Modul Fotografi

January 5, 2017 | Author: BinakaryaSimdig | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

MODUL FOTOGRAFI SMK JURUSAN MULTIMEDIA...

Description

BAB I PENGERTIAN DAN SEJARAH FOTOGRAFI A. Pengertian Fotografi (dari bahasa Inggris: photography, yang berasal dari kata Yunani yaitu

"Fotos" :

Cahaya

dan

"Grafo" :

Melukis/menulis.).

Fotografi

adalah

melukis/menulis dengan menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Tanpa cahaya, tidak ada foto yang bisa dibuat. Prinsip fotografi adalah memfokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan sehingga mampu membakar medium penangkap cahaya. Medium yang telah dibakar dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat akan menghasilkan bayangan identik dengan cahaya yang memasuki medium pembiasan yang disebut lensa. Untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat untuk menghasilkan gambar, digunakan bantuan alat ukur berupa lightmeter. Setelah mendapat ukuran pencahayaan yang tepat, seorang fotografer bisa mengatur intensitas cahaya tersebut dengan merubah kombinasi ISO/ASA (ISO Speed), diafragma (Aperture), dan kecepatan rana (Shutter speed). Kombinasi antara ISO, Diafragma & Speed disebut sebagai pencahayaan (exposure). Di era fotografi digital dimana film tidak digunakan, maka kecepatan film yang semula digunakan berkembang menjadi Digital ISO. B. Sejarah fotografi Kronologi perkembangan fotografi dimulai dengan:

Foto Heliografi dengan subyek pemandangan yang pertama dibuat oleh Joseph Nicéphore Niépce pada tahun 1826.[1]

Boulevard du Temple, foto Daguerreotype pertama yang dibuat oleh Daguerre pada sekitar tahun 1838-1839 Citra berwarna yang pertama, Maxwell, 1861 Foto berwarna yang pertama dibuat oleh Louis Ducos du Hauron pada tahun 1877. High speed photography, Muybridge, 1878 Citra hasil pemindaian komputer digital, 1957 

1822 – Joseph Nicéphore Niépce membuat foto Heliografi yang pertama dengan subyek Paus Pius VII, menggunakan proses heliografik. Salah satu foto yang bertahan hingga sekarang dibuat pada tahun 1825.[1]



1826 – Joseph Nicéphore Niépce membuat foto pemandangan yang pertama, [1] yang dibuat dengan pajanan selama 8 jam.



1835 – William Henry Fox Talbot menemukan proses fotografi yang baru.



1839 – Louis Daguerre mematenkan daguerreotype.



1839 – William Henry Fox Talbot menemukan proses positif/negatif yang disebut Tabotype.



1839 – John Herschel menemukan film negatif dengan larutan Sodium thiosulfate/hyposulfite of soda yang disebut hypo atau fixer.



1851 – Frederick Scott Archer memperkenalkan proses koloid.



1854 – André Adolphe Eugène Disdéri memperkenalkan rotating camera yang dapat merekam 8 citra berbeda dalam satu film. Setelah hasilnya dicetak di atas kertas albumen, citra tersebut dipotong menjadi 8 bagian terpisah dan direkatkan pada lembaran kartu. Kartu ini menjadi inspirasi penyebutan (fr:carte de visite, bahasa Inggris:visiting card)



1861 – Foto berwarna yang pertama diperkenalkan James Clerk Maxwell.



1868 – Louis Ducos du Hauron mematenkan metode subtractive color photography.



1871 – Richard Maddox menemukan film fotografis dari emulsi gelatin.



1876 – F. Hurter & V. C. Driffield memulai evaluasi sistematis pada kepekaan emulsi fotografis yang kemudian dikenal dengan istilah sensitometri.



1878 – Eadweard Muybridge membuat sebuah foto high-speed photographic dari seekor kuda yang berlari.



1887 – Film Seluloid yang pertama diperkenalkan.



1888 – Kodak memasarkan box camera n°1, kamera easy-to-use yang pertama.



1887 – Gabriel Lippmann menemukan reproduksi warna pada foto.



1891 – Thomas Alva Edison mematenkan kamera kinetoskopis (motion pictures).



1895 – Auguste and Louis Lumière menemukan cinématographe.



1898 – Kodak memperkenalkan produk kamera folding Pocket Kodak.



1900 – Kodak memperkenalkan produk kamera Brownie.



1901 – Kodak memperkenalkan 120 film.



1902 – Arthur Korn membuat teknologi phototelegraphy;; yang mengubah citra menjadi sinyal yang dapat ditransmisikan melalui kabel. Wire-Photos digunakan luas di daratan Eropa pada tahun 1910 dan transmisi antarbenua dimulai sejak 1922.



1907 – Autochrome Lumière merupakan pemasaran proses fotografi berwarna yang pertama.



1912 – Vest Pocket Kodak menggunakan 127 film.



1913 – Kinemacolor, sebuah sistem "natural color" untuk penayangan komersial, ditemukan.



1914 – Kodak memperkenalkan sistem autographic film.



1920s – Yasujiro Niwa menemukan peralatan untuk transmisi phototelegraphic melalui gelombang radio.



1923 – Doc Harold Edgerton menemukan xenon flash lamp dan strobe photography.



1925 – Leica memperkenalkan format film 35mm pada still photography.



1932 – Tayangan berwarna pertama dari Technicolor bertajuk Flowers and Trees dibuat oleh Disney.



1934 – Kartrid film 135 diperkenalkan, membuat kamera 35mm mudah digunakan.



1936 – IHAGEE membuat Ihagee Kine Exakta 1. Kamera SLR 35mm yang pertama.



1936 – Kodachrome mengembangkan multi-layered reversal color film yang pertama.



1937 – Agfacolor-Neu mengembangkan reversal color film.



1939 – Agfacolor membuat "print" film modern yang pertama dengan materi warna positif/negatif.



1939 – View-Master memperkenalkan kamera stereo viewer.



1942 – Kodacolor memasarkan "print" film Kodak yang pertama.



1947 – Dennis Gabor menemukan holography.



1947 – Harold Edgerton mengembangkan rapatronic camera untuk pemerintah Amerika Serikat.



1948 – Kamera Hasselblad mulai dipasarkan.



1948 – Edwin H. Land membuat kamera instan yang pertama dengan merk Polaroid.



1952 – Era 3-D film dimulai.



1954 – Leica M diperkenalkan.



1957 – Asahi Pentax memperkenalkan kamera SLRnya yang pertama.



1957 – Citra digital yang pertama dibuat dengan komputer oleh Russell Kirsch di U.S. National Bureau of Standards (sekarang bernama National Institute of Standards and Technology, NIST). [2]



1959 – Nikon F diperkenalkan.



1959 – AGFA memperkenalkan kamera otomatis yang pertama, Optima.



1963 – Kodak memperkenalkan Instamatic.



1964 – Kamera Pentax Spotmatic SLR diperkenalkan.



1973 – Fairchild Semiconductor memproduksi sensor CCD skala besar yang terdiri dari 100 baris dan 100 kolom.



1975 – Bryce Bayer dari Kodak mengembangkan pola mosaic filter Bayer untuk CCD color image sensor.



1986 – Ilmuwan Kodak menemukan sensor dengan kapasitas megapiksel yang pertama.



2005 – AgfaPhoto menyatakan bangkrut. Produksi film konsumen bermerk Agfa terhenti.



2006 – Dalsa membuat sensor CCD dengan kapasitas 111 megapixel, yang terbesar saat itu.



2008 – Polaroid mengumumkan penghentian semua produksi produk film instan berkaitan dengan semakin berkembangnya teknologi citra digital.



2009 - Kodak mengumumkan penghentian film Kodachrome.[2] BAB II MENGGUNAKAN KAMERA

A. Pengertian Kamera digital adalah alat untuk membuat gambar dari obyek untuk selanjutnya dibiaskan melalui lensa kepada sensor ( CCD dan CMOS) yang hasilnya kemudian direkam dalam format digital ke dalam media simpan digital. Karena hasilnya disimpan secara digital maka hasil rekam gambar ini harus diolah menggunakan pengolah digital pula semacam komputer atau mesin cetak yang daat membaca media simpan digital tersebut. kecerahan dan ukuran yang dapat dilakukan dengan relatif lebih mudah daripada kamera manual. B. Bagian bagian /Komponen kamera digital 1. Sensor Sensor merupakan alat perekam gambar, Sensor ini berbentuk chip yang terletak tepat di belakang lensa. Semakin banyak pixel yang ditangkap, semakin detail gambar yang dihasilkan. Sensor ada 2 jenis yaitu CCD dan CMOS 2. Layar LCD Layar LCD (LCD display) adalah layar kecil pada kamera digital yang bermanfaat untuk melihat seperti apa bidikan yang ditangkap oleh sensor . Hasil yang ditunjukkan pada layar LCD lebih akurat dibandingkan hasil yang diperkirakan dalam kamera konvensional yang sering berbeda. Layar LCD juga bisa membantu untuk melihat hasil foto secara instan setelah gambar diambil, hal ini memudahkan untuk mengkoreksi langsung hasil foto untuk mendapatkan hasil yang terbaik.

3. Media penyimpanan Media penyimpanan adalah Alat yang digunakan untuk menyimpan data gambar yang terekam oleh sensor. Media ini dapat berupa compact flash, memory stick, dan sebagainya. Pada umumnya media penyimpanan memiliki kapasitas penyimpanan gambar dalam jumlah besar sesuai dengan kapasitas memori yang dimiliki. Kamera digital menyimpan data menggunakan sebuah kartu memori. Sampai sekarang ada 43 tipe kartu memori, yang paling terkenal biasanya di kenal dengan sebutan CF (Compact Flash) dan juga SD (Kartu Secure Digital) yang merupakan generasi lebih baru dari MMC atau MultiMediaCard. File yang tersimpan bisa bermacam tipe, bisa JPEG, GIF, TIFF, dsb. Biasanya jenis gambar yang di simpan di kamera digital dihitung berdasarkan jumlah pixel. Kapasitas gambar pada setiap media juga ditentukan dengan kapasitas resolusi dari masing-masing gambar yang dihasilkan. Semakin tinggi resolusi sensor, semakin besar ukuran ruang untuk menyimpan berkas yang dibutuhkan dalam media penyimpan. 4. Lensa Lensa merupakan bagian yang berfungsi untuk meneruskan cahaya ke sensor, lensa mempunya ukuran panjang lensa (Focal length) dan ukuran bukaan lensa (Diafragma) 5. Lampu Blitz Lampu Blitz merupakan peralatan yang digunakan untuk menyinari obyek. Lampu blitz sangat diperlukan dalam kondisi gelap atau kurang cahaya. 6. Batery

C. Jenis kamera digital Pada dasarnya kamera digital dapat dikategorikan dalam 2 jenis. 1.

Kamera saku digital (digital pocket camera)

2.

Kamera digital SLR (Digital Single Lens Reflect (SLR) Camera)

Klasifikasi Kamera digital dapat dibagi menjadi beberapa grup: a. Kamera video



Kamera video profesional seperti yang digunakan dalam pembuatan acara televisi dan film. Biasanya alat ini memiliki beberapa sensor gambar (satu untuk setiap warna) untuk meningkatkan resolusi dan gamut warna.



Camcorder digunakan para amatir. Ini merupakan gabungan antara kamera dan VCR untuk menciptakan unit produksi yang sudah terintegrasi. Mereka biasanya termasuk mikrofon dan LCD kecil.

b. Kamera diam Kamera diam digital (bahasa Inggris: digital still camera)adalah kamera yang digunakan untuk menangkap gambar diam. Biasanya golongan ini dibagi lagi menjadi tiga kelompok: 

Kamera digital kompak atau kamera saku: Ini merupakan kamera digital yang paling umum, dan paling mudah digunakan, karena fungsinya yang serba otomatis, dengan bentuk yang kecil dan mudah dibawa. Rata-rata kamera jenis ini, pada zaman sekarang, juga sudah dilengkapi fitur-fitur seperti kamera SLR atau prosumer, dan sudah bisa digunakan untuk zoom (jarak jauh) maupun makro (jarak dekat).



Kamera digital prosumer: Merupakan kamera digital kelas menengah dengan fungsi yang hampir menyerupai SLR, biasanya bentuknya sudah mirip SLR, namun dengan berat lebih ringan dan lebih kecil. Kamera jenis ini, lensanya tidak bisa diganti-ganti sesuai dengan kebutuhan, namun sudah dilengkapi dengan lensa tetap seperti fungsi zoom yang lebih jauh dibanding kamera saku (sampai di atas 10x), foto makro, dll.



SLR digital biasanya memiliki sensor sembilan kali lebih besar dari kamera digital standar[rujukan?], dan ditujukan untuk para fotografer profesional dan pehobi serius. Lensa kamera SLR dapat diganti-ganti sesuai keperluan. Biasanya, produsen sudah menawarkan lensa standar (lensa kit), namun berbagai jenis lensa juga dijual secara terpisah, sesuai kebutuhan dan kemampuan finansial. Kamera jenis SLR masih terbagi dari dua jenis, yakni SLR untuk sekedar hobi, atau SLR untuk pemakaian profesional murni yang tentunya kualitas hasil di atas kamera SLR hobi, tentunya tingkat harganya juga berbeda. Untuk kelas kamera SLR sendiri, menurut tingkat kualitas dan harganya juga sangat beragam. Termurah, berkisar 5-6 juta, kemudian puluhan juta, bahkan sampai ratusan juta rupiah seperti kamera merk Hasselblad.

c. Webcam 

Webcam adalah kamera digital yang dikoneksikan ke komputer, digunakan untuk telekonferensi video atau tujuan lain. Webcam dapat menangkap gambar video gerak-penuh, dan beberapa model termasuk mikrofon dan kemampuan zoom.

D. Fitur Kamera 1. Resolusi Kamera Kamera digital saat ini sudah memiliki sensor penangkap gambar (CCD/CMOS) lebih dari jutaan piksel. Semakin banyak piksel yang bisa ditangkap akan semakin detail gambar yang dihasilkan. Untuk ukuran kartu pos, Anda cukup membeli kamera digital kelas 1 Megapixel. Kamera ini juga masih mencukupi untuk keperluan gambar di website. Untuk gambar yang jauh lebih detail maka diperlukan CCD dengan kemampuan 2 Megapixel ke atas. Untuk kelas profesional, kini sudah tersedia kapasitas 50 Megapixel dengan hasil luar biasa yakni kamera merk Hasselblad H3D II dengan sensor Kodak, seharga 450 juta rupiah. Berikut ini adalah panduan media simpan yang ideal untuk berbagai resolusi kamera digital, a. Resolusi 1.3 Megapixel; dengan 8 MB memori minimal mempunyai 23-105 jumlah maksimal foto, dengan 16MB memori ideal mempunyai 45-120 jumlah maksimal foto. b. Resolusi 2.0 Megapixel; dengan 8 MB memori minimal mempunyai 14-90 jumlah maksimal foto, dengan 16 MB memori ideal mempunyai 27-200 jumlah maksimal foto. c. Resolusi 3.0 Megapixel; dengan 16 MB memori minimal mempunyai 8-80 jumlah maksimal foto, dengan 32 MB memori ideal mempunyai 15-170 jumlah maksimal foto. d. Resolusi 4.0 Megapixel; dengan 16 MB memori minimal mempunyai 12-120 jumlah maksimal foto, dengan 32 MB memori ideal mempunyai 24-250 jumlah maksimal foto. (* Perkiraan rata-rata jumlah foto; besarnya jumlah foto maksimal tergantung resolusi mode yang bisa dipilih pada kamera digital, semakin tinggi resolusi semakin besar file tiap gambar yang dihasilkan sehingga semakin sedikit gambar yang bisa disimpan).

2. Movie Recording Selain kemampuan menangkap objek diam, kamera digital juga sering dilengkapi fitur Movie Recording/Capture untuk menangkap objek bergerak layaknya camcorder. Tetapi karena keterbatasan media simpan, maka objek bergerak ini hanya bisa disimpan dalam hitungan puluhan detik. Semakin besar media simpan, semakin lama objek bergerak dapat disimpan. 3. Zoom Fungsi zoom ialah memperbesar gambar sehingga Anda tidak perlu mendekati objek untuk memperoleh ukuran yang diinginkan. Kamera digital biasanya dilengkapi dengan zoom melalui proses digital yang biasa disebut Digital Zoom yang dikombinasikan dengan zoom melalui optik atau lensa yang disebut Optical Zoom. Perpaduan keduanya menghasilkan zoom yang berlipat. 4. Image Stabilizer / steady shoot Tiap merk kamera menggunakan istilah yang berbeda-beda untuk fituryang satu ini. Ada image stabilizer, vibrate reduction, anti-shake, steady shot, optical image stabilizer (OIS), vibrate compensation, dan lain-lain. Itu semua fungsinya sama, yaitu untuk menstabilkan goncangan tangan kita. Sering terjadi salah kaprah di dalam pengertian tentang fitur yang satu ini. Salah kaprah yang sering terjadi adalah tertukarnya pengertian antara shutter speed dan image stabilizer. Ketika kita memfoto anak-anak yang sedang berlari-lari, kalau kita ingin agar anak yang kita foto itu tetap terlihat tajam (tidak blur), kita harus menggunakan shutter speed yang cepat, dan tidak ada hubungannya dengan image stabilizer. Shutter speed yang cepat berguna untuk membekukan "objek" yang kita foto, sedangkan image stabilizer berguna untuk menstabilkan goncangan dari "subjek" yang memfoto. Jadi, image stabilizer ini akan berguna ketika tangan kita sulit untuk tidak bergerak ketika melakukan pengambilan foto atau tangan kita tremor, melakukan pemotretan dengan shutter speed yang rendah (indoor, malam hari, efek-efek cahaya bergerak, foto air terjun, dan sebagainya), melakukan foto-foto dengan lensa tele (jarak jauh) misalnya 200 mm, serta melakukan foto-foto makro (jarak yang sangat dekat). Cara kerja fitur ini adalah dengan menempatkan sensor pada lensa atau pada sensor (masing-masing produsen berbeda-beda). Sensor ini berfungsi untuk mendeteksi gerakan lensa atau kamera. Misal pada image stabilizer yang diletakkan di lensa, ketika kamera kita bergerak ke atas, sensor ini akan menggerakkan lensanya ke

bawah, ketika kamera kita bergerak ke kiri, sensor ini akan menggerakkan lensanya ke kanan, dan demikian seterusnya sehingga gambar yang kita buat akan selalu diusahakan stabil dan bebas goncangan. Pada istilah-istilah seperti double anti-blur, 4x image stabilization, dual IS, dan sebagainya maksudnya adalah bahwa mereka menggunakan image stabilizer betulan dan sekaligus image stabilizer tipuan. Sehingga dengan istilah-istilah itu produk mereka akan terlihat lebih mampu menahan goncangan. Untungnya paling tidak sampai saat ini, masih belum ada yang menggunakan istilah double atau dual yang ternyata isinya tidak ada image stabilizer asli sama sekali. Mungkin pada perkembangannya nanti akan didapati kasus seperti ini. Jadi kita mesti hati-hati, kalau melihat ada fitur seperti ini, harus dibaca dulu buku manualnya atau cari tahu dari internet atau dari teman yang sudah tahu, apakah image stabilizernya asli menstabilkan gerakan pada lensa atau pada kamera, atau hanya menaikkan ISO saja

SOAL TES FORMATIF 1 I. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat 1.

2.

Fotografi secara umum baru dikenal sekitar.... a. 75 tahunlalu

c. 100 tahunlalu

b. 50 tahunlalu

d. 150 tahunlalu

e. 5 tahun lalu

Apabila pada dinding ruangan yang gelap terdapat lubang, maka di bagian dalam ruang itu akan terefleksikan pemandangan di luar ruang secara terbalik lewat lubang tadi. Pandangan ini pernah dikemukakan oleh .... a. Confucius

3.

4.

b. MoTi

c. Delicius

d. Sony

e. Kodak

Fotografi menjadi berguna dalam bidang kedokteran sejak ditemukan .... a. sinar ultraviolet

c. sinar-X

b. sinar infra red

d. sinar mentari

e. sinarpelangi

Tokoh yang menemukan lampu yang bisa menyala-mati berkali-kali dalam hitungan sepersekian detik adalah .... a. Dr Harold Edgerton dan Gjon Mill

d. Alma davenport

b. Dr Watson

e. Ibn AI-Haitham

c. Sony

5.

Foto tambang pengeboran minyak Shantytown yang muncul di surat kabar New York, Daily Graphic di Amerika Serikattanggal 4 Maret 1880 merupakan karya dari....

6.

a. WarnerBros

c. Henry J Newton

b. Alma Davenport

d. Dr Watson

e. Sony

Banyak cabang kemajuan fotografi yang terjadi, tetapi banyak yang mati di tengah jalan. Salah satunya adalah foto polaroid yang ditemukan oleh .... a. Alma Davenport

d. Gjon Mili

b. Edwin Land

e. Conrad Rontgen

c. Dr Watson' 7.

Proses fotografi yang menggunakan media perekaman digital disebut dengan .... a. fotografi film

d. fotografi kodak

b. fotografi digital

e. fotografi metafisik

c. fotografi polaroid 8.

Sensor penangkap gambaryang dikenal juga sebagai CCD (Charged Coupled Device) dan CMOS (Complementary Metal Oxide Semiconductor) yang terdiri dari jutaan piksel lebih yaitu ....

9.

a. sensor sensitif

c. layar sensor

b. sensor kamera

d. layar LCD

e. CMOS

Layar kecil pada kamera digital yang bermanfaat untuk melihat seperti apa bidikan yang ditangkap oleh sensor CCD disebut dengan .... a. LCD display

c. layar lebar

b. LCD touch

d. kaca sensor

e. kaca monitor .. ,

10. Compact flash dan memory stick merupakan contoh dari.... a. LCD display

c. output kamera

b. media penyimpanan

d. input kamera

e. media ouput

11. Biasanya alat ini memiliki beberapa sensor gambar (satu untuk setiap warna) untuk meningkatkan resolusi dari gambar warna. Alat yang dimaksud adalah .... a. camcorder

d. kamera saku

b. kamera video profesional

e. kamera digital prosumer

c. kamera handphone 12. Kamera video yang sering digunakan oleh para amatirdalam merekam sebuah kejadian adalah....

a. kamera handphone

d. camcorder

b, kamera saku '

e. kamera video profesional

c. kamera digital prosumer 13. Kamera yang digunakan untuk menangkap gambar diam dikenal sebagai.... a. kamera video

.

c. digital still camera

b. kamera saku

e. webcam

d. camcorder

14. Kamera yang lensanya tidak bisa diganti-ganti sesuai dengan kebutuhan, namun sudah dilengkapi dengan lensa tetap seperti fungsi zoom yang lebih jauh dibanding kamera saku disebut.... a. kamera digital prosumer

c. SLR digital

b. kamera saku

d. camcorder

e. webcam

15. Berikut ini merupakan kamera digital yang dikoneksikan ke komputer, digunakan untuk telekonferensi video atau tujuan lain yaitu .... a. SLR digital

d. kamera digital prosumer

b. camcorder

e. kamera polaroid

c. webcam 16. Sebuah kamera dikatakan digital salah satu alasannya adalah .... a. mentransfer hasil foto ke dalam negatif film dari cahaya yang ditangkap b. semuatombol yang digunakan serba manual c. menggunakan rol film d. penangkapan gambar menggunakan sensor CCD/CMOS e. ada unsur yang berkaitan dengan negatif film 17.

18.

Yang bukan media simpan digital yaitu .... a. Compact Flash

c. Memory Stick

b. Secure Digital

d. MMC

e. Compact Disk

Untuk ukuran kartu pos, kamera digital yang dibutuhkan adalah .... a. 1 Megapixel

c. 3 Megapixel

e. 5 Megapixel b. 2 Megapixel

d. 4 Megapixel 19.

Sensor berikut ini memiliki keunggulan di mana ongkos produksi murah sehingga harga kamera lebih terjangkau. Sensor yang dimaksud adalah .... a. AMD

20.

b. CMOS

c. CCD

CMOS adalah singkatan dari....

d. CPD

e. CMD

a. Compact Metanol Oxide Semiconductor b. Complementary Metanol Oxford Semiconductor c. Complex Metal Oxidental Semiconductor d. Complementary Metanol Oxide Semipermanent e. Complementary Metal Oxide Semiconductor 21.

22.

Kamera digital untuk kelas profesional kini sudah tersedia kapasitas .... a. 1-2 Megapixel

c. 5-6 Megapixel

b. 3-4 Megapixel

d. 6-7 Megapixel

e. 50 Megapixel

Sensor yang memiliki keunggutan lebih peka cahaya, jadi pada kondisi redup (sore atau malam) tanpa bantuan lampu kilat masih bisa menangkap objek dengan baik yaitu .... a. AMD

23.

b. CMOS

d. CPD

e. CMD

Kamera digital mampu menampung sekitar... gambar dalam 1 memory ukuran 8 MB. a. 12-16

24.

c. CCD

b. 16-24

c. 20-24

d. 24-48

e. 26-30

Untuk gambar yang jauh lebih detail makadiperlukan CCD dengan kemampuan minimal.... a. 2 Megapixel

b. 3 Megapixel c. 4 Megapixel d. 5 Megapixel e.

6 Megapixel 25.

Kamera biasa mampu menampung sekitar.... a. 12 foto

b. 16 foto

c. 18 foto

d. 24 foto

e. 36

foto 26.

Fitur yang sering dimanfaatkan untuk video conference melalui jaringan internet adalah .... a. CMOS

b. CCD

c. CPD

d. Web Cam

e.

Camcorder 27.

Kita bisa melakukan perubahan mulai dari warna, ketajaman, dan kecerahan melalui sebuah software. Software yang cukup populer untuk mengolah foto adalah ....

28.

a. Windows Movie Maker

c. Winamp

b. Photoshop

d. Office 2007

e. Peanecle

Dengan layar kecil ini, kita bisa melihat seperti apa bidikan kita ditangkap oleh sensor CCD yang merupakan hasil foto kita nantinya. Layar kecil tersebut dikenal dengan istilah ....

29.

a. LCD display

c. sensor

b. touch LCD

d. screen

Semakin tinggi resolusi sensor... semakin tajam gambar yg mampu ditangkap. a. AMD

30.

e. layar gelas

b. CMOS

c. CCD

d. CPD

e. CMD

Kamera digital yang menggunakan resolusi CCD dengan kapasitas ... mampu menghasilkan gambar tajam seukuran foto biasa.

31.

a. 1 Megapixel

c. 1.3 Megapixel

b. 1.2 Megapixel

d. 1.5 Megapixel

Untuk acara keluarga, resolusi CCD yang bisa digunakan adalah kamera dengan kapasitas.... a. 1 Megapixel

c. 1.3-2.1 Megapixel

b. 1.2 Megapixel 32.

e. 1.8 Megapixel

e. 6-8 Megapixel

d. 4 Megapixel

Proses mengubah kombinasi warna untuk mendapatkan hasil reproduksi warnawarna tertentu, dari warna proses, biasanya CMYK atau RGB atau Hexachrome disebut.... a. Print Management

c. Color Combination

b. Color Management 33.

e. Detail Color

d. Output Management

Fasilitas yang selalu menyertai kamera digital agar mudah dalam editing maupun menghubungkannya dengan komputer adalah.... a. flash

34.

b. software

c. wifi

e. SATA

Contoh umumaplikasi Color Management System adalah.... a. Digital Proofing

d. ASA

b. Digital Printing 35.

d. bluetooth

. e. Zoom c. ISO

Untuk kamera digital kelas di bawah 2 Megapixel, CCD kapasitas media penyimpanan yang cocok adalah .... a. 2MB

b. 4MB

c. 6MB

d. 8 MB

e. 10MB

BAB III DASAR DASAR FOTOGRAFI

Fotografi adalah melukis dengan cahaya. Jadi Esensi dari fotografi adalah cahaya. Kamera tidak akan merekam apapun untuk menjadikan sebuah foto tanpa cahaya. Oleh karena itu, dasar dari sebuah fotografi adalah bagaimana seoptimal mungkin kita menyeting tingkat pencahayaan (Eksposure) yang masuk ke kamera kita, sehingga memperoleh pencahayaan yang pas, tidak kelebihan cahaya ( Over Eksposure) atau Kekurangan cahaya (Under Eksposure). Pada dasarnya ada tiga setingan kamera yang mempengaruhi tingkat eksposure kamera yaitu, Shuter Speed, Aperture dan ISO. Ketiga Setingan dasar tersebut sering dinamakan TRIANGLE FOTOGRAFI atau SEGITIGA FOTOGRAFI . Ketiganya harus bersinergi secara pas agar menghasilkan kualitas gambar yang terbaik atau sesuai keinginan kita. Ketiga Setingan tersebut adalah: 1.

Shutter Speed (Kecepatan Rana) Shutter Speed adalah kecepatan terbuka sampai tertutupnya tirai (rana) atau dengan kata lain lamanya waktu penyinaran sensor pada kamera digital, dan Film pada kamera konvensional. Shuter Speed dinyatakan dengan angka-angka: 1 , 1/2 , 1/4 , 1/8 , 1/16 , 1/32 , 1/64 , 1/125 , 1/250 , 1/500 , 1/1000 dst. Satuannya adalah detik, jadi 1/100 artinya 1/100 detik. Pada saat kita menekan tombol Shuter, ada semacam tirai yang membuka dan menutup di depan sensor. Semakin lama tirai terbuka semakin banyak jumlah cahaya yang masuk dan sebaliknya, Semakin kecil angkanya berarti semakin cepat waktu yg digunakan, hal ini akan menciptakan efek diam (freeze), misalnya kita akan memotret objek yg bergerak, sebagai contoh mobil berjalan dengan kecepatan 50 km/jam. Agar mobil tertangkap seolah olah berhenti atau ter-efek diam, kita memerlukan setidaknya shutter speed diatas 1/125 detik, Sebaliknya bila kita akan memotret objek tersebut dengan efek bergerak, maka dibutuhkan shutter speed kurang dari 1/125 detik, sehingga terlihat obyek seperti ada bekas gerakan. Dua hal diatas tergantung juga dari kecepatan objek tersebut bergerak, semakin cepat objek bergerak, berarti semakin tinggi shutter speed yg dibutuhkan agar memperoleh efek diam atau bergerak yang kita inginkan, Perlu diperhatikan, semakin rendah shutter speed, akan mengakibatkan semakin besar juga kemungkinan terjadinya camera shaking, yg akan mengakibatkan hasil jepretan menjadi goyang dan tidak tajam. Agar aman, gunakan shutter speed diatas 30 atau 1/30 detik, kalo memang menginginkan shutter speed lebih rendah, misal 1/15 detik, 1/8 detik ato yg lebih rendah, gunakan gunakan penyangga ato tripod untuk menghindari shake (goyah) pada saat kita menekan tombol shutter. 2. Aperture (Diafragma)

Aperture adalah ukuran besar kecilnya bukaan lensa. Lensa berfungsi memasukkan dan meneruskan cahaya ke sensor atau film. Ukuran besar kecilnya diatur melalui diafragma. Pada kamera umumnya tertera 1,8 ; 2,8; 3,5 ; 4; 5,6 ; 7,1 dst. angka angka tersebut dikenal sebagai f-number atau biasa disebut aperture (bukaan): f/1.8 ; f/2,8; f/3,5 ; f/4; f/5,6 ; f/7,1 dst. Semakin besar bukaan lensa semakin kecil f-numbernya sebaliknya semakin kecil bukaan semakin besar f-number nya jadi f/4 lebih kecil bukaannya daripada f/1,8. Cara kerja aperture mirip pupil pada mata manusia, semakin besar bukaan berarti semakin banyak cahaya yang masuk, semakin kecil bukaan maka semakin sedikit cahaya yang masuk. Aperture sangat berhubungan dengan ruang tajam atau depth of field. Semakin besar bukaan lensa maka semakin tipis DOF nya, hal ini mengakibatkan efek blur di belakang obyek atau fokus sehinnga bagus untuk FOTOGRAFI MAKRO. Sebaliknya semakin kecil bukaan lensa maka semakin lebar DOF nya, hal ini mengakibatkan gambar tetap tajam mulai dari obyek terdekat hingga background foto yang terjauh dari obyek. Bukaan kecil sering digunakan untuk FOTOGRAFI LANDSCAPE 3. ISO/ASA (Tingkat Kepekaan Sensor) ISO adalah tingkat kepekaan sensor atau film dalam merekam cahaya. Pada kamera digital di tuliskan dengan angka 100, 200, 400, 800, 1600 dst . Peranan ISO juga penting, semakin tinggi ISO yang digunakan, maka kepekaan terhadap cahaya pun makin besar, sehingga pada pencahayaan kurang pun, shutter speed maupun aperture masih dapat digunakan secara maksimal. Tapi perlu diingat, semakin tinggi ISO yang digunakan, akan semakin tinggi tingkat noise ataupun grain yang dihasilkan. Untuk mengetahui apakah exposure sudah tepat atau belum, pada kamera digital ato konvensional tersedia fasilitas metering. Sehingga terjadinya over exposure (kelebihan pencahayaan) atau under exposure (kekurangan pencahayaan) dapat diminimalkan.

BAB IV METERING

Fotografi tidak bisa lepas dari yang namanya cahaya dan metering. Metering sendiri adalah proses mengukur seberapa terang objek foto supaya kamera bisa mendapatkan eksposure yang tepat (tidak over dan tidak under). Mata manusia punya kemampuan beradaptasi pada berbagai tingkat intensitas cahaya sehingga meski berada di tempat terang atau temaram, mata kita masih mampu memberikan eksposur yang normal. Selain itu, mata manusia pun punya jangkauan dinamis (dynamic range) yang luar biasa baik, kita bisa melihat benda yang punya perbedaan terang gelap yang sangat lebar. Saat memotret, kita dihadapkan pada kenyataan kalau kamera, tak peduli seberapa pun canggihnya, tidak mampu menangkap segala keindahan yang bisa dilihat oleh mata. Cahaya dan metering Bagi para profesional, sebelum memotret mereka selalu mengukur cahaya dengan alat khusus bernama Light Meter. Alat ini berupa sensor yang peka cahaya dan bisa menghitung berapa nilai shutter dan aperture untuk berbagai suasana, baik terang atau gelap. Cahaya yang diukur tentu sama dengan cahaya yang mengenai obyek (dinamakan incident light) dan menjadi patokan seberapa terang cahaya sekitar di saat itu. Itulah yang dinamakan metering menurut para profesional.

Kita yang terbiasa memakai kamera modern dan serba otomatis tentu awam dengan alat semacam itu. Wajar karena di dalam kamera modern sudah tersedia fasilitas metering yang memudahkan dan juga tersedia berbagai mode metering seperti Center Weighted atau Spot metering. Kamera DSLR bahkan mampu menampilkan skala light meter pada layar LCD (dan pada viewfinder) sehingga mampu menunjukkan apakah setting shutter dan aperture yang kita atur sesuai dengan hasil pengukuran kamera (lihat gambar di bawah ini).

Untuk sebagian besar kasus, metering kamera sudah mampu menggantikan fungsi alat light meter khusus yang mahal. Bila memakai kamera otomatis (kamera ponsel, kamera saku dsb), metering kamera akan mulai bekerja saat layar LCD menampilkan gambar dan terus menerus mengevaluasi kondisi cahaya hingga tombol rana ditekan setengah. Saat tombol ditekan setengah, metering akan dikunci (AE-lock) dan juga auto fokusnya (AF-lock) hingga tombol ditekan penuh barulah foto akan diambil. Bagaimana hasilnya? Mayoritas foto yang diambil dengan mode otomatis memberi eksposur yang tepat. Pada beberapa kasus adakalanya metering meleset, agak gelap atau terlalu terang, kita bisa kompensasikan dengan Exposure Compensation ke arah minus atau plus. Permasalahan Kondisi apa saja yang berpotensi mengganggu metering kamera? Utamanya adalah saat terdapat perbedaan terang gelap yang ekstrim dalam sebuah foto. Bila foto dominan terang atau dominan gelap, metering kamera juga akan tertipu. Kita ambil contoh seperti foto berikut ini. Mata kita mampu melihat foto dibawah ini dengan lebih baik, dimana apa yang jadi detail dari jendela bisa dilihat sedangkan warna dari kursi dan tembok masih tampak jelas. Ini karena sekali lagi mata kita punya dynamic range dan kemampuan metering yang istimewa.

Kedua foto diatas adalah contoh bagaimana sebuah bidang foto dengan perbedaan terang gelap yang ekstrim. Bagi kamera, kondisi foto diatas ini menyulitkan. Pertama, perbedaan terang gelap seperti ini sulit di reproduksi seperti asilnya karena jauh melampaui kemampuan dynamic range dari sebuah sensor kamera, bahkan kamera film sekalipun. Kedua, metering kamera atau sang fotografer akan dihadapkan pada dua pilihan : menyelamatkan detail di daerah terang (highlight) atau menyelamatkan detail di daerah gelap (shadow). Tidak ada pilihan yang enak. Mengejar highlight artinya area lain akan jadi gelap, sedang mengejar shadow akan merusak highlight sehingga wash-out / blown / detilnya hilang (lihat bagian jendela pada foto diatas sebelah kanan).

Kalaupun ingin mendapat foto dengan dynamic range yang lebih lebar, kita perlu ekstra usaha. Langkah termudah adalah memakai mode peningkat dynamic range secara internal di kamera (seperti Dynamic Range Optimizer, Active D Lighting dsb). Untuk upaya lebih menantang, kita bisa memotret dengan tiga eksposur yang berbeda lalu menggabungkannya di komputer memakai software (Photomatix atau Adobe Phostoshop CS). Foto diatas adalah hasil memakai ADL pada kamera Nikon D40, yang lebih cenderung mengangkat detail di daerah shadow. Meski detail dan warna bisa ditingkatkan, tapi harus dibayar dengan noise. Jadilah foto diatas sebuah foto yang dynamic rangenya baik, dimana detail jendela masih terjaga, warna di daerah gelap bisa ditampilkan tapi tidak enak untuk dinikmati karena noisenya. Metering sebagai penentu eksposur

Bagaimana sebenarnya kerja metering kamera? Sederhananya, kamera yang bekerja secara otomatis akan melakukan langkah-langkah berikut ini : 

mengukur cahaya



menebak eksposur yang tepat



menentukan nilai shutter dan aperture (dan ISO bila perlu)

Perhatikan langkah kesatu dan kedua. Inilah dua proses yang dilakukan kamera yang paling banyak peluang kesalahannya. Langkah ke satu adalah kamera harus mengukur cahaya, dimana kamera sebenarnya hanya mengukur cahaya yang masuk melalui lensa. Artinya cahaya yang masuk ke dalam kamera pada intinya adalah cahaya yang datang dari objek, bukan cahaya yang mengenai objek. Bedakan itu. Cahaya yang mengenai objek namanya incident light sedang yang dipantulkan oleh objek namanya reflected light.

Pada kamera DSLR, tentunya ada sebuah tombol yang namanya AEL/AFL (Auto Exposure Lock/ Auto Focusing lock). Fungsi tombol tersebut bisa bergantian dengan fungsi tombol shutter yang ditekan setengah. Untuk settingnya, silahkan buka buku manual kamera masing-masing. Fokusing harus diarahkan ke POI tetapi metering tidak harus diarahkan ke POI. Metering bisa diarahkan ke mana saja bahkan bisa juga dan dianjurkan diarahkan ke grey card. Untuk itulah maka tersedia exposure lock pada kamera, yaitu untuk bisa mengunci exposure pada bagian lain dan fokusing dan komposisi pada bagian lain. Metering sangat erat kaitannya dengan exposure yang telah dibahas pada bagian terdahulu. Secara garis besarnya metering adalah melakukan pengukuran pada suatu object utama (POI) agar mendapatkan exposure yang tepat. Metering adalah juga pengamatan terhadap cahaya, pengamatan terhadap highlight, shadow dan middle tone lalu memutuskan pada bagian manakah exposure akan didasarkan, ataukah akan diambil nilai rata-rata terhadap kondisi yang ada. Metering adalah jiwa dari fotografer, semakin paham dan piawai dalam satu masalah ini maka akan semakin mendekatilah apa yang ada

dibenak fotografer dengan foto yang dihasilkannya. Bukankah kita selalu berkeluh kesah, wah…saya maunya begini kok hasilnya begitu…semua itu adalah masalah metering, jadi perdalam masalah ini dan hasil foto yang diharapkan akan bisa didapatkan. Metering kamera bekerja dengan mengkalkulasi object menjadi middle grey. Kalau kamera diarahkan pada object berwarna putih terang yang memenuhi frame kamera maka metering kamera tersebut akan menset object tersebut menjadi middle grey, maka hasilnya akan under exposure. Kalau kamera di arahkan pada object hitam pekat yang memenuhi frame kamera maka metering kamera akan mensetnya juga menjadi middle grey, maka hasilnya akan menjadi over exposure. Bukankah itu yang sering kita alami? Perhatikan diagram 1 berikut untuk memperjelas pemahaman mengenai masalah ini.

Setelah mengenal apa itu metering, langkah selanjutnya adalah mengetahui bagaimana metering itu bekerja. Untuk itu perlu dipahami dulu amunisi apakah yang dimiliki oleh kamera untuk masalah metering ini. Secara umum sebuah kamera saat ini paling tidak telah dilengkapi oleh 3 buah jenis metering: 1. Matrix metering 2. Center Weight Metering 3. Spot Metering Ketiga jenis metering tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan dan tergantung pada kondisi pencahayaan yang dihadapi. Bagaimana kelebihan dan kekurangannya serta aplikasinya, mari kita bahas ini lebih jauh. 1. Matrix metering

Matrix metering adalah penemuan terbaru dari sistim metering kamera. Metering ini bekerja dengan cara membagi frame ke dalam grid-grid kecil. Setiap grid akan di analisis oleh kamera dan hasilnya akan digabungkan untuk dicocokkan dengan database yang telah disimpan didalam sebuah processor dalam kamera tersebut. Hasil kecocokan tersebut adalah hasil metering yang akan digunakan untuk merekam foto yang kita bidik. Database itu sendiri adalah hasil exposure dari ribuan sample exposure berbagai kondisi pencahayaan yang dihasilkan oleh ratusan fotografer profesional. Untuk itu pabrikan kamera mengklaim bahwa metering system ini sangat ampuh dan presisi untuk digunakan dalam berbagai keadaan. Kalau metering ini digunakan maka maka kasus object putih, kita tidak lagi perlu melakukan kompensasi penambahan exposure untuk mendapatkan hasil putih seperti yang terlihat, atau pengurangan exposure pada warna hitam untuk mendapatkan warna hitam seperti yang terlihat. Jika sistem metering ini sangat ampuh, mengapa di setiap kamera masih disediakan metering yang lain? masih ada center weighted dan spot metering. Pertanyaan sederhana namun sedikit sulit dijawab. Tapi bagaimanapun kompleknya sistem ini dan bagaimanapun banyaknya database yang tersedia, tetap saja kondisi yang kita hadapi adalah unik. Yang dilakukan oleh kamera adalah tetap menghitung rata-rata dari kondisi yang ada. Kita bisa puas dengan hasilnya atau tidak.

2. Center weight metering

Metering ini menekankan pada bagian tengah foto, dengan asumsi bahwa POI sebuah foto biasanya berada ditengah. Perhatikan gambar berikut. Apa yang dilakukan oleh sistem metering ini adalah melakukan analisa dan mengambil

nilai rata-rata dari kondisi pencahayaan yang terjadi pada bidang tengah foto. Bagaimanapun nilai yang dihasilkan adalah nilai rata-rata, maka akan selalu terjadi ketidak sesuaian antara kondisi sebenarnya dan kondisi yang dihasilkan. Sebagai contoh, seorang model yang berada dipantai dengan langit yang mendominasi sebagian besar bagian tengah foto, maka saat kalkulasi dilakukan maka yang paling dominan adalah nilai cahaya langit, maka hasil akhirnya akan lebih cenderung untuk mendapatkan exposure langit dan bukan model itu sendiri. Pada kondisi pencahayaan normal, artinya kondisi hightligh dan shadow yang tidak terlalu kontrast, maka biasanya system metering ini bisa diandalkan. Kompensasi diperlukan untuk menyesuaikan dengan kondisi sebenarnya, seperti pada kasus hitam dan putih di atas. 3. Spot metering

Spot metering bekerja dengan kemampuan menangkap exposure pada bagian kecil foto, pada kamera biasanya sekitar 3% dari total frame foto, pada light meter malah lebih kecilnya lagi sehingga mencapai 1% dari total frame foto. Dengan kemampuan ini spot metering mampu mengkalkulasi sebuah exposure pada sebuah bidang tanpa dipengaruhi oleh exposure bidang lainnya. Tidak perlu nilai rata-rata di sini. Kita bisa menangkap exposure pada bidang paling terang, paling gelap, menengah sesuai kehendak kita mengarahkan kamera. Konsekuensinya exosure yang diharapka akan bisa kita kendalikan sendiri. Ada dua hal yang bisa dilakukan dengan spot metering ini. Pertama lakukan pemgukuran pada bidang paling terang atau bidang palin terang atau pada bidang mana saja, kemudian lakukan kompensasi yang diperlukan untuk menangkap area yang diinginkan tersebut terlihat sebagaimana aslinya. Kedua, lakukan pengukuran pada beberapa bidang yang berbeda yang mencakup bidang paling terang ke bidang paling gelap kemudian switch kamera ke mode Manual lalu tentukan sendiri nilai yang dirasa paling cocok berdasarkan pengukuran yang tadi dilakukan. Spot metering memberikan pengukuran yang sangat presisi namun memerlukan campur

tangan yang cukup banyak dari fotografer itu sendiri. Itulah mengapa spot metering banyak digunakan oleh fotografer yang ingin mengontrol exposure sepenuhnya oleh diri sendiri dan bukan oleh kamera. Setiap scene adalah unik, setiap fotografer adalah unik dan untuk itulah spot metering ini dibuat.

Metering yang manakah yang paling baik? Setiap sistem metering mempunyai kelebihan dan kekurangan, dan sangat tergantung pada kondisi yang dihadapi. Untuk itulah setiap kamera tetap dilengkapi oleh ketiga sistem tersebut, yang perlu dipahami adalah bagaimana cara setiap sistem tersebut bekerja sehingga kita sebagai fotografer bisa mengambil tindakan yang diperlukan untuk menggunakan metering tersebut pada setiap kondisi yang dihadapi. BAB V KOMPOSISI 1. Simple (Simplicity) Pada forum-forum kritik foto, sering kita dengar komentar-komentar seperti ini: “simple tapi menarik…”, atau “backgroundnya terlalu ramai sehingga POI kurang menonjol…” dan lain-lain. Tujuan komposisi ini adalah memberikan penonjolan pada object utama foto (point of interest – POI)agar langsung terlihat secara utuh tanpa gangguan elemen-elemen lain yang tidak diperlukan. Karena itu saat melihat sebuah object yang hendak difoto, pastikan benar bahwa elemen-elemen yang masuk kedalam frame kamera adalah elemen-elemen yang benar-bener diperlukan. Cobalah zoom lebih dekat atau cari sudut pandang lain jikalau hal itu terjadi 2. Rule of Third Panduan komposisi rule of third mungkin yang paling populer dan paling sering diterapkan. Pada prinsipnya panduan ini adalah menempatkan object utama tidak pada tengah frame tetapi pada salah satu dari 1/3 bagian sisi pojok foto, lihat grafik berikut.

Menempatkan object utama di tengah frame akan menghasilkan foto yang kurang dinamis dan terkesan snapshot. Menempatkan object utama pada prinsip rule of third akan memberikan efek yang lebih dinamis. Dan berdasarkan penelitian, mata kita memang lebih terasa nyaman pada posisi tersebut. 3. Golden Mean / Golden Section Golden mean juga dikenal dengan golden section adalah sebuah panduan komposisi yang didasarkan pada perhitungan matematika yang unik.

Panduan komposisi ini pertama kali didokumentasikan oleh seniman yunani kuno dan sampai saat ini masih digunakan meskipun popularitasnya agak tertutupi oleh panduan komposisi rule of third. Prinsipnya panduan kompoisi ini hamper sama dengan rule of third namun titik interesnya lebih sempit sekitar 5% kearah tengah. Pada teorinya golden mean ini bisa digunakan pada semua scene foto, tapi pada prakteknya lebih mudah diaplikasikan pada foto portrait formal/klasik. Pada scene lain lebih mudah menggunakan komposisi rule of third. 4. Kurva Komposisi Obyek membentuk baris kurva baik S,V atau garis garis lengkung sejajar

5. Diagonal Obyek menyerupai bentuk diagonal

BAB VI WHITE BALANCE

Sebuah benda berwarna putih akan tetap tampak putih di mata kita walau disinari cahaya kekuningan. Itu terjadi karena mata kita melakukan adaptasi, juga nalar kita membantu memberi tahu bahwa benda yang kita lihat berwarna putih. Namun, kalau benda berwarna putih itu disinari cahaya kekuningan lalu difoto, benda itu akan tampak berwarna kekuningan pada fotonya. Tidak putih lagi. Hal itu terjadi karena kamera tidaklah berpikir. Dia hanya merekam apa adanya. Kalau putih akan dia rekam putih, dan kalau merah akan dia rekam merah. Kamera tidaklah peduli dari mana warna itu datang: apakah warna asli ataukah warna akibat cahaya yang datang. Atas dasar inilah, dalam dunia fotografi digital dikenal adanya penyesuaian pada warna putih ini, yang dikenal dengan istilah white balance atau biasa disingkat WB. Penyesuaian ini dilakukan agar benda berwarna putih akan terekam putih dengan cahaya berwarna apa pun. Keaslian warna sangat penting pada foto-foto yang membutuhkan akurasi warna seperti foto kain, lukisan, dan benda komersial lain. Mengapa putih Alasan mengapa warna putih yang dipilih sebagai dasar koreksi adalah karena hanya warna ini yang absolut pada perubahan. Diberi cahaya kuning dia akan jadi kuning dan seterusnya. Sedangkan warna lain, kalau diberi warna kuning, akan berubah jadi warna baru yang sangat tidak terukur. Masalah terukur ini jadi penting karena kita perlu tolok ukur asli untuk mengoreksi agar warna bisa kembali ke aslinya. Hanya warna putih yang akurat. Tak ada putih muda, putih tua, putih kekuningan, atau putih kehijauan. Putih ya putih, titik.

White balance adalah aspek penting dalam dunia fotografi dan berpengaruh pada hasil akhir foto. Alasan kenapa kita perlu memahami white balance adalah karena kita ingin warna foto kita seakurat mungkin. Jadi, white balance berpengaruh terhadap warna foto. Agar lebih jelas silahkan lihat contoh foto dibawah ini:

Ketiga foto diatas adalah foto yang identik, bahkan ketiganya berasal hanya dari satu foto. Saya hanya mengubah setting white balance-nya dan hasilnya: ketiganya sangat berbeda warnanya. Foto A tampak sangat kebiruan, foto B terlihat cukup normal dan foto C terlihat kekuning-kuningan. Perhatikan warna cahaya lampu neon dan lampu bohlam, beda bukan? itu karena masing-masing neon dan bohlam memiliki ”temperatur warna“ yang berbeda. Cahaya yang kekuningan (bohlam) disebut hangat sementara cahaya yang kebiruan (neon) disebut dingin. Alasan kenapa kamera memerlukan setting white balance adalah karena kita memotret dalam kondisi pencahayaan yang berubah-rubah. Mata telanjang kita adalah alat yang super canggih dan mampu beradaptasi (menyeimbangkan) terhadap perubahan warna cahaya, jadi kertas putih dimanapun akan tampak putih bagi kita. Namun kamera tidaklah secanggih mata, karena itu kertas putih belum tentu terlihat putih bagi kamera dalam warna pencahayaan yang berbeda. Jadi tujuan setting white balance adalah memerintahkan kamera agar mengenali temperatur sumber cahaya yang ada. Supaya yang putih terlihat putih, merah terlihat merah dan hijau terlihat hijau, atau dengan kata lain agar kamera merekam warna obyek secara akurat dalam kondisi pencahaayan apapun. Bagaimana Cara Setting White Balance?

Setiap kamera memiliki cara setting yang berbeda, oleh karena itu anda harus merujuk pada buku manual jika memang sejauh ini belum menemukan caranya. Anda bisa mencari buku manual kamera disini. Kalau anda masih bingung, gunakan mode auto white balance. Kamera mungkin tidak selalu benar namun paling tidak lebih banyak benar. Preset Anda juga bisa menggunakan preset jika memang tersedia di kamera anda: 

Auto – kamera akan menebak temperatur warna berdasar program yang ditanam



dari sononya oleh pembuat kamera. Anda bisa menggunakannya pada kebanyakan situasi, namun tidak disetiap situasi (misal: memotret saat sunset/sunrise) Tungsten – disimbolkan dengan ikon bohlam. Karena itu cocok digunakan saat



anda memotret di ruangan dengan sumber cahaya bohlam. Fluorescent – disimbolkan dengan ikon lampu neon, gunakan saat memotret di



ruangan dengan pencahayaan lampu neon. Daylight – biasanya dengan simbol matahari, gunakan saat berada di bawah sinar



matahari Cloudy – disimbolkan dengan awan, gunakan saat memotret di cuaca mendung



Flash – simbolnya kilat, jika anda menggunakan lampu flash (strobe) gunakan



preset ini. Shade – biasanya simbolnya rumah atau pohon, gunakan saat memotret dalam rumah (siang hari) atau anda berada di daerah bayangan – bukan sinar matahri langsung.

Cara Setting White Balance Secara Manual Beberapa kamera, terutama SLR dan prosumer, menyediakan fasilitas setting white balance manual. Setting manual adalah cara paling akurat jika kita bingung dengan temperatur warna sumber cahaya kita. Ini biasanya terjadi dalam pemotretan dengan sumber pencahayaan yang lebih kompleks (lebih dari satu jenis temperatur warna). Kita bisa memanfaatkan kertas putih untuk tujuan ini. Set white balace mode di custom atau manual, kemudian arahkan kamera supaya membidik kertas ini kemudian jepret. Kamera akan mendeteksi warna putih dan menyimpan temperaturnya, akan muncul konfirmasi di layar LCD kamera kalau setting sudah OK.

BAB VII

Depth of Field (DOF) Setelah kita bahas exposure dan metering maka saat ini kita akan bahas tentang depth of field (DOF). Bahasan ini mempunyai kaitan dengan aperture dan exposure, karena bukaan diafragma akan mempengaruhi DOF sekaligus mempengaruhi exposure secara keseluruhan. Tidak semua Obyek di depan kamera kita terlihat jelas apabila kita foto. Hal ini tergantung benda tersebut ada di daerah focus apa tidak, sehingga kita perlu memutar ring focus baik secara manual atau auto untuk menjadikan obyek tersebut terlihat jelas atau tajam. Daerah tajam atau daerah focus inilah yang disebut Depth Of Field (Dof). Dof ada yang tipis dan ada yang tebal hal ini dipengaruhi oleh 3 hal : 1. Besar kecilnya Diafragma Semakin besar bukaan diafragma (angka aperture kecil) maka semakin tipis DOFnya. Sebaliknya semakin kecil bukaan diafragma (angka aperture besar) maka semakin Luas DOFnya. 2. Jarak Obyek dengan Kamera Semakin dekat jarak Obyek maka semakin Tipis DOF, semakin jauh jarak Obyek maka semakin Luas DOF nya 3. Panjang Focal Length (Panjang Lensa) Semakin panjang focal length yang digunakan semakin dangkal DOF, Semakin pendek Focal length yang digunkaan semakin dalam DOF. Untuk hal ketiga (focal length), memang masih menjadi perdebatan karena menurut beberapa pendapat, DOF yang dihasilkan hanyalah merupakan persepsi saja karena semakin panjang Focal length maka gambar yang tampak akan semakin besar dan ini mengakibatkan DOF terlihat semakin nyata. Sedangkan pada focal length pendek, DOF tidak begitu terlihat, tetapi jika dilakukan cropping maka DOFnya sebenarnya sama saja. Terlepas dari pendapat tersebut, Focal length yang panjang memang memberikan persepsi DOF yang lebih dangkal. Secara garis besar, rumusnya adalah sebagai berikut:

DOF semakin Tipis, maka background semakin blur. DOF semakin Tebal (Luas), maka background semakin jelas.

Bidang putih dalam gambar memperlihatkan rentang ketajaman dari sebuah gambar, sedangkan warna abu-abu adalah bagian gambar yang tidak focus (blur). Semakin bear bukaan diafragma, semakin sempit rentang ketajaman gambarnya.

BAB VIII FOTOGRAFI MAKRO Fotografi adalah dua kata yang berarti Photos dan Graphos, dimana arti secara harfiahnya adalah “Melukis dengan Cahaya”. Didalam kategori dunia fotografi kita akan menemui salah satunya adalah fotografi makro yang mana pada saat ini sedang mengalami perkembangan yang sangat signifikan dan sangat menarik untuk di pelajari serta di dalami. Essensi dari fotografi Makro adalah meminimalkan daerah fokus (DOF) , hal ini dimaksudkan agar dengan membuat daerah fokus setipis mungkin, obyek yang kita kehendaki menjadi lebih detail tanpa terganggu pemandangan lain yang tidak kita perlukan. Secara garis besarnya fotografi makro diperlukan di beberapa bidang antara lain:  Kedokteran : untuk bahan penelitian contohnya foto serangga, larva,bakteri dll 

Biologi : Untuk bahan identifikasi species (satwa/tumbuh-tumbuhan).



Teknik : Untuk kebutuhan Engineering, metallurgy, manufacture.



Periklanan :Untuk tujuan promosi/marketing suatu benda/hewan/tumbuh-



tumbuhan. Seni : Untuk keindahan, bahwa di dunia ini ada makhluk lain cipta’an Tuhan yang tidak bisa kita melihat keindahannya dengan mata biasa.

Detail suatu benda/object, komposisi dan bentuk suatu benda yang kecil, pastilah kita akan selalu luput memperhatikannya, maka dengan makro fotografi kita akan bisa melihat dengan jelas secara detail, baik warna maupun bentuknya. Jadi melalui fotografi makro kita dapat melihat dengan jelas detail mata/facet sebuah lalat (yang mungkin kita akan jijik ketika melihat lalatnya) akan menjadi indah bentuk dan warnanya, proses penyerbukan putik pada bunga oleh lebah, kupu2 yang sedang menghisap madu, lekuk detail ukiran sebuah koin, bahkan membekukan sebuah lebah yang sedang terbang. Seiring dengan bertambah majunya era digitalisasi saat ini, mempelajari fotografi makro adalah hal yang tidak sulit, tidak seperti di era fotografi saat masih menggunakan kamera analog plus negative film. Oleh sebab itu pada saat era digital saa ini, fotografi makro dapat dilakukan oleh siapa saja, tua maupun muda, lelaki atau perempuan, bahkan untuk fotogafer pemula dan kamera yang bukan pro, asal saja dilakukan dengan sungguh-sungguh.

Fotografi makro adalah salah satu kategori fotografi yang membuat pembesaran terhadap suatu object. Atau bisa dengan kata lain dunia fotografi yang diperkecil kedalam dunia Micro. Pembesaran tersebut bisa dilakukan dengan medekatkan obect dengan kamera, atau pun dari jarak terentu dengan menggunakan lensa tele. dan harus tetap mengusung konsep “Foto yang berbicara” dengan melibatkan unsur komposisi, POI dan Keseimbangan. Benda-benda yang dapat di makro adalah:  Benda mati/diam Seperti: sendok/garpu,perhiasan, uang koin, perangko,bunga,miniature mobil2an, souvenir dll.



Makhluk Hidup Seperti : serangga, kupu-kupu, bunga tanaman, laba2, dll

Semua kamera DSLR kini sudah memiliki fasilitas untuk fotografi makro dengan menggunakan lensa yang berbeda-beda , dan biasanya jarak antara focus lensa ke objectnya akan berbeda tergantung jenis lensa yang kita gunakan. Untuk lensa khusus makro biasanya jarak object ke lensa bisa sampai 20 cm, tapi apabila kita menggunakan lensa tele maka jarak terdekat yang bisa kita dapatkan titik focus biasanya lebih dari 1 meter dari object. Sekarang telah banyak tersedia alat tambahan berupa filter close up,filter Lup/Raynox dan reverse lens (sebuah lensa yang dimodifikasi) yang di tempelkan didepan lensa, maka jarak antara object dan lensa akan semakin dekat untuk mendapatkan pembesaran lebih dari 1:1. Dan ada juga tele converter dan extension tube yang dipasang diantara lensa dan odi kamera. Pembagian fotografi makro menggunakan kamera DSLR Umum: 1a. Menggunakan lensa khusus makro atau lensa zoom yang bertanda “bunga tulip”(bisa untuk foto makro ) 2b. Menggunakan lensa tele atau lensa normal plus tele converter.. Untuk lebih jelasnya maka lensa-lensa dibawah ini adalah yang biasa dipergunakan untuk fotografi makro:  Lensa Makro Normal : 50mm 

Lensa Makro Mid tele : 90-105mm



Lensa Makro Tele : 150-180mm

Ekstrem:  Memasang lensa tambahan lagi dengan posisi terbalik didepan lensa dengan 

tambahan sebuah adapter khusus. Menggunakan filter tambahan seperti filter close-up didepan lensa.



Memakai filter yang seperti sifatnya sebuah kaca pembesar/Lup , Raynox,



Atau bahkan ada juga yang menambahkan sebuah kaca pembesar yang di lekatkan didepan lensa.

Beberapa hal yang harus diperhatikan selama pemotretan makro adalah: 11. Lighting (Pencahayaan) 2Lighting sangat diperlukan untuk menambah efek dramatis pada hasil foto yang kita inginkan. Jika nkita hanya mengandalkan lighting seadanya dari cahaya matahari (natural ligting) maka hasil foto kita menjadi flat dan tidak menarik

3 12. Depth Of Field (DoF) DOF (kedalaman fokus) dalam fotografi makro, ruang ketajaman suatu foto akan indah bisa dilihat jikalau sesuai dengan object yang akan kita abadikan. Karena semakin dekat jarak antara titik focus kamera dengan object maka akan semakin tipis/sempit DoFnya, ini dapat kita control dengan mengatur bukaan diafraga dari lensa nya. Tentunya kita tak akan menghasilkan foto kupu2 yang hanya tajam dibagian mata saja sementara keindahan dari warna sayapnya menjadi blur. Jadi jikalau kita ingin mendapatkan DoF yang lebih lebar, tetapi jarak antara lensa dengan objectnya ingin lebih dekat, maka bukaan difragma haruslah di set semakin kecil nilainya (biasanya antara f/5.6 bisa sampai f/16). Jadi kesimpulannya, DoF yang dihasilkan adalah kombinasi dari ke 3 variabel tsb. Pada fotografi makro, DoF yang akan dihasilkan relatif sangatlah tipis (kebalikan dari pemotretan landscape). 13. Fokus Focusing pada fotografi makro tidaklah sulit apabila kita lakukan pada benda mati/diam. Tapi akan sangatlah sulit jikalau kita melakukannya pada benda yang bergerak seperti serangga yang selalu beterbangan. Walaupun kini semua lensa sudah dilengkapi dengan fitur auto focus, tapi tidaklah semuanya memiliki kecepatan seperti yang kita harapkan dalam mengikuti object yang bergerak tersebut, jadi manual focusing sangatlah dibutuhkan dalam hal ini. Setelah cukup terbiasa mendapatkan fokus yang baik, barulah mencoba mengatur komposisi yang bagus. 14. Komposisi Membuat komposisi agar sesuai dengan kaidah “Rule Of Third” sangatlah sulit, karena object yang akan kita foto selalu bergerak dan sangatlah kecil, kadangkala seluruh object tersebut mengisi frame kamera sepenuhnya. Hanya dengan sering berlatih dan berlatihlah maka akan didapat komposisi yang bagus dan kreatifitas seorang fotografer sangatlah berperan sekali dalam menentukan komposisi antara foreground, background yang mendukung object (POI-Point of Interest) dengan DOF yang pas.

15. Lokasi Didalam ruangan biasanya menggunakan lampu tambahan seperti flash, ringflash, atau bahkan lampu studio. Diluar ruangan kita selalu memanfaatkan cahaya matahari sebagai available lightingnya. Biasanya saat yang tepat untuk memotret makro adalah di pagi hari sampai jam 9 pagi, atau di sore hari jam 3-5 sore. 16. Tripod atau handheld Disaat penggunaan flash tidak memungkinkan (karena serangga yang akan kita foto akan lari menjauh) maka untuk mendapatkan eksposure yang baik antara bukaan diafragma yang kecil (agar DOFnya lebih lebar) dan shutter speed sementara shutter speed yang kita dapat sangat rendah rendah, maka penggunaan tripod/monopod sangatlah di butuhkan agar hasil fotonya tidak menjadi blur. Untuk jelasnya apabila shutter speed kita dibawah/lebih rendah/kecil dari 1/FL(Focal length) lensa yang dipergunakan maka sebaiknya pergunakanlah tripod/monopod. Contohnya kita memakai lensa yang 100mm, maka apabila shutter speed yang didapat di kamera 1/60 sebaiknya memakai tripod/monopod agar /object moment yang akan kita abadikan tidak menjadi blur. Penggunaan tripod sangat membantu dalam pengambilan foto makro terutama disaat cuaca/matahari tidak sedang terik. Monopod lebih flexible terutama dalam pengambilan foto makro serangga. 1 27. Mood dan kesabaran Memotet adalah seperti halnya kita melukis sebuah kanvas putih, yang akan di lukis dengan menggunakan cahaya. Mood seorang fotografer akan tertuang dikanvas elektronik tersebut saat mengabadikannya. Makro fotografi sangatlah menuntut kesabaran yang sangat tinggi dalam memotret sebuah bunga mawar apalagi seekor kupu2/lebah yang sedang sibuk menghisap madu di bunga. Ingatlah, focus, eksposure dan komposisi dari object yang akan kita lukis di kamera apakah sudah seperti yang akan kita abadikan sesuai dengan mood nya.

18. Moment dan keberuntungan Moment tidaklah sesulit seperti yang kita bayangkan, kita bisa mempelajari waktu, kebiasaan dan tempat dari setiap serangga keluar (pada umumnya pagi). Atau saat yang tepat/terbaik kapan sebuah bunga mawar akan mekar. Kadang kala factor keberuntungan lah yang mempertemukan fotografer dengan objectnya. Tapi janganlah lupa, jikalau kita tidak mendapatkan object baik dan menarik lantas tidak mau berusaha mengulanginya esok harinya. Karena kunci dari fotografi makro adalah teerus berlatih dan terus berusaha semaksimal mungkin. Beberapa tips & trik makro fotografi serangga dan bunga: 11. Pelajari /baca wajah daripada object: Pada saat memotret makro serangga, buatlah foto saat dia sedang berpose, tunggulah momen saat mata serangga tsb terpaku ke lensa. 2. Bereksperimenlah dengan berbagai arah dan anglenya. Bila memotret bunga, perhatikan dan carilah sisi terbaik dari penampilan bunga tsb. Apakah harus mengambil angle secara keseluruhan, atau hanya diperlukan bagian kecil seperti putik atau benang sarinya. 13. Background yang bersih Usahakan semaksimalnya BG/background itu bersih/simple yang mendukung POInya. Kalaupun ingin mendapatkan BG hitam (warna lain) bisa disiasati dengan menggunakan kain berwarna sebagai BGnya. 14. Hindari Angin Memotret makro pada saat angin bertiup adalah hal yang sia2, karena kita akan mendapatkan hasil yang blur, bisa juga disiasati dengan mengatur shutter speed yang cepat, tapi sebisa mungkin hindarilah memotret makro disaat angin sedang bertiup sehingga akan membuat goyangan pada objectnya. 15. Sabar Menunggu Momen Yang Tepat Pada saat berburu/hunting makro khususnya serangga, usahakan berdiam diri sehingga segala tidak menarik perhatian serangga tsb. Apabila kita akan mendekati object, usahakan agar gerakan kita tidak membuat serangga tsb melarikan diri meninggalkan kita. Dan apabila memotret serangga yang menempel pada bunga, cari posisi yang tepat pada saat dia sedang menghisap madu atau pada saat dia keluar dari bunga adalah moment yang sangat bagus untuk diabadikan. 16. Tahan Napas Saat Menekan Shutter Kamera

Membuat posisi spt segitiga antara lengan dan siku yang ditempel kedada kita akan memperkokoh pegangan kamera, ditambah dengan menahan napas sesaat pada waktu menekan shutter kamera akan mengurangi kemungkinan kamera shake dan bisa menghindari hasil foto yang blur/shake. 17. Tambahan Cahaya Walaupun cahaya tambahan seperti flash adalah tidak dianjurkan, tapi jika dengan menggunakan diffuser atau peredam cahaya pada flash akan membuat halus hasil fotonya dan tidak akan terlau keras kontras yang dihasilkan pada objectnya. Hindari direct flash ,atau tambahkan difusser pada flash, atau gunakan tekhnik bouncing untuk mendapatkan dimensi dari object .

BAB IX FOTOGRAFI LANDSCAPE Fotografi Landscape (LS) merupakan cabang fotografi yang mengeksplore keindahan alam. Fotografi ini sangat digemari oleh mereka yang suka traveling. Fotografi ini juga banyak digunakan untuk keperluan Pariwisata, Perumahan dan Percetakan. Komposisi sangat diperlukan dalam fotografi ini diantaranya yang sering dipergunakan adalah Rule of third dan komposisi kurva. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam Fotografi Landscape antara lain: 1. Maksimalkan Depth of Field (DoF) Memaksimalkan Dof merupakan esensi landscape fotografi. Hal ini kebalikan dari fotografi Makro yang menggunakan dof sesempit mungkin. Landscape berusaha untuk memsukan semua unsur atau semua elemen dalam keadaan fokus. Walaupun tidak mutlak, inilah konsep dasar dari fotografi landscape. Untuk itu gunakan aperture sekecil mungkin. Dan jika perlu, terapkan konsep hyporfocal distance. jika kita mengecilkan aperture, otomatis shutter speed akan berkurang sehingga tripod dibutuhkan untuk mengurangi shake karena slow speed. 2. Perhatikan Horizon Jika kita berhadapan dengan suatu pemandangan, hampir dapat dipastikan kita akan melihat garis horizontal yang membentang dan membelah gambar menjadi dua bagian. Ini disebut garis horizon. alam Fotografi Landscape, jika salah satu bagian lebih menarik. Berilah porsi 2/3 dari frame. Dan yang kurang menarik beri sisanya yaitu 1/3. Memang tidak mutlak, tetapi bila POI berada pada bagian yang 2/3 maka kesannya akan lebih kuat. 3. Pertimbangkan langit Langit adalah elemen yang penting dalam landscape.

cukup

Jika dalam pemotretan langit kurang bagus, usahkan jangan menempatkan pada 2/3 frame. Ini akan menimbulkan

kesan yang flat dan membosankan. Tetapi jika keaadan langit dan awan dalam formasi yang 'wow', jangan ragu untuk penuhi frame dengan langit. Gunakan filter untuk meningkatkan kontras dan saturasi langit seperti Gradual neutral density dan Polarizer. 4. Cari Focal Point Focal point adalah titik dimana mata kita berhenti pada saat memandang sebuah foto. Tanpa focal point, mata kita tidak akan fokus dalam melihat foto. Seperti jenis fotografi lainnya, fotografi landscape juga membutuhkan focal point. Focal point dapat berupa batu, rumput, ranting, bunga. Apapun yang sepertinya menyatu dengan alam dapat dijadikan focal point , percaya deh. Jangan lupakan pengaplikasian rule of third dalam penempatan focal point. 5. Jangan lupakan foreground. Foreground bisa menjadikan foto kita lebih berdimensi. Ada sense of depth dari foto kita jika kita meletakan foreground dengan benar. Seringkali foreground menjadi POI dari foto landscape kita.

6. Gunakan Tripod Mungkin sejak zaman digital orang sering melupakan tripod. Buat apa tripod, kalau ISO tinggi sudah bagus hasilnya. Lensa sudah ada yang dengan stabilizer. Ups, jangan salah sangka dulu, tripod hukumnya wajib bagi landscaper. Untuk Exposure diatas satu detik (pasti sering lho), tripod is highly recomended. Walaupun bakalan berat bawa2 tripod

7. Tangkap gerakan alam

dreamland – Mungkin sebagian orang berfikir foto landscape adalah foto yang tenang, damai, kalem dll. Tapi kita bisa menambahkan sedikit "drama" pada foto landscape kita. Dapat berupa ombak di laut, pohon yang tertiup angin, awan yang berjalan, dsb. Dalam menangkap gerakan seperti ini, dibutuhkan beberapa peralatan pendukung seperti filter ND (neutral density) dan tripod. Jika kita berhasil menangkapnya, foto landscape kita akan terasa "otherworld" dengan mood yang sangat kuat. 8. Bekerja sama dengan cuaca Cuaca tidak dapat kita prediksi. Kita cuma bisa menunggu waktu yang tepat untuk memotret. Kebanyakan pemula berfikir foto landscape yang bagus adalah pada saat hari yang cerah. Ini tidak sepenuhnya salah, disini sudah dijelaskan jenis - jenis fotografi landscape. Foto yang diambil saat hari cerah sudah biasa dan biasa dijadikan foto kalender. Jika kita ingin foto landscape yang sedikit berbeda, memotretlah pada saat cuaca yang tidak biasa. Misalnya saat terjadi badai, mendung, sehabis hujan, langit gelap dengan sedikit sinar matahari, dan kondisi "extrem" lainnya. Foto anda akan lebih berkarakter, karena kejadian yang anda foto barusan tidak akan terulang lagi. 9. Golden hour Cahaya dari samping akan menunjukan sebuah dimensi dan tekstur yang kuat untuk sebuah objek. Dalam fotografi landscape, cahaya dari samping muncul saat pagi hari dan sore hari. Pada waktu ini, warna - warni terlihat sangat bagus dan landscape terlihat sangat hidup. Dinamakan golden hour karena warna warni pada waktu ini adalah merahkuning-seperti-emas. So, memotretlah pada waktu ini ya.

10. Garis dan bentuk Bermainlah dengan komposisi. Garis dapat menjadi focal point yang sangat kuat karena membantu mata kita menelusuri foto landscape kita. Garis dapat memberikan kedalaman ruang yang luar biasa, perspective yang berbeda. Temukan garis dalam foto anda dan jadikan itu kekuatan yang hebat!

Tips-tips untuk Fotografi Lansdcape 1. Ganti perspective Eksplorasi. Jangan hanya terpaku pada satu titik. Temukan view yang berbeda dengan view sejajar dengan tanah, atau naik ke atas pohon. Biarkan imajinasi anda mengalir dan mencari view yang sesuai dengan previsualisasi anda. 2. Focal length Masalah teknis yang juga penting adalah masalah pemilihan focal length. Untuk pemotretan landscape disarankan memakai lensa yang lebar. Tapi tidak mutlak, ingat bahwa dalam foto landscape yang benar adalah kita tidak berusaha memasukan semua elemen yang ada, tetapi memilih beberapa elemen untuk mewakili semuanya. Lho, kalau begitu untuk apa donk lensa lebar segala ? Lensa lebar bukan digunakan untuk mengambil selebar – lebarnya, lensa lebar justru untuk menimbulkan perspektif antara objek yang dekat dengan objek yang jauh. Akan di bahas di komposisi dalam fotografi landscape.

Mungkin sudah pada tahu tips - tips di bawah ini, saya sengaja menuliskan apa yang ada dalam pikiran saya kalau sedang memotret landscape, biar saya juga tidak lupa. Tidak terlalu sulit, hanya dibutuhkan sedikit keberanian serta kesabaran. Here we goes! 3. Keluarlah lebih sering Kalau kamu sedang membaca blog saya ini, kemungkinan besar kamu telah kehilangan momen di luar sana.Tetapi jangan khawatir, kita tidak akan pernah kehabisan momen. Karena inti dari fotografi landscape adalah berada pada tempat yang tepat dan waktu yang tepat.

Danau batur, kintamani Lebih sering ke tempat yang kamu sukai maka kemungkinan mendapatkan foto yang bagus menjadi semakin besar. Alam punya jadwalnya sendiri, dan kita tidak akan pernah mengetahui. Tetapi jangan lupakan planning kita sendiri. Ada sedikit quote dari film Queen’s Classroom : “As you gaze at ordinary scenery, there will be many sudden surprises as time flows. Open your eyes and gaze at these important things. Clean your ears and listen. Feel it with your entire body. That’s what it means to be alive.”

4. Serius Jadilah sedikit serius jika berhadapan dengan objek anda. Gunakan kamera dengan serius. Kamera apapun, jika anda sudah men-set mind anda bahwa anda dapat menghasilkan foto yang bagus, maka anda akan mendapatkan foto yang bagus. Ingat, segala sesuatu adalah tergantung niat. Ketika berhadapan dengan scene, gunakanlah previsualisasi. Seperti apa ya jadinya kalau di foto nanti ? Komposisi apa yang paling cocok ? Bagaimana exposurenya ? Bagaimanan kalau dieksplorasi dari sudut lain?

Intinya sih, mikir dulu lah sebelum motret. Karena foto yang baik adalah foto yang baik. Pemirsa foto tidak peduli apakah fotonya jelek atau hampir bagus. Yang ada adalah foto bagus dan foto jelek 5. Research objek anda Karena baru kemaren dinasehatin sama yang katanya : Tanamkan jiwa riset kalian dalam kehidupan sehari – hari ! Maka cobalah riset dahulu objek anda, pertanyaan di bawah ini mungkin dapat sedikit membantu : 

Apakah musimnya tepat ?



Apakah waktunya tepat (pagi/siang/sore/malam) ?



Apakah matahari/bulan muncul pada posisi yang sama, atau berpindah-pindah?



Apakah tempatnya aman?



Alat apa saja yang dibutuhkan ?



Bagaimana ketersedian makanan ?



Berapa sih suhunya ?



Apakah kita siap mental ?



Dan masih banyak pertanyaan yang muncul dan tidak ada hubungannya dengan fotografi sama sekali..

6. Kamera hanyalah sebuah alat Kamera yang bagus dapat memberikan detail, ketajaman, dan warna yang luar biasa. Tetapi tidak bisa memberikan anda komposisi yang baik, gambar yang artistik, ataupun merubah cahaya alam. Gear yang baik adalah gear yang tidak membuat kita merasa kekurangan karena gear tersebut. Karena dengan demikian kita akan lebih terkonsentrasi membuat creative image, dan tidak memikirkan yang lain-lain.

Ada analogi yang cukup bagus untuk ini. Alat makan yang bagus dan mewah tidak akan merubah rasa makanan, sama halnya dalam fotografi.

7. Jangan memaksakan kehendak Foto yang bagus adalah foto yang ada jiwa di dalamnya. Kalau kita tidak bisa menikmati alam dan mensyukuri apa yang diberikannya, niscaya tidak akan ada mood dan jiwa yang tertangkap dalam foto kita. Biarkanlah alam yang berbicara tentang kecantikannya, kita tinggal menikmati dan memotretnya. Jika kita berada ke suatu tempat yang luar biasa indah, tapi tidak sempat memotretnya. Bersyukurlah kita masih bisa melihatnya. Jangan ada rasa menyesal sedikitpun. Jadi ingatlah kalau hunting landscape, sebaiknya tujuan kita untuk menikmati alam, bukan untuk jepret ajah, menengelamkan diri anda kedalam keindahan alam tersebut, otomatis anda akan mendapatkan keindahan alam yang akan anda foto.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF