Niel Laporan Praktek Kerja Lapangan Industri
January 5, 2019 | Author: Mahdhun Shiddiq | Category: N/A
Short Description
Pkl industr farm...
Description
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Mentri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Produk obat yang berkualitas yang dihasilkan industry farmasi harus memperhatikan factor-faktor yang terlihat dalam proses produksinya. Untuk menghasilkan produk obat yang berkualitas tidak hanya ditentukan dari pemeriksaan bahan awal dan produk akhir namun harus dibangun dari semua aspek industry, agar obat yang dihasilkan berkualitas, mempunyai efikasi yang baik, bermutu, dan aman serta konsisten maka dibutuhkan suatu pedoman bagi industri farmasi tentang cara pembuaan obat yang baik. Praktek Kerja Lapang merupakan salah satu mata kuliah yang memperkenalkan dunia kerja kepada para mahasiswa. Hal ini tentunya membantu mahasiwa untuk mendapatkan gambaran mengenai cara kerja yang baik dan disiplin,dan mengetahui proses CPOB (Cara Pembuatan Obat Yang Baik) di industri. Kunjungan kuliah lapang kali ini ialah ke PT. SANBE FARMA steril yang berlokasi di jl.industri Cimamere No.8 Padalarang. PT. Sanbe farma merupakan suatu perusahaan farmasi yang yang memiliki komitmen membantu masyarakat mewujudkan kesehatan dan kehidupan yang lebih baik. Dalam mewujudkan komitmennya, berbagai hal yang telah dilakukan, salah satunya melalui penerapan cara pembuatan obat yang baik (CPOB) dalam setiap aspek pembuatan obat di PT. Sanbe Farma. Jaminan kualitas produk PT. Sanbe Farma telah diakui melalui berbagai standar internasiona,Sanbe Farma telah disertifikasi oleh Badan POM dan Badan Internasional (Sertifikat dari HSA, Singapura). Sertifikat CPOB dan Badan POM untuk sediaan infus antibiotik, infus non antibiotik, sediaan injection, sediaan dry injection, sediaan sterile eye drops, sediaan sterile eye ointment antibiotic, sediaan sterile eye e ye ointment non antibiotic.
Laporan PKL PT.SANBE FARMA
1
I.2 Tujuan
Secara umum Praktek Kerja Industri bertujuan untuk memberi gambaran kepada mahasiswa pada saat bekerja, baik itu disuatu perusahaan ataupun disuatu lembaga instansi. I.3 Manfaat
Mendapatkan pengalaman pengalaman untuk bekal pada saat bekerja nantinya serta memberikan suatu motivasi dalam diri bagi mahasiswa agar menunjukan dirinya mampu melakukan pekerjaan sesuai dengan bidangnya.
Laporan PKL PT.SANBE FARMA
2
BAB II GAMBARAN UMUM II.1 Sejarah Singkat
PT Sanbe Farma merupakan perusahaan farmasi yang didirikan pada tahun 1975 di Bandung oleh Drs. Jahja Santosa., Apt. Pabrik pertama PT Sanbe Farma berada di Jl. Kejaksaan No.35 Bandung dan mulai melakukan produksi sebagai industri rumahan (home industry) dengan produk pertama yang diproduksi adalah Kapsul Colsancetine®. Nama Sanbe merupakan singkatan dari Santoso bersaudara (Jahja Santoso adalah seorang apoteker lulusan ITB). Pada mulanya Sanbe memproduksi obat-obat etikal, tahun 1985 Sanbe memproduksi juga obatobatan untuk hewan. Tahun 1992, Sanbe mulai memasuki pasar obat be bas (OTC) dengan salah satu merk andalannya yaitu Sanaflu. (wordpress .com /2013/04/26/ tentang-sanbe-farma) Pada tahun 1980, PT. Sanbe Farma berpindah lokasi ke Jl. Industri 1 No.9 Cimahi dengan luas bangunan 8000 m2 dan luas lahan 10.000 m2. Hal ini disebakan karena adanya larangan Pemda tentang lokasi industri di pusat kota dan di tengah pemukiman penduduk. Bangunan ini dikenal dengan PT. Sanbe Farma Unit I dan mulai memproduksi produk non penisilin, non sefalosporin, hormon, dan obat hewan (veterinary) pada tahun 1982. (wordpress .com /2013/04/26/ tentang-sanbe-farma) Pada tahun 1996 bangunan PT. Sanbe Farma unit II didirikan untuk memenuhi tuntutan produksi yang semakin besar dan sesuai dengan CPOB, dimana bangunan untuk produk penisilin dan sefalosporin harus diproduksi di bangunan terpisah. Bangunan ini didirikan di Jl. Leuwigajah No.162. Luas bangunan unit II adalah 5.600 m2 (5 lantai) dan luas lahan 4.900 m2. Unit II memproduksi khusus produk beta laktam dan sefalosporin dengan berbagai macam bentuk sediaan (kapsul, kaplet, kaplet salut film, sirup kering dan injeksi kering). (wordpress .com /2013/04/26/ tentang-sanbe-farma)
Laporan PKL PT.SANBE FARMA
3
II.2 Visi dan Misi 1. Visi PT. Sanbe Farma
Perusahaan yang berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi yang inovatif sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia. 2. Misi PT. Sanbe Farma
Menjadi perusahaan farmasi terdepan di Indonesia dalam inovasi di bidang ilmu dan teknologi farmasi dan kedokteran. (wordpress .com /2013/04/26/ tentang-sanbe-farma) II.3 Struktur Organisasi PT. Sanbe Farma
PT Sanbe Farma merupakan perusahaan corporate yang dipimpin oleh Presiden Komisaris. Struktur organisasi PT. Sanbe Unit II (Lampiran 1) di bawah Presiden Komisaris, terdapat Presiden Direktur yang membawahi Direktur Pabrik dan Manager R&D. Direktur Pabrik bertugas sebagai pemimpin, pengawas, dan mengkoordinasikan semua kegiatan di lingkungan perusahaan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugasnya, Direktur Pabrik dibantu oleh Head of Quality dan Plant Manager. Head of Quality di PT. Sanbe Farma Unit II membawahi empat manager yaitu: 1. Quality Control Manager Quality
Control
Manager
mambawahi
Supervisor
Laboratorium
Fisikokimia, Supervisor Mikrobiologi, Supervisor In Process Control (IPC), dan Supervisor Bahan Pengemas. 2. Document Control Manager Document Control Manager membawahi Document Control Supervisor yang bertugas menyimpan semua dokumen penting yang terdapat di perusahaan. 3. Quality Assurance Manager Quality Assurance Manager membawahi Quality Assurance Pharmacist yang bertanggung jawab dalam penjaminan mutu obat. 4. Validation Manager
Laporan PKL PT.SANBE FARMA
4
Validation Manager membawahi Utilities Validation Engineer , Process and Cleaning Validation Engineer , Equipment Validation Engineer , dan Computer Validation Engineer . Sedangkan Plant Manager PT. Sanbe Farma Unit II membawahi lima manager yaitu: 1. Personal Manager Personal Manager membawahi Personal Supervisor dan General Affair Supervisor. 2. Penicillin Production Manager Penicillin Production Manager membawahi Production Sterile Supervisor, Production Non Sterile Supervisor, dan Packaging Supervisor. 3. Cephalosporin Production Manager Cephalosporin Production Manager membawahi Production Sterile Supervisor, Production Non Sterile Supervisor, dan Packaging Supervisor. 4. PPIC ( Production Planning and Inventory Control ) Manager PPIC Manager membawahi Production Planning Section Head dan Inventory Control Section Head . Production Planning Section Head dibantu oleh Production Planning Supervisor, sedangkan Inventory Control Section Head dibantu oleh Inventory Control Finished Goods Warehouse Supervisor, Raw Material Warehouse Supervisor, dan Packaging Material Warehouse Supervisor. Bertugas mempersiapkan sarana untuk mendukung sebuah proses produksi dari prasarana, bahan dasar, produk jadi, hingga pengemasan. 5. Engineering Manager Engineering Manager antara lain bertanggung jawab atas kinerja mesin produksi, kayu dan bangunan, listrik, aqua DM, AHU ( Air Handling Unit ), boiler, dan genset yang merupakan pendukung untuk mendapatkan hasil produksi yang baik. Dalam tugasnya Engineering Manager dibantu oleh empat II.4 Produk yang laku di pasaran
1. Dofacef 2. Taxegram 0,5 3.
Bactirom
Laporan PKL PT.SANBE FARMA
5
4. Ceforim 5. Caprenem 0.5 6. Caprenem 1 7. Taxegram 1 8. Anbacim 9. Pelastin 10. Merosan 0,5 11. Caprocef 12. Caprifim 13. Terfacef 14. Merosan 1 15. Pelascap 16. Bifotik 17. Fotaram 18. Intricef 19. Taxecap 20. Cephiaxone 21. Cepotaxime 22. Zidifec 23. Cefobactam 24. Cefat 25. Cefat forte 26. Sporetik 27. Roksicap 28. Forifek 29. Roksicap Forte 30. Anbacim 500 31. Cefat 250 32. Sporetik 50 33. Cefat 500 34. Forifek 500 35. Sporetik 100
Laporan PKL PT.SANBE FARMA
6
36. Cefadroxil 500 37. Cefacef 100 38. Roksicap 500 (wordpress .com /2013/04/26/ tentang-sanbe-farma)
Gedung obat jadi (Finished Good Warehouse) dengan luas bangunan 6.160 m2 (3 lantai) dan luas lahan 5.980 m2 dibangun pada tahun 2003. Gedung Obat Jadi (GOJ) adalah tempat menyimpan obat jadi hasil pengemasan dari unit I, II, dan III. GOJ dilengkapi dengan cool storage untuk penyimpanan vaksin dan lemari khusus untuk penyimpanan obat psikotropika. Bangunan unit III dan Caprifarmindo Laboratories mulai difungsikan pada tahun 2005 dengan luas bangunan 29.000m2 dan luas lahan ±200.000 m2. Pembangunan uni t III mengacu pada CPOB Australia, yang menjadikannya industry farmasi pertama yang dikendalikan oleh SCADA (Supervisory Computer Automatization Data Acquisition). Di unit III juga terdapat WWTP (Water Waste Treatment Plant) juga untuk pengolahan limbah dari unit I dan II. Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain, konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadinya kekeliruan,
pencemaran
silang
dan
kesalahan
lain,
serta
memudahkan
pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindari pencemar an silang, penumpukan debu atau kotoran dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat. Bangunan dan fasilitas hendaknya dikonstruksi, dilengkapi dan dirawat dengan tepat agar memperoleh perlindungan maksimal dari pengaruh cuaca, banjir, rembesan dari tanah serta masuk dan bersarangnya serangga, burung, binatang pengerat, kutu atau hewan lain. Selain itu, tersedia prosedur untuk pengendalian binatang pengerat dan hama. Desain dan tata letak ruang hendaklah memastikan kompatibilitas dengan kegiatan produksi lain yang mungkin dilakukan didalam sarana yang sama atau sarana yang berdampingan. Pencegahan area produksi dimanfaatkan sebagai jalur lalu lintas umum bagi
Laporan PKL PT.SANBE FARMA
7
personil dan bahan baku produk atau sebagai tempat penyimpanan bahan atau produk selain yang sedang diproses. Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat, agar mutu obat terjamin sesuai dengan desain serta seragam dari bets ke bets dan untuk memudahkan pembersihan serta perawatan. Peralatan yang digunakan dalam pembuatan obat hendaklah memiliki rancang bangun dan kontruksi yang tepat. Permukaan peralatan yang bersentuhan langsung dengan bahan atau produk tidak boleh bereaksi karena dapat merubah identitas, mutu dan kemurnian produk yang dihasilkan, tidak boleh mencemari produk, harus mudah dibersihkan baik bagian
dalam maupun bagian luar
mesin/alat tersebut. Peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur, dan menguji harus diperiksa ketelitiannya secara teratur serta dikalibrasi menurut program dan prosedur yang tepat. Pemasangan dan penempatan alat harus dapat mencegah terjadinya kontaminasi silang dan cukup renggang untuk memberikan keleluasaan kerja. Saluran air, uap, udara bertekanan atau hampa udara harus dipasang dengan baik sehingga mudah dicapai selama kegiatan berlangsung. Peralatan
hendaknya
dirawat menurut jadwal agar tetap berfungsi dengan baik dan mencegah pencemaran terhadap produk.
Laporan PKL PT.SANBE FARMA
8
BAB III GAMBARAN PRODUK SANGESTAM
1. Komposisi
: Gentamicin / Gentamisin sulfat.
2. Indikasi
: Infeksi struktur mata bagian luar & tambahannya.
3. KontraIndikasi : Hipersensitivitas. Infeksi yang disebabkan oleh jamur
& virus. 4. Perhatian
:
Penggunaan jangka panjang dapat mengakibatkan superinfeksi. Sensitivitas silang dengan aminoglikosida lain bisa terjadi. Lepaskan lensa kontak selama pengobatan. Hamil dan menyusui. Anak berusia kurang dari 6 tahun. 5. Efek Samping
: Iritasi mata.
6. Dosis
: Teteskan 1-2 tetes pada mata yang
terinfeksi sampai 6 kali sehari atau lebih sering bila perlu. Infeksi berat : 1-2 tetes pada mata yang terinfeksi tiap 15-20 menit pada awalnya. Kurangi frekuensi pemberian bila infeksi terkontrol. 7. KEMASAN
: Tetes mata 3 mg/mL x 5 mL.
(ISO.2014)
Laporan PKL PT.SANBE FARMA
9
BAB IV PEMBAHASAN
Sediaan steril yaitu sediaan terapetis yang bebas mikroroganisme baik vegetatif atau bentuk sporanya baik patogen atau nonpatogen. Produk steril adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas dari mikroorganisme hidup. (Fatmawati,Aisyah.2015) Sediaan parenteral ini merupakan sediaan yang unik diantara bentuk obat terbagi-bagi, karena sediaan ini disuntikkan melalui kulit atau membran mukosa kebagian dalam tubuh. Karena sediaan mengelakkan garis pertahanan pertama dari tubuh yang paling efisien, yakni membran kulit dan mukosa, sediaan tersebut harus bebas dari kontaminasi mikroba dan dari komponen toksik dan harus mempunyai tingkat kemurnian tinggi dan luar biasa. Semua komponen dan proses yang terlibat dalam penyediaan produk ini harus dipilih dan dirancang untuk menghilangkan semua jenis kontaminasi secara fisik, kimia atau mikrobiologi Sediaan steril secara umum adalah : sediaan farmasi yang mempunyai kekhususan sterilitas dan bebas dari mikroorganisme.
Sterilitas khusus ini disebabkan :
Metode, tempat atau saluran pemberiannya Yang termasuk dalam sediaan steril antara lain sediaan parenteral volum besar, sediaan parenteral volum kecil (injeksi), sediaan mata (tetes/salep mata) . (Fatmawati,Aisyah.2015) Obat tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspense, digunakan untuk mata dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata dan bola mata. Sediaan ini diteteskan kedalam mata sebagai antibacterial, anastetik, midriatik, miotik, dan antiinflamasi. Untuk membuat sediaan yang tersatukan, maka kita perlu memperhatikan beberapa faktor persyaratan berikut : 1. Harus steril atau bebas dari mikroorganisme Pemakaian tetes mata yang terkontaminasi mikroorganisme dapat terjadi rangsangan berat yang dapat menyebabkan hilangnya daya penglihatan atau terlukanya mata sehingga sebaiknya dilakukan sterilisasi atau menyaring larutan dengan filter pembebas bakteri.
