Modul Ekonomi Islam Jilid 1 (Edisi Revisi)

July 5, 2020 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Modul Ekonomi Islam Jilid 1 (Edisi Revisi)...

Description

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FEB UNDIP

MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

1

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FEB UNDIP

Modul Ekonomi Islam Silver 1 (Edisi Revisi) Penyusun : Ismail Saleh

( Manajemen 2008 )

Rizky Syahfandy

( Akuntansi 2008 )

Faqiatul Mariya Waharini

( Akuntansi 2008 )

Dosen Pembimbing : Siti Mutmainah

(Dosen FEB UNDIP)

Adityawarman

(Dosen FEB UNDIP)

Arif Pujiyono

(Dosen FEB UNDIP)

Cover : Indra Wahyu Pradana

( Akuntansi 2008 )

Penerbit : KSEI Mizan FEB UNDIP Sekretariat : Jln. Tlogo Sari no. 26 Kel. Bulusan Kec. Tembalang Selatan Blog ksei:www.kseiundip.blogspot.com, Blog kseirs: www.kseirsundip.wordpress.com FB: KSEIUNDIP, Twitter: @ksei, E-mail:kseimizan.feundip@gmailcom

Hak Cipta : Allah SWT

MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

2

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FEB UNDIP

Kata Pengantar Presiden KSEI Mizan FEB UNDIP Pertama-tama dan yang paling utama tak henti-hentinya marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia kenikmatan dan kebagaiaan kepada kita semua, terutama nikmat iman dan islam. Dengan kehendak-Nya, saat ini kita semua dapat menikmati sajian bacaan referensi ekonomi islam dalam bentuk buku ―Modul Ekonomi Islam Silver 1 (Edisi Revisi)‖. Kemudian tidak lupa, shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada tauladan umat manusia, pembawa cahaya ilahi, Nabi Besar Muhammad Saw, beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya sampai akhir jaman. Pada saat ini sudah mulai banyak buku-buku ekonomi islam yang diterbitkan. KSEI sebagai organisasi mahasiswa yang berfokus dalam pengkajian dan penelitian ekonomi islam merasa berkewajiban juga untuk berkontribusi secara riil dalam perkembangan ekonomi islam di Indonesia. Salah satu caranya adalah dengan membuat modul pembelajaran ekonomi islam. Modul ini merupakan edisi revisi pertama dari modul ekonomi islam terbitan tahun 2006. Modul ini sebenarnya lebih dikhususkan untuk buku pegangan teman-teman di KSEI Mizan FEB Undip dalam Halaqah Ekonomi Islam Silver 1. Namun tidak menutup kemungkinan juga untuk digunakan oleh kalangan diluar KSEI Mizan FEB Undip. Dalam modul edisi revisi ini ada beberapa penambahan dan penghilangan bab. Bab yang ditambahnkan adalah Aqidah, syariah, dan akhlak dalam ekonomi islam, Akad dan Transaksi Dalam Ekonomi Islam, serta Identifikasi Transaksi Terlarang. Sedangkan bab yang dihilangkan adalah akuntasnis syariah yang menurut hemat kami lebih tepat dimasukkan pada materi modul ekonomi islam jilid 2 dan bab-bab yang menerangkan tentang berbagai macam akad kami ringkas menjadi satu dalam bab Akad dan Transaksi. Selain penambahan dan pengurangan bab, ada juga rangkuman, dan rubrik Do You Know ? yang kami adakan untuk semakin memudahkan dalam memahami teori serta praktek dari tiap bab. Mudah-mudahan dengan membaca buku ini, teman-teman KSEI Mizan FEB Undip dapat semakin mudah dalam memahami ekonomi islam, dapat membantu dalam menyampaikan ekonomi islam ke masyarakat umum, dan yang paling penting dapat membantu dalam menerapkan kegiatan ekonomi islam di kehidupan sehari-hari. Akhir kata, saya selaku Presiden KSEI Mizan FEB Undip periode 2010-2011 mengucapkan terima kasih kepada team revisi modul dan para dosen FEB UNDIP yang telah membantu dalam proses pembuatan modul ini. Selamat Membaca dan semoga bermanfaat. Wassalamualaikum wr. Wb. Semarang, Agustus 2011 Presiden KSEI Mizan FEB Undip

Ismail Saleh

MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

3

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FEB UNDIP

Daftar Isi Hal 3 Kata Pengantar Presiden KSEI MIzan FEB Undip Hal 5 - 12 Aqidah, Syariah, dan Akhlak Dalam Ekonomi Islam Hal 13 - 27 Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Hal 28 - 33 Rancang Bangun Ekonomi Islam Hal 34 - 47 Kritik Islam Terhadap Sistem Ekonomi Kapitalis Hal 48 - 56 Harta dan Kepemilikan Dalam Islam Hal 57 - 63 Uang Dalam Ekonomi Islam Hal 64 - 80 Riba dan Bunga Hal 81 - 93 Akad dan Transaksi Dalam Ekonomi Islam Hal 94 - 99 Identifikasi Transaksi Terlarang Hal 100 Daftar Pustaka

MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

4

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FEB UNDIP

BAB 1 AQIDAH, SYARIAH, DAN AKHLAK DALAM EKONOMI ISLAM 1. Pendahuluan Saat membahas masalah ekonomi islam, ada dua domain yang harus dikaji secara mendalam. Domain pertama adalah yang berkaitan dengan Islam dan kedua adalah domain yang menjabarkan tentang ekonomi. Pada bab pertama ini, akan dibahas terlebih dahulu mengenai islam itu sendiri karena islam merupakan sumber dari ekonomi islam sehingga pembelajaran ekonomi Islam tidak dapat dilakukan secara parsial. Islam secara umum dibagi menjadi 3 unsur pokok yaitu aqidah, syariah, dan akhlak (ikhsan). Dasarnya adalah hadits berikut ini : Pada suatu hari kami (Umar Ra dan para sahabat Ra) duduk-duduk bersama Rasulullah Saw. Lalu muncul di hadapan kami seorang yang berpakaian putih. Rambutnya hitam sekali dan tidak tampak tanda-tanda bekas perjalanan. Tidak seorangpun dari kami yang mengenalnya. Dia langsung duduk menghadap Rasulullah Saw. Kedua kakinya menghempit kedua kaki Rasulullah, dari kedua telapak tangannya diletakkan di atas paha Rasulullah Saw, seraya berkata, “Ya Muhammad, beritahu aku tentang Islam.” Lalu Rasulullah Saw menjawab, “Islam ialah bersyahadat bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan Muhammad Rasulullah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan mengerjakan haji apabila mampu.” Kemudian dia bertanya lagi, “Kini beritahu aku tentang iman.” Rasulullah Saw menjawab, “Beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasulrasul-Nya, hari akhir dan beriman kepada Qodar baik dan buruknya.” Orang itu lantas berkata, “Benar. Kini beritahu aku tentang ihsan.” Rasulullah berkata, “Beribadah kepada Allah seolah-olah anda melihat-Nya walaupun anda tidak melihat-Nya, karena sesungguhnya Allah melihat anda. Dia bertanya lagi, “Beritahu aku tentang Assa‟ah (azab kiamat).” Rasulullah menjawab, “Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya.” Kemudian dia bertanya lagi, “Beritahu aku tentang tanda-tandanya.” Rasulullah menjawab, “Seorang budak wanita melahirkan nyonya besarnya. Orang-orang tanpa sandal, setengah telanjang, melarat dan penggembala unta masing-masing berlomba membangun gedunggedung bertingkat.” Kemudian orang itu pergi menghilang dari pandangan mata. Lalu Rasulullah Saw bertanya kepada Umar, “Hai Umar, tahukah kamu siapa orang yang bertanya tadi?” Lalu aku (Umar) menjawab, “Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui.” Rasulullah Saw lantas berkata, “Itulah Jibril datang untuk mengajarkan agama kepada kalian.” (HR. Muslim). Untuk ketiga unsur tersebut dibahas lebih rinci dalam bab ini. 2. Aqidah Aqidah secara etimologi dari asal kata ‘aqada – ya‘qidu yang bermakna mengikat sesuatu. Jika seseorang mengatakan (aku ber‘itiqad begini) artinya saya mengikat hati dan dhamir terhadap hal tersebut. Dengan demikian kata aqidah secara terminologi bermakna : sesuatu yang diyakini seseorang, diimani dan dibenarkan dengan hatinya baik hak ataupun batil. Sedangkan makna aqidah ditinjau dari pengertian syariat Islam adalah beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab dan rasul-rasul-Nya beriman kepada hari akhir dan taqdir (ketentuan) Allah yang baik maupun buruk. Allah berfirman yang artinya: ”Wahai orang-orang yang beriman, berimanlah kamu kepada Allah, Rasul-Nya dan kitab yang diturunkan kepda Rasul-Nya dan kitab yang diturunkan sebelum itu, dan barangsiapa yang kufur kepada Allah, dan malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari akhir benar-benar ia telah sesat dengan kesetan yang jauh.” (QS. An-Nisa‟ 136) MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

5

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FEB UNDIP

Konsekuensi seseorang memeluk Islam adalah menjadikan aqidah Islam sebagai standar berpikir dan standar berperilaku, terikat pula seluruh perbuatannya dengan hukum syaraâ atau syariâat Islam (hukum Islam). Dia juga memahami Islam sebagai agama yang dapat memecahkan seluruh problem kehidupan sehingga mempunyai keyakinan Islam merupakan sistem kehidupan, sebagai sebuah mabda (ideologi) yang menjadi way of life. Dia memahami Allah SWT sebagai pencipta alam semesta dan segala isinya, mengetahui segala sesuatu yang menimpa manusia di dunia sehingga hanya Allah-lah yang dapat memberikan solusinya (termasuk masalah –masalah ekonomi) yakni Islam. Hanya dengan mengikuti kehendak Allah SWT, maka manusia dapat selamat hidup di dunia dan akhirat. 2.1 Tujuan Hidup di Dunia Tujuan hidup seorang muslim di dunia ini adalah beribadah kepada Allah dengan semata-mata mengharap keridhoaan-Nya. Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu.(QS. Adz Dzariyat: 56). Pengertian ibadah di sini adalah menyangkut seluruh aspek perbuatan manusia dalam rangka menjalankan perintah Allah dan menjauhi seluruh larangan-Nya. Jadi ibadah tidak terbatas hanya pada ibadah yang sifatnya individu seperti shalat, puasa, zakat, haji, tetapi juga meliputi perbuatan-perbuatan mengajak orang kembali kepada Islam, upaya menegakkan syariat Islam, jihad, menjalin hubungan sesama manusia dengan berdasarkan aturan-aturan Islam. 2.2 Masuk ke dalam Islam Secara Kaffah Orang yang mengaku Islam, harus meyakini Islam sebagai satu-satunya jalan yang memecahkan seluruh masalah kehidupan. Namun hal ini hanya bisa terjadi jika orang tersebut masuk ke dalam Islam secara kaffah (menyeluruh). Allah SWT memperingatkan kepada kita semua: Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah syaithan.Sesungguhnya syaithan itu musuh yang nyata bagi kalian.• (QS. Al Baqarah: 208). Jadi masuk ke dalam Islam secara kaffah (keseluruhan) merupakan hal mutlak yang harus dilakukan sebagai bukti keimanan kita kepada Allah SWT. Ibnu Katsir menyatakan bahwa semua orang beriman diperintahkan untuk melaksanakan seluruh cabang iman dan hukum-hukum Islam. Kita semua harus masuk ke dalam syariat Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW dan tidak boleh mengabaikan syariat walau sedikitpun. Menurut Buya Hamka, syariat Islam harus diterapkan dalam setiap individu, masyarakat dan negara dan jangan sampai kita meyakini bahwa ada satu peraturan yang lebih baik dari syariat Islam (lihat Tafsir Al Azhar Djuzu). Firman Allah: Maka demi Rabb-mu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu (Muhammad) hakim (pemutus) terhadap perkara yang mereka perselisihkan (QS. An Nisa: 65). Menurut ayat ini seseorang belum dianggap beriman jika belum menjadikan syariat Islam yang dibawa Nabi sebagai sistem hukum atau peraturan dalam kehidupan yang diterapkan bagi manusia. Allah juga menegaskan bahwa hanya Allahlah yang berhak membuat dan menetapkan hukum bukannya manusia seperti yang berlaku dalam demokrasi ataupun sistem ekonomi kapitalis. (Hak untuk) menetapkan hukum itu (hanyalah) hak Allah (QS. Al Anam: 57). 2.3 Islam Satu-satunya Jalan Kebenaran

MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

6

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FEB UNDIP Allah telah menetapkan Islam sebagai satu-satunya jalan yang harus ditempuh dalam kehidupan ini, sehingga jalan selain Islam merupakan jalannya syaithan. Jadi sistem ekonomi lain seperti sistem ekonomi kapitalis dan sosialis sangat tidak dianjurkan untuk diikuti karena sudah jelas bertentangan dengan Islam. Ekonomi Islam adalah suatu konsep yang diidekan oleh Allah SWT sedangkan sistem ekonomi konvensional berasal dari ide dan study empiris dari manusia yang tingkat kebenarannya masih bersifat relatif. 2.4 Tinggalkan Pembangkangan terhadap Allah Melaksanakan perintah Allah di bidang ibadah ritual yang sifatnya individu saja dan meninggalkan syariat Islam lainnya, sama saja menentang perintah Allah. Padahal jika hal tersebut dilakukan akan membawa konsekuensi yang berat dari sisi aqidah. Perkara aqidah merupakan perkara yang harus diyakini sepenuhnya. Apabila keyakinan dalam diri manusia kurang sedikit saja maka itu berdampak pada kekufuran. Meyakini bahwa Islam tidak memiliki sistem yang mengatur kehidupan bernegara, politik, ekonomi, sosial, budaya, uqubat (sanksi), merupakan keyakinan yang sangat keliru. Keyakinan seperti ini sama saja dengan menganggap Islam sebagai agama yang tidak sempurna. Pemikiran seperti ini merupakan pemikiran yang sekuler yang bertentangan dengan Islam. Padahal Allah telah jelas menyebutkan dalam QS. Al Maidah ayat 3: Hari ini telah aku sempurnakan bagi kalian dien (agama, sistem hidup) kalian, dan telah Aku sempurnakan atas kalian nikmat-Ku, dan Aku meridhoi Islam sebagai dien kalian. Allah menyebut orang yang tidak menjadikan Islam sebagai solusi atas seluruh aspek kehidupan dengan menjadikan sistem yang lain sebagai solusi, maka Allah menyebut orang tersebut sebagai orang yang kafir, zhalim, fasik. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang kafir. (QS. Al Maidah: 44). 3. Syariah Syari‘at Islam adalah hukum-hukum (peraturan-peraturan) yang diturunkan Allah SWT untuk umat manusia melalui Nabi Muhammad SAW. Aturan-aturan tersebut berupa AlQur‘an dan Sunnah Nabi yang berwujud perkataan, perbuatan, dan ketetapan, atau pengesahan. Syariah terdiri dari dua bagian besar. Pertama adalah ibadah mahdhah yang aturan dan pelaksanaannya secara rinci telah dijelaskan dalam Al Quran dan As Sunnah. Bagian kedua adalah muamallah, yang prinsip dasarnya telah diungkapkan dalam Al Quran dan As Sunnah. Sedangkan untuk implementasi dan pelaksanaanya diserahkan kepada ijtihad para ahli sesuai sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan zaman. Menurut Al-Ghazali: ―Tujuan dari Syariah adalah meningkatkan kesejahteraan seluruh manusia, yang terletak pada perlindungan keimanan (dien) mereka, manusia (nafs), akal mereka (aqal), keturunan mereka (nasl), dan kekayaan mereka (maal).‖ Kelima hal di atas merupakan maqhasid syariah dan merupakan fokus dari semua upaya-upaya manusia termasuk kegiatan perekonomian. Tujuan-tujuan syariat atau maqhasid syariah mengandung semua yang diperlukan manusia untuk merealisasikan falah dan hayatan thayyibah dalam batas-batas syariah. Imam Ghazali meletakkan iman pada urutan pertama karena dalam perspektif Islam iman adalah isi yang sangat penting bagi kebahagian manusia. Iman yang meletakkan hubungan-hubungan kemanusian pada fondasi yang benar dan memungkinkan umat manusia untuk berinteraksi satu sama lain dalam mencapai kebahagian bersama. Keimanan seseorang cenderung mempengaruhi perilaku, gaya hidup, selera, preferensi manusia, sikap-sikap terhadap manusia, sumber daya, dan lingkungan. Selain itu,

MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

7

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FEB UNDIP keimanan juga menjadi standar moral serta membuka cakrawala berfikir manusia agar tidak hanya memikirkan kepentingan dunia tapi juga akhirat. Jiwa manusia, akal, dan keturunan berhubungan dengan manusia itu sendiri yang merupakan tujuan utama dari syariah yaitu kesejahteraan. Segala sesuatu yang diperlukan untuk memperkaya tiga tujuan tersebut adalah kebutuhan bagi semua umat manusia. Begitu pula bagi semua hal yang dapat menjamin kebutuhan primer, sekunder, dan tersier dari setiap umat manusia. Pemenuhan kebutuhan ini akan menjamin generasi sekarang dan yang akan datang dalam kedamaian, kenyamanan, sehat dan efisien serta mampu memberikan kontribusi baik bagi realisasi dan kelanggengan falah dan hayatan thayyibah. Harta atau kekayaan berada dalam urutan terakhir karena harta bukanlah tujuan. Meskipun merupakan hal yang penting untuk merealisasikan kebahagian manusia, harta hanya berperan sebagai perantara. Harta tidak dapat mengantarkan pada tujuan-tujuan tersebut kecuali bila dialokasikan dan didistribusikan secara merata. Seperti telah disebutkan, moral merupakan filter utama untuk menikmati kekayaan. Keimanan akan menimbulkan disiplin bagi manusia dalam hal mencari dan membelanjakan harta. Apabila harta atau kekayaan menjadi tujuan hidup, maka akan mengakibatkan ketidakmerataan, ketidakseimbangan, dan perusakan lingkungan. Pada akhirnya akan mengurangi kebahagian anggota masyarakat di masa sekarang maupun bagi generasi yang akan datang. Realisasi maqhasid menjadi mutlak bagi negara-negara muslim untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat baik di dunia maupun di akhirat. Ekonomi Islam mempunyai maqhasid syariah, yang merupakan tujuan akhir dari sistem ekonomi Islam. Tujuan akhir adalah kesejahteraan yang melindungi keimanan (dien) mereka, manusia (nafs), akal mereka (aqal), keturunan mereka (nasl), dan kekayaan mereka (maal). Maqhasid merupakan fokus dari segala kegiatan manusia, sehingga semua yang lakukan semata-mata uintuk merealisasikan maqhasid syariah. 4. Akhlak 4.1 Pengertian Akhlak Menurut bahasa, akhlak berasal dari al-akhlaaku yaitu kata jama dari al-khuluqu yang berarti tabiat, kelakuan, perangai, tingkah laku, matuah, adat kebiasaan, bahkan bisa juga berarti agama itu sendiri. Sementara perkataan al-khalqu berarti kejadian, ciptaan, dan juga bermaksud kejadian yang indah dan baik. Menurut istilah, akhlak berarti sifat yang tertanam di dalam diri yang dapat mengeluarkan sesuatu perbuatan dengan senang dan mudah tanpa pemikiran, penelitian dan paksaan. Menurut Imam Ghazali akhlak adalah suatu keadaan yang tertanam di dalam jiwa yang menampilkan perbuatan-perbuatan dengan senang tanpa memerlukan pemikiran dan penelitian. Apabila perbuatan yang keluar itu baik dan terpuji menurut syara dan aqal, maka perbuatan itu dinamakan akhlak yang mulia. Sebaliknya apabila perbuatan yang buruk, maka dinamakan akhlak yang buruk. Jadi, Suatu perbuatan baru dapat disebut sebagai cerminan akhlak, jika memenuhi syarat sebagai berikut : 1. Diakukan berulang-ulang sehingga hamper menjadi suatu kebiasaan. 2. Timbul dengan sendirinya, tanpa pertimbangan yang lama dan dipikir-pikir terlebih dahulu. 4.2 Skop dan Ruang Lingkup Akhlak dalam Islam Dalam hidup ini ada dua nilai yang menentukan perbuatan manusia yaitu nilai baik dan buruk (good and bad) serta benar dan salah (true and false). Penilaian ini berlaku dalam kehidupan manusia.

MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

8

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FEB UNDIP Apakah yang dimaksudkan dengan baik dan buruk, betul dan salah, benar dan palsu itu? Apakah alat pengukur yang menentukan sesuatu perbuatan itu baik atau buruk, betul atau salah, benar atau palsu? Persoalan-persoalan inilah yang akan dijawab oleh ilmu akhlak. Setiap manusia memiliki tujuan hidup yang berbeda. Ada yang bertujuan mencari harta, kekuasaan, kemasyuran, maupun ilmu pengetahuan dan ada pula golongan yang memandang remeh terhadap kehidupan tersebut. Sebaliknya, ada pula yang bersifat zuhud di dunia, memadai dengan kehidupan yang sederhana, lebih menumpukan pada peningkatan rohaniyyah serta lebih mementingkan persoalan akhirat. Perbedaan pandangan menyebabkan timbulnya beberapa aliran di dalam memahami akhlak. Semua pandangan ini apabila diteliti dengan saksama, tidak dapat dijadikan sebagai tujuan terakhir atau tertinggi yang seharusnya dicapai oleh manusia. Oleh sebab itu, di balik pandangan atau perbedaan tersebut seharusnya ada satu tujuan hakiki yang wajib dituntut oleh manusia. Persoalan yang menjadi skop perbahasan ilmu akhlak, yaitu ilmu yang menerangkan tentang baik dan buruk, dan juga menerangkan sesuatu yang sepatutnya dilakukan oleh seseorang dalam perjalanan hidupnya di dunia ini. Ilmu tersebut mencoba menerangkan tujuan yang seharusnya dimiliki oleh semua manusia dan juga menggariskan jalan-jalan yang seharusnya dilalui dalam hidup ini. Jadi fungsi akhlak adalah mengkaji dan meneliti aspek perilaku dan perbuatan manusia. Akhlak menilai dari segi baik atau buruknya perbuatan, perbuatan yang patut dan yang tidak patut dilakukan oleh seseorang. Segala tindakan manusia yang dilakukan secara sadar dan dengan ikhtiar, serta adanya hubungan dengan Allah, sesama manusia, alam sekitar, dan dengan diri sendiri mengandung nilai akhlak. Selain itu, tindakan manusia yang sifatnya pribadi maupun bersifat social juga mengandung nilai akhlak Jadi bidang akhlak itu hanya meliputi perilaku, perbuatan, dan tindakan manusia yang dilakukan dalam kondisi sebagai berikut: a. Dilakukan dengan sedar dan niat. b. Dilakukan dengan ikhtiar sendiri. c. Melakukannya dengan sengaja, tidak dalam keadaan lupa atau bersalah. 4.3 Perbedaan antara Akhlak dan Moral Akhlak sering disamakan dengan kesusilaan atau sopan santun. Bahkan agar kedengarannya lebih modern atau mendunia, akhlak sering diganti dengan kata moral atau etika. Penggantian itu sah-sah saja dilakukan, asalkan harus diketahui dan dipahami perbedaan istilah-istilah tersebut. Menurut istilah, moral berasal dari bahasa latin moralis atau mores yaitu bentuk jamak dari kata mos yang berarti adat kebiasaan, perbuatan, budi pekerti dan perangai. Dalam Dictionary of Education disebutkan bahwa moral adalah suatu istilah yang digunakan untuk menetukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik, atau buruk. Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang berarti kebiasaan. Dalam Ensiklopedi Pendidikan diterangkan bahwa etika adalah filsafat tentang nilai, kesusilaan tentang baik dan buruk. Kecuali mempelajari nilai-nilai, etika merupakan pengetahuan tentang nilai-nilai itu sendiri. Sebagai cabang filsafat yang mempelajari tingkah laku manusia untuk menentukan nialia perbuatan baik atau buruk, ukuran yang dipergunakannya adalah akal pikiran. Akal lah yang menentukan apakah perbuatan manusia itu baik atau buruk. Kalau moral dan etika

MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

9

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FEB UNDIP diperbandingkan, moral lebih bersifat praktis, sedang etika lebih bersifat teoritis. Moral bersifat local, etika bersifat umum (regional). Akhlak Islami berbeda dengan moral dan etika. Perbedaannya dapat dilihat terutama dari sumber untuk menentukan yang baik mana yang buruk. Yang baik menurut akhlak adalah segala sesuatu yang berguna, yang sesuai dengan nilai dan norma agama, nilai dan norma yang terdapat dalam masyarakat, serta bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.Yang buruk adalah segala sesuatu yang tidak berguna, tidak sesuai dengan nilai dan norma agama, nilai dan norma masyarakat, dan merugikan masyarakat dan diri sendiri. Dalam Islam yang menentukan baik atau buruk suatu sikap, perilaku, atau perbuatan manusia di dalam agama islam adalah Al Qur‘an dan As sunnah. Sedangkan yang menetukan perbuatan baik atau buruk dalam moral dan etika adalah adat istiadat dan pikiran manusia dalam masyarakat, pada suatu tempat, dan di suatu masa. Dipandang dari sumbernya, akhlak Islami bersifat tetap dan berlaku untuk selamalamanya, sedangkan moral dan etika berlaku selama masa tertentu di suatu tempat tertentu. Jadi akhlak Islam bersifat mutlak sedangkan moral dan etika bersifat relatif. Perbedaan pengertian ini harus dipahami agar dapat membedakan sifat dan isi akhlak, moral dan etika. 4.4 Akhlak Yang Agung Bagi seorang Muslim, akhlak yang terbaik adalah seperti yang terdapat pada diri Nabi Muhammad SAW karena sifat yang terdapat pada beliau adalah sifat-sifat yang terpuji dan merupakan uswatun hasanah (tauladan) terbaik bagi seluruh kaum Muslimin. Allah SAW memuji akhlak Nabi Muhammad SAW di dalam Al-Quran: Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berakhlak agung. (Al-Qalam:4) Dasar akhlak Islamiyyah terkandung di dalam risalah yang dibawa oleh Rasulullah. Risalah itu bersumberkan Al-Quran dan As-Sunnah yang dimanifestasikan oleh perbuatan dan cara hidup Rasulullah. Perilaku dan cara hidup Rasulullah itu menjadi tauladan untuk kesempurnaan hidup manusia baik jasmani maupun rohani. Untuk mencapai tahap kesempurnaan pribadi yang mulia itu, Allah telah membekali manusia dengan naluri dan akal fikiran serta berbagai ilmu pengetahuan. Oleh karena kelemahan akal dan keterbatasan dalam menjangkau aspek alam, baik alam realiti maupun alam ghaib, Allah menurunkan Al Qur‘an sebagai hidayah mutlak untuk digunakan manusia dalam membina kehidupan dan tamadun serasi dengan nilai-nilai akhlak yang mulia. Di sinilah letaknya peranan risalah yang dibawa melalui Rasulullah yaitu untuk membentuk satu dasar akhlak yang mulia dan bersifat mutlak untuk keperluan seluruh manusia. 5. Do You Know ? Kejayaan Ekonomi Pada Masa Khilafah Islamiyah Oleh : KH. M. Shiddiq al-Jawi Pada kesempatan ini akan disajikan "potret" dicatat dengan baik menggunakan tinta emas kejayaan ekonomi pada masa Khilafah dalam lembaran sejarah. Islamiyah yang telah lalu. Salah satu fragmen Namun sebelumnya perlu ditandaskan, bahwa sejarah yang gemilang perlu diketahui, yaitu keberhasilan ekonomi Islam itu tidak muncul pada masa Khalifah Umar bin Khaththab (13- secara kebetulan atau tanpa syarat, melainkan 23 H/634-644 M). Tujuannya agar kita lebih ada syarat mutlaknya. Ekonomi Islam hanya menyadari bahwa ekonomi Islam akan mungkin berhasil jika diterapkan dalam sesungguhnya bukan konsep baru sama sekali masyarakat Islam yang menerapkan Islam apalagi utopia, melainkan sebuah konsep secara menyeluruh (kaffah), baik di bidang praktis yang prestasi dan kesuksesannya telah ekonomi itu sendiri maupun di bidang-bidang lainnya seperti politik, sosial, pendidikan,

MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

10

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FEB UNDIP budaya, dan lain-lain (Al-Qaradhawi, 1995). Sebab sistem kehidupan Islam itu bersifat integral dan saling melengkapi. Islam tidak menerima pemilah-milahan ajaran sebagaimana dogma sekularisme yang kufur, di mana sebagian sistem Islam diamalkan dan sebagian lainnya dibuang ke tong sampah peradaban. Maka jika ekonomi Islam diterapkan secara sepotong-sepotong dalam masyarakat yang menganut konsep ekonomi kafir dari penjajah, yakni kapitalisme, ia tidak mungkin efektif. Allah SWT memerintahkan kita untuk menghormati persyaratan mutlak ini, yakni penerapan Islam secara komprehensif, sesuai firman Allah SWT : "Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya..." (QS Al-Baqarah [2] : 208) Masa Khalifah Umar bin Khaththab Pada era pemerintahan Khalifah Umar bin Khaththab selama 10 tahun, di berbagai wilayah (propinsi) yang menerapkan islam dengan baik, kaum muslimin menikmati kemakmuran dan kesejahteraan. Kesejehteraan merata ke segenap penjuru. Buktinya, tidak ditemukan seorang miskin pun oleh Muadz bin Jabal di wilayah Yaman. Muadz adalah staf Rasulullah SAW yang diutus untuk memungut zakat di Yaman. Pada masa Khalifah Abu Bakar dan Umar, Muadz terus bertugas di sana. Abu Ubaid menuturkan dalam kitabnya Al-Amwal hal. 596, bahwa Muadz pada masa Umar pernah mengirimkan hasil zakat yang dipungutnya di Yaman kepada Umar di Madinah, karena Muadz tidak menjumpai orang yang berhak menerima zakat di Yaman. Namun, Umar mengembalikannya. Ketika kemudian Muadz mengirimkan sepertiga hasil zakat itu, Umar kembali menolaknya dan berkata, "Saya tidak mengutusmu sebagai kolektor upeti, tetapi saya mengutusmu untuk memungut zakat dari orang-orang kaya di sana dan membagikannya kepada kaum miskin dari kalangan mereka juga." Muadz menjawab,"Kalau saya menjumpai orang miskin di sana, tentu saya tidak akan mengirimkan apa pun kepadamu."

Pada tahun kedua, Muadz mengirimkan separuh hasil zakat yang dipungutnya kepada Umar, tetapi Umar mengembalikannya. Pada tahun ketiga, Muadz mengirimkan semua hasil zakat yang dipungutnya, yang juga dikembalikan Umar. Muadz berkata,"Saya tidak menjumpai seorang pun yang berhak menerima bagian zakat yang saya pungut." (Al-Qaradhawi, 1995) Meski rakyatnya sejahtera, Umar tetap hidup sederhana. Umar mendapatkan tunjangan (ta‟widh) dari Baitul Mal sebesar 16.000 dirham (setara Rp 200 juta) per tahun, atau hanya sekitar Rp 17 juta per bulan (Muhammad, 2002). Ini berkebalikan dengan sistem kapitalisme-demokrasi sekarang, yang membolehkan penguasa berfoya-foya -dengan uang rakyat-- padahal pada waktu yang sama banyak sekali rakyat yang melarat dan bahkan sekarat. Subhanallah! Betapa indahnya kisah di atas. Bayangkan, dalam beberapa tahun saja, sistem ekonomi Islam yang adil telah berhasil meraih keberhasilan yang fantastis. Dan jangan salah, keadilan ini tidak hanya berlaku untuk rakyat yang muslim, tapi juga untuk yang non-muslim. Sebab keadilan adalah untuk semua, tak ada diskriminasi atas dasar agama. Suatu saat Umar sedang dalam perjalanan menuju Damaskus. Umar berpapasan dengan orang Nashrani yang menderita penyakit kaki gajah. Keadaannya teramat menyedihkan. Umar pun kemudian memerintahkan pegawainya untuk memberinya dana yang diambil dari hasil pengumpulan shadaqah dan juga makanan yang diambil dari perbekalan para pegawainya (Karim, 2001). Sumber:http://khilafah1924.org/index.php?op tion=com_content&task=view&id=340&Item id=47

MODUL EKONOMI ISLAM SILVER 1 (EDISI REVISI)

11

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FEB UNDIP

6. Rangkuman Secara umum, ajaran islam memiliki tiga komponen pokok, yaitu aqidah, syariah, dan akhlak. Aqidah berkaitan dengan keyakinan, keimanan, dan paradigma berpikir yang akan menentukan visi dan misi hidup untuk senantiasa berbuat dan bertindak sejalan dengan ketentuan Allah SWT dalam semua dimensi kehidupan. Syariah berkaitan dengan implementasi dan pelaksanaan ajaran islam dalam rangka menata kekuatan hubungan dengan Allah SWT secara vertical dan penguatan hubungan sesama manusia secara horizontal. Syariah terdiri dari dua bagian besar, yaitu ibadah mahdhah, yang atran elaksanaannya secara rinci telah dijelaskan dalam Al Quran dan As Sunnah, serta muamallah, yang prinsip dasarnya diungkapkan dalam Al Quran dan As Sunnah, sedangkan implementasi dan pelaksanaanya diserahkan kepada ijtihad para ahli sesuai sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan zaman. Kegiatan ekonomi adalah bagian dari muamallah. Sedangkan akhlak adalah hasil perpaduan antara aqidah dan syariah di atas dalam bentuk perilaku yang indah yang dapat sinikmati oleh siapapun juga. Akhlak inilah yang melahirkan rahmatan lil alamin. Ketiga Unsur ajaran islam diatas merupakan sebuah kesatuan yang tidak terpisahkan. Dapat dibedakan namun tidak dapat dipisahkan, ibarat sebatang pohon yang terdiri dari akar, batang tubuh dan daun serta buah. Islam tidak mengenal pemisahan antara satu bagian dengan bagian lainnya. Karena itu, ekonomi islam tidak dapat dipisahkan dari aqidah, syariah, dan akhlak islam. Ia bukanlah semata-mata transaksi bisnis yang bebas dari unsur aqidah, syariah dan akhlak islam. Ia adalah sebuah system dan ilmu yang dibangun di atas unsure pokok ajaran islam. 7. Pertanyaan 1. Islam, Sosialisme, dan Kapitalisme adalah sebuah ideology. Apa arti dari ideology ? 2. Apa sajakah pengaruh ideology bagi kehidupan individu dan bagi kehidupan bermasyarakat serta bernegara ? tunjukkan perbedaan pengaruhnya ! 3. Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di Dunia namun masih banyak praktek-praktek keseharian masyarakat yang tidak sesuai dengan syariat islam. Mengapa fenomena tersebut bisa terjadi ? 4. Apakah ideology pancasila sudah sesuai dengan syariat islam ? jelaskan ! 5. Apakah ideology islam suatu saat nanti dapat diterapkan secara menyeluruh di negeri ini ? jelaskan !

MODUL EKONOMI ISLAM SILVER 1 (EDISI REVISI)

12

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FEB UNDIP

BAB 2 SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM 1.

Pendahuluan Islamic econimic is not capitalism minus interest. Islamic economic is not sosialism minus free enterprise. But islamic economic should stand on its own feets. Ekonomi Islam itu punya landasan yang jelas dan bukti–bukti sejarah yang kuat. Peristiwa-peristiwa yang menjadi dasar pemikiran ekonomi islam terjadi pada saat masa keemasannya. Pada saat yang bersamaan dunia barat sedang mengalami krisis ilmu ekonomi sehingga berlangsung 500 tahun dan disebut the Dark Ages atau masa kegelapan. Namun masa tersebut tidak diakui oleh peradaban barat. Patut diketahui bahwa pemikiran – pemikiran tentang ekonomi Islam muncul sebelum bapak ilmu ekonomi Adam Smith membuat buku yang berjudul The wealth of nations. Bahkan dalam bukunya tersebut ia mengakui bahwa perekonomian yang paling maju adalah perekonomian bangsa Arab, yaitu perekonomian yang dipimpin oleh Muhammed and His Immediiate Successcor atau lebih lebih tepat nya Rosulloh SAW dan Khulafaur Rosyidin. Dan perlu diketahui pula bahwa dalam menulis bukunya itu Adam Smith banyak merujuk pada kitab Al Amwal karangan Abu Ubayd. The Wealth of Nation itu sendiri asalnya dari kata – kata Al Amwal yang artinya kesejahteraan. Waktu penulisan buku itu adalah tahun 1776 pada saat ini Adam Smith sedang menjadi atase perdagangan yang melaksanakan tugasnya di perancis di mana banyak beredar buku – buku terjemahan karya Ronom Muslim. Hal di atas adalah salah satu bukti bahwa keberadaan ekonomi Islam lebih dahulu ada daripada ekonomi konvensional. Selain itu ada bukti-bukti yang kuat antara lain ditemukannya sebuah tulisan dari sebuah buku di perpustakaan Hardvard University yang menceritakan bahwa pada tahun 774 M, Raja Offa yang berkuasa di Inggris ketika itu mencetak koin emas yang merupakan jiplakan dari dinar Islam. Dalam jiplakan tersebut dibubuhi tulisan arab berupa syahadat dan salinan ayat Al quran tentang kerasulan Muhammad saw, tetapi disisi lain koin emas tersebut juga dibubuhi salib dan Offa Bex. Hal ini menunujukkan bahwa dinar Islam saat itu merupakan mata uang terkenal di dunia. Selain itu perekonomian umat Islam jauh lebih maju dibandingkan dengan perekonmian di Eropa saat itu dan juga menunujukkan bahwa perdagangan internasional yang dilakukan para pedagang Islam menjangkau sampai ke Eropa Utara. Bukti lain adalah adanya praktik-praktik ekonomi pada zaman Rosululloh dan Khulafaur Rosyidin. Kebijakan moneter dan fiskal sudah dijalankan pada masa itu dan tentu saja berdasarkan nilai-nilai keislaman. Selain itu adanya praktik perbankan pada zaman abbasiyah walaupun masih dilakukan secara perorangan. Praktik ekonomi Islam mulai berkembang pada zaman Muawiyah II (661-680 M), pada masa itu sudah dikenal adanya sakk (cek) sebagai media pembayaran. Bahkan peranan bankir telah meliputi tiga aspek yakni menerima deposit, menyalurkan dan mentransfer uang. 2. Mutiara Ilmu itu Perlahan Mulai Kembali Para ekonom muslim mengetahui bahwa mereka banyak membaca dan dipengaruhi tulisan-tulisan Aristoteles sebagai filsuf yang banyak menulis masalah ekonomi. Namun mereka tetap menjadikan Al Qur'an dan hadits sebagai rujukan utama dalam menulis teoriteori ekonomi. Pencurian ilmu oleh pemikir-pemikir barat dimulai dari Santa Thomas. Pemikirannya banyak yang bertentangan dengan dogma – dogma gereja sehingga para sejarawan menduga Thomas mencuri ide-ide dari para ekonom Islam. Pada abad 11 dan 12 sejumlah pemikir barat seperti Constantine the African, Adelard of Bath melakukan perjalanan ke Timur MODUL EKONOMI ISLAM SILVER 1 (EDISI REVISI)

13

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FEB UNDIP tengah. Mereka belajar bahasa arab dan melakukan studi serta membawa ilmu-ilmu baru ke Eropa. Raymond Lily (1223-1315) yang telah melakukan perjalanan ke negara-negara Arab mendirikan lima universitas yang mengajarkan bahasa arab sehingga banyak yang kemudian menterjemahkan karya-karya ekonomi islam. Permasalahannya adalah pemikir-pemikir barat tersebut telah menjiplak karya para ekonom Islam tanpa mencantumkan sumbernya, sehingga seolah-olah teori tersebut adalah hasil pemikiran mereka. Hal itu menjadi penipuan keilmuan terbesar dalam sejarah karena kontribusi ekonom Islam tidak diakui. Mereka dengan seenaknya melakukan penyimpangan terhadap ilmu tersebut sehingga jauh dari nilai-nilai moral dan keadilan. Bukti dan sejarah saat ini mulai berbicara dan secara perlahan mulai menguak. Ekonomi Islam adalah ilmu yang memiliki pertumbuhan yang cukup pesat, bahkan ekonom yang berfikir objektif mulai mengakui keberadaan ekonomi Islam. 3.

Pemikiran-Pemikiran Ekonom Klasik Pemikiran Ekonomi Islam diawali sejak Muhammad SAW ditunjuk sebagai seorang Rosul. Rosululoh SAW mengeluarkan sejumlah kebijakan yang menyangkut berbagai hal yang berkaitan dengan masalah kemasyarakatan, yaitu tentang hukum (fiqih), politik (siyasah), dan perniagaan atau ekonomi (muamalah). Masalah-masalah ekonomi umat menjadi perhatian Rosululloh SAW karena merupakan pilar penyangga keimanan yang harus diperhatikan. Selanjutnya, kebijakan-kebijakan Rosululloh SAW menjadi pedoman para Khalifah dalam memutuskan masalah-masalah ekonomi. Al-Qur‘an dan Al-Hadist digunakan sebagai dasar teori ekonomi oleh para khalifah dan para pengikutnya dalam menata kehidupan ekonomi negara. Perkembangan pemikiran-pemikiran pada masa-masa tersebut adalah sebagai berikut : Perekonomian di Masa Rosululloh SAW (571-632 M) Rosululloh diberi amanat untuk mengemban dakwah Islam pada umur 40 tahun. Pada masa Rosululloh SAW, tidak ada tentara formal. Semua muslim yang mampu boleh jadi tentara. Mereka tidak mendapatkan gaji tetap, tetapi mereka diperbolehkan mendapatkan bagian dari harta rampasan perang. Rampasan tersebut meliputi senjata, kuda, unta, domba, dan barang-barang bergerak lainnya yang didapatkan dari perang. Situasi berubah setealah turunnya QS Al-Anfal ayat 41 : ―Ketahuilah sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Alloh, Rosul, Kerabat Rosul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan Ibnu sabil, jika kamu beriman kepada Alloh dan kepada yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Alloh Maha Kuasa atas segala sesuatu.” Rosululloh SAW biasanya membagi seperlima (khums) dari rampasan perang tersebut menjadi tiga bagian, bagian pertama untuk beliau dan keluarganya, bagian kedua untuk kerabatnya dan bagian ketiga untuk anak yatim piatu, orang yang sedang membutuhkan dan orang yang sedang dalam perjalanan. Empat perlima bagian yang lain dibagikan kepada prajurit yang ikut perang. Dalam kasus tertentu beberapa orang yang tidak ikut serta dalam perang juga mendapat bagian. Sedangkan untuk penunggang kuda mendapat dua bagian yaitu untuk dirinya sendiri dan kudanya. Pada masa Rosululloh SAW, beliau mengadopsi praktik yang lebih manusiawi terhadap tanah pertanian yang telah ditaklukkan sebagai fay‟ atau tanah dengan kepemilikan umum. Tanah-tanah ini dibiarkan dimiliki oleh pemilikinya dan penanamnya. Hal tersebut sangat berbeda dengan praktik kekaisaran Romawi dan Persia yang memisah-misahkan tanah ini dari pemiliknya dan membagikannya kepada elit militer dan para prajurit. Semua tanah yang dihadiahkan kepada Rosululloh SAW (iqta‟) relatif lebih kecil jumlahnya dan terdiri dari 3.1

MODUL EKONOMI ISLAM SILVER 1 (EDISI REVISI)

14

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FEB UNDIP tanah-tanah yang tidak bertuan. Kebijakan ini tidak hanya mambantu mempertahankan kesinambungan kehidupan administrasi dan ekonomi tanah-tanah yang dikuasai, melainkan juga mendorong keadilan antar generasi dan mewujudkan sikap egaliter. Pada tahun kedua setelah hijrah, shodaqoh ini kemudian dengan Zakat Fitrah yang dibayarkan setiap kali setahun sekali pada bulan ramadhan. Besarya satu sha kurma, gandum, tepung keju, atau kisimis, setengah sha gandum untuk setiap muslim, budak atau orang bebas, laki-laki atau perempuan, muda atau tua dan dibayar sebelum Shalat Idul Fitri. Zakat diwajibkan pada tahun ke-9 hijrah, sementara shodaqoh fitrah pada tahun ke-2 hijrah. Akan tetapi ahli hadist memandang zakat telah diwajibkan sebelum tahun ke-9 hijrah ketika Maulana Abdul Hasa berkata zakat diwajibkan setelah hijrah dan kurun waktu lima tahun setelahnya. Sebelum diwajibkan, zakat bersifat sukarela dan belum ada peraturan khusus atau ketentuan hukum. a Sumber Pendapatan Primer Pendapatan utama negara pada masa Rosululloh SAW adalah zakat (memiliki karakteristik yang sama dengan pajak, tetapi secara dasar berorientasi pada agama) dan ushr (iuran untuk tanah produksi). Keduanya berbeda dengan pajak dan tidak diperlakukan seperti pajak. Zakat dan ushr merupakan kewajiban agama dan termasuk salah satu pilar Islam. Pengeluaran untuk keduanya sudah diuraikan secara jelas dalam Surat At-Taubah (9) ayat 60 : “ Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orag fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu‟allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakannya) budak orang-orang yang berhutang, untuk jalan Alloh dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Alloh dan Alloh Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. Pada masa Rosululloh SAW, zakat dikenakan pada hal-hal berikut : 1. Benda logam yang terbuat dari emas seperti koin, perkakas, ornamen atau dalam bentuk lainnya 2. Benda logam yang terbuat dari perak, seperti koin, perkakas, ornamen atau dalam bentuk lainnya, 3. Binatang ternak unta, sapi, domba, kambing 4. Berbagai jenis barang dagangan termasuk budak dan hewan 5. Hasil pertanian termasuk buah-buahan 6. Luqta, harta benda yang ditinggalkan mush 7. Barang temuan b Sumber Pendapatan Sekunder Diantara sumber-sumber pendapat sekunder yang memberikan hasil adalah : 1. Uang tebusan untuk para tawanan perang 2. Pinjaman-pinjaman setelah menaklukkan kota Mekkah untuk pembayaran uang pembebasan kaum muslimin dari Judhayma atau sebelum pertempuran Hawazin 30.000 dirham (20.000 dirham menurut Bukhari) dari Abdullah bin Rabia dan meminjam beberapa pakaian dan hewan-hewan tunggangan dari Sufyan bin Umaiyah. 3. Khusmus atau Rikaz harta karun temuan pada periode sebelum Islam 4. Amwal fadhla, berasal dari harta benda kaum muslimin yang meninggal tanpa ahli waris atau berasal dari barang-barang orang muslim yang meninggalkan negerinya 5. Wakaf, harta benda yang diindikasikan kepada umat Islam yang disebabkan Alloh dan pendapatannya akan didepositokan ke Baitul Maal, 6. Nawaib, pajak yang jumlahnya cukup besar yang dibebankan pada kaum muslimin yang kaya dalam rangka menutupi pengeluaran negara selama masa darurat dan ini pernah terjadi pada masa Perang Tabuk,

MODUL EKONOMI ISLAM SILVER 1 (EDISI REVISI)

15

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FEB UNDIP 7.

Zakat fitrah, zakat yang ditarik di bulan suci Ramadhan, dan dibagi sebelum sholat Ied, 8. Bentuk dan shodaqoh lainnya seperti kurban dan Kuffarat adalah dende atas kesalahan yang dilakukan seorang muslim pada acara keagamaan, seperti berburu pada musim haji. Pencatatan seluruh penerimaan negara pada masa Rosululloh SAW tidak ada, karena beberapa alasan : 1. Jumlah orang Islam yang bisa membaca, menulis dan mengenal aritmatika sedikit 2. Sebagian besar bukti pembayaran dibuat dalam bentuk yang sederhana baik yang didistribusikan maupun yang diterima 3. Sebagian besar dari zakat hanya didistribusikan secara lokal 4. Bukti-bukti penerimaan dari berbagai daerah yang berbeda tidak umum digunakan 5. Pada kebanyakan kasus, ghanimah (harta yang didapatkan dari kemenangan perang) digunakan dan didistribusikan setelah terjadi peperangan tertentu. Catatan mengenai pengeluaran secara rinci pada masa Rosululloh SAW juga tidak tersedia, tetapi tidak bisa diambil kesimpulan bahwa sistem keuangan yang ada tidak dijalankan sebagaimana semestinya. Dalam kebanyakan kasus pencatatan diserahkan pada pengumpul zakat dan setiap orang pada umunya terlatih dalam masalah pengumpulan zakat. Setiap perhitungan yang ada disimpan dan diperiksa sendiri oleh Rosululloh SAW. Beliau juga memberikan nasihat kepada pengumpulan zakat mengenai hadiah yang ia terima. Rosul SAW berperan sebagai eksekuitf, legislatif, dan yudikatif, namun beliau tidak segan bertanya kepada sahabat dan bertukar pikiran dengan orang-orang beriman dalam urusan mereka. 3.2 Perekonomian Di Masa Khulafaurrasyidin

a Abu Bakar As-Sidiq (51 SH – 13 H / 537 – 634 M) Sebelum menjadi khalifah Abu Bakar tinggal di pinggiran kota Madinah. Setelah 6 bulan, Abu Bakar pindah ke Madinah dan bersamaan dengan itu sebuah Baitul Mal dibangun. Sejak menjadi khalifah, kebutuhan keluarganya diurus oleh kekayaan dari Baitul Mal ini. Menurut beberapa keterangan beliau diperbolehkan mengambil dua setengah atau dua tiga perempat dirham setiap harinya dari Baitul Mal dengan beberapa waktu. Ternyata tunjangan tersebut kurang mencukupi sehingga ditetapkan 2000 atau 2500 dirham dan menurut keterangan 6000 dirham per tahun. Khalifah Abu Bakar sangat memperhatikan keakuratan perhitungan zakat. Beliau juga mengambil langkah-langkah yang tegas untuk mengumpulkan zakat dari semua umat Islam termasuk Badui yang kembali memperlihatkan tanda-tanda pembangkangan sepeninggal Rosululloh SAW. b Umar bin Khattab (40SH – 23H / 584 – 644 M) Khalifah Umar sangat memperhatikan sektor ekonomi untuk menunjang perekonomian negerinya. Pada masa kekhalifahan Umar banyak dibangun saluran irigasi, waduk, tangki kanal, dan pintu air serbaguna untuk mendistribusikan air di ladang pertanian. Hukum perdagangan juga mengalami penyempurnaan untuk menciptakan perekonomi secara sehat. Umar mengurangi beban pajak untuk beberapa barang, pajak perdagangan nabati dan kurma Syiria sebesar 50%. Hal ini untuk memperlancar arus pemasukan bahan makanan ke kota. Pada saat yang sama juga dibangun pasar agar tercipta perdagangan dengan persaingan yang bebas. Serta adanya pengawasan terhadap penekanan harga. Beliau juga sangat tegas dalm menangani masalah zakat. Zakat dijadikan ukuran fiskal utama dalam rangka memecahkan masalah ekonomi secara umum. Umar menetapkan zakat atas harta dan yang membangkang akan didenda sebesar 50% dari kekayaannya.

MODUL EKONOMI ISLAM SILVER 1 (EDISI REVISI)

16

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FEB UNDIP Pada masa beliau dibangun Institusi Administrasi dan Baitul Mal yang reguler dan permanen di Ibu Kota, yang kemudian berkembang dan didirikan pula Baitul Mal cabang di ibu kota propinsi. Baitul Mal secara tidak langsung berfungsi sebagai pelaksana kebijakan fiskal negara Islam. Harta Baitul Mal dipergunakan mulai untuk menyediakan makanan bagi para janda, anak-anak yatim, serta anak-anak terlantar, membiaya penguburan orang-orang miskin, membayarkan utang orang-orang yang bangkrut, membayar uang diyat untuk kasuskasus tertentu, sampai pinjaman tanpa bunga untuk tujuan komersial. Bersamaan dengan reorganisasi Baitul Mal, Umar mendirikan Diwan Islam yang disebut Al-Divan. Al- Divan adalah kantor yang mengurusi pembayaran tunjangan-tunjangan angkatan perang dan pensiun serta tujangan lainnya secara reguler dan tepat. Khalifah Umar juga membentuk komite yang terdiri dari Nassab ternama untuk membuat laporan sensus penduduk Madinah sesuai dengan tingkat kepentingan dan kelasnya. Khalifah Umar menetapkan beberapa peraturan sebagai berikut: 1. Wilayah Irak yang ditaklukan menjadi muslim, sedangkan bagian yang berada dibawah perjanjian damai tetap dimiliki oleh pemilik sebelumnya dan kepemilikannya tersebut dapat dalihkan 2. Kharaj (pajak yang dibayarkan oleh pemilik-pemilik tanah negara taklukan),dibebankan pada semua tanah yang termasuk kategori pertama, meskipun pemilik tersebut kemudian memeluk Islam dengan demikian tanah seperti itu tidak daat dikonversi menjadi tanah ushr 3. Bekas pemilik tanah diberi hak kepemilikan, sepanjang mereka memberikharaj dan jizyah (pajak yang dikenakan bagi penduduk non muslim sebagai jaminan perlindungan oleh negara) 4. Sisa tanah yang tidak ditempati atau ditanami (tanah mati) atau tanah yang diklaim kembali bila ditanami oleh muslim diperlakukan sebagai tanah ushr. 5. Di Sawad, kharaj dibebankan sebesar saaau dirham atau satu rafiz (satu ukuran lokal) gandum dan barley (sejenis gandum) dengan ngapan tanah tersebut dapat dilalui air. Harga yang lebih tinggi dikenakan kepada ratbah(rempah atau cengkih) dan perkebunan, 6. Di Mesir, menurut sebuah perjanjian Amar, dibebankan dua dinar, bahkan hingga tiga irdabb gandum, dua qist untuk setiap minyak, cuka, dan madu dan rancangan ini telah disetujui Khalifah 7. Perjanjian Damaskus ( Syiria ) menetapkan pembayaran tunai, pembagian tanah dengan muslim. Beban per kepala sebesar satu dinar dan beban satujarib ( unit berat ) yang diproduksi per jarib (ukuran) tanah. c Ustman bin Affan ( 47 SH – 35H / 577 – 656 M ) Khalifah Ustman mengikuti kebijakan yang ditetapkan oleh Umar. Pada enam tahun pertama, Balkh, Kabul, Ghazni Kerman, dan Sistan ditaklukan. Kemudian tindakan efektif dilakukan untuk pengembangan sumber daya alam. Aliran air digali, jalan dibangun, pohonpohon ditanam untuk diambil buah dan hasilnya dan kebijakan di bidang keamanan perdagangan dilaksanakan dengan pembentukan organisasi kepolisian tetap. Usman mengurangi jumlah zakat dari pensiun. Tabri menyebutkan ketika khalifah Ustman menaikkan pensiun sebesar seratus dirham, tetapi tidak ada rinciannya.Beliau menambahkan santunan dengan pakaian. Selain itu ia memperkenalkan kebiasaan membagikan makanan di masjid untuk orang-orang miskin dan musafir. Pada masa Ustman, sumber pendapatan pemerintah berasal dari zakat, ushr, kharaj, fay, dan ghanimah. Zakat ditetapkan 2,5 persen dari modal aset. Ushr ditetapkan 10 persen iuran tanah-tanah pertanian sebagaiman barang-barang dagangan yang diimpor dari luar negeri. Kharaj merupakan iuran pajak pada daerah-daerah yang ditaklukan. Prosentase dari kharaj

MODUL EKONOMI ISLAM SILVER 1 (EDISI REVISI)

17

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FEB UNDIP lebih tinggi dari ushr. Ghanimah yang didapatkan dibagi 4/5 kepada para prajurit yang ikut andil dalam perang, sedangkan 1/5-nya disimpan sebagai kas negara. d Ali bin Abi Thalib ( 23H – 40H / 600 – 661 M ) Pada masa pemerintahan Ali, beliau mendistribusikan seluruh pendapatan provinsi yang ada di Baitul Mal Madinah , Busra, dan Kuffah. Ali ingin mendistribusikan sawad, namun ia menahan diri untuk menghindari terjadi perselisihan. Secara umum, banyak kebijakan dari khalifah Ustman yang masih diterapkan, seperti alokasi penegeluaran yang tetap sama. Pengeluaran untuk angkatan laut yang ditambahkan jumlahnya pada masa Ustman hampir dihilangkan seluruhnya. Khalifah Ali mempunyai konsep yang jelas mengenai pemerintahan, administrasi umum dan masalah-masalah yang berkaitan dengannnya seperti mendiskripsikan tugas dan kewajiban dan tanggung jawab penguasa, menyusun dispensasi terhadap keadilan, kontrol atas pejabat tinggi dan staf, menjelaskan kebaikan dan kekurangan jaksa, hakim dan abdi hukum, menguraikan pendapatan pegawai administratif dan pengadaan bendahara. 3.3 Perkembangan Pemikiran Ekonomi Pasca Khulafaurrasyidin Siddiqi menguraikan sejarah pemikiran ekonomi Islam dalam tiga fase, yaitu: fase dasardasar ekonomi Islam, fase kemajuan dan fase stagnasi: a. Fase Dasar-Dasar Ekonomi Islam Fase pertama merupakan fase abad pertama hingga kelima Hijriyah (abad ke-11 Masehi). Pemikiran ekonomi dirintis oleh para fuqaha, sufi dan filosof. Pemikiran fuqaha terfokus pada manfaat (maslahah) yang dianjurkan dan kerugian (mafsadah) bila melaksanakan sesuatu yang dilarang agama, bersifat normatif berwawasan positif dan cenderung mikroekonomi. Kontribusi para sufi terletak pada keajegannya dalam mendorong kemitraan yang saling menguntungkan, tidak rakus dalam memanfaatkan kesempatan yang diberikan Allah SWT dan secara tetap menolak penempatan tuntutan kekayaan dunia yang terlalu tinggi, bersifat normatif berwawasan positif dan cenderung mikroekonomi. Fokus pembahasan filosof tertuju pada konsep kebahagiaan (sa‟adah) dalam arti luas, pendekatannya global dan rasional serta metodologinya syarat dengan analisis ekonomi positif dan cenderung makroekonomi. Beberapa tokoh fase pertama diantaranya : 1. Zaid bin Ali (wafat pada 80 H/738 M), fokus pemikirannya adalah keabsahan jual beli secara tangguh dengan harga yang lebih tinggi daripada jual beli secara tunai. 2. Abu Hanifah(wafat pada 150 H/767 M), fokus pemikirannya adalah Jual beli salam dan pembelaan hak-hak ekonomi kaum lemah 3. Abu Yusuf (wafat pada 182 H/ 798 M), fokus pemikirannya adalah Keuangan public serta pembentukan dan pengendalian harga Abu Yusuf adalah seorang mufti pada kekholifahan Harun Ar Rasyid dan merupakan ekonom pertama yang menulis secara khusus tentang kebijakan dalam kitabnya yaitu Al Khoroj yang menjelaskan tanggung jawab ekonomi pemerintah untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya. Buku ini ditulis berdasarkan permintaan kholifah untuk digunakan sebagai panduan manual perpajakan. Abu Yusuf sangat menentang adanya pajak atas tanah pertanian dan menyarankan diganti dengan zakat pertanian yang dikaitkan dengan jumlah hasil panennya. Abu Yusuf membuat rincian bagaimana membiayai pembangunan jembatan, bendungan dan irigasi. Dan selain itu Abu Yusuf juga mengemukakan hubungan antara peningkatan dan menurunan produksi dengan perubahan harga. Pada saat itu beredar pemahaman bahwa bila tersedia sedikit barang maka harga akan akan mahal dan sebaliknya. Sedangkan Abu Yusuf menyatakan bahwa tidak

MODUL EKONOMI ISLAM SILVER 1 (EDISI REVISI)

18

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FEB UNDIP

4. 5.

ada batasan tertentu tentang murah dan mahalnya yang dapat dipastikan. Hal tersebut ada yang mengaturnya, principnya tidak ada yang mengetahui. Murah bukan karena melimpahnya makanan, demikian juga mahal bukan berarti karena kelangkaan makanan. Murah dan mahal merupakan ketentuan Allah. Kadang – kadang makanan berlimpah tetapi tetap mahal dan kadang – kadang makanan sangat sedikit tetapi murah. Dari pernyataan tersebut tampaknya Abu Yusuf menyangkal pendapat umum mengenai hubungan terbalik antara penawaran dan harga. Pada kenyataannya harga tidak bergantung pada penawaran saja tetapi juga bergantung pada kebutuhan permintaan. Asy-Syaibani (wafat pada 189 H/804 M) fokus pemikirannya adalah pada konsep kerja, perilaku konsumen dan produsen, spesialisai dan distribusi pekerjaan. Ibn Miskawaih (wafat pada 421 H/1030 M), fokus pemikiran pada konsep uang.

b. Fase Kedua (Kemajuan) Fase kedua dimulai pada abad ke-11 sampai dengan ke-15 Masehi. Fase kedua dikenal sebagai fase yang cemerlang karena meninggalkan warisan intelektual yang sangat kaya. Realitas politik ditandai oleh dua hal, yakni: a. Disintegrasi pusat kekuasaan Dinasti Abbasiyah dan terbaginya kerajaan ke dalam beberapa kekuatan regional yang mayoritas didasarkan pada kekuatan daripada kehendak rakyat. b. Merebaknya korupsi di kalangan para penguasa diiringi dengan dekadensi moral di kalangan masyarakat yang mengakibatkan terjadinya ketimpangan yang semakin lebar antara si kaya dengan si miskin. Beberapa tokoh fase kedua diantaranya: 1. Al-Ghazali (wafat pada 505 H/1111 M) Uang ibarat cermin yang tidak mempunyai warna tetapi dapat merefleksikan semua warna. Artinya uang tidak mempunyai harga tetapi merefleksikan harga semua barang. (ihya' ulumuddin). Atau dalam istilah ekonomi klasik dikatakan uang tidak memberikan kegunaan langsung (dirrect utility function). Hanya bila uang itu digunakan untuk membeli barang maka barang itu akan memberi kegunaan. Dalam teori ekonomi klasik dikatakan kegunaan uang timbul dari daya belinya. Hal tersebut adalah salah satu ide dari Al Ghozali tentang ekonomi. Beliau juga menegaskan bahwa dalam perekonmian barter pun uang dibutuhkan sebagai nilai ukuran nilai suatu barang. Merujuk pada Al Qur'an Alghozali mengecam orang yang menimbun uang. Terlebih lagi orang yang melebur dirham dan dirham menjadi perhiasan emas dan perak. Menimbun uang berarti menarik uang secara sementara dari peredaran sedangkan melebur berarti menarik dari peredaran selamanya. Dalam teori moneter modern penimbunan uang berarti memperlambat peredaran uang. Ini berarti memperkecil terjadinya transaksi sehingga perekomian lesu. Sedangkan peleburan uang akan mengurangi penawaran uang. Al Ghozali membolehkan peredaran uang yang sama sekali tidak mengandung emas dan perak asalkan pemerintah menyatakannya sebagai alat bayar resmi. (ihya' ulumddin). Menurut beliau perdagangan uang berarti memenjarakan fungsi uang. Makin banyak uang yang diperdagangkan makin sedikit yang berfungsi sebagai alat tukar. Inilah yang terjadi saat ini dimana sebagian besar yang digunakan untuk diperdagangkan. Sehingga keseimbangan antara sektor riil dan moneter tidak terjadi. Sektor moneter terus berkembang dengan cepat tetapi sektor riil jauh tertinggal. Sehingga percepatan sektor moneter tidak menggambarkan percepatan sektor riil. Selain berbicara masalah uang Al Ghozali juga menyatakan pemikirannya tentang terjadinya pasar atau evolusi pasar. Bahwa pasar pada mulanya berasal dari sistem

MODUL EKONOMI ISLAM SILVER 1 (EDISI REVISI)

19

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FEB UNDIP perdagangan barter yang sangat sulit untuk direalisasikan. Karena permasalahan itulah muncul yang mempertemukan antara orang yang membutuhkan barang dan orang yang ingin menjual barangnya. Beliu juga menjelaskan bahwa pemerintah berperan penting dalam menjamin keamanan jalur perdagangan dan demi kelancaran perdagangan dan pertumbuhan ekonomi. Pemikiran paling fenomenal adalah pernyataan beliau tentang teori penawaran dan permintaan serta elastisitasnya. Walaupun tidak dijelaskan secara terminologi modern beberapa pemikirannya menggambarkan bentuk kurva penawaran dan permintaan. Untuk kurva penawaran yang naik dari kiri bawah ke atas kanan dinyatakan dengan ―jika petani tidak mendapatkan pembeli dan barangnya maka ia akan menjual pada harga yang lebih murah.‖ Sementara untuk kurva permintaan yang turun dari kiri atas ke kanan bawah dinyatakan dengan ―harga dapat diturunkan dengan mengurangi permintaan‖. Elastisitas permintaan dijelaskan sebagai berikut; mengurangi margin keuntungan dengan menjual pada harga yang lebih murah akan meningkatkan volume penjualan dan ini pada akhirnya akan meningkatkan keuntungan.beliau mengidentifiksi produk makanan sebagai komoditas dengan kurva permintaan yang inelastis. Karena makanan adalah kebutuhan pokok, pedagang makanan harus seminimal mungkin didorong oleh motif mencari keuntungan untuk menghindari eksploitasi melalui pengenaan harga yang tinggi dan keuntungan yang besar. Keuntungan semacam ini seyogyanya dicari dari barang – barang yang bukan merupakan kebutuhan pokok. a. Perilaku konsumen b. Evolusi pasar c. Konsep Uang d. Pajak. 2. Ibnu Taimiyah (wafat 728 H/1328 M) Ibnu Taymiyyah lahir besar dan wafat di zaman pemerintahan Bani Mamluk. Ketika itu harga-harga dinyatakan dan dibayar dalam dirham yang merupakan peninggalan Bani Ayyubi. Namun karena desakan kebutuhan masyarakat akan mata uang pecahan yang lebih kecil, maka Sultan Kamil Ayyubi memperkenalkan mata uang baru dari lembaga yang disebut fulus. Karena bahan pembuatan fulus mudah didapatkan, maka pencetakan uang baru terus dilakukan. Pencetakan besar-besaran terjadi pada masa Sultan Kitbagha dan Zahir Barquq. Bahkan didirikan pabrik pencetakan fulus di Kairo dan Alexanderia. Fulus digunakan secara meluas di masyarakat, dinar dan dirham yang terbuat dari emas dan perak menghilang dari peredaran. Fenomena ini dirumuskan oleh Ibnu Taymiyyah bahwa yang dengan kualitas rendah (fulus) akan menendang keluar uang yang berkualitas baik (dirham dan dinar). Rumusan ini lebih dikenal dalam ekonomi konvensional sebagai Good money always drive out bad money yang dinyatakan oleh Thomas Gresham (1857). jadi 500 tahun sebelumnya Ibnu Tayniyyah sudah lebih dahulu menyatakan teori tersebut. Pada zaman Ibnu Taymiyyah tersebut untuk mencetak fulus pemerintah mengimpor tembaga. Tujuannya adalah untuk memperoleh keuntungan dari pencetakan tersebut. Dalam istilah finansial disebut seniorage yaitu selisih biaya pencetakan dengan nilai nominal yang yang dicetak. Ibnu Taymiyyah mengomentari pengimporan tembaga merupakan bagian dari bisnis uang. Padahal uang bukanlah barang komoditi tetapi hanya serana untuk memperoleh komoditi. Secara garis besar beliau mengemukakan lima poin penting ; Pertama perdagangan uang akab memicu inflasi. Kedua hilangnya kepercayaan orang akan stabilitas nilai uang akan mencegah orang melakukan kontrak jangka panjang dan menzalimi golongan masyarakat yang berpenghasilan tetap seperti pegawai. Ketiga perdagangan domestik akan menurun karena kehawatiran stabilitas nilai uang. Keempat

MODUL EKONOMI ISLAM SILVER 1 (EDISI REVISI)

20

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FEB UNDIP perdagangan internasional akan menurun. Kelima logam berharga akan mengalir keluar dari negara. Selain pemikirannya tentang masalah uang, Ibnu Taymiyyah juga membahas mengenai pasar yang sehat terutama yang berhubungan dengan masalah harga. Dengan tegas beliau menyatakan bahwa harga ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan. Beliau menyakatkan bahwa naik dan turunnya harga tidak selalu disebabkan oleh tindakan tidak adil dari sebagian orang yang terlibat dalam transaksi. Bisa jadi penyebabnya adalah penawaran yang menurun akibat inefisiensi produksi, penurunan jumlah impor barang-barang yang diminta atau juga tekanan pasar. Karena itu jika permintaan terhadap barang meningkat sementara penawaran menurun harga barang itu akan naik dan begitu pula sebaiknya. Menurut beliau penawaran bisa datang dari produksi domestik dan impor. Perubahan dalam jumlah penawaran digambarkan sebagai peningkatan atau penurunana dalam jumlah barang yang ditawarkan, besar kecilnya kenaikan harga bergantung pada besarnya perubahan penawaran dan permintaan. Bila seluruh transaksi sudah sesuai dengan aturan, maka perubahan harga yang terjadi merupakan kehendak Allah. Dibedakan pula dua faktor penyebab pergeseran penawaran dan permintaan yaitu tekanan pasar yang otomatis dan perbutan melanggar hukum dari penjual misalnya penimbunan. Adapun faktor lain yang mempengaruhi penawaran dan permintaan adalah intensitas dan besarnya permintaan, kelangkaan dan melimpahnya barang, kondisi kepercayaan, dan diskonto dari pembayaran tunai. a. Konsep Harga b. Hisbah c. Keuangan Negara d. Konsep Uang 3. Ibnu Khaldun (wafat 808 H/1406 M), Ibnu Khaldun berbicara tentang teori produksi dan uang. Ia menegaskan bahwa kekayaan suatu negara tidak ditentukan oleh banyaknya uang di negara tersebut, tetapi ditentukan oleh tingkat produksi negara tersebut dan neraca pembayaran yang positif. Bisa saja suatu negara mencetak uang sebanyak-banyaknya, tetapi bila hal itu bukan merupakan refleksi pesatnya pertumbuhan sektor produksi. Maka uang yang melimpah itu tidak ada nilainya. Sektor produksilah yang menjadi motor pembangunan, menyerap tenaga kerja, meningkatkan pendapatan kerja, dan menimbulkan permintaan atas faktor produksi lainnya. Pendapat ini menunjukkan pula bahwa perdagangan internasional telah menjadi bahasan utama para ulama' ketika itu. Negara yang telah mengekspor berarti mempunyai kemampuan berproduksi lebih besar dari kebutuhan domestiknya sekaligus menunjukkan bahwa negara tersebut lebih efisien dalam produksinya. Bagi dunia Islam Ibnu Khaldun adalah seorang ulama ternama sedangkan bagi para ekonom ia dikenal sebagai salah seorang bapak ilmu ekonomi. Ahli sejarah ekonomi terkemuka Josep Schumpeter mencatat nama Ibnu Khaldun di dua tempat dalam bukunya History of Economic Analisys. Karya monumental beliau adalah Al Muqodimah yang menjadi sumber dari berbagai ilmu sosial seperti sejarah, psikologi, geografi, ekonomi, dan sebagainya. Dalam hal keseimbangan harga ia lebih terperinci ia menjabarkan pengaruh meningkatnya persaingan diantara konsumen untuk mendapatkan barang pada sisi permintaan. Setelah itu ia menjelaskan pula pengaruh meningkatnya biaya produksi karena pajak dan pungutan-pungutan lain di kota tersebut pada sisi penawaran. Mengenai keuntungan dalam perdagangan, Ibnu Khaldun menjelaskan bahwa keuntungan yang wajar akan mendorong tumbuhnya perdagangan sedangkan keuntungan yang sangat rendah akan membuat perdagangan lesu kerena pedagang kehilangan motivasi. Sebaliknya bila pedagang

MODUL EKONOMI ISLAM SILVER 1 (EDISI REVISI)

21

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FEB UNDIP mengambil keuntungan sangat tinggi akan membuat lesu perdagangan karena lemahnya permintaan konsumen. Tentang uang beliau mengatakan bahwa uang tidak perlu mengandung emas dan perak akan tetapi emas dan perak menjadi standart nilai uang. Uang yang tidak mengandung emas dan perak merupakan jaminan pemerintah menetapkan nilainya. Ibnu Khaldun juga menyarankan digunakannya uang standart emas dan perak. Beliau juga menyarankan konstanta harga emas dan perak. Harga lain boleh berfluktuasi tetapi tidak untuk emas dan perak. 4. Al-Maqrizi (wafat 845 H/1441 M) Al Maqrizi adalah salah seorang murid Ibnu Khaldun yang terkemuka. Spesialisasi beliau adalah uang dan inflasi. Yang melatarbelakangi beliau memilih bidang tersebut adalah adanya perkembangan zaman pada masa pemerintahan Islam dari wakru ke waktu. Pada zaman Abasiyah mulai diciptakan uang baru selain dinar dan dirham, selain itu para pejabat pemerintah pada masa itu sering meminjam uang dari bankir Nasrani dan Yahudi, anggaran defisitpun sering terjadi. Penciptaan fulus yang berlebihan yang menyebabkan inflasi. Pada masa tersebut fulus dijadikan komoditi perdagangan untuk memperoleh keuntungan. Al Maqrizi membagi inflasi menjadi dua, inflasi akibat kekurangan persediaan barang atau natural inflation dan inflasi akibat kesalahan manusia. Inflasi jenis pertama inilah yang terjadi pada zaman Rosululloh dan Khulafaur Rosyidin yaitu karena kekeringan atau peperangan. Inflasi jenis kedua menurut beliau disebabkan oleh tiga hal yaitu pertama korupsi dan administrasi yang buruk, pajak berlebihan yang memberatkan petani, jumlah fulus yang berlebihan atau yang oleh Milton Friedman disebut inflation is just a monetery phenomenon. Jelaslah teori inflasi Friedman bapak kaum moneteris hanya merupakan bagian kecil dari teori inflasi Al Maqrizi. - Konsep Uang- Teori inflasi. c. Fase Ketiga Fase ketiga dimulai pada tahun 1446 hingga 1932 Masehi.. Fase kedua dikenal sebagai fase tertutupnya pintu ijtihad (independent judgment). Para fukaha hanya menuliskan kembali catatan-catatan para pendahulunya dan mengeluarkan fatwa yang sesuai dengan aturan standar bagi masing-masing mazhab. Gerakan pembaharu baru timbul pada dua abad terakhir yang menyeru untuk kembali kepada Alquran dan Al-Hadis sebagai pedoman hidup. Tokoh-tokoh fase ketiga ini diantaranya: a. Shah waliallah (wafat 1176H/1762M) b. Jamaluddin al Afhgani (wafat 1315H/1897M) c. Muhammad Abduh (wafat 1320H/1905M) d. Muhammad Iqbal (wafat 1357 H/1938M) 4. Kemunculan Pemikiran dan Mazhab Ekonomi Islam Modern Pada era modernis, ekonomi Islam mulai dirajut kembali untuk dimunculkan sebagai sebuah konsep ilmu teoritis maupun aplikatif. Pembagian mazhab alur pemikiran Ekonomi Islam muncul dalam tiga mazhab. Mazhab Baqir As Sadr, Mainstream, dan alternatif Kritis. Hal yang melatarbelakangi pembagian ketiga mazhab ini adalah adanya perbedaan pendapat akan adanya konsep apa dan bagaimana ekonomi Islam. Akan tetapi, belum secara pasti dapat dibuktikan bahwa aplikasi konsep dan teori ekonomi Islam di masyarakat saat ini adalah sudah cukup dinaungi oleh ketiga mazhab tersebut diatas. Dalam perkembangannya ekonom-ekonom muslim tidak menghadapi masalah perbedaan pendapat yang berarti. Namun ketika mereka diminta untuk menjelaskan apa dan bagaimanakah konsep ekonomi Islam itu, mulai muncullah perbedaqaan pendapat. Sampai

MODUL EKONOMI ISLAM SILVER 1 (EDISI REVISI)

22

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FEB UNDIP saat ini, pemikiran ekonom-ekonom muslim kontemporer dapat kita klasifikasikan setidaknya menjadi tiga mazhab, yakni: a Mazhab Baqir as-Sadr, Baqr As Shadr Mazhab pertama ini dipelopori oleh Baqir As Sadr melalui buku fenomenal Iqtishaduna. Selain itu tokoh-tokoh yang mempopulerkan mazhab ini antara lain adalah Baqir al Hasan, Kadin As Sadr, Hedayati, Abas Mirakhor, dan lainya. Menurut mazhab ini ilmu ekonomi tidak akan pernah sejalan dengan islam. Terdapat perbedaan yang tajam antara keduanya yaitu pada perbedaan pandangan dalam melihat dan memetakan masalah ekonomi. Ilmu ekonomi menjelaskan persoalan ekonomi muncul karena adanya keinginan manusia yang terbatas sementara sumber daya yang ada untuk memenuhinya terbatas. Mereka menolak pendangan ini. Sebab islam tidak mengenal adanya sumber daya terbatas yang terbatas. Qur'an surat al Qomar ayat 49 menjadi rujukan betapa sumber daya sudah diciptakan oleh Allah swt dalam ukuran yang tepat. Akan halnya sumber daya yang terbatas yang mereka tolak mereka juga menampik pandangan bahwa keinginan manusia itu tak terbatas. Persoalan ekonomi yang sebenarnya menurut mereka adalah sebagai akibat adanya sistem ekonomi yang membolehkan eksploitasi dari yang kuat terhadap yang lemah, dalil inilah yang mereka ajukan untuk menjungkirbalikkan ekonomi konvensional. Dan persoalan ekonomi bukanlah sunber daya yang terbatas, tetapi persoalan ekonomi muncul karena keserakahan manusia yang tidak terbatas. Berdasarkan deskripsi ini mereka menolak istilah ilmu ekonomi Islam. Istilah itu mereka katakan sebagai bentuk yang menyesatkan dan kontradiktif, dan karenanya penggunaan istilah ekonomi islam harus dihentikan. Alternatifnya mereka mengusulkan istilah iqtishad yang mengakar dari terminologi islam sendiri. Menurut mereka istilah dalam bahasa aslinya merujuk pada arti ―keadaan sama‖. ―seimbang‖ atau ―pertengahan‖ yang dalam bahasa ekonomi lebih dikenal dengan istilah equilibrium. Upaya penggantian istilah ini kemudian berlanjut pada suatu penolakan dan pembuangan seluruh ilmu ekonomi konvensional. Dan mereka menuliskan sendiri teori-teori ekonomi yang digali dan dideduksi dari Al Qur'an dan As sunnah. b Mazhab mainstream; Mazhab ini dipopulerkan antara lain oleh Umer Chaptra, MA Mannan dan MN Siddiqi Banyak pendukung mazhab ini bekerja dikalangan islamic Development Bank (IDB). Berbeda dengan mazhab pertama, mazhab ini malah mendukung rumusan yang telah dicetuskan ilmu ekonomi konvensional. Persoalan ekonomi menurut mazhab ini terjadi karena sumberdaya yang terbatas yang dihadapkan pada keinginan manusia yang tak terbatas. Dan untuk mendukung teori ini mereka merujuk pada Al Qur'an surat Albaqoroh ayat 155. Pandangan mazhab mainstream dengan pandanagn ekonomi konvensional tidak ada bedanya dalam memandang masalah kelangkaan sumber daya. Meskipun begitu tetap saja mempunyai perbedaan yaitu dalam masalah hal menyelesaikan masalah. Kesulitan yang hadir kerena persoalan ini memaksa manusia untuk membuat skala prioritas dalam memenuhi keinginannya. Menurut pandangan ekonomi konvensional pola penentuan skala prioritas pada pandangan selera masing-masing. Pilihan prioritas itu diserahkan pada keinginan mereka yang bebas atau dengan kata lain disebut mempertuhankan hawa nafsu. Mazhab mainstream menegaskan pola penentuan skala prioritas ekonomi tidak bisa diatur seenaknya. Sebab segenap perilaku manusia tersebut diatur dan dipadukan

MODUL EKONOMI ISLAM SILVER 1 (EDISI REVISI)

23

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FEB UNDIP oleh Al Qur'an. Mereka tidak pernah membuang teori-teori ekonomi konvensional ke keranjang sampah. Menurut mereka usaha pengembangan ekonomi islam tidak berarti membuang semua hasil analisis ekonomi konvensional. Sebab mengambil hal-hal yang baik dan berguna yang dihasilkan oleh peradaban bukan islam tidaklah diharamkan. Umar Chapra, As Siddiqi, etc. c Mazhab Alternatif-kritis. Pelopor antara lain Timur Koran, Jomo, dan Muhammad Arif. Mereka mengkritik mazhab pertama yang hanya berusaha mengemukakan sesuatu yang baru yang sebenarnya sudah ditemukan oleh orang lain dengan menghancurkan teori lama dan menggantinya dengan perspektif baru. Sedangkan mazhab kedua menurut mereka sekedar jiplakan dari teori ekonomi konvensional dengan menghilnagkan variabel riba dan memasukkan variabel zakat serta niat. Menurut mazhab ini ekonom islam bukanlah sistem ekonomi kapitalis minus riba dan sistem sosialis minus kebebasan berusaha, tetapi elonomi islam haruslah berdiri di atas kakinya sendiri dan pada prinsipnya sendiri. Sesuai namanya mereka mencoba kritis baik terhadap sosialisme dan kapitalisme ataupun kepada islam itu sendiri. Mereka yakin bahwa islam tentu benar, tetapi ekonomi islam belum tentu benar karena itu digali dari penafsiran manusia terhadap al qur'an dan As sunnah yang nilai kebenarannya tidak mutlak lagi. Oleh karena itu, ekonomi islam harus selalu diuji kebenarannya sebagaimana yang dilakukan terhadap ekonomi konvensional. Nama-nama tokoh Islam seperti Al Ghozali, Ibnu Taymiyyah, Ibnu Khaldun atau Ar Razi lebih dikenal sebagai ahli-ahli aqidah, fikih atau masalah keagamaan lainnya. Padahal kalau dikaji lebih jauh lagi pemikiran mereka tidak hanya berkutat pada agama ansih tetapi juga masalah ekonomi. Bahkan pemikiran dan ide-ide ekonomi mereka menjadi rujukan bagi teori ekonomi konvensional membuat yang berkembang saat ini. Hanya saja para ekonom konvensional membuat penyimpangan penyimpangan dari teori tersebut. Sehingga teori-teori yang berlaku saat ini jauh sekali dari nilai keadilan dan kejujuran bahkan ada yang jauh dari logika ekonomi sekalipun. 5. Do You Know ? Ibnu Khaldun : Bapak Ekonomi Di antara sekian banyak pemikir masa Simposium tentang Ibnu Khaldun di Mesir lampau yang mengkaji ekonomi Islam, Ibnu 1978. Khaldun merupakan salah satu ilmuwan yang Sebelum Ibnu Khaldun, kajian-kajian paling menonjol. Ibnu Khaldun sering disebut ekonomi di dunia Barat masih bersifat sebagai raksasa intelektual paling terkemuka normatif, adakalanya dikaji dari perspektif di dunia. Ia bukan saja Bapak sosiologi tetapi hukum, moral dan adapula dari perspektif juga Bapak ilmu Ekonomi, karena banyak filsafat. Karya-karya tentang ekonomi oleh teori ekonominya yang jauh mendahului para imuwan Barat, seperti ilmuwan Yunani Adam Smith dan Ricardo. Artinya, ia lebih dan zaman Scholastic bercorak tidak ilmiah, dari tiga abad mendahului para pemikir Barat karena pemikir zaman pertengahan tersebut modern tersebut. Muhammad Hilmi Murad memasukkan kajian ekonomi dalam kajian secara khusus telah menulis sebuah karya moral dan hukum. ilmiah berjudul Abul Iqtishad : Ibnu Khaldun. Sedangkan Ibnu Khaldun mengkaji problem Artinya Bapak Ekonomi : Ibnu ekonomi masyarakat dan negara secara Khaldun.(1962) Dalam tulisan tersebut Ibnu empiris. Ia menjelaskan fenomena ekonomi Khaldun dibuktikannya secara ilmiah sebagai secara aktual. Muhammad Nejatullah Ashpenggagas pertama ilmu ekonomi secara Shiddiqy, menuliskan poin-poin penting dari empiris. Karya tersebut disampaikannya pada materi kajian Ibnu Khaldun tentang ekonomi.

MODUL EKONOMI ISLAM SILVER 1 (EDISI REVISI)

24

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FEB UNDIP (Ibn Khaldun membahas aneka ragam masalah ekonomi yang luas, termasuk ajaran tentang tata nilai, pembagian kerja, sistem harga, hukum penawaran dan permintaan, konsumsi dan produksi, uang, pembentukan modal, pertumbuhan penduduk, makro ekonomi dari pajak dan pengeluaran publik, daur perdagangan, pertanian, indusrtri dan perdagangan, hak milik dan kemakmuran, dan sebagainya. Ia juga membahas berbagai tahapan yang dilewati masyarakat dalam perkembangan ekonominya. Kita juga menemukan paham dasar yang menjelma dalam kurva penawaran tenaga kerja yang kemiringannya berjenjang mundur,). (Shiddiqy, 1976, hlm. 261). Sejalan dengan Shiddiqy Boulokia dalam tulisannya Ibn Khaldun: A Fourteenth Century Economist•, menuturkan : (Ibnu Khaldun telah menemukan sejumlah besar ide dan pemikiran ekonomi fundamental, beberapa abad sebelum kelahiran•resminya (di Eropa). Ia menemukan keutamaan dan kebutuhan suatu pembagian kerja sebelum ditemukan Smith dan prinsip tentang nilai kerja sebelum Ricardo. Ia telah mengolah suatu teori tentang kependudukan sebelum Malthus dan mendesak akan peranan negara di dalam perekonomian sebelum Keynes. Bahkan lebih dari itu, Ibn Khaldun telah menggunakan konsepsi-konsepsi ini untuk membangun suatu sistem dinamis yang mudah dipahami di mana mekanisme ekonomi telah mengarahkan kegiatan ekonomi kepada fluktuasi jangka panjang (Boulokia, 1971)• Lafter, penasehat economi president Ronald Reagan, yang menemukan teori Laffter Curve, berterus terang bahwa ia mengambil konsep Ibnu Khaldun. Ibnu Khaldun mengajukan obat resesi ekonomi, yaitu mengecilkan pajak dan meningkatkan pengeluaran (ekspor) pemerintah. Pemerintah adalah pasar terbesar dan ibu dari semua pasar dalam hal besarnya pendapatan dan penerimaannya. Jika pasar pemerintah mengalami penurunan, maka adalah wajar jika pasar yang lainpun akan ikut turun, bahkan dalam agregate yang cukup besar.

S.Colosia berkata dalam bukunya, Constribution A Ibnu Khaldaun Revue Do Monde Musulman, sebagaimana dikutip Ibrahim Ath-Thahawi, mengatakan, Apabila pendapat-pendapat Ibnu Khaldun tentang kehidupan sosial menjadikannya sebagai pionir ilmu filsafat sejarah, maka pemahamannya terhadap peranan kerja, kepemilikan dan upah, menjadikannya sebagai pionir ilmuwan ekonomi modern .(1974, hlm.477) Oleh karena besarnya sumbangan Ibnu Khaldun dalam pemikiran ekonomi, maka Boulakia mengatakan, Sangat bisa dipertanggung jawabkan jika kita menyebut Ibnu Khaldun sebagai salah seorang Bapak ilmu ekonomi. Shiddiqi juga menyimpulkan bahwa Ibn Khaldun secara tepat dapat disebut sebagai ahli ekonomi Islam terbesar (Ibnu Khaldun has rightly been hailed as the greatest economist of Islam)(Shiddiqy, hlm. 260) Sehubungan dengan itu, maka tidak mengherankan jika banyak ilmuwan terkemuka kontemporer yang meneliti dan membahas pemikiran Ibnu Khaldun, khususnya dalam bidang ekonomi. Doktor Ezzat menulis disertasi tentang Ibnu Khaldun berjudul Production, Distribution and Exchange in Khaldun Writing dan Nasha menulis al-Fikr al-iqtisadi fi muqaddimat Ibn Khaldun (Economic Though in the Prolegomena of Ibn Khaldun).. Selain itu kita masih memiliki kontribusi kajian yang berlimpah tentang Ibnu Khaldun. Ini menunjukkan kebesaran dan kepeloporan Ibnu Khaldun sebagai intelektual terkemuka yang telah merumuskan pemikiran-pemikiran briliyan tentang ekonomi. Rosenthal misalnya telah menulis karya Ibn Khaldun the Muqaddimah : An Introduction to History, Spengler menulis buku Economic Thought of Islam: Ibn Khaldun, Boulakia menulis Ibn Khaldun: A Fourteenth Century Economist, Ahmad Ali menulis Economics of Ibn Khaldun-A Selection, Ibn al Sabil menulis Islami ishtirakiyat Islam, Abdul Qadir Ibn Khaldun ke maashi khayalat•, (Economic Views of Ibn Khaldun), Rifat menulis Maashiyat par Ibn Khaldun ke Khalayat•

MODUL EKONOMI ISLAM SILVER 1 (EDISI REVISI)

25

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FEB UNDIP (Ibn Khaldun Views on Economics) Somogyi menulis buku Economic Theory in the Classical Arabic Literature, Tahawi aliqtisad al-islami madhhaban wa nizaman wa dirasah muqaranh.(Islamic Economics-a School of Thought and a System, a Comparative Study), T.B. Irving menulis Ibn Khaldun on Agriculture•, Abdul Sattar menulis buku Ibn Khaldun Contribution to Economic Thought• in: Contemporary Aspects of Economic and Social Thingking in Islam. Penutup Paparan di atas menunjukkan bahwa tak disangsikan lagi Ibnu Khaldun adalah Bapak ekonomi yang sesungguhnya. Dia bukan hanya Bapak ekonomi Islam, tapi Bapak ekonomi dunia. Dengan demikian, sesungguhnya beliaulah yang lebih layak

disebut Bapak ekonomi dibanding Adam Smith yang diklaim Barat sebagai Bapak ekonomi melalui buku The Wealth of Nation.. Karena itu sejarah ekonomi perlu diluruskan kembali agar ummat Islam tidak sesat dalam memahami sejarah intelektual ummat Islam. Tulisan ini tidak bisa menguraikan pemikiran Ibnu Khaldun secarfa detail, karena ruang yang terbatas dan lagi pula pemikirannya terlalu ilmiah dan teknis jika dipaparkan di sini. Teori ekonomi Ibnu Khaldun secara detail lebih cocok jika dimuat dalam journal atau buku. Sumber:http://agustianto.niriah.com/2008/04/ 01/ibnu-khaldun-bapak-ekonomi/

6. Rangkuman Pemikiran Ekonomi Islam diawali sejak Muhammad SAW ditunjuk sebagai seorang Rosul. Rosululoh SAW mengeluarkan sejumlah kebijakan yang menyangkut berbagai hal yang berkaitan dengan masalah kemasyarakatan, yaitu tentang hukum (fiqih), politik (siyasah), dan perniagaan atau ekonomi (muamalah). Masalah-masalah ekonomi umat menjadi perhatian Rosululloh SAW karena merupakan pilar penyangga keimanan yang harus diperhatikan. Selanjutnya, kebijakan-kebijakan Rosululloh SAW menjadi pedoman para Khalifah dalam memutuskan masalah-masalah ekonomi. Al-Qur‘an dan Al-Hadist digunakan sebagai dasar teori ekonomi oleh para khalifah dan para pengikutnya dalam menata kehidupan ekonomi negara. Siddiqi menguraikan sejarah pemikiran ekonomi Islam setelah masa khulafaurrasyiddin dalam tiga fase, yaitu: fase dasar-dasar ekonomi Islam, fase kemajuan dan fase stagnasi. Sampai saat ini, pemikiran ekonom-ekonom muslim kontemporer dapat di klasifikasikan setidaknya menjadi tiga mazhab, yakni: Mazhab Baqir as-Sadr yang dipelopori oleh Baqir As Sadr melalui buku fenomenal Iqtishaduna. Tokoh-tokoh yang mempopulerkan mazhab ini antara lain adalah Baqir al Hasan, Kadin As Sadr, Hedayati, Abas Mirakhor, dan lainya. Menurut mazhab ini ilmu ekonomi tidak akan pernah sejalan dengan islam.Berikutnya adalah Mazhab mainstream dipopulerkan antara lain oleh Umer Chaptra, MA Mannan dan MN Siddiqi. Banyak pendukung mazhab ini bekerja dikalangan islamic Development Bank (IDB).Menurut mazhab ini usaha pengembangan ekonomi islam tidak berarti membuang semua hasil analisis ekonomi konvensional. Sebab mengambil hal-hal yang baik dan berguna yang dihasilkan oleh peradaban bukan islam tidaklah diharamkan. Selanjutnya adalah Mazhab Alternatif-kritis yang di pelopori antara lain oleh Timur Koran, Jorno, dan Muhammad Arif. Menurut mazhab ini islam tentu benar, tetapi ekonomi islam belum tentu benar karena itu digali dari penafsiran manusia terhadap al qur'an dan As sunnah yang nilai kebenarannya tidak mutlak lagi. Oleh karena itu, ekonomi islam harus selalu diuji kebenarannya sebagaimana yang dilakukan terhadap ekonomi konvensional. 7. Pertanyaan 1. Apa arti penting sejarah bagi kehidupan manusia ?

MODUL EKONOMI ISLAM SILVER 1 (EDISI REVISI)

26

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FEB UNDIP

2. Banyak diantara kita yang tidak mengetahui tentang sejarah perkembangan islam akan tetapi dapat dengan fasih ketika menceritakan isi cerita dari serial komik atau novel tertentu.Kenapa fenomena tersebut bisa terjadi ? 3. Sebagai seorang muslim, hal apa saja yang harus kita lakukan untuk mensikapi fenomena di atas agar tidak berlarut-larut ?

MODUL EKONOMI ISLAM SILVER 1 (EDISI REVISI)

27

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP

BAB 3 RANCANG BANGUN EKONOMI ISLAM 1. Pendahuluan Ekonomi Islam muncul sebagai suatu disiplin ilmu. Setelah melalui perjalanan yang cukup lama, yang pada awalnya terdapat rasa pesimis terhadap ekonomi Islam. Semula tercipta suatu pandangan bahwa terdapat dikotomi antara agama dan ekonomi, namun hal ini sudah mulai terkikis. Para ekonom baratpun sudah mengakui eksistensi ekonomi islam sebagai ilmu ekonomi yang memberi warna kesejukan dalam ekonomi dunia. 2. Rancang Bangun Dalam pembahasan ekonomi Islam, terlebih dahulu akan dibahas mengenai rancang bangun ekonomi Islam. Rancang bangun ekonomi Islam terdiri atas landasan, tiang dan atap. Dengan mengetahui rancang bangun ini, diharapkan akan dapat memahami lebih lanjut tentang ekonomi Islam itu sendiri.

Akhlak

Multitype

Freedom

Social

Ownership

To Act

Justice

Tauhid

'Adl

Nubuwwah

Khilafah

Ma'ad

2.1 Tauhid (Keesaan Tuhan) Esensi paling dasar dari fondasi ajaran Islam adalah Tauhid (keesaan tuhan). Bertauhid artinya, meniadakan semua elemen, zat yang patut disembah kecuali Allah (QS 2:107, 5:17,120, 24:33). Karena Allah adalah Maha Pencipta alam semesta (QS 6:1-3) sekaligus pemilik dan pemeliharanya. Allahlah yang memiliki segala sesuatu. Kepemilikan yang dikuasai manusia sekedar amanah dari Allah, yang diberikan sebagai batu ujian bagi manusia. Segala sesuatu yang ada tidaklah diciptakan Allah dengan sia-sia, melainkan ada tujuannya (QS 23:115). Manusia diciptakan Allah untuk mengabdi dan beribadah kepada-Nya (QS 51:56). Dalam kerangka ini, segala tindakan manusia yang berhubungan dengan alam (sumber daya) dan manusia (muamalah) tidak bisa dilepaskan dari hubungannya dengan Allah. Karena, kepada Allah lah nantinya segala perbuatan (termasuk di dalamnya aktivitas ekonomi dan bisnis) akan dipertanggungjawabkan. 2.2 Adl (Keadilan) Sifat adil ('adl) menjadi sifat-Nya dalam segala hal. Sebagai wujud keadilan, Allah tidak membeda-bedakan makhluk berdasarkan kriteria ras, kekayaan, kecantikan, tapi siapa yang paling bertaqwa di antara mereka. Untuk menjaga keadilan di dunia, Allah menitahkan manusia untuk memelihara hukum Allah dan menjamin segala sumber daya diarahkan untuk kesejahteraan manusia (QS 2:30). MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

28

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP Dengan cara itu, semua manfaat dari sumber daya dapat didistribusikan secara adil. Adil secara sederhana diartikan sebagai "tidak menzdalimi dan tidak dizdalimi". Adil dalam ekonomi berarti setiap usaha pelaku ekonomi tidak boleh hanya didasari motif untuk mengejar keuntungan pribadi dengan merugikan orang lain atau merusak alam sekitar. Bila nilai keadilan hilang, maka manusia akan terkotak-kotak dalam berbagai kelompok. Kelompok yang satu dianggao akan menjadi ancaman bagi kelompok lainnya. Pada akhirnya, yang sangat dikhawatirkan adalah terjadinya eksploitasi manusia atas manusia (QS 25:20). Pada tataran ini nilai keadilan akan digantikan dengan kerakusan. 2.3 Nubuwah (Kenabian) Manusia bisa mengetahui bagaimana dia bertauhid dan selanjutnya bisa berbuat adil, tidak bisa dipisahkan dari peran para nabi dan rasul. Karena merekalah, pertunjuk Allah untuk bisa memaknai hidup agar selamat di dunia dan akhirat sampai kepada manusia. Mereka juga sekaligus menjadi prototype dan teladan bagi manusia di masanya. Bagi umat Islam, model yang sempurna yang telah dikirimkan Allah adalah Nabi Muhammad. Sebagai teladan, Nabi sepanjang hayatnya telah memperlihatkan empat sikap konsisten yang menjadi modal dasar dalam bernegara, berbisnis, berda'wah dan bermasyarakat yaitu sifat shiddiq, amanah, fathonah dan tabligh. Siddiq berarti benar atau jujur dalam segala tindakan. Inilah visi setiap muslim. Kehidupan di dunia harus dijalani secara benar, supaya hidup kita diridhai oleh Allah. Dari konsep ini, dalam ekonomi bisa diturunkan prinsip efektivitas (mencapai tujuan yang tepat) dan efisiensi (melakukan kegiatan yang benar). Efektivitas bisa dicapai bila kegiatan ekonomi tersebut dilakukan dengan menggunakan teknik dan metode yang tidak menyebabkan kemubaziran. Bila visi setiap muslim adalah kebenaran, maka perwujudan dalam keseharian adalah bentuk sikap amanah. Bersikap amanah menjadi misi bagi setiap muslim. Amanah dalam bentuk sederhananya adalah tanggung jawab, kepercayaan dan kredibilitas. Muslim yang amanah akan selalu berusaha agar semua tindakannya dapat dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, kredibilitasnya di mata para kolega bisnis pun akan tinggi. Tanpa kredibilitas, bisnis yang sedang dirancang atau sudah dijalani akan hancur. Visi dan misi saja belum cukup. Untuk melengkapinya, seorang muslim harus cerdas dan bijaksana. Inilah perwujudan dari sifat fathonah. Dengan kecerdikan dan wawasan yang mendalam, seorang muslim akan memiliki strategi dalam hidup. Implikasi ekonomi dari sifat fathonah adalah bahwa segala aktivitas ekonomi harus dilakukan berdasarkan ilmu, kecerdikan dan menggunakan semua potensi akal untuk meraih tujuan. Pendeknya dalam berbisnis, muslim dituntut untuk bersikap selalu bekerja keras dan cerdas. Untuk menunjang tiga sifat dasar yang telah disebutkan di atas, dalam hidup muslim harus bisa melakukan kegiatan pemasaran. Dalam 'memasarkan' ajaran agama, Rasulullah dibekali dengan sifat tabligh. Sifat itu bisa meliputi keahlian komunikasi, keterbukaan dan pemasaran. Bila sifat tabligh sudah mendarah daging, setiap muslim mestinya bisa menjadi pemasar-pemasar tangguh. 2.4 Khilafah (Pemerintahan) Manusia diciptakan untuk menjadi kholifah (pemimpin yang memerintah) di muka bumi. Artinya manusia mendapatkan amanah sebagai pemimpin dan pemakmur bumi. ―Setiap dari kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawabannya‖, demikian sebuah petikan sabda Nabi. Dengan demikian, manusia adalah seorang pemimpin, baik sebagai kepala negara, pemimpin masyarakat, pemimpin keluarga atau sebagai individu. Ini mendasari sikap hidup kolektif dalam Islam. Fungsi utamanya adalah untuk menjaga keteraturan interaksi antar kelompok agar terhindar dari kekacauan dan keributan. Dalam Islam, pemerintah memerankan bagian yang tidak kecil. Pemerintah bertugas menjamin perekonomian agar berjalan sesuai dengan syariah dan untuk memastikan agar tidak ada MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

29

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP pelanggaran-pelanggaran atas hak-hak manusia. Semua itu bertujuan untuk mencapai maqashid syar'i (tujuan-tujuan syariah) yaitu untuk memajukan kesejahteraan manusia. Kesejahteraaan itu hanya bisa dicapai bila ada perlindungan terhadap keimanan, jiwa, akal, kehormatan dan kekayaan manusia. 2.5 Ma’ad (Hasil) Prinsip dasar ekonomi Islam yang terakhir adalah ma'ad (hasil). Secara harfiah ma'ad berarti kembali. Hidup manusia akan berakhir dan kemudian ia akan kembali kepada Allah. Hal tersebut mengajarkan bahwa hidup tidak hanya di dunia, tapi terus berlanjut hingga alam akhirat. Itulah sebabnya dalam Islam dunia dipandang tak lebih dari sekedar ladang bagi akhirat. Dunia sekedar wahana untuk menyebarkan benih-benih kebajikan yang hasilnya akan dituai di akhirat kelak. Karena itu Allah melarang manusia untuk terikat pada dunia. Allah menegaskan bahwa kesenangan di dunia tidaklah seberapa bila dibanding dengan kenikmatan akhirat (QS 87:17). Allah memerintahkan manusia untuk berjuang untuk mnedapatkan ganjaran baik di dunia maupun di akhirat. Perbuatan baik mereka akan dibalas dengan kebaikan yang berlipat. Dari sini konsep ma'ad diartikan sebagai imbalan atau ganjaran. Menurut Imam Ghazali motivasi para pelaku bisnis adalah untuk mendapatkan laba, baik berupa ganjaran di dunia dan akhirat. Itulah mengapa konsep Islam memberikan legitimasi untuk mendapatkan profit. 2.6 Sistem ekonomi Islam Dari kelima nilai di atas, jelaslah semua elemen yang menjadi sumber inspirasi bagi penyusunan teori-teori dan proposisi ekonomi Islam. Dari nilai-nilai itu, bisa diturunkan lagi dalam bentuk prinsip derivatif yang menjadi ciri khas sistem ekonomi Islam. Prinsip derivatif tersebut adalah kepemilikan multi jenis (multitype ownership), kebebasan berusaha (freedom to act), dan keadilan sosial (social justice). Nilai tauhid dan adil akan melahirkan konsep multitype ownership. Dalam sistem kapitalis, prinsip umum kepemilikan yang berlaku adalah kepemilikan swasta. Sebaliknya, dalam sistem sosialis, negaralah yang mengklaim kepemilikan itu. Islam berada di tengah-tengahnya dengan mengakui bermacam-macam bentuk kepemilikan baik untuk swasta, negara atau campuran. Dengan prinsip ini, ditegaskan pemilik utama bumi seisinya berikut langit yang memayungi hanya Allah semata. Manusia sekedar diberi hak untuk mengelola atau sebagai pemilik sekunder. Dengan demikian kepemilikan swasa diakui. Namun untuk menjamin agar tidak terjadi eksploitasi satu dengan yang lain, maka cabang-cabang produksi yang penting dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. Ini adalah bentuk pengakuan terhadap kepemilikan negara. Sistem kepemilikan campuran, baik campuran swasta-negara maupun swasta-domestik-asing, juga mendapat tempat dalam Islam. Nilai nubuwwah di muka telah dijelaskan akan menjadikan pribadi-pribadi yang profesional dan prestatif dalam segala hal, termasuk dalam bisnis. Pelaku bisnis akan tergerak untuk menjadikan Nabi sebagai model dalam menjalankan bisnis, khususnya dalam meniru sifat siddiq, amanah, tabligh, dan fathonah. Keempat nilai ini bila digabungkan dengan nilai keadilan dan khilafah (good governance) akan melahirkan prinsip kebebasan bertindak (freedom to act) bagi setiap muslim. Freedom to act akan menciptakan mekanisme pasar bagi perekonomian yang sehat. Mekanisme pasar menjadi bagian yang mendasar bagi Islam, asalkan tidak terjadi praktik distorsi (proses penzdaliman). Karena potensi distorsi selalu ada dalam pasar, maka itu harus dikurangi terus-menerus dengan menerapkan prinsip keadilan. Penegakan nilai-nilai keadilan dilakukan dengan melarang semua kegiatan usaha yang cenderung membawa mafsadat (kerusakan) seperti riba (tambahan yang didapat secara dzalim), gharar (ketidakpastian) dan maysir (perjudian) atau mendapatkan keuntungan dari kerugian orang lain.

MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

30

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP Negara memiliki tugas untuk menyingkirkan segala distorsi ini. Dengan demikian negara bertindak untuk mengurangi market distortion. Peran negara adalah mengawasi interaksi (muamalah) para pelaku bisnis dalam menjalankan usahanya agar tidak melanggar syariah. Gabungan dari nilai khilafah dan ma'ad akan melahirkan prinsip keadilan sosial (social justice). Dalam Islam, pemerintah bertanggung jawab menciptakan keseimbangan sosial antara yang kaya dengan yang miskin. 2.7 Akhlak Setelah memiliki landasan teori yang kuat dan sistem ekonomi yang mantap, maka diperlukan panduan untuk para pelaku ekonomi. Dalam bertindak harus sesuai dengan teori dan sistem yang telah digali dari sumber-sumber Islam. Norma yang bisa menuntut untuk melakukan itu adalah akhlaq.Dengan kata lain, para pelaku ekonomi harus berperilaku dan berakhlaq secara profesional (ihsan) dalam bidang ekonomi. Baik posisinya sebagai produsen, konsumen, pengusaha, karyawan, atau sebagai pejabat pemerintah. Teori sebaik apapun tidak akan memberikan hasil yang diharapkan apabila pelakunya tidak berakhlaq. Sistem ekonomi Islam hanya memastikan bahwa tidak ada transaksi ekonomi yang bertentangan dengan syariah. Namun yang penting, kinerja bisnis tergantung kepada para pelakunya. Akhlaq menjadi kriteria pertama apakah para pebisnis melakukan usahanya dengan benar karena telah ditegaskan oleh Rasulullah bahwa "Sesungguhnya aku di utus untuk menyempurnakan akhlaq." 3.

Do You Know ? Perkembangan Ekonomi Islam di Dunia

Ballroom sebuah hotel bintang lima di jantung London, Inggris, penuh dengan ratusan bankir, pengacara, dan investor papan atas dunia. Mereka yang datang dari berbagai negara di Asia, Eropa, dan Timur Tengah, saling membuat penawaran, dan banyak yang berakhir pada penandatanganan kesepakatan. Satu negara yang absen di acara ini: Amerika Serikat. Keuangan Islam — yang kemudian makin mendunia setelah Inggris mengadopsinya — telah berkembang pesat selama dekade terakhir. Sistem ekonomi ini telah menarik semua pemain internasional kunci, meninggalkan Amerika Serikat dalam industri global yang semakin menguntungkan itu. Saat krisis ekonomi menghantam dunia dua tahun lalu, perbankan Islam menjadi juru selamat. Sistem ini menjadi area pertumbuhan utama untuk pembiayaan internasional. Memang asetnya hanya mewakili sekitar 2 persen sampai 3 persen dari aset keuangan global, atau hampir 1 triliun dolar AS, tetapi tumbuh rata-rata 25 persen setiap tahun. Kini banyak negara berlomba untuk menjadi pusat global bisnis keuangan syariah. Untuk yang satu ini, London jauh di depan dibanding

MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

New York: menjadi mercu suar ekonomi syariah di Eropa. Tak terbendungnya perkembangan ekonomi syariah membuat gerah pihak tertentu — untuk tak menyebut Amerika Serikat. ―Telah ada resistensi untuk memperluas pasar keuangan Islam di negara tertentu,‖ Mohamad Nedal Chaar al, Sekretaris jenderal Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions, badan internasional terkemuka yang mengawasi industri ini, saat ia menyambut delegasi ke konferensi di London itu. ―Kami mengerti ada kurangnya pengetahuan tentang sistem, tetapi kadang-kadang semua berujung pada Islamaphobia,‖ katanya, dalam sambutannya dipandang oleh banyak orang sebagai serangan terselubung bagi Amerika Serikat, di mana komentator sayap kanan telah menyebut industri ini sebagai ―teror pembiayaan‖. keuangan Islam sesuai dengan syariah, atau hukum Islam, yang melarang bunga dan membutuhkan kesepakatan yang didasarkan pada aset berwujud, serta memberikan beberapa isolasi dari turbulensi kredit. Spekulasi dilarang, dan risiko dibagi.

31

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP Lembaga think tank terkemuka AS, The Center for Security Policy, akhir tahun lalu menerbitkan sebuah laporan berjudul US think tank Pusat Kebijakan Keamanan akhir tahun lalu menerbitkan sebuah laporan berjudul ―Syariah: Ancaman bagi Amerika‖, mengatakan bahwa praktik-praktik mempromosikan syariah adalah ―tidak sesuai dengan konstitusi‖ dan harus dilarang. Laporan ini didukung oleh beberapa Partai Republik. Mantan Ketua DPR, Newt Gingrich, menyerukan hukum federal untuk memastikan bahwa Syariah – termasuk di dalamnya pembiayaan syariah – tidak diakui oleh pengadilan AS. Paul McViety, seorang pengacara yang berbasis di Dubai dengan Clifford Chance yang mengkhususkan diri di bidang keuangan Islam, mengatakan ia sering berbicara dengan klien yang berbasis di Amerika Serikat, yang merupakan rumah bagi 2,4 juta Muslim yang ingin lebih mengerti tentang struktur pendanaan Islam dan instrumennya. Apa hasil pembicaraan itu? Diam-diam, beberapa lembaga — bukan lembaga berlatar keislaman — telah mempelajari dan mulai menerapkan prinsip-prinsip syariah dalam usahanya. ―Ada beberapa lembaga di AS yang mengambil industri keuangan syariah untuk mengeksplorasi sumber-sumber pendanaan alternatif,‖ kata McViety di sela-sela konferensi itu. GE Capital, lengan keuangan General Electric, menjadi penerbit sukuk pertama di AS, pada

akhir tahun 2009. Ketika itu, mereka mengeluarkan obligasi lima tahun bernilai 500 juta dolar AS. Freddie Mac, penyedia jasa keuangan AS terbesar kedua khususnya di bidang pembiayaan KPR, juga menawarkan produk pembiayaan rumah Islami bagi peminjam yang tidak mau membayar bunga. McViety mencatat bahwa Presiden AS Barack Obama telah ―memposisikan dirinya untuk mencari sistem keuangan alternatif‖. Namun, upayanya keburu terendus dan mentah sebelum diaplikasikan. Benarkan ekonomi syariah identik dengan fundamental Islam seperti ditakutkan politisi Republik di AS? Sebagian besar peserta konferensi di London itu sudah hampir pasti menggeleng. Lihatlah Inggris saat ini, yang mendampingkan ekonomi syariah dengan ekonomi konvensional. Maka jangan heran ketika berada di sebuah lembaga pembiayaan syariah, datang pasangan suami Istri kulit putih yang hendak membeli properti dan mengajukan permohonan KPR syariah. Jangan kaget pula bila Bank Islam Inggris — menurut angka pemerintah — kini memiliki nilai aset tertinggi pada angka di lebih dari 8 miliar pound (13 miliar dolar AS), mengalahkan aset bank-bank syariah di negaranegara mayoritas penduduknya Muslim. Sumber : http://zonaekis.com/perkembanganekonomi-islam-di-dunia

4.

Rangkuman Sebuah sistem ibarat sebuah bangunan yang terdiri dari pondasi/landasan, tiang, dan atap. Pondasi dari sistem ekonomi islam adalah aqidah, adil, nubuwah, khilafah, dan ma‟ad. Dari nilainilai itu, bisa diturunkan lagi dalam bentuk prinsip derivatif (tiang) yang menjadi ciri khas sistem ekonomi Islam. Prinsip derivatif tersebut adalah kepemilikan multi jenis (multitype ownership), kebebasan berusaha (freedom to act), dan keadilan sosial (social justice). Kemudian pada atapnya adalah akhlak dimana hal ini dapat menuntun manusia untuk bertindak sesuai dengan teori dan sistem yang telah digali dari sumber-sumber Islam itu. 5.

Pertanyaan 1. Sistem ekonomi islam dapat dikatakan sebagai system ekonomi campuran karena merupakan gabungan dari keunggulan system ekonomi kapitalis dan keunggulan system ekonomi sosialis. Setujukah anda dengan pernyataan tersebut ? Jelaskan !

MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

32

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP 2. Samakah orang muslim yang menerapkan ekonomi islam dengan orang non muslim yang menerapkan ekononi islam ? Jelaskan perbedaan mendasarnya ? 3. Coba bandingkan perkembangan penerapan ekonomi islam di Indonesia dengan penerapan ekonomi islam di Malaysia. Jelaskan perbedaannya ! dan apa saja keunggulan dari perkembangan ekonomi islam di Indonesia ? 4. Sekarang ini sudah banyak Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yang bermunculan di Indonesia mulai dari bank syariah, pegadaian syariah, asuransi syariah, BMT, dll. Namun pada kenyataan praktek di lapangan banyak orang yang mengungkapkan bahwa praktek LKS masih belum 100 % sesuai syariat islam. Bagaimana anda menyikapi fenomena tersebut ? 5. Apa sajakah yang dapat menjadi tolak ukur perkembangan ekonomi islam di suatu Negara ? Jelaskan!

MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

33

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP

BAB 4

KRITIK ISLAM TERHADAP SISTEM EKONOMI KAPITALIS

1. Antara Ilmu Ekonomi dan Sistem Ekonomi Dalam banyak literatur modern, istilah Ilmu Ekonomi secara umum dipahami sebagai suatu studi ilmiah yang mengkaji bagaimana orang-perorang atau kelompok-kelompok masyarakat menentukan pilihan. Pilihan harus dilakukan manusia pada saat mereka akan memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Hal ini dikarenakan setiap manusia mempunyai keterbatasan (kelangkaan) dalam hal sumberdaya yang dimilikinya, sehingga ia tidak mungkin mampu memenuhi seluruh kebutuhan dan keinginan hidupnya tanpa melakukan pilihan untuk mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki. Pilihan yang dimaksud menyangkut kegiatan produksi barang dan jasa serta kegiatan distribusi barang dan jasa tersebut di tengah masyarakat. Namun intinya pembahasan ilmu ekonomi ditujukan untuk memahami bagaimana masyarakat mengalokasikan keterbatasan (kelangkaan) sumberdaya yang dimilikinya. Secara lebih spesifik, Samuelson dan Nordhaus (1992), menyatakan bahwa ilmu Ekonomi merupakan suatu studi tentang perilaku masyarakat dalam menggunakan sumberdaya yang terbatas (langka) dalam rangka memproduksi berbagai komoditi, untuk kemudian menyalurkan (mendistribusikan) komoditi tersebut kepada berbagai individu dan kelompok yang ada dalam suatu masyarakat. Jadi ilmu ekonomi membahas aktivitas yang berkaitan dengan alokasi sumberdaya yang langka untuk kegiatan produksi untuk memproduksi barang dan jasa; ekonomi juga membahas aktivitas yang berkaitan dengan cara-cara memperoleh barang dan jasa; juga membahas aktivitas yang berhubungan dengan kegiatan konsumsi, yakni kegiatan pemanfaatan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup; serta membahas aktivitas yang berkaitan dengan kegiatan distribusi, yakni bagaimana menyalurkan barang dan jasa yang ada ditengah masyarakat. Seluruh kegiatan ekonomi mulai dari produksi, konsumsi dan distribusi barang dan jasa tersebut semuanya dibahas dalam ilmu ekonomi yang sering dikaji dalam berbagai literatur ekonomi kapitalis. Ilmu Ekonomi adalah ilmu yang membahas tentang upaya-upaya mengadakan dan meningkatkan produktivitas harta kekayaan (barang dan jasa). Atau dengan kata lain berkaitan dengan produksi suatu barang dan jasa. Karena harta kekayaan sifatnya ada secara alami serta upaya mengadakan dan meningkatkan produktivitasnya dilakukan manusia secara universal, maka pembahasan tentang ilmu ekonomi merupakan pembahasan yang universal pula sesuai dengan perkembangan sains dan teknologi. Oleh karena ilmu ekonomi tidak dipengaruhi oleh pandangan hidup (ideologi) tertentu dan bersifat universal, maka ia dapat diambil dari manapun juga selama bermanfaat. Sedangkan "Sistem Ekonomi" menjelaskan tentang bagaimana cara memperoleh dan memiliki harta kekayaan serta memanfaatkan harta kekayaan yang telah dimiliki tersebut. Atau dengan kata lain menjelaskan tentang kepemilikan harta kekayaan, bagaimana memanfaatkan dan mengembangkan harta kekayaan serta bagaimana mendistribusikan harta kekayaan kepada masyarakat. Dengan penjelasan ini dapat dipahami bahwa pembahasan "Sistem Ekonomi" sangat dipengaruhi oleh pandangan hidup tertentu dan tidak berlaku secara universal. Oleh karena itu sistem ekonomi dalam pandangan Ideologi Islam tentu berbeda dengan sistem ekonomi dalam pandangan Ideologi Kapitalisme serta berbeda pula dengan sistem ekonomi dalam pandangan Ideologi Sosialisme dan Komunisme. Sebagai contoh adalah pandangan tentang kepemilikan. Kepemilikan dalam Sistem Sosialisme dibatasi dari segi jumlah (kuantitas) kepemilikan harta sedangkan dari segi cara memperoleh (kualitas) harta yang dimiliki dibebaskan dengan cara apapun yang yang dapat dilakukan (menghalalkan segala cara). Sedangkan menurut pandangan Sistem Ekonomi Kapitalisme, kepemilikan harta tidak dibatasi jumlah (kuantitas) dan tidak dibatasi pula cara MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

34

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP memperoleh (kualitas) hartanya (menghalalkan segala cara). Sedangkan menurut Sistem Ekonomi Islam dari segi jumlah (kuantitas) tidak batasi namun dibatasi dengan cara-cara tertentu dalam memperoleh harta (ada aturan halal dan haram). Oleh karena itu mencampuradukan antara upaya menghasilkan barang dan jasa dari segi produksi dengan cara mendistribusikannya dan menjadikannya keduanya sebagai satu kesatuan adalah hal yang keliru. Inilah yang melahirkan kontaminasi dan campur aduk dalam pembahasanpembahasan ekonomi di kalangan orang-orang penganut paham Kapitalisme. Karena itulah, maka asas pembentukan ekonomi dalam ideologi Kapitalisme adalah asas yang salah. Akibatnya pokokpokok pandangan ekonomi menurut Sistem Kapitalisme pun mempunyai kekeliruan dan kerancuan. Berbeda dengan pandangan ekonomi kapitalis yang memasukkan seluruh kegiatan ekonomi mulai dari produksi, konsumsi dan distribusi dalam pembahasan Ilmu Ekonomi, Islam mempunyai pandangan yang berbeda. Hal ini diketahui dengan memahami sumber-sumber hukum Islam baik Al-Qur‘an maupun As-Sunnah. Dalam sebuah hadits Rasulullah saw bersabda : “Dua telapak kaki manusia akan selalu tegak (dihadapan Allah), hingga ia ditanya tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang ilmunya untuk apa ia pergunakan, tentang hartanya dari mana ia peroleh dan untuk apa ia belanjakan, dan tentang tubuhnya untuk apa ia korbankan” (HR. Tirmidzi dari Abu Barzah ra.) Hadits mulia di atas memberikan gambaran kepada kita bahwa setiap manusia akan diminta pentanggungjawaban terhadap empat perkara, yakni tentang umurnya, ilmunya, hartanya, dan tubuhnya. Tentang umur, ilmu dan tubuhnya setiap orang hanya ditanya satu perkara, sedang berkaitan dengan harta setiap orang akan ditanya dengan dua perkara, yakni dari mana hartanya peroleh dan untuk apa digunakan. Ini memberikan gambaran bahwa Islam memberi perhatian yang besar terhadap segala aktivitas manusia yang berhubungan dengan harta. Pandangan Islam terhadap masalah ekonomi dari segi keberadaan dan produksi harta kekayaan (barang dan jasa) dalam kehidupan dari segi kuantitasnya berbeda dengan pandangan Islam terhadap masalah cara memperoleh harta (kekayaan), dan pemanfaatannya serta pendistribusiannya. Masalah ekonomi dari segi keberadaan dan produksi barang dan jasa dimasukkan dalam pembahasan Ilmu Ekonomi („Ilmun Iqtishadiyun) yang bersifat universal dan sama untuk setiap bangsa di dunia. Sedangkan masalah harta dari segi cara memperolehnya, pemanfaatannya serta pendistribusiannya dimasukkan dalam pembahasan Sistem Ekonomi (Nizhamun Iqtishadiyun) yang dapat berbeda antar setiap bangsa sesuai dengan pandangan hidupnya (ideologinya). Dari segi keberadaannya, harta kekayaan tersebut sebenarnya terdapat dalam kehidupan secara alamiah, dimana Allah SWT telah menciptakannya untuk diberikan kepada manusia. Allah SWT berfirman dalam banyak ayat : “Dialah yang telah menciptakan untuk kalian semua, apa saja yang ada di bumi.”(QS. AlBaqarah : 29) “Dan (Dialah) yang menundukkan untuk kalian apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi.”(QS. Al-Jatsiyat : 13) “Maka, hendaknya manusia itu memperhatikan makanannya. Sesungguhnya, Kami benarbenar telah mencurahkan air (dari langit), kemudian Kami belah bumi dengan sebaikbaiknya, lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, Anggur dan sayur-sayuran, Zaitun dan pohon kurma, kebun-kebun yang lebat, dan buah-buahan serta rumput-rumputan, untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu.” (QS. Abasa : 24-32) Ayat-ayat di atas serta ayat-ayat yang lain yang serupa menunjukkan bahwa Allah SWT menegaskan bahwa Dia-lah Yang telah menciptakan benda-benda (harta) agar bisa dimanfaatkan untuk manusia. Demikian juga dalam masalah bagaimana cara memproduksi harta (barang dan jasa) serta upaya meningkatkan produktivitasnya, Islam sama sekali tidak ikut campur, dan menyerahkan kepada manusia untuk mengelolanya dengan kemampuan yang mereka miliki. Tidak terdapat satu MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

35

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP keteranganpun baik yang berasal dari Al-Qur‘an maupun As-Sunnah yang menjelaskan bagaimana memproduksi harta kekayaan tersebut. Justru sebaliknya kita menemukan banyak keterangan yang menjelaskan, bahwa syara‘ telah menyerahkan masalah tersebut kepada manusia untuk menggali dan memproduksi kekayaan tersebut. Diriwayatkan bahwa Nabi saw pernah bersabda dalam masalah penyerbukan kurma : “Kalianlah yang lebih tahu tentang (urusan) dunia kalian.”(Al-Hadits)) Juga terdapat riwayat hadits, bahwa Nabi saw telah mengutus dua orang kaum muslimin berangkat ke Yaman untuk mempelajari industri persenjataan. Semuanya ini menunjukkan, bahwa Islam telah menyerahkan masalah memproduksi harta kekayaan tersebut kepada manusia, agar mereka memproduksinya sesuai dengan keahlian dan pengetahuan mereka. Kesemuannya ini menurut pandangan ekonomi Islam dimasukkan dalam pembahasan Ilmu Ekonomi yang bersifat universal sehingga boleh dipelajari dan diambil darimanapun ia berasal apakah dari Barat maupun dari Timur. Berbeda halnya dengan masalah ekonomi dalam hal bagaimana cara perolehan harta dan pemanfaatan (konsumsi) nya serta pendistribusiannya, maka Islam mengatur dengan jelas. Hal ini bisa dipahami dari hadits tentang pertanyaan Allah SWT kepada manusia di hari kiamat kelak. Bahwa mereka akan diminta pertanggungjawaban tentang hartanya dari mana serta dengan cara apa ia memperolehnya, juga tentang bagaimana ia memanfaatkan hartanya tersebut mulai dari kegiatan konsumsi sampai dengan pendistribusiannya. Selain itu, dari segi tata cara perolehan harta kekayaan, Islam telah mensyariatkan hukumhukum tertentu dalam rangka memperoleh harta kekayaan, seperti hukum-hukum berburu, menghidupkan tanah mati (lahan tidur), hukum-hukum kontrak jasa, industri serta hukum-hukum waris, hibah, wasiat dan lain sebagainya. Demikian juga dalam masalah pemanfaatan harta kekayaan, Islam mengatur dengan jelas. Misalnya Islam mengharamkan pemanfaatan beberapa bentuk harta kekayaan, seperti minuman keras, bangkai, daging babi. Islam juga mengharamkan menjual harta kekayaan yang haram untuk dimakan. Selain itu Islam juga mensyariatkan hukumhukum tertentu tentang pendistribusian harta kekayaan melalui pemberian harta oleh negara kepada masyarakat, pembagian harta waris, pemberian infak, sedekah, wakaf dan lain sebagainya. Amatlah jelas bahwa Islam telah memberikan pandangan (konsep) tentang sistem ekonomi, sementara tentang ilmu ekonomi Islam menyerahkannya kepada manusia. Dengan kata lain Islam telah menjadikan perolehan dan pemanfaatan harta kekayaan sebagai masalah yang dibahas dalam Sistem Ekonomi. Sementara, secara mutlak Islam tidak membahas bagaimana cara memproduksi kekayaan dan faktor produksi yang bisa menghasilkan harta kekayaan, sebab itu termasuk dalam pembahasan Ilmu Ekonomi yang bersifat universal. 2. Kritik Islam Terhadap Kapitalisme Dr. M. Amien Rais (Cakrawala Islam, 1991) mengatakan bahwa kapitalisme pada hakikatnya hanyalah ―hasil sampingan‖ (by product) dari filsafat politik yang bernama liberalisme, yang berkembang di Zaman Pencerahan (enlightenment) pada abad ke-18 di Eropa. Semangat liberalisme itu mengajarkan bahwa pada dasarnya manusia sama sekali tidak jahat, dan sejarah umat manusia dapat disimpulkan sebagai sejarah kemajuan (progress) yang menuju kepada suatu tatanan rasional dalam kehidupan, sehingga tuntutan spiritual dari lembaga agama apa pun tidak lagi diperlukan. Filsafat politik liberalisme, dengan didorong rasionalisme yang menyatakan bahwa rasio manusia dapat menerangkan segala hal di dunia ini secara komprehensif dan tuntas, kemudian melahirkan kapitalisme. Sesuai dengan prinsip laissez faire, laissez passer, mekanisme pasar yang terdiri atas penawaran dan permintaan (supply and demand) akan mengatur kegiatan ekonomi masyarakat secara sebaik-baiknya. Tangan yang tidak kelihatan (the invisible-hand) dalam mekanisme ekonomi pasar itu akan mengatur kegiatan ekonomi masyarakat secara paling rasional, dan karena itu dapat menciptakan kesejahteraan sebesar-besarnya bagi masyarakat. Tetapi ternyata kemudian bahwa kapitalisme itu justru menimbulkan suatu masyarakat yang MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

36

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP sangat tidak egalitarian dan menciptakan kesengsaraan bagi rakyat banyak, disamping munculnya keserakahan pendukung kapitalisme serta individualisme yang menyebabkan alienasi. Kegagalan kapitalisme menghantarkan masyarakat menuju tatanan idealnya, tentu bukan hanya terkait dengan problematik praktikalnya, tapi diyakini berangkat dari kesalahan yang bersifat sangat fundamental. Yakni bahwa kapitalisme sejak awal mulai dari asas, pandangan tentang problematika ekonomi dan sejumlah gagasan-gagasan derivasinya memang telah keliru. Sesuatu yang telah keliru pondamennya, pasti hasil akhirnya juga akan keliru. Oleh karenanya, dampak buruk yang ditimbulkan kapitalisme di tengah masyarakat adalah wajar belaka. Bila diperhatikan secara seksama, terdapat tiga pandangan utama yang sesungguhnya membangun sistem ekonomi kapitalis. Pertama, pandangan tentang konsep kelangkaan (scarcity) barang dan jasa. Kedua, pandangan tentang konsep nilai (value) suatu barang dan jasa yang dihasilkan. Ketiga, pandangan tentang konsep harga dan peranannya dalam produksi, konsumsi, dan distribusi. Dan dengan pengkajian yang mendalam, maka akan nampak beberapa kesalahan dan kelemahan mendasar pada pandangan-pandangan tersebut. a

Tentang Konsep Kelangkaan (scarcity) dan Problematika Ekonomi Menurut pandangan sistem ekonomi kapitalis, setiap manusia mempunyai kebutuhan yang beranekaragam dan jumlahnya tidak terbatas. Tapi kebutuhan hidup manusia yang dibahas di sini hanyalah kebutuhan yang bersifat material semata. Baik yang dapat dirasakan dan dapat diraba (barang) seperti makanan dan pakaian, maupun yang sifatnya dapat dirasakan tetapi tidak dapat diraba (jasa) seperti pelayanan dokter, guru dan lain-lain. Kebutuhan selain yang bersifat materi tidak pernah dibahas oleh sistem ekonomi kapitalis. Setiap kebutuhan tersebut menuntut pemuasan oleh alat-alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Oleh karena di satu sisi kebutuhan manusia jumlahnya tidak terbatas sementara alat yang digunakan untuk memenuhinya terbatas, maka muncullah konsep kelangkaan (scarcity). Bertolak dari pandangan tersebut di atas, maka sistem ekonomi kapitalis menetapkan bahwa problematika ekonomi yang timbul oleh karena adanya keterbatasan barang dan jasa yang ada pada diri setiap individu, masyarakat atau negara untuk memenuhi kebutuhan manusia yang tidak terbatas adalah adanya kelangkaan (scarcity). Akibat pasti dari kelangkaan ini adalah adanya sebagian kebutuhan yang senantiasa tidak terpenuhi secara secara sempurna atau bahkan tidak terpenuhi sama sekali. Ketika alat-alat dan sarana-sarana pemuas yang ada tidak mencukupi jumlah yang dibutuhkan berarti manusia berada dalam kondisi kekurangan (kemiskinan). Untuk mengatasinya, dilakukanlah berbagai macam cara sehingga produksi barang dan jasa yang ada mencukupi semua kebutuhan manusia yang tidak terbatas tersebut. Cara yang paling umum dilakukan adalah dengan jalan meningkatkan produksi barang dan jasa suatu negara (dari sini lahir konsep Pendapatan Nasional). Cara lainnya, adalah dengan membatasi jumlah penduduk melalui program pembatasan kelahiran. Misalnya dengan mendorong rakyat mengikuti program KB, melegalisasi aborsi, sampai membolehkan hubungan di luar nikah "kumpul kebo", hubungan sejenis (homoseksual dan lesbian) dan dengan cara-cara lain yang dapat menjamin pembatasan jumlah penduduk. Dengan cara-cara tersebutlah diyakini problematika ekonomi dapat dapat diatasi. Selain itu, yang dimaksud dengan kebutuhan manusia menurut pandangan sistem ekonomi kapitalis adalah sesuatu yang diinginkan manusia tanpa memandang apakah itu bermanfaat atau membahayakan manusia. Juga tanpa melihat berapa jumlah orang yang menginginkan barang/jasa tersebut. Suatu barang dan jasa bisa disebut sebagai alat pemuas kebutuhan apabila barang tersebut memiliki manfaat (nilai guna/utilitas atau qimatul manfaah). Dan disebut memiliki nilai guna apabila ada manusia yang menginginkan barang itu walaupun cuma seorang. Sebagai contoh, ketika ada seseorang mempunyai keinginan untuk menghilangkan rasa haus sekaligus dapat menghangatkan tubuhnya, ia akan mencari atau memproduksi sesuatu yang bisa memenuhi keinginannya itu. Ketika dilihat olehnya minuman keras (khamr) bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhannya itu, maka jadilah khamr itu sebagai alat pemuas tanpa melihat lagi apakah itu barang berbahaya atau tidak. MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

37

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP Dan khmar akan tetap diproduksi selama masih ada yang membutuhkannya. Dalam kacamata ini, khamr disebut sebagai barang yang bermanfaat. Pandangan sistem kapitalis yang menyamakan antara pengertian kebutuhan (need) dengan keinginan (want) adalah tidak tepat dan tidak sesuai dengan fakta. Keinginan (want) manusia memang tidak terbatas dan cenderung untuk terus bertambah dari waktu ke waktu. Sementara kebutuhan manusia tidaklah demikian. Bila dikaji secara mendalam, kebutuhan manusia ada yang merupakan merupakan kebutuhan pokok (al hajat al asasiyah) dan ada kebutuhan yang sifatnya pelengkap (al hajat al kamaliyat), yakni berupa kebutuhan sekunder dan tersier. Kebutuhan pokok manusia berupa pangan, sandang dan papan dalam kenyataannya adalah terbatas. Setiap orang yang kenyang setelah memakan makanan tertentu, maka pada saat itu sebenarnya kebutuhannya telah terpenuhi dan dia tidak memerlukan makanan yang lain. Juga, orang yang sudah memiliki pakaian tertentu meskipun hanya beberapa potong saja, maka sebenarnya kebutuhan dia akan pakaian sudah terpenuhi. Demikian pula jika orang telah menempati suatu rumah tertentu sebagai tempat tinggalnya meskipun sekadar menyewa, sebenarnya kebutuhannya akan rumah tinggal juga sudah terpenuhi. Dan jika manusia sudah mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokoknya itu, sebenarnya dia sudah dapat menjalani kehidupan ini tanpa mengalami kesulitan yang berarti. Adapun kebutuhan manusia yang sifatnya pelengkap (sekunder dan tersier) maka memang pada kenyataannya selalu berkembang terus bertambah seiring dengan tingkat kesejahteraan individunya. Namun perlu ditekankan disini bahwa jika seseorang tidak atau belum mampu memenuhi kebutuhan pelengkapnya, asal kebutuhan pokoknya terpenuhi, maka ia tetap dapat menjalani kehidupannya tanpa kesulitan berarti. Oleh karena itu anggapan bahwa kebutuhan manusia sifatnya tidak terbatas adalah tidak tepat, sebab kenyataannya ada kebutuhan pokok yang sifatnya terbatas, dan ada pula kebutuhan pelengkap yang selalu berkembang dan terus bertambah. Berbeda dengan kebutuhan (need), maka keinginan (want) manusia memang tidaklah terbatas. Benar ia sudah kenyang yang berarti kebutuhan akan makanan sudah terpenuhi, tapi setelah itu ia dapat saja menginginkan makanan lainnya sebagai variasi dari makanan pokoknya. Demikian pula seseorang yang telah berpakaian, yang berarti kebutuhan akan pakaian telah terpenuhi, masih mungkin menginginkan pakaian lainnya yang lebih bagus dan lebih mahal. Seseorang yang sekalipun telah memiliki rumah tinggal, dapat saja menginginkan rumah tinggal yang lebih besar dan lebih banyak. Jadi, sebenarnya kebutuhan pokok manusia itu terbatas. Yang tidak terbatas adalah keinginan-keinginan manusia. Oleh karena itulah pandangan orang-orang kapitalis yang menyamakan antara kebutuhan dan keinginan adalah tidak tepat dan tidak sesuai dengan fakta yang ada. Kekeliruan lainnya adalah anggapan bahwa kebutuhan manusia terbatas pada yang bersifat materi saja. Pandangan ini tidak tepat dan sangat bertentangan dengan kenyataan, dimana di samping memerlukan makanan, pakaian dan perumahan, manusia juga mempunyai kebutuhan lain seperti kebutuhan ruhiyah (beragama), kebutuhan moral, kebutuhan akan kasih sayang sesama manusia, kebutuhan untuk berketurunan, dan lain-lain. Dan masing-masing kebutuhan tersebut menuntut pemenuhan baik berupa barang dan jasa. Karena para ekonom kapitalis tidak mengenal kebutuhan-kebutuhan itu, maka wajar bila di tengah masyarakat terjadi kekeringan nilai agama, akhlaq, moral, dan nilai kemanusiaan. Demikian pula pandangan ahli ekonomi kapitalis yang memandang kebutuhan dan manfaat sebagaimana adanya tanpa memperhatikan apakah itu dapat mensejahterakan masyarakat atau tidak, juga tidaklah tepat. Menentukan suatu kebutuhan berdasarkan keinginan manusia semata sangatlah berbahanya. Ini terlihat dari bagaimana masyarakat di negara-negara penganut paham kapitalisme harus menerima kenyataan bahwa sebagian dari mereka membutuhkan narkotika, heroin, judi, pelacuran meskipun itu semua sesungguhnya sangat berbahaya. Pemikiran seperti inilah yang akan menghancurkan masyarakat itu sendiri secara pasti. Kebutuhan yang aneh itu akan meruntuhkan tatanan masyarakat, karena mereka membiarkan segelintir orang (awalnya) mengkonsumsi kebutuhan-kebutuhan tadi. MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

38

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP Oleh karena itulah, paham yang hanya memandang manusia sebagai bersifat materi semata, tanpa kecenderungan-kecenderungan spiritual dan keinginan untuk meraih tujuan-tujuan yang bersifat non-materi; telah menyebabkan mereka tidak memperhatikan masalah-masalah seperti ketinggian moral, spiritualitas, nilai-nilai ketakwaan dan semangat pencarian keridhaan Allah, yang semestinya harus dijadikan landasan dalam membangun peradaban. Maka, bila sekarang terlihat terjadinya proses dehumanisasi, dekadensi moral dan despiritualisasi pada masyarakat kapitalis merupakan hal yang wajar oleh karena mereka memang abai terhadap hal itu semua. Kekeliruan lain yang dapat diungkap di sini adalah ketika kapitalisme menganggap bahwa barang dan jasa yang diproduksi hanya semata-mata untuk dimanfaatkan, serta hanya sekadar menjadi alat tukar-menukar sesama manusia. Padahal sebenarnya ketika barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat dijadikan sebagai alat untuk tukar-menukar, maka pada saat itulah barang dan jasa tersebut sangat menentukan bentuk dan corak interaksi antar anggota masyarakat. Oleh karena itu agar interaksi di antara anggota masyarakat dapat berjalan secara aman, mendatangkan ketenteraman, kebahagiaan dan kesejahteraan, maka harus ada perhatian terhadap sesuatu yang harus dijadikan pijakan oleh masyarakat. Dengan kata lain harus ada kesepakatan bersama tentang mana yang pada hakikatnya bermanfaat bagi masyarakat serta mana yang pada hakikatnya membahayakan masyarakat. Seharusnya tidak boleh diklaim bahwa suatu barang disebut bermanfaat hanya karena ada sekelompok orang menginginkannya tanpa melihat esensi apakah barang dan jasa tersebut berbahaya atau tidak. Suatu barang harus dianggap bermanfaat apabila memang esensinya bermanfaat. Maka, narkotika, prostitusi dan sebagainya harus tidak boleh dianggap sebagai barang dan jasa yang bermanfaat hanya lantaran ada orang yang menginginkannya. Berpangkal dari pandangan bahwa problematika ekonomi adalah kelangkaan, maka kapitalisme memproduksi kekayaan dengan porsi yang jauh lebih besar daripada distribusi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Atas dasar inilah, maka sistem ekonomi kapitalis hanya mengarah kepada satu tujuan, yaitu meningkatkan kekayaan negara secara total, kemudian berusaha memperoleh tingkat produksi hingga setinggi-tingginya. Kemakmuran anggota masyarakat akan tercapai setelah adanya pertambahan pendapatan nasional (national income), dan naiknya produksi suatu negara. Ini semua, menurut mereka hanya dapat direalisasikan jika masyarakat dibiarkan bekerja sebebas-bebasnya untuk berproduksi dan mengumpulkan kekayaan tersebut. Oleh karena itulah, kegiatan ekonomi dalam pandangan kapitalisme terfokus pada upaya peningkatan produksi barang dan jasa kolektif. Dengan cara itu, distribusi pendapatan dilakukan dengan cara kebebasan kepemilikan dan kebebasan bekerja bagi anggota masyarakat. Yaitu anggota masyarakat dibiarkan sebebas-bebasnya dalam memperoleh kekayaan apa saja yang mampu mereka peroleh, sesuai dengan faktor-faktor produksinya masing-masing. Baik pemenuhan tersebut dapat dilakukan untuk seluruh anggota masyarakat, atau hanya terjadi pada sebagian orang saja sementara sebagian lainnya tidak terpenuhi. Pandangan ini jelas keliru dan bertentangan dengan realitas, serta tidak pernah menyebabkan naiknya taraf kehidupan individu secara menyeluruh. Begitu pula, tidak pernah menghasilkan kemakmuran bagi setiap individu rakyat. Ini terlihat, misalnya di negaranegara Barat yang telah termasuk ke dalam negara-negara kaya sekalipun masih banyak dijumpai orang-orang miskin dengan perkampungan kumuhnya, pengemis dan gelandangan yang selalu terlihat di sudut-suduk kota. Kesalahan utama terletak dalam memandang kebutuhan manusia yang harus dipenuhi. Kebutuhan manusia yang harus dipenuhi sesungguhnya adalah kebutuhan masing-masing individu khususnya yang berkaitan dengan kebutuhan pokok mereka. Bukan kebutuhan-kebutuhan segenap manusia, ummat ataupun bangsa secara keseluruhan. Oleh karena itu problematika ekonomi itu akan muncul ditengah masyarakat jikalau terdapat individu yang tidak mampu memenuhi kebutuhan pokoknya. Bukan karena seluruh kebutuhan masyarakat tidak terpenuhi. Selama kebutuhan pokok setiap individu masyarakat terpenuhi meskipun kebutuhan pelengkap (sekunder dan tersier) belum atau bahkan tidak terpenuhi, suatu masyarakat tidaklah akan mengalami kesulitan yang berarti MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

39

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP dalam menjalani kehidupannya. Sebaliknya meskipun suatu negara telah tergolong negara kaya, tapi bila masih ada anggota masyarakatnya yang tidak mampu memenuhi kebutuhan pokoknya, maka sebenarnya negara itu masih mengalami problematika ekonomi. Dengan demikian, problematikan ekonomi yang sebenarnya adalah bagaimana distribusi kekayaan di tengah masyarakat kepada individu; yaitu pendistribusian barang dan jasa kepada tiap anggota masyarakat. Bukan pada pemenuhan kebutuhan yang dituntut oleh suatu negara secara total, tanpa melihat masing-masing individunya. Dengan kata lain, masalahnya adalah kemiskinan yang menimpa individu; bukan kemiskinan yang menimpa negara. Karena, kendati misalnya dengan terpecahkannya masalah kemiskinan negara, tidak berarti telah memecahkan masalah kemiskinan individu masyarakat. Sebaliknya dengan terpecahkannya masalah kemiskinan individu dan terdistribusikannya kekayaan dengan baik justru akan mendorong rakyat serta warga suatu negara untuk bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka lainnya. Pada akhirnya hal itu akan meningkatkan pendapatan nasional. Oleh karena itu tatanan ekonomi yang dibuat harus berintikan kebijakan yang dapat menjamin distribusi kekayaan negara - baik kekayaan di dalam maupun di luar negeri- kepada seluruh anggota masyarakat, dari segi terjaminnya pemenuhan seluruh kebutuhan pokok semua anggota masyarakat dan pemuasan mereka. Disamping adanya jaminan yang memungkinkan setiap anggota masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sekunder dan tersier mereka. b Tentang Konsep Nilai (Value) Suatu Barang dan Jasa Konsep tentang "nilai" digunakan oleh kapitalisme untuk menilai apakah suatu barang dan jasa yang dihasilkan bermanfaat atau tidak. Nilai (value) dari suatu barang dan jasa diukur berdasarkan tingkat kegunaannya. Nilai barang dan jasa dibedakan antara "nilai" yang berhubungan dengan individu tertentu yang disebut dengan "nilai guna" (utility value/qimatul manfaah) dengan "nilai" yang berhubungan dengan barang lain yang disebut dengan "nilai tukar" (exchange value/qimatul istibdal). Nilai guna (utility value/qimatul manfaah) adalah tingkat kepuasan yang dapat diperoleh oleh setiap individu ketika mereka mengkonsumsi suatu barang dan jasa. Nilai itu diukur berdasarkan kegunaan/kepuasan terakhir yang diperoleh ketika mengkonsumsi suatu barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan yang paling rendah. Nilai guna ini dikendalikan oleh adanya keseimbangan antara permintaan konsumen dengan penawaran produsen, sehingga kegunaannya diperoleh pada batas unit terakhir untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan kemampuan masing-masing individu. Sedangkan "nilai tukar" (exchange value/qimatul istibdal) adalah kekuatan tukar yang dimiliki oleh barang dan jasa ketika ia ditukarkan dengan barang dan jasa lainnya. Pertukaran itu hanya bisa dilakukan secara sempurna, jika terdapat alat tukar (medium of exchange) yang dijadikan ukuran untuk menilai barang dan jasa. Dari sinilah maka para pakar ekonomi kapitalis perlu membahas tentang "nilai tukar", karena nilai tukar merupakan obyek penukaran dan sifat yang dapat diukur. Disamping itu karena ia merupakan standar yang dipergunakan untuk mengukur barangbarang dan jasa-jasa (unit of account), serta untuk membedakan aktivitas-aktivitas produktif dan nonproduktif. Dalam rangka menentukan "nilai tukar" barang dan jasa maka diperlukan adanya perkiraan dari nilai barang dan jasa tersebut. Oleh karena itu, mengetahui apa yang dimaksud dengan "nilai tukar" adalah masalah yang penting dalam kegiatan produksi dan konsumsi. Dengan kata lain, ia merupakan sesuatu yang sangat penting dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia, melalui alat dan sarana pemuas kebutuhan manusia. Pada masa lalu, nilai tukar diukur dengan jalan membandingkan nilai tukar suatu barang dan jasa dengan barang dan jasa lainnya atau yang dikenal dengan sistem "barter". Namun "nilai tukar" pada saat ini telah dikhususkan pada satuan nilai tertentu yang terdapat pada suatu benda yang disebut dengan "uang". Dan penisbatan pertukaran barang dan jasa dengan uang itu disebut dengan harga (price). Oleh karena itulah maka harga merupakan nilai tukar (exchange value) barang dan MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

40

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP jasa yang dinyatakan dengan uang. Tapi sesungguhnya ada perbedaan antara "nilai tukar" dengan harga. "Nilai tukar" (exchange value) adalah penisbatan pertukaran barang dan jasa dengan barang dan jasa lainnya secara mutlak. Sedangkan "harga" adalah "nilai tukar" barang dan jasa dengan uang. Sehingga harga sebenarnya tidak secara pasti menggambarkan nilai tukar barang dan jasa yang sebenarnya. Hal ini membawa konsekuensi, bahwa seluruh harga barang dan jasa bisa jadi akan meningkat tinggi pada saat yang bersamaan (mengalami inflasi), kemudian pada saat yang lain secara bersamaan bisa mengalami penurunan (mengalami deflasi) meskipun sebenarnya "nilai tukarnya" tidak berubah. Oleh karena itu, sebenarnya harga barang dan jasa hanyalah merupakan salah satu dari "nilai tukar" (exchange value) suatu barang dan jasa. Oleh karena itu, ketika harga ditetapkan sebagai satu-satunya "nilai tukar", maka secara pasti harga tersebut merupakan standar (tolok ukur) bagi barang dan jasa apakah barang dan jasa tersebut berguna (utility) atau tidak (disutility). Bahkan harga tersebut merupakan standar (tolok ukur) bagi tingkat kegunaan suatu barang apakah tinggi atau rendah. Maka, suatu barang dan jasa dinilai memiliki kegunaan dan produktivitas tertentu, ketika masyarakat menentukan barang dan jasa tertentu itu mempunyai harga tertentu. Tingkat kegunaan dari barang dan jasa itu diukur dari tingkat harga yang diterima oleh konsumen dari produsen pada saat terjadi transaksi jual beli. Barang dan jasa yang memilki tingkat kegunaan yang lebih besar akan dinilai dengan harga yang lebih besar pula. Baik barang dan jasa tersebut merupakan barang pertanian ataupun industri, jasa layanan pedagang, layanan jasa biro angkutan, dokter, insinyur dan lain-lain. Pandangan kapitalisme yang menyatakan bahwa nilai suatu barang dan jasa sangatlah subyektif karena tergantung pada masing-masing individu telah membawa konsekuensi bahwa sistem ekonomi kapitalis menganggap nilai barang dan jasa sebagai sesuatu yang bersifat nisbi (relatif), bukan hakiki. Menurut mereka penilaian terhadap nilai suatu barang dan jasa sangat ditentukan oleh pandangan setiap orang terhadap tingkat kepuasan terakhir yang dapat dia rasakan ketika dia mengkonsumsi barang dan jasa tersebut. Dan itu ditentukan oleh harga barang dan jasa tersebut. Konsep inilah yang biasa mereka sebut dengan teori kepuasan marjinal atau "marginal utility theory". Pandangan ini keliru. Sebab, nilai suatu barang dan jasa sebenarnya semata-mata ditentukan oleh manfaat (kegunaan)nya, dengan memperhatikan faktor kelangkaannya. Inilah pandangan hakiki tentang nilai suatu barang dan jasa. Jadi nilai itu adalah sesuatu yang memiliki fakta yang dapat dijangkau, bukan merupakan sesuatu yang nisbi (relatif). Sedangkan apa yang mereka sebut dengan teori kepuasan marjinal (marginal utility theory), sebenarnya pembahasannya tidaklah berkaitan dengan konsep "nilai" barang dan jasa tetapi berkaitan dengan konsep "harga". Karena "nilai" barang dan jasa semata ditentukan oleh perkiraan manfaat barang tersebut dengan memperhatikan faktor kelangkaannya pada saat tertentu. Maka, naiknya harga suatu barang sebenarnya tidaklah berarti bahwa "nilai" barang itu meningkat dan sebaliknya turunnya harga barang tidak berarti "nilai"nya juga menurun. Sebab nilai suatu barang dari segi manfaatnya tidak terpengaruh dengan harganya. Dalam hal ini terdapat perbedaan antara harga dengan nilai, menurut para ahli ekonomi kapitalis sekalipun. Dimana harga ditentukan oleh adanya interaksi antara permintaan dan penawaran. Sedangkan nilai perkiraannya ditentukan oleh manfaat yang terdapat pada barang dan jasa ketika diukur manfaatnya dengan memperhatikan faktor kelangkaannya. Nilai guna suatu barang dan jasa diukur/diperkirakan dengan harga, itu merupakan perkiraan yang bersifat dugaan, bukan hakiki lagi. Pada saat itu nilai akan berubah-ubah setiap setiap saat mengikuti kecenderungan pasar. Maka, keberadaannya sebagai nilai akan gugur. Realitas nilai tersebut tidak layak lagi disebut dengan "nilai" (value), melainkan telah berubah menjadi alat yang didalammya terdapat nilai uang yang mengikuti kecenderungan pasar, bukan mengikuti manfaat yang ada di dalamnya.

MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

41

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP c

Tentang Konsep Harga dan Peranannya dalam Produksi, Konsumsi dan Distribusi Secara umum harga barang di pasar ditentukan oleh adanya interaksi antara permintaan konsumen dengan penawaran yang dilakukan oleh produsen. Tapi harga juga dapat mengendalikan produksi dan konsumsi. Di pasar barang, harga suatu barang dapat menggambarkan besar kecilnya biaya produksi. Dengan biaya produksi tertentu, seorang produsen dapat menentukan produk apa yang akan diproduksi serta berapa besar produksi yang harus dilakukan. Demikian pula ketika harga tinggi sementara biaya produksi relatif tetap akan mendorong produsen untuk meningkatkan produksinya; dan sebaliknya harga yang rendah sementara biaya produksi yang relatif tetap akan mendorong produsen untuk mengurangi produksinya. Dengan demikian harga akan mempengaruhi jumlah penawaran, dan itu dinyatakan dalam harga. Bagi konsumen, harga suatu barang akan memberi arahan tentang produk apa yang harus mereka konsumsi, berapa besar jumlahnya dan di mana mereka dapat membeli barang tersebut. Sementara itu di pasar faktor produksi (jasa tenaga kerja), harga tenaga kerja yang tinggi akan mendorong produsen (rumah tangga) pemilik jasa tenaga kerja meningkatkan penawaran jasa tenaga kerjanya. Meningkatnya jumlah tenaga kerja pada gilirannya dapat mendorong produksi barang. Dari pendapatan (harga) yang diperoleh oleh rumah tangga dari penjualan jasa tenaga kerjanya kepada sebuah perusahaan yang memerlukan tenaga kerja dapat digunakan untuk mengkonsumsi barang dan jasa yang dibutuhkan oleh rumah tangga. Oleh karena itu kekuatan penawaran dan permintaan barang --yang mengikuti hukum permintaan dan penawaran-- sangat ditentukan oleh mekanisme harga. Hukum permintaan menyatakan jika harga suatu komoditi turun akan menyebabkan jumlah yang diminta meningkat sebaliknya jika harga meningkat maka jumlah yang diminta akan menurun. Sedangkan hukum penawaran menyatakan bahwa jika harga suatu komoditi meningkat akan menyebabkan jumlah yang ditawarkan produsen meningkat; sebaliknya jika harga menurun maka jumlah yang ditawarkan produsen akan menurun. Dalam masing-masing kondisi tersebut, harga memiliki pengaruh yang dominan dalam supply and demand. Dengan kata lain, hargalah yang mengendalikan tingkat produksi dan konsumsi suatu barang. Menurut pandangan sistem ekonomi kapitalis, mekanisme harga merupakan metode yang paling akurat untuk mendistribusikan barang-barang dan jasa-jasa kepada anggota masyarakat. Karena kegunaan (utility) itu merupakan hasil jerih payah yang dicurahkan manusia; sehingga apabila hasil jerih payah (upah) itu tidak seimbang dengan kerjanya (jerih payahnya), maka akan menyebabkan produksi akan turun. Oleh karena itu, metode yang paling akurat untuk mendistribusikan barang-barang dan jasa-jasa kepada anggota masyarakat itulah yang dipergunakan untuk menjaga tingkat produksi setinggi-tingginya. Dan metode tersebut adalah metode harga. Itulah yang biasaya disebut dengan mekanisme harga. Menurut mereka, dalam mekanisme harga tangan yang tidak kelihatan (the invisible hand) akan mempengaruhi keseimbangan ekonomi secara otomatis. Sebab mekanisme harga dibangun dengan prinsip memberikan kebebasan kepada konsumen untuk menentukan sendiri distribusi barang-barang dan jasa-jasa yang dimiliki masyarakat melalui berbagai kegiatan ekonomi yang dilakukan. Setiap konsumen tentunya akan membelanjakan uang yang mereka peroleh untuk membeli apa yang mereka butuhkan dan apa yang mereka senangi. Sebagai contoh, seorang konsumen yang tidak suka minum khamr atau prostitusi, maka dia tidak akan mengkonsumsinya, sehingga pendapatannya akan digunakan untuk mengkonsumsi barang dan jasa lainnya. Dan apabila jumlah konsumen yang tidak suka khamr dan prostitusi cukup banyak atau bahkan ternyata semua orang tidak suka, maka produsen khamr dan para pelacur akan bangkrut. Tidak adanya permintaan miras dan prostitusi menyebabkan kegiatan produksinya akan tutup. Jadi, konsumenlah yang menentukan jumlah serta jenis-jenis produksi barang dan jasa, sesuai dengan keinginan mereka. Dengan harga pulalah barang-barang dan jasa bisa didistribusikan, agar bisa dijangkau oleh konsumen atau tidak, serta agar bisa memberikan keuntungan kepada produsen atau tidak.

MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

42

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP Harga yang berfungsi dalam mengatur distribusi barang dan jasa dapat diterangkan sebagai berikut. Bahwa setiap manusia tentu ingin memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya. Karena itu, manusia senantiasa berusaha untuk meraih sejumlah barang dan jasa yang bisa memenuhi seluruh kebutuhan. Seandainya setiap orang dibebaskan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya sementara harga barang dan jasa itu tidak ada (nol), niscaya ia tidak akan pernah berhenti mengumpulkan dan mengkonsumsi barang dan jasa yang mereka inginkan sampai kepuasan yang didapatkannya adalah nol. Namun karena masing-masing orang sangat dibatasi oleh kemampuan finansialnya disamping juga karena harga barang dan jasa tidak nol, maka setiap orang akan berhenti mengkonsumsi barang dan jasa sampai pada tingkat kesanggupan/kediaannya membayar harga barang dan jasa yang akan mereka konsumsi. Oleh karena itu, harga merupakan pengendali yang dibuat secara alami dan bisa menghentikan manusia dari tindakan komsumtif sampai batas yang sesuai dengan kemampuan finansialnya. Dengan adanya harga itu, setiap orang akan berfikir dan menimbang serta mengukur kebutuhan-kebutuhan yang kompetitif tersebut. Setiap orang akan membeli mana yang dipandangnya penting dan tidak mengambil mana yang dipandangnya tidak penting. Karena itu, maka hargalah yang memaksa seseorang untuk menganggap cukup dengan terpenuhinya kebutuhan secara parsial, sehingga dia dapat memenuhi kebutuhannya yang lain. Bagi setiap orang, kedudukan setiap barang dan jasa mempunyai kepentingan yang sama jika mampu memenuhi kebutuhan yang bermacam-macam meskipun secara parsial saja. Harga (imbalan materi) juga yang dinilai sebagai penggerak utama mengapa orang mau bekerja keras. Pandangan seperti ini adalah pandangan tidak tepat dan bertentangan dengan fakta. Tidak sedikit usaha yang dilakukan manusia bukan semata-mata untuk mendapatkan imbalan berupa materi (harga). Ada orang yang berusaha untuk memenuhi kebutuhan yang sifatnya moral (pujian). Bahkan tidak jarang untuk hal itu dia bahkan harus mengeluarkan mater. Misalnya ada seseorang membuat makanan untuk dibagikan kepada fakir miskin secara cuma-cuma. Ada juga usaha untuk memenuhi kebutuhan yang sifatnya spiritual seperti ibadah. Misalnya pergi haji ke Makkah dengan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Sering kita temui manusia terkadang mengorbankan sejmumlah hartanya untuk memenuhi kebutuhan spiritual, atau kebutuhan moral yang jumlahlah lebih besar dari yang dikorbankan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan materinya. Karena itu harga bukanlah satu-satunya yang bisa mendorong laju produksi. Kadangkala produksi dapat ditingkatkan dengan harga, dan kadangkala oleh yang lain. Seringkali kita saksikan seseorang yang bekerja berbulan-bulan hanya untuk mendirikan sebuah mesjid tanpa mengharapkan upah sedikitpun. Dijumpai juga seorang pengusaha yang memproduksi barang tertentu agar dapat dibagikan secara cuma-cuma kepada orang-orang yang memerlukan. Disaksikan rakyat dari suatu negara mau bahu membahu bekerja keras membangun benteng dan persenjataan demi untuk mempertahankan tanah airnya tanpa mengharapkan imbalan apa-apa. Semua kegiatan yang dicontohkan di atas sama sekali tidaklah didorong oleh harga. Karena itu menjadikan harga sebagai satu-satunya faktor yang mendorong laju produksi adalah tidak benar. Pendapat kapitalisme yang juga mengganggap bahwa hargalah yang menjadi penentu konsumsi dan distribusi ditengah masyarakat juga tidaklah tepat. Jika hanya harga yang mengatur konsumsi, maka siapa saja yang tidak mampu membayar "harga" tertentu berarti ia tidak dapat mengkonsumsi barang dan jasa. Atau dengan kata lain dia tidak layak untuk hidup. Menurut mereka, jumlah barang yang terdistribusi ke konsumen menunjukkan jumlah barang yang diminta oleh konsumen. Faktanya, jumlah yang terdistribusi itu belum tentu menunjukkkan jumlah kebutuhan masyarakat yang sebenarnya. Misalnya, kebutuhan sebenarnya yang layak sebuah keluarga terhadap beras 60 kg/bulan. Tapi karena harganya mahal, mereka hanya mengkonsumsi sebanyak 45 kg/bulan. Artinya, jumlah yang terdistribusi ke keluarga itu hanya 45 kg padahal kebutuhan yang sebenarnya 60 kg. Jadi justru harga itulah yang menyebabkan berkurangnya kebutuhan normal/layak. Konsumen yang kurang mampu akan tetap berada pada ketidakmampuannya kecuali kalau harga itu turun atau mereka harus mencari pendapatan yang lebih MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

43

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP besar. Ini lebih diperparah jika mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan baru yang muncul. Ujung-ujungnya jumlah anggota masyarakat yang kekurangan (miskin) akan semakin besar. 3. Dampak Buruk Kapitalisme Kapitalisme yang telah rusak sejak asasnya tak ayal lagi menimbulkan dampak yang sangat buruk dalam realitas masyarakat. Diantaranya: Pertama, kapitalisme melahirkan ketidaksamaan (inequality) atau kesenjangan ekonomi di tengah masyarakat. Umumnya orang mengakui bahwa kapitalisme memang dapat mendorong produktifitas yang tinggi dan memiliki kemampuan untuk melipatgandakan kekayaan, tetapi tetap tidak dapat menghilangkan ketimpangan. Suatu negara kapitalis dapat saja makin lama makin makmur, namun kemakmuran itu tetap tidak akan mengubah perbedaan pendapatan (income differentials) dan mobilitas sosial dalam masyarakat. Bila distribusi pendapatan dapat dikiaskan sebagai kue lapis, maka jumlah manusia yang ada dalam setiap lapisan tetap saja sama walaupun pendapat mereka semuanya meningkat. Secara demikian jurang antara lapisan-lapisan itu tetap sema, sehingga sulit bagi anggota-anggota suatau stratum meloncat ke statum yang lebih tinggi. Seperti kata seorang ahli ekonomi, kenyatan ini merupakan ― tirani kruva distribusi pendapatan bebentuk locneng‖ (the tyranny of the bell-shaped curve of income distributon). Kedua, kapitalisme adalah sistem ekonomi yang bersifat internasional, jadi tidak dapat berdiri sendiri dalam suatu negara tertentu. Kapitalisme internasional hanya dapat mempertahankan hidupnya lewat eksploitasi yang dilakukan atas Dunia Ketiga. Dalam kaitan ini, teori dependencia yang dikemukakan oleh para sarjana Amerika Latin membuktikan betapa negara-negara Dunia Ketiga dalam sistem kapitalisme internasional sekarang hanyalah menjadi satelit-satelit ekonomi di daerah pinggiran (periphery) yang sangat bergantung pada, dan dieksploitasi oleh, kekuatankekuatan kapitalis negara-negara besar. Ketiga, demi kepentingan ekonominya, kekuatan-kekuatan kapitalis selalu bersikap doublestandard. Kapitalisme, langsung atau tidak langsung, berkaitan dengan suatu sistem opresi internasional demi kelangsungan kepentingan ekonominya. Sebagai contoh, Amerika Serikat yang sering menamakan dirinya benteng demokrasi lebih sering membantu kelangsungan rejim-rejim di Dunia Ketiga yang bersikap opresif terhadap rakyatnya. Hubungan AS dengan berbagai negara Amerika Latin merupakan contoh jelas untuk hal ini. Jadi, di satu pihak Amerika sangat menghargai hak-hak asasi manusia dan etika politik, tapi pelanggaran terhadap prinsip-prinsip itu tidak menjadi soal bila itu demi kepentingan ekonominya di negara lain. Keempat, kapitalisme yang secara teoritis memberikan kesempatan sama (equality of opportunity) kepada setiap anggota masyarakat, dalam kenyataannya bersifat diskirminatif, bahkan rasis. Hanya mereka yang dekat kepada pusat kekuasaan saja yang lebih banyak mendapatkan akses informasi, modal dan kesempatan. Diskriminasi juga berlanjut di bidang hukum. Dengan kekuatan dana yang dimiliki para pemilik modal mampu membeli hukum. Akhirnya proses hukum tidak berjalan sebagai mana mestinya atas mereka. Kelima, semboyan kapitalisme yang berupa ―berproduksi untuk dapat berproduksi lebih besar‖ (to produce, to produce and to produce) menyebabkan keserakahan dan berkembangnya kehidupan yang materialistik. Melimpahnya produksi tidak lagi menjadi alat untuk mencapai tujuan yang lebih luhur, karena ia telah menjadi tujuan itu sendiri. Akibat mementingkan produksi atas segala-galanya itu, kapitalisme pada umumnya merusak ekologi yang seharusnya dilestarikan. Polusi udara, sungai dan lautan, sesungguhnya berasal dari semangat kapitalisme yang bernafsu menjalankan produksi tanpa batas. Kapitalisme dipandang tidak mau mengindahkan tiga unsur penting dalam kehidupan manusia, yaitu kesehatan (health), kelestarian (permanence) dan keindahan (beauty). Keenam, sebagai konsekuensi logis dari cara berproduksi seperti dikemukakan tadi, adalah pola hidup konsumeris. Dengan kalimat lain, konsumerisme berkembang pesat di tengah masyarakat yang pada gilirannya akan melahirkan ―masyarakat pembosan‖ (throw-away society). ManusiaMODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

44

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP manusia dalam masyarakat kapitalis tidak ada yang betah bergaul dengan barang-barangnya dalam tempo relatif lama, lantaran mereka sudah melempar barang-barangnya yang sesungguhnya masih bermanfaat dan menggantinya dengan yang masih baru. Kecenderungan ini juga menghinggapi kehidupan perkawinan mereka. Tingginya angka perceraian (throw-away marriage) diduga keras dipengaruhi oleh kehidupan mereka yang pembosan. Ketujuh, kapitalisme menimbulkan gejala-gejala alienasi dan anomi dalam masyarakat. Kiranya sudah terlalu jelas bahwa di mana pun juga, kapitalisme mendorong suatu kehidupan yang individualistis dan kompetitif. Para anggota masyarakat ataupun lapisan tertentu yang terlempar dalam kompetisi itu – yang tidak fit menghadapi hukum survival of the fittest – akan menjadi ―bukan apa-apa‖ (nobody), sehingga dicekam oleh perasaan terasing dan anomi. Istilah-istilah seperti lonely crowd dan one-dimensional man agaknya dapat menggambarkan rata-rata keadaan anggota masyarakat yang menganut paham kapitalisme. 4. Khatimah Krisis ekonomi yang mendera Indonesia, juga wilayah-wilayah lain, hampir tiga tahun lamanya sesungguhnya adalah sekadar bukti empirik dari kebatilan kapitalisme. Secara teoritik, sangatlah gamblang dimana letak kesalahan pandangan-pandangan kapitalisme. Lalu secara dampakdampaknya juga sudah demikian nyata, tidak hanya di dunia tapi di hampir seluruh dunia. Bila sistem sosialisme telah bangkrut dan kini menyusul saudara kembarnya kapitalisme makin menampakkan kebobrokannya, kemana lagi kita akan mengadu bila tidak kepada Islam? 5. Do You Know ?

Alan Greenspan Akui Sistem Pasar Bebas adalah Sebuah Kesalahan Mantan Kepala Federal Reserve AS, Alan Greenspan akhirnya mengakui kesalahan ideologi pasar bebas ala AS yang telah ia dan beberapa tokoh lainnya terapkan selama bertahun-tahun.Pengakuan Greenspan menjadi pengakuan yang sangat penting di tengah berbagai pernyataan tokoh-tokoh kunci yang selama ini dianggap sebagai arsitek sistem keuangan dunia, yang kini mengalami kekacauan akibat krisis perekonomian global. Greenspan memimpin Bank Sentral AS selama 18 tahun, dan menjadi salah satu arsitek sistem keuangan dunia yang berlaku saat ini. "Saya menemukan kekurangan ... dalam model yang selama ini saya anggap sebagai struktur yang paling berfungsi, yang mendefinisikan bagaimana ekonomi dunia seharusnya bekerja," kata Greenspan saat memberikan keterangan di depan komite DPR AS. Komite pemerintahan DPR AS meminta keterangan Greenspan untuk mendapatkan bukti bahwa kebijakan-kebijakan ekonomi yang selama ini diterapkan dalam sistem perekonomian AS menjadi pemicu krisis ekonomi global. Di hadapan anggota Komite, MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

Greenspan mengaku merasa tertekan melihat situasi yang terjadi saat ini. Ia juga mengaku syok melihat ketidakmampuan bank-bank untuk mengatasi krisis keuangan yang mereka alami. "Krisis yang terjadi saat ini, menjadi krisis yang sangat luas lebih dari yang saya bayangkan. Dampaknya akan sangat menyakitkan bagi perekonomian AS dan akan memicu tingginya tingkat pengangguran, " kata Greenspan. Bersamaan dengan pengakuan Greenspan, hasil survei yang dilakukan perusahaan konsultan Watson Wyatt menunjukkan bahwa dalam satu tahun ke depan, perusahaanperusahaan di AS akan melakukan pemangkasan biaya operasional dan perusahaan dan seperempat pegawai kantor di AS akan terkena PHK. Menurut survei Watson Wyatt, hampir semua perusahaan kini fokus pada upaya meningkatkan komunikasi diantara pimpinan perusahaan dan melakukan langkah penghematan dalam sektor pengeluaran dan keuangan mereka. 45

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP "Para pegawai masih merasakan dampak dari krisis ekonomi, tapi perubahan-perubahan jelas akan dilakukan. Sementara mereka menyesuaikan diri dengan situasi baru, perusahaan-perusahaan akan melakukan keseimbangan dalam kontrol biaya, meningkatkan moral pimpinan perusahaan dan menyiapkan tantangan dalam bidang kepegawaian," jelas Paul Platten, direktur Watson Wyatt. Survei melibatkan 248 perusahaan dan dilakukan pada pertengahan bulan Oktober 2008. Hasil survey menunjukkan, lebih dari sepertiga perusahaan sedang merencanakan

untuk meningkatkan komunikasi di antara mereka terkait dengan pembayaran (37 persen) dan keuntungan (35 persen). 26 persen perusahaan yang disurvei menyatakan akan melakukan PHK. Sejumlah perusahaan mengakui akan melakukan pemangkasan biaya untuk jaminan kesehatan dan biaya untuk bepergian, serta mengubah rencana pensiun bagi para pegawai mereka. (ln/aljz/prtv). Sumber:http://eramuslim.ubik.net/berita/dunia /alan-greenspan-akui-sistem-pasar-bebasadalah-sebuah-kesalahan.htm

6. Rangkuman No 1

Perbedaan Ilmu Ekonomi

2

Sistem Ekonomi

Kapitalisme memasukkan seluruh kegiatan ekonomi mulai dari produksi, konsumsi dan distribusi dalam pembahasan Ilmu Ekonomi

Islam Masalah ekonomi dari segi keberadaan dan produksi barang dan jasa dimasukkan dalam pembahasan Ilmu Ekonomi („Ilmun Iqtishadiyun) yang bersifat universal dan sama untuk setiap bangsa di dunia. menjelaskan tentang masalah harta dari segi kepemilikan harta cara memperolehnya, kekayaan, bagaimana pemanfaatannya serta memanfaatkan dan pendistribusiannya mengembangkan harta dimasukkan dalam kekayaan serta bagaimana pembahasan Sistem mendistribusikan harta Ekonomi (Nizhamun kekayaan kepada Iqtishadiyun) yang dapat masyarakat.Sistem berbeda antar setiap ekonomi berlaku universal bangsa sesuai dengan di setiap bangsa. pandangan hidupnya (ideologinya).

Terdapat tiga pandangan utama yang sesungguhnya membangun sistem ekonomi kapitalis. Pertama, pandangan tentang konsep kelangkaan (scarcity) barang dan jasa. Kedua, pandangan tentang konsep nilai (value) suatu barang dan jasa yang dihasilkan. Ketiga, pandangan tentang konsep harga dan peranannya dalam produksi, konsumsi, dan distribusi. Kapitalisme menimbulkan dampak yang sangat buruk dalam realitas masyarakat. Diantaranya adalah pertama, kapitalisme melahirkan ketidaksamaan (inequality) atau kesenjangan ekonomi di tengah masyarakat.Kedua, kapitalisme adalah sistem ekonomi yang bersifat internasional, jadi tidak dapat berdiri sendiri dalam suatu negara tertentu. Ketiga, demi kepentingan ekonominya, kekuatankekuatan kapitalis selalu bersikap double-standard. Keempat, kapitalisme yang secara teoritis memberikan kesempatan sama (equality of opportunity) kepada setiap anggota masyarakat, dalam MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

46

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP kenyataannya bersifat diskirminatif, bahkan rasis. Kelima, semboyan kapitalisme yang berupa ―berproduksi untuk dapat berproduksi lebih besar‖ (to produce, to produce and to produce) menyebabkan keserakahan dan berkembangnya kehidupan yang materialistik. Keenam, sebagai konsekuensi logis dari cara berproduksi seperti dikemukakan tadi, adalah pola hidup konsumeris. Ketujuh, kapitalisme menimbulkan gejala-gejala alienasi dan anomi dalam masyarakat. 7. Pertanyaan 1. Paham apa sajakah yang mendasari ideology kapitalis ? Jelaskan ! 2. Mengapa ideology kapitalis dapat menyebar luas dan berkembang di penjuru dunia sampai dengan sekarang ? jelaskan ! 3. Pasar uang dan pasar modal adalah ―alat‖ bagi kaum kapitalis untuk menguasai perekonomian dunia. Setujukah anda dengan pernyataan tersebut ? Jelaskan ! 4. Berikan contoh-contoh praktek ekonomi di Indonesia yang di dasari oleh ideology kapitalis ?

MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

47

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP

BAB 5

HARTA DAN KEPEMILIKAN DALAM ISLAM

1. Pendahuluan Dengan melakukan istiqra` (penelahaan induktif) terhadap hukum-hukum syara' yang menyangkut masalah ekonomi, akan dapat disimpulkan bahwa sistem ekonomi (an-nizham aliqtishady) dalam Islam mencakup pembahasan yang menjelaskan cara memperoleh harta kekayaan (barang dan jasa), mengelola (mengkonsumsi dan mengembangkan) harta tersebut, serta mendistribusikan kekayaan yang ada. Dalam membahas ekonomi, Islam akan membahas tentang cara memperoleh kepemilikan harta kekayaan, bagaimana mengelola kepemilikan harta kekayaan yang telah dimiliki, serta cara mendistribusikan kekayaan tersebut di tengah-tengah masyarakat. Atas dasar pandangan di atas, maka menurut Zallum (1983), Az-Zain (1981), An-Nabhaniy (1990), dan Abdullah (1990), ada tiga asas yang membangun sistem ekonomi Islam, yakni : a. Bagaimana harta diperoleh? (al-milkiyah) b. Bagaimana pengelolaan kepemilikan harta? (tasharruf fil milkiyah) c. Bagaimana distribusi kekayaan di tengah masyarakat? (tauzi'ul tsarwah bayna an-naas).

2. Kepemilikan (Al-Milkiyyah) Menurut An-Nabhaniy (1990) kepemilikan adalah izin As-Syari' (Allah SWT) untuk memanfaatkan zat (benda) tertentu. Oleh karena itu, kepemilikan tersebut hanya ditentukan berdasarkan ketetapan dari As-Syari' (Allah SWT) terhadap zat tersebut, serta sebab-sebab pemilikannya. Maka pemilikan atas suatu zat tertentu, bukan semata-mata berasal dari zat itu sendiri, atau karakter dasarnya yang memberikan manfaat atau tidak, akan tetapi berasal dari izin Allah SWT. Hal tersebut membuat pemilikan atas zat tersebut menjadi sah menurut hukum Islam. Minuman keras dan babi, misalnya, dalam pandangan ekonomi kapitalis memang boleh dimiliki, karena zat bendanya memberikan manfaat-manfaat. Tetapi menurut Islam, minuman keras dan babi tidak boleh dimiliki, karena Allah SWT tidak memberikan izin kepada manusia untuk memilikinya. Kepemilikan (property), dari segi kepemilikan itu sendiri, pada hakikatnya merupakan milik Allah SWT. Allah SWT adalah Pemilik kepemilikan tersebut sekaligus sebagai Dzat Yang memiliki kekayaan. Dalam hal ini Allah SWT berfirman : ―Dan berikanlah kepada mereka, harta (milik) Allah yang telah Dia berikan kepada kalian.‖ (QS. An-Nuur : 33). Oleh karena itu, harta kekayaan adalah milik Allah semata. Kemudian Allah SWT telah menyerahkan harta kekayaan kepada manusia untuk diatur dan dibagikan kepada mereka. Karena itulah maka sebenarnya manusia telah diberi hak untuk memiliki dan menguasai harta tersebut. Sebagaimana firman Allah dalam Al Qur‘an : ―Dan nafkahkanlah apa saja yang kalian telah dijadikan (oleh Allah) berkuasa terhadapnya.‖ (QS. Al-Hadid : 7) . ―Dan (Allah) membanyakkan harta dan anak-anakmu.‖(QS. Nuh : 12). Dari sini ditemukan, bahwa ketika Allah SWT menjelaskan tentang status asal kepemilikan harta kekayaan tersebut, Allah SWT menyandarkan kepada diri-Nya dimana Allah SWT menyatakan Maalillah (harta kekayaan milik Allah). Sementara ketika Allah SWT menjelaskan tentang perubahan kepemilikan kepada manusia, maka Allah menyandarkan kepemilikan tersebut kepada manusia. Dimana Allah SWT menyatakan dengan firman-Nya : ―Maka berikanlah kepada mereka harta-hartanya.‖ (QS. An-Nisaa` : 6). ―Ambillah dari harta-harta mereka.‖ (QS. Al-Baqarah : 279). ―Dan harta-harta yang kalian usahakan.‖ (QS. At-Taubah : 24). MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

48

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP ―Dan hartanya tidak bermanfaat baginya, bila ia telah binasa.‖ (QS. Al-Lail :11). Ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa hak milik yang telah diserahkan kepada manusia (istikhlaf) tersebut bersifat umum bagi setiap manusia secara keseluruhan. Sehingga manusia memiliki hak milik tersebut bukanlah sebagai pemilik yang bersifat rill. Sebab pada dasarnya manusia hanya diberi wewenang untuk menguasai hak milik tersebut. Oleh karena itu agar manusia benar-benar secara riil memiliki harta kekayaan (hak milik), maka Islam memberikan syarat yaitu harus ada izin dari Allah SWT kepada orang tersebut untuk memiliki harta kekayaan tersebut. Oleh karena itu, harta kekayaan tersebut hanya bisa dimiliki oleh seseorang apabila orang yang bersangkutan mendapat izin dari Allah SWT untuk memilikinya. Oleh karena itu, Allah memberikan izin untuk memiliki beberapa zat dan melarang memiliki zat yang lain. Allah SWT juga telah memberikan izin terhadap beberapa transaksi serta melarang bentuk-bentuk transaksi yang lain. Allah SWT melarang seorang muslim untuk memiliki minuman keras dan babi, sebagaimana Allah SWT melarang siapa pun yang menjadi warga negara Islam untuk memiliki harta hasil riba dan perjudian. Tetapi Allah SWT memberi izin untuk melakukan jual-beli, bahkan menghalalkannya, disamping melarang dan mengharamkan riba. 3. Macam-Macam Kepemilikan Zallum (1983); Az-Zain (1981); An-Nabhaniy (1990); Abdullah (1990) mengemukakan bahwa kepemilikan (property) dalam pandangan Islam dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu : a. Kepemilikan individu (private property) b. kepemilikan umum (collective property) c. kepemilikan negara (state property). 3.1 Kepemilikan Individu (private property) Kepemilikan individu adalah ketetapan hukum syara' yang berlaku bagi zat ataupun manfaat (jasa) tertentu, yang memungkinkan siapa saja yang mendapatkannya untuk memanfaatkan barang tersebut, serta memperoleh kompensasi dari barang tersebut (jika barangnya diambil kegunaannya oleh orang lain seperti disewa, ataupun karena dikonsumsi untuk dihabiskan zatnya seperti dibeli). Oleh karena itu setiap orang bisa memiliki kekayaan dengan sebab-sebab kepemilikan tertentu. An-Nabhaniy (1990) mengemukakan bahwa dengan mengkaji secara komprehensif hukum-hukum syara' yang menentukan pemilikan seseorang atas harta tersebut. Sebab-sebab kepemilikan tersebut terbatas pada lima sebab berikut ini : a. Bekerja b. Warisan c. Kebutuhan akan harta untuk mempertahankan hidup d. Harta pemberian negara yang diberikan kepada rakyat e. Harta-harta yang diperoleh oleh seseorang dengan tanpa mengeluarkan harta atau tenaga apapun. 3.2 Kepemilikan Umum (collective property) Kepemilikan umum adalah izin As-Syari' kepada suatu komunitas untuk memanfaatkan benda secara bersama-sama. Benda-benda yang termasuk dalam kategori kepemilikan umum adalah benda-benda yang telah dinyatakan oleh Allah SWT dan Rasulullah saw bahwa benda-benda tersebut dibutuhkan oleh suatu komunitas. Hukum Islam melarang benda tersebut dikuasai hanya oleh seseorang akan sekelompok kecil orang. Dari pengertian di atas maka benda-benda yang termasuk dalam kepemilikan umum dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok : a. Benda-benda yang merupakan fasilitas umum, Apabila benda ini tidak ada di dalam suatu negeri atau suatu komunitas, maka akan menyebabkan kesulitan hidup dan masyarakat akan berpencar ke sana kemari mencarinya. Fasilitas umum adalah segala sesuatu yang dianggap sebagai kepentingan manusia secara MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

49

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP umum. Rasulullah saw telah menjelaskan dalam sebuah hadits bagaimana sifat fasilitas umum tersebut. Dari lbnu Abbas, bahwa Nabi saw bersabda: ―Kaum muslimin berserikat dalam tiga barang, yaitu air, padang rumput, dan api.‖(HR. Abu Daud). Anas ra meriwayatkan hadits dari lbnu Abbas ra. tersebut dengan menambahkan : ―wa tsamanuhu haram‖ (dan harganya haram), yang berarti dilarang untuk diperjualbelikan. lbnu Majah juga meriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Nabi saw bersabda : ―Tiga hal yang tidak akan pemah dilarang (untuk dimiliki siapapun) yaitu air, padang rumput, dan api‖' (HR. Ibnu Majah). Dalam hal ini terdapat dalil, bahwa manusia memang sama-sama membutuhkan air, padang rumput dan api, serta terdapat larangan bagi individu untuk memilikinya. Namun perlu ditegaskan disini bahwa sifat benda-benda yang menjadi fasilitas umum adalah adalah karena jumlahnya yang besar dan menjadi kebutuhan umum masyarakat. Namun jika jumlahnya terbatas seperti sumur-sumur kecil di perkampungan dan sejenisnya, maka dapat dimiliki oleh individu dan dalam kondisi demikian air sumur tersebut merupakan milik individu. Rasulullah saw telah membolehkan air di Thaif dan Khaibar untuk dimiliki oleh individuindividu penduduk. Oleh karena itu jelaslah, bahwa sesuatu yang merupakan kepentingan umum adalah segala sesuatu yang kalau tidak terpenuhi dalam suatu komunitas, maka komunitas tersebut akan bercerai-berai guna mendapatkannya. Oleh karena itu, benda tersebut dianggap sebagai fasilitas umum. b. Benda-benda yang sifat pembentukannya menghalangi untuk dimiliki hanya oleh individu secara perorangan. Benda-benda yang sifat pembentukannya mencegah hanya dimiliki oleh pribadi dapat dikategorikan sebagai kepemilikan umum karena merupakan benda yang tercakup kemanfaatan umum (kelompok pertama di atas). Yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah jalan raya, sungai, masjid dan fasilitas umum lainnya. Benda-benda tersebut hampir sama seperti jenis yang pertama, namun benda-benda tersebut berbeda dengan kelompok yang pertama. Dari segi sifatnya, benda tersebut tidak bisa dimiliki oleh individu. Barangbarang kelompok pertama dapat dimiliki oleh individu jika jumlahnya kecil dan tidak menjadi sumber kebutuhan suatu komunitas. Misalnya sumur air, mungkin saja dimiliki oleh individu, namun jika sumur air tersebut dibutuhkan oleh suatu komunitas maka individu tersebut dilarang memilikinya. Berbeda dengan jalan raya, mesjid, sungai dan lain-lain yang memang tidak mungkin dimiliki oleh individu. Oleh karena itu, meskipun dalil hadits pada poin a di atas bisa diberlakukan pada kelompok b ini, yaitu sama-sama sebagai fasilitas umum, tetapi benda-benda kelompok kedua ini tidak bisa dimiliki individu. Ini meliputi jalan, sungai, laut, danau, tanah-tanah umum, teluk, selat dan sebagainya. Yang juga bisa disetarakan dengan masjid, tempat-tempat penampungan, dan sebagainya. c. Bahan tambang yang jumlahnya sangat besar : Bahan tambang dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu bahan tambang yang sedikit atau terbatas jumlahnya, serta bahan tambang yang sangat banyak atau hampir tidak terbatas jumlahnya. Barang tambang yang sedikit (terbatas) jumlahnya termasuk milik pribadi, serta boleh dimiliki secara pribadi. Untuk bahan tambang jenis ini akan diberlakukan hukum rikaz (barang temuan), yang harus dikeluarkan khumus yakni 1/5 bagiannya. Adapun bahan tambang yang sangat banyak atau hampir tidak terbatas jumlahnya, yang tidak mungkin dihabiskan oleh individu, maka akan menjadi milik umum (collective property),\ dan tidak boleh dimiliki secara pribadi. Imam At-Tirmidzi meriwayatkan hadits dari Abyadh bin Hamal, bahwa ia telah meminta kepada Rasulullah SAW untuk dibolehkan mengelola sebuah tambang garam. Lalu Rasulullah SAW memberikannya. Setelah ia pergi, ada seorang laki-laki dari majelis tersebut bertanya: MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

50

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP ‖Wahai Rasulullah, tahukah engkau, apa yang engkau berikan kepadanya? Sesungguhnya engkau telah memberikan sesuatu bagaikan air yang mengalir.‖ Rasulullah saw kemudian menarik kembali tambang tersebut darinya. (HR. At-Tirmidzi). Hadits tersebut menyerupakan tambang garam dengan air yang mengalir, karena jumlahnya yang sangat besar. Hadits ini juga menjelaskan bahwa Rasulullah SAW memberikan tambang garam kepada Abyadh bin Hamal yang menunjukkan kebolehan memiliki tambang. Namun tatkala beliau mengetahui bahwa tambang tersebut merupakan tambang yang mengalir (jumlahnya sangat besar), maka beliau mencabut pemberiannya dan melarang dimiliki oleh pribadi, karena tambang tersebut merupakan milik umum. Ketetapan hukum ini, yakni ketetapan bahwa tambang yang sangat besar jumlahnya adalah milik umum, baik tambang yang nampak yang bisa diperoleh tanpa harus susah payah, yang bisa didapatkan oleh manusia, serta bisa dimanfaatkan. Misalnya tambang garam, tambang batu mulia dan sebagainya. Ataupun tambang yang berada di dalam perut bumi yang tidak bisa diperoleh selain dengan kerja dan susah payah seperti tambang emas, perak, besi, tembaga, timah, bauksit, marmer, dan sejenisnya. Baik berbentuk padat, kristal atau cair seperti minyak bumi, maka semuanya adalah tambang yang termasuk dalam pengertian hadits di atas. 3.3 Kepemilikan Negara (state properti) Harta-harta yang terrnasuk milik negara adalah harta yang merupakan hak seluruh kaum muslimin yang pengelolaannya menjadi wewenang negara dan negara akan memberikan kepada sebagian warga Negara sesuai dengan kebijakannya. Makna pengelolaan oleh negara adalah adanya kekuasaan yang oleh negara untuk mengelolanya semisal harta fai‟, kharaj, jizyah dan sebagainya. Meskipun harta milik umum dan milik negara pengelolaannya dilakukan oleh negara, namun ada perbedaan antara kedua bentuk hak milik tersebut. Harta yang termasuk milik umum pada dasamya tidak boleh diberikan negara kepada siapapun, meskipun negara dapat membolehkan kepada orang-orang untuk mengambil dan memanfaatkannya. Berbeda dengan hak milik negara dimana negara berhak untuk memberikan harta tersebut kepada individu tertentu sesuai dengan kebijakan negara. Sebagai contoh terhadap air, tambang garam, padang rumput, lapangan dan lain-lain tidak boleh sama sekali negara memberikannya kepada orang tertentu meskipun semua orang boleh memanfaatkannya secara bersama-sama sesuai dengan keperluannya. Berbeda dengan harta kharaj yang boleh diberikan kepada para petani. Harta kharaj juga dapat dipergunakan untuk keperluan belanja negara saja tanpa dibagikan kepada seorangpun.

4. Pengelolaan Kepemilikan (at-tasharruf fi al milkiyah) Pengelolaan kepemilikan adalah sekumpulan tatacara (kaifiyah) yang berupa hukum-hukum syara‘ yang wajib dipegang seorang muslim tatkala ia memanfaatkan harta yang dimilikinya (Abdullah, 1990). Seorang muslim wajib menggunakan cara-cara yang dibenarkan Asy Syari‘ (Allah SWT) dalam mengelola harta miliknya sebab harta dalam pandangan Islam pada hakikatnya adalah milik Allah SWT. Maka dari itu, ketika Allah telah menyerahkan kepada manusia untuk menguasai harta, artinya adalah hanya melalui izin-Nya saja seorang muslim akan dinilai sah memanfaatkan harta tersebut. Izin Allah itu terwujud dalam bentuk sekumpulan hukum-hukum syara‘. Jadi setiap muslim yang telah secara sah memiliki harta tertentu maka ia berhak memanfaatkan dan mengembangkan hartanya. Hanya saja dalam pengelolaan harta yang telah dimilikinya tersebut seorang ia wajib terikat dengan ketentuan-ketentuan hukum syara‘ yang berkaitan dengan pengelolaan kepemilikan. Secara garis besar pengelolaan kepemilikan mencakup dua kegiatan yaitu pembelanjaan harta (infaqul mal) dan pengembangan harta (tanmiyatul mal). MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

51

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP 4.1 Pembelanjaan Harta Pembelanjaan harta (infaqul mal) adalah pemberian harta tanpa adanya kompensasi (AnNabhani, 1990). Dalam pembelanjaan harta milik individu, Islam memberikan tuntunan bahwa harta tersebut pertama-tama haruslah dimanfaatkan untuk nafkah wajib seperti nafkah keluarga, infak fi sabilillah, membayar zakat, dan lain-lain. Kemudian nafkah sunnah seperti sedekah, hadiah dan lainlain. Baru kemudian dimanfaatkan untuk hal-hal yang mubah. Hendaknya harta tersebut tidak dimanfaatkan untuk sesuatu yang terlarang seperti untuk membeli barang-barang haram,misalnya minuman keras, babi, dan lain-lain. 4.2 Pengembangan Harta Pengembangan harta (tanmiyatul mal) adalah kegiatan memperbanyak jumlah harta yang telah dimiliki (An-Nabhani, 1990). Seorang muslim yang ingin mengembangkan harta yang telah dimiliki, wajib terikat dengan ketentuan Islam berkaitan dengan pengembangan harta. Secara umum Islam telah memberikan tuntunan pengembangan harta melalui cara-cara yang sah seperti jual-beli, kerja sama syirkah yang Islami dalam bidang pertanian, perindustrian, maupun perdagangan. Selain itu, Islam juga melarang pengembangan harta yang terlarang seperti dengan jalan aktivitas riba, judi, serta aktivitas terlarang lainnya. Pengelolaan kepemilikan yang berhubungan dengan kepemilikan umum (collective property) itu adalah hak negara, karena negara adalah wakil ummat. Meskipun menyerahkan kepada negara untuk mengelolanya, namun Allah SWT telah melarang negara untuk mengelola kepemilikan umum (collective property) tersebut dengan jalan menyerahkan penguasaannya kepada orang tertentu. Sementara mengelola dengan selain dengan cara tersebut diperbolehkan, asal tetap berpijak kepada hukum-hukum yang telah dijelaskan oleh syara'. Adapun pengelolaan kepemilikan yang berhubungan dengan kepemilikan negara (state property) dan kepemilikan individu (private property), nampak jelas dalam hukum-hukum baitul mal serta hukum-hukum muamalah, seperti jual-beli, gadai (rahn), dan sebagainya. As Syari' juga telah memperbolehkan negara dan individu untuk mengelola masing-masing kepemilikannya dengan cara tukar menukar (mubadalah) atau diberikan untuk orang tertentu ataupun dengan cara lain, asal tetap berpijak kepada hukum-hukum yang telah dijelaskan oleh syara‟. 5. Distribusi Kekayaan di Tengah-tengah Manusia Distribusi kekayaan termasuk masalah yang sangat penting sehingga Islam memberikan berbagai ketentuan yang berkaitan dengan hal tersebut. Mekanisme distribusi kekayaan. terwujud dalam sekumpulan hukum syara‟ yang ditetapkan untuk menjamin pemenuhan barang dan jasa bagi setiap individu. Mekanisme ini dilakukan dengan mengikuti ketentuan sebab-sebab kepemilikan serta akad-akad muamalah yang wajar (misalnya jual-beli dan ijarah). Namun demikian, perbedaan potensi individu dalam masalah kemampuan dan pemenuhan terhadap suatu kebutuhan bisa menyebabkan perbedaan distribusi kekayaan di antara mereka. Selain itu, perbedaan antara masing-masing individu mungkin saja menyebabkan terjadinya kesalahan dalam distribusi kekayaan. Kesalahan tersebut akan membawa konsekuensi yaitu terdistribusikannya kekayaan hanya kepada segelintir orang saja, sementara yang lain kekurangan. Oleh karena itu, syara' melarang perputaran kekayaan hanya di antara orang-orang kaya dan mewajibkan perputaran tersebut terjadi di antara semua orang. Allah SWT berfirman : ―Supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu.‖ (QS. Al-Hasyr : 7). Di samping itu syara' juga telah mengharamkan penimbunan emas dan perak meskipun zakatnya tetap dikeluarkan. Dalam hal ini Allah SWT berfirman : ―Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.‖ (QS. At-Taubah : 34).

MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

52

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP Secara umum mekanisme yang ditempuh oleh sistem ekonomi Islam dikelompokkan menjadi dua, yakni mekanisme ekonomi dan mekanisme non-ekonomi. 5.1 Mekanisme Ekonomi Mekanisme ekonomi adalah mekanisme melalui aktivitas ekonomi yang bersifat produktif, berupa berbagai kegiatan pengembangan harta (tanmiyatul mal) dalam akad-akad muamalah dan sebab-sebab kepemilikan (asbab at-tamalluk). Berbagai cara dalam mekanisme ekonomi ini, antara lain : 1. Membuka kesempatan seluas-luasnya bagi berlangsungnya sebab-sebab kepemilikan dalam kepemilikan individu (misalnya, bekerja di sektor pertanian, industru, dan perdagangan) 2. Memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi berlangsungnya pengembangan harta (tanmiyah mal) melalui kegiatan investasi (misalnya, dengan syirkah inan, mudharabah, dan sebagainya). 3. Larangan menimbun harta benda (uang, emas, dan perak) walaupun telah dikeluarkan zakatnya. Harta yang ditimbun tidak akan berfungsi ekonomi. Pada gilirannya akan menghambat distribusi karena tidak terjadi perputaran harta. 4. Mengatasi peredaran dan pemusatan kekayaan di satu daerah tertentu saja misalnya dengan memeratakan peredaran modal dan mendorong tersebarnya pusat-pusat pertumbuhan. 5. Larangan kegiatan monopoli, serta berbagai penipuan yang dapat mendistorsi pasar. 6. Larangan judi, riba, korupsi, pemberian suap dan hadiah kepada penguasa. Semua ini ujungujungnya akan mengakumulasikan kekayaan pada pihak yang kuat semata (seperti penguasa atau konglomerat). 7. Memberikan kepada rakyat hak pemanfaatan barang-barang (SDA) milik umum (al- milkiyah alamah) yang dikelola negara seperti hasil hutan, barang tambang, minyak, listrik, air dan sebagainya demi kesejahteraan rakyat. 5.2 Mekanisme Non-Ekonomi Mekanisme non-ekonomi adalah mekanisme yang tidak melalui aktivitas ekonomi yang produktif, melainkan melalui aktivitas non-produktif seperti pemberian (hibah, shadakah, zakat, dll) atau warisan. Mekanisme non-ekonomi dimaksudkan untuk melengkapi mekanisme ekonomi yaitu untuk mengatasi distribusi kekayaan yang tidak berjalan sempurna jika hanya mengandalkan mekanisme ekonomi semata. Mekanisme non-ekonomi diperlukan karena adanya sebab-sebab alamiah maupun nonalamiah. Sebab alamiah misalnya keadaan alam yang tandus, badan yang cacat, akal yang lemah atau terjadinya musibah bencana alam. Semua ini akan dapat menimbulkan terjadinya kesenjangan ekonomi dan terhambatnya distribusi kekayaan kepada orang-orang yang memiliki keadaan tersebut. Dengan mekanisme ekonomi biasa, distribusi kekayaan bisa tidak berjalan karena orang-orang yang memiliki hambatan yang bersifat alamiah tadi tidak dapat mengikuti kompetisi kegiatan ekonomi secara normal sebagaimana orang lain. Bila dibiarkan saja, orang-orang itu, termasuk mereka yang tertimpa musibah (kecelakaan, bencana alam dan sebagainya) makin terpinggirkan secara ekonomi. Mereka akan menjadi masyarakat yang rentan terhadap perubahan ekonomi. Bila terus berlanjut, bisa memicu munculnya problema sosial seperti kriminalitas (pencurian, perampokan), tindakan asusila (pelacuran) dan sebagainya, bahkan mungkin revolusi sosial. Mekanisme non-ekonomi juga diperlukan karena adanya sebab-sebab non-alamiah, yaitu adanya penyimpangan mekanisme ekonomi. Penyimpangan mekanisme ekonomi ini jika dibiarkan akan bisa menimbulkan ketimpangan distribusi kekayaan. Bila penyimpangan terjadi, negara wajib menghilangkannya. Misalnya jika terjadi monopoli, hambatan masuk (barrier to entry) baik administratif maupun non-adminitratif, atau kejahatan dalam mekanisme ekonomi (misalnya penimbunan) harus segera dihilangkan oleh negara.

MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

53

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP Mekanisme non-ekonomi bertujuan agar di tengah masyarakat segera terwujud keseimbangan (al-tawazun) ekonomi, yang akan ditempuh dengan beberapa cara. Pendistribusian harta dengan mekanisme non-ekonomi antara lain adalah : 1. Pemberian harta negara kepada warga negara yang dinilai memerlukan. 2. Pemberian harta zakat yang dibayarkan oleh muzakki kepada para mustahik. 3. Pemberian infaq, sedekah, wakaf, hibah dan hadiah dari orang yang mampu kepada yang memerlukan. 4. Pembagian harta waris kepada ahli waris dan lain-lain. 6. Do You Know ? Negeri Kaya Tambang Miskin Batubara Gubernur Kalimantan Timur Awang Faroek perusahaan tambang batubara. Pegunungan sebagaimana dipetik Kompas (5/2/2010) Meratus yang luasnya mencapai 1,6 juta hektar menceritakan keluh kesahnya tentang ironi mencakup sembilan dari 13 kabupaten/kota di pemanfaatan sumber daya alam (SDA) propinsi propinsi ini, sedangkan hutan alam yang masih tersebut dalam Rapat Dengar Pendapat Badan bertahan kurang dari 500.000 hektar. Dari Anggaran DPR (4/2/2010). Ia mencontohkan, sembilan kabupaten tersebut tujuh di antaranya bagaimana sebuah perusahaan tambang batubara sudah mengeluarkan ratusan izin pertambangan di propinsi tersebut setiap tahunnya dapat batubara dan bijih besi. Akibatnya daerah menghasilkan batubara sebanyak 45 juta ton, pegunungan Meratus pun mengalami kerusakan tetapi pemasaran hasilnya hanya 5% untuk amat parah. Hutan menjadi gundul dengan kebutuhan dalam negeri sedangkan 95% danau-danau hitam ataupun kubangan-kubangan ditujukan untuk ekspor. raksasa dengan diameter mencapai ratusan meter. Selama ini, daerah-daerah penghasil batubara Dari perspektif Syariah, tambang batubara dalam seperti Kalimanan Timur, Kalimantan Selatan, jumlah besar merupakan milik rakyat. Dalam dan Sumatera Selatan justru mendapatkan hadist riwayat Abu Daud, disebutkan “Kaum pasokan batubara yang sangat minim. Propinsi muslimin berserikat dalam tiga barang, yaitu air, Kalimantan Selatan misalnya hampir setiap hari padang rumput, dan api.” Yang dimaksud mengalami pemadaman listrik. Padahal 25% dengan api adalah sumber daya energi. Batubara cadangan batubara nasional ada di propinsi ini. termasuk sumber daya energi. Karena itu Eksploitasi batubara di Indonesia khususnya di tambang batubara yang cukup besar sudah Kalimatan Timur dan Kalimantan Selatan seharusnya menjadi milik bersama, yakni milik dilakukan secara ―gila-gilaan‖. Betapa tidak, rakyat. kerakusan perusahaan tambang bahkan sampai Larangan menguasai barang tambang yang memasuki kawasan Taman Hutan Rakyat Bukit melimpah bagi individu dipertegas oleh hadis Soeharto yang dikelola Universitas Mularwarman Nabi SAW yang lain. Imam At-Tirmidzi Samarinda untuk keperluan pendidikan dan meriwayatkan hadits dari Abyadh bin Hamal, penelitian. Hutan seluas 40 kali lapangan bahwa ia telah meminta kepada Rasulullah sepabola tersebut atau sekitar 20.271 hektar saw untuk dibolehkan mengelola sebuah sedang dalam proses penghancuran. ”Kami tidak tambang garam. Lalu Rasulullah saw mampu menghentikan kerakusan ini. memberikannya. Setelah ia pergi, ada seorang Kewenangan kami cuma memakai hutan ini laki-laki dari majelis tersebut bertanya: untuk kepentingan pendidikan dan penelitian, “Wahai Rasulullah, tahukah engkau, apa tidak lain dari itu,” kata Direktur Pusat yang engkau berikan kepadanya? Penelitian Hutan Tropis Universitas Mulawarman Sesungguhnya engkau telah memberikan (PPHT Unmul) Chandradewana Boer. sesuatu bagaikan air yang mengalir.” Begitu pula Kalimantan Selatan, propinsi yang Rasulullah saw kemudian menarik kembali memiliki hamparan Pegunungan Meratus yang tambang tersebut darinya. (HR. At-Tirmidzi). berisi batubara dengan jumlahnya tak terkira Berdasarkan aturan Syariah tentang barang sedang ―diperkosa‖ habis-habisan oleh tambang tersebut, maka tambang batubara MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

54

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP yang cukup besar (termasuk tambang minyak dan gas bumi, bijih besi, alumunium, nikel, uranium, dan lain-lainnya) merupakan milik bersama (milik umum) sehingga tidak boleh dimiliki atau dikuasai oleh individu (swasta) dan asing. Makna milik umum juga membatasi bahwa kepemilikannya tidak di tangan pemerintah/negara tetapi di tangan rakyat. Hanya saja, negara berkewajiban mengelolakan harta milik umum untuk dimanfaatkan bagi kepentingan rakyat sesuai Syariah Islam. Dengan menyerahkan pemilikan atau penguasaan batubara ke tangan swasta dan asing yang dilakukan secara legal maupun ilegal, maka negara telah melakukan kemunkaran karena kebijakan tersebut bertentangan dengan hukum Allah. Hal ini diperparah dengan tidak adanya visi dan political will pemerintah untuk menjaga kemaslahatan rakyat termasuk di dalamnya kemandirian energi dan ekonomi. Padahal fungsi negara di dalam Islam adalah ri‟ayah su‟unil ummah (melayani rakyat) bukan melayani pasar (baca: investor) dan bukan juga melayani penguasa.

“Seorang imam (khalifah) adalah pemelihara dan pengatur urusan (rakyat), dan dia akan dimintai pertanggungjawabannya terhadap rakyatnya.” (HR Bukhari dan Muslim). Terbaliknya fungsi negara saat ini telah menimbulkan kerusakan lingkungan dan siasianya kekayaan batubara bagi rakyat. Liberalisasi ekonomi dengan memindahkan penguasaan dan pemanfaatan tambang batubara ke tangan perusahaan tambang serta membatasi peran negara hanya sebagai alat untuk melegalisasi kerakusan demi kerakusan pemilik modal adalah sebab utama hilangnya fungsi negara. Di sinilah pengelola negara telah melakukan kecurangan dan selalu menyulitkan kehidupan rakyatnya. Tidak sedikit izin pertambangan yang mereka berikan berujung pada perburuan rente atau untuk memperkaya diri sendiri. “Seseorang yang memimpin kaum muslimin dan dia mati, sedangkan dia menipu mereka (umat) maka Allah akan mengharamkan ia masuk ke dalam surga.” (HR Bukhari dan Muslim). Sumber : www.jurnal-ekonomi.org

7. Rangkuman Dalam Ekonomi Islam, ada 3 macam kepemilikan yaitu kepemilikan umum yang meliputi semua sumber daya alam (padat, cair, gas) seperti minyak, besi, tembaga, emas, gas, dll. Termasuk semua yang tersimpan di perut bumi, dan semua bentuk energy, juga industry berat yang menjadikan energy sebagai komponen utamanya. Maka negara harus mengeksplorasi dan mendistribusikannya kepada rakyat, baik dalam bentuk barang maupun jasa. Kemudian kepemilikan negara yaitu semua kekayaan yang diambil negara, perdagangan, industry dan pertanian yang diupayakan oleh negara, diluar kepemilikan umum. Semuanya ini dibiayai oleh Negara sesuai dengan kepentingan negara. Serta kepemilikan pribadi yang merupakan bentuk selain kepemilikan umum dan negara. Kepemilikan ini bisa dikelola oleh individu sesuai dengan hukum syara‟. Pengelolaan kepemilikan mencakup dua kegiatan. Pertama, pembelanjaan harta (infaqul mal). Dalam pembelanjaan harta milik individu yang ada, Islam memberikan tuntunan bahwa harta tersebut pertama-tama haruslah dimanfaatkan untuk nafkah wajib seperti nafkah keluarga, infak fi sabilillah, membayar zakat, dan lain-lain. Kemudian nafkah sunnah seperti sedekah, hadiah dan lain-lain. Baru kemudian dimanfaatkan untuk hal-hal yang mubah. Kedua, pengembangan harta (tanmiyatul mal). Secara umum Islam telah memberikan tuntunan pengembangan harta melalui cara-cara yang sah seperti jual-beli, kerja sama syirkah yang Islami dalam bidang pertanian, perindustrian, maupun perdagangan. Selain itu, Islam juga melarang pengembangan harta yang terlarang seperti dengan jalan aktivitas riba, judi, serta aktivitas terlarang lainnya. Secara umum mekanisme yang ditempuh oleh sistem ekonomi Islam dalam mendistribusikan kekayaan dikelompokkan menjadi dua, yakni mekanisme ekonomi dan MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

55

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP mekanisme non-ekonomi. Mekanisme ekonomi adalah mekanisme melalui aktivitas ekonomi yang bersifat produktif, berupa berbagai kegiatan pengembangan harta (tanmiyatul mal) dalam akad-akad muamalah dan sebab-sebab kepemilikan (asbab at-tamalluk). Mekanisme non-ekonomi adalah mekanisme yang tidak melalui aktivitas ekonomi yang produktif, melainkan melalui aktivitas non-produktif, misalnya pemberian (hibah, shadakah, zakat, dll) atau warisan. 8. Pertanyaan 1. Bangsa Indonesia memiliki kekayaan SDA yang melimpah namun pada kenyataannya kemiskinan masih dapat kita jumpai dengan mudah dimana-mana. Mengapa fenomena itu bisa terjadi ? 2. Apakah praktek privatisasi yang sekarang ini marak terjadi sudah sesuai dengan syariat islam ? Jelaskan ! 3. Bagaimanakah islam memandang praktek monopoli dalam perekenomian ? 4. Masih ada umat islam yang merasa berat jika membayar zakat namun jika untuk membeli pulsa maupun untuk memenuhi kebutuan primernya tidak terasa berat. Mengapa fenomena tersebut bisa terjadi ? 5. Hal apa sajakah yang harus kita perbuat agar orang-orang tersebut tidak terasa berat lagi dalam membayar zakat ?

MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

56

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP

BAB 6 UANG DALAM EKONOMI ISLAM 1. Sejarah Uang Dalam Islam 1.2.

Masa Pra Islam

Pada masa sebelum datangnya islam, mata uang yang digunakan sebuah alat pembayaran dalam transaksi perdagangan adalah Dinar (Uang Emas) dan dirham (uang perak). Uang Dinar Emas dan Dirham Perak dikenal sejak zaman Romawi dan Persia, kedua negara tersebut merupakan dua negara adidaya yang cukup besar pada masa itu. Dinar (emas) dalam sejarah dunia pertama kali diperkenalkan melalui Romawi kuno pada tahun 211 SM. Menurut hukum islam, uang dinar dipergunakan setara 4,25 gram emas 22 karat dengan diameter 23 milimeter sedangkan Dirham 2,975 gram perak murni. Karena dinar adalah mata uang yang dipergunakan sebagai alat tukar pembayaran transaksi ekonomi pada masa itu dan juga nilainya stabil yang disebabkan adanya kadar emas dalam mata uang tersebut. 1.3.

Masa Rasulullah dan Sahabat

Pada masa Rasulullah SAW dan sahabat mereka membuat suatu kebijakan terhadap perekonomian. Dalam hal transaksi mereka menetapkan alat pembayaran yang digunakan kaum muslimin pada saat itu berupa dinar dan dirham dan juga dijadikan sebagai standar ukuran hukum syar‘i. Kemudian pada tahun 20 H, Khalifah Umar r.a memerintahkan unntuk mencetak uang baru mengikuti gaya dirham Persia dengan sedikit modifikasi. Dimana ditambah lafadz yang ditulis dengan huruf Arab gaya Kufi, seperti lafadz Bismillah dan Bismillahi Rabbi. Pada masa Khalifah Ali r.a mata uang islam memiliki ciri khusus baru, namun peredarannya terbatas karena kondisi politik ketika itu yang kacau dimana khalifah lebih terfokus pada masalah politik yaitu nperang unta dan perang siffin. 1.4.

Masa Kekhalifahan s.d Turki Usmani

Pada zaman Muawiyah, mata uang gaya persia juga dicetak dengan mencantumkan grafik dan pedang. Pada zaman ini pemerintah mengeluarkan dirham dengan mencantumkan nama khalifah. Mata uang yang beredar saat itu belum berbentuk bulat seperti uang logam sekarang. Baru pada zaman Ibnu Zubair dicetak mata uang berbentuk bulat, dengan peredaran terbatas di Hejas. Pada tahun 72-74 H, Bishri bin Marwan mencetak mata uang yang disebut atawiyah. Sedangkan pada zaman Abdul Malik (76 H), pemerintahan mendirikan percetakan uang antara lain di Dara‘bjarb, Suq Ahwaz, Sus, Jay, Manadar, Maysan, Ray dan Abarqubadh. Mata uang khalifah dicetak secara terorganisir dangan kontrol pemerintah. 2. Uang Emas Dalam Pandangan Syariah Kata zahab yang berarti emas disebut dalam Quran sebanyak 8 kali. Tetapi hanya satu yang memberikan ancaman kepada orang yang mengumpulkan dan menyimpan emas, karena tidak memanfaatkannya di jalan yang benar. Ayat ini merupakan ayat umum yang memerintahkan bahwa kekayaan yang disimbolkan dalam bentuk emas dan perak harus diinfakkan sebagiannya di jalan Allah. Bisa jadi kekayaan itu juga berbentuk uang emas dan perak. Masalah emas sebagai mata uang dapat kita lihat pada sejarah Nabi SAW yang sekilas telah dijelaskan dalam sub bab sebelumnya. Pada zaman itu mata uang yang digunakan untuk bertransaksi adalah emas dan perak. Sebenarnya mata uang ini dibentuk dan dicetak oleh Kekaisaran Romawi. Dan sepanjang kehidupannya, Nabi tidak merekomendasikan perubahan apapun terhadap mata uang. Artinya Nabi dan para sahabat yang MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

57

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP menjadi khalifah sesudahnya membenarkan praktek ini. Dalam ilmu hadist hal ini disebut Hadist Af_al dan Taqrir, yaitu jenis hadist yang tidak diucapkan, tetapi dilakukan atau tidak diucapkan. Ini membuat ulama berijtihad bahwa sistem mata uang emas dan perak adalah sistem mata uang yang benar. Syeikh Taqyuddin An-Nabhani memberikan beberapa alasan mengapa mata uang yang benar menurut Islam hanya emas: 1. Ketika Islam melarang praktek penimbunan harta, Islam hanya mengkhususkan larangan tersebut intik emas dan perak, padahal harta (mal) itu mencakup semua barang yang bisa dijadikan kekayaan. 2. Islam telah mengaitkan emas dan perak dengan hukum-hukum yang baku dan tidak berubahubah. Ketika Islam mewajibkan diyat tersebut dengan ukuran tertentu dalam bentuk emas. 3. Rasulullah SAW telah menetapkan emas dan perak sebagai uang, dan beliau menjadikan hanya emas dan perak sajalah sebagai standar uang. 4. Ketika Allah SWT mewajibkan zakat uang, maka Allah telah mewajibkan zakat tersebut untuk emas dan perak, kemudian Allah menentukan nishab zakat tersebut dengan nishab emas dan perak. 5. Hukum-hukum tentang pertukaran mata uang yang terjadi dalam transaksi uang, hanya dilakukan dengan emas dan perak. Semua transaksi dalam bentuk finansial yang dinyatakan dalam Islam hanya dinyatakan dengan emas dan perak. Alasan-alasan ini bisa dimaklumi jika melihat hadist-hadist Nabi SAW tentang transaksi yang melibatkan emas, misalnya:  Dari Ubadah bin Shamit r.a Nabi SAW berkata: _Emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, sya?ir dengan sya?ir, kurma dengan kurma, garam dengan garam, hendaklah sama banyaknya, tunai dan timbang terima. Apabila berlainan jenisnya boleh kamu jual sekehendakmu asal tunai.  Dari Abu Hurairah, Nabi bersabda: (Boleh menjual) tamar dengan tamar, gandum dengan gandum, sya?ir dengan sya?ir, garam dengan garam, sama sebanding, tunai dengan tunai. Barang siapa menambah atau minta tambah maka telah berbuat riba kecuali yang berlainan warnanya. (HR. Muslim).  Dari Abu Hurairah dari Nabi SAW, bersabda: (boleh menjual) emas dengan emas dengan setimbang, sebanding, dan perak dengan perak setimbang sebanding. (HR. Ahmad, Muslim Nasa?I).  Dari Abi Bakrah r.a Nabi SAW melarang (menjual) perak dengan perak, emas dengan emas, kecuali sama. Dan Nabi menyuruh kami membeli perak dengan emas sesuka kami dan membeli emas dengan perak sesuka kami pula. (HR. Bukhari-Muslim). Para ulama memberikan berbagai tafsir terhadap hadist-hadist diatas, namun yang disepakati diantara mereka adalah bahwa tidak boleh hukumnya tukar-menukar barang yang sama jenisnya dengan timbangan yang berbeda. Sebagian ulama mengatakan bahwa disebutkannya emas dan perak diantara barang-barang makanan dalam hadist tersebut , tidak lain adalah karena emas dan perak adalah uang. Sebab jarang terjadi orang yang membeli (menukar) perhiasan dari emas dengan beras atau kurma, kecuali untuk jaminan terhadap suatu transaksi perdagangan. Dalam kajian fiqih, memang tidak didapati secara khusus hukum yang mengatakan bahwa mata uang harus (wajib) terbuat dari emas dan perak. Nampaknya bagi para ulama hal yang semacam itu sudah merupakan asumsi yang tidak perlu dibicarakan lagi (taken for granted). Justru yang banyak menjadi pembicaraan ulama adalah praktek di sekitar uang emas dan perak, misalnya nilai tukar antara emas dengan perak yang sering berubah-ubah, sehingga Nasir Muhammad bin Qalawun, sultan yang sezaman dengan Ibnu Taimiyyah, pernah melarang masyarakat melakukan jual beli emas. Demikian pula Imam Ghazali pernah mencela praktek dalam masyarakat sezamannya yang mencampur emas dengan benda lain sehingga emas yang dipakai untuk mata uang tidak murni lagi. Akibatnya masyarakat cenderung melepas emas yang tidak murni ke peredaran dan menyimpan MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

58

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP emas yang murni untuk dipakai sebagai perhiasan. Nampaknya atas dasar ini AlMaqrizi menyimpulkan dalam kitabnya bahwa uang (emas) yang buruk menggeser uang yang bagus dari peredaran. Atas dasar ini kita dapat berkesimpulan, bahwa mata uang yang ada dalam sejarah Islam adalah emas dan perak. Uang kertas yang ada sekarang bukanlah produk peradaban Islam, karena itu wajar bila terjadi krisis dimana-mana. Uang kertas yang ada sekarang adalah legal tender, yaitu janji pemerintah yang menganggap bahwa itu adalah uang. Jika suatu saat hukum menyatakan ia bukan uang, maka yang tertinggal hanyalah tumpukan kertas berwarna yang tidak bernilai apa-apa. Padahal uang adalah alat tukar yang bisa menggantikan posisi barang bila suatu transaksi berhenti di tengah (uang belum sempat ditukarkan lagi dengan barang lain). Jika orang sedang memegangnya lalu datang pengumuman bahwa uang kertas berhenti sebagai alat tukar dan digantikan oleh beras, misalnya, ia hanya memiliki kertas yang tidak bernilai apa-apa. Selain itu, jika demikian itu dilakukan maka pemerintah bertanggung jawab menyediakan beras sekian banyak untuk mengganti uang tersebut. 3. Perbedaan Konsep Uang Konvensional Dan Konsep Islam Selain tentang penggunaan dinar dirham sebagai mata uang, perbedaan penting untuk dimengerti mengenai konsep uang antara ekonomi islam dan ekonomi konvensional adalah dalam Islam sudah jelas bahwa uang bukan modal. Sebab uang adalah uang dan modal adalah modal. Tetapi dalam ekonomi konvensional tidak jelas karena mereka mempunyai pengertian yang tidak jelas atas uang. Menurut ekonom konvensional uang dapat diartikan sebagai uang dan juga dapat diartikan sebagai modal. Perbedaan lain adalah dalam konsep islam karakteristik uang adalah flow concept dan modal adalah stock concept. Sedangkan dalam ekonomi konvensional terdapat beberapa pengertian. Misalnya dalam teori Irving Fisher MV = PT. Fisher mengidentifikasi uang sebagai flow concept. Menurutnya tidak ada hubungan antara permintaan uang untuk memegang uang dengan tingkat bunga. Dalam kondisi yang sama, kita lihat teori Marshall Pigou M= k P dimana k adalah 1/V. Kedua dasar ekonomi konvensional itu mempunyai dua filosofi yang berbeda. Ketika fisher mengatakan bahwa uang adalah flow concept, Marshall Pegou adalah sebagai stock cocept. Oleh karenanya uang menjadi suatu alat penimbun kekayaan. Dan juga menurut islam uang adalah barang publik sedangkan modal adalah barang pribadi. Sedangkan dalam konsep ekonomi konvensional uang juga disamakan dengan modal dalam konsep ini adalah barang pribadi. Menurut Keynes salah seorang ahli ekonomi konvensional terdapat tiga motif dalam memegang yang yaitu untuk transaksi, untuk berjaga-jaga, dan untuk spekulasi. Selain itu menurut ekonomi konvensional fungsi uang ada 3 yaitu sebagai alat tukar-menukar. Sebagai satuan hitung dan sebagai pengukur nilai. Dalam ekonomi islam dua motif pertama diperbolehkan sedangkan spekulasi dilarang dalam islam. Selain itu fungsi uang yang pertama dan kedua diperbolehkan, sedangkan yang ketiga dilarang. Selain itu perbedaan lain adalah mengenai konsep time value of money yang terdapat dalam ekonomi konvensional. Konsep sebenarnya adalah meniru konsep pertumbuhan sel dalam biologi. Sehingga seharusnya konsep ini tidak relevan diterapkan dalam ekonomi. Menurut islam waktulah yang berharga sehingga muncul konsep economic value of time yang digunakan sebagai bantahan atas konsep time value of money. Filosofi dari konsep economic value of time adalah waktu hanya mempunyai nilai ekonomi jika dan hanya waktu yang bersangkutan dimanfaatkan dengan menambah faktor produksi lain. Sehingga menjadi modal dan memperoleh hasil. Hasil dari ..... ini berbeda dengan hasil dari uang yang seperti terdapat dalam ekonomi konvensional. Hasil dari modal

MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

59

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP tergantung dari bisnisnya dan berkaitan dengan sektor riil. Sedangkan hasil dari uang diidentifikasikan sebagai hasil dari tingkat bunga yang jelas-jelas dilarang dalam islam. 4. Economic Value of Time Konsep ini muncul sebagai kritikan atas konsep time value of money yang diajukan pada ekonomi konvensional. Pada ekonomi konvensional konsep time value of money diartikan sebagai uang yang dipegang sekarang lebih berharga dari pada uang di masa datang. Karena sekarang diinvestasikan untuk mendapatkan hasil. Definisi ekonomi konvensional ini tidak akurat karena setiap investasi selalu mempunyai kemungkinan untuk mendapatkan hasil bahkan rugi. Itu sebabnya dalam teori keuangan selalu dikenal risk return relationship. Bagi ekonom konvensional ada dua hal yang menjadi alasan mereka akan konsep ini: a. Sebagai kompensasi akibat inflasi b. Prefensi melakukan konsumsi sekarang daripada konsumsi masa depan. Argumen pertama tidak dapat diterima karena hanya satu kondisi saja yang diakomodir oleh konsep ini, yaitu kondisi inflasi saja dan kondisi deflasi tidak dipertimbangkan. Sedangkan argumen kedua pun juga tidak dapat diterima, karena ketidak pastiannya hasil yang akan didapat di masa datang. 5. Ketidakpastian Return Sebenarnya dalam ekonomi konvensional penerapan time value of money tidak senaif yang dibayangkan. Bila suatu unsur ketidakpastian return ini dimasukkan, ekonom konvensional menyebutkan kompensasi yang didapat dengan discount rate. Jadi istilah discount rate lebih bersifat umum dibandingkan istilah interest rate. Certainty in Return

Uncertainty Return

Disebut interest rate

Disebut discount rate

Reak interest rate ditentukan oleh preferensi current consumption seseorang Nominal interest rate = real interest rate Discount rate = real interest rate + + expected inflation expected inflation + premium of uncertainty

Dalam ekonomi konvensional ketidakpastian return diubah menjadi suatu hal yang pasri melalui premium for uncertainty. Pada setiap investasi tentu akan selalu ada kemungkinan untuk mendapatkan hasil yang positif, hasil yang negatif, tanpa hasil. Adanya kemungkinan inilah yang menimbulkan ketidakpastian. Kemungkinan untuk mendapatkan hasil yang negatif dan tanpa hasil ini yang dipertukarkan dengan yang pasti yaitu premium for uncertainty. Keadaan inilah yang ditolak dalam ekonomi islam yaitu suatu keadaan mendapatkan hasil tanpa risiko yang harus ditanggung, dan mendapatkan hasil tanpa harus menanggung biaya. Sebenarnya keadaan ini juga ditolak oleh teori keuangan, dengan adanya penjelasan tentang hubungan hasil dan risiko. Dalam ekonomi islam penggunaan jenis discount rate dalam menentukan harga bayar tangguh dapat digunakan. Hal ini dapat dibenarkan karena: c. Jual beli dan sewa menyewa adalah sektor riil yang menimbulkan nilai tambah ekonomis. MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

60

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP ci. Tertahannya hak si penjual (uang pembayaran) yang telah melaksanakan kewajibannya (meyerahkan barang atau jasa), sehingga ia tidak dapat melaksanakan kewajibannya terhadap pihak lain. Begitu pula penggunaan discount rate dalam menentukan nisbah bagi hasil, dapat digunakan. Nisbah ini akan dikalikan dengan hasil aktual, bukan hasil yang diharapkan. Transaksi bagi hasil berbeda dengan transaksi jual beli atau sewa menyewa, karena dalam transaksi bagi hasil hubungannya bukan antara penjual dan pembeli atau penyewa dan yang menyewakan. Yang ada adalah hubungan antara pemodal dan yang menggunakan modal tersebut. Sehingga tidak ada pihak yang telah melaksanakan kewajibannya namun masih tertahan haknya. Si pemodal telah melaksanakan kewajibannya yaitu memberikan sejumlah modal, yang memproduktifkan modal juga telah melaksanakan kewajibannya, yaitu memproduktifkan modal tersebut. Hak mereka adalah bagi hasil atas keuntungan, sesuai kesepakatan awal apakah bagi hasil itu akan dilakukan atas pendapatan atau keuntungan. Certainty in Return

Uncertainty in Return

Konvensional

Islam

Konvensional

Islam

Suku bunga ditentukan oleh : 1. Preferensi current consumptoin 2. Expected Inflation

Keuntungan dalam jual beli / sewa secara tangguh bayar ditentukan: 1. Tingkat keuntungan setiap kali transaksi 2. Frekuensi transaksi dalam satu periode

Discount rate ditentukan oleh: 1. Referensi current consumption 2. Expected inflation 3. Premium for uncertainty dengan kata lain actual return dipaksakan harus sama dengan expected returnnya.

Discount rate ditentukan atas dasar ekspektasi keuntungan dan digunakan untuk menentukan nisbah bagi hasil. Bagi hasil yang harus dibayar adalah nisbah bagi hasil dikalikan dengan actual returnnya. Dengan kata lain actual return tidak harus sama dengan expected returnnya.

6. Do You Know ? Rahasia Tersembunyi Uang Kertas Sampai saat ini, semua orang menganggap uang berangkat dari asal mula penggunaan dan kertas adalah benar-benar bernilai bahkan orang peruntukannya. dapat saling bertikai dan bunuh-bunuhan untuk Beberapa sumber menyatakan bahwa yang memperoleh uang kertas itu. Tahukan kita bahwa pertama mencetak uang kertas adalah kaisar Wu sebenanya uang kertas itu merupakan surat Ti dari Cina yang menggunakan uang kertas pada hutang yang dibuat seolah-olah uang sebenarnya? abad kedua sebelum masehi. Setelah itu Pelajaran di sekolah bahkan kuliah hanya penggunaan uang kertas makin meluas hingga ke mempelajari fungsi uang, istilah nilai intrinsik, wilayah eropa dan kertas ini digunakan sebagai nilai nominal dan lainnya, namun pernahkah bukti kepemilikan logam berharga seperti emas suatu buku pelajaran yang membahas kelemahan dan perak. dan keburukan dari jenis uang ini (uang kertas)?. Sebuah milestone menanjaknya popularitas uang Bila kita ingin mengetahui segala sesuatu tentang kertas ini dimulai oleh para ksatria templar uang kertas (fiat money), maka kita sebaiknya (Knight Templar) pada masa sesudah perang MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

61

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP salib. Mereka juga mendirikan sebuah lembaga keuangan bernama Usury (riba). Setelah Jerusalem jatuh ke tangan pasukan salib pada 1099, banyak peziarah dari eropa yang ingin mengunjungi kota suci ini. Para peziarah biasanya membawa emas sebagai alat tukar (uang) karena memang emas dan perak lah yang menjadi uang resmi pada masa itu. Pada kenyataannya para peziarah ini sering dirampok di tengah perjalanan oleh para perompak yang mengintai jalur eropa-jerusalem. Melihat fenomena ini, Ksatria Templar yang memang bersifat serakah dan tamak menemukan jalan keluar dari masalah ini dengan cara membentuk lembaga keuangan yang melayani simpan pinjam pertama di dunia bernama usury yang arti harafiahnya adalah riba/bunga. Lembaga usury ini memberikan solusi keamanan bagi emas para peziarah dengan cara memberikan secarik kertas dengan sandi tertentu sebagai bukti bahwa peziarah tersebut memiliki emas dalam jumlah tertentu. Emas milik peziarah harus disimpan atau dititipkan kepada lembaga ini dan dapat digunakan untuk pengeluaran selama perjalanan lalu bisa kembali ditukar kembali dengan emas sesampainya di jerusalem atau sekembalinya di eropa, setelah dikurangi dengan biaya administrasi tentunya. Bisa dilihat bahwa sistem usury yang didirikan oleh templar ini sangat mirip dengan sistem perbankan konvensional dewasa ini, oleh karena itu usury disebut sebagai cikal bakalnya sistem perbankan yang digunakan saat ini. Pada masa itu kekuasaan templar sangat besar, mereka hanya bertanggung jawab langsung kepada paus sebagai penjaga keamanan rute peziarah dari eropa menuju jerusalem. Karena wewenang yang diberikan ini, Templar bisa melakukan pemaksaan terhadap peziarah untuk menitipkan emasnya pada mereka. Kertas-kertas jaminan memiliki emas yang diterbitkan templar ini merupakan surat hutang atau promis yang kedepannya berevolusi menjadi uang kertas (paper money atau Fiat money ). Setelah perjalanan proses yang cukup lama, surat-surat sandi ini semakin banyak beredar dan semakin banyak pula orang yang menggunakannya karena lebih praktis, mungkin bisa disamakan dengan kartu debet atau kartu kredit pada masa kini dimana orang tidak perlu MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

membawa uang yang sebenarnya, cukup surat hutang yang terus menerus berpindah tangan. Jumlah pengguna surat hutang ini semakin banyak juga disebabkan orang-orang telah percaya bahwa mereka dapat mengambil kembali emasnya bila suatu saat dibutuhkan. Akhirnya surat hutang ini pun berubah menjadi uang kertas yang mulai dianggap sama nilainya dengan emas, padahal uang kertas sama sekali tidak bernilai secara intrinsik. Perhatikan bahwa sistem ini sama persis dengan pengguna kartu debet dan nasabah suatu bank yang yakin uangnya dapat ditarik kembali bila suatu saat dibutuhkan, bedanya adalah dulu uang yang disimpan adalah emas yang merupakan uang sejati sedangkan sekarang uang yang disimpan adalah ―surat hutang‖, artinya terjadi turunan/derivasi sebanyak dua kali pada uang di masa kini (dulu surat hutang dijamin oleh emas, sekarang kartu debet dijamin oleh surat hutang). Karena orang semakin percaya dengan ―uang‖ ini, maka mereka makin jarang mengambil simpanan emasnya. Hingga keadaan ini, uang kertas masih tidak menimbulkan keburukan karena hanya digunakan sebagai pengganti uang yang sebenarnya. Bencana terjadi ketika para pewaris sistem perbankan templar ini mulai mencetak ―uang‖ lebih banyak lagi melebihi cadangan emas yang dititipkan kepada mereka karena yakin bahwa para pemilik emas tidak akan menarik kembali emasnya secara tiba-tiba dan serentak, dengan kata lain mereka mencetak nota kosong karena memang tidak didukung oleh emas, prinsip sejenis ini disebut fractional reserve requirement. Bencana apakah yang ditimbulkan oleh kegiatan mencetak uang melebihi cadangan emas ini?. Ketika uang dicetak melebihi jumlah cadangan emas, maka jumlah uang yang beredar di masyarakat akan menjadi besar sehingga menimbulkan inflasi yang menurunkan daya beli masyarakat, terlebih lagi bila jumlah uang yang dicetak jauh melebihi pertumbuhan sektor riil, ini akan berakibat pada hiperinflasi yang pernah terjadi di jerman pada tahun 1922. Bila uang yang dicetak disesuaikan dengan pertumbuhan sektor riil, maka hal ini akan mendukung perekonomian suatu negara, tapi kita selalu mendengar berita bahwa kita mengalami inflasi setiap bulan dan tahun, artinya bank sentral yang 62

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP berhak mencetak uang telah mencetak uang secara berlebihan yang memiskinkan seluruh masyarakat. Lebih buruknya lagi, dengan sistem perbankan yang menggunakan uang kertas, maka pihak yang memiliki hak untuk mencetak uang dapat menciptakan uang tanpa perlu modal apapun (create money from nothing). Cukup bermodalkan kertas saja dapat membeli emas, minyak dan sumberdaya alam lainnya. Ini semua merupakan ilusi yang sangat berbahaya. Bahkan Marcopolo, seorang voyager (pengelana) dunia pun menyatakan kecemasannya terhadap 7. NO 1 1 2 3 4

Rangkuman KONVENSIONAL Fiat Money Time Value of Money Uang adalah Stock concept Barang Pribadi Motif memegang uang ada 3 yaitu untuk bertransaksi, berjaga-jaga, dan spekulasi.

8. 1. 2.

3. 4.

uang kertas ketika berkunjung ke Cina yang pada saat itu telah menggunakan uang kertas. catatan Marcopolo mengatakan alat itu (uang kertas) memungkinkan penguasa untuk mendapatkan semua yang berharga tanpa modal apa-apa. Sistem penggunaan uang kertas (Fiat money) inilah yang mengakibatkan terjadinya jurang pemisah antara sekelompok kecil yang semakin kaya dengan kebanyakan manusia yang semakin miskin bergerak melebar dari hari ke hari. Sumber:http://thetruth4world.wordpress.com/200 9/01/12/the-unrevealed-secret-of-fiat-moneyrahasia-tersembunyi-uang-kertas/

ISLAM Dinar Dirham atau mata uang standart emas Economics Value of Time Uang adalah Flow Concept Barang Publik Motif memegang uang ada 2 yaitu bertransaksi,dan berjaga-jaga

untuk

Pertanyaan Dinar dan Dirham sebagai mata uang adalah sebuah kisah masa lalu yang tidak akan terulang lagi. Setujukah anda dengan pernyataan tersebut ? jelaskan ! Pada zaman sekarang ini sudah mulai bermunculan BMT (Baitul Maal Wa Tamwil) dan bank syariah yang membuat produk simpanan maupun pembiyaan produktif berbasis emas. Bagaimanakah sikap kita dalam menyikapi fenomena tersebut ? Apakah praktek gadai emas yang terjadi pada bank syariah di Indonesia sudah sesuai dengan syariat islam ? jelaskan ! Fiat money

MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

63

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP

BAB 7 KUPAS TUNTAS RIBA DAN BUNGA 1. Pendahuluan Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam pernah memperingatkan umatnya akan fitnah harta yang akan menimpa mereka. Bukanlah kefakiran yang beliau takutkan, namun sebaliknya beliau justru khawatir jika fitnah harta duniawi menimpa umatnya sehingga melalaikan mereka dari urusan akhirat. ‫مال أمه ال ل أ مه ال را ل يأت يه ع لى ال ناس زمان ال ي بال ي ال مرء ب ما أخذ ال‬ “Akan datang suatu zaman di mana manusia tidak lagi peduli darimana mereka mendapatkan harta, apakah dari usaha yang halal atau haram.” (HR. Bukhari -Al Fath 4/296 nomor 2059; 4/313 nomor 2083) Kenyataan pun membenarkan apa yang beliau sabdakan di atas, tidak sedikit kaum muslimin yang terfitnah dengan harta sehingga melegalkan segala cara demi mendapatkan kenikmatan duniawi yang mereka inginkan. Salah satu bukti adalah maraknya praktek ribawi yang dilakukan oleh komunitas muslim, lagi-lagi alasannya berujung pangkal pada ketamakan terhadap dunia. Perbincangan riba dan bunga menjadi sorotan sejak dekade1960an. Perbincangan mengenai sama tidaknya bunga dengan riba semakin memanas setelah Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa haram tentang bunga bank pada tahun 2003. Hal ini menjadi pro kontra sampai sekarang. Untuk mendudukan kontroversi bunga bank dan riba secara tepat diperlukan pemahaman yang mendalam baik tentang seluk beluk bunga maupun dari akibat yang ditimbulkan oleh dibiarkannya berlaku sistem bunga dalam perekonomian dan dengan membaca tanda-tanda serta arah yang dimaksud dengan riba dalam Al Qur‘an dan Hadist. 2. Persamaan Riba dan Bunga Secara etimologi riba berarti tambahan, baik yang terdapat pada sesuatu atau tambahan tersebut sebagai ganti terhadap sesuatu tersebut, seperti menukar satu dirham dengan dua dirham. Lafadz ini juga digunakan atas segala bentuk jual beli yang diharamkan (Syarh An Nawawi „alaa Shahih Muslim 11/8, Fathul Baari 4/312) Adapun secara terminologi, riba berarti adanya tambahan dalam suatu barang yang khusus dan istilah ini digunakan pada dua bentuk riba, yaitu riba fadl dan riba nasiah (Lihat Al Mughni 6/52, Fathul Qadir 1/294; dinukil dari Ar Ribaa Adraruhu wa Atsaruhu fii Dlauil Kitabi was Sunnah). Al Ustadz Aunur Rofiq Ghufron mengatakan, ―Maksud tambahan secara khusus,ialah tambahan yang diharamkan oleh syari‘at Islam, baik diperoleh dengan cara penjualan, atau penukaran atau peminjaman yang berkenaan dengan benda riba.‖ (Majalah As Sunnah edisi 3 tahun VII) Asal makna ―riba‖ menurut bahasa Arab ialah lebih (bertambah). Adapun yang dimaksud disini menurut syara‘ riba adalah akad yang terjai dengan penukaran yang tertentu, tidak diketahui sama atau tidaknya menurut aturan syara‘ atau terlambat menerimanya. Menurut The American Heritage DICTIONARY of the English Language : Interest is ―A charge for a financial loan, usually a precentage of the amount loaned―. (lihat H. Karnaen A. Perwataatmadja, S.E., MPA). Bunga adalah sejumlah uang yang dibayar atau untuk penggunaan modal. Jumlah tersebut misalnya dinyatakan dengan satu tingkat atau prosentase modal yang bersangkut paut dengan itu yang dinamakan suku bunga modal. Dilihat dari definisi diatas dapat dikatakan bunga memiliki arti sebagai harga atau kompensasi atau ganti rugi yang dibayarkan untuk penggunaan uang selama suatu jangka waktu. Ini dinyatakan dalam suatu prosentasi dari jumlah uang yang dipinjamkan atau dipakai selama suatu jangka waktu. Pengertian bunga tersebut sama dengan pengertian riba yang telah dikenal di dalam agama Islam. MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

64

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP 3. Larangan Riba Dalam Al Qur’an dan As Sunnah 3.1 Larangan riba (bunga) menurut Alqur'an Sebagaimana khamar, riba tidak Allah haramkan sekaligus, melainkan melalui tahapisasi yang hampir sama dengan tahapisasi pengharaman khamar yaitu sebagai berikut: a. Tahap pertama dengan mematahkan paradigma manusia bahwa riba akan melipatgandakan harta. Pada tahap pertama ini, Allah SWT hanya memberitahukan pada mereka, bahwa cara yang mereka gunakan untuk mengembangkan uang melalui riba sesungguhnya sama sekali tidak akan berlipat di mata Allah SWT. Bahkan dengan cara seperti itu, secara makro berakibat pada tidak tawazunnya sistem perekonomian yang berakibat pada penurunan nilai mata uang melalui inflasi. Dan hal ini justru akan merugikan mereka sendiri. Pematahan paradigma mereka ini Allah gambarkan dalam QS. 30 : 39 ; ―Dan sesuatu tambahan (riba) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, mak riba itu tidak menambah pada sii Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya)‖. b. Tahap kedua : Memberitahukan bahwa riba diharamkan bagi umat terdahulu. Setelah mematahkan paradigma tentang melipat gandakan uang sebagaimana di atas, Allah SWT lalu menginformasikan bahwa karena buruknya sistem ribawi ini, maka umat-umat terdahulu juga telah dilarang bagi mereka. Bahkan karena mereka tetap bersikeras memakan riba, maka Allah kategorikan mereka sebagai orang-orang kafir dan Allah janjikan kepada mereka azab yang pedih. Hal ini sebagaimana yang Allah SWT firmankan dalam QS 4 : 160 – 161 : ―Maka disebabkan kezaliman orang-orang yahudi, Kami haramkan atas mereka (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi manusia dari jalan Allah. Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dialarang dari padanya, dan karena mereka harta dengan cara yang bathil. Kami telah menyediaka nuntuk orang-orang kafir diantara mereka itu siksa yang pedih‖. c. Tahap ketiga : Gambaran bahwa riba secara sifatnya akan menjadi berlipat ganda. Lalu pada tahapan yang ketiga, Allah SWT menerangkan bahwa riba secara sifat dan karakernya akan menjadi berlipat dan akan semakin besar, yang tentunya akan menyusahkan orang yang terlibat di dalamnya. Namun yang perlu digarisbawahi bahwa ayat ini sama sekali tidak menggambarkan bahwa riba yang dilarang adalah yang berlipat ganda, sedangkan yang tidak berlipat ganda tidak dilarang. Pemahaman seperti ini adalah pemahaman yang keliru dan sama sekali tidak dimaksudkan dalam ayat ini. Allah SWT berifirman (QS. 3:130), ―Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.‖ d. Tahap keempat : Pengharaman segala macam dan bentuk riba. Ini merupakan tahapan terakhir dari seluruh rangkaian periodisasi pengharaman riba. Dalam tahap ini, seluruh rangkaian aktivitas dan muamalah yang berkaitan dengan riba, baik langsung maupun tidak langsung, berlipat ganda maupun tidak berlipat ganda, besar maupun kecil, semuanya adalah terlarang dan termasuk dosa besar. Allah SWT berfirman dalam QS. 2 : 278 – 279 ; ―Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan seluruh sisa dari riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Alla hdan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak pula dianiaya.‖

MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

65

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP 3.2 Larangan Menurut Hadits Untuk menunjukkan bagaimana Nabi Muhammad saw menjelaskan makna berbagai perintah yagn terdapat dalam Al Qur'an menyangkut larangan terhadap pemungutan bunga. Kepada para sahabatnya, disini akan dipetik beberapa hadits nabi yang penting. 1. hadits berasal dari Aun Ibn Hanifah yang meriwayatkan dari ayahnya bahwa Rosululloh saw telah mengutuk baik kepada pembayar maupun pamakan riba. 2. Abdullah bin Mas'ud meriwayatkan bahwa Rosulullah saw mengutuk orang-orang yang menerima dan memberi raba, orang yang mencatat, dan menjadi saksi dan selanjutnya beliau mengatakan bahwa mereka semuanya sama (dalam malakukan dosa) 3. menurut Jabir, Rosulullah saw mengutuk orang-orang yang menerima dan membayar riba, orang yang mencatatnya penerimaan dan pembayaran riba serta orang-orang yang menjadi saksi. 4. Selanjutnya dalam sabdanya ketika menunaikan hajinya yang terakhir Rosulullah saw bersabda ―segala bentuk riba adalah diharamkan, sesungguhnya modal yang kamu miliki adalah untukmu, kamu tidak akan dianiaya dan tidak akan menyaniaya. Allah telah menurunkan perintahnya bahwa riba diharamkan sama sekali. Saya bermula dengan (jumlah) bunga (yang dipijamkan kepada banyak orang) dari Abbas dan membatalkan semuanya‖. Selanjutnya beliau atas nama pamannya ―abbas‖ telah membatalkan seluruh total bunga terhadap pinjaman modal dari para peminjam.‖ 4. Jenis-Jenis Riba 4.1 Riba Fadl / Riba Buyu Riba Fadl disebut juga riba buyu‘ yaitu riba yang timbul akibat pertukaran barang sejenis yang tidak memenuhi kriteria sama kualitasnya (mistlan bi mistlin), sama kuantitasnya (sawa-an bi sawa-in) dan sama waktu penyerahannya (yadan bi yadin). Pertukaran semisal ini mengandung gharar yaitu ketidakjelasan bagi kedua pihak akan nilai masing-masing barang yang dipertukarkan. Ketidakjelasan ini dapat menimbulkan tindakan zalim terhadap salah satu pihak, kedua pihak, dan pihak-pihak lain. Contoh berikut ini akan memperjelas adanya gharar. Ketika kaum Yahudi kalah dalam perang Khaibar, maka harta mereka diambil sebagai rampasan perang (ghanimah), termasukn diantaranya adalah perhiasan yang terbuat dari emas dan perak. Tentu saja perhiasan tersebut bukan gaya hidup kaum muslimin yang sederhana. Oleh karena itu, orang Yahudi berusaha membeli perhiasannya yang terbuat dari emas dan perak tersebut, yang akan dibayar dengan uang yang terbuat dari emas (dinar) dan uang yang terbuat dari perak (dirham). Jadi sebenarnya yang akan terjadi bukanlah jual beli, namun pertukaran barang yang sejenis. Emas ditukar dengan emas, perak ditukar dengan perak. Perhiasan perak dengan berat yang setara dengan 40 dirham (satu uqiyah) dijual oleh kaum muslimin kepada kaum Yahudi seharga dua atau tiga dirham, padahal nilai perhiasan perak seberat satu uqiyah jauh lebih tinggi dari sekedar 2-3 dirham . Jadi muncul ketidak-jelasan (gharar) akan nilai perhiasan perak dan nilai uang perak (dirham). Mendengar hal tersebut Rasulullah SAW mencegahnya dan bersabda: “Dari Abu Said al-Khudri ra, Rasul SAW bersabda: Transaksi pertukaran emas dengan emas harus samatakaran, timbangan dan tangan ke tangan(tunai), kelebihannya adalah riba; perakdengan perak harus sama takaran dan timbangan dan tangan ke tangan (tunai), kelebihannya adalah riba; gandum dengan gandum harus sama takaran, timbangan dan tangan ke tangan (tunai), kelebihannya adalah riba; tepung dengan tepung harus sama takaran, timbangan dan tanganke tangan (tunai), kelebihannya adalah riba; korma dengan korma harus sama takaran, timbangan dan tangan ke tangan (tunai), kelebihannya adalah riba; garam dengan garam harus sama takaran, timbangan dan tangan ke tangan (tunai), kelebihannya adalah riba.” (Riwayat Muslim). Di luar keenam jenis barang ini dibolehkan asalkan dilakukan penyerahannya pada saat yang sama. Rasul SAW bersabda : MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

66

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP “Jangan kamu bertransaksi satu dinar dengan dua dinar; satu dirham dengan dua dirham; satu sha‟ dengan dua sha‟ karena aku khawatir akan terjadinya riba (al-rama). Seorang bertanya: „wahai Rasul, bagaimana jika seseorang menjual seekor kuda dengan beberapa ekor kuda dan seekor unta dengan beberapa ekor unta? Jawab Nabi SAW: “Tidak mengapa, asal dilakukan dengan tangan ke tangan (langsung).” (HR Muslim). Dalam perbankan, riba fadl dapat ditemui dalam transaksi jual beli valuta asing yang tidak dilakukan dengan cara tunai (spot). 4.2 Riba Nasi‘ah / Riba Duyun Riba Nasi‘ah disebut juga riba duyunyaitu riba yang timbul akibat hutang-piutang yang tidak memenuhi kriteria untung muncul bersama resiko (al ghunmu bil ghurmi) dan hasil usaha muncul bersama biaya (al kharaj bi dhaman). Transaksi semisal ini mengandung pertukaran kewajiban menanggung beban, hanya karena berjalannya waktu. Nasi‘ah adalah penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang ribawi yang dipertukarkan dengan jenis barang ribawi lainnya. Riba Nasi‘ah muncul karena adanya perbedaan, perubahan atau tambahan antara barang yang diserahkan hari ini dengan barang yang diserahkan kemudian. Jadi al ghunmu(untung) muncul tanpa adanya al ghurmi(resiko), hasil usaha (al kharaj) muncul tanpa adanya biaya (dhaman); al ghunmudan al kharajmuncul hanya dengan berjalannya waktu. Padahal dalam bisnis selalu ada kemungkinan untung dan rugi. Memastikan sesuatu yang diluar wewenang manusia adalah bentuk kezaliman. Padahal justru itulah yang terjadi dalam riba nasi‘ah, yakni 2 terjadi perubahan sesuatu yang seharusnya bersifat uncertain (tidak pasti) menjadi certain (pasti). Pertukaran kewajiban menanggung beban (exchange of liability) ini, dapat menimbulkan tindakan zalim terhadap salah satu pihak, kedua pihak, dan pihak-pihak lain. Pendapat Imam Sarakhzi akan memperjelas hal ini. “Riba adalah tambahan yang disyaratkan dalam transaksi bisnis tanpa adanya padanan (iwad) yang dibenarkan syariah atas penambahan tersebut” (ImamSarakhsi dalam al-Mabsut, juz. XII., hal.109). Dalam perbankan konvensional, riba nasi‘ah dapat ditemui dalam pembayaran bunga kredit dan pembayaran bunga deposito, tabungan, giro, dll. Bank sebagai kreditur yang memberikan pinjaman mensyaratkan pembayaran bunga yang besarnya tetap dan ditentukan terlebih dahulu di awal transaksi (fixed and predetermined rate). Padahal nasabah yang mendapatkan pinjaman itu tidak mendapatkan keuntungan yang fixed and predetermined juga, karena dalam bisnis selalu ada kemungkinan rugi, impas atau untung, yang besarnya tidak dapat ditentukan dari awal. Jadi, mengenakan tingkat bunga untuk suatu pinjaman merupakan tindakan yang memastikan sesuatu yang tidak pasti, karena itu diharamkan. QS Al Hasyr 18 dan QS Luqman 34: ―Wama tadri nafsun ma dza taksibu ghadan‖2(dan seorang itu tidak mengetahui apa yang dihasilkannya esok Bunga dan time value of money. Para pendukung konsep bunga mendasarkan argumentasi mereka dengan prinsip time value of moneyyang didefinisikan sebagai berikut: A dollar today is worth more than a dollar in the future because a dollar today can be invested to get a return. Definisi ini tidak akurat karena setiap investasi selalu mempunyai kemungkinan untuk mendapat return positif, negatif, atau nol. Itu sebabnya dalam teori finance, selalu dikenal risk-return relationship. Namun, sebenarnya penerapan time value of moneypun tidak senaif yang dibayangkan, misalnya dengan mengabaikan ketidakpastian return yang akan diterima. Bila unsur ketidakpastian return ini dimasukkan, ekonom konvensional menyebut kompensasinya sebagai discount rate. Jadi istilah discount rate lebih bersifat umum dibandingkan istilah interest rate. Dalam eknomi konvensional, ketidak-pastian return dikonversi menjadi suatu kepastian MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

67

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP melalui premium for uncertainty. Dalam setiap investasi tentu selalu ada probabiliti untuk mendapat positif return, negative return, dan no return. Adanya probabiliti inilah yang menimbulkan uncertainty(ketidakpastian). Probabiliti untuk mendapat negative return dan no return ini yang dipertukarkan (exchange of liabilities) dengan suatu yang pasti yaitu premium for uncertainty. Katakanlah probabiliti positive returndan negative return masing- masing sebesar 0,4; sedangkan probabiliti no returnsebesar 0,2. Apa yang dilakukan dalam perhitungan discount rate adalah mempertukarkan probabiliti negative return (0,4) dan probabiliti no return(0,2) ini dengan premium for uncertainty, sehingga yang tersisa tinggal probabiliti untuk positive return (1,0). Keadaan inilah yang ditolak dalam ekonomi syariah, yaitu keadaan al ghunmu bi la ghurmi (gaining return without responsible for any risk) dan al kharaj bi la dhaman (gaining income without responsible for any expenses). Sebenarnya keadaan ini juga ditolak oleh teori finance, yaitu dengan menjelaskan adanya hubungan antara risk dan return; bukankah return goes along with risk? 4.3 Riba Jahiliyah Riba Jahiliyah adalah hutang yang dibayar melebihi dari pokok pinjaman, karena si peminjam tidak mampu mengembalikan dana pinjaman pada waktu yang telah ditetapkan. Riba Jahiliyah dilarang karena terjadi pelanggaran kaedah ―Kullu Qardin Jarra Manfa‘ah Fahuwa Riba‖ (setiap pinjaman yang mengambil manfaat adalah riba). Memberi pinjaman adalah transaksi kebaikan (tabarru‘), sedangkan meminta kompensasi adalah transaksi bisnis (tijarah). Jadi, transaksi yang dari semula diniatkan sebagai transaksi kebaikan tidak boleh dirubah menjadi transaksi yang bermotif bisnis. Dari segi penundaan waktu penyerahannya, riba jahiliyah tergolong Riba Nasi‘ah; dari segi kesamaan objek yang dipertukarkan, tergolong Riba Fadl. Tafsir Qurtuby menjelaskan: “Pada Zaman Jahiliyah para kreditur, apabila hutang sudah jatuh tempo, akan berkata kepada para debitur : “Lunaskan hutang anda sekarang, atau anda tunda pembayaran itu dengan tambahan”. Maka pihak debitur harus menambah jumlah kewajiban pembayaran hutangnya dan kreditur menunggu waktu pembayaran kewajiban tersebut sesuai dengan ketentuan baru.” (Tafsir Qurtubi, 2/ 1157). Dalam perbankan konvensional, riba jahiliyah dapat ditemui dalam pengenaan bunga pada transaksi kartu kredit yang tidak dibayar penuh tagihannya. Dari definisi riba, sebab (illat) dan tujuan (hikmah) pelarangan riba, maka dapat diidentifikasi praktek perbankan konvensional yang tergolong riba. Riba fadl dapat ditemui dalam transaksi jual beli valuta asing yang tidak dilakukan secara tunai. Riba nasi‘ah dapat ditemui dalam transaksi pembayaran bunga kredit dan pembayaran bunga tabungan/deposito/giro. Riba jahiliyah dapat ditemui dalam transaksi kartu kredit yang tidak dibayar penuh tagihannya. Tipe Faktor Penyebab Riba Fadl Gharar / Buyu

Cara Menghindarkan Faktor Penyebab Kedua belah pihak harus memastikan factor-faktor berikut ini: Kuantitas Kualitas Harga Waktu Penyerahan

Riba Nasi‘ah / Duyun

Return tanpa resiko, pendapatan tanpa biaya

Kedua belah pihak membuat kontrak yang merinci hak dan kewajiban masing-masing untuk menjamin tidak adanya pihak maupun yang mendapatkan return tanpa menanggung resiko ataqu menikmati pendapatan tanpa menanggung biaya

Riba Jahiliyah

Pinjaman sukarela secara komersil / karena pinjaman yang mengambil manfaat adalah riba

Jangan mengamil manfaat apapun dari akad / transaksi kebaikan (tabarru) Kalaupun ingin mengambil manfaat, maka gunakanlah akad bisnis (tijarah), biukan akad kebaikan (tabarru)

MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

68

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP

5. Konsep Bunga di Kalangan Non Muslim 5.1 Konsep bunga dikalangan yahudi Orang- orang yahudi dilarang mempraktikkan pengambilan bunga. Pelarangan ini banyak terdapat di kitab suci mereka, baik dalam old testament (perjanjian lama) maupun undang-undang Tahmud. Kitab Exodus (keluaran) pasal 22 ayat 25 menyatakan ―jika engkau meminjamkan uang kepada salah seorang dari umat ku, orang miskin diantara kamu, maka janganlah kamu berlaku sebagai penagih hutang terhadap dia, janganlah kamu bebankan bunga uang terhadapnya.‖ kitab deutoromy (ulangan) pasal 23 ayat 19 menyatakan ―janganlah engkau membungakan kepada saudaramu. Baik uang maupun bahan makanan, atau apa yang dapat dibungakan.‖ kitab lecivitus (imamat) pasal 25 ayat 36-37 menyatakan, janganlah engkau mengambil bunga uang atau riba darinya. Melainkan engkau harus takut akan Allahmu, supaya saudaramu bisa hidup diantara kamu. Janganlah kamu memberikan uangmu kepadanya dengan meminta bunga, juga makananmu janganlah kau berikan dengan meminta riba.‖ 5.2 Konsep bunga di kalangan yunani dan romawi Pada masa paus yunani sekitar abad VI sebelum masehi hingga i masehi telah terdapat beberapa jenis bunga. Besarnya tersebut bervariasi tergantung pada kegunaannya. Secara umum bilai bunga dikategorikan sebagai berikut. Pada masa romawi, sekitar abad V sebelum hingga IV Masehi terdapat undang-undang yang membenarkan penduduknya mengambil bunga selama tingkat bunga tersebut sesuai dengan tingkat maksimal yang dibenarkan hukum. Meskipun undang-undang membenarkan pengambilan bunga tetapi pengambilannya tidak dibenarkan dengan cara bunga berbunga. Pada masa pemerintahan Genucia (342 SM) kegiatan pengambilan bunga tidak diperbolehkan. Akan tetapi pada masa Unciaria (88 SM) praktik tersebut diperbolehkan kembali seperti semula. Terdapat empat jenis bunga pada zaman Romawi yaitu sebagai berikut: plato mengecam sistem bunga berdasarkan atas dua sebab. Pertama bunga sebagai sebab dari perpecahan dan ketidakpuasan di dalam masyarakat. Kedua merupakan alat mengekploitasi si kaya terhadap si miskin. Sedangkan Aristoteles menyatakan keberatannya, karena fungsi uang adalah sebagai alat tukar. Oleh karenanya menurut ia bunga sebagai uang yang berasal dari uang yang keberadaannya dari sesuatu yang belum tentu terjadi. Dengan demikian bunga merupakan suatu tindakan yang tidak adil. Cicero memberi nasihat kepada anaknya agar menjauhi dua pekerjaan yakni cukai dan memberi piutang dengan bunga. Cato memberi dua ilustrasi untuk melukiskan perbedaan antara perniagaan dan pemberi pinjaman. 1. Perniagaan adalah suatu pekerjaan yang mempunyai risiko, sedangkan memberi pinjaman dengan bunga adalah sesuatu yang tidak pantas. 2. Dalam tradisi mereka terdapat perbandingan antara seseorang pencuri dan seorang pemakan bunga. Pencuri akan didenda dua kali lipat. Sedangkan pemakan bunga akan didenda empat kali lipat. Singkatnya menurut para ahli filsafat yunani dan romawi menganggap bunga adalah sesuatu yang tidak dibenarkan. Karena terdapat eksploitasi disana, dan merupakan praktik tidak sehat dalam masyarakat. 5.3 konsep bunga di kalangan kristen Dalam kristen konsep mengenai bunga ini terdapat dalam Lukas 6:34-35 yang bunyinya: ―dan jika kamu meminjamkan sesuatu kepada orang karena kamu berharap akan menerima sesuatu darinya, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun meminjamkan kepada orang berdosa supaya mereka menerima kembali sama banyak. Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

69

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan. Maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Tuhan yang maha tinggi, sebab ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu terima kasih dan terhadap orang-orang jahat.‖ a. Pandangan para pendeta awal kristen (abad I-XII) Pada masa ini umumnya pengambilan bunga dilarang. Mereka merujuk kepada kitab perjanjian lama. St Basil (329-379) menganggap mereka yang memakan bunga sebagai orang yang tidak berperikemanusiaan. St Gegory dari Nyssa (335-395) mengutuk praktik bunga karena menurutnya pertolongan melalui pinjaman adalah palsu. St. John Chrysostom (344-407) berpendapat bahwa larangan yang terdapat dalam perjanjian lama yang ditujukan bagi orang-orang yahudi juga berlaku bagi penganut perjanjian baru. St. Ambrose mengecam pemakan bunga sebagai penipu dan pembelit (rentenir) St Agustine berpendapat bahwa pemberlakuan bunga pada orang-orang miskin lebih kejam dibandingkan dengan perampokan yang merampok orang kaya. St Anselm dari Centrbury (1033-1109) menganggap bunga sama dengan perampokan. Larangan praktik bunga juga dikeluarkan oleh gereja dalam bentuk undang-undang (canon) sebagai berikut: Council of Elvira (Spanyol tahun 306) mengeluarkan Canon 20 yang melarang pekerjaan gereja mempraktikkan bunga. Siapapun yang melaggarnya akan diturunkan pangkatnya. Council of Arles (tahun 314) mengeluarkan Canon 44 yang juga melarang para pekerja gereja mempraktikkan pengambilan bunga. First Council of Nicara (tahun 325) mengeluarkan Canon 17 yang mengancam akan memecat para pekerja gereja yang mempraktikkan bunga. Larangan pemberlakuan bunga untuk umum baru dikeluarkan pada Council of Vienne (tahun 1311) yang menyatakan bahwa barang siapa menganggap bunga itu adalah sesuatu yang tidak berdosa ia telah keluar dari kristen. Pendangan para pendeta awal kristen dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. bunga adalah semua bentuk yang diminta sebagai imbalan yang melebihi jumlah barang yang dipinjamkan. 2. Mengambil bunga adalah suatu dosa yang dilarang baik dalam perjanjian lama maupun perjanjian baru. 3. Keinginan atau niat untuk mendapatkan imbalan melebihi apa yang dipinjamkan adalah suatu dosa. 4. Bunga harus dikembalikan kepada pemiliknya 5. harga barang yang ditinggikan untuk penjualan secara kredit juga merupakan bunga yang terselubung. b. Pandangan para sarjana kristen (abad (XII – XVI) Para sarjana kristen pada masa ini mulai mengaitkan pembahasan bunga dengan aspek-aspek lain. Mereka dianggap telah melakukan terobosan baru dnegan pendefinisian bunga. Dari hasil pembahasan mereka untuk tujuan memperhalus dan melegitimasi hukum, bunga menjadi interest dan usury. Interest adalah bunga yang wajar dan unsury adalah bunga yang sangat tinggi. Kesimpulan hasil pembahasan mereka adalah sebagai berikut: 1. niat atau perbuatan untuk mendapatkan keuntungan dengan memberikan pinjaman adalah suatu dosa yang bertentangan dengan konsep keadilan. 2. Mengambil bunga dari pinjaman diperbolehkan, namun haram atau tidak nya tergantung pada niat si pemberi uang.

MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

70

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP c. Pandangan para reformis kristen (abad XVI – tahun 1836) Pendapat para reformis telah mengubah dan membentuk suatu cara pandang yang baru terhadap bunga. Para reformis itu antara lain John Calvin (1508-1564) Charles du Moulin (1500-1566), Claude Saumaise (1588-1653). beberapa pendapat calvin sehubungan dengan bunga : 1. dosa apabila bunga memberatkan 2. uang dapat membiak (kontra dengan Aristoteles) 3. tidak menjadikan pengambil bunga sebagai profesi 4. jangan mengambil bunga dari orang miskin. Du Moulin mendesak agar setiap pengambilan bunga yang sederhana diperbolehkan dengan syarat digunakan untuk kepentingan produktif. Sedangkan Saumaice membenarkan semua pemgambilan uang baik dari yang miskin maupun yang kaya karena menurut dia menjual uang dengan uang adalah perdagangan biasa. Dan agama tidak perlu mencampuri urusan yang berhubungan dengan bunga. 6. Teori-Teori Bunga Sekarang kita akan membahas tentang teori-teori bunga. Namun tidak semua teori tentang bunga akan dibahas. Melainkan hanya beberapa, meskipun demikian itu sudah dapat menggambarkan kelemahan teori bunga tersebut. a. Teori Absistence Senior dianggap sebagai pencetus teori ini. Dimana menurutnya bunga adalah suatu imbalan atas upaya menahan diri yaitu dari kapitalis. Ia membedakan dua instrumen utama produksi yaitu tenaga kerja dan sumber daya alam. Teori ini ternyata mempunyai kelemahan, kelemahan pertama senior terlalu mengagungkan faktor penundaan. Memang benar bahwa faktor tersebut menggunakan sejumlah pengaruh tertentu pada asal mula bunga tetapi pengaruh tersebut tidak langsung dan tidak terpisah-pisah sehingga kita dapat menyatakan bahwa bunga adalah upah sesuatu yang ditahan. Kelemahan kedua, Boelun menganggap teori tersebut suatu kesalahan penalaran untuk mengemukakan penolakan kepuasan atau abstinen dalam bentuk abstrak. Sebagai pengorbanan kedua dan independen terpisah dari pekerjaan yang dikorbankan dalam produksi. Menurut pendapat Boehm menganggap reorientasi ekspresi abstenence tidak membuat banyak perbedaan. Ia berpendapat bahwa hubungan yang terkait dalam penjelasan Marshall mengenai bunga ―mengungkapkan aliran yang sama dengan teori absistenence. Cassel dan Hederson mengkritik teori ini dengan dasar bahwa teori tersebut tidak memberikan alasan yang memuaskan tentang adanya bunga. Dengan demikian teori abstenence oleh senior ini telah terbukti kegagalannya dalam menerangkan tentang bunga. Dalam tinjauan syariah ―unsur penundaan kosumsi‖ atupun ―penundaan investasi‖ tidak dapat dijadikan illat (sebab/alasan) dalam penetapan hukum, para Ulama' merumuskan : ―salah satu illat, hukum (argumen hukum) adalah sifat yang jelas, zahir, dan tatap/konsisten‖ b. Teori produktifitas Para pendukung teori ini menganggap produktifitas sebagai suatu property dari modal dan oleh karena itu mereka mengambil kebijaksaan bunga sebagai imbalan terhadap produktifitas. Menurut boehm dalin yang menyatakan bahwa uang itu produktif mungkin diartikan sebagai berikut; 1. uang mempunyai kapasitas pelayanan untuk memproduksi barang 2. uang mempunyai kekuatan untuk melayani lebih banyak produksi barang dari pada yang dihasilkan tanpa uang MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

71

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP 3. uang mempunyai kekuatan untuk menghasilkan nilai yang lebih tinggi dari pada yang dapat dihasilkan tanpa itu 4. uang mempunyai kekuatan untuk menghasilkan nilai yang lebih besar dari pada yang dimilikinya sendiri teori produktifitas ini mempunyai kelemahan kerena teori itu tidak memberikan sesuatu selain hanya suatu peran subordinat dalam masalah moneter, psikologis dan faktor-faktor lainnya. Teori ini tidak memberikan pertimbangkan peran yang dimainkan oleh perubahan jumlah modal atas besarnya bunga.peranan uang dan kredit dalam hubungannya dangan juga diabaikan sama sekali. Teori ini juga berdasarkan pada anggapan suatu pernyataan yang kaku dengan keseimbangan yang statis dan mengabaikan dinamika kehidupan yang nyata, yang penuh dnegan kerumitan masalah. Berbagai macam perubahan ini semuanya merupakan pemisah untuk bertindak dan bereaksi satu dengan yang lainnya secara kolektif dapat mempengaruhi nilai suatu modal yang dapat dikaryakan. Islam mengakui bahwa modal memiliki potensi produktifitas sehingga pemilik modal layak untuk mendapatkan keuntungan. Akan tatapi tidak ada cara untuk mengetahui secara tepat dan pasti nilai potensi keuntungan yang adil, baik pada saat stabil maupun krisis. Adapun firman Allah dalam Al Qur'an surat Lukman 34 ―.......... dan tiada seorangpun yang mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia mati....‖ c. Teori agio atau pilihan waktu Menurut teori ini bunga timbul dari perbedaan nilai antara barang-barang sekarang dengan yang akan datang. Tokoh utama dari teori ini adalah Boehm Bawerk rumusan pokok yang dikemukakan nya terhadap bunga adalah rendahnya nilai barang yang di w aktu yang akan datang dibandingkan dengan waktu sekarang. Oleh karenanya diperlukan suatu kompensasi atas menurunnya nilai barang di waktu yang akan datang. Teori bunga Boehm ini dekembangkan lebih jauh lagi oleh K. Wicksell. Kontribusi pentingnya nilai bunga dengan harga serta pengaruh faktor pengaruh faktor moneter di dalam menentukan besarnya bunga. Teori bunga ini pun tidak luput dari kritik. Menurut Cassel ―formula perkiraan yang lebih rendah atas barang masa depan dibandingkan masa kini, cukup meragukan, dan mempunyai dua makna yang berbeda bahkan terhadap pandangan Boehm sendiri. Analisi Boehm terhadap alasan-alasan menaksir lebih rendah terhadap barang dimasa mendatang juga tidak cukup. Lebih lanjut dasardasar subjektive psikologi yang dicoba susun oleh boehm pada teori agio bunga. Sama sekali tidak benar dan tidak realistais. Pada kenyataannya banyak orang menabung untuk masa depan tanpa mempunyai pertimbangan besarnya bunga. Secara prinsip. Islam mengakui adanya nilai dan amat berharganya waktu, namun penghargaan islam tidak diwujudkan dalam rupiah tertentu atau persentase bunga tatap. Hal ini karena hasil yang nyata dari optiomalisasi waktu itu variable. Islam merealisasikan penghargaan terhadap waktu dalam bentuk kemitraan dan nisbah bagi hasil yang semua pihak berbagi keuntungan dan risiko secara bersama. 7. Pandangan Para Cendikiawan Muslim Berikut akan dipaparkan pandangan beberapa sarjana muslim mengenai riba yang yang selalu konsisten dalam pengamalan ilmunya untuk kepentingan ummat islam dan seluruh masyarakat. 7.1 Imam Ar Razi Imam Ar Razi telah menjelaskan mengapa islam melarang sistem bunga. Beberapa alasan dikemukakan untuk mendukung larangan terhadap bunga. Berapa di antara alasannya adalah: a. merampas kekayaan orang lain b. merusak moralitas MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

72

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP cemin jiwa yang paling murni dan utuh adalah hati nurani. Ketulusan seseorang akan runtuh bila egoisme pembungaan uang sudah merasuk di dalamnya. Dia akan sangat tega untuk merampas apa saja yang di miliki si peminjam untuk mengembalikan bayaran bunga yang mungkin sudah berlipat-lipat dari pinjaman pokok. Dia mengambil bukan hanya dari peminjam yang lalai saja tapi juga si miskin yang benar-benar sedang jatuh usahanya, satu keadaan yang harus mendapat pertimbangan khusus dalam pandangan Islam. c. melahirkan benih kebencian dan permusuhan bila egoisme dan perampasan harta si peminjam dalam keadaan apa pun sudah di halalkan, tidak mustahil akan timbul suatu benih kebencian dan permusuhan oleh si peminjam terhadap pemberi pinjaman. Karena si pemberi pinjaman tidak mau membantu peminjam bila tidak ada suatu tambahan yang berarti. d. yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin. Dengan adanya bunga, pemerataan tidak akan tercapai. Karena dengan sistem bunga, si peminjam telah bekerja keras tidak mendapat hasil apa-apa dari hasil usahanya. Sedangkan si pemberi pinjaman tanpa usaha apa-apa ia sudah memperoleh keuntungan. Inilah yang menyebabkan terjadinya suatu ketimpangan yang mencolok dalam distribusi pendapatan. e. pemberi hutang adalah memalukan jikapun pemberi hutang tampak tidak kekurangan, kedudukannya dalam masyarakat sangat jatuh. Ia kehilangan kehormatan karena menjadi parasit di atas penderitaan orang lain. Mereka kehilangan perasaan baik hati, yang ada hanyalah kikir di hati mereka. 7.2 Abdul malik A'la Maududi Maududi dalam bukunya, Riba. Menerangkan bahwa bunga merupakan sumber bahaya dan kejahatan. Bunga akan banyak merugikan dan menyengsarakan rakyat, karena rakyat tidak akan lepas kesulitannya melainkan malah semakin terperosok dalam kesulitan yang lebih dalam. Menurut beliau bunga menumbuhkan sikap egois, bakhil, berwawasan sempit, serta berhati batu. Seseorang yang melakukan pembungaan uang akan cenderung bersikap untuk tidak belas kasihan. a. hal ini terbukti bila si peminjam dalam kesulitan, aset apa pun yang ada harus diserahkan untuk melunasi akumulasi bunga berbunga. b. secara psikologis praktik pembungaan yang juga dapat menjadikan seseorang malas untuk menginvestasikan dananya dalam sektor usaha. c. hidup dalam sistem ribawi 8. Alasan Pembenaran Pengambilan Riba (Bunga) dan Jawabannya 8.1. Dalam keadaan darurat, bunga halal hukumnya. Jawaban: a. Harus jelas pengertian darurat Imam Syututi: darurat adalah suatu keadaan emergency dimana jika seseorang tidak melakukan sesuatu tindakan dengan cepat, akan membawanya ke jurang kehancuran dan kematian (al-Asybah wa an Nadzoir, h.85) b. Dispensasi darurat harus sesuai dengan kaidah ushul fiqih ―Darurat itu harus dibatasi sesuai dengan kadarnya‖ (Adh-Dhorurot tuqoddaru bi qodariha) c. Darurat ada masa berlakunya dan batasan ukuran dan kadarnya d. Riba (bunga) dalam kondisi sekarang sudah tidak darurat lagi, kecuali dalam beberapa hal seperti yang dijelaskan dalam fatwa MUI, seperti dalam dunia bisnis yang menuntut pembayaran transaksi melalui transfer melewati bank konvensional diperbolehkan, apabila bank syari'ah tidak bisa memfasilitasi hal tersebut.

MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

73

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP 8.2. Hanya bunga yang berlipat ganda saja yang dilarang, sedangkan suku bunga yang ―wajar‖ dan tidak menzalimi, diperkenankan. Berlandaskan surat Ali Imran ayat 30 Jawaban: a. Kriteria berlipat ganda dalam ayat ini harus dipahami sebagai ―hal‖ atau sifat dari riba pada masa itu, bukan merupakan syarat. b. Dr. Abdullah Draz, menepis hal itu. karena dho‘f (berlipat ganda biasanya 2 x lipat), sedangkan bentuk adh‘af (bentuk jamak/3 atau lebih) sehingga menjadi 3X2=6 kali lipat. Dengan demikian, kalau berlipat ganda itu dijadikan syarat maka sesuai dengan konsekwensi bahasa, minimum harus 6 kali atau bunga 600%. secara operasional dan nalar sehat, angka itu mustahil terjadi dalam proses perbankan maupun simpan pinjam. c. Ayat tersebut merupakan tahapan turun ayat riba; yaitu ar Rum 39, an-nisa 160-161, ali imron 130, al-baqarah 278-279. d. Dr. Sami Hasan Hamoud dalam bukunya “Fawathir al-A‟maali Al-Mashrafiyah bimaa yattafiqu wasy-syariah al-Islamiyah” menjelaskan bahwa ayat itu berkenaan dengan pinjam meminjam barang bergerak yang dilakukan bangsa arab. Mereka biasa meminjamkan ternak berumur 2 tahun (bint makhod) dan meminta kembalian berumur 3 tahun (bint laun). Kalau meminjamkan bit laboun, meminta kembalian haqqoh (berumur 4 tahun). e. Surat ali Imron ayat 130 diturunkan pada than ke-3 H. Ayat ini harus dipahami bersama Surat al-Baqarah ayat 278-279 yang turun pada tahun ke-9 H. Para ulama menegaskan bahwa pada ayat terakhir tersebut merupakan ―ayat sapu jagad‖ untuk segala bentuk ukuran, kadar, dan jenis riba. 8.3. Bank, sebagai lembaga, tidak masuk dalam kategori mukallaf. dengan demikian, tidak terkena khitab ayat-ayat dan hadits riba. Sebab, ketika ayat riba turun dan disampaikan di jazirah arab, belum ada bank atau lembaga keuangan, yang ada hanyalah individu/perorangan . Dengan demikian bank tidak terkena hukum taklif karena pada zaman nabi hidup belum ada bank. Jawaban: a. Tidak benar bahwa pada zaman pra-Nabi tidak ada ―badan hukum‖ sama sekali. sejarah Romawi, Persia, dan Yunani menunjukkan ribuan lembaga keuangan yang mendapat pengesahan dari pihak penguasa. Dengan kata lain perseroan mereka telah masuk ke lembaran negara. b. Dalam tradisi hukum, perseroan atau badan hukum sering disebut sebagai juridical personality atau syakhsiyyah Hukmiyyah. Secara hukum adalah sah dan dapat mewakili individu-individu secara keseluruhan. c. Dilihat dari segi mudharat dan manfaat, perusahaan dapat melakukan mudharat jauh lebih besar dari perorangan. Pengedar narkoba secara perorangan lebih kecil dampaknya dibanding dengan organisasi mafia pengedar narkoba. Karena lembaga/badan melakukan fi‘il mukallaf, maka dia seperti mukallaf. 8.4. Di antara alasan yang dikemukakan untuk pembenar pengambilan bunga adalah alasan abstinence, bahwa ketika kreditor manahan diri (abstinence) , ia menangguhkan keinginannnya memanfaatkan uangnya sendiri semata-mata untuk memenuhi keinginan orang lain. Ia meminjamkan modal yang semestinya dapat mendatangkan keuntungan bagi dirinya. oleh karena itu wajar dia mendapatkan bayaran sewa atas uang yang dipinjamkannya. Jawaban: a. Kenyataannya, kreditor hanya akan meminjamkan uang yang tidak ia gunakan sendiri. Kreditor hanya akan meminjamkan uang berlebih dari yang ia perlukan. Dengan demikian kreditor sebenarnya tidak menahan diri atas apapun. MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

74

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP b. Tidak ada standar yang dapat digunakan untuk mengukur unsur penundaan konsumsi dari teori bunga abstinence. c. Dalam tinjauan syariah ―unsur penundaan konsumsi‖ atau penundaan investasi tidak dapat dijadikan illat dalam penetapan hukum. Para ulama merumuskan: ‫من شروط العلة ان تكون وصفا ظاهرا منضبطا‬ ―salah satu syarat illat hukum (argumentasi hukum) adalah sifat yang jelas, zahir, tetap/konsisten‖ d. Feeling seseorang yang menunggu dan melakukan tindakan abstinence itu sangat berbedabeda. e. Mereka beralasan bahwa ketika meminjamkan uang, sebenarnya mereka sedang menyewakan uang, jadi riba (bunga) diperbolehkan seperti halnya menyewakan barang dalam bentuk uang. 8.5 Mereka beralasan bahwa ketika meminjamkan uang, sebenarnya mereka sedang menyewakan uang, jadi riba (bunga) diperbolehkan seperti halnya menyewakan barang dalam bentuk uang. Jawaban: a. sewa hanya dikenakan terhadap barang-barang seperti rumah, perabotan, alat transportasi dan lain sebagainya, yang bila digunakan akan habis, rusak, dankehilangan sebagain dari nilainya. b. Biaya sewa layak dibayarkan terhadap barang yang surut, rusak dan memerlukan biaya perawatan. adapun uang tidak dapat dimasukkan ke dalam kategori tersebut c. Dalam disiplin ilmu ekonomi barat, kita seringkali mendapatkan rumus yang mendapatkan posisi rent, wage, dan interest {(r)K; (w)L; (i)M} (r)K berarti rent untuk Kapital (w)L berarti wage untuk Labour (i)M berarti interest untuk Money 8.6. Sebagian orang ada yang mengharamkan bunga pada pinjaman konsumtif, sedangkan pada pinjaman produktif maka mengambil bunga (riba) adalah halal dan diperbolehkan. Jawaban: a. Jika dalam menjalankan bisnisnya peminjam mengalami kerugian, dasar apa yang dapat membenarkan kreditor menarik keuntungan tetap secara bulanan atau tahunan dari peminjam? b. Jika si pemberi pinjaman (kreditor) disuruh melakukan bisnisnya sendiri, apakah pasti ia mendapat keuntungan? c. Kreditor bisa saja menginvestasikan modalnya pada usaha-usaha yang baik agar ia menuai keuntungan. bila itu yang menjadi tujuan, cara yang wajar dan praktis baginya adalah dengan kerjasama usaha dan berbagi keuntungan (mudhorobah) , bukan meminjamkan modal dengan menarik bunga tanpa menghiraukan apa yang terjadi di sektor riil. d. Seandainya ia ingin membantu untuk tujuan kemanusiaan, hukum yang berlaku adalah qardhul hasan atau pinjaman kebaikan. ‫من ذاالذي يقرض هللا قرضا حسنا فيضاعفه له و له أجر كريم‬ ―Siapakah yang mau meminjamkan kepada allah pijaman yang baik maka Allah akan melipatgandakan (balasan) pinjaman itu untuknya dan dia akan memperoleh pahala yang banyak‖ (al-hadid: 11) 8.7. Sebagian orang beranggapan bahwa dengan meminjamkan uangnya berarti kreditor menunggu atau menahan diri dari menggunakan modal sendiri dalm memenuhi keinginannya. Hal itu serupa dengan memberikan waktu kepada si peminjam. Dengan waktu itulah orang yang berutang memilki kesempatan menggunkan modal pinjamannya untuk memperoleh MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

75

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP keuntungan. Dengan demikian, waktu mempunyai harga yang meningkat seiring dengan berjalannya waktu. Hal itu dijadikan alasan para kreditor berhak menikmati sebagian keuntungan peminjam. Besar kecilnya keuntungan dikaitkan dengan besar kecilnya waktu. Pandangan ini disebut dengan OPPORTUNITY COST (Biaya kesempatan). Jawaban: a. Bagaimana mungkin kreditor memastikan keuntungan peminjam dan bukan kerugian atas investasi modalnya? b. Atas dasar apa kreditor berkeyakinan bahwa peminjam akan selalu memperoleh keuntungan secara tetap, sehingga ia berhak ikut memperoleh keuntungan c. Tidak benar jika ada anggapan bahwa jika dana diusahakan secaar syariah berarti opportunity itu akan hilang sama sekali. seluruh akad bisnis syariah memebrikan peluang kepada kedua belah pihak untuk memetik keuntungan yang adil dan proporsional. 8.8. Teori kemutlakan produktivitas modal. Para ahli ekonomi berpendapat bahwa modal adalah produktif dengan sendirinya. Modal dianggap mempunyai daya untuk menghasilkan barang lebih banyak daripada yang dihasilkan tanpa modal. dengan demikian, pemberi pinjaman layak untuk mendapatkan imbalan bunga. Jawaban: a. Modal bukan sendirinya menjadi produktif. Modal bisa menjadi produktif apabila digunakan seseorang untuk bisnis yang mendatangkan keuntungan. Bila untuk konsumsi, modal sama sekali tidak produktif. b. Bila modal digunakan untuk produksi pun, tidak selalu menghasilkan nilai tambah. Dalam keadaan ekonomi yang merosot, penanam modal sering menipiskan keuntungan, bahkan bisa menjadi kerugian. c. Bila modal dianggap memiliki produktifitas, sebenarnya produktivitas tersebut bergantung kepada faktor lain, seperti riset, marketing, keuangan, kemampuan, visi dan pengalaman. Belum lagi kondisi ekonomi, sosial dan politik. d. Meskipun modal memiliki potensi produktivitas, akan tetapi tidak ada cara untuk mengetahui secara tepat dan pasti nilai potensi keuntungan yang adil, baik pada saat stabil maupun krisis. 8.9. Teori Nilai Uang pada masa mendatang lebih rendah dibanding masa sekarang. Beberapa ahli ekonomi berpendapat bahwa manusia pada dasarnya lebih mengutamakan kehendaknya sekarang dibanding kehendaknya di masa datang. sehingga mereka membolehkan bunga karena menurunnya nilai barang di waktu mendatang dibanding dengan nilai barang di waktu kini. Boehm Bawerk, pendukung utama pendapat ini , menyebut tiga alasan mengapa nilai barang di waktu yang mendatang akan berkurang; yaitu sebagai berikut: a. keuntungan di masa yang akan datang diragukan. Hal tersebut disebabkan oleh ketidakpastian peristiwa serta kehidupan manusia yang akan datang, sedangkan keuntungan masa kini sangat jelas dan pasti. b. Kepuasan terhadap kehendak atau keinginan masa kini lebih bernilai bagi manusia daripada kepuasan mereka pada waktu yang akan datang. Pada masa yang akan datang, mungkin saja seseorang tidak mempunyai kehendak semacam sekarang. c. Kenyatataannya, barang-barang pada waktu kini lebih penting dan berguna. dengan demikian, barang-barang tersebut mempunyai nilai lebih tinggi dibanding dengan barangbarang pada waktu yang akan datang. Jawaban: a. Tidak selalu benar anggapan bahwa kehendak masa kini lebih penting dan berharga daripada keinginan pada masa depan. sebab banyak orang tidak membelanjakan seluruh

MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

76

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP pendapatannya sekarang, tetapi menyimpannya untuk keperluan pada masa yang akan datang b. Teori ini menyebut bahwa Rp 100 juta hari ini adalah sama dengan Rp. 125 juta tahun mendatang. selisih sebesar Rp 25 juta merupakan bunga. Dalam contoh ini ada yang salah yaitu kemutlakan, kepastian. Tidak boleh ada yang pasti. c. Islam sangat menghargai waktu, tetapi penghargaannya tidak diwujudkan dalam rupiah tertentu. Karena hasil nyata dari optimalisasi waktu itu variable, bergantung pada jenis usaha, sektor industri, lama usaha, keadaan pasar, stabilitas politik, dll. 8.10. Teori Inflasi. Inflasi secara umum sering dipahami sebagai meningkatnya harga barang secara keseluruhan. Dengan demikian, terjadi penurunan daya beli uang atau decrasing purchasing power of money. Oleh karena itu, menurut penganut paham ini, pengambilan bunga uang sangatlah logis sebagai kompensasi penurunan daya beli uang selama dipinjamkan. Jawaban; a. Situasi ekonomi tidak selama terjadi inflasi. Bisa jadi kondisi stabil b. Islam telah menyediakan skim muamalah yang sesuai dengan syariat dalam menghadapi inflasi secara komprehensif. Bukan hanya keuntungan sebagai antisipasi dari menurunnya nilai uang (fiat money) akibat inflasi. tetapi juga mencegah terjadinya inflasi itu sendiri karena pembiayaan dalam bank syariah hanya untuk sektor riil yang akan menggiatkan roda ekonomi. c. Pembungaan itu sendiri akan menimbulkan dan melahirkan inflasi itu sendiri. Jadi bunga saja sudah memberi andil terciptanya inflasi, selain faktor lain. 9. Perbedaan Investasi dengan Membungakan Uang Ada dua perbedaan mendasar antara investasi dengan membungakan uang. Perbedaan tersebut dapat ditelaah dari definisi hingga makna masing-masing. a. Investasi adalah kegiatan usaha yang mengandung risiko karena berhadapan dengan unsur ketidakpastian. Dengan demikian, perolehan kembaliannya (retur) tidak pasti dan tidak tetap. b. Membungakan uang adalah kegiatan usaha yang kurang mengandung risiko karena perolehan kembaliannya berupa bunga yang relatif pasti dan tetap. Islam mendorong masyarakat ke arah usaha nyata dan produk-ril. Islam mendorong seluruh masyarakat untuk melakukan investasi dan melarang membungakan uang. Sesuai dengan defnisi di atas. menyimpan uang di bank Islam termasuk kategori kegiatan investasi karena perolehan kembaliannya (return) dari waktu ke waktu tidak pasti dan tidak tetap. Besar kecilnya perolehan kembali itu tergantung kepada hasil usaha yang benar-benar terjadi dan dilakukan bank sebagai mudharib atau pengelola dana. 10. Dampak Negatif Riba 10.1. Dampak Ekonomi Di antara dampak ekonomi riba adalah dampak inflatoir yang diakibatkan oleh bunga sebagai biaya uang. Hal tersebut disebabkan karena salah satu elemen dan penentuan harga adalah suku bunga. Semakin tinggi suku bunga, semakin tinggi juga harga yang akan ditetapkan pada suatu barang. Dampak lainnya adalah bahwa hutang, dengan rendahnya tingkat penerimaan peminjam dan tingginya biaya bunga, akan menjadikan peminjam tidak pernah keluar dari ketergantungan, terlebih lagi bila bunga atas hutang tersebut dibungakan. Contoh paling nyata adalah hutang negara-negara berkembang kepada negara-negara maju. Meskipun disebut pinjaman lunak, artinya dengan suku bunga rendah, pada akhirnya negara-negara penghutang harus berhutang lagi untuk membayar bunga dan pokoknya. Sehingga, terjadilah hutang yang terus-menerus. Ini yang menjelaskan proses terjadinya kemiskinan MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

77

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP struktural yang menimpa lebih dari separuh masyarakat dunia. 10.2. Sosial Kemasyarakatan Riba merupakan pendapatan yang didapat secara tidak adil. Para pengambil riba menggunakan uangnya untuk memerintahkan orang lain agar berusaha dan mengembalikan misalnya, dua puluh lima persen lebih tinggi dari jumlah yang dipinjam-kannya. Persoalannya, siapa yang bisa menjamin bahwa usaha yang dijalankan oleh orang itu nantinya mendapatkan keuntungan lebih dari dua puluh lima persen? Semua orang, apalagi yang beragama, tahu bahwa siapapun tidak bisa memastikan apa yang terjadi besok atau lusa. Dan siapapun tahu bahwa berusaha memiliki dua kemungkinan, berhasil atau gagal. Dengan menetapkan riba, berarti orang sudah memastikan bahwa usaha yang yang dikelola pasti untung. 10.3. Bunga dan Egoisme Moral-Spiritual Maulana Maududi dalam bukunya Riba menjelaskan bahwa institusi bunga merupakan sumber bahaya dan kejahatan melalui pengaruhnya terhadap karakter manusia. Di antaranya, bunga menimbulkan perasaan cinta terhadap uang dan hasrat untuk mengumpulkan harta bagi kepentingannya sendiri, tanpa mengindahkan peraturan dan peringatan Allah. Bunga, disebut Maududi, menumbuhkan sikap egois, bakhil, berwawasan sempit, serta berhati batu. Seorang yang membungakan uangnya akan cenderung bersikap tidak mengenal belas kasihan. 1. Hal ini terbukti bila si peminjam dalam kesulitan, maka asset apa pun yang ada harus diserahkan untuk melunasi akumulasi bunga yang sudah berbunga lagi. la juga akan terdorong untuk bersikap tamak, menjadi seorang pencemburu terhadap milik orang lain, serta cenderung menjadi seorang kikir. 2. Secara psikologis, praktek pembungaan uang juga dapat menjadikan seseorang malas untuk menginvestasikan dananya dalam sektor usaha. Hal ini terbukti pada krisis ekonomi yang melanda Indonesia baru-baru ini. Orang yang memiliki dana lebih baik tidur di rumah sambil menanti kucuran bunga pada akhir bulan, karena menurutnya sekalipun ia tidur uangnya bekerja dengan kecepatan 60 % hingga 70 % per tahun. 11. Do You Know ? Berapa Cicilan Pokok dan Bunga Utang Negara Dalam APBN ? Jumlah utang pemerintah Indonesia pada saat ini mencapai US$185,3 milyar atau bila dirupiahkan dengan kurs Rp 9.000/US$ setara dengan Rp1.667,7 trilyun. Jumlah yang tidak sedikit yang bila dibebankan kepada 237,556 juta penduduk Indonesia maka setiap warga negara harus memikul utang negara sebesar Rp7 juta. Jika jumlah utang negara kita sudah sangat besar maka berapakah beban cicilan pokok dan bunga utang pemerintah yang harus dibayar rakyat dalam APBN? (baca: berapa utang pemerintah Indonesia?)

Rp230,33 trilyun. Cicilan tersebut terdiri atas cicilan pokok sebesar Rp124,68 trilyun dan cicilan bunga Rp105,65 trilyun. Proporsi anggaran pembayaran utang mencapai 23,21% dari Rp992,4 trilyun penerimaan APBN dimana hampir setengahnya atau 45,87% adalah pembayaran bunga utang pemerintah. Akibat besarnya jumlah cicilan utang, APBN pun mengalami defisit sangat besar, yakni Rp133,75 trilyun.

Tren Cicilan Utang Berdasarkan data dari Buku Saku Perkembangan Utang Negara Edisi Oktober Sejak tahun 2000, tren cicilan utang pemerintah 2010, dalam APBN-P 2010 jumlah keseluruhan meningkat (lihat grafik). Dari Rp57,69 trilyun cicilan utang pemerintah mencapai angka pada tahun 2000 menjadi Rp230,33 trilyun di MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

78

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP 2010. Tingkat cicilan utang negara tahun ini meroket hampir 4 kali lipat cicilan utang pemerintah tahun 2000. Hanya pada tahun 2003 cicilan utang turun jumlahnya dari cicilan tahun 2002, dan tahun 2005 dari tahun 2004. Tetapi jika dibandingkan dengan tahun 2000, tren cicilan utang tidak mengalami penurunan sama sekali (lihat tabel).

contoh syarat yang dikenakan Bank Dunia terhadap PLN.

Tidak kalah tragis, lembaga-lembaga pemeringkat utang seperti Standard & Poors dan Fitch memiliki pengaruh besar terhadap Indonesia. Sebab penilaian mereka atas suratsurat utang negara menentukan bagaimana pemerintah mencari utang. Secara tidak langsung Selama 11 tahun terakhir, negara telah membayar pemerintah Indonesia menjadi subordinasi utang sebesar Rp1.596,1 trilyun dan 54% di mekanisme pasar surat utang. antaranya atau sekitar Rp864,67 trilyun adalah untuk membayar bunga utang yang jatuh tempo. Utang baik dalam bentuk pinjaman luar negeri Jumlah keseluruhan pembayaran utang maupun surat utang merupakan kemaksiatan pemerintah tersebut lebih dari 7,8 kali kolektif yang dilakukan oleh negara dan penerimaan APBN 2000, 4,7 kali penerimaan dibiarkan oleh masyarakat. Dari sisi kepentingan APBN 2003, 2,5 kali penerimaan APBN 2006, rakyat dan resiko anggaran, jelas utang yang dan 1,6 kali penerimaan APBN 2010. Jumlah ini dibuat pemerintah sangat membahayakan dan juga hampir menyamai jumlah utang negara menjerumuskan negeri ini dalam penjajahan. tahun ini Rp1.667,7 trilyun. Sedangkan total Rasulullah SAW melarang hal ini sebagaimana pembayaran bunga utang pemerintah lebih besar sabda beliau: dari anggaran penerimaan pajak tahun ini Rp743,3 trilyun. “Tidak boleh ada bahaya (dlarar) dan (saling) membahayakan.” Meski Indonesia telah membayar utang sebesar Rp1.667,7 trilyun selama 11 tahun terakhir, utang “Barang siapa yang membuat bahaya, maka Indonesia tidak turun justru membengkak dari Allah akan mencelakakannya dengan perbuatan jumlah utang pada tahun 2000 yakni Rp1.235 itu. Dan barang siapa yang menyulitkan, Allah trilyun. Bahkan jika dibandingkan jumlah utang akan menyulitkannya.” pemerintah tahun 1998 sebesar Rp553 trilyun, jumlah utang pemerintah Indonesia tahun ini Utang-utang yang dibuat pemerintah juga bertambah 3 kali lipat sejak krisis moneter. merupakan utang ribawi. Padahal Allah SWT telah dengan jelas dan keras mengharamkan Utang Sarana Imperialisme praktek riba sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Baqarah ayat 275-279. Akibatnya, semakin Inilah negara kita yang hanya bisa menghabiskan besar cicilan yang dibayar pemerintah semakin sumber daya ekonomi nasional untuk membayar bertambah pula jumlah utang negara. utang. Tragisnya setiap utang baru yang dibuat pemerintah sebagian digunakan untuk membayar Kini akibat kemaksiatan kolektif Indonesia utang yang jatuh tempo. ―Gali lobang tutup masuk dalam perangkap utang yang tidak lobang‖, itulah kemampuan pemerintahan berkesudahan. Hak-hak hidup rakyat pun Indonesia sejak Orde Baru hingga rezim liberal terabaikan sedangkan pemerintah semakin SBY-Boediono. mengokohkan diri sebagai abdi Kapitalisme Global. Utang menjadi tolak ukur betapa negeri Lebih tragis lagi utang menjadi sarana kita benar-benar berada dalam cengkraman imperialisme asing untuk menguasai sumber penjajahan. daya alam dan pasar domestik Indonesia. Sumber: http://www.jurnal-ekonomi.org/berapaPenaikan TDL pertengahan tahun ini adalah cicilan-pokok-dan-bunga-utang-negara-dalamapbn/

MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

79

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP

12. Rangkuman Riba secara bahasa bermakna ziyadah (tambahan). Dalam pengertian lain, secara linguistik riba juga berarti tumbuh dan membesar. Secara umum, riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual-beli maupun pinjam-meminjam secara bathil atau bertentangan dengan prinsip muamalat dalam Islam. Islam dan agama yang lain bersikap sangat keras dalam persoalan riba semata-mata demi melindungi kemaslahatan manusia, baik dari segi akhlak, masyarakat maupun perekonomiannya. Riba akan menyebabkan dampak negatif yang sangat besar dan sangat merugikan. Secara garis besar riba dikelompokkan menjadi dua.Yaitu riba hutang-piutang dan riba jualbeli.Riba hutang-piutang terbagi lagi menjadi riba qardh dan riba jahiliyyah. Sedangkan riba jual-beli terbagi atas riba fadhl dan riba nasi‘ah. Riba memang dapat mendatangkan keuntungan besar bagi pelakunya, tetapi suatu saat tidak akan mendapatkan berkah dari Allah SWT, sehingga pada akhirnya akan berkurang. Dalam alquran ditegaskan bahwa Allah SWT akan memusnahkan harta yang di peroleh dengan cara riba dan menghilangkan keberkahannya. 13. Pertanyaan 1. Barang apa saja yang tergolong dalam barang ribawi ? jelaskan ! 2. Pada saat menjelang lebaran banyak masyarakat Inondesia yang memanfatkan ―jasa‖ pertukarang uang di pinggir jalan. Transaksi tersebut termasuk riba karena si penjual menetapkan kelebihan atas jumlah nominal uang yang ditukarkan. Bagaimana menurut pendapat anda ? 3. Bunga merupakan salah satu penyebab ―pemisahan‖ antara sektor financial dengan sector riil sehingga sector financial lebih berkembang pesat ektimbang sector riil. Padahal perkembangan sector finansian dengan sector riil harus seimbang agar tidak terjadi fenomena ―Bubble Economics‖. Setujukah anda dengan pernyataan tersebut ? jelaskan ! 4. Bunga merupakan instrument moneter yang sudah mendarah daging di terapkan di seluruh penjuru dunia sementara bunga di haramkan dalam islam karena terdapat unsure riba di dalamnya. Bagaimana anda menyikapi fenomena tersebut ? 5. Bagaimanakah islam memandang hutang piutang ?

MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

80

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP

BAB 8

AKAD DAN TRANSAKSI DALAM EKONOMI ISLAM

1. Pendahuluan Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa lepas untuk berhubungan dengan orang lain dalam kerangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia sangat beragam, sehingga terkadang secara pribadi ia tidak mampu untuk memenuhinya, dan harus berhubungan dengan orang lain. Hubungan antara satu manusia dengan manusia lain dalam memenuhi kebutuhan, harus terdapat aturan yang menjelaskan hak dan kewajiban keduanya berdasarkan kesepakatan. Proses untuk membuat kesepakatan dalam kerangka memenuhi kebutuhan keduanya, lazim disebut dengan proses untuk berakad atau melakukan kontrak. Hubungan ini merupakah fitrah yang sudah ditakdirkan oleh Allah. karena itu ia merupakan kebutuhan sosial sejak manusia mulai mengenal arti hak milik. Islam sebagai agama yang komprehensif dan universal memberikan aturan yang cukup jelas dalam akad untuk dapat diimplementasikan dalam setiap masa. Dalam pembahasan fiqih, akad atau kontrak yang dapat digunakan bertransaksi sangat beragam, sesuai dengan karakteristik dan spesifikasi kebutuhan yang ada. Sebelum membahas lebih lanjut tentang pembagian atau macam-macam akad secara spesifik, akan dijelaskan teori akad secara umum yang nantinya akan dijadikan sebagai dasar untuk melakukan akad-akad lainnya secara khusus . Maka dari itu, dalam makalah ini saya akan mencoba untuk menguraikan mengenai berbagai hal yang terkait dengan akad dalam pelaksanaan muamalah di dalam kehidupan kita sehari-hari. 2. Pengertian Akad Akad adalah pertalian ijab (yang diucapkan salah satu pihak yang mengadakan kontrak) dengan qabul (yang diucapkan pihak lain) yang menimbulkan pengaruh pada obyek kontrak. Pertalian ijab dan qabul ini mengikat kedua belah pihak yang saling bersepakat, yaitu masingmasing pihak dalam akad terikat untuk melaksanakan kewajiban mereka masing-masing sesuai dengan kesepakatan. Di dalam akad, terms and condition-nya sudah ditetapkan secara rinci dan spesifik, sehingga bila salah satu atau kedua pihak yang terikat dalam akad tersebut melakukan wanprestasi (tidak dapat memenuhi kebutuhannya), maka ia/mereka akan menerima sanksi seperti dalam kesepakatan dalam akad. Di dalam fiqih muamalah, konsep akad dibedakan dengan konsep wa‘ad (janji). Wa‘ad adalah janji antara satu pihak kepada pihak lainnya, yang mengikat satu pihak saja, yaitu pihak yang memberi janji berkewajiban untuk melaksanakan kewajibannya, sedangkan pihak yang diberi janji tidak memikul kewajiban apa-apa terhadap pihak lainnya. Dalam wa‘ad, terms and condition-nya belum ditetapkan secara rinci dan spesifik, sehingga pihak yang melakukan wanprestasi (tidak memenuhi janjinya), hanya akan menerima sanksi moral saja tanpa ada sanksi hukum. 3. Rukun Akad a. Aqid (Orang yang Menyelenggarakan Akad) Aqid adalah pihak-pihak yang melakukan transaksi, atau orang yang memiliki hak dan yang akan diberi hak, seperti dalam hal jual beli mereka adalah penjual dan pembeli. Ulama fiqh memberikan persyaratan atau criteria yang harus dipenuhi oleh aqid antara lain : •Ahliyah Keduanya memiliki kecakapan dan kepatutan untuk melakukan transaksi. Biasanya mereka akan memiliki ahliyah jika telah baligh atau mumayyiz dan berakal. Berakal disini adalah tidak gila sehingga mampu memahami ucapan orang-orang normal. Sedangkan mumayyiz MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

81

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP disini artinya mampu membedakan antara baik dan buruk; antara yang berbahaya dan tidak berbahaya; dan antara merugikan dan menguntungkan. •Wilayah Wilayah bisa diartikan sebagai hak dan kewenangan seseorang yang mendapatkan legalitas syar'i untuk melakukan transaksi atas suatu obyek tertentu. Artinya orang tersebut memang merupakan pemilik asli, wali atau wakil atas suatu obyek transaksi, sehingga ia memiliki hak dan otoritas untuk mentransaksikannya. Dan yang terpenting, orang yang melakukan akad harus bebas dari tekanan sehingga mampu mengekspresikan pilihannya secara bebas. b. Ma'qud ‘Alaih (objek transaksi) Ma'qud ‗Alaih harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut : • Obyek transaksi harus ada ketika akad atau kontrak sedang dilakukan. • Obyek transaksi harus berupa mal mutaqawwim (harta yang diperbolehkan syara' untuk ditransaksikan) dan dimiliki penuh oleh pemiliknya. • Obyek transaksi bisa diserahterimakan saat terjadinya akad, atau dimungkinkan dikemudian hari. • Adanya kejelasan tentang obyek transaksi. • Obyek transaksi harus suci, tidak terkena najis dan bukan barang najis. c. Shighat, yaitu Ijab dan Qobul Ijab Qobul merupakan ungkapan yang menunjukkan kerelaan atau kesepakatan dua pihak yang melakukan kontrak atau akad. Definisi ijab menurut ulama Hanafiyah adalah penetapan perbuatan tertentu yang menunjukkan keridhaan yang diucapkan oleh orang pertama, baik yang menyerahkan maupun menerima, sedangkan qobul adalah orang yang berkata setelah orang yang mengucapkan ijab, yang menunjukkan keridhaan atas ucapan orang yang pertama. Menurut ulama selain Hanafiyah, ijab adalah pernyataan yang keluar dari orang yang menyerahkan benda, baik dikatakan oleh orang pertama atau kedua, sedangkan Qobul adalah pernyataan dari orang yang menerima. Dari dua pernyataan definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa akad Ijab Qobul merupakan ungkapan antara kedua belah pihak yang melakukan transaksi atau kontrak atas suatu hal yang dengan kesepakatan itu maka akan terjadi pemindahan ha kantar kedua pihak tersebut. Dalam ijab qobul terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi , ulama fiqh menuliskannya sebagai berikut : a. adanya kejelasan maksud antara kedua belah pihak. b. Adanya kesesuaian antara ijab dan qobul c. Adanya pertemuan antara ijab dan qobul (berurutan dan menyambung). d. Adanya satu majlis akad dan adanya kesepakatan antara kedua belah pihak, tidak menunjukkan penolakan dan pembatalan dari keduannya. Ijab Qobul akan dinyatakan batal apabila : a. penjual menarik kembali ucapannya sebelum terdapat qobul dari si pembeli. b. Adanya penolakan ijab dari si pembeli. c. Berakhirnya majlis akad. Jika kedua pihak belum ada kesepakatan, namun keduanya telah pisah dari majlis akad. Ijab dan qobul dianggap batal. d. Kedua pihak atau salah satu, hilang ahliyah -nya sebelum terjadi kesepakatan e. Rusaknya objek transaksi sebelum terjadinya qobul atau kesepakatan.

MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

82

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP d. Syarat-Syarat Akad a. Syarat terjadinya akad Syarat terjadinya akad adalah segala sesuatu yang disyaratkan untuk terjadinya akad secara syara'. Syarat ini terbagi menjadi dua bagian yakni umum dan khusus. Syarat akad yang bersifat umum adalah syarat–syarat akad yang wajib sempurna wujudnya dalam berbagai akad. Syarat-syarat umum yang harus dipenuhi dalam setiap akad adalah: • Pelaku akad cakap bertindak (ahli). • Yang dujadikan objek akad dapat menerima hukumnya. • Akad itu diperbolehkan syara'dilakukan oleh orang yang berhak melakukannya walaupun bukan aqid yang memiliki barang. • Akad dapat memberikan faidah sehingga tidak sah bila rahn dianggap imbangan amanah. • Ijab itu berjalan terus, tidak dicabut sebelum terjadi kabul. Oleh karenanya akad menjadi batal bila ijab dicabut kembali sebelum adanya kabul. • Ijab dan kabul harus bersambung, sehingga bila orang yang berijab berpisah sebelum adanya qabul, maka akad menjadi batal. Sedangkan syarat yang bersifat khusus adalah syarat-syarat yang wujudnya wajib ada dalam sebagian akad. Syarat ini juga sering disebut syarat idhafi(tambahan yang harus ada disamping syarat-syarat yang umum, seperti syarat adanya saksi dalam pernikahan. b. Syarat Pelaksanaan akad Dalam pelaksanaan akad, ada dua syarat yaitu kepemilikan dan kekuasaan. Kepemilikan adalah sesuatu yang dimiliki oleh seseorang sehingga ia bebas beraktivitas dengan apa-apa yang dimilikinya sesuai dengan aturan syara'. Adapun kekuasaan adalah kemampuan seseorang dalam ber-tasharuf sesuai dengan ketentuan syara'. c. Syarat Kepastian Akad (luzum) Dasar dalam akad adalah kepastian. Seperti contoh dalam jual beli, seperti khiyar syarat, khiyar aib, dan lain-lain. Jika luzum Nampak maka akad batal atau dikembalikan 5. Pembagian Akad Pembagian akad berdasarkan ada tidaknya keuntungan yang diambil dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : a. Akad tabarru’ (kontrak transaksi untuk kebajikan) Akad tabarru‟ adalah perjanjian atau kontrak yang tidak mencari keuntungan materiil. Akad ini digunakan untuk transaksi yang sifatnya tolong menolong tanpa mengharapkan adanya keuntungan materiil dari pihak-pihak yang melakukan perikatan. Akan tetapi dalam transaksi ini diperbolehkan untuk memungut biaya transaksi yang akan habis digunakan dalam pengelolaan transaksi tabarru‟ tersebut. Objek dari akad ini biasanya adalah sesuatu yang diberikan atau dipinjamkan, yakni sebagai berikut: - Akad Qardh, Qard bermakna pinjaman sedang al-hasan berarti baik. Maka Qardul Hasan merupakan suatu akad perjanjian qard yang berorientasi sosial untuk membantu meringankan beban seseorang yang membutuhkan pertolongan. Qardul Hasan atau benevolent adalah suatu akad perjanjian pinjaman lunak diberikn atas dasar kewajiban sosial semata, dengan dasar taa‘wun (tolong MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

83

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP menolong) kepada mereka yang tergolong lemah ekonominya, dimana si peminjam tidak diwajibkan untuk mengembalikan apapun kecuali modal pinjaman. Rukun Al-Qardh : 1. pihak peminjam (muqtaridh) 2. pihak pemberi pinjaman (muqridh) 3. dana (qardh) 4. ijab qabul (sighat) - Akad Rahn, Gadai (rahn) menurut pengertian terminologi (istilah) terdapat beberapa pendapat, diantaranya menurut Sayyid Sabiq, Rahn adalah menyandera sejumlah harta yang diserahkan sebagai jaminan secara hak, tetapi dapat diambil kembali sebagai tebusan. Menurut Muhammad Syafi‘i Antonio, Rahn (Gadai) adalah menahan salah satu harta milik sipeminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis, dengan demikian pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Rukun Ar-Rahn : 1. pihak penggadai (raahin) 2. pihak penerima gadai (murtahin) 3. objek gadai (marhun) 4. hutang (marhun bih) 5. ijab qabul (sighat) - Akad Hawalah, Dalam enseklopedi Perbankan Syari‘ah Hawalah bisa disebut juga Hiwalah yang berarti intiqal (perpindahan), pengalihan, atau perubahan sesuatu atau memikul sesuatu di atas pundak. Menurut istilah Hawalah diartikan sebagai pemindahan utang dari tanggungan penerima utang (ashil) kepada tannggugan yang bertanggujawab (mushal alih) dengan cara adanya penguat. Atau dengan kata lain adalah pemindahan hak atau kewajiban yang dilakukan seseorang (pihak pertama) yang sudah tidak sanggup lagi untuk membayarnya kepada pihak kedua yang memiliki kemampuan untuk mengambil alih atau untuk menuntut pembayaran utang dari/atau membayar utang kepada pihak ketiga. Rukun Hawalah : 1. pihak yang berutang (muhil) 2. pihak yang berpiutang (muhal) 3. pihak yang berutang dan berkewajiban membayar utang kepada muhal (muhal‟alaih) 4. utang muhil kepada muhal (muhal bih) 5. utang muhal alaih kepada muhil 6. ijab qabul (sighat) - Akad Wakalah, Al-Wakalah menurut bahasa Arab dapat dipahami sebagai at-Tafwidh. Yang dimaksudkan adalah bentuk penyerahan, pendelagasian atau pemberian mandat dari seseorang kepada orang lain yang dipercayainya. Yang dimaksudkan dalam pembahasan ini wakalah yang merupakan salah salah satu jenis akad yakni pelimpahan kekuasaan oleh seseorang kepada orang lain dalam hal-hal yang diwakilkan. Agama Islam mensyari‘atkan al-wakalah karena manusia membutuhkannya. Hal ini karena tidak setiap orang mempunyai kemampuan atau kesempatan untuk menyelesaikan urusannya sendiri, terkadang suatu kesempatan seseorang perlu mendelegasikan suatu pekerjaan/urusan pribadinya

MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

84

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP kepada orang lain untuk mewakili dirinya. Dalil syara‘ yang membolehkan wakalah didapati dalam firman Allah pada surat Al-Kahfi :19, yang terjemahannya sbb: . ...Maka suruhlah salah seorang diantara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makakan yang lebih baik Dan bawalah sebagian makanan itu untukmu, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut dan jangan sekali-kali menceritakan halmu kepada siapapun”. Dalam ayat ini dilukiskan perginya salah seorang dari ash-habul kahfi yang bertindak untuk dan atas nama rekan-rekannya sebagai wakil mereka dalam memilih dan membeli makanan. Selain itu dalam ayat 55 urat Yusuf disebutkan yang terjemahannya : ―Dia (Yusuf) berkata ―Jadikanlah aku bendaharawan negeri (Mesir) karena aku sesungguhnya orang yang pandai menjaga dan berpengetahuan”. Dalam konteks ini nabi Yusuf siap untuk menjadi wakil dan pengemban amanah menjaga. Federal Rserve ― negeri Mesir. Disamping ayat al-Qur‘an ada juga hadits Nabi Muhammad SAW riwayat Imam Malik terdapat dalam kitab Al-Muawaththa yang artinya : “Bahwasanya Rasulullah SAW mewakilkan kepada Abu Rafii dan seorang Anshar untuk mewakilinya mengawini Maimunah binti Harits. Dalam kehidupan sehari-hari Rasulullah saw telah mewakilkan kepada orang lain untuk berbagai urusan, seperti membayar utang, penetapan had dan membayarnya, pengurusan unta, membagi kandang hewan dan lain-lain. Oleh karena itulah para ulama sepakat bahwa dalil kebolehan wakalah juga didasarkan dengan ijma ulama dan bahkan ada ulama yang sampai mensunnahkannya dengan alasan karena hal tersebut termasuk jenis ta‘awun atau bentuk tolong menolong atas dasar kebaikan. Aplikasi wakalah dalam konteks akad tabarru dalam perbankan Syari‘ah berbentuk jasa pelayanan, dimana Bank Syari‘ah memberikan jasa wakalah, sebagai wakil dari nasabah sebagai pemberi kuasa (muwakil) untuk melakukan sesuatu (taukil). Dalam hal ini Bank akan mendapatkan upah atau biaya administrasi atas jasanya tersebut. Sebagai contoh bank dapat menjadi wakil untuk melakukan pembayaran tagihan listrik atau telpon kepada perusahaan listrik atau perusahaan telpon. Rukun Wakalah : 1. pihak pemberi kuasa (muwakkil) 2. pihak penerima kuasa (wakil) 3. objek yang dikuasakan (taukil) 4. ijab qabul (sighat) - Akad Wadi‟ah, Wadi‟ah adalah titipan murni dari satu pihak ke pihak lainnya baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si pemberi titipan menghendaki. Jenis wadi‘ah dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu : a) Wadi‟ah yad al-amanah, adalah akad penitipan barang atau uang dimana pihak penerima titipan tidak diperkenankan menggunakan barang atau uang yang dititipkan dan tidak bertanggung jawab atas kerusakan atau kehilangan barang titipan yang bukan disebabkan oleh kelalaian si penerima titipan. b) Wadi‟ah yad adh-dhamanah, adalah akad penitipan barang atau uang dimana pihak penerima titipan dengan atau tanpa izin pemilik barang atau uang, dapat memanfaatkan titipan tersebut dan bertanggung jawab atas semua yang terjadi atas terhadap titipan tersebut. Semua manfaat yang diperoleh menjadi hak penerima titipan. Rukun Wadi‟ah : 1. barang atau uang yang dititipkan (wadi‟ah) 2. pemilik barang atau uang (muwaddi‟) MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

85

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP 3. pihak yang menyimpan atau menerima titipan (mustawda‟) 4. ijab qabul (sighat) - Akad Kafalah, Pengertian kafalah menurut bahasa berati al-dhaman (jaminan), hamalah (beban) dan za‟amah (tanggungan). Sedangkan menurut istilah adalah akad pemberian jaminan yang diberikan oleh satu pihak kepada pihak lain, dimana pemberi jaminan (kaafil) bertanggungjawab atas pembayaran kembali suatu utang yang menjadi hak penerima jaminan (makful). Dalam pengertian lain, kafalah juga berti mengalihkan tanggungjawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai penjamin. Dasar disyari‘atkan kafalah Firman Allah dalam surat Yusuf ayat 72: yang terjemahannya adalah : ― Kami kehilangan alat takar dan siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan seberat beban unta, dan aku jamin itu “ Dalam tersebut kata Za‟im yang berarti penjamin, dalam kaitan cerita nabi Yusuf AS ini gharim atau orang yang bertanggung jawab atas pembayaran. Rukun Kafalah : 1. pihak penjamin (kaafil) 2. pihak yang dijamin (makful) 3. objek penjaminan (makful alaih) 4. ijab qabul (sighat) - Akad Wakaf, Wakaf adalah jika salah satu pihak memberikan suatu objek yang berbentuk uang atau barang tanpa disertai dengan kewajiban untuk mengembalikannya. 5.2 Akad tijarah (kontrak untuk transaksi yang berorientasi laba) Tujuan dari transaksi ini adalah untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan melalui kegiatan-kegiatan ekonomi. Institusi yang melaksanakan kegiatan ini bisa institusi swasta murni atau pemerintah yang berciri swasta. Sifat dasar transaksi dan kontrak ini didalam ekonomi syari‘ah dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu : a. Transaksi/kontrak yang secara alamiah mengandung kepastian Transaksi/kontrak ini adalah suatu jenis transaksi/kontrak dalam usaha yang memiliki kepastian keuntungan dan pendapatannya baik dari segi jumlah dan waktu penyerahannya. Ada dua hal penting yang terlibat didalam transaksi ini, yaitu : 1. Objek pertukaran Objek ini terdiri dari dua macam yaitu sebagai berikut - „Ayn (harta nyata), berupa barang dan jasa seperti tanah, bangunan, mobil, peralatan, jasa parkir, jasa karyawan, dan sebagainya. - Dayn (harta keuangan), berupa harta yang memiliki nilai finansial seperti uang dan surat berharga. 2. Waktu pertukaran Waktu pertukaran juga terdiri dari dua macam, yaitu : - Naqdan (penyerahan segera), adalah situasi pertukaran yang waktu penyerahannya dilakukan secara tunai atau pada saat sekarang (present) - Ghairu Naqdan (penyerahan ditangguhkan), adalah situasi pertukaran dimana waktu pertukarannya dilakukan dimasa akan datang atau ditangguhkan (deferred). Jenis-jenis transaksi yang mengandung kepastian dalam perekonomian islam meliputi sebagai berikut : 1. Akad bai‟ (akad jual beli) MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

86

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP Bai‟ adalah transaksi pertukaran antara „ayn dengan dayn. Dalam transaksi ini penjual telah memasukkan unsur laba ke harga jualnya dan secara syariat tidak harus memberitahukan kepada pebeli tentang besarnya laba tersebut. Rukun Bai‟ : 1. penjual (bai‟) 2. pembeli (musytari‟) 3. barang/objek (mabi‟) 4. harga (tsaman) 5. ijab qabul (sighat) Bai‟ secara umum terbagi menjadi tiga jenis, yaitu : - Bai‟ al-murahabah Adalah jual beli dimana si penjual menyatakan dengan terbuka kepada si pembeli mengenai tingkat keuntungan yang diambilnya. Pada transaksi ini, penyerahan barang dilakukan pada saat transaksi terjadi sedangkan pembayarannya dapat dilakukan secara tunai, ditangguhkan atau dicicil. - Bai‘ Muajjal Adalah transaksi jual beli dimana barang diserahkan di awal periode, sedangkan uang dapat diserahkan pada periode selanjutnya. Pembayaran ini dapat dilakukan secara cicilan selama periode utang, disebut taqsith atau dapat juga dilakukan sekaligus (lump-sum) di akhir periode disebut muajjal. - Bai‟ as-salam Adalah transaksi jual beli suatu barang tertentu dimana harga jualnya terdiri dari harga pokok barang ditambah keuntungan yang telah disepakati, waktu penyerahan barang dilakukan dimasa akan datang (ditangguhkan) sedangkan pembayarannya dilakukan dimuka (secara tunai). - Bai‟ al-istishna‟ Adalah akad salam yang pembayaran atas barangnya dilakukan secara cicilan dalama periode pembiayaan. Isthisna adalah bentuk lawan dari tasqsith. 2. Ijarah dan Ijarah Muntahiyah bitamliik Ijarah adalah transaksi sewa menyewa suatu aset. Selain itu juga dapat didefinisikan sebagai akad pemindahan hak guna atau manfaat atas barang dan jasa melalui upah sewa tanpa diikuti oleh pemindahan hak kepemilikan atas barang dan jasa tersebut. Ijarah Muntahiyah bitamliik adalah transaksi ijarah yang diikuti dengan proses perpindahan hak kepemilikan atas barang tersebut. Proses perpindahan dalam transaksi ini dapat dilakukan dengan cara Hibah atau janji untuk menjual. Transaksi ini merupakan pengembangan dari transaksi ijarah. b. Transaksi/kontrak yang secara alamiah mengandung ketidakpastian Kontrak atas transaksi yang secara alamiah mengandung ketidakpastian merupakan bagian dari akad tijarah, yaitu akad transaksi yang bertujuan mencari keuntungan. Transaksi ini merupakan campuran antara objek „ayn dan dayn atau perkongsian antara dua belah pihak atau lebih (asysyirkah). Secara umum ada dua jenis syirkah dalam ekonomi syari‘ah, yaitu sebagai berikut : 1. Musyarakah Dalam akad muamalah yang bersifat bagi hasil ini terdiri al musyarokah, al mudhorobah, dan al musaqoh. Yang paling banyak digunakan oleh perbankan islam untuk pembiayaan usaha produktif adalah al musyarokah dan al mudhorobah. Sedangkan al muzara'ah dan al musaqoh biasanya digunakan untuk pertanian oleh bank islam. Al musyarokah adalah suatu akad dimana terjadi kesepakatan antara dua orang atau lebih untuk saling menyertakan modalnya dalam suatu usaha. Dan mereka saling berbagi keuntungan MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

87

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP berdasarkan kesepakatan bersama. Serta juga berbagi kerugian menurut besarnya penyertaan modal atau sesuai dengan kesepakatan. Landasan Syariah dari akad ini adalah: a. Alqur'an Surat an nisa 12 ―.. maka mereka berserikat pada sepertiga..‖ Surat as shaad ayat 24 ―dan sesungguhnya kebanyakan dari orang – orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat kepada sebagian yang lain kecuali orang – orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh.‖ b. Al hadits dari Abu Hurairah Rosulullah saw bersabda ―sesungguhnya Allah swt berfirman, Aku pihak ketiga dari dua orang yang berserikat salama salah satunya tidak menghianati lainnya‖. (HR Abu Dawud No 2936 dalam kitab Al Bayu, dan Hakim) c. Ijma' Ibnu Qudamah dalam kitabnya Al Mughni, telah berkata, kaum muslimin telah berkonsensus terhadap legitimasi musyarokah secara global walaupun terdapat perbedaan pendapat dalam beberapa element darinya. Rukun akad ini adalah : 1. Pihak yang berserikat 2. Modal 3. Aqad / ijab Kabul 4. Nisbah keuntungan Jenis-Jenis Al Musyarokah 1. Al musyarokah kepemilikan jenis musyarokah ini terjadi karena warisan, wasiat, atau kondisi lainnya, yang menyebabkan terjadinya pembagian atas aset terhadap dua orang atau lebih. 2. Musyarokah Akad Jenis Musyarokah ini merupakan kesepakatan antara dua orang atau lebih bahwa setiap orang memberikan dananya, dan terjadi kesepakatan pula dalam berbagi keuntungan serta kerugian yang mungkin terjadi dalam perjalanan usaha. Al Musyarokah akad ini dibagi atas : a. Syirkah Al 'Inan Yaitu merupakan kontrak antara dua orang atau lebih. Setiap pihak memberikan suatu porsi dana dan berpartisipasi dalam kerja. Dan saling berbagi keuntungan dan kerugian yang dapat. Akan tetapi porsi masing-masing pihak baik dalam dana maupun kerja / bagi hasil tidak harus sama dan identik sesuai dengan kesepakatan mereka. b. Syirkah Mufawadah yaitu merupakan kontrak antara dua orang atau lebih. Setiap pihak memberikan porsi dana dan berpartisipasi. Ini hampir sama dengan Syirkah Al 'Inan, namun syirkah jenis ini mempunyai syarat utama yaitu kesamaan dana yang diberikan, kerja, tanggung jawab dan beban utang dibagi oleh masing-masing pihak. c. Syirkah A'maal syirkah jenis ini adalah kontrak kerjasama dua orang seprofesi untuk menerima pekerjaan dan berbagi keuntungan dari pekerjaan itu. Misalnya kerjasama dua orang arsitek untuk mengerjakan sebuah proyek. Jenis ini kadang-kadang disebut Musyarokah Abdan atau Sanaa'i d. Syirkah Wujuh

MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

88

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP Syirkah Wujuh merupakan kontrak antara dua orang atau lebih yang memiliki reputasi dan pretise baik serta ahli dalam bisnis. Mereka membeli barang secara kredit dari suatu perusahaan dan menjualnya secara tunai. Mereka berbagi dalam keuntungan dan kerugian berdasarkan jaminan kepada penyuplai yang disediakan oleh tiap mitra. Jenis ini tidak memerlukan modal karena pembelian secara kredit berdasarkan pada jaminan tersebut. Karenanya, kontrak ini pun lazim disebut sebagai musyarokah piutang. e. Syirkah Mudhorobah beberapa ulama' membahas mudharabah secara tersendiri dan memecahkannya dari bab syirkah. Oleh karenanya syirkah al mudhorobah ini dibahas dalam bagian lain. Aplikasi akad ini dalam dunia perbankan adalah : a. Pembiayaan Proyek Dalam aplikasi perbankan suatu proyek. Al musyarokah ini digunakan untuk membiayai suatu proyek. Dimana nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana. Setelah proyek selesai nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati. b. Modal Ventura Pada lembaga keuangan khusus dibolehkan melakukan investasi dalam kepemilikan perusahaan, al musyarokah diterapkan dalam skema modal ventura. Penanam modal dilakukan untuk jangka waktu tertentu dan setelah itu bank melakukan divestasi atau menjual bagian sahamnya baik secara langsung maupun bertahap. Manfaat dan resiko akad ini dalam dunia perbankan adalah : a. manfaat 1. Bank akan menikmati peningkatan dalam jumlah tertentu pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat. 2. Bank tidak berkewajiban membayar dalam jumlah tertentu kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan / hasil usaha bank, sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative spread. 3. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow / arus kas usaha nasabah 4. Bank akan lebih selektif dan hati-hati mencari usaha yang benar-benar halal, aman, dan menguntungkan. 5. Prinsip bagi hasil dalam musyarokah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap, dimiana bank akan menagih nasabah suatu jumlah bunga tetap berapapun keuntungan yang dihasilkan bahkan sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi. b. Risiko 1. Side Streaming, nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebutkan dalam kontrak 2. Lalai dan kesalahan yang disengaja 3. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah, bila nasabah tidak jujur. 2. Al Mudhorobah Mudhorobah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usahanya. Secara teknis shahibul maal 100% dana dan pihak lain menjadi pengelola. Mereka berbagi kekuntungan berdasarkan kesepakatan. Bila terjadi kerugian maka shohibul maal rugi dalam modal, dan pengelola rugi dalam tenaga waktu dan lainnya yang dicurahkan dalam menjalankan usaha tersebut. Landasan syariah akad ini adalah : a. Al Qur'an MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

89

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP Dalam surat Al Muzzamil ayat 20 ―... dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah swt‖ Dalam surat Al Jumuah ayat 10 ―Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah swt..‖ Dalam surat Al Baqoroh ayat 198 ―Tidak ada dosa (halangan) bagi kamu untuk mencari karunia Tuhanmu..‖ b. Al Hadits Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul Mutholibjika memberikan dana kemitra usahanya secara mudhorobah ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya atau membeli ternak. Jika menyalahi peraturan tersebut, yang bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikanlah syarat-syarat tersebut kepada Rosulullah saw dan Rosulullah saw pun membolehkannya‖ (HR Thabrani) dari shalih bin shuhaib ra bahwa Rosulullah saw bersabda ―tiga hal yang di dalamnya terdapat keberatan: jual beli secara tangguh, muqorodhoh (mudhorobah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk dijual 9HR Ibnu Majah n0 2280 kitab At Tijaroh) c. Ijma‘ Imam Zuilai telah menyatakan bahwa para sahabat telah berkonsesus terhadap legitimasi pengelohan harta yatim secara mudhorobah. Kesepakatan para sahabat ini sejalan dengan spirit hadits yang dikutib abu Zubaid. Rukun dari akad ini adalah : a. Pemodal (shohibul maal) b. Pengelola (mudhorib) c. Modal d. Nisbah Keuntungan e. Aqad / Ijab Kabul Jenis – jenis Akad Al Mudharabah adalah : a. Mudhorobah Muthlaqoh Mudhorobah jenis ini merupakan bentuk kerjasama yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, daerah bisnis, dan lain sebagainya. Dimana pengelola bebas menginvestasi dana tersebut kemana saja. b.Mudhorobah Nuqoyyadah Mudhorabah Muqoyyadah atau sering disebut dengan restricted mudhorobah atau specified mudhorobah. Hal ini karena mudhorobah jenis ini merupakan bentuk kerjasama yang dilakukan pembatasan atas jenis usaha, waktu, atau tempat usaha serta pembatasan lainnya yang diinginkan oleh shohibul maal. Aplikasi akad ini dalam dunia perbankan adalah: Dalam aplikasi dalam dunia perbankan, terdapat bermacam aplikasi. Bila kita melihatnya dari sisi penghimpunan dana antara lain: 1. Tabungan berjangka 2. Deposito berjangka dan bila dilihat dari sisi pembiayaan antara lain: 1. Pembiayaan modal kerja 2. Investasi khusus Manfaat dan resiko akad ini adalah : Manfaat MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

90

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP 1. Bank akan menikmati peningkatan dalam jumlah tertentu pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat. 2. Bank tidak berkewajiban membayar dalam jumlah tertentu kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan / hasil usaha, sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative spread. 3. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow nasabah 4. Bank akan lebih selektif dan hati-hati mencari usaha yang benar-benar halal, aman dan menguntungkan. 5. Prinsip bagi hasil dalam musyarokah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap, dimana bank akan menagih nasabah suatu jumlah berapapun keuntungan yang dihasilkan bahkan sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi. Risiko 1. Side streaming, nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut kontrak. 2. Lalai dan kesalahan yang disengaja. 3. Panyembunyian keuntungan oleh nasabah bila nasabah tidak jujur. 3. Muzaro‘ah Al muzaro'ah adalah bentuk kerjasama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dan penggarap, dimana pemilik pertanian memberikan lahan kepada si peggarap untuk ditanami dan diperlihara dengan imbalan bagian tertentu dari hasil penen. Al muzaro'ah seringkali diidentikkan dengan mukhorobah. Diantara keduanya terdapat perbedaan: muzaro'ah : benih dari pemilik lahan mukhorobah : benih dari penggarap Landasan syariah akad ini adalah : a. Al hadits Diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa Rosulullah pernah memberikan tanah khaibar kepada penduduknya untuk digarap dengan imbalan hasil buah-buahan dan tanaman Diriwayatkan oleh bukhari dari Jabir yang mengatakan bahwa, bangsa arab senantiasa mengolah tanahnya secara muzaro'ah dengan rasio 1/3 : 2/3, ¼ : ¾, ½ : ½, maka rosulullah pun bersabda ―hendaklah menanam atau menyerahkan untuk digarap, barangsiapa tidak melakukan salah satu dari keduanya tahanlah tanahnya. b. Ijma' Bukhari mengatakan bahwa telah berkata Abu Ja'far, ―Tidak ada satu rumah pun di Madinah kecuali penghuninya mengolah tanah secara muzaro'ah dengan pembagian hasil ¼ dan 1/3. Hal ini telah dilakukan oleh Sayyidina Ali, Saad bin Abi Waqosh, Ibnu Mas'ud, Umar bin Abdul Aziz, Qasim, Urwah, keluarga Abu Bakar dan Keluarga Ali. Rukun akad ini adalah : 1. Pemilik lahan 2. Penggarap 3. Lahan 4. Nisbah keuntungan 5. Aqad / ijab kabul 4. Al Musaqoh Al Musaqoh merupakan bentuk yang paling sederhana dari muzaro'ah dimana si penggarap hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan. Sebagai imbalan si penggarap berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen.

MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

91

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP Landasan syariah akad ini adalah : a. Al hadits Ibnu Umar berkata bahwa Rosulullah saw pernah memberikan tanah dan tanaman kurma di Khaibar kepada Yahudi Khaibar untuk dipelihara dengan mempergunakan peralatan dan dana mereka. Sebagai imbalan mereka memperoleh persentase tertentu dari hasil panen. b. Ijma' Telah berkata au Ja'far Muhammad bin Ali bin Husain bin Ali bin Abu Ibnu Thalib ra bahwa Rosulullah saw telah menjadikan penduduk khaibar sebagai penggarap dan pemelihara atas dasar bagi hasil. Hal ini dilanjutkan oleh Abu Bakar, Umar, Ali, serta keluarga - keluarga mereka sampai hari ini dengan rasio 1/3, ¼. Semua telah dilakukan Khulafaur Rosyidin pada zaman pemerintahannya dan semua pihak telah mengetahuinya, tetapi tidak ada seorangpun menyanggahnya. Berarti ini adalah suatu ijma' sukuti (konsensus) dari umat. 6. Do You Know ? Mengambil Keuntungan Sesuai Syariat Mencari keuntungan dalam bisnis pada seorang lelaki menghampirinya dan menawar prinsipnya merupakan suatu perkara yang jaiz kambing tersebut. Maka ia menjual seekor (boleh) dan dibenarkan syara‘, bahkan secara dengan harga satu dinar. Kemudian ia khusus diperintahkan Allah kepada orang-orang menghadap Rasulullah dengan membawa satu yang mendapatkan amanah harta milik orang- dinar uang dan satu ekor kambing. Beliau lalu orang yang tidak bisa bisnis dengan baik, meminta penjelasan dan ia ceritakan kejadiannya misalnya anak-anak yatim (lihat QS. An- maka beliau pun berdoa: ―Ya Allah berkatilah Nisa‘:29, Al-Baqarah: 194, 275, 282, An-Nur:37, Urwah dalam bisnisnya.‖ Al-Jum‘ah:10, Al-Muzzammil:20, Quraisy:1-3) Dan meraih keuntungan lebih dari yang diambil Dan, tak ada satu nash pun yang membatasi Urwah pun diperkenankan asalkan bebas dari margin keuntungan, misalnya 25 %, 50%, 100% praktik penipuan, penimbunan, kecurangan, atau lebih dari modal. Bila kita jumpai kezhaliman, contoh kasusnya pernah dilakukan pembatasan jumlah keuntungan yang dibolehkan oleh Zubeir bin ‗Awwam salah seorang dari maka pada umumnya tidak memiliki landasan sepuluh sahabat Nabi yang dijamin masuk surga. hukum yang kuat. Ia pernah membeli sebidang tanah di daerah Tingkat laba/keuntungan atau profit margin ‗Awali Madinah dengan harga 170.000 kemudian berapa pun besarnya selama tidak mengandung dijualnya dengan harga 1.600.000. ini artinya unsur-unsur keharaman dan kezhaliman dalam sembilan kali lipat dari harga belinya (Shahih alpraktek pencapaiannya, maka hal itu dibenarkan Bukhari, nomor hadits 3129). syariah sekalipun mencapai margin 100 % dari Namun begitu, Imam Al-Ghozali dalam Ihya‘ modal bahkan beberapa kali lipat. Hal itu Ulumuddin-nya (II/72) menganjurkan berdasarkan dalil berikut: perilaku ihsan dalam berbisnis sebagai sumber Ada beberapa hadits Rasulullah saw keberkahan yakni mengambil keuntungan menunjukkan bolehnya mengambil laba hingga rasional yang lazim berlaku pada bisnis tersebut 100% dari modal. Misalnya hadits yang terdapat di tempat itu. Beliau juga menegaskan bahwa pada riwayat Imam Ahmad dalam Musnadnya siapa pun yang qana‟ah (puas) dengan kadar (IV/376), Bukhari (Fathul Bari VI/632), Abu keuntungan yang sedikit maka niscaya akan Dawud (no. 3384), Tirmidzi (no.1258), dan Ibnu meningkat volume penjualannya. Selain itu Majah (no.2402) dari penuturan Urwah Ibnul dengan meningkatnya volume penjualan dengan Ja‘d al-Bariqi ra. frekuensi yang berulang-ulang (sering) maka Sahabat Urwah diberi uang satu dinar oleh justru akan mendapatkan margin keuntungan Rasulullah saw untuk membeli seekor banyak, dan akan menimbulkan berkah. kambing. Kemudian ia membeli dua ekor Pantas kalau Ali ra. pernah berkeliling kambing dengan harga satu dinar. Ketika ia menginspeksi pasar Kufah dengan membawa menuntun kedua ekor kambing itu, tiba-tiba tongkat pemukul seraya berkata, ―Wahai segenap MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

92

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP pedagang, ambillah yang benar, niscaya kamu selamat. Jangan kamu tolak keuntungan yang sedikit, karena dengan menolaknya kamu akan terhalang untuk mendapatkan yang banyak.‖ Abdurrahman bin Auf pernah ditanya orang, ―apakah yang menyebabkan engkau kaya?‖ Dia menjawab, ―karena tiga perkara: aku tidak pernah menolak keuntungan sama sekali. Tiada orang yang memesan binatang kepadaku, lalu aku lambatkan menjualnya, dan aku tidak pernah menjual dengan sistem kredit berbunga.‖ Contoh kasusnya, Abdurrahman bin Auf pernah menjual 1000 ekor unta, tetapi ia tidak mengambil keuntungan melainkan hanya dari tali kendalinya. Lalu dijualnya setiap helai tali itu dengan harga 1 dirham, dengan demikian ia mendapatkan

keuntungan 1000 dirham. Dan dari penjualan itu ia mendapatkan keuntungan 1000 dirham dalam sehari. Itulah cermin orang mempraktekkan sabda Rasulullah saw bersabda: ―Semoga Allah merahmati orang yang toleran (gampang) ketika menjual, toleran ketika membeli, toleran ketika menunaikan kewajiban dan toleran ketika menuntut hak.‖ (HR. Bukhari dari Jabir). Adapun keuntungan yang diharamkan Islam adalah keuntungan yang mengandung unsur dan praktik bisnis haram. Sumber:http://www.dakwatuna.com/2009/10/434 2/batasan-tingkat-keuntungan-dalam-syariahdan-kebijakan-pricing-pemerintah/

7. Rangkuman Akad merupakan pertalian ijab (yang diucapkan salah satu pihak yang mengadakan kontrak) dengan qabul (yang diucapkan pihak lain) yang menimbulkan pengaruh pada obyek kontrak. Pertalian ijab dan qabul ini mengikat kedua belah pihak yang saling bersepakat, yaitu masing-masing pihak dalam akad terikat untuk melaksanakan kewajiban mereka masing-masing sesuai dengan kesepakatan. Rukun akad yang harus dipenuhi sehingga akad dapat dikatakan sah adalah;(1) Pernyataan untuk mengikatkan diri.(2) Pihak-pihak yang berakad.(3) Obyek akad. Syarat-syarat lainnya yang juga harus dipenuhi dalam melaksanakan suatu akad adalah pihak yang melakukan transaksi cakap hukum, syarat obyek transaksi adalah spesifik atau tertentu, jelas sifat-sifatnya, jelas ukurannya, bermanfaat dan jelas nilainya. Akad dibagi menjadi 2 yaitu akad tabaru‘ dan ijarah. Tabaru‘ adalah akad pada transaksi yang tidak mengejar keuntungan, sedang ijarah adalah akad pada transaksi yang mengejar keuntungan. 8. Pertanyaan 1. Transaksi secara on line sudah berkembang pesat dewasa ini. Bagaimana islam memandang fenomena transaksi on line ini ? 2. Hampir di seluruh bank syariah lebih banyak mengeluarkan pembiayaan konsumtif ketimbang pembiayaan produktif. Mengapa fenomena ini bisa terjadi ? 3. Apakah perusahaan berbentuk PT (Perseroan Terbatas) sudah sesuai dengan kaidah fiqh ekonomi islam ? jelaskan !

MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

93

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP

BAB 9 IDENTIFIKASI TRANSAKSI YANG DILARANG 1. Pendahuluan Menurut kaedah hukum asal dalam syariah. Dalam ibadat kaedah hukum yang berlaku adalah bahwa semua hal dilarang, kecuali yang ada ketentuannya berdasarkan AlQur‘an dan Al-Hadits. Sedangkan dalam urusan muamalat (termasuk urusan ekonomi), semuanya diperbolehkan kecuali ada dalil yang melarangnya. Ini berarti ketika suatu transaksi baru muncul dimana belum dikenal sebelumnya dalam hukum Islam, maka transaksi tersebut dianggap dapat diterima, kecuali terdapat implikasi dari dalil Quran dan Hadist yang melarangnya secara eksplisit maupun implisit. Jadi dalam bidang muamalat, semua transaksi dibolehkan kecuali yang diharamkanyebab terlarangnya sebuah transaksi adalah disebabkan faktor-faktor di bawah ini: 2. Haram Zatnya / haram li-dzatihi Transaksi dilarang karena obyek (barang dan/atau jasa) yang ditransaksikan juga dilarang. Misalkan minuman keras, bangkai, daging babi, dsb. Jadi transaksi jual-beli minuman keras adalah haram, walaupun akad jual-belinya sah. Dengan demikian, bila ada nasabah yang mengajukan pembiayaan pembelian minuman keras kepada bank dengan menggunakan akad murabahah, maka walaupun akadnya sah tetapi transaksi ini haram karena obyek transaksinya haram. 3. Haram Selain Zatnya / haram li ghairihi 3.1 Melanggar Prinsip ―An TaraddinMinkum‖ a. Tadlis Setiap transaksi dalam Islam harus didasarkan pada prinsip kerelaan antara kedua belah pihak (sama-sama ridha). Mereka harus mempunyai informasi yang sama (complete information) sehingga tidak ada pihak yang merasa dicurangi/ditipu karena ada suatu yang unknown to one party (keadaan di mana salah satu pihak tidak mengetahui informasi yang diketahui pihak lain, ini disebut juga assymetric information). Unknown to one party dalam bahasa fikihnya disebut tadlis, dan dapat terjadi dalam 4 (empat) hal, yakni dalam: a. Kuantitas; b. Kualitas; c. Harga; dan d. Waktu Penyerahan Tadlis dalam kuantitas contohnya adalah pedagang yang mengurangi takaran/timbangan barang yang dijualnya. Dalam kualitas contohnya adalah penjual yang menyembunyikan cacat barang yang ditawarkannya. Tadlis dalam harga contohnya adalah memanfaatkan ketidaktahuan pembeli akan harga pasar dengan menaikkan harga produk di atas harga pasar. Misalkan seorang tukang becak yang menawarkan jasanya kepada turis asing dengan menaikkan tariff becaknya 10 kali lipat dari tarif normalnya. Hal ini dilarang karena turis asing tersebut tidak mengetahui harga pasar yang berlaku. Dalam istilah fikih, tadlis harga ini MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

94

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP disebut ghaban. Bentuk tadlis yang terakhir, yakni tadlis dalam waktu penyerahan, contohnya adalah petani buah yang menjual buah di luar musimnya padahal si petani tahu bahwa dia tidak dapat menyerahkan buah yang dijanjikannya itu pada waktunya. Demikian pula dengan konsultan yang berjanji untuk menyelesaikan proyek dalam waktu 2 bulan untuk memenangkan tender, padahal konsultan tersebut tahu bahwa proyek itu tidak dapat diselesaikan dalam batas waktu tersebut. Dalam keempat bentuk tadlis di atas, semuanya melanggar prinsip rela-sama-rela. Keadaan sama-sama rela yang dicapai bersifat sementara, yakni sementara pihak yang ditipu tidak mengetahui bahwa dirinya ditipu. Di kemudian hari, yaitu ketika pihak yang ditipu tahu bahwa dirinya ditipu, maka ia tidak merasa rela. 3.2 Melanggar Prinsip ―La Tazhlimuna wa la tuzhlamun‖ Prinsip kedua yang tidak boleh dilanggar adalah prinsip la tazhlimuna wa la tuzhlamun, yakni jangan menzalimi dan jangan dizalimi. Praktek-praktek yang melanggar prinsip ini di antaranya: a. Rekayasa Pasar dalam Supply (Ikhtikar). Rekayasa pasar dalam supply terjadi bila seorang produsen/ penjual mengambil keuntungan di atas keuntungan normal dengan cara mengurangi supply agar harga produk yang dijualnya naik. Hal ini dalam istilah fikih disebut ikhtikar. Ikhtikar biasanya dilakukan dengan membuat entry barrier, yakni menghambat produsen/penjual lain masuk ke pasar, agar ia menjadi pemain tunggal di pasar (monopoli). Karena itu, biasanya orang menyamakan ikhtikar dengan monopoli dan penimbunan, padahal tidak selalu seorang monopolis melakukan ikhtikar. Demikian pula tidak setiap penimbunan adalah ikhtikar. BULOG juga melakukan penimbunan, tetapi justeru untuk menjaga kestabilan harga dan pasokan. Demikian pula dengan Negara apabila memonopoli sektor industri yang penting dan menguasai hajat hidup orang banyak, bukan dikategorikan sebagai ikhtikar. Ikhtikar terjadi bila syarat-syarat di bawah ini terpenuhi:  Mengupayakan adanya kelangkaan barang baik dengan cara menimbun stock atau mengenakan entry-barriers  Menjual dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan harga sebelum munculnya kelangkaan  Mengambil keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan keuntungan sebelum komponen 1 & 2 dilakukan. b. Rekayasa Pasar dalam demand (Bai‘ Najasy). Rekayasa pasar dalam demand terjadi bila seorang produsen /pembeli menciptakan permintaan palsu, seolah-olah ada banyak permintaan terhadap suatu produk sehingga harga jual produk itu akan naik. Hal ini terjadi misalnya dalam bursa saham (praktek gorengmenggoreng saham), bursa valas, dll. Cara yang ditempuh bisa bermacam-macam, mulai dari menyebarkan isu, melakukan order pembelian, sampai benar-benar melakukan pembelian pancingan agar tercipta sentimen pasar untuk ramai-ramai membeli saham/mata uang tertentu. Bila harga sudah naik sampai level yang diinginkan, maka yang bersangkutan akan melakukanaksi ambil untung dengan melepas kembali saham/mata uang yang sudah dibeli, sehingga ia akan mendapatkan untung besar. Rekayasa demand ini dalam istilah fikihnya disebut dengan bai‘ najasy. c. Taghrir (Gharar). Gharar atau disebut juga taghrir adalah situasi di mana terjadi incomplete information karena adanya uncertainty to both parties (ketidak pastian dari kedua belah pihak yang MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

95

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP bertransaksi). Dalam tadlis, yang terjadi adalah pihak A tidak mengetahui apa yang diketahui pihak B (unknown to one party). Sedangkan dalam taghrir,baik pihak A maupun pihak B sama-sama tidak memiliki kepastian mengenai sesuatu yang ditransaksikan (uncertain to both parties). Gharar ini terjadi bila kita merubah sesuatu yang seharusnya bersifat pasti (certain) menjadi tidak pasti (uncertain). Contoh: Sebagai karyawan, kita menandatangani kontrak kerja di suatu perusahaan dengan gaji Rp. 1.100.000,-/bulan. Kontrak ini bersifat pasti dan mengikat kedua belah pihak, sehingga tidak boleh ada pihak yang merubah kesepakatan yang sudah pasti itu menjadi tidak pasti. Misalnya merubah sistem gaji Rp. 1,1 juta/bulan tersebut menjadinsistem bagi hasil dari keuntungan perusahaan. Hal yang sama juga berlaku bagi kontrak jual-beli dan sewa-menyewa. Sebagaimana dalam tadlis, maka gharar dapat juga terjadi dalam 4 (empat) hal, yakni: 1. Kuantitas; 2. Kualitas; 3. Harga; dan 4. Waktu Penyerahan Bila salah satu (atau lebih) dari faktor-faktor di atas dirubah dari certain menjadi uncertain, maka terjadilah gharar. Gharar dalam kuantitas terjadi dalam kasus ijon, di mana penjual menyatakan akan membeli buah yang belum nampak di pohon seharga Rp X. Dalam hal ini terjadi ketidakpastian mengenai berapa kuantitas buah yang dijual, karena memang tidak disepakati sejak awal. Bila panennya 100 kg, harganya Rp X. Bila panennya 50 kg, harganya Rp X pula. Bila tidak panen, maka harganya Rp X juga. Contoh gharar dalam kualitas adalah seorang peternak yang menjual anak sapi yang masih dalam kandungan induknya. Dalam kasus ini terjadi ketidakpastian dalam hal kualitas objek transaksi, karena tidak ada jaminan bahwa anak sapi tersebut akan lahir dengan sehat tanpa cacat, dan dengan spesifikasi kualitas tertentu. Bagaimanapun kondisi anak sapi yang nanti akan keluar dari induk sapi itu (walaupun terlahir dalam keadaan mati misalnya) harus diterima oleh si pembeli dengan harga yang sudah disepakati. Gharar dalam harga terjadi bila misalkan bank syariah menyatakan akan memberi pembiayaan murabahah rumah 1 tahun dengan margin 20% atau 2 tahun dengan margin 40%, kemudian disepakati oleh nasabah. Ketidakpastian terjadi karena harga yang disepakati tidak jelas, apakah 20% atau 40%. Kecuali bila nasabah menyatakan ―setuju melakukan transaksi murabahah rumah dengan margin 20% dibayar 1 tahun‖, maka barulah tidak terjadi gharar. Contoh gharar dalam waktu penyerahan terjadi bila seseorang menjual barang yang hilang misalnya, seharga Rp X dan disetujui oleh si pembeli. Dalam kasus ini terjadi ketidakpastian mengenai waktu penyerahan, karena si penjual dan pembeli sama-sama tidak tahu kapankah barang yang hilang itu dapat ditemukan kembali. Dalam keempat bentuk gharar di atas, keadaan sama-sama rela yang dicapai bersifat sementara, yaitu sementara keadaannya masih tidak jelas bagi kedua belah pihak. Di kemudian hari yaitu ketika keadaannya telah jelas, salah satu pihak (penjual atau pembeli) akan merasa terzalimi, walaupun pada awalnya tidak demikian. d. Riba

4. Tidak Sah atau Lengkap Akadnya Suatu transaksi yang tidak masuk dalam kategori haram li dzatihi maupun haram li ghairihi, belum tentu serta-merta menjadi halal. Masih ada kemungkinan transaksi tersebut menjadi haram bila akad MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

96

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP atas transaksi itu tidak sah atau tidak lengkap. Suatu transaksi dapat dikatakan tidak sah dan/atau tidak lengkap akadnya, bila terjadi salah satu (atau lebih) faktor-faktor berikut ini: 4.1 Rukun dan Syarat tidak terpenuhi Rukun adalah sesuatu yang wajib ada dalam suatu transaksi (necessary condition), misalnya ada penjual dan pembeli. Tanpa adanya penjual dan pembeli, maka jual-beli tidak akan ada. Pada umumnya, rukun dalam muamalah iqtishadiyah (muamalah dalam bidang ekonomi) ada 3 (tiga) , yaitu: a. Pelaku b. Objek c. Ijab-Kabul Pelaku bisa berupa penjual-pembeli (dalam akad jual- beli), penyewa-pemberi sewa (dalam akad sewa-menyewa), atau penerima upah-pemberi upah (dalam akad upah- mengupah), dll. Tanpa pelaku maka tidak ada transaksi. Objek transaksi dari semua akad di atas dapat berupa barang atau jasa. Dalam akad jual-beli mobil, maka objek transaksinya adalah mobil. Dalam akad-menyewa rumah, maka objek transaksinya adalah rumah, demikian seterusnya. Tanpa objek transaksi, mustahil transaksi akan tercipta. Selanjutnya, faktor lainnya yang mutlak harus ada supaya transaksi dapat tercipta adalah adanya kesepakatan antara kedua belah pihak yang bertransaksi. Dalam terminology fikih, kesepakatan bersama ini disebut ijab-kabul. Tanpa ijab-kabul, mustahil pula transaksi akan terjadi. Dalam kaitannya dengan kesepakatan ini, maka akad dapat menjadi batal bila terdapat: a. Kesalahan/kekeliruan obyek; b. Paksaan (ikrah) c. Penipuan (tadlis) Bila ketiga rukun di atas terpenuhi, maka transaksi yang dilakukan sah. Namun bila rukun di atas tidak terpenuhi (baik satu rukun atau lebih), maka transaksi menjadi batal. Selain rukun, faktor yang harus ada supaya akad menjadi sah/lengkap adalah syarat. Syarat adalah sesuatu yang keberadaannya melengkapi rukun (sufficient condition). Contohnya adalah bahwa pelaku transaksi haruslah orang yang cakap hukum (mukallaf). Bila rukun sudah terpenuhi tetapi syarat tidak dipenuhi, maka rukun menjadi tidak lengkap sehingga transaksi tersebut menjadi fasid (rusak). Demikian menurut Mazhab Hanafi. Syarat bukanlah rukun, jadi tidak boleh dicampuradukkan. Di lain pihak, keberadaan syarat tidak boleh: a. Menghalalkan yang haram; b. Mengharamkan yang halal; c. Menggugurkan rukun; d. Bertentangan dengan rukun;atau e. Mencegah berlakunya rukun. 4.2 Ta‘alluq Ta‘alluq terjadi bila kita dihadapkan pada dua akad yang saling dikaitkan, di mana berlakunya akad 1 tergantung pada akad 2. Contoh: misalkan A menjual barang X seharga Rp 120 juta secara cicilan kepada B, dengan syarat bahwa B harus kembali menjual barang X tersebut kepada A secara tunai seharga Rp 100 juta. Transaksi di atas haram, karena ada persyaratan bahwa A bersedia menjual barang X ke B asalkan B kembali menjual barang tersebut kepada A. Dalam kasus ini, disyaratkan bahwa MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

97

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP akad 1 berlaku efektif bila akad 2 dilakukan. Penerapan syarat ini mencegah terpenuhinya rukun. Dalam terminologi fikih, kasus di atas disebut bai‘ al-‗Inah. 4.3 ―Two in one‖ Two in one adalah kondisi di mana suatu transaksi diwadahi oleh dua akad sekaligus, sehingga terjadi ketidakpastian (gharar) mengenai akad mana yang harus digunakan/berlaku. Dalam terminologi fikih, kejadian ini disebut dengan shafqatain fi al-shafqah. Two in one terjadi bila semua dari ketiga faktor di bawah ini terpenuhi: a. Objek sama b. Pelaku sama c. Jangka waktu sama Bila satu saja dari faktor di atas tidak terpenuhi, maka two in one tidak terjadi, dengan demikian akad menjadi sah. Contoh dari two in one adalah transaksi lease and purchase (sewa-beli). Dalam transaksi ini, terjadi gharar dalam akad, karena ada ketidakjelasan akad mana yang berlaku: akad beli atau akad sewa. Karena itulah maka transaksi sewa-beli ini diharamkan. 5. Do You Know ? Multilevel Marketing Multilevel marketing secara harfiah adalah pemasaran yang dilakukan melalui banyak level atau tingkatan, yang biasanya dikenal dengan istilah upline (tingkat atas) dan downline (tingkat bawah). Bisnis digerakkan dengan jaringan Upline dan downline ini umumnya mencerminkan hubungan pada dua level yang berbeda, atas dan bawah, baik satu maupun lebih, meski dengan istilah yang berbeda-beda. Masingmasing level tersebut kemudian mendapatkan bonus sesuai dengan ketentuan yang dibuat oleh perusahaan yang bersangkutan. Untuk masuk dalam jaringan bisnis pemasaran seperti ini, biasanya setiap orang harus menjadi member (anggotajaringan / distributor). Kadangkala perekrutan tersebut dilakukan dengan mengisi formulir membership dengan membayar sejumlah uang pendaftaran, disertai dengan pembelian produk tertentu agar member tersebut mempunyai point, dan kadang tanpa pembelian produk. Dalam hal ini perolehan point ini menjadi penting, karena point inilah yang menjadikan point sebagai ukuran besar dan kecilnya bonus yang diperoleh. Selain itu, point dapat diperoleh dengan pembelian tidak MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

langsung, yaitu melalui jaringan member tersebut, atau dengan kata lain, bonus diberikan kepada member yang bersangkutan karena telah berjasa menjualkan produk perusahaan secara tidak langsung. Keharaman praktek MLM dapat kita lihat dari beberapa hukum di bawah ini, bisa salah satunya, atau semuanya sekaligus, yaitu:  Hukum dua akad dalam satu transaksi, atau yang dikenal dengan istilah shafqatayn fi shafqah, atau bay‟atayn fi bay‟ah. Akad pertama adalah akad jual-beli (bay‟), sedangkan akad kedua akad samsarah (pemakelaran), atau akad dalal (mereferensi). Sebagaimana Sabda Rasullullah SAW:“Tidaklah dihalalkan dua kesepakatan (akad) dalam satu kesepakatan (akad).”  Hukum pemakelaran atas pemakelaran, (samsarah „alasamsarah). Up lineadalah simsar (makelar), baik bagi pemilik (malik) langsung, atau tidak, yang kemudian memakelari down line di bawahnya, dan selanjutnya down line di bawahnya menjadi makelar bagi down line di bawahnya lagi.

98

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP  Hukum komisi dan bonus, baik bonus pembelian langsung, maupun tidak langsung yang lazim disebut bonus jaringan dan kepemimpinan yang merupakan syarat / akad dari MLM. Dan praktik ghabn fahisy(penipuan harga yang keji), yaitu dinaikannya harga berkali lipat dari harga pasar.

baik dari sisi shafqatayn fi shafqah (dua akad dalam satu transaksi),samsarah „ala samsarah (pemakelaran atas pemakelaran), ghabn fahisy (manipulasi harga yang keji) dan hibah (bonus) yang mengikat.Pada kondisi lain tidak memenuhi ketentuan akad karena yang ada adalah akad terhadap jaminan mendapat diskon dan bonus (point) dari pembelian langsung.Karena itu, MLM yang demikian hukumnya adalah haram. Dengan melihat analisis di atas maka sekalipun Sumber: hukum syara MLM, AL-Azhar Press, produk yang diperjual-belikan adalah halal, akan oleh Yahya Abdurrahman tetapi akad yang terjadi dalam bisnis MLM adalah akad yang melanggar ketentuan syara‘ 6. Rangkuman Dalam melakukan suatu transaksi kita harus senantiasa mengetahui apakah di dalam transaksi tersebut terdapat unsur-unsur yang dilarang agama atau tidak. Adapun halhal yang harus diperhatikan untuk mengidentifikasi transaksi terlarang adalah yang pertama perhatikan apakah zat yang ditransaksikan haram atau tidak. Yang kedua, apakah ada unsur tadlis (keadaan di mana salah satu pihak tidak mengetahui informasi yang diketahui pihak lain), ikhtikar (Rekayasa Pasar dalam Supply), ba‘i najasy (Rekayasa Pasar dalam demand), gharar (situasi di mana terjadi incomplete information karena adanya ketidak pastian dari kedua belah pihak yang bertransaksi), dan riba (tambahan yang disyaratkan dalam transaksi bisnis tanpa adanya padanan (iwad) yang dibenarkan syariah atas penambahan tersebut). Yang ketiga adalah sah atau tidak akadnya. Suatu akad dinyatakan sah apabila rukun dan syaratnya terpenuhi. Selain itu, tidak terdapat unsure taaluq (dua akad yang saling dikaitkan, di mana berlakunya akad 1 tergantung pada akad 2).dan two in one (kondisi di mana suatu transaksi diwadahi oleh dua akad sekaligus) didalamnya. 7. Pertanyaan 1. Apakah praktek jual beli kendaraan secara kredit yang ada di agen penjualan kendaraan sudah sesuai dengan syariat islam ?jelaskan ! 2. Apakah boleh memberlakukan harga jual secara kredit lebih tinggi ketimbang harga jual secara tunai ? jelaskan menurut kaidah fiqh islam ! 3. Apa sajakah persamaan antara spekulasi yang terjadi di sector financial dengan maysir (perjudian) ? Jelaskan menurut kaidah fiqh islam ! MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

99

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP

DAFTAR PUSTAKA Al Qur‘an Al Hadits http://www.ekisonline.com/component/content/article/34-ekonomi-mikro/60-realisasimaqhasid-asy-syariah-.html, 26 July 2010 15:25 http://www.jurnal-ekonomi.org/2003/09/15/aqidah-islam-memancarkan-sistem-ekonomi/, September 15th, 2003 http://zanikhan.multiply.com/journal/item/7538?mark_read=zanikhan:journal:7538 Karim, Adiwarman A. 2001. Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer. Jakarta: Gema Insani. Karim, Adiwarman A. 2004. Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan. Jakarta: Rajawali Press. Karim, Adiwarman A. 2004. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta: Rajawali Press. Kelompok Studi Ekonomi Islam Rohis Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. 2006. Modul Ekonomi Islam. Semarang: KSEI Rohis Fe Undip. Syafei, Rachmat. 2006. Fiqih Muamalah. Bandung : Pustaka Setia Yusnanto, Ismail, Cecep Maskanul Hakim, Zaim Saidi, dkk. 1999. Dinar Emas: Solusi Krisis Moneter . Depok: Piramedia Yusanto, Ismail dan Arif Yunus. 2009. Pengantar Ekonomi Islam. Bogor : Al-Azhar Press .

MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

100

KELOMPOK STUDI EKONOMI ISLAM MIZAN FE UNDIP

“Ditengah perkembangan ekonomi islam yang pesat, KSEI merupakan salah satu wadah yang tepat dalam mempersiapkan SDM ekonomi islam yang berkualitas. Harapannya KSEI ke depannya akan semakin maju. Salam sukses untuk KSEI.” (Indah Permata Sari, Vice President KSEI Mizan FEB UNDIP 2009-2010 Menteri Riset BEM KM UNDIP 2010-2011)

MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI)

101

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF