Modul BSMR Level 1 (Ver.1)

July 16, 2017 | Author: Soal_BSMR | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Modul Sertifikasi BSMR Level 1 (9 Bab, 284 halaman) untuk permintaan softcopy, silahkan kirim email ke : latihansoal.bs...

Description

Indonesia Certificate in Banking Risk and Regulation

Part A: Risiko dan Regulasi Perbankan

1

Bab 1 – Karakteristik Risiko dan Regulasi Perbankan 1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

2

1

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

1.1

Bank, risiko dan perlunya regulasi

Apa yang dimaksud dengan bank? Bank adalah sebuah lembaga yang diberikan izin oleh otoritas perbankan untuk menerima simpanan, memberikan kredit, dan menerima serta menerbitkan cek. Apa yang dimaksud dengan risiko? Menurut Kamus: Risiko adalah peluang terjadinya bencana atau kerugian. Untuk keperluan Sertifikasi, risiko didefinisikan sebagai: Peluang terjadinya hasil (outcome) yang buruk. Definisi tersebut menyatakan bahwa risiko terkait dengan situasi dimana hasil negatif dapat terjadi dan besar kecilnya kemungkinan terjadinya outcome tersebut dapat diperkirakan. 3

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

1.1

Bank, risiko dan perlunya regulasi

Dua istilah penting lain yang terkait dengan risiko dalam konteks Sertifikasi ini adalah: Kejadian risiko (risk event) didefinisikan: Terjadinya sebuah peristiwa yang menyebabkan potensi kerugian (yaitu terjadinya sebuah outcome yang buruk) Risiko kerugian adalah kerugian yang terjadi sebagai konsekuensi langsung ataupun tidak langsung dari kejadian risiko. Kerugian tersebut dapat bersifat finansial atau non-finansial.

4

2

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

1.1.1 Industri jasa keuangan, bank dan regulasi Bank merupakan subyek peraturan, dalam hal ini yang diatur adalah institusinya, bukan semata-mata pada produk atau jasa yang ditawarkannya. Regulasi bagi produk atau jasa yang ditawarkan sebuah indusrti adalah hal yang lazim. Namun bukan merupakan suatu kelaziman apabila lembaga-lembaga yang berada dalam sebuah industri ikut diatur dalam suatu regulasi. Alasan adanya peraturan yang sangat ketat di industri perbankan dikarenakan kegagalan bank dapat memiliki dampak jangka panjang yang mendalam terhadap perekonomian

5

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

1.1.1 Industri jasa keuangan, bank dan regulasi Bank tidak bebas memilih struktur modalnya (capital structure). Capital structure menunjukkan cara yang ditempuh bank untuk memperoleh pendanaan, umumnya dilakukan melalui kombinasi penerbitan saham, obligasi dan penerimaan pinjaman. Capital structure sebuah bank ditentukan oleh otoritas pengawas perbankan (BI untuk di Indonesia) yang menetapkan persyaratan modal minimum sebagaimana halnya penetapan tingkat likuiditas yang harus dipertahankan oleh bank, dan jenis serta struktur pemberian kredit. Jika sebuah bank memiliki modal yang cukup – bank memiliki sumber daya finansial yang memadai yang untuk mengantisipasi potensi kerugiannya. Jika sebuah bank memiliki likuiditas yang cukup – bank memiliki sumber daya finansial yang memadai untuk mendanai aktivanya dan memenuhi kewajibannya saat jatuh tempo. 6

3

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

1.1.1 Industri jasa keuangan, bank dan regulasi Aktiva

Jumlah

Bobot Risiko

ATMR

Jutaan USD

%

USD million

100

0

0

10

0

0

Kredit kepada bank lain < 1th

200

20

40

Kredit kepada UKM

390

100

390

Kredit kepada pemerintah daerah

200

50

100

Kredit kepada perusahaan internasional berskala besar

100

100

100

Obligasi pemerintah domestik Kas

Total Kewajiban

1000 Jumlah

Modal

80

Dana Pihak ketiga

820

Kredit dari bank lain

100

Total

630

ATMR = Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (Basel I) Modal yang dipersyaratkan adalah 8% dari ATMR x 8% = USD 50.4m Bank memiliki USD 80 juta, jauh di atas ketentuan yang disyaratkan

1000

7

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

1.1.1 Industri jasa keuangan, bank dan regulasi Penting untuk dipahami bahwa baik Basel II dan Program Sertifikasi, merupakan peraturan pada bank dan bukan peraturan kepada industri jasa keuangan. Di European Union (EU), peraturan Basel II akan mencakup area yang luas yaitu : lembaga perkreditan (sekitar 8,800) dan juga sekitar 2,200 perusahaan investasi (investment firms)

8

4

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

1.1.2 Mengapa bank perlu diregulasi? Bank perlu diatur karena bank memiliki risiko yang melekat (inherent risk) ke dalam sistem perekonomian. Tidak seperti industri mobil, bank menawarkan produk yang digunakan oleh setiap nasabah, baik komersial dan perorangan, yaitu UANG. Dengan demikian, kegagalan dari sebuah bank (baik kegagalan sebagian maupun keseluruhan), dapat menimbulkan dampak pada perekonomian secara menyeluruh, yang dikenal sebagai ‘risiko sistemik’ (Systemic risk). Systemic risk adalah risiko dimana kegagalan sebuah bank dapat menimbulkan dampak yang menghancurkan perekonomian secara besar-besaran dan bukan hanya dampak berupa kerugian yang secara langsung dihadapi oleh pegawai, nasabah dan pemegang saham. 9

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

1.1.2 Mengapa bank perlu diregulasi?

Walaupun tidak setiap orang mengenal istilah risiko sistemik, banyak orang mengetahui apa yang dimaksud dengan “bank rush” (penarikan dana besar-besaran dari bank). Hal ini dapat terjadi saat ketika sebuah bank tidak mampu memenuhi kewajibannya, atau dengan kata lain bank tidak memiliki dana yang cukup untuk membayar para deposan yang ingin menarik dana mereka. Ketidakmampuan untuk memenuhi kewajiban dan membayar kembali para deposan belum tentu menunjukkan kondisi yang sebenarnya; bisa jadi ketidakmampuan ini hanya sebatas persepsi nasabah.

10

5

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

1.1.2 Mengapa bank perlu diregulasi? – contoh 1 penarikan dana besar-besaran KEKURANGAN LIKUIDITAS STABILITAS TERGANGGU

PENARIKAN DANA MASYARAKAT

MENJADI RUGI

PENARIKAN BESAR-BESARAN

RUMOR KREDIT MACET

BANK TERPAKSA DILIKUIDASI

Pengaruh dalam ekonomi lokal, bepotensi secara global 11

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

1.1.2 Mengapa bank perlu diregulasi? - contoh 2 penarikan dana besar-besaran Pada tanggal 14 October 2003, Asia Commercial Bank sebuah bank swasta Vietnam dengan aset USD 800 juta menderita a ‘run’. Berdasarkan rumours yang merusak, yang tersebar dari mulut ke mulut tersiar berita bahwa general director telah melarikan diri dari negara Vietnam. Hal ini menimbulkan rasa takut masyarakat bahwa bank tersebut berada dalam masalah. Di sebuah cabang 4.000 customer antri untuk menarik uang mereka. Bank Central Vietnam diminta untuk menyediakan USD 61.2 juta sebagai emergency liquidity. Seorang pejabat pemerintah bersama dengan general director yang “hilang” tersebut berupaya meyakinkan masyarakat bahwa dia masih tetap menjalankan pekerjaannya dan pada tanggal 15 Oktober dana yang telah keluar itu kembali lagi masuk ke bank. 12

6

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

1.1.2

Mengapa bank perlu diregulasi?

Solvabilitas dari sebuah bank bukan saja merupakan perhatian : • Para pemegang saham (shareholders) • Para nasabah (customers) • Para karyawan (employees) Tetapi juga: • pengelola perekonomian secara keseluruhan.

13

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

Mengapa bank perlu diregulasi? Assets

Amount

Risk Weight

RWA

USD million

%

USD million

100

0

0

10

0

0

Kredit kepada bank lain < 1th

200

20

40

Obligasi pemerintah domestik Kas Kredit kepada UKM

390

100

390

Kredit kepada pemerintah daerah

200

50

100

Kredit kepada perusahaan internasional berskala besar

100

100

100

Total Kewajiban Modal

1000 Amount 80

Dana Pihak ketiga

820

Kredit dari bank lain

100

Total

630

Bandingkan cash yang dimiliki dengan deposito nasabah Menjual Government Bonds untuk meningkatkan cash Jika masih membutuhkan dana maka bank akhirnya terpaksa menjual atau menghentikan kredit.

1000

14

7

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

1.1.2

Mengapa bank perlu diregulasi? – contoh

Krisi Continental Illinois Bank Pada bulan Mei 1984 Continental Illinois Bank di USA mengalami bank rush atas simpanannya. Hal ini diakibatkan oleh risiko kredit yang buruk, khususnya kredit yang diambil alih dari Penn Square Bank yang telah ditutup pada th 1982 dan membuat Continental Illinois tidak pernah benarbenar pulih. Kredit macet milik Continental Illinois meningkat hingga USD 2.3 milyar pada bulan April 1984, sekitar 7.7% dari total kredit yang diberikan. Bank pada saat itu dalam kondisi rapuh karena sangat tergantung kepada simpanan jangka pendek bernominal besar (wholesale). Keadaan menjadi buruk ketika simpanan besar tsb. tidak lagi diperpanjang pada saat jatuh tempo. Tahun 1984 The federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) mengambil-alih utang Continental Illinois sebesar USD 3.5 milyar. Penghimpunan dana yang bersifat global dan berjumlah besar yang dilakukan Continental Illinois membuat Federal Reserve dan FDIC harus campur tangan untuk menghindari risiko rush pada bank besar USA lainnya oleh para deposan asing. 15

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

1.1.2

Mengapa bank perlu diregulasi?

Sebelum tahun 1930an, permasalahan pada solvabilitas bank, bahkan bank rush, cukup sering terjadi. Keadaan ini mendorong pemerintah berbagai negara untuk mengendalikan bank melalui regulasi, dengan memastikan bahwa bank memiliki modal dan likuiditas yang memadai. Otoritas pengawas (biasanya bank-bank sentral) berupaya memastikan agar bank-bank dapat: • memenuhi permintaan deposan (pada tingkat yang wajar) untuk mendapatkan uangnya kembali tanpa menarik kembali kredit yang telah diberikan bank, • mempertahankan tingkat kerugian yang wajar akibat kredit macet atau siklus penurunan kegiatan ekonomi (bertahan pada saat terjadi resesi).

16

8

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

1.1.2. Mengapa bank perlu diregulasi? Tingkat kapitalisasi dan likuiditas pada awalnya tidak ditetapkan secara tegas. Modalpun sering hanya dikaitkan dengan prosentase tertentu dari jumlah kredit. Dalam menetapkan jumlah modal sebagai prosentase suatu jenis kredit, jelas terlihat bahwa ada “mata rantai yang hilang” dalam memperhitungkan tingkat modal yang tepat bagi bank. Mata rantai yang hilang ini dijelaskan dengan menggunakan contoh berikut: Bank A hanya memberikan pinjaman kepada Pemerintah, dan selalu dapat mengasumsikan bahwa pinjaman tersebut akan dibayar kembali. Bank B hanya memberikan pinjaman kepada perusahaanperusahaan yang baru berdiri. Bank B tidak dapat membuat asumsi yang sama dengan Bank A karena terdapat kemungkinan beberapa atau bahkan sebagian besar perusahaan baru tersebut tidak dapat melanjutkan kegiatan usahanya. 17

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

1.1.2. Mengapa bank perlu diregulasi? Menurut teori ekonomi, pinjaman dari dua group dalam contoh didepan akan seimbang antara berapa yang akan didapat (yang secara umum disebut “Margin”) dengan kerugian yang dapat terjadi. Siapapun investor potensial di Bank A atau Bank B akan membuat keputusan risiko/imbalan berdasarkan seberapa besar masingmasing bank berani mengambil risiko dibandingkan dengan imbalan yang diharapkan akan diperoleh. Dalam contoh diatas Bank B akan meminta imbalan dengan margin yang lebih tinggi dari pada Bank A karena dapat menyebabkan kerugian yang lebih tinggi. Dalam kasus Bank B, bad debt tak mungkin terjadi pada tingkat yang sama dengan Bank A karena bisnis akan lebih banyak mengalami default dalam keadaan resesi dibandingkan dengan dalam keadaan ekonomi tumbuh. Bad debt terjadi ketika bank tidak mampu menarik kembali pokok pinjaman dan pendapatan bunga yang sudah diakui dari nasabahnya.Kondisi ini akan menyebabkan bank menderita kerugian dan terjadi erosi modal 18

9

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

1.1.2

Mengapa bank perlu diregulasi?

Untuk menjaga agar bank dapat bertahan dari bad debt, bank harus mempunyai modal pada tingkat tertentu untuk menutup kerugian yang ada. Dalam contoh di atas Bank B membutuhkan modal yang lebih besar dibandingkan Bank A. Hal ini karena Bank A memiliki sebuah kebijakan kredit yang lebih konservatif dengan risiko yang lebih rendah, walaupun dengan imbalan (margin) yang lebih rendah pula. Dari contoh diatas tampak bahwa ‘missing link’ dalam perhitungan tingkat modal yang tepat bagi sebuah bank adalah besarnya risiko yang ditanggungnya.

19

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

1.1.2 Mengapa bank perlu diregulasi? – gejolak ekonomi dan risiko sistematik Meskipun bank berupaya keras untuk mendiversifikasi portofolio pinjamannya, namun kebanyakan bank masih mempunyai risikorisiko ekonomi yang besar pada pasar domestik mereka. Perekonomian sebuah negara dapat dipengaruhi oleh: • Gejolak eksternal, dapat berupa bencana alam atau peristiwa yang diakibatkan oleh manusia dan atau • kesalahan manajemen perekonomian

20

10

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

1.1.2 Mengapa bank perlu diregulasi? – gejolak ekonomi dan risiko sistematik Jumlah debitur macet pada Bank yang berada pada sebuah perekonomian sebagaimana digambarkan dapat meningkat secara signifikan. Kenaikan tingkat kegagalan dapat ditandai atas hal-hal sebagai berikut: • Penurunan kualitas kredit dari perusahaan-perusahaan yang dipengaruhi oleh perekonomian yang buruk • Tingkat pengangguran yang meningkat pesat • Peningkatan suku bunga

21

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

1.1.2 Mengapa bank perlu diregulasi? – gejolak ekonomi dan risiko sistematik Banyak bank memiliki kesulitan dalam menghindari dampak dari gejolak ekonomi yang terjadi. Ada beberapa tindakan yang dapat diambil untuk memitigasi berbagai dampak negatif gejolak ekonomi tersebut, yaitu: • Mematuhi regulasi (termasuk Basel II) yang semakin menuntut bank untuk menyusun berbagai skenario dalam menghadapi gejolak ekonomi dan memastikan bank memiliki modal yang cukup untuk melindungi stakeholder dari dampak gejolak ekonomi tersebut. • Melakukan estimasi tingkat kredit macet yang akan terjadi dan memastikan bank memiliki tingkat modal yang cukup.

22

11

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

1.1.2 Mengapa bank perlu diregulasi? – risiko dan modal Contoh-contoh diatas secara jelas menunjukkan hubungan antara risiko dan modal. Semakin besar risiko yang dihadapi maka semakin besar modal yang dibutuhkan. Bank diwajibkan memiliki modal yang cukup untuk menutupi risiko yang diambil. Ini dikenal sebagai “kecukupan modal” (capital adequacy).

Dengan contoh-contoh di atas, semakin jelas bagi para otoritas pengawas bank (supervisors) bahwa tingkat modal sebuah bank dan kemampuannya untuk menyerap kerugian akibat pinjaman dan aktivitas lainnya harus dikaitkan dengan risiko kegiatan usaha yang dihadapi. Dalam hal ini tingkat modal harus didasarkan pada tingkat risiko (modal berbasis risiko/ risk-based capital). 23

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

1.1.2 Mengapa bank perlu diregulasi? – risiko dan modal Perkembangan pasar perbankan internasional pada tahun 1970an dan 1980an cenderung memberikan perhatian yang lebih besar pada perhitungan modal berbasis risiko. Kenaikan harga minyak yang demikian tinggi pada waktu itu memaksa negara-negara yang memiliki surplus dolar AS yang besar menginvestasikan kembali dolar tersebut ke negara-negara yang mengalami defisit yang besar. Hal ini membawa konsekuensi pada pertumbuhan pesat dan meningkatnya kompetisi di bidang perbankan internasional. Kondisi ini turut dipertimbangkan oleh otoritas pengawas perbankan dan memberikan penekanan bahwa bank dengan cakupan kegiatan bisnis internasional harus memiliki modal yang sesuai dengan risiko yang dimilikinya. 24

12

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

1.1.3 Regulasi bank – Basel I The Basel Committee on Banking Supervision untuk pertama kalinya menawarkan suatu metodologi standar penghitungan jumlah modal berbasis risiko yang harus dimiliki sebuah bank dengan menerbitkan (risk-based capital) Basel Capital Accord I pada tahun 1988.

Basel Accord I tersebut hanya mencakup risiko kredit dan berdasarkan standar-standar yang ada sekarang, dapat dikatakan bahwa hubungan antara risiko dengan modal belum cukup memadai. Basel I mengenal berbagai multiplier (dikenal dengan bobot risiko/ risk weight) yang sederhana, masing-masing untuk utang pemerintah, utang bank dan utang perusahaan dan pribadi, dikalikan dengan 8% target rasio modal (target capital ratio). 25

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

1.1.3

Regulasi bank – The Market Risk Amendment

Otoritas pengawas perbankan di beberapa negara berupaya menyempurnakan Accord 1988 agar menjadi lebih peka terhadap risiko. Otoritas pengawas perbankan bergerak cepat untuk memanfaatkan praktek dan pengalaman yang telah ada dan dimiliki oleh berbagai bank dalam mengelola risiko terkait kegiatan trading-nya. Untuk memastikan bahwa risiko telah terkendali dan dihitung secara tepat, bank mulai menetapkan persyaratan internal mengenai modal yang terkait langsung dengan risiko yang dihadapi oleh bagian trading sebuah bank. Untuk dapat melakukan hal tersebut, bank harus memiliki pandangan (view) tertentu mengenai hubungan antara risiko dan modal. Pandangan ini didasarkan pada sebuah teori keuangan yang dewasa ini semakin sering digunakan, yaitu variabilitas historis pengembalian (return) dari berbagai jenis kegiatan usaha. 26

13

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

1.1.3

Regulasi bank – The Market Risk Amendment

Praktek bank untuk mengelola risiko banyak mendapatkan dorongan dan dukungan karena adanya: • pertumbuhan pasar derivatif • model penentuan harga opsi (option pricing model) yang terkait langsung dengan volatilitas pengembalian (return) dari instrumen pasar yang menjadi underlying dengan nilai instrumen tersebut, antara lain penetuan harga berbasis risiko (risk-based pricing) The Basel Committee mempublikasikan “the Market Risk Amendment” terhadap Basel Accord I pada tahun 1996. Selain menyusun serangkaian aturan sederhana untuk memperhitungkan risiko pasar, Basel Committee mendorong otoritas pengawas perbankan untuk memberikan perhatian pada upaya penilaian model-model yang digunakan bank dalam menentukan harga berbasis risiko (risk-based pricing). Model ini disebut dengan model “Value at Risk (VaR)” dan akan dijelaskan secara lebih rinci pada Bab 2 dan 4. 27

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

1.1.3

Regulasi bank – Basel II

Melanjutkan publikasi dari Market Risk Amendment, Basel Committee mulai mengembangkan sebuah Capital Accord baru (new Capital Accord) yang selanjutnya disebut Basel II. Setelah melalui banyak konsultasi dan pembahasan, Basel II tersebut akhirnya diadopsi di tahun 2004 dan disepakati diimplementasikan pada tahun 2006-2007. Basel II menghubungkan secara langsung antara modal bank dengan risiko yang dimiliki. Untuk melindungi dampak dari gejolak ekonomi bankbank diminta oleh Basel II agar memperkirakan pengaruh gejolak ekonomi tersebut dan memastikan bahwa bank memiliki modal yang cukup untuk menghadapinya. Cakupan risiko pasar dalam Basel II secara subtansi tidak berubah dari perubahan tahun 1996 (Amendment) dan penyempurnaannya. 28

14

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

1.1.3 Regulasi bank – Basel II The Basel II Accord juga mempertimbangkan perlunya memasukkan risiko-risiko lainnya dalam perhitungan modal berbasis risiko bagi sebuah bank; meskipun ada beberapa hal yang belum diatur metode modelnya. Otoritas pengawas perbankan masing-masing negara akan bertanggung jawab untuk mengimplementasikan Basel II sesuai dengan undang-undang dan regulasi yang berlaku di negara tersebut. Implementasi yang konsisten di berbagai negara terhadap sebuah Kerangka Kerja, melalui pengawasan dan kerjasama yang lebih erat, merupakan suatu hal sangat penting. Implementasi yang konsisten juga bermanfaat untuk menghindari timbulnya ketidakjelasan sebagai akibat dari adanya pelaporan ganda, yaitu kepada otoritas pengawas perbankan dimana bank didirikan (home country) dan dimana bank memiliki cabang atau anak perusahaan (host country) 29

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

1.1.3 Regulasi bank – Basel II Perbandingan antara Basel I dan Basel II

Basel I Accord

Basel II Accord

Fokus pada satu cara pengukuran risiko

Fokus pada metodologi internal

Memiliki pendekatan sederhana terhadap sensitivitas risiko

Memiliki tingkat sensitivitas risiko yang lebih tinggi

Memakai pendekatan one-size- Dapat dengan mudah fits-all untuk penghitungan risiko disesuaikan dengan kebutuhan dan modal masing-masing bank

30

15

1.1 Bank, risiko dan perlunya regulasi

1.1.3 Regulasi bank – Basel II

Penting untuk diketahui bahwa risiko-risiko utama tercakup dalam Basel Accord II serta konsekuensinya bagi stakeholder perbankan dan perekonomian. Jenis risiko utama tersebut adalah: • risiko pasar (market risk) • risiko kredit (credit risk) • risiko operasional (operational risk) • risiko-risiko lainnya (‘other’ risk)

31

1 Karakteristik Risiko dan Regulasi Perbankan 1.2 Risiko Pasar

32

16

1.2 Risiko Pasar

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan risiko pasar?

Market risk didefinisikan sebagai risiko kerugian baik pada posisi on- maupun off-balance sheet yang timbul dari pergerakan harga pasar. Istilah risiko pasar digunakan untuk menyebut kelompok risiko yang timbul dari perubahan tingkat suku bunga, kurs valuta asing dan hal-hal lain yang nilainya ditentukan pasar, misal ekuitas dan komoditi.

33

1.2 Risiko Pasar

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan risiko pasar?

Eksposur bank atas suatu rate yang ditetapkan pasar, seperti tingkat suku bunga, timbul sebagai akibat dari salah satu hal berikut: • traded market risk – dimana bank secara aktif berpartisipasi dalam perdagangan instrumen pasar, seperti obligasi (bond) yang nilainya dipengaruhi oleh perubahan dari harga pasar. • interest rate risk in the banking book – dimana bank menghadapi risiko perubahan harga pasar yang disebabkan oleh struktur underlying kegiatan usahanya, seperti aktivitas pemberian kredit dan penghimpunan dana masyarakat.

34

17

1.2 Risiko Pasar

1.2.2

Kurva hasil (yield curve) Yield curve menunjukan hubungan antara tingkat suku bunga efektif dengan tanggal jatuh tempo suatu investasi pada waktu tertentu

Interest rate

Yield curve 8.0 7.5 7.0 6.5 6.0 5.5 5.0 4.5 4.0 1m

2m

3m

6m

12m

2y

3y

5y

10y

Maturity

35

1.2 Risiko Pasar

1.2.3 Traded market risk

Traded market risk adalah risiko kerugian nilai investasi yang terkait dengan kegiatan pembelian dan penjualan (trading) instrumen keuangan di pasar secara berkesinambungan untuk mendapatkan keuntungan. Bank bersedia menanggung traded market risk dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan dari risiko yang diambil.

36

18

1.2 Risiko Pasar

1.2.3 Traded market risk – contoh 1 Bank A berkeinginan melakukan kegiatan trading karena potensi keuntungan yang dapat diraihnya. Bank tersebut memutuskan untuk memperdagangkan obligasi pemerintah yang dalam contoh ini memiliki tingkat suku bunga tetap untuk periode 5 tahun. Nilai obligasi itu akan dipengaruhi oleh perubahan tingkat suku bunga. 105

Nilai obligasi

6%

100

5%

95

4%

tingkat suku bunga

37

1.2 Risiko Pasar

1.2.3 Traded market risk – contoh 2 Traded market risk – keputusan pendanaan Bank A memiliki beberapa alternatif untuk mendanai pembelian obligasi pada contoh sebelumnya dengan melakukan penghimpunan dana berjangka waktu: 1. 5 tahun dengan suku bunga tetap 2. lebih dari 5 tahun 3. kurang dari 5 tahun

38

19

1.2 Risiko Pasar

1.2.3 Traded market risk – contoh 2 Traded market risk – keputusan pendanaan 1. Obligasi tersebut dikatakan matched dalam hal risiko tingkat suku bunga jika Bank A memilih untuk mendanai pembelian obligasi berjangka waktu 5 tahun dengan melakukan penghimpunan dana untuk jangka waktu yang sama. Adanya keuntungan (gain) pada obligasi yang disebabkan oleh menurunnya tingkat suku bunga akan diimbangi dengan kerugian pada dana yang dihimpun, demikian pula sebaliknya. Bank A dalam hal ini tidak memiliki risiko pasar ataupun memiliki kemampuan yang signifikan untuk mendapatkan keuntungan dari kegiatan ini. . Dana

Pihak III

Bank

Obligasi

4½% 5 tahun

5% 5 tahun 39

1.2 Risiko Pasar

1.2.3 Traded market risk – contoh 2 Traded market risk – keputusan pendanaan 2.Jika trader Bank A yakin bahwa tingkat suku bunga akan meningkat dimasa mendatang, Bank A mungkin akan memutuskan untuk memenuhi kebutuhan pendanaannya dengan menghimpun dana yang memiliki jangka waktu yang lebih panjang daripada durasi obligasi di atas. Misalnya, Bank A dapat melakukan penghimpunan dana berjangka waktu sepuluh tahun (long funding). Jika perkiraan trader tersebut benar dan tingkat suku bunga naik, maka nilai utang berjangka waktu 10 tahun yang suku bunganya lebih rendah dari tingkat suku bunga obligasi akan naik melebihi nilai obligasi yang didanai.

Dana Pihak III

6% 10 tahun

Bank

5% 5 tahun

Obligasi 40

20

1.2 Risiko Pasar

1.2.3 Traded market risk – example 2 Traded market risk – keputusan pendanaan 3. Jika para trader Bank A yakin bahwa suku bunga akan turun dimasa mendatang, mereka dapat mendanai 5 tahun obligasi tersebut dengan dana harian (overnight funds). Hal ini dikenal sebagai ‘short funding’. Bank harus mempanjang pendanaannnya setiap hari. Jika perkiraan trader benar, tingkat suku bunga dana setiap harinya akan semakin turun karena penurunan tingkat suku bunga pasar selama periode tersebut.

Dana Pihak III

3%

Bank

Obligasi

5% Overnight (O/N) 5 tahun Kesalahan dalam pengambilan keputusan pendanaan akan sangat berisiko dan membawa konsekuensi pada terjadinya kerugian. Oleh karena itu, keputusan pendanaan mengandung traded market risk. 41

1.2 Risiko Pasar

1.2.3 Traded market risk – contoh 3 Midland Bank Pada tahun 1989 Midland Bank, sebuah bank besar di Inggris, mengalami kerugian lebih dari GBP 116 juta atas posisi suku bunga yang dimiliki oleh investment bank unit usahanya. Hal ini terjadi karena bank justru meningkatkan eksposur-nya sebagai upaya untuk menutup kerugian yang terjadi daripada segera menutup posisi yang ada pada saat tingkat suku bunga mulai bergerak ke arah yang merugikan Midland.

42

21

1.2 Risiko Pasar

1.2.4 Risiko suku bunga (Interest rate risk) pada banking book Contoh didepan menggambarkan risiko pasar dalam konteks trading untuk mendapatkan keuntungan. Akan tetapi banyak bank menghadapi persoalan serupa dalam pengelolaan risiko sebagai konsekuensi logis dari pelaksanaan kegiatan usaha sehari-hari. Hal ini disebut sebagai risiko suku bunga pada banking book (interest rate risk in the banking book), yang merupakan hasil dari bisnis bank berhubungan dengan nasabahnya.

43

1.2 Risiko Pasar

1.2.4 Risiko suku bunga (Interest rate risk) pada banking book - contoh Terima 5 tahun suku bunga tetap

Nasabah KPR

Bayar tingkat suku bunga diskonto BI

Bank A

Deposan

Umumnya bank memiliki ‘short funding’ exposure sama dengan kondisi yang dialami trader pada contoh sebelumnya dalam memutuskan kebutuhan pendanaan. Bank dalah hal ini terpaksa memiliki posisi trading tanpa mempertimbangkan suku bunga akan naik atau turun walaupun bank sebenarnya tidak berkeinginan untuk melakukan trading tersebut. 44

22

1.2 Risiko Pasar

1.2.4 Risiko suku bunga (Interest rate risk) pada banking book - contoh Untuk menghindari posisi trading yang bersifat terpaksa tersebut, Bank A perlu menyamakan (match) suku bunga pendanaan dan kreditnya (proses yang dikenal dengan lindung nilai atau hedging), yang melindungi baik nilai simpanan nasabah maupun nilai kredit. Ada beberapa cara bank dapat lakukan dalam hedging, antara lain: 1. mengubah model kegiatan usaha sehari-hari dengan menawarkan suku bunga yang sama untuk dana yang dihimpun dan kredit yang diberikan. Dalam kasus Bank A, bank dapat mengubah baik suku bunga kreditnya sesuai dengan tingkat diskonto bank sentral, atau mengubah suku bunga dana yang dihimpun menjadi suku bunga tetap lima tahun. 45

1.2 Risiko Pasar

1.2.4 Risiko suku bunga (Interest rate risk) pada banking book - contoh 2. Interest rate swap dengan 2 bank Terima 5 tahun suku bunga tetap

Nasabah KPR Bayar 5 tahun suku bunga tetap

Bank B

Bank A

Bayar tingkat suku bunga diskonto BI

Deposan terima tingkat suku bunga diskonto BI

Bank C 46

23

1.2 Risiko Pasar

1.2.4 Risiko suku bunga (Interest rate risk) pada banking book - contoh 3. Interest rate swap dengan counterparty Terima 5 tahun suku bunga tetap

Nasabah KPR

Bayar tingkat suku bunga diskonto BI

Bank A

Bayar 5 tahun suku bunga tetap

Deposan

Terima tingkat suku bunga diskonto BI

Swap counterparty 47

1.2 Risiko Pasar

1.2.4 Risiko suku bunga (Interest rate risk) pada banking book – contoh 2 American savings and loan associations, US The American savings and loan associations (S&Ls) adalah para pemberi kredit perumahan (mortgage), yang pada beberapa negara bagian memiliki kewenangan untuk melakukan investasi langsung dengan memiilki kegiatan usaha lain dan melakukan pengembangan properti. Hingga tahun 1980an, S&Ls adalah asosiasi yang sebagian besar dimiliki oleh anggotanya, namun akibat dari bencana risiko tingkat suku bunga dalam banking book yang menimpa industri ini, kini asosiasi ini sebagian besar dimiliki oleh pemerintah federal atau oleh pemegang saham. Perkiraan awal biaya penyelamatan (bail out) mencapai USD 500 milyar atau sekitar USD 2000 untuk setiap penduduk Amerika. Walaupun cukup banyak fraud yang terjadi, penyebab utama dari bencana tersebut dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian. 48

24

1.2 Risiko Pasar

1.2.4 Risiko suku bunga (Interest rate risk) pada banking book – contoh 2 American savings and loan associations, US Pertama, dana yang ada dialokasikan pada properti yang harganya sudah sangat tinggi. Pada saat harga properti jatuh, jaminan yang ada menjadi sangat tidak memadai. Kedua, walaupun tingkat suku bunga mortgage adalah suku bunga tetap, kurangnya klausul penalti pada pelunasan lebih awal telah memungkinkan debitur melakukan pengalihan mortgage-nya untuk mendapatkan suku bunga yang lebih rendah pada saat suku bunga pasar menurun. Dalam keadaan ini, para pemberi kredit masih terikat pada sumber-sumber dana yang suku bunganya lebih tinggi. Posisi mismatch atas pemberian kredit dengan suku bunga yang lebih rendah daripada suku bunga yang dibayarkan kepada para penyimpan dana menyebabkan banyak S&L jatuh dengan kerugian mencapai milyaran dolar. 49

1.2 Risiko Pasar

1.2.4 Risiko suku bunga (Interest rate risk) pada banking book – contoh 2 American savings and loan associations, US Terima rate KPR pada 5 ½%

Bayar 5 tahun Fixed pada 4 ½ %

Market

S&L Arus Dana

KPR Arus Dana

Match atau tidakkah posisi tersebut? Manakala tingkat suku bunga turun, banyak nasabah yang melakukan pelunasan dipercepat mortgage-nya tanpa dikenakan penalti. 50

25

1.2 Risiko Pasar

1.2.4 Risiko suku bunga (Interest rate risk) pada banking book – contoh 2 American savings and loan associations, US Bayar 5 tahun Fixed pada 4 ½ %

Market

Terima rate KPR pada 3 ½%

S&L Arus Dana

KPR Baru Arus Dana

Pada saat mortgage dilunasi, maka terjadi akan terjadi ketidaksesuaian posisi (unmatched position) . S&L tetap membayar suku bunga yang lebih tinggi dengan memperoleh pendapatan atas mortgage baru pada suku bunga yang lebih rendah. 51

1 Karakteristik Risiko dan Regulasi Perbankan 1.3 Risiko Kredit

52

26

1.3 Risiko Kredit

1.3.1 Apa yang dimaksud dengan risiko kredit?

Credit risk adalah risiko kerugian yang terkait dengan kemungkinan kegagalan counterparty memenuhi kewajibannya; atau risiko bahwa debitur tidak membayar kembali utangnya.

Credit Risk – contoh: Bank A memberikan KPR kepada para debiturnya. Saat memberikan kredit tersebut, bank memiliki risiko bahwa sebagian - atau seluruh debitur perorangan tersebut akan gagal membayar bunga ataupun pokok yang diterimanya.

53

1.3 Risiko Kredit

1.3.1 Apa yang dimaksud dengan risiko kredit? Risiko kredit timbul dari adanya kemungkinan bahwa kredit yang diberikan oleh bank, atau obligasi yang dibeli, tidak dapat dibayarkan kembali. Risiko kredit juga timbul dari tidak dipenuhinya berbagai bentuk kewajiban pihak lain kepada bank, seperti kegagalan memenuhi kewajiban pembayaran dalam kontrak derivatif. Risiko kredit merupakan risiko terbesar yang dihadapi. Pada umumnya, marjin yang diperhitungkan untuk mengantisipasi risiko kredit hanyalah merupakan bagian kecil dari total kredit yang diberikan bank dan oleh karenanya kerugian pada kredit dapat menghancurkan modal bank dalam waktu singkat. 54

27

1.3 Risiko Kredit

1.3.1 Apa yang dimaksud dengan risiko kredit? – contoh Barclays Bank, UK Pada bulan Maret 1993 Barclays Bank mengumumkan kerugian sebesar GBP 244 juta untuk tahun 1992, dan telah membentuk provisi sebesar GBP 2.5 milyar untuk kredit kategori “diragukan” and “macet” dalam tahun tersebut. Uang tersebut termasuk untuk provisi kredit sebesar GBP 240 juta yang dianggarkan khusus untuk kredit sebesar GBP 422 juta yang diberikan kepada IMRY, pengembang properti. Kredit macet pada IMRY ini disebabkan oleh krisis properti di UK pada awal tahun 1990-an. 55

1.3 Risiko Kredit

1.3.2 Metode pengelolaan risiko kredit

Bank menggunakan sejumlah teknik dan kebijakan dalam mengelola risiko kreditnya untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya atau dampak dari kerugian kredit (dikenal dengan credit risk mitigation).

Kebijakan tersebut adalah: • model pemeringkatan (grading model) untuk kredit perorangan • manajemen portofolio kredit • sekuritisasi • agunan (collateral) • pemantauan/pengawasan arus kas • manajemen pemulihan kredit (recovery management) 56

28

1.3 Risiko Kredit

1.3.3 Model pemeringkatan (Grading models) Bank harus melakukan kalibrasi risiko yang pada gilirannya akan memungkinkan bank mampu menetapkan suatu probabilitas tertentu untuk setiap kejadian yang tidak diinginkan (yang dikenal dengan probability of default/PD). Cara ini memungkinkan bank untuk memastikan bahwa portofolio kredit bank tidak terkonsentrasi pada kredit berkualtias buruk yang memiliki kemungkinan default yang tinggi. Basel II secara spesifik membahas ‘grading models’ sebagai bagian dari rerangka kerja risiko kredit.

57

1.3 Risiko Kredit

1.3.4 Manajemen portofolio kredit

Bank dengan cara yang sama mengukur portofolio kreditnya untuk memberikan keyakinan bahwa kredit yang diberikan tidak terlalu terkonsentrasi pada satu industri atau wilayah geografis tertentu. Hal ini memungkinkan bank untuk melakukan diversifikasi pada portofolio kreditnya sehingga risiko terjadinya default yang bersifat sistemik (systematic default) dapat ditekan. Analisis ini disebut dengan cohort analysis dan dapat digunakan baik pada kredit korporasi maupun perorangan.

58

29

1.3 Risiko Kredit

1.3.5 Sekuritisasi (securitization) Salah satu teknik yang digunakan bbank untuk melindungi dirinya dari gejolak ekonomi (economic shocks) adalah mengemas dan menjual sebagian dari portofolio kreditnya kepada investor dalam bentuk surat berharga atau dikenal dengan securitization.

Sekuritisasi memungkinkan bank untuk mengurangi potensi eksposur yang tinggi pada suatu jenis kredit tertentu yang menurut Dengan cara itu bank dapat mengurangi eksposur pinjamannya yang dinilai tinggi atau mengurangi bentuk pinjaman yang menunjukkan konsentrasi risiko yang tinggi. Sekuritisasi memungkinkan bank menggunakan dana yang dihasilkan dari penjualan aktiva dan menginvestasikannya pada aktiva lain yang dianggap memiliki risiko lebih rendah. 59

1.3 Risiko Kredit

1.3.6 Agunan (collateral) Collateral adalah aset yang diperjanjikan oleh debitur untuk mendapatkan kredit dan dapat diambil alih dalam hal terjadi default. Agunan memiliki peranan penting dalam kebijakan pemberian kredit yang diterapkan bank. Agunan dapat memiliki bentuk yang beragam. Bentuk agunan yang paling mudah dikenali dan paling aman adalah uang tunai, sementara bentuk yang paling umum adalah properti hunian (residential property).

Suatu hal yang penting bagi bank adalah untuk memastikan bahwa agunan tersebut benar-benar dapat digunakan untuk memitigasi risiko kredit apabila terjadi gagal bayar (default).

60

30

1.3 Risiko Kredit

1.3.7 Pemantauan arus kas (cash flow monitoring) Kebanyakan bank yang pernah mengalami kondisi tingkat gagal bayar yang tinggi, menyadari bahwa reaksi cepat terhadap penanganan atas situasi kredit yang memburuk dapat mengurangi problem secara signifikan. Caranya adalah dengan: • Membatasi tingkat eksposur (EAD) • Memastikan bahwa nasabah segera bereaksi cepat untuk mengatasi keadaan Banyak model kredit memberikan perhatian khusus pada arus kas perusahaan dan perorangan, sebagaimana terefleksi dalam rekening koran yang dimilikinya.

61

1.3 Risiko Kredit

1.3.8 Manajemen pemulihan (recovery management) Banyak bank mengakui bahwa manajemen yang efisien terhadap pinjaman yang macet, mampu mengembalikan kerugian yang dialami bank secara cukup signifikan. Bank kemudian membentuk bagian yang secara khusus menangani recovery dan menjadikan bagian ini sebagai hal yang penting di dalam proses manajemen risiko kredit yang berkualitas tinggi. ‘Loss given default’ (LGD) adalah perkiraan kerugian yang bank akan mampu ditanggung sebagai akibat terjadinya kredit macet. Dalam hal ini LGD merupakan perkiraan rata-rata yang sudah diantisipasi. Penentuan LGD dan pengelolaannya memegang peranan penting dalam perhitungan modal berdasarkan internal model (Internal rating based approach). 62

31

1 Karakteristik Risiko dan Regulasi Perbankan 1.4 Risiko Operasional

63

1.4 Risiko Operasional

1.4.1 Apa yang dimaksud dengan risiko operasional? Operational risk adalah risiko kerugian yang diakibatkan oleh kurang memadainya atau kegagalan proses internal, manusia, sistem, dan dari kejadian eksternal.

Definisi tersebut tercantum dalam kerangka kerja Basel II Operational risk lebih jauh dapat dibagi ke dalam beberapa sub kategori, yaitu risiko yang berhubungan dengan : • proses internal (internal processes) • manusia (people) • sistem (systems) • kejadian eksternal (external events) • kewajiban hukum dan perundangan (legal risk). 64

32

1.4 Risiko Operasional

1.4.1 Apa yang dimaksud dengan risiko operasional? – contoh 1 Kegagalan pengendalian: Barings, London Pada tahun 1995, Barings London bankrut setelah rugi sebesar 827 juta GBP karena gagal dalam proses dan prosedur internal control-nya. Pialang yang berbasisdi Singapura dan bekerja di Bursa Berjangka Singapura (Singapura Futures Exchange) telah menyembunyikan kerugian atas posisi perdagangan yang senantiasa meningkat selama lebih dari 2 tahun sampai akhirnya tidak bisa bertahan. Karena lemahnya pengawasan setempat, pialang tersebut bisa bertindak baik sebagai manajer back office maupun front ofice yang bisa menyetujui transaksi yang dilakukannya sendiri. Meski bisa dipersepsikan sebagai kejadian “pialang nakal”(rogue trader), namun sesungguhnya yang menjadi penyebab utamanya adalah kegagalan dalam pengawasan internal. 65

1.4 Risiko Operasional

1.4.1 Apa yang dimaksud dengan risiko operasional? – contoh 2 Teknologi/globalisasi Contoh risiko operasional ini sebenarnya berpengaruh terhadap semua industri, bukan hanya perbankan. Contoh ini juga bukan merupakan kejadian tunggal, tetapi merupakan rangkaian kejadian yang berkelanjutan. Kasusnya adalah dampak dari virus komputer yang merugikan miliaran dollar terhadap dunia usaha di seluruh dunia. Virus Mellisa muncul bulan Maret 1999 dan diperkirakan telah mempengaruhi 45 juta PC hanya dalam beberapa hari. Akibatnya dunia usaha terpaksa mengeluarkan biaya sebesar 500 juta USD untuk mengatasi masalah ini. Tahun 1990 dilaporkan ada 200 jenis virus, sampai akhir 2004 menjadi lebih dari 70.000 jenis virus. 66

33

1.4 Risiko Operasional

1.4.1. Apa yang dimaksud dengan risiko operasional? Risiko operasional terkait dengan sangat banyak masalah yang dapat disebabkan oleh gagalnya proses di bank. Namun demikian risiko operasional berpengaruh terhadap semua jenis usaha tidak hanya perbankan. Risiko operasional merupakan risiko yang paling berpengaruh terhadap pelayanan nasabah sehari-hari. Oleh karena dalam kaitannya dengan risiko operasional, bank meningkatkan fokus perhatiannya pada proses, prosedur dan kontrol. Lebih dari 20 tahun terakhir, kesalahan pengelolaan risiko operasional telah mengakibatkan kerugian individual bank yang setara dengan risiko kredit dan risiko pasar.

67

1.4 Risiko Operasional

1.4.1. Apa yang dimaksud dengan risiko operasional? Semua bank terbiasa dengan kegagalan operasional dan tentunya sudah punya rencana dan proses dalam mengelola risiko ini. Persoalan yang paling banyak dijumpai sehari-hari dan berpengaruh terhadap bank adalah: • Kesalahan memasukkan transaksi oleh pialang atau staf back office sehingga posisi pasar menjadi salah dan menimbulkan masalah dalam rekonsiliasi posisi • Transaksi kredit dan debet tidak seimbang (balance) • Kegagalan sistem transaksi setelah dilakukan perbaikan sistem komputer • Kejadian eksternal seperti pemadaman listrik atau banjir.

68

34

1.4 Risiko Operasional

1.4.1. Apa yang dimaksud dengan risiko operasional? Lebih dari 15 tahun terakhir secara umum telah terjadi peningkatan angka kejadian risiko operasional pada tingkat yang tinggi yang memberikan dampak besar terhadap profitabilitas dan permodalan bank. Oleh karenanya pengawas perbankan telah mendorong bank agar melihat proses bank seluas mungkin dan memberikan perhatian khusus terhadap kejadian yang “low frequency/high impact” secara tersendiri diluar risiko kredit dan risiko pasar. Basel II telah mengambil langkah maju untuk risiko operasional yaitu bahwa untuk pertama kali bank diminta untuk mengkuantifikasi risiko ini, mengukurnya dan mengalokasikan modal sebagimana untuk risiko kredit dan pasar. 69

1.4 Risiko Operasional

1.4.2 Perubahan bentuk Risiko Operasional Baik bank maupun pengawas bank khawatir bahwa perubahan industri perbankan juga dapat menyebabkan perubahan yang mendasar bagi risiko operasional. Kejadian yang dulunya menyebabkan kerugian ringan, berkembang menjadi kejadian yang jarang terjadi, akan tetapi jika terjadi berdampak besar Ada beberapa alasan mengapa kharakteristik dasar risiko operasional berubah, antara lain karena: • automasi • incentives & trading – pialang nakal • Kepercayaan thd teknologi • Meningkatnya volume dan nilai • outsourcing transaksi • terorisme • Meningkatnya litigation. • Meningkatnya globalisasi 70

35

1 Karakteristik Risiko dan Regulasi Perbankan 1.5 Risiko lainnya (Other risks)

71

1.5 Risiko-risiko lainnya

1.5

Risiko-risiko lainnya Walaupun dalam Basel II risiko Operasional tidak mencakup risiko Bisnis, Strategik dan Reputasi,namun pembebanan modal untuk “other risks" tetap perlu diperhatikan di dalam perhitungan modal yang berbasis risiko (risk-based capital).

Lingkup kerja Basel II sangat spesifik untuk risiko-risiko yang dikategorikan sebagai “other risks". Walaupun secara tidak langsung tercakup dalam peraturan, other risks ini penting untuk diperhatikan karena bank perlu mengetahuinya dalam upaya menghitung modal bank yang berbasis risiko. Ada tiga jenis yang masuk kategori “other risks”, yaitu: • risiko bisnis (business risk) • risiko strategik (strategic risk) • risiko reputasi (reputational risk) 72

36

1.5 Risiko-risiko lainnya

1.5.1 Risiko bisnis Business risk adalah risiko yang berkaitan dengan posisi kompetitif bank serta prospek kemajuan bank di dalam menghadapi pasar yang selalu berubah. Walaupun risiko Bisnis tidak masuk dalam definisi Risiko Operasional dari Basel II, namun sangat jelas risiko ini merupakan hal yang sangat diperhatikan oleh Manajemen Senior dan Dewan Direksi bank. Risiko Bisnis mengacu juga, sebagai contoh, pada prospek jangka pendek dan panjang dari produk dan jasa bank yang telah ada.

73

1.5 Risiko-risiko lainnya

1.5.1 Risiko bisnis – contoh Bank A menyediakan pinjaman KPR kepada nasabahnya. Manajemen Senior bank terse but memutuskan untuk secara agresif menaikkan pangsa pasar KPR dengan memberikan potongan harga properti disamping memberikan nilai pinjaman sebesar 100% dari nilai agunan (DP 0%). Keputusan bisnis ini membawa tingkat risiko yang tinggi karena Bank A tidak terlindungi dipasar properti dan rentan terhadap kenaikan tingkat suku bunga. Hal ini dapat menyebabkan biaya pinjaman KPR bagi peminjam naik yang dapat menyebabkan terjadinya gagal bayar. Selanjutnya, penurunan dalam harga properti akan mengakibatkan nilai jaminan lebih rendah dari nilai pinjaman 74

37

1.5 Risiko-risiko lainnya

1.5.1 Risiko bisnis – contoh Mempertimbangkan bahwa kenaikan suku bunga pinjaman dan kejatuhan harga properti dapat terjadi secara bersamaan maka keputusan bisnis ini jelas mempunyai risiko. Walau Bank A secara teratur menaikkan pangsa pasarnya namun kualitas nilai agunannya menjadi rendah. Pada saat suku bunga pinjaman naik. Bank A mendapati bahwa banyak nasabahnya yang meminjam secara berlebihan (over borrowed) dan tidak mampu lagi untuk melaksanakan kewajibannya.

75

1.5 Risiko-risiko lainnya

1.5.1 Risiko bisnis – contoh 2 BestBank, Boulder, Colorado, US

Pada bulan Juli 1998 BestBank di Boulder Colorado ditutup oleh Federal Deposit Insurance Corporation sebagai akibat rugi sebesar USD 200 juta. Kerugian ini disebabkan kebijakan BestBank yang berani menyetujui proposal kartu kredit bagi nasabah yang memiliki kualitas kredit “rendah”. Kebijakan kartu kredit BestBank's adalah contoh klasik bank yang memberikan pinjaman kepada nasabah yang berisiko tinggi dengan suku bunga yang tinggi untuk ekspansi bisnisnya. Sebagai hasil dari kebijakan kartu kredit yang ekspansif ini neraca BestBank tumbuh dari USD 10juta di tahun 1994 menjadi USD 348 juta di tahun 1998. Meskipun pendapatan BestBank meningkat. namun mereka gagal untuk mencadangkan dana yang memadai bagi pinjaman bermasalahnya. 76

38

1.5 Risiko-risiko lainnya

1.5.2 Risiko Strategik Strategic risk adalah risiko yang terkait dengan keputusan bisnis jangka panjang yang dibuat oleh manajemen senior bank. Hal ini dapat juga berhubungan didalam implementasi keputusan strategik tersebut.

Risiko Strategik dan risiko Bisnis pada dasarnya hampir serupa, namun keduanya berbeda dalam durasi dan pentingnya keputusan yang diambil. Risiko Strategik berhubungan dengan keputusan seperti : • akan melakukan investasi dalam bisnis apa. • bisnis apa yang akan diakuisisi. • dimana dan bagaimana bisnis akan dijalankan atau dijual. 77

1.5 Risiko-risiko lainnya

1.5.2 Risiko Strategik – Midland Bank, UK Di bulan Oktober 1981 Midland Bank membayar USD 597juta untuk membeli 51% saham Crocker Bank. Pada bulan Februari 1986 saham Crocker Bank yang dibeli tersebut dijual kembali kepada Wells Fargo Bank seharga USD 1.100 juta. Walau terlihat investasi di Croker Bank menjadi berlipat dua bagi Midland Bank namun hal-hal dibawah ini tidak diperhitungkan yaitu : • Pencadangan USD 760 juta untuk kredit bermasalah yang dilakukan Midland Bank. • Dana sebesar USD 700 juta yang diinvestasikan Midland Bank di Crocker Bank pada tahun 1981. Diperkirakan bahwa kerugian secara total di Crocker Bank mencapai USD 1.700 juta. Masalah utama Midland Bank's dengan Crocker Bank sebagian disebabkan juga karena membeli bank asing yang mempunyai standard dan sifat bisnis yang berbeda. 78

39

1.5 Risiko-risiko lainnya

1.5.3 Risiko Reputasi Reputational risk adalah risiko potensial yang dapat merusak perusahaan karena adanya opini publik yang negatif. Dalam ilustrasi risiko reputasi di awal. telah dicontohkan terjadinya pelarian dana dalam jumlah besar karena adanya persepsi bank sedang kesulitan dana. Reputasi bank tersebut rusak karena adanya suatu riskevent yang menyebabkan para nasabahnya khawatir sehingga tercipta suatu krisis kepercayaan. Pada masa kini risiko reputasi yang dihadapi bank serta dapat merugikan bank telah meningkat kehebatan dan kecepatannya. Hal ini disebabkan pasar finansial yang bersifat global sehingga trading dapat berlangsung terus selama 24 jam/hari. Sehingga kerusakan yang dapat terjadi pada banyak bank bereputasi internasional dapat terjadi setiap saat. dibagian manapun didunia serta dapat diberitakan saat itu juga secara real time. 79

1.5 Risiko-risiko lainnya

1.5.3 Risiko Reputasi Risiko reputasi tidak hanya terbatas dan terjadi pada reputasi di satu bank saja, namun dapat mencakup pada seluruh sektor industri perbankan, seperti bank perkreditan atau internet banking. Risk event yang terjadi pada satu bank dimana kontrol risikonya rendah, dapat berdampak terhadap reputasi dari bank individu tersebut serta industri perbankan secara keseluruhan. Apa yang dimulai sebagai kejadian yang terbatas pada satu bank, berdasarkan apa yang diberitakan. dapat pada akhirnya merusak reputasi industri perbankan.

80

40

1.5 Risiko-risiko lainnya

1.5.3 Risiko Reputasi – contoh 1 Risiko reputasi berskala industri (Industry-wide reputational risk) Bank C suatu internet banking. Menyusul peningkatan keamanan perangkat lunak (software)mereka secara online, satu kesalahan kecil yang terjadi pada software mereka mengakibatkan Bank Statement beberapa nasabah dapat terbaca oleh nasabah yang lain. Meskipun tidak dapat melakukan otorisasi transaksi apapun terhadap Bank Statement tersebut. kejadian ini dilaporan sebagai pelanggaran terhadap sistim keamanan internet secara online. Berita ini kemudian muncul di media masa yang mempertanyakan “seberapa aman uang anda secara online?" Potensi terjadinya kejahatan perbankan secara online memberi kesan bahwa internet banking secara alamiah tidak aman. Meskipun tidak terjadi kerugian apapun bagi nasabah. kepercayaan publik terhadap online banking turun dan reputasi dari internet banking ambruk sehingga jumlah nasabah pada bank yang berbasis internet turun dramatis yang memaksa beberapa bank pada akhirnya tutup. 81

1 Karakteristik Risiko dan Regulasi Perbankan 1.6 Dampak potensial dari kegagalan pengelolaan risiko dalam perbankan

82

41

1.6 Dampak potensial dari kegagalan pengelolaan risiko dalam perbankan

1.6.1 Dampak risiko Selain kerugian finansial secara langsung yang terjadi pada bank karena adanya peristiwa risiko (risk event), kerugian dapat berdampak juga pada stakeholder bank seperti : para pemegang saham. karyawan, nasabah maupun terhadap ekonomi. Umumnya efek kepada pemegang saham dan karyawan bersifat langsung, namun dampak kepada nasabah dapat bersifat tidak langsung sehingga tidak kentara. Kerugian tidak langsung karena risiko ini sering merupakan konsekuensi dari risk event yang mempunyai dampak ekonomi.

83

1.6 Dampak potensial dari kegagalan pengelolaan risiko dalam perbankan

1.6.2 Dampak pada para pemegang saham Ketika suatu peristiwa terjadi pengaruh terhadap pemegang saham dapat berupa : • Kerugian total dari investasi - karena bangkrutnya perusahaan. • Menurunnya nilai investasi - harga saham turun karena rusaknya reputasi atau turunnya keuntungan. • Kehilangan dividen karena turunnya keuntungan perusahaan. • Kewajiban yang timbul akibat kerugian – pemegang saham dapat mempunyai kewajiban untuk kerugian yang terjadi.

84

42

1.6 Dampak potensial dari kegagalan pengelolaan risiko dalam perbankan

1.6.2 Dampak pada para pemegang saham – contoh Bank of Credit and Commerce International (BCCI) Pada bulan Juli 1991, BCCI bangkrut sebagai akibat adanya penipuan internal senilai USD 4 mityar serta kewajiban sebesar USD 14 milyar. Akibat berantai jatuhnya BCCt diketahui bahwa bank tersebut tidak lagi mempunyai nilai seperti yang diharapkan oleh lebih dari sejuta investornya. Setelah jatuh, likuidator ditunjuk untuk "menyelesaikan“ kasus BCCI dan menyelamatkan aset-aset yang ada semaksimal mungkin bagi para penabung dan krediturnya. Setelah 7 tahun bangkrutnya BCCI diperkirakan bahwa likuidator telah berhasil menyelamatkan USD 5.5 milyar. Likuidator sampai bulan Agustus 2005 masih bekerja dan menuntut Bank of England senilai USD 1 milyar atas kegagalannya menjalankan fungsi dan tugas pengawasan. 85

1.6 Dampak potensial dari kegagalan pengelolaan risiko dalam perbankan

1.6.3 Dampak pada karyawan Peristiwa risiko (Risk event) dapat berdampak kepada karyawan suatu perusahaan terlepas apakah mereka turut andil atau tidak dalam peristiwa tersebut. Kemungkinan dampaknya termasuk : • pemberian sanksi disiplin internal disebabkan kelalaian atau tindakan diluar batas yang dilakukan karyawan. • kehilangan pendapatan. contohnya pengurangan bonus atau kenaikkan gaji karena dampak dari pendapatan perusahaan yang berkurang. • Kehilangan pekerjaan

86

43

1.6 Dampak potensial dari kegagalan pengelolaan risiko dalam perbankan

1.6.3 Dampak pada karyawan - contoh Orange County, California, US Pada bulan Desember 1994 Orange County di California USA mengumumkan rugi sebesar USD 1.6 milyar. Kerugian tersebut merupakan hasil aktifitas investasi yang tidak diawasi oleh manajer treasuri pemerintahan daerah tersebut yang mengelola portfolio sebesar USD 7.5 milyar milik sekolah daerah. kota praja dan pemerintahan daerah itu sendiri. Treasuri manajer tersebut menempatkan dana dalam investasi derivatif dan memperkirakan bahwa suku bunga akan terus turun atau tetap rendah. Strategi investasi ini bekerja dengan baik sampai dengan 1994 pada saat the Federal Reserve Board menaikkan suku bunga yang mengakibatkan kerugian. Investasi ini dilikuidasi pada bulan Desember 1994 dengan kerugian mencapai USD 1.6 milyar. Akibat konsekuensi oari kerugian diatas Orange County bangkrut dan banyak pegawainya yang di PHK. . 87

1.6 Dampak potensial dari kegagalan pengelolaan risiko dalam perbankan

1.6.4 Dampak pada nasabah Dampak suatu risk event kepada nasabah dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung dan biasanya sulit diidentifikasikan dengan segera Efek ini dapat terus berlanjut setelah suatu periode tertentu yang pad a akhirnya berdampak pada bank. Oleh karena itu sangat sulit untuk mengetahui jumlah total dari kerugian dalam suatu risk event bila melibatkan para nasabah. Konsekuensi yang dapat dirasakan nasabah bank termasuk : • kualitas tingkat pelayanan nasabah yang menurun. • penurunan dalam penyediaan berbagai jenis produk . • krisis likuiditas. • berubahnya peraturan. 88

44

1.6 Dampak potensial dari kegagalan pengelolaan risiko dalam perbankan

1.6.4 Dampak pada nasabah

Adalah penting bagi para peserta training untuk mengerti konsekuensi risiko bagi nasabah bank karena hal ini memberikan penekanan perlunya mengatur bank secara khusus dibandingkan dengan industri jasa keuangan secara keseluruhan.

89

1.6 Dampak potensial dari kegagalan pengelolaan risiko dalam perbankan

1.6.5 Risiko operasional dan pelayanan nasabah Sudah dinyatakan dimuka bahwa risiko yang paling mempunyai dampak pada nasabah sehari-hari adalah risiko operasional. Bila ada kejadian operasional, nasabah dapat langsung terkena dampaknya disebabkan hal-hal seperti : • Kualitas pelayanan yang jelek atau salah. • Gangguan pada sebagian pelayanan. • Merasakan kurangnya keamanan bank. • Adanya kekurangan dalam keseluruhan pelayanan yang diberikan.

90

45

1.6 Dampak potensial dari kegagalan pengelolaan risiko dalam perbankan

1.6.5 Risiko operasional dan pelayanan nasabah Suatu gangguan pada pelayanan nasabah yang berjalan normal dapat berdampak kepada reputasi bank tersebut. yang pada akhirnya dapat berdampak pada pendapatan bank karena nasabah memindahkan urusan perbankannya pada bank lain. Hal ini menjadi penting bila peristiwa risiko operasionalnya ini disebabkan masalah teknikal yang berdampak pada ribuan nasabahnya. Dampak dari suatu peristiwa risiko operasional bagi nasabah dapat berdampak pada kerugian finansial dalam bentuk yang lain bagi bank seperti : • pembayaran kepada individu sebagai kompensasi kerugian yang tidak langsung. • biaya litigasi . • Penalti/sanksi dari pengawas. 91

1.6 Dampak potensial dari kegagalan pengelolaan risiko dalam perbankan

1.6.5 Risiko operasional dan pelayanan nasabah - contoh Cahoot suatu bank online yang didirikan Abbey National Bank UK. menghadapi masalah teknis tidak lama setelah diluncurkan pada Juni 2000. Sistem tersebut pada awal digunakan “hang”dan tidak bisa dipakai selama hampir 2 hari disusul kemudian oleh masalah teknis lainnya selama 3 hari. Strategi Cahoot's pada awalnya adalah menawarkan kepada 25.000 nasabah pertamanya suatu overdraft kartu kredit yang tidak dikenakan bunga. Pesaing bank online lainnya mempertanyakan apakah kapasitas sistem yang Cahoot telah investasikan dapat cukup menampung permintaan yang mengalir. Diperlukan waktu 10 sampai 14 hari untuk menyetujui permohonan pemegang kartu kredit karena mereka perlu memeriksa apakah ada pencucian uang yang dilakukan beberapa calon nasabah yang berpotensi. Selain menolak permohonan bagi yang telah mempunyai pinjaman yang tinggi, siapapun yang tinggal di apartemen kemungkinan besar di tolak permohonannya karena website bank tidak dapat membaca alamat seperti 35a atau top flat" (Suatu alamat tertentu yang ada UK saja). 92

46

1.6 Dampak potensial dari kegagalan pengelolaan risiko dalam perbankan

1.6.6 Dampak ekonomi dari suatu kejadian risiko Pemberian kredit yang berlebihan (Over lending) – fenomena yang terus berulang (a cyclical phenomenon) Bank yang memberikan pinjaman berlebihan dalam situasi booming tidak dapat mengelak untuk terjadinya 'under lend‘ pada masa resesi. Hal ini karena dampak resesi akan memaksa bank untuk melakukan writeoff pinjamannya sehingga modalnya turun dan kemampuan bank untuk memberikan pinjaman baru menurun bila tidak disertai dengan adanya penambahan modal baru. Hal ini yang sering disebut sebagai efek ‘procyclicality' yang dapat terlihat jelas pada pemberian pinjaman yang merata pada asetaset yang "bubbles”. Pinjaman berlebihan yang dilakukan pada pasar yang booming telah memberikan harapan dan ekspektasi pendapatan yang tidak realistis serta menilai aset secara tidak realistis. seperti yang terjadi di real eastate komersial dan residential pada waktu yang berbeda diseluruh dunia. 93

1.6 Dampak potensial dari kegagalan pengelolaan risiko dalam perbankan

1.6.6 Dampak ekonomi dari suatu kejadian risiko contoh The ‘dotcom’ bubble Pada akhir tahun 1990an investor ingin sekali menginvestasikan uangnya di perusahaan internet karena hal ini diyakini sebagai cara cepat untuk menjadi kaya di salah sektor pasar yang ada. Hal ini menyebabkan banyak perusahaan yang "over valued' dengan harga ekuiti yang tinggi namun semu. Pasar menunjukkan ketidakstabilannya pad a saat perusahaan-perusahaan internet ini gagal memperkirakan pendapatannya bahkan banyak yang berhutang semakin dalam. Pada akhirnya di tahun 2000 dan 2001 pasar ambruk dan investor kehilangan milyaran dollar. Di bulan November 2000 dalam 8 bulan terakhir diperkirakan GBP 40 milyar telah hilang dari nilai harga perusahaan-perusahaan dotcom di FTSE TechMark index di London. Ditahun-tahun berikutnya hampir tidak mungkin bagi perusahaan internet untuk manggalang dana investasi walaupun mereka mempunyai rencana bisnis yang bagus. 94

47

1.6 Dampak potensial dari kegagalan pengelolaan risiko dalam perbankan

1.6.6 Dampak ekonomi dari suatu kejadian risiko 'Procyclicality' merupakan salah satu area yang menjadi konsentrasi bagi penelitian dimasa datang untuk model risiko kredit dan pengelolaanya. Basel II telah dikritik untuk kemungkinan penyebab adanya peningkatan 'procyclicality‘ bagi bank yang melakukan pinjaman karena terkait dengan penggunaan credit grading model terhadap pemenuhan kecukupan modal bank yang diatur. Sehingga adanya gangguan dalam sistim credit grading model akan mengarah kepada kenaikan bagi pemenuhan kecukupan modal terlepas pinjaman tersebut default atau tidak. 95

1.6 Dampak potensial dari kegagalan pengelolaan risiko dalam perbankan

1.6.6 Dampak ekonomi dari suatu kejadian risiko Likuiditas dan risiko pasar Konsekuensi dari peristiwa risiko pasar meningkat karena pasar terus melakukan trading dengan volume yang lebih banyak. Pertumbuhan volume ini di pasar perdagangan bukannya bebas dari masalah. Pengujian Matematis yang telah digunakan untuk membantu pengidentifikasian risiko dan harga telah ada sejak lama. Namun masih tetap ada gap yang harus ditangani sebelum hal ini dapat diakui sebagai indikator yang dapat diandalkan dafam menentukan tren risiko pasar. 96

48

1.6 Dampak potensial dari kegagalan pengelolaan risiko dalam perbankan

1.6.6 Dampak ekonomi dari suatu kejadian risiko-contoh Long-Term Capital Management, US Di bulan September 1998 Long-Term Capital Management (LTCM), sebuah hedge fund di amerika telah diselamatkan dari kebangkrutannya oleh 16 pihak rekanannya. Pihak rekanan ini setuju untuk menginvestasikan sekitar USD 4 milyar dananya, sehingga LTCM dapat mengurangi sekitar USD200 milyar eksposur pasarnya secara teratur sehingga tidak menciptakan guncangan di pasar. Long-Term Capital Management: • Tidak melakukan hedging atas risikonya dan cenderung menerima risiko yang ada. • Tidak melakukan investasi jangka panjang. • Mencukupi modalnya dengan pinjaman dan memperbolehkan para investornya untuk menarik dana dalam jumlah besar walaupun hanya terjadi sedikit pergerakkan di harga. 97

1.6 Dampak potensial dari kegagalan pengelolaan risiko dalam perbankan

1.6.6 Dampak ekonomi dari suatu kejadian risiko-contoh Long-Term Capital Management, US

Tidak seperti invstment trusts yang dibatasi kemampuan meminjamnya, LTCM dapat melakukan pinjaman berulang kali diatas nilai modalnya sendiri. Ini merupakan hal utama yang berperan atas kemungkinan bangkrutnya LTCM. Salah satu problem LTCM's adalah karena 2 dari para partner yang ada menerapkan pendekatan akademis dalam menjalankan usahanya. Kelemahan dari pendekatan ini adalah karana jarang digunakan dan bagus hanya sebagai model. Sayangnya hal ini tidak tepat dilakukan. Masalah LTCM's dimulai ketika pemerintah Rusia tidak mampu bayar pinjamannya. Likuiditas, yang jadi andalan LTCM. mulai mengering diseluruh pasar finasial dunia dan LTCM mendapati dirinya harus membayar tunai untuk memenuhi komitrnennya. 98

49

1.6 Dampak potensial dari kegagalan pengelolaan risiko dalam perbankan

1.6.6 Dampak ekonomi dari suatu kejadian risiko Krisis likuiditas mungkin jarang teljadi di retail banking, namun di pasar Corporate hal ini lebih sering te~adi. Wholesale banks, yang tidak memiliki simpanan dari nasabah retail. mengandalkan aset untuk menjamin pinjaman yang diberikan dari pasar. Ini termasuk aset dari obligasi pemerintah dan perusahaan. Jika aset-aset ini menjadi tidak likuid (karena : investor belum siap untuk membelinya atau hanya akan membeli dengan valuasi yang diturunkan besar-besaran). sebuah krisis likuidasi dapat terjadi.

99

1.6 Dampak potensial dari kegagalan pengelolaan risiko dalam perbankan

1.6.6 Dampak ekonomi dari suatu kejadian risiko Krisis likuiditas dapat terjadi dan muncul di seluruh pasar. Untuk mengurangi dampak dari krisis likuiditas maka perlu dilakukan : •. Peningkatan kewaspadaan dari sisi pengawas . • Reaksi yang cepat dari Bank Sentral. • Pemantauan yang ketat dari manajemen bank, Basel II dibuat dengan sensitivitas yang lebih tinggi untuk mengantisipasi perubahan pasar yang sulit diprediksi.

100

50

1.6 Dampak potensial dari kegagalan pengelolaan risiko dalam perbankan

1.6.6 Dampak ekonomi dari suatu kejadian risiko Sarbanes-Oxley (SOX) Badan Pengawas seringkali memperkenalkan aturan-aturan baru merespon kepada masalah tertentu guna mencegah atau mengurangi agar masalah tersebut tidak terjadi kembali. Peraturan baru tersebut dapat berdampak secara tidak langsung kepada nasabah bank. baik karena biaya implementasi yang dikeluarkannya maupun nilai-nilai perubahan yang dirasakannya. Suatu contoh dari satu peraturan yang ditingkatkan di Amerika adalah disetujuinya "Sarbanes-Oxley Act of 2002" yang mengatur keharusan adanya pertanggungjawaban perusahaan. Perundang-undangan terse but diterbitkan menyusul skandal Akuntansi diakibatkannya ambruknya Enron dan WorldCom. 101

1.6 Dampak potensial dari kegagalan pengelolaan risiko dalam perbankan

1.6.6 Dampak ekonomi dari suatu kejadian risiko International Accounting Standards (IAS) Pada tahun 2005/06 International Accounting Standards akan secara luas diperkenalkan, khususnya untuk wilayah EU. Hal ini akan mempengaruhi beberapa bank dalam melakukan perhitungan akuntansi salah satunya lindung nilai atas risiko suku bunga pada banking book. Penerapan IAS ini akan juga berdampak dalam transparansi di laporan dan neraca bank. Regulasi akuntansi yang baru ini akan dianggap tidak biasa bila dimasukkan sebagai suatu peristiwa risiko. Namun bila penerapan awal IAS ini merubah persepsi tentang keuntungan dimasa depan maka jelas ia suatu peristiwa risiko. Oleh karena itu, hal ini harus dikelola dengan hati-hati dan penyimpangan yang terjadi harus dapat dijelaskan kepada stakeholders. 102

51

1 Karakteristik Risiko dan Regulasi Perbankan 1.7 Sistem dan regulasi perbankan Indonesia

103

1.7 Sistem dan regulasi perbankan Indonesia

1.7.1 Sistem perbankan Indonesia Perundang-undangan Bank yang diundangkan pada tahun 1992 dan 1998 menciptakan 2 jenis bank di Indonesia. Bank Komersial (Bank Umum), yang menawarkan pelayanan finansial menyeluruh dan luas termasuk pelayanan transaksi valas. Bank-bank ini mempunyai akses ke sistem pembayaran dan menyediakan pelayanan umum bank. Bank Perkreditan Rakyat (BPR), Merupakan bank yang lebih kecil dari bank komersial dan umumnya berbasis lokal. BPR dapat menarik dana dari masyarakat namun tidak punya akses ke sistem pembayaran.

Selain bank diatas ada beberapa lembaga non Bank skala kecil seperti Badan Kredit Desa (BKD) dan Lembaga Desa Kerja Pembangunan (LDKP). 104

52

1.7 Sistem dan regulasi perbankan Indonesia

1.7.2 Regulasi perbankan Peraturan di sistim perbankan kita telah berkembang cepat sejak 1998 sebagai respon terhadap berbagai tantangan yang dihadapi pasar keuangan domestik. Banyak area di pasar keuangan yang telah dicakup oleh regulasi baru sehingga hal inimenciptakan kerangka kerja peraturan peraturan yang komprehensif. Tabe! dibawah memberikan penjelasan tentang berbagai peraturan yang telah dike!uarkan sejak tahun 1998. Tabel 1.1 Regulasi

Tujuan

Banking Act 1998 amending the Banking Act 1992

Menguraikan berbagai jenis bank termasuk menguraikan berbagai jenis bank termasuk pada beberapa jenis bank yang ada 105

1.7 Sistem dan regulasi perbankan Indonesia

1.7.2 Regulasi perbankan Regulasi

Tujuan

Bank Indonesia 1999

Menetapkan Bank Indonesia sebagai bank sentral yang indipenden di Indonesia. Menentukan tujuan dan tugas dari bank.

Audit & Compliance Menentukan kebutuhan akan fungsi audit 1999 dan kepatuhan dalam bank. Commercial Banks 2000

Mengatur perizinan dan persyaratan yang diperlukan bagi beroperasi bank komersial.

Know Your Customer Principles 2001 Fit and Proper Test 2003

Menentukan prosedur dan praktek yang digunakan bank dalam mengidentifikasi nasabah serta memantau aktivitas rekeningnya.

Fit and Proper Test dilaksanakan oleh Bank Indonesia untuk melihat kelayakan dari pemilik dan pengurus bank. 106

53

1.7 Sistem dan regulasi perbankan Indonesia

1.7.2 Regulasi perbankan Regulasi

Tujuan

Market Risk 2003

Menentukan kecukupan modal minimum bagi bank komersial terkait dengan posisi risik di pasar

Risk Management 2003 Commercial Bank Business Plan 2004 Legal Lending Limit 2005 Debtor Information System 2005

Menentukan infrastruktur Manajemen Risiko yang diperlukan oleh bank-bank. Mengatur bank komersial untuk memenuhi dan membuat rencana bisnis bank jangka pendek dan jangka panjang Mengatur batas maksimum bagi konsentrasi risiko dari portofolio pinjaman bank. Meminta semua bank untuk menyampaikan informasi tentang debiturnya kepada biro kredit pusat. 107

1.7 Sistem dan regulasi perbankan Indonesia

1.7.2 Regulasi perbankan

Regulasi

Tujuan

Asset Securitization 2005

Menjelaskan prinsip yang akan dipakai bank dalam pemakaian dan pelaksanaan sekuritisasi asset.

Sebagai tambahan. Bank Indonesia telah mempublikasikan apa yang disebut sebagai Arsitektur Perbankan Indonesia (API) yang ditujukan untuk memberi arahan, panduan dan struktur kerja bagi industri perbankan di masa 5 sampai 10 tahun kedepan. 108

54

1.7 Sistem dan regulasi perbankan Indonesia

1.7.2 Regulasi perbankan Perubahan-perubahan tersebut diatas akan diimplementasikan bertahap guna mencakup tujuan sbb: • untuk memperkuat struktur dari sistim perbankan nasional. • untuk meningkatkan kualitas peraturan perbankan. • untuk meningkatkan fungsi pengawasan. • untuk meningkatkan kualitas pengelolaan dan operasi bank. • untuk mengembangkan infrastruktur perbankan. • untuk memperbaiki perlindungan kepada nasabah.

109

55

Indonesia Certificate in Banking Risk and Regulation

Part A: Risiko dan Regulasi Perbankan

1

Bab 2 – Evolusi Manajemen Risiko dan Regulasi Perbankan 2.1 Mengapa Bank Bersifat “Khusus” dan harus Diregulasi 2

1

2.1 Mengapa bank bersifat khusus dan harus diregulasi

2.1.1

Modal, likuiditas dan kompetisi

Telah lama diakui bahwa bank bersifat 'khusus' karena permasalahan dalam sektor perbankan dapat menimbulkan dampak serius pada perekonomian secara keseluruhan. Bank sebagai lembaga intermediasi keuangan memiliki kemampuan untuk memberikan modal pinjaman kepada perusahaan dongan cara mendayagunakan dana tabungan deposan yang ada. Namun jika bank memberikan pinjaman yang lidak dapat dibayarkan kembali oleh peminjamnya, insolvabilitas bank tarsebut bukan saja dapat berakibat pada kehancuran ekuitas para pemegang saham tetapi juga kehancuran dana para deposan Hal Ini terjadi karena berdasarkan karakteristiknya, bank adalah lembaga yang 'highly geared’.

3

2.1 Mengapa bank bersifat 'khusus' dan harus diregulasi

2.1.1 Gearing

Gearing didefinisikan sebagai rasio hutang perusahaan (berapa banyak yang dipinjam) terhadap jumlah modal yang dimilikinya. Jadi sebuah bank yang mempunyai jumlah hutang lebih besar jika dibandingkan dengan modalnya disebut sebagai ‘highly geared’. Di USA, bank tersebut dikatakan sebagai ‘highly leveraged’.

4

2

2.1 Mengapa bank bersifat 'khusus' dan harus diregulasi

2.1.1 Contoh gearing Aktiva

Jumlah

Bobot Risiko

ATMR

(jutaan USD)

%

(Jutaan USD)

100

0

0

10

0

0

Pinjaman kepada bank lain
View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF