Museum Kontekstual

March 8, 2018 | Author: Erlita Dwika Rambe | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

arsitektur konteks...

Description

Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemahaman Penataan Kembali Secara garis besar penataan kembali dan pemeliharaan kawasan bangunan cagar budaya termasuk dalam upaya pelestarian bangunan cagar budaya dengan aspek penerapan yang dilakukan berupa konservasi, preservasi dan revitalisasi. A.1. Pemahaman Pelestarian A.1.1. Pengertian Pelestarian

Menurut UU Cagar Budaya No.11 Tahun 2010, pelestarian merupakan upaya dinamis untuk mempertahankan cagar budaya dan nilainya dengan cara melindungi, mengembangkan dan memanfaatkannya. Dalam UU No 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya Pasal 1 dijelaskan tentang pengertian cagar budaya meliputi : a. Benda cagar budaya adalah : 1) Benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak yang berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya atau sisa-sisanya yang berusia sekurang-kurangnya 50 (lima puluh tahun) atau mewakili gaya yang khas dan mewakili masa gaya sekurangkurangnya 50 (lima puluh tahun), serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. 2) Benda alam yang dianggap memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. b. Situs adalah lokasi yang mengandung atau diduga mengandung benda cagar

budaya

termasuk

lingkungannya

yang

diperlukan

IRMA LOVITA I 0211034 | II

bagi

1

Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

pengamanannya 1. Secara umum istilah pelestarian merupakan proses dalam memelihara, menjaga maupun melindungi sesuatu yang bernilai dipandang dari segala aspek baik ekonomi, politik, sosial dan budaya agar hal tersebut tidak menghilang. Pada awalnya usaha pelestarian hanya menyangkut pengelolaan lingkungan terkait ketersediaan sumber daya alam, namun dalam perkembangannya pelestarian juga mencakup dalam pemeliharaan lingkungan binaan yang salah satunya merupakan bidang arsitektur (Daud, 2012). Dalam Burra Carter (1981) makna pelestarian merupakan suatu proses pengelolaan suatu tempat agar makna kultural yang ada tetap terpelihara dengan baik sesuai situasi dan kondisi setempat. Menurut Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia (2003) pelestarian adalah upaya pengelolaan pusaka melalui kegiatan penelitian, perencanaan, perlindungan, pemeliharaan, pemanfaatan, pengawasan, dan/atau pengembangan secara selektif untuk menjaga kesinambungan, keserasian, dan daya dukungnya dalam menjawab dinamika jaman untuk membangun kehidupan bangsa yang lebih berkualitas. Pelestarian Cagar Budaya merupakan suatu upaya untuk melestarikan dan melindungi nilai budaya dari masa lampau dan potensi penting saat ini agar tetap mampu merepresentasikan nilai-nilai era kemarin di era mendatang dari bukti bendawi yang ada. A.1.2. Tujuan Dan Manfaat Pelestarian

Tujuan dari pelestarian tidak hanya ditekankan pada wujud benda budaya yang ada melainkan melestarikan nilai-nilai budaya yang luhur dibalik objek tersebut. Menurut Shrivani (1985) pelestarian pada suatu kawasan maupun bangunan dapat memberikan beberapa manfaat antara lain: 1. Manfaat kebudayaan yaitu sumber-sumber sejarah yang dilestarikan dapat menjadi sumber pendidikan dan memperkaya estetika. 1

Depdikbud, 1993: 98 IRMA LOVITA I 0211034 | II

2

Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

2. Manfaat ekonomi yaitu adanya peningkatan nilai properti, peningkatan pada penjualan ritel dan sewa komersil, penanggulangan biaya-biaya relokasi dan peningkatan pada penerima pajak serta pendapatan dari sektor pariwisata; dan 3. Manfaat sosial dan perencanaan, karena upaya pelestarian dapat menjadi kekuatan yang tepat dalam memulihkan kepercayaan masyarakat. A.1.3. Lingkup Objek Pelestarian

Menurut Shankland (Bani, 2004), lingkup pelestarian dapat dibedakan atas desa dan kota kecil bersejarah; kawasan bersejarah dalam kota besar; kota bersejarah; dan kelompok bangunan bersejarah. Pada kawasan kota objek dan lingkup pelestarian digolongkan dalam beberapa luasan, antara lain: 1. Satuan Areal, yaitu berwujud sub wilayah; 2. Satuan Pandang atau View, berupa aspek visual yang memberikan bayangan metal (image) antara lain, path, edge, node, district, dan landmark; dan 3. Satuan Fisik, berwujud bangunan, sederetan bangunan, bahkan unsur bangunan seperti struktur, ornamen dan lainnya. Dari beberapa lingkup objek pelestarian tersebut yang termasuk dalam bidang kajian arsietktur adalah pelestarian baik dalam lingkup areal maupun fisik yang berwujud bangunan atau kawasan bangunan yang didalamnya juga membahas tentang unsur pembentuk bangunan seperti, fasade, ornamen, struktur dan unsur lainnya yang memiliki nilai sejarah dan nilai estetika yang tinggi. A.1.4. Bentuk-Bentuk Pelestarian

Tidak semua benda cagar budaya memiliki jenis golongan yang sama sehingga cara penanganan pelestariannya pun tidak sama. Bentuk pelestarian terhadap benda cagar

budaya

terbagi

menjadi

Preservasi,

Konservasi,

Rekontruksi,

dan

Rehabilitasi/Renovasi. 1. Preservasi Preservasi merupakan tindakan atau proses penerapan langkah-langkah dalam mendukung keberadaan bentuk asli, keutuhan material bangunan/struktur, serta IRMA LOVITA I 0211034 | II

3

Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

bentuk tanaman yang ada dalam tapak. Tindakan ini dapat disertai dengan menambahkan penguat-penguat pada struktur, disamping pemeliharaan material bangunan bersejarah tersebut. Upaya melindungi benda cagar budaya secara tidak langsung

(pemagaran,

pencagaran)

dari

faktor

lingkungan

yang

merusak

(antariksa,2012). 2. Rehabilitasi/Renovasi Membuat bangunan tua berfungsi kembali. Dengan catatan, perubahanperubahan dapat dilakukan sampai batas-batas tertentu, agar bangunan dapat beradaptasi terhadap lingkungan atau kondisi sekarang atau yang akan datang. Salah satu bentuk pemugaran yang sifat pekerjaannyahanya memperbaiki bagian-bagian bangunan yang mengalami kerusakan. Bangunan tersebut tidak dibongkar seluruhnya karena pekerjaan rehabilitasi umumnya melibatkan tingkat prosentase kerusakan yang rendah (antariksa,2012). 3. Konservasi Memelihara dan melindungi tempat-tempat yamg indah dan berharga, agar tidak hancur atau berubah sampai batas-batas yang wajar. Menekankan pada penggunaan kembali bangunan lama, agar tidak terlantar. Apakah dengan menghidupkan kembali fungsi lama, ataukah dengan mengubah fungsi bangunan lama dengan fungsi baru yang dibutuhkan. Upaya perlindungan terhadap bendabenda cagar budaya yang dilakukan secara langsung dengan cara membersihkan, memelihara, memperbaiki, baik secara fisik maupun khemis secara langsung dari pengaruh berbagai faktor lingkungan yang merusak (antariksa,2012). 4. Rekontruksi Adalah tindakan suatu proses mereproduksi dengan membangun baru semua bentuk serta detil secara tepat, sebuah bangunan yang telah hancur/hilang, serti tampak pada periode tertentu. - Yaitu suatu kegiatan penyusunan kembali struktur bangunan yang rusak/runtah, yang pada umumnya bahan-bahan bangunan yang asli sudah banyak yang hilang. Dalam hal ini kita dapat menggunakan bahan-bahan

IRMA LOVITA I 0211034 | II

4

Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

bangunan yang baru seperti cat warna atau bahan lainnya yang bentuknya hares disesuaikan dengan bangunan aslinya (antariksa,2012). A.2. Pemahaman Revitalisasi A.2.1. Pengertian Revitalisasi

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, Revitalisasi berarti proses, cara, dan perbuatan menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya kurang terberdaya 2. Revitalisasi merupakan bagian dari upaya penataan dan perancangan kota untuk mempertahankan warisan fisik budaya masa lampau yang memiliki nilai sejarah dan estetika-arsitektural atau tepatnya merupakan upaya pelestarian lingkungan binaan agar tetap pada kondisi aslinya yang ada dan mencegah terjadinya proses kerusakan. Tergantung dari kondisi lingkungan binaan yang akan dilestarikan, maka upaya ini biasanya disertai pula dengan upaya restorasi (pemugaran/pemulihan kembali), rehabilitasi (perbaikan) dan/atau rekonstruksi (pengembalian seperti semula). Skala revitalisasi ada tingkatan makro dan mikro. Proses revitalisasi sebuah kawasan mencakup perbaikan aspek fisik, aspek ekonomi dan aspek sosial. Pendekatan revitalisasi harus mampu mengenali dan memanfaatkan potensi lingkungan. Revitalisasi sendiri bukan sesuatu yang hanya berorientasi pada penyelesaian keindahan fisik saja, tapi juga harus dilengkapi dengan peningkatan ekonomi masyarakatnya serta pengenalan budaya yang ada. Untuk melaksanakan revitalisasi perlu adanya keterlibatan masyarakat dimana keterlibatan yang dimaksud bukan sekedar ikut serta untuk mendukung aspek formalitas yang memerlukan adanya partisipasi masyarakat, selain itu masyarakat yang terlibat tidak hanya masyarakat di lingkungan tersebut saja, tapi masyarakat luas. Ada beberapa aspek lain yang penting dan sangat berperan dalam revitalisasi, yaitu penggunaan peran teknologi informasi, khususnya dalam mengelola keterlibatan banyak pihak untuk menunjang kegiatan revitalisasi. Selain itu revitalisasi juga dapat

2

http://kbbi.web.id/revitalisasi IRMA LOVITA I 0211034 | II

5

Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

ditinjau dari aspek keunikan lokasi dan tempat bersejarah. atau revitalisasi dalam rangka untuk mengubah citra suatu kawasan. Jadi, revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah hidup, akan tetapi kemudian mengalami kemunduran/degradasi. Revitalisasi juga berarti kegiatan memodifikasi suatu lingkungan atau benda cagar-budaya untuk pemakaian baru. Revitalisasi fisik diyakini dapat meningkatkan kondisi fisik (termasuk juga ruang-ruang publik) kota, namun tidak untuk jangka panjang. Untuk itu, tetap diperlukan perbaikan dan peningkatan aktivitas ekonomi (economic revitalization) yang merujuk kepada aspek sosial-budaya serta aspek lingkungan (environmental objectives). Melalui pemanfaatan yang produktif, diharapkan akan terbentuk sebuah mekanisme perawatan dan kontrol yang langgeng terhadap keberadaan fasilitas dan infrastruktur kota. 1. Revitalisasi Kawasan Revitalisasi Kawasan adalah rangkaian upaya menghidupkan kembali kawasan yang cenderung mati, dan mengembangkan kawasan untuk menemukan kembali potensi yang dimiliki, sehingga diharapkan dapat memberikan peningkatan kualitas lingkungan yang pada akhirnya berdampak pada kualitas kehidupan masyarakat. Sejarah perkembangan kota di Barat mencatat bahwa memang kegiatan revitalisasi ini diawali dengan pemaknaan kembali daerah pusat kota setelah periode tahun 1960-an. Bahkan ketika isu pelestarian di dunia Barat meningkat pada periode pertengahan tahun 1970-an, kawasan (pusat) kota tua menjadi fokus kegiatan revitalisasi. Dilihat dari pengertian di atas, maka revitalisasi dapat menjadi alternatif dalam memecahkan masalah pelestarian wajah kota lama, dan kebutuhan ruang teratasi dengan meminimalisasikan pudarnya eksistensi kota lama. Revitalisasi kawasan bertujuan untuk meningkatkan vitalitas kawasan lama melalui program usulan dan pelaksanaan yang mampu menciptakan kualitas ruang publik dan pertumbuhan ekonomi masyarakat pada kawasan. 2. Revitalisasi Bangunan IRMA LOVITA I 0211034 | II

6

Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

Revitalisasi bangunan adalah suatu upaya yang didasari kebutuhan untuk memanfaatkan bangunan khususnya bangunan cagar budaya karena nilai penting dan sifat dengan mempertimbangkan jenis, bobot dan peringkat cagar budaya sesuai izin pemerintah. Didahului dengan kajian untuk mengetahui tata ruang, tata letak, fungsi sosial, dan/atau lansekap budaya asli yang akan memberi manfaat untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan mempertahankan ciri budaya lokal suatu kota serta kualitas hidup masyarakatnya baik material maupun secara non-material. Pendekatan revitalisasi harus mampu mengenali dan memanfaatkan potensi lingkungan (sejarah, makna, keunikan lokasi dan citra tempat). Mengingat Kawasan Sekitar Museum Radya Pustaka sebenarnya memiliki potensi yang cukup tinggi di sektor perdagangan dan jasa yang hanya saja kurangnya penataan mengurangi daya minat pengunjung. Disamping lokasinya yang strategis, mudah dicapai dan padat lalu lintas dan merupakan bagian dari kawasan Taman Wisata Budaya Sriwedari menjadikan Kawasan Museum Radya Pustaka termasuk dalam daftar wisata lokal yang harus dilestarikan. Sebagai bangunan cagar budaya Museum Radya Pustaka mengandung banyak cerita historik di dalamnya. Berumur lebih dari 124 tahun dan merupakan museum tertua di Indonesia membuat museum ini seharusnya menjadi salah satu aset penting bagi kota surakarta dimana yang terjadi sekarang pengunjung yang ada semakin menurun. Belum lagi kasus hilang dan pemalsuan arca yang beberapa waktu lalu terjadi dikarenakan pintu keluar masuk yang terlalu banyak dan kurangnya penjagaan yang berarti dari pihak museum sendiri. Disamping itu kerusakan pada eksterior dan interior yang kurang mendapat perhatian dari pemerintah kota surakarta membuat pengunjung menjadi enggan berlama-lama berkunjung ke museum.

IRMA LOVITA I 0211034 | II

7

Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

A.2.2. Prinsip Dasar Revitalisasi

Revitalisasi bangunan cagar budaya seyogyanya mengandung tiga unsur perlakuan, yaitu: 1.

Konservasi, yaitu pemeliharaan serta perbaikan bagian-bagian yang rusak (pemugaran);

2.

Pemberian nilai ekonomi, yaitu penambahan fungsi atau perubahan fungsi sesuai dengan kebutuhan manusia masa kini, sehingga alih-alih menjadi ”cost center” bangunan cagar budaya hendaknya menjadi ”profit center”.

3.

Pemilihan jenis penggunaan yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat luas, dengan demikian bangunan cagar budaya tidak menjadi sarana atau wadah kegiatan yang eksklusif.

A.2.3. Fungsi Revitalisasi

Dengan adanya tindakan revitalisasi terhadap kawasan ini, maka diharapkan Kawasan Museum Radya Pustaka memuat fungsi sebagai berikut : 1. Fungsi Historik Museum Radya Pustaka sebagai salah satu kawasan yang memiliki nilai sejarah dan latar belakang yang sangat perlu untuk dijaga dan dilestarikan. 2. Fungsi Wisata (Rekreasi) Museum Radya Pustaka yang masih termasuk dalam kawasan Taman Wisata Budaya Sriwedari sebagai salah satu objek wisata di kota Surakarta. 3. Fungsi Pendidikan Museum Radya Pustaka memiliki potensi untuk meningkatkan tingkat pendidikan masyarakat kota Surakarta dengan salah satu elemennya sebagai pusat informasi dan pengetahuan segala bentuk kehidupan di waktu dahulu dan dengan penggalakan program minat atau gemar baca. 4. Fungsi Seni Dan Budaya

IRMA LOVITA I 0211034 | II

8

Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

Kawasan Museum Radya Pustaka sebagai salah satu kawasan cagar budaya yang berperan penting dalam keberadaanya sebagai pelestari aktivitas yang berhubungan dengan seni dan budaya. 5. Fungsi Sosial Kawasan museum sebagai salah satu ruang publik kota yang berfungsi sebagai ruang sosial yaitu sebagai wadah masyarakat umum maupun cendekiawan untuk berinteraksi. 6. Fungsi Komersial Sebagai fungsi penunjang yang tidak dapat dipisahkan dari fungsi lainnya. A.2.4. Dasar Pembangunan Kota Dan Revitalisasi

Sebagai sebuah kegiatan yang sangat kompleks, revitalisasi terjadi melalui beberapa tahapan dan membutuhkan kurun waktu tertentu serta meliputi hal-hal sebagai berikut: 1.

Intervensi Fisik Intervensi fisik mengawali kegiatan fisik revitalisasi dan dilakukan secara

bertahap, meliputi perbaikan dan peningkatan kualitas dan kondisi fisik bangunan, tata hijau, sistem penghubung, sistem tanda/ reklame dan ruang terbuka kawasan (urban realm). Mengingat citra kawasan sangat erat kaitannya dengan kondisi visual kawasan, khususnya dalam menarik kegiatan dan pengunjung, intervensi fisik ini perlu dilakukan. Isu lingkungan (environmental sustainability) pun menjadi penting, sehingga intervensi fisik pun sudah semestinya memperhatikan konteks lingkungan. Perencanaan fisik tetap harus dilandasi pemikiran jangka panjang. 2.

Rehabilitasi Ekonomi Revitalisasi yang diawali dengan proses peremajaan artefak urban harus

mendukung proses rehabilitasi kegiatan ekonomi. Perbaikan fisik kawasan yang bersifat jangka pendek, diharapkan bisa mengakomodasi kegiatan ekonomi informal dan formal (local economic development), sehingga mampu memberikan nilai

IRMA LOVITA I 0211034 | II

9

Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

tambah bagi kawasan kota (P. Hall/ U. Pfeiffer, 2001). Dalam konteks revitalisasi perlu dikembangkan fungsi campuran yang bisa mendorong terjadinya aktivitas ekonomi dan sosial (vitalitas baru). 3.

Revitalisasi Sosial/Institusional

Keberhasilan revitalisasi sebuah kawasan akan terukur bila mampu menciptakan lingkungan yang menarik (interesting), jadi bukan sekedar membuat beautiful place. Maksudnya, kegiatan tersebut harus berdampak positif serta dapat meningkatkan dinamika dan kehidupan sosial masyarakat/warga (public realms). Sudah menjadi sebuah tuntutan yang logis, bahwa kegiatan perancangan dan pembangunan kota untuk menciptakan lingkungan sosial yang berjati diri (place making) dan hal ini pun selanjutnya perlu didukung oleh suatu pengembangan institusi yang baik. Mempertimbangkan bahwa pusaka yang akan dikelola berbentuk sebuah setting yang terdiri dari berbagai sumber daya budaya dan alam lokal, baik yang berbentuk fisik ataupun tidak, upaya pelestarian telah bergeser dari hanya mempertimbangkan isu keindahan (beautification) semata menuju usaha-usaha yang holistik. Pelestarian menitik beratkan pada upaya menciptakan pemanfaatan yang kreatif, menghasilkan heritage products yang baru, pelaksanaan program-program partisipasi, analisis ekonomi, serta kegiatan ekonomi dan budaya di kawasan pelestarian.

IRMA LOVITA I 0211034 | II

10

Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

Gambar II. 1. Kondisi Benteng Vastenburg Dibandingkan Benteng-Benteng Lain di Indonesia Yang Sudah Lebih Dahulu Direvitalisasi Sumber : Google.com, 2015

A.2.5. Tujuan Pelestarian Melalui Revitalisasi

Tujuan revitalisasi Kawasan secara umum adalah untuk meningkatkan vitalitas kawasan terbangun melalui intervensi perkotaan yang menciptakan pertumbuhan dan stabilitas ekonomi lokal, integrasi dengan sistem kota, layak huni, berkeadilan sosial, berwawasan budaya dan lingkungan. (Permen PU, 2010). Tujuan

revitalisasi

kawasan

museum

radya

pustaka

adalah

untuk

mengembalikan dan menghidupkan kembali vitalitas kawasan sesuai fungsinya sebagai identitas lokal kota Surakarta yang mampu meningkatkan aktivitas pertumbuhan ekonomi dan kualitas masyarakat sekitar kawasan terbangun. A.2.6. Sasaran Pelestarian Melalui Revitalisasi

Adapun sasaran Revitalisasi sebagai berikut : 1. Meningkatnya stabilitas ekonomi kawasan melalui intervensi untuk:

IRMA LOVITA I 0211034 | II

11

Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

a. Meningkatkan kegiatan yang mampu mengembangkan penciptaan lapangan kerja, peningkatan jumlah usaha, dan variasi usaha serta produktivitas kawasan. b. Menstimulasi

faktor-faktor

yang

mendorong

peningkatan

produktivitas kawasan. c. Mengurangi

jumlah

kapital

bergerak

keluar

kawasan

dan

meningkatkan investasi yang masuk ke dalam kawasan. 2. Mengembangkan penciptaan iklim yang kondusif bagi kontunuitas dan kepastian usaha. 3. Meningkatnya nilai properti kawasan dengan mereduksi berbaai faktor eksternal yang menghambat sebuah kawasan sehingga nilai properti kawasan sesuai dengan niali pasar dan kondusif bagi investasi jangka panjang. 4. Terintegrasinya kantong-kantong kawasan kumuh yang terisolir dengan sistem kota dari segi spasial, prasarana, sarana serta kegiatan ekonomi, sosial, dan budaya. 5. Meningkatnya kuantitas dan kualitas prasarana lingkungan seperti jalan dan jembatan, air bersih, drainase, sanitasi dan persampahan, serta sarana kawasan seperti pasar, ruang untuk industri, ruang ekonomi, ruang ekonomi informal dan formal, fasilitas sosial dan budaya, dan sarana transportasi. 6. Meningkatnya kelengkapan fasilitas kenyamanan (amenity) kawasan guna mencegah proses kerusakan ekologi lingkungan. 7. Terciptanya pelestarian aset warisan budaya perkotaan dengan mencegah terjadinya “perusakan diri-sendiri” (self-destraction) dan “perusakan akibat kreasi baru” (creative destraction), melestarikan tipe dan bentuk kawasan, serta mendorong kesinambungan dan tumbuhnya tradisi sosial dan budaya lokal.

IRMA LOVITA I 0211034 | II

12

Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

8. Penguatan kelembagaan yang mampu menbgelola, memelihara dan merawat kawasan revitalisasi. 9. Penguatan kelembagaan yang meliputi penguatan SDM, kelembagaan dan peraturan/ketentuan perundang-undangan. 10. Membangun kesadaran dan meningkatkan kompetensi pemda agar tidak hanya fokus membangun kawasan baru. (Peremen PU, 2010) A.2.7. Variabel Pemilihan Lokasi Revitalisasi

Masyarakat yang tinggal di kawasan objek rancang bangun merupakan komponen utama untuk dipertimbangkan. Usaha untuk menghasilkan keuntungan dari upaya pelestarian bagi masyarakat, kualitas hidup yang lebih baik, peningkatan pendapatan dan lingkungan yang ramah menjadi tujuan utama pelestarian. Manajemen pelestarian kawasan bersejarah menjadi alat untuk mencapai tujuan termasuk keterlibatan total masyarakat untuk mengelola sendiri (people centered management). Dengan dukungan mekanisme kontrol/ pengendalian rencana revitalisasi harus mampu mengangkat isu-isu strategis kawasan, baik dalam bentuk kegiatan/aktifitas sosial-ekonomi maupun karakter fisik kota. Rancang kota merupakan perangkat pengarah dan pengendalian untuk mewujudkan lingkungan binaan yang akomodatif terhadap tuntutan kebutuhan dan fungsi baru. Sebagai batasan ruang lingkup revitalisasi yang akan dilakukan mencakup area Kawasan Museum Radya Pustaka. A.2.8. Pengelolaan Kawasan Revitalisasi

Berkut metode dan uraian teknik yang direncanakan untuk perancangan objek rancang bangun di Kawasan Museum Radya Pustaka : 

Pelestarian bangunan asli museum sebagai aset.



Tata massa kawasan sekitar bangunan museum.

IRMA LOVITA I 0211034 | II

13

Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual



Perencanaan dan perancangan penataan massa bangunan di sekitar museum sehingga tercapai keserasian antara bangunan penunjang dan museum.



Rencana penataan landscape sebagai ruang terbuka hijau.

B. Pemahaman Museum Secara Umum B.1. Pengertian Museum

Menurut International Council of Museum (ICOM) museum adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, meperoleh, merawat, menghubungkan, dan memamerkan artefak-artefak perihal jati diri manusia dan lingkungannya untuk tujuan studi, pendidikan dan rekreasi. Museum adalah suatu institusi permanen yang melayani kebutuhan publik dan memiliki sifat terbuka dengan cara melakukan usaha pengoleksian, mengkonservasi, meriset, mengomunikasikan, dan memamerkan benda nyata kepada masyarakat umum untuk kebutuhan hiburan maupun pendidikan. Secara etimologis, museum berasal dari kata Yunani, Μουσεῖον atau mouseion, yang sebenarnya merujuk kepada nama kuil untuk sembilan Dewi Muses, anak-anak Dewa Zeus yang melambangkan ilmu dan kesenian. Museum berkembang seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan manusia semakin membutuhkan bukti-bukti otentik mengenai catatan sejarah kebudayaan. (Wikipedia, 2014)

Gambar II. 2. Museum-Museum Terkenal di Dunia; Musee du Louvre, Paris(Kiri), National Gallery of Art, Washington, D.C.(Kanan) Sumber : Google.com, 2015

IRMA LOVITA I 0211034 | II

14

Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

Pada awalnya, museum memiliki fungsi sebagai tempat untuk menyimpan koleksi milik individu, keluarga atau institusi kaya. Benda-benda yang disimpan biasanya merupakan karya seni dan benda-benda yang langka, atau kumpulan benda alam dan artefak arkeologi. Di Indonesia, salah satu museum yang tertua adalah Museum Radya Pustaka. Selain itu dikenal pula Museum Gajah yang dikenal memiliki koleksi terlengkap di Indonesia, Museum Wayang, Persada Soekarno, Museum Tekstil serta Galeri Nasional Indonesia yang khusus menyajikan koleksi seni rupa modern Indonesia. B.2. Fungsi Museum

Dewasa ini museum dapat dianggap sebagai sebuah lembaga yang bersifat tetap dan terbuka untuk umum, tidak mencari keuntungan, bertujuan untuk melayani masyarakat dan mengembangkan serta merawat dan memamerkan koleksi untuk tujuan studi,

pendidikan dan kesenangan, barang pembuktian manusia dan

lingkungannya. Untuk memperjelas kegunaan dari museum tersebut, maka kita harus mengetahui fungsi dari museum itu sendiri. Menurut Staff Research and Education Association (1982) fungsi dari Museum adalah sebagai berikut : 1. Pusat Dokumentasi dan Penelitian llmiah 2. Pusat penyaluran ilmu untuk umum 3. Pusat penikmatan karya seni 4. Pusat perkenalan kebudayaan antar daerah dan antar bangsa 5. Obyek wisata 6. Media pembinaan pendidikan kesenian dan llmu Pengetahuan 7. Suaka Alam dan Suaka Budaya 8. Cermin sejarah manusia, alam dan kebudayaan Dengan demikian secara garis besar museum memiliki dua fungsi besar yaitu : 1. Sebagai tempat pelestarian, museum memiliki kegiatan pokok sebagai berikut :

IRMA LOVITA I 0211034 | II

15

Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

a.

Penyimpanan, yang meliputi pengumpulan benda untuk menjadi koleksi, pencatatan koleksi, sistem penomoran dan penataan koleksi.

b.

Perawatan, yang meliputi kegiatan mencegah dan menanggulangi kerusakan koleksi.

c.

Pengamanan, yang meliputi kegiatan perlindungan untuk menjaga koleksi dari gangguan atau kerusakan oleh faktor alam dan ulah manusia.

2. Sebagai sumber informasi, museum melaksanakan kegiatan pemanfaatan melalui penelitian dan penyajian. a.

Penelitian dilakukan untuk mengembangkan kebudayaan nasional, ilmu pengetahuan dan teknologi.

b.

Penyajian harus tetap memperhatikan aspek pelestarian dan pengamanannya.

B.3. Tugas Dan Kegiatan Museum

Museum merupakan suatu badan yang mempunyai tugas dan kegiatan untuk memamerkan dan menerbitkan hasil penelitan dan pengetahuan tentang benda yang penting bagi Kebudayaan dan Ilmu pengetahuan. 1. Tugas Pengumpulan atau Penggandaan Tidak semua benda dapat dimasukan ke dalam koleksi museum, hanyalah benda -benda yang memenuhi syarat-syarat tertentu, yakni: a.

Harus mempunyai nilai budaya, ilmiah dan nilai estetika.

b.

Harus dapat diidentifikasi mengenai wujud, asal, tipe, gaya dan sebagainya.

c.

Harus dapat dianggap sebagai dokumen.

2. Tugas Pemeliharaan Tugas pemeliharaan ada 2 aspek, yakni:

IRMA LOVITA I 0211034 | II

16

Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

a.

Aspek Teknis : Benda-benda materi koleksi harus dipelihara dan diawetkan serta dipertahankan tetap awet dan tercegah dari kemungkinan kerusakan.

b.

Aspek Administrasi : Benda-benda materi koleksi harus mempunyai keterangan tertulis yang menjadikan benda-benda koleksi tersebut bersifat monumental.

3. Tugas Konservasi Merupakan usaha pemeliharaan, perawatan, perbaikan, pencegahan dan penjagaan benda-benda koleksi dari penyebab kerusakan. 4. Tugas Penelitian Bentuk penelitian ada 2 macam, yakni: a.

Penelitian Intern : Penelitian yang dilakukan oleh kurator untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan museum yang bersangkutan.

b.

Penelitian Ekstern : Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari luar, seperti mahasiswa, pelajar, umum dan lain-lain untuk kepentingan karya ilmiah, skripsi, dan lain-lain.

5. Tugas Pendidikan Kegiatan disini lebih ditekankan pada pengenalan benda-benda materi koleksi yang dipamerkan: a.

Pendidikan Formal : Berupa seminar-seminar, diskusi, ceramah dan sebagainya.

b.

Pendidikan Non formal : Berupa kegiatan pameran, pemutaran film, slide, dan lain - lain.

6. Tugas Rekreasi Sifat pameran yang mengandung arti untuk dinikmati dan dihayati, yang mana merupakan kegiatan rekreasi segar, tidak diperlukan konsentrasi yang akan menimbulkan keletihan dan kebosanan.

IRMA LOVITA I 0211034 | II

17

Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

Gambar II. 3. Museum-museum di Indonesia; (kiri-kanan) Museum Bank Rakyat Indonesia, Purwokerto; Museum Adityawarman, Padang; Museum Sangiran, Sragen Sumber : Google.com, 2015

B.4. Pelaku Kegiatan Museum

Pelaku kegiatan dalam museum terbagi menjadi 2 kategori, yaitu sebagai berikut 1. Pengelola Pengelola museum adalah petugas yang berada dan melaksanakan tugas museum dan dipimpin oleh seorang kepala museum. Kepala museum membawahi dua bagian yaitu bagian administrasi dan bagian teknis. a. Bagian Administrasi Bagian administrasi mengelola

ketenagaan, keuangan, surat-

menyurat, kerumah-tanggaan, pengamanan dan registrasi koleksi. b. Bagian Teknis Bagian teknis terdiri dari tenaga pengelola koleksi, tenaga konservasi, tenaga preparasi, tenaga bimbingan dan humas. 2. Pengunjung Berdasarkan intesitas kunjungannya dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yakni: a. Kelompok orang yang secara rutin berhubungan dengan museum seperti kolektor, seniman, desainer, ilmuwan, pelajar. b. Kelompokorang yang baru mengunjungi museum.

IRMA LOVITA I 0211034 | II

18

Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

B.5. Klasifikasi Museum

Museum diklasifikasikan menjadi beragam tipe, dari institusi yang besar yang mencakup banyak kategori, hingga institusi kecil yang memusatkan diri kepada subyek tertentu, lokasi, atau seseorang. Selain itu terdapat museum universal yang koleksinya merepresentasikan dunia dan biasanya koleksinya diantaranya seni, ilmu pengetahuan, sejarah dan sejarah alam. Tipe dan ukuran museum tercermin dalam koleksinya. Sebuah museum biasanya memiliki koleksi inti yang merupakan benda terpenting di bidangnya. Kategori museum-museum tersebut diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Museum Biografi Museum Biografi merupakan museum yang didedikasikan kepada benda yang terkait dengan kehidupan seseorang atau sekelompok orang, dan terkadang memajang benda-benda yang mereka koleksi. Beberapa museum terletak di dalam rumah atau situs yang terkait dengan orang yang bersangkutan pada saat dia hidup. Contoh dari museum ini adalah Museum Edith Piaf di Paris.

Gambar II. 4. Museum Edith Piaf, Paris Sumber : Google.com, 2015

Di Indonesia, contoh museum biografi adalah Museum Sasmitaloka Jenderal Besar DR. A.H. Nasution yang terletak di Jakarta Pusat, DKI Jaya. 2. Museum Universal Museum universal atau dikenal pula dalam bahasa Inggris sebagai Museum encyclopedic, merupakan museum yang umum kita jumpai. Biasanya merupakan institusi besar, yang bersifat nasional, dan memberikan informasi kepada pengunjung

IRMA LOVITA I 0211034 | II

19

Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

mengenai berbagai variasi dari tema lokal dan dunia. Museum ini penting karena meningkatkan rasa keingin-tahuan terhadap dunia.

Gambar II. 5. British Museum di London, Inggris. Sumber : Google.com, 2015

3. Museum Militer Museum militer merupakan museum yang mengkhususkan diri terhadap sejarah militer. Benda yang biasa dipamerkan pada museum ini contohnya adalah senjata, seragam militer, dan bahkan kendaraan perang. Contoh dari museum ini adalah Museum Benteng Vredeburg dan Museum Monumen Yogya Kembali di Yogyakarta. 4. Museum Arkeologi Museum arkeologi merupakan museum yang mengkhususkan diri untuk memajang artefak arkeologis. Museum arkeologi banyak yang bersifat museum terbuka (museum yang terdapat di ruang terbuka atau Open Air Museum). Di Indonesia, contoh dari museum arkeologi adalah Museum Trowulan di Trowulan, Jawa Timur. 5. Museum Ethnology (Museum Budaya) Museum etnologi yang memajang berbagai artefak dan cara hidup suku bangsa di Indonesia. Museum etnologi merupakan museum yang mempelajari, mengumpulkan, merawat, dan memamerkan artefak dan obyek yang berhubungan dengan etnologi dan antropologi. Museum seperti ini biasanya dibangun di negara yang memiliki kelompok etnis atau etnis minoritas yang berjumlah banyak. Contoh dari museum ini adalah Museum Indonesia di TMII.

IRMA LOVITA I 0211034 | II

20

Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

6. Historical Museum (Museum Ilmu Sejarah) Museum sejarah mencakup pengetahuan sejarah dan kaitannya dengan masa kini dan masa depan. Beberapa di antara museum tersebut memiliki benda koleksi yang sangat beragam, mulai dari dokumen, artefak dalam berbagai bentuk, benda sejarah yang terkait dengan even kesejarahan tersebut. Contoh museum sejarah di Indonesia adalah Museum Sumpah Pemuda dan Museum Fatahillah. Menurut Koentjaraningrat (1980) Etnologi adalah ilmu bagian yang mencoba mecapai pengertian mengenai asas-asas manusia, dengan mempelajari kebudayaankebudayaan dalam kehidupan masyarakat dari sebanyak mungkin suku bangsa yang tersebar diseluruh muka bumi pada masa sekarang ini. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Beberapa Hal yang termasuk dalam unsur Kebudayaan yaitu Peralatan dan perlengkapan hidup (teknologi), Sistem mata pencaharian, Sistem kekerabatan dan organisasi sosial, Bahasa, Kesenian, Sistem Kepercayaan, Pernikahan serta Sistem ilmu dan pengetahuan. Berdasarkan eksplorasi diatas didapat kesimpulan bahwa Museum Radya Pustaka masuk dalam klasifikasi Museum Ethnology (budaya). B.6. Persyaratan Rancang Bangun Museum B.6.1. Lokasi Yang Strategis

Lokasi yang dipilih bukan untuk kepentingan pendirinya, tetapi untuk masyarakat umu, pelajar, mahasiswa, ilmuwan, wisatawan dan masyarakat umu lainnya. Lokasi harus sehat. Lokasi yang tidak terletak di daerah industri yang banyak pengotoran udara, bukan daerah yang berawa atau tanah pasi, elemen iklim yang

IRMA LOVITA I 0211034 | II

21

Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

berpengaruh pada lokasi itu antara lain : kelembaban udara setidakna harus terkontrol mencapai netral, yaitu 55-65 %. B.6.2. Persyaratan Bangunan

a. Persyaratan umum yang mengatur bentuk ruang museum yang bisa dijabarkan sebagai berikut : 1) Bangunan dikelompokan dan dipisahkan sesuai : 

Fungsi dan aktivitasnya



Ketenangan dan keramaian



Keamanan

2) Pintu masuk (main entrance) utama

diperuntukan bagi

pengunjung. 3) Pintu masuk khusus (serviceutama) untuk bagian pelayanan, perkantoran, rumah jaga serta ruang-ruang pada bangunan khusus. 4) Area semi publik terdiri dari bangunan administrasi termasuk perpustakaan dan ruang rapat. 5) Area privat terdiri dari : 

Laboratorium Konservasi



Studio Preparasi



Storage

6) Area publik/umum terdiri dari : 

Bangunan utama, meliputi pameran tetap, pameran temporer dan peragaan.



Auditorium, keamanan, gift shop, cafetaria, ticket box, penitipan barang, lobby /ruang istirahat, dan tempat parkir.

b. Persyaratan Khusus 1) Bangunan utama, yang mewadahi kegiatan pameran tetap dan temporer harus dapat : IRMA LOVITA I 0211034 | II

22

Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual



Memuat benda-benda koleksi yang akan dipamerkan.



Mudah dalam pencapaiannya baik dari luar atau dalam.



Merupakan bangunan penerima yang harus memiliki daya tarik sebagai bangunan utama yang dikunjungi oleh pengunjung museum.



Memiliki sistem keamanan yang, baik dari segi konstruksi, spesifikasi ruang untuk mencegah rusaknya benda-benda secara alami ataupun karena pencurian.

2) Bangunan auditorium, harus dapat : 

Dengan mudah dicapai oleh umum.



Dapat dipakai untuk ruang pertemuan, diskusi dan ceramah

3) Bangunan Khusus, harus : 

Terletak pada tempat yang kering.



Mempunyai pintu masuk yang khusus.



Memiliki sistem keamanan yang baik (terhadap kerusakan, kebakaran, dan pencurian).

4) Bangunan Administrasi, harus : 

Terletak di lokasi yang strategis baik dari pencapaian umum maupun terhadap bangunan lainnya.

B.6.3. Persyaratan Ruang Persyaratan ruang pada ruang pamer sebagai fungsi utama dari museum. Beberapa persyaratan teknis ruang pamer sebagai berikut: a. Pencahayaan dan Penghawaan Pencahayaan dan penghawaan merupakan aspek teknis utama yang perlu diperhatikan untuk membantu memperlambat proses pelapukan dari koleksi. Untuk museum dengan koleksi utama kelembaban yang disarankan adalah 50% dengan suhu 21°C-26°C. Intensitas cahaya yang disarankan sebesar 50 lux dengan

IRMA LOVITA I 0211034 | II

23

Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

meminimalisir radiasi ultra violet. Beberapa ketentuan dan contoh penggunaan cahaya alami pada museum sebagai berikut

Gambar II. 6. Penggunaan Cahaya Alami pada Museum (sumber : binus.ac.id)

b. Ergonomi dan Tata Letak Untuk memudahkan pengunjung dalam melihat, menikmati, dan mengapresiasi koleksi, maka perletakan peraga atau koleksi turut berperan. Berikut standar-standar perletakan koleksi di ruang pamer museum.

Gambar II. 7. Perletakan Panel Koleksi Sumber : Google.com, 2015

IRMA LOVITA I 0211034 | II

24

Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

c. Jalur Sirkulasi di Dalam Ruang Pamer Jalur sirkulasi di dalam ruang pamer harus dapat menyampaikan informasi, membantu pengunjung memahami koleksi yang dipamerkan. Penentuan jalur sirkulasi bergantung juga pada alur cerita yang ingin disampaikan dalam pameran.

Gambar II. 8. Sirkulasi Ruang Pamer (sumber : binus.ac.id)

B.7. Koleksi Museum

Pengertian koleksi adalah segala sesuatu yang sedang atau akan dipamerkan di museum. Koleksi tersebut dapat disajikan di ruang pameran, disimpan di gudang, dilestarikan di ruang konservasi atau dikaji di ruang peneliti. 1.

Prinsip dan persyaratan sebuah benda koleksi, antara lain : a. Memiliki nilai sejarah dan nilai ilmiah (temasuk nilai estetika). b. Dapat diidentifikasi mengenai bentuk, tipe, gaya, fungsi, makna, asal secara historis dan geografis, genus (untuk biologis) atau periodenya (dalam geologi, khususnya benda alam). c. Harus dapat dijadikan dokumen, dalam arti sebagai kenyataan dan eksitensinya bagi penelitian ilmiah.

2.

Jenis Benda Koleksi a. Benda Asli, yakni benda koleksi yang memenuhi persyaratan : 

Harus mempunyai nilai budaya, ilmiah dan nilai estetika.



Harus dapat dianggap sebagai dokumen. IRMA LOVITA I 0211034 | II

25

Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual



Harus dapat diidentifikasi mengenai wujud, asal,tipe, gaya dan sebagainya.

b. Benda Reproduksi, yakni benda buatan baru dengan cara meniru benda asli menurut cara tertentu. Macam benda reproduksi : 

Replika

: Benda yang tiruan yang diproduksi dengan

memiliki sifat-sifat benda yang ditiru. 

Miniatur

: benda tiruan yang diproduksi dengan memiliki

bentu, warna dan cara pembuatan yang sama dengan benda asli. 

Referensi

: Diperoleh dari rekaman atau fotocopy suatu

buku mengenai etnografi, sejarah dan lainnya. 

Benda-benda berupa foto yang dipotret dari dokumen/mikro film yang sukar dimiliki.

c. Benda Penunjang, yakni benda yang dapat dijadikan pelengkap pameran untuk memperjelas informasi/pesan yang akan disampaikan, misalnya : lukisan, foto dan contoh bahan. 3.

Penataan Koleksi Museum

Penataan koleksi dalam suatu pameran dapat disajikan dengan beberapa cara, yakni: a. Tematik Yaitu dengan menata materi pameran dengan tema dan sub tema. b. Taksonomik Yaitu menyajikan koleksi dalam kelompok atau sistem klasifikasi. c. Kronologis Yaitu menyajikan koleksi yang disusun menurut usianya, dari yang tertua hingga sekarang. 4.

Metode Penyajian Museum

Metode penyajian disesuaikan dengan motivasi masyarakat lingkungan atau pengunjung museum, yakni:

IRMA LOVITA I 0211034 | II

26

Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

a. Metode Intelektual Adalah

cara

penyajian

benda-benda

koleksi

museum

yang

mengungkapkan informasi tentang guna, arti dan fungsi benda koleksi museum. b. Metode Romantik (Evokatif) Adalah

cara

penyajian

benda-benda

koleksi

museum

yang

mengungkapkan susasan tertentu yang berhubungan dengan benda-benda yang dipamerkan. c. Metode Estetik Adalah

cara

penyajian

benda-benda

koleksi

museum

yang

mengungkapkan nilai artistik yang ada pada benda koleksi museum. d. Metode Simbolik Adalah cara penyajian benda-benda koleksi museum dengan menggunakan simbol-simbol tertentu sebagai media interpretasi pengunjung. e. Metode Kontemplatif Adalah cara penyajian koleksi di museum untuk membangun imajinasi pengunjung terhadap koleksi yang dipamerkan. f. Metode Interaktif Adalah cara penyajian koleksi di museum dimana pengunjung dapat berinteraksi langsung dengan koleksi yang dipamerkan. Penyajian interaktif dapat menggunakan teknologi informasi.

C. Tinjuan Teori Arsitektur Kontekstual Konstektual bisa diartikan adanya keterkaitan antara sesuatu dengan sesuatu yang lain. Konsep kontekstualisme dalam arsitektur mempunyai arti perancangan sesuai dengan konteks lingkungan hidupnya dengan arti lain yaitu merancang bangunan dengan memperhatikan visualisasi lingkungan hidup dan bangunan lama yang sudah ada sehingga menciptakan suatu kesinambungan visual antara bangunan baru dengan bangunan lama, landmark kota dan gaya setempat yang keberadaannya telah diakui sebelumnya.

IRMA LOVITA I 0211034 | II

27

Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

Charles Landry mengatakan “The most significant argument of the art of city making is that a city should not seek to be the most creative city IN the world (or region/state)—it should strive to be the best and most imaginative city FOR the world. That is why city making is an ethical foundation.” Argumen yang paling signifikan dari seni merancang kota adalah bahwa kota seharusnya tidak berusaha untuk menjadi kota yang paling kreatif DI dunia (atau wilayah/negara) melainkan harus berusaha untuk menjadi kota yang terbaik dan paling imajinatif UNTUK dunia. Itulah sebabnya perancangan kota menjadi landasan etika. Konsep kontekstualisme dalam arsitektur mempunyai arti merancang sesuai dengan konteks yaitu merancang bangunan dengan menyediakan visualisasi yang cukup antara bangunan yang sudah ada dengan bangunan baru untuk menciptakan suatu efek yang kohesif (menyatu). Rancangan bangunan baru harus mampu memperkuat dan mengembangkan karakteristik dari penataan lingkungan, atau setidaknya mempertahankan pola yang sudah ada. Suatu bangunan harus mengikuti langgam dari lingkungannya agar dapat menyesuaikan diri dengan konteksnya dan memiliki kesatuan visual dengan lingkungan tersebut dan memiliki karakteristik yang sama. Desain yang kontekstual merupakan alat pengembangan yang bermanfaat karena memungkinkan bangunan yang dimaksud untuk dapat dipertahankan dalam konteks yang baik. Untuk mewujudkan hal ini, sebuah desain tidak harus selamanya kontekstual dalam aspek fisik saja, akan tetapi kontekstual dapat pula dihadirkan melalui aspek non fisik, seperti fungsi, filosofi, maupun teknologi. C.1. Prinsip Kontekstual

Kontekstualisme dalam arsitektur pada hakekatnya adalah persoalan keserasian dan kesinambungan visual, memori dan makna dari urban fabric. Prinsip kontekstualisme dalam arsitektur adalah adanya pengakuan bahwa gaya arsitektur suatu bangunan selalu merupakan bagian fragmental dari sebuah gaya arsitektur yang lebih luas.

IRMA LOVITA I 0211034 | II

28

Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

Pada saat ini prinsip-prinsip yang sesuai untuk masa yang akan datang baru mulai muncul dengan jelas. Manifesto Modern sebagai naskah/tulisan yang sering dipakai untuk mengumumkan daftar prinsip Modern dengan suara keras lebih sensitif pada situasinya. Pendekatan dan pemikiran arsitektural yang sesuai untuk suatu situasi tertentu mungkin tidak sesuai digunakan untuk situasi yang lain. Arsitektur Modern tidak langsung dibuang ke dalam sampah, bahkan masih sangat penting sebagai prinsip yang paling sesuai untuk jalan Jendral Sudirman di Jakarta Pusat lain dari bahasa arsitektural yang sesuai dengan kawasan Keraton Surakarta. Hal ini merupakan prinsip pokok kontekstualisme yang menjadi salah satu unsur terpenting dalam agenda pasca Modern yang sedang timbul, tapi bukan hanya soal gaya yang terpilih. Generasi baru arsitektur barat telah jenuh membicarakan mengenai gaya arsitektur, yang sedang dicari adalah cara untuk membuatkan jati diri kepada masyarakat serta menawarkan sumbangan nilai-nilai hidup. Berikut prinsip-prinsip kontekstual berdasarkan beberapa pendapat ternama tentang arsitektur kontekstual : 

Kontekstual menekankan bahwa sebuah bangunan harus mempunyai kaitan dengan lingkungan (bangunan yang berada di sekitarnya). Keterkaitan tersebut dapat dibentuk melalui proses menghidupkan kembali nafas spesifik yang ada dalam lingkungan (bangunan lama) ke dalam bangunan yang baru sesudahnya. (Bill Raun)



Seorang arsitek atau perencana bangunan dianjurkan untuk memperhatikan dan menghormati lingkungan fisik sekitarnya, mengutamakan kesinambungan visual antara bangunan baru dengan bangunan, landmark dan gaya setempat yang keberadaannya telah diakui sebelumnya. (Brent C. Brolin)



Untuk membentuk keterkaitan dalam kontekstual dapat diperoleh melalui proses analogi dan seleksi bentuk arsitektur setempat yang telah sesuai dan diakui oleh masyarakat dan lingkungan. (Stuart E. Cohen)

IRMA LOVITA I 0211034 | II

29

Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

C.2. Klasifikasi Bentuk Arsitektur Kontekstual

Kontekstual pada aspek fisik, dapat dilakukan dengan cara : 

Mengambil motif-motif desain setempat: bentuk massa, pola atau irama bukaan, dan ornamen desain.

Gambar II. 9. Penggunaan Motif-Motif Adat Jawa dan Wayang Pada Interior dan Eksterior Gedung Bank BI Baru di Surakarta (sumber: dokumen penulis)



Menggunakan bentuk-bentuk dasar yang sama, tetapi mengaturnya kembali sehingga tampak berbeda.



Melakukan pencarian bentuk-bentuk baru yang memiliki efek visual sama atau mendekati yang lama.



Pendekatan baik dari bentuk, pola atau irama, ornament, dan lain - lain terhadap bangunan sekitar lingkungan, hal ini untuk menjaga karakter suatu tempat.



Mengabstraksi bentuk-bentuk asli (kontras)3. Dalam arsitektur kontekstual hubungan yang simpatik tidak selalu ditunjukkan dengan desain harmonis yang biasanya dicapai dengan penggunaan kembali elemen desain yang dominan yang terdapat pada bangunan lama. Hubungan simpatik tersebut bisa dicapai dengan solusi desain yang kontras. Bentukbentuk asli pada bangunan lama tidak digunakan langsung, namun bisa diabstraksikan ke dalam bentuk baru yang berbeda. Contohnya, desain bangunan Woll Building, Carlton Gardens, dan St James, London. Elemen bukaan pada bangunan lama yang memiliki ukuran kecil,

3

http://blabbermouthdisease.tumblr.com/post/958926412/arsitektur-kontekstual IRMA LOVITA I 0211034 | II

30

Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

diabstraksikan pada bangunan baru dengan bentuk lebih besar dan transparan dengan tetap menjaga pola-pola atau ritme dari bukaan pada bangunan lama. C.3. Kelompok Desain Arsitektur Kontekstual

Dalam kesimpulan prinsip desain arsitektur kontekstual, ada beberapa pendekatan dalam merancang bangunan yang sesuai konteks dengan sekitarnya yaitu sebagai berikut : C.3.1. Contras

Kontras dapat diartikan berbeda, dalam prinsip kontekstualisme dapat diartikan menciptakan bangunan baru yang benar-benar berbeda dari bangunan yang sudah terlebih dulu ada. Dalam bukunya Architecture in Context (1980) Brent C. Brolin mengatakan kontras dapat dianalogikan sebagai bumbu (shock effect) yang kuat dalam makanan yang harus dipakai dalam takaran secukupnya dan hati-hati karena jika tidak akan dapat merusak dan efektifitas yang dikehendaki akan menurun sehingga yang muncul adalah kekacauan (chaos). Kontras menjadi salah satu strategi desain yang paling berpengaruh bagi seorang perancang. Apabila diaplikasikan dengan baik dapat menjadi fokus dan citra aksen pada suatu area kota. Sebaliknya jika diaplikasikan dengan cara yang salah atau sembarangan, maka akan dapat merusak dan menimbulkan kekacauan. C.3.2. Harmony

Kontekstualisme juga erat kaitannya dengan keselarasan lingkungannya. Kontekstualisme dan keselarasan tidak hanya tentang style fisik yang tervisualisasi secara konkret tapi juga tentang rasa. Selaras tidak hanya diartikan penyelesaian yang sama dengan lingkungan karena jika diartikan selaras lingkungan secara keseluruhan akan terjadi kemonotonan lingkungan 4. Sehingga pada prinsipnya kontekstual yang selaras prinsipnya harus adaptif. Beradaptasi dengan lingkungan tanpa harus menolak penggunaan bahan-bahan dan teknologi modern dimana kehadiran satu bangunan 4

Junianto.2000.Kontekstual Dalam Dialog Arsitektur. Jakarta: Group Konservasi Arsitektur Dan Kota Jurusan Arsitektur Universitas Merdeka Malang IRMA LOVITA I 0211034 | II

31

Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

baru meskipun lebih menunjang dan dominan tetapi tidak menyaingi karakter bangunan yang sudah ada. Kontekstualisme dapat pula dianggap sebagai teknik mendesain yang dikembangkan untuk dapat memberikan jawaban khususnya atas kondisi-kondisi yang bersifat morfologis, tipologis, pragmatis menjadi bersifat pluralistic dan fleksibel, serta bukan dogmatis rasional ataupun terlalu berorientasi kepada kaidahkaidah yang terlalu universal. C.4. Unsur-Unsur Dalam Desain Konteks

Yang perlu diperhatiakan dalam kontekstual adalah sebagai berikut. a. Irama Irama adalah sebagai pengulangan garis, bentuk, wujud, atau warna secara teratur dan harmonis. Pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan mengelompokkan unsur – unsur di dalam suatu komposisi acak menurut: 1) Kedekatan atau keterhubungan satu sama lain. 2) Karakteristik visual yang dimiliki bersama Sifat fisik dari bentuk dan ruang arsitektur yang dapat diorganisir secara berulang adalah: 1) Ukuran 2) Bentuk wujud 3) Karakteristik detail b. Datum Suatu datum diartikan sebagai suatu garis, bidang atau ruang acuan untuk menghubungkan unsur - unsur lain di dalam suatu komposisi. Datum mengorganisir suatu pola acak unsur – unsur melalui keteraturan kontinuitas dan kehadirannya yang konstan. Sebagi contoh, garis – garis lagu berfungsi sebagai suatu datum yang memberi dasar visual untuk membaca not dan irama secara relatif nada – nada yang ada. Pada sebuah organisasi acak dari unsur – unsur yang tidak sama, sebuah

IRMA LOVITA I 0211034 | II

32

Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

datum dapat mengorganisir unsur – unsur ini menurut cara – cara berikut 5. 1) Sebuah garis dapat memotong atau membentuk sisi – sisi bersama suatu pola; garis – garis grid dapat membentuk sebuah bidang penyatu yang netral dari suatu pola. 2) Bidang Sebuah bidang dapat mengumpulkan pola unsur – unsur di bawahnya atau berfungsi sebagai latarbelakang dan membatasi unsur – unsur di dalam bidangnya. 3) Ruang Sebuah bidang dapat mengumpulkan pola – pola di dalam batas – batasnya atau mengorganisir mereka sepanjang sisi – sisinya.

D. Tinjauan Preseden Dengan Penerapan Arsitektur Kontekstual D.1. Bank Indonesia, Surakarta

Gambar II. 10. Bank Indonesia, Surakarta (sumber: dokumen penulis)

5

D. K. Ching, Francis.(1996) Architecture; Form, Space, And Order. Cetakan ke – 6. Jakarta. Penerbit Erlangga.

IRMA LOVITA I 0211034 | II

33

Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

Sebagai kota yang sudah berusia hampir 250 tahun, Surakarta (biasa disebut Solo) memiliki banyak kawasan dengan situs bangunan tua bersejarah. Selain bangunan tua yang terpencar dan berserakan di berbagai lokasi, ada juga yang terkumpul di sekian lokasi sehingga membentuk beberapa kawasan kota tua, dengan latar belakang sosialnya masing-masing. Salah satu gedung bersejarah yang masih terawat adalah Gedung Bank Indonesia yang terletak di jalan Jendral Sudirman. Gedung yang letaknya tidak jauh dari Balaikota Surakarta ini mempunyai arti sejarah yang penting, karena pada tanggal 27 Juni 1946 sekelompok pemuda menggunakan gedung ini untuk menculik Perdana Menteri Sutan Syahrir dan tokoh–tokoh lain seperti Menteri Kesehatan dr. Darna Setiawan, Jendral Mayor Sudibyo dan lain–lain. Ternyata dibelakang peristiwa tersebut berdiri “Persatuan Perjuangan” yang dipimpin oleh Tan Malaka, yang semula bernama “Volksfront” yang didirikan di Solo pada tanggal 5 Januari 1946. Gedung ini dulu bernama Javasche Bank. Merupakan kantor cabang karya arsitek Hulswit, Fermont dan Ed. Cuipers dengan standart gaya neo-klasik.

Gambar II. 11. Gedung de Javasche Bank (BI Lama) (sumber: dokumen penulis)

IRMA LOVITA I 0211034 | II

34

Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

Saat ini terdapat gedung BI yang baru yang dihubungkan dengan gedung BI sebelumnya. Diresmikan pada 5 Oktober 2012 gedung BI Solo baru ini difungsikan untuk menggantikan gedung BI yang lama, karena bangunan bergaya kolonial tersebut dirasa terlalu kecil untuk mengakomodir kerja para pegawai BI. Dimana gedung baru ini digunakan sebagai pusat kegiatan utama Bank BI sedangkan gedung yang lama dialih fungsikan menjadi museum de Javasche Bank. Gedung ini adalah gedung megah bertingkat pertama di Kota Surakarta yang dibangun dengan konsep green building.

Gambar II. 12. Konsep Jembatan Penghubung Antara Gedung BI Lama dengan Gedung BI Baru (sumber: dokumen penulis)

Konsep green building merupakan pembangunan gedung yang ramah lingkungan, diantaranya menerapkan konsep hemat energi dengan memanfaatkan energi matahari, mendaur ulang air limbah untuk menyiram tanaman, lingkungan hijau bahkan halamannya terbuka, menyatu dengan akses jalan untuk publik. Gedung yang mulai dibangun pada Desember 2010, merupakan hasil rancangan Han Awal, pemenang desain rancangan bangunan gedung BI Solo yang sebelumnya disayembarakan untuk publik. Gedung baru ini dibangun tepat di samping gedung BI lama di lahan bekas mess pegawai kantor pos yang terbengkalai.

IRMA LOVITA I 0211034 | II

35

Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

Gambar II. 13. Filosofi Langgam Arsitektur Jawa yang Diterapkan pada Desain Gedung BI Baru (sumber: dokumen penulis)

Desain gedung tersebut berkonsep Contras by Harmony, merupakan bangunan modern yang dirancang agar tetap berdampingan dengan gedung lama BI yang merupakan bangunan kuno, peninggalan jaman Belanda. Beliau mengatakan bahwa ide dasar dari gedung BI yang baru bukan untuk mendesain bangunan baru sebagai foreground untuk menyaingi bangunan lama melainkan memposisikan bangunan baru sebagai background untuk bangunan lama sehingga desain yang minimalis dan sederhana dengan dominan kaca dipilih sebagai desain dari gedung BI yang baru. Selain itu, untuk menyesuaikan dengan filosofis kota Solo yang notabene kota budaya, beliau menyematkan beberapa ciri khas Jawa, misalnya filosofi joglo didepan gedung berupa selubung kaca dan relief di sisi gedung maupun hiasan motif batik di kaca depan gedung. D.2. Museum Louvre, Perancis

Museum Louvre (Musée du Louvre) di Paris, Perancis, adalah salah satu museum terbesar dan paling terkenal di dunia. Musee du Louvre awalnya dibangun sebagai benteng pada abad ke-12, lalu diubah menjadi sebuah istana kerajaan di abad ke-14 yang terletak di pusat Perancis antara sungai Seine dan Rue de Rivoli. Sebagian dari istana tersebut kemudian dibuka sebagai museum pada 8 November 1793, pada saat

IRMA LOVITA I 0211034 | II

36

Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

Revolusi Perancis. Dewasa ini, lebih dari 35.000 karya seni dari seluruh dunia dan mencakup seluruh periode sejarah manusia.dari zaman prasejarah hingga abad ke-19 dipamerkan di area seluas 60.600 meter persegi. Museum Louvre merupakan kebanggaan sekaligus pusat budaya terpenting bagi bangsa Perancis.

Gambar II. 14. Istana Louvre dan Piramida kaca Louvre, yang selesai dibangun pada tahun 1989. (sumber: google.com, 2015)

1. Sejarah Latar Belakang Museum Louvre atau dalam bahasa Perancis Musée du Louvre adalah sebuah monumen bersejarah dan merupakan salah satu museum seni terbesar yang paling banyak dikunjungi di dunia. Museum Louvre terletak di Rive Droite Seine, Arondisemen pertama di Paris, Perancis. Museum ini bertempat di Istana Louvre (Palais du Louvre) yang awalnya merupakan benteng yang dibangun pada abad ke-12 di bawah pemerintahan Philip II. Sisa-sisa benteng dapat dilihat di ruang bawah tanah museum. Istana ini diperpanjang kemudian diperluas dan diperpanjang dengan penambahan dua halaman selama abad ke 16 oleh arsitek Pierre Lescot. Istana yang pada mulanya diperuntukkan sebagai kediaman Cathrine de Medicis, janda Henri II, rancangan Philibert Delorme memiliki 2 sayap utama, sayap utara dan selatan yang masing-masingnya memiliki panjang 500 meter. Satu dekade kemudian Catharina Medici menambahkan istana Tuileries di sebelah barat Louvre. Pembangunan Musee du Louvre dihentikan untuk beberapa waktu ketika pada tahun 1682, raja Louis XIV memutuskan untuk pindah ke Istana Versailles. Istana Louvre untuk selanjutnya dijadikan sebagai tempat untuk

IRMA LOVITA I 0211034 | II

37

Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

menampilkan koleksi-koleksi kerajaan. Pembangunan istana ini berlangsung secara bertahap selama tiga abad dari sejak pemerintahan Henri IV, Louis XIII, Louis XIV, Napoleon I sampai dengan Napoleon III. Istana Louvre menjadi titik awal sumbu jalan sepanjang 7 km yang membelah kota Paris, sejajar Taman Tuileries, Champs Elysees dan La Defense. Pada tahun 1692, di gedung ini ditempati oleh Académie des Inscriptions et Belles Lettres dan Académie Royale de Peinture et de Sculpture. Académie tetap di Louvre selama 100 tahun berikutnya dimana selama Revolusi Perancis Louvre berubah menjadi museum publik. Pada bulan Mei 1791, Majelis menyatakan bahwa Louvre akan menjadi "monumen untuk menyatukan semua ilmu dan seni". Pada tanggal 10 Agustus 1792, Louis XVI dipenjarakan dan koleksi kerajaan di Louvre menjadi milik nasional. Karena takut adanya vandalisme atau pencurian terhadap artefak yang ada, pada tanggal 19 Agustus 1792 Majelis Nasional melakukan persiapan museum yang mendesak. Pada bulan Oktober, sebuah komite yang memiliki misi untuk "melestarikan memori nasional" mulai merakit koleksi untuk ditampilkan. Museum ini dibuka pada tanggal 10 Agustus 1793 dengan memamerkan 537 lukisan. Mayoritas karya tersebut diperoleh dari properti gereja dan kerajaan yang disita Pemerintah Perancis. Karena masalah struktural dengan bangunan, museum ditutup pada tahun 1796 hingga 1801. Jumlah koleksi museum meningkat di bawah masa pemerintahan Napoleon dan museum berganti nama menjadi Musée Napoléon. Setelah kekalahan Napoleon dalam Pertempuran Waterloo, sebagian besar karya-karya yang disita oleh pasukannya kembali ke pemilik asli mereka. Koleksi museum semakin bertambah selama pemerintahan Louis XVIII dan Charles X, dan selama masa Imperium Perancis Kedua, museum berhasil memperoleh 20.000 koleksi. Koleksi museum terus bertambah dengan adanya sumbangan dan hadiah yang terus meningkat sejak masa Republik Perancis Ketiga.

IRMA LOVITA I 0211034 | II

38

Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

Gambar II. 15. Museum Louvre, Paris (sumber: google.com, 2015)

Beberapa abad kemudian tepatnya pada masa pemerintahan presiden François Mitterrand, tepat di depan pintu masuk bangunan kebanggaan Prancis ini dibangun Piramida Louvre yang selesai dibangun tahun 1993 menjadikan bangunan tambahan ini landmark bagi kota Paris di kemudian hari. 2. Pyramide du Louvre Pyramide du Louvre terletak di Paris, Ille de France, Prancis dirancang oleh arsitek terkenal dari Cina bernama Ieoh Ming Pei (I.M. Pei), terletak di halaman utama (Cour Napoleon) dari Istana Louvre (Palais du Louvre) di Paris. Piramida du Louvre berfungsi sebagai pintu masuk utama ke Museum Louvre.

Gambar II. 16. Pyramide du Louvre (sumber: google.com, 2015)

IRMA LOVITA I 0211034 | II

39

Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

Pembangunan Piramida Louvre dilakukan secara dua tahap; tahap pertama dilakukan pada tahun 1985 – 1989, sedangkan tahap kedua diselesaikan pada tahun 1993. Pada tahun 1983, Presiden Francois Mitterrand ingin membuat sebuah museum yang modern, luas, dan lebih menyatu dengan identitas kota untuk dijadikan sebagai simbol dari negara Prancis sebagai pusat seni, politik, dan ekonomi dunia di akhir abad ke-20 dengan mengabaikan Palais Royale Musee du Louvre yang merupakan bangunan bersejarah dibelakangnya dengan gaya arsitektur klasik. Pembangunan Pyrámide banyak menuai protes dari warga Prancis karena dianggap tidak seimbang dengan lingkungan sekitarnya, dimana Museum Louvre berarsitektur renaissance klasik sedangkan Pyrámide berarsitektur modern yang terlihat lebih dinamis. Pyrámide du Louvre merupakan pintu masuk baru sebagai salah satu akses menuju galeri museum yang terdapat di bawahnya. La Pyrámide Inversee merupakan pirámide dengan ketinggian lebih kecil (sekitar 5 meter) dibanding pyramid utama (ketinggian mencapai 21.64 meter dengan lebar sisi 35.42 meter) yang berfungsi sebagai skylight mall bawah tanah. Struktur piramida dibangun seluruhnya dengan 603 segmen kaca berbentuk belah ketupat dan 70 segmen kaca berbentuk segitiga, mencapai ketinggian 20,6 meter (sekitar 70 kaki) dengan dasar persegi memiliki sisi 35 meter (115 kaki). Pada pembangunan Pyrámide tahap kedua, banyak dilakukan pemugaran pada bagian luar bangunan dan exterior sculpture, perubahan halaman interior yang semula sebagai tempat parkir para staff menjadi tempat skylight sculpture. Selain itu, interior bangunan seluruhnya direnovasi kecuali ruang-ruang yang bernilai historis untuk disesuaikan dengan eksterior istana. Interior bangunan dibuat menjadi tiga lantai; lantai dasar sebagai galeri patung atau sculpture; lantai kedua sebagai galeri seni dekoratif; sedangkan lantai ketiga dijadikan sebagai galeri lukisan dengan desain skylight yang inovatif. Escalator yang megah merupakan salah satu akses untuk menghubungkan antarlantai dan merupakan salah satu ciri bahwa Pyrámide du Louvre merupakan bangunan museum modern.

IRMA LOVITA I 0211034 | II

40

Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

Gambar II. 17. Pyramide du Louvre Pada Malam Hari (sumber: google.com, 2015)

Di dalam museum Louvre tersimpan artefak kuno Oriental, Mesir, Romawi, Eropa zaman klasik dan neo klasik. Pei mengamati museum Louvre yang dikunjungi orang dengan volume sangat besar yang terus meningkat dari tahun ke tahun, suatu saat bisa melebihi kapasitasnya. Ketika ditugasi memperluas Louvre oleh François Mitterrand, presiden Perancis kala itu, Pei berpegang pada nasehat Leonardo da Vinci, ‟kekuatan lahir dari kendala dan mati dalam kebebasan‟. Agar tak mengganggu keantikan museum Louvre, perluasan museum ini (1983-1989) mengambil tempat di bawah halaman dengan membuat piramid kaca sebagai skylight-nya menaungi lobby dibawahnya, sekaligus mengatasi serangkaian problem yang berkaitan dengan pintu masuk utama Louvre lama. Pengunjung memasuki piramid, turun ke lobby yang luas, mendaki ke bangunan utama Musée du Louvre.

IRMA LOVITA I 0211034 | II

41

Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

Gambar II. 18. Denah Situasi Piramid Louvre (sumber: google.com, 2015)

Gambar II. 19. Lingkungan sekitar Museum Louvre Tanpa Hiasan Vegetasi (sumber: google.com, 2015)

IRMA LOVITA I 0211034 | II

42

Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

Gambar II. 20. Piramida sebagai Skylight dan Entrance Museum (sumber: google.com, 2015)

Gambar II. 21. Tangga masuk dari entrance Piramida menuju Museum Louvre (sumber: google.com, 2015)

3. Material dan Desain Arsitektural Material yang digunakan pada Pyrámide du Louvre yaitu baja sebagai material utama, stainless steel, dan kaca. Material kaca digunakan sebagai penutup bagian luar bangunan atau façade dengan ketebalan 3 cm yang dihubungkan dengan stainless steel dengan panjang 381mm. Penggunaan material baja berupa baja profil digunakan sebagai kerangka bangunan dengan menggunakan baut dan las sebagai alat sambungnya.

IRMA LOVITA I 0211034 | II

43

Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

Gambar II. 22. Struktur Truss Frame Pyramide du Louvre (sumber: google.com, 2015)

Bangunan museum terdiri dari 4 lantai, yaitu lower ground floor, ground floor, first floor, dan second floor. Ada 8 kategori karya seni di Louvre, yaitu Oriental antiquities, Egyptian antiquities, Greek, Etruscan and Roman antiquities, Islamic art, sculture, painting , objects d‟art, dan graphics art. Ada tiga sayap (wing) bangunan , yaitu Denon, Sully, dan Richeliu. Denon adalah yang paling banyak dikunjungi, karena di wing inilah disimpan lukisan Mona Lisa yang sangat terkenal. Pembangunan pyramida yang bergaya futuristik ini sempat mengundang kontroversi luas di masyarakat Perancis, karena dianggap tidak sesuai dengan style bangunan Louvre yang antik. Kelompok yang menentang pembangunan pyramida mengatakan bahwa proyek ini adalah „Pharaonic Complex‟ dari Mitterand. Meskipun demikian pyramida tetap dibangun, dan pada akhirnya menjadi kebanggaan orang Paris. Desain dari Pyramida yang bertolak belakangan dengan desain awal IRMA LOVITA I 0211034 | II

44

Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

bangunanlah yang menjadikan pertentangan. Desain bangunan yang sebelumnya sangat detail dengan ornamen, kemudian diberi penambahan bangunan modern yang minim detail dan bangunan inilah yang justru menjadi main entrance dari Louvre Museum. Akan tetapi justru pembentukkan desain modern pada Louvre Museum justru menjadi daya tarik sendiri yaitu perpaduan antara dua style desain yang berbeda, namun tetap memiliki kesan unik dan harmonis. Detail dari Piramida Kaca pada Louvre Museum hanya berupa susunan space frame yang strukturnya diekspos. Bangunan ini juga memiliki Plaza yang dapat digunakan sebagai Open Space, ruang terbuka yang dapat menjadi tempat bersosialisasi masyarakat Paris. Tidak terdapat penghijauan sebagai pelembab suhu pada plaza ini, akan tetapi diganti dengan penggunaan air sebagai elemen pelembab.

Gambar II. 23. Desain Tangga Memutar Yang Unik Dan Dinamis (sumber: google.com, 2015)

4. Sistem Struktur dan Konstruksi Piramid dibangun dengan sistim struktur ruang dengan konstruksi rangka metal berbentuk belah ketupat dilengkapi kabel metal untuk menyalurkan gaya tarik. Pencahayaan alami menembus segmen kaca masuk ke hall utama. Mezzanine di bawahnya bisa dicapai langsung dari stasiun kereta bawah tanah. Hall menjadi ruang penerima yang mengantarkan pengunjung ke ruang koleksi di sebelah utara, selatan dan timur museum. Di ruang bawah tanah yang diatapi beton pelataran tersedia lobby, butik, toko, ruang konferensi, kantor dan fasilitas pendukung lainnya. Struktur dan konstruksi pada Pyrámide du Louvre terlihat dominan menggunakan sistem statika bangunan tinggi yaitu sistem rangka dengan bahan IRMA LOVITA I 0211034 | II

45

Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

berbentuk segitiga sebagai rangka utamanya. Hal ini disebabkan bentuk segitiga bersifat stabil dan kaku (rigid) dibanding dengan bentuk geometri lainnya. Semua gaya dan beban didistribusikan melalui sistem koneksi komponen penyusunnya sedemikian hingga tetap stabil. Secara independen, sistem struktur dan konstruksi Pyrámide du Louvre mampu menahan semua jenis gaya dan pembebanan, kecuali gaya geser dan lendutan. Berikut ini merupakan diagram distribusi gaya pada Pyrámide du Louvre:

Beban angin Sambungan Engsel/sendi sebagai sambungan di masing-masing titik joint

entrance

Gambar II. 24. Pembagian Beban Gaya Pada Struktur Piramida Museum Louvre (sumber: google.com, 2015)

5. Koleksi Pada tahun 2008, Museum Louvre memiliki koleksi berjumlah lebih dari 380,000 buah dan memamerkan 35,000 karya seni dalam delapan departemen kuratorial. Koleksi Mesir kuno, benda purbakala dari Timur Dekat, Yunani, Etruskan, Romawi, Seni Islam, Patung, Seni Dekoratif, Seni Lukis, Cetakan dan Seni Gambar. Koleksi Mesir kuno Departemen ini memiliki koleksi berjumlah lebih dari 50.000 buah, termasuk diantaranya artefak dari peradaban Sungai Nil yang memiliki penanggalan dari 4.000

IRMA LOVITA I 0211034 | II

46

Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

tahun SM hingga abad ke-4 Masehi. Koleksinya merupakan salah satu yang terbesar di dunia, memberikan gambaran lengkap mengenai kehidupan masyarakat Mesir pada masa Mesir kuno, Kerajaan Pertengahan Mesir, Kerajaan Baru Mesir, Seni Koptik, dan Aegyptus (provinsi Romawi), masa Ptolemaic, dan periode Kekaisaran Romawi Timur. Koleksi Purbakala Timur Dekat Koleksi Purbakala Timur Dekat , merupakan departemen kedua yang terbaru, berasal dari tahun 1881 dan memberikan gambaran mengenai peradaban Timur Dekat dan pemukiman pertama di daerah tersebut, sebelum kedatangan Islam. Departemen ini terbagi menjadi tiga daerah geografis: Levant, Mesopotamia (Siria, Irak), dan Kerajaan Persia (Iran).. Yunani, Etruskan, dan Romawi Departemen Yunani, Etruskan dan Romawi memajang koleksi yang berasal dari Mediterania dengan penanggalan dari masa Neolitik hingga abad ke-6 Masehi. Koleksi ini mencakup periode Cycladic hingga keruntuhan Kekaisaran Romawi. Departemen ini merupakan salah satu yang tertua di Museum Louvre, dan koleksinya dimulai dengan pengumpulan koleksi oleh kerajaan, beberapa bahkan telah dikumpulkan sejak masa Francis I. Pada galeri yang sejajar dengan Seine, dipamerkan koleksi museum mengenai patung Romawi. Koleksi potret Romawi milik museum ini merupakan salah satu yang terbaik. Seni Islam Koleksi seni Islam merupakan departemen terbaru dari Museum Louvre, yang mencakup masa selama 13 abad dan 3 benua. Benda yang dipamerkan oleh departemen ini adalah keramik, kaca, benda logam, kayu, gading, karpet, tekstil dan miniatur, termasuk diantaranya 5.000 karya dan 1.000 tembikar. Pada awalnya, museum ini merupakan bagian dari departemen seni dekorasi, yang kemudian berpisah pada tahun 2003. Koleksi Seni Pahat IRMA LOVITA I 0211034 | II

47

Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

Departemen Seni Pahat mengkhususkan diri terhadap karya yang dibuat sebelum tahun 1850 dan tidak termasuk ke dalam departemen Yunani, Etruskan dan Romawi. Museum Louvre merupakan tempat penyimpanan material pahatan sejak lokasi museum tersebut masih berfungsi sebagai istana; namun hanya karya kuno yang dipajang hingga tahun 1824, kecuali karya Michelangelo yang berjudul Dying Slave dan Rebellious Slave. Pada awalnya, jumlah koleksi museum hanya berjumlah 100 buah, sisa dari koleksi patung kerajaan diletakkan di Versailles. Koleksi ini tetap berjumlah sedikit hingga tahun 1847, ketika Léon Laborde diberikan kekuasaan untuk mengontrol departemen Seni Pahat. Pada tahun1986, semua hasil karya setelah tahun 1850 dipindahkan ke museum baru bernama Musée d'Orsay. Sebuah proyek bernama The Grand Louvre atau Louvre Agung, memisahkan departemen ini menjadi dua lokasi pameran. Koleksi seni pahat Perancis dipamerkan pada sayap Richelieu, dan karya seni asing pada sayap Denon. Seni Dekoratif Departemen Seni Dekoratif (bahasa Perancis: 'Objets d'art' memiliki cakupan koleksi sejak abad pertengahan Eropa, hingga pertengahan abad ke-19 Masehi. Departemen ini pada awalnya merupakan bagian dari departemen seni pahat. Beberapa koleksi yang paling berharga diantaranya vas dan benda perunggu pietre dure. Koleksi Durand pada tahun 1825 menambahkan keramik, porselin yang dilapis dan kaca berwarna, selain itu sekitar 800 buah tambahan koleksi diberikan oleh Pierre Révoil. Pada bulan September 2000, Museum Louvre mendedikasikan Galeri Gilbert Chagoury dan Rose-Marie Chagoury untuk memajang koleksi permadani dinding yang disumbangkan oleh keluarga Chagoury, termasuk diantaranya satu set (6 bagian) permadani dinding dari abad ke-16 Masehi, yang dijahit dengan benang emas dan perak merepresentasikan keabadian lautan, yang dibuat di Paris untuk Colbert de Seignelay, Sekretaris Angkatan Laut Negara.

IRMA LOVITA I 0211034 | II

48

Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

Lukisan Koleksi lukisan Museum Louvre berjumlah lebih dari 7.500 buah yang berasal dari abad ke-13 Masehi hingga tahun 1848 dan diatur oleh 12 kurator. Hampir dua per tiga dari keseluruhan koleksi merupakan hasil karya pelukis Perancis, dan lebih dari 1.200 karya merupakan hasil pelukis Eropa Utara. Lukisan Italia mendominasi koleksi milik Francis I dan Louis XIV, beberapa lainnya merupakan karya seni yang belum dikembalikan sejak masa Napoleon, dan beberapa lainnya merupakan hasil pembelian. Koleksi milik Francis I, kebanyakan merupakan koleksi yang didapat dari pelukis Italia terkenal seperti Raphael dan Michelangelo, dan membawa Leonardo da Vinci ke istananya. Setelah Revolusi Perancis, koleksi kerajaan menjadi inti dari Louvre. Ketika stasiun kereta d'Orsay diubah menjadi Musée d'Orsay pada tahun 1986, koleksi museum dibagi, dan hasil karya yang dibuat setelah tahun 1848 dipindahkan ke museum yang baru. Karya seni yang dihasilkan oleh pelukis Perancis dan Eropa Utara diletakkan di sayap Richelieu dan Cour Carrée; sedangkan pelukis Spanyol dan Italia diletakkan pada lantai pertama sayap Denon. Cetakan dan Seni Gambar Departemen Cetakan dan Seni Gambar lebih memusatkan terhadap karya yang dilakukan di atas kertas. Asal dari koleksi museum in merupakan karya yang terdapat di koleksi kerajaan (Cabinet du Roi) yang berjumlah 8.600 buah, yang bertambah dengan pembelian yang dilakukan oleh negara, seperti pembelian 1.200 koleksi Fillipo Baldinucci pada tahun 1806, dan donasi. Deaprtemen ini dibuka pada 5 Agustus 1797 dengan 415 buah koleksi yang dipajang di Galerie d'Apollon. Koleksinya dibagi menjadi tiga seksi: inti, Cabinet du Roi, 14.000 pelat cetakan tembaga, dan donasi dari Edmond de Rothschild, termasuk diantaranya 40.000 cetakan, 3.000 gambar, dan 5.000 buku bergambar. Lokasi pameran diadakan di Pavillon de Flore; karena rapuhnya bahan kertas, hanya beberapa saja yang dipajang dalam satu waktu.

IRMA LOVITA I 0211034 | II

49

Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

Tabel II. 1. Beberapa Koleksi Museum Louvre, Paris

Mona Lisa, Leonardo da Vinci,

Cycladic, 2700–2300 SM

Priest burning incense before RaHorakhtyAtum, 900 SM

Ibex Rhyton, 600–300 SM

The Rampin Rider

Diomedes and Polyxena, 540–530 SM

The Eros Medallion, 250–200 SM

Fayum Egyptian

Marcus Agrippa, 25 SM

Christ between two apostles, abad ke-5

Piala terracotta, abad ke-9

Maastricht, Reliquary, abad ke-11

St Michael and the Devil, abad ke-12

St Francis receiving the stigmata, Giotto, 1300

The Annunciation , Rogier van der Weyden, 1435

The Pieta of Villeneuve les Avignon, Enguerrand Quarton, 1460

An Old Man and his Grandson, Ghirlandaio, 1488

The Moneylender s, Quentin Massys, 1514

Baltasar de Castiglione, Raphael, 1515

Rebellious slave, Michelang elo

The Crucifixion, Paolo Veronese, 1550

The Fortune Teller, Caravaggio, 1600

Charles I at the Hunt, van Dyck, 1635

The Lacemaker, Vermeer, 1664

IRMA LOVITA I 0211034 | II

50

Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

(sumber: google.com, 2015)

D.3. National Gallery of Art, Washington D.C.

Gambar II. 25. East Building National Gallery of Art, Washington, D. C. (sumber: google.com, 2015)

The National Gallery of Art adalah museum nasional seni di Washington, DC, yang terletak di National Mall, di Constitution Avenue NW. Museum swasta yang terbuka untuk umum dan gratis ini didirikan pada tahun 1937 oleh Kongres Amerika Serikat. Andrew W. Mellon menyumbangkan koleksi seni yang besar dan dana untuk pembangunan. Koleksi inti museum ini meliputi karya-karya besar seni yang disumbangkan oleh Paul Mellon, Ailsa Mellon Bruce, Lessing J. Rosenwald, Samuel Henry Kress, Rush Harrison Kress, Peter Brown Arrell Widener, Joseph E. Widener, dan Chester Dale. Koleksi Galeri lukisan, gambar, cetakan, foto, patung, medali, dan seni dekoratif melacak perkembangan Seni Barat dari Abad Pertengahan hingga saat ini, termasuk IRMA LOVITA I 0211034 | II

51

Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

satu-satunya lukisan karya Leonardo da Vinci di Amerika dan ponsel terbesar yang dibuat oleh Alexander Calder. Galeri Gedung Barat yang lama bergaya arsitektur neoklasik yang dirancang oleh John Russell Pope, yang terhubung lewat jalur bawah tanah menuju ke East Building dengan arsitektur yang lebih modern. Gedung baru ini dirancang oleh IM Pei dengan luas 6.1-acre (25.000 m2). Galeri ini menyajikan pameran khusus sementara yang mencakup dunia dan sejarah seni.

Gambar II. 26. West Building yang Merupakan Bangunan Lama National Gallery of Art (sumber: google.com, 2015)

Rancangan IM Pei yaitu perluasan National Gallery of Art di Washington pada tahun 1978 termasuk karyanya yang sukses, karena meningkatkan jumlah pengunjung

IRMA LOVITA I 0211034 | II

52

Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

ke gallery seni tersebut. Bentuk denahnya merupakan komposisi segitiga-segitiga yang menjadikannya memiliki atmosfer ruang yang berbeda dari National Gallery of Art sebelumnya.

Gambar II. 27. Jalur Bawah Tanah yang Menghubungkan Antara East Building dan West Building (sumber: google.com, 2015)

Rancangan yang menggunakan banyak permainan geometri ini menjadi Dengan bentuk bangunan yang berasal dari denah bangunan yang sama sekali baru, tampaknya I.M Pei ingin mengangkat sesuatu yang menjadi kontras dengan lingkungan sekitarnya, namun bagaimanapun juga tetap berhubungan karena bangunan baru dikondisikan untuk menjadi pelengkap dari bangunan sebelumnya. Dalam bangunan ini Pei menggunakan unsur geometri segitiga sebagai dasar dalam desain denah serta banyak elemen bangunannya.

IRMA LOVITA I 0211034 | II

53

Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

Gambar II. 28. Interior East Building National Gallery of Art (sumber: google.com, 2015)

E. Kesimpulan dari Lingkup Arsitektur E.1. Relevansi

Arsitektur

Kontekstual

yang

Digunakan

Sebagai

Metode

Penanganan Revitalisasi Kawasan Museum

Mempertimbangkan bahwa ORB yang akan dikelola berbentuk sebuah setting yang terdiri dari berbagai sumber daya budaya dan alam lokal, baik yang berbentuk fisik ataupun tidak, upaya pelestarian telah bergeser dari hanya mempertimbangkan isu keindahan (beautification) semata menuju usaha-usaha yang holistik. Pelestarian menitik beratkan pada upaya menciptakan pemanfaatan yang kreatif, menghasilkan heritage products yang baru, pelaksanaan program-program partisipatif, analisis ekonomi, serta kegiatan ekonomi dan budaya di kawasan pelestarian. Perencanaan penambahan fungsi baru tidak hanya sekedar membuat rancang bangun yang baru melainkan juga membuat objek penunjang ideal yang memperkuat keberadaan Museum Radya Pustaka di kota Surakarta. Merespon hal ini, penerapan pendekatan teori Arsitektur Kontekstual dapat digunakan sebagai teori pemecahan desain bangunan penunjang museum baru yang menyesuaikan dengan bangunan lama. Berkaitan dengan konsep Arsitektur Kontekstual yang akan di terapkan untuk mendukung konsep perencanaan dan perancangan revitalisasi Museum Radya

IRMA LOVITA I 0211034 | II

54

Penataan Kembali Kompleks Museum Radya Pustaka di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

Pustaka, Kontekstual yang dimaksud di sini adalah bagaimana bangunan tersebut terbangun sejalan dan kontekstual dengan lingkungan hidupnya. Sehingga tercipta bentuk fisik bangunan yang kontras namun harmonis. E.2. Relevansi

Preseden

dengan

Revitalisasi

Kawasan

Museum

yang

Direncanakan

Ketiga preseden yang telah dijabarkan pada sub bab di atas, merupakan perwakilan dari contoh aplikasi arsitektur kontekstual pada bangunan cagar budaya yang sudah lebih dulu ada dan berjaya di masanya. Arsitektur kontekstual dianggap sebagai salah satu cara yang paling berhasil dalam menempatkan sesuatu yang baru di lingkungan yang lama dan kaku. Meski begitu contoh preseden di atas belum sepenuhnya sempurna untuk dijadikan sebagai bahan acuan perancangan revitalisasi kompleks kawasan museum radya pustaka yang direncanakan. Hasil dari pengamatan preseden yang telah ada dapat diambil sebagai masukan dan contoh untuk penyempurnaan perencanaan dan perancangan revitalisasi kompleks kawasan museum radya pustaka yang direncanakan, baik dari segi fasilitas dan aksesibilitas, serta penanganan konteks-kontras dengan pendekatan arsitektur kontekstual terhadap lingkungan hidupnya.

IRMA LOVITA I 0211034 | II

55

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF