Morfologi Koloni Bakteri

September 13, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Morfologi Koloni Bakteri...

Description

 

PENGAMATAN MORFOLOGI KOLONI BAKTERI Laporan Praktikum

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Mikrobiologi yang dibina oleh Prof. Dr. Dra. Utami Sri Hastuti, M.Pd

Disusun oleh: Offering C 2017 Kelompok 4 Andita Miftakhul Ilmi

(170341615003) (170341615003)

Claresia Tsany Kusmayadi

(170341615042) (170341615042)

Firdha Ilman Nafi’a

(170341615048)

Putri Wahyuni Arofatun Nisa’  Nisa’   Rini Nurlaeli Alfari

(170341615018) (170341615014) (170341615014)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN BIOLOGI PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BIOLOGI Februari 2019

 

A.  TEMA

Pengamatan morfologi koloni bakteri

B.  WAKTU PELAKSANAAN

Rabu, 6 Februari 2019

C.  TUJUAN

Untuk mempelajari morfologi koloni bakteri.

D.  DASAR TEORI

Menurut bentuk dan struktur selnya makhluk hidup dibedakan menjadi dua yaitu makhluk hidup bersel banyak dan makhluk hidup bersel satu, makhluk ini tidak dapat dapat terlihat dengan mata kita, karena panca indra manusia memiliki kemampuan daya pisah atau daya lihat yang sangat terbatas. Oleh karena itu  banyak masalah mengenai benda atau organisme yang akan diamati dan  pengamatan itu hanya bisa dilakukan dengan menggunakan alat al at bantu. Salah satu sat u alat bantu yang sering digunakan dalam penelitian atau pengamatan tentang organisme yang tidak bisa dilihat dengan mata, terutama dalam bidang kedokteran dan biologi adalah mikroskop dalam (bahasa latin mikro diartikan kecil sedangkan scopium berarti penglihatan). Mikroskop sering digunakan untuk, meningkat kemampuan daya pisah atau lihat seseorang sehingga memungkinkan dapat mengamati obyek yang sangat halus dan tidak dapat terlihat oleh mata terbuka (Dwidjoseputro, 1984). Mikroorganisme merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran sangat kecil (Kusnadi, dkk, 2003). Sel bakteri amat beragam panjangnya; sel beberapa spesies dapat berukuran 100 kali lebih panjang daripada sel spesies yang lain (Alcamo, 2001). Satuan ukuran bakteri ialah micrometer yang setara dengan 1/1000mm.  bakteri yang paling umum dipelajari di dalam praktikum mikrobiologi dasar  berukuran kira-kira kir a-kira 0,5 –  0,5  –  1   1 x 2  –  5   5 µm. sebagai contoh, bakteri stafilokokus dan streptokokus yang berbentuk bola mempunyai diameter yang berkisar dari 0,75 sampai 1,25 µm. Bentuk batang yang berukuran rata-rata seperti bakteri tifoid dan

 

disentri mempunyai lebar 0,5 –  0,5  –  1  1 µm dan panjang 2 –  2  –  3   3 µm. Sel beberapa spesies  bakteri amat panjang; panjangnya dapat melebihi 100 µm dan diameternya  berkisar daro 0,1 –  0,1 –  0,2  0,2 µm. sekelompok bakteri yang dikenal sebagai mikoplasma, ukurannya khas amat kecil  –   demikian kecilnya sehingga hamper-hampir tak tampak di bawah mikroskop cahaya. Mereka juga pleomorfik; yaitu morfologinya amat beragam. Ukurannya berkisar dari 0,1 –  0,1 –  0,3  0,3 µm (Atlas, 1995). Sel-sel individu bakteri dapat berbentuk seperti elips, bola, batang, atau spiral. Masing-masing ciri ini penting dalam mencirikan morfologi suatu spesies. Sel bakteri yang berbentuk seperti bola atau elips dinamakan kokus.Kokus mucul dalam beberapa penataan yang khas tergantung pada spesiesnya.Sel berbentuk silindris atau batang dinamakan basilus.Ada banyak perbedaan dalam ukuran  panjang dan lebar di antara berbagai spesies basilus. Ujung beberapa basilus tampak persegi, yang lain bundar, dan yang lain lagi meruncing atau at au lancip seperti ujung cerutu. Kadang-kadang basilus tetap saling melekat satu sama lainnya, ujung dengan ujung, sehingga memberikan penampilan rantai (Funke et al, 2004). Bakteri berbentuk spiral terutama dijumpai sebagai individu-individu sel yang tidak saling melekat.Tercakup di dalam kelompok morfologis ini adalah spiroketa, beberapa diantaranya menyebabkan penyakit yang berbahaya bagi manusia.Individu-individu sel dari spesies yang berbeda-beda menunjukkan  perbedaan-perbedaan yang mencolok dalam hal panjang, jumlah, dan amplitudo spiralnya serta kekakuan dinding selnya. Sebagai contoh, beberapa spirilum  berukuran pendek, spiralnya berpilin ketat; yang lain sangat panjang dan menunjukkan sederetan pelintiran dan lengkungan. Spiral yang pendek dan tidak lengkap disebut sebagai bakteri koma, atau vibrio (Holt dan Bergey, 1994). Bakteri dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu Gram positif dan Gram negatif didasarkan pada perbedaan struktur dinging sel. Pada umumnya  bakteri gram negatif lebih tahan terhadap aktivitas antimikroba dibandingkan dengan bakteri gram positif. Perbedaan daya tahan ini disebabkan karena  perbedaan komponen penyusun penyusun dinding sel (Rahayu, 2000). 2000). Bakteri Gram positif memiliki dinding sel yang terdiri dari 40 lapis rangka dasar murein, meliputi 30-70 % berat kering dinding sel bakteri. Murein adalah senyawa yang tersusun dari N-asetil glukosamin dan N-asetil asam muramat yang

 

terikat oleh ikatan 1,4-β 1,4-β-glikosida. Senyawa lain penyusun dinding sel gram  positif adalah polisakarida yang terikat secara kovalen, dan asam teikoat yang sangat spesifik. Sementara bakteri Gram negatif memiliki 1 lapis rangka dasar murein, dan hanya meliputi + 10% dari berat kering dinding sel. Murein hanya mengandung diaminopemelat, dan tidak mengandung lisin. Di luar rangka murein tersebut terdapat sejumlah besar lipoprotein, lipopolisakarida, dan lipida jenis lain. Senyawa-senyawa ini merupakan 80 % penyusun dinding sel. Asam teikoat tidak terdapat dalam dinding sel ini (Sumarsih, 2003).

E.  ALAT DAN BAHAN

Alat : 1.  Inkubator 2.  Jarum inokulasi Bahan : 1.  Sayur sawi 2.  Medium lempeng 3.  Medium miring 4.  Spiritus 5.  Korek api 6.  Label nama 7.  Aquades

F.  PROSEDUR KERJA

Pengamatan morfologi koloni bakteri Menyiapkan 2 buah medium lempeng NA yang telah dibuat

Menyiapkan sayur sawi yang kondisinya tidak cukup cu kup baik

 

  Mengekstrak sayur sawi dengan cara digerus dan ditambah aquades

Setelah mendapatkan ekstrak sayur sawi, kemudian diteteskan  pada medium lempeng NA (2-3 tetes)

Meratakan ekstrak sayur sawi dan jangan sampai ada a da yang mengalir keluar medium lempeng NA 

Menginkubasi biakan tersebut

saat biakan berumur 1×24 jam atau 2×24 jam biakan sudah bisa diamati morfologinya

Memilih 2 macam koloni bakteri yang tumbuh

Melakukan pengamatan morfologi sesuai tabel pengamatan pada  bakteri 1 dan 2

Menulis hasil pengamatan

Pembuatan biakan murni

 

  Menyiapkan 2 buah medium miring yang telah dibuat

Memilih 2 macam koloni bakteri yang berasal dari biakan campuran

Menginokulasi ke medium miring menggunakan jarum inokulasi yang terlebih dahulu direndam alkohol dan dipanaskan

Menarik garis lurus melalui permukaan medium miring dari ujung bawah hingga atas (jangan sampai menusuk me nusuk medium)

Menginkubasi biakan tersebut selama 1×24 jam

Mengamati bentuk koloni bakteri biakan yang tumbuh

G.  HASIL PRAKTIKUM KOLONI BAKTERI

Koloni 1 medium lempeng Na

MORFOLOGI

  Warna koloni kuning



  Bentuk koloni keriput



  Tepi koloni licin



  Elevasi koloni seperti tombol



  Mengkilat



  Diameter 0,4 cm



  Jumlah koloni 8



  Asal bakteri sayur sawi



 



Tidak pekat (encer)

 

Koloni 2 medium lempeng NA

  Warna koloni kuning pekat



  Bentuk koloni bundar



  Tepi koloni licin



  Elevasi koloni cembung



 



Mengkilat   Diamater 0,2 cm



  Jumlah koloni 2



  Asal bakteri sayur sawi



   pekat



Biakan murni medium miring 1

Tipe pertumbuhan berduri

Biakan murni medium miring 2

Tipe pertumbuhan pedang

H.  ANALISIS DATA

Sebelum melakukan pengamatan morfologi koloni bakteri, terlebih dahulu membuat medium lempeng nutrien agar (NA) yang sudah diberi ekstrak sayur atau buah yang nantinya akan menjadi koloni bakteri. sayur yang kelompok kami gunakan untuk membuat biakan bakteri bakteri yaitu sayur sawi. Setelah itu biakan yang yang

 

 beraa pada medium diinkubasi pada suhu 37° dan dibiarkan selama 1  x 24 jam atau 2 x 2 x 24 jam. Bakteri yang tumbuh pada nutrien agar (NA) biasanya ditandai dengan  bentuk seperti lendir, tetesan mentega, tetesan sari buah. pengamatan morfologi  bakteri meliputi : warna koloni, bentuk koloni, tepi koloni, elevasi, kepekatan koloni, diameter koloni dan mengkilap atau suramnya suatu koloni. Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diketahui terdapat dua macam koloni  bakteri yang berbeda yaitu koloni bateri I dan II yang sama-sama bersal dari ekstrak sayur sawi. Morfologi koloni bakteri I menampakkan warna

kuning,

 berbentuk keriput, tepi koloni licin, elevasi koloni seperti tombol dan tapak mengkilat, berdiameter 0,4 cm dengan jumlah koloni bateri yaitu 8, koloni bateri tidk pekat (encer), dan tipe pertumbuhan pada medium miring yaitu berduri. Koloni II menampakkan warna kuning pekat, bentuk koloninya bulat /circular, tepi koloni licin, elevasi koloni cembung dan tampak mengkilap. koloni memiliki diameter 0,2 cm dengan jumlah koloni sebanyak 2. Kepekatan koloni pekat dengan tipe pertumbuhan pada medium miring berbentuk pedang.

I.  PEMBAHASAN

Dalam bidang mikrobiologi untuk menumbuhkan dan mempelajari sifatsifat mikroorganisme diperlukan suatu medium sebagai tempat pertumbuhan mikroorganisme. Medium pertumbuhan harus memenuhi persyaratan nutrisi yang dibutuhkan oleh suatu mikroorganisme (Atlas, 2004). Sebagai medium  pertumbuhan mikroorganisme kami menggunakan medium alternatif dari bahan bahan yang mudah didapat dan tidak memerlukan biaya yang mahal. Bahan yang digunakan harus mengandung nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bakteri seperti dari bahan-bahan yang kaya akan karbohidrat dan protein. Kami menggunakan medium Nutrient Agar lalu setelah satu minggu di beri ekstrak tanaman sawi. Beberapa peneliti juga berhasil menemukan media alternatif untuk  pertumbuhan mikroorganisme dari bahan-bahan yang mudah ditemukan dialam. Seperti dari sumber protein yaitu kacang tunggak, kacang hijau, kacang kedelai

 

hitam (Arulananthan, 2012; Ravimannan, 2014). Medium alternatif dari sayuran yaitu wortel, tomat, kubis, dan labu Deivanayaki (2012), dari buah yaitu buah avokad dan buah bit (Famurewa, 2008) Beberapa peneliti juga telah melakukan  penelitian tentang medium pertumbuhan bakteri dari berbagai sumber karbohidrat seperti seperti ubi rambat, singkong, Kentang dan umbi palmirah, bahkan Sagu (Kwoseh, 2012; Martyniuk, 2011; Tharmila, 2011). Pada penelitian yang dilakukan Anisah & Rahayu (2015), perlakuan menggunakan media nutrient agar koloni yang terbentuk terlihat lebih besar dan nyata serta mudah diamati. Hal ini dikarenakan media nutrient agar merupakan media yang sudah teruji secara klinis baik untuk pertumbuhan bakteri, sehingga  proses metabolism bakteri berlangsung optimal, sedangkan pada p ada media dari umbi ganyong, umbi gembili, dan umbi garut yang dilakukannya masih memiliki nutrisi yang lebih kompleks sehingga pertumbuhannya tidak seoptimal pada media nutrient agar. Menurut Ganjar et al   (2006) menyatakan bahwa kandungan yang kompleks dalam media dapat menyebabkan pertumbuhan mikroorganisme membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menguraikan komponen-komponen sederhana yang dapat diserap sel dan digunakan untuk sintesis sel dan energi. energi . Praktikum kali ini mengamati morfologi koloni bakteri menggunakan 2 medium lempeng. Koloni bakteri yang tumbuh pada kedua medium lempeng sama banyak, setelah masa inkubasi medium selama kurang lebih 24 jam. Menurut Ristiati (2000) bakteri membutuhkan suatu nutrien yang cukup untuk  berkembangbiak dan bertahan hidup sehingga jumlah koloni bakteri yang tumbuh  banyak pada medium ini berasal dari kecukupan nutrien. Dalam memudahkan  pengamatan, dipilih 2 macam koloni dengan diameter yang paling besar dan  banyak. Menurut Kusnadi et al   (2003) penampakan koloni bakteri dalam media lempeng agar menunjukkan bentuk dan ukuran koloni yang khas, dapat dilihat dari bentuk keseluruhan penampakan koloni, tepi dan permukaan koloni. Bakteri koloni pertama yang diamati merupakan bakteri yang mempunyai warna kuning yang mengkilat dengan bentuk keriput, tepi bakteri jika dilihat tampak licin, sedangkan elevasi koloni satu seperti tombol. Koloni bakteri satu mempunyai diameter 0,4 cm dengan jumlah koloni sebanyak 8 dalam satu

 

medium lempeng. Bakteri pada koloni satu tersebut berasal dari tanaman sawi. Kepekatan koloni juga tidak pekat (encer). Sedangkan ketika dibiakkan pada medium miring bentuk dari koloni bakteri ini menyerupai bentuk berduri. Menurut Adam (1992) ukuran bakteri juga dapat digunakan sebagai identifikasi untuk menentukan jenis bentuk bakteri tersebut. Bakteri koloni kedua yang diamati merupakan bakteri yang mempunyai warna kuning pekat yang mengkilat dengan bentuk bundar, tepi bakteri jika dilihat tampak licin, sedangkan elevasi koloni dua cembung. Koloni bakteri satu mempunyai diameter 0,2 cm dengan jumlah koloni sebanyak 2 dalam satu medium lempeng. Bakteri pada koloni dua sama dengan koloni satu yaitu berasal dari tanaman sawi. Kepekatan koloni juga tidak encer berarti pekat. Sedangkan ketika dibiakkan pada medium miring bentuk dari koloni bakteri ini menyerupai  bentuk pedang. Bakteri yang dibiakkan pada suatu medium, maka akan memperlihatkan  perbedaan

pertumbuhan,

perbedaan

pertumbuhan

tersebut

dapat

dilihat

menggunakan mata telanjang (Dwidjoseputro, 1978). Seperti yang terlihat pada  pada hasil praktikum, bakteri koloni satu dan dua yang dibiakkan pada dua medium dengan bentuk dan sifat yang berbeda. Beberapa dari sifat morfologi koloni bakteri berkaitan dengan makanan dan ketahanan dalam pengolahan makanan. Sifat morfologi tersebut antara lain bentuk dan pengelompokan sel dari koloni bakteri (Fardiaz, 1992). Bentuk tubuh bakteri itu terpengaruhi oleh keadaan medium dan oleh usia. Maka untuk membandingkan bentuk serta ukuran sel  bakteri perlu diperhatikan bahwa kondisi bakteri itu harus sama, temperatur diatur dan disimpan di tempat yang harus sama, penyinaran oleh sumber cahaya apapun harus sama, dan usia koloni bakteri itu juga harus sama. Pada umumnya, bakteri dari medium yang masih muda, yaitu sekitar 6 sampai 12 jam, itu nampak lebih  besar daripada bakteri berasal dari koloni yang lebih tua (Dwidjoseputro. 1978). Sebelum

melakukan

praktikum

praktikan

wajib

mencuci

tangan

menggunakan sabun kemudian menyemprotkannya dengan cairan alkohol, hal ini  bertujuan agar koloni bakteri yang akan diamati tetap steril dan tidak tercampur dengan bakteri yang ada pada tangan. Menurut Ngan (2005) didalam sabun yang digunakan untuk cuci tangan terdapat suatu zat kimia khusus yang dapat

 

menghambat pertumbuhan bakteri, antiseptik yang terdapat didalam sabun tersebut dapat membunuh organisme dengan cara mempengaruhi aktivitas metobolisme bakteri.

Sedangkan

alkohol dapat melarutkan

lemak

serta

mendenaturasi protein, sehingga membran sel bakteri yang terdiri dari lemak dan  protein akan rusak oleh larutan alkohol, alkohol juga dapat menonaktifkan me nonaktifkan enzim sehingga bakteri akan mati (Pelczar, 1986).

J.  KESIMPULAN

Morfologi pada setiap bakteri berbeda-beda. Pada praktikum kali ini ditemukan dua bakteri yang memiliki morfologi yang berbeda. Bakteri koloni  pertama yang diamati merupakan bakteri yang mempunyai warna kuning yang mengkilat dengan bentuk keriput, tepi bakteri jika dilihat tampak licin, sedangkan elevasi koloni satu seperti tombol. Koloni bakteri satu mempunyai diameter 0,4 cm dengan jumlah koloni sebanyak 8 dalam satu medium lempeng tersebut. Bakteri koloni kedua yang diamati merupakan bakteri yang mempunyai warna kuning pekat yang mengkilat dengan bentuk bundar, tepi bakteri jika dilihat tampak licin, sedangkan elevasi koloni dua cembung. Koloni bakteri satu mempunyai diameter 0,2 cm dengan jumlah koloni sebanyak 2 dalam satu medium lempeng.

DISKUSI

1.  Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi jumlah dan jumlah macam bakteri  pada suatu tempat ? jelaskan ! Jawaban :   berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi jumlah dan mcam bakteri di suatu tempat, yaitu : a.   Nutrisi, kebutuhan nutrisi ini mencakup Kebutuhan energi untuk bakteri, kebutuhan karbon untuk bakteri, kebutuhan nitrogen untuk bakteri. kebutuhan belerang (sulfur) dan fosfor, kebutuhan beberapa unsur logam, natrium, kalium, kalsium,magnesium, mangan, besi, seng, tembaga dan

 

kobalt, selanjtnya kebutuhan vitamin, dan yang terakhir kebutuhan air untuk fungsi metabolik dan pertumbuhannya  b.  Medium, berfungi sebagai menumbuhkan dan mengembang biakan mikroba. c.  Suhu, Bakteri di golongkan menjadi tiga bagian besar berdasarkan  perbedaan suhu tumbuh, yaitu : hidup di udara dingin, pada suhu 15  –   200C (psikrofilik), hidup di udara bersuhu sedang, pada suhu 25  –   400C (mesofilik) dan hidup di udara panas, suhu 50 –  50 –  60  600C (termofilik). d.   pH, Untuk pertumbuhan bakteri bakteri membutuhkan pH optimum terletak antara 6,5 dan 7,5. Tetapi ada beberapa bakteri yang dapat tumbuh pada pH rendah , atau tumbuh pada pH tinggi (basa). e.  Oksigen, gas utama yang mempengaruhi pertumbuhan. Berdasarkan kebutuhan oksigen, bakteri dibagi aerobik, anaerobik, mikroaerofilik, dan kapnofilik. 2.  Apakah kegunaanbiakan murni bakteri ? Jawaban : kegunaan dari biakan murni bakteri yaitu mempermudah menganalisis satu jenis bakteri saja yang akan dipelajari. Biakan murni sendiri yaitu biakan yang hanya terdiri dari satu jenis mikroba yang semuanya berasal dari satu sel induk. Digunakan biakan murni murni agar mendapatkan koloni yang yang satu jenis, dan dapat digunakan untuk mempelajari morfologi, fisiologi,  biokimia, genetika, atau kegiatan apapun dari mikroba mi kroba hanya dapat dilakukan dil akukan apabila kita telah mempunyai biakan murni.

DAFTAR PUSTAKA

Adam, S. 1995. Dasar-Dasar 1995.  Dasar-Dasar Mikrobiologi Parasitologi untuk Perawat . Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Alcamo, IE. 2001. Fundamentals 2001. Fundamentals of microbiology. microbiology. Boston: Jones and Bartlett Anisah, dan Rahayu, T. 2015.  Media Alternatif untuk Pertumbuhan Bakteri  Menggunakan Sumber Karbohidrat yang Berbeda. Berbeda. Universitas Muhammadiyah Surakarta: Surakarta, Arulanantham, R., Pathmanathan, S., Ravimannan , N.,and Kularajany. 2012. Alternative Culture Media for Bacterial Growth Using Different

 

Formulation of Protein Sources.  Journal of Natural Product and Plant  Resourse,, 2 (6): 697-700.  Resourse Atlas, RM. 1995. Principles 1995. Principles of microbiology. microbiology. St. Louis: Mosby Atlas, Ronald M. 2004.  Handbook of Microbiological Media fourth Edition Volume 1. 1. United States Of America: CRC Press Deivanayaki, M., &Iruthayaraj, P. A. 2012. Alternative Vegetable Nutrient Source for Microbial Growth.  International Journal of Biosciences  Biosciences  (IJB), 2 (5): 47-51. Dwidjoseputro. 1978. Dasar-Dasar 1978. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan. Dwijosapoetra, D. 1984. Dasar-Dasar 1984. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta Famurewa, O., and David, O.M. 2008. Formulation and Evaluation of Dehirated Microbiological Media from Avocado Pear (Peasea AmericanaCmill).  Research Journal of Microbiology, Microbiology, 3 (5): 326-330. Ferdiaz. 1992. Mikrobiologi 1992. Mikrobiologi Pangan I . Jakarta: PT Gramedia Pustaka. Funke BR, Tortora GJ, Case CL. 2004. Microbiology: an introduction (edisi ke8th ed,). San Francisco: Benjamin Cummings Ganjar, I. (2006). Mikologi (2006).  Mikologi Dasar dan Terapan Terapan.. Jakarta, Indonesia:Yayasan Obor Indonesia. Harley dan Presscot.2002. Laboratory  Laboratory Exercise in Microbiology.McGraw-Hill Microbiology.McGraw-Hill Publisher.USA Holt, J.G., Krieg, N.R., Sneath, P.H.A., Staley, Stale y, J.T. dan Williams, S.T. 1994.  Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology, Ninth Edition, Edition, Lippincot Williams & Wilkins, Philadelphia, USA. Kusnadi, dkk. 2003. Common TextBook Mikrobiologi. Mikrobiologi. Bandung: JICA-IMSTEP, DGHE, dan FPMIPA UPI. Kwoseh, C.K., Darko. M. A., and Adubofour , K. 2012. Cassava Starch-Agar Blend as Alternative GellingAgent for Mycological Culture Media.  Bots.  J. Agric Appl Sci, Sci, 8 (1): 8-15. Martyniuk, S.,Oroń, and Jadwiga. Jadwiga. 2011. 2011. Use of Potato Extract Broth for for Culturing Root-Nodule Bacteria.  Polish Journal of Microbiology, Microbiology, 60 (4): 323 – 327. 327.  Ngan, V. 2005. Antiseptics 2005. Antiseptics.. New Zaeland Dermatological Society Inc. Pelczar, Michael J. dan E.C.S. Chan. 1986.  Dasar-Dasar Mikrobiologi. Mikrobiologi. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Rahayu, Winiati Pudji. 2000. Aktivitas 2000. Aktivitas Antimikroba Bumbu Masakan Tradisional  Hasil Olahan Industri terhadap Bakteri Ravimannan, N., Revathie, A., Sevvel, P., and Kularajani, N. 2014. Alternative Culture Media For Fungal Growth Using Different Formulation Of Protein Sources. Annals Sources.  Annals of Biological Research, Research, 5 (1):36-39. Ristiati, N., P. 2000. Pengantar 2000.  Pengantar Mikrobiologi Umum. Umum. Malang: Universitas Negeri Malang. Sumarsih, Sri. 2003. Diktat  Diktat Kuliah Mikrobiologi Dasar.  Dasar. Faperta UPN “Veteran” Yogyakarta Tharmila, S., Jeyaseelan, E.C., and Thavaranjit , A. C. 2011. Preliminary Screening Of Alternative Culture Media For The Growth Of Some Selected Fungi. Archives Fungi. Archives of Applied Science Research, Research, 3 (3):389-393.

 

LAMPIRAN

Koloni 1

Biakan bakteri sayur sawi pada medium lempeng NA Koloni 2

Biakan murni 1

Biakan murni 2

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF