Non-Hodgkin-Limfoma-Pada-Anak.doc
February 27, 2019 | Author: Komang Widi | Category: N/A
Short Description
Download Non-Hodgkin-Limfoma-Pada-Anak.doc...
Description
LAPORAN PENDAHULUAN
ASKEP LIMFOMA NON HODGKIN
OLEH : I Nyoman Widiantara NIM. 1102115022
KEMENTERIAN KEPENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN ROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR
2013 LIMFOMA NON-HODGKIN
I. Konsep Dasar Limfoma non-Hodgkin A. Definisi Limfoma non-Hodgkin
Limf Limfom oma, a, limf limfom omaa
Hodg Hodgki kin n
dan dan
Limf Limfom omaa
NonNon-Ho Hodg dgki kin, n, adal adalah ah
kegana keganasan san yang yang paling paling umum umum ketiga ketiga terjadi terjadi masa masa kanakkanak-kan kanak, ak, dan jumlah jumlah penderita Limfoma non-Hodgkin ( Non ( Non Hodgkin Lymphoma/NHL) Lymphoma /NHL) sekitar 7% dari kanker kanker pada anak kurang dari 20 tahun. tahun. Di Amerika Serikat, sekitar 800 kasus baru didiagnosis sebagai NHL setiap tahun. 1 NHL adalah suatu keganasan dari limfosit T dan B berupa proliferasi klonal klonal yang yang terdapa terdapatt pada pada berbag berbagai ai tingka tingkatt tumor. tumor. Kegana Keganasan san ini tidak tidak boleh boleh disama disamanka nkan n dengan dengan kelain kelainan an limfop limfoprol rolifer iferati atiff polikl polikloni onik. k. Kedua Kedua kelomp kelompok ok penyakit tersebut terjadi dengan frekuensi tertinggi pada anak dengan status imunodefisiensi herediter.4 Terdapat lebih dari 15 tipe yang berbeda dari NHL, dikelompokkan ke dalam 3 sub tipe : 1. Limf Limfob obla lasti stik k limfo limfoma ma (LBL (LBL)) 2. Small non cleved cell (Burkit’s cell (Burkit’s dan non Burkit’s) 3. Large cell lymphoma (histiositik). 5,6 Semu Semuan anya ya meru merupa paka kan n jeni jeniss neop neopla lasm smaa yang yang cepat cepat tumb tumbuh uh deng dengan an penyebaran sistemik yang luas. Mesk Meskip ipun un etio etiolo logi giny nyaa belu belum m dike diketa tahu huii tetap tetapii bebe beberap rapaa fakt faktor or yang yang menyebabkan termasuk infeksi virus dan immunodefisiensi. Bentuk endemis dari Burkit’s lymphoma ditemukan di Afrika dan New Guinea. Epstein Barr Virus DNA dan antigen nuklear diidentifikasi pada 90 % African % African Burkit’s lymphoma. lymphoma. 5 Keadaan infeksi virus lain dengan penyakit immunodefisiensi juga oleh: HIV, Wiskott-Aldrich Syndrome, Bloom syndrome, ataksia telangiektasis, severe combined immunodefisiensi disease, disease , X-linked immunoproliferative syndrome, syndrome, dan pada keadaan transplantasi dengan imunosupresif kronis. 6
2
EBV induced NHL terjadi sebagai akibat gangguan imunitas. Kebanyakan kasus endemis dan sporadis terdapat translokasi dari lengan panjang khromosom 8 yang mengandung mengandung c-myc protoonko protoonkogen gen ke lengan lengan panjang panjang 14 (8q-;14+). (8q-;14+). Hal ini mengakibatkan expresi yang abnormal dari produk gen mengakibatkan proliferasi sel yang tidak terbatas, mencetuskan tranformasi neoplastik. 5 B. Insid nsideensi nsi
Kejadian Kejadian ini kira-kira kira-kira sepuluh kasus per 1.000.000 1.000.000 orang per tahun. NHL terjadi paling sering pada dekade kedua kehidupan, dan terjadi lebih sering pada anak kurang dari 3 tahun. NHL pada bayi jarang terjadi (1% dalam uji BerlinFran Frankf kfur urt-M t-Mun unste sterr 1986 1986-2 -200 002) 2).. Dala Dalam m hasi hasill pene peneli liti tian an retr retros ospe pekt ktif if,, angk angkaa kejadi kejadian an pada pada bayi bayi lebih lebih sediki sedikitt diband dibanding ingkan kan dengan dengan pasien pasien yang yang lebih lebih tua. tua. Insiden NHL meningkat secara keseluruhan, dan ada sedikit peningkatan dalam kejadian pada usia 15 sampai 19 tahun, namun kejadian NHL pada anak kurang dari 15 tahun tetap konstan selama beberapa dekade terakhir. Insiden NHL lebih tinggi pada kulit putih daripada orang Afrika Amerika, dan NHL lebih sering pada laki-laki daripada perempuan. 1,2 Sebuah Sebuah tinjau tinjauan, an, data data limfom limfomaa Burkit Burkittt didiag didiagnos nosis is di Amerik Amerikaa Serika Serikatt antara 1992 dan 2008 yaitu 2,5 kasus/juta orang pertahun dengan kasus lebih banyak laki-laki dari pada wanita (3.9:1.1). Limfoma Burkitt lebih sering dalam putih non-Hispanik (3.2 kasus/juta orang-tahun) dibandingkan dengan kulit putih Hispanik (2.0 kasus/juta orang-tahun).
1,2
Imunodefisiensi, baik bawaan dan diperoleh baik imunodefisiensi akibat infek infeksi si viru viruss manu manusi siaa atau atau pun pun imun imunod odef efisi isien ensi si post post tran transp spla lant ntasi asi orga organ, n, meningkatka meningkatkan n risiko NHL. Epstein-Barr Epstein-Barr Virus berkaitan berkaitan dengan dengan sebagian sebagian besar kasus NHL pada masyarakat imunodefisiensi. Sebua ebuah h tinj tinjau auan an retr retro ospek spekti tiff
1
dari dari pusa pusatt
kan kanker ker
anak anak di Jerm Jerman an
diidentifikasi 11 (0,3%) dari 2968 kasus di mana didiagnosa pada anak usia lebih dari 20 tahun dengan NHL keganasan sekunder. Dengan pengobatan saat ini, lebih dari 80% anak dan remaja dengan NHL akan bertahan minimal 5 tahun,
3
walaupun hasilnya sangat bervariasi tergantung pada beberapa faktor, termasuk tingkat keparahan dan histologi. Pasie asien n
den dengan gan
1,2
penya enyak kit
stad stadiu ium m
ren rendah dah
(yai (yaitu tu,,
tum tumor
ekst ekstra ra--
abdomi abdominal nal/ek /ekstra stratho thoraka rakall tungga tunggall atau atau tumor tumor intra-a intra-abdo bdomin minal al total total resected ) memilik memilikii progno prognosis sis yang yang sangat sangat baik baik (yaitu (yaitu bertah bertahan an minima minimall 5 tahun tahun sekita sekitar r 90%). Pasien dengan NHL dalam tulang memiliki prognosis sangat baik.
1,4
Kejadian NHL diamati pada anak-anak dan remaja bervariasi tergantung pada usia, jenis kelamin, dan histologi. Terlepas dari usia atau histologi, laki-laki memiliki insiden yang lebih tinggi daripada wanita. Limfoma Burkitt adalah jauh lebih umum pada laki-laki, dengan kejadian tertinggi antara usia 5 tahun dan 14 tahun. Insiden limfoma B-cell diffuse besar (DLBCL) meningkat dengan usia baik laki-laki laki-laki dan perempuan. perempuan. Insiden Insiden limfoma limfoma lymphobla lymphoblastic stic tetap relatif konstan di 1
usia baik untuk laki-laki dan perempuan.
Tabel 1. Insidensi dan distribusi sesuai usia pada NHL
Insidensi NHL per 1 juta orang/tahun Laki-laki
Perempuan
Usia (tahun)
20x/menit), terdapat wheezing, terdapat penggunaan otot-otot bantu pernapasan. 3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan pengumpulan cairan di sekitar paru ditandai dengan sesak napas saat beraktivitas, terdapat sianosis pada bibir klien, terdapat penggunaan otot bantu pernapasan, nilai AGD tidak normal (PO2 45 mmHg), RR klien meningkat (> 20x/menit). 4. Hipertermi berhubungan dengan respon inflamasi ditandai dengan takikardia, disritmia, peningkatan kedalaman pernapasan, suhu lebih tinggi dari 37,80C, malaise umum. 5. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penekanan usus halus akibat penyebaran limfoma di gastrointestinal ditandai dengan nafsu makan klien menurun, muntah, klien mengalami malnutrisi, BB menurun, klien tampak lemah, klien mengalami gangguan menelan, adanya penurunan albumin serum (35 x/menit). 7. Konstipasi berhubungan dengan malabsorbsi usus besar ditandai dengan feses keras, defekasi kurang dari tiga kali seminggu, defekasi lama dan sulit, penurunan bising usus ( 20 x/menit). 9. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kehilangan mobilitas ditandai dengan ketidakmampuan untuk mengatasi AKS, penampilan yang tidak terpelihara. 10. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan sekunder akibat limfoma non-hodgkin ditandai dengan
pembengkakan
kelenjar getah bening di leher, kulit kehitaman dan penebalan kulit, klien mengatakan malu dengan tubuhnya, klien mengatakan malu keluar rumah, klien tampak menutupi bagian tubuhnya yang abnormal.
11. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakakuratan informasi ditandai dengan, klien tampak bertanya-tanya tentang penyakitnya, klien mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya
12. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan melemahnya daya tahan penjamu sekunder akibat Limfoma Non-Hodgkin. 13. PK : Perdarahan 14. PK : Anemia C. Intervensi Keperawatan Menentukan Prioritas
1. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan aliran darah sekunder akibat pengumpulan cairan di sekitar paru, ditandai dengan sianosis pada kuku jari tangan dan kaki, pucat, CRT> 3 detik, akral dingin.
20
2. Gangguan pola nafas berhubungan dengan pembesaran nodus limfa mediastinal dan edema jalan nafas ditandai dengan sesak napas, RR klien meningkat (>20x/menit), terdapat wheezing, terdapat penggunaan otot-otot bantu pernapasan. 3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan pengumpulan cairan di sekitar paru ditandai dengan sesak napas saat beraktivitas, terdapat sianosis pada bibir klien, terdapat penggunaan otot bantu pernapasan, nilai AGD tidak normal (PO2 45 mmHg), RR klien meningkat (> 20x/menit). 4. Hipertermi berhubungan dengan respon inflamasi ditandai dengan takikardia, disritmia, peningkatan kedalaman pernapasan, suhu lebih tinggi dari 37,80C, malaise umum. 5. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penekanan usus halus akibat penyebaran limfoma di gastrointestinal ditandai dengan nafsu makan klien menurun, muntah, klien mengalami malnutrisi, BB menurun, klien tampak lemah, klien mengalami gangguan menelan, adanya penurunan albumin serum (35 x/menit). 7. Konstipasi berhubungan dengan malabsorbsi usus besar ditandai dengan feses keras, defekasi kurang dari tiga kali seminggu, defekasi lama dan sulit, penurunan bising usus ( 20 x/menit).
21
9. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kehilangan mobilitas, kelemahan ditandai dengan ketidakmampuan untuk mengatasi AKS, penampilan yang tidak terpelihara. 10. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan sekunder akibat limfoma non-hodgkin ditandai dengan
pembengkakan
kelenjar getah bening di leher, kulit kehitaman dan penebalan kulit, klien mengatakan malu dengan tubuhnya, klien mengatakan malu keluar rumah, klien tampak menutupi bagian tubuhnya yang abnormal.
11. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakakuratan informasi ditandai dengan, klien tampak bertanya-tanya tentang penyakitnya, klien mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya. 12. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan melemahnya daya tahan penjamu sekunder akibat Limfoma Non-Hodgkin. 13. PK : Perdarahan 14. PK : Anemia D. Intervensi Keperawatan 1. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan aliran darah sekunder akibat pengumpulan cairan di sekitar paru, ditandai dengan sianosis pada kuku jari tangan dan kaki, pucat, CRT> 3 detik, akral dingin. Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ….x 24 jam, diharapkan perfusi jaringan perifer kembali efektif, dengan kriteria hasil: NOC : Circulation status Tissue Prefusion : cerebral
Kriteria Hasil :
22
a. mendemonstrasikan status sirkulasi yang ditandai dengan : Tekanan systole dandiastole dalam rentang yang diharapkan Tidak ada ortostatikhipertensi Tidak ada tanda tanda peningkatan tekanan intrakranial (tidak lebih dari
15 mmHg) b. mendemonstrasikan kemampuan kognitif yang ditandai dengan: berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan menunjukkan perhatian, konsentrasi dan orientasi memproses informasi membuat keputusan dengan benar
menunjukkan fungsi sensori motori cranial yang utuh : tingkat kesadaran mambaik, tidak ada gerakan gerakan involunter
Intervensi : NIC : Peripheral Sensation Management (Manajemen sensasi perifer) Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap
panas/dingin/tajam/tumpul Monitor adanya paretese Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada lsi atau laserasi Gunakan sarun tangan untuk proteksi Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung Monitor kemampuan BAB Kolaborasi pemberian analgetik Monitor adanya tromboplebitis
. 2. Gangguan pola nafas berhubungan dengan pembesaran nodus limfa mediastinal dan edema jalan nafas ditandai dengan sesak napas, RR klien
23
meningkat (>20x/menit), terdapat wheezing, terdapat penggunaan otototot bantu pernapasan. Tujuan:
Setelah diberikan askep selama …x 24 jam diharapkan pola nafas klien efektif, dengan kriteria hasil: NOC :
Respiratory status : Ventilation
Respiratory status : Airway patency Vital sign Status
Kriteria Hasil :
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips) Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal) Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan
Intervensi NIC : Airway Management •
Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
•
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
•
Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
•
Pasang mayo bila perlu
•
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
•
Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
24
•
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
•
Lakukan suction pada mayo
•
Berikan bronkodilator bila perlu
•
Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
•
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
•
Monitor respirasi dan status O2
Terapi oksigen Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea Pertahankan jalan nafas yang paten Atur peralatan oksigenasi Monitor aliran oksigen Pertahankan posisi pasien Onservasi adanya tanda tanda hipoventilasi Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
Vital sign Monitoring
Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
Catat adanya fluktuasi tekanan darah
Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor frekuensi dan irama pernapasan
Monitor suara paru
25
Monitor pola pernapasan abnormal
Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan pengumpulan cairan di sekitar paru ditandai dengan sesak napas saat beraktivitas, terdapat sianosis pada bibir klien, terdapat penggunaan otot bantu pernapasan, nilai AGD tidak normal (PO2 45 mmHg), RR klien meningkat (> 20x/menit). Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama .... x 24 jam diharapkan pertukaran gas adekuat, dengan kriteria hasil: NOC : Respiratory Status : Gas exchange Respiratory Status : ventilation Vital Sign Status
Kriteria Hasil : Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress
pernafasan
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
Tanda tanda vital dalam rentang normal
26
Intervensi NIC : Airway Management •
Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
•
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
•
Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
•
Pasang mayo bila perlu
•
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
•
Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
•
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
•
Lakukan suction pada mayo
•
Berika bronkodilator bial perlu
•
Barikan pelembab udara
•
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
•
Monitor respirasi dan status O2
Respiratory Monitoring •
Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi
•
Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal
•
Monitor suara nafas, seperti dengkur
•
Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot
•
Catat lokasi trakea
•
Monitor kelelahan otot diagfragma ( gerakan paradoksis )
27
•
Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya ventilasi dan suara tambahan
•
Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi crakles dan ronkhi pada jalan napas utama
•
Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya
4. Hipertermi berhubungan dengan respon inflamasi ditandai dengan takikardia, disritmia, peningkatan kedalaman pernapasan, Suhu lebih tinggi dari 37,80C, malaise umum. Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan …x24 jam diharapkan hipertermi dapat teratasi, dengan kriteria hasil: NOC : Thermoregulation Kriteria Hasil : Suhu tubuh dalam rentang normal Nadi dan RR dalam rentang normal Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
Intervensi: NIC : Fever treatment Monitor suhu sesering mungkin Monitor IWL Monitor warna dan suhu kulit Monitor tekanan darah, nadi dan RR Monitor penurunan tingkat kesadaran Monitor WBC, Hb, dan Hct Monitor intake dan output Berikan anti piretik
28
Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam Selimuti pasien Lakukan tapid sponge Kolaborasipemberian cairan intravena Kompres pasien pada lipat paha dan aksila Tingkatkan sirkulasi udara Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil
Temperature regulation Monitor suhu minimal tiap 2 jam Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu Monitor TD, nadi, dan RR Monitor warna dan suhu kulit Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi Tingkatkan intake cairan dan nutrisi Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat panas Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan efek
negatif dari kedinginan Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletihan dan penanganan emergency
yang diperlukan Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan yang diperlukan Berikan anti piretik jika perlu
Vital sign Monitoring
Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
Catat adanya fluktuasi tekanan darah
29
Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor frekuensi dan irama pernapasan
Monitor suara paru
Monitor pola pernapasan abnormal
Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik) Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
5. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penekanan usus halus akibat penyebaran limfoma di gastrointestinal ditandai dengan nafsu makan klien menurun, muntah, klien mengalami malnutrisi, BB menurun, klien tampak lemah, klien mengalami gangguan menelan, adanya penurunan albumin serum (35 x/menit). Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam klien tidak mengalami diare dengan kriteria hasil : NOC: Bowel elimination Fluid Balance Hydration Electrolyte and Acid base Balance
Kriteria Hasil : Feses berbentuk, BAB sehari sekali- tiga hari Menjaga daerah sekitar rectal dari iritasi
32
Tidak mengalami diare Menjelaskan penyebab diare dan rasional tendakan Mempertahankan turgor kulit
Intervensi NIC : Diarhea Management Evaluasi efek samping pengobatan terhadap gastrointestinal Ajarkan pasien untuk menggunakan obat antidiare Instruksikan pasien/keluarga untukmencatat warna, jumlah, frekuenai dan
konsistensi dari feses Evaluasi intake makanan yang masuk Identifikasi factor penyebab dari diare Monitor tanda dan gejala diare Observasi turgor kulit secara rutin Ukur diare/keluaran BAB Hubungi dokter jika ada kenanikan bising usus Instruksikan pasien untukmakan rendah serat, tinggi protein dan tinggi kalori
jika memungkinkan Instruksikan untuk menghindari laksative Ajarkan tehnik menurunkan stress Monitor persiapan makanan yang aman
7. Konstipasi berhubungan dengan malabsorbsi usus besar ditandai dengan feses keras, defekasi kurang dari tiga kali seminggu, defekasi lama dan sulit, penurunan bising usus ( 20 x/menit). Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan klien toleran terhadap aktivitas, dengan kriteria hasil: 34
NOC : Energy conservation Activity tolerance Self Care : ADLs
Kriteria Hasil : Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan
darah, nadi dan RR Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri
Intervensi NIC : Activity Therapy Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalammerencanakan
progran terapi yang tepat. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yangsesuai dengan kemampuan
fisik, psikologi dan social Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan
untuk aktivitas yang diinginkan Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang disukai Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan Monitor respon fisik, emoi, social dan spiritual
35
9. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kehilangan mobilitas , kelemahan ditandai dengan ketidakmampuan untuk mengatasi AKS, penampilan yang tidak terpelihara. Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x 24 jam, klien mampu melaksanakan perawatan diri dengan kriteria hasil : NOC : Self care : Activity of Daily Living (ADLs)
Kriteria Hasil :
Klien terbebas dari bau badan
Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk melakukan ADLs
Dapat melakukan ADLS dengan bantuan
Intervensi NIC :
Self Care assistance : ADLs
Monitor kemempuan klien untuk perawatan diri yang mandiri. Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan.
Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan selfcare.
Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal sesuai kemampuan yang dimiliki.
Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan ketika klien tidak mampu melakukannya.
Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya jika pasien tidak mampu untuk melakukannya. Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan. 36
Pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan aktivitas sehari-hari.
10. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan sekunder akibat limfoma non-hodgkin ditandai dengan pembengkakan kelenjar getah bening di leher, kulit kehitaman dan penebalan kulit, klien mengatakan malu dengan tubuhnya, klien mengatakan malu keluar rumah, klien tampak menutupi bagian tubuhnya yang abnormal. Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan klien tidak mengalami gangguan citra tubuh, dengan kriteria hasil: NOC : Pencapaian citra tubuh Kriteria Hasil : Gangguan citra tubuh berkurang ditandai dengan citra tubuh yang positif Menunjukkan citra tubuh yang ditandai dengan indicator kekonsistenan Pengakuan terhadap perubahan actual pada penampilan tubuh Memelihara hubungan social yang dekat dan hubungan personal
Intervensi NIC :
Pencapaian citra tubuh •
Kaji dan dokumentasikan respon verbal dan non verbal pasien tentang tubuh pasien
•
Pantau frekuensi pernyataan yang mengkritik diri
•
Tentukan apakah perubahan fisik saat ini telah diakitkan ke dalam citra tubuh pasien
•
Ajarkan orang tua tentang pentingnya respon mereka terhadap perubahan tubuh anak dan penyesuaian di kemudian hari sesuai kebutuhan
37
•
Dengarkan pasien secara aktif dan akui realitas adanya perhatian terhadap perawatan, kemajuan dan prognosis
•
Beri dorongan kepada pasien/keluarga untuk mengungkapkan perasaan dan untuk berduka
•
Berikan perawatan dengan cara yang tidak menghakimi, pelihara privasi dan martabat pasien
•
Identifikasi cara-cara untuk mengurangi dampak dari segala kesalahan penggambaran melalui berpakaian, rambut palsu atau kosmetik sesuai kebutuhan
•
Gunakan lukisan gambaran diri sebagai mekanisme untuk evaluasi persepsi citra tubuh anak
11. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakakuratan informasi ditandai dengan, klien tampak bertanya-tanya tentang penyakitnya, klien mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya. Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x 30 menit diharapkan kurang pengetahuan teratasi dengan kriteria hasil : NOC :
Kowlwdge : disease process
Kowledge : health Behavior
Kriteria Hasil : Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,
prognosis dan program pengobatan Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara
benar
38
Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya Intervensi NIC :
Teaching : disease Process
Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik
Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat
Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat
Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
Hindari harapan yang kosong
Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat
Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit
Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan se cond opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan
Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat
Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan cara yang tepat
Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada
pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat
39
12. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan melemahnya daya tahan penjamu sekunder akibat Limfoma Non-Hodgkin. Tujuan :
Setelah diberikan askep selama …x 24
jam diharapkan tidak terjadi infeksi,
dengan kriteria hasil: NOC : Immune Status Knowledge : Infection control Risk control
Kriteria Hasil : Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang mempengaruhi
penularan serta penatalaksanaannya, Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi Jumlah leukosit dalam batas normal Menunjukkan perilaku hidup sehat
Intervensi : NIC : Infection Control (Kontrol infeksi) •
Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
•
Pertahankan teknik isolasi
•
Batasi pengunjung bila perlu
•
Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
40
•
Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
•
Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan
•
Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
•
Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
•
Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum
•
Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing
•
Tingktkan intake nutrisi
•
Berikan terapi antibiotik bila perlu
Infection Protection (proteksi terhadap infeksi) •
Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
•
Monitor hitung granulosit, WBC
•
Monitor kerentanan terhadap infeksi
•
Batasi pengunjung
•
Saring pengunjung terhadap penyakit menular
•
Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko
•
Pertahankan teknik isolasi k/p
•
Berikan perawatan kuliat pada area epidema
•
Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase
•
Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
•
Dorong masukkan nutrisi yang cukup
•
Dorong masukan cairan
•
Dorong istirahat
41
•
Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep
•
Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
•
Ajarkan cara menghindari infeksi
•
Laporkan kecurigaan infeksi Laporkan kultur positif
13. PK: Perdarahan Tujuan:
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama…x24 jam, perawat dapat meminimalkan perdarahan dan mencegah komplikasi perdarahan, dengan kriteria hasil: -
Nilai Hb dalam batas normal (12-16g/dL).
-
Nilai Ht dalam batas normal (40-45%).
-
Klien tidak mengalami episode perdarahan.
-
Tanda-tanda vital dalam batas normal (TD: 120/80 mmHg, nadi: 60-100 x/menit, suhu: 36-37,5°C, RR: 16-20 x/menit).
Intervensi Mandiri:
a. Kaji pasien untuk menemukan bukti-bukti perdarahan atau hemoragi. Rasional: untuk mengetahui tanda-tanda perdarahan yang terjadi dan mempermudah menentukan intervensi selanjutnya. b. Pantau hasil laboratorium berhubungan dengan tanda perdarahan.
42
Rasional: untuk mengetahui tanda-tanda perdarahan sesuai dengan hasil laboratorium untuk mempermudah menentukan intervensi selanjutnya. c. Lindungi pasien terhadap cedera dan terjatuh. Rasional: untuk menghindari terjadinya perdarahan. d. Hindari aktivitas yang membuat pasien mengejan, mengangkat atau membalik badan. Rasional: untuk menghindari terjadinya perdarahan. e. Siapkan pasien secara fisik dan psikologis untuk menjalani bentuk terapi lain jika diperlukan. Rasional: untuk menghindari komplikasi perdarahan. Kolaborasi:
a. Kolaborasi pemberian transfusi sesuai indikasi. Rasional : transfusi darah diperlukan jika untuk menghindari kehilangan darah berlebih akibat pendarahan. 14. PK : Anemia Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama…x24 jam, perawat dapat meminimalkan komplikasi anemia yang terjadi, dengan kriteria hasil: Perawat dapat melakukan pencegahan untuk meminimalkan terjadinya anemia berkelanjutan
-
TTV dalam batas normal (TD: 120/80 mmHg, nadi: 60-100 x/menit, suhu: 36-37,5°C, RR: 16-20 x/menit).
-
Konjungtiva berwarna merah muda.
-
Hb klien dalam batas normal (12-16 g/dL).
-
Mukosa bibir berwarna merah muda.
-
Klien tidak mengalami lemas dan lesu.
Intervensi: Mandiri:
43
a. Pantau tanda dan gejala anemia yg terjadi. Rasional: memantau gejala anemia klien penting dilakukan agar tidak terjadi komplikasi yang lebih lanjut. b. Pantau tanda-tanda vital klien. Rasional: perubahan tanda vital menunujukkan perubahan pada kondisi klien. c. Anjurkan klien mengkonsumsi makanan yg mengandung banyak zat besi dan vit B12. Rasional: konsumsi makanan yang mengandung vitamin B12 dan asam volat dapat menstimulasi pemebntukan Hemoglobin. d. Minimalkan prosedur yg bisa menyebabkan perdarahan. Rasional: prosedur
yang
menyebabkan
perdarahan
dapat
memperparah kondisi klien yang mengalami anemia. Kolaborasi:
a. Kolaborasi pemberian tranfusi darah sesuai indikasi. Rasional :
transfusi darah diperlukan jika kondisi anemia klien
buruk.
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Sesuai dengan intervensi
F. EVALUASI KEPERAWATAN No. Dx 1.
Diagnosa Keperawatan
Gangguan
perfusi
Evaluasi
jaringan
perifer Perfusi jaringan perifer kembali
berhubungan dengan gangguan aliran darah
sekunder
akibat
pengumpulan
efektif, dengan kriteria hasil: -
Tidak ada sianosis pada kuku jari tangan dan kaki.
-
CRT dalam batas normal (kurang dari 3 detik).
cairan di sekitar paru, ditandai dengan sianosis pada kuku jari tangan dan kaki, pucat, CRT> 3 detik, akral dingin.
44
2.
Gangguan dengan
pola
nafas
pembesaran
mediastinal
nodus
edema
limfa
Tidak ada sesak napas
ditandai dengan sesak napas, RR klien
-
Tidak terdapat takikardia
-
Tidak ada wheezing
-
Tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan
terdapat
wheezing, terdapat penggunaan otot-otot bantu pernapasan. 3.
kriteria hasil: -
(>20x/menit),
jalan
Pola nafas klien efektif dengan
nafas
meningkat
dan
berhubungan
Akral hangat.
Gangguan pertukaran gas berhubungan
Pertukaran gas adekuat dengan
dengan pengumpulan cairan di sekitar
kriteria hasil:
paru ditandai dengan sesak napas saat
- Tidak ada sesak napas saat beraktivitas.
beraktivitas, terdapat sianosis pada bibir klien, terdapat penggunaan otot bantu
- Tidak ada sianosis pada bibir klien.
pernapasan, nilai AGD tidak normal (PO 2 45 mmHg), RR klien
- Tidak ada penggunaan otototot bantu pernapasan.
meningkat (> 20x/menit).
Nilai AGD dalam batas normal (PO2 80-100 mmHg, PCO 2 35-45 mmHg). 4.
Hipertermi berhubungan dengan respon
Hipertermi dapat teratasi, dengan
inflamasi ditandai dengan takikardia,
kriteria hasil:
disritmia,
peningkatan
pernapasan,
suhu
lebih
kedalaman tinggi
37,8 0C, malaise umum.
45
-
Tidak ada takikardi atau disritmia
-
Suhu tubuh < 37,8 0C
-
Respirasi normal (RR 1620x/menit)
-
Klien tidak tampak mengigil
-
Tidak ada kelemahan atau
dari
malaise
5.
Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
Gangguan nutrisi klien teratasi
tubuh berhubungan dengan penekanan
dengan kriteria hasil:
usus halus akibat penyebaran limfoma di
-
BB klien meningkat atau klien tidak mengalami penurunan BB.
BB menurun,
-
Klien tidak tampak lemah.
klien tampak lemah, klien mengalami
-
Albumin serum meningkat (3,4-4,8 g/dL)
gastrointestinal ditandai dengan nafsu makan klien menurun, muntah, klien mengalami malnutrisi,
gangguan menelan,
adanya penurunan
albumin serum (35 x/menit).
- Frekuensi bising usus normal (5-35 x/menit). - Tidak terjadi peningkatan frekuensi defekasi.
7.
Konstipasi
berhubungan
dengan
malabsorbsi usus besar ditandai dengan
Klien tidak mengalami konstipasi dengan kriteria hasil:
feses keras, defekasi kurang dari tiga kali
-
Feses klien tidak keras.
seminggu,
-
Defekasi klien teratur (1 sampai 2 kali sehari).
-
Klien tidak mengalami kesulitan saat defekasi.
-
Frekuensi bising usus normal (5 – 35 x/menit).
defekasi
lama
dan
sulit,
penurunan bising usus ( 20 x/menit).
dengan
Klien
mampu
melaksanakan
dengan kehilangan mobilitas, kelemahan
perawatan diri dengan kriteria
ditandai dengan ketidakmampuan untuk
hasil :
mengatasi AKS, penampilan yang tidak - Klien mampu menunjukkan aktivitas perawatan diri dalam terpelihara. tingkat kemampuan pribadi
- Mendemonstrasikan perubahan teknik/gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan diri
10.
Gangguan
citra
tubuh
berhubungan
dengan perubahan penampilan sekunder akibat limfoma non-hodgkin ditandai dengan
Klien tidak mengalami gangguan citra tubuh, dengan kriteria hasil: -
Klien mengatakan bisa menerima penyakitnya.
-
Klien mengatakan tidak malu dengan penyakitnya.
-
Klien tidak menutup bagian tubuh yang abnormal.
-
Klien tidak menghindar saat diajak bicara.
pembengkakan kelenjar getah
bening di leher, kulit kehitaman dan penebalan kulit, klien mengatakan malu dengan tubuhnya, klien mengatakan malu keluar rumah, klien tampak menutupi bagian tubuhnya yang abnormal.
47
11.
Kurang
pengetahuan
berhubungan
dengan
ketidakakuratan
informasi
ditandai dengan, klien tampak bertanyatanya
tentang
mengatakan
penyakitnya,
tidak
tahu
Risiko
tinggi
infeksi
dengan melemahnya daya tahan penjamu sekunder akibat Limfoma Non-Hodgkin
13.
PK : Perdarahan
teratasi
-
Klien mampu menjelaskan kembali pengertian dari limfoma non-hodgkin.
-
Klien mampu menyebutkan penyebab dari limfoma nonhodgkin.
-
Klien mampu menyebutkan tanda dan gejala dari limfoma non-hodgkin.
-
Klien mampu menyebutkan pengobatan/therapy dari limfoma non-hodgkin.
tentang
berhubungan
pengetahuan
dengan kriteria hasil:
klien
penyakitnya.
12.
Kurang
Tidak
terjadi
infeksi,dengan
kriteria hasil:
-
Tidak terjadi infeksi
-
Tidak ada tanda-tanda infeksi (kalor, rubor, dolor, tumor, fungsiolesa)
Perawat
dapat
perdarahan komplikasi
dan
meminimalkan mencegah
perdarahan, dengan
kriteria hasil:
48
-
Nilai Hb dalam batas normal (12-16g/dL).
-
Nilai Ht dalam batas normal (40-45%).
-
Klien tidak mengalami
episode perdarahan. -
Tanda-tanda vital dalam batas normal (TD: 120/80 mmHg, nadi: 60-100 x/menit, suhu: 36-37,5°C, RR: 16-20 x/menit). .
14.
PK : Anemia
Perawat
dapat
meminimalkan
komplikasi anemia yang terjadi, dengan kriteria hasil:
49
-
TTV dalam batas normal (TD: 120/80 mmHg, nadi: 60-100 x/menit, suhu: 36-37,5°C, RR: 16-20 x/menit).
-
Konjungtiva berwarna merah muda.
-
Hb klien dalam batas normal (12-16 g/dL).
-
Mukosa bibir berwarna merah muda.
-
Klien tidak mengalami lemas dan lesu
KESIMPULAN
1. Limfoma, limfoma Hodgkin dan Limfoma Non-Hodgkin, adalah keganasan yang paling umum ketiga terjadi pada masa kanak-kanak, dan jumlah penderita Limfoma non-Hodgkin ( Non Hodgkin Lymphoma/NHL) sekitar 7% dari kanker pada anak kurang dari 20 tahun. 2. Kejadian ini kira-kira sepuluh kasus per 1.000.000 orang per tahun. NHL terjadi paling sering pada dekade kedua kehidupan, dan terjadi lebih sering pada anak kurang dari 3 tahun. 3. Gejala klinis berupa pembengkakan kelenjar getah bening dan menyebabkan beberapa keluhan sesuai dengan terjadinya pembengkakan, yaitu gangguan pernafasan, hilang nafsu makan, sembelit, nyeri perut, pembengkakan tungkai, diare, malabsorbsi, efusi pleura, demam, keringat malam, anemia, dan mudah terinfeksi. 4. Kenyataannya bahwa NHL adalah penyakit yang heterogen yang ditangani secara berbeda maka sangat mutlak dilakukan biopsi untuk pemeriksaan histopatologis, immunophenotyping , dan pemeriksaan sitogenetik untuk menegakkannya 5. Sistem Ann Arbor staging digunakan pada NHL, tetapi memberikan perbedaan prognosa buruk yang berbeda. 6. Pengobatan pada penderita NHL berupa kemoterapi, radioterapi, antibodi monoclonal, dan cangkok sumsum tulang.
50
DAFTAR PUSTAKA
1.
Quade, G., Treatment statement for Health professionals, Childhood
Non-Hodgkin Lymphoma Treatment , The National Cancer Institute, available
at: file:///cancer.gov/index.html , last update at: February 25, 2011.
2.
____, Childhood Non-Hodgkin Lymphoma, The National Cancer
Institute, available at: file:///cancer.gov/index.html , update at: November 02, 2003.
3.
Anonymous, Kelenjar Getah Bening (KGB), in Nucleus Precise
Newsletter Magazine 65 th edition, Jakarta, 2010.
4. Nelson, B., Arvin K., Buku Ilmu Kesehatan Anak vol. 3 edisi 15, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2000.
5.
Herdata, H.N., Limfoma Non Hodgkin, Bag/SMF Ilmu Kesehatan
Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, 2008.
6.
Indriani,
E.V.,
Non-Hodgkin’s
http://rumahkanker.
Lymphoma,
available
at:
com/katadokter/evyindriati/31-non-hodgkins-
lymphoma, update at: January 12, 2009.
7. at:
Anonymous, Limfoma Non Hodgkin, in medicastores.com, available http://medicastore.com/penyakit/308/Limfoma_Non-Hodgkin.html,
update at: June 20, 2009.
8.
Reksodiputro, A.H., Penyakit Kanker Limfoma Non Hodgkin, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta, 2009.
9.
Anonymous,
Limfoma
Non
Hodgkin,
available
at:
http://mypotik.blogspot. com/2011/02/limfoma-non-hodgkin.html, update at: Februari 20, 2011.
51
View more...
Comments