Morfologi Gunung API
September 27, 2017 | Author: Achmad Nabil | Category: N/A
Short Description
VBNM,...
Description
Eksplorasi Panas Bumi 2016
MORFOLOGI GUNUNG API Gunung api memiliki bentuk yang berbeda-beda tergantung pada komposisi magma pembentuk gunung api itu sendiri. Komposisi magma dapat berbeda antara satu gunung api dan lain, bergantung pada tempat terjadinya pembentukan magma. Misalkan karakteristik magma pada zona konvergen akan
berbeda pada zona divergen.
Selain itu jenis kerak pada batas lempeng juga akan menentukan tipe magma pada gunung api. Terdapat beberapa bentuk gunung api berdasarkan USGS 1988 : 1. Bentuk Kaldera Gunung api dengan tipe kaldera berasal dari letusan yang sangat dahsyat, kemudian terjadilah keruntuhan permukaan akibat
kosongnya
dapur
magma
pasca
erupsi.
Kaldera
merupakan kawah yang luas dengan dasar yang hampir datar berdiameter
1,5-10
km
(Sumintadiredja,
2005).
Komposisi
magma bentuk kaldera bisa bervariasi, namun umumnya berupa magma intermidiet hingga asam yang menghasilkan letusan eksplosif besar yang mengakibatkan runtuhan. H. William (1974), mengklasifikasikan kaldera menjadi beberapa jenis berdasarkan proses yang membentuknya, yaitu :
Kaldera letusan, yang disebabkan oleh letusan gunungapi yang sangat kuat yang menghancurkan bagian puncak kerucut dan menyemburkan massa batuan dalam jumlah besar. Contoh yang baik antara lain Kaldera Bandaisan di Jepang, Kaldera Tarawera di New Zealand.
Kaldera runtuhan, yang terbentuk karena adanya letusan yang dalam
berjalan jumlah
cepat yang banyak,
memuntahkan sehingga
batuapung
menyebabkan
kekosongan pada dapur magma. Penurunan permukaan magma didalam waduk pun akan menyebabkan akan terjadinya runtuhan pada bagian puncak gunungapi. Contoh yang baik antara lain Kaldera Toba (Tapanuli –
Eksplorasi Panas Bumi 2016
Sumatra Utara), Kaldera Tengger (Probolinggo – Jawa Timur).
Kaldera erosi, disebabkan oleh erosi pada bagian puncak kerucut, dimana erosi akan memperluas daerah lekukan sehingga kaldera tersebut akan semakin luas.
Kaldera
resurgent,
yang
terbentuk
karena
adanya
bongkah lekukan di bagian tengah kaldera yang terangkat oleh magma yang bergerak naik ke atas, dan kemudian membentuk suatu kubah. Kaldera sangat potensial sebagai panas bumi karena biasanya memiliki dapur magma (sumber panas) yang besar serta kaldera itu sendiri dapat bertindak sebagai caprock dalam sistem panas bumi.
Gambar 1. Gunung api tipe kaldera
2. Bentuk Perisai Gunung api tipe perisai dapat terbentuk di pematang tengah samudera (mid oceanic ridge), intraplate, bahkan busur vulkanik benua. Gunung api perisai memiliki kemiringan landai ± 15º yang terbentuk akibat perlapisan lava encer yang terus berulang sehingga membentuk kubah landai. Gunung api terbesar merupakan gunung api tipe perisai yang terbentuk di mid oceanic hot spot. Komposisi magma berkisar antara low viscosity alkali rich riolit dan trakit hingga basaltik. Namun umumnya berupa magma basaltik dengan batuan dominan adalah basalt.
Eksplorasi Panas Bumi 2016
Gambar 2. Morfologi gunung api tipe perisai( Loocwood, 2010)
3. Bentuk Stratovulkano Gunung api dengan tipe stratovulkano disebut juga dengan “grey” volcano. Terbentuk akibat adanya perlapisan antara aliran lava dengan lapisan piroklastik. Bentukan umum stratovulkano adalah kerucut dengan kemiringan berkisar ± 35º. Karakteristik magma adalah magma dengan viskositas yang tinggi dengan koposisi intermidiet hingga kaya silika (andesitikriolitik magma). Batuan yang dihasilkan berupa andesit atau riolit.
Gambar 3. Morfologi gunung api stratovulkano atau kerucut ( Loocwood, 2010)
Eksplorasi Panas Bumi 2016
4. Volcanic Dome Dome atau kubah lava adalah bentukan akibat erupsi lava dengan viskositas tinggi yang membentuk bukit curam diatas dan disekitar vent . Erupsi eksplosif mampu menghancurkan dome dan menghasilkan material piroklastik berupa blok yang memiliki dimensi 64mm-
puluhan meter dengan bentuk
meyudut. Umumnya dome memiliki komposisi kaya silika dengan batuan riolit, dasit, dan trakit. Dome dengan komposisi andesit jarang untuk ditemukan, sedangkan dome basal sangat langka.
Gambar 4. Dome dari gunung St. Hellens pada tahun 1986 (Loocwood, 2010)
Selain itu ada pula morfologi yang berada di sekitar gunung api 1. Kerucut parasiter adalah bentukan kerucut pada kaki gunungapi utama, terbentuk akibat magma dari gunung api utama keluar tidak melalui kawahnya melainkan dari samping.
Eksplorasi Panas Bumi 2016
Gambar 5. Kerucut parasiter/Parasitic dome
2. Hillocks merupakan bukit - bukit kecil di sekitar kaki gunungapi dari
hasil
endapan
lahar
maupun
gunungapi.
Gambar 6. Hillocks
lontaran
dari
letusan
Eksplorasi Panas Bumi 2016
3. Antiklinorium
Gunungapi
merupakan
rangkaian
perbukitan
antiklinorium yang dijumpai pada kaki gunungapi. Terbentuk oleh gaya kompresi lateral karena runtuhnya kerucut gunungapi.
Gambar 7. Anticlinorium (USGS)
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Morfologi Gunung Api 1. Virulensi letusan. Besarnya pengaruh letusan gunung berapi sedemikian rupa bahwa letusan kuat danakan mencuramkan letusan gunung berapi, sedangkan letusan dahsyat mengakibatkan kerusakan bentuk. 2. Frekuensi letusan. Jika letusan terjadi dengan jarak waktu, maka letusan berikutnya atau gas lava akan menemukan cara lain. Sebagai akibat dari insiden ini akan membentuk mulutkawah lebih rumit. 3. Sifat magma. 4. Tekanan aliran-aliran lava yang naik di atas. Tekanan aliran aliran lava yang naik ke atas, secara bertahap akan melemahkan dan menghancurkan dinding kawah. 5. Kegiatan Vukanisme. Kegiatan seperti pembentukan kaldera vulkanik
akan
mengganggu perkembangan gunung berapi. 6. Adanya hujan rintik-rintik kerucut. Keberadaan kerucut hujan rintik-rintik, kerucut yang berisi curam, terdiri dari bahan batuan lepas disimpan di atas salah satu pipa umumnya berkomposisi basalan kawah sekitar akhir lava mengalir. 7. Perpindahan dari pusat gunung berapi.Migrasi pusat aktivitas vulkanik (lava tube), berkaitan erat dengan aktivitas tektonik lokal
View more...
Comments