Model Konseing Trait Factor
August 26, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Model Konseing Trait Factor...
Description
MODEL-MODEL KONSELING “TRAIT AND FACTOR” Tugas Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Model-Model Konseling
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Gede Sedanayasa, M.Pd.
Anggota Kelompok :
Nur Hikmah
( 1011011081 1011011081 )
I Made Sumadiyasa
( 1011011103 )
Gusti Ayu Ryana Mahasari
( 1111011014 )
JURUSAN BIMBINGAN KONSELING FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2013
KATA PENGANTAR Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat beliaulah kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Terselesaikannya makalah ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan dari
pihak-pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam proses penyusunan dan pembuatan makalah ini. Rasa terima kasih kami sampaikan kepada pihak-pihak yang turut serta membantu demi terselesaikannya makalah ini sesuai dengan apa yang telah diharapkan sebelumnya. Kami sebagai manusia yang banyak memiliki kekurangan menyadari bahwa apa yang kami sampaikan dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dalam proses penyampaiannya maupun isi atau hal-hal yang terkandung di dalamnya. Maka dari itu kami selaku penulis dan penyusun makalah ini sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang kami banggakan yang bersifat membangun sehingga dapat membantu kami untuk dapat lebih menyempurnakan lagi makalah yang kami buat ini. Kami sangat berharap apa yang kami sajikan dan apa yang kami sajikan dalam makalah ini dapat memberikan manfaat-manfaat yang sedianya dapat berguna pagi pembaca pada umumnya dan para calon konselor pada khususnya sehingga apa yang menjadi tujuan pendidikan di Indonesia serta tujuan Bangsa Indonesia dapat tercapai sebagaimana yang diharapkan.
Singaraja, 20 April 2013
Kelompok 7,
ii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR................................ PENGANTAR...................................................... ............................................ ........................ ..
ii
DAFTAR ISI.......................................... ISI................................................................ ............................................ ............................ ......
iii
BAB I PENDAHULUAN.............................. PENDAHULUAN.................................................... .......................................... ....................
1
1.1. Latar Belakang Masalah.............................................. Masalah......................................................... ...........
1
1.2. Rumusan Masalah............................................... Masalah................................................................... ....................
2
1.3. Tujuan.....................................................................................
2
1.4. Manfaat..................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN.................................. PEMBAHASAN........................................................ ....................................... .................
3
2.1. Konsep Dasar................................................ Dasar...................................................................... ......................... ...
3
2.2. Pandangan Tentang Manusia............................................... Manusia................................................. ..
7
2.3. Tujuan....................................................................................
9
2.4. Peranan Konselor & Konseli.............................................. Konseli................................................. ...
10
2.5. Teknik dan Prosedur.......................................... Prosedur.............................................................. ....................
10
2.6. Langkah-Langkah..................................................................
12
2.7. Kekhasan Teori.............................................. Teori.................................................................... ........................ ..
15
BAB III PENUTUP........................................ PENUTUP.............................................................. .......................................... ....................
16
3.1. Kesimpulan............................................................................. DAFTAR PUSTAKA................................... PUSTAKA......................................................... ............................................ ......................
iii
16 17
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah. Konselor adalah sebuah profesi yang mana setiap individu dengan profesi ini diwajibkan untuk mengikuti pendidikan yang mencetak sumber daya manusia yang profesional dalam bidang bimbingan konseling. Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan pra - jabatan seperti pendidikan di sebuah perguruan tinggi. Selama mengikuti pendidikan ini seorang calon guru BK atau calon konselor diwajibkan untuk mengikuti setiap program pendidikan yang ditentukan, hal ini bertujuan untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dalam bidang bimbingan konseling. Pelaksanaan praktik konseling ini dapat dilakukan di lingkungan sekolah oleh seorang konselor sekolah atau guru BK yang telah mengikuti pendidikan pra-jabatan pada lembaga pendidikan yang mencetak kluaran dalam bidang Bimbingan Kosneling. Atau juga praktik konseling dapat dilakukan di luar lingkungan sekolah oleh orang yang telah memegang lisensi untuk melakukan praktek konseling tersebut atau yang telah memiliki titel Kons. Dalam pelaksanaan pemberian layanan Bimbingan Konseling baik yang dilakukan di sekolah maupun di masyarakat seorang Guru BK atau konselor harus menggunakan teknik-teknik konseling yang disesuaikan dengan masalah yang dihadapi oleh klien yang dihadapi. Hal ini dikarenakan setiap teknik konseling memiliki ide dasar atau konsep dasar serta tujuan yang berbeda, maka sebab itulah setiap masalah yang dihadapi teknik yang digunakan disesuaikan dengan masalah tersebut. Dan bagaimana dengan penggunaan teknik Trait and Factor dalam menghadapi masalah atau kasus yang dihadapi oleh konselor? Untuk itulah makalah ini dibuat.
1
1.2. Rumusan Masalah. Berdasarkan apa yang terdapat di dalam latar belakang masalah, maka yang menjadi rumusan masalah di sini adalah : - Apakah konsep dasar teknik Trait and Factor ? - Bagaimanakah konsep tentang manusia menurut teori ini ? - Apakah tujuan dari penggunaan teknik ini ? - Seperti apakah peranan konselor dan konseli ? - Bagaimanakah teknik atau prosedur teori ini ? - Dan Bagaimana langkah-langkah pelaksanaan teori Trait and Factor ini ? 1.3. Tujuan. Sesuai dengan penjelasan dalam latar belakang masalah dan rumusan masalah, tujuan dari penulisan makalah ini adalah : - Memenuhi tugas mata kuliah Model-Model Konseling. - Memberikan pemahaman kepada pembaca tentang teori Trait and Factor. 1.4. Manfaat. Berdasarkan apa yang terdapat di dalam latar belakang masalah, rumusan masalah dan tujuan, manfaat dari makalah ini adalah : - Pembaca
dapat
memahami
tentang
materi-materi
yang
disajikan. - Terselesaikannya tugas makalah mata kuliah Model-Model Konseling.
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Konsep Dasar. Teori Trait and Factor tersusun melalui perkembangan yang lama dan berasal dari sumbangan sejumlah pakar. Para ahli seperti F. Parsons, Pars ons, D. G. Paterson, J. G. Darley, E. G. Wiliiamson memberikan sumbangan yang besar
dalam
kemajuan
psikologi
diferensial
yang
menekankan
pengungkapan ciri-ciri kepribadian melalui alat ukur ilmiah, yang berlandas pada paham dan pengakuan adanya peredaan antar pribadi. Psikologi diferensial bertujuan untuk mengetahui apa kaitan dan arti penting perbedaan-perbedaan itu. Hal-hal itulah yang juga dibahas dalam teori perkembangan karier Trait and Factor. Yang dimaksud dengan Trait adalah adalah suatu ciri yang khas bagi seseorang dalam berpikir, berperasaan, dan berprilaku, seperti intelegensi ( berpikir ), iba hati ( berperasaan ), dan agresif ( berprilaku ). Sedangkan ciri-ciri dasar yang ditemukan disebut Factor. Teori Trait and Factor adalah pandangan yang mengatakan bahwa
kepribadian seseorang dapat dilukiskan dengan mengidentifikasikan jumlah ciri, sejauh tampak dari hasil testing psikologis yang mengukur masingmasing dimensi kepribadian itu. Among the earliest theorists on the vocational vocational counseling, counseling, Parsons ( 1909 ) maintained that vocational guidance is accomplished first by studying the individual, second by surveying occupations, and finally by matchingthe individuals with the occupations. This process, called Traitand-Factor theory . . . ( Vernon G. Zunker, 2011 ). Di kalangan para pelopor
teori konseling vokasional, Parsons ( 1909 ) berpendapat bahwa bimbingan vokasional dilakukan pertama dengan mempelajari individu, kemudian dengan menelaah berbagai okupasi, dan akhirnya dengan mencocokkan individu dengan okupasi. Proses ini, yang disebut teori Trait and Factor, Simply stated, it means matching the individual’s traits with requirements of a specific occupation, subsequently solving the career-search problem
ecara sederhana dapat diartikan sebagai ( Vernon G. Zunker, 2011 ). S ecara
3
mencocokkan karakter individu dengan tuntutan suatu okupasi tertentu, yang pada gilirannya akan memecahkan masalah penelusuran kariernya. Teori Trait and Faktor ini berkembang dari studi tentang perbedaan perbedaan individu dan perkembangan selanjutnya terkait erat dengan gerakan testing atau psikometri. Teori ini berpengaruh besar terhadap studi tentang deskripsi pekerjaan dan persyaratan pekerjaan dalam upaya memprediksi keberhasilan pekerjaan di masa depan berdasarkan pengukuran trait yang terkait dengan pekerjaan. Karakteristik utama dari teori ini adalah asumsi bahwa individu mempunyai pola kemampuan unik atau traits yang dapat diukur secara objektif dan berkorelasi dengan tuntutan berbagai jenis pekerjaan. Konseling Trait and Factor berpegang pada pandangan yang sama dan menggunakan tes-tes psikologis untuk menganalisis atau mendiagnosis seseorang mengenai ciri-ciri dimensi/aspek kepribadian tertentu, yang diketahui mempunyai relevansi terhadap keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam jabatan dan mengikuti suatu program studi. Dan juga istilah konseling Trait and Factor dapat dideskripsikan adalah corak konseling yang menekankan pemahaman diri melalui testing psikologis dan penerapan pemahaman itu dalam memecahkan beragam problem yang dihadapi, terutama yang menyangkut pilihan program studi/bidang pekerjaan. Williamson berpendapat bahwa kepribadian terdiri dari sistem sifat atau faktor yang saling tergantung, seperti kemampuan, minat, sikap dan temperamen. Perkembangan individu dari masa kanak-kanak ke masa dewasa maju kalau faktor-faktor tersebut diperkuat dan menjadi matang. Studi ilmiah telah dilakukan untuk mengetahui berbagai sifat individu dan membantunya mengenal dirinya sendiri serta meramalkan keberhasilannya dalam berbagai kegiatan atau jabatan. Williamson pun memiliki konsep pokok bahwa terdapat sifat ( trait ) yang unik pada tiap individu dan yang harus diselidiki secara objektif dengan pengukuran yang objektif pula. Tujuan penyuluhan tidak dapat terbatas kepada bantuan kepada individu untuk mengenal dirinya sendiri dan
4
mengatur dirinya sendiri saja. Dengan demikian, ia mungkin menjadi orang yang berpusat pada diri sendiri dan hanya mementingkan diri sendiri dan tak menuntut kemungkinan pula ia menjadi orang yang baik dalam arti yang sebenarnya. Menurut Allport, sifat dapat disebut struktur mental yang ditemukan melalui pengamatan perilaku dan merupakan keteraturan dan ketetapan dari perilaku tertentu. Ada beberapa jenis dan pengelompokan sifat, yaitu:
Kategori Kepemilikan. Sifat
umum ( common traits ) ialah sifat yang terdapat pada semua
manusia
namun
dalam
tingkatan
yang
berbeda.
Misalnya,
inteligensi, sifat introvert, dan lain-lain. Sifat ini dimiliki semua orang karena latar belakang manusia yang kurang lebih sama, berada dalam budaya yang sama, atau menghadapi tekanan sosial yang hampir sama. Sifat
khas ( unique traits ) yang terdapat pada orang-orang tertentu,
namun dengan kombinasi antar trait yang berbeda. Sifat yang unik ini berkaitan dengan minat dan sikap seseorang.
Kategori Kedalaman.
Surface trait, trait yang tampak di permukaan dan menjadi tema
umum dari beberapa tingkah laku. Misalnya remaja energik, lincah, menyenangkan, dapat dikatakan memiliki surface trait periang.
Source trait, trait yang tidak dapat disimpulkan secara langsung
dari pengamatan tingkah laku, karena hanya dapat diidentifikasi dengan analisis faktor, yaitu dengan mencari hubungan antara faktor dari surface trait dan mencari latar belakang surface trait tersebut. Source trait itu dapat bersifat konstitusional atau dibawa sejak lahir dan dibentuk oleh lingkungan.
Kategori Modalitas Ekspresi. Ability,
trait yang menunjukkan keefektifan seseorang dalam
mencapai tujuan. Misalnya kecerdasan. Temperament,
trait yang menunjukkan gaya atau irama tingkah
laku. Misalnya ketenangan, keberanian, santai, dll.
5
Dynamic,
trait
yang
menunjukkan
motivasi
atau
kekuatan
pendorong tingkah laku. Misalnya dorongan, minat, dan ambisi menguasai sesuatu. Berikut ada beberapa asumsi tentang teori Trait and Faktor yang diperoleh dari berberapa sumber. The following assumtions of the Trait and Factor approach also raise concerns about this theory :
- There is a single career goal for everyone, and - Career decisions are based primarily on measures abilities ( Herr, Cramer & Niles, dalam Vernon G. Zunker, 2011 ). The theory is based on the following promises : a. Individu Individuals als are organised in terms of a unique pattern of capabilities capabilities and potentialities ( traits ). b. These traits are correlated with the requirements of different jobs. c. Testing is the best means of predicting future job success. d. Each individuals individuals attempts to indentify his own traits in order to find a way of working and living which will enable him to use his capabilities effectively ( W. P. Gothard, 1985 ).
Terdapat pula asumsi lain seperti berikut ini : a. Pilihan karier berbeda karena individu memiliki sifat yang berbeda. b. Setiap individu memiliki pola ciri yang khas dan berusaha untuk mengidentifikasinya dan memanfaatkannya dalam pekerjaan. c. Sifat individu reliabel dan sah diukur dengan tes psikologis. d. Pekerjaan berbeda berkaitan dengan sifat-sifat yang dibutuhkan dari individu. e. Korelasi antara sifat-sifat individu dan persyaratan kerja dapat ditentukan dengan cara tes baterai. f. Pilihan karier merupakan fungsi dari kesepakatan antara individu dan pekerjaan ( AMG Schreuder & M. Coetzee, 2007 ).
6
2.2. Pandangan Tentang Manusia. Kepribadian merupakan suatu sistem sifat atau faktor yang saling berkaitan satu sama lain seperti kecakapan, minat, sikap, dan temperamen. Hal yang mendasar bagi konseling trait dan factor adalah asumsi bahwa individu berusaha untuk menggunakan pemahaman diri dan pengetahuan kecakapan dirinya sebagai dasar bagi pengembangan potensinya. Williamson menyebut filsafatnya sebagai “personalisme” bahwa manusia merupakan seorang individu yang unik untuk sebagian besar dapat mempengaruhi dan menguasai baik pembawaan, maupun lingkungannya. Pada tiap orang ada sifat-sifat yang umum secara manusiawi dan terdapat pada semua manusia. Di samping itu ada pula sifat yang khas terdapat pada seseorang yaitu sifat yang unik. Hal itu terjadi karena pembawaan dan lingkungan tiap orang berbeda-beda. Dasar psikologis dari aliran Trait and Factor ini banyak dipengaruhi oleh tokoh-tokoh psikologi lain, misalnya Cattell, Spearman, dan Mc. Dougall, juga dipengaruhi oleh psikoanalisa. Aliran ini memandang bahwa manusia bersifat rasional dengan kemampuan berkembang ke arah positif atau
negatif.
Manusia
memerlukan
bantuan
orang
lain
dalam
perkembangannya. Perkembangan manusia dipengaruhi oleh faktor keturunan dan lingkungan yang mempengaruhi keberhasilan belajar. Potensi pribadi seseorang relatif stabil setelah berumur 7 tahun. Eysenck mendapat pengaruh dari Alport yang menekankan adanya sistem, struktur dan organisasi dalam perilaku seseorang. Eysenk mengemukakan batasan kepribadian sebagai berikut. Karakter adalah sistem yang sedikit banyak tetap dan berkelanjutan dari perilaku konatif ( kemauan ). Yang dimaksud dengan temperamen adalah sistem yang sedikit banyak berkelanjutan dari perilaku afektif ( emosi ). Yang dimaksud dengan intelek adalah sistem yang sedikit banyak tetap dan berkelanjutan dari perilaku kognitif ( kecerdasan ). Yang dimaksud dengan fisik adalah sistem yang sedikit banyak tetap tet ap dan berkelanjutan dari bentuk tubuh dan pembawaan susunan
7
saraf kelenjar endokrin. Sedangkan Williamson Willi amson memiliki pandangan tentang manusia adalah sebagai berikut: 1. Manusia memiliki potensi berbuat baik dan buruk. Williamson berbeda dengan Rouseau yang menganggap manusia pada dasarnya baik dan masyarakat atau lingkunganlah yang membentuknya menjadi jahat. Menurut Williamson, kedua potensi itu, baik dan buruk, ada pada setiap manusia. Tidak ada individu yang lahir membawa potensi baik semata dan sebaliknya juga tidak ada individu yang lahir semata-mata penuh dengan muatan yang buruk. Kedua sifat itu dimiliki oleh manusia, tetapi sifat mana yang akan berkembang tergantung pada interaksinya dengan manusia lain atau lingkungannya. 2. Diri manusia hanya akan berkembang di dalam masyarakat. Manusia memerlukan orang lain dalam mengembangkan potensi dirinya. Aktualisasi diri hanya akan dapat dicapai dalam hubungannya dan atau dengan bantuan orang lain, manusia tidak dapat hidup sepenuhnya dengan melepaskan diri dari masyarakat. 3. Manusia ingin mencapai kehidupan yang baik. Memperoleh kehidupan yang baik dan lebih baik lagi merupakan kepedulian setiap orang. Salah satu dimensi kebaikan adalah “arête”. Manusia berjuang mencapai arête yang menghasilkan kekayaan atau kebesaran diri. Konsep arête diambil dari bahasa Yunani yang dapat diartikan kecemerlangan ( axcelent ). 4. Manusia banyak berhadapan dengan “pengintroduksi” konsep hidup yang baik, yang menghadapkannya menghadapkannya pada pilihan-pilihan. Dalam keluarga, individu berkenalan dengan konsep hidup yang baik dari orang tuanya. Di sekolah dia memperolehnya dari guru, selain itu dari teman dan anggota masyarakat yang lain. 5. Hubungan manusia berkait dengan konsep alam semesta ( The Universe ), Williamson menyatakan bahwa konsep alam semesta dan hubungan manusia terhadapnya sering terjadi salah satu dari : 1. Manusia menyendiri, ketidakramahan alam semesta. 2. Alam semesta bersahabat dan
menyenangkan
atau
menguntungkan
perkembangannya.
8
bagi
manusia
dan
Pandangan mengenai manusia yang lainnya menurut Sugiharto ( 2007 ) : - Manusia merupakan sistem sifat atau faktor yang saling berkaitan antara satu dengan lainnya, seperti kecakapan, minat, sikap, dan temperamen. - Perkembangan kemajuan individu mulai dari masa bayi sampai dewasa diperkuat oleh interaksi sifat dan faktor. - Manusia
berusaha
untuk
menggunakan
pemahaman
diri
dan
pengetahuan kecakapan dirinya sebagai dasar bagi pengembangan potensinya. - Manusia mempunyai mempunyai potensi untuk untuk berbuat berbuat baik atau buruk Makna hidup adalah mencari kebenaran dan berbuat baik serta menolak kejahatan. - Menjadi manusia seutuhnya tergantung pada hubungan dengan orang lain.
2.3. Tujuan. Adapun tujuan dari konseling Trait and Factor adalah untuk mengajak siswa ( konseli ) untuk berpikir mengenai dirinya serta mampu mengembangkan cara-cara yang dilakukan agar dapat keluar dari masalah yang dihadapinya. Tugas konseling Trait and Factor adalah membantu individu dalam memperoleh kemajuan memahami dan mengelola diri dengan cara membantunya menilai kekuatan dan kelemahan diri dalam kegiatan dengan perubahan kemajuan tujuan-tujuan hidup dan karier ( Shertzer & Stone, 1980, 171 ). Maksud konseling menurut Williamson adalah untuk membantu perkembangan kesempurnaan berbagai aspek kehidupan manusia. Menurut Eysenck, tujuan konseling ialah memperkuat keseimbangan antara pengertian dan pemahaman sifat - sifat, sehingga dapat bereaksi dengan wajar dan stabil. Selain itu, dimaksudkan agar siswa mengalami :
Self Clarification / Klarifikasi diri.
•
Self Understanding / Pemahaman diri.
•
9
Self Acceptance / Penerimaan diri.
•
Self Direction / Pengarahan diri.
•
Self Actualization / Aktualisasi diri.
•
2.4. Peranan Konselor & Konseli. Peranan konselor menurut aliran Trait and Factor adalah memberi tahu konseli tentang berbagai kemampuannya yang diperoleh konselor melalui hasil testing, ia juga mengetahui kelemahan dan kekuatan kepribadian konseli, sehingga dapat meramalkan jabatan apa atau jurusan apa yang cocok bagi konseli. Konselor membantu konseli menentukan tujuan yang akan dicapainya disesuaikan dengan hasil testing. Juga dengan memberitahukan sifat serta bakat konseli, maka konseli bisa mengelola hidupnya sendiri sehingga dapat hidup lebih berbahagia. Jadi peranan konselor di sini adalah memberitahukan, memberikan informasi, mengarahkan, karena itu pendekatan ini disebut kognitif rasional.
2.5. Teknik dan Prosedur. Konseling tidak dibatasi kepada jenis konflik tertentu, dan oleh karena itu konseling mencakup berbagai teknik yang relevan dan sepadan dengan hakikat masalah konseli dan situasi yang dihadapi. Keragaman individu memunculkan keragaman teknik konseling. Di dalam proses konseling, tidak ada teknik tertentu yang dapat digunakan untuk konseling kepada seluruh siswa dan arah konseling bersifat bersif at individual. Teknik konseling harus disesuaikan dengan individualitas siswa, dan kita tidak menghindari kenyataan bahwa setiap masalah siswa menuntut fleksibilitas dan keragaman konseling ( Williamson, dalam Petterson, 1996, hal. 36 ). Teknik konseling bersifat khusus bagi individu dan masalahnya. Setiap teknik hanya dapat digunakan bagi masalah dan siswa secara khusus. Teknik– teknik yang digunakan dalam proses konseling ialah : 1. Pengukuran Hubungan Intim ( rapport ). Konselor menerima konseli dalam
hubungan
yang
hangat,
intim,
bersifat
pribadi,
pemahaman dan terhindar dari hal-hal yang mengancam konseli.
10
penuh
2. Memperbaiki pemahaman diri. Konseli harus memahami kekuatan dan kelemahan dirinya, dan dibantu untuk menggunakan kekuatannya dalam upaya mengatasi kelemahannya. 3. Pemberian nasihat atau perencanaan program kegiatan. Konselor mulai bertolak dari pilihan, tujuan, pandangan atau sikap konselor dan kemudian menunjukkan data yang mendukung atau tidak mendukung dari hasil diagnosis. Ada 3 metode pemberian nasihat yang dapat digunakan oleh konselor, yaitu : a. Nasihat langsung ( direct advising ), di mana konselor secara terbuka dan jelas menyatakan pendapatnya. Pendekatan ini dapat digunakan kepada konseli yang berpegang teguh pilihan atau kegiatannya, yang oleh konselor diyakini bahwa keteguhan konseli itu akan membawa kegagalan bagi dirinya sendiri b. Metode persuasif, dengan menunjukkan pilihan yang pasti secara jelas. Penyuluh menata evidensi secara logis dan beralasan sehingga tersuluh melihat alternatif tindakan yang mungkin dilakukannya. c. Metode menjelaskan, yang merupakan metode yang paling dikehendaki dan memuaskan. Konselor secara hati- hati dan perlahan-lahan menjelaskan data diagnostik dan menunjukkan kemungkinan situasi yang menuntut penggunaan potensi konseli. 4. Melaksanakan rencana, yaitu menetapkan pilihan atau keputusan. 5. Mengalihkan kepada petugas atau ahli lain yang lebih berkompeten atau disebut dengan alih tangan kasus. Teknik penyuluhan di samping penggunaan tes, penting sekali wawancara, hubungan tatap muka antara konselor dan konseli. Pendekatan konseling harus berbeda kalau berhadapan dengan anak - anak, remaja atau dewasa. Menurut Eysenck, hubungan konseling merupakan hubungan yang akrab, sangat bersifat pribadi dari hubungan yang akrab, sangat bersifat pribadi dari hubungan tatap muka kemudian konselor bukan hanya membantu individu mengembangkan individualitas apa saja yang sesuai
11
dengan potensinya, tetapi konselor harus mempengaruhi siswa berkembang ke suatu arah yang terbaik baginya. Konselor memang tidak menetapkan, tetapi hanya cara yang baik yang memberi pengaruh, karena itu pula aliran ini disebut dengan konseling direktif.
2.6. Langkah-langkah. Dalam pelaksanaan konseling, ada beberapa langkah konseling menurut Cattell, yaitu : 1. Selama satu jam tiap pertemuan konseli mengerjakan tes buku yang objektif dan tes kepribadian maupun mengadakan pengukuran fisiologis. 2. Setengah jam ia menceritakan tentang mimpi - mimpinya dengan bantuan konselor biasanya ia dapat menafsirkan mimpi - mimpinya. mimpinya. 3. Setengah jam terakhir konseli disuruh berasosiasi bebas tentang mimpinya. Proses konseling teori Trait and Factor dapat dibagi dalam 5 tahap / langkah, yaitu sebagai berikut : 1. Analisis terdiri dari pengumpulan informasi dan data mengenai siswa atau konseli. Baik konseli maupun konselor harus mempunyai informasi yang dapat dipercaya, valid, dan relevan untuk mendiagnosa pembawaan, minat, motif, kesehatan jasmani dan lain sebagainya. Alat analisis yang dapat dikumpulkan adalah : a. Catatan kumulatif. b. Wawancara. c. Format distribusi waktu. d. Otobiografi. e. Catatan anekdot. f. Test psikologi. Study kasus dapat merupakan alat analisis maupun metode untuk memadukan semua data dan terdiri dari catatan komprehensif yang mencakup keadaan keluarga, perkembangan kesehatan, pendidikan maupun pekerjaan serta minat, dan kreasi dan kebiasaan - kebiasaan.
12
Selain mengumpulkan data obyektif, konselor memperhatikan pula cita - cita dan sikap konseli. 2. Sintesis merupakan langkah untuk merangkum dan mengatur data dari hasil analisis, sedemikian rupa sehingga menunjukkan bakat siswa, kelemahan
serta
kekuatannya.
Penyesuaian
diri
maupun
ketaksanggupan menyesuaikan diri. 3. Diagnosis
merupakan
langkah
pertama
dalam
bimbingan
dan
hendaknya dapat menemukan ketetapan dan pola yang menuju kepada permasalahan, sebab - sebabnya se babnya serta sifat - sifat siswa s iswa yang berarti dan relevan yang berpengaruh kepada proses penyesuaian diri. Diagnosis meliputi 3 langkah, yaitu: a. Identifikasi masalah yang sifatnya deskriptif dapat menggunakan kategori Bordin dan Pepinsky. Kategori diagnosis Bordin : -
Dependencee ( ketergantungan ). Dependenc
-
Lack of Information Information ( kurangnya informasi ).
-
( konflik diri ). Self Conflict (
-
Choice Anxiety ( kecemasan dalam membuat pilihan ).
Kategori diagnosis Pepinsky : -
Lack of Assurance Assurance ( kurang dukungan ).
-
Lack of Information Information ( kurang informasi ).
-
Lack of Skill Skill ( kurang keterampilan ).
-
Dependencee ( ketergantungan ). Dependenc
-
( konflik diri ). Self Conflict (
b. Menentukan sebab - sebab, mencakup pencaharian hubungan antara massa lalu, masa kini, dan masa depan yang dapat menerangkan sebab - sebab gejala. b. Prognosis merupakan upaya untuk memprediksi kemungkinan yang akan terjadi berdasarkan data yang ada. Prognosis, misal diagnosisnya kurang cerdas, prognosisnya menjadi kurang cerdas untuk pengerjaan sekolah yang sulit, sehingga mungkin sekali gagal kalau ingin belajar menjadi dokter. Dengan demikian konselor bertanggung jawab dan membantu konseli untuk
13
mencapai tingkat pengambilan tanggung jawab untuk dirinya sendiri, yang berarti ia mampu dan mengerti secara logis, tetapi secara emosional belum mau menerima. 4. Konseling
merupakan hubungan membantu bagi konseli untuk
menemukan sumber diri sendiri
maupun sumber lembaga dan
masyarakat membantu konseli mencapai penyesuaian optimal, sesuai dengan kemampuannya. Hal ini mencakup 5 jenis konseling : a. Belajar terpimpin menuju pengertian diri. b. Mendidik kembali atau mengajar kembali sesuai dengan kebutuhan individu sebagai alat untuk mencapai tujuan kepribadiannya dan penyesuaian hidupnya. c. Bantuan pribadi dari konselor supaya konseli mengerti dan terampil dalam menerapkan prinsip dan teknik yang diperlukan dalam kehidupan sehari – hari. d. Mencakup hubungan dan teknik yang bersifat menyembuhkan dan efektif. e. Suatu bentuk mendidik kembali yang sifatnya sebagai katarsis atau penyaluran.
Selain itu, terdapat juga proses dari pada konseling
( treatment ) yang berhubungan dengan pemecahan masalah
konseling yaitu ada 4 langkah :
Pengembangan alternatif masalah.
•
Proses pemecahan masalah dengan menggunakan beberapa
•
strategi.
Pengujian alternatif pemecahan masalah. Dilakukan untuk
•
menentukan alternatif mana yang akan diimplementasikan, sehingga perlu diuji kelebihan dan kelemahan, keuntungan dan kerugian, serta faktor pendukung dan penghambat.
Pengambilan keputusan. Keputusan diambil berdasarkan syarat,
•
kegunaan, dan fleksibilitas yang dipilih konseli. 5. Tindak lanjut atau follow up mencakup bantuan kepada siswa dalam menghadapi masalah baru dengan mengingatkannya kepada masalah sumbernya sehingga menjamin keberhasilan konseling. Teknik yang
14
digunakan konselor harus disesuaikan dengan individualitas siswa, mengingat bahwa tiap individu unik sifatnya, sehingga tidak ada teknik yang baku yang berlaku untuk semua.
2.7. Kekhasan Teori. Adapun kekhasan dari teori Trait and Factor yang membedakan teori ini dengan teori lainnya adalah :
Pandangan tentang kecocokan ciri-ciri pribadi dengan pekerjaannya.
•
Menggunakan tes psikologi sebagai alat yang dipandang valid untuk
•
memperoleh informasi yang obyektif mengenai keadaan diri individu atau klien.
Asumsi bahwa orang memiliki pola kemampuan dan minat yang dapat
•
diketahui melalui testing, dapat juga diselidiki kualitas-kualitas apa yang dituntut dalam berbagai bidang pekerjaan.
15
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan. Berdasarkan apa yang telah dijelaskan sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan bahwa teori Trait and Factor merupakan teori yang yang mempunyai asumsi seperti psikologi diferensial yang melihat adanya perbedaan yang ada pada diri individu yang mana setiap perbedaan yang menjadi ciri khas individu tersebut kemudian dicocokkan dengan okupasi atau pekerjaan yang cocok dengan kepribadiannya. Tes psikologi merupakan alat yang dipandang valid untuk mengetahui kepribadian individu tersebut yang meliputi minat dan bakatnya. Teori ini dalam praktek konselingnya memiliki teknik dan prosedur yang dapat dilaksanakan untuk membantu individu dalam memecahkan masalahnya terutama dalam bidang karier.
16
DAFTAR PUSTAKA
Anresta, D. S. 2012. Kekhasan Masing-Masing Teori Konseling. Diakses pada 20 April
2013
dari
http://anrestadeseruni.blogspot.com/2012/06/kekhasan-
masing-masing-teori-konseling.html. Gothard, W. P. 1985. Vocational Guidance Theory and Practice. New York : Croom Helm. G. Zunker, Vernon. 2011. Career Counseling A Holistic Approach Eighth Edition. Belmont, CA : Wadswort Cengage Learning. Schreuder, AMG & Coetzee, M. 2007. Careers An Organisational Perspective Third Edition. Lansdowne : Juta Academic.
Widiawati, Diah. 2011. Modul Psikologi Kepribadian I. Diunduh pada 16 Mei 2013 dari http://kk.mercubuana.ac.id/files/61019-14-631067975848.doc. http://kk.mercubuana.ac.id/files/61019-14-631067975848.doc. Tjiptorini, Sitawaty. 2009. Modul IV Trait Factor Factor Theories. Diunduh pada 15 Mei 2013 dari http://kk.mercubuana.ac.id/files/61019-4-788279281518.doc. http://kk.mercubuana.ac.id/files/61019-4-788279281518.doc. Nurhayati, Siti. 2012. Trait and Factor. Diakses pada 11 Mei 2013 dari http://bubon2011.blogspot.com/2012/12/trait-and-factor.html. Ramadhan, Hilalan. 2012. Pendekatan Konseling Trait And Factor. Diakses pada 9
Mei
2013
dari
http://hilalanramadhan.wordpress.com/2012/10/17/
pendekatan-konseling-trait-and-factor/.
17
View more...
Comments