Model Fasies Formasi Baturaja.pdf

July 20, 2018 | Author: Fadel Muhammad Iqbal | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Model Fasies Formasi Baturaja.pdf...

Description

 Jurnal Ilmiah MTG, Vol. Vol. 2, No. 1, Januari 2009

Model Fasies Karbonat Formasi Baturaja, Lapangan Danendra, Cekungan Sumatra Selatan Triana Susilowati dan Suyoto Universitas Pembangunan Nasional Nasional “Veteran” Yogyakarta ABSTRACT The Early Miocene Carbonate Rock is an important rock reservoir in Indonesia. South Sumatra Sumatra Basin has several reservoir carbonate carbonate which still productive. productive. Danendra Field Field is one of carbonate rock case studies which can be be identified identified from well and seismic data and then occasionally occasionally build-ups and mounds of reefal. Facies carbonate carbonate subsurface subsurface analysis were done by by using seismic seismic data of 7  profiles, 10 well data and one biostratigraphy of one well. The research methodology applied in this research is interpretation of sedimentation, manual correlation, and subsurface mapping. Biostratigraphicaly Baturaja Formation was sedimentated during Early Miocene. Four facies have been identified identified at Danendra Field, namely a facies shelf characterized by packstone texture, a facies shelf edge / core reef by the present of boundstone texture, a facies lagoon with mudstone-wackstone texture and finally a tidal flat facies demonstrates the grainstone-packstone texture. Stratigraphicaly, Baturaja carbonate can be subdivided subdivided into five cycles, cycles, the cycles bounded by conformity, conformity, except the fourth cycle bounded by disconformity disconformity due to the erosion. The  process of the first cycle is a sedimentation sedimentation toward marine and then  progradational  progradational and retrogradational retrogradational processes at the second cycle is can be recognized by progradational sedimentation processes, the third cycle a retrogradational process can be identified, and eventually the fourth cycle illustrated by agradational and retrogradational. Sedimentation processes to land ward and finally the fifth cycle characterized by progradational process. Sedimentation environment of Baturaja carbonate was sedimented marine back arc basin due due to sea level changing changing relatively. relatively. Age of Baturaja Baturaja carbonate is Early to Middle Miocene. Miocene. The Caliche Caliche can be found found as a result of weathering of Baturaja carbonate diagenetic process. The moldic and vuggy are formed by dissolve process, all diagenetic processes occurred in vadose environment.The most appropriate Baturaja carbonate facies model is an isolated platform with the model of rimmed shelf accretionary. PENDAHULUAN Sejak tahun 1905, eksplorasi hidrokarbon di daerah Sumatera Selatan telah memberikan pertumbuhan yang cepat, khususnya pada bidang geologi. Muara Enim-Lahat Baturaja adalah daerah studi yang telah banyak membantu pada industri perminyakan, diantaranya Perusahaan BUMN negara (Pertamina, JOB Pertamina –Total  –Total Lahat), Banyak peneliti dan pelajar meninjau daerah tersebut dengan ekskursi lapangan (Field trip). trip). Usaha dalam mencari cadangan minyak dan gas bumi terus dilakukan sejak pertama kali sumber energi tersebut ditemukan. Berbagai macam teknik dan metode telah ditemukan dan dikembangkan untuk mendapatkan sumber cadangan baru. Salah satu teknik yang lazim digunakan adalah pemetaan bawah permukaan. Pemetaan bawah permukaan adalah salah satu usaha awal dalam kegiatan eksplorasi yang akan menjadi m enjadi dasar kegiatan selanjutnya.

 Jurnal Ilmiah MTG, Vol. Vol. 2, No. 1, Januari 2009

Objek dari penelitian adalah Formasi Baturaja, selain karena potensinya yang cukup baik sebagai batuan reservoar, Formasi Baturaja memiliki fenomena sembulan karbonat. Pada tahun 1929 dilakukan geologi survey dan pada tahun 1938 dilakukan gravimetri survey survey diikuti dengan dengan pemboran pemboran sumur oleh BPM yang menghasilkan gas pada batugamping, Formasi Baturaja (Pertamina BPPKA, 1995). Pada tahun 1983, HAPCO melakukan eksplorasi pada Formasi Baturaja, lalu diikuti dengan pemboran beberapa sumur, diantaranya menghasilkan minyak (Djuanda, (Djuanda, 1985). Sumatera Selatan

Ceku Cekun n an Suma Sumatr tra a

Lapangan Danendra (Daerah telitian)

Gambar 1. Peta lokasi lokasi daerah daerah telitian (Pertamina,2006)

 Jurnal Ilmiah MTG, Vol. Vol. 2, No. 1, Januari 2009

FASIES KARBONAT Menurut Hsu dan Reijers (1986) fasies dalam batuan karbonat adalah suatu kumpulan ciri-ciri yang berhubungan dengan sedimen, paleontologi, petrografi dan kehadiran kimia, yang merefleksikan keaktifan proses di lingkungan pengendapan dan diagenetik. Fasies adalah aspek fisika, kimia atau biologi suatu endapan dalam kesamaan waktu, dua tubuh batuan yang diendapkan pada waktu yang sama dikatakan berbeda fasies, kalau kedua batuan tersebut berbeda secara fisik, kimia atau biologinya Secara umum diagenesa pada batuan karbonat terjadi pada: 1. Zona Vadose Vadose : semen meniskus, meniskus, porositas porositas vugy dan biomoldic biomoldic 2. Zona Fresh Water Phreatic Phreatic : semen semen blocky 3. Zona Mixing: porositas interkristal, dolomitisasi dolomitisasi 4. Zona Marine Phreatic semen fibrous, porositas intergranular dan interpartikel. 5. Keberadaan organisme organisme sangat penting dalam mempelajari batuan karbonat. Model dari distribusi Kenozoik foram besar dalam fasies karbonat yang dibuat oleh Van Gorsel (1988) mengacu klasifikasi lingkungan laut menurut New Orleans study Group, (Tipsword,dkk, 1966) Klasifikasi fasies pengendapan dapat juga ditentukan berdasarkan ciri-ciri fasies seismik (Vail, dkk., 1997). Fasies seismik yang menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan fasies antara lain konfigurasi refleksi, geometri (bentuk eksternal), amplitude, kontinuitas. Tabel 1. Parameter refleksi yang yang digunakan dalam interpretasi geologi (Badley, 1985) Parameter Fasies Seismik Konfigurasi Refleksi

Kesinambungan Refleksi  Amplitudo Refleksi Refleksi

Frekuensi Refleksi Kecepatan Dalam (internal velocity)

Bentuk Luar dan Asosiasi Daerah Satuan Facies Seismik

Interpretasi Interp retasi Geologi - Pola lapisan batuan - Proses pengendapan - Paleotopografi dan erosi yang pernah terjadi - Bidang kontak antar fluida f luida - Kesinambungan bidang perlapisan - Proses pengendapan - Perbedaan kecepatan-densitas kecepatan-densitas - Jarak antar lapisan batuan - Kandungan fluida - Ketebalan refleksi - Kandungan fluida - Perkiraan litologi - Perkiraan porositas - Kandungan fluida - Gambaran G ambaran umum lingkungan pengendapan - Batuan sumber material sedimen - Situasi geologi

 Jurnal Ilmiah MTG, Vol. Vol. 2, No. 1, Januari 2009

Tabel 2. Properti dari fasies seismik seismik (Vail dkk, 1977 dalam dalam Badley,1985)

Depositiona Depos itionall E nvironme nvi ronment/ nt/S S etting etting Properties Of seismic Facies Reflection configuration Lithofacies and composition

 S helf/P helf/P latform latform

R eef and and B anks nk s

Parallel / slightly Divergent, highly divergent rare growth fault  Alternating neritic neritic limestone limestone and shale ; rare sandstone ; undaform deposits

Mounded,chaotic,or Mounded,chaotic,or reflector free,pull up or pull down common Shallow  – water carbonate biogenic biogenic buildups ; may or may not exhibit reef-forming framework Elogate lens-shaped (Shelf/platform edge and barries reefs) ; elongate to subcircular lens-shape (patch and pinnacle reefs/banks);form on stable structural elements

Geometry and structure

Sheetlike to wedge-shape or tabular, very stable setting, uniform subsidende

Lateral relationship

May grade landward into coastal facies and basinward into shelf-margin carbonate facies ; local carbonate mounds

Nature of upper / lower boundaries

 Amplitudo

Continuity Continuity

Frequency (cycle breadth)

Shelf / platform edge facies grade updip into parallel / divergent shelf / platform platform facies grade downdip into talus and sigmoid clinoform facies; patch reef / banks facies grade down dip and updip into parallel / divergent Shelf / platform facies ;  pinnacle and and barrier facies facies grade downdip into talus clinoforms and to basinal plain (fondoform) facies. Concordant,coastal onlap and / Upper surface concordant or or baselap over upper surface ; may be onlapped or may be upper surface maybe eroded onlapped by flank reflections ; by submarine canyons ; basal basal surface concordant, surface corcordant, low angle baselapping, baselapping, or may overlie baselap or (rare) toplapped by clinoform toplap; pull up or pullsubjacent clinoforms down of basal surface common High High along along boundaries ; may may be moderate to low laternally ; commonly reflector free High High along boundaries ; internally discontinous to reflector-free Broad or moderate ; little Broad ; cycle may diverge into variability massively bedded buildup

 Jurnal Ilmiah MTG, Vol. Vol. 2, No. 1, Januari 2009

ANALISA STRATIGRAFI KARBONAT BATURAJA Ciri litologi dari bawah ke atas Formasi Baturaja terdiri dari segmen Timur grainstone  – packstone ada sisipan boundstone sisipan boundstone pada segmen tengah kemudian diatasnya terdapat  terdapat  mudstone-wackstone, kemudian diendapkan lagi sisipan boundstone pada bagian tengah sampai ke arah segmen timur, kemudian dari arah tengah sampai segmen Barat segmen Barat terdapat Grainstone-Packstone menyeluruh mulai dari bagian bawah sampai atas. Data Sumur mengatakan bahwa porositas pada Formasi Baturaja merupakan porositas sekunder akibat proses freatik sesaat setelah pengendapan akibat penumpukan (e.g. (e.g. Clure and Fiptiani, 2001 didalam Ginger,D. and Fielding.,2005). Porositas pada Formasi Baturaja tidak hanya dipengaruhi oleh diagenesa, tetapi juga oleh pengendapan, dimana karbonat porous yang potensial dipengaruhi oleh fasies pengendapan aslinya. Pada daerah telitian Lapangan Danendra, Cekungan Sumatera Selatan, penulis menginterpretasikan empat fasies pada interpretasi data seismik yaitu:    

Fasies Shelf  Fasies Shelf edge/Core reef Fasies Lagoon Fasies Tidal flat 

Gambar 3. Korelasi Stratigrafi Stratigrafi Lapangan Danendra Danendra di bagi menjadi menjadi 5 siklus

 Jurnal Ilmiah MTG, Vol. Vol. 2, No. 1, Januari 2009



Penyebaran Karbonat Baturaja, Interpretasi penyebaran lateral karbonat Baturaja berdasar data seismik dan data sumur

Gambar 4. Pembagian siklus satu satu sampai siklus lima pada seismik inline 429 (time domain)

Gambar 5. Pembagian Facies pada seismic inline 429 (time (tim e domain)

 Jurnal Ilmiah MTG, Vol. Vol. 2, No. 1, Januari 2009

SISTEM PENGENDAPAN KARBONAT BATURAJA Paleogeografi Karbonat Baturaja Paleogeografi karbonat baturaja ini pada pada lingkungan lingkungan pengendapan  platform secara rinci, khususnya Lapangan Danendra, penulis membagi menjadi lima siklus proses sedimentasi,yaitu :

Proses sedimentasi siklus pertama p ertama Tahap pertama diawali diawali adanya perubahan perubahan muka air laut laut naik dan batugamping klastik diendapkan pada lingkungan Tidal flat . Formasi Baturaja secara selaras diendapkan diatas Formasi Talangakar yang berumur Miosen Awal (Peneliti terdahulu). Pada umur Miosen Awal Awal diendapkan batugamping batugamping klastik berlapis di lingkungan fasies Tidal flat   dengan litologi batuan Grainstone, Packstone. Packstone. Batugamping klastik siklus satu ini merupakan awal dari pertumbuhan Baturaja pada lingkungan shalow marine. (laut dangkal,menurut peneliti terdahulu) Proses sedimentasi siklus kedua Lingkungan ini (proses sedimentasi siklus kedua) dimana terumbu mulai tumbuh pada bagian timur, ini merupakan awal pertumbuhan Reef dilingkungan shelf edge (core reef), Boundstone  Boundstone  yang tumbuh secara selaras pada lingkungan pengendapan Tidal flat   yang mempunyai litologi batuan Packstone  Packstone  dan Grainstone  Grainstone  dapat dilihat pada Pertumbuhan terumbu ini mengikuti perubahan muka air air laut (aggradation) pengendapan yang seimbang antara sedimen supply dengan accomodation accomodation space.

 Jurnal Ilmiah MTG, Vol. Vol. 2, No. 1, Januari 2009

Proses ini berkembang terus dan sea level rise  rise  mencapai puncaknya. Untuk selanjutnya penurunan muka air laut terumbu muncul. Namun terumbu masih mampu hidup pertumbuhan, dan penenggelaman terjadi kembali. Setelah itu diendapkan secara vertikal batu gamping klastik yang mempunyai litologi Mudstone dan Wackstone  Wackstone  dilingkungan pengendapan Lagoon, Lagoon, diikuti secara selaras ke arah barat muncul pengendapan Fasies Tidal flat   berkembang dengan baik. Proses sedimentasi siklus ketiga Tahap ketiga genang laut mengawali proses yang berikut ini mengakibatkan tergenangnya kembali platform dan terumbu berkembang lagi. Kehidupan yang berikut ini rupannya pada awalnya mampu mengikuti perubahan muka air yang terus melaju ke arah daratan ini menjadikan pertumbuhan reef .  Dengan demikian, cekungan yang semula dangkal atau platform, berubah menjadi lebih dalam, kemudian secara selaras terendapkan diatas Fasies Shelf edge / Core 2 reef, Fasies reef, Fasies ini menempati luas 8,232 Km  dari daerah telitian, setelah itu diikuti dengan diendapkannya secara selaras Fasies Lagoon, Lagoon, karbonat tipe klastik ini ialah mudstone dan wackstone sebagai hasil dari gempuran gelombang terhadap morfologi terumbu. Terumbu yang semula hidup namun kurang mampu untuk mengikuti laju genang laut mati kembali, pertumbuhan reef pada akhirnya mati lagi karena penenggelaman platform yang terus melaju. melaju. Fasies shelf  menempati   menempati luas 26,22 2 2 2 km  dari daerah telitian yang mempunyai panjang 8,48 Km  dan Lebar 8,08 Km , 2 sehingga luas daerah telitian secara keseluruhan yaitu 68,53 Km Proses sedimentasi siklus Keempat Proses yang terjadi pada siklus empat yaitu muka air laut turun Sea level fall  terjadi proses regresi, setelah itu muncul reef siklus ketiga. Korelasi stratigrafi pada siklus empat dimulai dengan Lingkungan Shelf yang diendapkan selaras diatas lingkungan pengendapan Shelf edge/Core reef  ,setelah  ,setelah itu secara selaras terendapkan Fasies Shelf edge/Core reef  diatas fasies lagoon  lagoon  kemudian selanjutnya muncul fasies lagoon diatas lagoon diatas pengendapan Fasies Tidal flat   , fasies ini berkembang dengan baik. Pada saat itu terjadi proses diagenesa (karstifikasi) sehingga terdapat bidang ketidakselarasan disconformity  yaitu  yaitu ketidakselarasan yang terletak diantara dua batuan sedimen dimana perlapisan dibawah dan diatas bidang ketidakselarasan mempunyai kedudukan yang sama, sedang kedua batuan tersebut dibatasi dengan bidang erosi. Tahap selanjutnya terjadi proses sedimentasi pada fasies lagoonal dan fasies tidal flat diikuti dengan proses sedimentasi pada fasies shelf. Proses sedimentasi siklus kelima Siklus kelima merupakan periode terakhir dari proses sedimentasi karbonat batugamping klastik. Dimana proses sedimentasi siklus ke-5, terjadi kenaikan muka air laut sea level rise saat rise saat itu morfologi karst tenggelam dibawah muka air laut setelah itu muncul reef diatas batugamping karst, reef  menumpang   menumpang di atas karst yang segera mengakhiri pengendapan ini, dimana karbonat muncul ke permukaan hingga sekarang.

 Jurnal Ilmiah MTG, Vol. Vol. 2, No. 1, Januari 2009

Kemudian proses sedimentasi terjadi dilingkungan fasies lagoon, tidal flat dan fasies shelf dengan teksture packstone (Fasies Shelf)  Shelf)  kemudian secara selaras diatasnya terendapkan Fasies shelf edge / Core reef  kemudian   kemudian secara berturutturut diendapkan Fasies Lagoon, Lagoon, selanjutnya diendapkan lagi diatas lingkungan pengendapan darat yaitu Tidal flat yang merupakan hasil akhir sampai saat ini dan diepisode ini Baturaja sudah tidak berkembang lagi. Fasies Lagoon 2 menempati luas 5,957 Km  dari luas daerah telitian Lapangan Danendra, Pada 2 Fasies Tidal flat  menempati luas yaitu yaitu 27,24 Km  dari daerah telitian.

MODEL FASIES KARBONAT BATURAJA Dari hasil hasil analisa data seismik dan dan data sumur, banyak hal hal yang dapat diungkapkan dalam bentuk rangkuman yang mengarah kepada bagaimana Model Fasies Karbonat Baturaja.

P latform latform Teris olas olas i  Platform terisolasi adalah cekungan laut dangkal dengan kemiringan sangat landai (6-11) berada dilepas pantai, dipisahkan dengan tepi continental (shelves (shelves)) dengan jarak 14 Km. Luas paparan berkisar antara sepuluh hingga ratusan Km. Maka Platform Platform adalah lingkungan laut dangkal, datar datar dan luas. Sedangkan Sedangkan pemisahnya dengan daratan adalah oleh laut yang justru relatif lebih dalam dibanding platformnya sendiri. sendiri. Hal ini sebenarnya mirip dengan atol, namun bila atol yang sebenarnya, murni ditengah samudera. Bertumpu pada gunung api tengah samudera yang mengalami m engalami penenggelaman. penenggelaman.

Depositiona Depos itionall ata atau u Accr A ccret etionary ionary marg marg ins (by J . Frea Fr ead d R ead ead 1985 1985)) Depositional atau accretionary  margins menggambarkan dan menunjukkan kedua-duanya upbuilding dan out-building ; tebing tinggi curam marginal ; dan shelf edge  edge  dan foreslope/slope foreslope/slope facies

Fasies S helf helf E dg e / C ore Reef  Ini sangat cocok untuk Karbonat Baturaja. Fasies ini sangat sesuai dengan Fasies Platform.  Platform.  Dimana fasies ini pada daerah telitian berkembang sebagai Terumbu dan sangat dominan, tanpa dihadiri adanya fasies oolitic sand . Komposisi fosil terutama Operculina, Miogypsina, Miogypsinoides, Lepidocyclina adalah biota yang khas pembentuk Reefal Reefal karbonat. Itulah maka fasies ini tidak diragukan lagi merupakan lingkungan Platform. Platform. Model fasies Baturaja adalah Platform yang Platform yang terisolasi maka harus ada pemisah antara karbonat Baturaja terhadap batuan dasar yang tersingkap di barat (dimana pada saat itu sebagai daratan). Pemisahnya adalah continental shelves, shelves, menurut model yang dibuat oleh Fread Read ,1985., maka bila bil a karbonat Baturaja ini adalah benar-benar  platform yang terisolasi maka harus ada sedimensedimen seumur dengan karbonat Baturaja yang diendapkan pada lingkungan yang lebih dalam. dalam. Dari gambar-gambar gambar-gambar (Korelasi stratigrafi stratigrafi dan kesebandingan kesebandingan siklus 1-5) jelas adanya sedimen-sedimen yang seumur dan diendapkan pada laut yang lebih dalam. Maka model model fasies karbonat karbonat Baturaja adalah adalah Platform isolasi, dengan model gambar rimmed shelf accretionary .

 Jurnal Ilmiah MTG, Vol. Vol. 2, No. 1, Januari 2009

Model Fasies Platform Daerah Telitian T elitian

 Jurnal Ilmiah MTG, Vol. Vol. 2, No. 1, Januari 2009

KESIMPULAN Dari hasil analisis analisis yang yang telah dilakukan selama selama penelitian, penelitian, maka ada beberapa beberapa point yang dapat disimpulkan disimpulkan : 1.

Terdapat bentukan sembulan karbonat pada Lapangan Danendra berdasarkan peta struktur kedalaman batas atas dan peta ketebalan Formasi Baturaja. Berdasar data seismik seismik inline inline 429 diketahui ada bentukan positif positif yang berarah Timur-Barat Timur-Barat di daereh telitian.

2.

Secara litologi Baturaja terdiri dari batuan karbonat, dan dapat dibagi menjadi beberapa fasies. Korelasi stratigrafi lintasan Timur  –   –  Barat, fasies yang berkembang adalah : Fasies Shelf  Fasies Shelf edge/core reef  Fasies lagoon Fasies Tidal Flat 

• • • •

3.

Umur Karbonat Baturaja dari Te – Te – Tf Miosen awal-Miosen Tengah.

4.

Lingkungan pengendapan pengendapan karbonat Baturaja semua diendapkan di cekungan belakang busur lingkungan marine, marine, sebagai akibat perubahan muka air laut secara relatif.

5.

Proses diagenesa yang terjadi adalah : Pelapukan, pelarutan dan presipitasi, atau dalam hal ini dapat dikatakan secara spesifik adalah : Proses Calichificasi, proses ini terjadi pada lingkungan vadose.

6.

Model Fasies karbonat Baturaja yang paling sesuai adalah Platform yang terisolasi dengan Model Rimmed Shelf Accretionary.

DAFTAR PUSTAKA  Adiwidjaja, P., and de Coster, G.L., 1973, Pre-Teretiary paleotopography and related sedimentation in South Sumatra: Indonesian Petroleum  Association Second Second Annual Convention, Convention, June, 1973, p. p. 89-103.  Ascaria, A.,Riadhy,S.,Martono, D., Sukotjo,A., 1999, Carbonate Play Concept in Sopa and Surronding Areas : An Alternatif Model for Hydrocarbon Occurrence, Musi Platform, South Sumatra Basin, Proceedings IPA, 146-157. Twenty Seventh Annual Convention, Jakarta, hal. 146-157.  Aulia.K., dan Hendrik T.L., 1993. 1993. A Structural and and Tectonic Tectonic Model Of The Coastal Plain Block, South Sumatra Basin, IPA, Jakarta . Badley,

M.E., 1985, Practical Seismic Interpretation, CongressCataloging in Publication, Boston, 247 hal.

Library

Of

Bishop,

M.G., 2000, South Sumatra Basin Province, Indonesia: The Lahat/Talang Akar-Cenozoic Total Petroleum System. U.S. Department of the Interior U.S. Geological Survey. Central Region Energy Resources team. Open File Report 99-50S. p.19.

 Jurnal Ilmiah MTG, Vol. Vol. 2, No. 1, Januari 2009

De Coster, G.L., 1974, The Geology Of the Central and South Sumatra Basins, Proceedings IPA, Third Annual Convention, Jakarta, hal. 77-110. Djuanda,H., 1985, Facies Distribution in The Nurbani Carbonate Build  –Up, Sunda Basin, Proceeding IPA, Fourteenth Annual Convention, Jakarta, hal. 507-526. Dunham Robert J.., 1962, Classification Of Carbonate Rocks According to depositional depositional Texture, Houston, Texas, Texas, Published by AAPG, 1962. Fread Read.J., 1985., Carbonate Platform Facies Models, Models , The AAPG Bulletin V, 69 No.11 January 1985, P. 1-21 . Ginger.D. and Fielding, K (2005), The Petroleum System and Future Potential Of The South Sumatra Basin, Proceeding, Indonesia Petroleum  Association, Thierthienth Thierthienth Annual Annual Convention Convention and Exhibiton. Exhibiton. Hsu, K.J., dan Reijers, T.J.A., 1986, Manual Of Carbonate Sedimentology : A Lexicographical Approach, Academics Approach, Academics Press, Press, Lodon, 302 hal. Komisi Sandi Stratigrafi Indonesia, 1996, Sandi Stratigrafi Indonesia, Ikatan Ahli Geologi Indonesia, hal.3. Murray, J.W., 1973, Distribution and Ecology Of Living Benthic Foraminiferids Heinemann, London, Heinemann, London, 397 hal. Pertamina BPPK., 1995, Petroleum Geology Of Indonesian Basins, Pertamina BPPK-PSC Exploration Managers, Surabaya, Managers, Surabaya, 81 hal. Pulunggono, A., Haryo, A., Kosuma, C.G., 1992, Pre Tertiary Fault Systems as a Framework of The South Sumatra Basin : A Study Of Sar-Maps, Proceedings IPA, Twenty First Annual Annual Convention Convention , Jakarta, hal. 339360. Robert L. Folk., 1962., Spectral Subdivision Of Limestone Types, Types , Austin Texas, Published by AAPG 1962. Sukmono, Sigit, 1999., Interpretasi Geofisika,ITB, Bandung.

Seismik

Refleksi,

Jurusan

Teknik

Suyoto, 1992., Model Fasies Karbonat Gunung Sewu. Thesis ITB, Bandung (Tidak dipublikasikan) Tucker, M.E., dan Wright, P.W., 1990, Carbonate Sedimentology, Blackwell Scientific Publications, Oxford, Publications,  Oxford, 482 hal. Tipsword,H.I. Setzer,F.M. Smith, Jr,F.L, 1956, Introduction Of Depositional Environment in Gulf Coast Petroleum Exploration from Paleontology and Related Stratigraphy, Houston. Van Gorsel, J.T., 1988, Biostratigraphy in Indonesia : Method, Pitfalls and New Directions, Proceedings IPA, Seventeenth Annual Convention , Jakarta, hal. 275-300. Van Der Vlerk, I.M. and J.H.F. Umbgrove, 1927 Tertiary Guide Foraminifera from the Netherlands East Indies. Wetensch.Me Wetensch.Meded., ded., n.6,p.3-35. Wilson, J.L., 1975 Carbonate Facies in Geologic History, Springer- Verlaag, New York, Heidelberg  Heidelberg , Berlin, 441 hal.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF