Model Kurikulum Di Indonesia
March 15, 2019 | Author: Diana Rosdiana | Category: N/A
Short Description
k-13...
Description
1. Definisi Model Pengembangan Kurikulum Model adalah konstruksi yang bersifat teoritis dari konsep. Dalam kegiatan pengembangan kurikulum, model merupakan ulasan teoritis tentang proses pengembangan kurikulum secara menyeluruh atau dapat pula hanya merupakan ulasan tentang salah satu komponen kurikulum. Ada suatu model yang memberikan ulasan tentang keseluruhan proses kurikulum. Akan tetapi, adapula yang hanya menekankan pada mekanisme pengembangannya dan itu pun hanya pada uraian pengembangang organisasinya. Model pengembangan kurikulum alah model yang digunakan untuk mengembangkan suatu kurikulum, dimana pengembangan kurikulum dibutuhkan untuk memperbaiki atau menyempurnakan kurikulum yang dibuat untuk dikembangkan sendiri baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah ataupun dari sekolah. 2.
Model-Model Pengembangan Kurikulum
Terdapat beberapa model pengembangan kurikulum yang telah di kembangkan oleh para ahli, yaitu : 1. Robert S Zais Zais menjelaskan tiga model pengembangan kurikulum yaitu Model Administrative, Model Akar Rumput ( grass roots), dan Model Demonstrasi. 1. Model Administratif Model ini merupakan model pengembangan kurikulum yang paling awal dan sangat umum. Dalam model administrative terdapat garis model dari atas ke bawah (top-down) yang artinya bahwa inisiatif pengembangan kurikulum berasal dari pejabat tinggi, lalu secara structural dilaksanakan ditingkat bawah. Cara kerja Model Administratif:
Atasan membentuk tim yang terdiri atas pejabat teras yang berwenang Tim merencanakan konsep rumusan tujuan umum dan rumusan falsafah Dibentuk beberapa kelompok kerja yang terdiri dari guru-guru dan spesialis kurikulum untuk mermuskan tujuan kurikulum yang spesifik, menyusun materi, kegiatan pembelajaran, dan system penilaian Hasil kerja kemudian direvisi oleh tim atas dasar pengalaman atau hasil dari try out Setelah kurikulum direvisi kemudian baru dapat diimplementasikan Kekurangan dari model ini ada pada kurangnya dampak perubahan kurikulum, karena hasil kegiatannya dilaksanakan dari atas tanpa memperhatikan bawahan. 1. Model Akar Rumput ( Grass-Roots)
Berbeda dengan model Administratif, inisiatif pada model akar rumput ini berada pada staf pengajar yang sebagai pelaksana pada suatu sekolah atau pada beberapa sekolah sekaligus. Didasarkan bada pandangan bahwa implementasi kurikulum akan lebih berhasil jika staf pengajar sebagai pelaksana sudah sejak semula diikutsertkan dalam pengembangan kurikulum dan pengmbangan kurikulum bukan hanya melibatkan personel yang professional saja, namun melibatkan juga peran siswa, orang tua, dan anggota masyarakat. Prinsip-prinsip pada Model Grass-Roots:
Kurikulum akan bertambah baik jika kemampuan professional guru bertambah baik, Kompetensi guru akan berambah baik jika guru terlibat secara pribadi di dalam merevisi kurikulum, Hasil pengembangan kurikulum akan lebih bermakna jika guru terlibat dalam merumuskan tujuan yang ingin dicapai, menyeleksi, mendefinisikan dan memecahkan masalah, dan mengevaluai hasil, 1. Model Demonstration Dalam model demonstarsi, sejumlah guru dalam satu sekolah dituntut untuk mengorganisasikan dirinya dalam memperbaharui kurikulum dalam bentuk organisasi yang terstruktur ataupun bekerja sendiri-sendiri. Dalam model ini, pembaharuan kurikulum dilaksanakan dalam suatu skala kecil dahulu yang kemudian d iadopsikan kepada pengajar lainya. Yang diutamakan dalam model ini adalah pemberian contoh dan teladan yang baik dengan harapan agar yang didemonstrasikan akan disebarluaskan oleh guru/sekolah lain. 1. Model Terbalik Hilda Taba Model ini dimulai dengan melaksanakan eksperimen, diteorikan kemudian diimplementasikan, dengan maksud untuk menyesuaikan antara teori dan praktik, serta menghilangkan sifat keumuman dan keabstrakkan keabstrakkan kurikulum, maka ada kegiatan eksperimental. Langkah yang ditempuh dalam model ini adalah :
Sejumlah staf pengajar menghasilkan unit-unit kurikulum yang akan di eksperimenkan terlebih dahulu, Unit-unit kurikulum tadi diujicobakan, Merevisi serta mengkonsultaikan hasil uji coba, Mengembangkan kerangka kerja teoritis, Mengimplementasikan hasil yang telah diperoleh. 1. Model Oliva Menurut Olivia, model perkembangan kurikulum terdiri dari tiga kriteria, yaitu : simple, komprehensif dan sistematis. Model perkembangan kurikulum dari Oliva 1976 mempunyai 6 komponen yaitu :
Statement of philosophy Statement of goals Statement of objectives
Design of plan Implementation Evaluation 1. Model Tyler Model ini merupakan model yang palik dikenal bagi perkembangan kurikulum dengan perhatian khusus pada fase perencanaan. Walaupun Tyler mengajukan model pengembangan kurikulum secara komprehensif tetapi bagian pertama dari modelnya (seleksi tujuan) menerima sambutan yang hangat dari para educator. Ada beberapa langkah pengembangan kurikulum yang diambil oleh model ini, yaitu : 1. Perencanaan kurikulum agar mengidentifikasikan tujuan umum dengan mengumpulkan data dari tiga sumber, yaitu : kebutuhan peserta didik, masyarakat dan subject matter, 2. Mereview dengan cara menyaring melalui dua saringan, yaitu filosofi pendidikan dan psikologi belajar, 3. Menyeleksi pengalaman belajar yang menunjang pencapaian tujuan, 4. Mengorganisasikan pengalaman kedalam unit-unit dan menggambarkan berbagai prosedur evaluasi, 5. Mengarahkan dan menguatkan pengalaman-pengalaman belajar dan mengkaitkannya dengan evaluasi terhadap keefektifan perencanaan dan pelaksanaan, 6. Evaluasi pengalaman belajar.
http://asrofiabdul.blogs.uny.ac.id/2015/10/19/model-model-pengembangan-kurikulum/
MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM Muhammad irsad muzaki 15105241021 TP-B Pengertian model-model pengembangan kurikulum Menurut Good (1972) dan Travers (1973), model adalah abstraksi dunia nyata atau representasi peristiwa kompleks atau sistem, dalam bentuk naratif, matematis, grafis, serta lambang-lambang lainnya. Model bukanlah realitas, akan tetapi merupakan representasi realitas yang dikembangkan dari keadaan. Dengan demikian, model pada dasarnya berkaitan dengan rancangan yang dapat digunakan untuk menerjemahkan sesuatu sarana untuk mempermudah berkomunikasi, atau sebagai petunjuk yang bersifat perspektif untuk mengambil keputusan, atau sebagai petunjuk perencanaan untuk kegiatan pengelolaan. Model atau konstruksi merupakan ulasan teoritis tentang suatu konsepsi dasar (Zainal Abidin (2012: 137). Dalam pengembangan kurikulum, model dapat merupakan ulasan teoritis tentang suatu proses kurikulum secara menyeluruh atau dapat pula merupakan ulasan tentang salah satu bagian kurikulum. Sedangkan menurut (Kamus Besar Bahasa Indonesia) model adalah pola, contoh, acuan, ragam dari sesuatu yang akan dihasilkan. Dikaitkan dengan model pengembangan kurikulum berarti merupakan suatu pola, contoh dari suatu bentuk kurikulum yang akan menjadi acuan pelaksanaan pendidikan/pembelajaran. Model pengembangan kurikulum adalah model yang digunakan untuk mengembangkan suatu kurikulum, dimana pengembangan kurikulum dibutuhkan untuk memperbaiki atau menyempurnakan kurikulum yang dibuat untuk dikembangkan sendiri baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah atau sekolah. Nadler (1988) menjelaskan bahwa model yang baik adalah model yang dapat menolong si pengguna untuk mengerti dan memahami suatu proses secara mendasar dan menyeluruh. Selanjutnya ia menjelaskan manfaat model adalah model dapat menjelaskan beberapa aspek perilaku dan interaksi manusia, model dapat mengintegrasikan seluruh pengetahuan hasil observasi dan penelitian, model dapat menyederhanakan suatu proses yang bersifat kompleks, dan model dapat digunakan sebagai pedoman untuk melakukan kegiatan. Untuk melakukan pengembangan kurikulum ada berbagai model pengembangan kurikulum yang dapat dijadikan acuan atau diterapkan sepenuhnya. Secara umum, pemilihan model pengembangan kurikulum dilakukan dengan cara menyesuaikan sistem pendidikan yang dianut dan model konsep yang digunakan. Terdapat banyak model pengembangan kurikulum yang dikembangkan oleh para ahli. Sukmadinata (2005:161) menyebutkan delapan model pengembangan kurikulum yaitu: the administrative ( line staff ), the g rass roots, Bechamp’s system, The demonstration, Taba’s inverted model, Rogers interpersonal relations,Systematic action, dan Emerging technical model. Idi (2007:50) mengklasifikasikan model-model ini ke dalam dua grup besar model pengembangan kurikulum yaitu model Zais dan model Roger. Masing-masing kelompok memuat beberapa model yang telah diklasifikasikan oleh Sukmadinata di atas. Marilah kita ikuti uraian berikut untuk memahami model pengembangan kurikulum. • Model yang dipergunakan dalam pengembangan kurikulum Model Zais
Robert S. Zais adalah ahli kurikulum yang banyak melontarkan ide-idenya sekitar tahun 1976. Berikut beberapa model pengembangan yang dapat dikategorikan dalam model Zais. The Administrative (line-staf) Model / Model administrasi Model administrasi merupakan model pengembangan kurikulum paling lama yang sering juga disebut sebagai model garis dan staf. Pemberian nama inidibuat berdasarkan gagasan pengembangan kurikulum yang banyak muncul daripejabat yang berwenang (administrator pendidikan). Pada umumnya administratorpendidikan ini terdiri dari pengawas, kepala sekolah, dan staf pengajar inti.Tugas para administrator tersebut adalah merumuskan konsep-konsepdasar, landasan-landasan, kebijaksanaan dan strategi utama dalam pengembangankurikulum (Sukmadinata, 2005:162). Selanjutnya tim membentuk kelompok kerjayang menyusun tujuan khusus pendidikan, garis besar bahan pengajaran, dankegiatan belajar (Ahmad, 1998:54). Hasil kerja kelompok selanjutnya dikaji ulangoleh panitia pengarah yang telah dibentuk sebelumnya dan para ahli lain dibidangnya. Langkah selanjutnya adalah mengkaji ulang dengan cara melakukan ujicoba untuk mengetahui keefektifan dan kelayakannya. Dengan cara-cara dan urutansemacam ini terlihat bahwa dari sisi kebijakan model ini lebih bersifat sentralistik.Dalam pelaksanaannya, kurikulum ini memerlukan kegiatan pantauan danbimbingan di lapangan. Setelah berjalan dalam kurun waktu yang ditetapkan, perludilakukan evaluasi untuk menentukan validitas komponenkomponen yang adadalam kurikulum. Hasil penilaian tersebut merupakan umpan balik bagi semua unsurterkait, khususnya instansi pendidikan di tingkat pusat, daerah, dan sekolah. The Grass-Roots Model / Model Grass-Roots Model ini merupakan lawan dari model sebelumnya. Model ini dikenal jugasebagai model desentralisasi karena inisiatif dan upaya pengembangan kurikulumbukan berasal dari atas, melainkan dari bawah yaitu guru dan sekolah. Model bisaberangkat dari sekelompok guru yang mengadakan pengembangan kurikulum.Pengembangan itu sendiri dapat hanya berupa bagian dari komponen kurikulum,beberapa bidang studi, ataupun keseluruhan komponen kurikulum. Guru merupakanperencana, pelaksana, dan sekaligus penilai pengajaran di sekolah. Kepala sekolahsebagai pimpinan tim administrasi, juga bisa me mbantu guru dalam membantupengembangan kurikulum model ini. Dari sini terlihat bahwa pengembangan model ini sangat tergantung pada kerja sama guru-guru, guru-kepala sekolah, bahkan jugaantarsekolah.Pengembangan kurikulum model demokratis ini memungkinkan terjadinyakompetisi antarsekolah, kelompok sekolah, bahkan sampai pada tingkat daerah.Kreativitas orang-orang yang mempunyai peranan penting di dunia pendidikan akanbesar pengaruhnya dalam memberikan warna pada model kurikulum yang dihasilkan. Taba’s Inverted Model / Model Terbalik Secara umum model kurikulum dikembangkan secara deduktif. Tetapi,kurikulum yang dikembangkan oleh Taba menggunakan cara pengembanganinduktif. Oleh karena itu dinamakan model terbalik. Pengembangan model inidiawali dengan melakukan percobaan dan penyusunan teori serta diikuti dengantahapan implemen-tasi. Hal dilakukan guna mempertemukan teori dan praktek.Sukmadinata (2005:166) dan Ahmad (1998: 57) merangkum lima langkahyang menjadi dasar dalam pengembangan kurikulum model Taba. a. Mengadakan unit-unit eksperimen bersama guru Penyusunan unit diawali dengan mendiagnosis kebutuhan serta dilanjutkandengan
merumuskan tujuan. Kegiatan ini juga mempertimbangkan keseimbanganantara kedalaman serta keluasan materi pelajaran yang akan disusun. b. Menguji unit eksperimen Setelah unit-unit dibuat, langkah selanjutnya adalah mengujicobakan unittersebut. Tujuan dari uji coba unit untuk melihat kelayakan serta validitas unit-unitdalam pengajaran. Dari hasil ini dapat diketahui layak atau tidak suatu unitdiimplementasikan. c. Mengadakan revisi dan konsolidasi Langkah ini dilakukan jika hasil pada langkah kedua menunjukkan perlunyaperbaikan dan penyempurnaan unit-unit yang telah disusun.. d. Mengembangkan keseluruhan kerangka kurikulum Apabila proses penyempurnaan telah dilakukan secara menyeluruh makalangkah berikutnya mengkaji kerangka kurikulum yang dilakukan oleh para ahlikurikulum dan profesional lainnya. e. Melakukan implementasi dan desiminasi Langkah ini merupakan langkah terakhir yang berarti ku rikulum telah siappakai untuk wilayah yang lebih luas (desiminasi). The Systematic Action-Reserach Model / Model Pemecahan Masalah Model ini dikenal juga dengan nama action research model. Dari sisi proses, kurikulum model ini sudah melibatkan seluruh komponen pendidikan yang meliputi siswa, orang tua, guru serta sistem sekolah. Kurikulum dikembangkandalam rangka memenuhi kebutuhan para pemangku kepentingan (stakeholder) yang meliputi orang tua siswa, masyarakat, dan lain-lain. Penyusunan kurikulumdilakukan dengan mengikuti prosedur action research. Sukmadinata (2005:169) menyebutkan ada dua langkah dalam penyusunankurikulum jenis ini. Pertama, melakukan kajian tentang data-data yang dikumpulkan sebagai bahan penyusunan kurikulum. Data (informasi) yang dikumpulkan hendaknya valid dan reliabel sehingga dapat digunakan sebagai dasar yang kuat dalam pengambilan keputusan penyusunan kurikulum. Data yang lemah akan mengakibatkan kesalahan dalam pengambilan keputusan. Berdasarkan keputusan ini,disusunlah rencana yang menyeluruh (komprehensif) tentang cara-cara mengatasimasalah yang ada. Kedua, melakukan implementasi atas keputusan yang dihasilkan padalangkah pertama. Dari proses ini akan diperoleh data-data (informasi) baru yangselanjutnya dimanfaatkan untuk mengevaluasi masalah-masalah yang muncul dilapangan sebagai upaya tindak lanjut untuk memodifikasi/memperbaiki kurikulum. The Demonstration Model / Model Demonstrasi Model demonstrasi pada dasarnya bersifat grass-roots, datang dari bawah. Model ini diprakarsai oleeh sekelompok guru atau sekelompok guru bekerja sama dengan ahli yang bermaksud mengadakan perbaikan kurikulum. Model ini umumnya bersekala kecil, hanya mencakup satu atau beberapa sekolah, satu komponen kurikulum atau mencakup keseluruhan komponen kurikulum. Menurut Smith, Stanley, dan Shores ada dua variasi model demonstrasi ini: 1. Sekelompok guru dari satu sekolah atau beberapa sekolah ditunjuk untuk melaksanakan suatu percobaan tentang pengembangan kurikulum.
2. Bentuk kedua ini kurang bersifat formal. Beberapa guru yang merasa kurang puas dengan kurikulum yang ada, mencoba mengembangkan penelitian dan mengembangkan sendiri. Mereka mencoba menggunakan hal-hal yang lain yang berbeda dengan yang berlaku. Beauchamp’s System Model / Model Beauchamp Pengembangan kurikulum dengan menggunakan metode beauchamp memiliki lima memiliki lima bagian pembuat keputusan. Lima tahap tersebut adalah: 1. Memutuskan arena pengembangan kurikulum, suatu keputusan yang menjabarkan ruang lingkup upaya pengembangan. 2. Menetapkan personalia, yaitu siapa-siapa sajakah yang ikut terlibat dalam pengembangan kurikulum. 3. Organisasi dan prosedur pengembangn kurikulum. Langkah ini berkenaan dengan prosedur yang harus ditempuh dalam merumuskan tujuan umum d an tujuan yang lebih khusus, memilih isi dan pengalaman belajar, serta kegiatan evaluasi, dan dalam menentukan keseluruhandesain kurikulum. 4. Implementasi kurikulum, yakni kegiatan untuk menerapkan kurikulum seperti yang sudah diputuskan dalam ruang lingkup pengembangan kurikulum. 5. Evaluasi kurikulum. Roger’s Interpersonal Relation Model / Model Roger’s Carl Rogers adalah seorang ahli psikologi yang berpandangan bahwa manusia dalam proses perubahan mempunyai kekuatan dan potensi untuk berkembangsendiri. Berdasarkan pandangan tentang manusia maka rogers mengemukakan model pengembangan kurikulum yang disebut dengan model Relasi Interpersonal Rogers. Ada empat langkah pengembangan kurikulum model rogers diantaranya adalah: 1. Pemilihan satu sistem pendidikan sasaran 2. Pengalaman kelompok yang intensif bagi guru 3. Pengembangan satu pengalaman kelompok yang intensif bagi satu kelas atau unit pelajaran. 4. Melibatkan orangtua dalam pengalaman kelompok yang intensif. Rogers lebih mementingkan kegiatan pengembangan kurikulum daripada rencana pengembangan kurikulum tertulis, yakni melalui aktivitas dan interaksi dalam pengembangan kelompok intensif yang terpilih. Emerging Technical Models Perkembangan bidang teknologi dan ilmu pengetahuan seerta nilai -nilai efisiensi dan efektivitas dalam bisnis, juga mempengaruhi perkembangan model kurikulum. Tumbuh kecenderungan baru yang didasarkan atas hal itu, diantaranya : 1) The Behavioral Analysis Model. Menekankan penguasaan perilaku atau kemampuan. Suatu perilaku / kemampuan yang kompleks diuraikan menjadi perilaku yang sederhana yang tersusun secara hirarkis. 2) The System Analysis Model. Berasal dari gerakan efisiensi bisnis. Langkah pertama model ini adalah menentukan spesifikasi perangkat hasil belajar yang h arus dikuasi siswa. Langkah kedua menyusun instrumen untuk menilai ketercapaian hasil belajar tersebut. Langkah ketiga mengidentifikasi tahap-tahap hasil yang dicapai serta perkiraan biaya yang diperlukan. Langkah keempat membandingkan biaya dan keuntungan dari beberapa program pendidikan.
3) The Computer-Based Model. Suatu pengembangan kurikulum dengan memanfaatkan komputer. Pengembangannya dimulai dengan mengidentifikasi seluruh unit kurikulum, tiap unit kurikulum telah memiliki rumusan tentang hasil yang diharapkan. Kepada para siswa dan guru diminta untuk melengkapi pertanyaan tentang unit kurikulum tersebut. Stelah diadakan pengolahan disesuaikan dengan kemampuan dan hasil belajar siswa disimpan dalam komputer
http://muhammadirsadmuzaki.blogs.uny.ac.id/2015/11/17/resum-7-model-perkembangankurikulum/
Yova Yoverina Sikumbang Ana yova yoverina mahasiswi jurusan PGSD dari kampus UNP
Selasa, 07 April 2015 Penilaian Rubrik dan Skala Penilaian
PENILAIAN RUBRIK
A. Pengertian penilaian rubrik
Rubrik merupakan panduan penilaian yang menggambarkan kriteria yang diinginkan guru dalam menilai atau memberi tingkatan dari hasil pekerjaan siswa
Rubrik perlu memuat daftar
karakteristik yang diinginkan yang perlu ditunjukkan dalam suatu pekerjaan siswa disertai dengan panduan untuk mengevaluasi masing-masing karakteristik tersebut. Rubrik menurut beberapa pandangan para ahli adalah: Menurut Arens : “Rubrik adalah Deskripsi terperinci tentang tipe kinerja tertentu dan kriteria yang
akan digunakan untuk menilainya “ Menurut Bernie Dodge dan Nancy Pickett : “Rubrik adalah dalah alat skoring untuk asesmen yang
bersifat subjektif, yang didalamnya terdapat satu set kriteria dan standar yang berhubungan dengan tujuan pembelajaran yang akan diases ke anak didik.” Menurut Nitko : “Rubrik adalah suatu alat yang berisi seperangkat aturan yang digunakan untuk
mengases kualitas dari performansi/kinerja mahasiswa/ peserta didik ”. Menurut Heidi Goodrich Andrade : “Rubrik adalah suatu alat penskoran yang terdiri dari daftar
seperangkat kriteria atau apa yang harus dihitung.”
B. Tujuan Penyusunan Rubrik
Tujuan dari penilaian rubrik yaitu siswa diharapkan secara jelas memahami dasar penilaian yang akan digunakan untuk mengukur suatu kinerja siswa. Kedua pihak (guru dan siswa) akan mempunyai pedoman bersama yang jelas tentang tuntutan kinerja yang diharapkan. Rubrik diharapkan pula dapat menjadi pendorong atau motivator bagi siswa dalam proses pembelajaran.
C. isi Rubrik
Dalam setiap komponen terdiri dari satu atau beberapa dimensi. Setiap dimensi harus didevinisikan supaya lebih jelas harus diberi contoh atau ilustrasi. Dimensi-dimensi kinerja inilah yang akan ditentukan mutunya atau diberi peringkat. Setiap kategori mutu sebaiknya diberi contohcontoh kinerja agar mempermudah guru atau pemberi peringkat. Secara singkat scoring rubrik terdiri dari beberapa elemen, yaitu : 1. Dimensi, yang akan dijadikan dasar menilai kinerja anak didik. 2. Definisi dan contoh, yang merupakan penjelasan mengenai setiap dimensi 3. Skala yang akan digunakan untuk menilai dimensi 4. Standar untuk setiap katagori kinerja. Rubrik biasanya dibuat dalam bentuk tabel dua lajur, yaitu baris yang berisi kriteria dan kolom yang berisi mutu. Kriteria dapat dinyatakan secara garis besar. Kemudian dirinci menjadi komponen-komponen penting atau dapat pula komponen-kpmponen ditulis langsung tanpa dikelompokkan dalam garis besar. Rubrik dapat bersifat menyeluruh atau berlaku umum dan dapat juga bersifat khusus atau hanya berlaku untuk suatu topik tertentu. Rubrik yang bersifat menyeluruh dapat disajikan dalam bentuk holistic rubric. Rubrik holistik adalah pedonan untuk menilai berdasarkan kesan keseluruhan atau kombinasi semua kriteria. Serta dapat pula dalam bentuk analytic rubric, rubrik analitik adalah pedoman untuk menilai berdasarkan beberapa kriteria yang ditentukan. dengan menggunakan rubrik ini dapat dianalisis kelemahan atau kelebihan siswa. Contoh rubrik holistik : Skor
Deskripsi
4
Respons terhadap tugas sangat spesifik. Informasi yang diberikan akurat dan memperlihatkan pemahaman yang utuh. Respons dikemukakan dalam suatu tulisan yang lancar dan hidup. Jawaban singkat dan langsung pada masalah yang diminta serta kesimpulan dan pendapat mengalir secara logis. Secara menyeluruh, respons lengkap dan memuaskan.
3
Respons sudah menjawab tugas yang diberikan. Informasi yang diberikan akurat. Respons dikemukakan dalam tulisan yang lancar tapi uraian cenderung brtele-tele.
2
Respons kurang memuaskan. Walaupun informasi yang diberikan akurat tetapi tidak ada kesimpulan dan pendapat serta kurang logis.
1
Respons tidak menjawab tugas yang diberikan. Banyak informasi yang hilang dan tidak akurat. Tidak ada kesimpulan atau pendapat.
Contoh rubrik analitik : Skor
Grafik
Spesifikasi
Rasional
4
Gambar dan pertelaan tentang grafik yang disajikan benar
Semua spesifikasi yang Rasio diberikan benar jelas.
3
Sebagian terbesar gambar dan pertelaan yang diberikan benar
Semua spesifikasi yang diberikan benar
Penjelasan diberikan, tetapi msih membutuhkan hambatan
2
Beberapa pertelaan benar
Hanya sebagian spesifikasi yang benar
Rasional yang diberikan tidak lengkap
1
Gambar dan pertelaan yang diberikan sangat terbatas dan hanya sedikit yang benar
Spesifikasi diberikan salah
Rasional yang diberikan tidak benar
gambar dan yang disaji
yang
yang
diberikan
D. macam-macam penilaian rubrik
@ Jangkar Penampilan : Konsisten dan fokus Menandai salah satu tugas dari sekian tumpukan tugas yang banyak sebagai salah satu cara untuk fokus pada pekerjaannya. Beberapa orang menggunakan trik dengan menempelkan permen karet pada setiap satu tugas yang telah diselesaikan dari sekian jumlah tugas-tugas yang telah disusun (ditumpuk). Melalui rubrik kita bisa memfokuskan perhatian pada tugas yang kita pikirkan sebagai tugas terbaik atau terburuk. @ Menyokong Feed back yang detail dan formatif
Dengan rubric kita bias melakukan pekerjaan lebih cepat karena tidak perlu menuliskan catatan-catatan ekstensif pada setiap makalah tugas. Karena hanya dengan mencentang atau membuat lingkaran pada rubric, atau menuliskan satu atau dua kata pada rubric panduan penilaian. Kunci dari penilaian rubrik adalah cek, lingkaran dan kata-kata terpilih, memudahkan dan mempercepat proses penilaian sambil tetap memberikan feedback yang detail dan formatif. Pilahan – pilhan itu tergantung jenis rubrik yang dipakai, seperti : a. Rubrik tiga sampai lima level menggunakan kotak untuk dicenteng b. Rubrik tiga sampai lima level menggunakan lingkaran pada teks (lingkaran) c. Rubrik panduan penilaian untuk feedback naratif. Rubrik tiga sampai lima level menggunakan kotak untuk dicenteng dalam proses pembuatannya membutuhkan waktu yang banyak, tetapi membutuhkan waktu sedikit dalam penggunaannya. Rubrik tiga sampai lima level menggunakan kotak untuk dicenteng merupakan rubrik yang dianggap paling tepat untuk menilai Sesutu yang membutuhkan feedback detail dan kecepatan presentasi oral. Rubrik tiga sampai lima level sangat menghemat waktu dalam penilaiannya. @ Feedback yang fleksibel dan individual (rubrik panduan penilaian) Rubrik dengan skala level tiga sampai lima level baik yang dicentang atau dilingkari ketika memberikan penilaian mampu melakukan penghematan waktu dan ketika memberikan feedback kepada siswa dan kaya akan informasi. Rubrik tiga samapai lima level memudahkan penggunaanya tetapi susah pembuatannya. Hal ini berbeda dengan rubrik panduan penilaian. Rubrik panduan penilaian mudah dalam pembuatannya tetapi lebih lama dalam melakukan penilaian aktual terhadap siswa. Akan tetapi rubrik panduan penilaian pada prakteknya ternyata terkadang lebih menghemat waktu, selain itu rubrik panduan penilaian memiliki manfaat ganda, yaitu individualisasi dan fleksibelitas yang lebih besar dalam penilaian. Rubrik panduan penilaian dapat digunakan untuk menilai kegiatan siswa dimana siswa bebas berkreasi dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Dalam rubrik panduan penilaian dimungkinkan adanya catatan-catatan terhadap karya siswa pada rubrik. Catatan itu merupakan komentar terhadap kriteria (level) kemampuan siswa dalam berbagai dimensi. @ Menampilkan feedback sumatif : Menetapkan Nilai. Apabila pada masing – masing dimensi pada rubrik telah ditetapkan, maka penyimpulan dapat menjadi latihan matematis. Setiap dimensi dalam rubrik diberi nilai sebagai point, dan siswa dinilai dari seberapa banyak mereka menempuh point-point yang terdapat dalam rubrik.
@ Menilai metode pengajaran sendiri Selain digunakan untuk menilai siswa, rubrik juga bisa digunakan untuk menilai diri sendiri, untuk feedback pribadi. Kita bisa melihat pekerjaan siswa untuk mengukur hasil pekerjaan diri sendiri.
E. Langkah pengembangan rubrik
Dalam pengembangan rubrik, perlu diperhatikan beberapa langkah. Donna Szpyrka dan Ellyn B. Smith (1995) menyebutkan bahwa langkah-langkah pengembangan rubric adalah sebagai berikut : Menentukan konsep, keterampilan atau kinerja yang akan diasesmen. Merumuskan atau mendefinisikan dan menentukan urutankonsep atau keterampilan yang akan
diasesmen ke dalam rumusan atau definisi yang menggambarkan aspek kognitif dan aspek kinerja. Menentukan konsep atau keterampilan yang terpenting dalam tugas yang harus diasesmen. Menentukan skala yang akan diasesmen. Mendeskripsikan kinerja mulai dari yang diharapkan sampai dengan kinerja yang tidak diharapkan
(secara gradual). Deskripsi konsep atau keterampilan kinerja tersebut dapat diikuti dengan memberikan angka pada setiap gradasi atau member deskripsi gradasi. Melakukan uji coba dengan membandingkan kinerja atau hasil kerja dengan rubric yang telah
dikembangkan. Berdasarkan hasil penilaian terhadap kinerja atau hasil kerja dari uji coba tersebut kemudian dilakukan
revisi terhadap deskripsi kinerja maupun konsep dan keterampilan yang akan diasesmen. Memmikirkan kembali tentang skala yang digunakan. Merevisi skala yang digunakan.
Walaupun suatu rubric telah diupayakan untuk disusun dengan sebaik-baiknya tetapi harus disadari bahwa tidak mungkin rubric yang tersusun itu merupakan sesuatu yang sempurna atau dianggap sebagai satu-satunya kriteria untuk menialai kinerja siswa dalam satu kegiatan.
F. Berbagai Variasi Penggunaan Rubrik
Rubrik tiga sampai lima level dan rubrik panduan penilaian merupakan jenis rubrik yang sering digunakan dalam penilaian. Akan tetapi ternyata dalam kelas – kelas khusus seperti lab, managemen, desain grafis dan studio seni perlu dibuat jenis rubrik yang lain, walaupun secara essensi tidak berbeda dengan rubrik yang baku. Perbedaannya terletak pada proses pengembangan dan isi rubrik dalam menetapkan kegiatan tugas, variasi ini kemudian membutuhkan sedikit format sedikit berbeda, tetapi sebenarnya tidak
berbeda dari rubrik yang telah di bahas sebelumnya. Karena semua variasi dari rubrik ini menyertakan komponen dasar dari skala, dimensi, dan deskripsi dimensi yang diatur dalam sebuah t able. 1 Rubrik Bertahap,
Untuk tugas yang dikerjakan bertahap rubrik ini dipakai untuk menilaia dimanaproses pembuatan tugas sama pentingnya dengan hasil akhir. Rubrik ini bisa digunakan untuk waktu lama, sehingga bisa menjadi alat monitoring siswa. Rubrik ini memberikan pengetahuan penambahan pengetahuan siswa tentang penyelesaian tugas sambil juga memberikan feedback cepat terhadap apa saja yang sudah diperolehnya sejak awal. Kelemahan dari rubrik ini yaitu tidak dapat sespesifik rubrik akhir (yang merupakan rubrik tak bertahap). Namun, rubrik bertahap ini tidak hanya menunjukkan kepada siswa tentang langkah-langkah yang sudah diselesaikan, tetapi juga langah-langkah yang harus
dipenuhi.
2 Rubrik Makalah Riset
Digunakan biasanya untuk proyek yang perlu waktu lama. Rubrik ini memiliki kesamaan dari rubrik bertahap, karena terdapat elemen dari rubrik bertahap yang bisa diambil, akan tetapi rubrik ini juga bisa menjadi panduan siswa untuk memulai penelitian dan juga menjadi bahan refleksi mengenai apa yang harus dilakukan, semacam pengalaman.
2.6.3 Rubrik Rangkap
Rubrik ini dipakai untuk merencanakan penaksiran atau perkiaraan di bandingkan untuk menilai. Rubrik ini digunakan untuk menilai – pada akhirnya dipakai sebagai alat penilan juga – tugas yang kompleks. Pendekatan portofolio rangkap menyatukan semua bagian-bagian dasar dari rubrik sederhana, tetapi menciptakan rubrik-rubrik khusus untuk setiap dimensinya.
H. Manfa’at Penilaian Rubrik
Adapun manfa’at atau kegunaa dari penilaian rubric adalah sebagai berikut : •
Rubrik menjelaskan deskripsi tugas
•
Rubrik memberikan informasi bobot penilaian
•
Siswa memperoleh umpan balik yang cepat dan akurat
•
Penilaian lebih objektif dan konsisten
•
Para peserta didik jadi pembelajar aktif
•
Para peserta didik memperoleh "content knowledge" dan "procedural knowledge".
• •
Para peserta didik dapat menilai kinerja kelompoknya sendiri Baik pendidik maupun peserta didik memperoleh alat refleksi yang efektif tentang proses pembelajaran yang telah berlangsung.
•
Sebagai alat atau pedoman penilaian kinerja atau hasil kerja mahasiswa.
SKALA PENILAIAN
Skala penilaian adalah salah satu bentuk pedoman observasi yang dipergunakan untuk mengumpulkan data individu dengan menggolongkan, menilai tingkah laku individu atau situasi dalam tingkatan-tingkatan tertentu. Skala penilaian memiliki kesamaan dengan ceklis. Meskipun terdapat perbedaan-perbedaan dengan ceklis. Karena ceklis digunakan untuk menandai apakah sebuah perilaku hadir atau tidak, sedangkan skala penilaian menghendaki penilaian dilakukan menurut pertimbangan kualitatif menyangkut tingkat kehadiran sebuah perilaku. Sebuah skala penilaian mengandung
seperangkat karakteristik atau kualitas yang harus diputuskan dengan
menggunakan suatu prosedur yang sistematis. Skala penilaian biasanya terdiri dari suatu daftar yang berisi gejala-gejala atau ciri-ciri tingkah laku yang harus dicatat secara bertingkat, sehingga observer tinggal memberi tanda cek pada tingkat mana gejala atau ciri-ciri tingkah laku itu muncul. Adapun gejala atau ciri-ciri tingkah laku yang dapat diamati dengan alat skala penelitian, antara lain: partisipasi siswa dalam kegiatan diskusi, kegiatan partisipasi siswa dalam kegiatan diskusi, kegiatan belajar dengan sistem modul, kehadiran siswa dalam mengikuti pelajaran di kelas, kebiasaan mengganggu teman, ketrampilan di dalam kelas, dan lain-lain topik yang relevan dengan kehidupan di sekolah. A. Bentuk-bentuk Skala Penilaian
Bentuk-bentuk skala yang dipakai antara lain: (1) kuantitatif; (2) deskriptif; (3) grafis. Ketiga bentuk skala penilaian tersebut akan diuraikan satu-satu.
1. Skala penilaian kuantitatif
Skala penilaian kuantitatif adalah suatu bentuk pedoman observasi yang mendiskripsikan aspekaspek tingkah laku yang diamati dijabarkan dalam skala berbentuk bilangan atau angka. Penilai cukup menandai indikasi tingkat sebuah karakteristik yang hadir. Sejumlah nomor yang berurutan ditentukan untuk mendeskripsikan kategori-kategori. Keputusan penilai diharapkan dalam menilai karakteristik-karakteristik tersebut. Satu system penilain dengan angka yang umum digunakan sebagai berikut. 1. Tidak memuaskan 2. Di bawah rata-rata 3. Rata-rata 4. Di atas rata-rata 5. Luar biasa System penilaian dengan angka dapat digunakan untuk mengevaluasi perilaku-perilaku siswa sekolah dasar seperti berikut. 1) Pada tingkat mana siswa dapat menyelesaikan tugas mereka ? 1
2
3
4
5
2) Pada tingkat mana siswa kooperatif dalam aktivitas-aktivitas kelompok ? 1
2
3
4
5
Skala angka menjadi sulit digunakan bila terdapat sedikit kesesuaian dalam penentuan nilai atau angka. Dalam keadaan demikian maaka interpretasi bisa bervariasi. Contoh skala penilaian dengan angka seperti pada Gambar 4 yang dikutip dari Gunarti dkk (2008). Gambar 4: Contoh skala penilaian dengan angka Evaluasi kegiatan anak di sentra bermain drama Nama anak …………………………. Skor Kemampuan Aspek
Tema …………………………… 1 Membutuhkan
3
5
7
10
Memuaskan Luar biasa
peningkatan
Kesesuaian dengan tema yang kreatif dan tujuan Keragaman
peralatan
yang
digunakan Aktivitas bebas Pengembangan
keaksaraan
dan matematika awal Sains, social dan kesehatan terpadu Evaluasi kegiatan siswa Evaluasi sentra bermain drama Total nilai ………………… Komentar ………………… 2. Skala penilaian deskriptif
Skala penilaian deskriptif adalah suatu bentuk pedoman observasi yang mendiskripsikan aspekaspek tingkah laku yang diamati dijabarkan dalam skala berbentuk kata-kata diskriptif. Pedoman Observasi
: Skala Penilaian Deskriptif
I. Identitas Siswa 1. Nama
: ...............................................................
2. kelas / program
: ...............................................................
3. No. Induk / absen
: ...............................................................
4. Jenis Kelamin 5. Tempat / tgl. Lahir
: ............................................................... : ...............................................................
6. Hari /tgl. Observasi
: ...............................................................
7. Tempat observasi
: ...............................................................
8. Waktu
: ...............................................................
II. Aspek yang di observasi : aktifitas diskusi III. Petunjuk
: berikan tanda cek (v) pada kolom yang sesuai dengan gejala perilaku pada individu yang anda amati
Pernyataan
Alternatif Sering
aktif
arang
1. Mempelajari materi sebelum-nya 1. Mempelajari aturan/ perintah diskusi 1. Mempersiapkan kelengkapan diskusi 1. Mendengarkan . 1. Mengajukan pertanyaan 1. Menyampaikan gagasan 1. Menyanggah pendapat dengan baik 1. Menjawab pertanyaan 1. Mengerjakan tugas isian 1. AMerangkum hasil. Komentar / kesimpulan : ......................................................................................
tdk.aktif
................................................................................................................. ................., ...................... Observer : ............................
3. Skala penilaian dengan grafis
Skala penilaian grafis berbentuk rangkaian (continuum). Satu set kategori dideskripsikan pada poin-poin tertentu sepanjang baris, namun penilai dapat menandai keputusannya pada salah satu tempat pada baris tersebut. Sebagai tambahan, skala penilaian grafis menyediakan gambaran serangkaian visual yang membantu penilai meletakkan posisi jawaban secara benar. Contoh deskripsi skala penilaian grafis seperti berikut. 1. Tidak pernah 2. Jarang 3. Sekali-sekali 4. Seringkali 5. Selalu Perilaku kelas deskripsikan lebih awal untuk dievaluasi secara grafis berikut ini. 1) Pada tingkat mana siswa dapat menyelesaikan tugas mereka ? Tidak pernah
Jarang Sekali-sekali
Seringkali
Selalu
2) Pada tingkat mana siswa kooperatif dalam aktivitas-aktivitas kelompok ? Tidak pernah
Jarang Sekali-sekali
Seringkali
Selalu
Skala penilaian dapat dicontohkan melalui Gambar 5 yang dikutip dari Siti Aisyah, dkk (2007).
Gambar 5: Lembar Pengamatan Terstruktur Nama anak
: ………………
Kelompok
: ………………
Minggu ke
:……………….
Hari/tanggal
Aspek
Kategori S
K
Keterangan Tp
Emosi dan sosialisasi Melamun Menangis Menggangu teman Berterimakasih Catatan:
S = sering K= kadang-kadang Tp = tidak pernah
B. Langkah-langkah Penyelenggaraan Skala Penilaian
Terdapat tiga tahap penyelenggaraan kegiatan observasi dengan teknik skala penilaian, yaitu: tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap analisis hasil.
Tahap persiapan meliputi: langkah penetapan topik, langkah penentuan variabel, indikator, prediktor, item-item pernyataan, langkah penentuan alternatif skala, langkah penentuan kriteria, langkah penyusunan pedoman observasi. Tahap pelaksanaan, meliputi: langkah-langkah penyiapan pedoman observasi, pengambilan atau penentuan posisi observasi, dan pengamatan perilaku observee serta pencatatan dengan skala. Selanjutnya tahap ketiga, analisis hasil, meliputi: langkahlangkah penyusunan data hasil observasi dan penyimpulan data. C. Penggunaan Skala Penilaian
Satu bentuk skala penilaian yang sangat akrab digunakan adalah skala laporan dalam bentuk kartu. Sekolah-sekolah kadang-kadang menggunakan skala penilaian untuk melaporkan cirri-ciri perkembangan personal dan social dalam bentuk kartu laporan. Atribut-atribut seperti kebiasaan bekerja, memimpin kelas, kerapian, dan perilaku yang umum sebagai anggota pada tingkat sekolah dasar dilaporkan dalam bentuk kartu. Para siswa dan para orang tua kadang-kadang percaya bahwa penilaian dengan skala penilaian cenderung bisa dan mengandung unsur perasaan. Satu bentuk pengamatan menurut Kamil & Rosenblum (dalam Wortham, 2005 : 134-138) yang digunakan untuk merekam progress dalam bentuk angka merupakan contoh lain dari skala penilaian yang digunakan untuk mengevaluasi konsep perkembangan di kalangan anak usia dini. D. Keunggulan dan Kelemahan Skala Penilaian 1. Keunggulan-keunggulan Menggunakan Skala Penilaian
Skala penilaian umumnya dapat digunakan untuk menilai sebuah karakteristik social anak, ketika guru mencoba untuk menetukan kemampuan anak dalam bersosialisasi di dalam kelas, skala indicator yang digunakan lebih baik dari pada hanya sekedar jawaban ya atau tidak dal ceklis, tidak seperti observasi yang lebih terbuka, skala penilaian memiliki indicator arahan yang mewakili perilaku dan tingkat kerja sama dalm bersosialisasi. Skala penilaian tergolong cepat dan mudah, karena dalam skala sudah tersedia bpenjelasan perilaku siswa, sehingga akan lebih mudah melakukan penilaian. Skala penilaian dapat diaplikasikan secara langsung. Hal ini dikarenakan skala penilaian umumnya mudah dimengerti
dan
universal,disebabkan karena indikator memberikan penjelasan yang dibutuhkan dalam menilai. Skala penilaian umumnya konsisten sehingga guru dapat dengan mudah mengembangkannya. Secara keseluruhan skala penilaian memberikan banyak kemudahandalam menilai, hampir sama dengan ceklis tetapi indikator dalam skala penilaian lebih terarah.
2. Kelemahan-kelemahan skala penilaian.
Skala penilaian dapat dikatakan subjektif, karenanya banyak kesalahan dalam melihat rata-rata dan kesamaan dalam setiap permasalahan. Guru biasanya menilai siswa berdasarkan interaksi sebelumnya atau berdasarkan emosi dibandingkan dengan objektivitas. Penilaian yang berulang merepresentasikan sikap guru terhadap siswa sebenarnya (linn & Gral und, 2000). Dalam skala penilaian terdapat perbedaan mengenai indicator penjelas juga merupakan kelemahan skala, adanya perbedaan interpretasi antara “kadang-kadang dan jarang”. Skala penilaian memberikan gambaran yang sedikit tentang perilaku. Seperti ceklis yang mengindikasikan keberadaan perilaku, maka skala penilaian tidak memberikan informasi tambahan dalam menjelaskan suasana yang sebenarnya. Tidak seperti observasi yang membahas lebih komprehensif informasi mengenai keseluruhan aspek, namun juga memberikan penjelasan mengenai sebab akibat. E. Mengembangkan skala penilaian
Mutu skala penilaian juga tergantung dari kespesifikan dalam deskripsi penilaian ketika merancang skala penilaian, ikuti beberapa langkah berikut: 1. Identifikasi hasil pembelajaran dari tugas yang diharapkan untuk dinilai. 2.
Tentukan karakteristik hasil pembelajaran yang sesuai untuk dinilai dalam skala. Karakteristik haruslah bisa diamati secara langsung dan point-point dalam skala ditunjukkan dengan jelas.
3.
Sediakan antara tiga atau tujuh posisi penilaian dalam skala. Jumlah point dalam skala akan tergantung dari berapa banyak perbedaan yang jelas dalam level pemenuhan yang diperlukan dalam penilaian.
A. Pengertian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar. RPP paling
luas mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang meliputi 1 (satu) atau beberapa indicator untuk 1(satu) kali pertemuan atau lebih. Berdasarkan Permendiknas No 41 Tahun 2007 tertanggal 23 Nopember 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,
bahwa pengembangan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD)(BSNP, 2007). RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan pelajaran di satuan pendidikan. B. Langkah-langkah Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Berikut ini langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusunan RPP 1. Mencantumkan identitas
identitas RPP terdiri dari: Nama sekolah, Mata Pelajaran, Kelas/Semester,dan Alokasi Waktu/ Jumlah Pertemuan 2.
Standar kompetensi
Standar kompetensi merupakan kualifikasi atau kemampuan minimal peserta didik dalam menguasai pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran. 3.
Kompetensi dasar
Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang
harus dikuasai peserta didik dalam
mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajara n. 3
4. Indikator
Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
5. Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. 6. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran memuat fakta, konsep, prinsip, prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir‐butir uraian sesuai dengan rumusan indicator pencapaian kompetensi. 7. Metode pembelajaran
Metode pembelajaran yang digunakan guru hendaknya dapat menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran yang kondusif agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indicator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi
dan
kondisi
peserta
didik,
karakteristik
dari
setiap
indicator,
dan
kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran. 8. Media Pembelajaran
Media hendaknya dipilih yang sesuai dengan metode pembelajaran yang akan digunakan. Pemilihan media pembelajaran yang tepat dapat menjadikan pembelajaran lebih menarik, sehingga akan mempermudah untuk mencapai KD yang telah ditetapkan. 9. Kegiatan Pembelajaran
Langkah-langkah standar yang harus dipenuhi pada setiap unsur kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut: a. Pendahuluan
Pendahuluan
merupakan
kegiatan
awal
dalam
suatu
pertemuan
pembelajaran
yang
ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran (pemberian appersepsi). 4
b. Inti
Kegiatan
inti
merupakan
proses
pembelajaran
untuk
mencapai
KD.
Kegiatan
pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, dan memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat psikologis
peserta
didik.
Kegiatan
ini
minat, dan perkembangan fisik
dilakukan
secara
sistematis
dan
serta
sistemik
melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. c. Penutup
Penutup
merupakan
kegiatan
yang
dilakukan
untuk
mengakhiri
aktivitas
pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut. Dalam menuliskan kegiatan pembelajaran ini ada dua hal yang perlu di perhatikan dalam kegiatan pembelajaran yaitu:
Tuliskan berbagai kegiatan yang harus dilakukan oleh pengajar maupunpeserta didik selama proses pembelajaran yang akan dilakukan
Tuliskan jumlah waktu yang dibutuhkan oleh pengajar dan peserta didik untuk menyelesaikan setiap langkah pada urutan Tahap Pembelajaran yaitu Pendahuluan, Penyajian, dan Penutup. Porsi terbesar adalah tahap Penyajian,yaitu antara 80-90 % dari keseluruhan kegiatan pembelajaran. Sedangkan Pendahuluan biasanya hanya membutuhkan 5 %, dan Penutup memerlukan 10-15 % dari keseluruhan waktu yang digunakan untuk pembelajaran.
10. Sumber belajar
Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indicator pencapaian kompetensi. 11. Penilaian hasil belajar
Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indicator pencapaian kompetensi dan mengacu pada Standar Penilaian.
AllFilesForU SIMPLE BLOG, no ADS, no MONEY, no CRY, LET'S SMILE
Tuesday, 19 March 2013 PENILAIAN RUBRIK
A. Pengertian penilaian rubrik
Rubrik merupakan panduan penilaian yang menggambarkan kriteria yang diinginkan guru dalam menilai atau memberi tingkatan dari hasil pekerjaan siswa Rubrik perlu memuat daftar karakteristik yang diinginkan yang perlu ditunjukkan dalam suatu pekerjaan siswa disertai dengan panduan untuk mengevaluasi masing-masing karakteristik tersebut.
Rubrik menurut beberapa pandangan para ahli adalah: Menurut Arens : “Rubrik adalah Deskripsi terperinci tentang tipe kinerja tertentu dan kriteria yang
akan digunakan untuk menilainya “ Menurut Bernie Dodge dan Nancy Pickett : “Rubrik adalah dalah alat skoring untuk asesmen yang
bersifat subjektif, yang didalamnya terdapat satu set kriteria dan standar yang berhubungan dengan tujuan pembelajaran yang akan diases ke anak didik.” Menurut Nitko : “Rubrik adalah suatu alat yang berisi seperangkat aturan yang digunakan untuk
mengases kualitas dari performansi/kinerja mahasiswa/ peserta didik ”. Menurut Heidi Goodrich Andrade : “Rubrik adalah suatu alat penskoran yang terdiri dari daftar
seperangkat kriteria atau apa yang harus dihitung.” B. Tujuan Penyusunan Rubrik
Tujuan dari penilaian rubrik yaitu siswa diharapkan secara jelas memahami dasar penilaian yang akan digunakan untuk mengukur suatu kinerja siswa. Kedua pihak (guru dan siswa) akan mempunyai pedoman bersama yang jelas tentang tuntutan kinerja yang diharapkan. Rubrik diharapkan pula dapat menjadi pendorong atau m otivator bagi siswa dalam proses pembelajaran. C. isi Rubrik
Dalam setiap komponen terdiri dari satu atau beberapa dimensi. Setiap dimensi harus didevinisikan supaya lebih jelas harus diberi contoh atau ilustrasi. Dimensi-dimensi kinerja inilah yang akan ditentukan mutunya atau diberi peringkat. Setiap kategori mutu sebaiknya diberi contohcontoh kinerja agar mempermudah guru atau pemberi peringkat. Secara singkat scoring rubrik terdiri dari beberapa elemen, yaitu : 1. Dimensi, yang akan dijadikan dasar menilai kinerja anak didik. 2. Definisi dan contoh, yang merupakan penjelasan mengenai setiap dimensi 3. Skala yang akan digunakan untuk menilai dimensi 4. Standar untuk setiap katagori kinerja. Rubrik biasanya dibuat dalam bentuk tabel dua lajur, yaitu baris yang berisi kriteria dan kolom yang berisi mutu. Kriteria dapat dinyatakan secara garis besar. Kemudian dirinci menjadi komponenkomponen penting atau dapat pula komponen-kpmponen ditulis langsung tanpa dikelompokkan dalam garis besar. Rubrik dapat bersifat menyeluruh atau berlaku umum dan dapat juga bersifat khusus atau hanya berlaku untuk suatu topik tertentu. Rubrik yang bersifat menyeluruh dapat disajikan dalam bentuk holistic rubric. Rubrik holistik adalah pedonan untuk menilai berdasarkan kesan keseluruhan atau kombinasi semua kriteria. Serta dapat pula dalam bentuk analytic rubric, rubrik analitik adalah pedoman untuk menilai berdasarkan beberapa kriteria yang ditentukan. dengan menggunakan rubrik ini dapat dianalisis kelemahan atau kelebihan siswa. Contoh rubrik holistik : Skor
Deskripsi
4
Respons terhadap tugas sangat spesifik. Informasi yang diberikan akurat dan memperlihatkan pemahaman yang utuh. Respons dikemukakan dalam suatu tulisan yang lancar dan hidup. Jawaban singkat dan langsung pada masalah yang diminta serta kesimpulan dan pendapat mengalir secara logis. Secara menyeluruh, respons lengkap dan memuaskan.
3
Respons sudah menjawab tugas yang diberikan. Informasi yang diberikan akurat. Respons dikemukakan dalam tulisan yang lancar tapi uraian cenderung brtele-tele.
2
Respons kurang memuaskan. Walaupun informasi yang diberikan akurat tetapi tidak ada kesimpulan dan pendapat serta kurang logis.
1
Respons tidak menjawab tugas yang diberikan. Banyak informasi yang hilang dan tidak akurat. Tidak ada kesimpulan atau pendapat.
Contoh rubrik analitik : Skor
4
Grafik
Spesifikasi
Gambar dan pertelaan
Semua spesifikasi yang
Rasio
tentang
diberikan benar
jelas.
Semua spesifikasi yang
Penjelasan
diberikan benar
tetapi
grafik
yang
Rasional
yang
diberikan
disajikan benar 3
Sebagian
terbesar
gambar dan pertelaan
diberikan, msih
membutuhkan
yang diberikan benar
hambatan 2
Beberapa gambar dan
Hanya
pertelaan
spesifikasi yang benar
tidak lengkap
Gambar dan pertelaan
Spesifikasi yang diberikan
Rasional yang diberikan
yang
salah
tidak benar
yang
disaji
sebagian
Rasional yang diberikan
benar 1
diberikan
terbatas
dan
sangat hanya
sedikit yang benar D. macam-macam penilaian rubrik
@ Jangkar Penampilan : Konsisten dan fokus Menandai salah satu tugas dari sekian tumpukan tugas yang banyak sebagai salah satu cara untuk fokus pada pekerjaannya. Beberapa orang menggunakan trik dengan menempelkan permen karet pada setiap satu tugas yang telah diselesaikan dari sekian jumlah tugas-tugas yang telah disusun (ditumpuk). Melalui rubrik kita bisa memfokuskan perhatian pada tugas yang kita pikirkan sebagai tugas terbaik atau terburuk. @ Menyokong Feed back yang detail dan formatif Dengan rubric kita bias melakukan pekerjaan lebih cepat karena tidak perlu menuliskan catatan-catatan ekstensif pada setiap makalah tugas. Karena hanya dengan mencentang atau membuat lingkaran pada rubric, atau menuliskan satu atau dua kata pada rubric panduan penilaian.
Kunci dari penilaian rubrik adalah cek, lingkaran dan kata-kata terpilih, memudahkan dan mempercepat proses penilaian sambil tetap memberikan feedback yang detail dan formatif. Pilahan – pilhan itu tergantung jenis rubrik yang dipakai, seperti : a. Rubrik tiga sampai lima level menggunakan kotak untuk dicenteng b. Rubrik tiga sampai lima level menggunakan lingkaran pada teks (lingkaran) c. Rubrik panduan penilaian untuk feedback naratif. Rubrik tiga sampai lima level menggunakan kotak untuk dicenteng dalam proses pembuatannya membutuhkan waktu yang banyak, tetapi membutuhkan waktu sedikit dalam penggunaannya. Rubrik tiga sampai lima level menggunakan kotak untuk dicenteng merupakan rubrik yang dianggap paling tepat untuk menilai Sesutu yang membutuhkan feedback detail dan kecepatan presentasi oral. Rubrik tiga sampai lima level sangat menghemat waktu dalam penilaiannya. @ Feedback yang fleksibel dan individual (rubrik panduan penilaian) Rubrik dengan skala level tiga sampai lima level baik yang dicentang atau dilingkari ketika memberikan penilaian mampu melakukan penghematan waktu dan ketika memberikan feedback kepada siswa dan kaya akan informasi. Rubrik tiga samapai lima level memudahkan penggunaanya tetapi susah pembuatannya. Hal ini berbeda dengan rubrik panduan penilaian. Rubrik panduan penilaian mudah dalam pembuatannya tetapi lebih lama dalam melakukan penilaian aktual terhadap siswa. Akan tetapi rubrik panduan penilaian pada prakteknya ternyata terkadang lebih menghemat waktu, selain itu rubrik panduan penilaian memiliki manfaat ganda, yaitu individualisasi dan fleksibelitas yang lebih besar dalam penilaian. Rubrik panduan penilaian dapat digunakan untuk menilai kegiatan siswa dimana siswa bebas berkreasi dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Dalam rubrik panduan penilaian dimungkinkan adanya catatan-catatan terhadap karya siswa pada rubrik. Catatan itu merupakan komentar terhadap kriteria (level) kemampuan siswa dalam berbagai dimensi. @ Menampilkan feedback sumatif : Menetapkan Nilai. Apabila pada masing – masing dimensi pada rubrik telah ditetapkan, maka penyimpulan dapat menjadi latihan matematis. Setiap dimensi dalam rubrik diberi nilai sebagai point, dan siswa dinilai dari seberapa banyak mereka menempuh point-point yang terdapat dalam rubrik.
@ Menilai metode pengajaran sendiri Selain digunakan untuk menilai siswa, rubrik juga bisa digunakan untuk menilai diri sendiri, untuk feedback pribadi. Kita bisa melihat pekerjaan siswa untuk mengukur hasil pekerjaan diri sendiri. E. Langkah pengembangan rubrik
Dalam pengembangan rubrik, perlu diperhatikan beberapa langkah. Donna Szpyrka dan Ellyn B. Smith (1995) menyebutkan bahwa langkah-langkah pengembangan rubric adalah sebagai berikut : Menentukan konsep, keterampilan atau kinerja yang akan diasesmen. Merumuskan atau mendefinisikan dan menentukan urutankonsep atau keterampilan yang akan
diasesmen ke dalam rumusan atau definisi yang menggambarkan aspek kognitif dan aspek kinerja. Menentukan konsep atau keterampilan yang terpenting dalam tugas yang harus diasesmen. Menentukan skala yang akan diasesmen. Mendeskripsikan kinerja mulai dari yang diharapkan sampai dengan kinerja yang tidak diharapkan
(secara gradual). Deskripsi konsep atau keterampilan kinerja tersebut dapat diikuti dengan memberikan angka pada setiap gradasi atau member deskripsi gradasi. Melakukan uji coba dengan membandingkan kinerja atau hasil kerja dengan rubric yang telah
dikembangkan. Berdasarkan hasil penilaian terhadap kinerja atau hasil kerja dari uji coba tersebut kemudian
dilakukan revisi terhadap deskripsi kinerja maupun konsep dan keterampilan yang akan diasesmen. Memmikirkan kembali tentang skala yang digunakan. Merevisi skala yang digunakan.
Walaupun suatu rubric telah diupayakan untuk disusun dengan sebaik-baiknya tetapi harus disadari bahwa tidak mungkin rubric yang tersusun itu merupakan sesuatu yang sempurna atau dianggap sebagai satu-satunya kriteria untuk menialai kinerja siswa dalam satu kegiatan. F. Berbagai Variasi Penggunaan Rubrik
Rubrik tiga sampai lima level dan rubrik panduan penilaian merupakan jenis rubrik yang sering digunakan dalam penilaian. Akan tetapi ternyata dalam kelas – kelas khusus seperti lab,
managemen, desain grafis dan studio seni perlu dibuat jenis rubrik yang lain, walaupun secara essensi tidak berbeda dengan rubrik yang baku. Perbedaannya terletak pada proses pengembangan dan isi rubrik dalam menetapkan kegiatan tugas, variasi ini kemudian membutuhkan sedikit format sedikit berbeda, tetapi sebenarnya tidak berbeda dari rubrik yang telah di bahas sebelumnya. Karena semua variasi dari rubrik ini menyertakan komponen dasar dari skala, dimensi, dan deskripsi dimensi yang diatur dalam sebuah table. 1 Rubrik Bertahap,
Untuk tugas yang dikerjakan bertahap rubrik ini dipakai untuk menilaia dimanaproses pembuatan tugas sama pentingnya dengan hasil akhir. Rubrik ini bisa digunakan untuk waktu lama, sehingga bisa menjadi alat monitoring siswa. Rubrik ini memberikan pengetahuan penambahan pengetahuan siswa tentang penyelesaian tugas sambil juga memberikan feedback cepat terhadap apa saja yang sudah diperolehnya sejak awal. Kelemahan dari rubrik ini yaitu tidak dapat sespesifik rubrik akhir (yang merupakan rubrik tak bertahap). Namun, rubrik bertahap ini tidak hanya menunjukkan kepada siswa tentang langkah-langkah yang sudah diselesaikan, tetapi juga langahlangkah
yang
harus
dipenuhi.
2 Rubrik Makalah Riset
Digunakan biasanya untuk proyek yang perlu waktu lama. Rubrik ini memiliki kesamaan dari rubrik bertahap, karena terdapat elemen dari rubrik bertahap yang bisa diambil, akan tetapi rubrik ini juga bisa menjadi panduan siswa untuk memulai penelitian dan juga menjadi bahan refleksi mengenai apa yang harus dilakukan, semacam pengalaman.
2.6.3 Rubrik Rangkap
Rubrik ini dipakai untuk merencanakan penaksiran atau perkiaraan di bandingkan untuk menilai. Rubrik ini digunakan untuk menilai – pada akhirnya dipakai sebagai alat penilan juga – tugas yang kompleks. Pendekatan portofolio rangkap menyatukan semua bagian-bagian dasar dari rubrik sederhana, tetapi menciptakan rubrik-rubrik khusus untuk setiap dimensinya.
H. Manfa’at Penilaian Rubrik
View more...
Comments