Modul 5 - KERTAS KERJA Audit Internal
March 23, 2019 | Author: RidahAlawiahRahman | Category: N/A
Short Description
KERTAS KERJA...
Description
Pe P e n g a u d i t a n I n t e r n a l
Pekerjaan Lapangan I Modul Pengauditan Internal
Disusun oleh : Ridah Alawiah Rahman A31114315
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2017 0
KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, dengan ini kita panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat Nya sehingga penyusun p enyusun dapat menyelesaikan modul untuk mata kuliah Pengauditan Internal ini. Tidak lupa penyusun juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak pihak yang telah berkontribusi dalam penyelesaian modul ini. Harapan penyusun semoga modul ini dapat menambah pengetahuan dan berguna bagi pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penyusun, maka disadari bahwa masih mas ih banyak kekurangan dalam modul ini, i ni, Oleh karena ka rena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan modul ini.
Makassar, Oktober 2017
Penyusun
1
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL………………………………………………………………… SAMPUL………………………………………………………………………………….0 ……………….0 KATA PENGANTAR……………………………………………… PENGANTAR…………………………………………………………………………………...1 …………………………………...1 DAFTAR ISI……………………………………………………………… ISI…………………………………………………………………………………………….2 …………………………….2 BAGIAN I - TINJAUAN MATA KULIAH ………………………………………………………….3 BAGIAN II – PENDAHULUAN PENDAHULUAN………………………………………………………………………5 BAGIAN III – MATERI MATERI PEMBELAJARAN………………………………………………………..6 BAGIAN IV - LATIHAN ………………………………………………………………….…………..21 BAGIAN V – RANGKUMAN RANGKUMAN……………………………………………………………….………..22 BAGIAN VI – TES TES FORMATIF……………………………………………………………….…….24 BAGIAN VII – UMPAN UMPAN BALIK ……………………………………………………………………..25 BAGIAN VIII – KUNCI KUNCI TES FORMATIF …………………………………………………...……..26 BAGIAN IX – DAFTAR DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………29
2
BAGIAN I TINJAUAN MATA KULIAH
A. DESKRIPSI MATA KULIAH Matakuliah ini dirancang untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang konsep dan pelaksanaan pengauditan internal perusahaan serta pentingnya pengendalian internal
(Internal
Control/ICOFR)
dan
hubungannya
dengan
manajemen
risiko
perusahaan.
A. KEGUNAAN MATA KULIAH 1. Mampu melaksanakan proses pengauditan internal dan penyusunan laporan audit internal secara professional 2. Mampu membuat prosedur pemeriksaan internal 3. Mampu memahami struktur pengendalian intern perusahaan 4. Mampu menggunakan pengetahuan akuntansi dan komputerisasi 5. Mampu untuk bekerjasama, baik sebagai pimpinan maupun sebagai anggota kelompok (tim audit)
C. SASARAN BELAJAR :
Dapat memahami materi berikut: 1. Gambaran Umum Audit Internal 2. Model-Model Internal Control 3. Strategi Penentuan Risiko 4. Survey Pendahuluan 5. Program Audit 6. Pekerjaan Lapangan I 7. Pekerjaan Lapangan II 8. Temuan Audit 9. Kertas Kerja Audit 10. Sampling Audit
3
11. Metode Analisis 12. Audit System Informasi 13. Laporan Audit Internal 14. Laporan Untuk Manajemen Eksekutif dan Dewan Komisaris.
D. URUTAN PENYAJIAN : 1. Gambaran Umum Audit Internal 2. Model-Model Internal Control 3. Strategi Penentuan Risiko 4. Survey Pendahuluan 5. Program Audit 6. Pekerjaan Lapangan I 7. Pekerjaan Lapangan II 8. Temuan Audit 9. Kertas Kerja Audit 10. Sampling Audit 11. Metode Analisis 12. Audit System Informasi 13. Laporan Audit Internal 14. Laporan Untuk Manajemen Eksekutif dan Dewan Komisaris.
4
BAGIAN II PENDAHULUAN A. Sasaran pembelajaran yang ingin dicapai Setelah mengikuti perkuliahan ini, mahasiswa diharapkan mampu untuk : 1. Memahami proses dan tujuan pekerjaan lapangan 2. Memahami pelaksanaan audit dengan pengendalian 3. Memahami bagian-bagian pekerjaan lapangan 4. Memahami audit SMART
B. Ruang lingkup bahan modul Modul ini disusun berdasarkan Garis Besar Rencana Pembelajaran (GBRP) mata kuliah Pengauditan Internal. Penyusunan modul ini merujuk pada berbagai referensi yang relevan. Modul ini diharapkan mampu menambah pengetahuan terkait dengan Audit Internal terkait pembahasan Pekerjaan Lapangan I C. Manfaat mempelajari modul Setelah mempelajari modul ini, pembaca diharapkan mampu untuk memahami materi terkait Pekerjaan Lapangan I dengan pembahasan berbagai subpokok bahasan yang lebih ringkas dan padat dari berbagai referensi yang digunakan sehingga memudahkan dalam memahami materi tersebut. D. Urutan pembahasan 1. Proses dan tujuan pekerjaan lapangan 2. Pelaksanaan audit dengan pengendalian 3. Bagian-bagian pekerjaan lapangan 4. Audit smart
5
BAGIAN III MATERI PEMBELAJARAN
1. PROSES DAN TUJUAN PEKERJAAN LAPANGAN (FIELD WORK) Proses
Field work merupakan proses untuk mendapatkan keyakinan secara sistematis dengan mengumpulkan bukti secara objektif mengenai operasi entitas, mengevaluasinya dan melihat apakah operasi tersebut telah memenuhi standar yang dapat diterima dan mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan; dan menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan oleh manajemen. Istilah “proses yang sistematis” mengimplikasikan langkah-langkah audit terencana yang dirancang untuk memenuhi tujuan-tujuan audit. Istilah tersebut juga memiliki makna bahwa auditor internal akan menerapkan persyaratan profesional dalam
melakukan
audit,
serta
menerapkan
penelaahan
yang
tepat
saat
mengumpulkan, menyusun, mencatat, dan mengevaluasi bahan bukti audit. “Persyaratan profesional” berarti kebebasan penuh dari segala bias yang akan mempengaruhi pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti. Bebas dari bias dicapai melalui independensi dan objektivitas, baik dalam kenyataan maupun persepsi. Objektifitas nyata muncul dari perilaku mental yang tidak memihak, perilaku yang mendasarkan pada pengetahuan dan menuilai bukti benar-benar murni dalam kenyataannya tanpa memandang orang yang menyediakannya. Penilaian seperti ini harus dicapai tanpa memedulikan perasaan, prasangka, opini, dan kepentingan, serta tekanan dari pihak eksternal. Tujuan
Field Work bertujuan untuk membantu pemberian keyakinan dengan melaksanakan prosedur-prosedur audit yang ada di program audit, sehingga menjadi sesuai dengan tujuan audit yanag ingin dicapai.
6
2. PEMBUATAN STRATEGI UNTUK MELAKSANAKAN FIELD WORK
Tahap persiapan untuk melakukan pekerjaan lapangan dilakukan pada saat survei pendahuluan telah diselesaikan dan program audit telah disiapkan. Bagian-bagian dari rencana strategis mencakup: 1.
Kebutuhan pegawai - merencanakan jumlah dan kualifikasi staf yang akan melakukan audit.
2.
Kebutuhan sumber daya dari luar (sumber dari luar, sumber dari mitra, penggunaan ahli, peminjaman staf, dan sebagainya). – menidentifikasi kebutuhan sumber daya dari luar jika audit dilakukan pada hal yang bersifat khusus dimana tidak adanya staf yang memiliki pengetahuan khusus tersebut.
3.
Pengorganisasian staf audit – mengidentifikasi apakah rencana berbentuk ramping (dengan lapisan supervisi yang terbatas) atau gemuk (banyak lapisan supervisi) tergantung pada kompleksitas kerja dan rentang kontrol yang dibutuhkan.
4.
Wewenang dan tanggung jawab - mencakup alur wewenang yang berkaitan dan secara khusus menggambarkan otorisasi yang didelegasikan ke setiap lini dan staf dalam tim audit.
5.
Struktur pekerjaan lapangan - urutan-urutan progam audit direncanakan. Aktivitas yang berurutan saling berhubungan untuk meyakinkan bahwa terdapat susunan alur kerja.
6.
Waktu pelaksanaan pekerjaan lapangan - Estimasi waktu harus mencakup kebutuhan
waktu
untuk
aspek
aiministratif
seperti
penghubung
antarkelompok dan dalam kelompok, kebutuhan waktu untuk kegiatan non operasi dan pendokumentasian serta penulisan draf laporan audit berisi hasilhasil pekerjaan lapangan. 7.
Metode pekerjaan lapangan - Ada enam metode, yaitu: observasi, konfirmasi, verifikasi, investigasi, analisis, dan evaluasi.
8.
Metode pendokumentasian - melibatkan akumulasi bahan bukti dan penyiapan kertas kerja. Bagian ini membutuhkan antisipasi hasil-hasil metode pekerjaan lapangan dan juga penggunaan akhir dari audit.
9.
Penyiapan laporan - Laporan harus dirancang dengan mempertimbangkan pembaca dan pengguna. Pertimbangan kemampuan dan tanggapan pembaca haruslah menjadi perhatian utama dalam rancangan dan isinya.
7
10. Rencana kontingensi - Rencana harus memuat kondisi terbaik yang bisa dicapai, yang biasa, dan yang terburuk.
3. TIM AUDIT DENGAN PENGARAHAN MANDIRI
Tim merupakan sebuah unit operasional, yang sering kali terdiri dari ahliahli dalam berbagai bidang audit, dan memiliki kepemimpinan dalam rotasi atau dasar-dasar lainnya. Tim tersebut membuat keputusan sendiri, sering kali dengan bantuan ahli yang bersama pimpinan tim memberikan keahlian dan bantuan dalam proses pengambilan keputusan. Tim tersebut menerima tanggung jawab atas pekerjaannya dan berbagi tanggung jawab bila terjadi kegagalan - termasuk pula penghargaan dan bonus, jika ada, untuk pekerjaan yang bagus. Harus terdapat resolusi mengenai tujuan-tujuan dasar organisasi, independensi, pekerjaan audit yang tidak bagus, dan pengambilan keputusan yang tidak memadai. Untuk beroperasi secara efektif, tim harus beranggotakan orang-orang yang tidak egois dan sepakat untuk berbagi kepemimpinan. Pembimbing (yang mungkin membimbing lebih dari satu tim) diberi banyak tanggung jawab administratif. Karena lebih besarnya produktivitas dan efektivitas yang dimiliki tim maka tim audit seperti ini dianggap sebagai aset operasional baru yang potensial.
4. AUDIT BERHENTI-KEMUDIAN-LANJUT
Teknik "audit berhenti-kemudian-lanjut" membantu menghilangkan audit dengan pengembalian yang rendah yang melewati proses penyaringan awal. Konsep dasar di balik pendekatan berhenti-kemudian-lanjut adalah untuk memberdayakan auditor lapangan untuk menghentikan audit, jika tidak ada indikasi adanya risiko-risiko yang substansial atau tidak ada temuan-temuan penyimpangan potensial. Saat audit tersebut dihentikan, auditor pindah ke audit selanjutnya yang termasuk dalam rencana audit tahunan departemen. Komite Audit dari Dewan Komisaris di Edison diperkenalkan dengan teknik audit berhenti-kemudian-lanjut dan kemudian menerapkannya karena audit ini:
8
- Memaksa tuiuan aktivitas audit untuk memusatkan sumber dayanya pada halhal berisiko tinggi dan aktivitas-aktivitas dari perusahaan (yaitu bekerja pada titik tinggi dalam kurva prioritas) dan memberikan Komite Audit keyakinan bahwa rebih banyak upaya audit yang dihabiskan pada hal-hal tersebut daripada bidang-bidang berisiko rendah. - Memungkinkan fleksibilitas auditor untuk berhenti-kemudian-lanjut, guna mengurangi atau meningkatkan lingkup audit, dan memotivasi auditor untuk fokus pada aktivitas-aktivitas perusahaan yang akan menghasilkan temuantemuan yang paling bermanfaat dan bernilai tinggi bagi organisasi. - Meningkatkan jumlah audit di atas cakupan audit minimum, karena auditor melakukan lebih banyak audit dengan jangka waktu yang lebih pendek setiap tahun.
5. CONTROL SELF-ASSESSMENT
Konsep CSA pertama kali dikembangakan pada tahun 1987 oleh departemen internal audit sebuah perusahaan minyak di Kanada Gulf Canada Resources Ltd. Penerapannya pada waktu itu dalam bentuk suatu pertemuan yang dihadiri para karyawan dan manager perusahaan yang difasilitasi oleh staf senior internal auditor untuk membahas fokus masalah yang menghambat pencapaian tujuan atau risiko di masing-masing departeman serta rencana tindakan yang perlu dilakukan untuk mangatasinya. Proses CSA ini terus dikembangkan dan dirasakan manfaatnya karena dapat mengungkapkan masalah-masalah yang luas yang mencakup dalam konsep pengendalian risiko. Konsep CSA menurut Sawyer digambarkan sebagai berikut : ”… A process whereby employees teams and management at local and a executive levels, continuously maintaine awareness of all material factors affecting likelihood achieveing the organization objectives, thereby enabling them to make appropriate adjusments. To promote independence, objectivity, and quality within the process, as well as effective governance, it is desirable that internal auditors are involved in the process and that they independently report results to senior management and board committees…” Konsep CSA tersebut dapat diartikan bahwa sebuah proses dimana karyawan dan manajemen di tingkat lokal dan eksekutif terus menerus menjaga kesadaran semua faktor material yang cenderung mempengaruhi pencapaian tujuan organisasi, sehingga 9
memungkinkan mereka membuat penyesuaian-penyesuaian yang tepat untuk meningkatkan indepensi, objektivitas dan kualitas dalam proses tersebut, serta tata kelola yang efektif, maka diharapkan auditor internal terlibat dalam proses tersebut dan bahwa mereka secara independen melaporkan hasil-hasilnya ke manajemen senior dan dewan komisaris. Menurut The Institue of Internal Auditors Resources Fondution : CSA is an annual process during which employees at various levels participate at assessing organizations effectiveness in achieving important work objectives. Definisi tersebut dapat diartikan bahwa CSA merupakan proses yang dilakukan secara rutin (tahunan) dengan partisipasi karyawan pada berbagai level untuk menilai efektivitas organisasi dalam mencapai tujuan. Dalam Information System dan Control Journal yang diterbitkan oleh Information System Audit and Control Association (ISACA) disampaikan bahwa CSA merupakan salah satu mekanisme Internal Control untuk menguji efektifitas Internal Control. Selain itu, CSA juga bertujuan agar karyawan memiliki kesadaran akan risiko pada bisnis yang dijalankan serta secara rutin dan proaktif mengevaluasi Internal Control. Berdasarkan tiga definisi tersebut dapat diartikan bahwa CSA merupakan mekanisme yang dilakukan terus menerus untuk mengevaluasi kehandalan sistem Internal Control dan efektivitas pencapaian tujuan organisasi, yang melibatkan karyawan dan manajemen organisasi, serta difasilitasi oleh audit intern sebagai pihak independen. Ada beberapa metode CSA yang biasa digunakan. Menurut IIA ada tiga macam metode CSA yaitu: a. Facilitated team workshop, workshop CSA yang melibatkan tim yang mewakili tingkatan dan disiplin ilmu yang berbeda dalam unit bisnis, proses workshop melibatkan fasilitator, dalam hal ini auditor bersama manager dan pagawai sebagai pelaksana proses bisnis untuk mengevaluasi Internal Control dan risiko. b. Surveys, CSA dengan menyebarkan kusioner kepada partisipan CSA untuk mengetahui dan mengidentifikasi kelemahan pengendalian dan risiko, serta mengembangkan cara-cara untuk mengelola dan miminimalkan risiko yang ada.
10
c. Management produce analysis self assurance, pendekatan manajemen unuk mendapatkan informasi dan analisa bussines process, risk management, activity and control procedure, Analisa diarahkan oleh manajemen dan ditetapkan oleh tim untuk melakukan workshop dan survey, hasil analisa manajemen dikombinasikan dengan hasil workshop CSA dan hasil survey untuk meningkatkan pemahaman terhadap proses pengendalian. Dalam Information System dan Control Journal yang diterbitkan oleh Information System Audit and Control Association (ISACA) disampaikan bahwa beberapa organisasi telah mengembangkan model CSA untuk proses-proses yang berhubungan dengan IT, tiga diantaranya adalah sebagai berikut: a. NIST Model, The US National Institute of Standards and Technology (NIST) mengembangkan kuesioner CSA pada bulan September 2001. Kuesioner tersebut dapat digunakan untuk mengembangkan CSA untuk beberapa perusahaan. b. CobiT Mode, dikembangkan oleh IT Governance Institute. Standar ini dapat digunakan untuk mengimplementasikan Internal Control yang berbasis CSA. Pada dasarnya CobiT adalah sebuah Control Framework dan tidak menyediakan panduan dalam mengembangkan metode CSA secara langsung, namun CobiT Management Guidelines menyediakan mekanisme penilaian berdasarkan pada model kematangan (Maturity Model) yang dapat digunakan dalam mengembangkan dan memantau CSA. c. Business Process Model, setiap proses bisnis mempunyai risiko kegagalan. Model CSA ini didasarkan pada identifikasi risiko dari masing-masing proses dan pengendalian terhadap risiko tersebut. Control self-assessment (CSA) merupakan salah safu jenis audit partisipatif. Audit tersebut diterapkan untuk mendapatkan informasi yang terbukti sulit untuk dikumpulkan oleh staf audit tradisional. Bisa jadi kejadian yang mendorong inovasi ini menjadi menonjol adalah pengembangan mengidentifikasi
konsep
COSO
aspek-aspek
tentang kontrol
kontrol
internal
internal. yang
Konsep
kurang
ini
substantif
dibandingkan metode tradisional yang sedang dipertimbangkan. Control selfassessment memperbaiki kekurangan ini dengan menggunakan staf untuk
11
mengevaluasi aspek-aspek kontrol internal ini berdasarkan apa yang mereka lihat, alami, dan praktikkan. Metode yang digunakan adalah mengembangkan semacam pertemuan yang dilakukan staf audit, tetapi terdiri dari karyawan klien yang akan mengevaluasi dan mengukur aspek-aspek dari kontrol internal. Peserta audit internal membuat pertanyaan dan masalah yang akan didiskusikan. Peserta dari klien membahas bahan-bahan tersebut dan mencapai kesimpulan mengenai diterapkannya aspekaspek kontrol internal dan efektivitas yang sedang didiskusikan. Mereka juga berusaha mengidentifikasi penyebab masalah dan aktivitas perbaikan yang mungkin.
Control self-assessment – Mengapa Diperlukan?
Pada era setelah skandal Watergate di Amerika Serikat pada tahun 1970-an, banyak perusahaan multinasional besar diperiksa untuk menentukan apakah mereka telah menyalurkan dana secara ilegal. Kemudian segera diketahui bahwa banyak perusahaan multinasional memiliki rekening bank rahasia yang digunakan untuk menyalurkan dana tidak hanya ke partai-partai politik Amerika Serikat tetapi juga ke pegawai pemerintah dalam dan luar negeri untuk mendukung perolehan kontrak berbau korupsi. Skandal politik telah terbongkar dan mnyingkap sisi gelap dunia bisnis besar. Oleh karena itu, COSO merekomendasikan auditor untuk menelaah dan mempertimbangkan faktor-faktor yang berhubungan dengan manusia sebelum memberikan opini. “Kebijakan resmi mengkhususkan apa yang manajemen inginkan untuk terjadi. Budaya perusahaan menentukan apa yang sebenarnya terjadi, dan aturan-aturan apa yang dilanggar, dibengkokkan, atau diabaikan.” Berdasarkan pengertian dari COSO, yang dimaksud dengan CSA adalah sebuah proses dimana tim karyawan dan manajemen, di tingkat lokal dan eksekutif, terus
menerus
menjaga
kesadaran
semua
faktor
material
yang
cenderung
mempengaruhi pencapaian tujuan organisasi, sehingga memungkinkan mereka membuat penyesuaian-penyesuaian yang tepat. Untuk meningkatkan independensi, objektivitas, dan kualitas dalam proses tersebut, serta tata kelola yang efektif, maka diharapkan auditor internal terlibat dalam proses tersebut dan bahwa mereka secara independen melaporkan hasil-hasilnya ke manajemen senior dan dewan komisaris. 12
Alat dan Teknik yang Digunakan
Ada lima komponen kunci untuk rapat kerja yang sukses. Pertama, fasilitator akan melakukan wawancara dengan manajemen dan partisipan lainnya sebelum pertemuan dimulai. Kedua, tim yang menghadiri rapat kerja tersebut membutuhkan waktu untuk berpikir dan menggali ide-ide yang muncul. Komponen ketiga bisa muncul bila peserta puas karena masalah mereka telah diidentifikasi dan dibahas. Komponen keempat adalah mengembalikan dengan segera ringkasan pembahasan dan pengumpulan suara, jika ada, ke peserta. Komponen kelima dan terakhir yang menentukan kesuksesan adalah tindakan. Independensi, Objektivitas, dan Etika Fasilitator
Meskipun CSA umumnya menyebabkan hubungan auditor/fasilitator dengan klien menjadi lebih dekat, tetapi sangat penting untuk tetap menjaga independensi dan objektivitas. Fasilitator juga harus menjaga etika mereka sendiri dalam 2 hal penting. Pertama penting mengakui bahwa CSA bergantung pada keterbukaan partisipan dan kejujuran mereka sendiri mengenai individu-individu. Aspek yang kedua adalah bahwa mereka juga manusia dan bisa berbuat salah sehingga perlu mengelola potensi konflik kepentingan yang ada.
Hubungan antar-CSA dan Kegiatan Audit Internal yang Lain
Berbeda dengan kegiatan audit konvensional, CSA memiliki lingkup yang luas, mengumpulkan informasi yang material secara tepat dan interaktif, dan menghabiskan sedikit waktu untuk verifikasi dan pelaporan. Dari sudut pandang manajer audit, CSA merupakan metode penentuan risiko yang cepat dan biasanya andal di tingkat makro tetapi tidak seperti beberapa alat audit, CSA tidak dirancang untuk penyelidikan lebih dalam. Bila CSA dilakukan secara berkesinambungan di organisasi maka CSA merupakan alat ideal untuk mengidentifikasi risiko dan bidang bidang bernilai tinggi yang akan bermanfaat untuk dilakukan audit. Partisipan rapat kerja biasanya pandai dalam mengidentifikasi bidang-bidang masalah utama.
Kesulitan-kesulitan 13
Kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh CSA antara lain: terlalu banyak rapat kerja dan kurangnya memadainya analisis, tidak menepati janji atau membuat terlalu banyak janji, tidak sensitif terhadap kebutuhan dan kekhawatiran partisipan, terlalu dalam masuk ke dalam masalah tanpa tahu caranya mengatasi masalah itu.
6. BAGIAN-BAGIAN FIELD WORK
Tujuan-tujuan audit terkait dengan tujuan-tujuan operasi, namun memiliki maksud yag berbeda. Tujuan-tujuan audit dirancang untuk menentukan apakah tujuan-tujuan operasi tertentu telah dicapai. Tujuan audit dicapai dengan menerapkan prosedur-prosedur audit untuk menentukan apakah prosedur-prosedur operasi berfungsi sebagaimana mestinya dan mencapai tujuan-tujuan operasi. Tujuan operasi ditetapkan oleh manajemen. Tujuan audit ditetapkan oleh auditor. Prosedur-prosedur audit adalah sarana-sarana yang digunakan auditor untuk memenuhi tujuan-tujuan auditnya. Prosedur-prosedur audit merupakan langkahlangkah dalam proses audit yang menjadi pedoman bagi auditor dalam melaksanakan penelaahan yang direncanakan, berdasarkan tujuan-tujuan audit yang ditetapkan.
TUJUAN DAN PROSEDUR (OPERASI VS AUDIT) Tujuan-tujuan operasi Pembelian Untuk mendapatkan barang-barang yang tepat
Untuk mendapatkan barang dengan harga tepat
Pemrosesan klaim Untuk memproses klaim dengn segera
Prosedur-prosedur operasi
Tujuan-tujuan Audit
Departemen pengguna, bukan departemen pembelian, harus menyiapkan surat permintaan yang disetujui, yang menyebutkan produk produk yang dibutuhkan
Untuk menentukan apakah pesanan pembelian dikeluarkan hanya untuk pembelian produk produk yang memang dibutuhkan organisasi
Si pembeli harus membukan penawaran yang kompetitif untuk semua pembelian diatas jumlah yang ditentukan, jelaskan secara tertulis bila gagal mendapatkan penawaran.
Untuk menentukan apakah penawaran yang kompetitif benar benar diminta dan apakah kegagalan untuk mendapatkan penawaran telah dijelaskan, apakah pesanan pembelian benar secara matematis dan disetujui dengan layak. Untuk menentukan apakah pesanan pembelian dilakukan dengan layak.
Semua kalim dimasukkan dalam daftar. Pemrosesn
Untuk menentukan apakah semua klaim yang diterima telah
Prosedur-prosedur audit
Telaah sampel pesanan pembelian untuk melihat apakah pesanan didukung oleh surat permintaan yang disetujui dan apakah ciriciri barang yang dibeli, dalam surat pesanan barang, sesuai dengan kebutuhan organisasi Untuk sampel yang dipilih, verfikasi bukti-bukti dilakukannya penawaran dan apakah penjelasan atas gagalnya penawaran adalah wajar.
Telaah sampel klaim yang dibayar untuk menentukan
14
Untuk memproses klaim dengan benar
Penerimaan Hanya menerima barang-barang yang dipesan
Hanya menerima barang-barang yang memenuhi spesifikasi.
diawasi melalui laporan periodic.
dimasukkan dalam daftar dan diawasi selama siklus pemrosesan dan apakah manajemen telah waspada akan adanya penangguhan yang tidak wajar.
Manajemen menspesifikasikan langkahlangkah yang akan diambil dalam memeriksa klaim, termasuk perbandingannya dengan kebijakan. Juga membentuk system penelaaahan dan tingkat persetujuan, tergantung nilai klaim.
Untuk menentukan apakah klaim sah telah dibayar sesuai jumlah terutang.
Manajemen melakukan penghitungan, penimbangan, dan pengukuran produk yang diterima dan menandatanganiya. Prosedur pengambilan sampel yang khusus diperbolehkan jika layak.
Untuk menentukan apakah hanya barang-barang yang dipesan yang diterima, dan dalam jumlah sesuai pesanan.
Manajemen melakukan inspeksi barang yang dipesan, bandingkan sampel barang yang diterima dengan spesifikasinya. Semua perubahan atas spesifkasi harus dikirim segera atas departemen inspeksi penerimaan.
Untuk menentukan bahwa hanya produk-produk dengan kualitas yang disyaratkan yang diterima, dan bahwa produk yang ditolak sudah dikembalikan dan dibebankan ke pemasok.
apakah sudah dimasukkan dalam daftar dan apakah telah diproses dalam waktu yang wajar. Periksa akurasi dan ketepatan waktu laporan ke manajemen tentang pemrosesan klaim Untuk sampel terpilih, tentukan apakah pembayaran benar secara matematis, memenuhi kebijakan, menunjukkan bukti penilaian jika diperlukan, dan memiliki bukti penelaahan dan persetujuan.
Telaah sampel laporan penerimaan yang representatifuntuk mencari bukti penghitungan, penimbangan, dan pengukuran. Bandingkan catatan gudang dengan kuantitas yang terdapat dalam laporan penerimaan. Untuk sampel-sampel terpilih, telaah bukti inspeksi. Telah bukti pengembalian barang barang yang ditolak. Analisis catatan bahan sisa untuk menentukan apakah produk-produk berkualitas rendah telah dipesan atau diterima.
7. AUDIT SMART
Metode audit SMART (Selective Monitoring and Assessment of Risks and Trends) merupakan gabungan penentuan risiko dan audit analitis. Hal ini dimaksudkan untuk “mencerminkan efektivitas sistem kontrol internal dan memungkinkan auditor untuk dengan segera mengidentifikasi masalah-masalah potensial, tren yang tidak menguntungkan dan fluktuasi-fluktuasi yang tidak normal”. Metode ini menggunakan “indikator -indikator kunci” sebagai elemen dasar dari proses audit. Terdapat empat tahap dalam audit SMART yaitu:
Pemilihan bidang-bidang kunci untuk pengawasan dan penentuan;
Pengembangan indikator-indikator kunci untuk pengawasan dan penentuan;
15
Implementasi;
Pemeliharaan teknik-teknik audit SMART. Indikator-indikator kunci yang dimaksud di atas adalah:
Penuh makna
Tepat waktu
Sensitivitas
Keandalan
Dapat diukur
Praktis
8. PENGUKURAN KINERJA
Untuk melakukan pemeriksaan yang berarti, auditor mencari unit pengukuran dankemudian standar. Standar bisa ditemukan pada instruksi pekerjaan, arahan organisasi,anggaran, spesifikasi produk, praktik industri, standar minimum kontrol internal, GAAP,kontrak-kontrak, praktik-praktik bisnis yang wajar, atau bahkan dalam tabel perkalian. Jadi,dengan membandingkan temuan mereka dengan standar, mereka bisa membuat kesimpulanyang objektif.
Pengembangan Standar
Standar harus sesuai dengan tujuan-tujuan operasi yang diperiksa. Untuk halhal yangbersifat teknis, standar harus divalidasi oleh seorang ahli yang secara teknis memilikikualifikasi sebelum diterima oleh manajemen klien. Satu contoh pendekatan ini melibatkanaudit atas sistem kontrol keselamatan suatu organisasi.Bila tidak ada standar, maka auditor yang akan membuatnya. Kemudian, untuk memperoleh keyakinan yang memadai bahwa standar tersebut wajar dan relevan, merekameminta wakil lokal dari Dewan Keamanan Nasional (National Safety Council) untuk menelaah standar tersebut. Standar yang sudah divalidasi dibahas dengan manajemen kliendan diterima. Auditor kemudian bisa dengan yakin menggunakan standar tersebut untuk dibandingkan dengan hasil pengukuran mereka.
Penggunaan Tolok Ukur 16
Tolok ukur adalah pemilihan praktik-praktik terbaik yang dilakukan oleh organisasi-organisasi lainnya atau oleh bagian-bagian organisasi itu sendiri yang dimaksudkan untuk membawa pencapaian tujuan. Pengembangan tolok ukur biasanya merupakan hasil dari proses belajar. Arthur Andersen melakukan studi Praktik-praktik Global Terbaik (Globat BestPractices) yang mengidentifikasi empat tahap yang tepat untuk menentukan aktivitas-aktivitas yang akan meningkatkan upaya organisasi. Yaitu:Analisis proses-proses audit- Merencanakan studi- Laksanakan studi- Dapatkan pemahaman penggunaan tolok ukur adalah proses audit yang diterapkan pada disiplin ilmu auditinternal secara utuh untuk mengidentifikasi metode-metode yang inovatif dan produktif danakan menghasilkan operasi audit internal yang lebih efisien. Penggunaan tolok ukur dapatdigunakan untuk meningkatkan semua tingkatan fungsi audit internal.
Evaluasi
Evaluasi dimaksudkan untuk mencapai pertimbangan yang benar secara matematis,dan unfuk menyatakan pertimbangan tersebut dalam hal apa yang diketahui. Evaluasi jarangdigunakan untuk menentukan nilai moneter, tetapi lebih pada menemukan hal-hal sejenisdalam istilah-istilah yang lebih dikenal-seperti 'ketepatan waktu pemrosesan faktur, atauakurasi matematisnya, atau akurasi dalam pemeriksaan penerimaan. Namun, evaluasimelibatkan lebih dari sekadar perbandingan ukuran dengan standar. Hal ini membutuhkanpertimbangan baik pada standar maupun pada hasil-hasil perbandingan. Hal ini jugamembutuhkan penerapan konsep yang kongruen dalam standar dan proses pengukuran.
Aspek-aspek Operasi
Pengukuran yang dilakukan auditor internal biasanya akan diarahkan ke tiga aspek penting organisasi, yaitu kualitas, biaya, dan jadwal.
Pengujian Tujuan Umum Pengujian
Bagi auditor internal, pengujian berarti pengukuran hal-hal yang representatif danperbandingan hasilnya dengan standar atau kriteria yang ditetapkan. Tujuannya adalah untuk memberi auditor dasar bagi pembentukan opini audit. Pengujian audit biasanya mencakupevaluasi transaksi, catatan, aktivitas, fungsi, dan asersi dengan memeriksa semua atausebagiannya. Teknik audit berbantuan komputer dalam kondisi-kondisi tertentu dapatmenguji keseluruhan populasi. Perangkat lunak tersebut melakukan pengujian 17
danpengecualian berdasarkan kriteria yang telah dit etapkan sebelumnya guna pemeriksaan audit.
Tujuan Khusus Pengujian
Tujuan khusus proses pengujian adalah untuk menentukan: -
Validitas, yaitu kelayakan, keaslian, kewajaran,
-
Akurasi, yaitu kuantitas, kualitas, klasifikasi.
-
Ketaatan dengan prosedur, regulasi, hukum yang berlaku, dan lain-lain.
-
Kompetensi kontrol, yaitu tingkat kenetralan risiko.
Merencanakan Pengujian
Rencana tersebut harus diformalkan dengan dokumentasi dan harus mencakup: -
Pendefinisian tujuan pengujian.
-
Pengidentifikasian jenis pengujian untuk mencapai suatu tujuan.
-
Pengidentifikasian kebutuhan pegawai yang mencakup: keahlian dan disiplin ilmuyang dimiliki, kualifikasi pengalaman, dan jumlah.
-
Penentuan urutan proses pengujian.
-
Pendefinisian standar atau kriteria.
-
Pendefinisian populasi pengujian.
-
Keputusan metodologi pengambilan sampel yang akan dilakukan.
-
Pemeriksaan transaksi atau proses terpilih.
Pendefinisian Standar Kinerja atau Kriteria
Standar kinerja atau kriteria bisa berbentuk eksplisit dan implisit. Berbentuk eksplisitbila dinyatakan secara jelas dalam arahan, instruksi pekerjaan, spesifikasi, atau hukum.Standar bersifat implisit bila manajemen mungkin telah menetapkan tujuan
dan
sasaran,
atausedang mengupayakan
penetapannya,
tetapi
tidak menyatakan secara eksplisit bagaimanamencapainya.
Pendefinisian Populasi Pengujian
Populasi yang akan diuji harus dipertimbangkan sesuai tujuan audit. Jika tujuannyaadalah opini atas transaksi yang terjadi sejak audit terakhir, total transaksi mencerminkanpopulasi. Jika tujuannya adalah memberi opini atas kecukupan,
18
efektivitas, dan efisiensisistem kontrol yang diterapkan saat ini, populasinya mungkin lebih terbatas.
Metodologi Pengambilan Sampel yang Akan Dilakukan
Pemilihan sampel harus mengikuti rencana yang paling sesuai dengan tujuan audit:baik melalui pertimbangan maupun menggunakan metode statistik. Pemilihan yang palingandal dilakukan berdasarkan daftar yang terpisah dari catatan transaksi itu sendiri.
Teknik-teknik Pemeriksaan Transaksi-transaksi atau Proses-prosesTerpilih
1. Mengamati. Mengamati berarti melihat, memerhatikan, tidak melewatkan hal-halyang diangga penting. Hal ini mengimplikasikan diterapkannya pandangan yangberhati-hati dan berpengetahuan pada orang, fasilitas, proses, dan barang-barang. Halini juga berarti pemeriksaan visual yang memiliki tujuan, memiliki nuansaperbandingan dengan standar, dan suatu pandangan yang evaluatif.
2. Mengajukan pertanyaan. Mengajukan pertanyaan mungkin rnerupakan teknik yangpaling pervasif bagi auditor yang menelaah operasi. Pertanyaan diajukan selama auditdan bisa secara lisan ataupun tertulis. 3. Menganalisis Berarti memeriksa secara rinci. Artinya kita memecah entitas yangkompleks ke dalam bagian-bagian kecil untuk menentukan karakteristiknya yangsebenarnya. Istilah ini juga berarti melihat lebih dalam beberapa fungsi, aktivitas, atausekelompok transaksi dan menetukan hubungannya masing- masing.
4. Memverifikasi, Berarti mengonfirmasi kebenaran, akurasi, keaslian, atau validitassesuatu. Cara ini paling sering digunakan untuk mendapatkan kebenaran fakta ataurincian dalam suatu akun atau laporan. Hal ini mengimplikasikan upaya yangdisengaja untuk menentukan akurasi atau validitas beberapa laporan atau tulisandengan mengujinya, seperti membandingkannya dengan fakta yang diketahui, dengandata asli, atau dengan suatu standar.
19
5. Menginvestigasi merupakan istilah yang secara umum diterapkan pada pelaksanaantanya jawab untuk menemukan fakta-fakta yang tersembunyi dan mencari kebenaran.Hal ini mengimplikasikan penelusuran informasi yang sistematis yang diharapkanauditor bisa ditemukan atau perlu diketahui. Cara ini mencakup, tapi tidak terbataspada, penyidikan-investigasi yang menyelidiki lebih dalam dan ekstensif denganmaksud mendeteksi kesalahan.
6. Mengevaluasi. Mengevaluasi berhubungan dengan melibatkan estimasi nilai. Dalamaudit, hal ini berarti menuju suatu pertimbangan. Artinya menimbang apa yang telahdianalisis dan menentukan kecukupan, efisiensi, dan efektivitasnya. Hal inimerupakan langkah yang berada di antara analisis dan verifikasi di satu sisi dan opiniaudit di sisi yang lain. Hal ini mencerminkan kesimpulan yang dihasilkan auditorberdasarkan fakta-fakta yang telah dikumpulkan
20
BAGIAN IV LATIHAN
1. Jelaskan proses dan tujuan pekerjaan lapangan! 2. Jelaskan apa yang anda pahami terkait pelaksanaan audit dengan pengendalian! 3. Sebutkan dan jelaskan apa yang menjadi bagian-bagian pekerjaan lapangan! 4. Apa yang dimaksud dengan Control Self Assessment? Jelaskan! 5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan audit SMART! Jelaskan beserta keunggulankeunggulannya!
21
BAGIAN V RANGKUMAN
Field Work bertujuan untuk membantu pemberian keyakinan dengan melaksanakan prosedur-prosedur audit yang ada di program audit, sehingga menjadi sesuai dengan tujuan audit yanag ingin dicapai. Tahap persiapan untuk melakukan pekerjaan lapangan dilakukan pada saat survei pendahuluan telah diselesaikan dan program audit telah disiapkan. Bagian-bagian dari rencana strategis mencakup:
-
Kebutuhan pegawai - merencanakan jumlah dan kualifikasi staf yang akan melakukan audit.
-
Kebutuhan sumber daya dari luar (sumber dari luar, sumber dari mitra, penggunaan ahli, peminjaman staf, dan sebagainya). – menidentifikasi kebutuhan sumber daya dari luar jika audit dilakukan pada hal yang bersifat khusus dimana tidak adanya staf yang memiliki pengetahuan khusus tersebut.
-
Pengorganisasian staf audit – mengidentifikasi apakah rencana berbentuk ramping (dengan lapisan supervisi yang terbatas) atau gemuk (banyak lapisan supervisi) tergantung pada kompleksitas kerja dan rentang kontrol yang dibutuhkan.
-
Wewenang dan tanggung jawab - mencakup alur wewenang yang berkaitan dan secara khusus menggambarkan otorisasi yang didelegasikan ke setiap lini dan staf dalam tim audit.
-
Struktur pekerjaan lapangan - urutan-urutan progam audit direncanakan. Aktivitas yang berurutan saling berhubungan untuk meyakinkan bahwa terdapat susunan alur kerja.
-
Waktu pelaksanaan pekerjaan lapangan - Estimasi waktu harus mencakup kebutuhan waktu untuk aspek aiministratif seperti penghubung antarkelompok dan dalam
kelompok,
kebutuhan
waktu
untuk
kegiatan
non
operasi
dan
pendokumentasian serta penulisan draf laporan audit berisi hasil-hasil pekerjaan lapangan.
-
Metode pekerjaan lapangan - Ada enam metode, yaitu: observasi, konfirmasi, verifikasi, investigasi, analisis, dan evaluasi. 22
-
Metode pendokumentasian - melibatkan akumulasi bahan bukti dan penyiapan kertas kerja. Bagian ini membutuhkan antisipasi hasil-hasil metode pekerjaan lapangan dan juga penggunaan akhir dari audit.
-
Penyiapan laporan - Laporan harus dirancang dengan mempertimbangkan pembaca dan pengguna. Pertimbangan kemampuan dan tanggapan pembaca haruslah menjadi perhatian utama dalam rancangan dan isinya.
-
Rencana kontingensi - Rencana harus memuat kondisi terbaik yang bisa dicapai, yang biasa, dan yang terburuk.
23
BAGIAN VI TES FORMATIF
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan “proses yang sistematis” serta “pe rsyaratan professional” dalam proses pekerjaan lapangan! 2. Jelaskan mengapa Control Self Assessment diperlukan! 3. Komite Audit dari Dewan Komisaris di Edison diperkenalkan dengan teknik audit berhenti-kemudian-lanjut karena teknik ini memiliki kelebihan-kelebihan. Jelaskan kelebihan/manfaat apa yang dimaksud! 4. Sebutkan dan jelaskan rencana strategis untuk melaksanakan pekerjaan lapangan!
24
BAB VII UMPAN BALIK Setelah mahasiswa mempelajari seluruh materi dalam modul ini, maka terdapat beberapa instrumen latihan untuk menguji kemampuan pemahaman kalian. Hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesulitan materi dalam modul ini, sehingga dapat dilakukan perbaikan dan langkah penyesuaian dimasa yang akan datang. Kegiatan umpan balik diberikan dalam bentuk pengujian tertulis melalui instrument dalam bentuk essay, dimana pertanyaan essay ini berjumlah 4 nomor yang mana tiap nomor mempunyai skor 25, sehingga total skor adalah 100. Kemudian, skor tersebut diolah dalam bentuk nilai 1 sampai 100. Tingkat keberhasilan pemahaman anda terhadap materi dalam modul ini, akan ditentukan atas jumlah skor yang anda peroleh dengan kriteria pembobotan seperti dibawah ini: Nilai
Predikat
90-100%
Baik sekali
80-89%
Baik
70-79%
Cukup
60-69%
Kurang
Bagi mahasiswa yang belum mencapai nilai 80%, dapat mengulangi belajar dengan memilih materi-materi yang masih dianggap sulit secara lebih teliti atau melakukan kegiatan diskusi bersama teman maupun dosen pembimbing dalam mata kuliah ini.
25
BAGIAN VIII KUNCI TES FORMATIF
1. Istilah “proses yang sistematis” mengimplikasikan langkah-langkah audit terencana yang dirancang untuk memenuhi tujuan-tujuan audit. Istilah tersebut juga memiliki makna bahwa auditor internal akan menerapkan persyaratan profesional dalam melakukan audit, serta menerapkan penelaahan yang tepat saat mengumpulkan, menyusun, mencatat, dan mengevaluasi bahan bukti audit. “Persyaratan profesional” berarti kebebasan penuh dari segala bias yang akan mempengaruhi pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti. Bebas dari bias dicapai melalui independensi dan objektivitas, baik dalam kenyataan maupun persepsi. Objektifitas nyata muncul dari perilaku mental yang tidak memihak, perilaku yang mendasarkan pada pengetahuan dan menuilai bukti benar-benar murni dalam kenyataannya tanpa memandang orang yang menyediakannya. Penilaian seperti ini harus dicapai tanpa memedulikan perasaan, prasangka, opini, dan kepentingan, serta tekanan dari pihak eksternal.
2. Pada era setelah skandal Watergate di Amerika Serikat pada tahun 1970-an, banyak perusahaan multinasional besar diperiksa untuk menentukan apakah mereka telah menyalurkan dana secara ilegal. Kemudian segera diketahui bahwa banyak perusahaan multinasional memiliki rekening bank rahasia yang digunakan untuk menyalurkan dana tidak hanya ke partai-partai politik Amerika Serikat tetapi juga ke pegawai pemerintah dalam dan luar negeri untuk mendukung perolehan kontrak berbau korupsi. Skandal politik telah terbongkar dan mnyingkap sisi gelap dunia bisnis besar. Oleh
karena
itu,
COSO
merekomendasikan
auditor
untuk
menelaah
dan
mempertimbangkan faktor-faktor yang berhubungan dengan manusia sebelum memberikan opini. “Kebijakan resmi mengkhususkan apa yang manajemen inginkan untuk terjadi. Budaya perusahaan menentukan apa yang sebenarnya terjadi, dan aturan-aturan apa yang dilanggar, dibengkokkan, atau diabaikan.” 26
Berdasarkan pengertian dari COSO, yang dimaksud dengan CSA adalah sebuah proses dimana tim karyawan dan manajemen, di tingkat lokal dan eksekutif, terus menerus menjaga kesadaran semua faktor material yang cenderung mempengaruhi pencapaian tujuan
organisasi,
sehingga
memungkinkan
mereka
membuat
penyesuaian-
penyesuaian yang tepat. Untuk meningkatkan independensi, objektivitas, dan kualitas dalam proses tersebut, serta tata kelola yang efektif, maka diharapkan auditor internal terlibat dalam proses tersebut dan bahwa mereka secara independen melaporkan hasilhasilnya ke manajemen senior dan dewan komisaris.
3. Komite Audit dari Dewan Komisaris di Edison diperkenalkan dengan teknik audit berhenti-kemudian-lanjut dan kemudian menerapkannya karena audit ini: - Memaksa tuiuan aktivitas audit untuk memusatkan sumber dayanya pada halhal berisiko tinggi dan aktivitas-aktivitas dari perusahaan (yaitu bekerja pada titik tinggi dalam kurva prioritas) dan memberikan Komite Audit keyakinan bahwa rebih banyak upaya audit yang dihabiskan pada hal-hal tersebut daripada bidang-bidang berisiko rendah. - Memungkinkan fleksibilitas auditor untuk berhenti-kemudian-lanjut, guna mengurangi atau meningkatkan lingkup audit, dan memotivasi auditor untuk fokus pada aktivitas-aktivitas perusahaan yang akan menghasilkan temuantemuan yang paling bermanfaat dan bernilai tinggi bagi organisasi. - Meningkatkan jumlah audit di atas cakupan audit minimum, karena auditor melakukan lebih banyak audit dengan jangka waktu yang lebih pendek setiap tahun.
4. Tahap persiapan untuk melakukan pekerjaan lapangan dilakukan pada saat survei pendahuluan telah diselesaikan dan program audit telah disiapkan. Bagian-bagian dari rencana strategis mencakup:
-
Kebutuhan pegawai - merencanakan jumlah dan kualifikasi staf yang akan melakukan audit.
-
Kebutuhan sumber daya dari luar (sumber dari luar, sumber dari mitra, penggunaan ahli, peminjaman staf, dan sebagainya). – menidentifikasi
27
kebutuhan sumber daya dari luar jika audit dilakukan pada hal yang bersifat khusus dimana tidak adanya staf yang memiliki pengetahuan khusus tersebut.
-
Pengorganisasian staf audit – mengidentifikasi apakah rencana berbentuk ramping (dengan lapisan supervisi yang terbatas) atau gemuk (banyak lapisan supervisi) tergantung pada kompleksitas kerja dan rentang kontrol yang dibutuhkan.
-
Wewenang dan tanggung jawab - mencakup alur wewenang yang berkaitan dan secara khusus menggambarkan otorisasi yang didelegasikan ke setiap lini dan staf dalam tim audit.
-
Struktur pekerjaan lapangan - urutan-urutan progam audit direncanakan. Aktivitas yang berurutan saling berhubungan untuk meyakinkan bahwa terdapat susunan alur kerja. Waktu pelaksanaan pekerjaan lapangan - Estimasi waktu harus mencakup
-
kebutuhan
waktu
untuk
aspek
aiministratif
seperti
penghubung
antarkelompok dan dalam kelompok, kebutuhan waktu untuk kegiatan non operasi dan pendokumentasian serta penulisan draf laporan audit berisi hasilhasil pekerjaan lapangan.
-
Metode pekerjaan lapangan - Ada enam metode, yaitu: observasi, konfirmasi, verifikasi, investigasi, analisis, dan evaluasi.
-
Metode pendokumentasian - melibatkan akumulasi bahan bukti dan penyiapan kertas kerja. Bagian ini membutuhkan antisipasi hasil-hasil metode pekerjaan lapangan dan juga penggunaan akhir dari audit.
-
Penyiapan laporan - Laporan harus dirancang dengan mempertimbangkan pembaca dan pengguna. Pertimbangan kemampuan dan tanggapan pembaca haruslah menjadi perhatian utama dalam rancangan dan isinya.
-
Rencana kontingensi - Rencana harus memuat kondisi terbaik yang bisa dicapai, yang biasa, dan yang terburuk.
28
View more...
Comments