Non Malefisence
April 23, 2019 | Author: fadini73 | Category: N/A
Short Description
I hope this is usefull...
Description
FRIDAY, OCTOBER 20, 2006
Pemecahan Dilema Etik dalam Kasus Penderitaan Klien dan Euthanasia Pasif KASUS : Seorang wanita berumur 50 tahun menderita penyakit kanker payudara terminal dengan metastase yang telah resisten terhadap tindakan kemoterapi dan radiasi. Wanita tersebut mengalami nyeri tulang yang hebat dimana sudah tidak dapat lagi diatasi dengan pemberian dosis morphin intravena. intravena. Hal itu ditunjukkan dengan adanya rintihan ketika istirahat dan nyeri bertambah hebat saat wanita itu mengubah posisinya. posisinya. Walapun klien tampak bisa tidur namun ia sering meminta diberikan obat analgesik, dan keluarganya pun meminta memin ta untuk dilakukan penambahan dosis pemberian obat analgesik. Saat dilakukan diskusi perawat disimpulkan bahwa penambahan obat analgesik dapat mempercepat kematian klien. Kasus di atas merupakan salah satu contoh masalah dilema etik (ethical etik (ethical dilemma).. Dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada dilemma) alternatif yang memuaskan atau suatu situasi dimana alternatif yang memuaskan dan tidak memuaskan sebanding. Dalam dilema etik tidak ada yang benar atau salah. Untuk membuat keputusan yang etis, seseorang harus tergantung pada pemikiran yang rasional dan bukan emosional. Kerangkan pemecahan dilema etik banyak diutarakan dan pada dasarnya menggunakan kerangka proses keperawatan / pemecahan masalah secara ilmiah (Thompson & Thompson, 1985). Kozier et. al (2004) menjelaskan kerangka pemecahan dilema etik sebagai berikut : 1. Me Menge ngemba mbang ngkan kan dat data a das dasar ar 2. Men Mengid gident entifi ifikas kasii konfl konflik ik
3. Memb Membuat uat tindakan tindakan alterna alternatif tif tentang tentang rangkaia rangkaian n tindakan tindakan yang direncanakan dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut 4. Mene Menentuk ntukan an siapa siapa pengamb pengambil il keputusa keputusan n yang tepat tepat 5. Mend Mendefini efinisika sikan n kew kewajib ajiban an pera perawat wat 6. Me Memb mbua uatt kep keput utus usan an PEMECAHAN KASUS DILEMA ETIK 1. Mengembangkan data dasar : a. Orang yang terlibat : Klien, keluarga klien, dokter, dan perawat b.Tindakan yang diusulkan : tidak menuruti keinginan klien untuk memberik memberikan an penambahan dosis morphin. c.Maksud dari tindakan tersebut : agar tidak membahayakan diri klien d.Konsekuensii tindakan yang diusulkan, bila tidak diberikan penambahan d.Konsekuens penambahan dosis morphin, klien dan keluarganya menyalahkan perawat dan apabila keluarga klien kecewa terhadap pelayanan di bangsal mereka bisa menuntut ke rumah sakit. 2. Mengidentifikasi konflik akibat situasi tersebut : Penderitaan klien dengan kanker payudara yang sudah mengalami metastase mengeluh nyeri yang tidak berkurang dengan dosis morphin yang telah ditetapkan. Klien meminta penambahan dosis pemberian morphin untuk mengurangi keluhan nyerinya. Keluarga mendukung keinginan klien agar terbebas dari keluhan nyeri. Konflik yang terjadi adalah : a.Penambahan dosis pemberian morphin dapat mempercepat kematian klien. b.Tidak memenuhi keinginan klien terkait dengan pelanggaran hak klien. 3.Tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan konsekuensi tindakan tersebut a. Tidak menuruti keinginan pasien tentang penambahan dosis obat pengurang nyeri. Konsekuensi : 1)Tidak mempercepat kematian klien 2)Keluhan nyeri pada klien akan tetap berlangsung
3)Pelanggaran terhadap hak pasien untuk menentukan nasibnya sendiri 4)Keluarga dan pasien cemas dengan situasi tersebut b. Tidak menuruti keinginan klien, dan perawat membantu membantu untuk manajemen nyeri. Konsekuensi : 1)Tidak mempercepat kematian pasien 2)Klien dibawa pada kondisi untuk beradaptasi pada nyerinya (meningkatkan (meningkatkan ambang nyeri) 3)Keinginan klien untuk menentukan nasibnya sendiri tidak terpenuhi c. Menuruti keinginan klien untuk menambah dosis morphin namun tidak sering dan apabila diperlukan. Artinya penambahan diberikan kadang-kadang pada saat tertentu misalnya pada malam hari agar klien bisa tidur cukup. Konsekuensi : 1) Risiko mempercepat kematian klien sedikit dapat dikurangi 2) Klien pada saat tertentu bisa merasakan terbebas dari nyeri sehingga ia dapat cukup beristirahat. 3) Hak klien sebagian dapat terpenuhi. 4) Kecemasan pada klien dan keluarganya dapat sedikit dikurangi. 4. Menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat : Pada kasus di atas dokter adalah pihak yang membuat keputusan, karena dokterlah yang secara legal dapat memberikan ijin penambahan dosis morphin. Namun hal ini perlu didiskusikan dengan klien dan keluarganya mengenai efek samping yang dapat ditimbulkan dari penambahan dosis tersebut. Perawat membantu klien dan keluarga klien dalam membuat keputusan bagi dirinya. Perawat selalu mendampingi pasien dan terlibat langsung dalam asuhan keperawatan yang dapat mengobservasi mengenai respon nyeri, kontrol emosi dan mekanisme koping klien, mengajarkan manajemen nyeri, sistem dukungan dari keluarga, dan lain-lain. 5. Mendefinisikan kewajiban perawat a.Memfasilitasi klien dalam manajemen nyeri b.Membantu proses adaptasi klien terhadap nyeri / meningkatkan ambang nyeri
c.Mengoptimalkan sistem dukungan d.Membantu d.Membant u klien untuk menemukan mekanisme koping yang adaptif terhadap masalah yang sedang dihadapi e.Membantu klien untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan keyakinannya 6. Membuat keputusan Dalam kasus di atas terdapat dua tindakan yang memiliki risiko dan konsekuensi masing-masing terhadap klien. Perawat dan dokter perlu mempertimbangkan pendekatan yang paling menguntungkan / paling tepat untuk klien. Namun upaya alternatif tindakan lain perlu dilakukan terlebih dahulu misalnya manajemen nyeri (relaksasi, pengalihan perhatian, atau meditasi) dan kemudian dievaluasi efektifitasnya. Apabila terbukti efektif diteruskan namun apabila alternatif tindakan tidak efektif maka keputusan yang sudah ditetapkan antara petugas kesehatan dan klien/ keluarganya akan dilaksanakan. DISKUSI : Suatu intervensi medis yang bertujuan untuk mengurangi penderitaan klien namun dapat mengakibatkan kematian klien atau membantu pasien bunuh diri disebut sebagai euthanasia aktif. Di Indonesia hal ini tidak dibenarkan menurut undang-undang, undang-undan g, karena tujuan dari euthanasia aktif adalah memperm mempermudah udah kematian klien. Sedangkan euthanasia pasif bertujuan untuk menguran mengurangi gi rasa sakit dan penderitaan klien namun membiarkannya dapat berdampak pada kondisi klien yang lebih berat bahkan memiliki konsekuensi untuk mempercepat kematian klien. Walaupun sebagian besar nyeri pada kanker dapat ditatalaksanakan ditatalaksa nakan oleh petugas kesehatan profesional yang telah dilatih dengan manajemen nyeri, namun hal tersebut tidak dapat membantu sepenuhnya pada penderitaan klien tertentu. Upaya untuk mengurangi penderitaan nyeri klien mungkin akan mempercepat kematiannya, namun tujuan utama dari tindakan adalah untuk mengurangi nyeri dan penderitaan klien. PRINSIP LEGAL DAN ETIK :
1. Euth Euthanas anasia ia (Yunani (Yunani : kematian kematian yang baik) baik) dapat diklasi diklasifika fikasika sikan n menjadi menjadi aktif atau pasif. Euthanasia aktif merupakan tindakan yang disengaja untuk menyebabkan kematian seseorang. Euthanasia pasif merupakan tindakan mengurangi ketetapan dosis pengobatan, penghilangan pengobatan sama sekali atau tindakan pendukung kehidupan lainnya yang dapat mempercepat kematian seseorang. Batas kedua tindakan tersebut kabur bahkan seringkali merupakan yang tidak relevan. 2. Menu Menurut rut teori teori mengenai mengenai tindaka tindakan n yang mengaki mengakibatk batkan an dua efek yang yang berbeda, diperbolehkan untuk menaikkan derajat/dosis pengobatan untuk mengurangi penderitaan nyeri klien sekalipun hal tersebut memiliki efek sekunder untuk mempercepat kematiannya. 3. Prinsip kemanfaat kemanfaatan an (beneficence) (beneficence) dan tidak tidak merugikan merugikan orang lain (non (non maleficence) maleficen ce) dapat dipertimbang dipertimbangkan kan dalam kasus ini. Menguran Mengurangi gi rasa nyeri klien merupakan tindakan yang bermanfaat, namun peningkatan dosis yang mempercepat kematian klien dapat dipandang sebagai tindakan yang berbahaya. Tidak melakukan tindakan adekuat untuk mengurangi rasa nyeri yang dapat membahayakan klien, dan tidak mempercepat kematian klien merupakan tindakan yang tepat (doing good). KEPUSTAKAAN : Kozier B., Erb G., Berman A., & Snyder S.J, (2004), Fundamentals of
•
Nursing Concepts, Concepts, Process and Practice 7th Ed., New Jersey: Pearson Education Line •
Taylor C., Lilies C., & Lemone P. (1997), Fundamenta Fundamentals ls of Nursing, Philadelphia : Lippinc Lippincott ott
http://bondanmanajemen.blogspot.com/2006/10/pemecahan-dilema-etik-dalamkasus.html
Tourniquet lupa dilepas Alinea1 Nn Dona, mengenakan jilbab, umur 23 tahun, datang ke rumah sakit dalam keadaan sadar, karena mengalami open fracture di tibia kanan pada pukul 9.00 pagi. Setelah dilakukan pemeriksaan di UGD dan di foto roentgen, Nn. Dona segera dipersiapkan untuk operasi. Dokter Pujo yang menangani kasus Nn Dona memberikan pengertian bahwa apa yang dialami Nn Dona termasuk kasus kegawatan, dan harus segera dioperasi dalam tempo 6 jam dari kejadian. Setelah memahami betul apa yang menimpa dan tindakan apa yang akan dilakukan terhadapnya, Nn Dona menyetujui dilakukan operasi. Operasi dijadwalkan jam 12.00 siang, kebetulan Nn. Dona sudah tidak makan sejak pukul 6.00 pagi tadi. Alinea 2
Ketika akan dilakukan persiapan operasi, Nn. Dona terkejut dengan model baju operasi rumah sakit yang tidak sesuai dengan standarnya. Nn Dona memutuskan menolak mengenakan baju operasi yang tersedia karena tidak menggunakan jilbab yang sesuai standardnya. Atas bujukan dokter Pujo yang akan berperan sebagai ketua tim operasi akhirnya Nn. Dona mau memakai tutup kepala dan baju steril operasi yang ada. Alinea 3
“Ini keadaan darurat Dona. Kalo Anda tidak mau memakai baju operasi yang ada, atau menunggu baju operasi yang sesuai standar Anda, akan memakan waktu. Infeksi segera menyebar ke seluruh tubuh. Dan tulang yang patah itu tidak akan mau menyatu.” Kata dokter Pujo. Dalam keadaan kesakitan dan lemah… akhirnya Dona mau memakai baju operasi yang ada, walaupun tidak sesuai dengan standar yang ia maui. “ya dokter” kata Dona lirih Alinea 4
Setelah ada pernyataan “ya” dari Dona, segera paramedis bertindak, menyiapkan Dona agar “siap” dilakukan operasi. Ganti baju operasi, lavement, penyiapan obat-obatan anestesi beserta infusnya. Dengan mobile bed Dona dibawa menuju ruang operasi. Mengejar deadline waktu. …………………………. Alinea 5
Operasi dimulai, sebelumnya tourniquet di pangkal paha mulai dipasang dan dikencangkan. Pemasangan tourniquet berlangsung saat Dona mulai tidak sadar karena pengaruh anestesi. Sehingga paramedis lebih leluasa memasang tourniquet tanpa hambatan “psikologis” dari Dona. Karena kebanyakan paramedis serta dokter bedah dan anestesi juga laki-laki. ………………………… Alinea 6
Reposisi dengan pemasangan pen telah dilakukan dengan sempurna, kondisi fisik stabil dan segera Dona di pindahkan ke ruang recovery pasca pembedahan. Beberapa saat kemudian Dona dipindah menuju bangsal. ……………………… Alinea 7
Saat di ruang recovery dokter Pujo melakukan visite. Karena Dona memakai jilbab dan baju jubah panjang, dokter Pujo agak sungkan untuk menyingkap bagian kaki yang dioperasi. Jadi tidak sampai mengamati kondisi paha atau kaki di bawahnya dengan seksama. Dia hanya melihat, yang penting tidak melihat ada rembesan darah yang banyak, berarti sudah aman. Alinea 8
Sementara Dona terus mengeluh nyeri di seluruh tungkai dan kaki kanannya. Dokter Pujo telah mendapat keluhan itu secara langsung dari Nn Dona. “Ga pa pa Dona, biasa itu, namanya tulang yang patah kemudian dipasang pen, terus timbul nyeri itu biasa. Nanti diberikan obat anti nyeri. Biar berkurang rasa nyerinya.” Kata dokter Pujo menenangkan. “Tapi dokter, ini nyerinya seluruh kaki, tidak di bagian yang dioperasi saja, bahkan mulai ada rasa kesemutannya” sergah Dona yang menyeringai menahan rasa sakit. “Nanti dikasih obat anti nyeri, insya Allah bisa mengurangi” kata dokter Pujo. Alinea 9
Dokter Pujo memerintahkan kepada para medis untuk memberikan injeksi Novalgin per bolus. “Sudah ya Dona…nanti kalau ada apa-apa lapor sama perawat jaga” kata dokter Pujo. Malam itu tiga kali Dona mendapatkan injeksi Novalgin per bolus, untuk mengatasi rasa nyerinya. ……………………………….. Alinea10
Pagi hari jam 06.00, perawat mendapatkan laporan dari keluiarga bahwa seluruh tungkai kanan atas dan bawah hingga kakinya berwarna biru Perawat jaga yang berjenis kelamin pria ini, segera merespons….kali ini tanpa meminta persetujuan Nn Dona, menyingkap jubah panjang yang menutupi tungkai bagian atas dan bawah, hingga terlihat jelas paha Nn Dona. Alinea11
Betapa terkejutnya sang perawat jaga, ternyata tourniquet operasi belum dilepas. Spontan perawat ini bergumam.. “gimana tho yang operasi kok tourniquet tidak diambil” gumam perawat jaga. “tourniquet saat operasi tidak diambil?” kata Dona dan ibunya yang menunggui. ……………………………… Alinea12
Akhirnya orang tua Dona mengadukan kasus yang dialami anaknya ini kepada direktur rumah sakit dengan marah-marah dan mengancam bila anaknya tidak pulih akan diadukan ke pengadilan. Sementara dokter Pujo melakukan visite dengan sembunyi-sembunyi saat orang tua Dona tidak ada (saat itu mereka masih menghadap direktur). Alinea13
“Maafkan saya Dona, seharusnya saya kemarin tidak sungkan untuk menyingkap jubah Anda…biar jelas mengetahui penyebab nyeri yang Anda alami.” Kata dokter Pujo “Lha terus pertanggung jawaban Anda apa?” bentak Dona. Lha terus “Saya hanya bisa berharap, semoga kelumpuhan akibat tourniquet ini hanya sementara…..mengenai biaya perawatan Anda sampai kelumpuhan kaki anda pulih biar saya yang menanggung. Biar dipotong gaji saya.” Kata dokter Pujo. …………………………………. Alinea14
Pihak manajemen rumah sakit sangat intens sekali menjalin komunikasi, termasuk menggratiskan biaya operasi dan rawat inap. Mereka sangat berharap kasus ini tidak sampai keluar, apalagi tercium oleh wartawan.
………………………………….. Happy ending . Kaki Dona yang lumpuh akibat tourniquet berangsurangsur pulih. Walaupun waktu yang diperlukan rawat inap bertambah panjang sampai dua minggu. Dona akhirnya keluar rumah sakit dengan kaki terpasang pen tanpa kelumpuhan.
Kaidah dasar bioetika yang sesuai Non Maleficence
Kasus gawat darurat harus segera dioperasi dalam 6 jam Non Maleficence : menolong pasien emergensi, mengobati pasien luka, do no harm to patient, melindungi pasien dari akibat yang lebih buruk. (alinea 1 baris ke 6) Autonomi
Mengomunikasikan kepada pasien (Dona) mengenai kegawatan yang di derita dan keharusan untuk melakukan operasi (melaksanakan informed concent ), ), menghargai rasionalitas / pilihan pasien untuk memakai jenis baju operasi, walaupun akhirnya bisa memberikan persuasi pada pasien, agar pasien menerima keadaan yang ada karena akan memperpanjang waktu terbuang sia-sia. (alinea 3 percakapan dokter Pujo dan Dona) awan awa n kon konfli flik k ant antara ara aut autono onomi mi dan non mal malefi eficen cence ce --> Prima Facie memenangkan non maleficence. Non Maleficence
….mengejar deadline waktu. (alinea 4 - 6). menolong pasien emergensi, mengobati pasien luka, do no harm to patient, melindungi pasien dari akibat yang lebih buruk. Autonomi
Tourniquet dipasang dan dikencangkan saat Dona mulai tidak sadar… (alinea 5).
Menghargai privasi pasien, dan menjaga rahasia pasien. Konflik Autonomi dan Non Maleficence (alinea 7)
Autonomi menghargai hak pasien menjaga keyakinannya untuk tidak memperlihatkan auratnya. Dengan Non maleficence, tuntutan untuk mengambil alih sepenuhnya autonomi pasien, karena ada kepentingan pemeriksaan yang bila tidak dilakukan dapat berakibat fatal bagi pasien.
Harusnya berlaku PRIMA FACIE Non Maleficence mengalahkan Autonomi. Beneficence
Dokter Pujo memberikan terapi untuk keluhan nyeri pasien (Dona)…. (alinea 8 – 9). Meminimalisir akibat buruk, paternalisme bertanggung jawab / berkasih sayang. Non maleficence
Perawat tanpa meminta persetujuan menyingkap…. (alinea 10 – 11). menolong pasien emergensi, mengobati pasien luka, do no harm to patient, melindungi pasien dari akibat yang lebih buruk. Autonomi (alinea 12 – 14)
Menghargai harkat martabat pasien, menjaga hubungan dan tidak menghalangi autonomi pasien. Memberikan kesempatan kepada orang tua Dona mengungkapkan kemarahan dan kekesalannya. Tidak berbohong kepada pasien mengenai kenyataan yang terjadi. Beneficence (alinea 12 – 14)
Ada tanggung jawab penuh walaupun terhadap kesalahan yang telah dilakukan. Menghargai hak pasien secara menyeluruh, dalam hal ini memberikan kesempatan kepada mengungkapkan rasa tidak puasnya, dan meminta bagaimana pertanggungjawaban dokter Pujo
terhadap “keteledorannya”. Serta memberikan kompensasi atas kerugian yang diderita pasien. (maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan). Posted by Yusuf Alam Romadhon at 6:23 PM Labels: perenungan professionalism http://yusufalamromadhon.blogspot.com/2007/11/tourniquet-lupa-dilepas.html
Sebelum kita mengenal lebih jauh mengenai etika kedokteran mari kita simak cermati kasus berikut :
•
dr. T seorang ahli bedah yang berpengalaman, baru saja akan menyelesaikan tugas jaga malamnya di sebuah rumah sakit sedang. Seorang wanita muda dibawa ke RS oleh ibunya, yang langsung pergi setelah berbicara dengan suster jaga bahwa dia harus menjaga anak-anaknya yang lain. Si pasien mengalami perdarahan vaginal dan sangat kesakitan. dr. P melakukan pemeriksaan dan menduga bahwa kemungkinan pasi pa sien en me meng ngal alam amii
kegu ke gugu gura ran n at atau au me menc ncob oba a me mela laku kuka kan n
abor ab orsi si..
dr.. T dr
sege se gera ra
melakukan dilatasi dan curettage dan mengatakan kepada suster untuk menanyakan kepada pasien apakah dia bersedia opname di rumah sakit sampai keadaaanya benarbenar baik. dr. Y datang menggantikan dr. T, yang pulang tanpa berbicara langsung kepada pasien. Dari kasus tersebut mengandung mengandung refle refleksi ksi etis. Kasus tersebut tersebut menim menimbulk bulkan an pert pertanyaa anyaan n mengenai pembuatan keputusan dan tindakan dokter bukan dari segi ilmiah ataupun teknis, namun pertanyaan yang muncul adalah mengenai nilai, hak-hak, dan tanggung jawab. Dokter akan meng menghadap hadapii pert pertanyaa anyaan-per n-pertanya tanyaan an ini sese sesering ring dia meng menghadap hadapii pert pertanya anyaan an ilmia ilmiah h maupun teknis. Jadi apakah sebenarnya etika itu dan bagaimanakah etika dapat menolong dokter berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti itu? Secara sederhana etika merupakan ilmu/kajian mengenai moralitas - refleksi terhadap moral secara sistematik dan hati-hati dan analisis terhadap keputusan moral dan perilaku baik pada masa mas a lam lampau pau,, sek sekara arang ng ata atau u mas masa a men mendat datang ang.. Mor Moralit alitas as mer merupa upakan kan dim dimens ensii nila nilaii dar darii keputusan keput usan dan tinda tindakan kan yang dilakukan dilakukan manus manusia. ia. Bahas Bahasa a mora moralitas litas terma termasuk suk kata-kata seperti sepe rti ’hak ’hak’, ’, ’tang ’tanggung gung jawab’, dan ’keb ’kebaikan’ aikan’ dan sifat seperti seperti ’baik ’baik’’ dan ’buruk’ (atau ’jahat’), ’benar’ dan ’salah’, ’sesuai’ dan ’tidak sesuai’. Menurut dimensi ini, etika terutama
adalah ada lah bag bagaima aimana na men menget getahu ahuiny inya a
(knowi (kn owing) ng),,
sedan se dangka gkan n
morali mor alitas tas ada adalah lah bag bagaim aimana ana
melakukannya (doing). Hubungan keduanya adalah bahwa etika mencoba memberikan kriteria rasional bagi orang untuk menentukan keputusan atau bertindak dengan suatu cara diantara pilihan cara yang lain. Dari definisi dan penjelasan tersebut maka dapat kita ketahui bahwa etika kedokteran merupakan salah satu cabang dari etika yang berhubungan dengan masalahmasalah moral yang timbul dalam praktek kedokteran. Etika kedokteran berfokus terutama dengan denga n masa masalah lah yang muncul dala dalam m prak praktik tik peng pengobat obatan an seda sedangka ngkan n bioe bioetika tika meru merupaka pakan n subjek subje k yang sangat luas yang berh berhubung ubungan an deng dengan an masa masalah-ma lah-maslah slah moral yang muncul karena kare na per perkemb kembangan angan dalam ilmu peng pengetahua etahuan n biol biologis ogis yang lebih umum. Bioe Bioetika tika juga berbeda dengan etika kedokteran karena tidak memerlukan penerimaan dari nilai tradisional tertentu dimana hal tersebut merupakan hal yang mendasar dalam etika kedokteran. Sebagai sese se seor oran ang g
yang ya ng pr prof ofes esin inya ya be berg rgel elut ut di dibi bida dang ng me medi dis, s, te tent ntu u
deng de ngan an me mema maha hami mi et etik ika a
kedokteran kita akan siap menghadapi berbagai kasus yang mengandung refleksi etis tersebut dengan jawaban, sikap, dan tindakan yang tepat. Ada empat kaidah dasar bioetik yang digunakan dalam etika kedokteran yaitu beneficience, non-maleficence, autonomy, dan justice.
Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai masing-masih kaidah dasar bioetik tersebut : 1. beneficience
•
prinsip berbuat baik
•
melakukan tindakanselalu diutamakan untuk kebaikan
•
dalam konteks medis bera berarti rti beru berusaha saha melak melakukan ukan tinda tindakan kan medi medis s terb terbaik aik kepa kepada da pasien
2. non-maleficence
•
prinsip untuk tidak melakuan tindakan berbahaya(buruk) yang merugikan terhadap pasien
•
kewajiban dokter untuk tidak mencelakakan pasien
3. autonomy
•
mengakui hak-hak individu untuk menentukan nasib sendiri
•
prinsip menghargai hak pasien
4. justice
•
Prinsip keadilan atau bertindak adil terhadap semua pasien
Dalam pelaksanaannya sehari-hari beberapa kaidah dasar tersebut bisa saling bertentangan satu dengan yang lainnya. Tentu hal itu sangat wajar karena masing-masing kaidah tersebut mempunyai kekhasan nilai masing-masing. Namun kita harus dapat memilih yang mana lebih prioritas. Contoh kecil saja yaitu ketika seorang dokter lebih mendahulukan pasien baru, yang datang dalam keadaan gawat darurat daripada pasien-pasien yang telah antri lama di tempat prakt pra ktikn iknya. ya. Hal itu men menunj unjukk ukkan an ada adanya nya per perten tentan tangan gan ant antar ara a kai kaidah dah jus justic tice e dan non non-maleficence. Namun tindakan dokter tersebut dapat dibenarkan karena dalam kasus ini yang menjadi prioritas adalah kaidah non-malefincence. Dari uraian yang sangat singkat ini maka diharapkan kita akan lebih berusaha untuk memahami etika kedokteran, karena pada seorang dokt do kter er
tida ti dak k
hany ha nya a
dibu di butu tuhk hkan an
kete ke tere ream ampi pila lan n
tekn te knis is
dan da n
teor te orii
sema se mata ta
teta te tapi pi
juga ju ga
kemampuannya dalam menghadapi kasus-kasus yang berhubungan dengan etik. Semoga bermanfaat……. Referensi
1.
Anonymou Anon ymous. s. 2009. Medica Medicall Ethics. Ethics. Diakses Diakses dari dari Wikipedia Wikipedia tanggal tanggal 18 Juni Juni 2009
2.
Husairi, Husair i, A. 2008. Materi Materi Kuliah Kaidah Kaidah Dasar Dasar Bioetik Bioetik dan Pemecaha Pemecahan n Masalah/Dilem Masalah/Dilema a Etik Menggunakan Prima Facie. Banjarmasin : Bagian EHK FK Unlam
3.
William, Willia m, JR. 2006. Medical Medical Ethics Ethics Manual(Pa Manual(Panduan nduan Etika Etika Medis Medis Disertai Disertai dengan dengan Studi Studi Kasus Etika Pelayanan Medis Sehari-hari). Yogyakarta : Pusat Studi Kedokteran Islam Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
« humaniora 1 kehidupan kuliah » HUMANIORA 2
1.Etika Gawat-Darurat
Dalam KODEKI terdapat butir-butir yang berkaitan dengan kasus-kasus gawat darrat yang yang kalau kalau ditemp ditempatk atkan an menuru menurutt urutan urutan yang yang relevan relevan lebih lebih dahulu dahulu,su ,susun sunanny annyaa menjadi sebagai berikut : •
Seor Seoran ang g dokte dokterr wajib wajib mela melaku kuka kan n pert pertol olong ongan an darur darurat at seba sebagai gai suat suatu u tugas tugas kema kemanu nusi siaa aan, n,ke kecu cual alii
bil bila
yakin akin
ada ada
oran orang g
lain ain
bers bersed ediia
dan dan
mampu ampu
melakukannya. •
Seorang dokter harus senantiasa melakukan profesinya menurut u kuran tertinggi.
•
Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajibannya melindungi hidup insani.
•
Seti etiap
dokt dokter er
waj wajib
ber bersika sikap p
tulus ulus
ikhla khlass
dan dan
mem memperg pergun unak akan an
ilmu
ketera keterampi mpilan lannny nnyaa untuk untuk kepent kepenting ingan an pender penderit ita. a. Dalam Dalam hal ia tidak tidak mampu mampu melakukan melakukan suatu pemeriksaan pemeriksaan atau pengobatan,maka pengobatan,maka ia wajib merujuk penderita kepada dokter lain yang empunyai keahlian dalam penyakit tersebut. •
Dala Dalam m mela melaku kuka kan n peke pekerj rjaa aan n kedo kedokt kter eran anny nya, a, seor seoran ang g dokt dokter er tida tidak k bole boleh h dipengaruhi oleh pertimbangan keuntungan pribadi.
•
Seorang dokter dalam bekerjasama dengan pejabat dibidang kesehatandan bidang lainnya serta masyarakat harus memelihara saling pengertian sebaik-baiknya.
•
Setiap Setiap dokter harus memberikan memberikan kesempatan kepada penderita penderita agar senatiasa dapat berhubungan berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya penasehatnya dalam beribadat dan atau dalam masalah lainnya.
•
Setiap Setiap dokter dokter wajib wajib merahas merahasiak iakan an segala segala sesuat sesuatu u yang yang diketa diketahui huinya nya tentan tentang g penderita, bahkan juga setelah penderita itu meninggal dunia.
•
Setiap dokter harus memelihara kesehatannyasupaya dapat bekerja dengan baik.
Etika Kedokteran Etik berasal dari kata Yunani yang berarti ”yang baik” atau ”yang layak”. Ini merupakan norma-norma, nilai-nilai atau pola tingkah laku kelompok profesi tertentu dalam memberikan memberikan pelayanan pelayanan jasa kepada masyarakat masyarakat.. Yang dimaksud dimaksud pekerjaan pekerjaan profesi (profesio berarti pengakuan) antara lain adalah pekerjaan dokter, apoteker, dll.
Menuru Menurutt kamus kamus kedokt kedoktera eran n : ketent ketentuanuan-ket ketent entuan uan atau atau prinsi prinsip-p p-prin rinsip sip yang yang mengatur perilaku profesionalisme dokter. Etik profesi yang tertua tertua adalah etik kedokteran kedokteran yang merupakan merupakan prinsip-pr prinsip-prinsi insip p moral atau asas akhlak yang harus diterapkan oleh dokter dalam hubungan dengan pasien, teman sejawatnya dan masyarakat umumnya. Landasan etik kedokteran adalah : 1. Sumpah Hipokrates 2. Dekl Deklar aras asii Gene Geneva va 3. Intern Internati ational onal Code Codess of Medi Medical cal Ethi Ethics cs 4. Lafal Sumpah Dokter Indonesia 5. Kode Etik Kedokteran Indonesia 6. Deklar Deklarasi asi Ikatan Ikatan Dokter Dokter Seduni Seduniaa Medical Ethics adalah : Code
of behaviour : tata prilaku kelompok professional para pelaku dibidang medis
/ dokter . Studi
tentang nilai-nilai , moral , dan akhlak prilaku dokter.
Sesuai
dengan prinsip dan pokok perilaku profesi seorang dokter .
Hubungan dokter-pasien = > hubungan antar sesama manusia Hubungan dokter-pasien merupakan hubungan antar sesama manusia. Oleh karena itu mungki mungkin n saja saja terjad terjadii persel perselisi isihan han antara antara dokterdokter-pas pasien ien.. Sehing Sehingga ga perlu perlu dibina dibina hubungan dokter dan pasien. Pada prinsipnya hubungan dokter dan pasien dapat dibina bila masing-masing antar dokter dan pasien menjalankan hak dan kewajiban antara mereka sendiri. Landasannya terdapat pada UU Kedokteran. Hak dan kewajiban dokter :
1. Member Memberika ikan n pelaya pelayanan nan medis sesuai sesuai dengan dengan standard standard prosedur prosedur dan SOP serta kebutuhan medis pasien 2. Merujuk Merujuk pasien pasien ke dokter dan orang orang yang yang dianggap dianggap lebih lebih ahli. ahli. 3. Merahas Merahasiak iakan an segala segala sesuatu sesuatu yang diketahui diketahuinya nya tentang tentang pasien pasien,, bahkan bahkan setela setelah h pasien meninggal 4. Melakukan Melakukan pertolo pertolongan ngan darurat darurat atas dasar perikemanusi perikemanusiaan aan Hak dan kewajiban pasien 1. Memint Memintaa pendap pendapat at dokte dokterr dan dan orang orang lain lain 2. Meno Menola lak k tin tindak dakan an medi mediss 3. Mend Mendap apat atka kan n isi isi reka rekam m medi mediss 4. Mendapatkan Mendapatkan pelayanan pelayanan sesuai sesuai dengan dengan kebutuhan kebutuhan medis Hubungan dokter-pasien yang baik : •
Etika Gawat-Darurat Gawat Darurat yang sebenarnya adalah suatu kondisi klinik yang memerlukan pelayanan medik yang cepat, tepat, bermutu dan terjangkau. Dalam pelayanan medik itulah para petugas kesehatan dituntut untuk benar-benar menghayati dan mengamalkan etik profesinya karena dalam kondisigawat darurat aspek psiko-emosional memegang peranan penting baik bagi penerima pelayanan medik maupun bagi petugas kesehatan terkait.
2. Kaidah Dasar Bioetik
Kaidah dasar bioetik adalah landasan pertimbangan dalam mengambil keputusan oleh dokter dalam bekerja. Kaidah dasar dasar bioetik juga merupakan kaidah dasar yang harus dimiliki dokter sebelum melakukan tindakan medis. ASPEK KAIDAH DASAR BIOETIK:
A.Non-Maleficence (darurat) adal adalah ah tidak tidak mela melakuk kukan an perbua perbuata tan n yang yang memp memper erbur buruk uk pasi pasien en dan dan memi memili lih h pengobatan yang paling kecil resikonya bagi pasien dan memberikan yang paling banyak manfaatnya bagi pasien sendiri. Ciri-cirinya: a.Menolong pasien emergency (darurat) b.Mencegah pasien dari bahaya lebih lanjut c.Manfaat pasienlebih besar dari kerugian dokter B.Autonomy (Kemandirian) Adalah Adalah mengho menghorma rmati ti hak pasien pasien teruta terutama ma dalam dalam memper memperole oleh h inform informasi asi dan hak memb membuat uat keput keputus usan an tent tentang ang apa apa yang yang akan akan dila dilakuk kukan an terh terhada adap p diri diriny nyaa sert sertaa menghormati martabat manusia. Ciri-cirinya : a.Menghargai hak menentukan nasib sendiri b.Berterus terang c.Menghargai privasi pasien d.Menjaga rahasia e.Melaksanakan informed concern C. Beneficence (berbuat baik) Ciri-cirinya:
a. Altruisme terjaga (rela berkorban) b.Menghormati martabat manusia c. Mengusahakan agar pasien yang dirawatnya terjaga kesehatannya d. bersikap ramah General Beneficence = bersifat umum Beneficence Special Beneficence = contohnya : menolong orang cacat D. Justice (Keadilan) Ciri-cirinya: a. Tidak tergantung SARA, social, ekonomi, budaya, dll b.Hanya mementingkan kesehatan pasien E. Primaf Primafaci aciee yaitu yaitu memili memilih h antar antar satu satu dari dari keempat keempat kaidah kaidah dasar dasar bioeti bioetik k diatas diatas apabila ada dua kondisi atau lebih. 3. Perbedaan Kaidah Dasar Bioetik
Dalam hal ini dilihat pada saat dokter berada dalam kasus yang menyangkut dua kaidah dasar atau lebih sehingga dokter harus melakukan prima-facie. Beneficence : - Keadaan pasien wajar - Pada saat pasien banyak - Keuntungan pasien lebih besar dari kerugian dokter
Nonmaleficence : -Pada saat keadaan gawat darurat -Terdapat pasien yang rentan, uzur, dll. Autonomy : -
Apab Apabil ilaa
pasi pasien en
dian diangg ggap ap
komp kompet eten en
(Meng Menger ertti
peny penyak akiitnya, nya,
berkepribadian matang) Justice : - Memberikan pelayanan yang sama 4. Latar belakang dan tujuan mempelajari Kaidah Dasar Bioetik
- Memahami Memahami dan mengerti mengerti agar mampu menerapkan menerapkan Kaidah Dasar Bioetik sehingga dapat membela diri dalam masalah hukum karena telah sesuai prosedur - Menghasilkan dokter yang beretika sopan santun - Agar reputasi dokter tidak jatuh - Agar pelayanan kesehatan meningkat 5. Pelanggaran Kaidah Etik
Contoh – Contoh Pelanggaran Kaedah Dasar Bioetik a. Pela Pelang ngga gara ran n kaidah kaidah Benef Benefic icen ence ce Cont Contoh oh pela pelangg nggar aran an bene benefi fice cenc ncee yang yang terd terdap apat at pada pada kasu kasuss adal adalah ah ketik ketikaa menangani menangani sang pasien pasien gawat darurat , perawat yang tengah bertugas bertugas menangani menangani dengan tidak acuh dan terkesan biasa – biasa saja . Padahal , sesuai dengan aturan beneficence , bahwa pelaku tindakan m edis harus bertindak ramah dan menolong
, bukan hanya sekedar sekedar menjalankan menjalankan kewajiban saja. Contoh pelanggaran lainnya antara lain : menarik honorarium diluar kepantasan ,tidak bertanggung jawab terhadap pasien , dan memandang pasien hanya sebagai objek . a. Pelang Pelanggar garan an kaidah kaidah non-mal non-malefi eficenc cencee Contoh pelanggaran non-maleficence yang terdapat pada kasus ini adalah bahwa dokter yang menangani pasien gawat darurat dating terlambat hingga tiga jam . Hal ini membahayakan pasien . Contoh lainnya antara lain ;mencaci maki pasien , melaku melakukan kan euthana euthanasia sia ,atau ,atau melakuk melakukan an kelalai kelalaian an yang yang visa visa membaha membahayak yakan an pasien. a. Pela Pelang ngga gara ran n kaida kaidah h autono autonomy my Contoh Contoh pelang pelanggar garan an autonom autonomy y antara antara lain lain ; merahas merahasiak iakan an diagnos diagnosaa penyak penyakit it pasien dari pasien itu sendiri , membocorkan rahasia pasien ,tidak melaksanakan inform consent ,atau menyuruh pihak lain mengintervensi pasien dalam membuat keputusan . a. Pela Pelang ngga gara ran n kaid kaidah ah jus justi tice ce Contoh pelanggaran pelanggaran justice antara lain ; membeda membeda – bedakan pasien pasien atas dasar SARA , atau memberi pelayanan yang berbeda pada pasien dengan kasus yang sama. Dalam kasus 2 ”Dokter yang Lamban Menangani Pasien”, terjadi kaitan antara etika kedokteran, hubungan dokter-pasien dan gawat-darurat. Penanganan dokter dan kesehatan yang terkesan biasa-biasa saja. Lamban dan tidak mengacuhkan, menjelaskan bahwa dokter tidak memiliki dan mengamalkan etika kedokteran sesuai dengan landasan-landasannya. Dokter pun tidak tidak membin membinaa hubunga hubungan n yang yang baik baik dengan dengan pasien pasien (dalam (dalam hal ini keluar keluarga ga pas pasie ien n , karen karenaa pasie pasien n dala dalam m kond kondis isii kura kurang ng kompe kompete ten n untu untuk k mener menerim imaa inform informasi asi), ), sehing sehingga ga tidak tidak terjad terjadii penyele penyelesai saian an masala masalah h dalam dalam kasus kasus ini dan
pasien pun tidak mendapat perlakuan baik, sebagai akibatnya pasien mengalami kematian. Seharusnya dalam keadaan darurat pasien harus menerima pertolongan seca secara ra cepat cepat,, tepa tepat, t, berm bermut utu u dan dan terj terjang angka kau u sesu sesuai ai deng dengan an kaid kaidah ah bioe bioeti tik k nonmaleficence. Pelanggaran Etika Kedokteran: 1.Pelanggaran etik murni menari menarik k imbal imbalan an yang yang tidak tidak wajar wajar atau atau menari menarik k imbala imbalan n jasa jasa dari dari kelurg kelurgaa
•
sejawat dokter dan dokter gigi mengambil alih pasien tanpa persetujuan sejawatnya
•
Memuji diri sendiri di depan pasien
•
Tidak pernah mengikuti pendidikan kedokteran bekesinambungan
•
Dokter mengabaikan kesehatannya sendiri
•
2.Pelanggaran Etikolegal pelayanan kedokteran di bawah standar
•
menerbitkan surat keterangan palsu
•
membukan rahasia
•
abortus provakatus
•
pelecehan seksual
•
6. Kompetensi Good Doctors
Kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki oleh dokter yang baik (good doctor), yaitu :
concern. Dokter yang 1.Good doctors make the care of their patients their first concern.
baik baik menjad menjadika ikan n perawat perawatan an terhad terhadap ap pasien pasiennya nya itu yang yang utama utama (pati (patient ent’s ’s first). doctors are compet competent ent.. Dokte 2.Good doctors Dokterr yang yang baik baik itu itu bena benarr-be benar nar ahli ahli dan dan
menguasai bidangnya. 3.Good doctors keep their knowledge and skills up to date. Dokter yang baik menjag menjagaa penget pengetahua ahuan n dan keahli keahlianny annyaa agar agar selalu selalu up to date, date, dan selalu selalu belaja belajarr untuk untuk mening meningkat katkan kan penget pengetahu ahuan an dan keahli keahliann annya ya itu agar agar dapat dapat mengikuti perkembangan yang terjadi. 4.Good doctors establish and maintain good relationships with patients and colleagues. colleagues. Dokter yang baik itu membuat dan mempertahankan hubungan
yang baik terhadap pasien dan teman sejawatnya. 5.Good doctors are honest and trustworthy.Dokter yang baik adalah dokter yang jujur dan dapat dipercaya. 6.Good doctors act with integrity.Dokter yang baik itu melakukan sesuatu dengan integritas (dengan ketulusan hati ). Sumber : www.gmc-uk.org 7.Pelanggaran kasus 2:
- Nonmaleficence : Karena dokter tidak mengutamakan pasien UGD (lamban) - Beneficence: Karena dokter tidak melakukan yang baik Namun, dalam kasus ini dokter dan pihak rumah sakit melanggar kaidah dasar bioetik nonmaleficence, karena sesuai dengan contoh kasus pada buku Etika buku Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan Kesehatan karangan M. Jusuf Hanafiah dan Amri Amir yaitu Rumah sakit dan atau seorang dokter yang menunda-nunda rawat inap penderita gawat darurat atau
menunda-nunda menunda-nunda tindakan medik terhadap penderitanya penderitanya atas alasan alasan belum membayar uang muka, berart berartii telah telah melangg melanggar ar etik etik dan hukum hukum sehing sehingga ga dapat dapat digugat digugat di pengadilan. Agar tidak terjadi kasus seperti ini lagi maka: -Pihak rumah sakit harus mempunyai SOP. SOP (Standar Operasional Prosedur) adalah tata cara atau tahapan yang harus dilalui dalam suatu proses kerja tert terten entu tu yang yang dapat dapat dite diteri rima ma oleh oleh seor seoran ang g yang yang berw berwena enang ng atau atau yang yang bertanggung jawab untuk mempertahankan tingkat penampilan atau kondisi tertentu sehingga suatu kegiatan secara efektif dan efisien (Depkes RI, 1995). -Tenaga medis harus mengetahui, memahami, mampu menerapkan Kaidah Dasar Bioetik -Dokter harus mengetahui kriteria Good Dokter -Dokter harus mengetahui Hak dan Kewajiban Dokter-Pasien -Dokter sebaiknya wajib mengetahui Etika Kedokteran -Dokter -Dokter diharuskan diharuskan mengetahui mengetahui Etika Dokter-Pasi Dokter-Pasien, en, bagaimana bagaimana berhubungan berhubungan dengan pasien -Dan mengetahui sanksi apa saja yang didapat apabila melanggar Kaidah Dasar Bioetik, danHukum. Sehingga dokter dapat lebih hati-hati dalam bekerja. Apabila kasus seperti ini terjadi maka pihak korban dapat melaporkan dokter dan rumah sakit kepada yang berwenang. Jika dokter adalah dokter tetap dan dirumah sakit ada SOP maka dokter berhubungan dengan MKEK. Jika tidak ada SOP maka rumah sakit melanggar hukum. Dan jika dokter tidak tetap, maka dokter tidak melanggar peraturan hanya rumah sakit yang dituntut.
C. Daftar Pustaka :
View more...
Comments