2. Sedapat mungkin harus jernih
Laporan PKL PT.SANBE FARMA
10
Persyaratan ini dimaksudkan untuk menghindari rangsangan akibat bahan padat. Filtrasi dengan kertas saring atau kain wol tidak dapat menghasilkan larutan bebas partikel melayang. Oleh karena itu, sebagai material penyaring kita menggunakan leburan gelas, misalnya Jenaer Fritten dengan ukuran pori G 3 – G 5. 3. Harus mempunyai aktivitas terapi yang optimal Harga pH mata sama dengan darah, yaitu 7,4. Pada pemakaian tetesan biasa, larutan yang nyaris tanpa rasa nyeri adalah larutan dengan pH 7,3-9,7. Namun, daerah pH 5.5-11.,4, masih dapat diterima. Pengaturan pH sangat berguna untuk mencapai rasa bebas nyeri, meskipun kita sangat sulit merealisasikannya. Pendaparan merupakan salah satu cara untuk mempertahankan pH larutan tetes mata. Penambahan dapar dalam pembuatan obat mata harus didasarkan pada beberapa pertimbangan tertentu. Air mata normal memiliki pH lebih kurang 7,4 dan mempunyai kapasitas dapar tertentu. Secara ideal obat tetes mata harus mempunyai pH yang sama dengan larutan mata, tetapi hal ini tidak selalu dapat dilakukan karena pada pH 7,4 banyak obat yang tidak cukup larut ataupun tidak stabil pada pH 7,4. Oleh karena itu system dapar harus dipilih sedekat mungkin dengan pH fisiologis yaitu 7,4 dan tidak menyebabkan pengendapan atau mempercepat kerusakan obat. Jika harga pH yang di tetapkan atas dasar stabilitas berada diluar daerah yang dapat di terima secara fisiologis, maka kita wajib menambahkan larutan dapar dan melakukan pengaturan pH melalui penambahan asam atau basa. (Fatmawati,Aisyah.2015) Pembuatan obat mata dengan system dapar mendekati ph fisiologis dapat dilakukan dengan mencampurkan secara aseptik larutan obat steril dengan larutan dapar steril. Walaupun demikian, perlu diperhatikan mengenai kemungkinan berkurangnya kestabilan obat pada pH yang lebih tinggi, pencapaian dan pemeliharaan sterilitas selama proses pembuatan. Berbagai obat, bila didapar pada pH yang dapat digunakan secara terapeutik, tidak akan stabil dalam larutan untuk jangka waktu yang lama sehingga sediaan ini dibuat dalam bentuk sediaan akan direkonstitusikan segera sebelum digunakan. Tujuan pendaparan obat tetes mata adalah : a.
Mengurangi rasa sakit
Laporan PKL PT.SANBE FARMA
11
b.
Menjaga stabilitas obat dala larutan
c.
Control aktivitas terapetik
4.
Harus tidak mengiritasi dan tidak menimbulkan rasa sakit pada mata, maka dikehendaki sedapat mungkin harus isotonis. Karena kandungan elektrolit dan koloid di dalamnya, cairan air mata
memiliki tekanan osmotik, yang nilainya sama dengan darah dan cairan jaringan. Besarnya adalah 0,65-0,8 M Pa (6,5-8 atmosfir), penurunan titik bekunya terhadap air 0,520K atau konsentrasinya sesuai dengan larutan natrium klorida 0,9% dalam air. Cairan mata isotonis dengan darah dan mempunyai nilai isotonis sesuai dengan larutan NaCl P 0,9%. Sediaan tetes mata sebaiknya dibuat mendekati isotonis agar dapat diterima tanpa rasa nyeri dan tidak dapat menyebabkan keluarnya air mata, yang dapat mencuci keluar bahan obatnya. Larutan hipertonis relatif lebih dapat diterima dari pada hipotonis. (ISO INDONESIA 2014) Beberapa larutan obat mata perlu hipertonik untuk meningkatkan daya serap dan enyediakan kadar vahan aktif yang cukup tinggi untuk menghasilkan efek obat yang cepat dan efektif. Apabila larutan obat seperti ini digunakan dalam jumlah kecil, pengenceran dengan air mata cepat terjadi sehingga rasa perih aki bat hipertonisnya hanya sementara. Tetapi penyesuaian isotonisitas oleh pengenceran dengan air mata tidak berarti, jika digunakan larutan hipertonik dalam jumlah besar untuk membasahi mata. Jadi yang penting adalah larutan obat mata sebisa mungkin harus endekati isotonik. Untuk membuat larutan mendekati isotonis, dapat digunakan medium isotonis atau sedikit hipotonis, umumnya digunakan natrium-klorida (0,7-0,9%) atau asam borat (1,5-1,9%) steril. 5.
Zat pengawet dala larutan tetes mata
Syarat zat pengawet bagi larutan obat tetes mata:
1. Harus bersifat bakteriostatik dan fungistatik. Terutaa sifat bakteriostatik terhadap pseudomonas aeruginosa, karena sangat berbahaya pada mata yang terinfeksi. 2. Harus tidak mengiritasi jaringan mata, kornea, dan konjungtiva. 3. Harus kompatibel dengan bahan obat. 4. Tidak menimbulkan alergi.
Laporan PKL PT.SANBE FARMA
12
5. Dapat mempertahankan aktivitasnya dalam kondisi normal Tipe zat pengawet yang dianjurkan untuk larutan obat tetes mata ada 4 macam: a. Esters dari p-hidroksi as.benzoat, terutama nipagin dan nipasol b. Senyawa merkuri organic, seperti fenil merkuri nitrat, timerosol c. Zat pembasah kationik seperti, benzalkonium khlorid dan setil peridinium klorid d. Derivate alcohol seperti, klorbutanol, fenil etil alcohol 6. Viskositas dalam larutan mata Tetes mata dalam air mempunyai kekurangan karena dapat ditekan keluar dari saluran konjungtiva oleh gerakan pelupuk mata. Namun, melalui peningkatan viskositas tetes mata dapat mencapai distribusi bahan aktif yang lebih baik didalam cairan dan waktu kontak yag lebih panjang. Viskositas diperlukan agar larutan obat tidak cepat dihilangkan oleh air mata serta dapat memperpanjang lama kontak dengan kornea, dengan demikian dapat mencapai hasil terapi yang besar. Biasanya yang digunakan untuk enaikkan viskositas ialah CMC dengan kadar 0,25-1%. Viskositas sebaiknya tidak melampaui 49-50 mPa detik (40-50 cP) sebab jika tidak, maka akan terjadi penyumbatan saluran air mata. Kita memakai larutan dengan harga viskositas 5-15 mPa detik (5-15 cP). 7. Surfaktan dalam pengobatan mata Surfaktan sering digunakan dala larutan mata karena mempunyai fungsi sebagai zat pembasah atau zat penambah penetrasi. Efek surfaktan adalah : a. Menaikkan kelarutan, hingga menaikkan kadar dari obat kontak dengan mata. b. Menaikkan penetrasi ke dalam kornea dan jaringan lain c. Memperlama tetapnya obat dalam konjungtiva, pada pengenceran obat oleh air mata. Surfaktan yang sering digunakan adalah benzalkonium-klorid 1 : 50.000 jangan lebih dari 1 : 3000. Surfaktan lain juga yang dipakai adalah
Laporan PKL PT.SANBE FARMA
13
benzalkonium klorid, duponal M.E dan aerosol OT atau OS. Pemakaian surfaktan jangan lebih dari 0,1%. Lebih encer lebih baik. 8. Pewadahan Wadah untuk larutan mata, larutan mata sebaiknya dibuat dalam unit kecil, tidak pernah lebih besar dari 15 ml dan lebih disukai yang lebih kecil. A botol 7,5 ml adalah ukuran yang menyenangkan untuk penggunaan larutan mata. Penggunaan wadah kecil memperpendek waktu pengobatan akan dijaga oleh
pasien
dan
meminimalkan
jumlah
pemaparan
kontaminan.
(Fatmawati,2015) Suspensi obat mata
Pembuatan suspensi dapat dilakukan jika obat tidak larut dalam peyangga yang cocok. Misalnya kortikosteroid. Syarat utama suspensi air atau minyak adalah
ukuran
partikel
yang
sangat
dibatasi.
Pada
dasarnya,
suspensi
menggunakan serbuk yang telah dimikronisasi untuk menghindari terjadinya rangsangan pada mata. Ukuran partikel pada mata
View more...
Comments