Musik Gerejawi

January 19, 2019 | Author: Heri Kristiawan | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Musik Gerejawi...

Description

BAB I PENGERTIAN MUSIK GEREJAWI Dalam pembicaraan tentang musik gerejawi, seringkali dijumpai istilah musik itu diasumsikan dengan rangkaian nada yang dimainkan oleh para pemain dalam bentuk instrumen lagu atau dalam bentuk harmoni yang dimainkan untuk mengiringi lagu/pujian yang dinyanyikan oleh soloist, vocal group, koor atau jemaat. Dengan demikian, seolah-olah musik itu hanya bersangkut paut dengan para pemain musik saja (pianis, organis, gitaris, dsb). Apakah benar demikian? Baiklah kita melihat kembali pengertian musik itu sendiri, agar kita memperoleh pengertian yang benar. A. Pengertian Musik Secara Umum Beberapa sumber memberikan definisi musik sebagai berikut. 1. Musik adalah ilmu atau seni menyusun nada atau suara dalam urutan, kombinasi, dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1990). 2. Musik adalah nada atau suara yang disusun demikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan (terutama yang menggunakan alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi itu) (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa). 3. Musik adalah seni dan ilmu pengetahuan tentang hal menggabungkan bunyi vokal atau bunyi instrumental atau nada dalam berbagai macam melodi, harmoni, ritme/irama, dan warna nada, khususnya untuk membentuk komposisi/gubahan yang mempunyai susunan yang utuh dan mengekspresikan mengekspresikan emosi (College Edition, 1990; Terjemahan Penulis). 4. Musik adalah seni menggabungkan suara dengan menggunakan berbagai macam instrumen musik atau penyanyi untuk menghasilkan bentuk irama, melodi, dan harmoni yang dimaksudkan untuk mengekspresikan pikiran atau perasaan dan untuk mempengaruhi emosi (Bay Books, 1986; Terjemahan Penulis). 5. Musik adalah ekspresi suara yang berirama untuk menyatakan pikiran dan emosi (M.S. Miller dan J.L. Miller,1973:466; Terjemahan Penulis). 6. Musik adalah bahasa emosi yang disusun dari nada-nada (berbagai warna nada) yang membentuk kesatuan yang menghasilkan ciri khas pada suara, melodi/lagu, harmoni (nada-nada yang berhubungan yang dibunyikan bersama-sama), dan ritme/irama (Berkley, t.t.: 264; Terjemahan Penulis). Dari beberapa definisi di atas, penulis mengklasifikasikan definisi-definisi tersebut ke dalam dua kelompok: (1) definisi musik sebagai ilmu; dan (2) definisi musik sebagai hasil karya seni. 1. Sebagai ilmu, musik adalah pengetahuan tentang hal menggabungkan nada-nada, yang berbentuk bunyi vokal atau instrumental, dalam berbagai macam irama, melodi/lagu, dan harmoni untuk menghasilkan komposisi yang mampu mengungkapkan pikiran dan emosi manusia. 2. Sebagai hasil karya seni, musik adalah nada, yang berbentuk bunyi vokal atau instrumental, yang disusun sedemikian rupa sehingga menghasilkan komposisi suara/bunyi yang mengandung irama, melodi/lagu dan harmoni yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan berkesinambungan, yang mengekspresikan pikiran dan emosi komposer yang dapat mempengaruhi pikiran dan emosi orang lain yang mendengarkan atau yang memainkan/menyanyikan hasil komposisi tersebut dan mengakibatkan perubahan sikap dan perilaku orang tersebut.

B. Pengertian Musik Secara Khusus Pengertian musik yang dimaksudkan di sini adalah pengertian musik yang dihubungkan dengan istilah gerejawi, sehingga menjadi musik gerejawi. Untuk memberikan batasan istilah musik gerejawi, maka terlebih dahulu harus memiliki pengertian yang jelas tentang kedua istilah tersebut (musik dan gerejawi). Pengertian musik sudah dielaborasikan pada bagian di atas, dan berikut ini akan dipaparkan pengertian tentang istilah gerejawi. Kata gerejawi adalah bentuk ajektiva dari kata gereja. Artinya adalah berkenaan dengan gereja. Kata gereja bisa menunjuk kepada gedung gereja, dan bisa juga menunjuk kepada semua organisasi gereja sebagai wadah persekutuan orang Kristen yang memiliki denominasi masing-masing. Tetapi penulis ingin mengaksentuasikan makna gereja yang paling hakiki, yaitu bukan menunjuk kepada gedung gereja atau denominasi gereja tertentu, melainkan menunjuk kepada persekutuan orang-orang percaya, orang-orang yang telah dipanggil Tuhan menjadi umat-Nya. Dalam pengertian inilah, penulis menggunakan istilah gereja dalam batasan musik gerejawi yang akan dikemukakan berikut ini. Berdasarkan pengertian gereja tersebut di atas, maka musik gerejawi dapat didefinisikan sebagai berikut. 1. Sebagai ilmu, musik gerejawi adalah pengetahuan tentang hal menggabungkan nada-nada, yang berbentuk bunyi vokal (suara manusia) atau bunyi instrumental, dalam berbagai macam irama, melodi/lagu dan harmoni untuk menghasilkan komposisi yang mampu mengungkapkan pikiran dan emosi manusia (sebagai orang percaya) dalam hubungannya dengan Tuhan yang dipercayainya. 2. Sebagai hasil karya seni, musik gerejawi adalah nada yang berbentuk bunyi vokal (suara manusia) atau bunyi instrumental, yang disusun sedemikian rupa sehingga menghasilkan komposisi suara/bunyi yang mengandung irama, melodi/lagu dan harmoni yang merupakan kesatuan yang utuh dan berkesinambungan, yang mengekspresikan pikiran dan emosi komposer (sebagai orang percaya) yang dapat mempengaruhi pikiran dan emosi orang lain yang mendengarkan atau memainkan/menyanyikan hasil komposisi tersebut dan mengakibatkan perubahan sikap dan perilaku orang tersebut yang memuliakan Tuhan, dan musik gerejawi ini digubah untuk meresponi karya penyelamatan Tuhan di dalam Kristus untuk orang berdosa. Di dalam kedua definisi ini (musik gerejawi sebagai ilmu dan hasil karya seni), dapat dilihat adanya dua unsur fundamental yang menjadi bahan substansial dalam membuat musik gerejawi, yaitu bunyi vokal dan bunyi instrumental. Bunyi vokal yang dimaksudkan di sini adalah bunyi yang dihasilkan dengan menggunakan mulut manusia, dan bunyi itu disebut suara. Sedangkan bunyi instrumental adalah bunyi yang dihasilkan dengan menggunakan alat musik. Jadi, musik gerejawi itu bukan hanya berbentuk musik instrumental, tetapi juga berbentuk musik vokal atau lagu/puji-pujian (musik yang diberi syair/lirik). Dengan demikian, jelaslah bahwa musik gerejawi itu bukan hanya bersangkut paut dengan para pemain musik saja, tetapi juga bersangkut paut dengan seluruh jemaat Tuhan sebagai "vokalis".

BAB II TEOLOGI MUSIK

Peristiwa-peristiwa Alkitab, yang di dalamnya musik

mengambil peran yang penting, merupakan dasar yang penting bagi pengembangan teologi musik. Osbeck (1985) mengemukakan bahwa sejak permulaan musik dicatat dalam Alkitab, musik selalu mempunyai hubungan yang unik dengan pengalaman ibadah manusia. Tentu saja ibadah yang dimaksudkan di sini bukan hanya ibadah di dalam rumah Tuhan, melainkan ibadah dalam arti yang luas yang menyangkut seluruh pengalaman hidup bersama dengan Tuhan. Kitab Keluaran 15 merupakan contoh praktis yang menggambarkan hubungan yang unik antara musik dengan pengalaman hidup bangsa Israel bersama Tuhan. Kel 15:1--21 memberikan prinsip-prinsip penting persembahan musik dalam ibadah kepada Tuhan. Seorang penulis mengatakan bahwa nyanyian Musa bersama bangsa Israel ini memberikan 3 prinsip persembahan musik gerejawi: (1) Musa memimpin bangsa Israel untuk menyanyikan pujian kepada Tuhan dan menyanyikan pujian tentang Tuhan yang tinggi dan mulia; (2) musiknya menyuarakan karya penyelamatan Tuhan yang perkasa, yang membebaskan mereka dari tangan musuh; (3) musiknya meninggikan atribut-atribut Allah: Dia disebut agung, mulia, kudus dan mengagumkan, dan Dia memiliki kasih yang tak berkesudahan (Berkley, t.t.). Sagala (1994) memberikan perspektif yang senada tentang Kel 15:1--21. Dia mengemukakan 3 hal yang menjadi motivasi Musa dan bangsa Israel memuji Tuhan dengan musik, yaitu: (1) mereka memuji Tuhan karena keberadaan-Nya sebagaimana Dia ada; (2) mereka memuji Tuhan karena apa yang telah dilakukan-Nya; mereka ingin mensyukuri segala perbuatan yang telah dinikmatinya; (3) mereka memuji Tuhan karena Dia milik mereka; mereka mempunyai hubungan yang istimewa dengan Tuhan. Penulis sendiri melihat bahwa Kel 15:1--21 ini mengandung pengajaran tentang musik gerejawi, yakni musik gereja yang membawa mesase/berita secara seimbang. Mesase yang disampaikan dalam musik gerejawi bukan hanya berpusat pada Tuhan, juga bukan berpusat pada manusia, atau bersifat eksklusif berpusat pada Tuhan dan manusia yang mempersembahkan pujian kepada-Nya. Kel 15:1--21 memberikan petunjuk yang prinsipil bahwa musik gerejawi itu harus (1) mengajarkan tentang Tuhan, Allah yang benar; (2) menyatakan iman kepada Tuhan yang diajarkan; (3) menyaksikan perbuatan Tuhan, yang diimaninya, kepada sesama. Musik gerejawi harus mampu mengartikulasikan ketiga hal yang prinsipil tersebut. Peristiwa Alkitab lainnya yang memberi dasar teologi musik adalah peristiwa pentahbisan tembok Yerusalem yang dicatat dalam kitab Nehemia 12:27--43. Acara pentahbisan yang akbar ini dimeriahkan dengan kidung pujian yang diiringi ceracap, gambus dan kecapi (ayat 27). Acara ini dilaksanakan dengan penuh pengucapkan syukur, oleh karena Tuhan telah memberkati umat-Nya sehingga mereka berhasil membangun kembali tembok Yerusalem di tengah-tengah situasi/keadaaan yang sangat sulit. Melalui peristiwa ini, dapat diperoleh tiga pengajaran penting. Pertama, para imam dan orang-orang Lewi menguduskan dirinya sendiri , menguduskan seluruh umat, dan menguduskan pintu-pintu gerbang dan tembok (ayat 30). Ini merupakan hal yang mutlak bahwa setiap orang yang terlibat dalam pelayanan musik gerejawi harus memiliki hidup yang kudus dan memelihara kemurnian hati dan motivasi pelayanannya. Kedua, dalam ayat 31--42 dapat dilihat bahwa pelayanan musik dalam acara pentahbisan yang akbar tersebut dipersiapkan dan diorganisasikan dengan cermat dan rapi. Pelayanan musik gerejawi tidak dapat dilakukan dengan asal-asalan, tanpa

persiapan dan pergorganisasian yang baik. Ini berarti menuntut tanggung jawab baik secara pribadi maupun kelompok. Ketiga, ayat 43 mengatakan bahwa Allah memberi mereka kesukaan besar sehingga mereka semua bersukacita, dan sukacitanya itu terdengar sampai jauh. Pelayanan musik gerejawi yang diperkenan Tuhan membawa dampak yang besar dan luas. Pelayanan musik gerejawi dapat membawa nyanyian kemenangan ke dalam hati orang yang melakukan pelayanan dan orang yang mendengarkannya. Tentu saja, hal ini tidak dapat terlepas dari hal yang pertama dan kedua. Pasase Alkitab yang lain yang mempunyai signifikansi teologis bagi musik gerejawi adalah kitab Mazmur yang terdiri dari 150 pasal. Melalui kitab Mazmur ini dapat diperoleh gambaran tentang berbagai macam emosi yang dapat diekspresikan melalui musik gerejawi, antara lain gambaran emosi orang yang sedih, kecewa, menyesal, mengeluh, kesepian, merana, ketakutan, cemas, senang/gembira, bahagia, ceria dan penuh keyakinan. Gambaran emosi yang diekspresikan dalam kitab Mazmur ini mengungkapkan realita hidup Pemazmur yang sesungguhnya. Pemazmur tidak berkamuflase dalam mempersembahkan musiknya kepada Tuhan. Demikian juga seharusnya, setiap orang yang mengambil bagian dalam pelayanan musik gerejawi tidak berkamuflase dalam melakukan pelayanannya. Hal yang terakhir, yang penulis sampaikan, didasarkan pada Kis 16:19--40. Rasul Paulus menyanyikan pujian kepada Tuhan pada waktu dia berada dalam penjara di Filipi. Rasul Paulus juga menetapkan jenis musik yang harus dinyanyikan, seperti yang diperintahkannya kepada jemaat Efesus (5:19) dan jemaat Kolose (3:16). Jenis musik tersebut adalah psalm (mazmur), hymn (kidung pujian) dan spiritual song (lagu rohani). Sebuah sumber menjelaskan sebagai berikut: mazmur adalah nyanyian pujian yang didasarkan pada kitab Mazmur; kidung pujian adalah nyanyian yang bersifat obyektif, yaitu berpusat pada Tuhan; dan lagu rohani adalah nyanyian yang bersifat subyektif, yang didasarkan pada pengalaman pribadi (Berkley, t.t.).

BAB III ASAL MULA MUSIK A. Pencipta Musik Dewasa ini ada begitu banyak ragam/jenis musik. Ada orang yang menyatakan jenis musik tertentu sebagai musik Setan. Misalnya Danny Tumiwa (1986: 1), dia mengatakan bahwa "musik rock adalah musik Setan." Lebih jauh lagi, Sudiyono (1996: 6) mengemukakan bahwa "sesungguhnya bukan hanya musik rock yang diklaim menjadi musik Setan." Degan kata lain, ada jenis-jenis musik yang lainnya (selain musik rock) yang dinyatakan sebagai musik Setan. Implikasi dari pendapat-pendapat teserbut adalah: ada jenis musik yang tidak termasuk musik Setan. Karena itu, ada orang yang mengklasifikasikan jenis musik yang begitu banyak itu menjadi dua kelompok, yaitu musik Tuhan dan musik Hantu (Setan) (Hindarto, 1987) Apakah yang menjadi dasar seseorang menyebut jenis musik tertentu sebagai musik Setan dan jenis musik yang lainnya sebagai musik Tuhan? Jelas bahwa sebutan tersebut tidak terlepas dengan sumber/asal mula musik tersebut. Jika demikian halnya, apakah itu berarti Tuhan dan Setan masing-masing

menciptakan musik? Ada banyak pendapat mengenai asal mula musik. Pada abad 18 sampai dengan awal abad 20, tokoh-tokoh yang berpegang pada teori evolusi memperdebatkan tentang asal mula musik. Ada yang menganggap musik itu berasal dari suara burung, suara binatang di darat, jeritan dukacita pada kematian, obyek-obyek alami yang animistik, dsb (Eliade, 1987). Sedangkan menurut Ellingson (dalam Eliade, 1987), musik mungkin berasal dari kuasa ilahi yang primordial, seperti nada-brahman (God as Sound) menurut Hinduisme, Fu-Hsi dan Huang-Ti (menurut lengeda Tiongkok mereka dianggap sebagai penemu musik). Menurut dia hanya sebatas inilah informasi yang bisa diperoleh tentang asal mula musik, dan tidak ada lagi penjelasan yang ultima di dalam kepercayaan religius. Apakah benar tidak ada penjelasan yang final tentang asal mula musik? Alkitab kita memberitahukan tentang sumber asal mula musik yang ultima. Memang tidak ada pernyataan langsung secara eksplisit "Allah menciptakan musik" di dalam Alkitab kita. Tetapi dari peristiwa penciptaan kita bisa menarik kesimpulan yang jelas dan benar. Bukan kesimpulan yang spekulatif, tetapi kesimpulan yang didasarkan pada kebenaran firman Tuhan. Misalnya, dalam peristiwa penciptaan tidak dikatakan secara langsung "Allah menciptakan kambing" apakah ini berarti kambing tidak termasuk ciptaan Tuhan? Pada peristiwa penciptaan juga tidak dikatakan secara langsung "Allah menciptakan suara manusia", apakah ini berarti suara manusia berasal dari kambing dan bukan ciptaan Tuhan ? Dalam peristiwa penciptaan yang dicatat dalam Kejadian 1-2, kita diberitahu bahwa Tuhan adalah Pencipta alam semesta dan segala isinya. Yubal, mahluk ciptaan Tuhan, dalam Kejadian 4:21 disebut sebagai bapa semua orang yang memainkan kecapi dan suling. Yubal mahkluk ciptaan, dia tidak dapat menciptakan musik dari tidak ada musik menjadi ada musik. Maka dapat disimpulkan bahwa Tuhanlah yang menjadi sumber/asal mula atau Pencipta musik. Fakta di luar Alkitab yang menunjukkan Tuhan sebagai Pencipta musik, sebagaimana dikemukakan Olden Frans (1993), adalah bahwa bangsa-bangsa di seluruh dunia ini, dari yang tinggal di kota sampai yang di pedalaman, semua mempunyai musik yang khas. Musik yang dimiliki oleh seluruh bangsa di dunia ini mempunyai 3 kesamaan unsur musik yaitu ada ritme/irama, melodi dan harmoni. Kesamaan ini bukan suatu kebetulan, tetapi oleh karena penciptanya satu yaitu Tuhan yang menciptakan alam semesta dan segala isinya ini. Lalu, bagaimana dengan musik setan? Setan tidak dapat menciptkan musik dari tidak ada musik menjadi ada musik. Kalau disebut musik Setan, itu harus diartikan sebagai musik yang dipakai oleh Setan untuk menarik manusia jauh dari Tuhan. Setan tidak menciptakan musik (dalam arti di atas). Dia hanya mengaku-ngaku. Setan itu suka mengaku-ngaku (lihat Matius 4: 8-9: Siapa yang punya dunia?) B. Alat-alat Musik dalam Alkitab Menurut Osbeck (1985), di dalam Alkitab ada kurang lebih 13 macam instrument/alat musik. Misalnya, Kejadian 4:21: kecapi & suling; Keluaran 15:20: rebana; 1 Samuel 10:5: gambus, rebana,

suling, kecapi; Daniel 3: 5: sangkakala, seruling, kecapi, rebab, gambus, serdam; Maz 150:5 Ceracap. Alat-alat musik ini bisa diklasifikasikan ke dalam 3 kelompok: stringed instruments (alat musik petik), wind instruments (alat musik tiup) dan instruments of percussion (alat musik tabuh) (Osbeck, 1985)

BAB IV PENCIPTAAN ALLAH, KREATIVITAS DAN PEMBUATAN MUSIK

Dalam bagian ini akan dieksplikasikan hubungan antara penciptaan Allah dengan kreativitas dalam pembuatan musik gerejawi. Melalui peristiwa penciptaan dapat diperoleh tiga prinsip penting yang berkaitan dengan musik gerejawi. 1. Allah adalah Pemikir pertama yang abstrak/nonrepresentasional (tidak ada kesamaan bentuknya di dalam alam), karena apa yang Allah pikirkan dan lakukan tidak me-re-presentasikan (menyajikan ulang) atau meniru sesuatu. Setiap hal yang dibuat Allah adalah murni hasil pemikiran-Nya sendiri dan tanpa menggunakan referensi apapun (M. Best, 1993). Allah menciptakan segala sesuatu dari tidak ada menjadi ada. Prinsip yang dikemukakan di sini adalah prinsip "Firstness" (hal yang pertama). Musisi Kristen dalam membuat musik gerejawi harus mengikuti prinsip "firstness". Musisi Kristen harus kreatif dan mampu menciptakan "the first new music," bukan meniru atau menjiplak musik orang lain. Dengan kata lain, musisi-musisi Kristen harus menjadi "the first imaginer" bukan "the first imitator." M. Best (1993) mengemukakan 3 perangkap/jerat imitasi (tiruan/peniruan) sbb. 1. Imitasi itu meniadakan nilai individual dari hasil karya seseorang, karena melakukan imitasi itu berarti menduplikasikan hasil karya orang tersebut. 2. Imitasi itu meniadakan keunikan dari imitasi itu sendiri. Hasil imitasi tersebut tidak mempunyai keunikannya sendiri, karena keunikannya adalah hasil tiruan. 3. Imitasi meragukan individualitas orang yang melakukan imitasi tersebut. Dengan melakukan imitasi itu berarti imitator tersebut menyangkali haknya sendiri untuk melihat atau menyatakan sesuatu dengan cara yang berbeda. 2. Penciptaan bukan hanya merupakan hasil pemikiran/imajinasi yang murni dan asli, tetapi penciptaan itu berkelanjutan. Bukan hanya ada satu pohon arbei yang pertama, tetapi ada pohon arbei yang tidak terhitung jumlahnya dan tidak ada satupun yang sama (M Best 1993). Prinsip yang bisa diambil di sini adalah me-re-presentasikan hal yang sama dengan cara yang berbeda atau menyatakan sesuatu "dengan kata lain." Musisi Kristen punya tanggung jawab untuk menyajikan kembali segala bentuk musik yang ada dengan cara yang berbeda, bukan meniru atau mengadopsi begitu saja dan menjadikannya sebagai musik gerejawi. Dalam hal ini musisi kristen dituntut untuk mempunyai daya kreativitas yang tinggi. 3. Berdasarkan pokok pembahasan no.2, dapat diperoleh juga prinsip yang lainnya. Dalam re-presentasi tersebut ada perkembangan kwantitas yang besar. Tetapi tidak ada satu hal pun

yang sama satu dengan yang lainnya. Dengan kata lain, setiap re-presentasi itu mempunyai "style" (gaya) yang tersendiri atau khas. Prinsip yang dikemukakan di sini adalah prinsip konsistensi yang kreatif dan inovatif. Dalam upaya pembaharuan dan pengembangan musik gerejawi, ada satu hal yang tidak boleh hilang yaitu "style"-nya yang khas sebagai musik gerejawi. Para musisi Kristen boleh mengembangkan musik gerejawi secara kreatif dan inovatif, tetapi harus tetap mempunyai "style" yang khas sebagai musik gerejawi.

BAB V SEJARAH SINGKAT PERKEMBANGAN MUSIK GEREJAWI

Materi yang dipresentasikan dalam pokok bahasan ini merupakan bahan ringkasan yang diambil dari buku yang berjudul The Ministry of Music (W. Osbeck, 1985: 17-22) A. Periode PL Orang Ibrani menggunakan musik untuk beribadah kepada Tuhan. Bagi orang Ibrani, musik itu akan memiliki makna jika digunakan untuk menyembah atau memuji Tuhan. Sumber utama untuk mempelajari penggunaan musik dalam ibadah orang Ibrani ini adalah Alkitab PL. Dalam PL disebutkan bermacam-macam alat musik yang digunakan orang Ibrani. Selain itu, di dalam PL juga disebutkan sejumlah penyanyi dan nyanyian. Misalnya: Nyanyian Musa (Keluaran 15: 2-19) Nyanyian Miream (Keluaran 15: 20-21) Nyanyian Debora dan Barak (Hak 5: 2-3) Nyanyian Syukur Hana (1 Sam 2: 1-10) Nyanyian Syukur Daud (2 Sam 22) Pada jaman pemerintahan raja Daud, untuk pertama kalinya dibentuk paduan suara dan orkestra yang besar untuk ibadah di Tabernakel. Penggunaan musik dalam ibadah ini terus berkembang pada jaman pemerintahan raja Salomo. Kitab 2 Taw 5, memberikan gambaran tentang perkembangan tersebut. Yosephus (sejarahwan Yahudi) mencatat bahwa dalam bait Allah yang pertama ada 200.000 terompet dan 200.000 penyanyi yang memakai jubah, yang dilatih untuk pelayanan ibadah. Pada jaman setelah kembali dari pembuangan di Babel, penggunaan musik yang megah dan agung dalam ibadah tetap mendapat prioritas dan mempunyai peranan yang penting. B. Periode PB Kedatangan Tuhan Yesus ke dalam dunia membawa era baru dalam ibadah umat Tuhan. Ibadah tidak lagi terbatas di dalam bait Allah atau sinagoge, tetapi orang-orang percaya itu sendiri menjadi bait Allah yang hidup. Banyak ibadah umat Tuhan yang harus dilakukan secara rahasia, karena ada penindasan oleh pemerintah Romawi. Meskipun demikian, musik tetap merupakan ekspresi yang natural atas sucakita baru yang ditemukan di dalam Kristus. Misalnya, Kis 16:25: Paulus dan Silas menyanyikan pujian kepada Allah di dalam penjara di Filipi.

Sumber utama musik gerejawi jemaat mula-mula adalah Mazmur. Selain itu, juga ada penggunaan teks musik yang lain (selain dari Maz). Misalnya nyanyian Maria (Luk 1:46--55), nyanyian Zakharia (Luk 1:68--79) nyanyian malaikat (Luk 2:14), nyanyian Simeon (Luk 2:29), nyanyian yang dinyanyikan Tuhan Yesus (Mat 26: 30) dan nyanyian Paulus dan Silas (Ke 16: 25) Musik gerejawi jemaat mula-mula seluruhnya berbentuk musik vokal dan hanya sedikit menaruh perhatian pada penggunaan alat-alat musik. C. Periode Abad Pertengahan Abad pertengahan adalah periode waktu dari abad ke-4 sampai periode Renaisan-Reformasi. Lagu-lagu yang digunakan dalam ibadah dari abad ke-4 sampai 6 adalah lagu pendek dan sederhana. Lagu-lagu ini tidak diketahui asal mulanya. Pada akhir abad ke-6, berkembang lagu-lagu pendek dan sederhana yang disebut "Gregorian," yang dipelopori oleh Paus Gregory Agung. Kemudian dari abad ke-7 sampai periode Renaisan-Reformasi, muncul sebuah liturgi yang ditetapkan untuk ibadah, dan dalam bagian-bagian tertentu dalam liturgi dimasukan komposisi musik. Pada abad pertengahan ini juga ada perkembangan musik di bidang harmoni, mulai dari menyanyi bersama-sama sampai penggabungan dua suara atau lebih menjadi satu suara melodi. Perkembangan musik lain terjadi kurang lebih tahun 1150-1450 (yang disebut periode Gothic) yaitu penggunaan nyanyian antifonal (nyanyian yang dinyanyikan secara bergantian), penggunaan garis paranada dan sistem notasi musik dan perkembangan konsep instrumental, khususnya mengenai penggunaan orgen. D. Periode Renaisan-Reformasi Periode ini mulai dari kurang lebih thn. 1450-1600. Pada masa ini terjadi kebangunan interes dalam aktivitas intelektual dan seni. Dalam makna religius, kebangunan ini mencapai klimaksnya pada saat terjadinya reformasi yang dipelopori oleh Martin Luther. Orang Kristen menemukan sukacita yang baru yang personal dalam hubungan dengan Tuhan. Mereka ingin menyembah dan memuji Tuhan dengan bahasa daerah/dialeknya sendiri. Eling P (1992) mengatakan bahwa lagu-lagu yang diciptakan Martin Luther masih dipengaruhi oleh musik Gregorian. Johansson (1984) mengatakan bahwa Martin Luther mengambil lagu-lagu daerah dan mengganti syairnya dengan kata-kata rohani. Berbeda dengan Luther, John Calvin menekankan bahwa lagu-lagu untuk ibadah harus berlatar belakang ayat Alkitab, dan metriknya (penekanan suku kata secara teratur) harus mengikuti metrik Mazmur. Selain itu lagunya harus dinyanyikan bersama-sama. E. Periode Abad 17 Pada abad ini, di Inggris ada perkembangan bentuk musik yang baru di dalam gereja Anglican, yang dipengaruhi oleh komposer Inggris yang terbaik bernama Henry Purcell (1658-1695). Bentuk musik ini disebut "Anthem" (nyanyian berbentuk paduan suara dan syairnya biasanya diambil dari Alkitab). Bentuk "anthem" modern umumnya ditemukan dalam 3 bentuk: 1. Full Anthem (semua penyanyi menyanyikan seluruh lagu) 2. Verse Anthem (bagian-bagian tertentu dinyanyikan oleh penyanyi yang ditentukan) 3. Solo Anthem (berisi bagian yang dinyanyikan oleh seorang

penyanyi) F. Periode Abad 18 Dalam abad 18 ada gerakan baru dari Isaac Watts (1674-1748) dan Wesleys. Isaac Watts menegaskan bahwa lagu itu merupakan persembahan pujian manusia kepada Tuhan, karena itu kata-katanya harus menggunakan kata-katanya sendiri. Isaac Watts menyanyikan nyanyian pujiannya untuk mengakhiri kotbahnya. Sementara itu yang dilakukan Wesley (1708-1788) adalah menulis dan menerjemahkan kurang lebih 6.500 lagu pujian bersama-sama dengan John (Pengkotbah) dan Charles (Musisi). Mereka menulis lagu pujian yang menekankan pengalaman dan iman. Selain itu, dalam abad ini juga muncul bentuk musik gerejawi yang baru, yaitu dalam bentuk oratario. G. Periode Abad 19 Para penulis/pengarang lagu pada abad ini lebih menekankan upaya untuk memperbaharui atau meningkatkan kualitas lagu-lagu pujian.

BAB VI PERANAN MUSIK DALAM IBADAH Telah dijelaskan dalam bagian sebelumnya bahwa sejak permulaan musik dicatat di dalam Alkitab, musik selalu mempunyai hubungan yang unik dengan pengalaman ibadah manusia dalam arti yang sangat luas. Dengan kata lain, ada afiliasi yang erat antara musik dan ibadah umat Tuhan. Jika kita memperhatikan peristiwa-peristiwa Alkitab, misalnya Keluaran 15, Nehemia 12 dan 2 Tawarikh 5, kita dapat melihat bahwa musik itu mempunyai peranan yang penting dalam ibadah umat Tuhan. Dan, jika kita mencermati perkembangan musik gerejawi yang telah dieksplanasikan di atas, kita dapat juga melihat bahwa begitu besarnya perhatian anak-anak Tuhan terhadap musik gerejawi. Hal ini disebabkan oleh karena mereka menyadari sepenuhnya betapa pentingnya peranan musik dalam ibadah, selain itu mereka juga mempunyai konsep ibadah yang benar. Kesadaran akan pentingnya peranan musik gerejawi dalam ibadah dan konsep ibadah yang benar harus dimiliki oleh setiap anak Tuhan.

A. Konsep Ibadah yang Benar Ibadah itu mempunyai beberapa pengertian. 1. Ibadah itu merupakan respons manusia kepada Allah. Allah telah menyatakan diri kepada manusia di dalam Yesus dan manusia dapat meresponi Allah hanya melalui Yesus Kristus. Respons manusia itu aktif. Ini berarti bahwa manusia itu bukan hanya datang ke gereja duduk dan mendengar, tetapi mengikuti seluruh bagian ibadah melalui pujian, doa dsb. 2. Ibadah adalah proklamasi bahwa Allah layak untuk disembah.Allah layak disembah sebagaimana Dia ada, karena Dia memang Allah yang layak disembah, dan karena apa yang telah diperbuat-Nya di dalam kehidupan orang percaya (lihat Maz 96:7-8; Why 5:12) 3. Ibadah adalah "perayaan" untuk memperingati karya Allah di

tengah-tengah umat-Nya. Bukan hanya Perjamuan Kudus saja yang dirayakan/diperingati secara khusus, tetapi semua ibadah yang kita lakukan harus "dirayakan". Dalam Mazmur 100, kita diberitahu bagaimana kita harus merayakan ibadah kita. 4. Ibadah itu mengakibatkan perubahan dalam hidup orang yang melakukan ibadah tersebut. Rasul Paulus mengatakan: " ... itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah, apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. (Rom 12: 1-2) B. Peranan Musik dalam ibadah Ibadah orang-orang percaya kepada Tuhan tidak dapat dipisahkan dari musik. Musik itu merupakan pengikat yang menyatukan umat dengan Allah, yang kepadaNya manusia itu beribadah, sehingga ibadah manusia itu menjadi pengalaman yang real bersama dengan Allah. Berdasarkan konsep ibadah yang dikemukakan di atas, musik mempunyai peran sebagai berikut. 1. Musik berperan untuk menciptakan suasana ibadah yang menghantar jemaat untuk menyadari kehadiran Allah di tengah-tengah mereka, sehingga mereka sadar bahwa mereka sedang berhadapan dengan Allah yang kudus dan mulia. Dan sekaligus musik menjadi sarana bagi jemaat untuk mengekspresikan responnya dengan hidup dan indah kepada Allah yang telah hadir di tengah-tengah mereka. 2. Musik menjadi sarana bagi jemaat untuk memuji, menyembah dan memproklamasikan kebesaran dan kemuliaan nama Tuhan. Selain itu, musik itu merupakan wujud tindakan ibadah, yakni sebagai korban pujian yang dipersembahkan jemaat kepada Tuhan yang memang layak untuk menerima pujian, dan persembahan musik itu sendiri menjadi tanda ucapan syukur atas apa yang telah diperbuat Tuhan dalam kehidupan jemaat. 3. Musik merupakan ekspresi sukacita jemaat untuk memperingati dan merayakan perbuatan Tuhan yang telah dialami jemaat secara pribadi. 4. Musik "mempersiapkan jalan" untuk pemberitaan Firman Tuhan. Dengan kata lain, musik itu merupakan "khotbah pendahuluan" yang mempersiapkan hati jemaat untuk menerima pemberitaan firman Tuhan. Sehingga pada waktu firman Tuhan diberitakan, firman Tuhan itu mendapat tempat di hati jemaat dan menghasilkan perubahan hidup dalam diri jemaat. Unsur-unsur musik yang tercakup dalam ibadah ini adalah 1. Musik instrumental - Pembukaan - "Persembahan - Penutup 2. Musik vokal khusus - Koor - Vokal Group - Trio - Solo, Dsb 3. Musik vokal jemaat

BAB VII BAHAN DISKUSI

1. Ada orang yang mengatakan bahwa musik itu netral. Bagaimana menurut Saudara? 2. Ada orang mengatakan bahwa musik rock adalah musik Setan. Apakah Setan menciptakan musik? Bagaimana pendapat Saudara? 3. Apakah jenis musik rock dan musik lainnya seperti keroncong, pop, jazz, dangdut dan musik daerah boleh digunakan dalam gereja? 4. Apakah lagu-lagu daerah atau kontemporer, yang menurut pendapat umum bagus, boleh dijadikan lagu gerejawi dengan mengganti syairnya? 5. Menurut Saudara apa yang harus dilakukan gereja untuk mengembangkan musik gerejawi?

DAFTAR PUSTAKA

Bay Books. 1986. The Great Family Encyclopedia Dictionary. --------------: Oxford University Press. Berkley, James, D. Tanpa tahun. Leadership Handbooks of Practical Theology (vol. 1). Grand Rapids, Michigan: Baker Book House. Best, M., Harold. 1993. Music Through The Eyes of Faith. SanFrancisco: Christian College Coalition. College Edition. 1960. Webster's New World Dictionary of The American Language. Cleveland and New York: The World Publishing Company. Eliade, Mircea. 1987. The of Religion (vol. 10). New York: Macmillian Publishing Company. Frans, Dennie, Olden. 1993. Musik Rock Dalam Terang Firman Tuhan. Malang: Departemen Literatur YPPII. Johansson, Calvin, M. 1993. Music & Ministry: Abiblical Counterpoint. Massachusetts: Hendrickson Publishers. Miller, Madeleine, S., dan Miller, J., Lane. 1973. Harper's Bible Dictionary. New York: Harper & Row Publisher. Osbeck, Kenneth, W. 19885. The Ministry of Music (revised ed.). Michigan: Kregel Publication. P., Magdalena, Eling. 1992. Dasar-dasar pemilihan lagu pujian. Makalah disajikan dalam Training MC, GKKK Yogyakarta, Yogyakarta, Juli 1992. Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. S., Hindarto (ed.). 1987. Musik Tuhan Dan Musik Hantu. --------------Sagala, M. 1994. Seri Pembinaa Mahasiswa. Jakarta: Perkantas. Sudiono. 1996. Menelaah akar musik. Tampil (makalah belum diterbitkan). Tumiwa, Danny. 1986. Pengaruh musik dalam kehidupan manusia. Makalah disajikan dalam Ceramah Tentang Musik, GKKK Solo, Solo, 28 Januari 1986.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF