Morfologi-Pantai
October 14, 2017 | Author: Shunia EffeNdi | Category: N/A
Short Description
Download Morfologi-Pantai...
Description
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada bagian ini menammpilkan tentang pengertian pantai dan pesisir, faktor-faktor penting yang menentukan perkembangan pantai, erosi marine dngan berbagai bentuk lahan yang dihasilkan, dan klasifikasi pantai serta perkembangannya.
1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah pada makalah ini adalah: 1. Apa pengertian pantai? 2. Sebutkan
dan
jelaskan
faktor-faktor
penting
yang
menentukan
perkembangan pantai? 3. Sebutkan dan jelaskan klasifikasi pantai beserta perkembangannya?.
1.3 Tujuan a.
menjelaskan dengan benar mengenai pengertian pantai dan pesisir;
b.
menyebutkan dan menerangkan secara benar tentang faktor-faktor penting yang menentukan perkembangan pantai, erosi marine dan bentuklahan yang dihasilkan;
c.
menyebutkan
dan
menjelaskan
perkembangannya.
1
klasifikasi
pantai
beserta
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Berbicara mengenai pantai, kita dihadapkan pada beberapa istilah seperti pesisir (coast), pantai (shore), dan gisik (beach) yang terkadang pengertian dari istilah-sitlah tersebut sering disamakan, padahal satu sma lain mempunyai pengertian yang berbeda. Pesisir merupakan daerah yang sejalur dengan tempat pertemuan daratan dengan dengan laut mulai dari batas muka air laut pada waktu surut terendah menuju ke arah darat sampai batas tertinggi yang mendapat pengaruh gelombang pada waktu badai. Hal ini sejalan dengan hasil rapat koordinasi BAKOSURTANAL (1990) dalam Sutikno (1999: 1) dijelaskan bahwa batas wilayah pesisir arah ke darat tersebut ditentukan oleh: a. Pengaruh sifat-sifat fisik air alut, yang ditentukan berdasarkan seberapa
jauh pengaruh pasang air laut, seberapa jauh flora yang suka akan air akibat pasang tumbuh (water loving vegetation) dan seberapa jauh pengaruh air laut ke dalam air tanah. b. Pengaruh kegiatan
bahari (sosial),
seberapa
jauh konsentarasi
ekonomi bahari (desa nelayan) sampai arah ke daratan. Pengertian pantai (shore) adalah merupakan wilayah yang ada di antara pantai dan pesisir.
Dengan demikian jelas bahwa mengenai garis
pantai (shore line) dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: a. Fore shore
adalah bagian pantai pulai dari muka air laut terendah
sampai muka air laut pasang tertinggi (pasang naik). b. Back shore adalah merupakan
bagian dari pantai mulai dari muka air
laut tertinggi sampai pada batas wilayah pesisir (coast). c. Offshore adalah merupakan daerah yang meluas dari titik pasang surut
terendah ke arah laut.
2
2.2 Faktor-faktor penting yang menentukan perkembangan pantai Seperti halnya dengan bentuk lahan-bentuk lahan
lainnya
pantai
pun
mengalami perubahan-perunbahan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkemabangan
roman permukaan
bumi di daerah pantai adalah sebagai
berikut: a) Gelombang, arus, dan pasang yang berlaku sebagai faktor pengikis,
pengangkut dan pengendap b) Sifat bagian daratan yang mendapat pengaruh proses-proses marin. Jadi
apakah berupa dataran rendah, curam, landai, dan bagimana sifat batuannya. c)
Perubahan relatif dari ketinggian muka air laut. Permukaan air laut ketinggiannya senantiasa berubah-ubah. Hal ini mungkin berlaku lokal atau bisa berlaku pula untuk seluruh pantai di muka bumi. Bersifat lokal itu dapat terjadi sebagai akibat dari pengaruh pengangkatan atau penurunan daratan yang hanya meliputi daerah yang sempit, sedangkan berlaku
bagi
seluruh
perubahan
permukaan
bumi
muka
air
laut
yang
dapat disebabkan oleh
adanya dua hal, yaitu: 1. Pembekuan/pencairan es secara besar-besaran di daerah kutub. 2. Karena daya tampung laut yang berubah, misalnya karena
terjadi penurunan atau pengangkatan
dasar laut yang luas,
sehingga permukaan air laut berubah secara keseluruhan. d)
Faktor alami yang lain, seperti tumbuhnya binatang karang di
daerah pantai, volkanisme, dan lain- lain. e)
Pengaruh Manusia, misalnya pembuatan pelabuhan, reklamasi
pantai, pengeringan rawa pantai, pembuatan jeti di pantai, dan sebagainya yang kesemuanya dapat mempengaruhi perkembangan pantai. Faktor yang akan banyak dibahas dalam hal ini adalah faktor gerakan air laut, yaitu yang meliputi gelombang (wave), arus (current), dan pasang-surut (tide), karena faktor ini merupakan faktor yang paling berperan dalam perkembangan pantai.
3
Gelombang Gelombang merupakan pergerakan air yang naik turun dan tidak mengalami pergerakan baik maju maupun mundur. Angin merupakan faktor yang penting dalam munculnya gelombang, yaitu terutama oleh gesekan dan tekanan. Makin kencang angin bertiup gelombang yang ditimbulkan semakin besar, sehingga gerakan air laut berupa gelombang
tersebut dapat
mempengaruhi perkembangan pantai. Gelombang terdiri dari dua bagian, yaitu
bagian
punggung
gelombang
dan
lembah
gelombang. Dalam
membicarakan tentang gelombang ditemukan beberapa istilah, yaitu: a.
Panjang gelombang adalah jarak horisontal antar puncak gelombang,
b.
Tinggi gelombang adalah merupakan jarak vertikal antara keduanya
c.
Periode gelombang merupakan waktu yang diperlukan untuk dua
punggung gelombang yang berurutan untuk melalui sebuah titik tertentu. d.
Kecepatan gelomabang adalah kecepatan bergeraknnya gelombang
dalam satuan waktu, misalnya 20 km/detik Arus laut Arus laut berbeda dengan
gelombang, karena
arus merupakan
massa air laut yang secara terus menerus bergerak maju, turun, dan bergerak ke atas. Arus ini terjadi sebagai akibat oleh adanya beberapa faktor, yaitu: Pasang naik dan pasang surut(tide) Gejala pasang disebabkan oleh gaya tarik bulan dan matahari. Massa matahari sebetulnya jauh lebih besar dari pada bulan, tatapi juga matahari terletak jauh dari bumi. Oleh karena itu gaya tarik bulan menyebabkan pasang terasa lebih besar dibandingkan dengan gravitasi matahari. Gejala pasang ini meliputi seluruh permukaan bumi. Karena rotasi bumi, maka setiap hari di suatu tempat akan mengalami dua kali pasang dan dua kali pasang surut, yang periodenya antara 12 jam 25 menit.
4
Erosi marine dan bentuklahan yang dihasilkan Erosi Marine Telah dikemukankan bahwa gelombang merupakan faktor yang terpenting dalam pengikisan, terutama gelombang pada waktu badai dan tsunami. Namun demikian,
bukan hanya gelombang saja yang yang
berpengaruh terhadap pengikisan/erosi marine, melainkan juga faktor: a.
Jenis dan daya tahan batuan
b.
Struktur batuan
c.
Stabilitas pantai
d.
Terbuka/tidaknya pantai terhadap pengaruh gelombang
e.
Dalamnya laut di pantai
f.
Banyak sedikit dan besar kecilnya material pengikis yang diangkut
oleh gelombang. Erosi marine meliputi proses-proses korasi (abrasi), korosi dan atrisi. Korasi atau abrasi memegang peranan penting apabila air banyak mengandung puing-puing dan bongkah-bongkah yang berfungsi sebagai alat pengikis pada saat dibawa gelombang dan menghantam tebing atau dasar pantai. Tanpa material yang diangkutpun gelombang mampu memecahkan/mengikis batuan di tebing pantai dengan kekuatan gelombang itu sendiri.
Oleh karena itu
banyak sekali pantai-pantai yang dilindungai dengan beton-beton
pemecah
gelombang agar tidak sampai ke tebing/tepi pantai. Contoh ini dapat dikemukakan di Merak Banten, ada tempat yang diberi beton pemecah gelombang untuk tidak sampai menghantam dengan garis pantai. Kekuatan gelombang
jalan
yang memang
dekat
itu diperbesar pula apabila
batuan pembentuk pantai mempunyai celah-celah. Udara dalam celah itu jika mendapat tekanan dari gelombang,
maka
udara berfungsi seolah-olah
sebagai pasak atau baji yang ditekan pada celah batuan tersebut. Sedangkan bila air mundur, udara dalam celah itu memuai dengan tiba- tiba, sambil menimbulkan
desakan ke samping. Dengan demikian, erosi marine oleh
gelombang air laut diperkuat. Ditambah lagi dengan kemampuan air laut dalam melarutkan batuan.
5
Daerah pantai berdasarkan morfologinya, daerah pantai di kelompokkan ke dalam 4 macam, yaitu: a. Pantai bertebing terjal (cliff) b. Pantai bergisik c.
Pantai berawa payau
d. Pantai berterumbu karang. Pantai bertebing terjal (cliff) Pantai bertebing terjal merupakan bentuklahan hasil bentukan erosi marin yang paling banyak terdapat. Bentukan dan roman cliff berbeda satu dengan yang lainnya, karena dipengaruhi oleh struktur batuan, dan jenis batuan serta sifat batuan. Cliff pada batuan beku akan lain dengan cliff pada batuan sedimen.
Pelapisan batuan sedimen misalnya akan berbeda dengan
pelapisan yang miring dan pelapisan ombak,
umumnya
tertutup
mendatar. Sebatas
daerah
di atas
oleh vegatasi, sedangkan bagian bawahnya
umumnya berupa singkapan batuan. Aktivitas pasang surut dan gelombang mengikis bagian tebing, sehingga membentuk bekas-bekas abrasi seperti: a. Tebing (cliff) b. Tebing bergantung (notch) c.
Rataan gelombang pasang surut
Pantai bergisik Pantai bergisik ini pada dasarnya merupakan daerah pasang surut yang terdapat endapan material hasil abrasi. Material ini dapat berupa material halus dan juga bisa berupa material yang kasar. Seperti dalam Gambar 4-4 terlukis adanya gisik pada pantai cliff dengan material kasar sebagai hasil dari abrasi tebing. Namun pantai bergisik tidak saja terdapat pada pantai cliff, tetapi juga bisa terdapat pada daerah pantai yang landai. Pada pantai yang landai material gisik ini kebanyakan berupa pasir, dan sebagaian kecil berupa meterial dengan butiran kerikil sampai yang lebih besar. Pada umumnya material pasir suatu gisik pantai berasal dari daerah pedalaman yang di bawah air sungai ke laut, kemudian diendapkan oleh
6
arus laut sepanjang patai. Gisik seperti ini dapat dijumpai di sekitar muara sungai. Pantai berawa payau Rawa payau juga mencirikan daerah pantai yang tumbuh atau akresi (accretion). Proses sedimentasi merupakan penyebab
bertambahnya
majunya pantai ke arah laut. Material penyusun umumnya berbutir halus dan medan ini berkembang pada lokasi yang gelombangnya
kecil atau
terhalang serta dengan kondisi air laut yang relatif dangkal. Karena airnya payau, maka daerah ini kemungkinan untuk pengemabangannya
sangat
terbatas. Rawa payau ini pada umumnya ditumbuhi oleh tumbuhan rawa payau seperti bakau, nipah, dan tumbuh-tumbuhan rawa lainnya yang hidup di air payau. Tumbuhan bakau ini dapat berfungsi sebagai pemecah gelombang
dan sebagai penghalang pengikisa di pantai, sebaliknya
sedimentasi bisa terjadi. Oleh karena itu pantai mengalami akresi. Peranan bakau di dalam
merangsang
pertumbuhan
pantai terbukti
jelas jika
bakaunya hilang/mati, ditebang habis, maka yang terjadi adalah sebaliknya yaitu pantai mengalami erosi. Pantai berterumbu karang. Terumbu karang (coral reef) terbentuk oleh aktivitas binatang karang dan jasad renik lainnya. Proses ini terjadi pada areal-areal yang cukup luas. Klasifikasi pantai serta perkembangannya. Klasifikasi Pantai Mengklasifikasikan
pantai pada dasarnya menggolongkan
atau
menge-lompok-ngelompokan pantai yang sedemikian banyak jenisnya ke dalam beberapa kelompok dan setiap golongan/kelompok mempunyai ciri yang khas, sehingga dapat di bedakan antara satu dengan yang lainnya. Mengenai klasifikasi pantai dapat diklasifikasi kan menjadi beberapa jenis. Johnson
dalam Lobeck (1939: 345) melakukan klasifikasi pantai
yang didasarkan pada perubahan relatif tinggi permukaan air laut, menjadi 4
7
jenis pantai, yaitu: a. Pantai submergen (Shoreline of submergence), merupakan pantai yang
ditandai oleh adanya ciri- ciri penurunan daratan/dasar laut, yang termasuk ke dalam klasifikasi ini adalah: Pantai Ria, pantai ini terjadi kalau pantai tersebut bergunung dan berlembah dengan arah yang melintang kurang lebih tegak lurus terhadap pantai. Pada tiap teluk bermuara sebua sungai. Pantai Fyord, pantai ini terjadi karena adanya lembah-lembah hasil pengikisan oleg
gletser mengalami penurunan. Fyord ini banyak terdapat pada
daerah-daerah yang dulunya mengalami pengerjaan glasial sampai pantai. b. Pantai emergen (Shoreline of emergence), merupakan pantai yang
ditandai oleh adanya ciri-ciri pengangkatan relatif dasar laut. Pada pantai jenis ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu c. Pantai netral (Neutral Shoreline), pantai yang tidak memperlihatkan
kedua ciri di atas (tidak ada tanda-tanda bekas pengangkatan dan penurunan daratan/dasar laut). Pantai jenis ini meluas ke arah laut. Jenis yang termasuk ke dalam jenis ini adalah: d. Pantai majemuik (Compound Shoreline). Pantai ini terjadi sebagai
akibat dari terjadinya proses yang berulang kali mengalami perubahan relatif muka air laut (naik dan turun). Bentukan yang dihasilkan juga bermacam-macam pula, ada yang ditandai oleh adanya pengangkatan, ditandai telah terjadinya proses penurunan. Oleh karena itu, pantai demikian disebut dengan pantai majemuk. Contoh pantai jenis ini banyak dijumpai di pantai selatan Pulau Jawa. Perkembangan Pantai a. Perkembangan pantai submergence Pantai submergen dalam perkembangannya mengalami beberapa tahap perkembangan. Adapun perkembangannya sebagai berikut. 1. Permulaan (initial) Bentuk pantai awal ditandai oleh adanya relief yang sangat kasar,
8
tidak teratur, kecuali
jika daerah pantai tersebut berupa dataran
aluvial, delta atau dataran bekas pengerjaan glasial yang masingmasing mengalami peurunan relatif. Adanya lembah yang tenggelam merupakan ciri utama dari pantai submergence. Anak-anak sungai tidak
lagi bersatu dengan induknya (terutama
pada anak-anak
sungai yang bergabung dengan induknya telah dekat dengan pantai) sebagai akibat turunnya daratan dan pegunungan antar lembah sungai menjadi semenanjung, jika penurunan daratan berlangsung jauh ke arah daratan. Ada kalanya beberapa puncaknya menjadi pulau-pulau
kecil
yang
terletak
di
depan
semenanjung.
Sementara sungai-sungai yang tenggelam berubah menjadi teluk-teluk yang dalam. 2. Muda (youth) Tanjung-tanjung dan pulau-pulau mengalami serangkaian proses erosi marin. Oleh karena itu terbentuklah cliff-cliff dan beberapa bentukan hasil erosi yang lain menjadi ciri yang utama pada
pantai
submergen pada perkembannya tahap muda. Penampang pantai belum
seimbang,
karena
proses
perkembangan
pantai
masih
berlangsung. 3. Permulaan tingkat dewasa (submaturity) Pada tahap perkembangan ini garis pantai tampat diluruskan, karena semenanjung diperpendek oleh proses pengikisan, teluk- teluk terisi endapan.
.
4. Dewasa (maturity)
Pada tingkat ini terdapat dua ciri yang utama, yaitu profil mengalami seimbang dan garis pantai telah mundur sedemikian
rupa, sehingga
semenanjung dan teluk tidak tampak lagi. Pengikisan/erosi marin telah sampai pada pangkal semenanjung/teluk
serta garis pantai menjadi
lurus. 5. Tua (old age) Bekerjanya proses pelapukan
dan pengikisan subareal yang lebih
jauh, cliff telah menjadi landai. Untuk mencapai tingkat ini sangat
9
sulit diperlukan
waktu
yang cukup
lama, bahkan tingkat ini
mungkin jarang tercapai, sebab muka air laut jarang terjadi bahwa muka laut ketinggiannya tetap dalam jangka waktu yang sangat lama. b.Perkembangan pantai emergence Perkembangan
pantai
daerah awalnya, terutama itu landai atau curam.
emergence
tergantung
pada
kaadaan
yang berkenaan dengan lereng di depan pantai Oleh karena itu, dalam penjelasan tingkatan
perkembangan dari masing-masing disajikan tersendiri. 1) Pantai emergen pada pantai yang landai Pada
tingkat
submarin
bar
inisial sebagai
(muda)
dimulai
dengan
pembentukan
awal perkembangan pantai ini. Submarin bar
terletak di depan breaker (ke arah panatai). Breaker ini bekerja mengangkat material dasar laut untu diendapkan sebagai submarin bar. 2) Pantai emergen pada pantai yang curam Perkembangan pantai emergence yang curam, berbeda dengan pada daerah yang landai. Pada daerah yang curam tidak ada offshore bar.
10
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Wilayah pesisir merupakan daerah yang mencakup
wilayah darat
sejauh masih mendapat pengaruh laut dan sejauh mana wilayah laut masih mendapat pengaruh
daridarat
(aliran
air
tawar
beberapa faktor yang mempengaruhi
dan
sedimen).
perkemabangan
Ada roman
permukaan bumi di daerah pantai adalah a) gelombang, arus, dan pasang yang berlaku sebagai faktor pengikis, pengangkut dan pengendap, b) sifat bagian daratan yang mendapat pengaruh proses-proses marin. Jadi apakah berupa dataran rendah, curam, landai, dan bagimana sifat batuannya, c) perubahan relatif dari ketinggian muka air laut.
Permukaan air laut
ketinggiannya senantiasa berubah-ubah. Hal ini mungkin berlaku lokal atau bisa berlaku pula untuk seluruh pantai di muka bumi. Bersifat
lokal itu
dapat terjadi sebagai akibat dari pengaruh pengangkatan atau penurunan daratan yang hanya meliputi daerah yang sempit, sedangkan perubahan muka air laut yang berlaku bagi seluruh permukaan bumi dapat disebabkan oleh adanya pembekuan/pencairan es secara besar-besaran di daerah kutub, daya tampung laut yang berubah, misalnya karena terjadi penurunan atau pengangkatan dasar laut yang luas, sehingga permukaan air laut berubah secara keseluruhan, binatang
karang
d) di
faktor
daerah
alami
yang
lain,
seperti
tumbuhnya
pantai, volkanisme, dan lain-lain, dan faktor
manusia, misalnya pembuatan pelabuhan, reklamasi pantai, pengeringan rawa pantai, pembuatan
jeti di pantai, dan sebagainya
yang kesemuanya
dapat mempeng-aruhi perkembangan pantai. Garis pantai (shore line) dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu fore shore adalah bagian pantai pulai dari muka air laut terendah
sampai muka air laut pasang tertinggi (pasang
naik), back shore adalah merupakan bagian dari pantai mulai dari muka air laut tertinggi sampai pada batas wilayah pesisir (coast),
11
offshore adalah
merupakan daerah yang meluas dari titik pasang surut terendah ke arah laut. Gelombang merupakan faktor yang terpenting dalam pengikisan, terutama gelombang pada waktu badai dan tsunami. Namun demikian,
bukan hanya
gelombang saja yang
yang berpengaruh terhadap pengikisan/erosi marine,
melainkan juga faktor:
1) jenis dan daya tahan batuan, 2) struktur batuan,
3) stabilitas pantai, 4) terbuka/tidaknya pantai terhadap pengaruh gelombang, 5) dalamnya laut di pantai, 6)
Banyak sedikit dan besar kecilnya material
pengikis yang diangkut oleh gelombang.
12
Daftar Pustaka Djamari dan Al Rasyid, 1980: 97 Lobeck, AK. (1939), Geomorphology, An Introduction to the study of Lanscape, New York and London: Mc Graw-Hill Book Company. Inc. Sudarja Adiwikarta dan Akub Tisnasomantri, (1977), Geomorfologi Jilid II, Bandung: Jurusan Pend. Geografi IKIP Bandung. Sunarto (1991/1992), Geomorfologi Pantai ”Makalah” , Yogyakarta: Pusat Antar Universitas Ilmu Teknik UGM. Sukmantalya, I Nyoman K, Drs. M.Sc. (1995), Pengenalan Secara Tinjau Geomorfologi dan Terapannya Melalui PJ Untuk Inventarisasi Sumberdaya Lahan, Cibinong: Bakosurtanal. Suprapto Dibyosaputro, Drs. M.Sc., (1997), Geomorfologi Dasar, Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM. Sutikno (1999), Karakteristik Bentuk Pantai, “Diktat”, Yogyakarta: PUSPICS UGM. Sutikno (1987), Geomorfologi Konsep dan Terapannya ”Makalah”, Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM. van Zuidam, R.A, dan F.I. van Zuidam Cancelado, 1979. Terrain Analysis And Classification Using Aerial Photographs, International Institute for Aerial Survey and Earth Science (ITC) 350, Boulevard Al Enschede, The Netherlands.
13
Kata Pengantar Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allo SWT, karena alhamdulillah dengan limpahan karunia dan nikmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa shalawat serta salam semoga tetap tercurah pada Nabi akhir zaman Muhammad SAW, kepada para Sahabatnya, keluarga, serta sampai kepada kita selaku umatnya. Amin. Makalah ini kami buat untk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pengasuh. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi khalayak pembaca pada umumnya dan kami khususnya. Terima kasih bagi berbagai pihak yang telah membantu hingga terselesainya makalah ini. Kritik dan saran sangat kami harapkan dalam upaya perbaikan kami dalam membuat makalah berikutnya . Karena sangat kami sadari pembuata makalah ini sarat akan kekurangan.
Palembang, Penulis
i 14
Desember 2011
View more...
Comments