(NewRev) Laporan PKNM Luluk DKK

August 2, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download (NewRev) Laporan PKNM Luluk DKK...

Description

 

  LAPORAN  LAPORAN  PRAKTEK KARYA NYATA MAHASISWA (PKNM)  (PKNM)  DENGAN   DENGAN INTER INT ER PROFES ION IONAL AL EDUCATI EDUCATION ON (IPE)

JUDUL PROGRAM :

Oleh:

Ketua

: Wisnu Rama Widjaya

Anggota : Atika : Atika Mayrizka Mayrizka Adellia Adellia

(145070200111014)  (145070200111014)  (14507030011101 (145070300111017) 7)

Dhiny Kartikaning Pratiwi

(135070507111018)

Ela Mu’awanul Khusna

(145070600111009)

Haris Sahirul Alim

(145070100111033)

Nikmatul Kurilla K

(145070100111035)

Nur Rikazatul Luluk Furu

(145070100111036)

Rindang Atikah KP

(145070600111009)

Vivi Laras Anggraini

(145070100111034)

FAKULTAS KEDOKTERAN  KEDOKTERAN  UNIVERSITAS BRAWIJAYA  BRAWIJAYA  MALANG   MALANG 2017

 

 

DAFTAR ISI  ISI  COVER .................................................................................................... DAFTAR ISI .......................................................................................... 2 BAB 1 .......................... ...................................... ......................... ........................ ........................... ............................. ..................... ........ 3  3 PENDAHULUAN PENDAHU LUAN ........................... .......................................... ............................ ......................... ......................... ............... .. 3 1.1 Latar Belakang ................................................................................ 3 1.2 Identifikasi Masalah ...................... ................................... ......................... ......................... .......................... ............. 3 1.3 Rumusan Masalah ........................................................................... 4 1.4 Tujuan Kegiatan ............................................................................... 5 1.5 Manfaat Kegiatan ............................................................................. 5 BAB II ....................... .................................... ........................ ......................... ......................... ........................ ............................. ................ 6 TINJAUAN PUSTAKA ......................... ...................................... ......................... ......................... ......................... ............ 6 2.1 Gizi pada Balita ................................................................................. 6 BAB III ......................... ..................................... ......................... ........................ ........................ ......................... .......................... .............. 17 HASIL DAN PMBAHASAN .................................................................... 17 3.1 Hasil dan Pembahasan...................................................................... 17

BAB IV ......................... .................................... ........................ ........................ ......................... ......................... .......................... ............... 28 28 PENUTUP ......................... ..................................... ......................... ........................ ......................... ......................... ..................... ..........28 DAFTAR PUSTAKA .......................... ......................................... ............................. ......................... ........................ ...............29

2

 

 

BAB 1  1  PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan di Indonesia sangat beragam. Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi tantangan bagi tenaga kesehatan karena masih sering ditemukan penyakit tersebut. Hal itu merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%, sesuai dengan data Riskesdas 2013. Di samping itu, kontrol tekanan darah tinggi masih belum maksimal meskipun sudah banyak obat hipertensi yang tersedia (Kemenkes, 2014). Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg. Tekanan darah yang tidak terkontrol dapat menyebabkan beberapa komplikasi seperti kerusakan pada ginjal, jantung, dan otak (Kemenkes, 2014). Selain hipertensi, terdapat masalah kesehatan yang juga harus diperhatikan, yaitu masalah terkait gizi terutama pada balita. Masalah gizi yang masih cukup tinggi di Indonesia adalah terutama masalah pendek (stunting  ( stunting ) dan kurus (wasting  ( wasting ) pada balita. Terdapat beberapa penyebab terjadinya masalah gizi kurang pada balita, yaitu melemahnya partisipasi masyarakat, masih tingginya penyakit infeksi, pola asuh ibu yang kurang memadai, dan asupan gizi yang kurang adekuat (Utomo, 2017). Untuk memecahkan permasalahan yang ada, dibutuhkan partisipasi dari berbagai pihak, baik lintas sektor kesehatan maupun dari berbagai tenaga kesehatan agar masalah bisa diselesaikan. Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan di Desa Bunutwetan terdapat dua masalah kesehatan utama yang terjadi. Masalah kesehatan tersebut adalah tingginya lansia yang mengalami tekanan darah tinggi pada lansia dan tingginya risiko gizi kurang pada balita. Kami memilih melakukan intervensi pada kedua kasus tersebut. 1.2 Indentifikasi Masalah 1.2.1 Arsy  Arsy merupakan balita berusia 2 tahun 4 bulan 29 hari terhitung dari kunjungan pertama kami ke keluarga arsy pada tanggal 25 November 2017. Pada pemeriksaan pertama kami menanyakan mengenai riwayat kehamilan dan persalinan pada ibu Arsy, Ny. Inayatul Robiyah (31) yang saat ini bekerja sebagai 3

 

 

buruh di pabrik rokok. Dari beberapa pertanyaan yang kami ajukan, kami mendapatkan beberapa data yaitu bahwa Arsy lahir pada tanggal 26 Juni 2015, merupakan anak kedua, lahir aterm (40 minggu) ditolong bidan. BBL 3150 gram, PB 49 cm, LK 32 cm. Ibu juga memberitahukan bahwa ibu mengikuti program ASI eksklusif dan Arsy mengkonsumsi ASI hingga umur 20 bulan ditambah dengan MPASI. Setelah menanyakan tentang riwayat, kami juga melakukan pemeriksaan fisik pada Arsy, diantaranya timbang berat badan, mengukur tinggi badan, dan lila, dengan hasil BB 9,9 kg, TB 83,6 cm, dan lila 14,1 cm. Ibu menjelaskan pada kami bahwa Arsy tidak suka mengkonsumsi buah dan sayur, terutama sayur-sayuran. Saat ini konsumsi susu Arsy adalah susu indomilk kental manis.

1.2.2

Ibu Fatimah Ibu Fatimah merupakan nenek kandung dari Arsy, berusia 65 tahun. Beliau

memiliki riwayat hipertensi sejak beberapa tahun yang lalu (Ibu tidak menyebutkan tahun). Saat ini kegiatan ibu Fatimah hanya menjaga Arsy di rumah saat orang tua  Arsy pergi bekerja. Pada pemeriksaan pemeriksaan pertama kami menyakan tentang kegiatan dan pola hidup ibu Fatimah dengan hasil tersebut, serta melakukan pemeriksaan tekanan darah dengan hasil 135/80 mmHg (kategori prehipertensi pada orang dewasa), serta melakukan pemeriksaan gula darah dengan hasil 89 mg/dl (kategori normal)

1.2.3

Ibu Halimah Ibu Halimah merupakan adik ketiga ibu Fatimah yang berusia x tahun. Beliau

mengetahui bahwa beliau menderita hipertensi sejak 3 tahun yang lalu. Saat ini, pekerjaan ibu Fatimah adalah seorang pedagang dan petani. Pada pemeriksaan pertama, kami melakukan pengecekan tekanan darah dan gula darah pada ibu Halimah dengan hasil TD 130/80 mmHg (kategori prehipertensi pada orang dewasa), dan 71 mg/dl (kategori normal pada orang dewasa). .1.3 Perumusan Masalah 1. Tingginya warga lanjut usia (Lansia) yang mempunyai penyakit tekanan darah tinggi (lansia) 2. Tingginya balita yang mengalami risiko gizi kurang 4

 

 

1.4.

Tujuan Kegiatan

1.4.1 Tujuan Umum Sebagai

sarana

mahasiswa

dalam

rangka

membantu

masyarakat

untuk

meningkatkan pengetahuan mengenai pengetahuan gizi seimbang, obstetrik dan gizi seimbang. Selain itu, juga sebagai sarana pembelajaran dan aplikasi dari salah satu tri dharma perguruan tinggi, yaitu pengabdian masyarakat sehingga mahasiswa dapat meningkatkan kepedulian dan kemampuan untuk mengatasi permasalahan kesehatan keluarga dan masyarakat serta mampu berkolaborasi antar tenaga kesehatan dan menjalin kemitraan baik dari pihak internal maupun eksternal dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat. 1.4.2 1.

Tujuan Khusus Pengaplikasian pengabdian masyarakat sehingga dapat meningkatkan kepedulian

dan kemampuan mahasiswa dalam mempelajari dan mengatasi permasalahan kesehatan keluarga dan masyarakat 2.

Sarana bagi mahasiswa baik dalam pembelajaran maupun pengaplikasian

kolaborasi antar tenaga kesehatan dan menjalin kemitraan baik dari pihak internal maupun eksternal dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat 3. Memantau dan memperbaiki kesehatan masyarakat

1.5.

Manfaat Kegiatan

2. Menambah pengetahuan masyarakat tentang kesehatan 3. Melatih kemampuan mahasiswa FKUB dalam menganalisis masalah dan memberikan solusi 4. Berkolborasi ilmu dari berbagai profesi secara langsung 5. Meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat melalui program PKNM FKUB 2017

5

 

 

BAB 2  2  TINJAUAN PUSTAKA

2.1 GIZI PADA BALITA Balita merupakan salah satu kelompok usia yang rentan mengalami masalah gizi. Hal ini dikarenakan balita sedang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan tulang, gigi, otot, dan darah sehingga memerlukan zat gizi makro dan mikro yang cukup. Masalah gizi pada balita dapat diketahui dengan mengkaji status gizi pada balita tersebut (Handayani, dkk, 2014). Status gizi adalah gambaran keseimbangan tubuh yang dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh dalam rangka memenuhi kebutuhan gizi (PERSAGI, 2009). Metode pengkajian status gizi digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu pengkajian status gizi secara langsung dan tidak langsung. Pengkajian status gizi secara langsung terdiri dari pengukuran antropometri, pemeriksaan biokimia, dan pemeriksaan fisik klinis. Pengkajian status gizi secara tidak langsung terdiri dari survey konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi (Supariasa, dkk, 2001). Berdasarkan berbagai metode pengkajian status gizi yang ada, pengukuran antropometri merupakan metode pengkajian status gizi yang paling sering digunakan di Indonesia. Antropometri merupakan proses pengukuran fisik pada individu yang terdiri dari berbagai parameter, yaitu tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggang dan pinggul, serta tinggi lutut. Berbagai parameter tersebut dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan individu yang menjadi subjek pengukuran (Kemenkes RI, 2013). Parameter yang umumnya diukur pada usia balita adalah tinggi badan dan berat badan. Setelah pengukuran antropometri selesai dilakukan, nilai yang didapatkan akan dibandingkan dengan standar antropometri yang ditetapkan oleh pemerintah. Standar antropometri tersebut terdiri dari tiga indikator, yaitu Berat Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), dan Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) (Fidiantoro dan Tedy, 2013). Berikut ini adalah kategori dan ambang batas status gizi anak berdasarkan indikator yang ditetapkan oleh Kemenkes RI, 2010.

6

 

 

Indikator

Kategori Status Gizi

Ambang Batas (Z-Score)

Gizi Buruk

< -3SD

(BB/U)

Gizi Kurang

-3SD sampai dengan < -2SD

Umur 0-60 Bulan

Gizi Baik

-2SD sampai dengan 2SD

Tinggi Badan menurut Umur

Gizi Lebih Sangat Pendek

> 2SD < -3SD

(TB/U)

Pendek

-3SD sampai dengan < -2SD

 Anak umur umur 0-60 Bulan

Normal

-2SD sampai dengan 2SD

Tinggi

> 2SD

Berat Badan menurut Tinggi

Sangat Kurus

< -3SD

Badan (BB/TB)

Kurus

-3SD sampai dengan < -2SD

 Anak umur umur 0-60 Bulan

Normal

-2SD sampai dengan 2SD

Gemuk

> 2SD

Berat

Badan

menurut

Umur

Status gizi balita sebaiknya dipantau setiap bulan dengan melakukan pengukuran di posyandu sehingga apabila terjadi masalah gizi dapat segera diketahui dan diberikan penanganan lebih lanjut yang sesuai. Pemantauan status gizi dapat dilakukan dengan pengukuran antropometri langsung yang kemudian dicatat di Kartu Menuju Sehat untuk memonitor pertumbuhan balita setiap bulannya. Kartu Menuju Sehat terdiri dari dua jenis, yaitu warna merah muda untuk balita perempuan dan warna biru untuk balita laki-laki (Kemenkes RI, 2010).

7

 

 

Pertumbuhan balita dianggap baik apabila berat badannya naik setiap bulannya dan mengikuti garis pertumbuhan dalam KMS. Berat badan balita yang tidak naik secara terus menerus dapat menyebabkan balita berisiko mengalami masalah gizi kurang di kemudian hari (Kemenkes RI, 2010). Faktor penyebab dari masalah gizi kurang dikelompokkan menjadi dua, yaitu factor penyebab langsung dan tidak langsung. Faktor penyebab langsung adalah konsumsi makanan balita dan penyakit infeksi yang diderita oleh balita. Factor penyebab tidak langsung terdiri dari ketahanan pangan keluarga, pola asuh, fasilitas pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, dan lain-lain (Kemenkes RI, 2014). Masalah gizi kurang harus segera ditangani karena dapat membawa berbagai dampak negatif bagi balita, yaitu: 1. Mengganggu pertumbuhan dan perkembangan fisik maupun mental balita 2. Menganggu perkembangan otak sehingga dapat menurunkan kemampuan kognitif balita dan dapat menghambat prestasi belajar di kemudian hari. Prestasi belajar yang rendah akan membuat kualitas kerja tidak kompetitif dan

8

 

 

menyebabkan rendahnya produktivitas ekonomi di kemudian hari (Kemenkes RI, 2016) 3. Menurunkan daya tahan tubuh balita sehingga kejadian infeksi menjadi meningkat. Balita dapat lebih mudah sakit dan berisiko tinggi menderita penyakit diabetes, obesitas, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas di kemudian hari 4. Menimbulkan kecacatan 5. Meningkatkan angka kesakitan dan risiko kematian pada balita (Rahim, 2014).

Dampak negatif dari masalah gizi kurang dapat dihindari dengan menjamin tercukupinya kebutuhan gizi harian balita. Berikut ini adalah kebutuhan zat gizi balita menurut umur berdasarkan Angka Kecukupan Gizi tahun 2013. Kebutuhan Zat Gizi Makro Berat Badan*

Tinggi Badan*

Energi

Protein

Lemak

Karbohidrat

Umur

(kg)

(cm)

(kkal)

(gr)

(gr)   (gr)

(gr)

0-6 bulan

6

61

550

12

34

58

7-11 bulan

9

71

725

18

36

82

1-3 tahun

13

91

1125

26

44

155

4-6 tahun

19

112

1600

35

62

220

Keterangan: Nilai BB dan TB pada tabel merupakan nilai median balita Indonesia dengan status gizi normal.

Kebutuhan Zat Gizi Mikro Vit. A

Vit. C

Vit. D  Asam Folat

Kalsium

Zat Besi

Zinc

Iodium

(mcg)

(mg)

(mcg)

(mcg)

(mg)

(mg)

(mg)

(mcg)

0-6 bulan

375

40

5

65

200

-

-

90

7-11 bulan

400

50

5

80

250

7

3

120

1-3 tahun

400

40

15

160

650

8

4

120

4-6 tahun

450

45

15

200

1000

9

5

120

Umur

. Beberapa zat gizi yang dibutuhkan dan dianggap sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan yang optimal pada balita adalah sebagai berikut:

9

 

 

1. Energi Energi merupakan salah satu hasil akhir dari lemak, karbohidrat, dan protein. Energi berfungsi sebagai sumber tenaga untuk berbagai proses yang terjadi di dalam tubuh. Kekurangan energi dalam waktu lama dapat menyebabkan anak mengalami masalah gizi kurang. Kelebihan energi dalam waktu lama dapat menyebabkan anak mengalami kegemukan.

2. Protein Protein merupakan zat gizi yang berfungsi untuk sumber energi dan mengganti sel tubuh yang rusak. Sumber protein dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu: a. Protein Hewani Protein hewani merupakan sumber protein yang berasal dari golongan hewan seperti ayam, daging sapi, daging kambing, telur, ikan, udang, kepiting, kerang, susu sapi, dan lain-lain. b. Protein Nabati Protein nabati merupakan sumber protein yang berasal dari golongan tumbuhan seperti kacang-kacangan, jamur, tempe, tahu, susu kedelai, dan lain-lain (Hermina dan Siti, 2011).

3. Lemak Lemak merupakan zat gizi yang mengandung energi paling padat. Konsumsi lemak lebih dari kebutuhan akan disimpan di dalam tubuh sebagai cadangan energi. Sumber lemak umumnya ada di berbagai bahan makanan sumber protein. Contoh sumber lemak adalah daging, ikan, telur, susu, mentega, margarin, minyak, durian, alpukat, dan lain-lain.

4. Karbohidrat Karbohidrat merupakan zat gizi yang juga berfungsi sebagai sumber energi yang banyak dikonsumsi masyarakat karena harganya yang relatif lebih murah. Sumber karbohidrat adalah beras, mie, kentang, ubi, singkong, talas, roti, tepungtepungan, dan lain-lain (Almatsier, 2001).

5. Vitamin A 10

 

 

Vitamin A berfungsi untuk penglihatan, kekebalan tubuh, pertumbuhan tulang dan gigi, mencegah kanker, dll. Sumber vitamin vitami n A adalah hati sapi, kuning telur, minyak ikan, daun katuk, wortel, melon oranye, sawi hijau, dan lain-lain.

6. Vitamin C Vitamin C berfungsi untuk antioksidan, mencegah infeksi, mencegah kanker dan penyakit jantung, dll. Sumber vitamin C adalah jeruk, jambu biji, stroberi, tomat, brokoli, daun singkong, dan lain-lain (Khayati, 2011).

7. Asam Folat  Asam folat berfungsi berfungsi untuk untuk membantu membantu pembentukan pembentukan dan dan pemeliharaan pemeliharaan sel sel darah, perkembangan sel saraf otak, memperkuat daya ingat, dll. Sumber B9 adalah hati ayam dan sapi, ubi jalar, kepiting, kacang-kacangan, dan lain-lain.

8. Vitamin D Vitamin D berfungsi untuk membantu pembentukan dan pemeliharaan tulang. Sumber vitamin D adalah susu sapi, keju, yogurt, telur, minyak hati ikan, dan lainlain.

9. Kalsium Kalsium berfungsi untuk membantu menjaga kesehatan tulang dan gigi, mencegah penyakit jantung, dll. Sumber kalsium adalah susu sapi, keju, yogurt, kacang kedelai, kubis, tahu, pisang, dan lain-lain (Kemenkes RI, 2014).  2014).  10. Zat Besi Zat besi berfungsi untuk menjaga konsentrasi, daya ingat, dan kekebalan tubuh. Sumber Fe adalah daging sapi, telur, ikan, ayam, bayam, telur, dan lain-lain.

