Monica Raharjo Polip Serviks

March 23, 2017 | Author: Made Setiadji | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

adasdas...

Description

LAPORAN KASUS

POLIP SERVIKS

Disusun Oleh : Monica Raharjo 030.09.157

Pembimbing : dr. Irwan Khresnamurti, Sp.OG

Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Pusat TNI Angkatan Udara dr. Esnawan Antariksa Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Periode 18 Agustus – 25 Oktober 2014

BAB I ILUSTRASI KASUS A. IDENTITAS PASIEN No CM

: 12.97.27

Nama

: Ny. LDI

Umur

: 40 tahun

Alamat

: Jalan Swadaya I No.5 RT 02 RW 06 Jatimulya, Bekasi Timur

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Paritas

: P3A0

Tanggal masuk RS

: 28 September 2014

B. ANAMNESIS -

Keluhan Utama : Perdarahan berupa flek-flek setelah berhubungan sejak ±5 bulan SMRS

-

Keluhan Tambahan : 1. Nyeri saat berhubungan sejak ±1 tahun SMRS 2. Saat menstruasi banyak darah yang menggumpal sejak ±5 bulan SMRS

-

Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien Ny.LDI usia 40 tahun dengan P3A0 datang ke bangsal Nuri RUSPAU dengan rencana dilakukan tindakan ekstirpasi dan kuretase esok hari. Sejak 1 tahun SMRS pasien merasakan nyeri pada alat kelamin saat berhubungan seksual. Sejak 5 bulan SMRS pasien mengalami perdarahan setelah berhubungan. Darah berwarna merah segar jumlah sedikit hanya berupa flek-flek. Selain keluhan perdarahan setelah berhubungan, pasien juga mengaku dalam 5 bulan SMRS darah menstruasi banyak yang menggumpal. ±1 minggu SMRS (tanggal 24 September 2014) pasien berobat ke poli obstetri dan ginekologi dimana diketahui terdapat polip serviks. Perdarahan di luar siklus haid, keputihan, teraba benjolan di perut, perut membesar, dan nyeri perut disangkal. Tidak ada gangguan BAK dan BAB.

-

Riwayat Obstetri : I

♀ 14 tahun, BBL 3100 gr, spontan, aterm, hidup

II

♀ 10 tahun, BBL 3400 gr, spontan, aterm, hidup

III

♂ 8 tahun, BBL 3400 gr, spontan, aterm, hidup 2

-

Riwayat Ginekologi : Riwayat penyakit menular seksual disangkal. Riwayat penyakit alat kelamin dan alat reproduksi disangkal

-

Riwayat Perkawinan : Pasien menikah satu kali dengan suami sekarang 13 tahun yang lalu. Hubungan seksual selain dengan suami disangkal.

-

Riwayat Menstruasi : Pasien pertama kali menstruasi (menarche) pada usia 14 tahun. Menstruasi teratur setiap bulan diluar kehamilan. Biasanya lamanya menstruasi kurang lebih 7 hari. Nyeri pada saat menstruasi disangkal. Siklus haid berkisar antara 28 hingga 30 hari. Banyaknya darah haid kurang lebih 60-80 ml per hari (3-4 kali ganti softeks per hari). Hari pertama haid terakhir pasien pada tanggal 14 September 2014. Riwayat gangguan menstruasi disangkal.

-

Riwayat KB : Pasien menyangkal penggunaan KB.

-

Riwayat Operasi : Riwayat operasi disangkal.

-

Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat penyakit dahulu disangkal.

-

Riwayat Penyakit Penyerta : Darah tinggi, kencing manis, asma, dan alergi disangkal. Pasien memiliki kadar kolesterol yang tinggi.

-

Riwayat Penyakit Keluarga : Riwayat penyakit dalam keluarga disangkal.

C. PEMERIKSAAN FISIK 1. Status Generalis : 

Keadaan umum : Compos mentis, tampak sakit ringan, kesan gizi cukup



Tanda vital

: TD = 130/90 mmHg : N = 80 x/menit : P = 18 x/menit : S = 36.4ºC



Kepala

: Normosefali, rambut hitam merata, tidak mudah dicabut



Mata

: Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-



Hidung

: Tidak tampak deformitas



Telinga

: Normotia



Mulut

: Mukosa bibir tidak kering dan tidak anemis



Leher

: KGB dan tiroid tidak teraba membesar



Thoraks Jantung :

I

: Ictus cordis tidak tampak

Pa : Ictus cordis kuat angkat 3

Pe : Tidak dilakukan A : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-) Paru :

I

: Simetris tidak ada ketinggalan gerak, retraksi dada (-)

Pa : Vokal fremitus kanan = kiri Pe : Sonor kedua lapang paru A : Suara napas vesikuler, ronki (-), wheezing (-) 

Ekstremitas

: Nadi teraba kuat, simetris, edema -/-, CRT < 2 detik

2. Status Ginekologik : 

Inspeksi : Abdomen datar, tidak tampak luka bekas operasi, tak tampak striae



Palpasi : Abdomen supel, nyeri tekan (-), massa tumor (-), fundus uteri tidak teraba



Perkusi : Timpani



Auskultasi : Bising usus (+)



Inspekulo : Tampak massa tunggal yang keluar dari OUE berwarna merah terang, diameter kurang lebih 3 cm, bentuk bulat irreguler, dan mudah berdarah



Pemeriksaan dalam : Dinding vagina licin, portio serviks mencucu konsistensi kenyal, teraba massa dengan diameter kurang lebih 3 cm, bentuk bulat irreguler, konsistensi kenyal, mobile, dan tidak nyeri.

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pemeriksaan Laboratorium (25 September 2014) : Pemeriksaan

Hasil

Nilai Rujukan

Hemoglobin

14.9 g/dl

11.7 – 15.5 g/dl

Hematokrit

47%

35-47%

Lekosit

5.100/mm3

3.600 – 11.000/mm3

Trombosit

208.000/mm3

150.000-440.000/mm3

Bleeding time

3 menit

1-3 menit

Clotting time

5 menit

2-6 menit

Protein total

6.6 gr%

6.6-8.7 gr%

Albumin

4.9 gr%

3.8-5.2 gr%

Globulin

1.7 gr%

2.8-3.6 gr%

Hematologi

Kimia Darah

4

SGOT

35 u/l

10-35 u/l

SGPT

38 u/l

10-38 u/l

Kolesterol

234 mg% (↑)

< 200 mg%

Ureum

30 mg%

10-50 mg%

Kreatinin

0.65 mg%

< 1.1 mg%

Asam urat

3.8 mg/dl

2.3-6.1 mg/dl

Gula darah puasa

96 mg/dl

80-100 mg/dl

Gula darah 2 jam PP

116 mg/dl

100-120 mg/dl

Protein

(-)

(-)

Reduksi

(-)

(-)

Urobilin

+1

+1

Bilirubin

(-)

(-)

Lekosit

0-1/ lpb

1-5/ lpb

Eritrosit

(-)

(-)

Epitel

5/ lpb

5-15/ lpb

Kristal

(-)

(-)

Urin

2. Pemeriksaan USG (24 September 2014) : Uterus retrofleksi.

E. DIAGNOSIS -

Diagnosis primer

: Polip serviks pada P3A0

-

Diagnosis sekunder : Hiperkolesterolemia

F. PENATALAKSANAAN -

Non-medikamentosa : Pro-ekstirpasi dan kuretase

-

Medikamentosa

: Atrovastatin 1 x 10 mg malam hari PO : Ciprofloxacin 3 x 500 mg PO : Asam mefenamat 3 x 500 mg PO

G. LAPORAN OPERASI -

Diagnosis pre-operatif : Polip serviks pada P3A0

-

Tanggal pembedahan : 29 September 2014 5

-

Jam pembedahan : 09:35 – 09:45 WIB

-

Penemuan selama pembedahan : 1. Pasien posisi litotomi dalam anastesi spinal 2. Dilakukan sepsis dan antisepsis pada daerah operasi dan sekitarnya 3. Dilakukan pemasangan spekulum Simms anterior dan posterior 4. Tampak massa polip serviks berwarna merah dengan diameter kurang lebih 3 cm dan mudah berdarah yang keluar dari OUE 5. Dilakukan penjepitan massa polip serviks dengan tenaculum kemudian dipuntir sampai tampak tangkai polip yang berasal dari dalam OUE 6. Dilakukan ekstirpasi polip serviks dengan ukuran 5 x 3.5 x 3 cm 7. Spekulum Simms anterior dilepas 8. Dilakukan penjepitan portio dengan tenaculum pada pukul 12 9. Dilakukan sondase uterus retrofleksi 10. Dilakukan kuretase sampai kesan bersih dengan sendok kuret didapatkan OUE sempit dan didapatkan jaringan endoserviks dan endometrium ±10 gram 11. Tenakulum dilepas 12. Kontrol perdarahan 13. Spekulum Simms posterior dilepas 14. Operasi selesai

-

Diagnosis post-operatif : Post kuretase dan ekstirpasi polip serviks dan suspek hyperplasia endometrium

-

Instruksi post-operatif

: Jaringan diperiksakan di patologi anatomi : Mobilisasi bertahap : Makan-minum biasa bila bising usus normal : Observasi perdarahan per vaginam

H. FOLLOW UP (30 September 2014) S : Pasien mengeluh nyeri pada alat kelamin terutama saat bergerak. Perdarahan per vaginam (+), pasien mengganti pembalut sebanyak 2x dalam 24 jam dimana setiap kali ganti pembalut tampak darah berwarna merah segar memenuhi ½ pembalut. Mobilisasi baik, 4 jam post-operasi pasien bias miring kanan-kiri dan 6 jam postoperasi pasien dapat duduk. BAB (-) selama satu hari. BAK (+) banyak warna jernih setelah kateter urin dilepas. Pasien sudah buang angin. Makan dan minum seperti biasa. Demam, pusing, mual, muntah, dan kembung disangkal. 6

O : TTV : TD N Abdomen :

120/80 mmHg

RR

18 x/m

72x/menit

S

36.4ºC

Inspeksi : Datar Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), fundus uteri tidak teraba Perkusi : Timpani, shifting dullness (-) Auskultasi : Bising usus (+)

A : 1. Post kuretase dan ekstirpasi a/i polip serviks dan hiperplasia endometrium 2. Hiperkolesterolemia P : Ciprofloxacin 3 x 500 mg PO Asam mefenamat 3 x 500 mg PO Atrovastatin 1 x 10 mg PO Pasien boleh rawat jalan

7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ANATOMI SERVIKS Secara anatomi makro, serviks memiliki ukuran diameter antara 2,5-3 cm dan panjang 3-5cm.Posisi anatomi serviks normal adalah sedikit angulasi ke bawah-depan.Di bagian bawah,serviks berhubungan dengan vagina sebagai portio vaginalis dan bagian kanal serviks yang berhubungan dengan vaginadisebut orificium uterina externus atau mulut rahim. Kanal serviks berukuran sekitar 8 mm. Bagian antara endoserviks dan kavum uteri disebut itsmus dan merupakan bagian dari segmen bawah rahim. Sirkulasi limfatik serviks yang utama meliputi nodus parametrial,obturator, iliaka internal, dan iliaka eksternal. Aliran limfe sekunder meliputinodus presakral, iliaka komunis, dan nodus para-aortika. Innervasi serviks adalah

plexus Frankenhauser, yang merupakan

bagian terminal dari plexus presakral. Serabut saraf memasuki segmen bawah rahim dan bagian atas serviks membentuk pleksus semisirkuler. Vaskularisasi utama serviks berasal dari cabang desendens arteri uterina dan cabang servikal arteri vaginalis. Aliran vena mengikuti pembuluh darah arteri. Secara anatomi mikroskopis, stroma servikal terdiri atas campuran serabut fibrous, muskular (15%) dan jaringan elastik. Epitel tersusun atas skuamosa di bagian ektoserviks dan kolumnar di bagian endoserviks. Di antara kedua area tersebut, terdapat bentuk peralihan antara epitel di ektoserviks dan endoserviks yang disebut squamocolumnar junction. Pada bagian distal area ini tersusun atas epitel metaplastik squamosa yang imatur. Trauma, iritasi kronis, dan infeksi berperan penting terjadinya perkembangan dan maturitas epitel serviks menjadi bentuk neoplastik.

B. DEFINISI POLIP SERVIKS Polip serviks adalah tumor jinak berupa adenoma maupun adenofibroma yang tumbuh menonjol dan bertangkai, tumbuh di permukaan mukosa serviks ataupun pada saluran endoserviks dan biasanya menonjol keluar dari mulut serviks.

C. ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI Etiologi dari polip serviks belum diketahui pada beberapa kasus, namun ada beberapa teori yang menspekulasi etiologi polip serviks. Pertumbuhan polip merupakan implikasi dari 8

degenerasi hiperplastik fokal di daerah serviks, yang merupakan reaksi sekunder dari inflamasi serviks lalu berikutnya akibat stimulasi hormonal seperti estrogen, kongesti pembuluh darah pada canalis cervicalis. Polip tersusun atas stroma jaringan ikat vaskuler dan dilapisi oleh kolumner, skuamosumkolumner atau epitel skuamosa. Kejadian polip sering dihubungkan dengan hiperplasia endometrial, yang menunjukkan adanya keterlibatan faktor estrogen yang berlebihan. Polip serviks dapat mengakibatkan perdarahan abnormal. Perdarahan dapat terjadi saat jeda antar menstruasi, setelah berhubungan seksual dan setelah menstruasi.

D. MORFOLOGI POLIP SERVIKS Morfologi polip serviks biasanya lembut, berwarna kemerahan dan berbentuk seperti jari. Biasanya memiliki tangkai yang pendek, namun beberapa dapat memiliki dasar yang lebar. Namun sebagian lainnya dapat memiliki tangkai yang panjang hingga keluar dari canalis cervicalis. Epitel yang melapisinya biasanya merupakan epitel endoserviks yang pada beberapa kasus dapat pula mengalami metaplasia menjadi semakin kompleks. Bagian ujung polip dapat mengalami nekrosis serta mudah berdarah. Maka dari itu sebenarnya polip harus ditegakkan apakah polip tersebut suatu adenoma, sarcoma botriodes, adenokarsinoma serviks ataupun mioma melalui pemeriksaan histologic setelah dilakukan pengangkatan. Polip endoserviks biasanya berwarna merah, dengan ujung seperti nyala api, fragil, dan bervariasi dalam ukuran, dari beberapa mm hingga mencapai lebar 3 cm dan panjang beberapa cm (gambar 1). Polip seringkali tumbuh diendoserviks yang berbatasan dengan ektoserviks, berbasis lebat, dan mengandung jaringan ikat fibrosa. Karena sering terjadi ekstravasasi darah ke jaringan, maka sering terjadi perdarahan pada kelainan ini. Infiltrasi selsel radang menyebabkan leukorea. Polip ektoserviks berwarna agak pucat atau merah daging, lunak, dan tumbuh melingkar atau memanjang dari pedikel. Polip ini tumbuh di area porsio dan jarang sekali menimbulkan perdarahan sebagaimana polip endoserviks atau degenerasi polipoid maligna. Secara mikroskopis, jaringan polip ektoserviks lebih banyak mengandung serat fibrosa di banding polip endoserviks. Polip ektoserviks memiliki atau bahkan tidak mengandung kelenjar mukosa. Bagian luar polip ektoserviks dilapisi oleh epitel stratifikatum skuamosa. Perubahan sel menjadi ganas dapat terjadi, terutama pada polip ektoserviks yang disertai inflamasi kronik, yang sering menyebabkan nekrosis di bagian ujung polip. Insidensi degenerasi maligna dari polip ektoserviks diperkirakan kurang dari 1%. Karsinoma sel skuamosa merupakan yang tersering, meskipunadenokarsinoma juga pernah dilaporkan. 9

Struktur polip memiliki vaskularisasi yang adekuat, sehingga bila terjadi torsi atau trauma (saat koitus) dapat terjadi perdarahan. Selain itu, dapat pula terjadi infeksi dan inflamasi yang cukup berpotensi meluas ke organ-organ sekitar. Karena setiap polip memiliki kemungkinan untuk berdegenerasi maligna, maka pemeriksaan sitologi perlu dilakukan setelah polip dieksisi ataudiekstirpasi.

10

E. DIAGNOSIS POLIP SERVIKS Diagnosis polip serviks dibuat dengan cara menginspeksi serviks

menggunakan

spekulum. Jika terdapat perdarahan harus dilakukan pemeriksaan untuk menyingkirkan kelainan, terutama keganasan serviks dan endometrium. Gejala dari polip serviks biasanya intermenstrual bleeding , postcoital bleeding, leukorea , hipermenorrhea dan tidak terasa nyeri.

1. Gejala dan Tanda Polip serviks sering kali tidak bergejala, namun perlu dipertimbangkan bila ternyata terdapat riwayat: -

Leukorea

-

Perdarahan di luar siklus menstruasi

-

Perdarahan setelah koitus

-

Perdarahan setelah menopause

-

Perdarahan intermenstrual atau paska-koitus dengan hipermenorea merupakan gejala umumuntuk polip serviks.

-

Pada kasus infertilitas wanita juga patut dilacak apakah terdapatadanya peradangan serviks atau polip.

Polip serviks tampak sebagai massa kecil, merah, dan tampak seperti jari yang keluar melalui kanal serviks dan biasanya berukuran panjang 1-2 cm dandiameter 0,5-1 cm. Umumnya, polip ini teraba lunak bila dilakukan pemeriksaan menggunakan jari.

2. Pemeriksaan Radiologi Polip yang terletak jauh di endoserviks dapat dievaluasi melalui pemeriksaan histerosalfingografi atau sonohisterografi dengan infus salin. Biasanya, hasil pemeriksaan ini memberikan hasil yang bermakna dalam mengetahui adanya polip atau kelainan lainnya.

3. Pemeriksaan Laboratorium Sitologi vagina dapat menunjukkan adanya tanda infeksi dan sering kali ditemukan sel-sel atipik. Pemeriksaan darah dan urin tidak terlalu banyak membantu menegakkan diagnosis.

4. Pemeriksaan Khusus

11

Polip yang terletak jauh di kanal endoserviks tidak dapat dinilai melalui in speculo biasa, tetapi dapat dilakukan pemeriksaan khusus menggunakan speculum endoserviks atau histeroskopi. Seringkali polip endoserviks ditemukan secara tidak sengaja pada saat dilakukan pemeriksaan perdarahan abnormal. Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan untuk menyingkirkan adanya massa atau polip yang tumbuh dari uterus.

F. DIAGNOSIS BANDING POLIP SERVIKS Massa polipoid yang tampak tumbuh dari serviks tidak selalu didiagnosis sebagai polip serviks. Adenokarsinoma endometrium atau sarkoma endometrial dapat tumbuh di bagian mulut rahim, dan sering kali kelainan ini menyebabkan perdarahan dan leukorea lebih sering. Pada dasarnya, polip serviks tidak sulit dibedakan dengan bentuk kelainan polipoid lainnya secara inspeksi. Bentuk pertumbuhan ulseratif dan atipik merupakan ciri mioma submukosa pedenkel kecil atau polip endometrial yang tumbuh di bagian bawah uterus. Biasanya kelainan ini

menyebabkan dilatasi

serviks, dan keluar melalui

OUE

menyerupai polip. Hasil konsepsi, misalnya desidua, dapat mendorong keluar serviks sehinggamenyerupai jaringan polipoid. Mioma geburt merupakan mioma pedunkulata submukosa yang memiliki tangkai. Bersumber dari rongga rahim dan dapat keluar sampai ke vagina melalui canalis cervicalis. Sedangkan polip serviks merupakan suatu adenoma ataupun adenofibroma yang berasal dari mukosa endoserviks. Tangkainya dapat panjang hingga keluar dari OUE. Epitel yang melapisi biasanya adalah epitel endo yang dapat juga mengalami metaplasia menjadi semakin kompleks. Bagian ujung polip dapat mengalami nekrosis sehingga membuatnya mudah berdarah. Hal inilah yang membedakannya dari Mioma Geburt dimana bagian yang mudah berdarah bukan merupakan ujung mioma tapi merupakan endometrium yang mengalami hyperplasia akibat pengaruh ovarium, selain itu juga terjadi atropi endometrium di atas mioma submukosa. Selain mioma geburt, Endometrial sarcoma, adenocarcinoma, condylomata, submukosa myoma, polypoid carcinoma juga termasuk diagnosis banding pada beberapa kasus.

G. FAKTOR RISIKO Kemungkinan terjadinya polip serviks akan meningkat ketika wanita tersebut menderita: 1. Diabetes mellitus 2. Vaginitits berulang 12

3. Servisitis 4. Usia reproduksi terutama usia 40 tahun hingga 50 tahun 5. Wanita hamil

H. KOMPLIKASI Polip

serviks

dapat

terinfeksi,

biasanya

oleh

kelompok

Staphylococcus,

Streptococcus, dan jenis patogen lainnya. Infeksi serius biasanya terjadi setelah dilakukan instrumentasi medik untuk menegakkan diagnosis atau setelah membuang polip. Antibiotik spektrum luas perlu diberikan bila tanda awal infeksi telah tampak. Inisiasi atau eksaserbasi salfingitis akut dapat terjadi sebagai konsekuensi polipektomi.

I. PENATALAKSANAAN Prinsip penatalaksanaan pada polip serviks ialah sebagai berikut yaitu: dilakukan ekstirpasi pada tangkainya, dilakukan kuretase sehingga seluruhnya dapat dikeluarkan, dan hasil pemeriksaan menentukan terapi lebih lanjut. Sebagian besar polip serviks dapat dihilangkan di poliklinik atau tempat praktik. Hal ini karena sebagian besar polip serviks berukuran kecil. Teknik pembuangan polip serviks yang berukuran kecil umumnya tidak sulit. Biasanya dengan cara memfiksasi pedikel menggunakan hemostat atau instrument pemfiksasi lain kemudian memutar pedikel hingga lepas. Perdarahan yang terjadi biasanya sedikit. Polip serviks yang berukuran besar biasanya dilakukan eksisi di ruang operasi. Pada tindakan ini, pasien perlu di anestesi dan selama eksisidilakukan, perdarahan harus dikontrol. Bila serviks lunak dan berdilatasi, sedangkan polip cukup besar, maka histeroskopi harus dilakukan, terlebih lagi bila pedikel sukar dilihat. Eksplorasi serviks dan kavum uteri menggunakan histeroskop dilakukan untuk mengidentifikasi adanya polip lain di daerah itu. Seluruh jaringan yang diambil perlu diperiksa secara histoPA untuk menilai secara spesifik apakah massa polipoid berdegenerasi jinak, pre-maligna, atau malignansi. Bila dari hasil pemeriksaan sekret serviks ditemukan profil sel-sel infektif, atau secara klinis dan laboratoris mengarah kepada infeksi, maka pemberian antibiotik dianjurkan untuk kasus ini. Sebelumnya pasien dipuasakan 8 jam, lalu dipasangi infus glukosa. Pasien diposisikan litotomi, lalu dilakukan pemeriksaan dalam untuk menentkan besar dan letak uterus serta ada tidaknya kelainan pada uterus dan organ adneksa. Pasien diberikan drip oksitosin 10 IU untuk kontraksi dinding uterus dan mencegah kemungkinan perforasi uterus. Setelah itu pasang speculum sims posterior dan anterior. Pasang tenaculum pada serviks jam 11 dan jam 1, lalu 13

lepas speculum anterior, sedangkan speculum posterior dipegang oleh asisten. Kemudian anastesi lidocain diinjeksikan pada fornix dextra dan sinistra sebanyak 2 ml (40 mg) yang diencerkan dalam 2 ml NaCl. Dilakukan pemuntiran polip dengan menggunakan klem ovarii. Selanjutnya sondase dilakukan untuk mengetahui seberapa panjangnya cavum uteri dan arahnya anteflexi ataukah dorsoflexi. Lalu dilakukan dilatasi canalis cervicalis dengan busi hegar dari nomor yang terkecil namun tidak boleh lebih dari busi nomor 12 pada multipara. Lalu kuretasi dilakukan boleh dengan kuret tajam maupun tumpul, searah dengan jarum jam. Setelah kuretase pasien diberikan terapi berbagai macam obat untuk profilaksis dan pencegahan perdarahan dan berupa suplemen zat besi. Yaitu yang pertama amoxicillin diberikan sebagai profilaksis. Lalu asam mefenamat diberikan sebagai analgesic. Sulfas ferrous diberikan sebagai suplemen zat besi dan dikombinasikan dengan pemberian vitamin C untuk membantu meningkatkan penyerapan zat besi. Yang terakhir metergin diberikan agar kontraksi uterus tetap terjaga dan mencegah perdarahan.

J. PROGNOSIS Pengangkatan polip merupakan tindakan yang cukup kuratif, biasanya keluhan sudah dapat teratasi sepenuhnya, namun tetap harus diwaspadai jika sebelumnya polip sudah terinfeksi terlebih dahulu karena bisa menjadi salpingitis.

14

DAFTAR PUSTAKA 1. Achadiat, C M. 2004. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. EGC. Jakarta. 2. Bucella D, Frédéric B, Noël JC. Giant cervical polyp: a case report andreview of a rare entity. Arch Gynecol Obstet 2008;278(3):295-8. 3. Cunningham., et al. 2005. Obstetri Williams.Ed 21. Alih bahasa, Hartono A, et al. EGC. Jakarta. 4. Merck Manual Professional. Benign Gynecologic Lession: Cervical Polyp. Gynecology and Obstetrics, 2008. 5. Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi, Ed 2. EGC. Jakarta. 6. NHS Foundation Trust. Cervical Polyp. Doncaster and Bassetlaw Hospital Gynecology 2002. 7. Wiknjosastro, H., et al. 2007. Ilmu Kebidanan, Ed ketiga. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 8. Dirk C, Yves vB, Guido V, Xavier dM, Edgar dM, Rudi C. Hysteroscopicfinding in patients with a cervical polyp. Am J Obstet Gynecol 1993;169(6):1563-5.

15

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF