MKI-M4-CH7,8,9
July 5, 2019 | Author: SekarAjengSavitasari | Category: N/A
Short Description
Manajemen keuangan internasional...
Description
MANAJEMEN KEUANGAN INTERNASIONAL
Ma M ateri Cha C hap pter 7, 8, dan 9”
“
Disusun Oleh : Octavia Reniar Putri NIM : 041614153015 Erika Sefila Putri NIM : 041614153016 Nabila Safitri NIM : 041614153022
MAGISTER SAINS MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2017
CHA PTER 7. I NTERNATIO NTERNATIONAL NAL ARBITRAGE AND INTERE ST RATE PA PARI RI TY 7.1 I NTER NATI ONAL ARB I TRAGE Arbitrase dapat didefinisikan sebagai pemanfaatan perbedaan dalam quoted pricemelalui keuntungan bebas risiko. Dalam banyak kasus, strategi tersebut tidak melibatkan risiko dan tidak memerlukan dana. Jenis arbitrase yang dibahas dalam bab ini terutama bersifat internasional dan diterapkan pada pasar uang valuta asing dan internasional dan memiliki tiga bentuk umum yaitu: ■ locational arbitrage, ■ triangular arbitrage, dan ■ covered interest arbitrage
7.1a L ocationa cationall arbitrage arbi trage Bank komersial yang menyediakan layanan pertukaran valuta asing biasanya memiliki tingkat yang sama pada mata uang. Jika permintaan dan kondisi penawaran untuk mata uang tertentu bervariasi antar bank maka mata uang tertentu harganya mungkin akan bervariasi pada tingkat yang berbeda, dalam hal ini kekuatan pasar akan memaksa harga kembali sama. Bila nilai tukar yang bervariasi di antarlokasi, peserta pasar valuta asing dapat memanfaatkan perbedaan tersebut. Secara khusus, mereka dapat menggunakan locational arbitrage, yang merupakan proses membeli mata uang pada lokasi di mana mempunyai mempun yai harga murah dan kemudian langsung menjualnya di beberapa lokasi lain dimana harganya lebih tinggi. Locational arbitrage biasanya dilakukan oleh bank atau dealer valuta asing lainnya yang komputernya dapat terus memantau kurs yang diberikan oleh bank lain. Keuntungan dari locational arbitrage ini didasarkan pada dua faktor: jumlah uang yang digunakan untuk memanfaatkan perbedaan nilai tukar, dan ukuran dari perbedaan tersebut. Jika keuntungan dari arbitrage ini lebih kecil dari keuntungan investasi, ada hal yang harus di pertimbangkan yaitu investor tidak perlu menahan dana.
Tr i angular ngular A rbitrage rbitrage 7-1b Tri hubun gan antara dua d ua mata uang uan g yang masingmasing Cross exchange rate mengungkapkan hubungan masing berbeda darisalah satu mata uang dasar. Di Amerika Serikat, cross exchange rate mengacu pada hubungan antara dua mata uang non-dolar. Jika kurs lintas mata uang aktual berbeda dengan kurs cross exchange rate yang sebenarnya, investor bisa mencoba untuk memanfaatkan perbedaan tersebut. Secara khusus, investor dapat menggunakan triangular arbitrage pada transaksi mata uang mana yang dilakukan di pasar spot untuk memanfaatkan perbedaan dalam cross exchange rate antara dua mata uang. Seperti locational arbitrage, triangular arbitrage tidak mengikat dana.
Kemungkinan besar arbitrase segitiga akan membutuhkan tiga transaksi pada tiga bank terpisah.Jika dua dari tiga nilai tukar ini diketahui, maka nilai tukar pasangan ketiga bisa ditentukan. Arbitrase segitiga akan memaksa nilai n ilai tukar kembali kemb ali ke ekuilibriumnya.Seperti arbitrase lokasi, arbitrase segitiga adalah strategi yang hanya dimanfaatkan sedikit pihak karena teknologi komputer yang tersedia bagi pedagang valuta asing hampir bisa mendeteksi misalignments dalam kurs lintas nilai tukar. Inti diskusi iniadalah bahwa arbitrase segitiga akan memastikan bahwa kurs lintas nilai tukar biasanya bergerak dalam hubungan yang benar. Jika kurs lintas nilai tukar tidak sesuai, maka arbitrase segitiga akan menyesuaikan diri sampai pada titik keseimbangan. AKTIFITAS
DAMPAK
1. Partisipan menggunakan dollar Bank meningkatkan kurs jual pounds untuk membeli poundsterling terhadap dollar 2. Partisipan menggunakan pounds Bank mengurangi kurs beli pounds untuk membeli MYR terhadap MYR, sehingga mengurangi jumlah MYR yang ditukar per pound yang diterima 3. Partisipan menggunakan MYR Bank mengurangi kurs beli MYR untuk membeli US$ terhadap US$
7-1c Co C over ver ed I nter nter est A r bi trage Arbitra A rbitrase se suku suku bunga (int (i nte erest rest ar bi tr age) ge) : proses untuk memanfaatkan perbedaan suku bunga di antara 2 negara Perlindungan (covered) : lindung nilai atas risiko kurs nilai tukar Arbitra A rbitrase se per lindun lindunga gan n suku suku bunga unga : proses memanfaatkan perbedaan suku bunga antara 2 negara untuk melindungi dari risiko kurs nilai tukar. Contoh soal : Anda berminat memanfaatkan suku bunga yang relatif tinggi di Inggris dan anda memiliki dana yang tersedia untuk 90 hari. Suku bunga ini sudah pasti, hanya kurs masa depan saat anda menukar poundsterling menjadi dolar yang tidak pasti. Anda dapat menggunakan kontrak forward penjualan poundsterling untuk memastikan kurs saat poundsterling ditukar menjadi dolar pada suatu waktu di masa depan. Jadi strateginya adalah : Step 1 : pada hari pertama, tukar dolar US menjadi pounds dan membuat deposito berjangka 90 hari di bank Inggris Step 2 : pada hari pertama, buatlah kontrak forward untuk menjual pounds 90 hari kemudian Step 3 : setelah 90 hari, saat deposito jatuh tempo, tukar pounds menjadi dolar US berdasarkan kurs yang telah disepakati pada kontrak forward
Jika kurs yang diterima dari arbitrase suku bunga melebihi kas yang digunakan untuk investasi pada deposito bank domestik, dan asumsikan bahwa deposito tersebut tidak terkena risiko gagal bayar, maka arbitrase perlindungan suku bunga layak dilakukan
7-1d Comparison of A rbitrage E ffects Exhibit 7.8 memperlihatkan perbandingan tiga bentuk arbitrage. Ancaman dilakukannya arbitrase lokasi membuat nilai tukar antar bank pada lokasi berbeda akan sama. Ancaman dilakukannya arbitrase segitiga memastikan bahwa kurs lintas mata uang ditentukan dengan layak. Adanya perbedaan ini akan menimbulkan arbitrase yang kemudian akan mengeliminasi perubahan tersebut. Karenanya arnitrase cenderung mendorong adanya pasar pertukaran valuta asing yang lebih teratur.
7-2 I NTER E ST RATE PARI TY (I RP) Bila kekuatan pasar menyebabkan suku bunga dan nilai tukar melakukan penyesuaian seperti perlindungan suku bunga arbitrase tidak lagi layak, maka hasilnya adalah keadaan ekuilibrium yang dikenal sebagai tingkat suku bunga (IRP). Dalam ekuilibrium, tingkat forward berbeda dari kurs spot dengan jumlah yang cukup untuk mengimbangi perbedaan suku bunga antara dua mata uang. Dalam contoh sebelumnya, investor AS menerima tingkat bunga yang lebih tinggi dari investasi asing; Namun ada efek mengimbangi karena investor harus membayar lebih per unit mata uang asing (pada kurs spot) daripada yang diterima per unit saat mata uang tersebut dijual
dengan kontrak forward (pada tingkat forward). Ingatlah bahwa bila tingkat forward kurang dari kurs spot, ini berarti bahwa forward rate menunjukkan diskon.
7-2a Derivation of I nterest Rate Parity Hubungan antara forward premium (atau diskon) mata uang asing dan tingkat suku bunga yang mewakili mata uang ini, menurut IRP dapat ditentukan sebagai berikut. Pertimbangkan seorang investor AS yang mencoba melindungi bunga arbitrase. Return investor dari penggunaan strategi ini dapat dihitung dari informasi berikut:
Jumlah mata uang negara asal (ex: dolar AS) yang awalnya diinvestasikan (Ah) Kurs spot (S) dalam dolar saat mata uang asing dibeli, Suku bunga deposito asing (if ) dan Kurs forward (F) dalam dolar dimana valuta asing akan dikonversi kembali ke dolar AS.
Dengan strategi ini, jumlah mata uang yang diterima pada akhir periode deposito adalah An = (Ah / S) (1 + i f ) F Kita dapat menulis ulang persamaan ini sebagai An = (Ah / S) (1 + i f [S (1 + p)] = Ah (1 + if (1 + p)
Tingkat pengembalian dari investasi ini (disebut R) diberikan sebagai berikut:
Jika terdapat IRP maka tingkat pengembalian R yang dicapai dari perlindungan bunga arbitrase harus sama dengan tarif i h yang tersedia di negara asal; Oleh karena itu : R = ih
Sekarang akan disubstitusikan dengan istilah asli untuk R : (1 + if ) (1 + p) – 1 = ih
Kita dapat menentukan berapa premi forward valuta asing yang harus berada di bawah IRP:
Dengan demikian, mengingat dua tingkat suku bunga yang menjadi perhatian, tingkat forward rate di bawah kondisi IRP dapat diturunkan. Jika tingkat forward sebenarnya berbeda dari forward rate yang diturunkan ini, maka mungkin ada potensi untuk melindungi bunga arbitrase.
7-2b Determining the F orward Premium Dengan menggunakan informasi yang baru dijelaskan, premi forward dapat diukur berdasarkan selisih suku bunga dalam kondisi IRP. Contoh Soal :
Asumsikan bahwa Peso Meksiko menunjukkan tingkat bunga 6 bulan 6 persen dan bahwa Dolar AS menunjukkan tingkat bunga enam bulan sebesar 5 persen. Dari perspektif investor AS, dolar AS adalah mata uang asal. Menurut IRP, forward rate premium Peso sehubungan dengan dolar AS seharusnya
Dengan demikian, kontrak berjangka enam bulan ke depan mengenai peso harus menunjukkan diskon sekitar 0,94 persen. Ini berarti bahwa investor AS akan menerima ,94 persen lebih sedikit saat menjual peso enam bulan dari sekarang (berdasarkan forward sale) daripada harga yang mereka bayar untuk peso hari ini dengan harga spot. Diskon seperti itu akan mengimbangi keuntungan suku bunga peso. Jika harga spot peso adalah $ 0,10, maka forward discount sebesar 0,94 persen menghasilkan penghitungan tingkat forward enam bulan berikut:
E ffect of the I nterest Rate Di fferential. Hubungan yang diprediksi oleh IRP antara forward premium (atau diskon) dan perbedaan suku bunga dapat dilihat dengan bentuk sederhana sbg berikut:
=
−
≈ −
Keterangan : P = forward premium (atau diskon) F = forward rate dalam dollar S = kurs spot dalam dolar ih = tingkat bunga negara asal if = tingkat bunga luar negeri Bentuk perkiraan ini memberikan perkiraan yang masuk akal bila perbedaan suku bunga tsb kecil. Perhatikan bahwa variabel dalam persamaan ini tidak disetahunkan. Dalam contoh sebelumnya, suku bunga AS (asal) kurang dari tingkat bunga luar negeri, jadi tingkat forward rate berisi diskon (tingkat forward lebih rendah dari kurs spot). Tingkat yang lebih besar dimana tingkat bunga luar negeri melebihi tingkat bunga rumah, tingkat yang lebih besar akan menjadi forward discount dari mata uang asing yang ditentukan oleh formula IRP. Jika suku bunga asing kurang dari suku bunga asal, maka IRP menyarankan agar forward rate harus menunjukkan premi. Sehingga , jika forward premium sama dengan perbedaan suku bunga yang baru saja dijelaskan, maka perlindungan bunga arbitrase yang diajukan tidak akan layak dilakukan. Contoh Soal :
Gunakan informasi mengenai spot rate, tingkat forward rate enam bulan ke depan dari peso, dan tingkat suku bunga Meksiko dari contoh sebelumnya untuk menentukan return investor AS dari penggunaanperlindungan bunga arbitrase. Asumsikan investor memulai dengan $1.000.000 untuk diinvestasikan. Step 1 : Pada hari pertama, investor AS mengubah $1,000,000 menjadi peso Meksiko (MXP) seharga $0,10 per peso: $1,000,000 / $10 per peso = MXP10, 000,000 Step 2 : Pada hari pertama, investor ini juga menjual peso enam bulan ke depan. Jumlah peso yang akan dijual di masa depan adalah perkiraan dugaan peso selama periode enam bulan, yang diperkirakan sebagai berikut MXP10, 000x (1 + .06) = MXP 10, 600, 000 Step 3 : Setelah enam bulan, investor AS menarik setoran awal peso beserta akumulasi bunga, yang berjumlah 10.600.000 peso.
Investor mengubah peso menjadi dolar sesuai dengan kontrak forward yang disepakati enam bulan sebelumnya. Tingkat forward adalah $ 0.09906, sehingga jumlah dolar AS yang diterima dari konversi tersebut MXP10, 600, 000 x ($ .09906 per peso) = $ 1.050.036
Dalam kasus ini, perlindungan bunga arbitrase investor mencapai tingkat pengembalian sekitar 5 persen. Pembulatan forward discount menjadi 0,94 persen menyebabkan sedikit penyimpangan dari imbal hasil 5 persen. Jadi, dengan menggunakan perlindungan bunga arbitras dalam keadaan ini menghasilkan pengembalian yang akan investor dapatkan dengan menginvestasikan dana di dalam negeri. Hasil ini menegaskan bahwa covered interest arbitrage tidak bermanfaat jika berada pada posisi IRP.
7-2c Graphic Analysis of I nterest Rate Parity Grafik dapat digunakan untuk membandingkan perbedaan suku bunga dengan forward premium (atau diskon). Garis diagonal pada Exhibit 7.9 memilah semua titik yang memenuhi paritas suku bunga.
Points Representing a Discount. Untuk semua situasi di mana tingkat bunga asing lebih tinggi daripada tingkat bunga asal, forward rate harus menunjukkan diskon kira-kira sama dengan perbedaan itu. Ketika suku bunga luar negeri (jika) melebihi tingkat bunga asal (ih) sebesar 1 persen (ih- if = 1%), forward rate harus menunjukkan diskon dari 1 persen. Hal ini ditunjukkan oleh titik A pada grafik. Jika suku bunga asing melebihi tingkat bunga asal sebesar 2 persen maka tingkat forward harus menunjukkan diskon 2 persen (seperti yang ditunjukkan oleh titik B), dan sebagainya.
Points Representing a Premium.
Untuk semua situasi di mana tingkat bunga asing lebih rendah dari tingkat bunga asal, forward rate harus menunjukkan premi kira-kira sama dengan perbedaan tersebut. Misalnya, ketika tingkat bunga asal melebihi tingkat bunga asing sebesar 1 persen (ih-if = 1%), forward premium harus 1 persen. Hal ini ditunjukkan oleh butir C pada Exhibit 7.9. Jika tingkat bunga
asal melebihi tingkat asing dengan 2% (ih-if =2%), maka forward premium harus 2 persen, yang diwakili oleh titik D, dan lain sebagainya.
Points Representing I RP
Setiap titik terletak di garis diagonal yang memotong grafik asal yang mewakili IRP. Garis diagonal tersebut disebut sebagai garis paritas suku bunga (interest rate parity-IRP). Covered interest arbitrage tidak dimungkinkan dalam kondisi yang ditunjukkan oleh poin sepanjang garis IRP. Setiap waktu, perorangan atau perusahaan dapat memeriksa mata uang apapun untuk membandingkan forward rate premium (atau diskon) ke perbedaan suku bunga dengan Amerika Serikat. Dari perspektif AS, suku bunga di Jepang biasanya lebih rendah dari suku bunga asal. Akibatnya, tingkat forward yen Jepang biasanya menunjukkan premi dan dapat ditunjukkan oleh poin-poin seperti C atau D (atau bahkan dengan poin di atas D) sepanjang garis diagonal pada Exhibit 7.9. Sebaliknya, Inggris sering memiliki tingkat suku bunga yang lebih tinggi daripada Amerika Serikat, jadi tingkat forward pound sering menunjukkan diskon, yang dapat ditunjukkan oleh titik A atau B pada grafik. Mata uang yang ditunjukkan oleh huruf B memiliki tingkat bunga 2 persen di atas tingkat suku bunga yang berlaku. Jika negara asal adalah Amerika Serikat, maka ini berarti bahwa investor yang tinggal di negara asing dan menginvestasikan dananya dalam sekuritas bebas risiko lokal mendapatkan 2 persen lebih banyak daripada investor di Amerika Serikat yang berinvestasi pada sekuritas AS yang bebas risiko. Di bawah IRP, investor AS yang berusaha melakukan covered interest arbitrage (dengan berinvestasi pada mata uang asing tersebut dengan tingkat bunga yang lebih tinggi) akan gagal menghasilkan lebih dari yang bisa diperoleh di Amerika Serikat karena tingkat forward rate mata uang tersebut akan menunjukkan 2 persen diskon. Mata uang yang ditunjukkan oleh titik D memiliki tingkat bunga 2 persen di bawah suku bunga yang berlaku. Jika negara asalnya adalah Amerika Serikat, maka investor yang tinggal di negara asing dan menginvestasikan dananya di sekuritas bebas risiko lokal mendapatkan 2 persen lebih rendah dari investor AS yang berinvestasi pada sekuritas bebas risiko AS. Di bawah IRP, bahkan jika investor asing tersebut berusaha menggunakan covered interest arbitrage dengan berinvestasi di Amerika Serikat, mereka tetap memperoleh hanya apa yang mereka bisa lakukan di Amerika Serikat. Alasannya adalah bahwa mereka harus membayar forward premium sebesar 2 persen saat bertukar dolar untuk mata uang asal mereka.
Points below the I R P Line.
Misalkan deposito tiga bulan dalam mata uang asing menawarkan tingkat bunga tahunan sebesar 10 persen versus tingkat bunga tahunan 7 persen di negara asal. Skenario ini diwakili pada grafik oleh ih-if = - 3%, asumsikan bahwa mata uang asing menunjukkan sebuah forward discount tahunan 1 persen. Informasi kombinasi diferensial suku bunga dan forward discount
dapat ditunjukkan oleh titik X pada grafik Exhibit 7.9. Karena titik X tidak berada di jalur IRP, kita harus berharap bahwa covered interest arbitrage akan bermanfaat bagi beberapa investor. Investor mencapai 3 poin persentase tambahan untuk deposit asing, dan keuntungan ini hanya diimbangi sebagian oleh forward discount 1 persen. Sekarang anggaplah bahwa tingkat bunga tahunan untuk mata uang asing adalah 5 persen versus 7 persen di negara asal; diferensial ini dinyatakan pada grafik sebagai ih-if =2%. Asumsikan bahwa premi forward valuta asing adalah 4 persen (titik Y pada grafik). Premi forward yang tinggi lebih dari kompensasi kerugian investor pada tingkat bunga yang lebih rendah dari investasi asing. Jika tingkat suku bunga dan kurs saat ini ditunjukkan oleh titik X atau Y, maka investor negara asal dapat terlibat dalam covered interest arbitrage. Dengan melakukan investasi dalam valuta asing, mereka akan mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi (setelah mempertimbangkan suku bunga dan premi luar negeri atau diskon) daripada tingkat bunga asal. Jenis aktivitas ini akan menempatkan tekanan ke atas pada tingkat bunga mata uang asing, serta tekanan ke bawah pada tingkat forward valuta asing, sampai covered interest arbitrage tidak lagi layak dilakukan.
Points above the I R P Line.
Sekarang geser ke sisi kiri garis IRP dan ambil titik Z, misalnya. Poin ini mewakili tingkat bunga asing yang melebihi tingkat bunga asal sebesar 1 persen sementara tingkat forward menunjukkan diskon 3 persen. Poin ini, seperti semua poin ke kiri dari garis IRP, menandakan bahwa investor AS akan menerima return yang lebih rendah dari investasi asing daripada investasi dalam negeri. Tingkat return yang lebih rendah biasanya terjadi karena (1) keuntungan dari suku bunga asing yang relatif terhadap tingkat bunga AS lebih dari penyeimbangan dengan forward rate discount (tercermin pada titik Z), atau (2) tingkat dimana bunga asal melebihi tingkat luar negeri lebih dari penyeimbangan tigkat premi forward.
7-2d How to Test Whether I nterest Rate Parity Holds Seorang investor atau perusahaan dapat memplot semua poin realistis untuk berbagai mata uang pada grafik seperti pada Exhibit 7.9 untuk menentukan apakah keuntungan dari covered interest arbitrage dapat dicapai. Lokasi titik-titik tersebut memberikan indikasi apakah covered interest arbitrage bermanfaat. Untuk poin ke kanan dari garis IRP, investor di negara asal harus mempertimbangkan menggunakan covered interest arbitrage karena pengembalian yang lebih tinggi dari suku bunga asal(ih) yang dicapai. Covered interest arbitrage harus berlanjut sampai paritas suku bunga bertahan.
7-2e I nterpretation of I nterest Rate Parity Paritas suku bunga tidak menyiratkan bahwa investor dari berbagai negara akan memperoleh keuntungan yang sama. Sebaliknya, paritas mencerminkan perbandingan antara investasi asing versus domestik dengan sekuritas berbasis bunga bebas risiko oleh investor tertentu. Contoh Soal :
Asumsikan bahwa Amerika Serikat memiliki suku bunga 10 persen sementara Inggris memiliki tingkat suku bunga 14 persen. Kemudian investor AS bisa memperoleh 10 persen di dalam negeri atau mencoba menggunakan covered interest arbitrage. Jika mereka berusaha melakukan covered interest arbitrage dan jika mencapai IRP maka mereka akan mendapatkan pengembalian 10 persen, sama seperti yang mereka investasikan di Amerika Serikat. Secara analog, jika investor Inggris mencoba memenuhi covered interest arbitrage dan mencapai IRP maka mereka akan sama (14 persen) seperti yang bisa mereka peroleh di Inggris. Dengan demikian, investor AS dan Inggris tidak mencapai return nominal yang sama walaupun terdapat IRP. Singkatnya: jika IRP tercapai maka investor tidak dapat menggunakan covered interest arbitrage untuk memperoleh tingkat pengembalian yang lebih tinggi daripada yang dapat mereka peroleh di negara asal masing-masing.
7-2f D oes I nterest Rate Parity H old? Untuk menentukan secara pasti apakah IRP tercapai atau tidak, bandingkan kurs forward (atau diskon) dengan suku bunga yang terjadi pada waktu yang sama. Jika forward rate dan interest rate tidak simultan, maka hasilnya akan sedikit terdistorsi. Namun, keterbatasan akses data menyulitkan untuk mendapatkan apa yang mencerminkan momen waktu yang sama. Pada titik waktu yang berbeda, posisi suatu negara dapat berubah. Misalnya, jika tingkat bunga Brasil meningkat sementara suku bunga negara lain tetap sama, maka posisi Brazil akan bergerak ke bawah sepanjang sumbu y pada Exhibit 7.9. Namun, forward discount nya kemungkinan akan lebih terasa (lebih ke kiri sepanjang sumbu x) karena covered interest arbitrage akan terjadi. Karena itu, letak baru Brasil akan lebih jauh ke kiri tapi masih sepanjang garis 45 derajat. Sejumlah studi akademis telah memeriksa IRP secara empiris dalam beberapa periode. Hubungan aktual antara forward rate premium dan perbedaan suku bunga umumnya mendukung IRP. Meskipun penyimpangan dari paritas suku bunga memang terjadi, namun tidak banyak perlakuan covered interest arbitrage berhasil.
7-2g Considerations When A ssessing I nterest Rate Parity Jika paritas suku bunga tidak berlaku, maka manajer keuangan harus memikirkan covered interest arbitrage. Bahkan, tanpa IRP, covered interest arbitrage mungkin masih terbukti tidak bermanfaat setelah memperhitungkan karakteristik investasi asing seperti biaya transaksi, risiko politik, dan undang-undang pajak diferensial.
Transaction Costs. Jika seorang investor memperhitungkan biaya transaksi, titik yang menunjukkan tingkat suku bunga aktual dan forward rate premium kemudian harus jauh dari garis IRP untuk membuat covered interest arbitrage bermanfaat. Exhibit 7.10 mengidentifikasi area dengan potensi covered interest arbitrage setelah memperhitungkan biaya transaksi: area berarsir gelap yang mengelilingi garis IRP 45 derajat. Untuk poin dari garis IRP namun masih berada di dalam area ini, covered interest arbitrage tidak bermanfaat (karena kelebihan return diimbangi oleh biaya). Untuk menunjuk ke kanan (atau di bawah) area, investor yang berada di negara asal bisa mendapatkan melalui covered interest arbitrage. Untuk menunjuk ke kiri (atau di atas) area, investor asing bisa mendapatkan melalui arbitrase tersebut.
Political R isk. Bahkan jika covered interest arbitrage tampak layak setelah memperhitungkan biaya transaksi, menginvestasikan dana ke luar negeri dikenakan risiko politik. Meskipun kontrak forward mengunci tingkat dimana dana asing harus dikonversi kembali, tidak ada jaminan bahwa pemerintah asing akan membiarkan dana tersebut dikonversi kembali. Krisis di luar negeri dapat menyebabkan pemerintahnya membatasi pertukaran mata uang lokal untuk mata uang lainnya. Dalam kasus ini, investor tidak dapat menggunakan dana ini sampai pemerintah asing menghapus pembatasan tersebut.
Differential Tax Laws. Karena undang-undang perpajakan bervariasi antar negara, investor dan perusahaan yang menyiapkan deposito di negara lain harus sadar akan undang-undang perpajakan yang berlaku. Mungkin covered interest arbitrage layak dilakukan dalam hal pajak sebelum pajak tapi bukan setelah pajak. Skenario ini mungkin timbul ketika tingkat pajak di negara investor berbeda dari investasi di negara tersebut.
7-3b Changes in F orward Premiums over Time Exhibit 7.12 mengilustrasikan hubungan antara perbedaan suku bunga dan premi forward dari waktu ke waktu ketika paritas suku bunga berlaku. Di bawah IRP, premi forward harus disesuaikan dengan kondisi suku bunga yang ada. Pada bulan Januari, suku bunga AS 2 persen di atas suku bunga euro, sehingga premi forward euro harus 2 persen. Pada bulan Februari, suku bunga AS dan euro sama, sehingga tingkat forward harus sama dengan kurs spot (dan karenanya tidak memiliki premium atau diskon). Pada bulan Maret, suku bunga AS 1 persen di bawah suku bunga euro, sehingga euro harus memiliki forward discount 1 persen.
Exhibit 7.12 menunjukkan bahwa tingkat forward euro memperlihatkan premi setiap kali suku bunga AS lebih tinggi dari suku bunga euro dan juga bahwa ukuran premi kira-kira sama dengan ukuran perbedaan suku bunga. Demikian juga, tingkat forward euro menunjukkan diskon setiap kali suku bunga AS lebih rendah dari suku bunga euro, dan ukuran preminya kira-kira sama dengan ukuran perbedaan suku bunga. Grafik tengah dan bawah dari Exhibit 7.12 terkait dengan titik-titik yang digambarkan pada Exhibit 7.9 untuk membentuk garis IRP. Exhibit 7.9 menunjukkan hubungan antara perbedaan suku bunga dan premi forward untuk waktu tertentu, sedangkan Exhibit 7.12 menunjukkan hubungan ini selama periode waktu tertentu. Kedua grafik menggambarkan bahwa di bawah paritas suku bunga, premi forward mata uang asing kira-kira sama dengan perbedaan antara suku bunga AS dan valuta asing. Hubungan time-series yang ditunjukkan pada Exhibit 7.12 dapat digunakan untuk menentukan bagaimana tingkat forward rate premium akan menyesuaikan diri dengan kondisi yang mempengaruhi pergerakan suku bunga dari waktu ke waktu. CONTOH Asumsikan bahwa paritas suku bunga bertahan dan akan terus bertahan. Sampai pagi ini, kurs spot dolar Kanada adalah $0,80, tingkat forward dolar 1 tahun dari dolar Kanada adalah $0,80, dan suku bunga 1 tahun di Kanada dan di Amerika Serikat adalah 5 persen . Misalkan, pada siang hari, Federal Reserve terlibat dalam kebijakan moneter dengan mengurangi suku bunga AS satu tahun menjadi 4 persen. alam hal ini, di bawah IRP, tingkat forward dolar Kanada satu tahun harus berubah untuk mencerminkan diskon 1 persen; Jika tidak, covered interest arbitrage akan terjadi sampai tingkat bunga forward menunjukkan diskon 1 persen.
E xplaining Changes in the F orward Rate. Forward rate (F) dapat ditulis sebagai berikut: F = S (1 + p)
Forward rate secara tidak langsung dipengaruhi oleh semua faktor yang mempengaruhi kurs spot (S) sepanjang waktu, termasuk perbedaan inflasi dan perbedaan suku bunga. Perubahan tingkat forward juga bisa terjadi karena perubahan premi, dan bagian sebelumnya menjelaskan bagaimana perubahan pada premi forward benar-benar ditentukan oleh perubahan tingkat suku bunga (dengan asumsi tingkat suku bunga tetap). Dengan demikian, pergerakan suku bunga dapat mempengaruhi forward rate dengan mempengaruhi baik kurs spot maupun forward premium.
CHAPTER 8 RELATIONSHIPS AMONG INFLATION, INTEREST RATES, & EXCHANGE RATES
Manajer keuangan MNC harus memahami bagaimana tingkat inflasi dan suku bunga dapat mempengaruhi nilai tukar, sehingga mereka dapat mengantisipasi bagaimana MNC mereka dapat terpengaruh. 8.1
PURCHASING POWER PARITY (PPP) Teori purchasing power parity (PPP) merupakan teori yang mencoba melihat hubungan antara inflasi dan nilai tukar. Teori ini mendukung pendapat mengenai bagaimana inflasi yang relatif tinggi menurunkan nilai mata uang, tetapi PPP lebih spesifik mengenai tingkat dimana mata uang akan melemah sebagai respon dari inflasi yang tinggi. 8-1a Interpretations of Purchasing Power Parity Terdapat dua bentuk teori PPP beserta implikasinya yaitu: 1.
Absolute Form of PPP Bentuk PPP didasarkan pada gagasan bahwa dengan tidak adanya hambatan internasional, konsumen akan mengalihkan permintaan mereka kemanapun dengan harga terendah. Implikasinya adalah bahwa harga barang yang sama dalam dua negara yang berbeda haruslah sama ketika diukur dalam mata uang secara umum. Jika terdapat perbedaan dalam harga yang diukur dengan mata uang secara umum, maka permintaan harus bergeser sehingga harga ini bertemu (menuju ke satu titik). Namun, dengan adanya biaya-biaya seperti transportasi, tarif, kuota, membuat bentuk PPP ini tidak realistis. Jika biaya-biaya ini tinggi, maka permintaan untuk barang menjadi tidak bergerak seperti yang dinyatakan sebelumnya. Dalam hal ini, perbedaan harga akan terus berlanjut. 2.
Relative Form of PPP Bentuk relatif dari PPP ini menjelaskan ketidaksempurnaan pasar seperti biaya transportasi, tarif, dan kuota. Versi ini mengakui bahwa ketidaksempurnaan ini tidak memungkinkan bagi harga barang yang sama di berbagai negara itu sama ketika diukur dalam mata uang secara umum. Namun, bentuk PPP ini menunjukkan bahwa tingkat perubahan harga barang tersebut seharusnya dapat dibandingkan ketika diukur dalam mata uang secara umum (dengan asumsi bahwa biaya transportasi dan hambatan perdagangan tidak berubah). 8-1b
Rationale behind Relative PPP Theory Relative PPP theory didasarkan pada anggapan bahwa penyesuaian nilai tukar diperlukan agar daya beli relatif sama, baik ketika membeli produk secara lokal atau dari negara lain. Jika daya beli itu tidak sama, maka konsumen akan mengalihkan pembeliannya ke produk yang lebih murah sampai daya beli ini sama.
8-1c
Derivation of Purchasing Power Parity Asumsikan indeks harga negara asal (h) dan negara asing (f) adalah sama. Diasumsikan bahwa dari waktu ke waktu, negara asal mengalami tingkat inflasi Ih, sedangkan negara asing mengalami tingkat inflasi If .
Karena inflasi ini, indeks harga barang di negara asal konsumen (Ph) menjadi: P h (1 + I h ) Indeks harga pada negara asing (Pf ) juga akan berubah sebagai respon pada inflasi di negara tersebut, menjadi: P f (1 + I f )
Jika I h > I f , dan jika nilai tukar antar kedua mata uang negara tersebut tidak berubah, maka daya beli konsumen lebih besar untuk barang asing daripada barang dalam negeri. Dalam hal ini, PPP tidak berlaku. Jika I h < I f dan nilai tukar tetap tidak berubah, maka daya beli konsumen lebih besar untuk barang dalam negeri daripada barang asing. Maka dalam hal ini, PPP juga tidak berlaku. Teori PPP menyatakan bahwa nilai tukar tidak akan tetap konstan, tetapi akan menyesuaikan untuk menjaga paritas dalam daya beli. Jika inflasi terjadi dan nilai tukar mata uang asing berubah, maka indeks harga barang asing dari perspektif konsumen dalam negeri menjadi: P f (1 + I f )(1 + e f ) Keterangan: ef = perubahan persentase dalam nilai mata uang asing. Untuk membuat ef sesuai dengan kondisi PPP ini, maka formula untuk indeks harga yang baru pada negara asing dibuat sama dengan formula untuk indeks harga yang baru pada negara asal, seperti berikut: P f (1 + I f )(1 + e f ) = P h (1 + I h ) Karena Ph = Pf (karena indeks harga tersebut diasumsikan sama dalam kedua negara), formulanya akan menjadi: e f =
( + ℎ ) ( + )
−1
Persamaan ini menunjukkan hubungan (terkait PPP) antara tingkat inflasi relatif dan nilai tukar. Jika I h > I f maka e f menjadi positif, yang menunjukkan bahwa mata uang asing akan terapresiasi karena inflasi dalam negeri melebihi inflasi negara asing, dan sebaliknya. 8-1 d Using PPP to Estimate Exchange Rate Effects Bentuk relatif PPP dapat digunakan untuk memperkirakan bagaimana nilai tukar akan berubah sebagai respon terhadap tingkat inflasi yang berbeda di dua negara.
Asumsikan bahwa nilai tukar awalnya dalam kondisi ekuilibrium. Lalu mata uang dalam negeri mengalami tingkat inflasi 5%, sementara negara asing mengalami tingkat inflasi 3%. Menurut PPP, mata uang asing akan menyesuaikan seperti berikut ini:
Menurut contoh ini, mata uang asing harus terapresiasi sebesar 1,94% menanggapi tingginya inflasi negara asal terhadap negara asing. Jika perubahan nilai tukar terjadi, maka indeks harga negara asing akan menjadi setinggi indeks di negara asal dari perspektif konsumen negara asal. Meskipun inflasi lebih rendah di negara asing, apresiasi terhadap mata uangnya mendorong indeks harga naik dari perspektif konsumen negara asal. Saat mempertimbangkan efek nilai tukar, indeks harga kedua negara naik 5% dari perspektif negara asal. Dengan demikian, daya beli konsumen sama untuk barang asing dan barang dalam negeri. Perdagangan internasional adalah mekanisme dimana perbedaan inflasi secara teori mempengaruhi nilai tukar. Artinya PPP lebih bisa diterapkan ketika kedua negara ini terlibat dalam perdagangan internasional yang luas satu sama lain. Jika tidak banyak terdapat perdagangan antar negara, maka perbedaan inflasi akan memiliki pengaruh yang sedikit terhadap perdagangan tersebut, sehingga nilai tukar seharusnya tidak diekspektasi untuk berubah. Using a Simplified PPP Relationship Hubungan yang disederhanakan namun kurang tepat berdasarkan PPP adalah:
Artinya, perubahan persentase dalam nilai tukar seharusnya kurang lebih sama dengan perbedaan tingkat inflasi antara kedua negara. Formula yang disederhanakan ini sesuai hanya ketika perbedaan inflasi itu kecil atau ketika nilai If mendekati nol. 8-1e
Graphic Analysis of Purchasing Power Parity Dengan menggunakan teori PPP, kita seharusnya bisa menilai dampak inflasi yang memungkinkan dalam nilai tukar. Exhibit 8.2 adalah representasi grafis dari teori PPP. Titik pada grafik tersebut menunjukkan bahwa jika terdapat perbedaan inflasi X persen antara negara asal dan negara asing, maka mata uang asing harus menyesuaikan sebesar X persen sebagai respon terhadap perbedaan inflasi. PPP Line Garis diagonal yang menghubungkan semua titik ini dikenal sebagai purchasing power parity (PPP) line.
Titik A dalam Exhibit 8.2 mewakili contoh awal di mana tingkat inflasi Amerika Serikat (dianggap sebagai negara asal) diasumsikan 9% dan tingkat inflasi Inggris diasumsikan 5%, sehingga Ih - If = 4%. Kondisi ini menyebabkan apresiasi yang diantisipasi dalam pound Inggris sebesar 4%, seperti yang diilustrasikan oleh titik A. Titik B mencerminkan skenario dimana tingkat inflasi Inggris melebihi tingkat inflasi Amerika Serikat yaitu sebesar 5%, sehingga Ih - If = -5%. Hal ini menyebabkan pound Inggris terdepresiasi sebesar 5% (titik B).
Jika nilai tukar memang merespon perbedaan inflasi, seperti yang dinyatakan pada teori PPP, maka titik sebenarnya harus terletak pada garis PPP atau mendekati garis PPP. Purchasing Power Disparity Exhibit 8.3 mengidentifikasi area purchasing power disparity. Setiap titik yang berada di luar garis PPP mewakili purchasing power disparity. Misalkan ekuilibrium diikuti oleh perubahan tingkat inflasi dari dua negara. Jika nilai tukar tidak bergerak seperti yang dinyatakan dalam teori PPP, maka terdapat perbedaan daya beli konsumen di kedua negara tersebut.
Titik C dalam Tampilan 8.3 merupakan kasus di mana inflasi negara asal (Ih) melebihi inflasi negara asing (If ) yaitu sebesar 4%. Namun, karena mata uang asing terapresiasi hanya 1% sebagai respon dari perbedaan inflasi ini, maka terdapat purchasing power disparity. Artinya, daya beli konsumen dalam negeri untuk barang asing relatif meningkat terhadap pembelian untuk barang dalam negeri. Teori PPP menunjukkan bahwa purchasing power disparity semacam itu hanya ada dalam jangka pendek. Dari waktu ke waktu, karena konsumen dalam negeri memanfaatkan perbedaan ini dengan membeli lebih banyak barang asing, nilai mata uang asing yang bergerak ke atas akan menyebabkan titik C bergerak menuju garis PPP. Semua titik di sebelah kiri (atau di atas) garis PPP menunjukkan daya beli yang lebih menguntungkan untuk barang asing daripada barang dalam negeri. Titik D pada tampilan 8.3 merupakan kasus dimana inflasi negara asal adalah 3% di bawah inflasi negara asing, namun mata uang asing telah terdepresiasi hanya sebesar 2%. Purchasing power disparity menyatakan bahwa daya beli barang asing mengalami penurunan yang relatif terhadap daya beli untuk barang negara asal. Teori PPP menunjukkan bahwa mata uang asing dalam contoh ini seharusnya terdepresiasi 3% mengimbangi perbedaan inflasi 3%. Karena mata uang asing tidak melemah sampai tingkat ini, konsumen negara asal mungkin akan berhenti membeli barang asing. Perilaku
seperti itu akan menyebabkan mata uang asing melemah. Diharapkan dengan teori PPP, maka titik D akan bergerak menuju jalur PPP. Semua titik di sebelah kanan (atau di bawah) garis PPP menunjukkan daya beli yang lebih besar untuk barang negara asal daripada barang asing. 8-1f
Testing the Purchasing Power Parity Theory Teori PPP memberikan penjelasan tentang bagaimana tingkat inflasi relatif antara dua negara dapat mempengaruhi nilai tukar, dan juga memberikan informasi yang dapat digunakan untuk meramalkan nilai tukar. Simple Test of PPP Uji sederhana teori PPP adalah memilih dua negara (seperti Amerika Serikat dan negara asing) dan membandingkan perbedaan inflasi mereka pada perubahan persentase dalam nilai mata uang asing selama beberapa waktu. Dengan menggunakan grafik yang mirip dengan Exhibit 8.3, kita dapat melakukan plot pada setiap titik yang mewakili perbedaan inflasi dan perubahan persentase nilai tukar untuk setiap periode waktu tertentu dan kemudian menentukan apakah titik-titik ini sangat mirip dengan garis PPP pada Exhibit 8.3. Jika titik menyimpang secara signifikan dari garis PPP, maka persentase perubahan mata uang asing tidak terpengaruh oleh perbedaan inflasi seperti yang dinyatakan teori PPP.
Tes sederhana PPP diterapkan pada empat mata uang yang berbeda dari perspektif Amerika Serikat pada Exhibit 8.4 (setiap grafik mewakili mata uang tertentu). Perbedaan tahunan pada inflasi antara Amerika Serikat dan tiap negara asing diwakili oleh sumbu vertikal, sedangkan perubahan persentase tahunan dalam nilai tukar masing-masing mata uang asing (relatif terhadap dolar Amerika Serikat) diwakili pada sumbu horizontal. Setiap titik pada grafik menunjukkan satu tahun selama periode 1982-2009. Meskipun setiap grafik menunjukkan hasil yang berbeda, persentase perubahan nilai tukar biasanya jauh lebih jelas daripada perbedaan inflasi. Dengan demikian, nampaknya nilai tukar berubah ke tingkat yang lebih besar dari yang diprediksi oleh teori PPP. Dalam beberapa tahun, mata uang benar-benar akan terapresiasi ketika inflasinya lebih tinggi dari inflasi Amerika Serikat. Secara keseluruhan, hasil pada Exhibit 8.4 menunjukkan bahwa selama periode tersebut dinilai, hubungan sebenarnya antara perbedaan inflasi dan pergerakan nilai tukar tidak konsisten dengan teori PPP.
Limitation of PPP Tests Keterbatasan pengujian teori PPP yaitu bahwa hasilnya akan berbeda dengan periode dasar yang digunakan. Periode dasar yang dipilih harus mencerminkan posisi ekuilibrium karena periode berikutnya dievaluasi sebagai perbandingan. Jika periode dasar digunakan ketika mata uang asing relatif lemah (dengan alasan lain selain inflasi tinggi), maka sebagian besar periode berikutnya mungkin secara keliru menunjukkan apresiasi yang lebih tinggi pada mata uang tersebut dari yang diperkirakan oleh PPP. 8-1g
Why Purchasing Power Parity Does Not Hold Purchasing power parity biasanya tidak berlaku karena compounding effects dan karena tidak terdapat subtitusi untuk beberapa barang yang diperdagangkan. Confounding Effects Teori PPP mengira bahwa pergerakan nilai tukar didorong sepenuhnya oleh perbedaan inflasi antar dua negara. Namun, spot rate mata uang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
Karena pergerakan nilai tukar tidak hanya dipengaruhi oleh perubahan inflasi, hubungan antara perbedaan inflasi dan pergerakan nilai tukar tidak sesederhana yang dinyatakan dalam teori PPP. No Substitutes for Traded Goods Dalam teori PPP, setelah harga menjadi relatif lebih tinggi di satu negara, konsumen di negara lain akan berhenti membeli barang impor dan malah membeli barang dalam negeri. Pergeseran ini akan mempengaruhi nilai tukar. Namun, jika barang pengganti tidak tersedia di dalam negeri, maka konsumen mungkin tidak akan berhenti membeli barang impor. 8-2
INTERNATIONAL FISHER EFFECT (IFE) Selain teori PPP, teori lain dalam keuangan internasional adalah Internasional Fisher Effect (IFE). Teori ini menggunakan perbedaan tingkat suku bunga untuk menjelaskan mengapa nilai tukar bergeser dari waktu ke waktu. IFE menyatakan tentang bagaimana tingkat suku bunga mempengaruhi nilai tukar, dan menggunakan PPP untuk mendukung pernyataan tersebut. 8-2a
Fisher Effect Langkah pertama dalam memahami IFE adalah mengenali bagaimana tingkat bunga nominal dan inflasi negara saling terkait. Hubungan ini disebut sebagai fisher effect . Fisher effect menyatakan bahwa tingkat bunga nominal terdiri dari dua komponen yaitu tingkat inflasi yang
diharapkan dan tingkat bunga riil. Tingkat bunga riil didefinisikan sebagai imbal hasil investasi untuk savers setelah memperhitungkan inflasi yang diharapkan, dan diukur sebagai tingkat bunga nominal dikurangi dengan tingkat inflasi yang diharapkan. Tingkat inflasi yang diharapkan di suatu negara tidak bisa langsung diamati. Namun, dapat menggunakan fisher effect untuk menyimpulkan inflasi yang diharapkan pada tingkat bunga nominal dan tingkat bunga riil yang diasumsikan pada saat itu.
8-2b Using the IFE to Predict Exchange Rate Movements Apply the Fisher Effect to Derive Expected Inflation per Country Langkah pertama adalah memperoleh tingkat inflasi yang diharapkan dari kedua negara berdasarkan klaim fisher effect bahwa suku bunga nominal di dua negara berbeda karena perbedaan inflasi yang mereka harapkan, yang berarti inflasi yang diharapkan akan lebih tinggi di negara dengan suku bunga yang lebih tinggi. Rely on PPP to Estimate the Exchange Rate Movement Langkah kedua adalah menentukan via PPP bagaimana nilai tukar akan berubah sebagai respon terhadap tingkat inflasi yang diharapkan oleh dua negara, dimana dinyatakan bahwa negara dengan inflasi yang lebih tinggi, impornya akan meningkat dan ekspornya akan menurun, sehingga mata uang akan terdepresiasi, sampai ekulibrium baru tercapai. 8.2c
Implications of The International Fisher Effect Pembahasan hingga saat ini menyimpulkan jika mata uang yang memiliki tingkat suku bunga tinggi akan menunjukkan inflasi yang tinggi (karena IFE) dan nilai inflasi yang relatif tinggi ini akan menyebabkan mata uang negara tersebut mengalami depresiasi (karena PPP). Berdasarkan IFE, secara keseluruhan, baik MNC maupun investor tidak akan mendapat manfaat dengan berinvestasi pada sekuritas asing dengan suku bunga yang lebih tinggi karena return yang diharapkan dari strateginya (setelah memperhitungkan efek nilai tukar) di periode manapun tidak akan melebihi apa yang mereka peroleh di dalam negeri. 8.2d
Derivation of the International Fisher Effect Berdasarkan IFE, hubungan antara tingkat suku bunga antar dua negara dan nilai tukar dapat dirumuskan sebagai berikut: r = 1(1+i f )(1+e f ) – 1
Formula diatas merupakan return aktual/efektif (exchange rate-adjusted ). Yang harus dipahami adalah investor yang berinvestasi dalam sekuritas pasar uang asing tidak hanya bergantung pada tingkat suku bunga asing saja tapi juga bergantung pada perubahan nilai tukar negara tersebut. Teori IFE menyatakan bahwa return efektif pada investasi asing seharusnya secara rata-rata akan sama dengan suku bunga pada investasi pasar uang lokal: E(r) = ih
ef =
+ ℎ +
− 1
Teori IFE menyatakan bahwa jika ih > if , maka ef akan menjadi positif, karena suku bunga asing yang relatif rendah menunjukkan ekspektasi inflasi yang relatif rendah pada negara asing. Sehingga, mata uang asing akan terapresiasi ketika suku bunga asing lebih rendah dari suku bunga dalam negeri. Apresiasi ini akan meningkatkan return sekuritas asing untuk investor dari dalam negeri, dan membuat return sekuritas asing sama dengan return sekuritas dalam negeri. 8.2e
Graphical Analysis of the International Fisher Effect Misalkan titik E pada grafik Exhibit 8.7 menunjukkan kasus dimana suku bunga asing melebihi suku bunga dalam negeri sebesar 3%, terlihat bahwa disini suku bunga asing terdepresiasi sebesar 3% untuk offset (mengimbangi) keuntungan suku bunga. Sehingga, investor yang memiliki deposit di negara asing menerima return yang sama dengan yang mungkin diterima di dalam negeri. Points on the IFE Line Semua titik pada garis IFE menunjukkan penyesuaian nilai tukar untuk mengimbangi perbedaan dalam suku bunga. Hal ini berarti investor akan berakhir dengan menerima hasil yang sama baik apakah mereka berinvestasi di dalam negeri maupun negara asing. Tepatnya, teroi IFE tidak menyatakan bahwa hubungan ini akan terus menerus ada dari waktu ke waktu. Poinnya adalah bahwa melakukan investasi asing secara periodik untuk memperoleh manfaat dari suku bunga asing yang lebih tinggi, perusahaan akan menerima hasil yang terkadang diatas maupun dibawah hasil di dalam negeri. Sehingga, investasi periodik ini secara rata-rata akan menerima hasil yang sama dengan jika perusahaan hanya melakukan investasi deposit di dalam negeri secara periodik. Points below the IFE Line Titik dibawah garis IFE menunjukkan return yang lebih tinggi dengan berinvestasi di deposit asing. Misalkan pada titik G menunjukkan bahwa suku bunga asing melebihi suku bunga dalam negeri sebesar 3%, dan mata uang asing terapresiasi sebesar 2%. Kombinasi suku bunga asing yang lebih tinggi dan apresiasi pada mata uang asing akan menyebabkan hasil investasi asing lebih tinggi dari yang mungkin diterima di dalam negeri. Hal ini akan menyangkal teori IFE.
Points above the IFE Line Titik diatas garis IFE menunjukkan return yang lebih rendah dengan berinvestasi di deposit asing. Misalkan pada titik J menunjukkan bahwa suku bunga dalam negeri melebihi suku bunga asing sebesar 2%, dan mata uang asing terdepresiasi sebesar 2%. Kombinasi suku bunga asing yang lebih rendah dan depresiasi pada mata uang asing akan menyebabkan hasil investasi asing lebih rendah dari yang diterima di dalam negeri. Hal ini juga akan menyangkal teori IFE. 8.3
TEST OF THE INTERNATIONAL FISHER EFFECT Exhibit 8.8 menunjukkan kumpulan titik yang cenderung mendukung teori IFE, dimana return dari investasi asing jangka pendek secara rata-rata sama dengan return yang yang mungkin diterima di dalam negeri. Tiap titik menunjukkan pergerakan niai tukar yang tidak secara tepat offset perbedaan suku bunga, kadang dibawah dan kadang diatas untuk beberapa kasus. Hasil ini menjadi seimbang dimana perbedaan suku bunga secara keseluruhan diimbangi oleh perubahan nilai tukar. Sehingga, investasi asing menghasilkan hasil yang secara rata-rata sama dengan investasi domestik.
IFE menunjukkan jika return investasi jangka pendek secara rata-rata akan sama dengan return domestik. Jika hasil investasi asing sama dengan hasil investasi domestik maka perusahaan US akan berinvestasi di negaranya sendiri. Perusahaan tersebut memahami jika hasil domestik pada investasi jangka pendek (misalnya deposit bank) sebelumnya, dimana hasil ini dapat diperoleh pula dari investasi luar negeri, akan menjadi tidak pasti karena fluktuasi spot exchange rate. Investor akan memilih investasi yang returnnya diketahui daripada investasi yang returnnya tidak pasti, dengan asumsi semua hal lain dalam investasi ini sama. 8.3a
Limitations of the IFE Teori IFE memiliki keterbatasan yang menyebabkan mengapa teori ini tidak dapat berlaku secara konsisten, yaitu: Limitations of the Fisher Effect Tingkat inflasi yang diharapkan dapat dirinci dengan mengurangi tingkat suku bunga nominal untuk tiap negara dengan tingkat suku bunga riil. Dengan demikian, meskipun fisher effect dapat menggunakan tingkat suku bunga nominal untuk memperkirakan tingkat inflasi yang diharapkan oleh pasar, namun pasar kemungkinan dapat melakukan kesalahan. Inflasi sebenarnya bisa lebih tinggi atau rendah dari nilai inflasi yang diharapkan pasar, sehingga variabel ini menyebabkan prediksi pergerakan nilai tukar menjadi tidak akurat.
Limitations of PPP Karena IFE bergantung pada PPP, maka IFE juga memiliki keterbatasan yang sama dengan teori PPP. Terdapat karakteristik negara selain inflasi (seperti tingkat pendapatan dan kontrol pemerintah) yang dapat berdampak pada pergerakan nilai tukar. 8.3b
IFE Theory versus Reality Teori IFE kontradiktif dengan fakta jika sebuah negara yang memiliki tingkat suku bungan tinggi, dapat menarik arus dana asing masuk lebih banyak dan oleh karena itu mata uang domestik akan mengalami apresiasi. Teori IFE juga kontradiktif dengan fakta jika bank sentral akan berupaya untuk menaikkan tingkat suku bunga untuk menarik dana asing masuk dan memperkuat mata uang domestik. 8.4
COMPARISON OF THE IRP, PPP DAN IFE Teori IRP berfokus pada mengapa nilai forward berbeda dengan nilai spot dan seberapa besar perbedaan tersebut dapat dihitung. Teori PPP dan IFE berfokus pada bagaimana nilai tukar spot akan mengalami perubahan dari waktu ke waktu. PPP menjelaskan jika nilai tukar spot akan berubah mengikuti perubahan inflasi, sedangkan IFE menjelaskan jika nilai tukar akan mengikuti perubahan tingkat suku bunga. Dan PPP ini berhubungan dengan IFE karena perbedaan inflasi yang diharapkan mempengaruhi perbedaan suku bunga nominal antara dua negara.
FORECASTING EXCHANGE RATES
WHY FIRMS FORECAST EXCHANGE RATES 1. Hedging Decision. Perusahaan multinasional selalu menghadapi keputusan apakah untuk
melakukan lindung nilai (hedge) pada hutang dan piutang dimasa depan dalam mata uang asing.
2. Short term investment decision. Perusahaan sering kali memiki kelebihan kas dalam jumlah besar untuk periode jangka pendek. Deposit dengan jumlah besar dapat dibentuk dalam beberapa mata uang. Mata uang ideal untuk dijadikan deposit akan (1) memiliki suku bunga yang tinggi dan (2) memperkuat nilai selama periode investasi.
3. Capital budgeting decision. Ketika perusahaan multinasional menilai apakah akan berinvestasi dalam proyek di luar negeri, perusahaan memperhitungkan bahwa mungkin proyek secara periode membutuhkan pertukaran mata uang. Analisis capital budgeting dapat diselesaikan hanya ketika semua estimasi cas flow dinyatakan dalam mata uang local dari perusahaan multinasional.
4. Earning Assessment. Keputusan perusahaan multinasional tentang anak perusahaan dinegara asing harus menginvestasikan kembali earning pada negara asing tersebut atau mengembalikan earning tersebut pada perusahaan induk mungkin dipengaruhi oleh forecasting nilai tukar.
5. Long term financing decision. Perusahaan multinasional yang menerbitkan obligasi untuk mengamankan dana jangka panjang mungkin mempertimbangkan menyatakan obligai tersebut dalam mata uang asing. Mereka menginginkan mata uang yang dipinjam mengalami depresaisi terhadap mata uang yang mereka terima dari penjualan. Untuk mengestimasi biaya menerbitkan obligasi yang dinyatakan dengan mata uang asinng membutuhkan forecast nilai tukar mata uang (exchange rate).
FORCESTING TECHNIQUES Technical Forecasting
Technical forecasting menggunakan data nilai ukar historis untuk memprediksi nilai masa depan. Technical forecasting seringkali dikutip sebagai teknik utama yang digunakan investor yang berspekulasi pada pasar mata uang asing, terutama ketika berinvestasi pada periode jangka pendek.
Limitations of Technical Forecasting
Sebagian besar technical forecast diterapkan pada periode dengan jangka waktu yang sangat pendek (satu hari) karena pola pergerakan nilai tukar dapat diprediksi pada periode tersebut. Technical forecast kurang berguna untuk memprediksi nilai tukar mata uang untuk jangka waktu yang lebih panjang.
Fundamental Forecasting
Fundamental forecasting berdasarkan pada hubungan antara variabel ekonomi dan nilai tukar. Perubahan pada currency’s spot r ate dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:
Dengan adanya nilai dari variabel-variabel tersebut dan dampak historis pada nilai mata uang, perusahaan dapat mengembangkan proyeksi nilai tukar. Forecast mungkin muncul dari penilaian subjektif dari pergerakan umum variabel ekonomi dalam suatu negara yang diprediksi mempengaruhi nilai tukar. Dari perspektif statistik, forecast akan berdasarkan pada dampak yang diukur secara kuantitatif dari faktor-faktor tersebut.
Use of Sensitivity Analysis for Fundamental Forecasting. Jika regresi digunakan dalam
forecasting dan jika nilai dari fakor yang mempengaruhi memiliki dampak yang trtunda pada nilai tukar, nilai aktual dari faktor-faktor tersebut dapat digunakn sebagai input untuk forecast. Perusahaan menyadari bahwa foecast yang buruk dari faktor-faktor tersebut akan menghasilkan forecasy yang buruk dari pergerakan nilai tukar dan mungkin mencoba untuk memperhitungkn ketidakpastian
yang
dihasilkan
dengan
menggunakan
analisis
sensitivitas,
mempertimbangkan lebih dari satu hasil untuk faktor yang menggambarkan ketidakpastian.
yang
Use of PPP for Fundamental Forecasting. PPP menyatakan bahwa mata uang negara yang
memiliki inflasi lebih tinggi akan terdepresiasi dengan jumlah yang mencerminkan perbedaan inflasi dari dua negara. Jika PPP tetap, peruabahan persentase pada nilai mata uang (e) selama periode tertentu harus mencerminkan perbedaan antara home inflation rate (I h) dan foreign inflation rate ( I f ) selama periode tersebut. Tingkat inflasi dari dua negara untuk periode selanjutnya tidak pasti dan harus melakukan forecast ketika menggunakan PPP untuk melakukan forecast nilai tukar masa depan pada akhir periode. Bahkan jika inflasi periode selanjutnya diketahui, PPP mungkin tidak dapat melakukan forecast nilai tukar secara akurat karena disebabkan oleh faktor lain, seperti perbedaan suku bunga antar negara. meskipun tidak dapat secara akurat meramalkan nilai tukar, inflasi harus dimasukkan dalam analisis fundamental.
Limitations of Fundamental Forecasting. 1. Waktu yang tepat dari dampak dari beberapa faktor pada nilai mata uang tidak diketahui. 2. Beberapa faktor yang memiliki dampak cepat pada nilai tukar, dapat dimasukkan dalam
model fundamental forecasting hanya jika forecast dapat dihasilkan dari faktor-faktor tersebut. 3. Beberapa faktor yang pantai dipertimbangkan dalam proses fundamental forecasting tidak
dapat dengan mudah dihitung. 4. Koefisien yang dihasilkan dari analisis regresi mungkin tidak tetap konstan dari waktu ke
waktu.
Market Based Forecasting Using the Spot Rate Untuk melihat bagaimana spot rate dapat digunakan untuk forecast
berdasarkan pasar, asumsiikan British pound diharapkan mengalami apresiasi terhadap dollar dalam jangka pendek. Ekspektasi ini akan mendorong speculator untuk membeli pound dengan dollar saat ini sebagai antisipasi apresiasi pound dan pembelian ini dapat memaksa nilai pounds naik secara cepat, begitu juga sebaliknya. Nilai saat ini dari pounds harus mencerminkan ekspektasi nilai pounds dalam jangka dekat. Ketika spot rate digunakan sebagai forecast dari spot
rate di masa depan, implikasinya yaitu perubahan persentase yang diharapkan dalam mata uang akan sama dengan nol selama periode forecast:
Using the Forward Rate. forward rate diberikan pada tanggal sesifik dimasa yang akan datang
sering kali digunakan sebagai spot rate yang diramalkan pada masa yang akan datang. Forward rate dihitung sebagai berikut:
Dimana p menunjukkan forward premium. P mewakili persentase dari forward rate yang melebihi spot rate, berfungsi sebagai ekspektasi perubahan persentase dalam nilai tukar:
Rationale for Using the Forward Rate. forward rate harus memberikan forecast yang wajar
untuk spot rate masa depan karena speculator akan menukar kontrak forward (atau kontrak future) untuk memanfaatkan perbedaan dari tingkat bunga dari kedua kontrak tersebut.
Spekulasi ini membantu mendorong forward rate pada level yang mencerminkan ekspektasi umum dari spot rate masa depan.
Long Term Forecasting with Forward Rates. forecast nilai tukar jangka panjang dapat
dihasilkan dari forward rate jangka panjang. Forward rates normalnya tersedia untuk periode 2 sampai 5 tahun atau bahkan lebih, tapi perbedaan tawaran dan permintaan sangat besar karena volume perdagangan yang terbatas. Suku bunga pada risk free instrument dari berbagai negara dapat digunakan untuk menentukan apakah forward rates akan berada pada kondisi interest rate parity. Seperti metode forecasting nilai tukar lainnya, forward rates biasanya lebih akurat ketika forecasting nilai tukar untuk jangka pendek daripada jangka panjang. Nilai tukar cenderung menyimpang lebih jauh dari ekspektasi selama periode waktu yang lebih panjang.
Implications of the IFE for Forecast. Jika International Fisher Effect tetap, maka mata uang
yang memiliki suku bunga yang lebih tinggi daripada Amerika Serikat, suku bunga aka terdepresiasi terhadap dollar; karena suku bunga yang lebih tinggi menyebabkan ekspektasi
inflasi yang lebih tinggi dalam negara tersebut daripada di AS. Karena forward rates menggambarkan perbedaan dalam suku bunga antara dua negara, harusnya memberikan forecast yang lebih akurat untuk mata uang pada negara yang memiliki inflasi tinggi daripada spot rate.
Mixed Forecasting
Karena tidak ada suatu teknik peramalan yang secara konsisten lebih unggul daripada yang lain maka beberapa perusahaan multinasional memilih untuk melakukan kombinasi teknik peramalan. Metode ini disebut sebagai mixed forecasting . Berbagai prakiraan nilai mata uang dikembangkan dengan menggunakan beberapa teknik peramalan. Teknik yang digunakan diberi bobot relatif mencapai jumlah 100 persen, dan teknik yang dianggap lebih reliable diberi bobot lebih tinggi. Perkiraan aktual dari mata uang adalah rata-rata tertimbang dari pengembangan berbagai prakiraan. MNC dapat memutuskan mungkin hanya prakiraan berbasis teknis dan berbasis pasar saja yang relevan saat meramal pada satu periode namun, dalam periode lain, hanya perkiraan fundamental saja yang relevan. Pemilihan teknik peramalan mungkin juga berbeda pada mata uang tertentu. Pada suatu waktu MNC dapat memutuskan, misalnya, bahwa ramalan berbasis pasar
memberikan
prediksi
terbaik
untuk pound sedangkan
peramalan
fundamental
menghasilkan prediksi terbaik untuk dolar Selandia Baru dan peramalan teknis merupakan prediksi terbaik untuk peso Meksiko.
Guidelines for Implementing a Forecast
Terlepas dari teknik yang digunakan untuk meramalkan nilai tukar, manajer MNC harus mempertimbangkan panduan berikut saat menerapkan perkiraan mereka.
Terapkan Prakiraan Secara Konsisten di dalam MNC
Semua manajer MNC harus mengandalkan perkiraan nilai tukar yang sama. Jika tidak, bisa terjadi satu manajer membuat keputusan berdasar perkiraan apresiasi mata uang sedangkan manajer lain membuat keputusan berdasar perkiraan depresiasi mata uang yang sama.
Ukur Dampak Prakiraan Alternatif
Manajer MNC diharapkan memperoleh apa yang mereka yakini sebagai perkiraan terbaik untuk nilai tukar; Namun, mereka juga harus memeriksa apa dan bagaimana prakiraan
alternatif akan mempengaruhi keputusan mereka. Jika ada usulan proyek besar yang dinilai layak dilaksanakan bila satu teknik tertentu digunakan untuk meramalkan nilai tukar, maka proyek tersebut memerlukan analisis yang lebih cermat sebelum diterapkan.
Pertimbangkan Sumber Prakiraan lainnya
Karena kesalahan besar dapat terjadi pada peramalan nilai tukar, manajer MNC bisa melengkapi perkiraan mereka dari sumber lain, misalnya bank yang memberikan layanan peramalan. Beberapa layanan peramalan mengkhususkan pada perkiraan teknis, sementara yang lainnya mengkhususkan pada perkiraan fundamental. Layanan ini dapat mengakomodir berbagai perkiraan dengan horison waktu mulai satu bulan sampai sepuluh tahun.
Tentu saja, tidak ada jaminan bahwa layanan peramalan akan memberikan perkiraan lebih akurat daripada yang dihasilkan oleh perusahaan multinasional sendiri. Namun, manajer lebih percaya diri dalam keputusan mereka jika mereka mempertimbangkan perkiraan dari sumber lain. Bendahara beberapa perusahaan multinasional dapat memilih untuk mengandalkan layanan peramalan hanya karena mereka menyadari betapa sulitnya menghasilkan perkiraan nilai tukar yang akurat dan memilih untuk tidak langsung bertanggung jawab atas potensi kesalahan tersebut.
FORECAST ERROR
Terlepas dari metode mana yang digunakan atau layanan mana yang digunakan untuk meramalkan nilai tukar, penting untuk menyadari bahwa prediksi nilai tukar selalu tidaklah sempurna. Perusahaan multinasional akan menilai kesalahan perkiraan masa lalu untuk mengevaluasi keakuratan teknik peramalan mereka.
Measurement of Forecast Error
MNC yang memprediksi nilai tukar harus memantau kinerjanya dari waktu ke waktu untuk menentukan apakah prosedur peramalannya sudah tepat. Untuk tujuan ini, diperlukan
pengukuran kesalahan perkiraan. Ada berbagai cara untuk menghitung kesalahan perkiraan. Satu pengukuran populer didefinisikan sebagai berikut:
Kesalahan dihitung dengan menggunakan nilai absolut (dalam pembilang) karena untuk menghindari kemungkinan pengaruh nilai yang dapat mengimbangi penentuan mean forecast error . Misalnya, jika kesalahan perkiraan adalah 0,05 pada periode pertama dan -0.05 pada
periode kedua (yaitu, jika nilai absolut tidak diambil), kesalahan rata-rata adalah nol. Namun hal ini akan menyesatkan karena ramalannya tidak akurat di dua periode tersebut. Distorsi jenis ini dapat dihindari dengan mengambil nilai mutlak.
Forecast Errors among Time Horizons
Kesalahan perkiraan potensi untuk mata uang tertentu bergantung pada perkiraan horizon waktu. Perkiraan tingkat spot euro untuk esok hari memiliki kesalahan relatif kecil karena kurs spot esok tidak akan menyimpang jauh dari hari ini. Namun, perkiraan euro dalam 1 bulan lebih sulit karena ada lebih banyak waktu untuk kondisi ekonomi yang berubah, yang dapat menyebabkan nilai euro menyimpang jauh dari kurs spot hari ini. Perkiraan euro selama 1 tahun ke depan bahkan lebih sulit, dan perkiraan 10 tahun ke depan kemungkinan besar akan mengalami kesalahan yang sangat besar..
Forecast Errors over Time Periods
Kesalahan prediksi terhadap mata uang tertentu akan berubah dari waktu ke waktu. Pada periode ketika sebuah negara mengalami masalah ekonomi dan politik, mata uangnya lebih mudah berubah dan lebih sulit diprediksi. Ukuran kesalahan juga berubah dari waktu ke waktu, karena kesalahan lebih besar akan terjadi pada periode dimana nilai mata uang lebih fluktuatif.
Forecast Errors among Currencies
Kemampuan untuk meramalkan nilai mata uang mungkin berbeda dengan mata uang yang menjadi perhatian. Dari perspektif A.S., mata uang yang lebih stabil rentan terhadap sedikit
kesalahan. Sebagai contoh ekstrem, untuk mata uang yang nilainya dipatok pada tingkat dolar yang tepat, kurs spot akan selalu menjadi perkiraan sempurna dari nilai spot masa depan dan perkiraan kesalahan akan menjadi nol. Bank sentral China mempertahankan nilai yen China dalam batas-batas yang sempit, sehingga yuan cukup stabil dan perkiraan kesalahannya lebih rendah. Sebaliknya, mata uang (misalnya, dolar Australia, dolar Brasil, dolar Selandia Baru) yang bergejolak akan dikenakan kesalahan perkiraan yang lebih besar. Beberapa mata uang, termasuk dolar Kanada dan yen Jepang, biasanya menunjukkan volatilitas sedang (bahkan tanpa intervensi bank sentral) dan karenanya harus mengalami perkiraan kesalahan moderat.
Forecast Bias
Bila kesalahan perkiraan diukur sebagai nilai perkiraan dikurangi nilai realisasi, kesalahan bernilai negatif mengindikasikan terjadinya underestimating sedangkan kesalahan positif mengindikasikan perkiraan terjadinya overestimating . Jika kesalahan perkiraan untuk mata uang tertentu secara konsisten positif atau negatif dari waktu ke waktu, maka pasti terjadi beberapa bias dalam prosedur peramalan.
Statistical Test of Forecast Bias
Jika forward rate adalah prediktor bias dari future spot rate, maka ada kesalahan perkiraan sistematis sehingga diperlukan koreksi untuk memperbaiki akurasi perkiraan. Metode uji konvensional untuk prakiraan bias adalah menerapkan model regresi berikut ke data historis:
Dimana:
Jika tingkat forward tidak bias, maka intercept a0 harus sama dengan 0 dan koefisien regresi a1 harus sama dengan 1. Uji t untuk a1 adalah
Jika a0 = 0 dan a1 secara signifikan kurang dari 1, ini berarti bahwa forward rate secara sistematis overestimate terhadap kurs spot. Misalnya, jika a0 = 0 dan a1 = 0.90 maka nilai spot masa depan diperkirakan 90 persen dari perkiraan yang dihasilkan forward rate. Jika a0 = 0 dan a1 secara signifikan lebih besar dari 1, ini berarti bahwa forward rate secara sistematis underestimate terhadap kurs spot. Misalnya, jika a0 = 0 dan a1 = 1,1 maka nilai future spot rate diperkirakan 110 persen dari perkiraan yang dihasilkan oleh forward rate.
Evaluasi Grafis Bias Prakiraan
Prakiraan bias dapat diperiksa dengan menggunakan grafik yang membandingkan forecasted value dengan realized value untuk berbagai periode waktu.
Jika titik tersebar rata di kedua sisi garis 45 derajat, maka prakiraan tersebut dianggap unbiased karena tidak berada di atas atau di bawah realized value. Baik mengevaluasi ukuran
kesalahan perkiraan ataukah mencoba mencari bias, hasil yang dapat diandalkan akan diperoleh saat memeriksa sejumlah besar prakiraan.
Pergeseran dalam Bias Prakiraan dari Waktu ke Waktu
Bias perkiraan suatu mata uang cenderung bergeser dari waktu ke waktu. Pertimbangkan penggunaan spot rate euro untuk meramalkan nilai euro satu bulan kemudian. Selama periode Januari 2006 hingga Oktober 2008, euro menunjukkan apresiasi yang cukup konsisten. Dengan demikian, perkiraan satu bulan biasanya underestimate terhadap kurs spot satu bulan ke depan. Selama periode dari Desember 2009 sampai Juni 2010, bagaimanapun, euro secara konsisten terdepresiasi; Maka perkiraan satu bulan biasanya overestimate spot rate satu bulan ke depan. Karena itu bias perkiraan bisa berubah seiring berjalannya waktu, maka melakukan adjustment pada prediksi agar dapat mencerminkan bias masa lalu bukanlah teknik yang dapat diandalkan.
Comparison of Forecasting Methods
MNC dapat membandingkan metode peramalan dengan merencanakan poin yang dihasilkan masing-masing metode pada grafik yang serupa dengan Exhibit 9.5. Poin-poin yang berkaitan dengan setiap metode dapat dibedakan dengan tanda atau warna yang khas, dan kinerjanya masing-masing dapat dievaluasi dengan membandingkan jarak titik-titik ini dari garis 45 derajat. Bisa saja tidak ada metode peramalan yang lebih unggul jika dibandingkan secara grafis. Dalam hal ini, perbandingan yang lebih tepat dapat dilakukan dengan menghitung kesalahan perkiraan pada semua periode untuk tiap metode, lalu membandingkan kesalahan tersebut.
Forecasting under Market Efficiency
Efisiensi pasar valuta asing juga memiliki implikasi terhadap peramalan. Jika pasar valuta asing weak-form efficient , maka informasi histori nilai tukar dan informasi terkini menjadi tidak berguna untuk meramalkan pergerakan nilai tukar karena nilai tukar saat ini sudah
mencerminkan informasi ini. Dengan kata lain, analisa teknikal tidak akan mampu memperbaiki perkiraan. Jika pasar valuta asing berbentuk semi-strong effi cient , maka tidak hanya informasi historis dan terkini, tetapi juga semua informasi publik yang relevan tercermin dalam nilai tukar saat ini.
Jika pasar valuta asing strong-form effi cient , maka semua informasi publik dan informasi private yang relevan sudah tercermin dalam nilai tukar saat ini. Bentuk efisiensi ini tidak dapat
diuji karena informasi private secara definisi tidak tersedia. Meskipun pasar valuta asing pada umumnya paling tidak semi-strong efficient , perkiraan nilai tukar oleh perusahaan multinasional mungkin masih bermanfaat. Tujuan mereka adalah untuk memperoleh perkiraan nilai tukar yang wajar untuk membuat keputusan manajerial. Ketika MNC menilai kebijakan yang diusulkan, mereka biasanya lebih suka mengembangkan perkiraan nilai tukar mereka sendiri untuk hanya menggunakan tarif berbasis pasar untuk tujuan ini.
USING INTERVAL FORECASTS
Langkah pertama dalam meramalkan volatilitas nilai tukar adalah menentukan periode yang relevan. Jika MNC meramalkan nilai dolar Kanada setiap hari selama kuartal berikutnya, maka kemungkinan ia juga akan mencoba meramalkan deviasi standar pergerakan nilai tukar harian selama kuartal ini. Informasi tersebut dapat dikombinasikan dengan nilai perkiraan dolar Kanada setiap hari untuk memperoleh interval kepercayaan di sepanjang perkiraan harian.
Methods of Forecasting Exchange Rate Volatility
Perkiraan interval membutuhkan nilai untuk volatilitas pergerakan nilai tukar. Nilai ini dapat diperkirakan menggunakan (1) volatilitas nilai tukar terakhir, (2) rangkaian volatilitas waktu historis, dan (3) deviasi standar tersirat yang berasal dari harga option mata uang.
Menggunakan Tingkat Volatilitas Terkini
Volatilitas pergerakan nilai tukar historis selama periode terakhir dapat digunakan untuk meramalkan masa depan. Dalam contoh kami, standar deviasi pergerakan nilai tukar bulanan pada dolar Kanada selama 12 bulan sebelumnya dapat digunakan untuk memperkirakan volatilitas dolar Kanada selama bulan depan.
View more...
Comments