11. Zinc Zinc berfungsi untuk membantu perkembangan sistem reproduksi, kekebalan tubuh, pertumbuhan, memperkuat daya ingat, dan lain-lain. Sumber Zn adalah daging, hati, kerang, telur, kacang-kacangan, dan lain-lain (Mahan et al , 2012).

11

 

 

12. Iodium Iodium berfungsi untuk mengatur pertumbuhan dan perkembangan tubuh, menjaga fungsi otot dan saraf, mencegah gondok dan keterbelakangan mental. Sumber iodium adalah garam, ikan, udang, kerang, kepiting, rumput laut, susu sapi, dan lain-lain (Devi, 2012). Gambaran konsumsi makanan balita dapat diukur dengan menggunakan survei konsumsi makanan balita. Metode survei konsumsi makanan dikelompokkan menjadi dua, yaitu metode kuantitatif dan metode kualitatif. a. Metode Kuantitatif 1. 24 Hours Recall   24 Hours Recall adalah metode survei konsumsi makanan yang dilakukan dengan cara mewawancarai responden untuk mencatat seluruh jenis dan  jumlah bahan makanan (dalam Ukuran Rumah Tangga dan gram) yang dikonsumsi oleh subjek pada periode 24 jam yang lalu.

2. Food Record   Food Record adalah metode survei konsumsi makanan dimana responden diminta untuk mencatat seluruh jenis dan jumlah bahan makanan yang responden konsumsi dalam bentuk Ukuran Rumah Tangga dan kemudian akan dikonversikan menjadi gram oleh petugas. Food Record   juga dapat dilakukan dengan cara menimbang seluruh jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi oleh responden kemudian responden mencatat hasilnya dalam satuan gram. Food record umumnya berisi catatan konsumsi makan responden dalam waktu beberapa hari (Handayani, dkk, 2014).

b. Metode Kualitatif 1. Food Frequency (FFQ) Food Frequency merupakan metode survei konsumsi makanan yang dilakukan untuk mengetahui jenis dan frekuensi bahan makanan yang pernah dikonsumsi oleh responden dalam sehari, seminggu, sebulan selama periode tertentu.

12

 

 

2. Semi Quantitave Food Frequency (SQ-FFQ) Semi Quantitave Food Frequency merupakan metode survei konsumsi makanan yang hampir sama dengan metode FFQ. FFQ . Perbedaan metode ini dengn FFQ adalah terdapatnya tambahan ukuran porsi bahan makanan (kecil, sedang, besar) yang pernah dikonsumsi oleh responden dalam sehari, seminggu, sebulan selama periode tertentu (Supariasa, dkk, 2001).

Tingkat kecukupan konsumsi zat gizi balita yang didapatkan melalui makanan dapat dihitung dengan cara membandingkannya dengan Angka Kecukupan Gizi 2013 berdasarkan rumus berikut         

  100% 

Tingkat kecukupan konsumsi zat gizi yang telah dihitung berdasarkan rumus di atas dikelompokkan menjadi lima kategori, yaitu a. Defisit tingkat berat

: 120% AKG (Handayani, dkk, 2014)

Terpenuhinya kebutuhan zat gizi pada balita dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan balita berjalan secara optimal. Pertumbuhan balita dipantau melalui kenaikan berat badan dan tinggi badannya. Perkembangan balita dapat dinilai dengan menggunakan Denver Development Skrinning Test (DDST) II. DDST II merupakan metode skrining perkembangan yang dilakukan pada usia 0-6 tahun. DDST II mampu merefleksikan persentase responden yang diskrining dapat melaksanakan tugas perkembangan tertentu dibandingkan dengan perkembangan balita yang seusia responden (Eratay et al., 2015). al., 2015).

13

 

 

DDST II terdiri dari 125 tugas perkembangan yang dilakukan untuk menilai empat sekror perkembangan balita, yaitu: a. Personal Social Merupakan aspek yang berhubungan dengan kemampuan balita untuk bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya secara mandiri.

b. Motorik Halus Merupakan aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk melakukan gerakan tertentu dengan menggunakan otot-otot kecil seperti koordinasi antara mata, tangan, dan kemampuan balita untuk memainkan dan menggunakan benda yang berukuran kecil.

c. Bahasa Merupakan aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk memberikan respon terhadap suara, melakukan perintah yang diberikan, dan dapat berbicara secara spontan.

14

 

 

d. Motorik Kasar Merupakan aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk melakukan gerakan tertentu dengan menggunakan otot-otot besar seperti duduk, berjalan, melompat, dan lain-lain (Kurniawan, dkk, 2016).

Skrining perkembangan balita dengan DDST II dapat membantu untuk mengetahui proses perkembangan balita dan mengatasi secara dini apabila terdapat kelainan atau keterlambatan pada perkembangan balita tersebut. Interpretasi hasil penilaian perkembangan balita menurut DDST II dikelompokkan menjadi 5, yaitu 1. Lebih (advanced) advanced)    Apabila perkembangan perkembangan balita balita lebih lebih pada pada uji coba d dimana imana skor skor balita balita lewat lewat di s sebelah ebelah kanan garis umur).

2. Normal -

Apabila balita gagal atau menolak melaksanakan tugas perkembangan perkembangan di sebelah kanan garis umur.

-

Apabila balita lulus (P), gagal (F), atau menolak (R) melaksanakan tugas perkembangan dimana garis umur berada antara persentil 25 dan 75.

3. Peringatan (caution caution))  Apabila balita gagal (F) atau menolak (R) melaksanakan melaksanakan tugas perkembangan perkembangan dimana garis umur berada pada atau antara persentil 75 dan 90.

4. Keterlambatan (delay )  Apabila balita gagal (F) atau menolak (R) melaksanakan melaksanakan uji coba dimana balita terletak di sebelah kiri garis umur.

5. Tidak ada kesempatan (no opportunity )  Apabila balita tidak ada kesempatan untuk melaksanakan melaksanakan tugas perkembangan perkembangan berdasarkan laporan orang tua balita (Erin, 2016).

Kesimpulan perkembangan balita menurut DDST II dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: a. Normal 15

 

 

 Apabila tidak ada keterlambatan atau hanya satu peringatan peringatan pada skrining balita. Skrining menggunakan DDST II akan diulang kembali pada kontrol berikutnya.

b. Diduga (Suspect )  Apabila terdapat terdapat lebih lebih dari sama dengan dengan dua peringatan peringatan dan / atau atau lebih dari dari sama dengan satu keterlambatan. Skrining menggunakan DDST II akan diulang kembali dalam 1-2 minggu untuk menghilangkan rasa takut, sakit, maupun kelelahan pada balita.

c. Tidak dapat diuji (Untestable Untestable))  Apabila ada skor menolak pada lebih dari sama dengan satu uji coba berada di sebelah kiri garis umur atau menolak pada lebih dari satu uji coba yang berada pada atau antara persentil 75 dan 90. Skrining menggunakan DDST II akan diulang kembali dalam 1-2 minggu (Wong, 2009).

16

 

 

BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil dan Pembahasan 3.1.1 Masalah Gizi pada Balita Uraian masing-masing kegiatan yang dilakukan selama 3 bulan pada program pemberdayaan masyarakat. Uraian ini meliputi : 1. Intervensi Kegiatan : Pemberian Edukasi Gizi pada Balita 2. Waktu Pelaksanaan : Kamis, 7 Desember 2017 3. Tempat Pelaksanaan Pelaks anaan : Rumah Keluarga Bu In Inayatul ayatul Robiyah, Desa Bunutwetan 4. Peserta

: Bu Fatimah (ibu), Bu Inayatul Robiyah (anak), Arsy Arsy Adannaya

Fredella (cucu). 5. Sasaran / Target Kegiatan : gizi seimbang pada balita untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan optimal 6. Tujuan kegiatan : a. Meningkatkan pengetahuan keluarga Bu Inayatul terhadap status gizi , pola makan, serta zat gizi apa saja yang dibutuhkan balita untuk menunjang pertumbuhan serta perkembangannya. 7. Jadwal Kegiatan : a. Melakukan pengukuran status gizi dan recall konsumsi makanan per 24 jam b. Edukasi gizi dengan metode KIE dan diskusi mengenai pola makan dan zat gizi yang dibutuhkan balita 8. Pencapaian Hasil : a. Berdasarkan analisis status gizi awal (per tanggal 7 Desember 2017) menggunakan software WHO anthro, didapatkan hasil sebagai berikut:  BB/U = -1,94 SD



Berat badan balita menurut umur masih tergolong normal, tetapi hampir mendekati batas bawah sehingga balita tersebut berisiko untuk mengalami gizi kurang. Balita tersebut perlu dipantau berat badannya agar dapat naik.  TB/U = -1,82 SD



Tinggi badan balita menurut umur masih tergolong normal, tetapi hampir mendekati batas bawah. Balita perlu mengkonsumsi bahan makanan yang

17

 

 

bergizi sesuai dengan kebutuhannya sehingga dapar membantu balita memiliki pertumbuhan tinggi badan yang lebih optimal  BB/TB = -1,26 SD Berat badan balita menurut tinggi badannya masih tergolong normal.



Selanjutnya untuk tingkat kecukupan zat gizi balita (per tanggal 7 Desember 2017) adalah sebagai berikut a. Energi : Defisit tingkat berat b. Protein : Defisit tingkat ringan c. Lemak : Defisit tingkat berat d. Karbohidrat : Defisit tingkat berat Pada tanggal 26 Desember dilakukan recall kembali, yang hasilnya sebagai berikut: a. Energi

: Normal

b. Protein c. Lemak

: Normal : Defisit tingkat berat

d. Karbohidrat

: Kelebihan

Selanjutnya, untuk status gizi per tanggal t anggal 26 Desember 2017 sebagai berikut:   BB/U = -1,94 SD Berat badan balita menurut umur masih tergolong normal, tetapi hampir mendekati batas bawah sehingga balita tersebut berisiko untuk mengalami gizi kurang. Balita tersebut perlu dipantau berat badannya agar dapat naik.   TB/U = -1,82 SD Tinggi badan balita menurut umur masih tergolong normal, tetapi hampir mendekati batas bawah. Balita perlu mengkonsumsi bahan makanan yang bergizi sesuai dengan kebutuhannya sehingga dapar membantu balita memiliki pertumbuhan tinggi badan yang lebih optimal   BB/TB = -1,26 SD Berat badan balita menurut tinggi badannya masih tergolong normal.







b. Pengetahuan responden meningkat, tingkat pengetahuan saat  pre-test sebesar

60%.

Sedangkan

saat  post-test sebesar

100%

(indikator

keberhasilan telah tercapai). 9. Pelakasanaan Kegiatan : Pemberian edukasi gizi dilakukan dengan metode penyuluhan yang disertai diskusi dengan Bu Inayatul Robiyah. Sedangkan untuk media yang

18

 

 

digunakan adalah menggunakan leaflet. Sebelum edukasi dilakukan, Bu Inayatul diberikan soal pre test secara lisan untuk mengetahui pengetahuan awalnya. Setelah itu, diadakan kegiatan KIE dari mahasiswa kepada Bu Inayatul. Penyuluhan ini berisi materi mengenai pola makan, zat gizi yang dibutuhkan dalam menunjang pertumbuhan dan perkembangan balita serta beberapa contoh menu makanan. Setelah penyuluhan dilakukan selama 30 menit, dilakukan diskusi berupa tanya jawab dari mahasiswa dengan Bu Inayatul. Selanjutnya, dilakukan post test secara lisan untuk melihat perubahan pengetahuan dari Bu Inayatul. Kelebihan dari program ini, yaitu edukasi gizi yang dilakukan langsung kepada keluarga sasaran dengan media yang menarik sehingga materi yang disampaikan langsung dapat dipahami dan diterapkan oleh sasaran. Sedangkan kekurangan dari program ini yaitu, kurangnya pemantauan jangka panjang dalam menerapkan pola makan pada balita. 10.Dokumentasi Kegiatan 1.3 Pengukuran serta Edukasi tentang Pertumbuhan Anak  Anak   Uraian masing-masing kegiatan yang dilakukan:  dilakukan:  1. Intervensi Kegiatan : Pengukuran berat badan dan tinggi badan serta edukasi tentang pertumbuhan anak 2. Waktu Pelaksanaan : Sabtu, 25 November 2017 3. Tempat Pelaksanaan khusus: Rumah Keluarga Bu Inayatul Robiyah, Desa Bunutwetan 4. Peserta

: Bu Fatimah (ibu), Bu Inayatul Robiyah (anak), Arsy Adannaya

Fredella (cucu). 5. Sasaran / target kegiatan : Keluarga yang terpilih menjadi fokus permasalahan kelompok kami yaitu masalah PHBS, khususnya pada poin “tumbuh kembang anak”   anak” 6. Tujuan kegiatan a. Sebagai wadah dalam mengaplikasikan mengaplikasikan ilmu preklinik tentang “tumbuh kembang anak” yang diterapkan dalam studi kasus  kasus  keluarga Ibu Inayatul Robiyah. b. Sarana dalam kolaborasi antar tenaga kesehatan dalam menjalin kerjasama yang sinergis dalam melakukan tatalaksana edukasi terkait tumbuh kembang 19

 

 

anak. c. Aplikasi dari salah satu tri dharma perguruan tinggi, yaitu pengabdian masyarakat sehingga dapat meningkatkan kepedulian dan kemampuan mahasiswa dalam mempelajari dan mengatasi permasalahan kesehatan keluarga. Jadwal kegiatan rinci

7.

a. Pengukuran berat badan dan tinggi badan pertama kali pada tanggal 25 November 2017, dan pengukuran terakhir  pada tanggal 27 Desember 2017. b. Edukasi informasi seputar pentingnya pertumbuhan anak pada tanggal 25 November 2017. 8. a.

Pencapaian hasil Pengukuran pertumbuhan anak dilakukan dengan menggunakan timbang berat badan digital dan microtoise. microtoise.  

- Pengukuran I : BB (9,9 kg) dan TB (83,6 cm) - Pengukuran II : BB (10,2 kg) dan TB (84,3 cm) b.

Edukasi tentang pertumbuhan anak dapat dinilai dari seberapa banyak Ibu dapat menyebutkan hal-hal yang telah disampaikan oleh mahasiswa.

9.

Pelaksanaan kegiatan (uraian dari jadwal yang berisi situasi pelaksanaan, analisa kelebihan, kekurangan, hambatan, peluang pengembangan). Pertumbuhan

anak

merupakan

hal

yang

sangat

penting

untuk

diperhatikan oleh keluarga. Hal tersebut merupakan alasan kami memilih untuk memberikan pemantauan serta edukasi kepada keluarga mengenai pentingnya pertumbuhan anak terutama bagi Arsy, anak dari Ibu Inayatul Robiyah yang berusia 2 tahun. Dengan adanya edukasi ini, diharapkan keluarga dapat memahami dengan baik tentang pentingnya pertumbuhan anak. Media yang digunakan adalah grafik pertumbuhan dalam KMS. Mahasiswa menjelaskan bagaimana cara membaca grafik pertumbuhan dalam KMS tersebut. Menurut data dari grafik KMS (pengukuran berat badan saat posyandu), dalam pengukuran sebelumnya, berat badan Arsy tidak mengalami kenaikan. Hal ini nantinya akan kami kaji lebih dalam terkait masalah gizi pada balita yang mempengaruhi pertumbuhannya.

20

 

 

Kelebihan dari edukasi ini, yaitu dapat meningkatkan kepedulian Ibu menjadi lebih terfokus pada peningkatan pertumbuhan anaknya. Sedangkan, kekurangan pada edukasi ini, yaitu kurangnya pemantauan jangka panjang terhadap ibu dan keluarga dalam menjalankan pesan yang kami sampaikan.

3.1.2

DDST II (Denver Development Skrinning Test)   Uraian masing-masing kegiatan yang dilakukan: 1. Intervensi

Kegiatan

:

Penilaian

status

perkembangan

bayi

menggunakan skor Denver atau DDST II. 2. Waktu Pelaksanaan : Sabtu, 16 Desember 2017 3. Tempat Pelaksanaan khusus: Rumah Keluarga Bu Inayatul Robiyah, Desa Bunutwetan 4. Peserta : Bu Fatimah (ibu), ( ibu), Bu Inayatul Robiyah (anak), ( anak), Arsy  Adannaya Fredella (cucu).  Adannaya 5. Sasaran / target kegiatan : Keluarga yang terpilih menjadi fokus permasalahan kelompok kami yaitu masalah PHBS (terkait tumbuh kembang anak) 6. Tujuan kegiatan k egiatan a. Sebagai wadah dalam mengaplikasikan ilmu preklinik tentang “pengetahuan status perkembangan anak” yang diterapkan dalam studi kasus  kasus keluarga Bu Inayatul Robiyah. b. Sarana dalam kolaborasi antar tenaga kesehatan dalam menjalin kerjasama yang sinergis dalam melakukan tatalaksana deteksi dini perkembangan anak. c. Aplikasi dari salah satu tri dharma perguruan tinggi, yaitu pengabdian

masyarakat

sehingga

dapat

meningkatkan

kepedulian dan kemampuan mahasiswa dalam mempelajari dan mengatasi permasalahan kesehatan keluarga. 7. Jadwal kegiatan rinci Melakukan penilaian Denver pada balita (usia 2 tahun 5 bulan) pada tanggal 16 Desember 2017. 8. Pencapaian hasil : Dilihat dari hasil Denver

21

 

 

9. Pelaksanaan kegiatan (uraian dari jadwal yang berisi situasi pelaksanaan, analisa kelebihan, kekurangan, hambatan, peluang pengembangan) Tes Denver dilakukan pada Arsy balita usia 2 tahun 5 bulan dengan tujuan untuk menilai status perkembangannya. Hal ini sangat penting untuk menilai apakah ada keterlambatan atau tidak dalam perkembangannya. Dalam melakukan penilaian, kami dibantu oleh Bu Inayatul. Pemeriksaan ini membutuhkan kesabaran agar balita dapat berkesempatan melakukan instruksi sesuai ketentuan pada Denver II. Berdasarkan hasil pemeriksaan, dapat disimpulkan bahwa status perkembangan Arsy normal. Kelebihan pada intervensi ini, yaitu dapat mendeteksi secara dini kemungkinan

keterlambatan

dalam

perkembangan

anak.

Sedangkan, kekurangan Tes Denver II yaitu, balita masih merasa canggung dengan orang yang baru saja dikenal, kadang rewel dan menangis sehingga membutuhkan ketelatenan dalam memberikan beberapa tugas.

2.

Ibu Fatimah dan Ibu Halimah

3.2.1

Modifikasi Gaya Hidup Dalam Hipertensi 2. Intervensi Kegiatan : Modifikasi Gaya Hidup pada Hipertensi 3. Waktu Pelaksanaan : 25 November 2017 4. Tempat Pelaksanaan : Rumah Keluarga Ibu Inayatul Robiyah, Desa Bunutwetan 5. Peserta : Ibu Fatimah (ibu dari Ibu Inayatul) dan Ibu Halimah (adik ibu Fatimah) 6. Sasaran / target kegiatan : Keluarga yang terpilih menjadi fokus permasalahan kelompok kami yaitu masalah hipertensi 7. Tujuan kegiatan a. Mengaplikasian ilmu preklinik tetang “Modifikasi Gaya Hidup pada Hipertensi” yang diterapkan dalam kasus keluarga Ibu Inayatul Robiyah

22

 

 

b. Sarana dalam kolaborasi antar tenaga kesehatan dalam menjalin

kerjasama

yang

sinergis

dalam

melakukan

tatalaksana hipertensi c. Untuk

meningkatkan

kepedulian

dan

kemampuan

mahasiswa dalam mempelajari dan mengatasi permasalahan kesehatan keluarga 8. Jadwal kegiatan rinci a. Mengukur tekanan darah dan glukosa darah secara pre penyuluhan dan post penyuluhan b. Penyuluhan tentang modifikasi gaya hidup pada hipertensi dan glukosa darah 9. Pencapaian hasil a. Perubahan gaya hidup sehat   Dapat dinilai dari hasil Pre penyuluhan penyuluhan dan Post



penyuluhan b. Tekanan darah Ibu Fatimah menurun   Pengukuran tensi yang ke-1 / pre penyuluhan (25



November 2017)  135/80 mmHg   Pengukuran tensi yang ke-2 / post penyuluhan (27



Desember 2017)  120/80 mmHg c. Tekanan darah Ibu Halimah tetap   Pengukuran tensi yang ke-1 / pre penyuluhan (25



November 2017)  130/80 mmHg   Pengukuran tensi yang ke-2 / post penyuluhan (27



November 2017)  130/80 mmHg 10. Pelaksanaan kegiatan   Mengukur tekanan darah



Pengukuran tekanan darah dilakukan pada

hari pertama

kunjungan (pre penyuluhan) ke rumah Ibu Inayatul Robiyah, dalam melakukan pengecekan tekanan darah yang diperlukan adalah tensimeter manual dan stetoskop. Pengukuran pertama didapatkan hasil 135/80 mmHg (Ibu Fatimah) dan 130/80 mmHg

23

 

 

(ibu Halimah), sehingga berdasarkan JNC 7, Ibu Fatimah dan Ibu Halimah dapat didiagnosis prehipertensi.   Penyuluhan tentang modifikasi gaya hidup pada hipertensi



Penyuluhan tentang modifikasi gaya hidup pada hipertensi dipilih karena perubahan pola hidup (lifestyle) (lifestyle)   merupakan lini pertama dalam mengontrol tekanan darah. Metode penyuluhan yang dipakai pada kelompok kami adalah dengan pemberian brosur dan pemberian penjelasan dari anggota kelompok. Untuk mengevaluasi keberhasilan dalam penyuluhan maka dilakukan pretest dan postest dengan cara pemberian pertanyaan dan  jawaban secara lisan. lisan. Sehingga Sehingga penyuluhan penyuluhan ini dapat dapat menambah menambah pengetahuan Ibu Fatimah dan Ibu Halimah tentang tata cara mengatur gaya hidup yang lebih baik dan sehat dari sebelumnya untuk dapat mengontrol tekanan darah. Akan tetapi, hambatan dari intervensi ini adalah kami tidak dapat follow up secara berkala dan sampai tuntas sehingga kami tidak bisa mengetahui apakah ibu Fatimah benar-benar menjalankan pesan-pesan yang telah disampaikan sebelumnya. 3. Ibu Fatimah dan Ibu Halimah 3.3.1

Modifikasi Gaya Gaya Hidup Dalam Diabetes Mellitus tipe 2 11. Intervensi Kegiatan : Modifikasi Gaya Hidup pada Diabetes Mellitus tipe 2 12. Waktu Pelaksanaan : 25 November 2017 13. Tempat Pelaksanaan : Rumah Keluarga Ibu Inayatul Robiyah, Desa Bunutwetan 14. Peserta : Ibu Fatimah (ibu dari Ibu Inayatul) dan Ibu Halimah (adik ibu Fatimah) 15. Sasaran / target targe t kegiatan : Keluarga Keluar ga yang terpilih menjadi m enjadi fokus permasalahan kelompok kami yaitu masalah Diabetes Mellitus tipe 2 16. Tujuan kegiatan a. Mengaplikasian ilmu preklinik tetang “Modifikasi Gaya Hidup pada Diabetes Mellitus tipe 2” 2” yang diterapkan dalam kasus 24

 

 

keluarga Ibu Inayatul Robiyah b. Sarana dalam kolaborasi antar tenaga kesehatan dalam menjalin

kerjasama

yang

sinergis

dalam

melakukan

tatalaksana Diabetes Mellitus tipe 2 c. Untuk meningkatkan kepedulian dan kemampuan mahasiswa dalam mempelajari dan mengatasi permasalahan kesehatan keluarga 17. Jadwal kegiatan rinci a. Mengukur glukosa darah secara pre penyuluhan dan post penyuluhan b. Penyuluhan tentang modifikasi gaya hidup pada Diabetes Mellitus tipe 2 18. Pencapaian hasil a. Perubahan gaya hidup sehat   Dapat dinilai dari hasil Pre penyuluhan penyuluhan dan Post



penyuluhan b. Glukosa darah acak Ibu Fatimah meningkat d dalam alam batas normal   Pengukuran glukosa darah acak yang ke-1 / pre



penyuluhan (25 November 2017)  89   Pengukuran glukosa darah acak yang ke-2 / post



penyuluhan (27 Desember 2017)  114

c. Glukosa darah acak Ibu Halimah meningkat abnormal   Pengukuran glukosa darah acak yang ke-1 / pre



penyuluhan (25 November 2017)  71   Pengukuran glukosa darah acak yang ke-2 / post



penyuluhan (27 Desember2017)  294 19. Pelaksanaan kegiatan   Mengukur glukosa darah acak



Pengukuran glukosa darah acak dilakukan pada hari pertama kunjungan (pre penyuluhan) ke rumah Ibu Inayatul Robiyah,

25

 

 

dalam melakukan pengecekan glukosa darah acak yang diperlukan

adalah

glucometer.

Pengukuran

pertama

(25

November 2017) didapatkan hasil 89 (Ibu Fatimah) dan 71 (ibu Halimah), sehingga dapat disimpulkan bahwa keduanya memiliki glukosa darah yang normal. Pada kunjungan berikutnya (27 Desember 2017) didapatkan peningkatan glukosa darah acak pada keduanya, yaitu 114 pada Ibu Fatimah dan 294 pada Ibu Halimah. Diketahui bahwa Ibu Halimah memiliki riwayat Diabetes Mellitus tipe 2 yang tidak mendapatkan terapi sama sekali dikarenakan beliau merasa tidak ada keluhan yang mengganggu kesehatannya. Sedangkan Ibu Fatimah memang tidak memiliki riwayat Diabetes Mellitus tipe 2. Sehingga dapat disimpulkan bahwa peningkatan glukosa darah acak Ibu Halimah dapat dipengaruhi oleh adanya riwayat Diabetes Mellitus tipe 2 yang tidak pernah mendapatkan terapi.   Penyuluhan tentang modifikasi gaya hidup pada Diabetes Mellitus



tipe 2 Penyuluhan tentang modifikasi gaya hidup pada Diabetes Mellitus tipe 2 dipilih karena perubahan pola hidup (lifestyle) (lifestyle)   merupakan lini pertama dalam mengontrol Diabetes Mellitus tipe 2. Metode penyuluhan yang dipakai pada kelompok kami adalah dengan pemberian brosur dan pemberian penjelasan dari anggota kelompok. Untuk mengevaluasi keberhasilan dalam penyuluhan maka dilakukan pretest dan postest dengan cara pemberian pertanyaan dan jawaban secara lisan. Sehingga penyuluhan ini dapat menambah pengetahuan Ibu Fatimah dan Ibu Halimah tentang tata cara mengatur gaya hidup yang lebih baik dan sehat dari sebelumnya untuk dapat mengontrol glukosa darah. Akan tetapi, hambatan dari intervensi ini adalah kami tidak dapat follow up secara berkala dan sampai tuntas sehingga kami tidak

bisa

mengetahui

apakah

ibu

Fatimah

benar-benar

menjalankan pesan-pesan yang telah disampaikan sebelumnya.

26

 

 

BAB 4  4  PENUTUP

27

 

 

4.1 KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa: a.

Hipertensi serta Diabetes Mellitus dapat dikontrol dengan diet dan pola makan yang baik seperti gizi seimbang. Selain itu olah raga dan aktifitas fisik yang cukup juga

b.

diperlukan. diperlukan. Pemantauan tumbuh kembang melalui pemeriksaan fisik, fungsi kognitif, kognit if, serta asupan  ASI dan MPASI MPASI pada balita balita sangat penting karena karena merupakan merupakan periode emas emas dimana terjadi penigkatan pesat pada fisik, motorik, dan kognitifnya.  kognitifnya.  

4.2 Saran Saran dari program ini adalah : 1. Diperlukan SOP yang jelas dan terperinci menganai teknis dan tugas wewenang setiap mahasiswa dan dosen pembimbing dalam menjalankan PKNM 2. Diperlukan jadwal tiap mahasiswa serta target yang sesuai dari awal perencanaan kegiatan agar dapat dihadiri oleh semua pihak saat waktu pelaksanaan 3. Diperlukan waktu yang lebih lama antar intervensi yang diberikan agar dapat terlihat evaluasi dari intervensi sebelumnya.

28

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 Almatsier. 2001. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi . Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Devi, M. Hubungan Penggunaan Garam Beryodium dengan Pertumbuhan Linier Anak. Jurnal Teknologi Industri Boga dan Busana), 2012, 3(1): 52-53. Eratay, E., Bayoglu, B., Anlar, B. Preschool Developmental Screening with Denver II Test in Semi-Urban Areas, Journal of Pediatrics & Child Care, 2015, 1(2): 1-2. Erin, D. 2016. Perbandingan Hasil Skrining Deteksi Tumbuh Kembang Anak Usia Prasekolah

antara

Metode

Pemeriksaan

KPSP

(Kuesioner

Pra-Skrining

Perkembangan) dengan Denver II di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Metro Metro.. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, Lampung. Fidiantoro, N., Tedy, S. Model Penentuan Status Gizi Balita di Puskesmas. Jurnal Sarjana Teknik Informatika, 2013, 1(1): 367-368. Handayani, D., Olivia, A., Cleonara, Y., Fuadiyah, N., Inggita, Inggit a, K., Kanthi, P., Mira, M., Ummu, D. 2014. Nutrition Care Process (NCP). (NCP). Yogyakarta: Graha Ilmu. Hermina, Siti, P. Gambaran Keragaman Makanan dan Sumbangannya terhadap Konsumsi Energi pada Anak Balita Pendek (Stunting  ( Stunting ) di Indonesia. Buletin Penelitian Kesehatan, 2011, 39(2): 64-72. Persatuan Ahli Gizi Indonesia. 2009. Kamus Gizi Pelengkap Kesehatan Keluarga. Keluarga. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara. Rahim, F. Faktor Risiko Underweight Balita Umur 7-59 Bulan. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 2014, 9(2): 116-117. Supariasa, I., Bachyar, B, Ibnu, F. 2001. Penilaian Status Gizi . Edisi 2. Jakarta: EGC. Kemenkes RI. 2010. Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) bagi Balita. Balita .  Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Kemenkes RI. 2010. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak . Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Kemenkes RI. 2013.  Angka Kecukupan Kecukupan Gizi yang Dianjurkan bagi Bangsa Indonesia, Indonesia, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Kemenkes RI. 2013. Pedoman PGRS Pelayanan Gizi Rumah Sakit . Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

29

 

 

Kemenkes RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang . Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Kemenkes RI. 2016. Situasi Balita Pendek . Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Khayati, S. 2011. Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Balita pada Keluarga Keluar ga Buruh Tani di Desa Situwangi Kecamatan Rakit Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang, Semarang.  Semarang.  Kurniawan, R., Izzati, M., Helmi, R. Sistem Monitoring Perkembangan Anak Berbasis Denver Development Screening Test (DDST/Denv (DDST/Denver er II). Jurnal Teknoin, 2016, 22(4): 305-309. Mahan, L., Sylvia, E., Janice, L. 2012. Krause’s Food and the Nutrition Care Process. Process. Edition 13. Elsevier: America. Wong, D. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

30

 

 

Lampiran 1. Foto intervensi Arsi Lampiran 2. Leaflet Leaflet yang digunakan dalam intervensi intervensi

31

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF