Motivation Letter
August 11, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Motivation Letter...
Description
MOTIVATION LETTER Nama saya Nur Anisa, biasa di panggil Anisa, simple, jelas, dan tidak berbelit-belit. Saya berasal dari keluarga yang jumlah anggotanya bisa dibilang diatas rata-rata. Bagaimana tidak, saya merupakan anak kedelapan dari sepuluh orang bersaudara. Jika p program rogram Keluarga Berencana Indonesia alias KB mencanangkan semboyan dua anak lebih baik, maka tentu saja keluaraga saya sudah menyalahi semboyan tersebut. Mempunyai Mempunyai anak yang melebihi kapasitas tentu saja menjadi tantangan tantangan tersendiri bagi orang tua saya. Ayah Ayah saya hanya hanya bekerja sebagai buruh kasar tukang angkat kayu bangunan dengan penghasilan yang bisa dikatakan kurang kurang mencukupi. mencukupi. Ibu saya bekerja sebagai sebagai petani disawah pinjaman dari keluarga lain itu pun luasnya luasnya tidak seberapa. Melihat kondisi ekonomi keluarga keluarga yang begitu sulit, sebenarnya saudara-saudara saya telah berupaya untuk membantu, namun tetap saja dengan harga kebutuhan hidup hidup yang semakin melejit dan gaji mereka yang yang tak seberapa, kebutuhan keluarga tetap tidak tertutupi. Saya tinggal disebuah desa terpencil di Pasaman, Sumatera Barat, bahkan jika saya sebutkan sekalipun belum tentu orang-orang akan menegetahui dimana lokasinya. Bahkan sempat ada yang yang bilang bahwa desa tersebut tidak termasuk bagian Indonesia Indonesia karena tidak keluar di halaman website website.. Karena semua orang terlalu fokus pada Pulau Papua yang terisolir sehingga lupa bahwa di Sumatera Barat masih ada wilayah yang terisolir seperti desa saya ketika saya masa sekolah dahulu. Saya masih ingat ketika saya sekolah sampai SMP pada pada masa itu, jika saya ingin belajar, saya hanya menggunakan satu buah lampu cimporong untuk untuk bersama,satu keluarga, tidak ada PLN, dan yang lebih parahnya lagi saya harus berjalan sejauh kurang lebih 5km menapaki jalan berbatu untuk sampai ke sekolah pada waktu itu. Hingga sekarang pembangunannya sudah lumay lumayan an maju, PLN PLN juga sudah masuk, tapi sepertinya keadaan dirumah saya tidak terlalu jauh mengalami kemajuan. Kami mempunyai meteran listrik tapi tidak ada TV, kulkas, apalagi mesin cuci. Melihat situasi yang sedemikian rupa, menjadi seorang dokter atau kuliah dikedokteran sepertinya hanya akan menjadi khayalan belaka. Orang-orang pasti bilang “kuliah saja syukur, ini mau kedokteran, mimpi kali ” ya, tidak hanya tetangga tapi juga orang tua saya mengatakan hal yang sama. Sebenarnya saya sudah mempunyai cita- cita menjadi dokter sejak saya SD. Tapi saya tidak pernah memberitahukan hal tesebut pada orang lain. Saya bersekolah di SDN 11 Pasar Cubadak, sudah tidak menjadi rahasia umum bahwa tenaga pengajar disekolah saya semuanya honoran dan tentunya pengetahuan yang saya dapatkan juga jauh tertinggal dari teman-teman lain yang bersekolah di pusat-pusat kota, selanjutnya saya melanjutkan ke SMPN 2dua Koto, keadaannyapun tidak jauh berbeda. Namun dengan tekat yang kuat, di dukung prestasi yang baik dimana saya selalu menjadi juara umum sejak kelas 1 SD sampai SMP saya lulus di kelas unggul SMAN 1 Lubuk Sikaping dengan biaya asrana, makan dan lainnya ditanggung pemerintah selama lima semester.
Salah satu hal yang paling menarik dalam hidup saya menurut saya adalah meskipun sebelumnya saya belum pernah belajar Bahasa Inggris, namun sejak SMP saya sudah lumayan good dalam berbahasa Inggris. Namun, hal ini tidak menjadi sesuatu yang yang dapat mendukung saya untuk menggapai cita-cita saya. Justru orang tua saya menyarankan agar saya kuliah jurusan Sastra Inggris saja. Pada tahun 2017 ,saya mengikuti keinginan orang tua saya karena saya yakin ridhonya Allah adalah adal ah ridhhonya ibu, maka saya coba untuk berpaling dari kedokteran dan saya kuliah di UNAND dengan jurusan yang lain. Jika ditanya seperti apa sakitnya, sakitnya, maka saya merasa seperti ‘it is better if i gonna die than i should go far a way from my dreams’. Akhirnya setelah dua semester kuliah saya mencoba mengikuti tes SBMPTN sekali lagi. Dan akhirnya mimpi terbesar saya telah terwujud. Tapi pada saat itu juga ujian terbesar dalam hidup saya muncul. Saya ingin menjadi dokter karena menurut saya dokter merupakan suatu profesi yang mulia, bagaimana tidak, tugas tugas seorang dokter adalah tugas yang tidak akan mampu dilaksanakan oleh orang lain. Seorang dokter bersedia mengobati orang lain d dengan engan berbagai macam penyakit tanpa pandang bulu. Pekerjaan seorang dokter tidak seputih seragam yang dikenakannya. Seorang dokter juga rela mengorbankan waktunya demi pengabdian kepada masyarakatnyanya. Hal lain yang membuat saya begitu tertarik untuk menjadi seorang dokter adalah karena saya ingin mengganti mindset masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan bahwa anak – anak anak dari desa, anak buruh, anak petani juga bisa jadi dokter. Perencanaan saya kedepannya adalah saya akan belajar sungguh-sungguh dan mencari beasiswa sebanyak- banyaknya agar saya dapat melanjutkan kuliah di di kedokteran dengan lancar. Karena sebelumnya ketika saya masih kuliah di fakultas lain saya merupakan seorang penerima santunan bidikmisi, tapi karena saya ngulang ngulang bidiksmisinya pun ikut ngilang . Dan meskipun saya ceritakan semuanya namun saya takut orang lai tidak akan ngilang percaya bahwa satu sat u bulan setelah kelulusan di fakultas f akultas kedokteran ini merupakan masa-masa tersulit dalam hidup saya. Karena saya harus melepaskan beasiswa bidikmisi yang semula merupakan tumpuan hidup saya. Disamping saya harus membayar UKT saya juga harus membeli buku-buku. Namun saya tidak akan pernah mundur, saya akan buktikan kepada siapapun bahwa saya mampu. Dan kelak jika saya benar-benar menjadi seorang dokter dokter saya ‘
‘
’ ’
’ ’
ingin mengabdikan hidup saya pada semua orang yang ingin mencapai cita-citanya. Saya tidak ingin apa yang saya rasakan terjadi pada orang lain. Dan saya akan buktikan bahwa uang bukanlah batasan agar setiap orang menjadi seperti yang ia inginkan.
View more...
Comments