MIX USED BUILDING
September 2, 2017 | Author: Vivie Aida | Category: N/A
Short Description
mix used building antara mall dan convention and exhibition center...
Description
2014 CENTRAL CITY PARK
VIVI AIDA NILAM C I212083
DEFINISI MIXED USE BUILDING
Gambar 01 : Contoh Bangunan Mix Use Building Sumber : http://www.ecofriend.com/wp-content/uploads/2012/07/albino-alligator-sustainable-mixed-use-building-bymaxwan-architects_3_ZriPk_69.jpg
I.
Pengertian Mixed Use Building -
Menurut Mike Jenk dalam bukunya yang berjudul “The Compact City A Sustainable Urban Form?” (1996), mix use building adalah proyek real etalase yang relative besar (dengan rasio area lantai terdiri dari tiga atau lebih) yang terkarateristik tiga atau lebih penggunaan bangunan revenue seperti retail, office, resedintial, hotel dan rekreasi yang dalam proyek perencanaannya akan saling berhubungan dan bergantung satu sama lainnya. Dengan fungsi dan bentuk fisik yang terintegrasi dari komponen proyek, termasuk jalur pedestrian yang tidak terpotong.
-
Menurut buku “Office Development Hand Book, ULI-The Urban Land Institude, (1985), Mixed use building adalah suatu kawasan bisnis multifungsi bagian dari wilayah kota yang menampung beberapa kegiatan yang berbeda di dalamnya, masing-masing kegiatan saling melengkapi dan berkaitan erat serta saling berinteraksi, pengembangnya harus memiliki peranan yang jelas dan akurat dari masing-masing fungsi kegiatan.
II.
Kelebihan Mixed Use Building Dengan mengusung bangunan multifungsi, maka mixed use building mempunyai banyak kelebihan diantara nya adalah : -
Memberikan kelengkapan dan kemudahan fasilitas pada bangunan hunian dan bagi pengunjungnya.
-
Efisiensi pergerakan. Dengan pengelompokan berbagai fungsi dan aktivitas dalam suatu superblok berarti terdapat efisiensi pergerakkan bagi penggunaan bangunan tersebut.
-
Vitalitas dan generator pertumbuhan. Pembangunan superblok pada salah satu bagian kota berpotensi meningkatkan pertumbuhan kawasan sekitarnya sebagai respon terhadap kebutuhan layanan bagi para pengguna bangunan tersebut.
-
Penghematan pendanaan pembangunan. Pembangunan berbagai fasilitas dalam satu komplek atau kawasan dapat mengefisienkan dana pembangunan misalnya dengan efisiensi dana pembangunan infrastruktur.
-
Menghambat perluasan kota. Superblok dapat diasumsikan sebagai pertumbuhan kota secara vertikal, karenanya pembangunan superblok dapat meminimalkan perluasan kota secara horisontal.
III.
Tujuan Mixed Use Building -
Efisiensi dan ekonomis dalam pengadaan insfratruktur dan utilitasnya.
-
Perbaikan sistem transportasi.
-
Memberikan kerangka yang fleksibel untuk perancangan bangunan dan lingkungan nya.
-
Mengeliminasi ruang-ruang mati, sehingga penggunaan lahan lebih efektif dan efisien, pelayanan kebutuhan lebih mudah, dan lingkungan menjadi lebih nyaman dihuni.
IV.
Ciri-ciri Mixed Use Building -
Mewadahi dua fungsi urban atau lebih misalnya terdiri dari retail, perkantoran, hunian, hotel, dan entertainment / cultural / recreation.
-
Terjadi integrasi dan sinergi fungsional.
-
Terdapat ketergantungan kebutuhan antara masing-masing fungsi bangunan yang memperkuat sinergi dan integrasi antar fungsi tersebut.
Konsep Mixed Use Building yang diterapkan pada “Central City Park” adalah menggunakan konsep mixed use building model pertama yaitu model mixed building dengan FI (F interaksi ) yang terpisah dari dua massa bangunan (F1 dan F2) , yaitu sebagai berikut :
F1 F1 adalah bangunan pertama yang nantinya akan di mixed use dengan bangunan kedua. F1 adalah bangunan pusat perbelanjaan atau lebih dikenal dengan Mall.
FI
F2
FI (F interaksi) adalah penghubung yang menghubungkan antara F1 dan F2. Desain FI yang digunakan pada model ini terpisah dengan bangunan pertama maupun bangunan kedua. FI ini merupakan sarana penghubung dan pemersatu massa bangunan F1 dan massa bangunan F2.
F2 adalah bangunan kedua yang akan di mixed use dengan bangunan pertama yaitu mall. F2 pada bangunan ini adalah Convention and Exhibition Hall
F1 (BANGUNAN PERTAMA), LIFESTYLE MALL I.
Definisi Mall -
Menurut Gruen dalam bukunya yang berjudul Centers for Urban Environment: Survival of the Cities, mal adalah suatu tempat kegiatan pertukaran dan distribusi barang/jasa yang bercirikan komersial, melibatkan perencanaan dan perancangan yang matang karena bertujuan memperoleh keuntungan (profit) sebanyak-banyaknya.
-
Menurut Beddington dalam bukunya yang berjudul Design for Shopping Center (1981), mal adalah kompleks perbelanjaan terencana, dengan pengelolaan yang bersifat terpusat, dengan sistem menyewakan unit-unit kepada pedagang individu, sedangkan pengawasannya dilakukan oleh pengelola yang bertanggung jawab secara menyeluruh.
-
Menurut buku Shopping Center Development Handbook, ,mal adalah sekelompok kesatuan pusat perdagangan yang dibangun dan didirikan pada sebuah lokasi yang direncanakan, dikembangkan, dimulai, dan diatur menjadi sebuah kesatuan operasi (operation unit), berhubungan dengan lokasi, ukuran, tipe took, dan area perbelanjaan dari unit tersebut.
II.
Bentuk Mal Menurut Maithland (1987) terdapat 3 bentuk umum mal dengan keuntungan dan kerugian tersendiri, yaitu : -
Open Mall Mal terbuka adalah mal tanpa pelingkup. Keuntungannya adalah kesan luas dan perencanaan teknis yang mudah sehingga biaya lebih murah. Kerugiannya berupa kendala climatic control (berpengaruh terhadap kenyamanan) dan kesan pewadahan kurang.
Gambar 02 : Santa Monica Mall, California Sumber : http://www.cei.com/wp-content/uploads/2011/01/Santa-Monica-Place-1.jpg
-
Enclosed Mall Mal tertutup adalah mal dengan pelingkup. Keuntungannya berupa kenyamanan climatic control. Sementara kerugiannya adalah biaya mahal dan kesan kurang luas.
Gambar 03 : Grand Indonesia Mall, Indonesia Sumber : http://indesignindonesia.com/filemodul/news/file_itemlampiran/68/grand_indo_4_11 3517_vino_cms_.jpg
-
Integrated Mall Mal terpadu adalah penggabungan mal terbuka dan tertutup. Munculnya bentuk ini merupakan antisipasi terhadap keborosan energi untuk climatic contror serta mahalnya pembuatan dan perawatan mal tertutup. Mal ini bertujuan mengonsentrasikan daya tarik pengunjung pada mall tertutup.
Gambar 04 : Pasargad Leisure Mall, Tehran, Iran Sumber : http://www.arcrealestate.ir/images/pages/myzeil/1.jpg
III.
Pola Mal Pada dasarnya pola mal berprinsip linier. Tatanan mal yang banyak dijumpai adalah mal berkoridor tunggal dengan lebar koridor standar antara 8-16 m. Penggunaan pola grid pada mal akan mempermudah pengaturan modul untuk retail-retail, sirkulasi, penempatan atrium, parkir, dan sebagainya. Untuk memudahkan akses pengunjung, pintu masuk sebaiknya dapat dicapai dari segala arah. Mal sebaiknya ditata sedemikian rupa agar terdapat magnet pada tiap akhir mal.
IV.
Pelaku/ Pengguna Mal - Pengunjung mal, adalah seorang individu atau kelompok yang mengunjungi mal, baik individu atau kelompok tersebut berbelanja, makan, berekreasi, atau hanya sekedar jalan-jalan. - Pengelola Mal , adalah individu atau sekelompok orang yang mengelola mal tersebut baik dari segi administrasi, pengelolaan, perawatan, maupun operasional bangunan yang berhubungan dengan kepentingan mal. - Pegawai mal, adalah semua pekerja atau karyawan yang bekerja di mal tersbut, seperti : karyawan dari retail-retail yang ada di dalam mal, cleaning service, satpam, dll.
V.
Aktivitas yang terjadi di dalam Mal Mal yang dimaksud disini adalah lifestyle mall yang tidak hanya menawarkan shopping center saja namun sudah menawarkan berbagai hiburan dan sarana rekreasi bagi masyarakat seperti adanya foodcourt, anchor, karaoke, bioskop, salon, dll. Maka aktivitas yang ada di dalam mal akan semakin kompleks, diantaranya adalah : - Pengunjung yang hanya berkeliling saja dan hanya melihat-lihat. - Pengunjung menjalankan transaksi jual beli dan sekaligus adanya interaksi dengan pegawai mal dalam sebuah retai (toko). - Pengunjung memilih-milih barang pada departement store atau hypermarket atau dalam retail-retail kecil dalam mal/ - Pengunjung melakukan kegiatan rekreasi seperti games dan karaoke. - Pengunjung melakukan kegiatan makan pada foodcourt maka akan terjadi interaksi jual beli antara pengunjung mal dengan pegawai mal. - Pengunjung menonton film dalam bioskop yang ada di dalam mal, terjadi interaksi jual beli jasa pada aktivitas ini. - Pengunjung menggunakan jasa salon, maka akan terjadi interaksi antara pengunjung mal dengan pegawai mal dan terjadi tukar menukar jasa dalam aktivitas ini. - Pengunjung memakirkan kendaraan di dalam parkir mal tersebut. - Satpam berkeliling menjaga keamanan mal. - Petugas kebersihan selalu menjaga lantai mal dengan mengepel dan membersihkan bagian mal yang kotor. - Petugas parkir menertibkan parkir pada parking area, untuk valet parking maka akan terjadi interaksi jual beli jasa dalam aktivitas ini. - Pengunjung bisa meminta bantuan pada reseptionit untuk bertanya tentang sesuatu yang berkaitan dengan mal tersebut. Akan ada interaksi antara pengunjung dan pegawai mal.
F2 (BANGUNAN KEDUA), CONVENTION AND EXHIBITION HALL
Gambar 05 : Convention and Exibition Centre Sumber : http://www.architravel.com/architravel_wp/wp-
content/uploads/2013/05/beijing_convention_centre_rmjm250708_hgesch_1.jpg
Latar Belakang Pemilihan Mixed Use antara Mal dengan Convention and Exhibition Hall Semakin padatnya penduduk di Indonesia membuat semakin sempitnya lahan yang tersedia saat ini membuat suatu pemikiran serba efisien dan praktis. Salah satunya adalah mendirikan bangunan yang mempunyai multi fungsi sehingga dapat menghemat lahan. Sementara itu, kebutuhan masyarakat urban akan hiburan dan rekreasi sangat tinggi sehingga mall sudah tidak jarang lagi terlihat di kota-kota besar yang sekarang semakin menjamur. Selain inovasi, mixed use mall dengan convention and exhibition hall juga akan memberikan kemudahan akses dan kemudahan bagi masyarakat urban yang berpikir praktis namun tetap efisien. Mixed use ini akan menyatukan pusat hiburan dan pusat bisnis (pertemuan dan seminar bisnis) sehingga akses diantara keduanya akan semakin mudah dilakukan mengingat karakteristik dari masyarakat urban tersebut. Menjamurnya mall-mall ini memberikan suasana kompetisi yang semakin tinggi diantara mereka, sehingga masing-masing mall memberikan inovasi-inovasi terbaru dalam bangunannya. Salah satu inovasi yang bisa dikembangkan adalah mixed use building antara mal dengan convention and exhibition hall. Kedua bangunan ini akan memberikan simbiosis mutualisme jika di combine. Pihak mal akan mempunyai ciri khas tersendiri karena memiliki convention hall sehingga mall tersebut akan mempunyai karakteristik dan ciri khas dibandingkan dengan mall lain yang hanya menawarkan shopping center and recreation. Dengan adanya convention and exhibition pada mall
maka akan banyak event-event yang akan diadakan oleh mall tersebut sehingga pangsa pasar mall akan semakin luas. Jika dilihat dari sisi convention and exhibition mall, jika gedung tersebut sedang tidak di sewa oleh pengguna maka gedung tersebut masih akan tetap hidup denga adanya fasilitas komersial yang ada pada gedung yaitu aktivitas yang terjadi di dalam mall. Keuntungan lain yang diperoleh oleh convention and exhibition mall adalah jika ada event atau pameran yang diperuntukan untuk masyarakat umum akan lebih ramai karena pengunjung mall tentu saja akan sekaligus mengunjungi event atau pameran yang sedang diadakan di dalam exhibition hall tersebut. Dengan pertimbangan banyaknya keuntungan yang diperoleh oleh dua bangunan ini maka mall akan lebih efisien dan efektif jika di combine dengan convention and exhibition hall.
ANALISIS PEMILIHAN CONVENTION AND EXHIBITION HALL SEBAGAI F2 Mall adalah sarana hiburan dan rekreasi bagi penggunanya, mall menawarkan berbagai barang dan jasa. Mall merupakan pusat rekreasi dan kemudahan hidup bagi masyarakat urban dalam memenuhi kebutuhannya. Seperti diketahui masyarakat urban tidak hanya membutuhkan hiburan saja namun juga membutuhkan saran untuk bekerja, salah satu pekerjaan yang dilakukan masyarakat urban adalah dengan mengadakan seminar atau convensi dengan berbagai kelompok tertentu untuk saling berinteraksi dan saling menukar informasi. Dari segi convention and exhibition center ini membutuhkan sarana komersial yang bisa digunakan untuk menghidupkan gedung saat tidak ada yang menyewa gedung. Selain untuk tuuan tersebut, jika sedang ada pameran pada exhibition hall maka pengunjung mall juga otomatis akan menghadiri pameran yang ada di exhibition hall. Mixed use antara convention and exhibition hall dengan mall ini merupakan mix use building dengan simbiosis mutualisme karena saling menguntungkan. Simbiosis ini dapat terjadi saat jika ada pertemuan atau convention dalam skala besar, pada saat istirahat maka peserta convention dapat mengunjungi mall untuk menghilangkan rasa penat saat menghadiri pertemuan, hal ini sangat menguntungkan bagi mal walaupun peserta convention hanya sekedar makan atau mengunjungi kafe yang ada di mal tersebut. Sementara keuntungan juga dialami oleh convention and exhibition hall, jika gedung ini sedang tidak ada yang menyewa maka gedung akan tetap hidup karena ada aktivitas komersial yang terjadi karena adanya mal. Selain itu, simbiosis mutualisme dapat diperoleh saat ada pameran pada
exhibition hall maka pameran akan mendapatkan pegunjung dari pengunjung mal juga, sehingga pameran akan semakin ramai.
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN JIKA MALL DI MIX USE DENGAN CONVENTION AND EXHIBITION MALL a.
Keuntungan 1. Akan terjadi simbiosis mutualisme antara mall dan convention and exhibition hall. 2. Memberikan kenyamanan bagi masyarakat urban karena menyatukan pusat bisnis dan rekreasi dalam satu gedung. 3. Memberikan kemudahan akses karena pusat convention (bisnis) di combine dengan pusat rekreasi dan hiburan sehingga tidak memberikan rasa penat kepada penggunanya. 4. Menghemat lahan karena mengusung mix use building. 5. Gedung convention and exhibition akan tetap hidup walaupun tidak ada yang menyewa karena terdapat fasilitas komersial yaitu mal. 6. Lahan Parkir bisa disatukan karena mengingat fungsi keduanya yang tidak memiliki fungsi yang bertolak belakang tidak seperti rumah sakit yang harus dipisahkan. 7. Utilitas bangunan antara keduanya relatif sama sehingga utilitas bangunannya tidak begitu kompleks seperti saat mal di mix use dengan rumah sakit.
b.
Kekurangan 1. Aksesibilitas harus tetap menjadi pertimbangan utama dalam hal ini agar pengunjung tidak merasa bingung. 2. Bagaimana cara menyatukan kedua bangunan ini agar terkesan menyatu dengan baik dan nyaman menjadu pemikiran utama yang memerlukan problem solving.
Berdasarkan analisa tentang convention and exhibition hall didapat kekurangan dan kelebihan jika convention and exhibition hall di mix use dengan bangunan yang pertama yaitu mall. Karena lebih banyak keuntungan dari pada kelemahannya maka Bangunan Mall akan di mix use dengan convention and exhibition hall.
DESKRIPSI CONVENTION AND EXHIBITION HALL
Gambar 06 : Convention and Exibition Centre Sumber : http://www.hollein.com/var/ezwebin_site/storage/images/projekte/nara-conventionhall/301_nara_convention_hall_06.jpg/5428-1-gerDE/301_NARA_CONVENTION_HALL_06.jpg_projectimage.jpg
-
Pengertian Convention a. Pertemuan sekelompok orang yang secara bersama-sama bertukar pikiran, pengalaman dan informasi melalui pembicaraan terbuka, saling siap untuk mendengar dan didengar serta mempelajari, mendiskusikan kemudian menyimpulkan topik-topik yang dibahas dalam pertemuan dimaksud. Kelompok ini bisa terdiri dari 10 orang atau lebih. b. Kongres, konferensi, atau konvensi merupakan suatu kegiatan berupa pertemuan sekelompok orang (negarawan,usahawan, cendekiawan, dan sebagainya) untuk membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan kepentingan bersama.
-
Pengertian Exhibition a. Merupakan salah satu cara atau media penyebaran informasi, perkenalan sekaligus pemasaran suatu produk, baik bentuk gagasan maupun barang. b. Suatu kegiatan untuk menyebarluaskan informasi dan promosi yang ada hubungannya dengan penyelenggaraan konvensi atau yang ada kaitannya dengan pariwisata.
-
Pengertian Hall Hall adalah Ruangan, Ruang depan, Aula, Balai ruang (John M Echols and Hasan shadily, Kamus Bahasa Inggris-Indonesia). Sehingga dapat disimpulkan Convention and Exhibition Hall adalah suatu ruangan
yang digunakan sebagai tempat untuk pertemuan (yang mencakup sidang utama dan komisi, jamuan dan pameran) bagi sekelompok orang untuk saling tukar-menukar informasi, pendapat dan hai-hal baru yang menarik dibahas untuk kepentingan bersama. Lengkap
dengan segala sarana dan prasarana penunjangnya, baik konvensi berskala nasional maupun internasional, serta masih dimungkinkan
dilaksanakan kegiatan lainnya seperti jamuan
makan dan eksibisi. -
Pengguna Convention and Exhibition Hall Pengguna bangunan dapat digolongkan sebagai berikut : a. Pihak penyewa tempat Merupakan pihak-pihak yang menyewa tempat untuk menyelenggarakan suatu kegiatan, yaitu pelaksana dan peserta kegiatan. b. Pengunjung Merupakan pihak-pihak yang menghadiri kegiatan, tanpa harus menyewa tempat, mereka adalah pengunjung pameran, peserta workshop atau seminar, atau acara-acara yang bersifat umum. Golongan ini pun termasuk pengunjung fasilitas-fasilitas komersial. c. Pemakai fasilitas komersial Merupakan pihak-pihak yang menyewa fasilitas-fasilitas komersial untuk publik, seperti retail (jasa travel, jasa kurir, pengelola money changer, jasa sewa) dan pengelola cafe dan bar.
-
Kegiatan / aktvitas yang terjadi dalam convention and exhibition hall a. Kegiatan Administratif Kegiatan ini berkaitan dengan kebutuhan lingkup pelayanan penunjang yang cukup luas bagi penyelenggaraan kegiatan pameran dan pertemuan. Lingkup kegiatan administratif berkaitan dengan pengelolaan seluruh kegiatan dalam bangunan ini, juga sebagai pusat segala informasi bagi pengunjung. Waktu aktifitas terjadi pada saat jam kantor, yaitu pukul 08.00 - 17.00. b. Kegiatan Pameran dan Pertemuan Mengadakan berbagai jenis kegiatan pameran dan pertemuan yang merupakan inti kegiatan dari bangunan ini. Kegiatan yang dapat diakomodasi yaitu : Kegiatan pameran, antara lain :
Pameran dagang, seperti furniture expo, pameran komputer, pameran buku, pameran otomotif.
Pameran seni, seperti pameran lukisan, pameran foto.
Pameran jasa, seperti pameran pendidikan, bursa tenaga kerja.
Terdapat dua jenis kegiatan pameran, yaitu :
Pameran terbatas Pameran yang khusus diperuntukkan peserta pertemuan dan diadakan pada saat istirahat dan pulang pertemuan.
Pameran sepanjang hari. Pameran ini bisa berkaitan maupun tidak dengan pertemuan yang sedang dilaksanakan. Pengunjungnya tidak hanya terdiri dari peserta pertemuan, tetapi juga masyarakat umum. Durasi kegiatan pameran ini setiap harinya lebih lama, yaitu antara pukul 08.00 - 22.00.
Berbagai bentuk pertemuan yang dapat ditampung antara lain :
Kongres yang merupakan kegiatan pertemuan berupa diskusi untuk menyelesaikan beberapa masalah. Kongres merupakan jenis kegiatan pertemuan besar yang bersifat formal untuk bertukar informasi, mencari pemecahan terhadap permasalahan yang diajukan. Ruangan harus mampu menampung peserta dalam jumlah yang besar apalagi ini bertaraf internasional. Untuk penyusunan kursinya, biasanya disusun seperti kursikursi teater.
Konvensi yang berskala kecil hingga besar, tingkat nasional maupun internasional. Konvensi biasanya diakhiri dengan sebuah
pameran,
misalnya konvensi yang membahas produk kerajinan tangan nusantara atau daerah tujuan wisata di Indonesia.
Koferensi yang berupa kegiatan pertemuan dimana pembicaraan yang terjadi secara timbal balik antara peserta dengan jumlah peserta yang banyak
terutama
yang
berminat
dengan
permasalahan
yang
dikemukakan. Biasanya yang menjadi masalah dalam pembicaraan biasanya masalah organisasi, adanya informasi-informasi terbaru dan lain sebagainya. Biasanya meja diatur menurut pola lingkaran, setengah lingkaran, atau bahkan persegi. Kalau kegiatan koferensi menghabiskan waktu lebih dari satu hari, maka akan membutuhkan tempat yang relatif dekat dengan penginapan. Seminar, merupakan kegiatan tatap muka antara orang-orang yang telah memiliki pengalaman untuk melakukan diskusi dan membahas masalah serta membagi pengalaman antar peserta. Pada umumnya, kegiatan-kegiatan tersebut dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis pertemuan berdasarkan lama waktu pelaksanaannya (Lawson,1981), yaitu:
Pertemuan setengah hari (pukul 08.00 - 12.00)
Pertemuan seharí penuh (pukul 08.00 - 17.00)
Pertemuan beberapa hari (setiap hari pada pukul 08.00 - 17.00)
Kegiatan ini umumnya disertai beberapa kali istirahat atau hanya satu kali istirahat pada waktu makan siang. Pada saat istirahat, peserta dapat berdiskusi dengan sesama peserta ataupun makan di ruang makan atau cafe. Waktu waktu istirahat tersebut antara lain :
Istirahat I pada pukul 10.00
Istirahat II pada pukul 12.00
Istirahat III pada pukul 14.00
c. Kegiatan Komersial Kegiatan komersial berfungsi memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam hal jasa maupun hiburan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menunjang fungsi utama sekaligus membantu pembiayaan fasilitas ini, serta menghidupkan aktifitas apabila tidak ada penyewaan gedung serbaguna. Jadwal kegiatan komersial ini ada beberapa jenis, yaitu:
Buka setengah hari, misalnya jasa travel dan sewa, seperti agen biro perjalanan, money changer, perusahaan sewa alat-alat pernikahan.
Buka 12 jam, misalnya retail, cafe.
Buka 24 jam, misalnya bussiness center.
d. Kegiatan Service Kegiatan ini berkaitan dengan pengelolaan, perawatan dan pengamanan terhadap keseluruhan fasilitas. Kegiatan ini merupakan servis untuk segala kegiatan dengan jadwal kerja yang dapat disesuaikan dengan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan, dapat berlangsung selama 24 jam. Untuk kegiatan keamanan berlangsung selama 24 jam.
FI (F INTERAKSI), SEMI OUTDOOR FOOD PARK
Gambar 07 : ilustrasi semi outdoor food park Sumber : http://streeteatscolumbus.files.wordpress.com/2012/06/img_4917.jpg
Latar Belakang Pemilihan Semi Outdoor Food Park sebagai F Interaksi Antara Mall dan Convention Exhibition Hall Food Park merupakan sebuah pusat kuliner modern yang biasanya terdapat pada pusat perbelanjaan. Pemilihan food court sebagai F Ineraksi antara mall dan convention and exhibition hall adalah karena food park merupakan salah satu tujuan utama para pengunjung mall dan merupakan salah satu fasilitas komersial yang biasanya di sediakan oleh pihak bangunan convention and exhibition hall pada umumnya. Dengan adanya dua aktivitas yang sama tersebut maka untuk menyatukan dua bangunan ini adalah dengan food park, namun food park ini diletakkan diluar dari bangunan pertama maupun bangunan kedua. Hal ini diterapkan karena food park digunakan sebagai ruang transisi dari kedua bangunan tersebut, ruang transisi ini berfungsi memisah dua fungsi bangunan yang berbeda namun tetap menyatukan dua bangunan menjadi satu kesatuam. Fungsi bangunan yang pertama adalah untuk hiburan dan entertaintment sementara bangunan yang kedua berfungsi untuk bisnis, pekerjaan, dan event-event resi sehingga dua fungsi ini akan dibedakan dan dipisah dengan adanya food park. Namun, pemisahan ini hanya dilakukan secara tidak langsung karena food park akan menghubungkan mal dan convention and exhibition hall. Interaksi antara food park dengan mal adalah sangat erat, dapat dilihat dari mal-mal yang telah ada food park / food court merupakan salah satu faktor pengunjung untuk mengunjungi mall. Pengunjung bisa menikmati kuliner maupun hanya sekedar “nongkrong” di foodcourt tersebut. sementara interaksi antara food park dengan convention hall adalah food park merupakan salah satu fasilitas komersial yang disediakan pada bangunan convention atau exhibition yang ada saat ini. Tujuannya adalah untuk tetap menghidupkan bangunan jika sedang tidak disewa. Selain faktor
tersebut, food park pada convention and exhibition hall juga dimanfaatkan bagi pengguna convention hall untuk melepas penat setelah menghadiri event atau pertemuan penting. Untuk makan, menghilangkan penat, atau hanya mengobrol dengan teman kerja. Konsep Food Park yang diusung adalah konsep semi outdoor karena sebagai ruang transisi maka food park haruslah merupakan suatu pusat kenyamanan bagi dua bangunan yang saling dihubungkan yaitu mall dan convention and exhibition hall. Untuk memberikan rasa nyaman pada food park maka konsep semi outdoor ini adalah konsep yang paling tepat. Konsep ini mengusung pengguanaan material yang dapat menyatu dengan dunia luar sehingga kesan outdoor lebih terasa (bisa dengan menggunakan material kaca), atau untuk meja-meja pengunjung bisa langsung outdoor untuk bisa menikmati view dan udara di luar gedung.
DESKRIPSI FI (F INTERAKSI) -
Definisi Food Park Secara definisi Stan berjualan adalah sebuah ruangan yang dirancang khusus, lengkap dengan meja untuk menyajikan, tempat untuk menyimpan barang, dan perlengkapan lain yang bersih, aman, dan higienis, yang berguna untuk memenuhi kebutuhan publik, baik publik lokal, internasional, domestik maupun pelaku perjalanan. “Food court adalah suatu daerah yang berdekatan atau dikelilingi dengan berbagai konter berjualan makanan dan juga menyediakan satu area umum untuk acara makan pribadi. Food court terdiri dari beberapa kios makanan maka material yang umum digunakan untuk membangun food park adalah ubin, linoleum, formica, baja tahan karat dan kaca dimana semua material itu mudah untuk dibersihkan”
-
Semi Outdoor Food Park Yang dimaksud dengan semi outdoor disini adalah jejeran stand makanan yang dilingkupi oleh material bangunan namun menggunakan bahan-bahan yang tidak massive serta di desain sedemikian rupa sehingga ruang food court menjadi ruang yang nyaman serta tidak menggunakan bahan-bahan material seperti tembok yang terkesan berat dan massive. Semi outdoor food park ini dapat di desain dengan material kaca dan kayu, namun jika menggunakan kayu biaya yang dikeluarkan akan semakin mahal dan perawatan yang sulit. Sehingga mateeial yang paling cocok digunakan adalah kaca. Material ini akan memberikan kesan outdoor karena menggunakan bahan material yang tembus pandang dan langsung dapat melihat outdoor. Namun material kaca ini hanya digunakan untuk retail toko makanan dengan sedikit bangku yang ada di dalamnya. Sementara itu untuk meja-meja pengunjung diletakkan outdoor diluar luaranga/toko
sehingga pengunjung bisa menikmati makanan dengan view yang langsung menghadap ke luar ruangan. Sehingga dapat disimpulkan model dari mix use building adalah sebagai berikut :
F1
FI
F2
F1 adalah bangunan pertama yang nantinya akan di mixed use dengan bangunan kedua. F1 adalah bangunan pusat perbelanjaan atau lebih dikenal dengan Mall.
FI (F interaksi) adalah semi outdoor food park. Food park ini memisah dari dua bangunan dengan tujuan untuk menghubungkan dan sebagai ruang transisi antara mal dan ruang convention and exhibition.
F2 adalah convention and exhibition hall, hall ini akan memisah dengan mall namun akan disatukan dengan adanya semi outdoor food park.
STIMULAN PROSES
AKTIVITAS PERWADAHAN STIMULAN PROSES PERMASAAN KORELATIF PERMASAAN Massa adalah elemen site yang dapat tersusun dari masa yang berbentuk bangunan. Dalam site penataan massa didapat dari penataan beberapa massa bangunan majemuk.
Jika dilihat dari F Interaksi yang menggunakan Semi outdoor food park ini maka desain dimulai dali permasaan. Semi outdoor food park ini merupakan pusat kuliner dengan konsep food park. Konsep food park lebih berkonsep pada konsep garden. Konsep garden ini akan diterapkan pada massa-massa bangunan yang tentunya tidak menyatu dengan yang lain, akan terdapat beberapa space yang dipisahkan oleh taman namun akan tetap menjadi satu kesatuan bangunan. Konsep garden yang diusung akan lebih menguatkan bagaimana food park ini bersifat semi outdoor. Berbeda dengan food court yang hanya menjadi pusat makanan dengan meja-meja pengunjung saja , konsep food park yang diusung dalam semi otdoor food park ini akan lebih mengedepankan kenyamanan pengunjung dengan lebih mengedepankan penghawaan yang alami serta konsep desain yang tidak massive sehingga pengunjung merasa nyaman, bebas, serta tidak dibatasi oleh dindingdinding bangunan yang terkesan berat. Ilustrasi pemasaan pada semi out door food park :
1 4 3
2
Massa food court yang di desain adalah melengkung namun melengkung karena lebih bisa mengedepankan kesan dinamis pada ruang sehingga ruang tidak kaku. Selain itu massa bangunan yang melengkung ini akan di desain dengan semi out door sehingga lebih terasa konsep food park yang diterapkan. Massa melengkung yang digunakan pun tidak hanya satu massa bangunan saja namun terdapat empat massa bangunan yang akan disusun secara linear dan saling berhadapan sehingga akan terbentuk suatu ruang tengah yang bisa digunakan untuk sirkulasi manusia dan ruang transisi baik dari gedung mall sebagai F1 maupun dari gedung convention center sebagai F2. Pada gambar nomor 1 adalah rencana retail-retail food court, retail food court di desain dengan semi outdoor pula namun ditutup pada bagian dapurnya. Pada gambar nomor 2 adalah rencana taman yang akan digunakan, selain kenyamanan bagi pengunjung kenyamanan pegawai
retail juga diperhatikan dengan pembuatan taman pada bagian belakang retail makanan tersebut. Pada gambar nomor 3 adalah meja-meja pengunjung yang disusun secara linear namun terbagi menjadi spot-spot. Desain yang digunakan pun semi indoor dengan tidak menggunakan desain yang massive namun terdapat ruang-ruang kosong pada dinding sehingga terlihat lebih nyaman karena ruang yang terbuka. Ilustrasi desain adalah sebagai berikut :
Gambar 08 : ilustrasi semi outdoor food park Sumber : http://streeteatscolumbus.files.wordpress.com/2012/06/img_4917.jpg
Desain seperti pada gambar 07 akan diterapkan pada retail makanan dengan dinding yang tidak massive namun menggunakan batu-batu alam yang disusun secara linear membentuk suatu ruang namun tetap memberi kesan semi outdoor sehingga pengunjung dapat menikmati makanan dengan pemandangan taman yang terlihat dari celah-celah dinding berikut dengan garden yang akan menyertai food park ini. Pada gambar nomor 4 adalah rencana food court out door namun tetap dinaungi sebuah naungan yang bisa melindungi pengunjung dari panas matahari dan juka terjadi hujan. Pada bagian ini akan di desain taman dengan tidak menggunakan perkerasan tanah, dengan kata lain taman dan food court pada area ini akan menggunakan tanah yang sudah ditanami oleh rumput-rumput hijau sehingga kesan outdoor lebih terasa. Spot-spot meja pengunjung akan di atur secara linear namun tetap melengkung. Massa yang akan digunakan terbentuk dari dua bentuk geometri yang berupa lingkaran, namun pada food park ini menggunakan bentuk juring (seperempat lingkaran) dengan bentuk persegi panjang.
+
Namun, bentuk juring yang digunakan tidak sepenuhnya juring karena pada pertengahan juring dipotong untuk bisa memasukkan unsur persegi panjang di dalam massa bangunan food court. Penataan massa ini tidak didesain secara terpisah karena masih harus mempertimbangkan bangunan pertama dan kedua serta memperhatikan interaksi diantara kedua bangunan tersebut. Sehingga untuk lebih bisa menyambungkan antara F1 dan F2 , bentuk ini di ulang dengan ritme yang sama namun dengan bentuk yang terbalik sehingga akan mendapatkan bentuk yang mengular.
Ilustrasi diatas adalah ilustrasi bentuk massa bangunan yang terbentuk dari juring yang disusun secara kontinue namun dengan bentuk yang saling silang sehingga bentuk yang akan terbentuk adalah bentuk yang dinamis. Bentuk seperti ini akan menambah rasa nyaman bagi pengunjung yang akan menikmati makanan pada food court terlebih lagi dengan suasana yang semi outdoor. Pada bagian depan yang berbentuk lingkaran digunakan sebagai tempat makan pengunjung , dengan menggunakan bahan material seperti kaca maka suasana yang didapatkan akan semakin nayaman dan lebih berasa outdoor. Beberapa contoh ilustrasi food park adalah sebagai berikut :
Gambar 09 : ilustrasi semi outdoor food park Sumber : dailymail.co.uk
Gambar 10 : ilustrasi semi outdoor food park Sumber : dailymail.co.uk
View more...
Comments