Neurotraksi, Neurotmesis Dan Aksonotmesis
October 31, 2017 | Author: anon_246815767 | Category: N/A
Short Description
Download Neurotraksi, Neurotmesis Dan Aksonotmesis...
Description
Neurotraksi, Neurotmesis dan Aksonotmesis ANATOMI SARAF TEPI Saraf tepi adalah kumpulan dari sel saraf yang badan selnya berada di kornu anterior dan kornu posterior medulla spinalis. Aksonnya memanjang keluar dari mielum dan akson terminalnya berakhir pada motor end-plate dan sensoric ending. Bundel saraf tepi terdiri dari kumpulan akson-akson yang menjadi satu dalam endoneurium. Sekelompok endoneurium terbungkus dalam satu perineurium, dan beberapa perineurium terbungkus dalam satu kelompok dalam epineurium. Epineurium inilah yang sering disebut sebagai saraf tepi. REAKSI SARAF TEPI PADA CEDERA Reaksi yang terjadi pada saat saraf tepi mengalami cedera adalah : 1. Dendrite yang berada di kornu anterior dan kornu posterior ganglion akan mengalami kromatolisis. 2. Apabila cedera terjadi pada selubung myelin, maka dapat terjadi neuropraksia, aksonotmesis dan neurotmesis. PENGERTIAN Neuropraxia Adalah tidak berfungsinya sistem saraf yang bersifat sementara tanpa terjadinya disrupsi fisik axon. Biasanya fungsi saraf akan kembali normal setelah 2-4 minggu. Dalam hak ini belum terjadi degenerasi Wallerian. Axonotmesis Adalah terjadinya disrupsi axon dan myelin. Jaringan ikat lunak sekitarn ya termasuk endoneurium intak. Terjadi degenerasi axon distal dan proksimal lokasi terjadinya trauma. Degenerasi distal dikenal sebagai degenerasi
Wallerian. Axon akan memngalami regenerasi dengan kecepatan 1mm/ hari. Secara bermakna fungsi akan kembali normal setelah 18 bulan. Neurotmesis Adalah terjadinya disrupsi axon dan endoneurial. Komponen kolagen perifer seperti epineurium dapat intak atau terjadi disrupsi. Degenerasi axonal terjadi pada distal dan proksimal segmen. ETIOLOGI Penyebab kerusakan saraf dapat banyak, namun ada tiga penyebab yang paling sering menimbulkan kerusakan saraf yaitu luka terbuka (benda tajam, peluru), traksi (peregangan, tindak bedah), dan patah tulang serta cerai sendi. Penyebab lebih jarang adalah kerusakan yang disebabkan oleh jepitan atau tekanan pada saraf karena pemasangan bidai, atau bebat yang terlalu kencang, turniket, atau keadaan yang membuat iskemik. Adapun lainnya yang juga menjadi penyebab cedera saraf, seperti infeksi akut (difteri), infeksi kronik (TBC, lepra), keracunan (kemoterapi, antibiotik, logam berat, gas CO), iskemia (emboli arteri, Sindrom kompartemen), dan gangguan metabolik (diabetes mellitus, leukemia, defisiensi vitamin). PATOFISIOLOGI Serabut saraf adalah penghantar impuls listrik dari susunan saraf pusat ke ujungnya di lempeng saraf otot, atau sebaliknya, dari reseptor sensoris ke pusat. Seperti juga kabel listrik, serabut terdiri atas akson sebagai kawatnya, dibungkus dengan selubung mielin kolagen halus sebagai isolatornya yang disebut endoneurium. Beberapa ribu akson bergabung menjadi fasikulus diselubungi dengan sel Schwann yang disebut perineurium; beberapa fasikulus bergabung menjadi satu saraf diselubungi epineurium. Saraf perifer kebanyakan berselaput mielin mengandung akson sensorik, motorik, atau keduanya. Diduga bahwa epineurium akan mengundang reaksi fibroblastik yang menjadi penyebab utama
timbulnya fibrosis bila terjadi kerusakan saraf. Dikenal tiga tingkat atau kategori kerusakan saraf menurut Seddon, dimana pada tingkat kedua terjadi kerusakan akson dengan endoneurium tetap utuh (aksonotmesis). Kerusakan ini akan diikuti dengan degenerasi akson distal dari lokasi kerusakan (degenerasi Waller). Seluruh akson distal dari letak kerusakan akan mengalami degenerasi Waller, disusul dengan proses pengerutan endoneurium. Bila kerusakan saraf tidak terlalu parah (aksonotmesis), terjadi juga degenerasi Waller, tetapi karena selaput endoneurium masih utuh, regenerasi akson dapat berlangsung efektif di dalam selubung yang dilapisi endoneurium. Proses regenerasi ini dapat terganggu oleh reaksi fibroblas yang akan membentuk jaringan ikat. Ada tiga proses patologi dasar yang bisa terjadi pada saraf perifer yaitu : (Adam, 2005) a. Degenerasi Wallerian Terjadi degenerasi sekunder pada mielin oleh karena penyakit pada akson yang meluas ke proksimal dan distal dari tempat akson terputus. Perbaikan membutuhkan waktu sampai tahunaan, oleh karena pertama terjadi regenerasi kemudian baru terjadi koneksi kembali dengan otot, organ sensoris, pembuluh darah. b. Demielinisasi segmental Terjadi destruksi mielin tanpa kerusakan akson, lesi primer melibatkan sel Schwann. Demielinisasimulai daro nodus ranvier meluas tak teratur ke segmen-segmen internodus lain. Perbaikan fungsi cepat karena tidak terjadi kerusakan akson. c. Degenerasi aksonal Degenerasi pada bagian distal akson saraf perifer dan beberapa tempat ujung akson sentral kolumna posterior medulla spinalis. PENATALAKSANAAN Pada kerusakan serabut saraf, baik menyeluruh maupun sebagian, perlu dilakukan anastomosis dengan penjahitan. Penjahitan primer harus diusahakan pada luka
bersih yang baru terjadi dan luka iris tanpa kerusakan jaringan sekitar yang mengganggu. Untuk penderita dengan kondisi di luar keadaan tersebut, dilakukan aproksimasi pada kedua ujung serabut saraf agar tidak terjadi retraksi. Ikatan yang dipakai untuk aproksimasi sekaligus digunakan sebagai tanda agar jelas dan mudah dicari, sebaiknya digunakan benang hitam. Penjahitan sekunder dilakukan setelah luka sembuh sempurna, tidak ada lagi proses reaksi jaringan, dan infeksi telah reda. Setelah luka sembuh, serabut saraf yang telah dijahit diregang secara berangsur-angsur dalam waktu beberapa bulan dengan cara meluruskan bidai yang digunakan pada ekstremitas yang bersangkutan secara berkala.
View more...
Comments