MUHAMMAD DINDA SUKMA 0907101050003 TENOSYNOVITIS SUPURATIF.docx
March 17, 2019 | Author: ardhuha | Category: N/A
Short Description
tulisan...
Description
TENOSYNOVITIS SUPURATIF Muhammad Dinda Sukma 0907101050003 I.
Definisi
Tenosynovitis adalah suatu peradangan yang melibatkan tendon dan selubungnya yang mengakibatkan pembengkakan dan nyeri. Beberapa penyebab dari pembengkakan ini adalah trauma, penggunaan yang berlebihan dari repetitive minor trauma, strain atau infeksi. Beberapa contoh dari tenosynovitis adalah Dequervain’s,
Volar
Flexor
Tenosynovitis
(trigger
finger)
dan
flexor
tenosynovitis (Chaidir, 1998) II.
Insidensi
Tenosynovitis supuratif mempunyai insiden yang lebih tinggi (75%) di kalangan wanita berbanding lelaki. Kebanyakan kasus terjadi pada individu antara 52 dan 62 tahun. Penyakit ini sering terjadi pada kedua tangan (Wolf, 1999) III.
Patofisiologi
Infeksi flexor tendon adalah suatu infeksi pada bagian tertutup sheats dan jari telunjuk, jari tengah manis yang berjalan di atas carpal neck pada level annular pertama. Infeksi pada jari dapat menyebar ke tangan dan pergelangan tangan, infeksi bias menyebar ke fascia space hand, struktur tulang yang berdekatan atau synovial joint space dapat pula menembus menembus lapisan kulit dan keluar (Chaidir, 1998) IV.
Gambaran Klinis
Menurut Chaidir (1998) pada kasus Tenosynovitis Supuratif, pasien dengan luka penetrasi datang dengan sakit kemerahan pada tangan dan demam. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya 4 tanda dari kanavel, yaitu: 1. Jari dalam posisi sedikit fleksi 2. Bengkak dalam bentuk fusiform 3. Nyeri tekan sepanjang flexor tendon sheath 4. Nyeri pada saat dilakukan pasif fleksi jari Gejala kanaval ada beberapa yang tidak terlihat, seperti pada keadaan: 1. Pemberian antibiotika segera 2. Kondisi yang sangat dini 3. Status immunocompromised
4. Infeksi kronik
V.
Pemeriksaan Penunjang
Menurut Chaidir (1998), pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan adalah: 1. Leukosit meningkat pada keadaan infeksi proksial atau adanya keterlibatan sistemik. Leukosit tidak meningkat pada keadaan infeksi yang non supuratif, pada fase akut akan terjadi pergeseran ke kiri. Pada pasien dengan immunocompromised tidak terjadi peningkatan leukosit. 2. LED dapat meningkat pada kasus ini dan dapat menetap pada kasus nonsupuratif. 3. Pada pemeriksaan histopatologi dan synovial biopsy didapatkan inflamasi baik akut maupun kronik. VI.
Diagnosa
Didapatkan adanya penyebab utama yaitu penetrating trauma, infeksi tersering disebabkan oleh flora normal kulit seperti stafilokokus dan streptokokus. Yang paling sering adalah streptokokus aureus. Penyebab lain diantaranya: 1. Luka gigitan: Hemophilus spesies, bakteri anaerob dan gram negative. 2. Penyebaran melalui darah: Mycobacterium Tuberculosa, neiseria gonorrhea. 3. Miscelanous: pseudomonas aeroginosa. (Hoppenfield, 1999) VII.
Penatalaksanaan
Menurut Wolf (1999), pada pasien yang datang dengan keadaan yang sangat dini, pemberian antibiotik secara intravena memberikan hasil yang baik. Antibiotik yang diberikan antara lain: 1. Cefazolin 1-2 gram IV setiap 6 atau 8 jam. 2. Clindamicin 600-900 mg IV tiap 8 jam. 3. Ampicilin Surfaktan 1,5-3 gram IV tiap 8 jam. Splinting pada Safe Posisi Elevasi segera setelah infeksi terkontrol
Rehabilitasi dengan digital range of motion exercise segera setelah infeksi terkontrol. VIII. Diagnosa Banding
1. De quervain Tenosynovitis. 2. Trigger Finger (Hoppenfield, 1999) IX.
Prognosis
Prognosis penyakit tenosynovitis supuratif ini baik. Fungsi normal dapat kembali setelah pasien mendapatkan perawatan terhadap inflamasi yang adekuat (Hoppenfield, 1999) X.
Daftar Pustaka
Chaidir,
MR.
1999.
Tenosynovitis. Bandung:
Bag/UPF
Orthopaedi
&
Traumatologi FKUP/RSHS. Hoppenfield, Stanley. 1998. Orthopaedic Dictionary. Michigan: JP Lippincott Company. Wolf, SW. 1999. Tenosynovitis In Green’s Hand Surgery, 4 th Edition. Arizona: Churchill Livingstone.
View more...
Comments