Modul Teknik Konstruksi Batu Dan Beton

April 19, 2019 | Author: Deni Sondjaja | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Modul Teknik Konstruksi Batu Dan Beton...

Description

Modul PENGAJARAN TEKNIK KONSTRUKSI BATU DAN BETON

Oleh: Fahmi Rizal Juniman Silalahi

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2010

KATA PENGANTAR Modul dengan judul

Pengajaran Teknik Konstruksi Batu dan Beton

merupakan bahan ajar yang digunakan sebagai panduan bagi mahasiswa program Pendidikan Profesi Guru (PPG) yang dilaksanakan di Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang. Modul ini terdiri dari Kegiatan Belajar yang semuanya terkait secara langsung dalam pembinaan kompetensi calon guru profesional. Kegiatan belajar disusun sedemikian rupa sehingga pembinaan kompetensi profesional calon pendidik terbina secara runtut. Antara satu kegiatan belajar dengan kegiatan belajar lainnya saling terkait dan bukan merupakan bagian yang terpisah-pisah. Sesuai dengan program studi Pendidikan Teknik Bangunan, khususnya pada pengajaran teknik konstruksi Batu dan Beton, maka modul ini dimulai konstruksi batu dan dilengkapi dengan konstruksi beton. Kemudian disertai dengan konstruksi atau pekerjaan pendukung lainnya. Dalam hal ini adalah pembuatan batako dan paving blok. Dengan memahami modul ini pembinaan kompetensi mahasiswa calon pendidik dapat berlangsung secara lebih efektif.

I.

PENDAHULUAN DESKRIPSI

Modul ini terdiri dari beberapa kegiatan belajar yang mencakup teknik konstruksi batu dan beton. Kegiatan belajar dimulai dengan perencanaan dan menggambar pondasi batu kali lengkap dengan denah pondasi dan gambar detailnya. Kemudian kegiatan belajar berikutnya memuat materi tentang pemasangan pondasi batu kali, pemasangan batu bata, plesteran dan acian, pemasangan kozen, pengetahuan tentang batako dan paving blok, serta konstruksi beton dan beton bertulang. Pondasi dari suatu bangunan khususnya pada bangunan gedung adalah suatu konstruksi dari bagian bawah bangunan yang berhubungan langsung dengan tanah atas bagian bangunan yang terletak di bawah permukaan tanah berfungsi meneruskan beban atau gaya di atasnya dan termasuk berat pondasi ke tanah di bawahnya. Di atas pondasi di pasang dinding batu bata, baik dinding lurus, sudut pertemuan, persilangan dinding, dan pilaster. Ikatan atau hubungan batu bata yang banyak dilaksanakan di lapangan yaitu ikatan ½ batu bata untuk tembok lurus, ikatan ½ batu bata pada sudut dan persilangan tembok, dan ikatan pilaster tiang. Berikutnya menghitung bahan dasar untuk pekerjaan plesteran dan pekerjaan plesteran bidang rata pada dinding tembok tegak. Menghitung volume plesteran hias dan bahan-bahan plesteran hias yang digunakan. Mengetahui tentang kegunaan dan cara-cara bagaimana menentukan ketebalan plesteran hias. Mempraktekkan cara memplester dengan plesteran hias sistem tempel tumpang-tindih maupun sistem tempel keruk. Selanjutnya memasang kusen pada dinding, termasuk mempersiapkan dan menggunakan alat-alat dan bahan-bahan praktek dengan benar. Memasang kusen dengan benar (tegak dan pada posisi as) pada ketinggian yang telah ditentukan. Kemudian pengetahuan tentang pembuatan produk (batako dan paving

blok),

termasuk

menentukan

bahan

yang

cocok,

menentukan

perbandingan bahan adukan, menghitung biaya produk, serta menguji dan menentukan kualitas produk yang baik.

Selanjutnya disajikan teori dasar bahan campuran beton, jenis dan klasifikasi beton, merencanakan selimut beton, jenis peralatan pengaduk dan pengecoran beton, dan pemadatan serta finishing beton. Semua kegiatan disusun secara runtut sesuai dengan urutan pekerjaan yang berlangsung di lapangan.

PETA MODUL:

TEKNIK KONSTRUKSI BATU DAN BETON BIDANG KEAHLIAN: TEKNIK SIPIL DAN BANGUNAN ORIENTASI: MANDIRI TKBB 01: Perencanaan dan menggambar pondasi batu kali TKBB 02: Pekerjaan pondasi staal dan piler batu kali TKBB 03: Pasangan batu bata TKBB 04: Plesteran dan mengaci permukaan plesteran TKBB 05: Pemasangan kusen pada dinding TKBB 06: Pembuatan batako dan paving blok TKBB 07: Teori dasar bahan campuran beton TKBB 08: Jenis dan klasifikasi beton TKBB 09: Merencanakan selimut beton TKBB 10: Jenis peralatan pengaduk dan pengecoran beton TKBB 11: Pemadatan serta finishing beton

PRASYARAT Untuk mempelajari dan menguasai modul ini terlebih dahulu mahasiswa harus mempunyai pengetahuan dasar tentang bangunan gedung, khususnya yang terkait dengan Teknik Konstruksi Batu dan Beton dan Menggambar Teknik. Selain itu mahasiswa harus menguasai pengetahuan tentang alat kerja batu dan beton dan pemakaiannya. Kemampuan awal ini sangat bermanfaat dalam menunjang penguasaan materi modul ini secara cepat dan tepat sehingga sesuai sasaran yang diharapkan.

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i DESKRIPSI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii PETA MODUL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iii PRASYARAT . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . viii DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ix PERISTILAHAN (GLOSSARY) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

1

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2 TUJUAN AKHIR MODUL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

3

KEGIATAN BELAJAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4 1. Kegiatan Belajar 1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4 2. Kegiatan Belajar 2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4 3. Kegiatan Belajar 3 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4 4. Kegiatan Belajar 4 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4 5. Kegiatan Belajar 5 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4 6. Kegiatan Belajar 6 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4 7. Kegiatan Belajar 7 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4 8. Kegiatan Belajar 8 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4 9. Kegiatan Belajar 9 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4 10. Kegiatan Belajar 10 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4 DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .10

GLOSSARIUM 1.

Pondasi adalah merupakan bagian konstruksi yang penting dari bangunan dangunanya untuk menjaga kedudukan agar bagunan tetap mantap (stabil).

2.

Balok sloof adalah balok beton bertulang yang dipasang pada keliling bangunan dan juga pondasi di tengah bangunan di bawah lantai.

3.

Lapisan batu kosong adalah pasangan batu tanpa spesi pada bagian dasar pondasi dipasang setelah lapisan pasir dan pemadatannya dilakukan dengan timbris.

4.

Titik 0,00 adalah titik untuk menunjukkan muka atas lantai bangunan.

5.

Kedalaman pondasi adalah kedalaman pondasi diukur dari muka atas lantai (+0,00) sampai pada bagian terbawah pondasi/sampai tanah keras. Biasanya diberi tanda minus. Misalnya minus (-) 1,20 m.

6.

Batu bata adalah jenis bahan bangunan yang dibuat dari lempung atau tanah liat dengan atau tanpa tambahan bahan lain yang diaduk hingga pulen, dicetak, dikeringkan kemudian dibakar.

7.

Tebal Dinding adalah ketebalan dinding pasangan batu bata yang selalu dinyatakan dengan satuan bata (satu bata = panjang satu bata) misalnya tebal dinding satu bata berarti ketebalan dinding tersebut= satu kali panjang batu bata. Jika tebal dinding setengah bata berarti ketebalan dinding tersebut = setengah kali panjang batu bata.

8.

Spesi adalah campuran dari beberapa jenis bahan bangunan yang diaduk menjadi satu adonan dengan diberi air secukupnya sehingga menjadi satu kesatuan yang pulen. Spesi berfungsi sebagai perekat batu bata satu dengan lainnya.

9.

Strek adalah istilah lain yang biasa dipergunakan sebagai penganti dari panjang batu bata, misalnya pasangan strek atau lapisan strek berarti pasangan tersebut atau lapisan tersebut terdiri dari batu utuh.

10. Knop adalah istilah lain yang biasa dipergunakan sebagai pengganti dari lebar batu bata, misalnya pasangan kop atau lapisan kop berarti pasangan tersebut atau lapisan tersebut terdiri dari lebar batu bata. 11. Bareh adalah istilah yang umum dipakai di lapangan pekerjaan yaitu apabila terdapat atau terjadi siar tegak pada dua lapis berurutan sama atau segaris.

12. Plesteran hias adalah pekerjaan plesteran yang mengutamakan pada plesteran seni. 13. Sistem tempel tumpang tindih adalah sistem pekerjaan memplester hias dengan teknik memplester lapis demi lapis. 14. Sistem tempel keruk adalah sistem pekerjaan memplester hias dengan teknik setelah plesteran rata pada bagian-bagian tertentu dikeruk sesuai dengan desain yang diinginkan. 15. Skur : Biasanya terbuat dari kayu berfungsi untuk membuat kedudukan kuat dan stabil. 16. Unting-unting: Alat yang terdiri dari bandul dan benang untuk membuat tegak pasangan. 17. Angker : Terbuat dari baja yang berfungsi sebagai penghubung dan penguat antara kusen dan tembok. 18. Kusen : Bagian dari konstruksi kayu yang dipergunakan untuk meletakkan atau memasang daun pintu sehingga daun pintu bisa ditutup maupun dibuka. 19. Bouwplank : Pasangan dari kayu untuk menentukan ketinggian dari rencana lantai dan biasanya dianggap kedudukannya.

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL Langkah-langkah belajar yang ditempuh agar proses pembelajaran dalam bidang teknik konstruksi batu dan beton dapat berlangsung secara optimal perlu dicermati langkah-langkah belajar seperti mencermati dengan seksama dasardasar konstruksi bangunan secara umum, gambar bangunan termasuk gambar detail dan potongan, dan cara menetapkan ukuran komponen-komponen bangunan. Mahasiswa perlu memahami perlengkapan untuk menghasilkan gambar yang baik, jelas, rapi dan mudah dimengerti. Begitu juga pemahaman tentang perlengkapan dan bahan untuk melakukan pekerjaan batu dan beton termasuk pembuatan batako dan paving blok. Untuk menguasai materi yang terdapat pada modul, mahasiswa disarankan membaca bahan-bahan yang berkaitan dengan materi pada setiap kegiatan belajar. Bacalah petunjuk atau informasi awal tentang modul termasuk petunjuk penggunaan modul. Kemudian bacalah uraian materi pada setiap kegiatan belajar. Kerjakan latihan yang diberikan dengan seksama sampai tunas. Setelah itu, jawablah pertanyaan atau tugas yang tercantum dalam bagian evaluasi. Setelah yakin dengan kebenaran jawaban yang dibuat, maka cek atau bandingkan jawaban Saudara dengan kunci jawaban yang ada pada bagian akhir setiap kegiatan belajar. Jangan membuka kunci jawaban sebelum Saudara tuntas menjawab semua pertanyaan pada bagian evaluasi.

TUJUAN AKHIR MODUL Tujuan dari modul ini diharapkan mahasiswa dapat mengikuti dan mempelajari seluruh kegiatan belajar, dapat mencapai spesifikasi kinerja sebagai berikut :

1.

Mahasiswa dapat merencanakan dan menggambar denah serta detail potongan pondasi yang baik dan benar.

2.

Mahasiswa dapat menjelaskan perbedaan pondasi staal dan piler batu kali, fungsi dan cara pembuatannya.

3.

Mahasiswa dapat menjelaskan jenis-jenis ikatan pasangan batu bata serta fungsi masing-masingnya.

4.

Mahasiswa mampu menjelaskan fungsi dan cara melaksanakan pekerjaan plesteran dan mengaci permukaan plesteran termasuk plesteran hias.

5.

Mahasiswa mampu menjelaskan cara pemasangan kusen pada dinding secara baik dan benar.

6.

Mahasiswa

mampu

menjelaskan

bahan

serta

menghitung

biaya

pembuatan batako dan paving blok serta cara pembuatan dari awal sampai perawatannya.

II. I.

PEMBELAJARAN

RENCANA BELAJAR MAHASISWA KEGIATAN BELAJAR 1: MERENCANAKAN DAN MENGGAMBAR PONDASI

A. URAIAN MATERI Pada setiap gambar rencana sebuah pondasi umumnya akan digambarkan: 1. Denah bangunan 2. Pandangan depan dan pandangan samping 3. Penampang memanjang dan melintang Dari gambar denah bangunan dan gambar potongan melintang maupun memanjang akan diketahui macam pondasi yang direncanakan akan tetapi biasanya belum begitu jelas sehingga diperlukan suatu gambar penjelas pondasi yang terdiri atas: a. Gambar denah pondasi b. Gambar penampang pondasi Gambar-gambar ini dapat dibuat dengan mudah kalau gambar rencana yang bersangkutan telah disetujui oleh ahli konstruksi sebab ada kalanya ukuran bentuk dan macam pondasinya dirubah oleh ahli konstruksi, karena keadaan tanah yang kurang sesuai dengan rencana pondasi atau karena sebab lain. Pondasi untuk bangunan dapat dibuat dari bermacam-macam konstruksi tergantung dari berat beban di atasnya, macam tanah dan sebagainya. Konstruksi pondasi selain berhubungan erat dengan beban yang diterima dan sifat-sifat tanah juga tergantung pula dari macam bahan yang akan digunakan. 1 . Pondasi pasangan batu kali 2 . Pondasi menerima beban langsung dari tembok teras, emperan, tembok sebelah luar, tembok sebelah dalam dan lain-lain. 3 . Pondasi pasangan batu kali di atas jalur beton bertulang 4 . Pondasi beton bertulang 5 . Pondasi beton tumbuk

6 . Pondasi tidak langsung atau pondasi atas tiang 7 . Pondasi pasangan batu merah 8 . Pondasi menerima beban langsun dari tembok teras, emperan, tembok sebelah luar, tembok sebelah dalam atau lain-lain. 9 . Pondasi pasangan batu merah di atas jalur beton bertulang yang jenisnya pondasi pasangan batu kali di atas jalur beton. Untuk selanjutnya pada penggambaran pondasi diperlukan gambar penjelas pondasi yang terdiri dari : 1. Gambar denah pondasi, pada bagian ini yang perlu digambar adalah : a. Tebal dinding (lebar sloof beton) b. Lebar pondasi bagian atas c. Lebar pondasi bagian bawah d. Lebar pasangan batu kali kosongan e. Kolom beton Keterangan yang perlu dicantumkan antara lain: a. Ukuran jarak antara dinding dalam meter b. Ukuran kolom dalam cm c. Ukuran lebar atas/bawah pondasi dalam cm d. Ukuran balok sloof dalam cm e. Tempat-tempat potongan untuk penampang yang akan dibuatkan gambar penjelas diberi tanda dengan nomor atau juga dengan tanda huruf. f.

Skala yang dipakai umumnya 1 : 100.

2. Gambar penampang pondasi pada bagian ini yang perlu dicantumkan adalah : a. Ukuran dalamnya pondasi b. Ukuran lebar dari bagian pondasi (dengan ukuran bagian atas, tengah, bawah dalam cm). c. Keterangan-keterangan lapisan pasir urug, tanah urug, muka tanah, lantai tegel, pasangan batu, berikut tanda-tanda pengasirannya. d. Nomor penjelas. e. Skala yang dipakai umumnya 1 : 20.

B.

LEMBAR KERJA Mahasiswa setelah mengikuti dan mempelajari kegiatan belajar ini diharapkan dapat mencapai spesifikasi kinerja sebagai berikut : 1. Mahasiswa dapat menggambar pondasi batu kali dengan lengkap. 2. Mahasiswa dapat menggambar denah pondasi dengan kelengkapan gambar: a. Tebal dinding b. Lebar pondasi bagian atas c. Lebar pondasi bagian bawah d. Lebar pasangan batu kosong e. Kolom beton (bila ada) 3. Mahasiswa dapat menggambar potongan lintang gambar pondasi yang lengkap dengan ukurannya.

Gambar 1. Denah Pondasi Batukali

Gambar 2. Penjelas Potongan I Gambar 3. Penjelas Potongan II

Gambar 4. Penjelas Potongan III Gambar 5. Penjelas Potongan IV

• Bahan dan Alat Bahan yang digunakan pada kegiatan belajar meliputi : 1. Kertas gambar manila/padalarang A1. 2. Isolasi untuk menempel kertas pada meja gambar. Alat yang digunakan dan disiapkan pada kegiatan belajar ini meliputi : 1.

Meja gambar atau meja yang dapat berfungsi sebagai meja gambar.

2. Mesin gambar atau satu set penggaris segi tiga. 3. Pensil atau pensil mekanis ukuran 0,3 mm dan 0,5 mm. 4. Karet penghapus yang tidak mudah kotor. 5. Garisan jangka 6. Rapido. 7. Cutter. 8. Gambar denah pondasi dan gambar detailnya. • Keselamatan Kerja 1. Pusatkan konsentrasi pada pekerjaan 2. Gunakan alat sesuai dengan fungsinya 3. Laporkan pada pengajar jika ada masalah • Langkah Pengerjaan 1. Siapkan dan bersihkan meja gambar dari debu dan kotoran lain. 2. Siapkan kertas gambar kosong dan tempelkan pada meja gambar. 3. Siapkan alat tulis. 4.

Menyalin gambar denah pondasi dan detailnya.

III.

EVALUASI

• Petunjuk Penilaian Hasil Kerja No

Aspek

Indikator

1

Hasil Kerja

a. Penampilan gambar/kerapian b. Kebenaran teknis c. Ketelitian/ketepatan d. Kebersihan

Jumlah Skor Maksimal

100

Syarat Skor Minimal Lulus 70 Jumlah Skor Yang Dicapai Kesimpulan

LULUS /TIDAK LULUS

DAFTAR PUSTAKA Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Kurikulum Edisi 1999, Jakarta. Hendardji Djoko Soeyoto, Bangunan Umum A, Jakarta, Penerbit Buku H. Stan. Sherma SK Kaul 1976 A Text Book of Building Construction, New Delhi. S. Chard SC (PUT) LTD. Sukarta, BSc, Sutarman, Drs. 1978 Menggambar Teknik Bangunan 2, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Soegihardjo R, PR Sudibyo, 1977, Ilmu Bangunan Gedung 1, Dikmenjur Depdikbud, Jakarta.

KEGIATAN BELAJAR 2: PEKERJAAN PONDASI STAAL DAN PILER BATU KALI TUJUAN: 1. Tujuan akhir Mahasiswa

diharapkan

dapat

memahami,

dan

menguasai

cara

pemasangan pondasi batu kali model stall dan pijler sesuai dengan prosedur yang disyaratkan dengan baik dan benar. 2. Tujuan antara a. Mahasiswa dapat memasang pondasi stall dari batu batu kali sesuai dengan gambar kerja. b. Mahasiswa dapat memasang pondasi pijler dari batu kali sesuai dengan gambar kerja. Pondasi yang merupakan bagian dari konstruksi bangunan harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain: Cukup kuat untuk mencegah/menghindarkan timbulnya patah geser yang disebabkan muatan tegak ke bawah. Dapat menyesuaikan terhadap kemungkinan terjadinya gerakan-gerakan tanah antara lain, tanah mengembang, tanah menyusut, tanah yang tidak stabil, kegiatan pertambangan dan gaya mendatar dari gempa bumi. Menahan gangguan dari unsur-unsur kimiawi di dalam tanah baik organik maupun anorganik. Dapat menahan tekanan air yang mungkin terjadi. Suatu konstruksi pondasi yang tidak cukup kuat dan kurang memenuhi persyaratan tersebut diatas, dapat menimbulkan kerusakan pada bangunannya. Akibat yang ditimbulkan oleh kerusakan ini, memerlukan perbaikan dari bangunannya bahkan kemungkinan terjadi seluruh bangunan menjadi rusak dan harus dibongkar. Tanah tempat konstruksi pondasi diletakkan harus cukup kuat. yang di dasarkan atas kekuatan tanah atau daya dukung tanah. Letak tanah kuat untuk konstruksi pondasi pada masing-masing tempat, tidak sama. Pada tanah yang baik dapat dipasang konstruksi pondasi dangkal kedalaman tanah yang kuat antara 70-100 cm dibawah permukaan tanah. Akan tetapi pada tanah lunak harus dipasang konstruksi pondasi dalam, dengan kedalaman 20 m atau lebih dari permukaan tanah keadaan ini tergantung pada jenis susunan tanah setempat.

PONDASI STAAL BATU KALI A. URAIAN MATERI Pondasi staal dipergunakan di atas tanah kuat/baik yang letaknya tidak dalam. Pada umumnya dari permukaan tanah sedalam 50 cm, terdapat tanah yang disebut tahan humus, yaitu lapisan tanah yang mengandung campuran bekas cabang-cabang kayu kecil-kecil, sampah, dan sebagainya. Di atas tanah semacam ini tidak dapat diletakkan pondasi karena ada kemungkinan pondasi akan turun akibat menjadi padatnya tanah humus yang diakibatkan muatan diatas tanah tersebut. Penurunan pondasi yang merata tidak menimbulkan kesulitan, karena apabila konstruksi bangunan gedung diatas pondasi dapat turun secara merata pula. Tetapi apabila penurunan pondasi tidak dapat merata, maka kerusakan-kerusakan akibat penurunan ini tidak dapat dihindarkan. Kerusakankerusakan tersebut misalnya berupa: a. pecah/retaknya tembok-tembok. b. pintu/jendela tidak dapat dibuka. c. atap berubah bentuk. d. dan lain-lain kerusakan. Oleh karena itu lapisan tanah humus harus digali dan dibuang ke tempat lain. Perletakan dasar pondasi staal ditetapkan lebih dalam dari lapisan tanah humus (30 a 50 cm atau, lebih dalam) agar diperoleh kepastian tanah yang cukup kuat dan memenuhi syarat. Sehingga kedalaman rata-rata dari pondasi staal berkisar antara 80 a 100 cm dari permukaan tanah. Dasar perhitungan pondasi staal adalah perlebaran/perluasan dasar pondasi terhadap tebal tembok dengan maksud agar supaya ada pembagian yang lebih merata dari gaya -gaya yang ditimbulkan muatan diatasnya pada tanah di tempat pondasi diletakkan pada tiap satuan luas dalam kg/cm2. Oleh karena itu pondasi staal merupakan pondasi ringan, artinya hanya mendukung muatan konstruksi bangunan gedung yang kurang berat, maka perlebaran/perluasan dasar pondasi dapat ditetapkan 2 ½ a 3 x tebal tembok.

Gambar . Pondasi Batu Kali dengan Sloof Tembok ½ Bata

Gambar . Pondasi Batu Kali dengan Sloof Tembok 1Bata

Walaupun demikian dalam menentukan ukuran luas dasar pondasi harus diperhitungkan muatan dari bangunan diatasnya. Pondasi staal dapat dibuat dari pasangan

batu

merah,

pasangan

batu

kali/alam

dan

beton

tidak

bertulang/bertulang atau gabungan. Dalam penggambaran, untuk pasangan batu merah ½ bata diambil ukuran 15 cm, sedang untuk pasangan 1 batu diambil ukuran 30 cm. Lantai ditetapkan sebagai titik nol dan dipakai sebagai dasar ukuran dari keseluruhan bangunan. Di atas dan di bawah lantai setebal masing-masing 20 cm dari pasangan tembok dibuat pasangan kedap air yang disebut trasraam dengan campuran 1 pc : 2 pc. Maksud pasang trasraam adalah agar air dari bawah tanah dapat naik ke atas pasangan tembok. Persyaratan ini dalam praktek supaya diperhatikan. Di bawah lantai diberi lapisan pasir urug setebal 20 cm yang dipadatkan dengan maksud agar diperoleh permukaan yang rata dan cukup kuat.

Pondasi tidak diletakkan langsung diatas tanah dalam lubang pondasi, tetapi di atas tanah tersebut diberi lapisan pasir urug setebal 5 a 10 cm, dengan maksud agar diperoleh permukaan yang merata. Ukuran lubang dasar galian pondasi dibuat lebih lebar 20 cm kirikanan lebar dasar pondasi agar orang dapat bekerja pada waktu mengerjakan pasangan pondasi. Galian lubang pondasi dibuat miring (5 : 1) agar dinding tanah galian tidak mudah runtuh. Kemiringan galian tanah ini makin besar untuk tanah-tanah yang gembur/lembek. Trasraam dibawah lantai dapat pula diganti dengan beton bertulang yang disebut balok sloof yang dibuat dari beton bertulang dengan campuran 1 pc : 2 pc : 3 kr. Maksud penggunaan balok sloof selain sebagai pengganti trasraam dibawah lantai juga untuk meratakan daya dukung dari pondasi terhadap muatan bangunan

diatasnya

serta

penurunan

pondasi

mempengaruhi

konstruksi

bangunan diatasnya karena didukung oleh balok sloof. Pasangan batu merah atau batu kali dapat pula seluruhnya diganti dengan beton tumbuk dengan campuran 1 ps : 3 ps : 5 kr. Prinsip konstruksinya sama dengan pasangan batu merah/batu kali. Konstruksi pondasi dengan beton tumbuk ini terutama digunakan untuk tanah basah/berair. Selain dengan pasangan batu merah, batu kali dan beton tumbuk, pondasi staal dapat pula dibuat dari beton bertulang. Pondasi staal beton bertulang digunakan apabila diperlukan dasar pondasi yang lebar/luas akibat muatan bangunan yang besar/berat diatas tanah yang kurang baik. Prinsip dari konstruksi beton bertulang adalah terdiri dari campuran/gabungan beton dan besi baja sedemikian rupa sehingga kedua macam bahan ini merupakan satu kesatuan yang dapat menahan muatan/gaya dari suatu konstruksi bangunan. Beton bertugas menahan gaya tekan, sedang besi baja bertugas menahan gaya tarik. Untuk beton, umumnya digunakan campuran 1Pc:2Ps:3Kr, sedang besi baja menggunakan berbagai macam ukuran/diameter yang ukuran dan jumlahnya tergantung dari hasil perhitungan konstruksi. Pemasangan besi baja atau yang lazim disebut penulangan dibagi menjadi 2 jenis tulangan yaitu tulangan pokok dan tulangan pembagi. Tulangan pembagi pada umumnya diambil 20% dari tulangan pokok. Bentuk sederhana dari pondasi staal beton bertulang adalah bentuk strook, yang juga disebut: strip fundation atau strip footing. Konstruksi bentuk strook akan membengkok/ melengkung akibat muatan dari tembok dan

juga reaksi tekanan dari tanah tempat strook diletakkan. Mula-mula reaksi tekanan tanah adalah merata, tetapi berhubung beban/muatan terberat ada ditengahtengah maka reaksi tanah akan berubah. Mengingat bentuk bidang momen seperti tergambar, maka untuk bentuk strook perlu disesuaikan dengan pembagian muatan. Untuk letak tanah kuat yang agak dalam, misalnya 1,50 m

2.00 m dapat

pula pondasi staal diletakkan diatas timbunan pasir. Cara ini dilaksanakan apabila diinginkan menghemat biaya dari pasangan pondasi staal. Timbunan pasir harus dipadatkan selapis demi selapis (setebal tiap 20 cm) dengan menggunakan alat penumbuk dan disiram air. B. Lembar Kerja Rancangan pembuatan propil dari gambar pondasi, khusus pondasi staal termasuk pondasi dangkal memanjang dapat dilihat dari bentuk denah bangunan, dengan berbagai jenis pertemuan yaitu pertemuan siku, pertemuan tegak dan pertemuan silang. 1. Peralatan yang digunakan adalah: Cetok, Water pass, Pukul besi (berat 1 kg), Benang, Ember, Kotak spesi, Cangkul, Sekop, Bodem (berat 4 kg), Paku 1,5 . 2. Bahan yang digunakan adalah: Batu kali, Kapur, Semen merah/PC, Pasir, Air, Papan 2/20, dan balok 4/6. 3. Petunjuk Kesehatan dan Keselamatan Kerja: Bekerjalah dengan sungguh-sungguh, gunakan pakain kerja secara benar dan lengkap. Pecahlah batu yang terlalu besar menggunakan bodem atau pukul besi, sehingga mudah untuk diangkat. Lakukan pemecahan batu di tempat yang tidak membahayakan akibat pecahan batu yang terlempar. 4. Langkah Kerja: Siapkan alat dan bahan yang diperlukan. Bersihkan galian yang telah dibuat dan kontrol kedalaman dan lebar galian serta kelurusannya. Hamparkan pasir sebagai lapisan dasar pondasi dan dipadatkan sehingga mempunyai permukaan yang rata dengan tebal minimum +20 cm. Apabila pasirnya kering pada saat pemadatan lakukan penyiraman dengan air secukupnya (jangan

terlalu jenuh). Setelah padat siramlah dengan air hingga jenuh. Pasanglah profil pondasi secara kuat pada ujung-ujung pondasi. Pasanglah satu lapisan batu kosongan dengan ketinggian + 15 cm

20

cm (tanpa spesi) sepanjang pondasi sebagai lapisan dasar, kemudian taburkan pasir serta disiram air sampai celah-celah antara batu dapat terisi penuh. Rentangkan benang sisi luar rencana pondasi antara profil dengan profil setinggi + 30 cm. Hamparkan spesi pondasi dan pasanglah batu pondasi dengan rapi dengan posisi batu mendatar. Ulangi langkah di atas sampai dengan ketinggian sesuai dengan rencana. Isilah celah-celah antara batu pondasi bagian samping sampai penuh. Lembar Latihan 1. Keselamatan kerja dalam praktek ini sangat penting untuk diperhatikan, sebutkan hal-hal yang berkaitan dengan kelesalamatan kerja. 2. Agar pelaksanaan kerja pasangan pondasi lancar sebutkan bahan serta alat yang dipergunakan. 3. Hasil kerja pasangan pondasi ini perlu dikontrol tentang beberapa hal, sebutkan dan jelaskan. PONDASI PIJLER BATU KALI A. URAIAN MATERI Dalam pelaksanaan pembuatan pondasi staal, terlebih dahulu harus dilakukan penggalian tanah sepanjang tembok sesuai gambar denah bangunan berupa parit-parit. Apabila letak kedalaman tanah baik/kuat antara 0,80

2,00 m,

penggalian parit-parit tidak mengalami kesukaran. Tetapi kalau letak kedalaman tanah baik sampai 2,50

3,00 m, maka penggalian parit tidak menguntungkan

lagi. Oleh karena itu digunakan pondasi dengan konstruksi lain, yaitu yang disebut pondasi pijler. Bahan dari pondasi pijler dapat menggunakan: a. pasangan batu merah b. pasangan batu kali c. beton batu kali, yaitu pasangan batu kali dengan perekat/spesi dari beton. Bentuk dari pondasi pijler berupa pyramida terpancung. Pondasi pijler dibuat pada sudut-sudut bangunan, pertemuan temboktembok. Jarak antara pijler

yang satu dengan yang lain diambil rata-rata (2,50

3,50m). Diatas pondasi pijler

diletakkan balok sloof, seperti halnya pada perkembangan konstruksi pondasi staal. Ukuran dari pondasi pijler tidak sama besar, artinya untuk tembok bagian luar yang mempunyai beban/muatan besar ukuran pondasi pijler juga lebih besar dibandingkan dengan ukuran pondasi pijler yang memikul tembok bagian dalam. Juga ukuran pijler yang ini tergantung dari jarak antara pijler yang satu dengan yang lain. Tetapi untuk memudahkan dalam pelaksanaan, ukuran pijler-pijler pada tembok-tembok luar diambil sama besar dan sebagai dasar ditetapkan ukuran hasil perhitungan yang terbesar.

Gambar . Tampak Atas dan Proyeksi Pondasi Piler

Balok sloof dipindahkan ke atas sebagai pengganti dari trasraam bagian bawah (di bawah lantai), sedang pasangan pondasi pijler dinaikkan. Balok sloof dipindahkan ke atas seperti perkembangan pertama, tetapi pasangan pondasi pijler tidak dinaikkan. Untuk menahan tekanan tanah/pasir di bawah lantai, konstruksi balok sloof yang tidak diatas pijler dapat dibuat lebih tipis. Pondasi pijler dapat pula dihubungkan dengan lengkung-lengkung dari pasangan batu merah, jadi tidak dihubungkan dengan balok sloof. Konstruksi jenis ini sebenarnya merupakan konstruksi pondasi pijler yang mula-mula dikenal sebelum orang mengetahui konstruksi dengan menggunakan beton bertulang. Bentuk lengkung penghubung ini ada dua macam, yaitu lengkung segment (tembereng) dan lengkung setengah lingkaran. Untuk lengkung penghubung tembereng, pada sudut-sudut bangunan harus diberi perkuatan untuk menahan gaya-gaya keluar

Sedang pada lengkung penghubung setengah lingkaran tidak diperlukan perkuatan, karena arah gaya ada yang hanya berupa tegak/vertikal (V).

Gbr . Pondasi Piler dengan Lengkung Tembereng

Gbr . Pondasi Piler dengan Lengkung ½ Lingkaran

B. Lembar Kerja Rancangan pembuatan propil dari gambar pondasi, khusus pondasi pijler untuk tanah yang baik terletak pada kedalam yang cukup besar dapat dilihat dari bentuk denah bangunan dengan bentuk penampang bujr sangkar (tipe A) atau empat persegi panjang (tipe B). 1. Alat yang digunakan adalah: Cetok, Water pass, Pukul besi (berat 1 kg), Benang, Ember, Kotak spesi, Cangkul, Sekop, Bodem (berat 4 kg), Paku 1,5 .

2. Bahan yang digunakan: Batu kali, Kapur, Semen merah/PC, Pasir, Air, Papan 2/20, dan balok 4/6 3. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Bekerjalah dengan sungguh-sungguh, gunakan pakain kerja secara benar dan lengkap. Pecahlah batu yang terlalu besar menggunakan bodem atau pukul besi, sehingga mudah untuk diangkat. Lakukan pemecahan batu di tempat yang tidak membahayakan akibat pecahan batu yang terlempar. 4. Langkah Kerja Siapkan alat dan bahan yang diperlukan. Bersihkan galian yang telah dibuat dan kontrol kedalaman dan lebar galian serta kelurusannya. Hamparkan pasir sebagai lapisan dasar pondasi dan dipadatkan sehingga mempunyai permukaan yang rata dengan tebal minimum +20 cm. Apabila pasirnya kering pada saat pemadatan lakukan penyiraman dengan air secukupnya (jangan terlalu jenuh). Setelah padat siramlah dengan air hingga jenuh Pasanglah profil pondasi secara kuat pada lokasi yang telahditentukan. Pasanglah satu lapisan batu kosongan dengan ketinggian + 15 cm 20 cm (tanpa spesi) sepanjang pondasi sebagai lapisan dasar, kemudian taburkan pasir serta disiram air sampai celah-celah antara batu dapat terisi penuh. Rentangkan benang sisi sudut luar rencana pondasi antara profil dengan bentuk 4 persegi panjang atau bujur sangkar penampang profil dari dasar sampai dengan ketinggian pondasi. Hamparkan spesi pondasi dan pasanglah batu pondasi dengan rapi dengan posisi batu mendatar. Ulangi langkah di atas sampai dengan ketinggian sesuai dengan rencana, dengan ketinggian maksimum 1 m perhari. Isilah celah-celah antara batu pondasi bagian samping sampai penuh.

EVALUASI Materi evaluasi sebelum mengerjakan pasangan pondasi. 1. Keselamatan kerja dalam praktek ini sangat penting untuk diperhatikan dan dilaksanakan, sebutkan hal-hal yang perlu dilakukan dalam melaksanakan kelesalamatan kerja. 2. Agar pelaksanaan kerja pasangan pondasi lancar sebutkan bahan serta alat yang dipergunakan. 3. Hasil kerja pasangan pondasi ini perlu dikontrol tentang beberapa hal, sebutkan dan jelaskan. Materi evaluasi sesudah mengerjakan pasangan pondasi. 1. Cek kenyamanan kerja ruang kerja yang mencukupi. 2. Cek posisi letak batu yang dipasang. 3. Cek kepadatan spesi. 4. Cek kelurusan pasangan. 5. Cek permukaan pasangan pondasi.

KUNCI JAWABAN 1. Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang sangat perlu diperhatikan. Bekerjalah dengan sungguh-sungguh, gunakan pakain kerja secara benar dan lengkap. Pecahlah batu yang terlalu besar menggunakan bodem atau pukul besi, sehingga mudah untuk diangkat Lakukan pemecahan batu di tempat yang tidak membahayakan akibat pecahan batu yang terlempar. 2. Alat dan bahan yang dibutuhkan, antara lain : Cetok, digunakan untuk mengambil spesi. Waterpass, digunakan untuk mengatur kedataran dan ketegakan propil. Pukul besi berat 1 kg, untuk membentuk batu yang posisi bentuknya tidak pas dengan posisi bentuk batu yang lainnya. Benang, yaitu alat bantu untuk memperoleh kelurusan pasangan. Ember, untuk tempat air atau dapat juga digunakan untuk takaran bahan spesi (kapur, semen merah/PC dan pasir). Kotak spesi, untuk tempat spesi persiapan pasangan pondasi. Cakul dan sekop, untuk mengaduk dan mengambil spesi ketempat lain (ember). Bodem (berat 4 kg), untuk memecah batu yang terlalu besar ukurannya. Papan

ukuran 20/2, balok 4/6 serta paku (1,5 ) untuk membuat bowplank. Batu kali, bahan utama sebagai isian pondasi. Spesi terdiri dari campuran 1kapur : 2 semen merah : 3 pasir atau 1 pc : 2 kapur : 3 pasir yang tambah air secukupnya. 3. Hasil kerja pasangan pondasi perlu dikontrol tentang beberapa hal, adalah: Kenyamanan kerja ruang kerja yang mencukupi. Letak posisi batu yang dipasang. Kepadatan spesi. Kelurusan pasangan Permukaan pasangan pondasi.

DAFTAR PUSTAKA Bowles J.E, 1984, Phisical and Geothecnical Properties of Soil, Mc Graw-Hill, Tokyo, Japan. Bowles J.E, 1988, Foundation Analysis and Design, Mc Graw-Hill, Tokyo, Japan. Bowles, JE, 1977 Foundation Analysis and Design, Second edition, McGraw-Hill Kogakusha, Ltd. Braja M. Das, 1991 (Alih bahasa Mochtar dan Endah) Mekanika Tanah (Prinsipprinsip Rekayasa Geoteknis), Erlangga. Das B.M, 1995, Principles of Foundation Engineering, Tokyo, Japan Dunn IS, Anderson LR, 1980, Fundamentals of Geotechnical Analisys, John Wiley & Sons Inc, Canada. Grigorian A.A, 1997, Pile Foundations for Buildings and Structures in Collapsible Soils, Brookfield, U.S.A

KEGIATAN BELAJAR 3: PASANGAN BATU BATA TUJUAN: Mahasiswa diharapkan mampu membedakan berbagai macam ikatan pasangan batu bata sesuai dengan fungsinya, baik untuk pasangan dinding lurus, sudut, persilangan, maupun pilaster untuk ketebalan setengah atau satu bata. A. URAIAN MATERI Batu merah adalah batu buatan yang terdiri dari tanah liat/lempung dengan atau tanpa tambahan bahan lain yang dalam keadaan pulen dicetak, dikeringkan dan dibakar. Ukuran batu merah untuk daerah satu dengan daerah lainnya tidak seragam. Sebagai pedoman dalam pembuatan batu merah adalah sebagai berikut: a) panjang bata = dua kali lebar bata + tebal siar. B) lebar bata = dua kali tebal bata + siar. C) tebal siar antara 0,8 cm s/d 1,5 cm. Dari berbagai ragam ukuran yang ada di pasaran, dikenal juga ukuran standar yang ditetapkan oleh LPMB (Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan) Bandung yaitu : a) pertama panjang = 240 mm, lebar = 115 mm, tebal = 52 mm. b) kedua panjang = 230 mm, lebar 110 mm, tebal = 50 mm (lihat Gambar 1).

Gambar 1 Ukuran Batu Bata

Dalam pelaksanaan pembuatan tembok tidak mungkin menggunakan bata utuh seluruhnya, pasti ada bata yang tidak utuh. Hal ini dikarenakan adanya syarat-syarat ikatan bata yang harus dipenuhi yaitu siar tegak pada dua lapis yang berurutan tidak boleh bareh. Bentuk bata utuh dan bata potongan seperti terlihat pada gambar di bawah ini. Tebal dinding batu bata atau pasangan bata biasanya dinyatakan dengan satuan batu, tidak dengan satuan centimeter atau meter, misalnya : dinding ½ batu, berarti tebal dinding ½ kali panjang bata.

Gambar 3 Ikatan Tembok Lurus Tebal ½ Batu

Gambar 5 Ikatan Tembok ½ Batu pada Sudut Siku

Gambar 7 Ikatan Tembok ½ Batu pada Persilangan

EVALUASI Jelaskan macam-macam ikatan pasangan dinding batu bata, dan lengkapi dengan gambar manualnya untuk komponen-komponen berikut : a. Lapis-lapis ikatan ½ batu pada tembok lurus dan proyeksi miringnya. b. Lapis-lapis ikatan tembok ½ batu pada sudut siku. c. Lapis-lapis ikatan tembok ½ batu pada pertemuan tembok. d. Lapis-lapis ikatan tembok ½ bata pada persilangan tembok. Bahan dan Alat untuk kegiatan menggambar pasangan batu bata: Bahan yang akan digunakan meliputi : a. Kertas gambar manila/padalarang ukuran A1. b. Isolasi untuk menempel kertas pada meja gambar. Alat yang harus disiapkan dan akan digunakan meliputi : a. Meja gambar atau meja yang dapat berfungsi sebagai meja gambar. b. Mesin gambar atau satu set penggaris segi tiga. c. Pensil atau pensil mekanis 0,3 mm dan 0,5 mm. d. Karet penghapus yang tidak mudah kotor. e. Garisan, jangka f.

Rapido

g. Cutter.

DAFTAR PUSTAKA Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Kurikulum Edisi 1999, Jakarta. Hendardji, Djoko Soeyoto, Bangunan Umum A Jakarta : Penebit Buku H Stam. PIJI A. 1993. Ringkasan Ilmu Bangunan Bagian A Terjemahan Hendarsin H Jakarta, Erlangga. Sharma SK Kaul 1976 A text Book of Building Contruction, New Delhi : S Charnd & Co (Put) LTD. Subarkah Imam 1980 Konstruksi Bangunan Gedung Bandung : Idhea Dharma. Soegihardjo R, PR Soedibyo, 1977. Ilmu Bangunan Gedung I Dikmenjur Depdikbud Jakarta. Soetarman Soekarto 1977. Menggambar Teknik Bangunan I Dikmenjur Depdikbud Jakarta.

KEGIATAN BELAJAR 4: PLESTERAN DAN MENGACI PERMUKAAN PLESTERAN TUJUAN: Mahasiswa diharapkan mampu menghitung volume plesteran dan bahan-bahan plesteran yang digunakan, mengetahui cara menentukan ketebalan plesteran, membuat lajur plesteran sebagai pedoman ketebalan plesteran, cara memplester dinding tembok rata dan tepi tegak, dan mengetahui kegunaan plesteran pada dinding tembok. Menghitung volume plesteran hias dan bahan-bahan plesteran hias yang digunakan. Mengetahui tentang cara-cara bagaimana menentukan ketebalan plesteran hias. Mempraktekkan cara memplester dengan plesteran hias sistem tempel tumpang-tindih maupun sistem tempel keruk. Mengetahui kegunaan plesteran hias.

A. URAIAN MATERI Pekerjaan memplester tembok merupakan pekerjaan menutup pasangan bata dengan plester adukan/spesi. Plesteran ini dapat sebagai penutup bagian luar atau dalam atau kedua-duanya. Fungsi plesteran adalah : (1) melindungi pasangan tembok dari pengaruh cuaca, khususnya hujan dan terik panas matahari, pengaruh-pengaruh mekanik, (2) memperhalus atau meratakan permukaan

pasangan

tembok

sehingga

memudahkan

pengecatan,

(3)

memperindah penampilan. Bahan adukan plesteran pada umumnya terdiri dari bahan dasar berupa : semen atau kapur berfungsi sebagai bahan pengikat, dan pasir, semen merah, tras berfungsi sebagai bahan pengisi. Adukan yang terdiri dari campuran bahanbahan seperti tersebut di atas sebelum dibuat dan digunakan perlu dilakukan perhitungan atas penggunaan bahanbahannya. Perhitungan penggunaan bahan dasar dihitung berdasarkan jumlah volume plesteran yang yang ada. Misalnya perhitungan plesteran pada tembok bagian dalam sebuah kamar dengan luas 3,00 x 3,00 m2, tinggi tembok 3 m dan terdapat 1 pintu dengan luas 2,10 m2 Gambar detail seperti di bawah.

Gambar 1. Bidang Luasan Tembok yang akan di Plester. Dasar perhitungannya adalah sebagai berikut : Luas bidang yang diplester

= luas bruto

luas pintu.

= 4.(3,00 x 3,00) m2 - 2,10 m2 = 33,90 m2 Tebal plesteran

= 1 cm (0,01 m).

Volume plesteran

= 33,90 m2 x (0,01 m) = 0,34 m3.

Jika digunakan plesteran dengan campuran perbandingan volume 1 kp : 2 sm : 3 ps, maka bahan dasar yang dibutuhkan adalah: kp (kapur)

= 1/6 x 0,34 m3 = 0,06 m3.

sm (semen merah)

=: 2/6 x 0,34 m3 = 0,11 m3.

ps (pasir)

= 3/6 x 0,34 m3 = 0,17 m3 +

Jumlah

= 0,34 m3.

Memplester Bidang Rata Memplester bidang rata pada umumnya dibedakan menjadi dua yaitu : (1) memplester bidang rata vertikal dan (2) memplester bidang rata horizontal (datar). Kesulitan-kesulitan yang terjadi dalam pekerjaan plesteran pada umumnya terletak pada plesteran bidang vertikal. Plesteran bidang vertikal juga masih dibagi menjadi dua yaitu (1) plesteran bidang rata dan (2) plesteran tepi tegak. Sebelum pekerjaan plesteran dimulai permukaan tembok (bidang) yang akan diplester harus bersih. Di awal pekerjaan plesteran pasangan tembok harus dibasahi dahulu, terutama pada pasangan tembok yang bata-batanya mempunyai pengisapan tinggi. Pembasahan sebaiknya dilakukan dengan memakai kuas/sikat.

Hal ini dimaksudkan agar debu/kotoran yang menempel dapat terlepas, sehingga lapisan plesteran dapat melekat dengan baik pada tembok. Retak-retak pada plesteran harus dihindarkan semaksimal mungkin, untuk maksud ini campuran yang dipakai harus dipilih sebaik mungkin. Retak-retak pada plesteran antara lain disebabkan oleh campuran adukan tidak merata, adukan terlalu plastis, terlalu banyak bahan yang halus, perbedaan ketebalan lapisan yang besar, perbedaan penyerapan bata, pengeringan terlalu cepat, plesteran terlalu kuat dari pasangan tembok. Lapisan plesteran biasanya terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan pertama kamprot, lapisan kedua bahan plesteran dan lapisan ketiga acian. Setelah tembok dibasahi kemudian diberi lapisan pertama (kamprotan) dengan ketebalan lebih kurang 2-3 mm. Untuk memudahkan pekerjaan, maka dibuat lapisan kepala dalam arah tegak dengan jarak lebih kurang 1,5-1,8 m. Komposisi lapisan kepala sama dengan campuran badan plesteran dan ketebalan lebih kurang 10 mm. Untuk mendapatkan permukaan yang halus terakhir dibuat lapisan acian dengan ketebalan lebih kurang 1 mm.

Pengaruh Plesteran Pendahuluan terhadap Lekatan Plester Dalam pekerjaan plesteran umumnya diperlukan lapisan plesteran pendahuluan. Maksud utamanya untuk mengurangi pengisapan air oleh batanya. Lapisan pendahuluan ini ada 3 macam : (1) Air semen dengan volume 5-20 % terhadap airnya, (2) adukan encer, dengan campuran semen pasir 1 : 2-4, (3) sama seperti 2 dengan tambahan kapur dan pasir (komposisi campuran diperkirakan 1 semen : 2 kapur : 4-6 pasir). Pada nomor 1 cara pemakaiannya dengan dikuaskan, sedangkan nomor 2 dan 3 cara pemakaiannya dapat langsung dikuaskan maupun dikamprotkan. Dalam mengkamprot harus hati-hati, supaya seluruh bagian permukaan pasangan

jangan

ada

yang

terlewatkan.

Sebelum

pengerjaan

lapisan

pendahuluan plesteran ini permukaan pasangan harus dibasahi/disiram air terlebih dahulu. Umumnya kamprotan menambah ikatan antara plesteran dengan bidang yang diplester, ini terutama bila dipakai kamprotan dengan adukan encer nomor 2 di atas. Dengan demikian dapat diharapkan bahwa lapisan plesteran pendahuluan akan mengurangi retaknya plesteran.

Pemeliharaan Plesteran Plesteran yang baru selesai harus dipelihara dan dilindungi dari pengaruh terik matahari dan hujan. Hal ini dimaksudkan agar pengeringan dan pengerasan tidak terlalu cepat yang dapat mengakibatkan retak. Untuk melindungi plesteran dapat menyiram atau menutup plesteran dengan plastik.

Latihan Jika diketahui denah rumah tinggal berukuran 6 x 9 meter dengan 3 kamar berukuran 3 x 3 meter, seperti gambar berikut. Tentukan kebutuhan bahan dasar untuk plesteran. Tinggi plesteran dari lantai sampai ke plafon = 3,00 m.

Gambar 2. Denah Rumah

Pekerjaan Memplester Bidang Rata Sebelum pekerjaan plesteran dilaksanakan, adukan plesteran harus dipersiapkan terlebih dahulu. Syarat-syarat adukan plesteran: (1) Adukan untuk plesteran harus bersih dari kotoran-kotoran, sisa tumbuh-tumbuhan, (2) Kapur yang digunakan untuk bahan campuran harus benar-benar berupa bubuk halus. Tidak boleh terdapat butir-butir kapur yang dalam plesteran dapat mengakibatkan rusaknya plesteran, (3) Lajur tembok paling bawah lebih kurang 20 cm diplester dengan adukan 1 sp : 2 ps, agar kedap air dan diberi pasangan ubin plint tegak, (4) Sebelum plester tembok dimulai, tembok harus disiram dengan air bersih hingga basah dan jenuh.

Peralatan dan Bahan yang dipakai: 1. Alat Alat-alat yang dipakai terdiri dari: Cetok, Alat lepa, Bilah perata, Benang, Martil, Alat sipat datar, Unting-unting, Ember, Cangkul, Sekop, Kotak adukan, Kotak angkut, dan Kotak aduk. 2. Bahan Bahan yang diperlukan adalah: adukan dengan perbandingan campuran 1 kapur + 1 semen protland + 2 pasir atau ½ kapur + 1 semen portland + 2 pasir dengan ayakan sedang; atau 1 semen portland + 2 sampai 3 pasir untuk bahan perapihan 1 kp + 1 sm + air dengan ayakan halus, atau 1 sp + ½ kp + air. 3. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Agar pekerjaan dapat terlaksana dengan aman, maka beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain adalah mengenai: Penggunaan pakaian dan perlengkapan kerja dengan lengkap dan betul (sarung tangan, topi, sepatu dan lain-lain). Bersihkan tempat pekerjaan dari kotoran atau benda-benda yang mengganggu pekerjaan. Tempatkan bahan-bahan pada tempat yang tidak mengganggu dalam melaksanakan pekerjaan. Tempatkan alat-alat pada tempat yang aman tidak mudah jatuh dan mudah dijangkau. Hindarkan pemakaian alat yang tidak sesuai dengan kegunaannya. Bekerjalah dengan sungguh-sungguh, hati-hati serta jangan bersendau gurau. Perhatikan petunjuk dari pembimbing. Perhatikan dan pelajari dengan seksama gambar tugas dan urut-urutan kerja, bila terdapat materi yang kurang jelas segera tanyakan pada pembimbing. Bekerjalah bersama-sama

dengan

teman

seregu,

dengan

saling

membantu

dan

perhatikanlah teman-teman agar tidak terjadi kecelakaan. Laporkan segera kepada pembimbing, bila terjadi sesuatu yang merugikan (kecelakaan) sewaktu bekerja. 4. Prosedur Kerja Prosedur pelaksanaan pekerjaan mencakup tahapan mulai dari awal sampai selesai. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan. Pasang benang-benang di bagian tepi dari bidang muka tembok. Usahakan benang-benang tersebut menghasilkan bidang yang tegak dan rata untuk tebal plesteran lebih kurang 1 cm.

Buatlah di tempat-tempat tertentu di bawah benang-benang bulatan-bulatan plesteran dengan sisi-sisi 5-10 cm. Jarak bulatan atau persegi lebih kurang sama dengan panjang bilah perata. Buatlah kepala-kepala plesteran (tanggul-tanggul) yang menghubungkan bulatan-bulatan atau persegi tersebut. Plester bidangbidang di antara kepala-kepala tersebut hingga penuh ratakan dengan bilah perata hingga plesteran tersebut rata. Gosoklah dengan alat lepa hingga rata dan halus. Kerjakan terus-menerus sehingga satu bidang penuh selesai diplester C. Latihan 2 Dengan diberikan alat dan bahan yang dibutuhkan, lakukanlah pekerjaan dengan urutan berikut. Pertama, memasang benang pada bidang tampak. Kemudian membuat bulatan plesteran (5-10) cm. Buat kepala plesteran yang menghubungkan bulatan-bulatan. Memplester bidang plesteran, dan akhirnya menggosok atau meratakan bidang yang diplester dengan alat perata.

Memplester Dinding Tembok Tepi Tegak Pekerjaan plesteran tepi tegak dapat dikerjakan, setelah plesteran tembok dihaluskan atau sebelum plesteran tembok dihaluskan. Apabila pekerjaan plesteran tepi tegak setelah plesteran tembok dihaluskan, maka penghalusan plesteran tepi tegak dapat dilaksanakan. Tetapi apabila plesteran tepi tegak dikerjakan sebelum plesteran tembok dihaluskan, maka sebelum penghalusan semua plesteran harus sudah diselesaikan sehingga pekerjaan penghalusan tembok dapat dilaksanakan sekaligus. Adukan untuk plesteran tepi tegak harus lebih baik dari pada adukan untuk plesteran tembok. Misalnya (1) Adukan untuk plesteran tembok : 1 kp : 1 sm : 1 ps, adukan plesteran tepi tegak : 1 kp : 1 sm : 2 ps + ½ sp diayak halus. (2) Adukan untuk plesteran tembok : 1 sp : 2 ps a 3 ps, adukan untuk plesteran tepi tegak : 1 sp : 2 ps diayak lebih halus. Alat dan bahan yang dibutuhkan hampir sama dengan pekerjaan plesteran dinding bidang rata seperti dikemukakan di atas. Begitu juga keselamatan kerja tidak berbeda dengan apa yang sudah disampaikan di atas. Sementara prosedur pelaksanaan pekerjaan disesuaikan dengan karakteristik pekerjaan memplester dinding tembok tepi tegak, sebagai berikut.

Pertama, tentu saja mempersiapkan semua peralatan dan bahan yang diperlukan yang diletakkan di tempat yang dekat dengan pekerjaan. Kemudian langkah berikutnya adalah memasang bilah perata pada sisi samping bidang tembok yang diplester. Usahakan bilah perata tersebut rata dengan plesteran tembok yang dimulai dari atas. Plester hingga terbentuk garis tepi (lingir) yang lurus dan tegak. Geser bilah peratanya ke bawah dan plester lagi hingga terdapat garis tepi yang lurus dan tegak. Geser bilah perata vertikal lebih kurang 1 cm ke sebelahnya. Kerjakan plesteran dan geser bilah peratanya ke bawah dan kerjakan sampai diperoleh permukaan yang rata dan lurus. C. Latihan 3 Dengan disediakan alat dan bahan yang dibutuhkan, lakukanlah pekerjaan plesteran pada Pilaster dan pada dinding tepi tegak tembok serta ujung tepi tegak tembok.

Mengaci (Melapisi dan Menghaluskan Permukaan Plesteran): Persiapan Bahan Acian Pekerjaan mengaci pada plesteran tembok merupakan pekerjaan menutup pori-pori yang terdapat pada plesteran dengan pasta adukan. Pekerjaan acian ini dapat sebagai penutup pori-pori plesteraan bagian luar/dalam atau kedua duanya. Fungsi acian adalah : (1) menghaluskan permukaan plesteran agar kelihatan lebih rapi, (2) menutup lubang poripori plesteran sehingga permukaan plesteran mudah diplamir dan dicat, (3) memperindah penampilan. Pasta adukan acian pada umumnya terdiri dari bahan dasar berupa : semen, kapur, pasir, semen merah dan puzolan. Pasta adukan acian yang terdiri dari campuran bahan-bahan seperti tersebut di atas sebelum dibuat dan digunakan perlu dilakukan penyaringan terlebih dahulu dengan saringan no. 30 (ASTM) atau 0,59 mm. Sebagai pedoman campuran untuk pasta adukan acian dapat digunakan sebagai berikut:

Tabel: Tipe dan Komposisi Bahan Acian Tipe 1 2 3

Semen

Kapur 1 2 1

Pasir

Puzolan

1

1 2 1

Keterangan Dinding dalam Dinding dalam Dinding dalam

4 1 5 1 2 6 0,5 2 7 1 1 8 1 2 Catatan: Puzolan dapat diganti dengan semen merah

4 4

Dinding dalam Dinding luar Dinding luar Dinding luar Dinding luar

Mengaci plesteran bidang rata pada umumnya dibedakan menjadi dua yaitu : (1) mengaci plesteran bidang rata vertikal dan (2) mengaci plesteran bidang rata horizontal (datar). Kesulitan-kesulitan yang terjadi dalam pekerjaan mengaci plesteran terletak pada konsistensi hasil kehalusan bidang yang diaci. Hal ini disebabkan butiran-bitiran plesteran kebanyakan tidak homogin bahkan kadang kadang terlalu besar. Sebelum pekerjaan mengaci permukaan plesteran dimulai, permukaan plesteran yang akan diaci harus bersih dari segala kotoran. Di awal pekerjaan acian plesteran pasangan tembok harus dibasahi dahulu, terutama pada plesteran pasangan tembok yang bata-batanya mempunyai pengisapan tinggi. Pembasahan sebaiknya dilakukan dengan memakai kuas/sikat. Hal ini dimaksudkan agar debu/kotoran yang menempel dapat terlepas, sehingga pasta adukan untuk acian dapat melekat dengan baik pada plesteran. Retak-retak pada permukaan plesteran yang diaci harus dihindarkan semaksimal mungkin, untuk maksud ini campuran untuk pasta yang dipakai harus dipilih sebaik mungkin. Retak-retak pada permukaan acian pada plesteran antara lain disebabkan oleh campuran pasta adukan tidak merata, adukan pasta terlalu plastis, terlalu banyak bahan yang halus, perbedaan ketebalan lapisan acian yang besar, perbedaan penyerapan air oleh plesteran, pengeringan terlalu cepat. Setelah permukaan plesteran dibasahi kemudian diberi lapisan dengan pasta adukan dengan ketebalan lebih kurang 2-3 mm. Kemudian digosok-gosok dengan arah memutar memakai roskam disertai dengan tekanan yang kuat. Untuk memudahkan pekerjaan, maka lapisan pasta adukan diulaskan pada permukaan plesteran sedikit demi sedikit dengan tujuan agar tidak cepat kering sewaktu dikerjakan (digosok). Untuk mendapatkan permukaan yang halus terakhir pada lapisan acian disapu dengan kuas yang dibasahi air. Acian yang baru selesai harus dipelihara dan dilindungi dari pengaruh terik matahari dan hujan. Hal ini dimaksudkan agar pengeringan dan pengerasan tidak

terlalu cepat yang dapat mengakibatkan retak. Untuk melindungi acian dapat dilakukan dengan menutup acian memakai plastik, atau kertas semen. Prosedur pelaksanaan pekerjaan secara umum mengacu pada prosedur pekerjaan plesteran dinding, baik yang menyangkut dengan peralatan dan bahan dengan kekhususan seperti tertera pada tabel di atas. Sementara langkah pengerjaan acian, antara lain adalah mencakup persiapan bahan sesuai dengan takaran yang ditentukan. Kemudian masing-masing bahan yang digunakan untuk menbuat adukan pasta disaring dengan saringan 0,59 mm secukupnya. Takar masing-masing bahan sesuai dengan campuran yang direncanakan. 1 pc : 2 kp : 4 sm sebagai bahan isian pori-pori dan 1 kp : 1 ps sebagai bahan untuk menutup lubang yang kasar-kasar. Tempatkan bahan yang sudah ditakar secara berlapislapis

pada

kotak

pencampur

yang

telah

disediakan.

Campur

dengan

menggunakan cetok sehingga menghasilkan campuran adukan pasta kering yang mempunyai warna homogin. Simpan campuran yang telah jadi dan siap digunakan. Mengaci Permukaan Plesteran Pekerjaan

menghaluskan

plesteran

(acian)

berupa

pekerjaan

penyempurnaan plesteran tembok, yang sudah diplester tetapi belum halus, warnanya belum rata, permukaannya masih kasar dan berpori dengan butir-butir pasir masih kelihatan dengan jelas. Untuk memperoleh tembok yang rapat padat serta halus , plesteran tembok harus dihaluskan. Untuk menghaluskan plesteran tembok dilaksnakan pekerjaan mengaci. Pertama, siapkan bahan acian untuk mengisi pori-pori permukaan plesteran dinding yang belum rata atau masih kasar. Komposisi adukan yang dapat dipakai misalnya adukan 1 kapur : 1 pasir sebagai bahan untuk menutup lubang yang kasar tadi. Siramlah plester kasar ini dengan air bersih hingga basah. Siramkan adukan encer tersebut pada tembok dengan menggunakan gayung atau sikat, dimulai dari bagian atas plesteran tembok, dan gosok dengan alat lepa hingga berbuih. Siram lagi dan gosok lagi hingga buih tersebut rata dan menutup pori-pori plesteran serta butir pasir. Kerjakan terus-menerus hingga muka tembok halus seluruhnya. Ulangi lagi beberapa kali, bila tembok masih kurang halus, sehingga muka tembok benar-

benar halus dan rata. Haluskan plesteran tepi tegak dengan campuran adukan 1 sp : ½ kp, agar lebih kuat dari pada plesteran sisa muka tembok, karena tepi tegak tembok sering kena sentuhan/benturan hingga mudah rusak. Hindarkan penggunaan sisa adukan (endapan adukan) untuk melapisi plesteran tembok, sebab akan membuat tembok retak. Usahakan penggosokan tembok secara sempurna, sebab bila kurang akan terjadi retak-retak pada tembok. Setelah tembok kelihatan halus sikat dengan adukan encer agar tembok lebih rata dan halus lagi sebelum dilanjutkan dengan pekerjaan pengapuran atau pengecatan. Untuk lebih jelasnya lihat gambar cara mengaci.

Gambar. Cara Kerja Mengaci

Plesteran Hias: Menghitung Bahan Plesteran Hias Pekerjaan memplester hias pada tembok merupakan pekerjaan seni sebagai tambahan nilai keindahan pada bidang yang diplester, sehingga penampilannya akan kelihatan lebih artistik. Plesteran hias ini dapat diaplikasikan pada bagian luar/dalam atau kedua-duanya dari permukaan atau plesteran bagian tepi dari tembok. Fungsi plesteran adalah : (1) Menambah nilai keindahan dari bidang (bagian) yang diplester, (2) Melindungi bidang tepi dari plesteran dari benturan benda keras sehingga tidah mudah rusak. Bahan adukan plesteran pada umumnya terdiri dari bahan dasar berupa : semen atau kapur berfungsi sebagai

bahan pengikat, dan pasir, semen merah, tras berfungsi sebagai bahan pengisi. Adukan yang terdiri dari campuran bahan-bahan seperti tersebut di atas sebelum dibuat

dan

digunakan

perlu

dilakukan

perhitungan

atas

penggunaan

bahanbahannya. Perhitungan penggunaan bahan dasar dihitung berdasarkan jumlah volume plesteran yang yang ada. Misalnya perhitungan plesteran hias pada tepi keliling dari kusen sebuah pintu kamar dengan ukuran lebar 90 cm dan tinggi 210 cm. Sementara lebar dan tebal plester hias adalah 3 cm dan 1,5 cm. Dasar perhitungannya adalah sebagai berikut : Volume plesteran hias = Luas pot. plesteran hias x panjang plesteran hias. = 2 (3x1,5)

(1x0,5)

(1x0,5) x (210+210+90)

= 3570 cm3. Jika digunakan plesteran hias dengan campuran perbandingan volume 1 Pc : 4 Ps, maka bahan dasar yang dibutuhkan adalah : Pc (portland cemen)

: 1/5 x 3570 cm3 = 714 cm3.

Sm (semen merah)

: 4/5 x 3570 cm3 = 2856 cm3. Jumlah

= 3570 cm3.

Memplester untuk plesteran hias dapat digunakan untuk memplester bidang rata vertikal dan memplester bidang rata horizontal (datar). Kesulitankesulitan yang terjadi dalam pekerjaan plesteran hias pada umumnya terletak pada plesteran bidang vertikal. Plesteran hias pada bidang vertikal biasanya digunakan pada plesteran hias untuk listplank, tepi tembok, tepi keliling kusen pintu/jendela, atau pada lubanglubang yang terdapat pada tembok yang berfungsi sebagai ornamen-ornamen untuk keindahan dari permukaan tembok yang bersangkutan, seperti pada lubang ventilasi udara. Sebelum pekerjaan plesteran hias dimulai, permukaan plesteran yang akan diplester hias harus bersih dari segala kotoran. Di awal pekerjaan plesteran hias, plesteran pada tembok harus dibasahi dahulu, terutama pada plesteran yang mempunyai pengisapan tinggi. Pembasahan sebaiknya dilakukan dengan memakai kuas/sikat. Hal ini dimaksudkan agar debu/kotoran yang menempel dapat terlepas, sehingga lapisan plesteran hias dapat melekat dengan baik pada plesteran tembok. Retak-retak pada plesteran hias harus dihindarkan semaksimal

mungkin, untuk maksud ini campuran yang dipakai harus dipilih sebaik mungkin. Retak-retak pada plesteran antara lain disebabkan oleh campuran adukan tidak merata, adukan terlalu plastis, terlalu banyak bahan yang halus, perbedaan ketebalan lapisan yang besar, perbedaan penyerapan plesteran dasar (tembok), pengeringan terlalu cepat, plesteran hias terlalu kuat dari plesteran tembok. Setelah tembok dibasahi kemudian diberi lapisan pertama (kamprotan) dengan ketebalan lebih kurang 2-3 mm. Untuk memudahkan pekerjaan, maka dibuat lapisan plesteran hias lapis demi lapis. Untuk mendapatkan permukaan yang halus terakhir dibuat lapisan acian dengan ketebalan lebih kurang 1 mm. Sebelum pekerjaan plesteran hias dilaksanakan, adukan plesteran hias harus dipersiapkan terlebih dahulu. Syarat-syarat adukan plesteran : (1) Adukan untuk plesteran hias harus bersih dari kotoran-kotoran, sisa tumbuh-tumbuhan, (2) Bahan pengikat yang digunakan untuk bahan campuran harus benar-benar berupa bubuk halus. Tidak boleh terdapat butir-butir bahan pengikat yang dalam plesteran hias dapat mengakibatkan rusaknya plesteran hias, (3) Sebelum plesteran hias dimulai, plesteran dasar harus disiram dengan air bersih hingga basah dan jenuh. Plesteran hias ini biasanya digunakan pada pekerjaan-pekerjaan finishing yang banyak melibatkan unsur seni. Misalnya pada pekerjaan perapian pada listplank, memberi bingkai pada kusen pintu/jendela, atau lubang ventilasi pada suatu ruangan dan lain sebagainya. Macam-macam bentuk serta potongan melintang pada pekerjaan plesteran antara lain sebagai berikut : Latihan: Hitung volume plesteran hias, jika adukan digunakan perbandingan 1 Pc : 4 Ps, untuk sebuah lisplank beton dengan ukuran panjang 9 m, tinggi 0,5 m. Plesteran hias dibuat pada bidang luar, keliling dengan bentuk dan ukuran sesuai dengan disain yang dibuat.

EVALUASI Tes Tertulis 1. Sebutkan tiga fungsi utama plesteran!

2. Jelaskan mengapa plesteran yang baru saja selesai dikerjakan perlu perawatan? 3. Sebutkan empat ketentuan adukan untuk plesteran? 4. Sebutkan fungsi utama acian! 5. Jelaskan mengapa bahan-bahan untuk membuat adukan acian perlu disaring? 6. Jelaskan mengapa pada permukaan acian terjadi retak-retak? 7. Sebutkan dua fungsi utama plesteran hias! 8. Jelaskan mengapa plesteran hias pengerjaan lapisan hiasnya bertahap?

Bobot Penilaian Proses dan Hasil Kerja 1. Cara menggunakan alat

: 20 %.

2. Sistematika kerja

: 20 %.

3. Perhatian terhadap keselamatan kerja

: 10 %.

4. Sikap kerja

: 10 %.

5. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan : 15 %. 6. Hasil pekerjaan meliputi 25 %, terdiri dari: a. Ketegakan plesteran

: 5 %.

b. Kelurusan plesteran

: 5 %.

c. Homoginitas warna plesteran

: 5 %.

d. Kepadatan plesteran

: 5 %.

e. Kebersihan

: 5 %.

Total

: 100 %

LEMBAR KUNCI JAWABAN Tes Tertulis 1. Fungsi plesteran adalah: a. Melindungi pasangan tembok dari pengaruh cuaca, khususnya hujan dan terik panas matahari, pengaruh-pengaruh mekanik. b. Memperhalus/meratakan

permukaan

pasangan

tembok

sehingga

memudahkan pengecatan. c. Memperindah penampilan. 2. Plesteran yang baru selesai harus dipelihara dan dilindungi dari pengaruh terik matahari dan hujan. Hal ini dimaksudkan agar pengeringan dan pengerasan tidak terlalu cepat yang dapat mengakibatkan retak. Untuk melindungi plesteran dapat menyiram atau menutup plesteran dengan plastik. 3. Syarat-syarat adukan plesteran: a. Adukan untuk plesteran harus bersih dari kotoran-kotoran, sisa tumbuhtumbuhan. b. Kapur yang digunakan untuk bahan campuran harus benar-benar berupa bubuk halus. Tidak boleh terdapat butir-butir kapur yang dalam plesteran dapat mengakibatkan rusaknya plesteran.

c. Lajur tembok paling bawah lebih kurang 20 cm diplester dengan adukan 1 sp : 2 ps, agar kedap air dan diberi pasangan ubin plint tegak. d. Sebelum plester tembok dimulai, tembok harus disiram dengan air bersih hingga basah dan jenuh. 4. Fungsi acian adalah : (1) menghaluskan permukaan plesteran agar kelihatan lebih rapi, (2) menutup lubang pori-pori plesteran sehingga plesteran mudah diplamir dan dicat, (3) memperindah penampilan. 5. Sebab : jika bahan yang digunakan tidak disaring dalam pengerjaan acian pada plesteran akan mengalami kesulitan karena butir-butir adukan pasta acian tidak lembut (kasar). Di samping itu apabila bahan pengikat tidak disaring misalnya kapur, dikawatirkan setelah pekerjaan acian jadi, kapur akan mengembang sehingga permukaan acian pecah-pecah. 6. Retak-retak pada permukaan acian pada plesteran disebabkan antara lain oleh campuran pasta adukan tidak merata, adukan pasta terlalu plastis, terlalu banyak bahan yang halus, perbedaan ketebalan lapisan acian yang besar, perbedaan penyerapan air oleh plesteran, pengeringan terlalu cepat. 7. Fungsi plesteran adalah : (1) menambah keindahan pada bagian bangunan terkait sehingga lebih artistik, (2) sebagai perkuatan sehingga sisi-sisi plesteran tidak mudah rusak apabila terkena benturan benda yang lain. 8. Karena dengan cara pengerjaan yang bertahap akan menghasilkan suatu pekerjaan plesteran hias yang baik, rapi dan metode serta langkah kerja relatif mudah.

DAFTAR PUSTAKA

Department Of Labour and Immigration. (1975). Basic Trade Manual, 13-1 Bricklaying Fundamentals . Canberra: Australian Government Publishing Service. Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. (1988). Kumpulan Job Sheet Penataran Dosen FPTK IKIP Jakarta-Surabaya-Ujung Pandang di FPTK IKIP Yogyakarta . Yogyakarta: FPTK IKIP Yogyakarta. Soegeng Djojowirono. (1988). Konstruksi Bangunan Gedung . Yogyakarta: Biro Penerbit Keluarga Mahasiswa Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakara.

KEGIATAN BELAJAR 5: PEMASANGAN KUSEN PADA DINDING TUJUAN: Setelah mengikuti seluruh kegiatan belajar diharapkan peserta diklat dapat mempersiapkan alat-alat dan bahan-bahan praktek dengan benar. Mempergunakan alat-alat untuk membuat pasangan kusen dengan benar. Menjaga keselamatan kerja dengan benar. Memasang kusen dengan benar. Memasang kusen pada ketinggian yang telah ditentukan. Memasang kusen dengan tegak. Memasang kusen pada as. Memasang kusen pada tempat yang telah ditentukan. Menyelesaikan pasangan kusen pada tembok sesuai dengan waktu yang tersedia. URAIAN MATERI: Pada umumnya kusen terbuat dari bahan kayu, walaupun sekarang banyak dijumpai pula dari aluminium, baja maupun dari plastik. Kayu yang baik untuk kusen umumnya dari kayu jati, karena mempunyai umur dan kekuatan yang baik. Sifat kayu jati untuk melengkung maupun terpuntir sangat kecil dibandingkan jenis kayu yang lain. Disamping itu jika kusen tadi dipelitur, sehingga permukaannya transparan akan terlihat indah. Untuk kayu Kalimantan yang baik adalah kayu Kamper karena seratnya halus, sedangkan kayu Bengkirai cukup kuat dan murah tetapi pengerjaannya sulit karena keras, sehingga setelah jadi kusen harganya tidak berbeda dengan kusen dari kayu Kamper. Kusen bisa kita bedakan antara lain : Kusen pintu, Kusen jendela, serta Kusen gabungan pintu dan jendela. Pada prinsipnya pemasangan kusen pintu diusahakan mempunyai ketinggian yang seragam terhadap kusen pintu yang lainnya. Demikian juga tinggi jendela diusahakan mempunyai ketinggian yang sama dengan kusen pintu, kecuali untuk hal-hal yang sifatnya khusus misalnya kusen jendela untuk kamar mandi. Perlu diperhatikan pula kearah mana nantinya pintu akan dibuka. Variasi bentuk kusen pintu sebenarnya tidak banyak dan lebih banyak variasi pada bentuk daun pintunya. Dalam pekerjaan pemasangan kusen pada dinding dibutuhkan alat dan bahan yang sesuai dengan karakteristik pekerjaan. Peralatan yang biasa dipakai antara lain adalah: water pass, unting-unting, meteran, sendok spesi, cangkul, bak spesi, ember, sekop, benang, pensil, palu, catut, skur, dan patok atau pasak.

Kemudian bahan yang dibutuhkan adalah: Batu bata, Spesi, Kusen pintu, Paku, Kawat bendrat, dan Angker. Selain alat dan bahan, yang perlu diperhatikan dalam pemasangan kusen pada dinding adalah keselamatan kerja, yakni: Memakai pakaian kerja dengan lengkap dan benar. Bersihkan tempat kerja dari kotoran yang mengganggu. Tempatkan alat-alat dan bahan-bahan di tempat yang mudah dijangkau dan aman. Jagalah agar tempat kerja selalu bersih. Bekerjalah dengan teliti, hati-hati dan penuh konsentrasi. Selanjutnya dalam pemasangan kusen ini, prosedur kerja diawali dengan menyiapkan alat dan bahan secukupnya di tempat yang aman dan mudah dijangkau untuk memasang rolag. Rentangkan benang berjarak separuh dari tebal pasangan rolag terhadap as pada bouwplank untuk menentukan kedudukan pasangan rolag. Pasang rolag setinggi 3 cm di bawah tinggi bouwplank. Posisi benang sedikit lebih rendah dari rencana lantai Rolag pasangan batu kali. Rentangkan benang berjarak separuh dari tebal kusen terhadap as bouwplank untuk menentukan kedudukan kusen. Pasang angker pada kusen secukupnya. Dirikan kusen dan tentukan tinggi kedudukan kusen pintu yaitu 2 meter dari tinggi bouwplank. Setel kedudukan kusen pintu sehingga berdiri tegak dengan menggunakan unting-unting. Pasang skur sehingga kedudukannya stabil dan kokoh. Pasang patok untuk diikat bersama dengan skur sehingga kedudukan menjadi kokoh. Cek kembali kedudukan kusen pintu, apakah sudah sesuai pada tempatnya, ketinggian dan ketegakan dari kusen. Bersihkan tempat sekelilingnya. Latihan 1. Sebelum memasang kusen mengapa harus dipasang rolag dulu ? 2. Mengapa untuk memasang kusen dipergunakan unting-unting, bukan dengan water pass ? 3. Mengapa tinggi pasangan rolag dibuat agak lebih rendah dari rencana lantai ? 4. Mengapa tinggi kusen jendela ditetapkan 2 meter ? 5. Mengapa kusen jendela harus dipasang angker ?

EVALUASI 1. Adakah pengaruh pemasangan kusen yang kurang tegak ? 2. Mengapa pemasangan kusen dilaksanakan sebelum memasang dinding ? KUNCI JAWABAN LATIHAN 1. Rolag berfungsi untuk meratakan beban di atasnya, sehingga tidak terjadi retak pada dinding, sedangkan rolag sendiri bisa diganti dengan cara lain yaitu memasang sloof beton. 2. Penggunaan unting-unting akan lebih tepat dan teliti dari pada menggunakan Water Pass. 3. Pasangan rolag dibuat lebih rendah dari pasangan lantai agar dalam pemasangan ubin nantinya tidak harus membongkar pasangan rolag. Hal ini penting diperhatikan karena pada kenyataan di lapangan pasangan rolag biasanya diganti dengan pasangan dari beton (slof beton). 4. Pada umumnya (standar) tinggi pintu adalah 2 meter, agar tinggi kusen pintu dan kusen jendela seragam, ditetapkan 2 meter . 5. Agar kusen tertanam baik pada tembok maka kusen diberi angker, sehingga kedudukannya menjadi kokoh dan kusen tidak berubah bentuk (terpuntir, melengkung dan sebagainya).

KUNCI JAWABAN EVALUASI 1. Pemasangan kusen yang kurang tegak akan menyebabkan berbagai persoalan antara lain : a. Daun pintu dalam keadaan tertutup tidak bisa tertutup rapat. b. Untuk membuka daun pintu kemungkinan akan sulit karena daun pintu akan terkena lantai. c. Engsel tidak akan dapat bergerak bebas. 2. Pemasangan dinding dulu baru kusen dipasang kemudian sebenarnya tidak menjadi masalah asal ukuran-ukuran yang diperlukan harus diukur secara teliti, sehingga tidak ada bagian yang harus dibongkar atau sebaliknya malah ada bagian yang terlalu longgar?

DAFTAR PUSTAKA

Diraatmadja E. 1997. Membangun Ilmu Bangunan . Jakarta. Erlangga. Purbo R L. Konstruksi Bangunan Gedung . Bandung. Wira Karya. Sugihardjo H.R. BAE. 1998. Gambar-Gambar Dasar Dalam Ilmu Bangunan . Yogyakarta.

KEGIATAN BELAJAR 6: PEMBUATAN BATAKO DAN PAVING BLOK TUJUAN: 1.

Mengetahui ruang lingkup pekerjaan pembuatan produk beton;

2.

Mampu menentukan bahan yang sesuai untuk pembuatan ubin, paving blok dan batako;

3.

Mampu menentukan, menjelaskan, dan menjaga peralatan kerja yang dibutuhkan;

4.

Mampu mengayak dan membersihkan bahan sebelum digunakan;

5.

Mengetahui dan mampu menjelaskan perbandingan adukan semen dan pasir dan mampu mengaduknya;

6.

Mampu melaksanakan dan mengatur pekerjaan yang berhubungan dengan pembuatan ubin, paving blok dan batako dengan cara yang benar;

7.

Mampu menghitung jumlah bahan yang diperlukan menurut biaya produk;

8.

Mengetahui bagaimana menguji mutu dan mampu menentukan kualitas beton yang baik.

URAIAN MATERI: Di bagian lain di dunia ini, akhir-akhir ini beton sangat umum dan telah dibuktikan oleh waktu sebagai bahan dinding yang tahan gempa. Beton dapat diproduksi dengan tangan dan mesin. Penggunaan khusus beton ditentukan oleh ukuran dan mutunya. Salah satu jenis beton adalah BATAKO. Batako mempunyai sifat-sifat panas dan ketebalan total yang lebih baik dari pada beton padat. Batako memiliki keuntungan tertentu dari pada batu bata, beratnya hanya 1/3 dari bata untuk jumlah yang sama. Batako dapat disusun 4 kali lebih cepat dan cukup kuat untuk semua penggunaan yang biasanya menggunakan batu bata. Dinding yang dibuat dari batako mempunyai keunggulan dalam hal meredam panas dan suara. Semakin banyak produksi beton semakin ramah lingkungan dari pada produksi bata tanah liat karena tidak harus dibakar. Ditinjau dari sisi lain, sekarang ini fungsi rumah tidak lagi hanya sekedar melindungi dari hujan dan panas, melainkan juga sebagai tempat yang bersih, sehat dan indah. Salah satu cara membuat ruang yang bersih dan indah di dalam

rumah, di halaman, di tempat parkir adalah dengan menggunakan paving blok dan ubin. Paving blok dan ubin dapat digunakan di sekitar lingkungan rumah dan kantor. Fungsi utama bahan ini adalah untuk menutup lantai dengan bersih dan dalam jangka waktu yang lama. Paving blok dan ubin dapat dipasang tanpa menggunakan semen. Hal ini membuatnya sebagai alternatif yang murah dan mudah untuk penyerapan air dan tempat yang bebas lumpur. Dari segi keindahan, bangunan yang sederhana akan lebih indah dengan lantai dan tempat parkir yang bagus. Di pasaran dapat ditemukan berbagai bentuk, motif dan pola sesuai dengan selera konsumen. Batako terdiri dari berbagai bentuk dan ukuran. Istilah batako berhubungan dengan bentuk persegi panjang yang digunakan untuk dinding beton. Batako digolongkan ke dalam dua kelompok utama: Batako Padat Batako berlubang Batako berlubang memiliki sifat penghantar panas yang lebih baik dari batako padat dengan menggunakan bahan dan ketebalan yang sama. Batako berlubang memiliki beberapa keunggulan dari batu bata, beratnya hanya 1/3 dari batu bata dengan jumlah yang sama dan dapat disusun empat kali lebih cepat lebih kuat untuk semua penggunaan yang biasanya menggunakan batu bata. Di samping itu keunggulan lain batako berlubang adalah kedap panas dan suara. Paving blok memiliki berbagai bentuk, pola, dan warna.

Gambar . Batako dan Paving Blok

Bahan: Pembuatan produk beton biasanya menggunakan bahan-bahan seperti Semen, Pasir, Kerikil, dan Air. Jika menggunakan cetakan, dibutuhkan juga

minyak/oli. Berikut ini terlebih dahulu akan diuraikan tentang masalah bahan tersebut. 1. Semen Semen adalah adukan 60

67% kapur, 25% silika, dan 3

8% alumina,

yang kemudian diaduk bersama-sama dengan air ke dalam bentuk slurry, yang dipanaskan, dikeringkan, dikeraskan dan dibentuk menjadi tepung yang halus. Sedikit gipsum ditambahkan sebelum digiling untuk mengatur tingkat kehalusan. a. Pengaturan dan pengerasan Istilah pengaturan dan pengerasan mempunyai beberapa pengertian. Pengaturan adalah proses dimana perubahan beton cair menjadi bentuk padat, tetapi dalam keadaan masih lembek. Hardening adalah proses beton dalam keadaan lembek menjadi padat. b. Pemberian air (hidrasi) pada semen Saat air ditambahkan pada semen atau proses pengairan semen dan selama reaksi kimia yang terjadi pada saat pengaturan semen terjadinya kenaikan suhu dan menghasilkan panas. c. Berbagai jenis semen Ada 5 jenis semen. Semen digolongkan berdasarkan sifat-sifatnya dan komposisi kimia. Nama-nama ke-5 macam semen adalah: Semen Portland biasa, Semen pembekuan cepat, Semen pengaturan cepat, Semen Blast

Furnace

Slag, dan Semen alumina tinggi. d. Jenis dan mutu semen Untuk produk semen seperti batako dan paving blok/ubin disarankan untuk menggunakan semen portland biasa. Merknya di Aceh adalah Semen Andalas dan Semen Padang. Secara umum untuk penggunaan batako, orang memilih untuk menggunakan Semen Padang karena mutu merk ini dianggap jauh lebih baik dan tentunya akan meningkatkan kekuatan batako. Untuk paving blok Semen Andalas Kelas 1 juga digunakan (terdapat 3 kelas, 1 kelas yang terbaik, dan 2

kelas lainnya bermutu rendah). Untuk mencapai produk beton yang bagus dalam hal kekuatan dan daya tahan perlu diketahui syarat penyimpanan semen. Semen dapat disimpan dalam kantong dengan aman untuk beberapa bulan jika disimpan ditempat yang kering. Kantong kertas lebih baik sebagai tempat penyimpanan dari pada kantong dari rami dalam hal menjaga kualitas akibat kelembaban. Selama musim hujan, penyimpanan semen berperan penting karena kelembaban yang tinggi mempercepat rusaknya semen.

Gambar . Cara Penyimpanan Semen yang Benar dan yang Salah Kantong semen sebaiknya disimpan ditempat rata yang agak tinggi (seperti palet kayu) sekitar 15

20 cm dari lantai dan sekitar 30-50 cm dari dinding.

Tumpukan semen tidak boleh lebih dari 10 tumpuk. Kantong semen sebaiknya ditempatkan berdekatan untuk mengurangi sirkulasi udara. Kantong semen sebaiknya jangan dibuka sebelum digunakan. Semen portland biasa yang disimpan lebih dari enam bulan sebaiknya tidak digunakan untuk pekerjaan pondasi. Pengurangan kekuatan rata-rata pada adukan 1 : 2 : 4 sebagai akibat dari penyimpanan adalah sebagai berikut: 1) Kekuatan semen baru: 100% 2) Semen setelah 3 bulan, kekuatan berkurang 20% 3) Semen setelah 6 bulan, kekuatan berkurang 30% 4) Semen setelah 12 bulan, kekuatan berkurang 40% 5) Semen setelah 24 bulan, kekuatan berkurang 50% e. Pengujian mutu semen

Tanda-tanda semen yang rusak dilihat dari adanya gumpalan besar semen. Gumpalan semen sebaiknya tidak digunakan, walaupun jika diayak. Barunya semen dapat diuji sebagai berikut: 1) Uji gumpalan. Periksa semen dari gumpalan kecil dan besar. Pisahkan. 2) Uji gesek. Ketika semen digesek antara jari dan kuku seperti terasa butiran halus seperti tepung. 3) Uji pengaturan. Jika tidak yakin dengan mutu semen dapat dilakukan dengan uji pengaturan sederhana. Membuat pasta yang kental dari semen murni dan air dan membentuk lapisan dengan diameter kira-kira 75 mm dengan ketebalan 12 hingga 15 mm. Lapisan harus mulai diatur kira-kira 30 sampai 60 menit. Dalam 18 hingga 24 jam lapisan harus sudah keras sehingga permukaannya tidak tergores dengan kuku jempol. f. Resiko dan bahaya bekerja dengan semen - ukuran keamanan Semen

selalu

digunakan

dalam

konstruksi.

Setiap

orang

yang

menggunakan semen (atau apapun yang berhubungan dengan semen, seperti mortar, plaster dan beton) atau yang bertanggung jawab untuk mengelola harus sadar tentang hal itu, jika tidak ditangani dengan benar, akan membahayakan kesehatan orang. Jika tidak ditangani dengan benar, semen dapat menyebabkan berbagai penyakit melalui: sentuhan kulit, penghisap debu dan penanganan tanpa alat. Pertama,

sentuhan

kulit.

Sentuhan

dengan

semen

basah

dapat

menyebabkan kulit terbakar dan peradangan kulit. Kedua, dermatitis. Kulit yang terkena dermatitis terasa gatal, luka, dan kelihatan memerah, bersisik, dan pecahpecah. Dermatitis yang diakibatkan oleh semen terjadi dari 2 cara, iritasi dan alergi. Dermatitis iritasi disebabkan oleh sifat-sifat fisik semen. Dengan pengobatan iritasi dapat dihilangkan, tetapi bila terkena terus-menerus kondisi akan semakin bertambah parah. Dermatitis alergi disebabkan oleh sensitif terhadap hexavalen chromium (chromatic) yang ada pada semen. Riset menunjukkan 5-10% pekerja konstruksi mungkin sensitif terhadap semen, plaster, dan batu bata. Semakin lama terkena maka akan semakin besar resiko yang muncul. Jika seseorang sensitive dengan hexavalent chromium, eksposur lebih lanjut akan berakibat pada dermatitis. Beberapa penjual laki-laki dan perempuan

yang memiliki cukup ketrampilan bahkan terpaksa harus mengganti penjualan karena sebab ini. Jika semen yang tertinggal di kulit tidak langsung dicuci resiko terkena kedua dermatitis akan semakin besar. Untuk keamanan dan kesehatan, minimalisasi terkena dengan semen baik secara langsung maupun tidak dari lingkungan kerja. Cara langsung untuk mengatur dermatitis semen adalah dengan mencuci kulit dengan air panas dan sabun dan mengeringkannya. Sarung tangan dapat melindungi kulit dari semen. Ketiga, terbakar semen. Semen basah dapat menyebabkan kulit terbakar, penyebabnya karena sifat basa dari semen. Diperlukan waktu sebulan untuk menyembuhkannya. Dalam kasus yang berat dapat menyebabkan diamputasi. Percikan semen dimata dapat juga menyebabkan terbakar. Keempat, terhirup debu. Debu dalam intensitas tinggi dihasilkan ketika menangani semen, misalnya saat mengosongkan atau membuang kantong semen. Terkena debu harus dihilangkan jika mungkin dengan memakai masker yang menutupi mulut dan hidung. g. Penanganan Secara Manual Bekerja dengan melibatkan semen juga beresiko seperti keseleo dan mengalami ketegangan pada punggung, tangan dan bahu pada saat mengangkat dan memindahkan semen, pada saat mengaduk semen dan lain-lain. Kerusakan pada punggung dapat disebabkan dalam jangka waktu yang lama jika pekerja selalu mengangkat beban yang berat. Hindari penanganan beban berat secara manual. Semen sebaiknya disupply dalam kantong 25 kg, jika tersedia. Jika penanganan secara manual harus diperhatikan cara mengangkut yang benar. 2. Pasir dan Kerikil Pasir dan kerikil bahan baku dasar yang paling penting dan memerlukan perhatian khusus. Bahan sisa ayakan berukuran 4,75 mm disebut kerikil kasar, dan dibawah ukuran itu disebut sebagai kerikil halus atau pasir. Hasil ayakan yang berukuran 75 mikron biasanya disebut sebagai tanah liat, endapan halus atau debu halus dalam kerikil. Pasir yang mengandung 90% partikel berukuran lebih besar dari 0,006 mm dan kurang dari 0,2 mm adalah pasir halus. Pasir yang

mengandung 90% partikel berukuran lebih besar dari 0,6 mm dan kurang dari 2 mm disebut sebagai pasir kasar. Terdapat 3 sumber utama asal kerikil kasar, yaitu: Endapan alam, Batu yang dihancurkan (splite), kerikil batu bata. Kemudian terdapat 4 jenis utama pasir, yaitu: Pasir galian, Pasir laut, Pasir sungai, dan Pasir yang dihancurkan.

a. Mutu pasir dan kerikil Mutu beton secara langsung berhubungan dengan karakteristik dan kondisi pasir. Pasir dan kerikil harus bersih dari tanah liat tanaman dan bahan organik lainnya. Tanah liat atau kotoran yang melapisi kerikil dapat menghalangi lengketnya semen dengan kerikil, memperlambat proses pengaturan pembekuan dan menurunkan kekuatan beton. Dengan demikin tanah liat dan kotoran tidak boleh melebihi 10% jika tidak pasir harus dicuci. b. Penyimpanan pasir Pasir sebaiknya disimpan ditempat yang teduh. Pasir sebaiknya terlindungi, seperti dari kotoran binatang, limbah pertanian, anak-anak, pohon dan lain-lain jika memungkinkan. c. Pengujian mutu pasir. Ada tiga cara menguji mutu pasir. Pertama, uji visual/uji penglihatan. Periksa pasir dari kotoran seperti bahan organik (lumpur, dedaunan, akar-akaran dan lain-lain). Kedua, uji kandungan pasir dan kotoran. Uji kandungan pasir dan kotoran dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu tes tangan dan tes botol. Cara pengujian dengan tes tangan adalah sebagai berikut. Contoh pasir digosokkan diantara dua telapak tangan pasir yang bersih hanya akan meninggalkan sedikit bekas. Jika tangan tetap kotor itu menunjukkan adanya terlalu banyak tanah. Kalau dengan tes botol, caranya sebagai berikut. Ambil sebuah botol dan isi dengan pasir hingga setengah penuh. Isi dengan air bersih hingga ¾ penuh. Kocok dan biarkan hingga satu jam. Pasir yang bersih akan akan langsung mengendap, kotoran dan tanah liat secara perlahan-lahan akan turun di

atas pasir. Ketebalan tanah liat dan kotoran tidak boleh melebihi 1/10 atau 10% dari pasir di bawahnya. Pengujian ini juga disebut Decantation test, pengujian ini tidak dapat diterapkan pada pasir dari batu yang dipecahkan. Ketiga adalah dengan cara tes kain atau pakaian. Hamparkan pasir pada permukaan yang bersih. Gosok dengan kain putih diatas pasir.Jika kain sangat kotor, pasir sebaiknya tidak digunakan untuk membuat beton. Pasir atau kerikil yang tidak bagus hendaknya tidak dipakai untuk pembuatan batako dan paving blok. Misalnya Pasir yang kotor sebaiknya tidak digunakan untuk pembuatan batako atau paving blok sebab dapat mengurang daya rekat beton. Pasir laut juga tidak cocok digunakan untuk adukan semenpasir, karena mengandung garam, yang menarik dan menyerap kelembaban. Sebagai tambahan garam yang terkandung dalam mortar akan menghasilkan serbuk yang keputih-putihan dan berkilauan, yang akan menghilangkan warna pekerjaan batu bata atau pondasi. 3. Air Tidak hanya mutu tapi sama jumlah air sama pentingnya untuk menghasilkan produk beton yang baik. Hampir semua air alami yang dapat diminum tidak mempunyai rasa dan bau dapat digunakan sebagai air adukan untuk membuat produk beton. Air yang cocok untuk membuat beton belum tentu cocok untuk diminum. Air laut sebaiknya tidak digunakan sebagai air adukan beton. Air hujan yang dikumpulkan dari atap dapat digunakan untuk adukan beton. Berbagai jenis minyak biasanya ada dalam adukan air. Air yang teraduk dengan segala jenis minyak tidak dapat digunakan untuk adukan beton. Air sebaiknya disimpan di tempat yang tidak terkontaminasi jika memungkinkan. Air yang disimpan dalam drum yang bersih dan tangki yang tertutup adalah lebih baik. Umur air atau lamanya penyimpanan tidak berpengaruh pada produk beton. Peralatan dan Perkakas Sebelum memulai bekerja peralatan dan perkakas tangan harus secara hati-hati dipilih. Peralatan biasanya digunakan hanya untuk tujuan yang diinginkan Peralatan secara teratur dirawat, dibersihkan dan ditempatkan di tempat yang

kering dan tahan lebih lama dan juga lebih nyaman untuk digunakan. Peralatan/perkakas untuk pembuatan produk beton adalah: cetakan batako, cetakan paving block, ayakan pasir (besar dan kecil), kotak adukan, sendok semen, sekop, cangkul, ember penyiram, plat kayu (triplek hanya untuk paving blok), dan plastik (untuk melindungi produk dari kelembaban). CARA PEMBUATAN 1.

Persiapan Siapkan perkakas, peralatan, dan bahan. Ayak pasir, Langkah pertama

dengan ayakan pasir 1 cm2 untuk memisahkan batu-batu ang besar. Langkah kedua dengan ayakan yang lebih kecil (mis. 4,5 mm2) untuk mendapatkan pasir halus. Pasir harus bersih dari kotoran, sampah dan lumpur. 2. Mengaduk Adonan Mengaduk adonan biasanya dilakukan dengan tangan untuk jumlah yang kecil atau dengan mesin untuk jumlah yang besar. Mengaduk dengan tangan dilakukan jika adukan tidak terlalu banyak atau ketika mesin pengaduk tidak tersedia. Pencampuan dapat dilakukan ditempat yang kedap air untuk mencegah air semen merembes keluar. Langkah-langkah

mengaduk

dengan

tangan

yang

benar

adalah

sebagaiberikut. Pertama, taburkan sejumlah pasir yang telah diukur setebal 10 cm di kotak adukan, lalu tuang semen di atas pasir dan aduk keduanya secara bersama-sama sampai warna keduanya tercampur. Bentuk adukan menjadi gundukan, dan buat lubang seperti cekungan di tengah. Siram dengan sedikit air secara perlahan dan aduk sampai terbentuk pasta yang merata. Jika menggunakan kerikil, sekarang tambahkan dalam takaran yang sesuai kerikil dan aduk hingga setiap kerikil terlapisi secara merata. Periksa adukan: ambil segenggam penuh adukan dan bentuk seperti bola kecil. Jika bola tersebut tidak retak, dan tangan sedikit basah, adukan siap untuk dicetak. Meratakan campuran kering dengan sekop, jika sudah tercampur dengan sempurna, akan kelihatan berwarna abu-abu. Tambahkan air sekali saja warna abu-abu akan kelihatan.

Gbr . Mengaduk Adonan Dengan Tangan (Manual) Mengaduk dengan mesin akan menguntungkan karena dapat dilakukan dengan cepat dan lebih efektif. Adukan mesin dibutuhkan untuk sejumlah besar pekerjaan beton dan bagus untuk kemampuan kerja dengan menempatkan beton sebentar dan tanpa buangan. Beton yang mempunyai kerikil kasar diaduk pada pengaduk beton. Langkah-langkah mengaduk dengan mesin adalah sebagai berikut. Pertama, Ukur masing-masing jumlah bahan. Kemudian masukkan kerikil dan sejumlah air, lalu semen, dan pasir. Aduk dan tambahkan air secukupnya. Kosongkan pengaduk jika selesai. Bersihkan mesin pengaduk setelah selesai digunakan. 3. Perbandingan Adukan Berdasarkan kebutuhan pelanggan dan mutu produk yang berbeda, perbandingan adukan untuk beton dapat bervariasi. Secara umum, semakin banyak semen yang digunakan semakin tinggi mutu yang diperoleh (tetapi juga lebih mahal biaya produk yang akan dijual kepada konsumen). a) Paving Blok Untuk membuat paving blok berkualitas tinggi, yang akan digunakan terusmenerus khususnya di tempat dengan beban berat (mis. Tempat parkir), perbandingan adukan sebaiknya sebagai berikut: 1 bagian semen bermutu baik + 2 bagian pasir sungai yang bersih + 3 bagian kerikil kasar + air secukupnya. Untuk membuat paving blok bermutu rendah, dapat digunakan lebih sedikit semen dan lebih banyak pasir sungai yang bersih pada adukan beton (misalnya 1 bagian

semen + 2 bagian pasir sungai yang bersih + 4 bagian kerikil kasar dan air secukupnya; 1 bagian semen + 4 bagian pasir sungai yang bersih). Paving blok bermutu rendah ini dapat digunakan di dalam rumah, di halaman depan dan belakang rumah, di mana tidak ada beban berat yang menekan lantai. b) Batako Berlubang Untuk membuat Batako berkualitas tinggi, yang akan digunakan untuk dinding rumah, adukan sebaiknya sebagai berikut: 1 bagian semen bermutu baik + 2 bagian pasir sungai yang bersih + 3 bagian kerikil kualitas baik + air secukupnya Perlu diingat bahwa untuk membangun rumah haruslah selalu menggunakan batako bermutu terbaik untuk keamanan keluarga di dalam rumah. Jika menjual batako bermutu rendah untuk bangunan rumah, resikonya sangat tinggi dimana dinding baru yang dibangun akan runtuh dan mengubur penghuni rumah di bawahnya. Jika anda menjual batako bermutu rendah tanpa menerangkan bahaya dan resiko kepada pelanggan, anda harus bertanggung jawab terhadap musibah mereka jika rumahnya runtuh. 4. Mencetak Batako dan Paving Blok Beton setelah diaduk harus ditempatkan pada posisi yang ditentukan dan dipadatkan sebelum memulai pengaturan semen. Sebelum pencetakan beton dimulai, harus dipastikan cetakan dipancang dengan kokoh pada posisinya, diminyaki, dibersihkan, dan dikeringkan dari air yang ada. Jika beton dicetak ditanah (mis. Untuk beton batako), tanah haruslah rata, bersih dan mudah menguap, tetapi tanpa adanya air ketika beton dicetak. Plastik dapat digunakan untuk memastikan tanah bersih. Masukkan adukan ke sudut dan sepanjang pinggir cetakan dengan menggunakan sekop atau sendok semen. Ada beberapa tahapan kerja yang dilalui untuk mencetak paving blok, Pertama, Isi adukan beton ke dalam peralatan ukur (mis. Ember dengan garis untuk pengukuran). Kemudian Buka penutup cetakan. Atur cetakan pada posisi pengisian. Tuang jumlah yang tepat adukan beton ke dalam cetakan (setiap kali menggunakan jumlah adukan semen yang sama akan diperoleh paving blok yang sama, baik ketebalan, kekuatan, maupun kualitasnya). Tutup cetakan, dan Atur

pegangan pada posisi pemadatan. Jangan lupa menggunakan pengait. Angkat pegangan ke posisi awal (kanan atas), kemudian buka pengunci kait. Langkah berikutnya adalah membuka penutup cetakan, lalu tekan pegangan ke bawah hingga paving blok secara penuh keluar dari cetakan. Buka penutup cetakan, dan Lepaskan pegangan perlahan dan biarkan di lantai. Secara perlahan, angkat paving blok bersama-sama dengan plat logam keluar dari cetakan, tempatkan tripleks di atas paving blok yang telah dicetak, secara perlahan putar 180 derajat (atas bawah). Secara perlahan tempatkan produk di tempat penyimpanan yang teduh (tanpa sinar matahari langsung), dan biarkan selama 1 hari (setelah 1 hari perlu dilakukan perawatan selama lebih kurang seminggu). Bersihkan cetakan (termasuk plat logam) dari sisa cetakan dan debu. Kadang-kadang cetakan perlu diberi minyak. Tempatkan plat logam ke dalam tempat asalnya di dalam cetakan. Atur kembali cetakan pada posisi pengisian dan ulangi langkah 3-12 untuk membuat paving blok berikutnya. Ketika selesai bekerja, tutup cetakan dengan plastik kering atau sejenisnya, dan simpan peralatan dan bahan di tempat yang aman dan kering. Untuk mencetak batako langkah-langkah berikut dapat dipedomani. Pertama, Masukkan adukan beton ke dalam peralatan ukur (mis. Ember dengan garis untuk pengukuran). Tempatkan bagian bawah cetakan ke tempat yang benar (di bawah atap atau tempat yang teduh). Beri minyak bagian bawah cetakan. Tuang jumlah yang tepat adukan beton ke dalam cetakan (setiap kali menggunakan jumlah adukan semen yang sama akan diperoleh batako yang sama, baik ketebalan, kekuatan, maupun kualitasnya). Letakkan alat tekan cetakan di atas bagian bawah cetakan. Tekan alat tekan lurus ke bawah hingga bagian kakinya menyentuh lantai pada ke dua sisi. Injak dengan kaki ke atas kaki alat tekan cetakan, tekan cetakan, ambil pegangan bagian bawah cetakan, dan secara perlahan angkat bagian atas cetakan. Perlahan-lahan letakkan bagian bawah cetakan ke tanah. Keluarkan peralatan tekan dari bagian bawah cetakan, dan pisahkan ke samping. Perlahan-lahan angkat bagian bawah cetakan ke atas, dan tempatkan di samping batako yang baru jadi. Biarkan batako yang baru jadi selama 1 hari (jangan dipindahkan, tetapi pastikan tidak terkena sinar matahari langsung). Setelah 1 hari, batako dapat disusun bertumpuk, dan perlu dilakukan curing selama seminggu (langkah-langkah yang benar lihat penjelasan di bawah).

Bersihkan cetakan dari sisa adukan dan debu. Beri minyak cetakan. Ulangi langkah 2

14 untuk membuat batako berikutnya.

5. Pembersihan Pada setiap akhir kerja anda harus membersihkan semua peralatan dan perkakas dengan mencuci dan menggosoknya dengan sikat kawat

kotoran dari

adukan yang mengeras dapat digosok dengan batu bata. Jika anda telah menggunakan adukan beton, jalankan adukan selama lebih kurang 15 menit dengan mengisi sedikit kerikil dan air, dan bersihkan kotoran keras yang bertumpuk dengan pengikis dan sikat kawat. Bersihkan juga bagian luar adukan. Pastikan tidak ada yang masuk ke dalam saluran pembuangan. Setelah selesai membersihkan peralatan dan perkakas, simpan cetakan batako dan juga peralatan dan bahan di tempat yang aman dan kering. 6. Perawatan atau Pemeliharaan (Curing) Curing adalah perlakuan atau perawatan terhadap beton selama masa pembekuan. Pengukuran curing diperlukan untuk menjaga kondisi kelembaban dan suhu yang diinginkan pada beton, karena suhu dan kelembaban di dalam secara langsung berpengaruh terhadap sifat-sifat beton. Pengukuran curing mencegah air hilang dari adukan dan membuat lebih banyak hidrasi semen. Untuk memaksimalkan mutu beton perlu diterapkan pengukuran curing sesegera mungkin setelah beton dicetak. Curing merupakan hal yang kritis untuk membuat permukaan paving blok yang tahan. Curing harus dibuat pada setiap bahan bangunan, bagian konstruksi atau produk yang menggunakan semen sebagai bahan baku. Hal ini karena semen memerlukan air untuk memulai proses hidrasi dan untuk menjaga suhu di dalam yang dihasilkan oleh proses ini demi mengoptimalkan pembekuan dan kekuatan semen. Pengaturan suhu di dalam dengan air disebut curing. Proses hidrasi yang tidak terkontrol akan menyebabkan suhu semen kelebihan panas dan kehilangan bahan-bahan dasar untuk pengerasan dan kekuatan akhir produk semen seperti beton, mortar, dan lain-lain. Curing yang baik berarti penguapan dapat dicegah atau dikurangi.

Secara umum ada 3 jenis utama curing yang digunakan pada sektor konstruksi, yaitu: Curing air, Curing uap air, Curing uap panas. Curing air adalah yang paling banyak digunakan. Ini merupakan sistem dimana sangat cocok untuk konstruksi rumah dan tidak memerlukan infrastruktur atau keahlian khusus. Bagaimanapun curing air memerlukan banyak air yang mungkin tidak selalu mudah dan bahkan mungkin mahal. Untuk mengekonomiskan penggunaan air perlu dilakukan pengukuran untuk mencegah penguapan air pada produk semen. Misalnya beton harus dilindungi dari sinar matahari langsung dan angin untuk mencegah penguapan air yang cepat. Cara seperti menutup beton dengan pasir, serbuk gergaji, rumput dan dedaunan tidaklah mahal, tetapi masih cukup efektif. Selanjutnya plastik, goni bisa juga digunakan sebagai bahan untuk mencegah penguapan air dengan cepat. Sangat penting seluruh produk semen (batako, paving blok, batu pondasi, bata pondasi, pekerjaan plaster, pekerjaan lantai, dll) dijaga tetap basah dan jangan pernah kering, jika tidak kekuatan akhir produk semen tidak dapat dipenuhi. Jika proses hidrasi secara dini berakhir akibat kelebihan panas (tanpa curing), air yang disiram pada produk semen yang telah kering tidak akan mengaktifkan kembali proses hidrasi, kehilangan kekuatan akan permanen. Pada curing air, produk semen harus dijaga tetap basah (mis. dengan menutup produk dengan plastik) untuk lebih kurang 7 hari. Curing uap air dilakukan dimana air sulit diperoleh dan semen berdasarkan unsur-unsur bahan setengah jadi seperti slop toilet, ubin, tangga, jalusi dan lainlain diproduksi masal. Curing uap air menurunkan waktu curing dibandingkan dengan curing air biasa lebih kurang sekitar 50

60%. Prinsip kerja curing air

adalah dengan menjaga produk semen pada lingkungan lembab dan panas yang membolehkan semen mencapai kekuatan lebih cepat dari pada curing air biasa. Untuk menghasilkan lingkungan lembab dan panas ini perlu dibuat suatu ruang pemanasan sederhana dengan dinding dan lantai penahan air yang ditutup dengan plastik untuk membuat matahari memanaskan ruang pemanasan dan mencegah air menguap. Tinggi permukaan air dari lantai sekitar 5 sampai 7 cm dijaga setiap waktu agar prinsip kerja sistem penguapan dapat bekerja. Curing uap panas biasanya hanya digunakan pada pabrik yang sudah canggih yang memproduksi produk semen secara massal. Sistem curing uap panas mahal dan membutuhkan banyak energi untuk membangkitkan panas yang

dibutuhkan untuk uap panas. Bagaimanapun, produk curing uap panas dapat digunakan setelah kira-kira 24

36 jam setelah produksi, yang mempunyai

keunggulan dibandingkan curing sistem lainnya. Pada dasarnya semua aturan dan regulasi untuk pembuatan beton secara benar

diikuti,

kekuatan

beton

dapat

diperoleh

seiring

dengan

waktu.

Bagaimanapun, kenaikan kekuatan akan berkurang dengan bertambahnya waktu. Beberapa hal yang perlu dilakukan antara lain adalah menghitung kebutuhan bahan. Selalu menghitung dengan tepat berapa banyak beton yang telah selesai dibuat untuk pekerjaan yang harus dilakukan dan berapa banyak semen, pasir, kerikil kasar, dan air yang dibutuhkan. Perkiraan yang baik pun bisa saja salah. Saat memperkirakan jumlah bahan yang dibutuhkan bisa saja terjadi anda memesan terlalu banyak, yang menyebabkan pengeluaran yang tidak perlu. Ini bisa juga terjadi anda memesan terlalu sedikit dan mengatur kembali segera kebutuhan material menjadi sulit atau bahkan mustahil, yang menyebabkan pengeluaran yang tidak perlu atau kehilangan mutu. Selanjutnya selalulah menggunakan pasir dan kerikil yang bersih untuk beton. Karena pasir dan kerikil yang terkontaminasi (mis. akar, dedaunan, plastik, serbuk gergaji, kotoran binatang dan manusia, dll tidak akan mengikat dengan semen, sehingga beton tidak kuat. Pasir dan kerikil dengan persentase tanah liat dan endapan juga akan melemahkan beton, karena tanah liat dan endapan mengandung terlalu banyak rongga-rongga kecil yang harus ditutup dengan semen agar mengikat dengan baik, dengan demikian beton menjadi tidak kuat. Sebaiknya selalu menggunakan semen baru dan tidak bergumpal untuk beton. Karena semen yang telah lama kehilangan sifat-sifat kekuatannya. Misalnya semen yang telah disimpan sekitar 6 bulan akan berkurang kekuatan sekitar 30% dibandingkan dengan semen baru. Untuk pekerjaan beton yang baik, kekuatan sangat penting karena berpengaruh terhadap mutu bangunan secara keseluruhan. Upayakan selalu aduk bahan-bahan kering (pasir dan semen) bersama-sama sebelum ditambahkan air. Partikel pasir yang basah cenderung untuk lengket bersama-sama dan mencegah semen menutupinya. Hal ini menghasilkan adukan yang tidak rata yang menurunkan mutu beton, karena setiap partikel pasir dan kerikil idealnya ditutup secara penuh dengan semen.

Selanjutnya, penambahan air bersama-sama dengan pasir, kerikil, dan semen sekaligus membuat pengadukan beton menjadi sangat sulit untuk pekerja. Perlu selalu melindungi tempat adukan beton dari angin, hujan, dan sinar matahari. Karena angin dan sinar matahari menguapkan air dari beton dan mempercepat proses pembekuan sebelum digunakan. Ini membuat beton tidak berguna untuk apapun. Hujan akan menambah air dan menyebabkan beton menjadi sangat basah, yang menghasilkan kekuatan akhir yang lemah. Anjing dan kucing menyebabkan kontaminasi bahan baku beton, sehingga perlindungan dengan benar diperlukan. Gunakan adukan beton maksimum 1 jam setelah adukan basah dan jangan mengaduk kembali dengan menambah adukan dengan air. Untuk beton yang lebih dari 1 jam, proses hidrasi semen telah dimulai dan pengadukan kembali akan menghilangkan daya lengket antara semen dan pasir/kerikil. Ikatan ini tidak dapat mencapai kekuatannya kembali dengan menambahkan air ke dalam beton. Di samping itu, perlu selalu menggunakan kotak pengukur takaran. Menggunakan kantong semen kosong untuk maksud apapun tidak selalu memastikan jumlah bahan baku yang ditambahkan. Ketidaktepatan dapat menyebabkan adukan yang kaya dari pada yang direncanakan, atau mengurangi mutu beton atau menambah biaya. Seterusnya beberapa hal yang perlu dihindarkan antara lain adalah jangan membuat adukan beton di suhu di luar mencapai 40 derajat Celcius. Suhu sinar matahari langsung pada 40 derajat Celcius adalah mendekati 50 derajat Celcius. Dengan demikian, penguapan air dari beton yang baru diaduk akan secara cepat dan serius akan menyusut, retak dan mencegah pembekuan yang terkontrol dari beton. Hal ini akhirnya menyebabkan beton tidak kuat dan menurunkan mutu kerja. Bagaimanapun jika tidak dapat dihindari untuk menghentikan pekerjaan beton, langkah-langkah pencegahan berikut dapat dilakukan adalah mendinginkan kerikil dengan menyiramkan air. Buat tempat yang teduh di lokasi kerja. Segera letakkan plastik di atas produk beton yang baru dicetak.

EVALUASI 1. Jelaskan fungsi batako dan paving blok dalam konstruksi bangunan? 2. Jelaskan prosedur pembuatan batako dan paving blok? 3. Jelaskan jenis-jenis perawatan (curing) batako dan paving blok, mana yang paling sering digunakan, dan apa alasannya?

KUNCI JAWABAN EVALUASI 1. Dalam konstruksi bangunan batako berfungsi sebagai bahan dinding yang dapat meredam panas dan suara. Batako mempunyai sifat-sifat panas dan ketebalan total yang lebih baik dari pada beton padat. Batako memiliki keuntungan tertentu dari pada batu bata, beratnya hanya 1/3 dari bata untuk jumlah yang sama. Batako dapat disusun 4 kali lebih cepat dan cukup kuat untuk semua penggunaan yang biasanya menggunakan batu bata. Kemudian fungsi paving blok adalah untuk menunjang citra bangunan sebagai tempat yang bersih, sehat dan indah. Paving blok dipasang di halaman atau di tempat parkir. Paving blok dan ubin dapat digunakan di sekitar lingkungan rumah dan kantor. Fungsi utama bahan ini adalah untuk menutup lantai dengan bersih dan dalam jangka waktu yang lama. Di pasaran dapat ditemukan berbagai bentuk, motif dan pola paving blok sesuai dengan selera konsumen. 2. Prosedur pembuatan batako dan paving blok dimulai dari persiapan, mengaduk adonan, mencetak, membersihkan, dan merawat hasil cetakan batako dan paving blok. 3. Terdapat tiga jenis utama curing yang digunakan pada sektor konstruksi, yaitu: Curing air, Curing uap air, Curing uap panas. Dari ketiga jenis ini yang paling banyak digunakan adalah curing air. Ini merupakan sistem dimana sangat cocok untuk konstruksi rumah dan tidak memerlukan infrastruktur atau keahlian khusus. Akan tetapi curing jenis ini memerlukan banyak air, tidak selalu dapat dilakukan dengan mudah, dan bahkan biayanya mungkin menjadi mahal. Untuk itu, agar tidak boros maka penggunaan air perlu ditakar dan dilakukan upaya untuk mencegah penguapan air yang berlebihan.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF