New Tugas Refleksi

September 22, 2017 | Author: Robby Satria | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download New Tugas Refleksi...

Description

1 A. PENDAHULUAN Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang. Perawat dianggap sebagai salah satu profesi kesehatan yang harus dilibatkan dalam pencapaian tujuan pembangunan kesehatan baik di dunia maupun di Indonesia. Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya kebutuhan pelayanan kesehatan menuntut perawat saat ini memiliki pengetahuan dan keterampilan di berbagai bidang. Saat ini, perawat memiliki peran yang lebih luas dengan penekanan pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, perawat juga diharapkan memandang klien secara komprehensif. Perawat menjalankan fungsi dalam kaitannya dengan berbagai peran pemberi perawatan, pembuat keputusan klinik dan etika, pelindung dan advokat bagi klien, manajer kasus, rehabilitator, komunikator dan edukator. Salah satu aspek yang penting dalam keperawatan adalah sebuah keluarga. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat merupakan klien keperawatan atau kelompok penerima asuhan keperawatan. Keluarga berperan dalam menentukan cara asuhan yang diperlukan anggota keluarga yang sedang sakit. Keberhasilan keperawatan di rumah sakit dapat menjadi tidak berguna jika tidak dilanjutkan oleh keluarga. Secara empiris dapat dikatakan bahwa kesehatan anggota keluarga dan kualitas kehidupan keluarga menjadi sangat berhubungan atau signifikan. Keluarga menempati posisi diantara individu dan masyarakat, sehingga dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga, perawat mendapat dua keuntungan sekaligus. Keuntungan pertama adalah memenuhi kebutuhan individu, dan keuntungan yang kedua adalah memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam pemberian pelayanan kesehatan perawat harus memperhatikan nilai-nilai dan budaya sehingga keluarga dapat menerima asuhan keperawatan yang diberikan. Sebagai sistem, keluarga mempunyai anggota yaitu ayah, ibu dan anak atau semua individu yang tinggal di dalam rumah tangga tersebut. Anggota keluarga saling berinteraksi, interelasi dan interdependensi untuk mencapai tujuan bersama. Keluarga merupakan sistem yang terbuka sehingga dapat dipengaruhi oleh supra sistemnya yaitu lingkungannya dalam hal ini masyarakat dan sebaliknya sebagai subsitem dari lingkungan (masyarakat) keluarga dapat mempengaruhi masyarakat (supra sistem). Oleh karena itu betapa pentingnya peran dan fungsi keluarga dalam membentuk manusia sebagai anggota masyarakat yang sehat biopsikososial spiritual.

2 Jadi, sangatlah tepat jika keluarga sebagai titik sentral pelayanan keperawatan. Diyakini bahwa keluarga yang sehat akan mempunyai anggota yang sehat dan mewujudkan masyarakat yang sehat.

B. LATAR BELAKANG Pembelajaran

praktik

banyak

digunakan

dalam

pembelajaran

orang

dewasa dan pembelajaran seumur hidup (lifelong learning). Pada dunia kesehatan hampir sebagian besar pendidikan dan pelatihan menggunakan pembelajaran praktik. Pembelajaran praktik juga digunakan oleh pendidikan keprofesian keperawatan yang menuntut seseorang perawat untuk memiliki kompetensi tertentu dalam melaksakan pekerjaannya sebagai seorang perawat profesional. Pembelajaran praktik menekankan bahwa pembelajaran melalui pengalaman langsung memiliki kekuatan yang luar biasa karena individu tersebut bisa merasakan langsung secara nyata tentang suatu konsep atau teori, atau fenomena dalam kehidupan nyata sekaligus bagaimana cara penyelesaian masalahnya. Melalui proses pembelajaran ini peserta didik juga dituntut untuk mampu menggunakan cara berfikir kritis dalam menganalisa dan menghadapi setiap persoalan, setiap ide dan harapan serta kenyataan. Sehingga dengan melalui pembelajaran praktik peserta dapat mengetahui fenomena yang ada di lapangan. Agar mampu menghadapi kenyataan dan menyelesaikan fenomena yang ada di lapangan sehingga peserta didik dapat memberikan pelayanan kesehatan dengan baik, maka kemampuan berfikir kritis dalam menganalisa akan menentukan kemampuan peserta didik dalam pengambilan keputusan untuk setiap tindakan sangatlah penting. Kemampuan berfikir kritis dan menganalisa akan menjadi lebih tajam dengan proses pembelajaran refleksi, karena dengan proses refleksi peserta didik dituntut untuk selalu melihat kembali apa yang telah ditemukan dan dilakukan pada saat praktik, digali dan diinvestigasi mengapa hal itu terjadi kemudian dinilai efektifitas dan keuntungan serta kerugiannya. Sehingga ditemukan cara yang terbaik untuk dilaksanakan dalam praktik selanjutnya. Kemampuan ini akan lebih menambah kepercayaan diri peserta didik untuk berkreasi dan mengembangkan praktik yang terbaik.

3 Proses pembelajaran refleksi ini merupakan salah satu metode pembelajaran untuk meningkatkan kinerja seorang perawat profesional, sehingga proses pembelajaran refleksi tidak hanya digunakan pada proses pendidikan dan pelatihan tetapi digunakan juga di lapangan baik di rumah sakit, puskesmas dan praktek mandiri sebagai proses pembelajaran yang berkesinambungan. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 836/2005 telah menetapkan Kebijakan Pengembangan Manajemen Kinerja Klinik Perawat dan Bidan, pada keputusan tersebut proses pembelajaran refleksi merupakan metode untuk meningkatkan kinerja Perawat dan Bidan, khususnya dalam menganalisa dan mengambil keputusan untuk melakukan pelayanan kepada kliennya sesuai standar yang telah ditetapkan. Proses pembelajaran terjadi dengan menerapkan langsung dalam kondisi nyata (concrete experience), sehingga individu mendapatkan pengalaman yang nyata. Dari pengalaman nyata yang didapatkan saat praktik yang merupakan respon seseorang secara total atau keseluruhan terhadap situasi atau kejadian meliputi apa yang dipikirkan, dirasakan dan dikerjakan harus di refleksikan (reflective observation), karena dengan proses refleksi akan muncul konsep-konsep baru, yang terbentuk dari hasil kajian dan analisa pengalaman praktiknya yang berbentuk ide, pikiran dan alternatif tindakan yang bersifat abstrak (abstract conceptualization). Kemudian individu tersebut akan termotivasi untuk mencoba mempraktikan pemikiran barunya dalam pembelajaran praktik, dan mencoba memberikan tindakan yang lebih efektif sesuai hasil ide dan pikirannya, maka individu tersebut telah melakukan uji coba secara aktif apa yang dipikirkan dan idenya dalam memberikan pelayanan (Active Experimentation). Siklus pembelajaran praktik ini terus berlangsung setiap individu melaksanakan praktik, sehingga pembelajaran praktik menjadi berkualitas dan sebagai individu pembelajar menjadi lebih dinamis, kreatif dan inovatif.

C. DEFINISI MASALAH Dalam makalah ini peserta didik mencoba mengulas tentang pentingnya pendekatan peka budaya dengan menghargai etnik, agama, atau faktor lain dari setiap klien keluarga yang unik dalam keperawatan keluarga terutama pada tahapan pengkajian asuhan keperawatan keluarga dalam masa pendidikan praktik klinik.

4 D. TUJUAN Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pembelajaran bagi peserta didik mengenai pentingnya melakukan pendekatan peka budaya dengan menghargai etnik, agama, atau faktor lain dari setiap klien keluarga pada tahapan pengkajian asuhan keperawatan keluarga dalam masa pendidikan praktik klinik.

E. METODE Dalam praktik klinik yang telah dilaksanakan selama stase keluarga, peserta didik menggunakan metode observasi kondisi real klien keluarga dengan home care visit untuk melaksanakan implementasi untuk mengatasi beberapa masalah keperawatan keluraga yang sebelumnya ditemukan saat pengkajian secara mendalam mengenai keadaan keluarga kelolaan. Dalam proses implementasi peserta didik memerlukan keterlibatan langsung dalam pelayanan keperawatan oleh anggota keluarga, hal ini dimaksudkan agar semua hal yang seharusnya disampaikan bisa tersampaikan dengan baik dan lengkap sesuai rencana tanpa terkecuali sehingga dalam proses evaluasi akan benar-benar bisa dievaluasi apakah kegiatan yang telah dilakukan, sudah sesuai untuk menyelesaikan masalah kesehatan keluarga atau anggota keluarga atau tidak dan atau perlu adanya modifikasi sebagai jalan keluar untuk alternatif penyelesaian masalah kesehatan yang dihadapi klien keluarga.

F. HASIL Pengkajian keperawatan adalah upaya untuk mengumpulkan data secara lengkap, dan sistematis untuk dilakukan pengkajian dan dianalisa, sehingga masalah kesehatan yang dihadapi keluarga dan klien baik fisik, mental, sosial maupun spiritual dapat ditentukan. Dalam tahap ini mencakup tiga kegiatan yaitu dimulai dari pengumpulan data, analisa data, dan penentuan masalah kesehatan serta keperawatan. Pada dasarnya tujuan pengkajian keperawatan adalah mengumpulkan data objektif dan subjektif dari keluaraga dan klien. Adapun data yang terkumpul mencakup klien, keluarga, masyarakat, lingkungan, atau kebudayaan. Dalam proses pengkajian terhadap keluarga diperlukan beberapa alternatif cara yang

bisa

digunakan

untuk

membangkitkan

keinginan

keluarga

untuk

5 mengungkapkan masalah yang sedang mereka hadapi saat pengkajian dilakukan. Beberapa cara yang bisa digunakan antara lain: 1.

Berbahasa yang baik, ramah dan sopan, dengan demikian keluarga akan merasa segan, merasa lebih nyaman dan dapat mengurangi rasa sakit.

2.

Menggunakan pakaian yang rapi, penampilan yang menarik dapat merefresh keadaan keluarga dan membuat klien merasa nyaman.

3.

Menggunakan panggilan atau sebutan orang yang baik, dengan demikian maka keluarga akan merasa terhormati dan mencegah rasa ketersinggungan.

4.

Intonasi (nada suara), nada suara yang lembut didengar akan memberikan rasa nyaman pada klien dan keluarga serta membantu mengurangi rasa tegang dari rasa

sakitnya. Sebuah

pesan

dapat

menunjukan

antusiasme,

perhatian,

permusuhan, atau pengabaian bergantung pada intonasinya. Konsep dan prinsip norma yang relevan dengan pengkajian yang harus ditunjukkan kepada klien kelurga saat melakukan pengkajian, antara lain: 1.

Menjaga kontak mata, dengan demikian keluarga dan klien akan merasa diperhatikan pada saat memberikan informasi. Apabila tidak maka keluarga dan klien akan tersinggung dan kepercayaan terhadap perawat pun akan berkurang.

2.

Jangan membelakangi, apabila perawat membelakangi keluarga dan klien maka sanksinya akan mengurangi kenyamanan klien dalam melakukan tindakan, alangkah baiknya menghadap keluarga dan klien selain untuk menghormati dapat juga meningkatkan kenyamanan keluarga dan klien.

3.

Menjaga privacy, dalam melakukan tindakan apabila dalam diri keluarga dan klien terdapat sesuatu yang dapat memalukan, maka perawat harus menjaga kerahasiaan tersebut. Jangan sampai aib tersebut sampai diketahui oleh orang.

4.

Penggunaan bahasa tubuh, berguna dalam tindakan keperawatan. Misalnya apabila keluarga dan klien telah dipasang sungkup muka dan perawat bertanya apakah terasa tidak nyaman atau sakit. Maka dengan mengangguk saja itu menandakan jawaban ya atau klien menggeleng kepala itu menandakan tidak.

G. DISKUSI Peran anggota keluarga dalam pemenuhan tugas kesehatan keluarga yang dapat dilihat selama praktik klinik dirasakan sangat mendukung terciptanya status

6 kesehatan yang menunjukkan peningkatan. Dukungan dari anggota keluarga misalkan dalam ketersediaan waktu untuk membawa anggota keluarga yang sakit ke pusat pelayanan kesehatan yang tersedia sangatlah penting dirasakan. Peran penjagaan terhadap pola makan oleh anggota keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit juga sangat membantu sehingga segala macam pantangan atau makanan apa saja yang tidak boleh diberikan akan mudah tertangani. Asuhan keperawatan keluarga yang telah dilakukan selama mengikuti stase keperawatan keluarga adalah masalah hipertensi pada anggota keluarga. Terdapat dilema etik dalam pelayanan asuhan keperawatan keluarga yang dilaksanakan menyangkut masalah menghargai otonomi (facilitate autonomy) yang semuanya tergantung klien dengan masalah kebenaran (veracity) yang mengatakan segala sesuatu haruslah disampaikan dengan sebenar-benarnya oleh peserta didik. Mengenai konsumsi makanan yang tinggi akan kadar garam dan kolesterol yang akan berakibat kepada hipertensi, seharusnya peserta didik menekankan kebenaran mengenai informasi yang disampaikan yaitu mengenai akibat makanan yang tidak terkontrol dapat mencetus hipertensi yang nantinya akan berkomplikasi dengan penyakit lain, di lain sisi peserta didik harus menghargai otonomi klien yang selalu menginginkan makanan yang enak yang sebenarnya peserta didik tahu bahwa makanan tersebut tidaklah baik untuk dikonsumsi klien dengan factor risiko hipertensi berulang. Sebagaimana yang tercermin dalam model pengambilan keputusan, prinsipprinsip

etika

yang

relevan

harus

dipertimbangkan

ketika

dilema

etik

muncul. Terdapat beberapa prinsip-prinsip etik yang terkait dam pengaturan perawatan, prinsip-prinsip ini dimaksudkan untuk memberikan hormat dan martabat bagi semua yang terlibat dalam pengambilan keputusan. 1.

Menghargai otonomi (facilitate autonomy), suatu bentuk hak individu dalam mengatur kegiatan atau perilaku dan tujuan hidup individu. Kebebasan dalam memilih atau menerima suatu tanggung jawab terhadap pilihannya sendiri. Prinsip otonomi menegaskan bahwa seseorang mempunyai kemerdekaan untuk menentukan keputusan dirinya menurut rencana pilihannya sendiri. Bagian dari apa yang didiperlukan dalam ide terhadap respect terhadap seseorang, menurut prinsip ini adalah menerima pilihan individu tanpa memperhatikan apakah

7 pilihan seperti itu adalah kepentingannya. Permasalahan dari penerapan prinsip ini adalah adanya variasi kemampuan otonomi pasien yang dipengaruhi oleh banyak hal, seperti tingkat kesadaran, usia, penyakit, lingkungan rumah sakit, ekonomi, tersedianya informsi dan lain-lain. Contoh: Kebebasan klien untuk memilih pengobatan dan siapa yang berhak mengobatinya sesuai dengan yang diinginkan. 2.

Kebebasan (freedom), perilaku tanpa tekanan dari luar, memutuskan sesuatu tanpa tekanan atau paksaan pihak lain. Bahwa siapapun bebas menentukan pilihan yang menurut pandangannya sesuatu yang terbaik. Contoh: Klien dan keluarga mempunyai hak untuk menerima atau menolak asuhan keperawatan yang diberikan.

3.

Kebenaran (Veracity) a truth, melakukan kegiatan atau tindakan sesuai dengan nilai-nilai moral dan etika yang tidak bertentangan (tepat dan lengkap). Prinsip kejujuran menurut Veatch dan Fry (1987) didefinisikan sebagai menyatakan hal yang sebenarnya dan tidak bohong. Suatu kewajiban untuk mengatakan yang sebenarnya atau untuk tidak membohongi orang lain. Kebenaran merupakan hal yang fundamental dalam membangun hubungan saling percaya dengan klien. Perawat sering tidak memberitahukan kejadian sebenarnya pada klien yang memang sakit parah. Namun dari hasil penelitian pada klien dalam keadaan terminal menjelaskan bahwa klien ingin diberitahu tentang kondisinya secara jujur. Contoh: Tindakan pemasangan infus harus dilakukan sesuai dengan SOP yang berlaku dimana klien dirawat.

4.

Keadilan (Justice), hak setiap orang untuk diperlakukan sama. Merupakan suatu prinsip moral untuk berlaku adil bagi semua individu. Artinya individu mendapat tindakan yang sama mempunyai kontribusi yang relatif sama untuk kebaikan kehidupan seseorang. Ketika seseorang mempunyai kebutuhan kesehatan yang besar, maka menurut prinsip ini harus mendapatkan sumbersumber yang besar pula, sebagai contoh: Tindakan keperawatan yang dilakukan seorang perawat baik di bangsal maupun di ruang VIP harus sama dan sesuai SAK.

8 5.

Tidak Membahayakan (Nonmaleficence), tindakan atau prilaku yang tidak menyebabkan kecelakaan atau membahayakan orang lain. Contoh: Bila ada klien dirawat dengan penurunan kesadaran, maka harus dipasang side riil.

6.

Kemurahan Hati (Benefiecence), menyeimbangkan hal-hal yang menguntungkan dan merugikan atau membahayakan dari tindakan yang dilakukan. Melakukan hal-hal yang baik untuk orang lain. Merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan tidak merugikan orang lain atau klien. Prinsip ini sering kali sulit diterapkan dalam praktek keperawatan. Berbagai tindakan yang dilakukan sering memberikan dampak yang merugikan klien, serta tidak adanya kepastian yang jelas apakah perawat bertanggung jawab atas semua cara yang menguntungkan klien. Contoh: Setiap perawat harus dapat merawat dan memperlakukan klien dengan baik dan benar.

7.

Kesetiaan (fidelity), memenuhi kewajiban dan tugas dengan penuh kepercayaan dan tanggung jawab, memenuhi janji-janji. Veatch dan Fry mendifinisikan sebagai tanggung jawab untuk tetap setia pada suatu kesepakatan. Tanggung jawab dalam konteks hubungan perawat-klien meliputi tanggung jawab menjaga janji, mempertahankan konfidensi dan memberikan perhatian atau kepedulian. Peduli kepada klien merupakan salah satu dari prinsip ketataatan. Peduli pada klien merupakan komponen paling penting dari praktek keperawatan, terutama pada klien dalam kondisi terminal. Rasa kepedulian perawat diwujudkan dalam memberi asuhan keperawatan dengan pendekatan individual, bersikap baik, memberikan kenyamanan dan menunjukan kemampuan profesional. Contoh: Bila perawat sudah berjanji untuk memberikan suatu tindakan, maka tidak boleh mengingkari janji tersebut. Pembelajaran Refleksi (Reflective Learning) merupakan proses mental yang

menerapkan kegiatan pembelajaran dengan mengaktifkan peserta didik untuk menggunakan pemikiran yang kritis (critical thinking) untuk menguji informasi yang didapat, bertanya tentang kebenarannya dan menyimpulkan berdasarkan ide-ide yang dihasilkannya. Proses yang dilakukan secara berkesinambungan mengarahkan individu untuk mampu membuat alternatif pemecahan dan kesimpulan akhir, sehingga memiliki pemahaman yang lebih baik. Tanpa refleksi pembelajaran

9 menjadi berakhir, sedangkan pengelolaan cara berfikir yang dalam memerlukan proses pembelajaran. Pembelajaran yang efektif mensyaratkan waktu bagi peserta untuk selalu berfikir. Peserta perlu

merefleksikan

apa

yang

mereka

pelajari dengan

mengevaluasi proses berfikir yang digunakan dalam menentukan strategi kerja yang terbaik. Kemudian menerapkan pengetahuan yang didapat dari proses pembelajaran sebagai pendekatan yang akan digunakan pada pembelajaran selanjutnya. Proses berfikir yang terus menerus tentang apa yang ditemukan dan dikerjakan merupakan proses yang membangkitkan kreatifitas untuk selalu melakukan perubahan dan inovasi, sportifitas untuk menilai kelemahan dan kelebihan yang dimiliki. Pengalaman yang didapat berupa perilaku, ide dan perasaan saat mengerjakan sesuatu atau memberikan pelayanan perlu direfleksikan dengan cara melihat kembali, mengidentifikasi dan menganalisa, sehingga akan terbentuk perasaan positif terhadap pengalaman yang didapatnya, dan apabila terdapat pengalaman yang tidak menyenangkan diidentifikasi penyebabnya kemudian dicari alternatif pemecahannya, sehingga perasaan dan pikiran yang tidak enak atau konflik etik yang dirasakan dapat dihilangkan dengan alternatif pemecahan yang efektif. Pada proses refleksi ini individu mengevaluasi semua pengalamannya yang telah dilakukan, proses ini akan menghasilkan perspektif baru terhadap pekerjaannya, sekaligus akan merubah perilaku menjadi positif karena akan berusaha menghindari tindakan yang tidak efektif dan memilih tindakan

yang sudah jelas ada bukti

evidencenya

menguntungkan klien. Dengan proses yang dilakukannya individu akan memiliki kesiapan untuk melakukan kembali pelayanan sebagai aplikasi dari pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimilikinya. Kesiapan dan kepercayaan yang dimiliki untuk memberikan pelayanan tersebut akan menumbuhkan komitmen yang positif untuk memberikan pelayanan atau bekerja dengan kualitas yang lebih baik. Maka kondisi ini akan membuat kinerja individu lebih baik. Banyak manfaat yang bisa didapat peserta didik dari proses pembelajaran dengan menggunakan proses refleksi ini diantaranya: 1.

Meningkatkan kemampuan praktik dimasa yang akan datang.

2.

Jujur terhadap diri dan penampilan yang dimiliki.

3.

Selalu mencari pertolongan atau bantuan kepada teman (tim) jika diperlukan.

10 4.

Meyakini bahwa praktik yang dilakukan berdasarkan penelitian yang up to date.

5.

Dengan menggunakan critical thinking meningkatkan diri untuk menghadapi tantangan di masa depan.

6.

Meningkatkan kepercayaan terhadap diri sendiri pada peserta didik.

7.

Selalu berusaha menggali dan mencari pembenaran yang rasional dari tindakan yang dilakukan.

8.

Praktik refleksi akan membuat peserta didik mempelajari nilai dan perasaan yang dimilikinya sebagai orang yang bermakna sebagai pemberi pelayanan. Proses refleksi dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, salah satu cara

yang sering digunakan dalam praktik klinik kesehatan adalah menggunakan analisa kasus nyata (critical incident). Dengan critical incident ini individu dapat melakukan pembelajaran yang nyata dari kasus yang ada dan telah diberikan pelayanan langsung. Sehingga dapat dilakukan pembelajaran dalam setiap tindakan yang telah dilakukan, diantaranya: 1.

Apakah anamnesa atau pemeriksaan yang dilakukan sudah lengkap dan tepat?

2.

Apakah diagnosa yang dirumuskan sudah tepat sesuai kondisi klien?

3.

Apakah tindakan yang dilakukan sudah sesuai? efektif?

4.

Apakah penanganan yang dilakukan menyelesaikan masalah yang ada?

5.

Bagaimana kondisi klien setelah diberikan tindakan?

6.

Bagaimana respon klien atau kepuasan klien? Proses

refleksi

dengan menganalisa kasus

ini

membandingkan

dan

menginvestigasi dengan dasar standar pelayanan, kajian teori dan bukti penelitian atau evidence based practice. Kesuksesan proses refleksi dengan menggunakan analisa kasus nyata dengan kejadian yang kritis (critical incident), akan mempengaruhi peserta didik untuk mampu: 1.

Mengembangkan opini-opininya

2.

Melihat kemungkinan-kemungkinan yang terjadi

3.

Melatih ketajaman berfikir

4.

Menjadi kreatif Keuntungan atau dampak lain dari refleksi yang dilakukan:

1.

Meningkatkan terapeutik kepada klien keluarga

11 2.

Meningkatkan komunikasi yang baik dan empati diantara kolega

3.

Critical thinking merupakan hal penting dalam praktek profesional Proses refleksi sangat penting dilakukan oleh setiap individu klien yang

menggunakan pengalamannya sebagai proses pembelajaran karena dari pengalaman langsung akan didapatkan pengetahuan yang nyata dengan permasalahan yang kompleks sesuai dengan kondisi yang aktual. Hal-hal yang menyebabkan proses refleksi menjadi sesuatu yang sangat bermakna adalah: 1.

Apabila seseorang berfikir tentang apa yang dipelajari dan menuliskannya akan menolong untuk mengklarifikasi apa yang dipikirkan dan apa yang dirasakan.

2.

Refleksi juga menolong peserta didik untuk melihat dengan fokus tentang perkembangan yang terjadi sebagai pembelajar yang efektif dan mandiri, dan tentang strategi yang digunakan dalam bekerjanya.

3.

Catatan yang dibuat akan menjadi catatan perkembangan dari peserta didik selama proses pembelajaran terjadi. Pada saat melakukan refleksi maka peserta didik akan berfikir dan bertanya

tentang apa yang sudah dilakukannya secara terfokus, diantaranya: 1.

Apa yang telah terjadi?

2.

Bagaimana pembelajaran tentang pengalaman itu?

3.

Bagaimana menggunakan pengalaman prakteknya?

4.

Apa kekuatan dan kelemahan dari pengalaman praktek?

5.

Apa yang menjadi prioritas dalam pembelajaran prakteknya?

6.

Bagaimana dapat meningkatkan dan membangun proses yang dipelajarinya?

7.

Bagaimanana mencapai tujuan pembelajaran? Dengan pembelajaran refleksi maka peserta didik diberikan kesempatan untuk

menggali dan menggunakan pengetahuan, keterampilan dan perasaannya sesegera mungkin dalam situasi yang sesuai. Proses refleksi juga lebih menekankan pembelajaran dengan mengalami langsung fenomena yang dipelajari dari pada hanya berfikir tentang apa yang dialami. Proses pembelajaran ini sering digunakan dalam pembelajaran orang dewasa, pendidikan informal dan pembelajaran seumur hidup (lifelong education). Bagian dari praktek klinik keperawatan keluarga yang menarik dan mempunyai pengaruh pada profesi sebagai perawat profesional lebih lanjut menurut peserta didik

12 adalah tahapan pengkajian. Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan. Dalam pengkajian yang dilakukan perlu adanya sikap positif yang ditunjukkan peserta didik sehingga keluarga yang dalam hal ini sebagai klien akan mudah dan terbuka untuk menceritakan mengenai masalah-masalah kesehatan yang mereka sedang hadapi sekarang ini. Kadang kala, sikap peserta didik yang acuh dan terkesan tidak empati yang membuat keluarga bersikap tertutup sehingga sangat susah menggali data yang diperlukan untuk mengidentifikasi masalah yang dihadapi keluarga. Peran perawat merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dan sistem, dimana dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun dari luar profesi keperawatan yang bersifat konstan. Peran sebagai seorang perawat yang biasa dilakukan adalah: 1.

Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu klien mendapatkan kembali kesehatannya melalui proses penyembuhan. Perawat memfokuskan asuhan pada kebutuhan kesehatan klien secara holistik, meliputi upaya untuk mengembalikan kesehatan emosi, spiritual dan sosial. Pemberi asuhan memberikan bantuan kepada klien dan keluarga klien dengan menggunakan energi dan waktu yang minimal. Selain itu, dalam perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat memberikan perawatan dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat

ditentukan

diagnosis

keperawatan

agar

bisa

direncanakan

dan

dilaksanakan tindakan yang tepat dan sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatannya dilakukan dari yang sederhana sampai yang kompleks. 2.

Pembuat keputusan klinis adalah inti pada praktik keperawatan. Untuk memberikan perawatan yang efektif, perawat menggunakan keahliannya berfikir kritis melalui proses keperawatan. Sebelum mengambil tindakan keperawatan, baik dalam pengkajian kondisi klien, pemberian perawatan, dan mengevaluasi

13 hasil, perawat menyusun rencana tindakan dengan menetapkan pendekatan terbaik bagi klien. Perawat membuat keputusan sendiri atau berkolaborasi dengan klien dan keluarga. Dalam setiap situasi seperti ini, perawat bekerja sama, dan berkonsultasi dengan pemberi perawatan kesehatan professional lainnya. 3.

Pelindung dan advokat klien, sebagai pelindung, perawat membantu mempertahankan lingkungan yang aman bagi klien dan mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan serta melindungi klien dari kemungkinan efek yang tidak diinginkan dari suatu tindakan diagnostik atau pengobatan. Contoh dari peran perawat sebagai pelindung adalah memastikan bahwa klien tidak memiliki alergi terhadap obat dan memberikan imunisasi melawat penyakit di komunitas. Sedangkan peran perawat sebagai advokat, perawat melindungi hak klien sebagai manusia dan secara hukum, serta membantu klien dalam menyatakan hak-haknya bila dibutuhkan. Contohnya perawat memberikan informasi tambahan bagi klien yang sedang berusaha untuk memutuskan tindakan yang terbaik baginya. Selain itu, perawat juga melindungi hak-hak klien melalui cara-cara yang umum dengan menolak aturan atau tindakan yang mungkin membahayakan kesehatan klien atau menentang hak-hak klien. Peran ini juga dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam menginterpetasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien, juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.

4.

Manager kasus, perawat mengkoordinasi aktivitas anggota tim kesehatan lainnya, misalnya ahli gizi dan ahli terapi fisik, ketika mengatur kelompok yang memberikan perawatan pada klien. Berkembangnya model praktik memberikan perawat kesempatan untuk membuat pilihan jalur karier yang ingin ditempuhnya. Dengan berbagai tempat kerja, perawat dapat memilih antara peran sebagai manajer asuhan keperawatan atau sebagai perawat asosiat yang melaksanakan keputusan manajer. Sebagai manajer, perawat mengkoordinasikan

14 dan mendelegasikan tanggung jawab asuhan dan mengawasi tenaga kesehatan lainnya. 5.

Rehabilitator, rehabilitasi adalah proses dimana individu kembali ke tingkat fungsi maksimal setelah sakit, kecelakaan, atau kejadian yang menimbulkan ketidakberdayaan lainnya. Seringkali klien mengalami gangguan fisik dan emosi yang mengubah kehidupan mereka. Disini, perawat berperan sebagai rehabilitator dengan membantu klien beradaptasi semaksimal mungkin dengan keadaan tersebut.

6.

Pemberi kenyamanan, perawat klien sebagai seorang manusia, karena asuhan keperawatan harus ditujukan pada manusia secara utuh bukan sekedar fisiknya saja, maka memberikan kenyamanan dan dukungan emosi seringkali memberikan kekuatan bagi klien sebagai individu yang memiliki perasaan dan kebutuhan yang unik. Dalam memberi kenyamanan, sebaiknya perawat membantu klien untuk mencapai tujuan yang terapeutik bukan memenuhi ketergantungan emosi dan fisiknya.

7.

Komunikator, keperawatan mencakup komunikasi dengan klien dan keluarga, antar sesama perawat dan profesi kesehatan lainnya, sumber informasi dan komunitas. Dalam memberikan perawatan yang efektif dan membuat keputusan dengan klien dan keluarga tidak mungkin dilakukan tanpa komunikasi yang jelas. Kualitas komunikasi merupakan faktor yang menentukan dalam memenuhi kebutuhan individu, keluarga dan komunitas.

8.

Penyuluh, perawat menjelaskan kepada klien konsep dan data-data tentang kesehatan, mendemonstrasikan prosedur seperti aktivitas perawatan diri, menilai apakah klien memahami hal-hal yang dijelaskan dan mengevaluasi kemajuan dalam pembelajaran. Perawat menggunakan metode pengajaran yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan klien serta melibatkan sumber-sumber yang lain misalnya keluarga dalam pengajaran yang direncanakannya.

9.

Kolaborator, peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapi, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.

15 10. Edukator, peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan. 11. Konsultan, peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien tehadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan. 12. Pembaharu, peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA Boud D, Keogh R, Wlker D. Reflection: turning experience into learning. London: Kogan Page, 1985. Schon DA. The reflective practitioner. How professional think in action. London: Temple Smith, 1983. Aukes L. Personal reflection in medical education [dissertation], Netherland, University Medical Center Groningen, 2008. Robertson K. Reflection in professional practice and education, Australian Family Physician Vol. 34, No. 9, September 2005. Lyons J. Reflective education for professional practice: discovering knowledge from experience, Nurse Education Today 1999, 19, 29-34. Hatton N. Smith D. Reflection in teacher education: towards definition and implementation. Teaching & Teacher Education 1995;11:33-49. Johns C. The value of reflective practive for nursing. J Clin Nursing 1995; 4:23-30 cited from Pee, et al, Appraising and assessing reflection in studets writing on a structured worksheet. Medical Education 2002; 36:575-585.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF