Motor Listrik Dan Rangkaian Kontrol

September 29, 2017 | Author: Richard Jr. | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

motor listrik dan rangkaian kontrolnya...

Description

MOTOR LISTRIK DAN RANGKAIAN KONTROL (PENGOPERASIAN DAN PENGAMANAN) 1. Pendahuluan Seluruh mesin mesin pendukung operasi Pabrik Kelapa Sawit dilingkungan PT. Salim Indoplantation digerakkan dengan menggunakan Energi Listrik arus bolak balik (Alternating Current/AC) 3 phase, kecuali beberapa unit mesin Workshop menggunakan sumber Listrik 1 phase (Mesin Bor tangan, Trafo las dan lain lain). Untuk merubah tenaga listrik menjadi tenaga mekanis diperlukan suatu mesin Listrik yang disebut : Motor Listrik, dimana besar daya motor yang digunakan bervariasi tergantung dari besar kecilnya beban yang akan digerakkan. Bilamana Motor Listrik tersebut digunakan untuk menjalankan peralatan yang bervariasi kecepatannya, maka Motor Listrik terlebih dahulu harus dihubungkan dengan alat transmisi, untuk menyesuaikan putaran mesin/peralatan yang akan digerakkan. Hal ini disebabkan jumlah putaran Motor Listrik sulit untuk dirubah. Sebagaimana haInya dengan perawatan Generator Listrik, Motor Listrik juga memerlukan perlakuan/perawatan yang sama. Motor Listrik merupakan, alat penggerak yang langsung berhubungan dengan beban mekanis, sehingga banyak hal yang mempengaruhi kondisi dan kelangsungan kerja Motor Listrik tersebut. Sehingga perlu adanya usaha untuk mencegah/menghindari kerusakan kerusakan yang mungkin terjadi dalam pelayanan beban. Untuk mendukung usaha pencegahan terhadap kerusakan Motor Listrik, sangat dibutuhkan pendataan terhadap penyebab penyebab utama yang mempengaruhi kondisi beban Motor Listrik tersebut, disamping perawatan yang tentunya sangat diperlukan.

1

Gambar 1. Motor Induksi type Foot Mounted Keterangan : Drive End 1. Grease Nipple Base 2. Drive End Breacket 3. Bracket Securing Bolts 4. Bearing 5. Bearing Cover Gasket Rotor And Shaft Cover 6. Rotor Core 7. Rotor Short Circuit Ring Cover 8. Rotor Fan Blades Screws 9. Shaft

Stator 11. Stator Winding

Terminal Box 22. Terminal

12. Foot Mounted Frame 23. Connection Base 13. Eye Bolt 24. Terminal Base 14. Name Plate Securing Ring 25. Rubber Non Drive End 15. Bracket Securing Bolts

26. Earth Lug 27. Terminal

16. Fan Cover Securing Screws 17. Bearing Housing 28.

Terminal

18. Non Drive End Bracket

Securing

19. Bearing

29. Lead Wires 2

10.Key

20. External Fan 21. Fan Cover

30. Cable Entry Hole

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kerja Motor Listrik a. Ruang Penempatan. Motor-motor Listrik yang beroperasi di Stasiun Boiler House sebagai penggerak Blower/Fan, Pompa air umpan Boiler dan lain lain sangat dipengaruhi oleh gangguan temperatur yang tinggi, debu, uap air dan sebagainya. Motor-motor Listrik yang beroperasi di stasiun Klarifikasi sebagai penggerak Sludge Separator, Purifier, Decanter, Pompa pompa dan lain lain sangat dipengaruhi oleh gangguan air, uap, minyak, dan sebagainya. Motor-motor Listrik yang beroperasi distasiun Kernel dan stasiun stasiun lain juga dipengaruhi oleh keadaan/situasi ruangan penempatannya. Untuk itu sangat diperlukan pelindung pelindung khusus bagi Motor-motor Listrik tersebut guna menghindari kemungkinan kerusakan yang diakibatkan oleh kondisi penempatan dan perlu adanya suatu sistim perawatan periodik yang sesuai dengan kondisi kerjanya. b. Kondisi Beban Kerja. Kondisi beban kerja motor merupakan Faktor yang sangat mempengaruhi kelangsungan kerja motor listrik. Motor-motor listrik yang melayani beban dengan fluktuasi yang cukup tinggi akan mengalami penarikan arus listrik yang juga berfluktuasi dan tidak jarang untuk beberapa saat naik melebihi rating beban nominal motor, antara lain unit Motor Listrik : • • • •

Ripple Mill/Nut Cracker Thresher/Stripper Fibre Blower/Depericarper Fan Empty Bunch Conveyor. Dll.

Dimana fluktuasi arus beban kerjanya tergantung pada umpan yang masuk di unit tersebut. c. Vibrasi/Getaran Vibrasi/getaran juga merupahan salah satu gangguan yang mungkin terjadi terhadap kerja Motor Listrik dalam melayani beban beban mekanis.

3

Beberapa faktor penyebab timbulnya getaran terhadap kondisi kerja motor, antara lain : • Kondisi pondasi dudukan/mounting motor yang labil, • Baut pengikat dudukan/mounting motor & beban, lepas. • Kopel motor terhadap beban tidak seporos (Misalignment). Terjadinya getaran/vibrasi diatas getaran yang diizinkan terhadap operasi/kerja Motor listrik akan mempercepat kerusakan pada • Bearing bearing • Rumah Bearing • Poros stator yang pada akhirnya juga akan merusak kumparan motor Listrik. Untuk itu diperlukan suatu perlakuan dan perawatan yang baik terhadap • Kondisi kerja dan pembebanan Motor Listrik • • • • •

Sistim kopel antara Motor Listrik dan beban Kondisi bangku/dudukan Motor Listrik maupun kondisi beban mekanis Kelonggaran baut baut pengikat dudukan Motor Listrik, Sprocket, Pulley, dan lain lain. Pemeriksaan periodik terhadap kondisi kumparan dan bearing bearing motor secara keseluruhan. Motor-motor Listrik yang beroperasi dengan beban yang mendekati rating nominaInya dan kadang kadang untuk beberapa saat melampaui rating nominaInya akibat Fluktuasi heban, sangat diperlukan pengetesan kondisi. isolasi motor motor tersebut dengan menggunakan Mega Ohm Meter (MEGER). Jika dari hasil pengetesan terukur tahanan isolasi yang sangat rendah (dibawah 1 M Ohm), maka diperlukan pembersihan belitan Stator Motor untuk kemudian disherlack kembali guna menaikkan tahanan isolasi Motor Listrik tersebut. Disamping itu diperlukan pemeriksaan poros rotor (apakah masib dalam keadaan sentris) dan pemeriksaan bearing sekaligus pembersihannya untuk dilumasi kembali.



Bearing, Gear dan Seal seal Geared motor juga perlu dilakukan pemeriksaan guna menghindari kebocoran minyak pelumas gear. Pelumas untuk Gearbox harus pelumas yang direkomendasi atau persamaannya (Ekivalen).

3. Jenis Motor Listrik 3.1. Motor Listrik 3 (tiga) phase

4

a. Motor Listrik Sinkron (Synchronous Motor). Motor Listrik ini dinamakan Motor Sinkron karena Putaran rotornya selalu sinkron dengan Putaran medan magnetnya. Medan magnet yang dimaksudkan disini adalah medan magnet putar yang dihasilkan oleh Arus Listrik 3 phase yang mengalir pada kumparan stator. Konstruksi Motor Sinkron ini hampir sama dengan Generator Listrik 3 phase kutub dalam yaitu terdiri dari : • Bagian Stator (Bagian yang tidak bergerak). Bagian utama Stator Motor Sinkron ini, berisi • Inti • Kumparan tegangan.

Gambar 2. Stator Motor Sinkron Bagian Rotor (bagian yang berputar), Bagian utama dari Rotor Motor Sinkron terdiri dari : • Inti, yang merupakan laminasi • Kumparan medan

Gambar 3. Rotor Motor Sinkron Prinsip Kerja Motor Sinkron : Bila stator dihubungkan dengan jala-jala maka pada stator tersebut akan mengalir arus listrik. Arus Listrik ini akan menyebabkan timbulnya medan 5

magnet. Karena arus listrik yang digunakan adalah arus listrik 3 phase maka medan magnet tersebut akan membentuk suatu medan magnet putar. Medan magnet putar ini seolah-olah membentuk suatu kutub-kutub magnet dimana jumlah pasangan ini ditentukan oleh designnya. Sedangkan putaran medan putar tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut : n = 60 x f / p Dimana,

n = jumlah putaran medan putar/menit f = frekuensi jala-jala P = jumlah kutub

Karena rotor pada motor ini terdiri dari kutub-kutub magnet juga, maka sesuai dengan kemagnetan (Hukum Lenz), akan terjadi interaksi antara kutub-kutub magnet pada stator dan rotor, dimana bila kutub-kutub magnetnya sama akan saling tolak-menolak dan bila kutubnya berlainan akan saling tarik menarik.

Akibat dari medan magnet yang selalu berputar, maka kutub-kutub rotor akan tertarik sehingga menyebabkan rotor berputar sesuai dengan arah putaran medan putarnya. b. Motor Listrik Asinkron (Asynchronous Motor) Motor Listrik jenis ini biasanya juga disebut motor induksi. Motor Listrik ini disebut Asinkron karena putaran rotornya tidak sinkron dengan putaran medan magnetnya (medan putar), dan disebut dengan motor induksi karena prinsip kerjanya berdasarkan proses induksi medan magnet. Konstruksi Motor Asinkron terdiri dari : • Bagian Stator. Bagian umum stator Motor Asinkron ini berisi • Kumparan utama • Inti

6

Gambar 4. Stator Motor Induksi Rotor dari Motor induksi ini ada dua jenis yaitu • Jenis Rotor sangkar (Squirrel Cage) • Jenis Rotor belitan (Wound Rotor).

Gambar 5. Rotor Sangkar

Gambar 6. Rotor dengan Belitan

Bagian utama dari rotor motor induksi ini berisi • Inti Rotor • Kumparan Rotor untuk jenis rotor belitan atau batang batang konduktor yang berbentuk sangkar. Prinsip Kerja Motor Asinkron : Pada stator ada 3 buah kumparan dimana ujung ujung kumparan tersebut dihubungkan menjadi satu. Kemudian apabila kumparan tersebut diberi catu/supply Listrik 3 phase, maka kumparan akan menghasilkan medan putar, dimana medan magnet ini dicakup oleh kumparan rotor (kumparan rotor seperti pada gambar konstruksi). Karena medan magnet yang mencakup kumparan rotor berubah terhadap waktu; maka pada kumparan rotor akan timbul tegangan induksi. Berhubung kumparan rotor dihubung singkat maka akan timbul Arus Listrik, dan arus Listrik ini akan menimbulkan medan magnet, dimana 7

medan magnet pada rotor ini berlawanan arah dengan medan magnet stator. Akibat dari kekuatan medan magnet yang saling berlawanan tersebut maka akan menimbulkan kopel dan kopel ini Akan menyebabkan rotor berputar. Dengan adanya percepatan pada rotor, maka kecepatan rotor akan sama dengan kecepatan medan stator. Jika kecepatan rotor sudah sama, maka tegangan induksi pada rotor akan nol dan arusnyapun akan nol, sehingga putaran rotor akan menurun. Kecepatan rotor yang menurun akan membangkitkan tegangan dan arus Induksi lagi, sehingga akan menimbulkan Medan Magnet yang akan mengakibatkan motor berputar lagi. Dengan demikian rotor akan tetap berputar dimana perputaran rotor tersebut tidak selalu sama dengan perputaran medan magnet stator. Selisih perputaran ini disebut Slip yang besarnya 1 - 5%. Plat Nama Motor Listrik : Untuk mengetahui data teknis Motor Listrik, dapat ditemui pada Plat Nama (Name Plate) Motor Listrik tersehut. DATA TEGANGAN Y 220 / 380 Volt Y 380 / 220 Volt Y 380 220 220/380 Volt 380/220 Volt

KETERANGAN Semua motor ini hanya mempunyai kumparan dengan tegangan 220. Bila sumber tegangan Listrik adalah 380/220 Volt, hubungan Yang diizinkan adalah hub.Star. Bila sumber tegangan Listrik adalah 127/220 Volt, Motor dapat dihubung Delta (Segitiga)

380 380 / 660 Volt Y 660 Volt

Motor ini mempunyai tegangan kumparan 380 Volt. Bila sumber tegaagan Listrik adalah 3 x 380/220 Volt, maka Motor dapat dihubung Y

380 YY 380

Motor dahlender 2 kecepatan.

Y 127 / 220 Volt Y 220 / 127 Volt

Semua motor dengan tegangan Kumparan Yang diizinkan 127 V. 8

Y 220 / 127 Volt 3 X 220 Volt 127 Volt 220 127 Volt 127 220 Volt

Oleh karena itu sumber tegangan Listrik Yang digunakan adalah 3 x 220/127 Volt

3.2. Motor Listrik Satu Phase. Motor satu phase ini hanya dipakai untuk daya yang kecil saja. Ditinjau dari segi konstruksinya motor satu phase ini dapat digolongkan dalam beberapa jenis, namun hanya akan disajikan penjelasan ringkas tentang salah satu jenis Motor Listrik Satu Phase, yaitu Motor Listrik Kapasitor Untuk mengoperasikan Motor Listrik jenis ini dibutuhkan penambahan kapasitor pada kumparan startingnya yang dihubung seri dan bertujuan untuk memperbesar kopel dan memperkecil arus startingnya. Hal ini karena adanya sifat-sifat Kapasitor yang dapat menghilangkan/melawan arus induktif sehingga arus yang mengalir pada kumparan starting hanya Arus Resistifnya saja.

Gambar 7. Motor Kapasitor

Gambar 8. Hubungan Kumparan

4. Perbaikan Kumparan Motor Listrik a. Pendahuluan Setiap Motor Listrik yang dioperasikan untuk melayani beban beban pengolahan senantiasa dilengkapi dengan komponen komponen proteksi pada rangkaian kontrol sistim startingnya, seperti • No Fuse Breaker/HRC Fuse Link. • Fuse Pengaman Coil Magnetik Kontaktor Utama • Thermal Overload Relay (Pengaman Arus Lebih). 9



Dll

Namun demikian tidak jarang terjadi kerusakan pada kumparan motor Listrik yang diakibatkan oleh faktor kerusakan beban beban mekanis dan faktor faktor lainnya Dewasa ini di PKS-PKS dalam lingkungan PT. SIP telah dapat dilakukan perbaikan terhadap kerusakan kumparan (kumparan Stator terbakar) dengan melakukan penggulungan kembali Kumparan Stator/Rotor MotorListrik tersebut. Berikut ini akan disajikan penjelasan ringkas dalam melakukan perbaikan Kumparan Motor Listrik yang mengalami kerusakan (terbakar). b. Pemeriksaan Kerusakan Hubungan Kumparan Motor Listrik

Gambar 9. Hubungan Star-Terminal Motor • •



Periksa apakah hubungan kumparan pada terminal U1,V1,W1 masih dalam, keadaan baik Periksa apakah terjadi hubungan singkat (Short Circuit) pada ketiga kumparan U2,V2,W2 atau pada salah satu terminal U2V2, U2W2, V2W2 Jika hal ini terjadi maka pada kumparan motor telah terjadi hubung singkat yang tidak diizinkan (Kumparan Motor dalam keadaan rusak). Periksa apakah terjadi hubung singkat antara terminal kumparan dengan badan motor atau instalasi sistim pertanahan (Grounding). Karena hubung singkat inipun merupakan petunjuk bahwa kumparan motor dalam keadaan tidak baik (rusak).

Gambar 10. Hubungan Delta-Terminal Motor • •

Periksa apakah hubungan kumparan pada terminal terminal U1U2, V1V2 dan W1W2 masih dalam keadaan baik. Periksa apakah terjadi hubung singkat antara terminal terminal U1U2 V1V2, U1U2 W1W2, V1V2 W1W2. Jika terjadi hubung singkat antara terminal terminal tersebut maka dapat dipastikan bahwa kumparan motor dalam keadaan rusak.

10



Periksa apakah terjadi hubung singkat antara terminal terminal kumparan dengan badan motor atau instalasi sistim pertanahan (Grounding). Karena hubung singkat inipun merupakan petunjuk bahwa kumparan motor dalam keadaan rusak.

c. Langkah langkah perbaikan • Buka sumber tegangan supply pada terminal terminal hubung kumparan Motor. • Buka sistim kopel motor listrik terhadap beban (Belting, Chain atau Kopling untuk type Gearedmotor). • Buka baut baut pengikat mounting (dudukan) Motor • Buka alat kopel beban motor (Puli, Sprocket Atau Kopling) dengan menggunakan tracker (puller). • Buka baut baut pengikat coverr (tutup) pada kedua sisi motor dan keluarkan Rotor dari ruang Stator. • Periksa bearing bearing motor dan lumasi atau ganti jika perlu. • Buka ikatan kutub kutub kumparan stator pada terminal terminal motor. • Pastikan hubungan kutub kutub belitan kumparan motor. • Ukur diameter kawat kumparan motor dengan menggunakan Micro meter. • hitung jumlah belitan kumparan untuk setiap alur motor. Hitung juga jumlah alur motor. • Selalu lakukan pendataan yang baik terhadap data data motor, ukuran kawat kumparan, jumlah belitan dan faktor penyebah kerusakan motor. • Buka seluruh kumparan yang rusak dari alurnya • Lakukan penggulungan kembali (rewind) untuk mengganti kumparan motor yang rusak. d. Perhitungan Dalam penyajian perbailkan kumparan stator Motor listrik ini kita ambil contoh sebagai berikut. Data Motor Listrik 11 KW/15HP ; 3 Phase 660 VY / 380 V 15 Y / 21 A 1500 RPM 2p = 4 Jumlah Alur = G = 36 Dia. Kawat Belitan = 0.9 mm (diukur). Jumlah belitan untuk setiap alur = 23 x 3 rangkap (dihitung).

11

Formulasi n = 120 f / 2p

…………………..(1)

g = G / (M . 2p) …………………(2) β = 180. 2p / G ………………….(3) ε = 180 / β ……………………….(4) α = 120 / β ………………………..(5) Keterangan n f g G 2p M β ε

= = = = = = = =

putaran motor listrik (rpm). frekwensi. (Hz). jumlah alur untuk setiap kutub fasa. jumlah alur. jumlah kutub. jumlah fasa tegangan kerja motor listrik. jarak alur terdekat, Lebar kumparan.

Dengan menggunakan formula-formula diatas dapat dihitung : •



Jarak alur untuk setiap kutub fasa : n 1500

= 120 f /p = 120. 50 / 2 p - 2 p = 4

g g

= G / (M . 2p) = 36 / (3 . 4) - g = 3

Jarak alur terdekat : β β



Lebar Kumparan : ε



= 180 . 2p / G = 180 . 4 / 36 - β = 20

= 180 / β

- ε = 9 alur

Jarak antar Fasa : α

= 120 / β

- α = 6 alur

12

Gambar 11. Kumparan motor listrik 11 KW/`5 HP, 1500 rpm, 380 Volt

Gambar 12. Belitan dan hubungan kumparan stator motor listrik e. Pemeriksaan hasil Perbaikan. Setelah selesai perbaikan terhadap kumparan Stator Motor Listrik, lakukan langkah langkah berikut : •

Periksa (dengan ohm meter) bahwa kutub-kutub terminal kumparan telah disambung dengan baik dan benar (sesuai dengan kutub fasa kumparan)



Pastikan bahwa setiap kutub kutub terminaI kumparan tidak terjadi hubung singkat (short Circuit', dengan badan stator atau instalasi sistim pentanahan (grounding)



Pastikan bahwa tidak terjadi huhung singkat yang tidak perlu antar kutub kutub fasa kumparan.



Periksa bahwa setiap kutub-kutuh terminal kumpaxan telah diikat/ terhubung dengan baik dan benar pada terminal-terminal motor.



Lapisi kumparan stator dengan cairan isolasi (sherlack).



Panasi kumparan stator yang telah dilapisi cairan isolasi (sherlack) dengan menggunakan pemanas (Heater) atau dijemur dipanas matahari untuk waktu tertentu (sampai kering).

13



Setelah belitan kumparan tersebut kering, masukkan kembali rotor kedalam ruang stator.



Pasang tutup cover pada kedua sisi motor, pasang kunci baut pengikatnya



Pastikan bahwa tidak terjadi getaran antara bearing dengan dudukan bearing pada masing masing tutup motor.



Lakukan test hasil rewinding (perbaikan beIitan kumparan motor) dengan memberi tegangan 3 fasa pada motor.



Periksa keseimbangan arus beban yang mengalir pada kabel supply tegangan dengan tang ampere (Clamp meter).



Ukur putaran motor dengan Rpm meter (Tachometer) dan sesuaikan dengan data yang ada pada plat nama (name plate) motor.



Jika tidak ada hal hal yang putuskan supply tegangan motor dan motor Listrik tersebut siap untuk digunakan kembali.



Catat dalam daftar motor listrik cadangan dan susun dengan rapi agar dengan mudah dapat ditemukan jilka sewaktu waktu diperlukan.

f. Daya Nominal Dan Arus Pada Motor 3 Phase Tabel berikut adalah suatu tabel normalisa antara besar daya dan arus pada motor arus putar, sesuai dengan tegangan sumber.

14

15

Daya Nominal KW HP 0,06 0,08 0,09 0,12 0,12 0,16 0,18 0,24 0,25 0,34 0,37 0,50 0,55 0,74 0,75 1,01 1,10 1,47 1,50 2,01 2,20 2,95 2,50 3,35 3,00 4,02 3,70 4,96 4,00 5,36 5,50 7,37 6,30 8,45 7,50 10,05 10,00 13,40 11,00 14,75 12,50 16,76 15,00 20,11 16,00 21,45 18,50 24,80 20,00 26,81 22,00 29,48 25,00 33,51 30,00 40,21 31,60 42,36 37,00 49,60 40,00 53,62 45,00 60,32 50,00 67,02 55,00 73,73 63,00 84,45 75,00 100,54 90,00 120,64 110,00 147,45 132,00 176,94 150,00 201,07 160,00 214,48 185,00 247,99 200,00 268,01 220,00 294,91 250,00 335,12 300,00 402,14 335,00 449,06 375,00 502,68

220 Volt 0,50 0,70 0,90 1,20 1,60 2,00 2,80 3,50 6,00 6,50 9,00 10,00 12,00 14,50 15,00 21,00 24,00 28,00 36,00 39,00 46,00 52,00 55,00 64,00 69,00 75,00 85,00 100,00 107,00 125,00 135,00 150,00 165,00 180,00 210,00 250,00 300,00 360,00 430,00 480,00 520,00 600,00 630,00 700,00 800,00 970,00 1.100,00 1.200,00

240 Volt 0,50 0,60 0,80 1,10 1,40 1,80 2,60 3,20 4,50 6,00 8,00 9,00 11,00 13,00 14,00 19,00 22,00 25,00 33,00 36,00 41,00 48,00 51,00 59,00 63,00 70,00 78,00 95,00 99,00 115,00 125,00 140,00 150,00 170,00 195,00 235,00 280,00 330,00 400,00 450,00 480,00 550,00 600,00 630,00 720,00 880,00 1.000,00 1.100,00

Arus Nominal (In) 380 Volt 415 Volt 460 Volt 0,30 0,30 0,40 0,40 0,50 0,50 0,70 0,60 0,90 0,80 0,70 1,20 1,10 1,00 1,60 1,50 1,40 2,00 1,80 1,80 2,80 2,60 2,60 3,70 3,40 3,40 5,30 4,80 4,80 6,00 5,50 5,50 7,00 6,50 6,50 8,50 7,60 7,60 9,00 8,20 8,20 12,00 11,00 11,00 14,00 12,50 12,50 16,00 14,00 14,00 21,00 19,00 19,00 23,00 21,00 21,00 26,00 24,00 24,00 30,00 28,00 27,00 32,00 30,00 29,00 37,00 34,00 34,00 40,00 37,00 37,00 43,00 40,00 40,00 49,00 46,00 45,00 59,00 55,00 52,00 62,00 57,00 55,00 72,00 66,00 65,00 78,00 72,00 70,00 85,00 80,00 77,00 95,00 90,00 87,00 105,00 100,00 96,00 120,00 110,00 110,00 140,00 135,00 124,00 170,00 160,00 156,00 210,00 200,00 180,00 250,00 230,00 210,00 280,00 250,00 240,00 300,00 270,00 260,00 350,00 320,00 302,00 380,00 350,00 320,00 420,00 380,00 361,00 480,00 430,00 474,00 570,00 510,00 477,00 630,00 580,00 540,00 700,00 650,00 590,00

500 Volt 0,60 0,90 1,20 1,50 2,10 2,80 4,00 4,50 5,30 6,50 7,00 9,00 10,50 12,00 16,00 17,00 20,00 23,00 24,00 28,00 30,00 33,00 37,00 45,00 47,00 55,00 59,00 65,00 72,00 80,00 92,00 110,00 130,00 160,00 190,00 210,00 230,00 260,00 280,00 310,00 360,00 420,00 460,00 530,00

660 Volt 0,50 0,70 0,90 1,20 1,60 2,10 3,00 3,40 4,00 4,80 5,20 7,00 8,00 9,00 12,00 13,00 15,00 17,00 18,00 21,00 23,00 25,00 28,00 34,00 36,00 42,00 45,00 50,00 55,00 60,00 70,00 80,00 100,00 120,00 140,00 160,00 175,00 200,00 220,00 240,00 270,00 320,00 360,00 400,00

16

5. Putaran (speed) Motor Listrik 3 Phase Pada umumnya putaran motor listrik induksi adalah tetap (konstan) untuk kondisi beban dan tegangan yang normal. Namun sangat tergantung pada jumlah kutub (pole) motor listrik tersebut dan frekwensi sumber tegangan (AC) yang digunakan. Dalam prakteknya, akan terjadi perbedaan jumlah putaran motor listrik antara putaran kondisi beban nol (tanpa beban) dengan kondisi beban penuh (berbeban) yang disebut dengan slip. Untuk mengetahui jumlah putaran motor listrik 3 phase dan besarnya slip yang terjadi, dapat dihitung dengan menggunakan formulasi-formulasi berikut : Ns

(jumlah putaran sinkron) ……………………….….(1)

=

frekwensi

x

120

/

jumlah

kutub

Slip (%) = (putaran beban nol – putaran beban penuh) / putaran beban nol ……….(2) Contoh perhitungan : Jika diketahui suatu motor listrik 3 phase 380 Volt, 1500 rpm, 4 pole dioperasikan pada frekwensi sumber tegangan (AC) 50 Hz dengan jumlah putaran terukur = 1455 rpm. Hitung besar slip putaran motor listrik tersebut. Penyelesaian : Ns

= 50 x 120 / 4

Slip

- Ns

= 1500 rpm

= (1500 – 1455) / 1500 x 100% - Slip

=3%

6. Torsi (Torque) Torsi merupakan gaya lawan yang timbul pada saat start awal maupun pada kondisi kerja (tanpa beban dan berbeban). Jenis-jenis torsi pada kondisi kerja motor listrik : • Rated Torque, torsi nominal motor • Starting Torque, torsi pada kondisi start awal • Full-Out Torque, torsi pada kondisi kecepatan kerja • Load Torque, torsi yang ditimbulkan beban kerja

17

Dari beberapa jenis torsi tersebut, Starting Torque (torsi start) merupakan faktor yang sangat penting bagi kelangsungan kerja sebuah motor listrik karena torsi ini sangat dipengaruhi oleh supply tegangan, putaran dan resistansi kumparan motor. Bertambahnya resistansi rotor (rotor resistance) suatu motor listrik akan mengakibatkan naiknya torsi start, slip dan menurunkan efisiensi kerja motor. Harga starting torque dinyatakan dalam % terhadap kondisi kerja beban penuh. Berikut ini dapat dilihat hubungan antara putaran motor listrik terhadap torsi dan arus dalam kondisi beban penuh.

Gambar 13. Karakteristik kurva starting torque normal 7. Klasifikasi Motor Listrik Berdasarkan torsi korja, Motor Listrik dapat diklasifikasikan dalam beberapa kelas, al : •

Kelas A, Motor deagan torsi dan arus start normal. Motor Listrik kelas A merupakan motor yang sangat banyak dipergunakan karena mempunyai resistansi dan reaktansi yang relatif rendah. Disamping itu, Motor kelas ini juga mempunyai torsi start dan slip yang rendah serta banyak dipergunakan untuk melayani beban kerja Kompressor dan Motor motor Listrik dengan sistem start "tahanan geser" (Resistance starter) diatas 7,5 HP (5.6 KW).

18

Gambar 14. Konstruksi Rotor Motor Listrik Kelas A



Kelas B, Motor dengan torsi normal dan arus start rendah. Arus start yang relatif rendah pada Motor Listrik kelas ini diperoleh dengan menaikkan harga reaktansi kumparan motor serta penggabungan antara pengaruh induksi dengan frekwensi yang disebut dengan Reaktansi induktif. Slip pada beban nominal untuk Motor kelas B ini, relatif rendah.

Gambar 15. Konstruksi Rotor Motor Listrik Kelas B •

Kelas C, Motor dengan torsi tinggi dan arus start rendah. Motor Listrik kelas C, dapat dioperasikan pada suply tegangan penuh dan memiliki arus start yang rendah dengan jalan menaikkan harga reaktansi kumparan. Slip pada beban nominal untuk Motor Listrik C ini, relatif rendah.

Gambar 16. Konstruksi Rotor Motor Listrik Kelas C •

Kelas D, Motor dengan Slip tinggi

19

Motor listrik kelas D, memiliki harga resistansi kumparan tinggi yang mengakibatkan torsi start motor menjadi tinggi dan arus start rendah. Slip yang timbul pada motor listrik kelas D ini cukup tinggi, ± 20%.

Gambar 17. Konstruksi Rotor Motor Listrik Kelas D



Kelas E, Motor dengan Slip tinggi Motor listrik kelas E memiliki slip yang rendah pada beban nominal. Arus start motor kelas ini cukup tinggi untuk melayani start motor listrik diatas 7,5 hp dengan tahanan geser.

Gambar 18. Konstruksi Rotor Motor Listrik Kelas E •

Kelas F, motor dengan torsi dan arus start rendah

Gambar 19. Konstruksi Rotor motor Listrik Kelas F 8. Motor Listrik lebih dari satu kecepatan (Multispeed Motor) Untuk memenuhi kebutuhan putaran beban yang bekerja dengan lebih dari satu kecepatan yang berbeda, Motor Listrik dibuat dengan dua atau lebih 20

kumparan yang terpisah dimana kutub kutubnya dapat dirubah dengan jalan mengubah hubungan kumparan Motor sesuai dengan putaran yang diinginkan (1500 rpm, 1200 rpm, 900 rpm dan 600 rpm). Multi speed motor dapat diklasifikasikan dalam 3 bagian berdasarkan • Torsi tetap (output) • Daya (hp = 0.746 kW) tetap • Torsi dan daya tidak tetap. Hubungan antara Torsi, Daya (hp) dan kecepatan dapat dilihat pada formula berikut ini : Horse Power = (Torsi x kecepatan motor) / 5.252 Dimana : Torsi, dalam satuan pound feet. Kecepatan motor dalam satuan revolution per minute (rpm).

Motor Listrik dengan daya (hp) tetap, torsi yang timbul akan berbanding terbalik terhadap kecepatan motor (torsi akan semakin kecil untuk putaran motor yang semakin tinggi atau mendekati putaran kerja). Sementara dayanya (hp) tetap untuk masing masing putaran motor. Untuk motor listrikd dengan Torsi yang berubah-uhah (variable torque), daya (hp) dan torsinya akan berkurang sejalan dengan turunnya putaran (kecepatan) motor. Motor Listrik jenis variable torque ini banyak dipergunakan untuk melayani beban fan, blower, pompa setrifugal, dll. Tabel Torsi Start minimum Motor Listrik Jumlah Kutub Motor Listrik 2 4 6 8 10 12 14 16

%-tase Torsi Beban Penuh 150 150 135 125 120 115 130 105

9. Perawatan Motor Listrik Pada suatu Pabrik Kelapa Sawit, Motor Listrik merupakan bagian yang sangat vital dalam menentukan kelancaran jalannya pengolahan buah Kelapa Sawit. Dengan demikian, Motor Listrik yang dalam prakteknya berhubungan

21

langsung dengan beban kerja membutuhkan perawatan yang baik dan teratur. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakulan perawatan Motor : • Lakukan pemeriksaan yang teliti terhadap peralatan Motor pada saat tidak beroperasi (stop) • Siapkan unit Motor Listrik cadangan dan spareparts pendukung agar perbaikan/penggantian dapat segera dilakukan. • Jaga kebersihan unit Motor Listrik cadangan serta spareparts lainnya. • Buat catatan kerusakan (trouble record) dan cara mengatasinya agar dengan mudah dapat ditanggulangi jika terjadi kerusakan yang sama pada waktu waktu berikutnya. • Lakukan pemeriksaan secara menyeluruh dan teratur terhadap bagianbagian Motor dan sistim rangkaian penggerak.

10.

Jadwal Perawatan Motor Listrik

10.1. Perawatan barian • Periksa terminal-terminal suply tegangan motor • Periksa kondisi arus beban operasi (dengan Ampere meter) • Bersihkan kondisi fisik motor dari debu, air, minyak,dll • Bersihkan kondisi ventilasi tutup fan pendingin motor • Periksa/bersihkan kondisi rangkaian penggerak motor • Periksa hubungan (couple) motor terhadap beban • Periksa baut-baut pengikat motor • Periksa getaran motor (pada saat operasi) 10.2. Perawatan Mingguan • Periksa rangkaian penggerak motor (wiring) • Periksa komponen proteksi (fuse,thermal o/l, relay, dll) • Periksa terminal -terminal hubung tombol operasi • Periksa/lakukan pelumasan bearing • Periksa carbon brush dan komutator (untuk slipring motor) • Periksa baut-baut brush holder (penjepit carbon brush) • Periksa baut-baut terminal suply tegangan motor • Periksa kondisi dan ketegangan belting kopel beban motor • Periksa kondisi minyak pelumas gearbox (untuk geared motor) • Periksa kondisi karet karet kopling (coupling rubber) 22

• • •

Periksa kondisi automatic level control untuk Motor Listrik yang dioperasikan pada stasiun stasiun Klarifikasi, Water treatment, plant dan Boiler). Periksa kondisi terminal terminal pembatas mekanis untuk Limit switch yang dipergunakan pada unit Hoist crane Periksa kondisi dan hubungan kumparan sellenoid valve pada unit-unit hydraulic Press, Back pressure steam receiver, Transfer carriage & Loading ramp, Decanter dan Purifier/ Sludge sparator. Bersihkan terminal-terminal hubung Listriknya jika terdapat kotoran yang akan dapat mengakibatkan terjadinya isolasi.

10.3. Perawatan Bulanan. • Bersihkan terminal-terminal hubung beban, permukaan kontak sepatu magnetis dan terminal kumparan Magnetic Contactor • Bersihkan terminal-terminal sensor arus beban pada Thermal Overload relay • Bersihkan terminal-terminal fuse/NFB (No Fuse Breaker) • Periksa hubungan dan bersihkan kumparan stator (atau rotor untuk Slip ring motor) • Periksa baut-baut pengikat terminal instalasi rangkaian kontrol • Bersiihkan bearing dan ganti pelumas (grease) bearing 10.4. Perawatan 6 Bulan. • Periksa, bersihkan dan sherlack kembali kumparan stator (rotor) guna merawat isolasi kumparan • • • • •

Periksa kondisi bearing (ganti bearing setiap 3500 jam untuk Motor Listrik yang bekerja 10 jam/hari atau lebih) Ganti Carbon brush (Slipring Motor) Periksa baut-baut pengikat tutup (cover) motor Periksa hubungan (kopel) motor terhadap beban Ganti minyak pelumas gear box (Geared motor)

10.5. Perawatan Tahunan. • Periksa terminal-terminal hubung beban + kumparan Magnetic Contactor (ganti jika perlu) • Periksa/ukur tahanan isolasi jaringan suply tegangan dan kumparan stator (rotor) • Periksa semua komponen sistim kopel beban Motor (Belting,Sprocket dan Coupling) • Periksa getaran kerja dan segera perbaiki dudukan Motor yang rusak (labil) • Lakukan pendataan yang baik dan benar terhadap seluruh kegiatan perawatan dan perbaikan yang telah dilakukan. 23

11.

Penanggulangan Gangguan Kerja Motor (Trouble Shooting) GANGGUAN Motor tidak dapat dioperasikan



PENYEBAB GANGGUAN Suply tegangan • motor terputus • •



Suply tegangan, rendah (drop)



• •

• •

PENANGGULANGAN GANGGUAN Periksa saklar (switch) utama sumber tegangan motor apakah dalam keadaan baik (ON). Periksa fuse/No Fuse Breaker (NFB) apakah dalam keadaan baik (ON). Periksa hubungan kabel hantaran suply tegangan motor Periksa tegangan dan frekwensi kerja mesin pembangkit Listrik (tegangan dan frekwensi kerja normal yang dipakai pada Pabrik-pabrik Kelapa Sawit adalah 390 - 415 Volt pada 50 Hertz). Periksa tegangan nominal motor pada name plate Periksa (dengan Volt-meter) besar tegangan pada terminal motor dalam kondisi beban penuh, agar dapat diketahui/dipastikan apakah kabel hantaran memiliki ukuran yang sesuai dengan kapasitas dan tegangan kerja motor. Kapasitas lalu arus (Cable carrying capacity) kabel hantaran = 110 % x arus beban penuh nominal motor. Tegangan jatuh (Voltage drop) maksimum untuk instalasi tenaga = 5 % x tegangan sumber.

24

GANGGUAN •

Operasi Motor • berdengung

PENYEBAB GANGGUAN Thermal • Overload Relay trip (beban lebih/overload) •

Motor • dioperasikan dengan 2 (dua) • phase • •

• •

Kesalahan • Sistim start dan wiring • •



Getaran • (Vibrasi) tinggi. •



PENANGGULANGAN GANGGUAN Periksa setting thermal overload relay, apakah sesuai dengan kapasitas beban penuh motor. Buka hubungan (kopel) motor terhadap beban, jika motor dapat bekerja dengan baik, periksa kondisi beban (periksa perbaiki bearing-bearing beban motor, kondisi alignment motor terhadap beban, periksa bearingbearing beban motor seperti pompa, fan/blower, conveyor, gearbox, dll). Hentikan operasi dan periksa sumber tegangan motor Buka hubungan suply tegangan rangkaian start ke motor dan operasikan rangkaian start tanpa beban motor. Periksa tegangan Phasa-phasa pada setiap terminal magnetic contactor dan thermal overload relay Jika rangkaian start motor dapat bekerja denganbaik, periksa hubungan kabel hantaran /suply tegangan 3 phase ke motor. Periksa hubungan kumparan pada terminal motor. Periksa rangkaian/sistim start motor pada name plate (Star, Delta, Stardelta atau sistim start dengen tahanan geser/rotor Resistant, dll). Pahami, periksa dan perbaiki rangkaian start dan sesuaikan dengan sistem start yang diinginkan motor Buka hubungan (kopel) motor terhadap beban, kemudian operasikan motor tanpa beban. Jika getaran (vibrasi) motor masih tinggi, hentikan operasi kemudian periksa jarak toleransi antara rotor dengan stator. Periksa baut-baut pengikat dan alignment motor (coupling) dan

25

beban ,terutamaa untuk type gearedmotor yang dikopel langsung dengan beban, seperti : Cake Breaker Conveyor, Conveyor Below Theresher, Bottom/Top cross Conveyor,dll.

26

PENYEBAB GANGGUAN

GANGGUAN

PENANGGULANGAN GANGGUAN •



Temperatur Kerja Motor terlalu tinggi (panas)



Beban lebih (Over load).





• •



Untuk geared-motor yang dikopel langsung dengan beban kerjanya, perlu dilakukan pemeriksaan secara periodik terhadap kondisi karet-karet koplingnya (Coupling rubber), karena tanpa karet kopling yang baik akan terjadi getaran atau hentakan beban terhadap kondisi kerja motor. Selalu lakukan pengujian terhadap setiap hasil perbaikan sebelum motor kembali dioperasikan dalam kondisi beban penuh. Ukur beban kerja motor (dengan menggunakan Tang-ampere/Clampmeter) dan periksa kapasitas maksimum beban motor (pada name plate) guna memastikan bahwa kapasitas motor tidak lebih kecil dari beban yang digerakkan (under size) Periksa bearing-bearing motor, jangan lakukan pemasangan/penggantian bearing secara paksa dengan bearing yang tidak sesuai, terutama ukuran dia. lubang shaft (bore). Karena jika hal ini dilakukan, akan berakibat menyempitnya jarak toleransi antara bola-bola bearing dengan dinding bearing begian luar (Outering) dan dinding bearing bagian dalam (innering), sehingga gerak/putaran bearing akan menjadi sangat berat. Periksa ketegangan (tension) pemasagan belting (untuk motor-motor penggerak fan/blower dan pompa). Selalu lakukan penggantian belting dengan ukuran yang sesuai agar diperoleh ketegangan belting yang baik Pada Pabrik-pabrik Kelapa Sawit PT. SIP yang ada saat ini telah disediakan alat yang dapat dipergunakan untuk menentukan ketegangan belting (Belt tensioner), lakukan pengujian terhadap operasi motor tanpa beban (free load 27



12.

Sistim Pendingin Motor tidak baik



test). Periksa kondisi fan (kipas) pendingin dan fentilasi udara serta ruang kerja motor

Kontrol Motor 3 Phase.

Dalam mengoperasikan Motor motor Listrik 3 phase diperlukan komponen pembantu yang berfungsi sebagai alat Starting dan Stopping serta keperluan kontrol lainnya yang meliputi seluruh sistim rangkaian instalasi kerja motor tersebut. Selain itu alat bantu sistim kontrol Motor Listrik dapat juga berfungsi sebagai pengubah/pembalik arah putaran, pengamanan beban atau arus lebih serta menghidupkan alarm atau lampu lampu sinyal sebagai tanda atau peringatan dari kondisi kerja motor. Jika dikehendaki alat kontrol ini juga dapat dilengkapi dengan kontrol pemutus daya yang diharapkan dapat melindungi motor dari gangguan akibat kesalahan sistim jaringan atau beban mekanis (mesin yang digerakkan oleh Motor Listrik tersebut). 12.1. Beberapa komponen rangkaian kontrol Motor Listrik. • • • • • •

Kontaktor Fuse/pengaman lebur Push Button/tombol operasi Timing Delay Relay, berfungsi mengatur waktu perpindahan kontak pada sistim starting motor. Limit Switch, berfungsi memutuskan hubungan/menghubungkan suply tegangan sistim start motor pada batas-batas yang telah ditentukan. Thermal Over Load Relay, pengaman terhadap arus lebih.

Penggunaan peralatan tersebut diatas tentu saja tergantung kebutuhan sejauh mana operasi sebuah Motor Listrik harus dikontrol agar diperoleh tingkat efisiensi kerja (service factor) yang optimal. Kontaktor, adalah peralatan kontrol motor yang fungsi utamanya untuk menghubung dan memutuskan rangkaian starting motor dengan jala jala. Pada umumnya mempunyai 2 (dua) jenis kontak, yaitu • Normaly Opened (N.O) • Normaly Closed (N.C).

28

Selain untuk memutus dan menghubungkan motor dengan sumber tegangan, terminal kontaknya juga dapat berfungsi untuk menghubungkan/memutuskan hubungan rangkaian kontrol dengan rangkaian kontrol peraltan/mesin yang lain (Interlocked circuit). Ditinjau dari cara kerjanya, Kontaktor terbagi dua jenis • Manual • Magnetis.

Keterangan : • Kontaktor Manual. Jenis Kontaktor ini banyak digunakan untuk motor-motor kecil dan bekerja secara manual. • Kontaktor Magnetis. Kontaktor magnetik ini banyak sekali digunakan sebagai kontrol Motor Listrik, karena disamping pengoperasian dan perawatannya yang mudah, juga dapat bekerja secara automatis jika dikombinasi dengan peralatan kontrol yang lain, misalnya : Level Control, Pressure Switch, dll. Hal-hal yang sangat penting diperhatikan dalam pemilihan suatu Kontaktor Magnetis, antara lain : • Tegangan Kerja kumparan (Coil) Kontaktor • Kapasitas tampung beban kerja. • Kondisi terminal hubung beban dalam hubungannya dengan kapasitas tampung beban kerja. Push Button, peralatan kontrol motor untuk membantu start dan stop. Push Button umumnya berisi kontak-kontak yang terdiri dari : • Normaly Closed (untuk Stop) • Normaly Opened (untuk start). Timing Relay, adalah peralatan kontrol yang berfungsi mengatur perpindahan kontak (terminal) hubung secara automatis sesuai dengan waktu yang dikehendaki, misalnya mengendalikan waktu perpindahan rangkaian hubungan kerja Motor Listrik dari hubungan Bintang (Star) ke hubungan Segitiga (Delta), dll. 12.2. Pengaman. Peralatan pengaman pada rangkaian kontrol motor yang banyak dipakai antara lain : • Sekring/Fuse 29

• • • • 13.

Over Current Relay Thermal Overload Relay (Bimetal) Under Voltage Over Voltage dan lain lain. Prinsip Kerja Rangkaian Kontrol

a. Sistim Rangkaian D.O.L. (Direct On Line). Perhatikan Gambar Rangkaian Utama dan Rangkaian kontrol. Tekan tombol S1, kumparan (Coil) Magnetic Contactor K1 mendapat suply tegangan yang mengakibatkan Kontaktor bekerja.

Dengan bekerjanya Kontaktor K1, maka kontak bantu K1 (terminal 13 14) akan terhubung sehingga sistim rangkaian terkunci. Dalam posisi ini Motor Listrik telah mendapat suply tegangan 3 phase dan berputar searah jarum jam (Motor Listrik siap untuk dibebani). Untuk menghentikan kerja Motor Listrik ini, cukup dengan menekan tombol SO, maka seluruh sistim kerja rangkaian akan terputus dan Motor Listrik lambat laun akan berhenti.

30

Gambar 20. Sistem Starting Motor Listrik Direct On Line (D.O.L) (a). Rangkaian Utama, (b) Rangkaian Kontrol Keterangan Gambar : L1, L2, L3, N Sumber tegangan 3 phase, 4 kabel (1 netral) F7, F8, F9 Fuse Utama K1 Magnetic Contactor F1 Thermal Over Load Relay M3 Motor Listrik 3 Phase S0 Tombol Normally Closed S1 Tombol Normally Opened A1, A2 Terminal Coil Magnetic Contactor Lampu Indicator

b. Sistim Rangkaian D.O.L. (Direct On Line) Pembalik Putaran. Perhatikan Gambar Rangkaian Utama dan Rangkaian kontrol.

31

Gambar 21. Sistem Starting Motor Listrik Direct On Line (D.O.L) Pembalik Putaran (a). Rangkaian Utama, (b) Rangkaian Kontrol Keterangan Gambar : L1, L2, L3, N Sumber tegangan 3 phase, 4 kabel (1 netral) F7, F8, F9 Fuse Utama K1, K2 (A1, A2) Magnetic Contactor F1 Thermal Over Load Relay M3 Motor Listrik 3 Phase S0 Tombol Normally Closed (NC) S1 Tombol Normally Opened (NO) u/ Putaran searah jarum jam S2  Normally Opened u/ Putaran berlawanan arah jarum jam K1, K2 (13, 14) Kontak Bantu (NO) K1, K2 (A1, A2) Kontak Bantu (NC) Lampu Indicator

32

Tekan tombol S1, kumparan (Coil) Magnetic Contactor K1 mendapat suply tegangan yang mengakibatkan Kontaktor bekerja. Dengan bekerjanya Kontaktor K1, maka kontak bantu K1 (terminal 13 14) akan terhubung sehinga sistim rangkaian terkunci. Dalam posisi ini Motor Listrik telah mendapat suply tegangan 3 phase dan berputar searah jarum jam, kontak bantu K1 (21 - 22) terbuka. Tekan tombol SO, maka seluruh sistim rangkaian akan terputus. Tekan tombol S2, kumparan (Coil) Magnetic Contactor K2 mendapat suply tegangan yang mengakibatkan Kontaktor bekerja. Dengan bekerjanya Kontaktor K2, maka kontak bantu K2 (terminal 13 14) akan terhubung sehinga sistim rangkaian terkunci. Dalam posisi ini Motor Listrik telah mendapat suply tegangan 3 phase dan berputar ke arah yang berlawanan dengan arah putaran jarum jam, kontak bantu K2 (21 22) terbuka. Untuk menghentikan kerja Motor Listrik ini, cukup dengan menekan tombol SO, maka seluruh sistim kerja rangkaian akan terputus dan Motor Listrik lambat laun akan berhenti. c. Sistim Rangkaian Star - Delta (Bintang - Segitiga). Perhatikan Gambar Rangkaian Utama dan Rangkaian Kontrol. Tekan tombol S1, Kumparan (Coil) Kontaktor K1 akan mendapat suply tegangan yang mengakibatkan Magnetic Contactor K1 akan bekerja. Dengan bekerjanya Magnetic Contactor K1, maka kontak bantu K1 (13 14) akan terhubung dan Kontaktor K3Y akan mendapat suply tegangan melalui terminal K1T (65 - 66). Dalam posisi ini lampu indikator akan menyala dan Motor Listrik bekerja dalam hubungan Star (Bintang/Y), arah putaran searah dengan putaran jarum jam. Beberapa saat kemudian (Setting Timer Relay 10 detik) Relay waktu T1 akan bekerja, sehingga terminal (65 - 66) terbuka dan suply tegangan ke Kontaktor K3Y terputus. Bersamaan dengan itu terminal Relay waktu T1 (57 - 58) akan terhubung, sehingga Kontaktor K2D akan mendapat suply tegangan. Dalam posisi ini Motor Listrik bekerja dalam hubungan Delta (Segitiga), arah putaran searah dengan putaran jarum jam. Untuk menghentikan kerja Motor Listrik ini, cukup dengan menekan tombol SO, maka seluruh sistim kerja rangkaian akan terputus dan Motor Listrik lambat laun akan berhenti.

33

Gambar 22. Rangkaian Utama Sistem Starting Motor Listrik Bintang Segitiga (Star – Delta) Keterangan : Sistem rangkaian starting dengan 2 (dua) Thermal Over Load Relay ekonomis jiga jarak panel kontrol dengan motor listrik jauh Besar Penampang Kabel Untuk Rangkaian Starting Y-Δ dengan 1 Thermal Over Load Relay : 34

LS = LD LD > LH, maka LS > LH Untuk Rangkaian Starting Y-Δ dengan 2 Thermal Over Load Relay : LD = LH LD > LS, maka LH > LS

Gambar 22. Rangkaian Kontrol Sistem Starting Motor Listrik Bintang Segitiga (Star – Delta) Keterangan Gambar : K1T, K3T adalah Kontak Bantu Relay Waktu Jika hanya menggunakan 1 Thermal Over Load Relay, maka F3 dapat dilepas dari sistem rangkaian ARUS

Y 0.33 x In

Δ In 35

DAYA

0.33 x Pn

Pn

d. Sistim Rangkaian Star - Delta (Bintang - Segitiga) Pembalik Putaran. Perhatikan Gambar Rangkaian Utama dan Rangkaian Kontrol. Tekan tombol S1, Kontaktor K1 akan mendapat suply tegangan yang mengakibatkan Magnetic Contactor akan bekerja dan kontak bantu K1 (13 - 14) akan terhubung. Dengan terhubungnya kontak bantu K1 (13 - 14) maka Coil kontak Relay waktu K5T dan K5A akan bekerja, sehingga kontak bantu K5A akan terhubung. Dalam kondisi ini Motor Listrik bekerja dalam hubungan Bintang (Y) dan berputar searah dengan putaran jarum jam.

36

Gambar 23. Rangkaian Utama Sistem Starting Motor Listrik Bintang Segitiga (Star – Delta) Pembalik Putaran

37

Gambar 24. Rangkaian Kontrol Sistem Starting Motor Listrik Bintang Segitiga (Star – Delta) Pembalik Putaran Beberapa saat kemudian (Setting Relay Waktu ±10 detik) kontak bantu K5T (65 - 66) akan terbuka dan K5T (57 - 58) akan terhubung, sehingga Magnetic Contactor K3D akan bekerja (terminal 53 - 54 akan terhubung dan 21 - 22 akan terbuka). Dalam posisi ini Motor Listrik bekerja dalam hubungan Delta (Segitiga) dan berputar searah dengan putaran jarum jam. Tekan tombol SO, maka seluruh sistim rangkaian akan terputus. 38

Tekan tombol S2, Kontaktor K2 akan mendapat suply tegangan yang mengakibatkan Magnetic Contactor akan bekerja dan kontak bantu K2 (13 - 14) akan terhubung. Dengan terhubungnya kontak bantu K2 (13 - 14) maka Coil kontak Relay waktu K5T dan K5A akan bekerja, sehingga kontak bantu K5A akan terhubung. Dalam kondisi ini Motor Listrik bekerja dalam hubungan Bintang (Y) dan berputar kearah yang berlawanan dengan arah putaran jarum jam. Beberapa saat kemudian (Setting Relay Waktu ±10 detik) kontak bantu K5T (65 - 66) akan terbuka dan K5T (57 - 58) akan terhubung, sehingga Magnetic Contactor K3D akan bekerja (terminal 53 - 54 akan terhubung dan 21 - 22 akan terbuka). Dalam posisi ini Motor Listrik bekerja dalam hubungan Delta (Segitiga) dan berputar kearah yang berlawanan arah dengan arah putaran jarum jam. Untuk menghentikan kerja Motor Listrik ini, cukup dengan menekan tombol SO, maka seluruh sistim kerja rangkaian akan terputus dan Motor Listrik lambat laun akan berhenti. e. Sistim Rangkaian Starting Motor dengan Slip ring (Cincin Geser). Perhatikan Gambar Rangkaian Utama dan Rangkaian Kontrol. Tekan tombol S1, Kontaktor K1 akan mendapat suply tegangan dan kontak bantu K1 (13 - 14) akan terhubung. Dengan demikian maka Relay Waktu T1 akan bekerja dan kontak bantu t1 akan terhubung. Dengan terhubungnya terminal t1, maka Kontaktor K2 akan bekerja, sehingga kontak bantu K2 (13 -14) akan terhubung, Relay Waktu T2 akan mendapat suply tegangan dan kontak bantu t2 akan terhubung. Dengan terhubungnya terminal t2, maka Kontaktor K3 akan bekerja dan kontak bantu K3 (13 - 14) akan terhubung. Sehingga Relay Waktu T3 akan mendapat suply tegangan yang berakibat terhubungnya terminal t3. Dengan terhubungnya terminal t3, maka Kontaktor K4 akan mendapat suply tegangan, kontak bantu K4 (13 - 14) akan terhubung sedangkan kontak bantu K4 (21 - 22) akan terbuka. Dalam Kondisi ini Motor Listrik bekerja dalam putaran/beban kerja normal. Dengan terbukanya kontak bantu K4 (21 - 22), maka hambatan Slip ring (Cincin Geser) tersebut = nol.

39

Untuk menghentikan kerja Motor Listrik ini, cukup dengan menekan tombol SO, maka seluruh sistim kerja rangkaian akan terputus dan Motor Listrik lambat laun akan berhenti.

Gambar 24. Rangkaian Utama Sistem Starting Motor Listrik Dengan Sip Ring / Cincin Geser

40

Gambar 25. Rangkaian Kontrol Sistem Starting Motor Listrik Dengan Sip Ring / Cincin Geser

f. Sistim Rangkaian Motor Dua Kecepatan dengan Kumparan Terpisah. Perhatikan Gambar Rangkaian Utama dan Rangkaian kontrol.

41

Gambar 26. Rangkaian Sistem Starting Motor Listrik 2 Kecepatan (a) Rangkaian utama, (b) Rangkaian Kontrol Tekan tombol S1, kumparan (Coil) Magnetic Contactor K1 mendapat suply tegangan yang mengakibatkan Kontaktor bekerja. Dengan bekerjanya Kontaktor K1, maka kontak bantu K1 (terminal 13 14) akan terhubung sehinga sistim rangkaian terkunci. Dalam posisi ini Motor Listrik telah mendapat suply tegangan 3 phase dan berputar dengan kecepatan I , kontak bantu K1 (21 - 22) terbuka. Tekan tombol SO, maka seluruh sistim rangkaian akan terputus. Tekan tombol S2, kumparan (Coil) Magnetic Contactor K2 mendapat suply tegangan yang mengakibatkan Kontaktor bekerja. Dengan bekerjanya Kontaktor K2, maka kontak bantu K2 (terminal 13 14) akan terhubung sehingga sistim rangkaian terkunci. Dalam posisi ini Motor Listrik telah mendapat suply tegangan 3 phase dan berputar dengan kecepatan II, kontak bantu K2 (21 - 22) terbuka.

PENTANAHAN (GROUNDING) DAN 42

PENANGKAL PETIR 1. System Grounding (Pentanahan Sistem) Yang dimaksud dengan pentanahan sistem adalah hubungan pentanahan dari bagian saluran suatu sistem yang bertegangan. Pada dasarnya pentanahan sistem dilakukan pada titik netral dengan tujuan mencegah terjadinya tegangan transient (tegangan sesaat) yang besarnya beberapa kali tegangan normal antara phase dan tanah (ground) dan dapat merusak bagian phase yang normal. 2. Metode Neutral Grounding (pentanahan Titik Netral) Beberapa cara pentanahan titik netral antara lain : • Pentanahan langsung (solid grounding) • Pentanahan melalui Resistor • Pentanahan melalui Reaktor Pentanahan titik netral ini dilakukan pada sumber daya, seperti Generator atau Trafo Distribusi.

Gambar 1. Metode Pentanahan Titik Netral Dalam prakteknya, penggunaan metode Neutral Grounding berdasarkan tegangan kerja sistem : • Untuk sistem tegangan 6000 Volt kebawah, digunakan solid grounding • Untuk sistem tegangan 2,4 s/d 13,8 KV, digunakan Resistance atau Solid Grounding • Untuk sistem tegangan 22 KV atau lebih menggunakan Reactance Grounding 43

a. Solid Grounding Untuk Generator dan Trafo yang memiliki Reaktansi yang cukup tinggi, pada prinsipnya akan terbebas dari pengaruh Transient Over Voltage (tegangan lebih sesaat). Namun harus diperhatikan sampai sejauh mana sistem dapat di Grounding karena solid grounding tidka dapat diartikan sebagai rangkaian tanpa harga impedansi. b. Resistance Grounding Pada sistem resistance grounding, titik netral dihubungkan ke tanah melalui 1 atau lebih tahanan. Dengan adanya tahanan ini, arus gangguan tanah dapat dibatasi guna : • Mengurangi pengaruh terbakar dan melelehnya peralatan listrik seperti Switch Gear, Kabel, dll • Mengurangi Stress (tekanan) mekanis pada bahan yang dilalui arus gangguan. • Mengurangi pengaruh sengatan listrik terhadap pekerja c. Reactance Grounding Reactance Grounding berari suatu sistem pentanahan (grounding) yang dibuat dengan menggunakan suatu reaktor. Dengan sistem Grounding ini, arus gangguan tanah yang dapat dibatasi cukup tinggi (± 25% dari arus gangguan 3 phase). 3. Rangkaian Grounding Beberapa pengaruh sistem grounding pada rangkaian sekunder bertegangan rendah yang banyak ditemui pada industri dapat dilihat dari beberapa kasus dibawah ini. a. Kasus Pertama Bila suatu Trafo Distribusi dengan tegangan 120 volt mempunyai tahanan pentanahan 10 ohm dan saluran dengan kapasitas 15 Amp Fuse, maka bila terjadi gangguan kerusakan isolasi kabel dimana Conduit (pelindung kabel dari logam) tidak digrounding, akan timbul tegangan pada Conduit tersebut sebesar tegangan saluran yang berbahaya. b. Kasus Kedua Bila dibuat grounding terpisah antara sistem dan Conduit dimana tahanan tanah pada Conduit 20 Ohm, maka akan timbul tegangan sebesar 80 Volt antara Conduit dengan tanah, Sedangkan arus saluran = 4 Amp (dalam kasus ini Fuse belum bisa putus).

44

c. Kasus Ketiga Bila Conduit dihubungkan dengan sistem grounding yang mempunyai tahanan tanah 25 Ohm, maka akan timbul arus listrik yang besar pada rangkaian bila terjadi gangguan isolasi kabel pada bagian saluran yang tidak di grounding. Dalam hal ini fuse segera akan putus (sebelum fuse putus, tegangan pada Conduit sangat kecil). d. Kasus Keempat Selanjutnya bila terjadi kasus ketiga tetapi ditambah pentanahan pada Trafo, maka seperti kejadian yang sama fuse akan putus. Jika tahanan tanah sistem (R1) lebih besar dibandingkan tahanan tanah Trafo, maka tegangan Conduit akan berkisar 60 Volt.

45

4. Equipment Grounding (Pentanahan Alat) Pentanahan alat dimaksudkan sebagai pentanahan peralatan Listrik pada bagian yang tidak bertegangan dan terbuat dari logam. Tujuan dari pentanahan alat ini adalah untuk membatasi potensi bagian alat yang tidak dialiri arus bila terjadi kebocoran tegangan pada peralatan tersebut.

46

Dari data-data diketahui bahwa kecelakaan yang berakibat fatal baik bagi peralatan maupun pekerja adalah disebabkan tidak adanya pentanahan alat tersebut. Pentanahan alat sangat perlu untuk melengkapi alat alat kerja yang langsung dioperasikan dengan tangan manusia, seperti: Bor Listrik, Alat Gergaji Listrik, dll. Demikian juga peralatan peralatan lain yang beroperasi terus-menerus, dengan adanya pentanahan titik netral, maka diperlukan pentanahan alat yang sesempurna mungkin.

Gambar 2. Pentanahan Motor Listrik. 5. Komponen Alat Pentanahan, antara lain • •



Elektrode Pentanahan (Grounding Electrode) merupakan logam seperti pipa/pelat tembaga, pipa galvanis atau yang sejenisnya yang ditanam cukup dalam (sebaiknya mencapai Air tanah). Rel Pentanahban (Ground Bus) merupakan suatu rel jaringan pentanahan tempat dimana elektrode elektrode dihuhungkan, sehingga seluruh elektrode menjadi satu. Ground Bus ini bertujuan inituk meratakan potensial di dalam struktur yang ada. Penghantar Pentanahan (Grounding Conductor), yaitu kawat atau kabel. yang menghuhungkan rangka logam dari peralatan yang ditanahkan (biasanya dengan kode warna hijau atau hijau kuning).

6. Pentanahan Peralatan Stasioner. Peralatan peralatan industri yang terbuat dari logam seperti tangki penimbunan minyak maupun tangki penimbunan kernel, harus dilengkapi

47

dengan sistim pentanahan yang dimaksudkan sebagai perlindungan terhadap pengaruh sambaran Petir. 7. Penangkal Petir 7.1. Jenis Penangkal Petir Konvensional. Penangkal Petir konvensional dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu a. Franklin Lightning Rod. Penemu jenis ini adalah Benjamin Franklin, terdiri dari sebuah batang metal (tembaga) yang berujung runcing dan dipasang vertikal di puncak sebuah bangunan dan kawat konduktor yang menghubangkannya dengan bumi. Franklin Lightning Rod mempunyai daerah perlindungan berupa kerucut, sehingga kurang mencukupi untuk melindungi suatu bangunan yang mempunyai area yang luas. Jenis ini (batang tunggal) lebih tepat dipakai pada bangunan-bangunan yang menjulang tinggi seperti : menara, cerobong asap dan bangunan lain yang dapat terlingkupi oleh daerah perlindungannya.

Gambar 3. Bangunan dengan Penangkal Petir Jenis Franklin. b. Faraday Cage (Sangkar Faraday). Apabila pada jenis Franklin batang metal (konduktor) yang dipakai sebagai Air Termination dipasang vertikal, maka pada jenis Faraday ini batang konduktor tersebut dipasang horizontal diatas atap bangunan atau di sepanjang pinggiran atap bangunan seperti pada gambar.

48

Bangunan-bangunan dengan konstruksi besi dan konstruksi beton bertulang pada hakekatnya merupakan sangkar Faraday juga yang mempunyai persyaratan sebagai suatu sistem penangkal Petir.

Gambar 4. Bangunan dengan penangkal Petir Jenis Faraday.

Gambar 5. Bangunan konstruksi besi sebagai sangkar Faraday. Konduktor

49

horisontal diatas atap bangunan dan konstruksi besi sebagai Down Conductor Gambar-gambar diatas meperlihatkan contoh instalasi penangkal Petir konvensional dari jenis Franklin dan Faraday pada suatu bangunan yang sama. Dari kedua gambar tersebut jelas terlihat perbedaan instalasi maupun daerah perlindungannya. Terlihat kelemahan dari jenis Faraday, yaitu pada daerah diantara dua konduktor horisontal di atap bangunan, yang tidak terlindung. 7.2. Daerah Perlindungan Penangkal Petir Konvensional Ada banyak hipotesa Mengenai daerah perlindungan dari Franklin Lightning Rod, hal ini dapat dillihat pada gambar berikut.

Gambar 6. Beberapa hipotesa daerah perlindungan penangkal Petir Vertikal Hipotesa menurut : • Gay Lussac 1823, daerah perlindungan berupa silinder HBCK • De Fonville 1874, daerah per.lindungan berupa kerucut BAC • Paris Commision 1975, daerah perlindungan berupa kerurut DAE. • Chapman 1875, daerah perlindungan berupa silinder LFGM. • Adams 1881, daerab perlindungan, berupa. kerucut FAG. • Hypothesis, daerah perl.i.ndungan berupa silinder OHIP. • Preece 1881, daerah perLindungan berupa kerucut FAG. • Nelsens, daerah perlindungan berupa kerucut HAI Dari sekian banyak hipotesa yang ada Preece adalah orang pertama yang menggunakan teori pendekatan geometrik (Geometrical Approach) dari Franklin. Petir yang menyambar dari awan menginduksikan medan listrik kepermukaan tanah dibawahnya, sehingga di sekitar sebuah penangkal Petir timbul medan Listrik dengan polaritas yang berlawanan dengan polaritas 50

leader yang turun dan distribusi kerapatan muatan Listrik yang lebih besar pada bagian ujungnya yang runcing. Sehingga Petir yang turun akan memilih daerah (objek) yang terdekat untuk melepaskan muatannya, dalam hal ini obyek yang terdekat adalah ujung penangkal Petir atau ke tanah jika jarak ke tanah lebih dekat. Dari kejadian diatas, Preece menyimpulkan bahwa daerah perlindungan sebuah Vertical Lightning Rod setinggi (h) adalah sebuah kerucut dengan tinggi (h), radius lingkaran alasnya sama dengan tingginya dan sisinya adalah busur lingkaran. dengan jari-jari (h) dari ujung penangkal hingga menyinggung tanah seperti pada gambar.,

Gambar 7. Daerah perlindungan sebuah Vertical Lightning Rod, Dari uraian diatas dapat didefinisikan bahwa, daerah perlindungan penangkal Petir adalah ruang disekeliling tiang penangkal dimana kemungkinan terkena sambaran Petir adalah sangat kecil. 7.3. Komponen Sistim Penangkal Petir Konvensional. a. Air Termination (Terminal Udara). Air Termination adalah bagian dari sistim penangkal Petir yang terletak yang terletak pada posisi yang lebih tinggi dari 2 komponen yang lain diatas atap suatu bangunan. Jadi, maksud pemasangan Air Termination adalah untuk menyongsong Petir (Leader) yang menyambar bangunan tersebut dan meneruskan arusnya ke tanah. Dengan memasang bahan metal (konduktor) pada bagian-bagian yang menjulang diatas atap bangunan serta memasang jaringan konduktor

51

yang melingkupi atap bangunan dan menghubungkannya dengan tanah, akan menurunkan harga tahanan bangunan itu. Sehingga bila Petir menyambar bangunan itu, maka beda potensial yang timbul antara atap bangunan dan tanah menjadi lebih kecil dibandingkan dengan bila tanpa konduktor (ponangkal Petir). Untuk menghindari terjadinya Flash Over maka semua benda yang terbuat dari metal, baik yang berada diatas atap maupun dibawah harus dihubungkan dengan Air Termination. b. Down Conductor (Kawat Penghantar) Down Conductor, adalah konduktor yang menghubungkan Air Termination dan Earth Termination dengan jarak yang sesingkat dan selurus mungkin. Jadi bagian ini berfungsi untuk menyalurkan arus Petir dari Air Termination ke Earth Termination (Terminal tanah). Karena besarnya arus Petir yang disalurkan melalui Down Conductor maka dapat menimbulkan Flash Over (Loncatan bunga api Listrik/Kilat) bila terjadi kesalahan dalam cara pemasangannya. Oleh karena itu pemasangan Down Conductor sedapat mungkin tidak melalui lekukanlekukan dinding bangunan. Cara terbaik untuk menghindarkan terjadinya Side Flash adalah dengan menggunakan kabel koaksial yang mempunyai impedansi sangat kecil sehingga Voltage Drop pada Down Conductor dapat di perkecil dan arus Petir dapat disalurkan ketanah tanpa menimbulkan Side Flash. Pada umumnya Down Conductor dipasang pada dinding sebelah luar suatu bangunan. Seandainya hal tersebut tidak mungkin untuk dilakukan maka pemasangan pada dinding sebelah dalam bangunan harus disalurkan dalam pipa non metal (bukan logam) yang tidak mudah terbakar. c. Earth Termination (Terminal Tanah). Earth Termination, adalah bagian yang dimaksudkan sebagai jalan untuk pembuangan arus ke tanah yang berupa elektroda (rod, mesh, plat) yang ditanam di dalam tanah. Untuk itu tahanan pentanahan dimana elektroda tersebut ditanam haruslah serendah mungkin, hal ini untuk mengurangi besarnya step voltage yang timbul serta untuk menghindari terjadinya Side Flash akibat arus Petir. Untuk menentukan besarnya tahanan persyaratan yang diminta yaitu : 10 Ohm.

pentanahan,

sesuai

dengan

52

7.4. Bahan dan Ukuran Konduktor Penangkal Petir Konvensional. Bahan yang digunakan untuk konduktor penangkal Petir pada umumnya dari tembaga (copper) atau logam lain dengan campuran tembaga. Akan tetapi untuk saat ini alumunium dan galvanis steel telah banyak digunakan. Begitupun pemakaian konduktor dalam bentuk strip (plat) mulai banyak digantikan oleh konduktor bentuk batang (rod), karena lebih fleksibel dalam penggunannya. Pada tabel berikut ini dapat dilihat bahan serta ukuran konduktor yang digunakan untuk penangkal Petir konvensional. Tabel Bahan dan ukuran konduktor untuk penangkal Petir konvensional. Komponen

Ukuran Minimum (mm) _________________________________________________________ Air Termination - Aluminium dan tembaga (strip) 20 x 3 - Alominium, aluminium alloy copper dan Phosphor Bronze (rod) 10 (diameter) - Stranded aluminium conductor 10 / 2,50 - Stranded copper conductors 19 / 1,80 Down Conductor. - Aluminium dan tembaga (strip) - Aluminium,Aluminium alloy dan copper (strip). Earth Termination - Hard drawn copper rod untuk tanah Yang lunak - Phosphor bronze untuk tanah Yang keras - Copper clad steel untuk tanah Yang keras.

20 x 3 10 (diameter) 12 (diameter) 12 (diameter)

7.5. Phenomena Petir (Lightning). Petir adalah suatu tendangan/loncatan api Yang disebabkan oleh muatan Listrik yang lepas (discharge) diantara sesama awan atau antara awan dan 53

bumi. Ada beberapa teori yang mengungkapkan tentang terjadinya Petir namun pada dasarnya semua sama, yaitu adanya akumulasi muatan listrik baik positip maupun negatip diatas awan maupun dipermukaan bumi. Akumulasi ini bisa terjadi karena adanya proses di Atmosfer antara debu dan partikel uap Air yang bergesekan. Bila muatan Listrik yang terakumulasi ini sudah mencapai sekitar 5 juta sampai 20 juta Volt (beda potensial), maka mulailah terjadi loncatan petir. Socara umum Petir bisa dilihat dari pengaruh sambarannya terutama pada tranmisi secara tidak langsung (Indirect Strokes/Travelling Waves). Faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk perlindungan saluran transmisi terhadap direct strokes adalah : • Kawat tanah (Groung Wire), harus ada. • Jarak antara konduktor cukup jauh. • Jarak antara konduktor dan ground wire cukup jauh dan seimbang. • Tahanan dari tiang atau menara sekecil mungkin untuk bisa mengalirkan pelepasan muatan Listrik dari Petir. Tabel Penggunaan Peralatan Pengaman terhadap Petir. Bahaya • Sambaran Petir langsung (direct). Petir • Pulsa tegangan tinggi dgn gelombang Petir depan steep. • Arcing Grounds. • Frekwensi tinggi pd tegangan rendah • Potensial tinggi statis.

Alat Pengamannya Kawat tanah & Penangkal Kawat tanah & Penangkal Peterson Coil. Condensor atau Surge Absorber Pentanahan water jet resistances atau pentanahan choking coil.

Testing Periodik dari Sistem Grounding. Sudah diketahui bahwa sistem Listirik perlu digrounding karena untuk membatasi Transient Over Voltage (pulsa tegangan tinggi). Oleh karena itu perlu dilakukan testing terhadap sistem grounding yang sudah terpasang secara periodik tergantung dari kandisi tanah dan pengalaman ditempat (daerah kering atau rawa), bisa setiap setahun atau 6 bulan. Harga Tahanan Tanah yang diizinkan. • 25 Ohm maksimum, namun semakin kecil akan semakin baik, kecuali untuk substation kecil maksimum 5 Ohm dan substation besar 1 Ohm. • Standard di Indonesia maksimum, 10 Ohm untuk bangunan umum dan 2.5 Ohm untuk pusat pembangkit dan substation. 54

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF