempengaruhi Pengaruh hubungan interpersonal (klg, kelompok, provider), norma dukungan dan model
Komitment pd Rencana Tindakan
Metode Perilaku Promosi Kesehatan (HPM)
Pengaruh situasional; pilihan, sifat kebutuhan; estetika Skema 2.2 : Revisi Health Promotion Model (Pender, N.J, Murdaugh, C.L., & Parsons, M.A. (2002). Promosi kesehatan dalam praktik keperawatan dikutip dart Tomey & Alligood (2006). hal 458
37
View more...
Comments