Nietzsche - Genealogi Moral (Terjemahan)

April 6, 2017 | Author: Amri Dosantos | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Nietzsche - Genealogi Moral (Terjemahan)...

Description

GENEALOGI MORAL Friedrich Nietzsche Judul Asli The Birth of Tragedy and the Genealogy of Morals Copyright@Anchor Books' New York Cetakan Pertama, Agustus 2001 Alihbahasa : Pipit Maizier Penyunting : Mujib Hermani Kulit Muka : M. Bakkar Wibowo Tata Letak : Bunga Laut Pracetak : Lucky Parwati Arif Rahman : Diterbitkan : JALASUTRA Pakel Baru UH V1/1129 A Yogyakarta Telp. (0274) 370802 E-mail: [email protected] Pencetak : Jalasutra Offset Distributor : ADIPURA, JI. Mangunnegaran Kedua No.18 Yogyakarta 55131 Telp./Fax. (0274) 373019 KATA PENGANTAR Donny Gahral Adian* Turin, 1889. Seorang lelaki kurus berkumis tebal baru saja meninggalkan hotel. Tak jauh darinya, seorang kusir sedang mencambuki kudanya dengan membabi buta. Kerasnya cambukan dan ringkik kesakitan sang kuda sambil menangis tersedu-sedu meminta agar sang kusir menghentikan perbuatan biadabnya. Tangisannya adalah jerit hati seorang yang amat menghargai kehidupan, apapun manifestasinya. Sebuah kecintaan dahsyat yang tidak antroposentris. Sebuah unjuk kepekaan luar biasa. Lelaki kurus itu adalah Friedrich Nietzsche. Sosok filosof pendiam yang berlawanan dengan kondisi fisiknya yang rapuh, telah menggetarkan Eropa bahkan dunia dengan gagasan-gagasanGenealogi Moral nya yang radikal. Para Nietzschean (sebutan bagi para peziarah pemikirannya seperti saya) telah akrab dengan gagasan-gagasan sentral filsafatnya seperti: 'kehendak berkuasa', 'kembalinya segala sesuatu', 'nihilisme', 'manusia atas', 'amor fati', 'genealogi' dan lain sebagainya. Gagasan-gagasan yang memberi inspirasi bagi filsuf eksistensialis macam Jean Paul Sartre dan beberapa 'begawan' posmo seperti Michel Foucault, Gilleze Deleuze, dan Jacques Derrida. Karya-karya Nietzsche adalah buldozer-buldozer pemikiran. Buldozer-buldozer yang ditujukan untuk mendobrak kebekuan peradaban barat, sebuah peradaban yang selama ini dijadikan tolok ukur pencerahan global. Sebuah kebekuan yang menurutnya bersumber pada akar tradisi peradaban barat yaitu teologi Yudeo-Kristiani dan filsafat Sokratean yang melemahkan, dekaden, nihilis, dan apolonian. Suatu tradisi yang mengajarkan orang untuk hidup dibawah kendali rasionalitas, moralitas, religiusitas dan menafikan instink-instink kuasa yang menguatkan. Tradisi yang memusuhi kehidupan yang seharusnya dirayakan. Salah satu buldozer Nietzsche adalah karyanya: Genealogi Moral. Sebuah karya kontroversial yang merupakan kritik keras terhadap bentuk moralitas yang anti kehidupan. Disebut kontroversial karena karya ini moralitas welas asih yang selama ini diagung-agungkan dikatakan bersumber dari rasa benci dan cemburu orang-orang lemah terhadap orang-orang kuat. Sebuah vi Friedrich Nietzsche, tamparan keras bagi tradisi moral barat! Genealogi adalah sebuah konsep yang diajukan Nietzsche sebagai antitesa dari kecenderungan pencarian asal-usul yang pada dasarnya mengandaikan sejarah memiliki alpha-omega, sangkan paranning

dumadi yang jelas. Genealogi Nietzsche tidak berpretensi menemukan asal-usul melainkan 'fiksi alternatif tentang asal-usul. Pendeknya, Nietzsche membuat versinya sendiri tentang sejarah moralitas. Paling tidak ada dua hal yang mau disampaikan Nietzsche lewat genealoginya. Pertama, makna suatu fenomena bisa berbeda dari apa yang selama ini sudah secara mapan diterima. Kedua, obyektifitas, a-historisitas suatu gagasan adalah omong kosong besar. Fiksi Nietzsche tentang kemunculan gagasan tentang moralitas mengungkapkan bahwa satu ketika masyarakat terpilah menjadi dua kelas yaitu kelas budak dan kelas aristokrat. Kelas budak bukan kelas tertindas melainkan gerombolan orang-orang lemah, tak berbakat, miskin dalam stamina, energi, vitalitas, semangat, dan tidak menarik secara seksual. Sebuah kondisi muram yang membuat mereka menderita lahir batin. Penderitaan membuat mereka membenci, cemburu. dan dendam terhadap kelas aristokrat yang memiliki apa-apa yang tidak mereka miliki. Kebencian terhadap kelas aristokrat memuncak sehingga pada akhirnya mereka menggunakan senjata pamungkas pembalikkan nilai-nilai. Nilai-nilai aristokrasi yang tadinya mereka kagumi dan vii Genealogi Moral inginkan dibanting-balik menjadi nilai-nilai amoral. Mereka mematok orientasi nilai kaum aristokrat sebagai evil untuk memberi sentuhan moral bagi orientasi nilai mereka yang sesungguhnya mereka benci. Kelas budak pun akhirnya berdamai dengan kelemahan, ketakberdayaan, dekadensi mereka dengan meluhurkan semuanya itu dan meletakkan segala sesuatu di luar lingkaran mereka sebagai evil. Kelas budak menurut Nietzsche telah melakukan apa yang disebutnya ideal asketisme. Ideal asketisme adalah idealisasi, sublimasi rasa sakit, benci, dendam, kelemahan, dan ketidakberdayaan menjadi satu yang bermakna supaya bisa lebih ditahan. Sebuah kalimat Nietzsche yang termasyhur: 'Manusia lebih suka menghendaki ketiadaan daripada pada tidak menghendaki sama sekali.' Makna tersirat kalimat itu adalah manusia lebih suka memaknai hidupnya yang kosong nilai-nilai aristokrat daripada hidup tanpa makna sama sekali. Intermezo: Konsep ideal asketisme Nietzsche mengingatkan saya pada gagasan Karl Marx tentang agama sebagai candu masyarakat. Penderitaan kaum buruh di dunia menurut Marx diidealisasi oleh kaum agamawan (Sebagai kolaborator kaum kapitalis) sebagai suatu keutamaan yang akan mendapatkan ganjaran surgawi. Saya sepakat dengan Nietzsche bahwa ideal asketisme sangat berbahaya bagi kemanusiaan karena mengajak orang berdamai dengan keadaviii Friedrich Nietzsche annya tanpa mau secara kritis memikirkan berbagai alternatif pemanusiaan. Gagasan ideal asketisme mengajak kita untuk merefleksikan peran agama dalam urusan-urusan kemanusiaan. Sebuah peran yang belum banyak terealisasi karena tak bisa dipungkiri bahwa keberagaman sebagian kita belum disertai oleh sikap kritis. Ketiadaan sikap kritislah yang selama ini telah melanggengkan ideal asketisme yang negatif bagi kemanusiaan. Genealogi moral jelas memiliki beberapa agenda. Agenda pertama adalah suatu transevaluasi nilai yang akan mengembalikan tolok ukur baik dan buruk pada nilai aristokrat yang menguatkan. Nilai-nilai yang akan diadopsi oleh sosok-sosok manusia atas untuk membawa peradaban ketingkat yang belum pernah dicapai manusia. 'To boldly go where no men has gone before!' mengutip kalimat yang selalu diucapkan dalam prelude film seri Star Trek. Di samping sebagai bagian dari proyek pembalikan nilai-nilai, Genealogi Moral juga mengajarkan kita untuk menghindari pemutlakkan dan terbuka terhadap berbagai tafsir. Buku ini menunjukkan bagaimana moralitas yang selama ini dianggap mutlak ternyata tak lebih dari sebuah tafsir. Tafsir yang merupakan selimut kehendak berkuasa orang-orang bermental budak. Pesan Nietzsche dalam buku ini sangat load and clear: 'Segala sesuatu Yang bersifat mutlak harus diwaspadai!' Kita harus selalu waspada terhadap setiap ix Genealogi Moral bentuk absolutisme penafsiran dan menyingkap praktek-praktek kuasa yang melandasinya.

Contoh Kongkrit: Setiap tafsiran tentang ,yang suci' misalnya selalu disertai dengan tafsiran tentang 'yang kafir'. Lalu 'Yang kafir' pun absah untuk dimusnahkan, dibantai, atau cukup dibatasi ruang geraknya demi kemapanan tafsir ‘yang suci'. Perang antar etnis dan agama terjadi karena salah satu menganggap dirinya mutlak suci, benar, baik dan yang lain mutlak kafir, salah dan jahat. Kemutlakkan membutakan empati dan refleksi. Kemutlakkan hanya menghasilkan penghakiman dan apologia sehingga tak ada pengambilan jarak dan refleksi. Politisasi Genealogi: Saat berbicara tentang demokrasi, kita tidak hanya bicara tentang sistem melainkan juga Way of life. Demokrasi berjalan dengan sehat apabila tidak ada satu kelompok pun yang memutlakkan tafsir kebenarannya dan intoleran terhadap tafsir kebenaran kelompok lain. Kemutlakkan satu tafsir kebenaran adalah bibit totalitarianisme dan merupakan musuh besar demokrasi. Penghargaan terhadap pluralitas hanya muncul apabila setiap kelompok menghindari penghakiman dan mulai berempati, berefleksi, dan mampu mengambil jarak terhadap tafsir kebenarannya.[] * Nietzscholog, tinggal di Jakarta DAFTAR ISI Kata Pengantar I. PENDAHULUAN - 1 II. BAIK DAN JAHAT, BAIK DAN BURUK - 16 III. RASA BERSALAH, KESADARAN BURUK DAN MATERI YANG BERHUBUNGAN - 67 IV. TUJUAN-TUJUAN ASKETIK SEBENARNYA - 135

PENDAHULUAN I Kita, orang-orang yang paham, tidak memahami diri kita sendiri. Dan logikanya, bagaimana mungkin kita bisa berharap menemukan sesuatu yang tak pernah kita cari? Ada satu pepatah bagus yang berbunyi, "Di mana harta manusia berada, di sanalah terletak hatinya." Harta kita berada dalam sarang lebah pengetahuan kita. Kita terus menerus berada di jalan kita sendiri menuju ke sana dalam bentuk serangga-serangga bersayap dan para pengumpul madu pikiran. Satu-satunya hal yang dekat di hati kita adalah hasrat untuk membawa sesuatu pulang ke sarang. Demi sisa hidup — yang dinamakan "pengalaman" — siapakah diantara kita yang cukup serius akan hal itu? Atau siapakah diantara kita yang punya cukup waktu? Ketika pengalaman menjelma menjadi materi-materi, hati kita sesungguhnya

tidak berada di sana — kita bahkan tidak meminjamkan telinga kita. Terlebih, sebagai seorang manusia yang memiliki telinga dan secara luhur tak berwujud dan meresapkan diri ke dalam suara lonceng yang tepat berdentang dua belas kali ditengah hari, mendadak akan terbangun dengan sebuah permulaan dan bertanya kepada diri sendiri apakah jam benar-benar telah berdentang. Lalu setelah kejadian itu, kita sesekali menggosok-gosokkan telinga dan bertanya kepada diri sendiri dengan heran dan bingung, "Apakah kita benar-benar telah berpengalaman?" — atau bahkan, "Siapa kita sebenarnya?" Dan kita menghitung ulang kedua belas dentang yang menggetarkan dari pengalaman kita, kehidupan kita, dan keberadaan kita, namun sayangnya salah hitung. Kenyataan pahitnya adalah bahwa kita terpaksa masih menjadi orang asing bagi diri kita sendiri, kita tidak mengerti tentang substansi diri kita sendiri, kita pasti salah tentang diri kita sendiri; pepatah yang berbunyi "Setiap manusia berada paling jauh dari dirinya sendiri," akan bertahan selamanya untuk kita. Bagi diri kita sendiri, kita bukanlah "orang-orang yang paham"....

II

Ide-ide saya mengenai sumber prasangka moral kita (karena hal itu akan menjadi subyek tulisan ini) menemukan bentuk singkat dan sementaranya 2 dalam sebuah kumpulan aphorisme yang berjudul Human, All Too Human: A Book for FRée Spirits. Saya mulai menulis buku ini pada sebuah musim dingin di Sorrento bertepatan dengan waktu diberikannya kepada saya untuk beristirahat, seperti layaknya seorang pengembara yang sedang beristirahat, dan melihat kembali ke wilayah liar dan berbahaya yang telah dilalui pikiran saya. Waktu itu musim dingin 1876-1877; namun demikian, ide-ide itu sendiri datang kepada saya lebih awal. Dan ide-ide yang sama ini pula yang saya harapkan untuk berlanjut dalam risalat ini: mari kita berharap agar interval yang lama ini menjadikannya sempurna, semakin kuat dan lebih bersinar. Setidak-tidaknya, faktanya adalah bahwa saya masih memegang sekarang, bahwa selama bertahun-tahun ide-ide ini telah terus menjalin dan saling membawa nutrisi dari dirinya masing-masing, mendorong saya untuk meyakini dari sejak awal sekali bahwa ide-ide ini bukanlah pemikiran-pemikiran yang terisolasi, bersifat acak maupun sporadis, melainkan tumbuh dari sebuah akar biasa, dari sebuah hasrat utama ilmu pengetahuan, diciptakan dari bawah kedalaman dalam batas-batas dan tuntutan-tuntutan pasti yang semakin bertambah. Seorang filsuf seharusnya tidak berproses lewat cara lain. Kita tidak memiliki hak atas yang terisolasi, baik itu benar maupun salah. Pemikiran-pemikiran kita seharusnya keluar 3 dari nilai-nilai kita dengan kebutuhan yang sama seperti halnya buah yang keluar dari pohon. Ya dan tidak kita, jika dan tapi kita, semua seharusnya menjadi berhubungan dengan sangat akrab dan mengarahkan testimoni ke satu tujuan, satu kesehatan, satu tanah dan satu matahari. Seandainya Anda menemukan buah-buah yang tidak sedap ini, apakah yang dimaksud adalah bagian dari pohon-pohon itu? — ataukah bagian dari kami, para filsuf?

III Karena kecemasan yang aneh pada diri saya dan yang enggan saya akui, karena kecemasan itu mengarah kepada moral, atau lebih pada suatu yang pernah diteriakkan sebagai etika — sebuah kecemasan yang tak diminta dan tak dapat ditolak, menempatkan saya begitu rupa pada perselisihan, sejak masa terawal kanak-kanak saya, dengan lingkungan, usia, aturan-aturan, tradisi yang membuat saya merasa hampir berhak untuk menamakannya apriori saya—baik rasa ingin tahu maupun rasa curiga saya yang tepat berfokus pada sumber makna kita mengenai baik dan jahat. Sejak umur tiga belas tahun, saya telah dilatih oleh masalah jahat, pada suatu usia ketika ketertarikan seseorang "terbagi diantara permainan-permainan masa kanak-kanak dengan Tuhan", saya telah menulis essai pertama saya tentang 4 etika. Solusi saya terhadap masalah tersebut adalah memberikan rasa hormat kepada Tuhan seperti apa adanya dan menjadikannya ayah dari kejahatan. Apakah ini yang diminta apriori saya terhadap diri saya — adalah apriori baru, tak bermoral dan pada setiap tingkatan non-moral — adalah "kepentingan kategoris" para pengikut anti-Kant yang misterius yang telah saya dengarkan lebih dari berkali-kali, dan bukan sekadar mendengarkan saja? Untunglah, saya belajar pada waktu yang tepat untuk memisahkan prasangka teologis moral dan tidak terlalu lama mencari asal-usul kejahatan dibalik dunia. Sejumlah latihan historis dan filologis bersama dengan sebuah bakat kritis dalam materi-materi psikologi, sebelum menjadi lama, mengubah masalah ini menjadi masalah lain, yaitu "Di bawah kondisi apa manusia membangun pertimbangan-pertimbangan nilai baik dan buruk?" Dan apa nilai hakiki mereka sebenarnya? Apakah sejauh ini nilai-nilai tersebut telah bermanfaat atau bahkan menghambat umat manusia? Apakah mereka telah menyingkirkan penderitaan, kekurangan, degenerasi atau sebaliknya, membawa pergi kekuasaan, kekuatan wujud, energi, semangat dalam menghadapi hidup dan kepercayaan terhadap masa depan? Berbagai

jawaban muncul dengan sendirinya. Saya akan membeda-bedakannya berdasarkan periode-periode, bangsa-bangsa dan individu-individu; mempersempit masalah ini; jawaban5 jawaban itu berkembang menjadi pertanyaan-pertanyaan baru, investigasi-investigasi baru, perkiraan-perkiraan baru dan kemungkinan-kemungkinan baru, sampai akhirnya saya terbentur pada wilayah saya sendiri, sebuah dunia yang tumbuh, mekar dan sangat tersembunyi, taman-taman rahasia seperti apa adanya. Bagi siapa yang memiliki eksistensi, tak seorangpun harus mempunyai sebuah praduga.... Sungguh terberkatilah kita, orang-orang yang paham, sedianya kita tahu bagaimana untuk tetap diam dalam waktu yang cukup lama!

IV Pertama kali saya tergerak untuk membuat hipotesa-hipotesa mengenai asal-usul ide-ide moral kepada publik lewat sebuah tulisan yang bagus dan (jika agak kasar) essai yang cerdas, yang menuntun saya berhadapan langsung dengan sejenis hipotesa geneologis yang bertentangan dan tumpang-tindih adalah jenis hipotesa Inggris. Hal itu menarik bagi saya karena ide-ide tersebut berada pada kutub yang berlawanan dari ide-ide yang biasa kita miliki. Judul buku kecil itu adalah The Origin of Moral Perceptions, ditulis oleh Dr. Rée, dan terbit pada tahun 1877. Saya yakin bahwa saya belum pernah membaca dari sesuatu yang sangat saya tentang secara metodis dari awal sampai akhir, dan kemudian sepenuhnya saya lakukan tanpa dendam. 6 Dalam tulisan yang saya singgung lebih awal, yang mana saya terikat pada waktu itu, saya membuat referensi dari sejumlah halaman essai yang ditulis Dr. Rée, bukan dari sisi untuk memperdebatkannya — apa yang harus saya lakukan dengan perdebatan? — melainkan menjadikannya lebih sebagai semangat membangun untuk mengubah kemustahilan menjadi kemungkinan, atau kadang-kadang dengan pasti, untuk menggantikan kesalahannya dengan kesalahan saya. Pada kesempatan ini, untuk pertama kalinya, saya merumuskan hipotesa-hipotesa tersebut yang juga fokus dari tulisan ini — anehnya karena sayalah orang terakhir yang membantah, tanpa kebebasan atau gaya murni terhadap sebuah subyek semacam itu, dan dengan kebimbangan dan kemurtadan yang kebetulan. Pembaca mungkin ingin kembali kepada apa yang telah saya katakan dalam Human, All Too Human tentang evolusi-evolusi ganda mengenai "baik" dan "jahat" — dalam golongan yang memerintah dan golongan budak, berturut-turut tentang asal-usul dan nilai kode asketik dari etika; tentang "moralitas adat istiadat," tipe moralitas yang sangat tua, yang mana dunia terpisah dari berbagai sistem valuasi-valuasi altruistik, meskipun seperti halnya para psikolog etika Inggris, Dr. Rée menganggap yang terakhir ini sebagai valuasi moral; juga terhadap apa yang saya katakan dalam The Wanderer and Daybreak tentang asal-usul keadilan sebagai sebuah aturan yang saling membalas 7 antara kekuasaan-kekuasaan yang sejajar secara garis besar (keseimbangan menjadi prakondisi dari semua perjanjian dan mulai saat itu, dari semua hukuman); tambahan, kepada apa yang saya katakan dalam The Wanderer tentang asal-usul hukuman, yang tidak mungkin direduksi menjadi motif-motif intimidasi (seperti yang diasumsikan Dr. Rée, bahwa motif-motif tersebut selalu menjadi nomor dua dan hanya masuk ke dalam permainan di bawah keadaan khusus).

V Pada dasarnya, saya saat itu berfokus pada sesuatu yang sangat lebih penting dibandingkan bahkan dengan hipotesa-hipotesa saya maupun hipotesa-hipotesa orang lain tentang asal-usul etika-lebih tepatnya, asal-usul ini bagi saya hanya sekedar sebagai salah satu dari maknamakna kepada sebuah tujuan. Tujuan

itu adalah nilai etika, dan saya harus melawan isu ini dengan hampir seorang diri dan bersama guru besar saya, Schopenhauer, kepadanyalah Human, All Too Human ditujukan, dengan seluruh semangat dan kontradiksi-kontradiksi tersembunyinya, menunjukkan kepada dirinya sendiri seolah-olah dia masih hidup. Buku tersebut, bila diperhatikan, juga merupakan sebuah serangan. Titik pokok dari isu itu adalah nilai dari naluri-naluri nonegois, naluri-naluri iba, pengingkaran diri.— dan ——— 8 pengorbanan diri, yang mana Schopenhauer di atas segalanya secara konsisten telah menyepuh, memuliakan, "mengutamakan" -nya hingga dia menganggap nilai-nilai tersebut sebagai nilai-nilai absolut yang memungkinkannya mengingkari hidup dan bahkan dirinya sendiri. Kelak nalurinaluri yang sangat serupa inilah yang membangkitkan kecurigaan saya dan kecurigaan itu semakin bertambah seiring berlalunya waktu. Naluri itu ada di sini, tepatnya, saya merasakan bahaya hebat bagi kemanusiaan, khayalan dan godaannya yang paling sublim - menuntunnya ke mana? Di sini saya merasakan permulaan dari sebuah tujuan., stagnasi, kelelahan nostalgia, sebuah kehendak yang telah berubah melawan kehidupan. Saya mulai memahami bahwa penyebaran etika rasa iba yang secara konstan, yang telah mencemarkan dan melemahkan para filsuf sekalipun, kebudayaan Eropa kita yang muram — sebuah peralihan menuju Budhisme baru? - satu spesies Eropa dari Budhisme? Atau nihilisme? Kecenderungan dan pemujaan yang berlebihan terhadap rasa iba ini yang berada di tengah-tengah para filsuf, adalah sepenuhnya sebuah perkembangan baru dalam kebudayaan Barat. Para filsuf dari masa lalu mengingkari, sebagai seorang manusia, semua nilai rasa iba. Saya hanya memerlukan contoh Plato, Spinoza, La Rochefoucauld dan Kant, empat pemikiran yang berbeda satu sama ——— 9 lainnya, yang mungkin kelak akan sepakat dalam satu pandangan ini, penghormatan yang rendah dalam mempertahankan rasa iba. Pada pandangan pertama, masalah rasa iba ini dan etika rasa iba (dengan tegas saya menentang sentimentalitas modem kita dalam masalahmasalah ini) mungkin kelihatan sangat istimewa, sebuah isu marjinal. Tapi siapapun yang dekat dengannya dan belajar bagaimana mempertanyakan pertanyaan-pertanyaan akan memiliki pengalaman yang sama seperti saya: sebuah panorama yang sangat luas akan terbentang di hadapannya; kemungkinan-kemungkinan yang aneh dan memusingkan akan menyerbunya, segala macam kecurigaan, ketidakpercayaan dan ketakutan akan muncul ke permukaan; keyakinannya terhadap etika macam apa pun akan mulai terguncang. Akhirnya dia akan terpaksa mendengarkan sebuah tuntutan baru. Mari kita pertegas tuntutan baru tersebut: kita membutuhkan sebuah kritik dari seluruh nilai moral; harga hakiki dari nilai-nilai ini mula-mula harus disinggung dalam pertanyaan. Pada tujuan ini, kita perlu memahami kondisi-kondisi asal dari mana nilai-nilai ini tumbuh dan bagaimana mereka berkembang dan berubah: moralitas sebagai konsekuensi, gejala, topengi kemunafikan, penyakit, kesalahpahaman; ——— 10 sebaliknya, moralitas juga sebagai penyebab, obat, stimulan, larangan dan racun. Sejauh ini tak satupun ilmu pengetahuan telah dijelang ataupun dianggap sebagai sebuah pengharapan. Harga hakiki dari nilai-nilai ini telah dijamin sebagai sebuah fakta dari pengalaman dan diletakkan di luar jangkauan pertanyaan. Tak seorangpun, hingga saat ini, meragukan bahwa orang "baik" mewakili sebuah nilai yang lebih tinggi daripada yang "jahat", dalam batas-batas memelihara dan memanfaatkan umat manusia secara garis besar, bahkan menganggapnya sebuah pandangan lama. Tapi seandainya kebalikan mutlak ini benar, apa jadinya bila orang "baik" itu tidak hanya mewakili sebuah kemunduran tapi sebaliknya merupakan sebuah bahaya, sebuah godaan, sebutir obat narkotika yang memungkinkan masa kini hidup atas biaya masa depan? Barangkali lebih nyaman, kurang berbahaya tetapi juga lebih rendah, lebih picik -sehingga moralitas itu sendiri akan bertanggung jawab terhadap manusia, sebagai satu spesies, gagal untuk mencapai puncak kejayaan padahal dia sanggup? Apa jadinya bila moralitas berubah menjadi bahaya dari bahaya-bahaya?....

VII

Cukup mengatakan bahwa sejak pemandangan itu terbuka di hadapan saya, saya telah 11 Genealogi Moral berada pada sudut pandang untuk belajar, rekan-rekan berani dan rajin dalam rengkuhan — masih saya cari. Obyeknya adalah untuk mengeksplorasi negara moralitas yang luas, jauh dan secara metodis merupakan negara tersembunyi dari moralitas. Moralitas seperti ia benar-benar ada dan benar-benar hidup, dengan pertanyaan-pertanyaan baru dalam pikiran dan dengan pandangan mata yang segar. Bukankah kesetaraan ini menyatakan bahwa negara itu pasti menemukan kebaruan? Jika dalam hubungan ini, diantara kemungkinan asisten-asisten Dr. Rée lainnya mengunjungi pikiran, dikarenakan saya tidak mempunyai keraguan yang sangat meremehkan bahwa alam investigasi-investigasinya akan hampir secara otomatis membawanya ke sebuah metode yang lebih menjanjikan. Apakah saya telah menipu diri sendiri untuk menghibur harapan-harapan semacam itu? Setidak-tidaknya saya berharap untuk mengorientasikan seorang pemikir tajam dan tidak berat sebelah menuju sebuah sejarah etika yang sehat dan untuk mengingatkannya, sebelum menjadi sangat terlambat, agar melawan penghipotesaan yang bersifat acak dalam tata cara Inggris. Karena harus jelas bahwa semua masalah yang menyangkut seorang psikolog moral adalah apakah ia benar-benar ada dan dibuktikan oleh dokumen-dokumen, catatan-catatan abadi hieroglyphic, sangat sukar untuk dibaca, dari moral masa lalu kita. Masa lalu itu ——— 12 tidak dimengerti oleh Dr. Rée, tapi dia telah membaca Darwin. Sehingga yang terjadi adalah, dengan sangat mencengangkan, kebrutalan pengikut Darwin dan kelemahan moral ultramodern yang tidak makan waktu lama menyebar dari tangan ke tangan untuk menjadikan hal-hal ini (masalah-masalah moralitas) agak serius. Saya memiliki sudut pandang yang sangat berbeda, bahwa tak satupun benda yang berada di bawah matahari mendapat ganjaran yang dianggap lebih serius; dan sebagian dari ganjaran itu mungkin suatu hari nanti akan kita diperbolehkan untuk dianggap enteng. Karena suka cita, atau dengan memakai frase saya sendiri, sebuah "sains kegembiraan" adalah ganjaran dari sebuah keseriusan yang lama, berani, teliti, mendalam, yang pasti tidak berada dalam setiap penunjuk arah manusia. Pada suatu hari ketika kita dapat secara jujur meneriakkan "Mari teruskan komedi ini! Moral-moral usang tersebut adalah bagian dari komedi ini juga!", kita seharusnya akan diberikan sebuah arah baru menuju drama Dionysiac dari takdir manusia, dan tak ada keraguan bahwa seorang penulis tua renta dari kehidupan komedi akan menjadikannya sangat berguna.

VIII Haruskah uraian ini tampak tidak dapat dipahami atau tidak enak didengar untuk sebagian 13 besar pembaca, saya pikir kesalahan tidak perlu seharusnya dibentangkan di muka pintu saya. Hal ini cukup sederhana, dan hanya memperkirakan bahwa pembaca akan membaca karya-karya terawal saya dengan penuh perhatian — karena memang mereka pasti, sebenarnya, membutuhkan pembacaan yang hati-hati. Seperti misalnya, Zarasthustra saya, saya pikir tak seorangpun akan mengakui telah memahaminya bila sebaliknya belum secara mendalam terlukai atau secara mendalam tercerahkan oleh apa yang dikatakannya. Hanya beberapa pembaca yang akan memenangkan hak untuk berpartisipasi dalam elemen menyenangkan dari tempat ia tumbuh, dengan segala sinar mataharinya, kecerahannya dan jaminannya. Juga, bentuk aphorisme mungkin menghadirkan sebuah rintangan yang menghambat, kesukaran menjadikan bentuk ini tidak lagi dianggap cukup "keras". Sebuah aphorisme yang secara jujur menghentak, tidak dapat dipahami dengan hanya begitu saja membacanya sampai habis; ini hanya permulaan dari tulisan tentang interpretasi murni, yang mana membutuhkan keseluruhan ilmu hermeunetika. Dalam essai ketiga dari buku ini, saya memberikan sebuah contoh tentang apa yang saya maksudkan dengan interpretasi murni:

sebuah aphorisme berada di kepala essai tersebut, dan bentuk tubuh essai berupa komentar. Satu-satunya keahlian yang diperlukan — sayangnya, telah -hilang saat ini ——— 14 untuk melatih membaca sebagai sebuah seni adalah: keahlian untuk memamah biak, yang dimiliki para sapi tetapi tidak dimiliki manusia modern. Ini sebabnya mengapa tujuan tulisan saya, selama beberapa masa mendatang, tetap sulit untuk dicerna. Sils-Maria, Upper Engadine Juli 1887

Essai Pertama "BAIK DAN JAHAT". "BAIK DAN BURUK" I Kepada psikolog-psikolog Inggrislah kita berhutang satu-satunya usaha yang sejauh ini telah menciptakan tulisan tentang sebuah genealogi moral, namun tidak berarti mereka adalah para pemilik teka-teki tersebut. Sebaliknya teka-teki yang mereka punyai adalah diri mereka sendiri, dan menjelma menjadi satu keuntungan atas bukubuku mereka — mereka memang menarik. Apa yang sebenarnya dikejar para psikolog Inggris itu? Orang mendapati mereka selalu, baik secara intens ataupun tidak, terikat dalam tugas yang sama, memaksa masuk ke depan bagian yang kotor dari jiwa, mencari kekuatan-kekuatan motif efektif dari perkembangan manusia pada tempat terakhir yang kita harap dapat mereka temukan, misalnya dalam kelembaman dari kebiasaan, dalam kealpaan dan dalam gabungan ide yang buta dan kebetulan: dan juga selalu dalam sesuatu murni bersifat pasif, otomatis, refleksif, sangat kecil dan terutama, yang sangat teramat bodoh. Apa yang menggerakkan para psikolog ini untuk selamanya berada dalam tujuan yang sama? Adakah karena sebuah hasrat rahasia dan jahat untuk meremehkan kemanusiaan yang bahkan tidak mereka beritahukan kepada diri mereka sendiri? Adakah karena sebuah kepercayaan pesimistis, kecurigaan terhadap idealis yang basi? Adakah karena kebencian picik terhadap Kristen (dan Plato) yang tidak muncul di depan pintu kesadaran? Akankah sebuah rasa gatal terhadap apapun adalah sesuatu yang memalukan, sangat paradoks, meragukan dan absurd dalam eksistensi? Atau, barangkali, apakah hidangan sejenis ini-sedikit kotor, sedikit pahit, sepotong kecil anti-Kristen merupakan satu sentuhan gatal dan hasrat terhadap sambal? ... Tapi, sekali lagi, orang-orang mengatakan kepada saya bahwa pria-pria ini hanyalah merupakan katak-katak bodoh tua yang melompat dan tercebur di dalam dan sekitar manusia seperti berada dalam elemen mereka sendiri — seolah-olah manusia adalah sebuah upaya. Meskipun demikian, saya enggan mendengarkan hal ini, sebenarnya saya menolak untuk mempercayainya; dan jika saya boleh mengekspresikan sebuah harapan pada tempat saya tidak bisa mengekspresikan sebuah 17 pengakuan, saya berharap sekali dengan sepenuh hati bahwa sesuatu mungkin akan berbeda dengan orang-orang ini — bahwa para pengamat mikroskopis kejiwaan ini mungkin akan sungguh-sungguh menjadi berani, murah hati dan hewan-hewan yang sombong, yang mengerti bagaimana mengisi emosi-emosi mereka dan melatih diri mereka sendiri untuk mengabdikan semua harapan dan angan-angan kepada kebenaran — kebenaran apapun, bahkan kepada sebuah kebenaran yang mudah, keras, buruk,

mengerikan, non-Kristen dan tak bermoral. Karena kebenaran-kebenaran semacam itu memang benar-benar ada.

II Segenap rasa hormat pada semangat-semangat yang bermanfaat, mungkin telah memotivasi para ahli sejarah etika ini! Meskipun demikian, satu hal yang pasti, mereka telah agak tertinggal oleh semangat nyata dari sejarah. Terhadap seorang manusia, mereka semua berpikir secara tidak historis, seperti halnya kebiasaan lama diantara para filsuf pada masa kuno. Keamatiran prosedur mereka disederhanakan dari awal sekali saat masih merupakan sebuah pertanyaan tentang penjelasan sumber dari konsep dan pertimbangan makna baik. "Mula-mula", mereka mengatur bahwa "tindakan-tindakan altruistik dipuji dan dikabulkan lewat penerimaan-penerimaan mereka, yakni lewat hal-hal yang menjadikan mereka berguna. Selan 18 jutnya, asal-usul dari pujian ini telah dilupakan, tindakan-tindakan semacam itu dirasakan bagus hanya karena kebiasaan untuk memuji tindakan-tindakan tersebut". Sekilas kita memperhatikan bahwa asal mula ini meninggalkan seluruh tanda pada karya para psikolog Inggris. Inilah ide-ide kunci dari kegunaan, kealpaan, kebiasaan dan terakhir, kesalahan, tampak seolah-olah terbentang pada akar sistem nilai itu, yang hingga kini membuat manusia beradab memandang dengan bangga sebagai hak luar biasa dari seluruh manusia. Kebanggaan ini kini harus direndahkan, nilai-nilai ini berdevaluasi. Apakah para pemamer ini telah berhasil? Saat ini, pertama-tama, jelaslah bagi saya bahwa teori mereka mencari kelahiran konsep kebaikan di tempat yang salah: pertimbangan baik tidak diciptakan dengan hal-hal kepada siapa kebaikan itu telah dilakukan. Tepatnya memang "kebaikan" sendiri, yang konon terhormat, kuat, berkedudukan tinggi dan berpikiran tinggi yang mengatur diri mereka dan tindakan-tindakan mereka menjadi baik, misalnya dengan menjadi milik tingkat yang paling tinggi, bertolak belakang dengan semua yang rendah, berpikiran rendah dan rakyat jelata. Hanya kepedihan dari perbedaan yang memberikan mereka kekuasaan untuk menciptakan nilai-nilai dan nama mereka — apa kegunaannya bagi mereka? Makna kegunaan sepertinya tampak tak berguna untuk menjelaskan 19 Genealogi Moral sebuah semburan kuat yang cepat dari pertimbangan-pertimbangan nilai utama. Di sini kita berhadapan satu lawan satu dengan lawan mutlak dari ketidakantusiasan itu, tempat setiap perencanaan yang hati-hati, setiap perkiraan kalkulus yang berguna — dan bukan karena waktu semata, bukan karena jam yang jarang atau khusus melainkan secara permanen. Asal-usul dari lawan kata baik dan buruk telah ditemukan dalam kepedihan terhadap kehormatan dan perbedaan, menampilkan sifat dominan dari sebuah golongan yang lebih tinggi, yang memerintah dalam hubungannya dengan golongan yang lebih rendah, golongan yang bergantung. (Hak penguasa dengan menganugerahkan nama merupakan contoh bahwa orang akan hampir selalu dinilai dengan memperhatikan asal-usul bahasa itu sendiri sebagai sebuah ekspresi dari kekuasaan pemerintah. Mereka berkata, "Ini begini atau begitu"; mereka menutupi setiap hal dan tindakan dengan sebuah kebaikan dan kemudian menjadikannya simbolis). Asal-usul tersebut akan mengingatkan bahwa tak ada, keharusan apriori untuk menggabungkan kata baik dengan tindakan-tindakan altruistik, seperti yang dengan senang hati diumumkan oleh psikolog-psikolog moral itu. Sebenamya, hal ini hanya berdasarkan kepada nilai-nilai aristokratik yang telah mulai menolak bahwa dikotomi egotisme-altruisme menggantikan kesadaran manusia; dengan me 20 makai istilah-istilah saya sendiri, hal ini merupakan sekelompok naluri yang saat ini sedang mempertahankan dirinya sendiri. Kelak, sekilas hal ini menyangka bahwa naluri ini mengasumsikan pengaruh tersebut karena ia dapat mereduksikan seluruh valuasi-valuasi moral kepada dikotomi itu — seperti sedang terjadi di seluruh

Eropa, tempat prasangka menyejajarkan istilah-istilah moral, altruistik dan keadilan telah diasumsikan sebagai kekuatan obsesif dari sebuah idée fixe, ide mutlak.

III Agak terpisah dari fakta bahwa hipotesis tentang asal-usul pertimbangan nilai baik ini tak dapat dipertahankan secara historis, psikologinya secara naluriah lemah. Tindakan-tindakan altruistik sebenamya ditujukan untuk pendayagunannya, namun alasan yang sebenarnya ini sekarang telah terlupakan — sehingga tuntutan itu hilang. Bagaimana sebuah kelupaan dapat dibayangkan? Apakah pernah ada satu titik dalam sejarah bahwa tindakan-tindakan semacam itu kehilangan pendayagunaannya? Agak bertolak belakang, pada setiap zaman, pendayagunaan ini telah jelas merupakan suatu hal yang sudah dipadatkan berkali-kali. Oleh sebab itu, selain menjadi terlupakan, hal ini pasti memberikan kesan kepada dirinya sendiri tentang kesadaran dengan kejelasan yang selamanya semakin 21 bertambah. Teori yang berlawanan ini jauh lebih masuk akal, meskipun tidak perlu menjadikannya lebih nyata — teori yang dipertahankan Herbert Spencer, rnisalnya, yang menganggap konsep baik secara kualitatif sama dengan konsep kegunaan atau practical manfaat; sehingga dalam pertimbangan-pertimbangan baik dan buruk, kemanusiaan konon telah menghitung dan mengizinkan secara pasti pengalaman-pengalamannya yang tak termaafkan dan tak terlupakan dari manfaat berguna dan kerusakan tak berguna. Menurut teori ini, kebaikan adalah segala hal yang selama ia telah membuktikan dirinya sendiri sebagai sesuatu yang berguna dan yang karena itu akan meletakkan tuntutan yang paling tinggi untuk dianggap berharga. Seperti yang telah saya katakan, asal dari teori ini adalah mengira, namun setidak-tidaknya, penjelasan ini merupakan konsistensi diri dan secara psikologis dapat dipertahankan dalam batas-batasnya.

IV Petunjuk terhadap penjelasan yang benar melengkapi saya lewat pertanyaan "Apa yang dikatakan oleh istilah-istilah etimologi yang selamanya berada dalam beragam bahasa itu kepada kita?" Saya melihat bahwa semua istilah tersebut menuntun kita kembali kepada transformasi konseptual yang sama. Konsep dasarnya selalu terhormat dalam arti hirarkis dan golongan. Dari ini, berdasarkan kebutuhan historis, telah berkem 22 bang konsep baik yang mencakup harga diri dari pikiran, perbedaan spiritual. Perkembangan ini sangat paralel dengan yang lain, yang akhirnya mengubah makna-makna biasa, rakyat jelata rendah ke dalam makna buruk1. Di sini kita memiliki sebuah petunjuk penting tentang asal-usul moral yang aktual; bahwa sejak lebih awal tidak disingkirkan merupakan kewajiban terhadap keterlambatan pengaruh yang mana prasangka demokratis telah menguasai seluruh investigasi dari asal-usul. Hal ini dengan sumbang mempertahankan kebenaran dengan memperhatikan wilayah-wilayah yang tampak agak objektif dari ilmu alam dan psikologi, meskipun saya tidak dapat memperluas pertanyaan itu sekarang. Sejumlah kerusakan prasangka tersebut sanggup untuk dilakukan dalam etika dan sejarah, sekali ia terbakar dengan kebencian, dengan jelas ditunjukkan oleh kasus Buckle. Di sini kita melihat pengaruh rakyat jelata terhadap pemikiran modern, yang merayap dari Inggris, meletus sekali lagi di atas tanah kelahirannya dengan segenap kegarangan dari sebuah gunung api yang berlumpur dan dengan segenap keganasan dan kefasihan lidah khas yang tajam dari gunung-gunung berapi.

V

Karena masalah kita, yang mana mungkin dengan tepat kita namakan sesuatu yang "pelan", menunjukkan dirinya sendiri kepada sekumpulan penonton yang sangat terbatas, memang meru23 pakan bagian dari minat untuk mencatat bahwa banyak kata dan akar yang mendominasi kebaikan sampai kini masih memikul arti-arti yang berdasarkan kepada tempat harga diri menganggap diri mereka sendiri sebagai yang memiliki tingkatan moral yang paling tinggi. Memang benar bahwa sering kali, mereka dengan begitu saja menggambarkan diri mereka dalam batasan-batasan kekuasan superior mereka (sebagai para pemerintah, majikan, yang berdaulat) atau batasan-batasan lainnya dari tanda-tanda yang tampak pada superioritas mereka, misalnya sebagai orang kaya, para pemilik (hal ini merupakan arti dari kata arya, dan terdapat istilah-istilah yang berhubungan dalam bahasa-bahasa Iran dan Slavia); tapi juga dalam batasan-batasan dari sebuah karakter wajah yang khas, dan hal ini merupakan kasus yang kita cemaskan saat ini. Mereka membicarakan tentang diri mereka sendiri sebagai 11 yang penuh kebenaran"; yang paling teguh dalam melakukan hal ini adalah para anggota aristokrasi Yunani dengan Theognis, penyair Megarian, sebagai juru bicaranya. Kata yang mereka gunakan adalah esthlos, yang berarti orang yang ada, yang memiliki realitas kebenaran, yang nyata. Dari sebuah subjektivitas berubah jadi kebenaran kemudian menjadi kebenaran penuh. Selama fase ini, kata melengkapi shibboleth terhadap harga diri, mendeskripsikan aristokrasi, seperti yang dilihat dan digambarkan Theognis, berbeda dari rakyat jelata yang tidak jujur, sampai pada akhirnya, setelah penolakan terhadap aristokrasi, kata tetap berdiri 24 untuk harga diri spiritual, dan menjadi semakin ranum dan manis. Kata-kata kakos dan deilos (rakyat jelata, berlawanan dengan agathos) mempertegas kelemahan dan memberikan sebuah sindiran, adapun tujuan tempat di dalamnya kita harus mencari etimologi dari agathos sebuah kata yang memungkinkan lebih dari satu interpretasi. Kata Latin malus (di samping yang saya tempatkan melas) dapat merujuk manusia biasa sebagai orang yang berkulit gelap, khususnya yang berambut hitam ("hic niger est"), seperti bangsa pra-Arya penjajah tanah Italia, tercatat berbeda dengan ras penakluk baru yang berambut pirang dari warnanya. Dalam beberapa hal, Galia memperkenalkan saya dengan sebuah kasus analogi yang tepat:fin, seperti dalam nama Fingal, adalah istilah khas dari harga diri, akhirnya berarti baik, terhormat, murni, terutama berambut terang bertolak belakang dengan penduduk ash yang berkulit gelap dan berambut hitam. Bangsa Celtik juga pasti merupakan sebuah ras berambut terang; dan adalah sebuah kesalahan untuk mencoba menghubungkan wilayah orang berambut gelap yang ditemukan di atas peta-peta etnografis negara Jerman tentang garis darah bangsa Celtik, seperti yang dilakukan Virchow. Hal-hal ini merupakan peninggalan-peninggalan terakhir dari populasi pra-Arya di negara Jerman. (Sekali lagi subjek tentang ras terlihat menang, hampir di seluruh Eropa: dalam hal warna, kedangkalan tulang tengkorak, dan juga barangkali dalam naluri-naluri intelektual dan sosial. Siapa yang mengetahui 25 apakah demokrasi modem, anarkisme yang bahkan lebih menggejala, dan khususnya pilihan utama terhadap komunal itu, yang paling primitif dari seluruh bentuk sosial, yang kini terbagi oleh seluruh sosialis Eropa — apakah semua ini tidak mewakili sebuah jalan mundur, dan apakah bahkan secara psikologis, ras Arya penakluk itu tidak ditakdirkan?) Bahasa Latin bonus saya berspekulasi untuk menerjemahkannya sebagai kesatria; memungkinkan bahwa saya dijustifikasikan dalam mengasalkan kata bonus dari sebuah kata yang lebih tua, duonus (bandingkan dengan Bellum-duellum - duen-lum, yang tampak berasal dari duonus tersebut). Bonus kemudian berarti laki-laki pejuang, laki-laki pemberontak, ksatria: kini kita dapat membentuk beberapa ide dari apa, dalam Romawi kuno, yang menyusun kebaikan seorang manusia. Dan bukan tidak mungkin kata gut dalam bahasa Jerman kita merujuk kata göttlich, manusia dari ras dewa? Dan tambahan, menjadi identik dengan istilah rasial, lebih awal juga merupakan sebuah istilah tentang tingkatan, Goth? Argumen-argumen saya dalam mendukung asumsi ini tidak berada di sini.

IV Bersyukur bahwa supremasi politik selalu memberikan kebangkitan terhadap makna-makna supremasi spiritual, ia pada mulanya tidak menciptakan kesulitan-kesulitan (meskipun kesulitan-kesulitan ini mungkin muncul belakangan). 26 bila kasta yang memimpin juga merupakan kasta suci dan memilih untuk mengkarakterisasikan dirinya sendiri lewat sebuah istilah yang mengingatkan kita terhadap fungsi sucinya. Dalam konteks ini, kita berhadapan untuk pertama kalinya dengan konsep-konsep murni dan tidak murni yang berlawanan satu sama lainnya sebagai tanda dari golongan, dan di sini juga baik dan buruk sebagai batasan-batasan yang tidak lagi mengacu pada golongan, berkembang jauh ke belakang. Meskipun demikian, pembaca harus berhati-hati terhadap anggapan murni dan tidak murni dalam sebuah rasa yang sangat luas atau dalam simbolis: seluruh ide dari manusia kuno dipahami dalam suatu rasa yang sangat teramat kasar, sempit, dangkal dan non-simbolis dibandingkan dengan kemampuan kita untuk membayangkan saat ini. Manusia murni adalah terutama orang yang membersihkan dirinya sendiri, yang menolak untuk memakan makanan-makan an tertentu yang mengakibatkan penyakit-penyakit kulit, tidak tidur dengan perempuan-perempuan jelata yang kotor, yang menjaga darahnya dalam kebencian — tegasnya lebih daripada itu. Pada saat yang bersamaan, diberikan alam yang luar biasa dari seorang aristokrasi suci, sehingga menjadi jelas mengapa pertentangan-pertentangan nilai akan segera melebur dan menjadi keburukan yang berbahaya; dan sesungguhnya kecenderungan antara pertentangan-pertentangan itu telah membuka 27 ketakterhinggaan antara manusia dengan manusia, melewati tempat yang bahkan pemikiran bebas dari seorang Achilles tak akan dapat melompat tanpa sebuah getaran. Dari awal sekali telah terdapat sesuatu yang tak sehat tentang aristokrasiaristokrasi suci tersebut, tentang cara hidup mereka, yang berpaling dari aksi dan berayun diantara ledakan-ledakan kegelapan dan emosional: sebuah cara hidup yang mungkin tampak sebagai tanggung jawab bagi pendeta-pendeta yang dalam keadaan sakit dan gila dari seluruh periode. Ketak kita salah dalam mempertahankan bahwa kesembuhan-kesembuhan yang telah mereka kembangkan terhadap penyakit-penyakit yang mereka derita telah terbukti seratus kali lebih berbahaya dibandingkan dengan penyakit itu sendiri. Kemanusiaan masih menderita akibat hasil dari kesembuhan-kesembuhan suci tersebut. Pikirkan, misalnya, dari sejumlah bentuk diet (berpantang dari daging), puasa, pengekangan nafsu seksual, melarikan "ke gurun"; pikirkan tentang seluruh metafisika anti-sensual dari para pendeta, manfaat bagi kesempurnaan pasif dan palsu; tentang hipnotis yang didorong oleh contoh dari para fakir dan brahmana, di mana sebuah tombol kaca dan sebuah idée fixe, ide pasti menggantikan Tuhan. Dan yang terakhir, diatas segalanya ini, datang kemewahan seperti saat ini, serentak dengan obat radikalnya, ketiadaan — ataupun Tuhan, karena hasrat terhadap sebuah penggabungan 28 mistis dengan Tuhan adalah tak lain daripada hasrat Budha untuk menceburkan dirinya sendiri ke dalam nirwana. Di tengah-tengah para pendeta, segalanya menjadi lebih berbahaya, bukan penyembuhan dan kepastian saja tetapi juga arogansi, keinginan balas dendam, bijaksana, resah, cinta, hasrat terhadap kekuasaan dan penyakit. Dalam seluruh keadilan ini harus ditambahkan, bagaimanapun juga, bahwa hanya di atas tanah ini, tanah yang tak kekal dari eksistensi suci, apakah manusia telah mampu berkembang menjadi suatu mahkluk yang menarik; bahwa hanya di sini, apakah pikiran manusia baik yang tulus maupun jahat telah tumbuh; dan memang dalam kedua rasa hormat ini, akhirnya, bahwa manusia telah membuktikan superioritas dirinya diatas mahkluk ciptaan yang lain.

VII

Mulai sekarang, pembaca akan mendapatkan beberapa arti mengapa secara tersurat sistem suci dari valuasi-valuasi itu dapat bercabang dari aristokrasi dan berkembang menjadi lawannya. Satu kesempatan untuk sebuah pembagian yang dilengkapi kapanpun oleh kasta pendeta dan kasta ksatria yang karena cemburu berselisih satu sama lain dan menemukan diri mereka sendiri tak mampu untuk masuk kepada batasan-batasan. Nilainilai kesopanan dan aristokrasi mengasumsikan 29 Genealogi Moral sesosok fisik yang kuat, berkembang, bahkan sangat sehat, serentak dengan seluruh kondisi yang menjamin preservasinya: pertempuran, petualangan, permainan catur, tarian, permainan-permainan perang, dan lain sebagainya. Sistern nilai dari aristokrasi suci ini terbentuk pada asumsi-asumsi yang berbeda. Semakin lebih buruk bagi mereka ketika hal ini berubah menjadi sebuah pertanyaan tentang perang! Seperti yang kita semua ketahui, para pendeta adalah musuh-musuh yang paling jahat untuk dipunyai — bagaimana mungkin ini terjadi? Karena mereka yang sangat tidak berdaya. Ketidakberdayaan merekalah yang membuat kebencian mereka menjadi sangat kejam dan berbahaya, sangat berjaya dan meracuni. Para pembenci terbesar dalam sejarah — tapi juga para pembenci yang paling pintar — adalah para pendeta. Disamping kecemerlangan dari balas dendam suci, semua kecemerlangan lain menjadi semakin lemah. Sejarah manusia akan menjadi sesuatu yang tolol dan bodoh tanpa kepintaran yang dilengkapi oleh ketidaberdayaannya. Mari kita mulai dengan contoh yang paling jelas. Apapun yang telah dilakukan untuk merusak kekuasaan dan kejayaan atas bumi ini tampak biasa bila dibandingkan dengan apa yang dilakukan oleh bangsa Yahudi, bahwa orang-orang suci tersebut yang berhasil dalam membalaskan dendam diri mereka sendiri atas musuh-musuhnya dan para penindas-penindasnya dengan 30 membalikkan seluruh nilai-nilai mereka secara radikal, yakni, lewat sebuah tindakan balas dendam yang paling spiritual. Hal ini sepenuhnya merupakan sebuah strategi yang disediakan untuk orang-orang suci dalam diri di mana keinginan balas dendam itu telah musnah sangat jauh ke dalam tanah. Adalah Yahudi yang dengan ketakutan yang konsisten, berani menyingkirkan persamaan-persamaan nilai aristokrasi dari baik/ terhormat/berkuasa/ indah/bahagia/ kesayangan Tuhan dan terutama, dengan kebencian yang membara dari perendahan hak dan ketakberdayaan, bahwa "hanya orang miskin, tak berkuasa, adalah orang baik; hanya orang yang menderita, sakit dan jelek, yang benar-benar diberkati. Tapi anda yang terhormat dan berkuasa di muka bumi ini akan selamanya, menjadi yang jahat, kejam, kikir, tak beriman dan lalu yang terkutuk dan dilaknat!"... Kita tahu bahwa siapa yang telah menjatuhkan ahli waris dari pembalikan nilai-nilai Yahudi ini.... Berdasarkan kepada kebesaran dan kemalangan inisiatif yang tak terucapkan yang mana orang-orang Yahudi ditampilkan lewat deklarasi-deklarasi perang yang paling radikal. Saya berharap untuk mengulangi sebuah pernyataan yang pernah saya buat dalam sebuah konteks yang berbeda (Beyond Good and Evil), yakni, bahwa adalah orang-orang Yahudi yang memulai pemberontakan budak dalam moral; sebuah pemberontakan dengan jarak dua ribu tahun dari 31 Genealogi Moral sejarah di belakangnya, yang mana kita telah kehilangan tanda dari hari ini hanya karena ia telah sepenuhnya menang.

VIII Anda merasa sulit untuk mengerti? Anda tak punya mata untuk sesuatu yang mengambil masa dua milenium untuk menang?... Tak ada yang aneh tentang hal ini: semua perkembangan Yang lama sukar untuk dilihat dari semua sisi. Dari batang pohon balas dendam dan kebencian bangsa Yahudi — kebencian terdalam dan termulia dalam sejarah manusia, karena ia telah melahirkan tujuan-tujuan dan sebuah perangkat nilai-nilai baru — tumbuh sebuah cabang Yang sama sekali tak ada banding: sebuah cinta Yang baru, cintacinta Yang paling dalam dan paling mulia. Dari batang lain manakah cabang ini bisa tumbuh? Tapi

jangan mengira bahwa cinta ini mewakili sebuah pengingkaran dari rasa dahaga terhadap balas dendam, bahwa ia melanggar kebencian bangsa Yahudi. Tentu saja pertentangan ini benar. Cinta tumbuh dari rasa benci seperti halnya mahkota pohon, menyebar dengan jayanya dalam cahaya matahari yang paling murni, kemudian memiliki, dalam kerajaan tinggi dan bersinarnya, tujuan-tujuan yang samaan, kebesaran, godaan — Yang mana kebencian mengekor dengan menggali akar-akarnya bahkan lebih dalam ke dalam semua Yang tulus dan jahat. 32 Friedrich Nietzsche Jesus dari Nazareth, pembawa berita dari personifikasi cinta, "sang penebus", yang membawa berkat dan kemenangan kepada kaum miskin, orang sakit, para pendosa — apakah dia selain godaan dalam bentuknya yang paling muram dan tak dapat ditolak, menggiring manusia lewat sebuah jalan berliku menuju Yang secara pasti menuju arah nilai-nilai dan renovasi-renovasi terhadap tujuan bangsa Yahudi? Bukankah bangsa Israel telah, secara pasti melalui pembelokkan dari "sang penebus" ini, bangsa Israel Yang tampak antagonis dan penghancur ini, mencapai tujuan akhir dari pembalasan dendamnya yang luhur? Apakah bukan sebagai gambaran penting dari sebuah politik balas dendam yang sangat cerdas, suatu balas dendam yang berpandangan luas, bergerak di bawah tanah, perlahan dan terencana dengan hati-hati, bahwa bangsa Israel harus mengingkari instrumen nyatanya secara luas dan memakunya di kayu salib seperti layaknya seorang musuh yang harus mati, sehingga "seluruh dunia"' (artinya semua musuh bangsa Israel) mungkin dengan naifnya menelan umpan itu? Dan dapatkah orang, dengan menekankan setiap sumber daya, memukul balik sebuah umpan yang lebih berbahaya daripada ini? Apakah bisa seimbang dalam melemahkan kekuasaan memabukkan dari simbol "salib suci", paradoks yang hebat tentang seorang Tuhan yang disalib, misteri kejam yang tak terucapkan dari penyaliban 33 Genealogi Moral Tuhan demi keselamatan umat manusia? Satu hal yang pasti adalah dalam tanda ini bangsa Israel hingga kini telah memenangkan atas segalanya, nilai-nilai yang lebih terhormat.

IX Tapi apakah semua percakapan ini adalah mengenai nilai-nilai yang lebih terhormat? Mari kita hadapi fakta-fakta: rakyat telah menang atau para budak, rakyat jelata, gembala, apapun yang Anda inginkan untuk menyebut merekadan jika bangsa Yahudi yang menggiringnya, maka tak akan pernah ada bangsa manapun yang pernah memiliki misi universal di muka bumi ini. Para bangsawan adalah suatu hal dari masa lalu, dan etika dari manusia biasa adalah pemenang yang sesungguhnya. Saya tidak membantah bahwa kemenangan ini dapat dilihat sebagai semacam darah yang teracuni, karena ia telah dihasilkan dalam sebuah percampuran ras, tapi tak akan ada keraguan bahwa peracunan ini telah berhasil. 'Penebusan' dari ras manusia ini (yaitu dari para bangsawan) berada dalam jalan yang lebih baik; segalanya dengan cepat berubah menjadi Judaisme atau Kristenisasi, ataupun kerakyatan — kata tak membuat perbedaan. Perkembangan pesat dari racun ini di seluruh tubuh manusia tak dapat tinggal diam, seperti seolah-olah temponya, sekarang ia dapat berhasil diperlambat, menjadi semakin sempurna, dapat didengar dengan jelas — adalah seluruh waktu di 34 Friedrich Vietzsche dunia.... Apakah gereja masih memiliki sebuah misi penting, atau sebuah raison d'etre, alasan untuk ada? Atau dapatkah ia melakukan tanpanya? Quaeritur. Gereja akan selalu tampak lebih memperlambat daripada mempercepat kemajuan ini. Dalam kasus tertentu kita mungkin menganggapnya berguna. Tapi satu hal yang pasti, ia perlahan-lahan telah menjadi sesuatu yang kasar dan kaku, jijik terhadap sebuah kepintaran yang peka dan sebuah selera yang benar-benar modern. Setidak-tidaknya, tidakkah seharuskah ia diminta untuk memperbaiki dirinya sedikit?... Ia membuat banyak orang merasa tidak senang daripada membuat mereka tertarik.... Siapa diantara kita yang akan menjadi seorang pemikir merdeka, bila tidak untuk gereja? Apakah

gereja yang telah menghina kita, bukan racunnya?... Terpisah dari gereja, kita juga seperti racun.... Ini adalah sebuah reaksi dari seorang "pemikir merdeka" terhadap argumen-argumen saya — seorang teman yang jujur, karena ia benar-benar memiliki bukti, dan juga seorang demokrat. Dia masih menyimak saya hingga saat ini, dan tak tahan mendengarkan keterdiaman saya sementara saya mempunyai satu kesepakatan besar untuk diam dalam masalah ini.

X Pemberontakan budak dalam moral dimulai lewat kebencian yang mengubah kreatif dan melahirkan nilai-nilai — dendam terhadap wujud35 Genealogi Moral wujud yang terampas dari jalan keluar langsung dari tindakan, dibenarkan oleh sebuah balas dendam imajiner. Seluruh moralitas yang benar-benar terhormat tumbuh keluar dari pemenang pengesahan diri. Etika budak di sisi lain, diawali dengan mengatakan tidak kepada orang "luar", orang "lain", suatu yang "bukan-diri", dan tidak itu adalah seni kreatifnya. Pembalikan dari tujuan pandangan evaluasi ini, pandangan keluar tak berubah-ubah ini selain pandangan ke dalam, merupakan sebuah gambaran fundamental dari dendam. Etika budak membutuhkan sebuah suasana yang berbeda bagi awalnya dan memuji dirinya sendiri. Berbicara secara psikologis, ia menghendaki sebuah stimulus luar dengan tujuan untuk bertindak dalam cara apapun; seluruh aksinya adalah reaksi. Kebalikan adalah kebenaran dari nilainilai aristokrasi: nilai-nilai itu tumbuh dan beraksi dengan spontan, mencari ketidakcocokan mereka semata dengan maksud untuk menguatkan diri mereka sendiri, bahkan dengan lebih bersyukur dan senang. Di sini konsep-konsep negatif, merendahkan diri, rendah, buruk, kuno, pujian yang tulus terhadap kredo yang positif, intens dan bersemangat. "Kita merupakan orang-orang yang terhormat, baik, cantik, dan bahagia." "Nilai-nilai aristokrasi akan berlangsung tidak benar dan melakukan kekerasan terhadap realitas, tapi hal ini hanya terjadi dengan mengacu kepada suasanasuasana yang mana tidak mereka pahami dengan 36 baik, atau dari pengetahuan tentang sesuatu yang mereka dengan keras mereka jaga diri mereka sendiri: kehendak aristokrat, pada kesempatan, salah mempertimbangkan sebuah suasana yang mana ia berpegang dalam penghinaan, suasana dari manusia biasa, rakyat. Di sisi lain, kita harus ingat bahwa emosi terhadap penghinaan, melihat ke bawah, dimungkinkan bahwa ia berisi kepalsuan-kepalsuan sama sekali, adalah tak dapat dibandingkan dengan kepalsuan-kepalsuan yang menekankan kebencian, keinginan balas dendam yang tak berdaya, pengaruh-pengaruh terhadap lawannya, meskipun hanya di dalam peta. Dalam segenap penghinaan terdapat begitu banyak kebetulan dan ketiadaan tantangan, terlalu banyak kebutaan-kebutaan dari fakta-fakta dan ketidaksabaran, dan terlalu banyak kegembiraan lahiriah karena ia pernah mengubah objeknya menjadi sesosok karikatur dan monster yang mutlak. Mendengar hampir seluruh kebajikan bernuansakan aristokrasi Yunani, misalnya, memasukkan semua istilah untuk orang biasa; bagaimana emosi-emosi dari kasihan, pertimbangan, kepuasan, mantel, gula, kata-kata ini sampai, pada akhirnya, hampir semua istilah yang mengacu kepada manusia biasa yang bertahan hidup sebagai ekspresi-ekspresi untuk "ketidakbahagiaan", "patut dikasihani" (bandingkan dengan deilos, deilaios, poneros, machtheros, dua yang terakhir dari yang sepatutnya mengkarakterisasikan manusia 37 Genealogi Moral biasa sebagai seorang yang membanting tulang dan hewan beban): bagaimana, pada sisi lain, kata-kata buruk, rendah, tidak bahagia, telah berlanjut untuk memukul sebuah nada yang sama bagi telinga bangsa Yunani dengan warna suara "tidak bahagia" yang lebih berat. "Keturunan baik" benar-benar merasa bahwa mereka juga "berbahagia". Mereka tidak harus membangun kebahagiaan mereka dengan dibuat-buat dengan melihat kepada musuh-musuh mereka, seperti halnya semua manusia rendahan yang tidak akan melakukannya dan menjadi sepenuhnya aktif, orangorang yang energik, mereka tidak mampu memisahkan

kebahagiaan dari tindakan. Mereka menganggap aktivitas adalah sebuah bagian penting dari kebahagiaan (yang menjelaskan asal-usul dari frase eu prattein). Semua ini berada dalam keadaaan yang sangat kontras terhadap apa yang disebut kebahagiaan ditengah-tengah ketidakberdayaan dan penindasan, yang merupakan sebotol penuh agresi. Kebahagiaan mereka pasif secara murni dan mengambil bentuk dari ketenangan yang memabukkan, meregang dan menguap, damai, "Sabbath", kemalasan emosional. Oleh karena yang terhormat hidup berdasarkan kesadarannya sendiri dengan keyakinan dan keterusterangan (gennaïos, "golongan terhormat" mengutamakan nuansa "kebenaran" dan barangkali juga "ketulusan hati"), orang yang mendendam tidaklah 38 Friedrich Nietzsche berterus terang ataupun bertulus hati atau jujur maupun terbuka terhadap dirinya sendiri. Jiwanya mengintai; pikirannya mencintai persembunyian, jalan-jalan rahasia dan pintu-pintu belakang; segala yang tersembunyi tampak baginya sebagai dunianya, keamanannya, kenyamanannya; dia sangat ahli dalam diam, dalam kenangan yang panjang, dalam penantian, dalam penyimpangan diri sementara dan dalam merendahkan diri. Suatu ras dari sebagian besar manusia akan pada akhirnya, secara tak terelakkan menjadi lebih pintar dibandingkan dengan sebuah ras aristokrat dan akan menghormati kecendekiawanan lebih daripada sebuah tingkat yang sangat lebih tinggi, misalnya, sebuah kondisi yang secara mutlak penting bagi eksistensinya. Diantara yang terhormat, ketajaman mental cenderung selalu sedikit menawarkan kemewahan dan kesempurnaan yang berlebihan. Faktanya adalah bahwa bersama mereka, ia lebih sedikit penting daripada manfaat sempurna dari memerintah, naluri-naluri yang tak sadar atau bahkan sejumlah keberanian yang berlebihan untuk mengikuti hasrat-hasrat mendadak, bahaya yang diundang ataupun pancaran kuat yang memanjakan dari kemarahan kasar, cinta, pemujaan, rasa syukur atau dendam. Ketika seorang yang terhormat merasakan, ia terserap dalam reaksi instannya dan oleh sebab itu tidak meracuninya. Terlebih lagi, dalam kasus-kasus yang tak terhitung di mana kita mungkin mengha39 Genealogi Moral rapkannya, tetapi hal ini tak akan pernah muncul, sementara dengan rakyat yang lemah dan tak berdaya hal ini terjadi tanpa gagal. Ini adalah sebuah tanda dari kekuatan, temperamen-temperamen yang kaya, yang mereka tidak dapat untuk selamanya menganggap secara serius musuh-musuh mereka, kemalangan-kemalangan mereka, perbuatan-perbuatan jahat mereka; karena beberapa karakter mempunyai di dalam mereka sebuah ekses dari kekuasaan plastis, yang dapat menyembuhkan, dan juga sebuah kekuasaan tentang kelalaian. (Sebuah contoh modern yang bagus dari yang terakhir adalah Mirabeau, orang yang mengunci semua kenangan terhadap penghinaan-penghinaan dan hal-hal yang tidak baik yang terjadi padanya, dan tidak mampu untuk memaafkannya karena dia telah melupakannya). Seorang manusia yang dengan mudah menyingkirkan kutu yang dapat berada di bawah kulit orang lain — dan hanya di sini, jika di manapun di muka bumi, mungkinkah berbicara tentang “mencintai musuh seseorang". Orang yang terhormat akan menghargai musuhnya, dan menghargai sudah merupakan sebuah jembatan menuju cinta.... Sesungguhnya dia memerlukan musuh untuk dirinya sendiri, sebagai tandanya terhadap perbedaan, atau bahkan dapatkah dia mentolerir musuh lain daripada dalam diri seseorang yang dia temukan tak ada yang dipandang rendah atau setidaknya untuk direndahkan. Bayangkan, di sisi 40 lain "musuh" digambarkan lewat manusia pendendam! Karena hal ini adalah pencapaian kreatif nyatanya: dia telah menggambarkan "musuh jahat", Sang Iblis, sebagai sebuah ide fundamental, dan kemudian* sebagai sebuah perhiasan yang digambarkannya sebagai "Si Baik" yakni — dirinya sendiri.

XI Lawan mutlak adalah kebenaran dari pikiran terhormat, yang secara spontan menciptakan makna baik, dan kelak terbit darinya konsep tentang keburukan. Betapa tidak serasi kedua konsep ini kelihatannya,

ditempatkan bersebelahan: keburukan dari asal-usul terhormat, dan kejahatan yang telah muncul keluar dari kawah kebencian yang tak padam! Yang pertama adalah sebuah efek samping, sebuah warna komplementer, hampir merupakan sebuah refleksi; yang kedua adalah permulaan, tindakan kreatif original dari etika budak. Tapi kedua-duanya bukan merupakan konsepsi tentang kebaikan yang sama dalam kedua kasus ini, ketika kita segera tahu saat kita bertanya pada diri kita sendiri siapa ia yang sesungguhnya jahat berdasarkan kode kebencian. Jawabannya adalah: tentu saja yang baik dari kode berlawanan, yaitu yang terhormat, yang berkuasa — hanya diwarnai, direinterpretasikan, .dipertimbangkan kembali oleh mata beracun dari 41 Genealogi Moral kebencian. Dan kita yang pertama mengakui bahwa siapapun yang memahami "kebaikankebaikan" ini hanya sebagai musuh-musuh akan menemukannya sebagai musuh-musuh yang benar-benar jahat. Bagi manusia yang sama ini yang berada di tengah-tengah diri mereka sendiri, secara sangat kuat dipaksa oleh adat istiadat, pemujaan, ritual, rasa syukur dan lewat pengawasan dan rasa cemburu yang berbalas-balasan, orang yang sangat besar sumber tenaganya dalam pertimbangan, kelembutan, kesetiaan, harga diri dan persahabatan, ketika sekali mereka melangkah keluar lingkaran, mereka menjadi sedikit lebih baik dibandingkan dengan hewan pemangsa yang tidak mempunyai kandang. Sekali berpesiar ke dalam dunia liar, mereka akan bersenang-senang dalam kebebasan dari pemaksaan sosial dan membenarkan pembatasan panjang mereka dalam ketenangan komunitas mereka sendiri. Mereka kembali kepada keluguan binatang-bintang liar kita dapat membayangkan mereka berpaling dari sebuah pesta pembunuhan, pembakaran, pemerkosaan, penyiksaan dan sorak-sorai dan damai dengan diri mereka seolah-olah mereka telah mempercayai sebuah senda gurau bersahabat — terlebih lagi meyakini bahwa para penyair telah sejak Ian-ia datang akan memiliki sesuatu untuk dilantun dan dipuji. Dalam diri semua ras yang terhormat ini, mengintai hewan pemangsa, gemar merampas dan menaklukkan. Dorongan 42 hati tersembunyi ini telah terpuaskan dari masa ke masa, binantang buas dibiarkan tersesat dalam keliaran. Hal ini juga terjadi pada harga diri bangsa Roma, Arab, Jerman, Jepang seperti juga halnya dengan para pahlawan Homeric dan Viking Skandinavia. Ras-ras terhormat itu telah meninggalkan jejak dalam perahu mereka slogan "orang barbar" di mana-mana. Dan bahkan kebudayaan tertinggi mereka menunjukkan sebuah ancaman dari sifat ini dan sebuah harga diri tertentu di dalamnya (seperti yang kita tahu, misalnya, dalam orasi pemakaman yang terkenal dari Pericles, ketika ia berkata kepada rakyat Athena: "keberanian kita telah memberikan kita kemudahan terhadap setiap tanah dan lautan, dan membangun monumen-monumen untuk dirinya demi kebaikan dan keburukan"). "Keberanian" dari ras-ras terhormat ini, sangat keras kepala, absurd, tak dapat dikira-kira, tiba-tiba, mustahil (Pericles memuji rakyat Athena terutama untuk rathumia-nya), ketidakacuhan sama sekali mereka terhadap keselamatan dan kenyamanan, kesenangan mereka yang mengerikan dalam pengrusakkan, selera mereka terhadap kekerasan — semua sifat ini diwujudkan oleh korban-korban mereka dalam citra "orang barbar", "musuh jahat", Goth atau Vandal. Kecurigaan mendalam dan tidak bersahabat yang dibangkitkan bangsa Jerman secepat ia mengasumsikan kekuasaan (kita melihatnya terjadi lagi saat ini) mendengarkan kembali kepada horor 43 Genealogi Moral yang berkeras hati dengan yang mana Eropa selama berabad-abad menyaksikan kemarahan dari Teutonik, binatang buas berambut pirang (meskipun semua hubungan rasial antara sukusuku Teutonik kuno dengan suku-suku kita telah musnah). Saya pernah sekali menaruh perhatian pada Hesiod yang membingungkan pasti telah merasa ketika dia mencoba mewujudkan epos-epos kebudayaan dari umat manusia dalam masamasa emas, perak dan besi. Dia dapat mengatasi kesukaran dengan kontradiksi-kontradiksi alamiah dalam dunia Homer, sangat mengherankan di satu sisi, sangat mengerikan dan brutal di sisi lain, hanya dengan membuat dua masa keluar dari masa yang lain dan menampilkan diri mereka dalam jajaran yang bersifat sementara: pertama, masa para pahlawan dan manusia setengah dewa dari Troya dan Thebes, seolah-olah dunia masih diingatkan oleh suku-suku terhormat yang meninggalkan

jejak leluhur mereka kepadanya; dan kedua, masa besi, yang menampilkan dunia yang sama seperti yang dilihat oleh para keturunan dari orang-orang yang telah dihancurkan, dirampas, dianiaya, dijual dalam perbudakan. Jika hal itu benar, seperti yang sedang berlangsung saat ini, bahwa arti sebenamya dari kebudayaan itu berdiam dalam kekuasaan untuk menjinakkan naluri bar manusia, kemudian kita mungkin akan dinilai dalam memandang semua kemufakatan jahat kebencian itu lewat yang mana suku-suku 44 terhormat itu dan tujuan-tujuan mereka, telah menghamparkannya sebagai instrumen-instrumen nyata dari kebudayaan. Tapi hal ini masih tidak akan cukup untuk mengatakan bahwa para pen yelenggara itu sendiri mewakili kebudayaan. Terlebih, lawan mutlak akan menjadi nyata, seperti halnya yang secara jelas ditunjukkan oleh situasi yang sedang berlangsung. Kusir-kusir dari naluri-naluri bertingkat dan membalas ini, keturunan-keturunan dari para budak, dari semua bangsa Eropa dan luar-Eropa, dan terutama dari populasi pra-Arya, mewakili kemunduran manusia secara mencolok. Beberapa "instrumen kebudayaan" merupakan sebuah aib bagi manusia dan secara bersamaan menciptakan satu kecurigaan budaya. Seseorang mungkin dinilai dalam rasa takut binatang buas yang mengintai dalam seluruh ras yang terhormat dan menjadi penjaga seseorang melawannya, tapi siapa yang seribu kali tak akan lebih memilih rasa takut ketika ia ditemani dengan penghormatan terhadap keamanan yang ditemani oleh pandangan jijik dari kemurtadan, kekerdilan dan degenerasi? Dan bukankah ini yang kelak menjadi dilema kita hari ini? Apa yang diperhitungkan oleh rasa jijik kita terhadap manusia — karena tak ada pertanyaan apakah ia membuat kita menderita? Tentu saja bukan rasa takut kita terhadapnya, bahkan fakta bahwa tak ada lagi sesuatu yang akan takut darinya; bahwa "kutu" manusia -menempati seluruh 45 Genealogi Moral panggung; bahwa, dengan rasa tak berdaya, kurang berharga yang diharapkan dan kepa hitan, dia menganggap dirinya sendiri sebagai puncak dari evolusi sejarah; dan tidak dengan seluruhnya tanpa keadilan, karena dia masih merupakan sesuatu yang dipindahkan kembali dari kumpulan mahkluk-mahkluk gila dan lemah, yang saat ini kepadanyalah Eropa sudah mulai mencium bau busuk. XII Di sini saya bermaksud membentangkan sebuah tanda dan sebuah harapan terakhir. Tepatnya yang dimaksud itu adalah bahwa saya, khususnya, tidak dapat mentolerir; bahwa saya tidak mampu mengatasi; sesuatu yang menyongsong saya? Sebuah bau busuk. Bau busuk kegagalan, dari sebuah jiwa yang telah menjadi basi. Tuhan mengetahui bahwa memang mungkin untuk membiarkan segala macam penderitaan -cuaca jahat, penyakit, masalah, isolasi. Semua ini akan dapat diatasi dengan, jika seseorang dilahirkan untuk sebuah kehidupan yang bersifat anonim dan pertempuran. Akan selalu ada peristiwaperistiwa kembali ke cahaya, ketika seseorang merasakan jaman keemasan dari kemenangan dan sekali lagi berdiri tegak dan tak tergoyahkan, siap untuk menghadapi bahkan hal-hal yang paling keraspun, seperti sebuah busur meregang melawan bahaya-bahaya baru. Tapi, Anda adalah dewa yang tak bertuan — jika terdapat beberapa 46 dalam kerajaan di luar jangkauan baik dan jahat -yang menganugerahkan saya saat ini dan sekali lagi tanda dari sesuatu yang sempurna, sepenuhnya tercapai, bahagia, pemenangan agung, sesuatu yang masih mampu menginspirasikan rasa takut! Demi seorang manusia yang akan menilai eksistensi umat manusia, demi kepentingan siapa saja seseorang akan terus yakin terhadap umat manusia!... Peningkatan dan penurunan dari manusia Eropa adalah bahaya terbesar kita; karena tanda darinya membuat kita tidak mempunyai harapan.... Kita tidak lagi melihat sesuatu pada saat-saat sekarang yang diaspirasikan untuk tumbuh menjadi lebih besar; sebaliknya, kita memiliki sebuah kecurigaan bahwa hal-hal ini akan terus menuruni bukit, menjadi lebih ramping, lebih mudah, lebih cerdas, lebih tenang, lebih biasa, lebih berbeda,

lebih Cina, lebih Kristen — tanpa ragu bahwa manusia telah menjadi "lebih baik" sepanjang masa.... Hal ini adalah dilema Eropa yang sebenarnya: bersama dengan ketakutan manusia, kita juga telah kehilangan cinta terhadap manusia, penghargaan terhadap manusia, kepercayaan dalam manusia, bahkan kehendak menuju manusia. Saat ini tanda manusia membuat kita tidak memiliki harapan. Apakah nihilisme itu saat ini jika bukan hal itu? XIII Tapi kembali kepada masalah: pertanyaan kita tentang asal-usul dari makna lain dari kebaikan, seperti yang dibayangkan oleh kemarahan, 47 menuntut untuk dilengkapi. Tak ada yang lebih aneh daripada tentang domba-domba yang tidak menyukai burung-burung pemangsa, tapi tak ada alasan untuk mempertahankannya melawan burung-burung besar pemangsa karena mereka menggondol domba-domba. Dan ketika domba-domba itu berbisik di tengah-tengah mereka sendiri, "Burung-burung pemangsa ini adalah iblis, dan bukankah ini memberikan kita sebuah hak untuk berkata bahwa apapun lawan burung pemangsa adalah pasti yang baik?" secara naluriah tak ada yang salah pada sebuah argumen semacam itu — meskipun burung-burung pemangsa akan melihat kepada sesuatu dengan rasa ingin tahu dan berkata, "Kami tak bermaksud apapun melawan domba-domba yang baik ini; sesungguhnya, kami mencintai mereka; tak ada rasa yang lebih baik dibandingka dengan seekor domba yang lembut." Mengharapkan bahwa kekuatan tidak akan memanifestasikan dirinya sendiri sebagai kekuatan, sebagai sebuah hasrat untuk menyongsong, mendekat, memiliki musuh-musuh, rintangan dan kemenangan, adalah sesuatu yang agak seabsurd mengharapkan bahwa kelemahan akan memanifestasikan dirinya sendiri sebagai kekuatan. Sebuah kuantum dari kekuatan sama dengan sebuah kuantum dari nasihat, keinginan, aktivitas dan hal ini hanya merupakan jebakan bahasa (dari panah kepalsuan terhadap alasan yang menakutkan dalam bahasa), menampilkan 48 semua aktivitas seperti yang dikondisikan oleh sebuah perantara subjek" — yang membutakan kita terhadap fakta ini. Karena, tepat seperti makna popular yang salah, yang memisahkan cahaya dari kecemerlangannya, melihat yang terakhir sebagai sebuah aktivitas yang subjeknya adalah cahaya, begitu juga dengan moralitas populer yang memisahkan kekuatan dari manifestasi-manifestasinya, seolah-olah ada kekuatan di belakang sebuah perantara netral, bebas untuk memanifestasikan kekuatannya atau mengisinya. Tapi tidak ada perantara semacam itu; tidak ada "wujud" dibelakang perbuatan, tindakan, menjadikan; "para pelaku" hanya dengan mudah menambahkan tindakan lewat imajinasi — melakukan adalah segalanya. Manusia biasa sebenarnya menggandakan perbuatan dengan menciptakan kilatan cahaya; dia melengkapi peristiwa yang sama, pertama sebagai penyebab dan sekali lagi sebagai sebuah efek. Para ilmuwan alam tidaklah lebih baik ketika mereka mengatakan bahwa "energi memindahkan", "energi menyebabkan". Karena semua keterlepasan dan kebebasannya dari emosi, sains kita masih merupakan kebodohan dari kebiasaan-kebiasaan linguistik; ia belum pernah melepaskan diri dari hal-hal yang menantang itu yang disebut "subjek-subjek". Atom merupakan salah satu tantangan, yang lainnya adalah teori "berpikir dalam diri sendiri" Kant. Agak mengherankan, kelak emosi-emosi yang tertekan dan terbakar dari 49 Genealogi Moral balas dendam dan kebencian telah mendapatkan keuntungan dari makna palsu ini dan sebenamya mengadopsi ketidakpercayaan secara lebih mempesonakan daripada ketika ia berada di dalam kehati-hatian dari kuat menjadi lemah, dari seekor burung pemangsa menjadi seekor domba. Oleh sebab itu mereka mengasumsikan hak untuk menyebut burung pemangsa untuk bertanggung jawab menjadi seekor burung pemangsa. Kita dapat mendengar bisikan yang menenangkan, mematahkan, kejam diantara diri mereka sendiri dengan keinginan balas dendam yang cerdik dari ketidakberdayaan, "Mari kita tidak menyerupai yang

jahat. Mari kita menjadi yang baik. Dan yang baik adalah dia yang tidak melakukan kekejaman, tidak menyerang atau memukul balik, yang menyerahkan balas dendam kepada Tuhan, yang mencintai kita, hidup bersembunyi, yang menghindari semua yang jahat, dan dengan bersamaan menuntut kehidupan yang sangat kecil — seperti kita, orang-orang yang sabar, rendah hati, adil." Bacalah dengan darah dingin, hal ini tidak berarti apa-apa melainkan "Kita orangorang yang lemah, sebenarnya, adalah lemah. Hal ini merupakan suatu yang baik karena kita tidak melakukan apa-apa yang kita tidak cukup kuat melakukannya." Tapi fakta sederhana ini, kehati-hatian dasar ini, yang bahkan dimiliki seranggaserangga (yang dalam keadaan sangat berbahaya, kematian pura-pura dengan tujuan untuk tidak 50 Friedrich Nietzsche harus "melakukan" sangat banyak) telah menipu dirinya sendiri keluar dari pakaian yang tenang, pemberitahuan yang baik, terima kasih terhadap penggandaan dari ketidakberdayaan — seolah-olah kelemahan dari yang lemah, yang merupakan esensinya, jalan alaminya menuju wujud, kesunyian dan realitas yang dapat diharapnya; merupakan sebuah tindakan spontan, sebuah tindakan yang dapat dipertanggungjawabkan. Orang semacam ini membutuhkan keyakinan dalam sebuah "subjek bebas" mampu untuk memilih secara acak, diluar dari naluri tentang preservasi diri yang secara tidak jujur menilai setiap jenis kebohongan. Akan menjadi baik bahwa hari ini subjek, atau dalam bahasa populer, jiwa, telah menjadi semakin mungkin dari seluruh artikel tentang keyakinan hanya karena ia menjadikannya mungkin bagi mayoritas umat manusia, misalnya yang lemah dan tertekan dari setiap jenis — untuk mempraktikkan keahlian yang luhur yang memberikan kelemahan penampilan dari pilihan yang bebas dan perbedaan penempatan alami dari nilai seseorang. XIV Akankah ada orang yang peduli untuk mempelajari sesuatu tentang cara dalam tempat tujuan-tujuan ini diciptakan? Apakah ada orang yang memiliki keberanian?... Baik, menyingkirlah! Ada sebuah celah yang dapat Anda lihat sekilas ke 51 Genealogi Moral dalam toko yang gelap ini. Tapi tunggu sebentar, Tuan Dungu; mata Anda harus membiasakan diri dari cahaya yang bertingkah.... Baiklah, katakan pada saya apa yang sedang terjadi di sana, teman yang nekat; sekarang saya adalah orang yang akan mendengarkan. "Saya tidak dapat melihat apapun, tapi saya lebih banyak mendengarkan. Ada sebuah bisikan lembut, hati-hati dalam setiap simpang dan sudut. Saya memiliki sebuah pengertian bahwa orang-orang itu berbohong. Semua suara manis dan lembut. Tak diragukan bahwa Anda benar; mereka sedang mengubah kelemahan menjadi nilai yang baik." "Teruskan". "Ketidakberdayaan, yang tidak dapat membalas dendam kepada keramah-tamahan; kepengecutan terhadap kemanusiaan; takluk dihadapan mereka-mereka yang membenci pada kepatuhan terhadap Seseorang yang kepadanya mereka mengatakan bahwa dia telah memerintahkan penaklukan ini — mereka menyebutnya Tuhan. Ketidakberbahayaan dari yang lemah, ketakutannya, kemutlakkannya berdiri dan menunggu di muka-muka pintu, diwujudkan dengan memberikan gelar-gelar kehormatan seperti misalnya kesabaran: menjadi tidak mampu untuk membalas dendam diri yang disebut untuk menjadi tidak berkeinginan untuk membalaskan dendam diri — bahkan memaafkan ("Karena mereka tidak tahu 52 Friedrich Nietzsche apa yang mereka lakukan — kita sendiri tahu apa yang mereka lakukan"). Juga ada beberapa pembicaraan tentang mencintai musuh seseorang — disertai oleh banyak keringat.

"Teruskan". "Saya yakin mereka cukup menderita, semua pembisik dan pemalsu picik ini, bahkan meski mereka rapat terhimpit kepanasan. Tapi mereka mengatakan kepada saya bahwa penderitaan yang amat sangat ini merupakan tanda dari kepe milihan mereka oleh Tuhan, bahwa bila satu or ang memukul anjing, maka yang lain akan lebih menyayangi anjing tersebut, bahwa penderitaan ini barangkali juga merupakan sebuah persiapan, sebuah ujian, semacam pelatihan, bahkan mung kin lebih dari itu: sesuatu untuk hal-hal yang se sungguhnya akan mereka dibenarkan dengan mi nat yang luar biasa — terhadap emas? Bukan, da lam kegembiraan. Mereka menyebutnya kebahagiaan." "Teruskan". "Sekarang mereka menceritakan kepada saya bahwa mereka bukan hanya lebih baik bila dibandingkan dengan kekuatan apapun di muka bumi ini, siapa yang memiliki air liur akan mereka jilat (bukan dari rasa takut — tidak sama sekali — tapi karena Tuhan memerintahkan kita untuk menghormati para junjungan kita), tapi mereka bahkan lebih berbahagia, atau setidaknya mereka akan lebih berbahagia suatu hari nanti. Tapi saya 53 Genealogi Moral memiliki semua yang dapat saya mengerti. Baunya terlalu menusuk bagi saya. Toko ini, tempat mereka menciptakan tujuan-tujuannya, tampak bagi saya sebagai bau dari kebohongan-kebohongan. "Tapi sebentar. Anda belum menceritakan kepada saya tentang perbuatan terbesar dari para penyihir ilmu hitam ini, yang tercebur ke bawah susu putih dari 'keramah-tamahan-cinta' dari seluruh jenis dunia hitam. Tidakkah Anda memperhatikan sulap mereka yang paling sempurna, tipuan mereka yang paling lancang, paling halus, paling cemerlang. Perhatikan saja! Kutu-kutu ini, penuh dengan kebencian untuk membalas dendam, apakah mereka mabuk karena racun-racun mereka sendiri? Pernahkah Anda mendengarkan apa maksud dari balas dendam dan benci ini? Dapatkah pernah Anda menebak, jika anda hanya menyimak kata-kata mereka, bahwa semua hal ini merupakan manusia-manusia yang memecah dengan kebencian?" "Saya mengerti apa yang Anda maksudkan. Saya akan membuka telinga saya lagi dan menutup hidung saya. Sekarang saya dapat memahami apakah mereka tampak telah mengatakan semuanya selama ini: 'Kami, orang-orang baik, juga merupakan orang-orang yang adil'. Mereka menamakan sesuatu yang mereka cari bukan sebagai sebuah retribusi melainkan kemenangan dari keberhasilan; sesuatu yang mereka benci bukanlah 54 Friedrich Nietzsche musuh mereka, sama sekali tidak, mereka membenci ketidakadilan, ketidakberimanan; sesuatu yang mereka harapkan dan yakini adalah bukan balas dendam, rasa senang dari balas dendam ('lebih manis daripada madu', seperti yang dikatakan Homer) tapi 'kemenangan dari Tuhan', yang adil, ,melebihi ketuhanan'; apa yang tertinggal pada mereka untuk dicintai di muka bumi ini adalah bukan terhadap saudara-saudara dalam benci mereka, tapi terhadap apa yang mereka sebut "saudara dalam cinta" — semua yang merupakan orang-orang baik dan adil."

"Dan apakah mereka benar-benar menamakan sesuatu yang melindungi mereka dalam seluruh penderitaan mereka — ruh mereka dari kebahagiaan masa depan? "Apakah saya mendengarkan dengan benar? Mereka menyebutnya Hari Pembalasan, datangnya kerajaan mereka, 'kerajaan Tuhan'. Sementara itu mereka hidup dalam 'keyakinan', dalam 'cinta' dan dalam 'harapan'. "Cukup! Saya telah cukup mendengarkannya." XV Berjuang dalam apa? Mencintai untuk apa? Berharap dari apa? Tak akan dapat diragukan bahwa orang-orang yang lemah ini, juga menginginkan sebuah kesempatan untuk menjadi kuat, untuk memiliki datangnya kerajaan mereka. Mereka 55 Genealogi Moral dengan sederhana menyebutnya kerajaan Tuhan sungguh kerendahan hati yang mengagumkan! Tapi dengan maksud untuk memiliki pengalaman tersebut, seseorang harus hidup dalam waktu yang sangat lama, berada di luar jangkauan kematian; seseorang harus memiliki kehidupan abadi untuk memberikan dirinya sendiri kepada kehidupan fana dari keyakinan, cinta, dan harapan. Memberikan untuk apa dan dengan maksud apa?... Tampak bagi saya bahwa Dante telah mempercayai sebuah perbuatan tolol yang berbahaya, ketika dengan kenaifan yang mengacaukan, dia meletakkan di atas pintu gerbang neraka tulisan: "Saya, juga merupakan makhluk cinta abadi." Dalam beberapa hal, tulisan di atas pintu gerbang firdaus Kristen, dengan kebahagiaan abadinva, akan lebih layak dibaca sebagai, "Saya, juga merupakan makhluk kebencian abadi" — dilengkapi bahwa adalah layak untuk menempatkan sebuah kebenaran di atas gerbang daripada sebuah kebohongan. Karena dalam bentuk apakah tepatnya kebahagiaan dari firdaus itu terbuat? Dari sekarang kita mungkin telah menebak, tapi masih tetap lebih baik untuk memiliki sesuatu yang dijamin terhadap kita oleh sebuah otoritas yang kompeten dalam masalah-masalah ini, Thomas Aquinas, guru besar dan santo. Beati ini regno coelesti, katanya, rendah hatilah seperti seekor domba, videbunt poenas domnatorum, ut beatitudo illis magis complaceat. Atau, bila para pembaca 56 Friedrich Nietzsche lebih menyukainya, ini adalah perasaan yang sama dengan kuat yang diekspresikan oleh seorang pemenang, Bapak Gereja (Tertullian) yang berharap dengan menasehati para pengikut Kristennya untuk menghindar dari kekejaman pertunjukan-pertunjukan publik yang menyesatkan — atas dasar apa? "Perjuangan kita menawarkan yang lebih banyak kepada kita, "tulisnya dalam De Spectaculis, hal. 29 dst.," dan sesuatu yang sangat lebih kuat." Setelah menebus, kegembiraan dari jenis yang agak berbeda adalah milik kita. Kita telah menjadi martir selain para atlet. Jika kita memohon darah, maka kita mendapatkan darah Kristus.... "Tapi pikirkan apa yang akan menanti kita pada hari kemenangan kita!" Dan mimpi gembira ini berlanjut: "Ya, dan masih ada menyusul pertunjukan-pertunjukan lain -yang terakhir ini adalah Hari Perhitungan, Hari yang tidak pernah dipercayai oleh orang-orang selain bangsa Yahudi untuk datang, Hari yang mereka tertawakan, ketika dunia yang tua ini dan semua generasi ini akan dibakar dalam satu pembakaran. Betapa maha besar pertunjukan pada hari itu dan betapa luasnya! Pandangan apa yang akan membangunkan saya dari ketakjuban ini, apakah tawa saya, keriangan saya dan kegembiraan ketika saya menyaksikan raja-raja itu, rajaraja besar itu, menyambut (telah diceritakan kepada kita) ke dalam surga, bersama dengan Jove, bersamadengan orang-orang yang telah mence 57 Genealogi Moral

ritakan tentang leluhur mereka, mengeluh dalam kedalaman dari kegelapan! Dan para pembesar peradilan yang menuntut nama Jesus, dicairkan dalam nyala api yang lebih hebat daripada yang pernah mereka nyalakan dalam kemarahan melawan Kristen! Juga, orang-orang bijak, para filsuf menjadi merah menyala di hadapan para pengikut mereka seperti mereka menyala bersama-sama, para pengikut yang berpikir bahwa Tuhan tidak berarti apa-apa, bahwa manusia sama sekali tidak mempunyai jiwa, yang mereka tidak pernah kembali ke tubuh-tubuh mereka! Dan lalu, para penyair gemetar di depan kursi perhitungan, bukan kursi Rhadamanthus, bukan kursi Minos, melainkan kursi Kristus, orang yang tidak pernah mereka lihat untuk mengenalnya! Dan akan ada aktor-aktor tragis untuk didengarkan, lebih keras dari tragedi mereka sendiri; dan para pemain untuk disaksikan, lebih luwes bagian dari anggota tubuh yang tercerai-berai dengan pasti di dalam api; dan kemudian para sais kereta perang untuk ditonton, seluruh tubuh mereka merah di dalam kereta dari api; dan berikutnya, para atlet akan direnungkan, bukan dalam gymnasium mereka tapi dibanting ke dalam api -setidaknya begitulah, bahkan saya nanti tidak mengharapkan untuk melihat mereka, dalam hasrat saya terlebih kepada membelokkan renungan yang tak dapat dikenyangkan atas mereka yang melepaskan kemarahan dan kekesalan mereka kepada Tuhan. 58 Friedrich Nietzsche "Dialah, "saya katakan," putra tukang kayu atau perempuan sundal, (Tertulllian, di sini menirukan wacana Yahudi, seperti yang ditunjukkan oleh apa yang dengan cepat diikuti seperti halnya istilahnya untuk ibu Jesus, yang terdapat dalam Talmud.), pematah Sabbath, Samaritan, yang memiliki seo rang iblis. Dialah, yang kamu bawakan dari Ju das; dialah yang telah dipukul dengan buluh dan kepalan tangan; dikotori dengan ludah, diberi em pedu dan cuka untuk diminum, bahwa mungkin akan dikatakan bahwa dia telah bangkit — jika ti dak adalah tukang kebun yang memindahkannya kembali, agar tanaman seladanya jangan sampai terinjak-injak oleh para pengunjung! Tanda-tan da, kegembiraan-kegembiraan — ketua peradilan, konsul, quaestor, pendeta, apakah mereka pernah memberikanmu ganjarannya? Dan kelak semua ini, dalam beberapa jenis, digambarkan lewat keyakinan dalam imajinasi terhadap ruh. Tapi apakah hal-hal itu yang tidak dilihat mata apa pun atau tidak didengar telinga, atau yang pernah masuk ke dalam hati manusia (I Cor 2:9)? Sesuatu dari kegembiraan yang lebih besar daripada sirkus, teater, maupun amphiteater, atau dari stadium manapun, saya yakin.2 per fidem: begitulah yang tertulis. XVI Mari kita simpulkan. Dua perangkat dari nilai nilai: baik/buruk dan baik/jahat, telah menjalankan 59 Genealogi Moral sebuah pertempuran yang mengerikan di muka bumi ini, melewati beberapa milenium; dan tepat seyakin perangkat kedua yang telah sejak lama hingga sekarang memiliki leluhur, maka sudah tentu masih terdapat tempat-tempat di mana pertempuran itu berlangsung dan isu-isu tetap berada dalam keadaan yang tidak menentu. Bahkan mungkin dikatakan bahwa dengan wujud yang dibangkitkan ke sebuah dataran yang lebih tinggi, pertempuran telah menjadi semakin lebih mendalam. Barangkali suatu hari nanti tidak akan ada

satupun intelektual yang menghargai jerih payahnya yang tidak terbagi atas isu tersebut, sebuah tanah pertempuran bagi lawan-lawannya. Kata-kata kuncinya adalah pertempuran, tertulis dalam karakter-karakter yang masih dapat dibaca di seluruh sejarah manusia, baca: "Roma versus Israel, Israel versus Roma". Tak ada pertempuran yang pernah begitu dasyat dibandingkan dengan yang satu ini. Roma menganggap Israel sebagai sebuah raksasa; bangsa Romawi memandang Yahudi sebagai yang terhukum dari kebencian melawan seluruh umat manusia — dan tepatnya bila seseorang dinilai dalam gabungan antara kesejahteraan spesies manusia dengan supremasi absolut dari nilai-nilai aristokratik. Tetapi bagaimana bangsa Yahudi, dari sisi mereka, merasakan tentang Ron-ia? Seribu indikasi mengarah kepada satu jawaban. Cukup membaca sekali lagi Wahyu St. John, orang yang paling gila meluapkan keinginan 60 Friedrich Nietzsche balas dendam dalam sejarah yang tercatat. (Kita harus memberitahukan tentang konsistensi tulus dari naluri Kristen dalam menunjukkan buku terhadap kebencian ini dan merupakan titik yang paling luar biasa dari Pewarta-Pewarta kepada pengikut yang sama. Terdapat satu bagian dari kebenaran tersembunyi di sini, tidak peduli berapa banyak galian tengkorak literer yang telah hilang). Bangsa Romawi merupakan orang-orang yang paling kuat dan paling terhormat yang pernah hidup. Setiap peninggalan mereka, setiap tulisan terkecil, merupakan sebuah kenikmatan suci, memberikan kita kemampuan untuk membaca semangat dibalik penulisan. Bangsa Yahudi, sebaliknya, adalah bangsa yang paling suci, menaruh dendam par excellence, dengan sempurna, meskipun pemilik dari sebuah jenius etika yang tak tertandingi; kita hanya perlu membandingkan dengan mereka, bangsa-bangsa dari keturunanketurunan yang dapat dibandingkan seperti misalnya Cina atau Jerman, untuk rasa yang melingkupi tingkatan pertama. Apakah kemenangan begitu jauh diraih oleh bangsa Romawi atau bangsa Yahudi? Tetapi hal ini sungguh merupakan pertanyaan pasif. Ingat siapa yang sebelumnya menarik busur kepada seseorang, di Roma sendiri, ketika di belakang esensi terdapat seluruh nilai-nilai utama— dan bukan hanya di Roma tetapi hampir di separuh dunia, dimanapun manusia telah menumbuhkan rasa tak berdaya atau 61 Genealogi Moral hasrat untuk tumbuh tak berdaya: dihadapan tiga orang laki-laki Yahudi dan seorang perempuan Yahudi (Jesus dari Nazareth, Peter si nelayan, Paul si penenun permadani dan Maria, ibu Jesus). Sungguh sangat mengundang rasa ingin tahu: Roma, tanpa satu keraguan, telah menyerah. Memang benar selama Renaissance manusia menyaksikan sebuah kebangkitan yang aneh dan tenang dari tujuan klasik; seperti seseorang dibakar hidup-hidup, Roma dikemudikan di bawah tekanan dari sebuah Judais-Roma yang tampak seperti sebuah synagogue ecumeni Yahudi dan disebut Gereja. Tetapi saat ini sekali lagi Israel telah memenangkan, berkat balas dendam rakyat jelata terhadap Reformasi Jerman dan Inggris, bersamaan dengan pengesahan alaminya, restorasi dari Gereja - yang juga berarti restorasi bagi Romawi kuno terhadap makam yang tenang. Dalam sebuah nuansa yang bahkan sangat penting yang dilakukan, Israel memenangkan atas tujuan klasik lewat Revolusi Perancis. Karena kemudian politik kebangsawanan terakhir Eropa telah diketahui, dari abad ke-17 dan abad ke-18, Perancis, tumbang di bawah tekanan balas dendam nalurinaluri populer. Sebuah antusiasme yang lebih liar yang tidak pernah dilihat. Dan kelak, di tengahtengah dari semua ini, sesuatu yang mengerikan, sesuatu yang sepenuhnya tidak diharapkan terjadi: tujuan klasik kuno muncul menjelma dan dalam ketenangan yang luar biasa berada di 62 Friedrich Nietzsche depan mata dan kesadaran umat manusia. Sekali lagi, lebih kuat, lebih sederhana, lebih pasti dari yang pernah ada, menentang kebohongan semboyan terhadap hak mayoritas, melawan tendensi kemarahan terhadap pendudukan dan perendahan, terdengar mengerikan, kelak semboyan yang menarik dari "hak istimewa/ minoritas". Seperti sebuah tanda terakhir terhadap jalan alternatif Napoleon, muncul manusia-manusia yang paling terisolasi dan ketinggalan jaman, personifikasi dari tujuan terhormat. Mungkin akan lebih baik untuk memikirkan apa yang sesungguhnya diwakili Napoleon, sintesis dari kebrutalan yang lebih daripada manusia....

MI Lalu apakah semua ini telah berakhir? Apakah konflik terbesar dari tujuan-tujuan itu beku untuk selamanya? Ataukah dia hanya menggantung dengan tidak jelas? Mungkin tidak api yang membakar suatu hari nanti akan mulai lagi, se mua yang paling mengerikan karena lebih lama dan lebih mendapatkan makanan secara rahasia? Terlebih lagi, haruskah kita tidak berharap kepada kejadian ini dengan sepenuh hati kita, dan bahkan membantu untuk mempromosikannya? Jika pembaca di titik ini mulai mengembangkan kereta pemikirannya sendiri, dia mungkin tidak akan segera menuju akhir dari hal ini. Semua yang paling masuk akal adalah mengapa saya harus 63 Genealogi Moral menyimpulkan, mengingat bahwa saya telah cukup menjelaskan apa yang saya maksud dengan slogan berbahaya pada halaman judul dari buku terakhir saya, Beyond Good and Evil. Setidak-tidaknya, saya sungguh tidak bermaksud berada "di luar jangkauan baik dan buruk". Note : Saya ingin mengambil kesempatan untuk mengekspresikan secara luas sebuah harapan yang sampai sekarang hanya diekspresikan dalam percakapan-percakapan tertentu dengan para sarjana: bahwa departemen filsafat dari beberapa universitas ternama dapat menawarkan serangkaian hadiah untuk essai tentang evolusi terhadap ide-ide moral. Mungkin buku terbaru saya akan membantu mendorong rencana tersebut. Saya akan mengusulkan pertanyaan berikut, yang pantas memperoleh perhatian dari para ahli filologi, ahli sejarah, filsuf dan sejenisnya, Apakah cahaya benar-benar merupakan sains dari linguistik terutama studi tentang etimologi, berdasarkan evolusi terhadap ide-ide moral? Bagaimanapun juga akan menjadi penting bagi tujuan itu untuk mendaftarkan bantuan dari para psikolog dan ahli-ahli medis. Hal ini akan menjadi lebih pasti bila dilengkapi oleh filsuf-filsuf professional, yang seperti sebuah tubuh telah menunjukkan keahlian luar biasanya di masa lalu dalam mem 64 Friedrich Nietzsche bawa keramah-tamahan dan relasi produktif antara filosofi, di satu sisi dan fisiologi dan medis di sisi lain. Harus ditekankan bahwa seluruh tabel nilai, seluruh suntikan moral, dengan Yang mana sejarah dan antropologi memfokuskan dirinya sendiri, pertama-tama membutuhkan terutama sebuah investigasi dan interpretasi psikologis dan kemudian kritik pada bagian ilmu medis. Perta nyaan "Apakah hal ini atau tabel dari nilai itu benar-benar berharga?" harus dipandang di ba wah satu jenis perspektif, karena pertanyaan "da pat bernilai pada tujuan apa?" merupakan salah satu dari kompleksitas yang luar biasa. Misalnya, sesuatu yang jelas berharga dalam batas-batas dari kemungkinan bertahan hidup yang lebih lama dari sebuah ras (atau adaptasi terbaiknya terhadap iklim Yang diberikan, atau terhadap preservasi dari jumlah terbesarnya) akan sama sekali tidak memiliki nilai yang sama jika ia meru

pakan sebuah pertanyaan tentang perkembangan sebuah tipe Yang lebih berkuasa. Kesejahteraan dari banyak orang dan kesejahteraan dari Yang sedikit secara radikal tujuan-tujuan yang berten tangan. Menyadari bahwa pencipta apriori nilai tertinggi mungkin akan meninggalkan kenaifan para biolog Inggris. Seluruh sains sekarang berada di bawah kewajiban untuk mempersiapkan dasar terhadap tugas masa depan dari filsuf, yang ber tugas untuk memecahkan masalah nilai, menen tukan hirarki nilai yang sebenamya. 65 Genealogi Moral Catatan Akhir 1. Bukti yang paling fasih dari hal ini adalah hubungan etimologis antara kata schlecht (buruk) dan schlicht (sederhana) dalam bahasa Jerman. Sejak lama istilah yang pertama dapat ditukar penggunaannya dengan yang kedua, tanpa ada konotasi apapun seperti yang terjadi kemudian, hanya untuk menunjukkan orang biasa ketika berhadapan dengan bangsawan. Sekitar masa Perang Tiga puluh tahun, maknanya berubah menjadi seperti yang sekarang. 2. Diterjemahkan oleh T. R. Glover.

66 RASA BERSALAH, KESADARAN BURUK DAN MATERI YANG BERHUBUNGAN I Membesarkan seekor binatang dengan hak untuk berjanji— bukankah hal ini merupakan masalah alam yang bersifat paradoks yang menata dirinya sendiri mengacu kepada manusia? dan apakah ini bukan merupakan masalah nyata manusia? Bahwa masalah yang sebenarnya telah dipecahkan pada sebuah tingkat yang luar biasa, seluruhnya akan tampak lebih mengejutkan jika kita sungguh-sungguh melakukan keadilan terhadap tenaga berlawanan yang kuat, bagian dari kealpaan. Kealpaan tidak melulu merupakan sebuah vis inertiae, seperti yang sering dinyatakan, tapi merupakan sebuah metode pertunjukan

yang aktif, bertanggung jawab kepada fakta bahwa apakah secara psikologis kita tidak mengaIami dan membaur dalam panggung pembauran, berkembang luas ke dalam kesadaran yang lebih daripada apa yang secara fisik kita ikuti. Peran dari kealpaan aktif ini yaitu sebagai seorang penjaga pintu: menutup pintu-pintu dan jendela-jendela kesadaran untuk sementara; melindungi kita dari kebisingan dan gangguan yang mana organ-organ terendah kita bekerja atau saling melawan satu sama lain memperkenalkan sepotong ketenangan kecil ke dalam kesadaran kita seolah-olah menciptakan ruang bagi fungsi-fungsi dan fungsionaris-fungsionaris yang lebih terhormat dari organisme kita yang melakukan pemerintahan dan perencanaan. Penjaga pintu ini memelihara perintah dan etiket dalam rumah jiwa; yang secara cepat mengira bahwa tak akan ada kebahagiaan, ketenangan, harapan, harga diri, kehadiran, tanpa kealpaan. Seorang manusia yang di dalamnya layar ini dirusakkan dan tidak dioperasikan adalah seperti sebuah penyakit hati (dan tidak hanya menyukai seseorang): dia tidak dapat melakukan dengan apapun.... Sekarang kealpaan alamiah binatang ini, kepadanya kealpaan mewakili sebuah kekuasaan, sebuah bentuk dari hati yang kuat, diciptakan untuk sebuah kekuasaan berlawanan itu sendiri, yaitu mengingat, lewat bantuan seseorang, dalam kasus-kasus tertentu, kealpaan akan tertunda— terutama dalam kasus 68 Friedrich Nietzsche

kasus di mana ia merupakan sebuah pertanyaan mengenai janji. Lewat hal ini, saya tidak bermaksud sepenuhnya pasif memberikan jalan kepada impresi-impresi masa lalu, pembauran wujud yang tidak mampu dilakukan dengan sebuah sumpah yang pernah sekali dibuat, tapi bahkan sesuatu yang aktif, tidak mengharapkan untuk dikerjakan dengannya, sebuah lanjutan kepada kehendak yang pernah diinginkan, sebuah "kenangan terhadap kehendak" yang mutlak; sehingga, antara penentuan original dan penampilan aktual dari hal yang diinginkan, suatu keseluruhan dari hal-hal baru, kondisi-kondisi baru, bahkan seni-seni harapan baru, akan dapat diperkenalkan tanpa memutuskan rantai panjang dari kehendak. Tapi berapa banyak perkiraan ini! Seorang manusia yang mengharapkan untuk mengatur masa depannya dalam tatanan ini mulamula harus belajar untuk memisahkan seperlunya dari tindakan-tindakan tidak sengaja- untuk berpikir secara fundamental; untuk melihat sesuatu yang jauh seolah-olah mereka dekat di tangan; untuk membedakan makna-makna dari tujuan. Singkatnya, dia tidak saja harus berhitung tetapi dia sendiri menjadi dapat diperhitungkan, teratur bahkan terhadap persepsinya sendiri, jika dia berada untuk menegakkan perjanjian demi masa depannya sendiri seperti yang dilakukan seorang penjamin. 69 Hal ini menggiring kita kepada cerita panjang tentang asal-usul atau kelahiran dari rasa tanggung jawab. Tugas membesarkan seekor binatang telah memberikan hak untuk berjanji dilibatkan, seperti yang kita sudah saksikan, tugas persiapan mewakili manusia sampai kepada sejumlah pokok aturan yang teratur, seragam, setara diantara kesetaraan, dapat diperhitungkan. Pencapaian yang luar biasa ini yang telah saya tunjukkan dalam Daybreak sebagai "karakter kebiasaan moral", bahwa buruh melengkapi dirinya sendiri selama lebih dari satu periode yang sangat lama, melahirkan artinya dan justifikasi di sini — meskipun kebrutalan, tirani dan kebodohan yang dihubungkan dengan proses ini. Dengan bantuan kebiasaan dan jaket-jalanan sosial, manusia sebenamya membuatnya dapat dihitung. Meskipun demikian, jika kita menempatkan diri kita sendiri pada titik terakhir dari proses besar ini, tempat masyarakat dan kebiasaan akhirnya memberitahukan tujuan mereka sebenarnya, kita akan dapat menemukan buah matang dari pohon itu menjadi individu mandiri, hanya setara dengan dirinya sendiri, seluruh kebiasaan moral tertinggal jauh dibelakang. Kemandirian ini, lebih daripada individu moral (istilah-istilah kemandirian dan moral secara timbal balik eksklusif telah mengembangkan dirinya sendiri, kemandirian, kehendak jangka panjang, yang berani berjanji; dia memiliki sebuah 70 Friedrich Nietzsche kebanggaan dan kesadaran dinamis dari apa yang telah dicapainya, sebuah rasa dari kekuasaan dan kemerdekaan, dari pencapaian absolut. Hal ini sepenuhnya mengemansipasikan manusia, tuan dari kehendaknya, yang berani berjanji — haruskah dia tidak mewaspadai akan superioritasnya terhadap hal-hal yang tidak mampu menangani keamanan untuk diri mereka sendiri? Pikirkan sebanyak apa kepercayaan, ketakutan, balas dendam yang dia inspirasikan (ketiga-tiganya sepenuhnya pantas), dan bagaimana dengan memiliki pemerintahan yang memerintah atas dirinya sendiri, dia telah mempertuankan semua atas keinginan yang paling lemah dan setidaktidaknya makhluk-makhluk yang kurang bergantung! Menjadi benar-benar merdeka dan pemilik dari sebuah kehendak jangka panjang dan tak tergoyahkan, dia juga memiliki sebuah skala dari nilai-nilai. Dengan memandang orang lain dari pusat keberadaannya sendiri, dia bahkan menghormati sekaligus tidak menghargai mereka. Merupakan hal yang wajar baginya untuk menghormati kekuatan dan kesetaraan mandirinya, semua hal yang menjanjikan seperti kemandirian: dengan jarang dan tidak diinginkan; yang merupakan kehati-hatian dari kepercayaan mereka; pemilik kepercayaan adalah sebuah tanda dari perbedaan; yang janji-janjinya terikat karena mereka tahu bahwa mereka ingin menjadikannya baik- di samping kecelakaan-kecelakaan ini, di samping takdir itu sendiri. Kelak dia akan selalu menerima sebuah tendangan karena hal-hal tak berharga yang berjanji dengan tidak bertanggung

jawab dan sebuah tongkat untuk para pembohong itu yang melanggar kata-kata mereka bahkan dalam melengkapinya. Kesadaran harga dirinya terhadap tanggung jawab istimewa yang luar biasa diganjar dengan baik dan menjadi sebuah naluri dominan. Apakah dia akan menamakan naluri dominan ini, pernahkah dia merasakan telah memberinya sebuah nama? Tentu saja dia akan menamakannya kesadarannya. III Kesadarannya? Tampaknya sebuah kesimpulan pasti tentang kesadaran ini, yang di sini kita temukan dalam bentuk tertingginya, dibelakangnya mempunyai sebuah sejarah yang panjang tentang perubahan-perubahan. Kebenaran yang dengan bangganya berdiri aman untuk diri sendiri, membuktikan diri sendiri, adalah bukan sebuah buah yang matang tetapi juga buah yang ranum; berapa lama buah harus bergantung hijau dan menjadi ranum di atas pohon! Melebihi sebuah periode yang bahkan lebih lama tidak ada tanda sedikitpun dari buah tersebut; tak seorangpun mempunyai hak untuk memprediksikan hal ini, meskipun pohon telah siap untuk itu, mengatur dalam setiap bagian menuju tujuan untuk membe 72 Friedrich Nietzsche rikan kekuatannya. "Bagaimana caranya orang menciptakan sebuah kenangan terhadap binatang manusiawi? Bagaimana orang bisa terus meninggalkan kesan tentang apapun pada bagian yang bodoh, bagian yang pintar dari manusia yang), tak dapat diubah — bahwa dalam inkarnasi kealpaan — seolah-olah menjadikannya menyerang?" seperti yang mungkin akan kita bayangkan dengan baik, tujuan-tujuan tersebut telah digunakan dalam memecahkan masalah berusia tua ini, telah menjadi jauh dari mulia: sebenarnya, mungkin tidak ada yang lebih mengerikan dalam sejarah terawal manusia dibandingkan dengan menon-tehniknya. "Sebuah masalah diidentifikasikan pada memori untuk membuatnya tetap berada di sana; hanya yang terluka yang akan menyerang?" — ini merupakan salah satu dari peribahasa yang tertua dan sayangnya, yang paling bertahan secara psikologis. Sebenarnya, orang mungkin dapat mengatakan bahwa dimanapun di muka bumi ini orang akan menemukan keseriusan, kepentingan, kerahasiaan, bayangan-bayangan penting dalam kehidupan seorang individu atau sebuah bangsa, orang juga merasakan sebuah residu dari teror itu yang mana manusia-manusia sebelumnya harus berjanji, bersumpah dan menjamin. Ini memang masa lalu — yang terpanjang, terdalam, terberat dari masa-masa lalu -yang tampak memburu kemanapun kita untuk menjadi serius. Kapanpun manusia berpikir perlu 73 Genealogi Moral untuk menciptakan sebuah kenangan bagi dirinya sendiri, kekuatannya harus ditujukan kepada penganiayaan, darah, pengorbanan. Pengorbananpengorbanan dan perjanjian-perjanjianz yang paling mengerikan, termasuk pengorbanan dari bayi yang baru lahir: kerusakan-kerusakan yang paling menjijikkan, seperti halnya castration; ritualritual yang paling kejam dalam sekte keagamaan (dan semua agama berada di bawah sistem-sistem kekejaman) — semua hal ini memiliki asal-usul mereka dalam naluri yang menyeberangkan rasa sakit menjadi penolong yang sangat kuat terhadap gemonik. (semua Asketisme sesungguhnya merupakan bagian dari perkembangan yang sama: di sini objek menciptakan sebagian kecil ide universal, tak terlupakan, "pasti", menuju tujuan dari penghipnotisan seluruh sistem saraf dan intelektual; prosedur-prosedur asketik membantu untuk mempengaruhi jarak antara ide-ide tersebut dari semua yang lain). Kenangan yang paling miskin dari umat manusia adalah yang sangat mengerikan yang terjadi dari adat istiadatnya. Kekasaran dari seluruh kode kasar primitif memberikan kita beberapa ide tentang bagaimana sulitnya ia harus ada demi manusia untuk menyongsong kealpaannya dan untuk mendesakkan ke dalam budakbudak ini impuls-impuls singkat ini dan hasrat sebagian kecil kehendak dasar dari kehidupan komunal. Tak seorangpun dapat mengatakan bahwa bangsa Jerman menganggap diri mereka 74 Friedrich Nietzsche sebuah bangsa yang secara khusus sangat kejam dan brutal, bangsa yang kurang pemikir dan pemerhati; tapi diperlukan juga sebuah pandangan sekilas pada kode-kode kasar kita untuk memberikan

jejak kepada kita apa cara yang digunakan untuk menciptakan sebuah bangsa pemikir. (Saya bahkan akan mengatakan bahwa kita bangsa Eropa diantara bangsa-bangsa lain adalah masih dapat menemukan sebuah kepercayaan maksimal, keseriusan, kebodohon, dan materi-fakta, yang seharusnya memberikan hak kepada kita untuk menggolongkan sebuah kasta mandarin bagi seluruh Eropa). Orang-orang Jerman telah memilih tujuan-tujuan yang mengerikan dengan maksud memenangkan terhadap naluri-naluri kejelataan dan kekasaran brutal kita. Kita hanya perlu menghitung beberapa bentuk dari hukuman kuno kita: melempar batu. (bahkan dalan legenda terawal beban batu dilemparkan ke atas kepala para kriminal); mematahkan diatas roda (kontribusi Jerman terhadap teknik hukuman); menusuk dengan tongkat, menarik dan membagi empat, ditarik sampai mati dengan kuda, direbus dalam minyak atau anggur (teknik ini masih digunakan pada abad-abad ke-14 dan abad ke-15), dikuliti hidup-hidup yang populer, dipotong hidup-hidup dari bagian dada, melumuri korban dengan madu dan meninggalkannya di bawah matahari, mangsa bagi para lalat. Lewat metode-metode semacarn itu individu akhirnya 75 belajar untuk mengingat lima atau enam kali "Saya tidak akan" yang memberikannya hak untuk berpartisipasi dalam keuntungan masyarakat, dan sesungguhnya dengan bantuan dari beberapa jenis ingatan ini, orang-orang sesungguhnya "datang kepada indera-indera mereka". Sungguh besar harga yang harus dibayar manusia untuk kebenaran, keseriusan, kontrol terhadap emosi-emosinya — hak-hak luar biasa kemanusiaan an potongan-potongan pertunjukan budaya itu! Sungguh banyak darah dan ketakutan berbaring di belakang semua "hal-hal baik" ini! IV Tapi bagaimana tentang fenomena serius, kesadaran terhadap kesalahan, "kesadaran buruk" lainnya? Apakah Anda akan berpaling kepada asal-usul moral kita tentang pencerahan? Izinkan saya mengatakan sekali lagi, hal-hal tersebut tidak berharga. Benar-benar terserap dalam pengalaman "modern", dengan ilmu pengetahuan yang tak nyata tentang masa lalu, bahkan tidak ada hasrat untuk memahaminya, tidak ada naluri historis apapun, mereka mengira, semuanya sama, menulis sejarah etika! Sebuah tanggung jawab semacarn itu harus memproduksi hasil yang tidak melahirkan hubungan terkecil kepada kebenaran. Apakah para ahli sejarah ini telah menunjukkan semacarn kesadaran 76 tentang fakta bahwa istilah dasar moral Schuld (kesalahan) memiliki asal-usulnya dalam istilah yang sangat material dari Schulden (berterima kasih)? Dari fakta bahwa hukuman, keberadaan sebuah kompensasi, telah membangun sedikit kemerdekaan tentang beberapa ide tentang kemerdekaan dari keinginan — sebenarnya, bahwa sebuah tingkatan yang sangat tinggi dari humanisasi perlu bahkan sebelum merupakan perbedaan-perbedaan yang lebih primitif, "dengan perhatian", "melalui ketidakpedulian", "lewat ketidaksengajaan", compos mentis, dan lawanlawan mereka dapat menjadi dan diperbolehkan menekan dalam pertimbangan-pertimbangan terhadap kasus-kasus? Makna yang menyentuh dan tampak natural ini (sangat natural sehingga ia sering kali digunakan untuk menghitung asal-usul dari makna keadilan itu sendiri) bahwa kriminal pantas mendapatkan hukuman karena dia telah melakukan tindakan berbeda, sebenarnya adalah suatu bentuk yang sangat kuno dan sempurna dari akal manusia; siapapun yang berpikir ini akan dapat ditemukan dalam hukum kuno yang menjijikkan yang salah memahami psikologi manusia yang tidak beradab. Selama waktu panjang yang tidak diketahui, para kriminal tidak dihukum karena mereka merasa bertanggung jawab atas perbuatan-perbuatan mereka; yaitu bukan atas asumsi bahwa hanya yang bersalah akan dijatuhi hukuman; bahkan mereka 77 dihukum dengan cara yang masih dipakai orang tua untuk menghukum anak-anaknya, diluar kemarahan atas sebagian besar kerusakan diderita, yang mana pelaku harus membayar untuk itu. Kelak kemarahan menjadi ditengahi dan sekaligus diubah oleh makna bahwa untuk setiap pengrusakan harus ada ditemukan suatu ekivalennya, dengan cara ini kerusakan akan dikompensasikan — jika perlu dalam rasa

sakit bagi pelakunya. Terhadap pertanyaan bagaimana kekunoan, sesuatu yang telah berakar, masih jelas membangun makna tentang sebuah ekivalensi antara kerusakan dan rasa sakit yang ditimbulkan, jawabannya adalah secara singkat: ia muncul dalam relasi fungsi antara kreditur dan debitur, yang setua rnakna dari "subjek-subjek legal' itu sendiri dan yang dalam titik-titik baliknya kembali kepada praktik-praktik dasar membeli, menjual, menukar dan berdagang. V Seperti kita sadari bahwa hubungan-hubungan perjanjian ini memungkinkan kita akan siap merasakan baik kecurigaan dan kebencian terhadap kebudayaan-kebudayaan yang lebih tua yang telah menciptakan maupun memperbolehkan mereka. Karena di sinilah perjanjian-perjanjian tersebut dibuat, karena di sinilah sebuah ingatan telah menjadi terbentuk untuk penjanji, kita 78 tidak seharusnya terkejut untuk benemu dengan setiap bukti dari kebrutalan, kekejaman dan rasa sakit. Dengan maksud menginspirasikan kreditur dengan keyakinan terhadap janjinya untuk membayar kembali, memberikan sebuah jaminan untuk menguatkan janjinya, tapi juga untuk menggabungkan atas kesadarannya sendiri kewajiban untuk membayar kembali, debitur berjanji lewat kontrak yang dalam kasus non-pembayaran dia akan menawarkan milik-miliknya yang lain, seperti tubuhnya, atau istrinya, atau kemerdekaannya, atau bahkan hidupnya (atau kebudayaan-kebudayaan yang berorientasikan teologi tertentu, bahkan dalam penyelamatannya atau kesucian dari makamnya; seperti halnya di Mesir, di mana mayat debitur tidak kebal terhadap krediturnya bahkan dalam batu nisannya). Kreditur, terlebih lagi, mempunyai hak untuk memastikan seluruh cara terhadap penghinaan dan rasa sakit atas tubuh debitur. Misalnya, dia dapat memotong seiris berat yang seimbang dengan kuantitas hutang, dan kita menemukan, sangat awal, agak detil harga-harga legal dari bagian tubuh individu. Saya menganggap bahwa telah terjadi sebuah kemajuan, bukti dari seorang pembebas, lebih baik hati, lebih merupakan konsepsi hukum Romawi, ketika Dua belas Meja Tabel memerintahkan bahwa dalam beberapa hal, tindakan kreditur yang memotong tidak akan membuat perbedaan banyak maupun sedikit, — si plus minusve secuerunt, ne fraude esto. 79 Mari kita mencoba untuk mengerti logika dari keseluruhan metode kompensasi ini; memang sedikit agak aneh. Sebuah ekivalensi diberikan atas persetujuan kreditur, dalam menggantikan kompensasi material seperti halnya uang, tanah, atau barang-barang lainnya, semacam kesenangan. Kesenangan ini dipersuasikan oleh wujudnya yang mampu melatih kekuasaannya secara bebas atas seseorang yang tidak berkuasa, dengan kenikmatan dari faire le mal pour le plaisir de Ia faier, melakukan hal buruk untuk kesenangan melakukannya, kenikmatan memperkosa. Bahwa kesenangan tersebut akan dinaikkan dalam proporsi untuk merendahkan diri dari posisi kreditur itu sendiri; akan muncul kepadanya sebagai sepotong kecil yang lezat, sebuah contoh dari satu tingkatan Yang lebih tinggi. Dalam "menghukum" debitur, kreditur berbagi sebuah hak majikan. Karena dia diberikan sebuah kesempatan untuk berada dalam perasaan berjaya terhadap memperlakukan manusia lainnya sebagai yang lebih rendah dari dirinya sendiri — atau, dalam kasus kekuasaan disipliner aktual Yang telah berjalan menjadi sebuah "otoritas" legal, melihat dirinya sendiri sebagai yang tidak disukai dan diperlakukan kasar. Maka kompensasi terdiri dalam sebuah jaminan legal yang memberikan hak kepada seorang manusia untuk melatih kekejamannya atas orang lain. 80 Memang di dalam situasi kontrak dan obligasi-obligasi legal bahwa moral merupakan jagad raya dari rasa bersalah, kesadaran dan tugas, (tugas "suci") telah mengambil permulaannya. Permulaan-permulaan ini secara bebas diperciki dengan darah, seperti halnya permulaan-permulaan dari segala Yang besar di muka bumi. (Dan kita jangan mengatakan bahwa etika tidak pernah kehilangan bau dari darahnya dan

penganiayaannya — bahkan tidak dalam Kant, yang mana memiliki rasa kepentingan kategoris yang sangat penting dari kekejaman? Memang ketika kesuraman bersama-sama dirajut dari dua ide rasa bersalah dan rasa sakit Yang pertama terjadi, yang sampai sekarang telah menjadi agak tak dapat dipecahkan. Mari kita pertanyakan sekali lagi: dalam rasa bagaimana rasa sakit menyusun pembayaran dari sebuah hutang? Dalam rasa bahwa untuk membuat seseorang menderita merupakan sebuah kenikmatan Yang paling tingggi. Dalam pertukaran untuk kerusakan Yang telah mencelakai dirinya karena kelalaiannya, termasuk ketidaknyamanannya, kreditur menerima sejumlah kenikmatan Yang luar biasa; sesuatu. yang mana semakin tinggi harganya semakin ia tidak setuju dengan tingkat sosialnya. Saya tidak sering melemparkan hal ini sebagai sebuah saran, karena memang sulit dan sekaligus memalukan, untuk meraih sampai ke dasar dari perkembangan 81 Genealogi Moral perkembangan bawah tanah tersebut. Memperkenalkan secara kasar konsep balas dendam pada pokok ini, akan menyembunyikan masalah-masalah ini daripada mengklarifikasikan mereka, karena ide dari balas dendam menuntun kita langsung ke balik masalah asal kita: bagaimana bisa hukuman rasa sakit memberikan kepuasan? Kemuliaan — bahkan lebih, kemunafikan — dari binatang-binatang peliharaan seperti diri kita sendiri takut akan membayangkan dengan jelas berapa besar kekejaman telah menyusun bahan-bahan dari kegembiraan kita, dan betapa naifnya mereka memanifestasikan kekejaman mereka, bagaimana mereka menganggap kejahatan yang adil (malevolen sympathia Spinoza) merupakan sebuah sifat normal, sesuatu yang mana kesadaran seseorang dapat menyetujuinya secara sehat. Observasi dekat akan mengotori sebagian besar dari yang bertahan hidup dari kenikmatan manusia yang paling tua ini dan yang paling metodis dalam kebudayaan kita sendiri. Baik dalam Daybreak dan Beyond Good and Evil saya telah menunjukkan bahwa sublimasi dan apotheosis yang progesif dari kekejaman yang tidak hanya mengkarakterisasikan keseluruhan sejarah dari kebudayaan tertinggi, tapi dalam sebuah rasa yang menyusunnya. Dalam waktu yang tidak begitu lama, sebuah perkawinan keluarga kerajaan atau perayaan agung publik akan menjadi tidak lengkap tanpa eksekusi-eksekusi, penganiayaan-penganiayaan, atau autos da fé; sebuah keluarga bangsawan bila tanpa orang-orang yang bertanggung jawab atas 82 Friedrich Nietzsche nya adalah untuk membantu sebuah tujuan bagi godaan jahat dan kejam dari setiap orang. (Mungkin pembaca akan mengingat kembali kepada tempat tinggal sementara Don Quixote di halaman Duchess. Don Quixote meninggalkan sedikit rasa dalam mulut-mulut kita hari ini; kita hampir kehilangan keberanian dalam membacanya. Akan tampak sangat aneh bagi Cervantes dan para generasinya, yang membaca tulisan ini dengan kesadaran yang sangat jelas dalam dunia, meskipun ini merupakan buku-buku terlucu, dan membuat kita hampir mati tertawa atasnya). Memperhatikan penderitaan yang memberikan kenikmatan, tapi menyebabkan orang lain menderita memberikan sebuah kenikmatan yang bahkan lebih besar. Pernyataan keras ini mengekspresikan sebuah perasaan yang sangat tua, kuat, manusiawi, seluruhnya terlalu sentimental manusia — meskipun monyet-monyet mungkin juga mendukungnya, karena dilaporkan bahwa mereka adalah pesuruh dan pendahulu manusia dalam merancang kekejaman-kekejaman tak masuk akal ini. Tidak ada pesta tanpa kekejaman, seperti yang telah ditunjukkan oleh keseluruhan sejarah manusia. Hukuman, juga, memiliki gambarangambaran meriah. VII Ide-ide ini bukanlah direncanakan untuk menambahkan gandum yang telah digiling kepada gilingan pesimistis dari taedium vitae. Sebaliknya, 83 Genealogi Moral haruskah secara jelas dipahami bahwa pada masa ketika orang-orang tidak punya rasa malu terhadap kehidupan mereka yang kejam merupakan sebuah kesepakatan besar yang lebih menyenangkan dibandingkan dengan hal ini sekarang dalam puncak pesimisme. Langit di atas kepala selalu menjadi lebih

gelap dalam proporsi seorang manusia yang telah menumbuhkan rasa malu atas rekan-rekannya. Kelelahan, wajah pesimis, tak bersemangat dalam wajah dari potongan kehidupan, kebekuan tidak dari manusia yang membenci hidup yang tidak lain adalah sebagai karakteristik mereka dari era-era terjahat umat manusia. Fenomena-fenomena ini mirip tumbuhan-tumbuhan rawa; mereka mengira sebuah rawa -rawa yang bertingkah murung dan berliur moralistik yang telah memisahkan manusia dari nalurinaluri alaminya. Berdasarkan caranya untuk menjadi seorang manusia "malaikat" yang telah diperoleh ketika sakit hati kronis dan lidah berkulit yang tidak hanya menciptakan kesenangan nai:f dan lugu terhadap binatang yang jijik terhadapnya, tapi bahkan kepada dirinya sendiri; sehingga pada saat itu dia menghentikan hidungnya melawan dirinya sendiri dan membuat pengakuan kepada Paus Innocent III tentang katalog kekotorannya ("konsep terkontaminasi, pemberian makanan yang menjijikkan dalam rahim ibu, kemalangan dari substansi fisik, bau busuk hina, membuang, air ludah, urin dan feses"). Sekarang, 84 Friedrich Nietzsche ketika penderitaan merupakan sebuah quota tetap seperti halnya argumen singkat yang menentang eksistensi, mungkin akan menjadi lebih baik untuk mengingat kembali masa ketika masalah-masalah dituduhkan dari sudut pandang berlawanan; ketika rakyat tidak akan kehilangan kenikmatan apapun dari penderitaan hukuman, dalam yang mana mereka melihat sebuah agen kekuasaan, ajakan prinsipal terhadap kehidupan. Di samping melindungi dari kelemahan-kelemahan, saya juga akan mempertaruhkan perkiraan-perkiraan bahwa pada masa itu rasa sakit tidak terasa sesakit yang terjadi pada saat ini; setidak-tidaknya, seperti misalnya opini seorang dokter yang telah merawat orang-orang Negro karena komplikasi iritasi internal yang telah membawa perasaan yang paling lama berlangsung dari bangsa Eropa terhadap gangguan — di, sini diasumsikan bahwa Negro mewakilkan sebuah fase paling awal dari perkembangan manusia. (Ini muncul, sebenarnya karena kurva dari penerimaan manusia terhadap rasa sakit memindahkan secara tiba-tiba waktu tempat kita pergi ke bawah tutup puncak dari kebudayaan yang menyatukan sepuluh ribu atau sepuluh juta individu. Di sisi saya, saya sangat yakin bahwa membandingkan dengan rasa sakit histeria seseorang di malam hari karena kram, seluruh penderitaan binatang yang telah digunakan sampai hari ini untuk percobaan-percobaan ilmiah adalah tidak berarti apa-apa). Barangkali 85 Genealogi Moral bahkan memang sah untuk memungkinkan bahwa kenikmatan dalam kejahatan adalah tidak benar-benar musnah saat ini; hanya memberikan kemuliaan terbesar kita, bahwa kenikmatan telah melakukan sejumlah penguapan dan pembelahan, bila diterjemahkan ke dalam istilah-istilah imajinatif dan psikologis dengan maksud untuk melewati kumpulan terdahulu bahkan kesadaran hipokrit yang paling lembut. ("Empati tragis" adalah salah satu istilahnya; istilah yang lain adalah les nostalgias de Ia croix; nostalgia pikiran). Apa yang membuat rakyat memberontak terhadap penderitaan adalah sebenamya bukan penderitaan itu sendiri tapi kebodohan dari penderitaan itu; dan ketak baik Kristen, yang memproyeksikan keseluruhan perangkat penyelamatan ke dalam penderitaan, maupun kenaifan yang primitif, yang menginterpretasikan segala penderitaan dari sudut pandang penonton atau penyalur penderitaan, akan dibayangkan darinya sebagai kesia-siaan. Dengan maksud mengingkari dan mengatur kemungkinan dari setiap rahasia, penderitaan yang tidak mempunyai saksi, manusia pertama harus menciptakan dewa-dewa dan seluruh perangkat dari ruh-ruh halus, wujud-wujud tak tampak yang juga dapat melihat dalam gelap, dan yang tidak siap membiarkan setiap pertunjukan tak tampak dari penderitaan. Sebagian besar merupakan ciptaan-ciptaan dari yang hidup, dalam masa tersebut, menampilkan 86 Friedrich Nietzsche tipuan tetapnya dalam menilai dirinya sendiri, "kejahatan"-nya; saat ini sebuah rekaan berbeda dari ciptaan-ciptaan ini akan diperlukan, misalnya, kehidupan sebagai sebuah teka-teki atau masalah epistemologis. Berdasarkan logika primitif terhadap setiap perasaan (tapi apakah perasaan kita sendiri berbeda?) jahat yang dituntut yang mana pertunjukan membuktikan secara berpendidikan terhadap para dewa. Kita hanya membutuhkan studi Calvin dan Luther untuk merealisasikan sejauh mana konsep kuno tentang

dewa-dewa sebagai para pengunjung dari pertunjukan-pertunjukan kejam yang telah disusupi ke dalam humanisme Eropa. Tapi satu hal yang pasti: bangsa Yunani dapat menawarkan dewadewa mereka tidak lebih sebagai bumbu dari kegembiraan-kegembiraan dari kekejaman. Dengan mata bagaimana dewa-dewa Homer memandang takdir manusia? Apakah dalam analisa terakhir, arti Perang Troya dan pembunuhan-pembunu hari terakhir yang sama? Tak akan dapat diragukan bahwa mereka direncanakan sebagai festival-festival untuk para dewa, dan sejauh ini karena para penyair dalam kehormatan ini merupakan lebih "dewa" daripada manusia yang lainnya, sebagai festival-festival bagi para penyair. Dalam sebagian besar tata krama, para filsuf moral Yunani, pada kemudian hari, membiarkan mata Dewa berada pada pertikaian moral, heroisme, dan degradasi diri dari manusia yang baik. 87,

Genealogi Moral "Heracles" dari kebaikan keras berada di atas panggung dan sepenuhnva sadar akan hal itu; bagi bangsa para aktor tersebut, kebajikan tak bersaksi merupakan hal yang tak terpikirkan. Mungkin bukan merupakan ciptaan yang berani, lewat para filsuf dari era itu, tentang keinginan merdeka manusia, kespontanan absolutnya dalam melakukan kebaikan atau sakit, telah dibuat untuk mengekspresikan alasan untuk meyakinkan bahwa ketertarikan para dewa dalam pertunjukan kebajikan manusia tidak akan pernah dapat dipuaskan? Panggung)yang fana ini tidak pernah akan setelanjang novel, ketegangan luar biasa, komplikasi-komplikasi, bencana-bencana yang sesungguhnya. Sebuah kata yang sangat membatasi, yang mana gerakan-gerakan membuat para dewa mungkin dengan siap memperkirakan, pasti segera membodohi atas mereka: cukup beralasan mengapa teman-teman dari para dewa tersebut, para filsuf, tidak akan meyuap sebuah katapun atas diri mereka. Kemanusiaan kuno, sebagai publik dan dunia visual yang esensial, tidak mampu untuk membayangkan kebahagiaan tanpa pertunjukanpertunjukan dan pesta-pesta, merupakan sekumpulan penuh pandangan lembut terhadap "penonton". Dan seperti yang telah kita katakan sebelumnya, hukuman juga memiliki gambarangambaran perayaan. Kita telah mengobservasi bahwa perasaan bersalah dan kewajiban personal memiliki permu 88 Friedrich Nietzsche laannya dalam hubungan yang paling tua dan paling primitif antara peradaban manusia, yaitu pembeli dan penjual, kreditur dan debitur. Di sini, untuk pertama kalinya, individu berdiri dan mengukur dirinya sendiri melawan individu. Tidak ada fase kebudayaan, tidak masalah seberapa primitif, telah diketemukan dalam sesuatu yang relasi itu tidak melakukan beberapa ukuran keberadaan. Pemikiran dari manusia pertama kuatir terhadap suatu ukuran semacam itu dengan penciptaan harga, penilaian-penilaian dari nilai-nilai, perencanaan dan pertukaran yang sama, yang dalam sebuah perasaan tertentu, hal ini mungkin dapat dikatakan telah menyusun pemikirannya. Di sini kita menemukan jenis tertua dari intensitas, demikian juga indikasi pertama dari harga diri manusia, dari sebuah superioritas atas binatang-binatang lainnya. Mungkin kata manusia (manas) masih dapat kita ekspresikan menjadi sesuatu. dari harga diri tersebut: manusia melihat dirinya sendiri sebagai wujud yang mengukur nilai-nilai, binatang "teruji". Membeli dan menjual, bersamaan dengan perangkap psikologis mereka, membubuhi tanggal yang lain bahkan asal-usul dari organisasi dan persetujuan sosial. Dari manifestasi aslinya tentang hukum impersonal, perasaan yang merintis dari barter, kontrak, rasa bersalah, kewajiban, dan kompensasi diproyeksikan ke dalam kompleks komunal yang terkasar (dan hubungan-hubungan mereka terhadap 89 Genealogi Moral kompleks-kompleks yang lain) bersamaan dengan kebiasaan mengukur kekuatan lawan kekuatan. Mata telah sepenuhnya dikondisikan kepada model visi ini; dan dengan konsistensi kaku dari pemikiran primitif, yang memindahkan kesulitan tetapi ketika ia benar-benar bergerak, bergerak tak mengenal ampun dalam satu arah, umat manusia pertama segera meraih menyapu pernyataan besar bahwa semua memiliki harganya, segalanya dapat dibayar. Di sini kita memiliki meriam moral tertua dan ternaif tentang "keadilan" tentang seluruh "permainan jujur", dan "objektivitas". Keadilan, pada tingkat ini merupakan kehendak baik yang berjalan di tengah-tengah manusia dari kekuasaan sederajat, kesiapan mereka untuk mendatangi istilah-istilah satu sama yang lainnya, untuk memukul sebuah kompromi -atau dalam kasus dari kekuasaan lain yang sedikit, memaksa mereka untuk menerima sebuah kompromi. ix Bertahan dalam kerangka primordial dari referensi (yang akhimya, tidak begitu berbeda dari kita sendiri) kita dapat mengatakan bahwa negara berdiri untuk anggota-anggotanya dalam relasi dari kreditur

terhadap debitur. Rakyat tinggal di dalam sebuah negara kerajaan, menyukai hakhak istimewanya (yang mana kita mungkin ber 90 Friedrich Nietzsche belok menjadi meremehkan). Mereka hidup dalam perlindungan, dilindungi, dalam damai dan per caya diri, kebal dari penghinaan dan permusuhan terhadap manusia "luar" yang dengan tak henti-hentinya diekspos, karena mereka memiliki perjanjian mereka sendiri terhadap komunitas dalam menghormati penghinaan dan permusuhan tersebut. Tapi sekiranya perjanjian itu dikasari? Kreditur yang kesal -komunitas — akan mendapat kan uang mereka kembali semampu yang dia bisa, Anda boleh yakin. Memang tidak begitu banyak pertanyaan tentang kerusakan aktual yang terjadi; terutama, pelanggar telah mengingkari kon traknya, perjanjiannya kepada kelompok, sehingga memanfaatkan semua keuntungan dan pelayanan-pelayanan dari komunitas yang sampai sekarang dia nikmati. Kriminal adalah seorang debitur yang tidak saja menolak untuk membayar kembali keuntungan-keuntungan dan kemajuan kemajuan yang telah ia terima tapi yang bahkan berani menemukan kreditur. Oleh sebab itu dia tidak saja terus terang akan keuntungan-keun tungannya seperti yang sedang terjadi, tapi secara keuntungankeuntungan ini. Kemarahan dari kreditur yang

drastis

mengingatkan

berapa

harga

tertipu itu, komunitas membelokkannya kepada kondisi liar dan di luar hukum sebelumnya telah melindunginya. Hukum menolaknya, dan sejak saat itu setiap jenis dari permusuhan akan membuka dirinya sendiri terhadap dirinya. Hukuman, 91 pada tingkat moralitas ini, dengan sederhana meniru sikap normal terhadap seorang musuh yang dibenci yang telah ditaklukkan dan dilucuti, tidak hanya mendapatkan seperempat puluh dari setiap hak dan pertindungan tapi demikian juga rasa kasihan. Pelanggar diperlakukan berdasarkan kepada hukum-hukum perang dan perayaanperayaan kemenangan, secara brutal, dengan konsiderasi; yang mana akan menjelaskan mengapa perang, termasuk kebiasaan bela diri dari pengorbanan ritual, telah memberikan semua contoh di bawah hukuman yang muncul dalam sejarah. X Bila negara tumbuh semakin kuat, tidak lagi akan menganggap pelanggaran-pelanggaran individu secara agak serius. Individu tidak lagi mewakili secara serius sebuah bahaya terhadap kelompok sebagai suatu keseluruhan. Pelanggar tidak lagi berada diluar hukum dan mengeksposnya kepada kemarahan secara garis besar. Terlebih, dia secara hati-hati dilindungi oleh komunitas terhadap keberangan-keberangan popular, dan terutama melawan keberangan dari salah satu. yang dia rusak. Usaha untuk menenangkan kemarahan dari pesta pelanggaran; untuk menghindari sebuah gangguan umum dengan melokalisasikan kasus; menemukan persamaan-persamaan, "me 92 ngatur masalah-masalah", (composito Romawi); tapi yang terpenting dari semua usaha itu, lebih sangat nienentukan, memastikan sebuah harga

dari setiap pelanggaran, dan juga untuk memisahkan, hingga ke titik tertentu, pelanggar dari pelanggarannya — hal-hal ini merupakan sifat-sifat yang berkarakterisasi dengan menaikkan perkembangan kejelasan dari hukum pidana. Kapanpun sebuah komunitas meraih kekuasaan dan harga diri, kode pidananya menjadi semakin lembut, sementara saat ini hal yang dilemahkan atau membahayakan metode-metode kasar dari masa lalu akan hidup kembali. Kemanusiaan para kreditur selalu bertambah dengan kekayaannya; sampai pada akhirnya tingkatan yang mana seorang kreditur tidak mentoleransi ketidakadilan menjadi ukuran dari kekayaannya. Ini mungkin untuk membayangkan sebuah masyarakat yang dialiri dengan semacam perasaan dari kekuasaan bahwa ia dapat memiliki cukup uang untuk membiarkan para pelanggamya tidak dihukum. Apakah kemewahan besar ini ada untuk sebuah masyarakat dimanjakan? "Mengapa saya harus mempedulikan parasit-parasit tambang ini?" sebagian besar masyarakat mungkin bertanya. Keadilan, yang dimulai dengan merekayasa harga di atas segalanya dan membuat setiap orang secara tegas dapat dihitung tujuan-tujuan lewat pembutaan kepada yang tidak membayar dan membiarkan dia tidak bersalah. Seperti setiap hal 93 Genealogi Moral baik di muka bumi, keadilan berakhir dengan menggantung dirinya sendiri. Nama bagus pengingkaran diri keadilan yang diberikan dirinya sendiri adalah pengampunan. Tapi pengampunan meninggalkan, seperti pergi tanpa berkata, hak-hak istimewa dari yang terkuat, wilayahnva di luar jangkauan hukum. XI Sebuah kata yang seharusnya dikatakan di sini melawan usaha aktual tertentu untuk mencari jejak makna dari keadilan dari sebuah sumber yang berbeda, yang disebut balas dendam. Tapi pertama-tama, izinkan saya membisikkan sesuatu dalam telinga para psikolog, atas kesempatan bahwa mereka telah melakukan studi dendam pada wilayah tertutup: bahwa saat ini bunga mekar paling berlimpah di tengah-tengah para anarkis dan anti-Semit — tidak terlihat, seperti sinar matahari, meskipun dengan bau yang berbeda. Dan ruh yang disukai menyebabkan hasil yang disukai, kita pasti tidak akan terkejut bfla kita melihat usaha-usaha keras terakhir ini kembali kepada usaha-usaha tertentu yang tidak jujur, untuk menghargai balas dendam atas nama keadilan (meskipun keadilan secara sederhana merupakan sebuah pertumbuhan dari sense perbuatan yang tidak adil) dan untuk menghormati keseluruhan skala dari emosi-emosi 94 Friedrich Nietzsche reaktif. Saya merupakan orang terakhir yang menolak faham terakhir ini: dalam memandang lewat hubungan mata rantai panjang antara kebutuhan-kebutuhan biologis kita dan reaksireaksi emosional kita, ini merupakan sebuah anggapan dari kepentingan yang paling besar. Kelak, saya ingin mengalihkan perhatian kepada fakta bahwa secara pasti diluar dari semangat balas dendam memiliki nuansa baru dari "kesetaraan" ilmiah yang muncul untuk melayani kebencian, keinginan, kejahatan, dan ketidakpercayaan. Karena "kesetaraan ilmiah" tidak henti-hentinya secara cepat, memberikan jalan untuk menegaskan permusuhan yang fana dan bias yang terbodoh, waktu di mana kelompok lain dari emosiemosi datang kedalam permainan yang memiliki nilai biologis, tampak bagi saya bahkan lebih hebat dan karena alasan inilah bahkan lebih patut dari penilaian dan penghargaan ilmiah. Saya sedang membicarakan sepenuhnya tentang emosi-emosi aktif, seperti misalnya haus akan kekuasaan, tamak, dan acuh tak acuh ( vide E. Du:hring, The Value of Existence, A Course in Philosophy I, dan lain sebagainya). Terlalu banyak untuk tendensi secara garis besar. Menentang usulan spesifik Du:hring bahwa wilayah asal keadilan berada dalam emosi-emosi reaktif, harus dinyatakan bahwa lawan mutlak adalah kasus: wilayah dari emosi-emosi reaktif merupakan yang paling terakhir untuk ditaklukkan oleh ruh 95 Friedrich Nietzsche

yang memiliki ciptaan dari "kesadaran buruk" atas kesadarannya: manusia pendendam. Sekilas saja lewat sejarah: dalam suasana apa, sejauh ini, seluruh undang-undang telah memiliki, sebenarnya, seluruh hasrat nyata terhadap hukum, berkembang? Dalam suasana dari manusia "reaktif"? Tidak sama sekali. Khususnya dalam suasana aktif, kuat, spontan dan agresif. Berbicara secara historis, semua hukum — dapat dikatakan mengecewakan tukang protes itu (Du:hring) yang pernah mengaku: "Doktrin balas dendam adalah benang merah yang melewati seluruh investigasi saya tentang keadilan" -adalah sebuah pertempuran yang terjadi melawan emosi-emosi reaktif oleh yang aktif dan agresif, yang telah mempekerjakan sebagian dari kekuatan mereka untuk menggoyangkan ekses dari kesedihan reaktif dan menyebabkan sebuah kompromi. Dimanapun keadilan dijalankan dan dipelihara, kita menjumpai sebuah tujuan kekuasaa-n yang lebih kuat terhadap menemukan maksud-maksud untuk mengawasi wilayah yang sia-sia dari balas dendam di tengah-tengah subordinat yang lebih rendah. Hal ini dicapai lewat pergulatan objek balas dendam dari tangan-tangan penuh dendam, atau dengan mengubah balas dendam menjadi pertikaian melawan musuh-musuh perdamaian dan teratur, atau dengan merencanakan, mengajukan dan bila perlu memaksa kompromi-kompromi, atau merekayasa sampai pada sebuah skala normatif 97 Genealogi Moral dari ekivalen terhadap kerusakan-kerusakan yang sernua keluhan-keluhan masa depan mungkin akan ditujukan. Tapi di atas sernua itu, dengan berdirinya sebuah kode hukum yang kekuasaan superior berdampak pada pemaksaan terhadap permusuhan dan kemarahan kapanpun ia cukup kuat untuk melakukannva.; lewat sebuah deklarasi kategoris dari apa yang menganggapnya akan menjadi sah dan benar, atau orang lain dilarang dan salah. Sekali sesosok tubuh dari hukum telah dibentuk, sernua tindakan dari tindakan mendominasi atas sebagian besar individu maupun kelompok dipandang sebagai pelanggaran hukum, sebagai pemberontakan melawan kekuasaan tertinggi. Sehingga para pemerintah memindahkan perhatian dari subjek-subjek mereka dari ketidakadilan luar biasa dan dalam perjalanan panjang, memperoleh akhir yang berlawanan dari yang diinginkan oleh balas dendam, yang mana mencoba membuat sudut pandang dari orang yang tidak adil memenangkan secara khusus. Mulai dari sekarang mata dilatih untuk memandang tindakan bahkan lebih secara impersonal — bahkan mata dari orang yang melanggar, hal ini seperti yang telah kita katakan, merupakan yang terakhir untuk dibesar-besarkan. Ia mengikuti bahwa hanya setelah sebuah kuantitas dari hukum yang telah dibentuk dapat hadir untuk setiap pembicaraan tentang "benar" dan "salah" (dan bukan, seperti yang dikemukakan Du:hring, setelah tindakan tidak adil). Membicarakan benar 98 Friedrich Nietzsche atau salah per se membuat tidak berarti sama sekali. Tidak ada tindakan kasar, pemerkosaan, eksploitasi, pengrusakan, tidak adil, merupakan secara esensial "ketidakadilan", karena hidup itu sendiri kejam, tamak, tidak adil, dan merusak dan tidak dapat dibayangkan bila tidak yang lainnya. Bahkan secara lebih mengganggu, kita harus mengakui bahwa dari sudut pandang biologis dari kondisi-kondisi legal merupakan kondisikondisi eksepsional yang perlu, karena mereka membatasi keinginan hidup radikal mengarah kepada kekuasaan dan akhirnya harus mengabdi, sebagai tujuan-tujuan, alasan-alasan kehidupan kolektif, yang mana adalah untuk menciptakan kumpulan-kumpulan kekuasaan terhebat. Untuk menerima setiap system legal yang mandiri dan universal — untuk menerimanya, tidak melulu sebagai sebuah instrumen dalam pertikaian kekuasaan yang rumit, tapi sebagai senjata melawan pertempuran (dalam makna klise komunis Du:hring bahwa setiap kehendak melihat setiap kehendak orang lain sebagai keseimbangannya)-adalah sebuah prinsip anti-vital yang hanya dapat menuntun demoralisasi lengkap manusia dan secara tidak langsung, sebuah pemerintahan dari ketiadaan. XII Satu kata seharusnya ditambahkan di sini mengenai asal-usul dan tujuan dari hukuman, dua 99 Genealogi Moral

kesadaran yang secara radikal memisahkan dan kemudian terlalu sering membingungkan. Bagaimana para ahli genealog moral kita telah memperlakukan pertanyaan-pertanyaan ini? Dengan naif, selalu. Mereka akan menemukan beberapa jenis dari "tujuan" tidak dihukum, seperti halnya untuk membalas dendam, atau untuk menakuti, atau akankah secara naif mereka menempatkan tujuan ini pada asal-usul hukuman sebagai causa fiendinya. Dan ini adalah semuanya. Kelak kriteria dari tujuan merupakan masalah terakhir yang harus pernah diaplikasikan kepada sebuah studi tentang evolusi legal. Tidak ada perangkat peribahasa yang lebih penting bagi ahli sejarah dibandingkan peribahasa ini: bahwa penyebab-penyebab aktual dari sebuah asal-usul sesuatu. dan kegunaan-kegunaan akhirnya, catatan dari penggabungannya ke dalam sebuah sistem dari tujuan-tujuan, merupakan dunia-dunia terpisah; bahwa semua yang ada, tak peduli apa asal-usulnya, merupakan interpretasi kembah secara radikal oleh hal-hal tersebut dalam kekuasaan terhadap istilah-istilah dari makna-makna segar, bahwa semua berproses dalam dunia organik adalah proses yang melebihi dan menaklukkan berarti reinterpretasi, pengaturan kembali, dalam tujuan dari suatu makna yang paling awal dan tujuan adalah perlu bahkan sulit untuk dimengerti atau hilang. Tak peduli bagaimana sebaiknya kita memahami kegunaan dari sebuah organ psikologis tertentu 100 Friedrich Nietzsche (atau tentang sebuah institusi legal, sebuah adat kebiasaan, sebuah konvensi politis, sebuah genre artistik, sebuah karakteristik pemujaan) kita tidak dapat begitu saja memahami apapun dari asalusulnya. Saya menyadari bahwa kenyataan ini pasti mengecewakan para nasionalis, karena dari waktu yang sangat kuno, tujuan yang dapat ditunjukkan dari sesuatu telah dianggap sebagai causa fiendinya — mata diciptakan untuk melihat, tangan untuk meraba. Sehingga juga, hukuman telah dipandang sebagai sebuah ciptaan untuk tujuan hukuman. Tetapi semua tujuan-tujuan pragmatis ini merupakan simbol-simbol belaka dari fakta bahwa sebuah keinginan terhadap kekuasaan telah menanamkan maknanya sendiri terhadap fungsi dalam hal-hal yang tidak begitu berkuasa tersebut. Jadi keseluruhan sejarah dari suatu. hal, sebuah organ, sebuah adat istiadat, menjadi sebuah rantai yang berkesinambungan dari reinterpretasi dan penyusunan kembah, yang mana tidak perlu dengan hati-hati dihubungkan diantara mereka sendiri, yang akan secara sederhana saling mengikuti satu sama lainnya. "Evolusi" dari sebuah masalah, sebuah adat-istiadat, sebuah organ bukanlah progressusnya menuju satu tujuan, membiarkan progessus yang paling logis dan pendek. sendirian, membutuhkan setidak-tidaknya energi dan pengeluaran. Terlebih lagi, ini merupakan sebuah deretan dari proses yang sedikit banyaknya mendalam, sedikit banyaknya 101 Genealogi Moral independen dari kepemilikan yang tidak sah, termasuk lawan yang digunakan dalam setiap contoh, tranformasi-transformasi percobaan untuk tujuan-tujuan membela diri atau reaksi, demikian juga hasil-hasil dari pertahanan diri yang sukses. Sementara bentuk-bentuk merupakan cairan, "makna" mereka bahkan lebih dari itu. Proses yang sama mengambil tempat dalam setiap organisme individu. Seperti keseluruhan organisme yang berkembang dalam cara-cara yang esensial, makna dari organ-organ individu juga telah berubah. Dalam beberapa kasus, kesia-siaan parsial mereka atau pengurangan numerik menyulap kekuatan dan kesempurnaan yang bertambah dari keseluruhan. jumlah ini untuk mengatakan bahwa ketidakterpakaian parsial, kesia-siaan dan degenerasi, hilangnya makna dan tujuan -singkatnya, mati -harus diperhitungkan dengan angka diantara kondisi-kondisi dari setiap progessus yang benar, yang mana yang terakhir selalu muncul dalam bentuk dari keinginan dan tujuan-tujuan terhadap kekuasaan yang lebih besar dan diperoleh pada harga dari beberapa kekuasaan yang lebih kecil. Wilayah dari setiap "kemajuan" ini diukur lewat segala yang harus dikorbankan untuk kepentingannya. Untuk mengorbankan kemanusiaan sebagai massa terhadap kekayaan dari satu spesies manusia tunggal yang paling kuat akan sebetulnya menyusun kemajuan.... Saya telah menekankan masalah dari metode 102

historis ini, semua yang lebih secara kuat karena ia mengitari sudut dari naluri-naluri dan gaya-gaya kita saat ini, yang mana akan lebih dibandingkan dengan mendatangi istilah-istilah dengan sifat acak yang absolut atau ketiadaan makna yang mekanistik dari peristiwa dibandingkan dengan teori dari sebuah keinginan untuk berkuasa yang dipantulkan dalam setiap proses. Bias demokratik melawan segala yang mendominasi atau berharap untuk mendominasi, misarchisme modem kita (menciptakan sebuah kata buruk untuk sebuah masalah buruk) dengan perlahan-lahan sangat menguapkan dan menjijikkan dirinya sendiri bahwa saat ini ia dapat menyerang ilmu-ilmu paling pasti, yang paling objektif tanpa munculnya sebuah kata protes dari seseorang. Sebenarnya tampak oleh saya bahwa prasangka ini sekarang mendominasi seluruh fisiologi dan ilmu-ilmu kehidupan yang lainnya, terhadap ketersesatan mereka, sebenarnya sejak ia telah menolak salah satu dari konsep-konsep fundamental mereka, yaitu aktivitas, dan meletakkan dalam tempatnya, konsep adaptasi — semacam aktivitas tingkat kedua, tidak lain adalah reaktivitas. Agak bertahan dengan bias itu, Herbert Spencer telah menggambarkan kehidupan itu sendiri sebagai sebuah adaptasi pribadi yang bahkan lebih bertujuan dibandingkan situasi-situasi eksternal. Tapi sebuah pandangan salah menilai yang paling esensial dari kehidupan; gagal memperhatikan superioritas 103 Genealogi Moral mendasar dari tenaga-tenaga spontan. XIII Untuk kembali kepada isu tentang hukuman, kita harus memisahkannya ke dalam dua aspek yang berbeda: pertama karakteristik-karakteristik permanen relativitasnya: kebiasaan, aksi, drama, serangkaian prosedur tertentu yang kaku; dan kedua, adalah semua yang mengalir didalamnya: maknanya, tujuannya, pengharapan-pengharapan yang ditujukan kepada eksekusi dari beberapa prosedur. Dalam bertahan dengan pandanganpandangan yang telah saya nyatakan lebih awal, saya mengasumsikan bahwa di sini prosedur-prosedur itu sendiri membubuhi tanggal yang berbeda untuk tujuan-tujuan hukuman dan bahwa yang terakhir hanya diproyeksikan ke dalam prosedur yang mana telah ada sejak lama, meskipun dalam sebuah kerangka kerja yang berbeda. Singkatnya, saya benar-benar membagi perusahaan dengan pandangan naif yang mana akan melihat prosedur seperti telah diciptakan untuk tujuan-tujuan, sebagai hukuman, seperti lebih awal tangan untuk tujuan-tujuan yang dimengerti. Menurut yang lain, "makna", aspek cair dari hukuman, saya akan mengatakan bahwa dalam sebuah kebudayaan yang paling akhir seperti misalnya kebudayaan Eropa kita saat ini, makna "hukuman" tidak hanya memiliki satu melainkan begitu banyak arti. 104 Keseluruhan sejarah tentang hukuman dan adaptasinya terhadap pemakaian-pemakaian yang paling bervariasi akhirnya mengkristal ke dalam sejenis kerumitan yang sulit untuk diuraikan dan agak mustahil untuk didefinisikan. (Mustahil mengatakan bahwa dengan pasti saat ini bahwa orang-orang dihukum. Semua istilah-istilah yang secara semiotik mengkonsentrasikan keseluruhan proses yang menghindari definisi; hanya yang tidak memiliki sejarah yang akan dapat didefinisikan). Bagaimanapun, pada sebuah panggung yang lebih awal bahwa sintesis dari "makna" harus menjadi lebih mudah untuk dapat dilarutkan, komponen-komponennya lebih mudah untuk dipisahkan. Kita masih dapat melihat saat ini, dari satu situasi ke situasi berikutnya, elemen-elemen dari sintesis mengubah valensinya dan mereorganisasikan diri mereka sendiri dalam semacam cara yang sekarang menjadi elemen ini, sekarang mendominasi atas biaya yang lainnya, ini bahkan mungkin terjadi bahwa dalam situasi-situasi tertentu, satu-satunya elemen (tujuan dari ketakutan, misalnya) menyerap yang lainnya. Untuk memberikan beberapa ide kepada pembaca tentang bagaimana "makna" hukuman yang tidak pasif, sekunder dan aksidental itu sebenarnya, dan bagaimana satu dan beberapa prosedur yang sama mungkin akan digunakan untuk tujuan-tujuan yang sangat berbeda, saya akan menggambarkannya dengan sebuah skema abstrak dari tubuh material yang relatif kecil dan 105 Genealogi Moral

acak pada penjualan saya. 1. Hukuman didaftar dengan pandangan yang menyebabkan pelanggar selamat dan melindungi perbuatannya dengan memajukan kerusakan. 2. Hukuman terdiri dari pembayaran kerusakankerusakan pada pesta yang tidak adil, termasuk kompensasi yang memiliki pengaruh. 3. Hukuman sebagai isolasi dari sebuah agen yang tidak seimbang, dengan maksud untuk menjaga gangguan dari penyebaran lebih jauh. 4. Hukuman sebagai tujuan untuk menginspirasikan rasa takut dari mereka-mereka yang memutuskan dan mengeksekusinya, 5. Hukuman sebagai pembatalan dari keuntungan-keuntungan bagi yang tidak membayar hutang dan sampai saat ini menikmatinya (seperti ketika ia ditempatkan untuk bekerja di pertambangan-pertambangan). 6. Hukuman sebagai eliminasi dari sebuah elemen yang turun harga (atau, seperti dalam hukum Cina. Seluruh persediaan; sebuah tujuan dari menjaga kemurnian ras, atau dari pemeliharaan sebuah tipe social). 7. Hukuman sebagai sebuah "kemenangan", mengkasari dan mempermalukan seorang musuh yang akhirnya patuh. 106 Friedrich Nietzsche 8. Hukuman sebagai tujuan dari penciptaan ingatan, baik untuk seorang yang menderitanya yang disebut "pembuktian" — atau untuk kesaksian. 9. Hukuman sebagai pembayaran dari sebuah upah, dipastikan oleh otoritas yang melindungi pelaku jahat dari ekses-ekses balas dendam. 10. Hukuman sebagai sebuah kompromi dengan tradisi balas dendam, untuk memperluas bahwa hal ini masih dipelihara dan diserukan sebagai hak-hak istimewa oleh klan-klan yang berkuasa. 11. Hukuman sebagai sebuah dleklarasi perang, sebuah ukuran cinta perang, melawan musuh perdamaian, perintah dan otoritas. XIV Bagaimanapun tidak lengkapnya, daftar ini akan menunjukkan bahwa hukuman adalah perluasan dari tujuan-tujuan berguna dari setiap jenis. Semua yang paling beralasan adalah mengapa kita seharusnya membatalkan darinya sebuah keguna an yang bersifat fiksi yang menjelaskan dengan sangat luas dalam pemikiran popular saat ini, dan yang mana para penulis yang tidak bertanggung jawab digunakan secara bebas untuk menyokong keyakinan kita yang terhuyung-huyung dalam hukuman. Hukuman, kata orang-orang ini,, adalah 107 Genealogi Moral

berharga karena ia membangkitkan suatu perasaan bersalah dari kriminal; oleh sebab itu kita harus memandangnva sebagai instrumen nyata dari reaksi psikologis yang disebut "penyesalan", "takut akan kesadaran". Tapi ini merupakan sebuah tindakan bodoh, bahkan sejauh manusia modem dan psikologisnya diperhatikan; diaplikasikan kepada manusia pertama, faham ini menjadi sangat absurd. Penyesalan nyata merupakan hal yang paling jarang di tengah-tengah para kirminal dan pelanggar: penjara-penjara dan rumah-rumah tahanan bukan merupakan tempat-tempat menternakkan para binatang pengerat ini. Seluruh pengamat yang teliti sepakat di sini, meskipun faktanya mungkin mengecewakan harapan dan impian mereka yang paling dalam. Dekat dan luas, hukuman mengeras dan membeku; ia berkonsentrasi; ia menajamkan sense perbedaan; ia menguatkan resistansi. Jika seharusnya terjadi bahwa saat ini dan sekali lagi ia mematahkan keinginan dan menyingkirkan sebuah kekalahan dan kerendahan diri yang menyakitkan, kita menemukan bahwa efek psikologis bahkan sedikit memuaskan terhadap seseorang yang paling biasa, misalnya, sebuah kegelapan yang kering dan menyerap diri. Tapi jika kita berhenti untuk menyadari milenia prasejarah, kita dapat mengatakan dengan beberapa jaminan bahwa hal ini secara pasti adalah hukuman yang paling efektif memperlambat perkembangan dari perasaan bersalah, setidak-tidaknya dalam hati 108 Friedrich Nietzsche para korban dari otoritas yang terhukum. Karena kita pasti tidak meremehkan ukuran terhadap apa yang pada kriminal dilarang, dengan kesaksian yang sangat dari proses legal, memandang tindakannya sebagai iblis secara essensial. Dia melihat begitu banyak tindakan-tindakan yang sama yang dipertunjukkan dalam melayani keadilan dengan kesadaran yang sangat jelas dan penghargaan umum; memata-matai, menjebak, membodohi, memberi suap, semua penipuan, sistem cerdik yang mana polisi, para hakim, dan para pemberi informasi telah dibangun diantara diri mereka sendiri; jangan menyinggung praktek-praktek legal berdarah dingin terhadap merampas, menghina, menganiaya, membunuh korban. Jelasnya tak satupun dari praktek-praktek ini ditolak dan dikecam oleh hakim-hakimnya, tapi hanya di bawah kondisi-kondisi tertentu, "kesadaran buruk", tumbuhan yang paling mengerikan dan menarik dari vegetasi kita, telah secara jelas tidak tumbuh dari tanah ini, terutama selama waktu yang sangat panjang dengan makna tersebut kita menghukum seorang "kriminal" tidak pernah masuk dalam pemikiran seorang hakim. Dia berpikir bahwa ia pasti melakukan dengan seorang pembuat masalah, sebuah bagian dari ketidakberuntungan yang tak dapat dihitung. Dan dalam peranannya sebagai manusia yang berkelompok ia akan dihukum mengingat hukumannya sebagai suatu ketidakberuntungan. Dia tidak lebih 109 merasakan sebuah ketakutan moral daripada jika sebagian besar sesuatu. yang mengerikan, bencana yang tidak diharapkan telah terjadi, jika sebuah batu telah jatuh dan menimpa dirinya. XV Spinoza, suatu kali, dengan rasa malu, mengamati fakta ini (terhadap pengacuhan dari beberapa komentatornya, seperti Kuno Fischer, yang telah menghilang dari jalan mereka tentang salah mengartikan maksudnya). Suatu siang tergoda oleh surga yang mengetahui ingatan apa yang dia telah ajukan atas pertanyaan dari yang benarbenar tersisa padanya yaitu morsus conscientiae yang terkenal. Apakah dia telah memindahkan baik maupun jahat menjadi wilayah hal-hal yang terbayangkan dan dengan kejam melindungi kehormatannya terhadap Tuhan "merdeka", melawan kutukan-kutukan tersebut yang akan memiliki Tuhan secara konstan bertindak sub ratione boni ("Tapi ini akan berarti mengsubordinasikan Tuhan kepada takdir,

dan hasil dalam "absurditas" yang paling buruk)? Dunia bagi Spinoza telah kembali kepada pentas dari keluguan itu yang mana ia telah mengetahui sebelumnya tentang penciptaan dari kesadaran buruk — tapi apakah, dalam proses, telah menjadi sebuah sengat dari kesadaran? "Ini merupakan lawan dari kegembiraan," katanya akhirnya, "sebuah kesedihan 110 Friedrich Nietzsche yang hadir oleh kenangan dari beberapa peristiwa lalu yang mengecewakan harapan-harapan kita," (Ethics 111, Propos. 18, Schol. 1.2). Dalam sebagian besar cara selama beribu-ribu tahun, semua pelaku kejahatan yang melewati hukuman harus berpikir, "Sesuatu yang secara tidak terduga menjadi salah di sini," dan bukan "Saya seharusnya tidak pernah melakukan hal itu". Mereka akan membiarkan hukuman seperti seseorang yang membiarkan kesakitan atau kemalangan atau kematian, dengan berani, fatalisme yang tidak memberontak yang masih memberikan bangsa Rusia sebuah keuntungan lewat kita para orang Barat dalam manajemen dari kehidupan mereka. Jika tindakan-tindakan telah "dihukum" mutlak pada masa itu, ia secara khusus merupakan sesuatu dari suclut pandang yang hati-hati. Tak akan ada keraguan bahwa kita harus mencari efek nyata dari hukuman dalam sebuah ketajaman dari kepintaran-kepintaran manusia, sebuah ekstensi dari ingatan-ingatannya, sebuah kekuatan pikiran untuk memproses mulai dari sekarang secara lebih hati-hati, curiga, rahasia, sebuah realisasi terhadap individu yang secara sederhana sangat lemah untuk melengkapi hal-hal tertentu; singkatnya, sebuah pertambahan dari pengetahuan diri. Apa yang mampu diraih hukuman, baik bagi manusia maupun binatang buas, adalah pertambahan dari rasa takut, kehati-hatian, kontrol terhadap naluri-naluri. jadi manusia didomesti 111 Genealogi Moral kasi oleh hukuman, tapi tidak berarti dibuktikan; terlebih berlawanan. (Dikatakan bahwa kemalangan mempertajam kepintaran kita, tapi ukuran bahwa is mempertajam kepintaran kita membuat kita menjadi lebih buruk, untunglah, ia secara sederhana sering membodohi mereka). XVI Saya tidak dapat lebih lama lagi menunda pemberian ekspresi sementara terhadap hipotesishipotesis saya sendiri berkenaan dengan asal-usul "kesadaran buruk'. Ini merupakan salah satu yang mungkin akan menjatuhkan bahkan secara aneh terhadap telinga-telinga kita dan yang menghendaki meditasi dekat. Saya menganggap kesadaran buruk menjadi sebuah penyakit dalam yang duduk pada sesuatu yang mana manusia menyerah di bawah tekanan dari transformasi yang paling mendalam yang pernah dia lalui — sesuatu yang membuatnya sekali dan seterusnya menjadi sebuah ciptaan yang dapat berteman dan berdamai. Seperti yang sedang terjadi dalam kasus dari makhluk-makhluk laut ini yang terpaksa menjadi binatang-binatang darat dengan tujuan bertahan hidup, makhluk-makhluk setengah binatang ini, dengan gembira beradaptasi terhadap keliaran, perang, kehidupan nomadic yang bebas, dan pengembaraan, terpaksa mengubah kealamiahan mereka. Dari sesuatu yang tidak diharapkan mereka 112 Friedrich Nietuche menemukan naluri-naluri mereka berdevaluasi, tidak seimbang. Mereka harus berjalan di atas kaki dan membawa beban diri mereka sendiri, dimana sebelumnya airlah yang membawa diri mereka: sebuah beban berat yang mengerikan atas mereka. Mereka merasa tak mampu terhadap manipulasi manipulasi yang paling sederhana ini, karena dalam dunia yang baru, yang tidak diketahui ini mereka tidak akan dapat lama bergantung pada petunjuk dari kemudi tak sadar mereka. Mereka ter paksa harus berpikir, memperkirakan, menghitung, berpikir tentang sebab dan efek— orang-orang tak berbahagia, mereduksi ketidakberdayaan mereka, organ yang paling mulia, kesadaran mereka! Sava ragu bahwa pernah ada di muka bumi ini suatu perasaan tentang penderitaan, suatu ketidaknyamanan berat. Ini bukan karena naluri-naluri tua itu telah tak henti-hentinya dengan tiba-tiba membuat

tuntutan-tuntutan mereka; tapi sekarang kepuasan-kepuasaan mereka jarang dan sulit. Seluruh naluri yang tidak diperbolehkan bebas bermain berbelok ke dalam. Ini adalah apa yang saya namakan dengan interiorisasi manusia; ia sendiri menyediakan tanah untuk menumbuhkan dari apa yang kemudian disebut jiwa manusia. Dunia interior manusia, aslinya kurus dan tipis, telah menaikkan setiap dimensi, dalam proporsi sebagai pemerdekaan keluar dari perasaan-perasaannya yang telah dibatasi. Benteng pertahanan yang luar biasa dengan maksud -dari yang mana 113 kesopan-santunan melindungi dirinya sendiri melawan naluri-naluri kuno dari kebebasan (hukuman merupakan salah satu. dari benteng-ben teng pertahanan yang paling kuat ini) menye babkan keliaran-keliaran itu, naluri-naluri luar biasa itu mengubah ke dalam atas manusia. Per musuhan, kekejaman, kesenangan terhadap tun tutan, penyerbuan, kegembiraan, pengrusakan se mua berbalik melawan penyebabnya. Mengurangi musuh-musuh dan perlawanan-perlawanan eks ternal, dan membatasi dalam sebuah penyempitan penindasan dan regularitas, manusia mulai ter pisah, memburu, dan menakut-nakuti dirinya sendiri, seperti seekor binatang buas yang melem parkan dirinya sendiri melawan terali-terali dari kandangnya. Si penderita ini, ditelan oleh nostal gia terhadap gurun, yang telah mengubah diri nya sendiri ke dalam sebuah petualangan, sebuah kamar penyiksa, sebuah keliaran yang tidak aman dan berbahaya, kebodohan ini, kerinduan ini, dan keputusasaan tahanan, menjadi pencipta dari "kesadaran buruk'. Juga generator dari penyakit penyakit yang paling hebat dan bencana, dari yang mana kemanusiaan tidak memiliki hingga hari ini disembuhkan: penyakitnya dari dirinya sendiri, terpisah dari pemisahan kejam dari masa lalu binatangnya, oleh lompatan tiba-tibanya dan jatuh ke dalam tempat-tempat dan kondisi-kon disi baru dari eksistensi, oleh deklarasi perangnya melawan naluri-naluri kuno yang sampai saat ini masih mempunyai pondasi dari kekuasaannya, 114 Friedrich Nietzsche kegembiraannya, dan kehormatannya. Izinkan saya mempercepat menambahkan bahwa fenomena dari sebuah jiwa binatang mengubah atas dirinya sendiri, memegang senjata melawan dirinya sendiri, merupakan sangat asli, mendalam, misterius, kontradiksioner, dan mengandung kemungkinan, bahwa seluruh kompleksi dari jagad raya telah sangat berubah. Pertunjukan ini (dan tujuan dari ini belum merupakan dalam tanda) membutuhkan seorang penonton suci untuk melakukan penilaiannya. Memang sebuah pertunjukan sangat menguap dan paradoks untuk lewat tak diperhatikan di atas beberapa planet biasa. Mulai saat ini manusia digambarkan di antara lemparan-lemparan yang tak terduga dan melelahkan dalam permainan dadu yang dimainkan oleh "buyut" Heracleitus, yang memanggil dirinya sendiri Zeus atau

Kesempatan. Saat ini manusia membangkitkan sebuah minat, sebuah ketegangan, sebuah harapan, hampir sebuah hukuman seolah-olah dalam dirinya terdapat sesuatu yang mewartakan, seolah-olah dia bukan merupakan sebuah tujuan melainkan sebuah jalan, sebuah selingan, sebuah jembatan, sebuah janji agung.... XVII Hipotesis-hipotesis saya mengenai asal-usul kesadaran buruk memperkirakan bahwa perubahan ini tidak berjalan lambat maupun sukarela, bahwa ia bukan merupakan sebuah pertumbuhan 115 Genealogi Moral organik ke dalam kondisi-kondisi baru tapi lebih merupakan sebuah patahan tiba-tiba, sebuah lompatan, sebuah hal yang terpaksa, sebuah bencana yang tak dapat dielakkan, yang tidak dapat dilawan atau bahkan dibenci. Ia lebih jauh lagi memperkirakan bahwa kepantasan dari sebuah rakyat jelata yang sampai saat ini tak terkendali dan tak berbentuk ke dalam sebuah ikatan yang kuat, seperti ia telah memulai dengan sebuah tindakan kejam, telah dibawa menjadi kesimpulan oleh serangkaian tindakan-tindakan kejam; bahwa negara terawal telah menyusun sebuah tirani yang mengerikan, sebuah mesin kejam, menindas bukan hanya untuk merampas dan melipat seorang rakyat jelata yang kasar tapi sesungguhnya untuk membentuknya. Saya telah menggunakan kata "negara" tetapi ia seharusnya dengan jelas memahami apa yang saya maksudkan: sebuah paket liar, sebuah ras penakluk, mereka sendiri diorganisasikan untuk perang dan mampu mengorganisasikan yang lain, dengan kasar mendominasi penduduk yang mungkin sangat superior dalam jumlah dan kelak tidak berbentuk dan nomaden. Contoh tersebut merupakan awal dari bentuk pemerintahan manusia; saya menganggapnya kita telah memperoleh sentimentalisme yang akan memilikinya dengan sebuah kontrak. Apakah umat manusia benar-benar dapat memerintah, siapa yang terlahir sebagai pemerintah, siapa menunjukkan kekuasaan dalam tindakan dan kesopanan, 116 haruskah dilakukan dengan kontrak? Wujud-wujud ini tidak dapat dihitung; mereka datang seperti takdir, tanpa puisi dan alasan, dengan tidak mengenal belas kasihan, polos dari alasan yang dicari-cari. Tiba-tiba mereka ada di sini, seperti sebuah pukulan, sangat mengerikan, meyakinkan dan "berbeda" dari kebencian Yang pernah ada. Pekerjaan mereka adalah sebuah bentukbentuk impresif naluriah. Mereka adalah seniman-seniman Yang paling spontan, paling tak sadar daripada yang pernah ada. Mereka muncul, dan sesuatu. Yang sepenuhnya baru dan ada yang telah bangkit, sebuah domini hidup yang memiliki bagian-bagian dan fungsi-fungsi tak terbatas dan saling berhubungan, Yang di dalamnya terdapat kamar kosong Yang belum lama ini tidak menerima maknanya dari keseluruhan. Menjadi organiser-organiser natural, manusia-manusia ini tidak mengenal apapun tentang rasa bersalah, tanggung jawab, pertimbangan. Neraka dijalan kan oleh egoisme menakutkan dari seniman, Yang dinilai oleh karya Yang harus ia lakukan, seperti ibu oleh anak yang ia besarkan. Kesadaran buruk tentu saja tidak berasal dengan manusia-manusia ini, kelak di sisi lain, bahwa pertumbuhan Yang tidak bekerja sama tumbuh tidak dapat berkembang tanpa mereka, tanpa tiupan-tiupan palu mereka, kekerasan seniman mereka, Yang menyetir suatu kuantitas agung dari kebebasan keluar dari pandangan dan membuatnya laten. Dalam fase 117 Genealogi Moral fase terawal kesadaran buruk ini tidak lain adalah naluri kebebasan yang dipaksa menjadi laten, dikemudikan ke bawah tanah, dan dipaksa untuk mengeluarkan energi atas dirinya sendiri. XVIII

Kita harus menjaga terhadap pengambilan terlalu suram dari sebuah tentang fenomena ini secara sederhana karena ia buruk dan sekaligus gila. Akhirnya, keinginan yang sama terhadap kekuasaan yang didalamnya seniman-seniman dan organiser-organiser kejam tersebut menciptakan tatanegara-tatanegara, dalam "labirin hati" -semakin licik, supaya yakin, dan dalam tujuan yang berbeda — menciptakan tujuan-tujuan negatif dan kesadaran buruk kemanusiaan. Kecuali bahwa sekarang material di atas yang kekuatan besar alamiah ini telah dipergunakan adalah manusia itu sendiri, binatang tuanya sendiri — dan bukan, seperti dalam fenomena yang lebih hebat dan luar biasa itu — manusia rekannya. Kekejaman rahasia diri, kekejaman seniman ini, pernyataan ini terhadap kebutuhan atas materi keras kepala sebuah bentuk, sebuah keinginan, sebuah perbedaan, sebuah perasaan tentang kontradiksi dan penghinaan, tugas bencana dari sebuah jiwa ini terpisah melawan dirinya sendiri, yang membuat dirinya sendiri menderita demi kenikmatan dari penderitaan, "kesadaran buruk" yang paling 118 Friedrich Nietzsche energik — apakah ia tidak melahirkan kepada sebuah kekayaan dari kecantikan dan dukungan yang aneh? Apakah dia tidak pernah melahirkan kecantikan itu sendiri? Akankah kecantikan ada bila kejelekan tidak pertama kali mengenali dirinya sendiri, bukan mengatakan kepada dirinya sendiri, "apakah saya jelek?" Perkiraan ini akan pantas, setidak-tidaknya, untuk memecahkan teka-teki tentang mengapa istilah-istilah yang berlawanan seperti misalnya tidak mementingkan diri sendiri, pengingkaran diri, pengorbanan diri mungkin mendekatkan sebuah tujuan, sebuah kecantikan. Bahkan akankah pembaca meragukan mulai dari sekarang bahwa kegembiraan dijatuhkan oleh orang yang mengingkari diri, mengorbankan diri tidak mementingkan diri sendiri adalah dari awal sekali merupakan sebuah kegembiraan kejam. Begitu banyak bagi asal-usul yang tidak mementingkan diri sendiri sebagai sebuah nilai moral. Kesadaran buruk, hasrat untuk mempermalukan diri, merupakan sumber dari seluruh nilai-nilai altruis XIX Tak akan ada keraguan bahwa kesadaran buruk adalah sebuah penyakit, tetapi begitu juga, dalam sebuah suasana, merupakan keadaan hamil. Saat ini kita harus menggambarkan kondisi-kondisi yang membawa "penyakit" itu kepada puncaknya 119 Genealogi Moral yang paling tinggi dan paling mengerikan. Tapi pertama-tama, marilah kita kembali sebentar kepada sebuah pertimbangan yang paling awal. Hubungan hukum sipil dari debitur kepada kreditur telah diproyeksikan ke dalam, kelak konteks yang lain, di mana kita menemukannya bahkan lebih sukar untuk dimengerti saat ini, terutama ke dalam hubungan antara manusia-manusia hidup dan para leluhur mereka. Di antara suku-suku primitif, setiap generasi baru merasa dekat dengan leluhur-leluhur terdahulu, dan terutama menuju para pendiri original dari suku tersebut. Friedrich ~N!ictzsch, ritual-ritual, tempat-tempat suci, kebiasaan-kebiasaan, tapi di atas segalanya, dengan kepatuhan kepada seluruh ritus, yang telah dibangun oleh para leluhur, yang juga secara permanen diperintah oleh mereka. Tetapi akankah hal ini sepenuhnya dapat dibayar kembali? Sebuah keraguan yang mencemaskan tetap tinggal dan tumbuh sedikit demi sedikit, dan sering kali terjadi beberapa tindakan dari 'penyelamatan", sejumlah besar pembayaran kembali besar-besaran dari kreditur (pengorbanan terkenal dari kelahiran pertama, misalnya, -3 - I . .

-

Genecdogi Moral bayangan yang ajaib leluhur menjadi seorang dewa. Mungkin ini adalah cara dewa-dewa muncul, keluar dari rasa takut. Dan apabila seseorang merasa menemukannya perlu untuk ditambah, "Tapi juga keluar dari rasa kebaikan," pernyataannya secara sempit akan dijustifikasikan kepada periode yang paling lama dan paling awal dari ras manusia. Tetapi ia tentu akan memegang kebenaran untuk periode pertengahan selama yang mana klan-klan terhormat muncul, dari yang kepada siapa ia akan secara adil mengatakan bahwa mereka membayar kembali para leluhur mereka (para pahlawan ataupun dewa) dengan memberikan perhatian kepada seluruh barang-barang yang terhormat ini karena telah datang untuk tinggal sepenuhnya dalam diri mereka. Kita akan mempunyai sebuah kesempatan kelak untuk menyetujui terhadap "ketidakhormatan" dari ruh-ruh leluhur (yang mana tidak merupakan hal yang sama seperti "pentahbisan" mereka), tetapi pertama-tama, mari kita membawa kepada sebuah kesimpulan tentang cerita tentang kesadaran rasa bersalah manusia. XX Keyakinan padat manusia bahwa dia telah bersyukur kepada para dewa tidak berhenti dengan menolak organisasi kesukuan. Hanya manusia yang telah mewarisi dari darah kaum ningrat 122 konsep-konsep baik dan buruk, bersama dengan kecenderungan hati terhadap hirarkis yang psikologis, sehingga dia telah mewarisi dari sukusuku, bersama dengan dewa-dewa suku, sebuah tekanan dari hutan khusus dan hasrat untuk membuat kompensasi akhir. (Jembatan ini disediakan oleh populasi-populasi besar dari para budak dan budak belian itu, yang tidak terpaksa maupun lewat tiruan yang merendahkan diri, telah mengadopsi sekte dari majikan-majikan mereka. Warisan ini menyebar dari mereka dari seluruh arah). Rasa syukur terhadap para dewa terus berkembang lewat berabad-abad, menjaga perdamaian dengan konsep evolusi manusia tentang dewa. (Dongeng abadi dari pertikaian etnik, kemenangan, rekonsiliasi, dan penggabungan, pendeknya, apapun yang mengarahkan hirarki dari kerusakan rasial dalam sebagian besar sintesis, dipantulkan dalam kebingungan terhadap asal-usul dewa dan legenda-legenda berdagang dengan pertempuran-pertempuran, kejayaan-kejayaan dan rekonsiliasi-rekonsiliasi dewa. Setiap kemajuan menuju kekaisaran universal juga telah merupakan sebuah kemajuan menuju sebuah dunia dewata universal. Tirani, dengan menyongsong kehormatan-kehormatan independen, selalu menyiapkan jalan untuk sebagian besar monotheisme). Datangnya tuhan Kristen Tuhan "potensi tertinggi" kemudian dibayangkan oleh manusia, serentak dengan distribusi luas dari rasa-syukur, rasa bersalah. Jika 123 Genealogi Moral kita benar dalam mengasumsikan Yang telah kita masukkan ke dalam perkembangan sebaliknya, ia berdiri pada alasan bahwa penolakan tetap dari keyakinan dalam tuhan Kristen pasti mengakibatkan sebuah penolakan yang seimbang dalam kesadaran rasa bersalah manusia. Juga berdiri pada alasan — bukankah? — bahwa sebuah kejayaan lengkap dan jelas dari atheisme akan melahirkan umat manusia bersama-sama dari perasaannya terhadap menjadi bersyukur kepada permulaannya, causa primanya. Atheisme dan semacam "keluguan kedua" berjalan bersama-sama. XXI Begitu banyak, untuk saat ini, tentang hubungan-hubungan dari "rasa bersalah" dan "tugas" dengan asumsi-asumsi religius. Saya telah dengan bebas meninggalkan di satu sisi "moralisasi" dari istilah-istilah ini (dorongan-dorongan ke belakang mereka ke dalam kesadaran, hubungan dari makna kesadaran buruk dengan sebuah kedewaan), dan bahkan tertulis pada akhir dari paragrap terakhir seolah-olah sebuah moralisasi itu tidak pernah mengambil tempat; seolah-olah dengan makna dari seorang dewa, kreditur jatuh ke dalam ketiadagunaan makna itu juga ditakdirkan. Sayangnya, ini jauh dari menjadi kasus. Moralisasi modem dari ide-ide rasa bersalah dan tugas -penurunan pangkat mereka menjadi sebuah subjektivitas

124 Friedrich Nietzsche "kesadaran buruk" yang murni— menampilkan sebuah usaha Yang diputuskan untuk membalikkan tatanan normal dari perkembangan, atau setidaknya untuk menghentikan ini dalam jejak-jejaknya. Sekarang objek adalah untuk mendekatkan prospek dari pembebasan final dan membuat renungan manusia memantul dari sebuah rintangan besi; untuk memaksakan ide-ide dari rasa bersalah dan tugas untuk berhadapan dan dengan kasar berbalik — kepada siapa ditujukan? Pertama-tama jelas kepada "debitur" Yang digerogoti dan ditelaah oleh kesadaran buruk, Yang menyebar seperti sebuah polyp, datang untuk melihat hutangnya sebagai Yang tidak dapat ditebus oleh tindakan apapun dari kompensasi (makna dari "penebusan dosa abadi"). Tetapi sesungguhnya "kreditur" juga berubah dalam cara yang sama. Saat ini, kutukan jatuh atas causa prima manusia ("Adam", "dosa asal", "penindasan kehendak"); atau terhadap alam, yang memberikan kelahiran kepada manusia dan Yang mana saat ini menciptakan tempat dari prinsip jahat (alam sebagai instrumen iblis/ kejahatan); atau atas eksistensi universal, yang sekarang muncul sebagai sebuah non-nilai absolut (nihilistik menghindar dari kehidupan, sebuah perpanjangan untuk ketiadaan atau untuk "lawan" kehidupan, karena sebuah jenis berbeda dari "wujud", Budhisme, dan lain-lain). Kemudian tiba-tiba kita datang berhadapan muka ke muka dengan 125 Genealogi Moral kelayakan paradoksikal dan memberikan yang dengan sementara membawa perasaan lega untuk menganiaya kemanusiaan, bahwa pukulan yang paling cemerlang dari Kristen; pengorbanan Tuhan dari dirinya sendiri untuk manusia. Tuhan membuat pembayaran kepada dirinya sendiri untuk sesuatu yang tidak dapat dibayar; Tuhan sendiri memiliki kekuatan untuk memaafkan kita dari sebuah hutang, kita tidak lama dapat bebas; kreditur menawarkan dirinya sendiri sebagai sebuah pengorbanan terhadap debiturnya di luar dari cinta murni (dapatkah Anda mempercayainya?), di luar dari cinta terhadap debitur.... XXII Mulai sekarang pembaca akan menebak apa yang telah benar-benar terjadi dibelakang kepura puraan ini. Manusia, dengan kebutuhannya un tuk menganiaya diri, kekejamannya yang mengu ap, dihasilkan dari penangkaran terhadap alam binatangnya dalam sebuah tata negara, mencip takan kesadaran buruk dengan maksud menyakiti dirinya sendiri, setelah rintangan dari keterbuka an yang paling natural dari kekejamannya. Ke mudian manusia yang malu ini mendatangi aga ma dengan maksud untuk memperburuk siksaan dirinya menjadi semakin buruk. Pikiran dari kebe radaan dalam hutang Tuhan menjadi instrumen barunya terhadap penyiksaan. Dia berpusat dalam 126 Tuhan pertentangan-pertentangan dari tujuan, dia dapat menemukan kebenarannya dan nalurinaluri binatang kronis, membuat hal-hal ini sebagai sebuah dosa melawan Tuhan (permusuhan, pemberontakan melawan "Tuhan", "Bapak", "Pencipta"). Dia membentangkan dirinya sendiri di atas kontradiksi-kontradiksi "Tuhan" dan "Iblis" seperti di atas sebuah rak. Dia memproyeksikan semua pengingkarannya atas diri, alam, kealamiahan keluar dari dirinya sendiri sebagai afirmasi-afirmasi, sebagai wujud nyata, personifikasi, realitas, seperti Tuhan (Hakim Agung dan Eksekusioner), seperti keutamaan, seperti keabadian, seperti siksaan tak berakhir, seperti neraka, seperti keadaan tak terhingga dari rasa bersalah dan hukuman. Dalam kekejaman psikologis itu kita melihat kegilaan dari kehendak yang adalah tanpa paralel: keinginan manusia

untuk menemukan dirinya sendiri bersalah, dan sangat tidak dapat ditebus; keinginannya untuk mempercayai apa yang akan dihukumkan kepadanya terhadap semua keabadian tanpa pernah menghapus kesalahannya; keinginannya untuk meracuni hal-hal yang paling mendasar dengan masalah dari kesalahan dan hukuman dan kemudian untuk memotong sekali dan selamanya penyelamatan -dirinya dari labirin obsesi ini; keinginannya untuk menegakkan sebuah tujuan (kesucian tuhan) dengan maksud menyakinkan dirinya sendiri dari ketidakpatutan absolutnya sendiri. Apa kah seorang gila, binatang IT Cenealogi Moral yang tidak bahagia adalah manusia! Sungguh aneh makna-makna yang terjadi padanya; sungguh kerusakan-kerusakan batin, sungguh kemelut tidak masuk akal, sungguh kebinatangan dari ide yang memecah darinya, waktu ia dilindungi pernah sangat kecil dari menjadi seekor binatang buas dari aksi! ... semua ini merupakan rasa ingin tahu dan ketertarikan yang sangat, tetapi mencat dengan semacam sebuah kegelapan, kesuraman, kesedihan yang melemahkan yang seseorang pasti dengan jelas memisahkan perhatian seseorang. Di sini, tak diragukan, adalah penyakit, penyakit yang paling mengerikan yang telah menyianyiakan manusia sejauh ini. Dan jika seseorang masih mampu untuk mendengarkan — tapi apakah hari-hari yang sedikit ini mempunyai telinga-telinga untuk mendengarkannya! -dalam malam ini dari penyiksaan dan absurditas tangisan cinta dapat didengar, tangisan dari gembira yang panjang, dari penebusan dalam cinta, dia harus menoleh dengan getaran dari ketakutan yang tak dapat terkalahkan.... Manusia begitu sangat mempercayai ketakutan; bumi telah memiliki sebuah pengungsi yang bodoh sejak lama sekali. XXIII Ini harus dijaga, selamanya dari asal-usul "Tuhan Suci Kita". Satu pandangan tunggal pada dewa-dewa Yunani akan menyakinkan kita bahwa 128 sebuah keyakinan tentang dewa-dewa tidak perlu dihasilkan dalam imajinasi-imajinasi suram, bahwa terdapat jalan-jalan yang lebih terhormat dari penciptaan pembayangan-pembayangan dewa -cara-cara yang mana tidak mengarah kepada sejenis penyaliban diri dan penghukuman diri yang di dalamnya Eropa, selama milenium sekarang, telah melakukannya secara ekstrem. Dewadewa Helenik merefleksikan sebuah ras dari wujud-wujud terhormat dan bermartabat, dalam kepada siapa kebinatangan diri manusia memiliki status dewa dan oleh sebab itu tidak perlu untuk mengoyak dan memarahi melawan dirinya sendiri. Selama waktu yang sangat lama bangsa Yunani menggunakan dewa-dewa mereka dengan pasti untuk menjaga kesadaran buruk dengan terpisah, dengan maksud menikmati kebebasan dalam mereka yang tidak terganggu; dengan kata lain, mereka membuat kegunaan berlawanan dari mereka yang Kristen telah ciptakan dari Tuhannya. Mereka pergi begitu jauh dalam arah ini, anak-anak damai dan berhati singa ini, dan tak lebih dari sebuah otoritas yang diberikan Homeric Zeus kepada mereka untuk memahami, saat ini dan nanti, bahwa mereka membuat hal-hal menjadi sedikit lebih mudah untuk mereka sendiri. "Sungguh aneh," katanya suatu kali (kasus ini adalah kasus dari Aegisthus, sebuah kasus yang benar-benar buruk): "Sungguh aneh bahwa umat manusia mengeluhkan begitu kuat kepada -kita 129 Genealogi Moral tentang para dewa! Mereka menyatakan bahwa mereka bertanggung jawab untuk semua kejahatan mereka. Tetapi mereka merupakan orang-orang yang menciptakan penderitaan mereka sendiri, oleh ketololan mereka, bahkan dalam gigi takdir". Kelak pembaca memperhatikan sekilas bahwa bahkan penonton dan hakim Olympia jauh dari mempertahankan kebencian melawan mereka atau berpikir sinting dari mereka kemudian. "Betapa bodohnya mereka!" dia berpikir seolah-olah dia menyaksikan kesalahpahaman umat manusia; dan bangsa Yunani, bahkan terutama dari sopan-santun dan kekuatan mereka, memperbolehkan ketololan itu, kekurangan pertimbangan, penyimpangan-penyimpangan mental yang remeh akan menjadi sumber dari banyak kejahatan dan bencana. Ketololan, bukan dosa.... Tetapi

bahkan penyimpangan-penyimpangan mental itu merupakan sebuah masalah. "Bagaimana bisa sebuah hal semacam itu terjadi pada orang-orang seperti kita, jenis terhormat, bahagia, baik, berpendidikan baik?" selama beberapa abad para bangsawan Yunani akan bertanya kepada diri mereka sendiri kapanpun salah satu dari anggota mereka telah tidak menghormati dirinya sendiri oleh satu dari kejahatan-kejahatan yang tak dapat dibandingkan ini. "Baiklah, dia pasti telah dikhianati oleh seorang dewa," mereka akhirnya akan berkata demikian, menggeleng-gelengkan kepala mereka. Ini merupakan sebuah 130 Friedrich Nietzsche solusi khas Yunani. Ini merupakan tempat dari dewa-dewa untuk memberikan alasan bagus, sampai pada sebuah titik tertentu, cara-cara menyakitkan dari manusia, untuk melayani sebagai "sumber-sumber' dari kejahatan. Pada masa itu mereka adalah agen-agen dari hukuman tetapi, apakah yang lebih terhormat, wilayah-wilavah dari rasa bersalah. Jelaslah bahwa saya memasukkan essai ini dengan tiga buah pertanyaan yang tidak terawab. Ini mungkin terjadi kepada sebagian besar pembaca yang bertanya kepada saya, "Apakah Anda mengkonstruksikan sebuah tujuan atau menghancurkannya?" Saya akan bertanya kepadanya, sebaliknya, apakah ia pernah merefleksikan atas harga yang harus dibayar untuk introduksi dari setiap tujuan baru di muka bumi? Atas berapa banyak realitas, dalam setiap contoh, harus menjadi terhina dan salah terima, berapa banyak ketidakjujuran yang diperbaiki, berapa banyak kesadaran yang diganggu, berapa banyak dewa yang dikorbankan? Karena membangun sebuah altar membutuhkan pematahan sebuah altar: ini merupakan sebuah hukum -biarkan setiap orang yang dapat membuktikan bahwa saya salah. Kita orang modern memiliki sebuah warisan. milenium dari kesadaran memotong dan 131 Genealogi Moral meneliti mahluk hidup dan kekejaman terhadap binatang-binatang dalam diri kita sendiri. Ini me rupakan kebiasan kita yang paling kuno, kese nimanan kita yang paling lengkap, barangkali, dalam kasus apapun penyempurnaan terhebat kita, harga spesial kita. Manusia telah mencari begitu lama dengan sebuah mata iblis di atas ke cenderungan naturalnya bahwa mereka akhirnya dapat menjadi tidak terpisahkan dari "kesadaran buruk'. Sebuah usaha sebaliknya dapat diimaji nasikan, tetapi siapa yang memiliki kekuatan un tuk itu? Ia akan terdiri dari mengasosiasikan se mua kecenderungan tidak naturalnya - perpan jangan untuk sesuatu Yang tidak berpengalaman, menentang perasaan-perasaan, terhadap naluri, terhadap alam, terhadap binatang dalam kita, semua tujuan-tujuan anti-biologis dan fitnah membuat— dengan kesadaran buruk. Kepada siapa ditujukan, saat ini mungkin beberapa hara pan dan pretensi mengalamatkan diri mereka sendiri? Manusia-manusia baik, terutama akan berada dalam sisi yang lain; dan tentu saja semua orang yang nyaman, menerima nasib, tidak pu nya harapan, bengong, lelah. Apakah sesuatu memberikan pelanggaran agung dan memisah kan seseorang lebih metodis dari yang lainnya daripada untuk menyerahkan sesuatu dari kete

gasan dan harga diri dengan yang mana seseorang memperlakukan dirinya sendiri? Tetapi seberapa banyak dan akomodatif dunia menjadi 131 peristiwa kita bertindak seperti semua sisa dan membiarkan diri kita sendiri pergi! Untuk melengkapi tujuan itu, pikiran-pikiran berbeda dibutuhkan dibandingkan dengan Yang mungkin muncul dalam zaman kita di sini; pemikiran-pemikiran dikuatkan oleh pertempuran-pertempuran dan kejayaan -kejayaan, kepada siapa Yang menaklukkan, bertualang, berbahaya, bahkan rasa sakit, telah menjadi alam kedua. Pemikiran-pemikiran terbiasa terhadap ketajaman atmosfir dari ketinggian-ketinggian Yang tinggi, terhadap es dan gunung-gunung dalam setiap jenis. Pikiran-pikiran terdiri dari jenis yang mulia dari kejahatan, dari keyakinan diri yang nekat Yang merupakan tanda dari kesehatan Yang kuat. Singkatnya, Yang dibutuhkan adalah hanya kesehatan Yang luar biasa. Apakah kesehatan semacam ini masih mungkin saat ini? Tetapi pada beberapa waktu. ke depan, sebuah masa yang lebih kuat daripada kelemahan. Keraguan kita masa kini, seorang Penebus sebenarnya akan datang, yang ombak kreativitasnya tidak akan membiarkannya beristirahat dalam tempat terlindung atau tersembunyi, yang kesunyian yang dimiliki akan menjadi salah interpretasi seperti sebuah kawanan dari realitas, padahal ia sebenarnya akan menjadi sebuah perenungan atas sebuah perenungan dalam realitas sehingga ketika dia benar-benar datang ke dalam cahaya dia akan membawa bersamanya penebusan 133 Cenealogi moral dari realitas itu, dari kutukan yang ditempatkan atasnya oleh sebuah tujuan yang gagal. Manusia dari masa depan ini, yang akan mengirimkan kepada kita baik dari sebuah tujuan yang gagal maupun dari semua tujuan ini yang telah bersemi -kebencian yang kejam, kehendak terhadap sesuatu yang padam, nihilisme— pukulan hebat dan penting dari tengah hari ini, akan membuat kehendak bebas sekali lagi dan memperbarui tujuannya terhadap bumi ini, dan terhadap harapan manusianya; anti-Kristus dan anti-nihilis ini, penakluk Tuhan maupun Yang tidak berwujud -suatu hari dia pasti datang.... XXV Tetapi mengapa terus berjalan? Saya telah mencapai batas dari pembicaraan saya; melanjutkan di sini berarti akan merampas hak dari seseorang, yang lebih muda, lebih kuat, lebih mengandung masa depan daripada saya — hak dari Zarathustra, Zarathustra yang tidak beriman.... 134 TUJUAN-TUJUAN ASKETIK SEBENARNYA "Kebijaksanaan menyukai manusia-manusia yang berani mati, terhina dan keras; menjadi seorang perempuan, hatinya pergi kepada seorang prajurit." Zarathustra I Apa yang diungkapkan oleh tujuan-tujuan asketik sebenarnya? -Pada diri seniman-seniman, tak satupun atau banyak hal; pada diri para sarjana dan filsuf, sesuatu seperti sebuah bakat terhadap kondisi-kondisi yang lebih disukai daripada perbedaan intelektual; pada diri perempuan, yang paling baik, seseorang yang memiliki pesona yang paling merangsang, sebuah sentuhan morbidezza

Genealogi Moral yang ditambahkan kepada daging segar, wajah malaikat dari seorang yang montok, binatang yang cantik; pada diri laki-laki yang secara psikologis terganggu atau kebingungan ("mayoritas besar"), sebuah usaha untuk melihat dirinya sendiri sebagai "terlalu baik" untuk dunia ini, sebuah bujukan taat, senjata terkuat mereka melawan sakit yang perlahan dan kekesalan; pada diri para pendeta, pernyataan keimanan dasar secara sudi, instrumen utama dari ketrampilan pendeta, jaminan tertinggi dari kekuasaan mereka; pada diri orangorang suci, sebuah pengampunan untuk mengambil alih, novissima gloriae cupido mereka, istirahat mereka dalam ketiadaan ("Tuhan"), kegilaan mereka sendiri. Fakta bahwa tujuan asketik dapat berarti begitu banyak hal terhadap manusia merupakan sebuah indikasi dari sebuah sifat dasar dari keinginan manusia, rasa takutnya akan tempat yang kosong. Keinginan kita membutuhkan sebuah tujuan; ia segera akan memiliki tempat kosong untuk tujuannya daripada menjadi tempat kosong, dari tujuan. Apakah saya telah membuat diri saya jelas?.. "Tidak sama sekali, tuan yang terhormat!" Baiklah, lalu, mari kita mulai sekali lagi dari awal. Apa yang diungkapkan oleh tujuan-tujuan asketik sebenarnya? — Atau, mengambil satu 136 kasus istimewa yang seringkali saya ditanyakan tentangnya: Apakah, misalnya, artinya ketika seorang seniman seperti Richard Wagner memberikan penghargaannya terhadap keluguan dalam tahun-tahun berikutnya? Atau barangkali akan lebih nyata mengatakan bahwa dia telah melakukan hal tersebut selama ini, tetapi hanya yang terakhir dalam sebuah semangat dari asketisme. Apa yang ditandai oleh kekerasan asketik yang tidak disukai ini? Bagi Wagner sebenarnya telah membuat sebuah perubahan opini. Apakah artinya bila seorang seniman mengubah opini secara keseluruhan? Di sini kita dengan sekuat tenaga teringat pada apa yang mungkin menjadi periode terbaik, yang paling bahagia dan yang paling berani dari hidup Wagner, periode ketika pikirannya secara mendalam dilatih oleh cerita dari pernikahan Luther. Siapa yang tahu kesempatan apa pada peristiwa-peristiwa yang membawanya kepada saat yang kita miliki sekarang pada tempat dari musik perkawinan ini, Die Meister-singer? Setidak-tidaknya tak akan diragukan lagi bahwa pernikahan Luther juga akan menjadi sebuah pemujaan dari keluguan. Tetapi pada waktu yang bersamaan sebuah pemujaan tentang kehidupan dari indera; dan tampak benar bagi saya begitu, dan demikian Juga pengikut Wagner. Tidak ada kontradiksi alami antara keluguan dan kesenangan sensual: setiap perkawinan yang baik, setiap masalah cinta yang nyata berkembang di luar jangkauan lawan 137 Genealogi Moral lawan mereka. Tampak bagi saya bahwa Wagner telah melakukan dengan baik untuk memberikan kesan fakta yang menyenangkan ini kepada bangsa Jermannya sekali lagi, lewat media sebuah komedi tentang nilai agung Luther, dengan berani dan sekaligus menyenangkan. Para kritikus halus selalu dikembangkan di antara bangsa Jerman, dan mungkin nilai agung Luther harus memiliki keberanian dari sensualitasnya (dalam hari-hari itu seseorang membicarakan, cukup halus, tentang "kebebasan evangelik"). Tetapi bahkan dalam kasus-kasus dimana sebuah konflik nyata berada di antara kepentingan seksual dan keluguan, isunya, untungnya, tidak perlu menjadi tragis. Setidaknya hal ini bertahan bagi semua kebahagiaan, yang dengan baik menyusun umat manusia yang jauh dari memandang keseimbangan berisiko mereka di antara yang buas dan malaikat sebagai sebuah argumentasi menentang eksistensi. Yang paling mulia dan bercahaya di antara mereka, seperti misalnya Goethe dan Hafiz, bahkan telah melihat dalam konflik ini seseorang yang lebih menggoda terhadap kehidupan.... Di sisi lain, jelas bahwa, sekali persediaan-persediaan hidup yang telah gagal sebagai persediaan-persediaan hidup (dan ada beberapa) datang berkumpul kepada pemujaan terhadap keluguan, mereka akan memandangnya dengan sederhana sebagai lawan mereka sendiri dan akan memujanya dengan antusiasme yang berbunyi tragis. 138 Friedrich Nietzsche

Memang ia adalah konflik yang memalukan dan agak sia-sia yang di masa Wagner berarti menatanya menjadi musik dan menampilkannya di atas panggung. Mengapa? Kita mungkin secara terus terang bertanya. Apa arti persediaan-persediaan hidup baginya? Apakah mereka ditujukan untuk kita? Hal ini membawa kita secara langsung ke pertanyaan lain: Dapatkah negara yang dungu, iblis malang dan anak alam, Parsifal, mempunyai arti baginya? Parsifal, digubah di akhir zaman aliran Katolik dengan beberapa arti yang tidak jujur — apakah dia benar-benar berarti secara serius? Seseorang mungkin akan tertarik untuk ber pikir, atau berharap, bahwa yang sebaliknya adalah benar, bahwa Parsifal Wagner berarti sebagai sebuah lawakan, sebuah pertunjukan satir de ngan yang mana tragedi Wagner meninggalkan kita, dirinya sendiri, dan terutama dari tragedi, dalam sebuah tatanan yang jadi relevan mengikuti kebesarannya. Bahwa dia berharap untuk meninggalkan kita dengan parodi yang paling luar biasa dari ruh tragis itu sendiri, dari seluruh kesedihan dan kesuraman yang menakutkan dari karya lebih awalnya, dari tujuan asketik dalam bentuknya yang paling bodoh. Sebuah aksi akan menjadi relevan dengan seorang master tragedi, 139 Genealogi Moral karena seniman besar mencapai puncak dari kebesarannya hanya ketika dia belajar untuk melihat dirinya dan keseniannya di bawahnya, ketika dia mampu untuk mentertawakan mereka. Apakah Parsifal Wagner merupakan semacam satu rahasia, tawa yang bahagia, menandakan kebebasan akhir seniman? Seseorang tentu akan berharap bahwa ia ada, terhadap apa yang menjadikan dari Parsifal jika kita menganggapnya serius? Haruskah kita memahami mereka, seperti seseorang yang sekali meletakkannya kepada saya, seperti 11 produk dari sebuah kebencian gila dari ilmu pengetahuan, semangat, dan sensualitas?" Sebuah kutukan diucapkan dalam nafas yang sama di atas pikiran dan perasaan? Sebuah pelarian dan kembali kepada Kristiani yang suram dan mendoktrin? Dalam analisa yang terakhir, sebuah pengingkaran dan pembatalan terhadap dirinya sendiri oleh seorang seniman yang seluruh hidupnya telah bekerja untuk tujuan yang berlawanan, untuk menciptakan sebuah seni yang menggabungkan spiritual agung dan kekuasaan sensual? Siapa, yang lebih jauh lagi, telah mengaplikasikan prinsip-prinsip yang sama dalam kehidupannya seperti dalam keseniannya? Kita hanya perlu mengingat bagaimana Wagner muda dengan antusias mengikuti langkah-langkah kaki dari filsuf Feuerbach. Perang tangis dari "sensualitas sehat" Feuerbach, terdengar selama abad ke- 13 dan 14, tampak bagi Wagner seperti kepada 140 begitu banyak orang Jerman lainnya (mereka menyebut diri mereka sendiri "Anak-anak muda Jerman") untuk menjadi pembawa berita baru. Apakah dia akhirnya datang untuk berpikir yang lainnya dalam materi-materi ini? Setidak-tidaknya tampak bahwa dia menuju tujuan yang telah dia putuskan untuk membicarakan yang lainnya. Dan bukan hanya dari panggung, dalam siaran-siaran Parsifal. Tulisan-tulisan suramnya dari tahun-tahun terakhirnya penuh dengan halamanhalaman yang mengkhianati sebuah hasrat rahasia, malu, tidak yakin, tidak memberitahu, untuk membicarakan pembicaraan yang lumayan aktual, mempermalukan diri, Kristianitas, medievalisme, dan menceritakan pengikut-pengikutnya, "Tak ada satupun disini: Anda harus mencari penyelamatan di tempat lain". Dalam satu tempat dia bahkan memberikan permainan darah dari Sang Penebus.... IV Karena sebuah kasus dari jenis ini kasus yang sangat khas— hadir dengan begitu banyak hal yang memalukan, izinkan saya mengatakan satu hal pada permulaan: bahwa selalu baik untuk memisahkan

seorang seniman dari karyanya, dan menganggapnya tidak lebih serius daripada karya tersebut. Dia, akhimya, hanyalah sebuah kondisi dari karya, tanah dari yang mana 141 Genealogi Moral ia tumbuh, mungkin hanya kotoran di atas tanah itu. Jadi dia adalah, dalam banyak kasus, sesuatu yang harus dilupakan jika seseorang ingin masuk ke dalam kesenangan penuh dari karya tersebut. Untuk menginvestigasi asal-usul dari sebuah karya milik para psikolog dan vivisectionis pikiran, tidak pernah terhadap para manusia yang diberikan kepekaan estetik. Pencipta Parsifal tidak dapat menghindarkan identifikasi atau setidaknya kefamiliaran mendalam dengan konflik psikologis medieval — sebuah wilayah yang mengerikan dari semuanya yang merupakan cerita puncak atau terdisiplin, semacam kejelekan intelektual— tidak lebih daripada seorang perempuan hamil yang dapat menghindarkan detil-detil yang rumit dari kehamilan, yang harus dilupakan dengan maksud menyenangi anak itu. Seorang seniman harus kedap godaan terhadap "analogi terhadap kedekatan", yang mana akan mempengaruhinya bahwa dia, dirinya sendiri, adalah apa yang dia bayangkan dan ekspresikan. Kebenaran dari materi adalah bahwa jika dia adalah sesuatu itu, dia akan tidak mampu mengimajinasikan dan mengekspresikannya: Homer tidak akan menciptakan Achilles, atau Faust bagi Goethe, jika Homer telah menjadi seorang Achilles atau Goethe menjadi seorang Faust. Seorang seniman menghargai keringatnya yang secara permanen terpisah dari realitas biasa. Di sisi lain, kita semua tahu bahwa ketidaknyataan konstan dari ketakberwujudannya 142 yang paling dalam kadang-kadang akan mengisinya dengan penderitaan dan bahwa dia kemudian akan mencoba apa yang secara tegas dilarangnya, mengganggu aktualitas, menjadi seperti manusia-manusia yang lain dengan kesuksesan seperti apa? Pembaca dapat dengan mudah menebak.... Di sini kita mempunyai kemauan lemah khas dari seniman, kemauan lemah Yang mana di masa Wagner begitu menyerah dan untuknyalah dia harus membayar sangat banyak, sangat mengerikan (ia menghargakannya teman-teman yang paling berharganya). Tetapi agak terpisah dari kemauan lemah itu, yang tidak akan berharap untuk keselamatan Wagner sendiri bahwa dia harus meninggalkan kita dan seninya dalam sebuah gaya Yang berbeda; tidak dengan Parsifal tetapi dengan yang lebih memenangkan, dengan yang lebih menjamin, dan tidak begitu keliru dan ambisius dalam batas-batas dari komitmen totalnya, tidak begitu dalam semangat nihilisme Schopenhauer? V Lalu, apa yang dinyatakan oleh tujuan-tujuan asketik sebenarnya? Dengan memandang kepada seniman, kita mungkin saat ini berkata: Tak ada sama sekali. Atau yang lain semacam sejenis dari masalah-masalah yang hasilnya sama. Tetapi, akhirnya, apakah itu berguna? Para seniman tidak 143 Genealogi Moral pernah berdiri dengan cukup bangga dan independen dalam (atau melawan) dunia untuk perubahan-perubahan sikap mereka agar menjadi pantas diperhatikan. Mereka pernah berada dalam pelayanan dari sebagian besar etika atau filosofi atau agama, dan terlalu sering mereka semua mempunyai alat-alat dalam tangan-tangan dari sebuah kelompok, pencari muka yang halus bahkan dari minat-minat pendek atau dari usaha-usaha yang baru datang kepada kekuasaan. Dalam berbagai kasus mereka selalu membutuhkan proteksi, keamanan, sebuah usaha untuk menjaga mereka. Para seniman tidak pernah berdiri dengan jelas untuk diri mereka sendiri; berdiri sendiri pergi melawan naluri-naluri terdalam mereka. Misalnya, Richard Wagner memakai Schopenhauer sebagai dukungan moralnya, karena yang terakhir telah diterima. Siapa yang dapat membayangkan bahwa dia akan memiliki keberanian untuk tujuan asketik tanpa otoritas dari filosofi Schopenhauer, tanpa prestise Schopenhauer, yang dalam abad ke-17 merupakan yang paling besar di seluruh Eropa? (Saya meninggalkan di sini pertanyaan apakah dalam Kekaisaran Eropa baru seorang seniman berhasil bila tidak memiliki sesuatu yang taat -Kekaisaran patuh —

perasaan-perasaan?). Hal ini membawa kita kepada pertanyaan yang lebih penting: Apakah itu berarti bahwa seorang filsuf sebenarnya memberikan penghormatan kepada tujuan asketik, sebuah 144 Friedrich Nietzsche pikiran kuat, independen seperti milik Schopenhauer, yang memiliki keberanian atas pengakuan-pengakuannya dan tidak perlu menunggu untuk mencontoh dan mendorong dari atas? Menyadari dalam hubungan ini, keingintahuan Schopenhauer, dan terhadap beberapa dari yang paling mempesona kita, sikap terhadap seni. Tidak ada keraguan bahwa perubahan Wagner yang pertama terhadap Schopenhauer (misalnya, seperti yang semua orang ketahui, dari penyair Herwegh) terhadap sebuah tingkatan itu yang kelak pandangan-pandangan estetiknya yang terakhir sepenuhnya berlawanan dengan pandangan-pandangannya terdahulu. Sebagai sebuah contoh dari pandangan terdahulu, kita dapat mengambil wacana Opera and Drama, dari yang terakhir, artikel-artikelnya dari tahun 1870 sampai sekarang. Apa yang paling mengesankan orang adalah perubahan radikal dalam fahamnya terhadap posisi musik itu sendiri. Apa yang saat ini menjadi masalah baginya bahwa dia pernah membayangkan musik sebagai sebuah makna, sebagai seorang "perempuan", yang mana membutuhkan sebuah akhir, seorang "laki-laki", drama sebagai pencapaian? Tiba-tiba saja muncul padanya bahwa teori Schopenhauer sangat lebih disukai daripada kemandirian dari musik: musik dilihat seperti bagian dari semua seni yang lain, kulminasi pemenang dari semua seni, tidak memperhatikan seperti yang lain dengan citra-citra 145 dari keinginan yang secara langsung dari sumber dalam dari Wujud, manifestasi elementernya. Ada yang berhubungan dengan kemunculan luar biasa dalam nilai musik ini yakni sebuah kenaikan luar biasa yang setara dalam prestise musisi: Dia sekarang menjadi seorang nabi, seorang pendeta, atau lebih daripada seorang pendeta -semacam juru bicara dari kemutlakkan, sebuah kabel telefon dari Perubahan. Tuhan yang dapat berbicara, dia tidak sekedar akan menceritakan musik tetapi juga tentang metafisik. Keajaiban kecil, lalu, bahwa suatu hari dia akan bercerita tentang tujuan-tujuan asketik. Schopenhauer mendaur ulang versi Kantian tentang estetika masalah, meskipun dia sama sekali. tidak melihat di atasnya dengan mata Kant. Kant telah berpikir bahwa dia telah melakukan sebuah penghormatan kepada seni ketika di antara predikat-predikat kecantikan, dia memberikan kemuliaan kepada sesuatu yang mencari muka kepintaran seperti misalnya, secara impersonal dan universal. Ini bukan merupakan tempat untuk menyelidiki apakah Kant tidak menyerang seluruh masalah dalam cara salah; semua yang saya harapkan untuk ditunjukkan di sini bahwa Kant, seperti halnya para filsuf, selain memandang seni dan -kecantikan hanya dari sudut pandang 146 Nietzsche "Penonton", dan begitulah, tanpa dirinya sendiri menyadarinya, telah menyelundupkan "penonton" ke dalam konsep kecantikan. Hal ini tidak begitu berarti banyak bila "penonton" menjadi cukup akrab terhadap para filsuf kecantikan, seperti halnya sebuah pengalaman impersonal yang kuat, sebuah kekayaan dari kesan-kesan yang kuat, aspirasi-aspirasi, kejutan-kejutan, dan transportasi dalam kerajaan estetika. Tetapi saya khawatir bahwa pertentangan selalu menjadi kasus, Anda begitu juga kita mendapatkan dari filsuf-filsuf ini dari definisi-definisi kecantikan dirusak oleh sebuah kekurangan lengkap dari kepekaan estetika. "Itulah kecantikan", proklamir Kant, "yang memberikan kita kesenangan yang adil". Adil! Bandingkan dengan definisi ini bahwa orang lain, dikerangkai oleh seorang penonton dan seniman nyata, Stendhal, yang berbicara tentang kecantikan sebagai "sebuah janji kebahagiaan". Di sini kita menemukan segala hal yang mana Kant menekankan secara khusus dalam kondisi estetis yang ditolak dan dibatalkan. Yang mana yang benar, Kant atau Stendhal? -Ketika ahli estetika kita tak henti-hentinya mengulang, dalam menyokong pandangan Kant, bahwa mantera kecantikan memungkinkan kita untuk memandang bahkan patung-patung wanita nude "secara tidak adil" kita mungkin diperbolehkan untuk mentertawakan sedikit terhadap pengeluaran mereka. Pengalaman-pengalaman seniman

147 Genealogi Moral dalam materi halus adalah lebih dari "menarik" tentu saja Pygmalion tidak sepenuhnya sunyi dari estetika perasaan. Mari kita menghormati para ahli estetika kita lebih dari sekedar merefleksikan keluguan dalam argumen-argumen semacam ini — Kant, misalnya, ketika dia menyanyikan atas karakter khas dari indera sentuhan dengan keterusterangan dari seorang pendeta nasrani desa! Kembali kepada Schopenhauer, yang begitu sangat dekat dengan seni daripada Kant tetapi yang kelak tidak dapat lepas dari mantera definisi Kant -bagaimana kita bertanggung jawab untuk pandangannya? Schopenhauer menginterpretasi istilah "adil" dalam keseluruhan jalan personal, mendasarinya atas sebuah pengalaman yang harus dia miliki agak secara teratur. Terdapat beberapa hal tentang sesuatu yang dia bicarakan dengan semacam jaminan sebagai efek dari kontemplasi estetika. Dia menyatakan bahwa hal itu menghalangi "minat" seksual. (seperti misalnya lupulin dan kamper), dan dia tidak pernah lelah memuliakan pembebasan ini dari kehendak seolah hadiah besar dari kondisi estetika. Seseorang bahkan mungkin akan tergoda untuk menanyakan apakah dia tidak mengasalkan kepada konsep dasar dari keinginan versus ide (faham bahwa hanya ide yang mengirimkan kita kepada Kehendak) dari sebuah generalisasi terhadap minat seksual. (Dalam semua pertanyaan yang berkenaan dengan filosofi Schopenhauer 148 Nietzsche kita tidak pernah harus meninggalkan perhitungan bahwa ia dimengerti oleh seorang lakilaki muda usia dua puluh enam tahun,- sehingga ia tidak hanya mengambil bagian dari karakter spesifik Schopenhauer melainkan juga sifat-sifat spesifik dari periode kehidupan). Dengarkan, sebentar, terhadap satu dari yang paling eksplisit dari semua pembukaan-pembukaan/yang telah dia tuliskan untuk menyanjung kondisi estetika (The World as Will and Idea, 1) dan Anda akan mendengar penderitaan, kebahagiaan, kebersyukuran dibalik kata-kata. "Ini merupakan kondisi tanpa rasa sakit yang mana Epicurus dipuja sebagai kebaikan tertinggi dan kondisi para dewa. Untuk sementara kita telah dipindahkan dari keperluan penting yang malang dari kehendak; kita merayakan hari yang tersisa dalam jentera kehendak; jentera Ixion masih terus berdiri...." Sungguh hebat dalam kata-kata ini, sungguh citra-citra dari rasa sakit dan jijik yang tidak berakhir! Betapa sebuah konfrontasi waktu. patologis yang hampir dalam batas-batas, "saat ini" seperti melawan "jentera Ixion", "jentera kehendak". "Keperluan penting yang malang dari kehendak". Tetapi sekiranya bahwa Schopenhauer seratus persen benar dalam kasusnya sendiri, kita mungkin masih bertanya apakah benar-benar telah memperoleh kepahaman kita terhadap alam kecantikan? Schopenhauer telah menggambarkan satu efek kecantikan, bahwa ia bertindak sebagai 149 Cenealogi Moral sebuah obat penyembuh dari kehendak, tetapi dapatkah bahkan dinyatakan bahwa hal ini merupakan sebuah efek yang teratur? Seperti yang telah saya tunjukkan, Stendhal, tidak lebih merupakan seorang laki-laki sensual daripada Schopenhauer tetapi lebih bahagia menyusun, menekankan sebuah efek yang sangat berbeda tentang kecantikan: "ia menjanjikan kebahagiaan". Baginya kecantikan tepatnya merupakan minat dari kehendak, dari "minat", lewat kecantikan yang berarti. Dan mungkin seseorang tidak mendesak melawan Schopenhauer sendiri bahwa dia agak salah dalam melihat dirinya sebagai seorang pengikut Kant, bahwa dia telah gagal memahami definisi Kant seperti yang dimaksudkan penulisnya? Bahwa dia juga terlalu merespons terhadap kecantikan dari sebuah motif menarik, bahkan di luar dari minat yang paling kuat, paling personal, bahwa tentang manusia yang teraniaya mencari pembebasan dari siksaannya? Kalau kita sekarang kembali kepada pertanyaan ash kita, "Apakah ini berarti ketika seorang filsuf memberikan penghormatannya kepada tujuan asketik?" kita menerima petunjuk pertama kita: Dia memohon pembebasan dari sebuah siksaan. "I Marilah kita tidak dengan cepat mencampakkan sebuah wajah panjang pada kata menyiksa;

J+iedrich Niet=che nya — bahkan akan ada sesuatu tertinggal di belakang untuk ditertawakan. Kita harus memperhitungkan tentang fakta bahwa Schopenhauer, yang memperlakukan seksualitas (termasuk perempuan, instrumentum diaboli itu) sebagai seorang musuh pribadi, mutlak memerlukan musuhmusuh untuk menjaganya dalam semangat yang baik; bahwa dia mencintai kata-kata atrabilious, bahwa dia marah sekali untuk kepentingan kemarahan, di luar nafsu, bahwa dia telah menjadi mual, menjadi seorang pesimis (yang mana dia bukan, sebanyak seperti dia disukai untuk menjadi) telah terampas oleh musuh-musuhnya, oleh Hegel, perempuan, sensualitas, keinginan manusia untuk bertahan hidup. Anda akan meyakini bahwa tanpa hal ini semua, Schopenhauer tidak akan tinggal, dia akan pergi. Karena musuh-musuhnyalah yang menjaga agar dia tetap hidup. Persis seperti Cynics kuno, kemarahannya merupakan balsemnya, rekreasinya, kompensasinya, spesifiknya melawan kekesalan, singkatnya kebahagiaannya. Hal ini banyak dalam memandang kepada apa yang paling pribadi dalam kasus Schopenhauer ini; tetapi di sisi lain ada sesuatu. yang khas mengenainya juga, dan hal ini membawa kita kembali kepada isu utama kita. Dimanapun terdapat para filsuf, dari India hingga Inggris (untuk mengindikasikan ekstrim-ekstrim bertentangan dari orientasi spekulatif), telah diatasi

Genealogi Moral sensualitas; Schopenhauer merupakan satu-satunya yang paling fasih berbicara, dan baginya siapa yang mempunyai telinga untuk mendengar adalah eksponen yang paling menyenangkan dari kebencian itu. Juga terdapat sebuah prasangka filosofis murni untuk tujuan asketik, mari kita tidak membuat kesalahan tentang hal ini. Kedua penempatan ini, seperti yang telah saya katakan, merupakan hal yang khusus; jika seorang filsuf tidak memilikinya, kita dapat memastikan bahwa dia adalah palsu. Apakah maksudnya? Karena itu adalah tugas kita untuk menginterpretasikan sebuah keadaan dari urusan-urusan tersebut, yang mana dalam dirinya sendiri dengan sederhana berdiri di sana dengan bodohnya terhadap semua keabadian, seperti sesuatu dalam diri sendiri. Setiap binatang, termasuk Ia bete philosophe; binatang filsuf, berjuang secara naluriah untuk kondisi-kondisi optimal di bawah yang mana ia akan melepaskan kekuatannya. Setiap binatang, secara naluriah dan dengan sebuah bakat yang halus yang meninggalkan kebenaran jauh di belakang, ngeri akan setiap rintangan yang mungkin dapat dibayangkan menghalangi jalan kecilnya menuju keoptimalan. (Jalan kecil yang saya bicarakan tentang bukan menuntun kepada "kebahagiaan: tetapi kepada kekuasaan, kepada aktivitas yang lebih berenergi, dan dalam sebagian besar kasus terhadap ketidakbahagiaan aktual). Jadi filsuf ngeri akan pernikahan dan semua yang 152 Friedrich Nietzsche akan mendorong dia kepada pernikahan, karena dia melihat keadaan menikah sebagai sebuah rintangan terhadap kepatuhan. Apakah filsuf besar pernah menikah.? Heracleitus, Plato, Descartes, Spinoza, Leibniz, Kant, Shopenhauer — tak satupun dari mereka menikah, terlebih lagi, tak mungkin membayangkan salah satu di antara mereka menikah. Saya mempertahankan bahwa seorang filsuf yang menikah adalah milik komedi, dan sebagai pengecualian besar, Socrates, ia akan tampak bahwa Socrates yang jahat menikah dalam sebuah semangat ironi, tepatnya dengan tujuan untuk membuktikan perselisihan itu. Setiap filsuf akan berbicara seperti Budha berbicara ketika dia diberitahu bahwa seorang anak lakilaki telah Setiap ruh merdeka akan ditata berpikir, memberikan dia pernah berhenti berpikir, tepat seperti yang pernah terjadi pada Budha: "Tutup dan penindasan adalah kehidupan di dalam rumah, sebuah tempat yang tidak suci; meninggalkan rumah adalah kemerdekaan, dan oleh sebab itu jalan tengahnya, dia meninggalkan rumah". Tujuan asketik mengajukan begitu banyak jembatan menuju kemerdekaan yang seorang filsuf tidak dapat membantu menyukainya seperti dia mendengarkan cerita tentang semua manusia manusia yang teguh hati itu yang suatu. hari nanti memalsukan pikiran-pikirannya untuk berkata "tidak" kepada setiap bentuk dari penghambaan dan pergi ke dalam sebuah padang pasir — bahkan

153 CenealoFi Moral jika kita sesungguhnya hanya seekor bagal yang kuat dan sejauh mungkin dari menjadi ruh-ruh yang kuat. Lalu apa yang sebenarnya dijanjikan tujuan asketik dalam seorang filsuf? Asketisme memberikannya dengan kondisi yang paling disukai untuk latihan dari kepintarannya. Jauh dari pengingkaran "eksistensi", dia menguatkan eksistensinya, dan dia sendiri mungkin bahkan menuju titik dari hubris: pereat mundus, fiat philosophia, fiat philosophus, fiam! VIII Jelas: para filsuf ini sama sekali. bukan meru pakan para saksi dan hakim yang tidak berpra sangka terhadap nilai dari tujuan asketik. Mereka hanya memikirkan diri mereka sendiri; apa arti nya suci bagi mereka? Mereka berpikir tentang sesuatu yang tidak dapat mereka lakukan tanpa nya: kemerdekaan dari paksaan, rintangan, suara bising, bisnis, kewajiban-kewajiban, kekuatiran-kekuatiran; sebuah kepala yang jernih, permainan menyenangkan dari pikiran, yang di dalamnya semua binatang menjadi menguap dan mengambil sayap; damai dalam semua ruang bawah ta nah; semua anjing terantai baik, tidak menyalak memusuhi dan belukar dendam; tidak takut ter hadap ambisi yang memfrustasikan; isi perut yang rendah, hati dan patuh, rajin seperti roda roda penggiling, tetapi jauh terasing; sebuah hati 154 Friedrich Nietzsche yang renggang, berjarak, berbalik kepada masa depan, sesudah wafat. Singkatnya, milik mereka adalah asketisme terang terhadap seekor binatang bersayap yang dengan indahnya yang membubung tinggi di atas kehidupan tetapi tidak menghinggapinya. Kita semua mengetahui tiga slogan kuat tentang tujuan asketik: kemiskinan, kerendahan hati, keluguan dan ketika kita menguji kehidupan dari ruh-ruh agung yang produktif secara dekat, kita melompat untuk menemukan seluruh kehadiran ketiganya dalam beberapa tingkat. Bukan, yakinlah, sebagai "kebajikan-kebajikan" mereka — apa yang harus dilakukan manusia dengan kebajikan? — tetapi sebagai kondisikondisi alamiah mereka terhadap eksistensi optimal mereka, produktivitas terkuat mereka. Akan sangat baik bahwa disiplin intelektual dominan mereka pertama-tama telah mengontrol sebuah harga diri yang tak terbatas dan sensitive, atau sebuah sensualitas yang liar, atau bahwa mereka menemukan sebuah kesulitan pertama-tama untuk mempertahankan kehendak mereka terhadap pribadi di depan dari sebuah selera terhadap kemewahan dan kesempurnaan, atau sebuah pemborosan dari hati dan tangan. Tetapi, menjadikan naluri dominan mereka, bahwa sense dari disiplin akan selalu menang pada akhirnya dan berhasil dalam mengontrol semua naluri lainnya. Tak ada yang "baik" mengenai semua hal ini. Bahwa "padang pasir" yang di dalamnya pikiran 155 Genealogi Moral pikiran yang kuat dan independen suka untuk mundur adalah sangat berbeda dari gambaran pseudo-intelektual kita punyai tentangnya, seringkali cukup psedo-intelektual kita adalah diri mereka sendiri yang padang pasir. Dan ia adalah sebuah kesimpulan pasti bahwa sandiwara-sandiwara bisu sederhana tentang kepintaran tidak dapat melangsungkannya untuk sementara, karena ini tidak cukup romantis ataupun Syria bagi mereka, tidak cukup stagey. (Meskipun tidak ada kekurangan di dalamnya, pasti). Sebuah kegelapan yang disengaja, sebuah langkah samping dari kemasyuran; sebuah belakang jauh dari suara bising, bujukan, hormat, pengaruh; sebuah posisi rendah hati, sebuah eksistensi setiap hari, sesuatu yang

menyembunyikan lebih banyak daripada mengangkatnya, hubungan istimewa dengan burung-burung dan binatang-binatang buas yang jinak dan gembira, pemandangan dari yang mana menyegarkan kembali; sebuah sisi gunung untuk menemani, bukan seorang yang buta melainkan seseorang yang membendung untuk mata; bahkan kadang-kadang sebuah ruangan di sebuah penginapan ramai di mana seseorang yakin akan menjadi salah untuk orang lain dan akan dengan aman berbicara kepada siapapun: sungguh padang pasir kita, dan percayalah kepada saya, ini cukup sepi. Saya mengakui ketika Heracleitus beristirahat di dalam pedesaan dan collonade dari Kuil Artemis dia berdiam dalam semacam padang 156 pasir yang lebih terhormat — mengapa kita tidak memiliki kuil semacam itu? (Tetapi mungkin kita tidak juga kekurangan akannya; saya baru saja teringat pada studi tercerdas yang pernah saya lakukan di Piazza di San Marco, memberikan musim semi dan waktu siang antara pukul sepuluh dan tengah hari). Kelak sesuatu yang Heracleitus melarikan diri darinya adalah sesuatu yang sangat sama kita masih cemas untuk menghindarinya: para pengobrol demokratik dari Ephesians, politik-politik mereka, kabar-kabar terbaru dari "kekaisaran" (Persia, anda keberatan), omong kosong penny-arcade terkini mereka. Karena para filsuf memerlukan kedamaian di atas segalanya, saat ini lebih dari yang sebelumnya. Kita memuja semua yang tenang, dingin, berbeda, berjarak dan masa lalu, apapun yang bukan, seperti yang kita lihat padanya, membuat kita erat dan menempatkan kita di atas defensif, apapun yang dapat kita obrolkan dengan tanpa harus berteriak. Memang hanya perlu untuk mendengarkan bunyi dari sebuah pikiran seperti halnya ia berbicara; setiap pikiran memiliki warna bunyinya yang khas, dan mencintai dari warna bunyi tersebut. Manusia di atas sana, misalnya, harus menjadi seorang penghasut, bahwa dikatakan seorang yang bebal: apapun yang masuk ke kepalanya keluar menjadi kebodohan dan ketololan, penuh dengan gema dari ruang-ruang besar yang hampa. Bahwa yang lainnya selalu bersuara parau; 157 memang mungkin bahwa dia telah berpikir dirinya parau? Sungguh mungkin — tanya psikolog. Tetapi siapapun yang memikirkan kata-kata adalah seorang orator, tetapi seorang pemikir; dia berkhianat bahwa tidak memikirkan sesuatu tetapi hanya menghormati sesuatu; dia sesungguhnya hanya memikirkan dirinya sendiri dan para pendengarnya. Dan ada orang ketiga yang berbicara merepotkan, melubangi kancing kita, bernafas di atas kita (kita secara otomatis menutup mulut-mulut kita, meskipun dia menunjukkan kepada kita lewat sebuah buku: warna bunyi dari gayanya memberikan dia pergi) mengatakan kepada kita bahwa dia diburu waktu, bahwa dia menemukannya sulit untuk mempercayai dirinya sendiri, bahwa dia harus berbicara sekarang atau tidak sama sekali. Kelak sebuah pemikiran meyakinkan akan dirinya untuk berbicara perlahan, mencari tempat-tempat tersembunyi, adalah tidak terburu-buru. Memang mudah mengatakan kepada seorang filsuf: dia menghindari ketiga hal yang berkkiau, berisik — kemasyuran, para pangeran dan kaum perempuan; yang mana tidak dikatakan bahwa mereka tidak ingin melihatnya keluar. Dia menolak kilau, dan karena alasan ini dia menolak waktu dan "cahaya"-nya sendiri dari harinya. Dalam hal ini dia seperti sebuah "bayangan" semakin matahari terbenam, semakin besar dia tumbuh. Seperti memandang "kerendahan hati"nya, dia dapat mentolerir sebuah ketergantungan 158 Friedrich Nietzsche tertentu dan gerhana seperti halnya dia mentolerir kegelapan. Apa yang lebih, dia merasa takut akan menjadi terganggu oleh cahaya: dia malu pada kondisi dari sebatang pohon yang sangat terisoIasi dan tidak terlindungi, atas yang mana setiap badai dapat mengeluarkan candanya, dan setiap canda adalah badainya. Naluri "maternal"-nya, cinta rahasia untuk apa yang bertumbuh di dalamnya, merekomendasikan kepada kondisi-kondisi filsuf yang membebaskannya dari berpikir tentang dirinya sendiri, sebanyak naluri maternal perempuan yang telah memelihara kondisikondisi ketergantungannya. Dia benar-benar sangat sedikit bertanya. Mottonya adalah "Kita dihutangi oleh sesuatu yang kita hutangi — sekali lagi bukan dari kebajikan, dari sebuah sense berjasa yang sederhana dan mudah, tetapi lebih karena kekuasaan yang memerintah dia dengan bijaksana dan keras menuntutnya. Bahwa kekuasaan dipusatkan hanya dengan satu hal, dan ia mendedikasikan waktunya, energinya, cintanya, minatnya terhadap satu-satunya tujuan. Filsuf membenci

terganggu baik oleh permusuhan maupun persahabatan; dia dengan mudahnya melupakan atau memandang rendah. Dia mempertimbangkan kemartiran dalam selera yang buruk; "menderita untuk kebenaran" dia meninggalkan kepada orang-orang ambisius dan pemain sandiwara atau kepada orang-orang lainnya yang memiliki waktu di tangan-tangan mereka (dia 159 Genealogi Moral diwajibkan melakukan sesuatu untuk kebenaran). Kata-kata besar yang dia gunakan secara hemat, dan dikatakan bahwa bahkan kata "kebenaran" menimbulkan rasa jijiknya: ia memiliki sebuah lingkaran yang sia-sia.... Akhirnya, memandang "keluguan" dari filsuf, seharusnya jelas bahwa produktivitas tidak berbohong dalam memproduksi anak-anak. Pengekalan dari namanya, keabadian kecilnya, pasti datang lewat makna-makna lain. (Para filsuf dari India kuno mengekspresikannya dengan lebih sombong: "Mengapa dia harus memiliki keturunan, yang siapa memiliki dunia ini?"). Semua hal ini tidak berhubungan dengan keluguan, dalam sense keberatan asketik ataupun kebencian terhadap daging, terlebih daripada ia adalah keluguan bila seorang atlet ataupun joki mempraktekkan wilayah seksual. Ia dengan sederhana merupakan mandat dari naluri dominannya, setidaknya selama periode besar dari masa kehamilan. Setiap seniman akrab dengan efek kurang baik ketika hubungan seksual selama waktu-waktu dari kecenderungan dan persiapan besar intelektual. Yang paling kuat dan secara naluriah paling yakin di antara mereka tidak perlu mempelajari hal ini lewat pengalaman, karena naluri "maternal" mereka memiliki dari awal menciptakan penempatan-penempatan tegasnya, meletakkan semua naluri binatang pada layanan terhadap satu tujuan besar, sehingga energi yang lebih sedikit diserap oleh energi 160 yang lebih besar. Kasus Schopenhauer dipandang dalam cahaya dari interpretasi ini. Hubungan dengan kecantikan yang melepaskan energi sentral dari alam nya (misalnya energi spekulatifnya), membuatnya meledak dan kemudian dengan satu pukulan, mengasumsikan kekuasaan dari kesadarannya. Kelak saya tidak bermaksud dengan hal ini untuk mengasingkan kemungkinan bahwa kemanisan khas dan kekayaan murni menuju kondisi estetika yang akan menahan dari bahan-bahan sensualnya — tepat seperti "idealisme" dari gadis-gadis yang boleh menikah akan membekaskan sumber yang sama. Ia akan lebih baik bahwa kedaruratan kondisi estetika tidak menunda sensualitas, seperti yang diyakini Schopenhauer, tetapi hanya dalam sebuah cara yang tidak lagi berpengalaman sebagai sebuah motivasi seksual. Saya akan kembali kepada makna ini lain waktu, dalam hubungan dengan bahkan masalah-masalah yang lebih rumit dari "psikologi" dari estetika, sebuah wilayah yang sampai saat ini hampir tidak tersentuh. ix Kita telah melihat bahwa sebuah asketisme tertentu, yang kelak dikatakan sebagai sebuah wilayah yang bersemangat tinggi, adalah di antara kondisi-kondisi yang perlu dari aktivitas intelektual yang giat sedemikian juga satu dari 161 konsekuensi-konsekuensi alamiahnya. Sehingga ia tidak dapat mengejutkan kita untuk menemukan bahwa para filsuf selalu memperlakukan tujuan asketik dengan sebuah kesenangan tertentu. Analisis para ahli sejarah dengan hati-hati akan menunjukkan bahkan sebuah ikatan yang sangat dekat antara tujuan asketik dengan filosofi. Dapat dinyatakan bahwa filosofi mengambil langkah-langkah pertamanya dengan bantuan dari benang-benang yang mengarahkan kepada tujuan — dengan canggung sungguh-sungguh dan dengan segan, selalu berada di atas tepi dari hilangnya keseimbangannya dan terjatuh di atas wajahnya. Ini

adalah kasus dengan para filsuf yang pertama, seperti dengan semua hal baik pada permulaan mereka, bahwa mereka secara terus menerus mencari disekitar seseorang untuk membantu mereka dan pada saat yang bersamaan takut terhadap para penonton. Cukup untuk mempraktekkan motivasi-motivasi dan kebajikankebajikan tradisional dari filsuf: arahnya menuju skeptisisme, menuju penolakan, menuju penundaan. terhadap penilaian, menuju analisis, menuju netralitas dan objektivitas. Apakah ia benar-benar telah sepenuhnya merealisasikan bahwa untuk waktu. yang paling lama semua tendensi ini berlari menghalangi kebutuhan-kebutuhan terhadap etika-etika yang diterima (jangan menyinggung alasan dalam hubungan ini, yang mana bahkan Luther pada masanya menyebutnya "Madame 162 Sophistry, pelacur pintar")? Bahwa jika seorang filsuf harus mengambil kenalan terhadap dirinya sendiri, dia akan harus mengenali dirinya sendiri Sebagai seorang yang melintasi di atas tanah orang lain di atas tanah terlarang, dan bahwa dalam konsekuensi dia berada pada rasa sakit yang sangat hebat untuk menghindari semacam kenalan? Tetapi yang sama adalah menjadi nyata dari semua hal baik ini di atas yang mana kita bangga terhadap diri sendiri pada hari-hari ini. Bahkan mengukur dengan standar Yunani, keseluruhan eksistensi modern kita, sejauh ini karena ia bukan kelemahan melainkan kekuatan dan kesadaran akan kekuasaan, tampak seperti semak-semak hubris dan ketidakpercayaan terhadap Tuhan: hal-hal yang secara pasti bertolak belakang dengan hal-hal yang kita puja hari ini telah untuk waktu yang sangat lama kesadaran di atas sisi kita dan Tuhan untuk penjaga mereka. Keseluru han sikap kita terhadap alam, pelanggaran kita terhadap alam dengan bantuan dari mesin-mesin dan ketidakpeduhan yang pintar dari para tehnisi dan insinyur, adalah hubris; begitu juga sikap kita terhadap Tuhan seperti dugaan sarang laba-laba yang mengajukan dan etika-etika dibalik sebuah jaringan besar causation (kita dapat berkata bahwa Charles Sang Pemberani berkata tentang perseteruannya dengan Louis XI, "je combats l'universelle araignée"; "saya melawan jagad raya laba-laba"); begitu pula sikap kita terhadap diri 163 Genealogi Moral kita sendiri, di atas kepada siapa kita menampilkan percobaan-percobaan yang kita tidak akan pernah menampilkannya pada binatang manapun, dengan senang hati dan penasaran membelah terbuka jiwa, sementara tubuh masih berniafas. Apa yang kita pedulikan tidak lain untuk "penyelamatan" jiwa? Dan sesudah itu kita menyembuhkan diri kita sendiri. Kita tidak memiliki keraguan bahwa hari ini bahwa penyakit adalah instruktif, begitu lebih instruktif dibandingkan kesehatan, dan tampak membutuhkan "kontaminator-kontaminator" bahkan lebih daripada kita lakukan terhadap para ahli medis ataupun juru selamat. Kita memperkosa diri kita sendiri, pemecah-pemecah kacang jiwa, para penanya tak dapat ditanya, seolah-olah hidup tidak berarti melainkan hanya sebuah pecahan kacang. Apakah ini membuat kita setiap hari lebih dapat dipertanyakan tetapi juga lebih menghargai mempertanyakan, barangkali lebih berarti untuk hidup? Semua hal baik telah pada beberapa waktu dianggap sebagai iblis; setiap dosa asal adalah, pada beberapa pokok, berubah menjadi sebuah kebajikan asal. Pernikahan, misalnya, dipandang untuk waktu yang lama sebagai sebuah pelanggaran dari hak-hak komunitas: seorang laki-laki yang sangat angkuh menginginkan seorang istri bagi dirinya sendiri harus menebus dosa atas keyakinannya dengan membayar denda. (Contoh lain dari perkembangan yang sama adalah jus 164 Friedrich Nietzsche primae noctics, yang mana di Kamboja masih merupakan hak prerogatif para pendeta, para penjaga "tradisi lama" ini). Perasaan-perasaan lembut, baik, puas, berkasih-kasihan ini', yang milik siapa nilai telah pada hari terakhir ini muncul begitu tinggi bahwa mereka hampir menjadi kemutlakkan, selama berabad-abad membawakan penghinaan diri dalam kereta mereka: manusia merasa malu akan kerendahan hati

mereka, bahkan seperti saat ini mereka merasa malu terhadap kekasaran mereka (bandingkan dengan tanda saya tentang subjek ini dalam Beyond Good and Evil). Karena kepatuhan manusia terhadap "hukum", kita semua memahami bahwa sebuah hukum yang akan memutarbalikkan dari mereka hak untuk membalas dendam. Selama waktu. lama "hukum" berlanjut menjadi sebuah vetitum, sebuah inovasi yang mengerikan dan radikal, sebuah usaha dalam mematuhi terhadap yang mana seseorang merasa malu dihadapan kesadaran yang dimiliki seseorang. Setiap langkah yang diambil di atas muka bumi ini oleh para pendahulu kita telah dibayar dengan siksaan-siksaan yang paling dahsyat dari tubuh dan pikiran. Dalam Daybreak saya menulis: "Bukan kemajuan saja tetapi perubahan sederhana, gerakan sederhana, telah memiliki martirnya yang* tak terhingga". Tak satupun dapat menjadi lebih asing bagi kita hari ini daripada sudut pandang ini. "Tak ada satupun yang pernah membawa secara lebih besar diban 165 Genealogi Moral dingkan dengan porsi kecil dari alasan dan kebebasan manusia yaitu sekarang adalah harga diri kita. Dan memang bahwa harga diri yang mana membuatnya hampir mungkin bagi kita saat ini untuk membayangkan jejak-jejak raksasa dari ritual etika yang mana, sebagai sejarah yang menentukan sepenuhnya, mendahului sejarah dunia kita; masa-masa itu ketika penderitaan, kekejaman, kebohongan, balas dendam, ketidakmasukakalan merupakan semua yang dipandang sebagai kebajikan-kebajikan; wujud baik, keingintahuan intelektual, kedamaian dan simpati terhadap bahaya-bahaya; menjadi kasihan terhadap dan bekerja sebagai aib-aib; kegilaan sebagai sesuatu. mulia, dan mengubah sebagai yang tak bermoral dan sebuah tanda dari bencana". X Dalam buku yang sama saya telah menjelas kan di bawah apa tekanan-tekanan yang terda hulu menuntut harus hidup; bagaimana, bila me reka tidak ditakuti, mereka tidak dipandang ren dah. Spekulasi membuat kemunculan pertama nya di muka bumi di bawah samaran, dengan sebuah wajah ambigu, sebuah hati iblis, dan seringkali sebuah kepala yang menakutkan. Terdapat sesuatu yang tidak aktif, mengeram, tidak agresif tentang kebijaksanaan-kebijaksa naan ini yang menginspirasikan ketidakpercayaan 166 Friedrich Nietzsche secara mendalam. Mereka tidak memiliki sumber lain melawan ketidakpercayaan ini dibandingkan kepada menginspirasi rasa takut mereka sendiri. (Brahma-brahma tua terbaik pada hal ini sebanyak yang lain). Para filsuf kuno kita mengetahui bagaimana untuk mensubsidi eksistensi mereka dengan sebuah makna yang padat dan dalam yang mana membuat mereka merasa takut, tetapi pada pengawasan yang lebih dekat kita menemukan bahwa mereka peduli dengan sesuatu yang bahkan lebih fundamental, dengan menginspirasikan sebuah kedahsyatan dalam diri mereka sendiri dalam hati-hati mereka sendiri. Seperti halnya manusia-manusia dari sebuah masa heroik, mereka melakukan hal ini dengan maksud-maksud heroik. Melukai diri, kekejaman, cerdik, menyiksa diri, merupakan instrumen prinsipal dari para perintis dan inovator lapar kekuasaan ini, yang pertama-tama harus menindas tradisi dan dewa-dewa dalam diri mereka sendiri dengan maksud untuk sanggup meyakini dalam diri mereka sendiri ada keberangkatan baru. Saya berharap untuk merujuk pembaca di sini kepada cerita terkenal tentang Raja Visvamitra, yang setelah miilinium dari penyiksaan diri, memperoleh semacam sense dari kekuasaan dan keperca yaan dalam dirinya bahwa dia bertanggung jawab untuk membangun sebuah surga baru. Di sini kita mempunyai sebuah perumpamaan dengan segala kebesaran dari yang paling kuno

167 Genealogi Moral seperti halnya perkembangan filsuf yang paling modem. Siapapun, pada saat apapun, telah bertanggungjawab untuk membangun sebuah surga baru telah menemukan kekuatan untuknya dalam nerakanya sendiri.... Untuk merumuskan keseluruhan situasi ini secara singkat, kita dapat mengatakan bahwa, dengan tujuan untuk menjadi mampu terhadap fungsi sama sekali, para fiIsuf selalu harus menampilkan diri mereka sendiri dalam tabir dari beberapa tipe yang diterima dari kebijaksanaan, lebih disukai religius — sebagai pendeta, warlock, ahli nujum dan sejenisnya. Selama begitu lama tujuan asketik melayani filsuf sebagai satu-satunya fenomena samaran di bawah yang mana dia dapat berada secara qua filsuf: dia harus mewakili bahwa tujuan ini dengan maksud menyatakan dirinya sendiri sebagai filsuf, tetapi dengan tujuan mewakilinya dia harus yakin di dalamnya. Sikap kemunduran, anti-sensual, sederhana yang khas dari para filsuf, yang teguh dalam usaha sampai hari ini dan telah secara aktual datang untuk dilihat sebagai sikap filosofis par exellence, merupakan benar-benar hasil dari kedaruratan dalam yang mana filosofi menemukan dirinya sendiri sebagai permulaannya. Bahwa dikatakan, untuk masa yang lama filosofi yang tidak memiliki kesadaran tidak akan mungkin tanpa sebuah samaran asketik, sebuah motif kesalahpahaman. Sampai masa yang hampir kini kesucian asketik berlanjut untuk memperlengkapi bentuk larva, 168 Friedrich Nietzsche ngeri dan suram, di bawah yang mana filosofi sendiri dapat bertahan hidup dan merangkak. Apakah sesuatu. telah benar-benar berubah? Apa kah serangga tersembunyl yang impresif dan berbahaya ini dalam larva benar-benar terbebas dari' penjaranya, terimakasih kepada sebuah suasana yang bermatahari, hangat, lebih terang? Apakah benar-benar cukup harga diri, keberani an, jaminan diri, energi intelektual, tanggung jawab, kebebasan kehendak, untuk membuat filosofi mungkin dalam dunia kita hari ini. XI Hanya saat ini kita harus memfokuskan pada peran pendeta asketik yang benar-benar dapat kita datangi untuk menangkap dengan masalah asal kita. Hanya sekarang kita saling berhadapan dengan perwakilan klasik dari "keseriusan" yang dapat kita bicarakan secara serius. "Apa arti keseriusan itu sesungguhnya?" Kita akan tergoda untuk menanyakan pada pokok ini. Hal ini meru pakan sebuah pertanyaan yang sepenuhnya berada dalam wilayah psikolog moral, tetapi kita harus melewatinya untuk sementara waktu. Pendeta asketik mengasalkan tujuannya dari tidak hanya perjuangannya melainkan juga keputusan/penentuannya, kekuasaannya, minatnya. Raison d'etre-nya berdiri atau terjatuh dengan tujuan asketik. Haruskah-ia mengejutkan kita, 160 Genealogi Moral kemudian, bahwa satu dari kita yang menentang tujuan itu datang melawan seorang musuh yang kuat, sebuah keinginan musuh untuk berkelahi kepada tujuan yang lebih sedikit melawan semua yang akan memotongnya? Di sisi lain, ia tidak tampak mungkin bahwa sebuah pandangan berprasangka terhadap masalah kita akan memberikan kita banyak bantuan untuk menyelesaikannya. Pendeta asketik akan hampir tidak berhasil bahkan dalam membuktikan tujuannya, untuk alasan yang sama bahwa seorang perempuan mungkin tidak berhasil dalam membuktikan femininitas; lebih kurang dapatkah kita berharap untuk menemukan dalam dirinya sebuah penilaian objektif terhadap pertanyaan yang menjadi pokok di sini. Terlebih daripada memiliki rasa takut bahwa kita akan secara cemerlang memperdebatkan kita, kita mungkin akan memerlukan untuk memperlengkapinya dengan argumenargumen menentang kita.... Masalah yang

menjadi pokok ini adalah nilai yang mana pendeta asketik menempatkan di atas eksistensi. Dia mengkonfrontasi eksistensi (membandingkan semua dari "alam", keseluruhan dunia fana kita yang sementara ini) dengan sebuah bentuk konstitusi yang berbeda dari Wujud, yang mana ia pasti menentang dan mengasingkan -kecuali ia berharap untuk berbelok melawan dirinya sendiri; dalam yang mana kasus eksistensi jasmani kita mungkin akan dipandang sebagai sebuah 170 jembatan menuju ke keutamaan. Asketik memperlakukan kehidupan seperti sesuatu. yang membingungkan dalam yang mana kita harus menjejakkan kembali langkah-langkah kita pada pokok yang mana kita masuk atau seperti sebuah kesalahan yang mana hanya sebuah tindakan teguh dapat memperbaiki, dan sejauh ini dia memaksa bahwa kita mengemudikan kehidupan kita dengan menyesuaikan diri kepada tujuannya. Kode dasyat dari etika ini sama sekali bukan sebuah ketidaksengajaan yang ingin tahu, terisolasi dalam sejarah manusia; terlebih ia merupakan salah satu dari tradisi-tradisi yang terbesar dan terpanjang. Seorang pengamat memandang eksistensi dana kita dari planet kain mungkin dengan mudah dapat diyakinkan bahwa bumi ini dengan tegas adalah merupakan sebuah bintang asketik, tempat tinggal dari mahluk-mahluk yang tidak puas, berbangga diri, mengerikan, tidak mampu melepaskan dirinya sendiri dari kebencian diri, kebencian terhadap bumi dan semua yang hidup, yang melukai sebanyak rasa sakit yang mungkin atas diri mereka sendiri, hanya diluar kesenangan dalam memberikan rasa sakit— mungkin hanya satu-satunya kesenangan yang mereka ketahui. Secara sederhana menyadari bahwa dunia luas dan teratur adalah kejadian dari pendeta asketik. Tipe ini tidak membatasi pada satu. ras tunggal: dia tumbuh dengan subur di mana-mana; semua golongan masyarakat 171 memproduksinya. Bukan karena dia menyebarkan kode etiknya lewat reproduksi biologis — agak bertolak belakang, sebuah naluri mendalam menakutkannya terhadap memproduksi jenisnya. Tentu saja ia harus menjadi sebuah keharusan dari tingkat pertama yang membuat spesies antibiologis meluas dan tumbuh subur lagi dan lagi; jika semacam kontradiksi dalam istilah tidak musnah, tentu saja pasti dalam minat terhadap kehidupan itu sendiri. Bagi sebuah kehidupan asketik sesungguhnya merupakan sebuah kontradiksi dalam istilah. Di sini kita menemukan dendam tidak paralel, dendam dari kendahlikekuasaan yang tak dapat dikenyangkan yang mana akan mendominasi, tidak saja terhadap aspek tunggal dari kehidupan, melainkan kehidupan itu sendiri, pondasi-pondasi yang terdalam dan terkuatnya. Di sini kita menyaksikan sebuah usaha untuk menggunakan energi demi mempertahankan sumber-sumber energi. Di sini mata melihat secara beriri hati dan jahat terhadap semua pertumbuhan biologis dan ekspresi-ekspresi prinsipalnya, kecantikan dan kegembiraan, sementara ia memandang dengan kenikmatan atas segala yang buruk rupa atau kerdil, atas rasa sakit, bencana, kejelekan, atau pengorbanan bersyukur, atas tidak mementingkan diri sendiri dan menyiksa diri. Semua hal ini adalah paradoks terhadap tingkat yang paling tinggi. Kita saling berhadapan dengan sebuah pemisahan yang dengan sengaja, yang mana 172 Nietzsche memandang kejam atas kekalahannya sendiri dan tumbuh lebih yakin diri dan pemenang yang energi biologisnya semakin berkurang. Tujuan asketik selalu berjuuang di bawah sebuah bendera yang melahirkan motto, "kemenangan dalam sengsara". Teka-teki yang menggoda ini, citra dari rasa sakit yang menggiurkan ini, selalu merupakan sumber penerangannya, sumpah kejayaan finalnya. Crux, nuc, lux — bagi asketik, ketiga hal inilah yang tetap selalu bersama. XII Apakah kerusakan hati akan melepaskan atas dirinya sendiri, sekali lagi ia mulai difalsafahkan? Tentu saja pada apapun yang secara garis besar merasa menjadi yang paling yakin dan paling nyata. Ia akan tampak bagi kesalahan yang tepat dalam tempat-tempat itu di mana naluri kehidupan normal telah memproklamirkan kebenaran yang paling otoriter. Misalnya, seperti asketik dari Vedas, ia akan

mendeklarasikan tubuh, rasa sakit, pelipatgandaan, dikotomi subjek/ objek, adalah ilusi-ilusi. Apakah sebuah kemenangan untuk menjadi mampu mengingkari realitas terhadap ego — apakah sebuah kemenangan atas indera-indera, atas penampilan, apakah sebuah kemenangan besar dan kejam ketika akhirnya bahkan alasan direndahkan! Ketinggian dari kesenangan sadistis ini tercapai bila alasan 173 Genealogi Moral dalam membenci diri dan mengejek diri membuat aturan bahwa kerajaan kebenaran harus benarbenar ada tetapi alasan ditolak darinya. (Dalam konsep Kantian dari karakter "noumenal" dari sesuatu dapat kita lihat sebagai sebuah sisa dari pemisahan asketik gatal yang mana menyenangi berbalik alasan melawan dirinya sendiri. Karena karakter noumenal, bagi Kant, menunjukkan aspek dari sesuatu tentang yang mana kepintaran memahami hanya bahwa ia tidak pernah bisa memahaminya). Kelak secara tepat dalam kapasitas kita sebagai para filsuf, kita pasti tidak bersyukur untuk inversi-inversi radikal semacam itu dari perspektif dan valuasi biasa, maksudnya dari yang mana pemikiran manusia telah begitu lama marah terhadap dirinya sendiri, terhadap seluruh penampakan yang nekat dan tidak produktif. Ini bukan merupakan sebuah disiplin dan persiapan kecil dari kepintaran atas jalannya menuju "objektivitas" final untuk melihat sesuatu sekilas lewat akhir yang salah dari teleskop; dan "objektivitas" di sini tidak berarti berdiri untuk "kontemplasi adil" (yang mana adalah sebuah tingkatan dari absurditas) tetapi untuk sebuah kemampuan untuk memiliki pro dan kontra seseorang dengan tujuan seseorang dan untuk menggunakan mereka atau tidak, sebagai pilihan seseorang. Ia adalah dari kepentingan yang paling besar untuk mengetahui bagaimana meletakkan perspektif-perspektif yang paling beragam dan interpretasiinterpretasi psikologis yang paling beragam pada 174 Nietzsche layanan kepintaran. Mari kita, dari sekarang, berada di atas penjaga kita menentang mitos para filsuf suci tentang sebuah "pemahaman murni, tanpa kehendak, tanpa rasa sakit, tanpa waktu"; mari kita waspada terhadap sungut-sungut dari makna-makna kontradiktif tersebut seperti "alasan murni", "ilmu pengetahuan mutlak", "kepintaran mutlak". Semua konsep ini memperkirakan sebuah mata sebagai wujud tak hidup dapat membayangkan, sebuah mata tidak membutuhkan arah, tidak menarik kembali kekuatankekuatan aktif dan interpretatifnya — tepatnya kekuatan-kekuatan yang dengan sendirinya membuat melihat, melihat sesuatu. Semua penglihatan secara esensial perspektif dan begitu semua memahami. Emosi-emosi yang paling diperbolehkan untuk kita bicarakan dalam sebuah materi yang diberikan, mata-mata yang semakin berbeda yang kita taruh di atas dengan maksud untuk memandang sebuah pertunjukan yang diberikan, semakin lengkap keinginan menjadi konsep kita atasnya, "objektivitas" kita yang terbesar. Tetapi untuk mengusir kehendak, untuk menunda emosiemosi secara bersamaan, membaginya dapat dilakukan — pasti hal ini akan tingkat kepintaran, akankah dia tidak? XIII Tetapi mari kita kembali kepada argumen kita. Semacam air yang di dalamnya kita temukan 175 Genealogi Moral asketik, yang membuat lubang "kehidupan lawan kehidupan", adalah omong kosong, tidak hanya dalam batas-batas psikologis, tetapi juga secara psikologis membicarakan. Setetes air mata hanya dapat tampak; ia harus merupakan semacam ekspresi sementara, Sebuah formula, Sebuah adaptasi, Sebuah kesalahpahaman psikologis dari sesuatu untuk yang mana batas-batas telah dikurangi untuk menunjukkan alam sebenarnya. Sebuah pengisi halaman murni untuk mengisi Sebuah tempat kosong dalam pemahaman manusia. Mari kita nyatakan bahwa Saya dianggap menjadi situasi aktual. Tujuan asketik muncul dari naluri protektif dan dapat menyembuhkan dari Sebuah kehidupan yang merosot dan kelak melawan gigi dan kuku untuk preservasinya. Ini menuniukkan kepada Sebuah pertahanan psikologis parsifal dan penghabisan tenaga melawan naluri-naluri vital terdalam, masih tidak rusak, sedang bertempur secara tahan uji dan panjang akal. Tujuan asketik ini adalah salah Satu dari senjata mereka. Situasi, kemudian, merupakan

secara tepat lawan dari apa yang para pemuja dari tujuan ini yakini untuk menjadi. Hidup memakai asketisme dalam perkelahian putus asanya melawan kematian; tujuan asketik adalah Sebuah perpindahan untuk preservasi dari kehidupan. Kehadiran di mana-mana dan kekuasaan dari tujuan itu, terutama kapanpun manusia telah mengadaptasi bentuk-bentuk beradab dari kehidupan, pasti meninggalkan 176 ffiedrich Niet=che jejak di atas kita Satu fakta yang besar, "dapat diraba" keadaan berkeras hati dari manusia beradab, perlawanan biologisnya melawan kematian, atau untuk meletakkannya secara lebih tepat, melawan taedium vitae, penghabisan tenaga, perpanjangan untuk "akhir". Pendeta asketik adalah Sebuah inkarnasi dari harapan untuk menjadi berbeda, untuk menjelma di mana saja, dia adalah harapan itu, muncul pada kekuasaan tertingginya, intensitasnya yang paling mempesona. Dan secara pasti intensitas dari harapannya yang tukang besi membuat rantai besi membelenggunya pada bumi ini. Pada Saat yang bersamaan dia menjadi Sebuah instrumen untuk memperbaiki kondisi manusia, karena sejak intensitas ini dia dimungkinkan untuk memelihara dalam hidup kelompok besar dari para penderita yang terkalahkan, tak terpuaskan dan para penyiksa diri, yang kepadanya dia memimpin secara naluriah Seperti seorang gembala. Dengan kata lain, pendeta asketik, memandang hidup musuh dan penolak besar, adalah dalam Satu kebenaran dari penjagaan besar dan tenaga-tenaga positif.... Tetapi bagaimana dengan keadaan sumber-sumber manusia? Untuk tentu saja manusia adalah Si sakit, kurang sembuh, kurang stabil, kurang berlabuh secara tetap daripada binatang lain manapun; dia adalah binatang sakit. Tetapi dia juga bukankah yang lebih berani, lebih menentang, lebih berakal daripada binatang-binatang lain 177

Cenealogi Moral secara bersamaan? — manusia, pencoba besar atas dirinya sendiri, yang selamanya tidak terpuaskan, bersaing dengan para dewa, binatang-binatang buas, dan dengan alam untuk supremasi akhir; manusia, tidak tertaklukkan sampai hari ini, masih tidak menyadari, sangat angkuh oleh tenaga berkerumun dari dirinya bahwa gahan masa depannya seperti taji dalam daging dari setiap masa kini.... Bagaimana mungkin seekor binatang yang berani dan berakal tetapi menjadi yang paling tidak kekal, yang secara mendalam paling sakit dari semua binatang buas yang sakit di muka bumi ini? Telah sejak lama sekali ketika manusia dengan cukup jelas; telah ada seluruh epidemi-epidemi dari "ketidakbahagiaan" (misalnya, sekitar tahun 1348, masa Tarian Kematian) tetapi bahkan kekesalan ini, kelelahan ini, kemewahan berlebih-lebihan ini dipatahkan darinya dengan hebat bahwa sekali ia menirukan sebuah ikatan baru terhadap eksistensi. Seolah-olah dengan sihir, pengingkaran-pengingkarannya menghasilkan sebuah kekayaan dari pen gesahan-pengesahan yang lebih lembut. Ketika tuan pengrusakan, pengrusakan diri, melanggar dirinya sendiri, memang yang paling luka yang memaksanya untuk hidup XIV Keadaan sakit yang lebih teratur berada diantara para anggota dari ras-ras manusia, kita 178 seharusnya yang menjadi paling bersyukur untuk "keuntungan tak terduga" yang jarang — manusia-manusia untungnya cukup untuk menggabungkan sebuah organisasi yang berbunyi fisik dengan otoritas intelektual. Kita harus melakukan yang terbaik dari kita untuk melindungi manusiamanusia dari udara yang merusak dari rumah sakit jiwa?. Memang sakit yang merupakan ancaman terbesar terhadap kebaikan; memang orang-orang yang lemah, dan tidak setara dengan mereka sendiri, yang mengunjungi bencana atas kekuatan. Tetapi, siapa, yang hari ini, mengetahui hari ini, yang bertindak atasnya? Kita mencoba secara konstan untuk mengurangi ketakutan manusia terhadap manusia; melupakan bahwa dari ketakutanlah mereka terinspirasi yang memaksakan kekuatan menjadi kuat dan jika perlu, mengerikan. Kita harus mendorong bahwa ketakutan dalam setiap cara yang mungkin, dengan sendiri memeliharanya sebuah turunan yang sehat dari umat manusia. Bahaya yang sebenarnya terbentang dalam kebencian kita terhadap manusia dan rasa iba kita terhadapnya. Jika kedua emosi ini suatu hari nanti harus menggabungkan kekuatan, mereka akan menghasilkan hal yang paling berbahaya dari yang pernah disaksikan di muka bumi: akhir kehendak manusia, kehendaknya terhadap ketiadaan, nihilisme. Dan sesungguhnya, persiapan-persiapan untuk kejadian itu sudah benar-benar baik di bawah jalan. Seseorang ]-,9 Genealogi Moral yang mencium tidak hanya dengan hidungnya tetapi juga dengan mata dan telinganya akan memperhatikan di mana-mana pada saat ini sebuah udara seolah-olah sebuah rumah sakit jiwa atau sanatorium. (Saya berpikir tentang semua hiburan-hiburan kebudayaan langsung manusia ini, dari setiap jenis dari kebudayaan yang sekarang ada di Eropa). Memang penyakit yang membahayakan umat manusia, dan bukan "binatangbinatang pemangsa". Memang takdir kegagalan dan korban-korban yang menggali di bawahnya struktur sosial, yang meracuni perjuangan kita dalam kehidupan dan rekan-rekan manusia kita. Apakah setiap orang yang tidak bertudung, tutup jendela merenung dari pakaian kelahiran yang tak cocok, bahwa renungan introvert yang menyedihkan dan membuat kita membayangkan bagaimana seorang manusia harus membicarakan tentang dirinya sendiri? "jika hanya saya yang, dapat menjadi orang lain," wajah tampak menarik nafas panjang, "tetapi tak ada harapan dari itu. Saya adalah saya; bagaimana saya dapat melepaskan diri dari diri saya sendiri? Bagaimanapun, saya tidak bahagia." Dalam tanah yang berupaya dari rasa benci diri ini setiap tanaman yang), beracun akan tumbuh, kelak semua darinya sangat sengsara, sangat diam, sangat tidak jujur, sangat suram! Di sini cacing-cacing dari keinginan membalas dendam dan arriere pensée; pikiran mundur berkeliaran; udara berbau busuk dari

180 kerahasiaan dan emosi tertahan; di sini sebuah jala abadi dari konspirasi jahat ditenun — konspirasi dari para penderita melawan kebahagiaan dan keberhasilan; di sini kejayaan dipegang dalam kebencian. Dan kebohongan macam apa, dengan maksud tidak untuk mengkhianati yakni kebencian! Sungguh sebuah layar dari sikap-sikap besar dan kata-kata yang dengan segala kebesarannya! Sungguh sebuah seni dari "fitnahan jujur!" Sungguh kefasihan bicara yang terhormat mengalir dari bibir-bibir dari mahluk-mahluk produk-produk sakit tersebut! Sungguh bergula, berlumpur, kepatuhan hina berenang dalam mata-mata mereka! Apa yang mereka kejar sebenarnya? Ambisi dari orang-orang cacat yang paling hina ini adalah setidak-tidaknya pada keadilan, cinta, kebijaksanaan, superioritas sandiwara. Dan betapa cerdasnya sebuah ambisi yang menciptakan mereka! Karena kita tidak dapat melihat ke belakang sebuah penghormatan tertentu untuk keahlian para pemalsu dengan yang mana mereka menirukan perubahan dari kebajikan, bahkan cincin emasnya. Mereka saat ini sepenuhnya telah memonopoli kebajikan; "Kami sendiri," kata mereka, "adalah yang baik, yang adil, kami sendiri adalah ManusiaManusia dari Kehendak Tuhan". Mereka berjalan diantara kita sebagai ancaman-ancaman dan teguran-teguran yang berinkarnasi, seolah-olah untuk mengatakan bahwa kesehatan, keselamatan, kekuatan dan harga diri adalah sesuatu yang 181 Genealogi Moral jahat karena yang mana kita suatu hari nanti akan membayar banyak; dan betapa gembiranya mereka, di dasar, untuk menjadi orang-orang yang membuat kita membayar! Betapa mereka lama untuk menjadi para eksekusioner! Diantara mereka adalah karakter-karakter kawah balas dendam, menyamar sebagai para hakim yang membawa kata keadilan dalam mulut-mulut mereka seperti setitik air liur beracun dan selalu pergi dengan bibir-bibir mengerut, siap meludahkan semuanya yang tampak tidak senang, pada semua yang pergi dengan gembira terhadap situasi mereka. Tidak ada yang kurang diantara mereka yang secara tak terucap paling malang dan rasa benci yang tidak jujur yang mengikat atas parade sebagai keluguan-keluguan, para pelaku masturbasi moral itu yang memberikan mereka sensualitas kerdil kepada pasar terbungkus dalam puisi-puisi dan pakaian-pakaian pembungkus lainnya dan diberi label "seratus persen murni". Apakah ada tempat saat ini di mana yang sakit tidak berharap untuk menunjukkan bentuk superioritas dan untuk melatih tirani mereka di atas kekuatan? Terutama para perempuan yang sakit, yang memiliki sumber-sumber yang tak tertandingi untuk mendominasi, menindas, mentirani. Perempuan sakit melakukan tanpa ketiadaan mati atau hidup; dia menggali sesuatu yang terkubur paling lama. (Abyssinian Bogo mengatakan bahwa "Perempuan adalah seekor srigala"). Seseorang melihat 182 Friedrich Nietzsche ke dalam latar belakang dari setiap keluarga, setiap institusi, setiap kerajaan adalah cukup untuk menyakinkan kita bahwa pertempuran dari si sakit melawan kebaikan adalah kemarahan terhadap segala sisi; untuk bagian yang paling tenang dari sebuah pertempuran, dikendalikan dengan dosis-dosis kecil racun, dengan kata-kata berduri, wajah berbahaya penderitaan lama, tetapi begitu sering dengan gerakan-gerakan keras yang pharisaical menstimulasi kemarahan luar biasa yang terhormat. Teriak kemarahan luar biasa dari anjinganjing sakit ini dapat didengar bahkan dalam lorong-lorong suci sains. (Saya hanya perlu mengingatkan pembaca sekali lagi tentang pengikut Prusia dari keinginan balas dendam; Eugen Du:hring, yang saat ini membuat penggunaan omong kosong moralistik yang paling kasar dan ofensif. Dia berdiri di luar, bahkan diantara kru-kru anti-Semitnya sendiri, dengan intensitas dari omong kosong moralistiknya). Apakah orang-orang ini akan dengan tidak lelahnya dalam kepura-puraan mereka, sangat menggelikan?, dalam kedahagaan akan balas dendam mereka, membutuhkan dengan tujuan untuk melihat diri mereka sendiri sebagai pemenang? Tidak lebih daripada untuk menghasilkan dalam menanamkan penderitaan mereka sendiri dan semua penderitaan, dalam kesadaran-kesadaran tentang kebahagiaan, sehingga untuk menjadikan kebahagiaan suatu hari nanti mengatakan kepada satu sama lainnya, "Ini

183 Cenealogi Moral adalah sebuah rasa malu dari kebahagiaan! Terlalu banyak penderitaan dalam dunia!" Tetapi tidak ada kesalahpahaman yang lebih besar dan berbahaya yang dapat dibayangkan daripada kekuatan dan kebahagiaan untuk mulai meragukan hak mereka terhadap kebahagiaan. Mari kita lakukan dengan semacam topsy-turviness, dengan semacam kelemahan yang mengerikan dari perasaan-perasaan! Peran pertama kita di muka bumi seharusnya yang si sakit tidak harus mengkontaminasi kesehatan. Tetapi hal ini membutuhkan bahwa kesehatan harus terisolasi dari sakit, dipisahkan bahkan pandangan sakit, dalam hal mereka membuat kesalahan bahwa penyakit asing untuk mereka sendiri. Atau ini tugas mereka, barangkali untuk menjadi seorang pembantu medis dan para dokter? Tidak akan menjadi sebuah jalan yang buruk untuk mereka untuk salah menlai peran mereka. Yang tertinggi tidak harus membuat sebuah instrumen terhadap yang lebih rendah; "perbedaan yang pahit" pasti terhadap semua keabadian yang tetap memisahkan tugas-tugas terpisah. Hak untuk mengadakan lonceng dengan bunyi kuat merupakan sebuah masa seribu kali lebih besar daripada yang rusak, salah paham: ia sendiri adalah pewarta-pewarta dalam masa depan umat manusia. Apakah si sehat dapat dan harus benar-benar melakukan yang tidak pernah diminta dari yang sakit, atau menempatkan dalam kekuasaan mereka; tetapi haruskah 184 pendiri mampu melakukan apa yang mereka sendiri dapat lakukan, dan pada saat yang bersamaan bertindak bagian dari ahli fisik, pelindung, penyelamat dari sakit?... kemudian marilah kita memiliki udara segar, dan pada setiap tingkat menjauh dari seluruh rumah sakit jiwa dan rumah-rumah perawatan dari kebudayaan! Dan mari kita memiliki teman baik, teman baik kita sendiri! Atau kesunyian, jika perlu. Tetapi biarkan kita pergi jauh, pada setiap tingkat, dari nafas/ kabut jahat dari korupsi internal dan terpisah yang kering. Dengan tujuan teman-temanku, bahwa kita dapat, setidak-tidaknya untuk sementara waktu kemudian, menjaga diri kita sendiri melawan kedua noda yang terburuk yang mana mungkin berbaring dalam toko untuk kita lebih dari siapapun — kebencian konstan terhadap manusia dan rasa iba yang konstan terhadap manusia! XV Jika pembaca secara metodis telah mengerti dan saya menuntut bahwa di sini terutama dia menggali ke bawah secara dalam- bahwa itu tidak dapat menjadi tugas dari kesehatan untuk menunggu atas si sakit, atau untuk membuat mereka lebih baik, dia juga akan mengerti tentang hal penting lainnya: bahwa bagi para ahli fisika dan pembantu medis kita membutuhkan manusia 185 Cenealogi Moral manusia yang diri mereka sendiri sakit. Saya yakin bahwa di sini kita memiliki kunci pada makna dari pendeta asketik. Kita harus melihat pendeta asketik sebagai pembela dan penyelamat yang ditakdirkan terhadap satu kawanan sakit jika mereka ada untuk memahami misi historisnya yang menakutkan. Domininya berada di atas para penderita; dia secara naluriah mendorong menuju kekaisaran ini, yang di dalamnya dia dapat menampilkan hadiah-hadiah istimewanva, dia pasti mendapat kebahagiaan sebenarnya. Dia pasti menjadi sakit akan dirinya sendiri, dia pasti menjadi secara mendalam akrab terhadap semua kecelakaan kapal dan penyakit, jika dia ada untuk memahami mereka dan dipahami oleh mereka; kemudian dia juga pasti menjadi kuat, tuan atas dirinya sendiri bahkan lebih atas yang lainnya, dengan sebuah keinginan terhadap kekuasaan yang sempurna, jika dia ada untuk menjadi dukungan, tuan besar, pendisiplin, tiran, tuhan: Mereka adalah kawanannya, dan dia harus melindungi mereka — melawan kepada siapa? Melawan kesehatan, tentu saja, tetapi juga melawan keirihatian mereka terhadap kesehatan; dia harus menjadi antagonis natural dan contemner dari segala kekasaran, kekejaman, kesehatan liar dan

kekuasaan. Pendeta merupakan versi terawal dari binatang halus yang contemner secara lebih siap daripada dia membenci. Dia tidak akan mempertandingkan tugas berperang dengan binatang 186 Friedrich Nietzsche binatang pemangsa, tetapi perangnya akan menjadi sebuah perang cerdik 'tipu muslihat' (intelek) dibandingkan dengan tenaga brutal, seperti pergi tanpa berkata. Dia bahkan akan diwajibkan untuk mengembangkan di luar dirinya sendiri sebuah tipe baru dari binatang liar, atau setidak-tidaknya adumbrate sebuah jenis baru dari kekejaman yang di dalamnya beruang kutub, harimau yang luhur, dingin, sabar dan rubah akan dikombinasikan ke bentuk sebuah spesies baru, seketika itu juga atraktif dan dasyat. Jika kesempatan harus muncul dia bahkan akan melangkah, dengan harga diri seperti beruang dan superioritas yang diperhitungkan, diantara spesies-spesies binatang liar lainnya: pemberita dan juru bicara dari kekuasaan-kekuasaan yang lebih misterius, menentukan untuk menyebarkan dalam rasa sakit yang sedang mereka alami, divisi bagian dalam, kontradiksi diri — rasa percaya terhadap pemerintahannya atas semua penderita. Untuk menyakinkan, dia membawa bersamanya balsem dan salepnya, tetapi dengan tujuan untuk menyembuhkan pertama-tama dia harus memiliki pasien. Dan bahkan karena dia meringankan rasa sakit dari para pasiennya dia menyiram racun ke dalam lukaluka mereka. Beberapa, kemudian adalah penyelesaian unggul dari tukang sihir dan penjinak binatang, yang di dalamnya terdapat orbit semua yang kelihatan menjadi sakit dan semuanya adalah sakit, tak berdaya. Gembala aneh ini sebenarnya 187 Genealogi Moral berhasil dengan sangat baik dalam melindungi kawanan sakitnya. Dia melindungi mereka melawan diri mereka sendiri, melawan semua kelemahan dan jahat yang terbakar dalam kawanan dan apapun masalah-masalah lainnya dihasilkan di tengah-tengah si sakit. Dia melawan sebuah pertempuran pintar, keras, rahasia melawan anarki dan integrasi, selalu waspada dari mengalahkan terhadap dendam, yang paling berbahaya dari dinamit. Tugas esensinya adalah agar mereka dijamin dalam sebuah cara yang sedemikian rupa agar letusannya tidak akan melukai dirinya sendiri maupun kawanan. Dengan kata lain, ia tergantung pendeta untuk mengirim belakangan balas dendam menuju sebuah objek yang baru. Karena tidak benar bahwa setiap penderita secara naluriah mencari sebuah penyebab dari penderitaannya; secara lebih spesifik, seorang agen, seorang agen "rasa bersalah" yang mudah terpengaruh terhadap rasa sakit — singkatnya beberapa wujud hidup atau yang lainnya yang kepada siapa dia dapat melepaskan perasaan-perasaannya secara. langsung ataupun dalam peta, di bawah beberapa alasan yang dicari-cari atau yang lainnya? Pembebasan dari agresi ini merupakan obat penawar yang terbaik untuk setiap jenis malapetaka. Harapan untuk meringankan rasa sakit lewat rangsangan emosional yang kuat adalah bagi pikiran saya, motif psikologis yang sebenarnya dibalik semua manifestasi dari balas 188 Friedrich Nietzsche dendam. Saya dengan tegas tidak setuju dengan orang-orang yang akan melihat di sini sebuah reaksi defensif atau menghindar murni terhadap luka atau bahaya yang tiba-tiba, sebuah refleks murni, seperti halnya seekor katak tanpa kepala membuatnya menolak sebuah cuka. Terdapat sebuah perbedaan fundamental antara kedua proses: dalam satu kasus kekuatan secara sederhana mencegah luka lebih lanjut, dalam kasus yang lain untuk membodohi dengan pertolongan beberapa emosi kasar sebuah rasa sakit rahasia, menganiaya yang secara perlahan-lahan menjadi tidak dapat ditolerir — untuk menghalaunya dengan seketika dari kesadaran. Untuk alasan tersebut sebuah emosi dari kekerasan maksimal dibutuhkan, dan setiap alasan yang dicari-cari yang datang kepada tangan yang akan melayani. "Seseorang pasti bertanggungjawab untuk ketidaknyamanan saya". Alasan semacam ini merupakan hal yang universal di tengah-tengah orangorang sakit dan mempertahankan Semua yang

paling terayun atas mereka yang lebih suram penyebab yang lebih nyata dari ketidaknyamanan mereka adalah terhadap mereka. (Penyebab ini mungkin terbentang dalam sebuah cinta dari keberanian simpatik, atau sebuah kerahasiaan liar dari perasaan kesal, atau sebuah defiensi dari alkalin sulfat atau fosfat dalam darah atau rintangan abdominal yang merintangi sirkulasi darah, atau sebuah gangguan dari indung-indung 189 Genealogi Moral telur, dsb). Semua penderita serupa dalam menemukan alasan-alasan yang dicari secara imajiner untuk penderitaan mereka. Mereka bersenang-senang dalam kecurigaan dan memandang remeh atas luka-luka imajiner dan meremehkan; mereka menyelidiki isi perut dari masa lalu dan menghadirkan untuk insiden-insiden yang terjadi dan ragu-ragu yang mana memberikan kebebasan tali kekang terhadap kecurigaan-kecurigaan menyiksa mereka; mereka memabukkan diri mereka sendiri dengan racun dari pikiran-pikiran mereka sendiri. Mereka menyobek luka-luka yang paling kuno, mengikat rasa bersalah pada teman, kereta, anak-anak — apapun yang terdekat dengan mereka. Setiap domba yang menderita mengatakan kepada dirinya sendiri, "Saya menderita; ini pasti kesalahan seseorang". Tetapi gembalanya, pendeta asketik, mengatakan kepadanya, "Kamu memang benar, dombaku, seseorang pasti bersalah di sini, tetapi seseorang itu adalah dirimu sendiri. Kamu sendiri yang bersalah — kamu sendiri yang bersalah terhadap dirimu sendiri". Hal ini bukan hanya sangat berani tetapi juga merupakan kekeliruan yang berlebih-lebihan. Tetapi satu hal, setidak-tidaknya, telah diselesaikan: balas dendam telah menemukan sebuah target baru. XVI Mulai sekarang pembaca harus mengamati apakah naluri menyembuhkan hidup, lewat per 190 antaraan pendeta asketik, setidak-tidaknya telah mencoba untuk menyelesaikan, dan apakah tujuan dilayani oleh tirani temporer dari konsepkonsep yang bersifat paradoks dan palsu seperti rasa bersalah, dosa atau penuh dosa, keruntuhan, kutukan. Tujuan selalu mengembalikan si sakit, sampai pada sebuah titik tertentu, selamat, untuk membuat yang tak dapat diobati menghancurkan diri mereka sendiri dan introvert balas dendam dari yang sedikit kasar menyedihkan. Dengan kata lain, tujuan adalah untuk mempergunakan naluri-naluri jahat dari Semua penderita untuk tujuan-tujuan dari disiplin diri, kontrol diri, penaklukan diri. Ia pergi tanpa berkata bahwa sebuah "meditasi" dari jenis ini tidak pernah dapat menghasilkan sebuah penyembuhan psikologis yang efektif, atau bahkan tidak dapat dinyatakan bahwa naluri vital telah benar-benar membuka keran untuk rehabilitasi kepribadian. Semua metode ini diraih selama waktu lama merupakan organisasi dan konsentrasi dari si sakit di satu sisi (kata gereja merupakan istilah popular untuk mengumpulkan ini), dan semacam pengasingan sementara dari yang lebih selamat dan "diraih" penuh di sisi lain; singkatnya, pembukaan terhadap sebuah jurang antara penyakit dan kesehatan. Dan kelak hal ini merupakan sebuah kesepakatan besar. (Saya bertindak dalam essai ini atas sebuah asumsi yang mana mengalamatkan keramahan pembaca yang saya lakukan, saya tidak membutuhkan penilaian 191 Genealogi Moral yang sulit. Saya berasumsi bahwa dosa penuh tidak merupakan sebuah kondisi dasar manusia tetapi hanya interpretasi etik-religius dari kebingungan psikologis. -Fakta bahwa seorang manusia memikirkan dirinya "bersalah" atau "berdosa" tidak membuktikan bahwa dia begitu, lebih jauh daripada fakta bahwa seorang pribadi merasa kesehatan adalah sebuah bukti dari kesehatannya. Ambil, misalnya,

percobaan-percobaan terkenal tukang sihir. Pada masa-masa itu bahkan hakim-hakim yang paling akut dan manusiawi tidak memiiliki keraguan terlemah terhadap para penyihir yang bersalah. "Para penyihir" sendiri tidak memiliki keraguan, dan kelak tidak ada rasa bersalah. -Untuk menyatakan asumsi saya tentang sesuatu yang lebih besar: "rasa sakit psikologis" bukan merupakan fakta bahwa hanya sebuah interpretasi fundamental dari seperangkat fakta yang mana sejauh ini telah menghindari rumusan pasti — benar-benar tidak lebih dari sebuah kata yang kaya mengambil tempat dari sebuah tanda tanya yang kabur. Jika seseorang tidak mampu melepaskan diri dari sebuah rasa sakit psikologis, kesalahan tidak terbentang dalam "jiwa"-nya tetapi, mungkin lebih, dalam perutnya [untuk meletakkan secara kasar, tidak bermaksud bahwa ia harus dimengerti dengan kasar].... 0rang yang kuat, sehat mencerna pengalamannya [termasuk setiap perbuatan dan perbuatan jahat] seperti dia -mencerna makanannya, meskipun dia 192 akan menelan sepotong kecil daging yang liat. Jika dia tidak dapat melepaskan diri dari sebuah pengalaman, kemudian pencernaan semacam ini, sebenamya, hanya salah satu dari konsekuensikonsekuensi terhadap yang lain. Izinkan saya menambahkan bahwa seseorang mungkin akan mempertahankan makna-makna semacam itu dan kelak menjadi seorang musuh dari setiap materialisme). XVII Tetapi apakah pendeta asketik kita ini benarbenar seorang ahli fisika? -Kita telah melihat bah wa hampir tidak benar menyebutnya seorang ahli fisika, sebanyak seperti dia menyukai untuk melihat dirinya sendiri memuja sebagai seorang penyelamat. Apa yang dia perangi adalah hanya ketidaknyamanan penderita, bukan penyebab dari penderitaannya, bahkan bukan kondisi dari rasa sakit itu sendiri. Hal ini pasti selalu menjadi keberatan prinsipil kita terhadap penyembuhan-penyembuhan suci. Tetapi sekali kita menempatkan diri kita pada posisi pendeta dan menga dopsi perspektifnya, kita tidak bisa gagal untuk mengagumi bermacam jenis -dari hal-hal yang telah dia temukan dan pikirkan. Kehendak jeniusnya kemudian akan ditemukan berdiam dalam kemampuan abadinya untuk meringankan dan melindungi. Betapa pintarnya dia membayangkan 193 Genealogi Moral tugas menghiburnya, betapa berani dan jahatnya yang telah dia lakukan dalam metode-metode pilihannya! Kristianitas telah menjadi rumah harta terkaya dari obat-obat bebas yang tulus. Tidak pernah begitu banyak perbaikan-perbaikan, obatobat penawar, narkotika-narkotika yang dikumpulkan bersama dalam satu tempat, tidak pernah memiliki begitu banyak resiko untuk tujuan itu, tidak memiliki begitu banyak sikap mencari kesalahan yang dipakai dalam menebak stimulan-stimulan apa yang akan membebaskan depresi dalam ini, kelelahan berat ini, melankolis hitam dari ketidakcakapan psikologis ini. Karena meletakkannya agak secara garis besar, objek utama dari setiap agama-agama besar telah menghalangi sebuah epidemi perasaan tak enak tertentu yang langsung menuju tensi yang tidak bebas. Akan selamat mengasumsikan bahwa banyak dari populasi bumi yang secara periodik menderita dari kecemasan psikologis yang mana, bagaimanapun, dari kurangnya pengetahuan psikologis yang cukup tidak dimengerti sebagai; kemanapun agama melangkah dengan hasil pokok dari obat-obat psikologis dan moralnya. Kecemasan atau kebingungan ini akan langsung menuju sebuah jenis dari penyebab-penyebab. Akan dihasilkan dari sebuah persilangan ras yang sangat tidak serupa (atau dari golongan yang sangat tidak sama. Perbedaan-perbedaan kelas selalu merupakan indikasi -dari perbedaan-perbedaan genetis dan

194 Friedrich Nietzsche rasial: Weltschmerz Eropa dan pesimisme di abad ke-19 keduanya secara esensial merupakan hasilhasil dari percampuran kasar dan senseless dari golongan -golongan); atau dari sebuah emigrasi yang tidak berhasil, dari sebuah ras yang menemukan dirinya sendiri dalam sebuah cuaca yang mana ia tidak sepenuhnya beradaptasi (kasus dari Hindu di India); atau dari gambaran sebuah ras (masyarakat Paris memiliki cap sebagai dari pesimisme dari 1850 ke atas); atau dari diet yang salah (alkoholisme pada masa pertengahan, atau vegetarian yang absurd); atau dari darah buruk, malaria, syphilis (depresi besar setelah Perang Tiga Puluh Tahun, yang mana menginfeksi setengah dari bangsa Jerman dengan penyakit dan kemudian menyiapkan dasar untuk perbudakan dan kejahatan bangsa Jerman). Dalam setiap kasus ini sebuah pertempuran harus dilakukan melawan kecemasan. -Mari kita sekarang secara singkat melihat kembali bentuk-bentuk dan praktek-praktek utama dari pertempuran itu. (Saya harus meninggalkan di satu sisi di sini, karena ini satu-satunya adil, pertempuran tradisional para filsuf melawan kecemasan, yang mana selalu pada waktu yang sama dengan yang lainnya. Pertempuran ini, meskipun sama sekali tidak sunyi dari minat, merupakan sangat sukar dipahami, sangat terasing dari kehidupan praktis, sangat pinggir dan finespun — seperti ketika, misalnya para filsuf mencoba membuktikan bahwa rasa 195 Genealogi Moral sakit adalah sebuah kesalahan, di bawah ilusi bahwa rasa sakit akan menghilang ketika kesalahan dikenali; kelak lihat dan lihatlah! Ia menolak untuk menghilang ... ). Yang pertama dari maknamakna yang telah digunakan adalah untuk mereduksi energi vital menjadi titik terendahnya. Jika mungkin, seharusnya tidak ada keinginan, harapan sama sekali, tak ada yang akan merangsang darah (pantang garam, ilmu sehat fakir); tanpa cinta; tanpa benci; ketenangan; tanpa balas dendam; tanpa ketamakan akan kekayaan; tanpa bekerja; /minta-minta; lebih disukai tanpa wanita, atau sesedikit perempuan mungkin; dalam materi-materi intelektual, peribahasa Pascal, "Kita harus meniadakan diri kita sendiri". Hasil, dalam batas-batas psikologis dan moral, merupakan penghapusan/penarikan diri, upacara menyatakan kesucian. Dalam batas-batas fisiologis, ia adalah hipnotis -usaha untuk mencapai bagi manusia sesuatu yang mendekati tidur lama di musim dingin bagi spesies binatang tertentu atau varietas dari berbagai tumbuhan dalam iklim-iklim tropis; sebuah proses minimum energi, sebuah keadaan dalam yang mana fungsi-fungsi vital teguh tanpa, bagaimanapun, meluas ke dalam kesadaran. Untuk akhir ini sebuah jumlah yang, luar biasa dari kepintaran manusia telah dipakai-dan tidak serentak sia-sia. Tidak akan bisa terdapat keraguan bahwa "manusia-manusia sportif" dari kesucian tersebut, dalam kepada 196 Nietzsche siapa semua bangsa dan kebudayaan telah melimpah-limpah, sebenamya telah menemukan pembebasan nyata dari sesuatu yang mereka perangi dengan latihan Yang kaku. Lemari obat-obat hipnotis mereka sebenarnya telah membantu mereka, dalam contoh-contoh Yang tak terhitung, untuk menyongsong depresi psikologis mereka yang mendalam, dan untuk alasan ini metodemetode mereka tidak dapat dipotong oleh antropolog. Ataupun tidak kita dinilai dalam memandang setiap atensi untuk merindukan tubuh dan emosi-emosi sebagai sebuah gejala dari kegilaan, seperti beberapa pemikir bebas pemakan daging dan Christopher Slys akan memiliki kita untuk melakukan. Kelak ini adalah kenyataan pasti bahwa sebuah. aturan makan dari jenis ini akan menggiring), kita kepada setiap jenis gangguan mental, terhadap cahaya mistik dan memabukkan" dari Hesychast di atas Gunung Athos, untuk halusinasi-halusinasi visual dan auditori, terhadap banjir kemewahan dan kenikmatan (St. Theresa). Meskipun ia berlalu tanpa berkata bahwa penjelasan-penjelasan subjek sendiri dari fenomena ini selalu memiliki kepalsuan yang luar biasa, kita tidak dapat gagal untuk memperhatikan rasa syukur suci Yang membuat mereka ingin untuk memberikan penjelasan-penjelasan tentang jenis ini. Penebusan itu sendiri, final itu, melengkapi hipnotis dan kedamaian, muncul sebagai misteri unggul dalam seluruh perhitungan, Yang mana 197 Genealogi Moral

bahkan simbol-simbol tertinggi tidak dapat sepenuhnya mengekspresikannya. Itu dipandang sebagai sebuah pembelokan dari dasar terhadap wujud, sebuah pembebasan dari segala ilusi, sebagai "ilmu pengetahuan", "kebenaran", sebagai sebuah pembebasan dari seluruh objek, hasrat dan tindakan, sebuah keadaan di luar jangkauan baik dan jahat, "Baik dan jahat", kata pengikut Budha, "keduanya adalah rantai kaki; Orang Sadar memenangkan atas keduanya". " Bukan melakukan maupun tidak melakukan," kata Vedic Brahmin, "memberikan dia (kebijaksanaan) rasa sakit; dominionnya tidak lagi dirusak oleh tindakan apapun; dia telah meninggalkan baik maupun jahat di belakang". Jelaslah makna adalah biasa bagi Budhisme dan Brahmanisme. Tidak Hindu maupun Kristiani meyakini bahwa penebusan dapat dicapai oleh jalan kecil kebajikan, dari kemajuan bukti moral, tak peduli bagaimana tingginya memandang nilai hipnotis dari kebajikan. Fakta bahwa mereka telah menjadi secara kuat realistik dalam pandangan ini adalah banyak menuju kredit dari tiga agama besar, selain sangat secara metodis teka-teki dengan memoralisasi. "Tak ada satu hal sebagai kewajiban baginya yang memiliki ilmu pengetahuan.... Penebusan tidak dicapai melalui penambahan kebajikan, karena ia terdiri dalam kesatuan dengan Brahma, yang memiliki kesempurnaan yang tak ada yang mampu menambahkan; maupun kelak lewat menge 198 Friedrich Nietzsche nyampingkan kesalahan-kesalahan, bagi Brah ma, dengan yang kepada siapa Untuk menjadi satu mengucapkan penebusan, adalah suci selamanya". (Kedua jalan ini diambil dari Commentaries Shankara, dikutip oleh pakar Eropa pertama tentang filosofi India, teman saya Paul Deussen). Mari kita kemudian memberikan kewajiban menghormati kepada konsep penebusan dalam agama-agama besar. Di sisi lain kita akan menemukannya sukar untuk menahan seulas senyum ketika kita melihat betapa luar biasanya jiwa-jiwa yang lelah itu, terlalu lelah Untuk bermimpi, menghargai tidur lelap — tidur lelap tegak untuk pemasukan dari jiwa ke dalam Brahma, penyelesaian penyatuan mistik. "Ketika dia cepat tertidur," kitab suci yang paling tua dan patut dihormati mengatakan kepada kita, "dan sangat berada dalam istirahat yang dia tidak lagi melihat gambar mimpi apapun, kemudian, 0 Yang kucintai, dia berada pada satu dengan-Nya Yang Merupakan, dia telah kembali kepada dirinya sendiri. Terbungkus oleh pengamatan diri, dia tidak lagi memiliki kesadaran apapun tentang apa itu yang di dalam dan yang di luar. Melewati jembatan ini tidak siang maupun malam datang, tidak usia maupun kematian, tidak penderitaan maupun kebaikan maupun tindakan sakit." "Dalam tidur mendalam jiwa tertinggal dari tubuh, memasuki suasana tertinggi dari cahaya, dan kemudian meteletakkan di atas identitas nyatanya. 199 Genealogi Moral Ia menjadi Ruh Unggul, yang beralan, mereka terhadap sebuah pedati". Kelak kita harus tidak melupakan bahwa kita menemukan di sini, di bawah gaun yang indah dari keluarbiasaan ori ental, hal yang sama dari pengharapan seperti dalam Epicurus, yang secara klasik dingin, jernih, tetapi Yunani yang menderita. Tak seorangpun yang sangat menderita dan sangat di luar dari bunyi dapat membantu memandang nirvana yang menghipnotis, kedamaian dari tidur nyenyak, seperti halnya kebaikan-kebaikan terbesar, seperti halnya nilai par excellence. (Berdasarkan logika emosional yang sama, semua agama pesimistik menganugerahkan di atas ketiadaan judul dari Tuhan). Sebagian besar hipnotis mencabarkan hati, dari sense rasa sakit, menyangka lebih dari keca kapan eksepsional, lebih-lebih keberanian, peng hinaan terhadap opini publik, ketenangan inte

lektual. Lebih begitu umum, karena begitu lebih mudah, adalah pantangan lain untuk melawan depresi: aktivitas mekanis. Tak diragukan lagi bah wa aktivitas semacam itu kelihatannya dapat me ringankan penderitaan manusia. Zaman seka rang ia dibicarakan secara lebih tidak jujur seba gai "restu kerja". Ia memberikan perasaan lega dengan membelokkan atensi terhadap penderita 200 Friedrich Nietzsche jauh dari penderitaannya. Karena dia secara konstan memenuhi pikiran dengan perbuatan, tidak ada kamar kecil yang tersisa dalam pikirannya untuk penderitaan — kamar dari kesadaran manusia lumayan sempit, dalam kasus-kasus tertentu. Aktivitas mekanis, dengan implikasiimplikasi banyaknya (penampilan regular, tepat waktu dan kepatuhan otomatis, rutinitas yang tidak beragam, sebuah penguatan, bahkan sebuah penggabungan dari impersonalitas, kelalaian diri) — betapa metodis dan substilnya pendeta asketik membuat kegunaan dari itu dalam pertempurannya melawan rasa sakit! Semua yang harus dia lakukan, terutama ketika bersepakat dengan para penderita dari kelas-kelas terbawah, budak ataupun tahanan-tahanan (atau para wanita, yang sebagai sebuah aturan adalah keduanya), telah mengunci sebagian kecil seni dari mengubah nama dengan tujuan untuk membuat mereka melihat sebagai hal-hal yang diberkati yang mana sampai saat ini mereka membencikan. Ketidakpuasan dari budak dengan kelompoknya tidak mempunyai, setidak-tidaknya, sebuah ciptaan terhadap pendeta. -Bahkan sebuah harga yang tinggi spesifik melawan depresi telah menjadi bantuan rohani terhadap kesenangan-kesenangan kecil, yang telah siap dapat diakses dan dapat menjadi rutin. Bentuk dari penyembuhan ini kadang-kadang berhubungan dengan pengobatan terdahulu. Bentuk yang paling umum dari kenik 201 Genealogi Moral matan penyembuhan ini adalah kenikmatan dari ,'memberikan kenikmatan" (misalnya kedermawanan, meringankan stress, melindungi, memuji, nasehat, bersahabat). Dalam memberikan perintah cinta kepada tetangga seseorang, pendeta asketik benar-benar memberikan perintah sebuah kegembiraan dari desakan yang paling kuat, paling menguatkan dari yang ada (keinginan terhadap kekuasaan), meskipun dalam dosis yang paling hatihati. Kepuasan dari "superioritas minimum" ini yang mana diberikan oleh semua tindakan kedermawanan, membantu, memberi semangat, merupakan tonik terbaik untuk ketidakcakapan fisiologis, sejauh ia akan menjadi lebih baik diatur; selain naluri fundamental yang sama yang menyebabkan mereka menyakiti satu sama lainnya. Dalam dokumen-dokumen dari awal Kristianitas kita menemukan maksud dari masyarakat-masyarakat mutualisme, organisasi-organisasi yang memaksa kaum miskin dan sakit dan untuk penguburan kematian, Semua muncul dari strata sosial terendah, dan semua penggunaan, dengan maklum, kenikmatan kecil, melakukan kebaikan menguntungkan sebagai sebuah spesifik melawan depresi. Barangkali pada masa-masa itu ada sesuatu yang baru, sebuah penemuan nyata? Tak dapat dielakkan sebuah keinginan untuk membantu menguntungkan, sebuah gerakan untuk membentuk organisasi-organisasi dan jemaat-jemaat, harus secara perlahan-lahan mengembangkan keinginan 202 Friedrich Nietzsche terhadap kekuasaan jauh di luar jangkauan skup sempit aslinya; ciptaan terhadap massa merupakan sebuah langkah penting dalam pertempuran melawan depresi. Dengan perkembangan jemaat, individu juga diberikan sebuah minat baru, yang mana seringkali meninggalkannya jauh di belakang humor sakit pribadinya, ketidaksukaannya pada diri sendiri (despectio sui Geulincx). Semua orang sakit dan murung ini secara naluriah telah lama diorganisasikan, diluar sebuah hasrat untuk mengguncang perasan. mereka terhadap kelemahan dan kekesalan. Pendeta asketik mendewakan naluri itu dan mempromosikannya. Dimanapun massa jemaat

muncul kita akan yakin bahwa mereka dituntut oleh naluri lemah dan diorganisasikan oleh kecerdasan para pendeta. Karena satu hal yang harus kita tinggalkan: itu adalah setiap, bagian kecil sebagai natural untuk kekuatan yang berlebih-lebihan seperti untuk melemahkan jemaat. Dimanapun pembentuk menggabungkan kekuatan, terjadi dengan sendirinya dalam pandangan dari beberapa aksi yang berkonsentrasi secara agresif, beberapa upah dari keinginan terhadap kekuasaan, dan tak terelakkan melawan resistansi dari kesadaran individu. Yang terakhir, di sisi lain, memperoleh kenikmiatan dari fakta sangat dari organisasi. Naluri hidup berkelompok sesungguhnya memuaskan karena itu, persis seperti naluri terhadap pemerintah lahir yang secara mendalam diganggu dan digerogoti 203 Cenealogi Moral oleh berbagai tuntutan bagi organisasi. Arah keseluruhan dari sejarah membawa keluar fakta bahwa setiap oligarki menyembunyikan sebuah hasrat untuk tirani. Setiap oligarki menggetarkan dengan tensi yang mana setiap anggota individu harus memelihara dengan tujuan menuangkan hasrat itu. (jadi ia adalah di Yunani, misalnya, seperti Plato melahirkan saksi dalam seratus tempat, Plato yang mengetahui kebaikannya sendiri, seperti halnya dirinya sendiri).... XIX Spesifik-spesifik asketik yang mana harus kita sepakati sejauh ini (pencabaran dari semangat-semangat vital; aktivitas mekanis; "kenikmatan kenikmatan kecil" dan terutama "cinta terhadap rekan seseorang"; organisasi massa; fajar dari kekuasaan dalam jemaat, yang mana memungkin kan individu untuk melupakan masalah-masa lahnya dalam kesenangan dia merasakan kesuk sesan terhadap kelompok) tampak Semua oleh standar-standar modern, obat-obat yang agak menyelamatkan untuk pukulan bodoh yang bekerjasama. Mari kita sekarang kembali ke perha tian kita kepada obat-obat beracun yang lebih me narik. Mereka Semua memiliki salah satu karak teristik yang umum: perasaan yang luar biasa, bersikap positif untuk suatu yang lama, bodoh, rasa sakit yang melemahkan. Tak putus-putusnya 204 secara suci kepintaran telah diuji atas pertanyaan, "Bagaimana kita dapat memproduksi keluarbiasaan dari perasaan?" Hal ini mungkin tampak lebih kejam; akan secara nyata tampak lebih me nyenangkan jika saya mengatakan, misalnya: "Pendeta asketik telah pada setiap waktu mencoba untuk membuat penggunaan terhadap elemen tentang antusiasme hadir dalam setiap emosi yang kuat." Tetapi mengapa seharusnya saya peduli lebih jauh telinga-telinga dari kelemahan modem kita, siapa yang sudah cukup cara perempuan? Mengapa seharusnya kita memberikan satu inci terhadap hipokrit verbal mereka? Bagi seorang psikolog hal ini akan menjumlahkan kepada sebuah tindakan menyolok mata dari hipokrit, agak terpisah dari fakta bahwa ia akan menyakitinya. Karena "selera baik" dari sebuah psikolog — orang lain mungkin menyebutnya integritasnya— berdiam hari ini dalam untuk mena

han jargon moralisasi malang yang menutupi Semua penilaian-penilaian modern dari umat manusia dan urusan-urusan dengan kotorannya. Mari kita tidak menipu diri kita sendiri: karakteristik esensial dari pemikiran modern dan bukubuku modern bukan berarti mereka berbohong, tetapi lebih daripada bahwa mereka menunjukkan sebuah keluguan tahan uji dalam hipokrit moralistik mereka. Harus menggali di manapun sejenis keluguan ini adalah barang kali yang palmg tidak disukai dari semua psikolog hari kini 205 Genealogi Moral kerja-kerja yang menyakitkan, untuk secara tepat di sini terbentang salah satu dari bahaya-bahaya besar bagi kita sendiri: sumber dari sebuah kebencian yang sangat besar.... Saya tidak memiliki keraguan apakah kegunaan keturunan akan membuat terhadap buku-buku modem dan produk-produk kebudayaan lainnya (sedianya mereka terakhir, dari yang mana terdapat bagaimanapun tidak berbahaya, dan lebih jauh melengkapi sebuah generasi akan memunculkan suatu hari yang milik siapa selera adalah yang lebih tegas, lebih keras, lebih bersuara): ia akan menggunakan mereka sebagai obat muntah, karena kehambaran mereka, warna dasar feminisme mereka di bawah topeng "idealisme". Kaum pria dan wanita terdidik kita "terlalu baik" untuk berbohong; sebagian besarnya benar, tetapi tentu saja bukan merupakan sebuah titik dalam perasaan mereka. "Kebohongan" yang jujur menjadi baik (yang memiliki nilai adalah yang sepenuhnya didiskusikan dalam Plato) akan menjadi sesuatu jauh dari terlalu tegas dan kuat untuk mereka; ia akan menuntut dari mereka sesuatu. yang tidak harus diminta, terutama bahwa mereka mengambil sebuah wajah baik pada ego-ego mereka sendiri, bahwa mereka mencoba untuk membedakan antara benar dan salah dalam diri mereka. Wilayah mereka adalah kebohongan "tak jujur". "Kebaikan" saat ini adalah, bagi seorang manusia, menentukan untuk memperlakukan 206 Friedrich Nietzsche setiap isu dalam sebuah semangat dari hipokrit mendalam — keluguan, keterusterangan, hipokrit setia. Orang-orang "baik" ini sesungguhnva bemoralisasi dan menghilang pada seluruh kejujuran yang tak satupun diantara mereka dapat melawan sebuah kebenaran mengenai laki-laki. Atau, meletakkannya lebih dapat diraba, bukan salah satu dari mereka dapat menghadapi sebuah biografi nyata. Di sini ada beberapa bukti: Lord Byron menguraikan sedikit hal-hal pribadi mengenai dirinya sendiri, tetapi Thomas Moore lebih "baik" bagi mereka; dia membakar makalah-makalah teman-temannya. Hal yang sama dikatakan oleh Dr. Gwinner, karena Schopenhauer mencatat terlalu cepat sesuatu tentang dirinya sendiri, mungkin melawan dirinya sendiri. Penulis biografi Beethoven, American Thayer yang solid, sekonyong-konyong menghentikan karyanya di tengah-tengah; telah tiba pada sebuah titik tertentu dalam kehidupan yang terhormat dan naif ini, dia tidak dapat menahan lebih lama lagi. Haruskah kita terkejut, lalu, bahwa tidak ada orang pintar saat ini yang peduli untuk mengatakan sebuah kata yang jujur tentang dirinya sendiri, kecuali dia terikat pada pertanyaan untuk masalah? Ada beberapa pembicaraan tentang otobiografi yang akan datang dari Richard Wagner: siapa dapat meragukan apakah ia akan menjadi sebuah otobiografi yang sangat hati-hati? Teraikhir, mari kita mengingat protes keras yang 207 Genealogi Moral menggelikan yang mana pendeta Katolik Jansenius yang mengguncang seluruh Protestan Jerman dengan penjelasan nai:f yang luar biasa dan tak berbahayanya dari Reformasi. Apa yang akan dikatakan orang-orang jika tiba-tiba seseorang memutuskan untuk memperlakukan seluruh gerakan dalam sebuah semangat yang berbeda? jika suatu hari seorang psikolog ash memutuskan untuk menceritakan kisah tentang Luther yang sebenamya, tidak lagi dengan kesederhanaan moralistik tentang seorang pendeta nasrani desa, maupun dengan pertimbangan yang sangat perasa dan pelanggaran di luar batas dari para ahli sejarah Protestan, tetapi dengan kebahagiaan dari seorang Taine: dalam semangat kekuatan, dan bukan dalam semangat hati-hati dan oportunistik dari keterlibatan? (Secara tidak sengaja, memang bangsa Jerman yang telah menghasilkan eksemplar sempurna dari yang terakhir — termasuk sebuah hal untuk menjadi bangga -Leopold Ranke, bahwa advokasi klasik terhadap "penyebab yang lebih kuat", yang lebih cerdas dari semua Ahli politik kecil).

XX Apakah semua hal ini mengajukan alasanalasan yang baik mengapa kita, para psikolog harus menjaga sebuah mata waspada dan curiga terhadap diri kita sendiri? Kesempatan-kesempatan 208 Friedrich Nietzsche adalah bahwa kita terlalu begitu "baik" untuk perdagangan kita, bahwa kita begitu terinfeksi, korban-korban dari sebuah selera moralistik yang bergaya, tidak peduli berapa banyak penghinaan yang mungkin kita rasakan untuk sebuah selera. Saya teringat tentang diplomat yang mengatakan kepada kolega-koleganya, "Bapak-bapak, mari kita tidak mempercayai reaksi-reaksi pertama kita, mereka selalu terlalu begitu disukai".... Hal ini adalah bagaimana seorang psikolog saat ini harus mengalamatkan kolega-kologanya, karena isu itu kita bersepakat dengan menuntut, sebenarnya, sebuah ketegasan yang besar terhadap diri sendiri, sebuah ketidakpercayaan yang dianggap dari reaksi-reaksi cepat. Isu ini, karena pembaca dari essai terdahulu akan mengingat, adalah penggunaan dari tujuan asketik sebagai sebuah tabung penyelamat untuk emosi tertahan. Objek adalah untuk mencampuri jiwa manusia hilang dari penggabungannya, untuk pergi ke bawah nya dalam teror, es, api dan transportasi sampai ia tiba-tiba melepaskan dirinya sendiri dari semua kebodohan, kecemasan, kegelapan ini. Apakah jalan-jalan ini menuntun kepada tujuan ini? Apakah ada jalanjalan yang paling sempurna?... Setiap emosi yang kuat akan benar-benar — marah, takut, berhasrat, balas dendam, harapan, kemenangan, putus asa, kekejaman -memberikannya tiba-tiba pembebasan. Dan pendeta asketik telah, sesungguhnya, memakai keseluruhan paket yang mengikuti yang 209 Cenealogi Moral berdiam dalam diri manusia, membebaskan seseorang sekarang, sekarang yang lainnya, selalu kepada akhir dari menyadarkannya dari melankolis bodohnya, dari meletakkan penderitaan tersisa dari penyelamatan, setidak-tidaknya untuk sementara. Dan dia selalu melakukannya di bawah dukungan dari beberapa interpretasi religius dan "justifikasi". Setiap penurunan emosional telah dibayar untuk dalam tujuan, begitu banyak pergi tanpa berkata. Itulah mengapa, dengan standar-standar modern, obat-obat dari jenis ini merupakan sangat mengerikan. Kelak, dalam keadilan, kita harus memperboleh bahwa mereka telah digunakan dalam perjuangan baik, bahwa dalam menata mereka pendeta asketik secara dalam menyakinkan bahwa mereka berguna, bahkan penting (pendeta sendiri dalam banyak contoh, menjadi rusak oleh penderitaan yang dia harus sebabkan); dan sejauh ini, bahwa pengrusakan-pengrusakan psikologis (termasuk gangguan mental yang serius) membantu di atas semacam. ekses adalah konsonan dengan semangat penyembuhan, yang mana tidak bertujuan untuk menyembuhkan tetapi dengan sederhana untuk menghentikan depresi, untuk meringankan, untuk mengobati. Tentu saja bahwa tujuan akan diselesaikan dalam cara ini. Dengan tujuan untuk membuat sebuah suara musik yang merusak dalam jiwa manusia, pendeta asketik harus memainkan di atas sense rasa bersalah. Dalam essai terdahulu saya secara singkat 210 Nietzsche menyentuh pada asal dari sense itu, memperlakukannya sebagai sebuah aspek dari psikologi binatang; rasa bersalah di sana dipandang dalam keadaan yang tidak matangnva. Sekarang saya mungkin menambahkan bahwa untuk mengambil bentuknya memerlukan tangan-tangan dari pendeta asketik, bahwa pakar rasa bersalah. "Dosa". Versi secara suci dari "kesadaran buruk" binatang itu (dikarakterisasikan lebih awal sebagai kekejaman introvert) menyusun kejadian yang lebih besar dalam seluruh sejarah dari jiwa yang sakit, sleight dari tangan dari interpretasi religius. Pada keanehan-keanehan dengan dirinya sendiri untuk salah satu alasan psikologis atau yang lainnya, terlebih seperti seekor binatang di sangkar, tidak sanggup untuk memahami dilemanya, bersemangat untuk alasan-alasan (alasan-alasan selalu melindungi) dan untuk narkotika, manusia akhirnya harus memilih terhadap seseorang yang mengetahui penyebab-penyebab tersembunyi. Mengawasi, dia diberikan sebuah petunjuk oleh tukang sihirnya, pentunjuk yang paling pertama seolah-olah penyebab dari penderitaannya: dia disuruh untuk melihat dirinya sendiri, mencari jiwanya sendiri

untuk sebuah rasa bersalah, sepotong dari masa lalu pribadinya; melihat penderitaannya sebagai sebuah hukuman diri.... Penderita mengambil petunjuk itu, dia telah memahami, dan dari sekarang dia seperti ayam betina tentang yang kepada siapa sebuah lingkaran telah digambarkan. 211 Genealogi Moral Sekarang kita tidak akan pernah selamat dari lingkaran penjara; pasien telah berubah menjadi seorang "pendosa". Aspek pendosa baru ini dari pasien telah ada bersama kita selama beberapa milenium, siapa tahu apakah kita akan pernah menghapusnya dari kesadaran kita? Dimanapun kita melihat kita menemukan tatapan hipronis dari pendosa, tepat pada hal yang identik sama — "rasa bersalah"-nya, penyebab tunggal dari penderitaannya. Dimanapun kesadaran rasa bersalah, "binatang buas mengerikan" Luther; dimanapun keberantakan tentang masa lalu, distorsi dari fakta, wajah sinis; kemanapun sebuah kesalahpahaman sadar dari penderitaan sebagai rasa bersalah, teror, dan hukuman; kemanapun ikatan/pukulan flagellant, baju rambut? Pendosa merenggangkan dirinya sendiri di atas rak dari kesadaran sadistisnya sendiri; dimanapun siksaan bodoh, takut yang menyakitkan, kontraksi dari sebuah kenikmatan Yang tidak diketahui, tangis untuk penebusan. Tak diragukan sebuah sistem prosedur, sekali terbangun, membuat kerja pendek dari depresi kuno dan kekesalan. Hidup menjadi sekali lagi sebuah bisnis yang sangat menarik. Berinisiasi ke dalam misteri-misteri ini, pendosa menjadi sangat tersadar, sangat tersadar abadi, cahaya yang kelak terbakar, kelak terikat jauh dari kelelahan/disilusi. Pendeta asketik, penyihir besar renta dan ksatria itu melawan depresi, telah ditaklukkan setidak-tidaknya; kerajaannya telah 212 Nietzsche datang. Orang-orang tidak lagi mengeluhkan rasa sakit tetapi semangat untuk itu. Setiap rasa sakit berdegradasi dari perasaan, Semua perusak itu, menggali, merusak, dan mentransportkan, setiap rahasia dari kamar siksaan, kecerdasan dari nerakanya, akhirnya menemukan dan mengeksploitasi. Semua adalah pada layanan dari penyihir, pada layanan tujuan asketik. Dia terus mengulang, karena dia telah melakukan sejak lama, "Kerajaan tidak berada di muka bumi". Tetapi apakah dia telah mempunyai sebuah hak untuk mengatakan ini?... Goethe pernah sekali mengemukakan bahwa dia hanya-dapat memikirkan tiga puluh enam dari situasi-situasi tragis. Seseorang mungkin menebak dari ini, jika seseorang sudah tidak memahaminya, bahwa Goethe bukanlah seorang pendeta asketik, karena Yang terakhir memahaminya lebih banyak. XXI Untuk mengkritik seluruh metode penyembuhan ini akan menjadi sebuah kesia-siaan bernafas. Siapa Yang akan secara serius mempertahankan bahwa degradasi moral yang semacam ini digambarkan oleh pendeta asketik (di bawah namanama Yang paling suci, tentu saja, dan dengan sense Yang tertinggi dari kekeramatan misinya) telah benar-benar bermanfaat bagi setiap orang? Setidak-tidaknya mari kita mengunjungi sebuah 213 Genealogi Moral persetujuan atas makna kata "manfaat". jika Semua ini berarti "membuktikan", maka saya akan menambahkan bahwa bagi saya untuk 11 membuktikan" maksud waktu, lemah, tidak ber semangat, untuk effeminate, emasculate, sophis ticate untuk "menjadikan lebih bu ruk". jika ia adalah sebuah pertanyaan tentang orang-orang sakit dan tertekan, seperti sebuah rutinitas yang membuat mereka lebih sakit bah kan jika ia membuat mereka lebih baik. Dengan sederhana mempertanyakan sakit apa yang ter

jadi kapan sistem manusia secara konstan bersu byek pada lawakan-lawakan kejam dari reparasi, terhadap kemelut dari kontra, terhadap sebuah obsesi dengan wujud yang diselamatkannya. Per tanyaan sejarah yang sama, dan anda akan me nemukan bahwa dimanapun pendeta asketik ber ada telah mampu untuk mempengaruhi perla kuannya, sakit yang telah ditambahkan secara waspada, keduanya dalam keluasan dan kedala man. apakah "kesusksesan" ini terdiri dari? Se buah sistem syaraf perusak pada puncak dari se mua sakit pre-eksis; dan hal ini dia atas yang pal ing besar demikian juga di atas skala yang lebih kecil. Dalam membangun setiap penance-work out kolektif kita menemukan epidemi-epidemi epe leptik yang sangat besar, misalnya tarian-tarian Abad Pertengahan St. Vitus dan St, John; depresi-depresi yang mengerikan dan permanen dihasilkan, dalam beberapa kasus, dalam perubahan 214 Nietzsche lengkap dari temperamen dari seluruh masyarakat atau kota (Geneva, Basel); fenomena seperti kegilaan penyihir dan semacam massa berjalan tidur (dari yang mana yang terakhir kita menemukan delapan epidemi-epidemi besar dalam bentuk singkat antara tahun 1564 dan 1605). Kita juga menemukan mata gelap massa yang mempersalahkan yang memiliki mengerikan berteriak "Evviva Ia morte!" segera bergema di seluruh bagian besar dari Eropa, diinterupsi sekarang oleh tabiat-tabiat orang yang aneh, sekarang oleh orangorang yang destruktif. Kita menemukan bahwa perubahan sesat yang sama dari kepura-puraan, dengan kesempatannya yang tenang antara badai dan peristiwa-peristiwa glanya dari perubahan haluan sekonyong-konyong, bahkan hari ini, kemanapun dokrin asketik tentang dosa menghitung sebuah sinyal kemenangan. (Penyakit syaraf religius muncul untuk menjadi sebuah bentuk dari iblis, saya tidak meragukannya. Tetapi apakah ia sebenarnya?). Tujuan asketik, dengan pemujaan moralnya yang sublim, dengan penggunaannya yang cemerlang dan tidak bertanggung jawab dari emosi-emosi terhadap tujuan-tujuan suci, telah menggambarkannya dengan cara tertentu dirinya sendiri pada kenangan terhadap umat manusia dengan menakutkan dan tidak terlupakan. Saya dapat berpikir tentang tidak ada perkembangan yang telah membuat sebuah efek yang lebih jahat atas kesehatan ras, dan terutama 215 Genealogi Moral ras Eropa, daripada hal ini. Mungkin dapat disebutkan, tanpa membesar-besarkan bahwa ia telah menjadi secara spesifik Teutonic: saya mengacu kepada peracunan Eropa dengan alkohol, yang mana telah menjada pucat dengan pengaruh politik dan rasial dari suku-suku Jerman. (Dimanapun mereka memenuhi/ menginspirasikan darah mereka, mereka juga memenuhi wakil karakteristik mereka). Syphilis mungkin akan menyinggung yang ketiga, meskipun sebuah perbedaan yang agak besar berada di bawah dua yang lainnya dalam kepentingan. XXII Seperti hal ini pertanda asketik telah mengge rogoti kesehatan mental manusia dimanapun dia berada berayun-ayun, begitu juga dia telah meng gerogoti selera estetikanya. Dan dia terus meng gerogotinya. "Jadi?" Saya berharap pembaca akan dengan mudah menganugerahkan saya bahwa

jadi itu, seperti hatnya saya tidak berada dalam keadaan baik untuk menjelaskannya. Sebuah sindiran tunggal mungkin akan cukup: ia harus melakukan dengan dokumen sentral dari kesu sasteraan Kristiani, buku par excellene, parag dima dari semua Yang tersisa. Dalam hati yang terdalam dari kemuliaan Greco-Romawi, yang mana juga merupakan sebuah kemuliaan dari buku-buku, dalam hati dari sebuah literature yang 216 Nietzsche belum menjadi tipis dan dihamburkan, ketika ia masih mungkin untuk membaca beberapa buah buku yang mana kita sekarang akan memperdagangkan setengah dari semua bahan tertulis itu, asumsi pikiran sederhana dari para penghasut/ pemberontak Kristen dikenal sebagai Bapa-bapa Gereja berani untuk memerintahkan: "Kita harus memiliki literature klasik kita sendiri. Kita tidak memerlukan literature Yunani ini". Dan mereka dengan bangga menunjukkan beberapa koleksi dari legenda, cerita kerasulan, surat, dan jejakjejak mata uang apologetik -literatur yang sama dengan yang mana Tentara Pembebasan Inggris memperluas perangnya melawan Shakespear dan para penyembah berhala lainnya. Pembaca mungkin sudah dapat menebak bahwa saya tidak tertarik pada Perjanjian Baru. Saya mengakui bahwa saya sepertinya sakit dengan senang hati untuk berdiri sepenuhnya sendiri dalam penilaian saya terhadap dokumen Yang paling berharga dan dipuja ini (selera dari dua milenium melawan saya), tetapi apa yang dapat saya lakukan? Hal ini adalah cara saya, dan saya memiliki keberanian untuk berdiri tegak atas selera saya Yang salah. Perjanjian Lama adalah cerita lain. Saya memfliki hormat yang tertinggi terhadap buku itu. Saya menemukan dalam manusia-manusia agungnya, kenaifan dari sebuah hati Yang kuat. Apa lagi selanjutnya, saya menemukan sebuah masyarakat. Dalam Perjanjian Baru, di sisi lain, saya tidak 217 Genealogi Moral menemukan apa-apa selain sekretarianisme yang licik, sebuah model kuno dari ruh, berlimpah-lim pah dalam gulungan kertas yang curious clan geo metri-geometri yang rumit dan bernafaskan uda ra dari bersifat biara; tidak mengatakan apa-apa tentang bau nafas istimewanya dari kehambaran bucopastoral yang mana merupakan dari epos (dan lingkungan) dan yang tidak begitu Yahudi dibandingkan Helenistik. Di sini kerendahan hati dan braggadacio merupakan teman seranjang; di sini kita menemukan kefasihan lidah yang menakjubkan dari perasaan; jebakan-jebakan dari hawa nafsu tanpa hawa nafsu yang sebenarnya; sejum lah rasa malu terhadap gesture: jelas terdapat sebuah kekurangan dari bernafas baik semua jalan yang dilewati. Memikirkan tentang kesibukan tak berguna yang luar biasa orang-orang kecil yang sabar ini melintas pelanggaran-pelanggaran kecil mereka! Siapa peduli? Tentu saja Tuhan ter sedikit dari semua. Dalam akhir seluruh pendu duk lokal. yang licik ini bahkan menuntut mahkota kehidupan abadi — atas kekuatan terhadap apa? Dan apa yang sebenarnya mereka inginkan de ngan ini? Dapatkah asumsi dibawa lebih jauh? Hanya membayangkan seorang Peter yang aba

di!.... Manusia-manusia kecil. ini terbakar dengan ambisi-ambisi yang sangat menggelikan: mengu nyah cud dari dendam-dendam dan kemalangankemalangan pribadi mereka, mereka mencoba untuk menarik perhatian dari Demiurge Agung, 218 Friedrich Nietzsche untuk memaksanya peduli! Dan lalu, keramahtamahan yang mengerikan dengan yang mana dia mengalamatkan Pencipta mereka! Bahwa Yahudi (tetapi sama sekali bukan Yahudi secara khusus) tersungkur dan tergaruk dari Tuhan!... Di timur jauh Asia ditemukan suku-suku penyembah berhala kecil, tak penting yang mana akan diajarkan satu atau dua buah pelajaran awal Kristiani dalam keseluruhan; suku-suku tersebut, seperti yang dikatakan para misionaris Kristen, tidak melarang diri mereka sendiri untuk menggunakan nama Tuhan sama sekali. Arahan ini, tampak bagi saya, menunjukkan sebuah kesepakatan besar dari kehalusan; tetapi dengan serempak juga sangat halus, bukan hanya bagi orang-orang Kristen primitif, tetapi juga untuk orang-orang yang datang kemudian. Untuk memperoleh sebuah sense jelas tentang kontras, pikirkan Luther, yang paling fasih bicara dan angkuh dari golongan petani Jerman; pikirkan tata krama berbicaranya, terutama ketika dia sedang berbicara dengan Tuhan! Sikap militan Luther terhadap mediasi suci dari gereja (terutama "bahwa penyebaran benih Iblis, Paus") adalah dalam analisa terakhir, kegalakan dari seorang dusun terhadap etiket Gereja, bahwa menghormati etiket dari sebuah selera hieratic, yang tidak hanya akan mengakui kebijaksanaan dan terpusat ke dalam kesucian dari yang tersuci, dan akan mengasingkan orang-orang dusun. Yang terakhir mutlak 219 tidak pernah diperbolehkan berbicara di sini. Tetapi si petani Luther akan mendapatkannya; praktek tradisional fidak cukup Jerman baginya. Dia menginginkan untuk mampu berbicara secara langsung, dalam suaranya sendiri, "secara informal" dengan Tuhannya.... Pada tingkat terbaik ia terdapat sebuah sekolah tentang tata krama hieratic. Asalannya adalah ada sesuatu tentangnya yang mana sungguh merupakan musuh dari tata krama baik: sebuah kekurangan dari nafsu terkekang, tidak menyukai nafsu. Ia ingin menjadi dan selalu akan menjadi, sebuah ne plus ultra. XXIII Tujuan asketik telah digerogoti tidak hanya oleh kesehatan dan selera, tetapi juga oleh sesuatu hal baik di sampingnya — jika saya di sana mencoba menguraikan mereka semua tidak akan pernah ada sebuah akhir. Tetapi tujuan saya bukan untuk menunjukkan apakah tujuan tersebut telah dipengaruhi tetapi hanya apakah ia menandakan, memperkirakan, apa yang terbentang dibaliknya, di bawahnya, dan tersembunyi di dalamnya; hal-hal yang dia ekspresikan, bagaimanapun secara kabur dan sementara. Hanya dengan tujuan ini dalam memandang bahwa saya menghasilkan pembaca saya sebuah pandangan ringkas tentang konsekuensi-konsekuensi besar, beberapa darinya yang mana telahmenjadi bahaya. Saya 220 Friedrich Nietzsche ingin mempersiapkannya untuk yang terakhir dan, bagi saya, aspek yang paling mengerikan dari pertanyaan "Apa yang sesungguhnva disinyalkan oleh tujuan asketik? Apa maksud dari kekuasaan luar biasanya? Mengapa orang-orang telah menyerah padanya untuk sesuatu yang besar? Mengapa mereka tidak menolak secara lebih tegas?" Tujuan asketik mengekspresikan sebuah kehendak: dimanakah kita menemukan sebuah tujuan yang bertolak belakang mengekspresikan sebuah keinginan yang bertolak belakang? Tujuan dari tujuan asketik adalah sangat universal bahwa, dibandingkan dengannya, semua minat-minat yang lain dari manusia muncul dengan sempit dan licik. la mengorientasikan epos-epos, makna-makna, individu-individu yang secara keras menuju satu tujuan tersebut, tidak melarang interpretasi alternatif atau tujuan. la menolak, membantah, mengesahkan, menguatkan khususnya dalam batas-batas dari interpretasinya sendiri — dan apakah telah ada di sana sebuah sistem dari interpretasi-interpretasi yang

lebih secara konstan beralasan? la menyerahkan diri tidak kepada kekuasaan yang lain selain kepada keyakinan-keyakinan dalam superioritas absolutnya, menyakini bahwa tak ada kekuasaan yang ada di muka bumi selain menerima makna dan nilai darinya.... Dimanakah kita menemukan antitesis dari sistem tertutup ini? Mengapa kita tak mampu menemukannya?... Orang-orang mengatakan kepada 221 Genealogi Moral saya bahwa sebuah rintangan tujuan berada, bahwa tidak hanya memilikinya melebarkan sebuah panjang, pertempuran sukses melawan asketisme tetapi untuk memperhatikan dan membenarkan kemenangan atasnya. Keseluruhan tubuh dari kesarjanaan modern dikutip dalam mendukung hal ini — bahwa kesarjanaan modern, yang mana, seperti halnya sebuah filosofi realistis, dengan jelas mempercayai hanya kepada dirinya sendiri, memiliki keberanian dari keyakinan-keyakinannya dan telah mengatur secara tenang sejauh ini untuk berjalan tanpa Tuhan, keutamaan dan kebajikan-kebajikan bersifat membatasi. Tetapi pembicaraan propaganda yang ramai ini agak gagal untuk memberikan kesan kepada saya. Para peniup trompet tentang "kenyataan" ini adalah para musisi miskin. Suara-suara mereka tidak keluar dari kedalaman murni, kedalaman dari sebuah kesadaran sarjana — karena kesadaran sarjana saat ini merupakan sebuah jurang yang sangat dalam. Dalam mulut-mulut para peniup trompet ini kata kesarjanaan merupakan sesuatu yang tak tahu malu, penghinaan terdalam terhadap Tuhan. Kasus ini tentu saja merupakan lawan dari apa yang dinyatakan di sini: saat ini kesarjanaan bukan merupakan kepercayaan dalam diri maupun sebuah tujuan di luar jangkauan dirinya sendiri, ia tidak mewakili lawan dari tujuan asketik melainkan sebenarnya, bentuk yang paling terhormat dan terkininya. 222 Nietzsche Apakah ini kedengaran aneh bagi Anda? Terdapat banyak sarjana-sarjana yang pantas, rendah hati, bekerja keras di tengah-tengah kita, yang tampak secara sempurna senang dengan ceruk kecil mereka dan karena alasan ini memproklamirkan, lebih secara sombong, bahwa setiap orang harus senang dengan sesuatu seperti halnya mereka saat ini — terutama dalam kemanusian dan sains, di mana begitu banyak yang berguna tertinggal untuk dikerjakan. Saya cukup setuju. Saya akan menjadi orang terakhir yang ingin merusak kesenangan para pekerja yangj ujur ini dalam melakukan pekerjaan mereka, karena saya menyukai apa yang mereka lakukan. Dan kelak faktanya bahwa orang-orang bekerja sangat keras pada disiplin-disiplin mereka dan senang dalam pekerjaan. mereka dalam tidak ada cara untuk membuktikan bahwa belajar seperti seluruh hari ini memiliki sebuah tujuan, sebuah tujuan, sebuah keyakinan bersemangat. Seperti yang pernah saya katakan, kebalikan adalah kebenaran. Dimanapun ia bukan dengan mudah merupakan manifestasi yang paling baru dari tujuan asketik (dan hal-hal itu merupakan kasus-kasus yang jarang, terhormat, khusus, sangat khus untuk memberikan kesenangan keputusan secara garis besar), belajar saat ini adalah sebuah tempat persembunyian bagi semua tata krama dari peraturan yang buruk, kehangatan, deprisiasi diri, kesadaran bersalah, keinginan terhadap sebuah cinta yang besar, 223 Genealogi Moral ketidakpuasan dengan sebuah continence yang dikenakan atasnya dari tanpa. Berapa banyak belajar bersembunyi saat ini, atau setidak-tidaknya, berapa banyak ia berharap untuk sembunyi! Soliditas para sarjana, industri otornatis mereka, kepala-kepala mereka yang merokok siang dan malam, keahlian dan kompetensi mereka yang paling: semua kualitas ini diramalkan lebih sering daripada bukan sebuah hasrat untuk sembunyi dan menindas sesuatu. Dapatkah kita semua tumbuh akrab dengan belajar seperti sebuah obat? Para sarjana secara alami disakiti oleh pandangan semacam itu, seperti yang di ketahui semua orang bahwa harganya yang telag sangat dekat berhubungan dengan mereka. Sebuah tanda kesempatan akan menyakit hati mereka menjadi cepat. Kita menimbulkan kebencian teman-teman terpelajar kita tepat pada saat kita mencoba menghormati mereka; kita melepaskan tali marah mereka hanya karena kita sangat tidak mengindahkan untuk menebak bahwa mereka memiliki di hadapan kita penderita-penderita yang tak sudi untuk mengakui penderitaan mereka kepada diri mereka sendiri, manusia-manusia yang terbius dan tidak sadar, dapat mati takut akan mencapai kembali kesadaran mereka....

XXIV Sekarang mari kita melihat kepada kasus-kasus khusus tersebut yang pernah saya singgung 224 Friedrich Nietzsche beberapa waktu yang lalu, beberapa idealis-idealis itu diantara para filsuf, sarjana dan ilmuwan saat ini. Apakah barangkali diantara mereka kita harus mencari antagonis-antagonis efektif dari tujuan asketik? Hal ini, sebenarnya, apa yang oleh "para yang tidak percaya" (karena mereka agnostics, semua dari mereka) meyakini diri mereka sendiri untuk menjadi. Keyakinan semacam itu seperti berbekas pada mereka telah mengepung dalam keyakinan mereka bahwa mereka melawan tujuan asketik. Dimanapun ketika isu itu muncul mereka berubah suram, dan kata-kata dan gerakan-gerakan mereka menjadi terbangkitkan. Tetapi apakah itu membuktikan bahwa mereka yakin adalah benar? Kita yang memiliki urusan adalah orang yang bertanya secara perlahan-lahan menumbuhkan kecurigaan terhadap semua yang beriman. Segala prasangka kita telah melatih kita untuk membenarkan dalam sebuah cara, yang tidak terukur menentang cara yang tradisional: di manapun kita menemukan kekuatan dari keyakinan yang terlalu bagus, kita. dituntun untuk menarik kesimpulan sebuah kekurangan terhadap demostrabilitas, bahkan sesuatu yang mustahil, dalam materi sampai menjadi keyakinan. Kita tidak memiliki perhatian terhadap pengingkaran bahwa manusia diselamatkan oleh keyakinan, tetapi karena alasan ini yang paling kita bantah bahwa keyakinan tidak membuktikan apapun. Sebuah kekuatan, menyelamatkan 225 Genealogi Moral keyakinan menolak kecurigaan terhadap objek dari keyakinan itu; sejauh ini dari membangun "kebenaran"nya, ia membangun sebuah kemungkinan tertentu — dari ketidakjujuran. Bagaimana semua ini mengaplikasikan kepada kasus kita? -Pertapa-pertapa terhormat ini, yang secara mutlak tak kenal kompromi dalam desakan mereka terhadap kebenaran intelektual, pemikiran-pemikiran yang keras, tegas, bertaraf, heroik ini, semua ini memenangkan para atheis, Antikristus, immoralis, nihilis, skeptis, para penunda tuduhan, menggabungkan apapun yang tertinggal dari kesadaran intelektual saat ini — apakah mereka sungguh-sungguh bebas dari tujuan asketik seperti yang mereka bayangkan diri mereka untuk menjadi? Saya akan mengatakan kepada mereka sesuatu yang mana mereka tidak dapat melihat karena mereka terlalu dekat dengan diri mereka sendiri: apakah mereka, tepatnya, siapa yang saat ini mewakili tujuan asketik; apakah mereka merupakan eksponen-eksponennya yang paling substansial, pengintai dan penjaga termajunya, yang paling berbahaya dan godaaan yang paling kabur. Jika saya telah pernah memecahkan sebuah teka-teki kebenaran, saya akan meluaskan bahwa hal ini merupakan sebuah bunyi yang ditebak! Manusia-manusia ini berada sangat jauh dari wujud ruh-ruh bebas, karena mereka masih mempercayai dalam kebenaran.... Ketika perang salib Kristen di Timur terjadi atas Masyarakat Pembunuh 226 Friedrich Vietzsche yang tak terkalahkan, yang bertujuan dari ruh-ruh merdeka par exellence, yang memiliki tingkatan-tingkatan yang lebih rendah mengobservasi sebuah kepatuhan yang lebih tegas dari pada orde monastik manapun, mereka pasti memiliki beberapa sindiran dari slogan yang dijaga untuk tingkatan-tingkatan tertinggi, yang mengatakan, "Tak ada yang benar, semuanya terlarang". Di sini kita memiliki kemerdekaan yang sesungguhnya, karena makna kebenaran itu sendiri telah menyelesaikannya. Apakah pemikir merdeka Kristen pernah berani mengikuti konsekuensi-konsekuensi labirin dari slogan ini? Apakah satu dari mereka pernah benar-benar berpengalaman Minotaur menempati kebingungan itu? Saya memiliki keraguan saya. Sebenarnya saya mengetahui tidak ada. Tidak satupun yang dapat menjadi lebih asing bagi ketidakkompromian kita daripada kebebasan dan ketakterikatan nyata ini; mereka dengan aman terikat pada keyakinan mereka dalam kebenaran — lebih aman daripada semua yang lain. saya memahami semua hal ini hanya sangat lebih baik: "wilayah filsuf' yang patut dihormati yang mana sebuah keyakinan dibutuhkan, ketenangan intelektual yang mana dalam tujuan meninggalkan pengingkaran agak setegas yang

daa lakukan penegasan, hasrat untuk menghentikan dengan singkat pada fakta brutal, fatalisme dari petits fait; tindakan-tindakan kecil, (dengan yang mana kesarjanaan Perancis zaman sekarang 227 Genealogi Moral mencoba memperoleh keuntungan dari Jerman), kesia-siaan dari semua keterangan kitab injil (bahwa dikatakan dari semua pelanggaran, putusan, ringkasan, penghapusan, pergantian, yang mana diantara mereka menyusun urusan interpretasi). Hal-hal ini mengambil serentak, mengeja/membacakan setiap kecil sebanyak yang dilakukan kesia-siaan dari sensualitas; mereka tidak lain sebenarnya adalah sebuah modus spesial dari kesia-siaan tersebut. Karena keinginan absolut terhadap kebenaran yang mana menyebabkan keberpantangan tesebut, tak ada satupun yang lain daripada sebuah keyakinan dalam tujuan asketik dalam bentuknya yang paling radikal, meskipun sebuah yang sadar. Keyakinan dalam sebuah nilai metafisika, dalam nilai absolut dari "kebenaran" itu yang mana menahan dari tujuan asketik dan berdiri dan jatuh bersamanya. Bicara jujur, tak ada satupun hal seperti sebuah sains tanpa asumsi; makna yang terdalam dari sains ini tidak terpikirkan, absurd. Sebuah filosofi, sebuah "keyakinan" selalu perlu untuk memberikan sains sebuah arah, sebuah arti, sebuah batasan, sebuah raison d'etre. (siapapun yang ingin membalikkan prosedur, yakni, meletakkan filosofi pada sebuah "basis saintifik dengan tegas" pertama-tama harus tidak saja mengahadapi filosofi tetapi kebenaran itu sendiri di atas kepala-kepala mereka: pelanggaran etiket yang paling buruk tak terbayangkan dalam kasus dari keduanya semacam 228 Nietzsche perempuan-perempuan yang patut dihormati). Mengutip dari sebuah buku saya sendiri, The Gay Science: "Manusia yang penuh kebenaran (memakai "kebenaran" dalam sense nekat sains menyangka) diarahkan untuk mengasumsi sebuah dunia yang mana secara menyeluruh lain dibandingkan dengan kehidupan, alam dan sejarah. Apakah hal ini tidak berarti bahwa dia terpaksa mengingkari dunia milik kita ini?... keyakinan terhadap yang mana keyakinan kita. dalam sains berada adalah tetap merupakan sebuah keyakinan metafisika. Bahkan kita para mahasiswa saat ini, yang atheis dan anti-metafisika, menerangi suluh-suluh kita pada nyala dari sebuah keyakinan milenium: keyakinan Kristen, yang mana juga berarti keyakinan Plato, bahwa Tuhan adalah kebenaran dan kebenaran dewa.... Tetapi Jika persamaan ini menjadi kurang dan semakin kurang dapat dipercaya, jika satu-satunya hal yang mungkin akan dipandang sebagai dewa adalah kesalahan, kebutaan dan kebohongan; jika Tuhan sendiri berubah menjadi kebohongan terlama kita?" di sini mari kita berhenti sejenak dan berpikir. la tampak bahwa saat ini pertanyaan itu sendiri berada dalam kebutuhan terhadap justifikasi (dengan yang mana saya tidak bermaksud bahwa justifikasi semacam* itu dapat ditemukan). Dalam hubungan ini mari kita memandang sekilas baik kepada para filsuf yang tertua maupun yang terkini: terhadap seorang manusia 229 mereka kurang menyadari bahwa keinginan terhadap kebenaran itu sendiri membutuhkan untuk dijustiftkasi. Terdapat sebuah jurang di sini dalam setiap filosofi — bagaimana kita menjelaskan hal ini? Dengan fakta bahwa tujuan asketik telah sejauh ini mengatur semua filosofi; bahwa kebenaran didalilkan sebagai Wujud, sebagai Tuhan, sebagai saksi utama; bahwa kebenaran tidak diizinkan disinggung dalam pertanyaan. Tetapi sekali kita melihat kebelakang keyakinan kita terhadap Tuhan dari tujuan asketik sebuah masalah baru menempatkan dirinya sendiri, masalah tentang nilai dari kebenaran. Keinginan terhadap kebenaran harus dapat diselediki dengan teliti; urusan kita sekarang secara tentative adalah kepada pertanyaan keinginan terhadap kebenaran. (Jika ada pembaca yang berpikir bahwa saya memperlakukan subjek ini terlalu ringkas, saya menganjurkannya kepada seksi yang berjudul To What Extent Do We Still Believe?" dalam buku The Gay Science. Keseluruhan lima bab dari buku ini akan mengkonsultasikan dengan manfaat, seperti halnya pengantar dari Daybreak. XXV Tidak, biarkan tak seorang pun mengutip

ilmuwan atau sarjana ketika saya menanyakan tentang antagonis natural dari tujuan asketik, ketika saya bertanya "Dimanakah kita dapat 230 menemukan sebuah keinginan antithetical yang akan melangsungkan sebuah tujuan antitheti cal?" Sains jauh terlalu bergantung pada hal itu, ia selalu membutuhkan sebuah nilai normatif di luar dirinya sendiri dengan tujuan untuk bero perasi dengan aman. Belajar dan bertanya adalah jauh dari antagonistik terhadap tujuan asketik; sebenarnya kita akan mengatakan bahwa tujuan ini merupakan motif usaha mereka. Dimanapun mereka menentangnya, pertentangan mereka tidak benar-benar kepada tujuan itu sendiri tetapi hanya kepada aspek-aspek eksternal tertentu darinya, terhadap beberapa kematian atau dog matisme sementara. Dengan mengingkari gam baran-gambaran eksoteriknya, mereka membawa tujuan kepada kehidupan sekali lagi. Karena saya telah siap mengindikasikan pertanyaan dan tujuan asketik telah tumbuh dari tanah yang sa ma; mereka adalah satu dalam pemujaan berlebi han mereka terhadap kebenaran, dalam keyaki nan mereka bahwa ketakterukuran dan bukan mudah terpengaruh dari kritisisme. Hal ini mem bagikan keyakinan membuat mereka secara tak terelakkan bersatu, sehingga siapapun yang me nentang atau mempertanyakan seseorang harus menentang dan mempertanyakan yang lain. Setiap penyimpangan dari tujuan asketik digam barkan sebagai sebuah konsekuensi perlu sebuah penyimpangan dari riset ilmiah — dan memang waktu yang tinggi kita terbangun pada fakta ini. 231 Cenealogi Moral (Seperti untuk seni, yang mana saya berharap untuk mendiskusikannya lebih penuh di lain wak tu, ia jauh lebih radikal menentang tujuan asketik daripada sains. Dalam seni kebohongan menjadi terkonsentrasi, keinginan terhadap penyimpa ngan telah menjadi kesadaran baik pada sisi ba liknya. Plato merasa secara naluriah ini — musuh terbesar dari seni Eropa sejauh ini telah diproduk si. Plato versus Homer: di sini kita memiliki keselu ruhan, antagonisme otentik; pada satu sisi adalah transendentalis tenang dan pengumpat kehidu pan, di sisi lain, pemuji naluriah kehidupan. Seo rang seniman yang mendaftarkan dirinya di bawah bendera tujuan asketik mengerogoti kesa daran artistiknya. Dan kelak kita melihat hal ini

terjadi agak teratur: tak ada mahluk di muka bumi ini yang lebih dapat digerogoti selain seni man). Dalam sense psikologis, juga, sains dengan dekat bersekutu dengan tujuan asketik: sebuah kemiskinan biologis tertentu adalah perlu bagi keduanya. Memang diperlukan bahwa emosi-emosi didinginkan, tempo diturunkan perlahan, bahwa diakletik diletakkan dalam tempat naluri, bahwa keseriusan menata stempelnya sendiri pada wajah dan postur tubuh — keseriusan, yang mana selalu memesan sebuah sistem menguji semua epos-epos ini dalam sebuah sejarah bangsa ketika sarjana mengasumsikan posisi utama: or ang-orang yang selalu merupakan waktu kabur dari kelelahan dan penolakan; waktu-waktu dari 232 Friedrich Nietzsche kenekatan sehat, kenyamanan naluriah, kepercayaan terhadap masa depan, telah berakhir. Tidak diramalkan dengan lebih baik untuk sebuah kebudayaan ketika para pegawai mandarin berada di sadel, tak ada lagi daripada kedatangan demokrasi, dari pengadilan wasit dalam tempat perang, dari persamaan hak untuk perempuan, dari sebuah agama terhadap rasa iba — tidak menyinggung tetapi beberapa gejala dari penolakan vitalitas. (Pertanyaan tampak sebagai sebuah masalah, apa yang disignifikankan pertanyaan: bandingkan dengan pengantar saya pada The Birth of Tragedy). Mari kita secara jujur menghadapi fakta bahwa pertanyaan merupakan sekutu terbaik dari tujuan asketik, tepatnya karena ia setidaknya sadar, kurang spontan, sekutu-sekutu yang paling rahasia. Seluruh sejarah tentang "miskin dalam semangat" dan antagonis terpelajar dari tujuan ini telah memainkan permainan yang sama (seseorang harus waspada memandang yang terakhir sebagai "kaya secara spiritual". Dalam hal ini mereka tidak, bahkan mereka adalah pemakan penderita tbc dari semangat). Karena kejayaankejayaan mereka yang terkenal, tak ada keraguan bahwa — tetapi kejayaan-kejayaan atas apa? Tujuan asketik selalu menyebar tanpa rusak. Satu-satunya pertanyaan telah dilengkapi untuk mencoret-coret/menghapus di atas tembaok dari luar perbentengan yang mana tujuan asketik berhasil dalam membangun di sekitarnya, terhadap kerusakan dari 233 Genealogi Moral penampilannya. Atau adalah seseorang yang se cara serius percaya bahwa kekalahan dari, kata kanlah, astronomi teologis yang diucapkan keka lahan dari tujuan? Adakah seseorang percaya bahwa manusia telah tumbuh menjadi tidak begitu lapar akan sebuah solusi transendental terhadap teka-teki kehidupan hanya karena hidup telah menjadi lebih kebetulan, lebih terpinggirkan, lebih dapat dibelanjakan, dalam tatanan tampak dari hal-hal? Telah akan keputusan manusia tidak memberikan hak kepada dirinya sendiri untuk mengembangkan dengan cepat secara tepat sejak Copernicus? Keyakinannya bahwa dia adalah unik dan tak bisa diganti dalam hirarki dari wujud telah hancur untuk selamanya: dia telah menjadi seekor binatang, agak tepat dan tanpa reservasi; dia yang, menurut keyakinannya sebelumya, telah menjadi hampir seperti Tuhan ("anak Tuhan", "Citra diri Tuhan"). Bahkan setelah Copernicus

manusia telah berubah rendah menjadi sesuatu yang busuk, lebih cepat dan semakin cepat, jauh dari pusat — kemana? Ke dalam kesia-siaan" ke dalam "tembusan sense dari kehampaannya"? Tetapi bukankah ini tepatnya merupakan jalan yang sangat langsung menuju tujuan lamanya? semua ilmu pengetahuan (dan bukan saja astro nomi sendiri, mengenai yang memiliki efek penghi naan dan pengasingan Kant telah meninggalkan kita sebuah pengakuan yang menakjubkan — "la menghancurkan kepentinganku") semua sains, 234 Friedrich Nietzsche ilmu alam maupun bukan ilmu alam (dengan yang mana saya maksudkan penyelidikan teliti diri dari " pemaham") sekarang ditentukan untuk membicarakan manusia keluar dari pembentuknya menghormati dirinya sendiri, seolah-olah penghormatan itu tidak berarti apa-apa selain sebuah asumsi; aneh. Kita bahkan akan berkata bahwa menang keras manusia penghinaan diri telah membawa dengannya mereka khususnya sendiri dari harga diri, sebuah bentuk sederhana dari ataraxia stoic, masa lalunya dan pernyataan yang paling seriusnya terhadap sebuah sense menghormati (karena dalam tidak menghormati kita melihat bahwa kita masih mempertahankan sebuah sense menghormati). Dapatkah hal ini benar-benar disebut oposisi dari tujuan asketik? Adakah orang yang secara serius mempertahankan saat ini (seperti halnya para ahli teologi melakukan untuk sementara waktu) bahwa "kejayaan" Kant atas perangkat konseptual dari teologi dogmatis (Tuhan, jiwa, kemerdekaan, keabadian) telah. melukai tujuan itu? (Saya meninggalkan pertanyaan apakah Kant sendiri memperhatikan sesuatu dari hal ini). Tetapi tentu saja benar bahwa, menurut Kant, transendentalis dari setiap persuasi telah memiliki carte blanche; kartu putih; mereka telah menjadi teremansipasi dari teologi; Kant telah mengindikasikan mereka jalan kecil rahasia dimana, tanpa campur tangan dan dengan menjaga dengan tata krama terpelajar, mereka akan menghadiahkan Genealogi Moral hasrat hati mereka. Dengan serupa, apakah ada orang saat ini mempertahankannya melawan ag nostics, para pengagung misteri dan yang tak diketahui bahwa mereka memuja tanda tanya itu sendiri sebagai dewa mereka? (Xaver Doudan pernah menulis tentang kerusakan-kerusakan yang dilakukan lewat "I'habitude d'admirer l'inintellingible au lieu de rester tout simplement dans l'incconu"; "kebiasaan mengaggumi ketidakmampuan dengan maksud meninggalkan semuanya dalam ketidaktahuan". Dia berpikir bahwa yang kuno adalah tidak bersalah dari kebiasaan itu). Mengasumsikan bahwa apakah manusia takut akan bukan hanya gagal terhadap memuaskan harapan-harapannya tetapi sebenarnya, kontradiksi dan menyalahkan mereka, apakah seorang dewa yang cerdik untuk membuat kepintaran kita, lebih daripada selera makan kita, bertanggung jawab untuk keadaan dari urusan-urusan ini! Tak ada kecerdikan sebenarnya; dengan konsekuensi pasti ada Tuhan" -sungguh sebuah penyempurnaan silogistik model baru! Sungguh sebuah kemenangan dari tujuan asketik! XXVI Barangkali, apakah para penulis modern kita tentang sejarah benar-benar merefleksikan se buah sikap yang lebih selamat, dan seseorang yang menginspirasikan kesadaran yang lebih 236 Friedrich Nietzsche

besar? Pernyataan mayor mereka merupakan untuk menjadi sebuah cermin dari peristiwa-peristiwa; mereka menolak teologi; mereka tidak lagi menginginkan untuk "membuktikan" sesuatu; mereka memandang rendah kepada tindakan bagian dari hakim. (dan dalam hal ini mereka menunjukkan sebuah ukuran terhadap selera baik); mereka bahkan tidak menguatkan maupun membantah, mereka dengan sederhana menentukan, menggambarkan.... Semua hal ini adalah sangat asketik bahkan sangat nihilistik, masih kita jujur tentang hal ini! Ahli sejarah modern memiliki sebuah tatapan sedih, keras tetapi ditentukan, sebuah tatapan diluar jangkauan, seperti milik seorang penjelajah kutub utara yang kesepian (sehingga tidak memliki pandangan terhadap materi, mungkin, atau tidak memiliki pandangan balik?). Tak ada apapun di sini selain saIju; seluruh hidup tenang. Burung gagak terakhir yang memiliki suara masih terdengar "Untuk apa", "Sia-sia" dan "nada". Tak ada tumbuh-tumbuhan yang bertahan lama kecuali, barangkali, metapolitik Czarist dan rasa kasihan Tolstoian. Tetapi terdapat sejenis ahli sejarah lain saat ini, barangkali bahkan lebih modern — seorang yang suka makanan enak, suka bermain perempuan, yang bermain mata dengan kehidupan sebanyak dia lakukan terhadap tujuan asketik, yang memakai kata "seniman" seperti sebuah sarung tangan kanakkanak, dan yang sepenuhnya membesarkan pujian 237 Genealogi Moral terhadap kontemplasi. Bagaimana kita menyesali bahkan lanskap asketik dan dingin segera fops datang dalam pandangan! Tidak, terima kasih! Iblis mengambil seluruh suku kontemplatif itu! saya akan lebih banyak mengherankan dengan nihilis sejarah lewat kabut-kabut dingin dan gelap mereka. Sebenarnya jika saya meletakkan kepada pilihan, saya bahkan akan lebih senang untuk mendengarkan seorang teman yang a-historis, anti sejarah, seperti halnya Du:hring, yang mana musik sekarang meracuni sebuah kelompok besar secara baru dari "jiwa sederhana", rumbai-rumbai anarkis dari proletariat terpelajar kita. Para ahli sejarah kita yang tenang dan pemikir seratus kali lebih buruk daripada hal itu. Saya dapat berpikir tentang tidak ada apapun sementara sebuah kursi tangan jijik "objektif', pelahap parfum tentang sejarah, setengah pendeta, setengah satir, A la Renan, yang dengan suara sumbangnya mengkhianati apa yang hilang, dalam tempat apa takdir-takdir kejam telah menyekutukan irisan operasi mereka. Hal ini mencapai jarak yang lebih jauh dari selera saya begitu juga dengan kesabaran saya. Biarkan dia menjaga kesabarannya yang tidak memiliki apa-apa untuk hilang di sini. Karena bagi saya, sebuah pemandangan semacam ini membuat saya marah, "para penonton" semacam ini mempersakiti saya melawan pertunjukan lebih daripada pertunjukan itu sendiri -artinya sejarah, tentu saja— dan mau tak mau 238 menempatkan saya ke dalam sebuah perasaan/ mood anacreontic. Alam, yang memberikan kerbau tanduk-tanduknya, singa taring-taringnya, dan memberikan saya sepasang kaki — untuk apa?.... Untuk merusak, lewat Anacreon, clan tidak saja untuk melarikan diri! Untuk merusak kursi tangan yang buruk, kepuasan hati pengecut, dunia kasim. yang gatal yang menggaruk dia atas sejarah, bermain mata terhadap tujuan-tujuan asketik, "keadilan" hipokrit dari ketidakberdayaan. Saya mempunyai rasa hormat yang besar terhadap tujuan asketik sepanjang karena dia benar-benar mempercayai dirinya sendiri dan ticlak hanya merupakan sebuah topeng. Tetapi saya tidak memiliki kesabaran dengan kumbang-kumbang kotor yang genit itu yang sangat gembira/gemar mencium ketidakterbatasan bahwa sebelum lama, ketakterbatasan menjadi berbau kotoran. Saya tidak memiliki kesabaran dengan mumi-mumi yang mencoba menirukan kehidupan, dengan orang-orang yang telah usang dan terpakai yang membalut diri mereka sendiri dalam kebijakan sehingga tampak "objektif", dengan pemberontak/penghasut berlebih-lebihan yang memakai peci-peci ajaib di atas kepala-kepala jerami mereka, dengan seniman-seniman ambisius yang mencoba melewati untuk asketik dan pendeta kelak, di bawah, hanya badut-badut tragis. Dan saya sama tak sabarnya dengan spekulator-spekulator terbaru dalam idealisme yang dinamakan 239 Cenealogi Moral anti-Semit, yang berparade sebagai yang Arya-Kristen paling berharga dan berkuasa untuk me ngemudikan semua elemen bodoh terhadap bang

sa lewat tipuan-tipuan propaganda murahan itu, sebuah sikap moral. (Kasus dengan yang mana setiap tipuan malang/sialan berhasil dalam ne gara Jerman saat ini mungkin akan dilengkapi menjadi peniadaan progresif dari pikiran bangsa Jerman. Asalan untuk penyebaran secara garis besar dari hal yang tak karuan artinya ini mung kin akan ditemukan dalam sebuah diet yang di komposisikan sepenuhnya lewat suratkabar-suratkabar, politik, bir dan musik Wagner. Situasi sia-sia dan terbatas nasional kita serta guncangan melumpuhkan dari ide-ide langsung ini masing-masingnya telah melakukan potongan kecil me reka untuk mempersiapkan kita untuk sebuah diet semacam itu). Eropa saat ini sangat kaya dan kreatif dalam stimulan-stimulan; sebenarnya, tergantung secara keseluruhan pada stimulan stimulan dan semangat-semangat menyaring. Hal ini akan menjelaskan pengaruh dari peniruan tujuan-tujuan, hal-hal yang paling menjernihkan saringan semangat, seperti halnya alkoholik yang seolah-olah basi membaui nafas kita kemanapun dia pergi. Saya heran berapa banyak kargo idealisme palsu, heroisme palsu dan kefasihan bicara palsu, berapa ton cairan kasihan (mereka: La Religion de la souffrance; Agama penderitaan), be rapa jangkungan "keberangan kebajikan" untuk 240 I-) -iedrich Nietmehe penggunaan dari si kaki datar, berapa banyak komedian dari moralitas Kristen Eropa akan mengekspor sampai hari ini dengan tujuan membersihkan atmosfimya.... jelaslah over produksi semacam itu telah membuka kemungkinan-kemungkinan komersial yang damai: sebuah bisnis bagus akan dilakukan dalam idola-idola ideal kecil dan "para idealis" yang pergi bersama mereka — saya berharap seseorang cukup inovatif akan mengambil usulan. Kesempatan untuk "mengidealisasikan" seluruh dunia ada di tangan kita! Tetapi mengapa berbicara tentang perusahaan di sini? Satu-satunya hal yang diperlukan adalah tangan, ketulusan hati, tangan-tangan yang sangat tulus.... XXVII Tetapi cukup tentang hal ini. Mari kita lakukan dengan keingintahuan dan kompleksitas dari pemikiran modem, yang menginspirasi tertawa sebanyak mereka melakukan rasa sakit. Isu istimewa kita dapat tidak membutuhkan mereka; apa yang signifikan dari tujuan asketik harus dilakukan dengan kemarin dan hari ini? Saya bermaksud untuk memperlakukan materi-materi lain ini dengan lebih lengkap dan pasti dalam buku yang lain. (The Will to Power: a Study in the Transvaluation of All Values) di bawah bab yang berjudul, "Mengenai Sejarah tentang Nihilisme 241 Genealogi Moral Eropa", "Concerning the History of European Nihilism". Satu hal yang saya harapkan adalah

saya di sini telah membuat jelas bahwa bahkan pada level tertinggi intelektual, tujuan asketik masih menjadi tantangan. Bagus adalah angka dari hal-hal yang memperolok atau memalsukan nva — mari kita berada pada penjagaan kita me lawan mereka,- pada saat yang bersamaan dalam semua tempat dimana sebuah semangat yang tegas, kuat, teliti masih mempertahankan setiap jejak dari idealisme yang tampak telah dihilangkan. Istilah popular untuk pantangan tersebut adalah atheisme - tetapi istilah benar-benar mem perkecil keadilan menjadi keinginan terhadap kebenaran Yang memotivasi rahib-rahibnya/para pengabdinya. Kelak keinginan itu, tujuan residual tersebut, menyusun, percayalah pada saya, tu juannya sendiri dalam bentuknya yang paling keras dan sublim, sangat esoterik, menelanjangi/ membebaskan dari semua perangkap: esensi, bukan residu. Atheisme jujur dan tak kenal kom promi (satu-satunya udara bernafas hari ini lewat elit dari dunia ini) tidak menentang asketisme, semua penampilan sampai bertolak belakang. Terlebih ia merupakan salah satu dari fase-fase evolusioner terakhir dari tujuan itu, salah satu dari konsekuensi-konsekuensi alami dan logisnya. la merupakan bencana, terinspirasi dari meng hormati, dari sebuah disiplin dalam kebenaran yang telah berlangsung selama dua milenium dan 242 Friedrich Nietzsche yang mana sekarang menghalang-halangi kebohongan implisit dalam keyakinan monotheistik. (Evolusi yang sama telah berlalu di India, secara agak independen dari milik kita, sehingga menghasilkan bukti Yang substantif. Terdapat tujuan identik yang telah menggabungkan kesimpulan indentik. Fase penting telah mencapai lima abad sebelum era Kristiani, dengan Budha, atau tepatnya, dengan filosofi Sankhya, kelak dipopulerkan oleh Budha dan ditahbiskan ke dalam sebuah agama). Apakah, dalam kebenaran, telah dimenangkan lewat tuhan Kristiani? Jawabannya mungkin akan ditemukan dalam Gay Science saya: "Etika Kristiani dengan faham kuncinya, bahkan lebih tegas diaplikasikan, tentang kebenaran penuh; kelembutan kasuistik dari kesadaran Kristiani, diterjemahkan dan dipadatkan ke dalam kesadaran akademis, ke dalam integritas intelektual untuk dipelihara semua harganya; interpretasi alam sebagai sebuah bukti dari kepedulian kasih Tuhan; interpretasi dari sejarah terhadap kejayaan dari dewa yang maha kuasa, sebagai testimony abadi dari sebuah tatanan moral dan tujuan-tujuan moral; interpretasi dari pengalaman individu sebagai Yang ditentukan lebih dahulu, dengan sengaja diatur untuk penyelamatan jiwa — semua hal ini sekarang merupakan sesuatu dari masa lalu: mereka memberontakkan kesadaran kita menjadi tak pantas/senonoh, tidak jujur, pengecut, cara perempuan. Memang hal ini kaku jika sesuatu, 243 Cenealogi Moral yang membuat kita menjadi bangsa Eropa yang baik dan putra-putra mahkota Eropa terlama, penakluk diri yang paling berani". Semua hal-hal besar menyebabkan cetaka terhadap persetujuan mereka sendiri, lewat sebuah tindakan dari pem batalan diri: begitu juga hukum dari kehidupan

membuat aturan. Pada akhirnya ia selalu meru pakan legislator bagi dirinya sendiri yang harus memberikan perhatian perintah patere legem, quam ipse tulisti. Jadi Kristianitas sebagai dogma dicelakai oleh etikanya sendiri, dan dengan cara yang sama Kristianitas sebagai etika harus men celakai; kita berdiri pada harta karun dari peris tiwa ini. Setelah menggambarkan keseluruhan seri dari kesimpulan-kesimpulan, kebenaran pe nuh Kristen sekarang pasti menggambarkan ke simpulan terkuatnya, salah satunya lewat yang mana ia akan melakukan dengan sendirinya, ini akan dilengkapi oleh pertanyaan Kristianitas tentang dirinya sendiri, "Apakah semua itu ke inginan terhadap kebenaran menandakan?" Di sini saya menyinggung sekali lagi pada masalah saya, pada masalah kita, teman-teman tidak di kenal saya (karena saya benar-benar belum tahu apakah saya memiliki teman diantara kamu): apa kah eksistensi kita akan menjumlah sampai apa kah ini bukan untuk ini, bahwa keinginan terha dap kebenaran telah dipaksa untuk menguji diri nya sendiri? Ini dengan hat ini mengajari kesada ran diri terhadap kehendak terhadap kebenaran 244 Friedrich Nietzsche yang etika harus mencelakainva sekarang. Hal ini merupakan tontonan besar dari seratus tindakan yang akan melingkupi Eropa selama dua abad ke depan, tontonan yang paling mengerikan dan problematik tetapi juga paling berpengharapan.... XXVIII Sampai kedatangan tujuan asketik, manusia, binatang manusia, tidak mempunyai arti sama sekah di muka bumi ini. Eksistensinya tidak bertujuan; pertanyaannya, "Mengapa ada hal semacam itu sebagai manusia?" tidak dapat dijawab; manusia bahkan tidak menginginkan dirinya sendiri maupun dunia. Di balik setiap takdir hebat manusia terdapat lingkaran, seperti sebuah nyanyian yang diulang, bahkan sebuah "Kesiasiaan" yang sangat besar! Manusia mengetahui bahwa sesuatu kurang, sebuah kehampaan besar mengelilinginya. Dia tidak tahu bagaimana untuk menilai, menjelaskan, mengesahkan dirinya senndiri. Maknanya sendiri adalah sebuah masalah yang tidak terpecahkan dan membuatnya menderita. Dia juga menderita dalam rasa hormat yang sama, menjadi serempak seekor binatang merana/berpenyakitan, kelak apa yang menyusahkannya bukanlah penderitaannya melainkan ketidakmampuannya untuk menjawab pertanyaan "Apa arti dari kesusahan saya?" Manusia, binatang yang paling berani, dan yang paling 245 tahan uji terhadap masalah, tidak mengingkari penderitaan bersedia menginginkannya, dia mencarinya, memberikan, melengkapinya bahwa itu dapat memberikan sebuah arti. Akhirnya tujuan asketik muncul untuk memberikan maknanya — hanya maknanya, sangat jauh. Tetapi setiap makan apapun adalah lebih baik daripada tidak sama sekah dan sebenarnya, tujuan asketik telah menjadi pengisi halaman yang terbaik dari yang pernah ada. Penderitaan telah diinterpretasikan, pintu terhadap semua nihilisme bunuh diri tertutup dengan dibanting. Tak ada keraguan bahwa interpretasi membawa penderitaan baru dalam penderitaannya yang bangkit, lebih dalam, lebih beracun: la menempatkan seluruh penderitaan di bawah perspektif rasa

bersalah.... Semuanya sama, manusia telah menyelamatkan dirinya sendiri, dia telah mencapai sebuah arti, dia tidak lagi sehelai daun dalam angin, sebuah permainan dari keadaan, dari "kebetulan yang bodoh": sekarang dia mampu untuk menginginkan sesuatu — tak peduli apakah objek atau instrumen dari kehendaknya; kehendak itu sendiri telah diselamatkan. Kita tidak lagi merahasiakan dari diri kita sendiri apa sebenarnya hal itu yang seluruh proses dari kehendak, diinspirasikan oleh tujuan asketik, berarti — kebencian dari kemanusiaan, dari kebinatangan, dari mated kaku/lambat; kebencian terhadap indera-indera ini, terhadap alasan bahkan; rasa takut akan kencantikan 246 Friedrich Vietzsche dan kebahagiaan ini; waktu yang lama ini untuk melarikan diri dari ilusi, perubahan, kedatangan, kematian dan dari kelamaan itu sendiri. la berarti, mari kita memiliki keberanian untuk menghadapinya, sebuah kehendak terhadap ketiadaan, sebuah perubahan tiba-tiba dari kehidupan, sebuah pemberontakan melawan kondisi-kondisi prinsipil dari kehidupan. Dan kelak, meskipun segalanya, memang dan tetap sebuah kehendak. Izinkan saya mengulang, sekarang bahwa saya telah mencapai tujuan, apa yang saya katakan di awal: manusia akan segera memperoleh ruang kosong untuk tujuannya daripada menjadi ruang kosong dari tujuan.... 247

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF