Micrognatia Macrognatia Yo Tendy
September 21, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Micrognatia Macrognatia Yo Tendy...
Description
MAKALAH MICROGNATIA DAN MACROGNATIA
Disusun Oleh: Yo Tendy Pratama G99171050
Periode: 24 Desember 2018 – 6 6 Januari 2019
Pembimbing: Sandy Trimelda, drg., Sp.Ort
KEPANITERAAN KLINIK ILMU GIGI DAN MULUT FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA 2019
MICROGNATIA DAN MACROGNATIA
A. Definisi Mikrognatia adalah malformasi wajah dengan karakteristik mandibulla atau
maksilla yang ukurannya lebih kecil dari normal dan bentuknya abnormal. Mikrognatia umumnya dipakai untuk mandibula, hal ini disebut juga mandibular hypoplasia. Biasanya ditemukan bersamaan dengan microglossi (lidah kecil). Jika micrognathia, microglossi dan celah pada pallatum molle terjadi bersamaan disebut Sindroma Pierre Sindroma Pierre Robin. Robin . Secara garis besar, micrognathia dibagi menjadi: (1) Apparent (1) Apparent micrognathia; micrognathia; (2) True micrognathia (Patel, micrognathia (Patel, 2009). Makrognatia adalah suatu keadaan dimana mandibula dan regio protuberansia lebih besar daripada ukuran normal (Morokuma, et. Al, 2010). Makrognatia juga disebut dengan megagnitia. Makrognatia mengalami gejala klinis yaitu dagu berkembang lebih besar. Sebagian besar makrognatia tidak menyebabkan terjadinya maloklusi (Patel, 2009). B. Etiologi
Mikrognatia bisa terjadi karena adanya deformasi akibat tekanan pada saat fetus. Tekanan ini dapat disebabkan oleh keterbatasan ruang dalam uterus ataupun faktor ibu seperti primigravida, panggul sempit, abnormalitas uterus seperti uterus bikornus, kehamilan kembar. Etiologi hipoplasia mandibular masih belum jelas. Hal ini mungkin terjadi akibat hasil dari malformasi posisi, abnormalitas pertumbuhan intrinsik, atau oleh sebuah kelainan jaringan ikat. Beberapa usaha telah dilakukan untuk menjelaskan mengapa janin dengan micrognatia disertai dengan sindrom yang berbeda-beda (Copel, 2012). Mikrognatia biasanya disertai dengan sindrom genetik (seperti Treacher Collins, Collins, Robin and Robert syndrome); syndrome); abnormalitas kromosomal (terutama trisomi 18 dan triploidi); dan obat-obat teratogenik (seperti methotrexate) (Arulkumaran et al, 2011).
Mikrognatia telah dikaitkan dengan paparan teratogen yang berbeda, seperti pada sindrom alkohol janin dan penggunaan tamoxifen dan isotretinoin selama kehamilan. Spektrum anomali terkait dengan embriopati asam retinoat meliputi asimetri wajah, mikrotia, mikrognatia, dan palatoskisis sekunder. Malformasi serupa telah diamati pada beberapa bayi yang terpapar tamoxifen. Kemungkinan kedua agen tersebut dapat menghasilkan efek embriotoksik sebanding jika keduanya berfungsi dengan cara yang sama selama embryogenesis (Copel, 2012). Micrognatia juga berhubungan dengan genetic dengan genetic syndrome antara lain Pierre lain Pierre Robin syndrome,, Hallerman-Streiff syndrome, syndrome syndrome, trisomi 13, trisomi 18, progeria, TeacherCollins syndrome, syndrome, Turner syndrome, syndrome, Smith-Lemli-Opitz syndrome, syndrome, Russel-Silver syndrome,, Seckel syndrome, syndrome syndrome, Cri du cat syndrome, syndrome, dan Marfan dan Marfan syndrome. Makrognatia terjadi karena perkembangan protuberantia yang berlebih. Beberapa kondisi yang berhubungan dengan makrognatia adalah Gigantisme pituitary, Paget’s Disease, dan akromegali. Pertumbuhan berlebihan ini akibat pelepasan hormon pertumbuhan berlebihan yang disebabkan oleh tumor hipofisa jinak (adenoma). Penderita biasanya menunjukkan hipertiroidisme, lemah otot, parestesi, pada tulang muka dan rahang terlihat perubahan orofasial seperti penonjolan tulang frontal, hipertrofi tulang hidung, dan pertumbuhan berlebih tulang
rahang
(mandibula)
yang
dapat
menyebabkan
rahang
menonjol
(prognatisme) (Morokuma, et. al, 2010). C. Patofisiologi
Mikrognatia terjadi karena hipoplasia mandibula di antara minggu ke 7 dan ke 11 pada masa kehamilan. Lidah tetap terletak tinggi di rongga mulut, karena terbelahnya langit-langit mulut. Teori ini menjelaskan langit-langit berbentuk U terbalik dan ketiadaan hubungan antara langit-langit dan bibir. Oligohidramnion dapat berperan dalam etiologi sindroma ini karena terjadinya kekurangan cairan amnion dapat mengakibatkan deformasi dari dagu dan terjepitnya lidah di antara langit-langit. Kegagalan pembentukan mandibula menyebabkan posisi lidah
lebih ke atas, mencegah palatine lateral menyatu di garis tengah dan menjelaskan bahwa mikrognatia sering disertai dengan adanya bibir sumbing. Perkembangan yang harmonis dari struktur-struktur anatomik yang berbeda pada mandibula dan pertumbuhan keseluruhan dari mandibula diatur oleh beberapa faktor, seperti aktifitas otot-otot mastikasi prenatal, pertumbuhan lidah, nervus alveolar inferior dan percabangannya, serta perkembangan dan migrasi gigi. Karena perkembangan mandibula pada janin normalnya melibatkan proses multifaktorial, maka kelainan perkembangan otot-otot mastikasi atau nervusnervusnya dapat menyebabkan hipoplastik mandibula. Kegagalan pembentukan mandibula membuat posisi lidah lebih ke atas, mencegah palatina lateral menyatu di garis tengah dan menjelaskan bahwa micrognathia disertai dengan adanya bibir sumbing (Copel, 2012). Perkembangan normal mandibula dapat terganggu oleh faktor genetik atau lingkungan (kromosom dan sindrom non kromosom) atau hanya oleh faktor lingkungan saja. Pada beberapa kondisi neuromuskular terjadi kontraktur sendi temporomandibular yang mencegah mulut terbuka. Hal ini berhubungan dengan mikrognatia sekunder di mana terjadi kegagalan perkembangan mandibular (Copel, 2012). Makrognatia disebabbkan oleh pertumbuhan berlebihan akibat pelepasan hormon pertumbuhan yang berlebihan yang disebabkan oleh tumor hipofisa jinak (adenoma). Brophy mengatakan bahwa ligamen articular menjadi longgar dan memungkinkan mandibula untuk bergerak ke depan. Ketika gigi anterior rahang bawah tumbuh
untuk
pertama kali, rahang
bawah akan mendesak
maju, sehingga bagian posterior rahang bawah lebih luas dibandingkan bagian anterior
rahang atas. Keadaan
ini
terus
menyebabkan macrognathia (Lubowitz, 2011). D. Diagnosis
Manifestasi klinis dari mikrognatia meliputi:
berkembang
sehingga
dapat
1. Kerusakan keselarasan gigi, menyempitnya cavum oris dan maloklusi 2. Dagu yang mengalami penyusutan dengan wajah yang kecil 3. Kesulitan pemberian makanan pada anak-anak 4. Kesulitan dalam menyebutkan artikulasi yang tepat dan berbicara Tanda klinis ini disebabkan oleh rahang kecil yang belum tumbuh. Saat membuka bibir, biasanya pada neonatus ada ketidak-selarasan dari tepi alveolar, sementara pada pasien yang lebih tua ada ketidak-selarasan gigi. Dagu kecil atau, pada pasien dewasa, sering tumbuh tetapi mungkin memiliki tampakan dagu yang mengalami penyusutan. Diagnosis mikrognatia berdasarkan pemeriksaan fisik dan penunjang. Pada pemeriksaan fisik dapat d apat ditemukan ukuran rahang yang lebih kecil dari normal, pada bayi tampak kesusahan dalam minum dan adanya maloklusi. Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan MRI, foto rontgen gigi dan skull dan skull ray. ray. Manifestasi klinis dari mikrognatia meliputi: 1. Kerusakan keselarasan gigi, jarang menyebabkan maloklusi 2. Kesulitan pemberian makanan pada anak-anak 3. Kesulitan dalam menyebutkan artikulasi yang tepat dan berbicara Diagnosis makrognatia berdasarkan pemeriksaan fisik dan penunjang. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan ukuran rahang yang lebih besar dari da ri normal, rusaknya keselarasan gigi dan sulitnya artikulasi yang tepat. Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan foto rontgen gigi dan skull dan skull ray. ray.
Gambar 1. Mikrognatia
Gambar 2. Makrognatia
E. Terapi
Terapi yang direkomendasikan yakni operasi orthognathic untuk memperluas atau mengecilkan maksila dan mandibula. Perawatan pada micrognathia yang mengganggu penderita saat makan dapat diatasi dengan menggunakan teknik makan dan peralatan khusus. Penderita dapat mempelajari teknik-teknik tersebut melalui program khusus yang tersedia di kebanyakan rumah sakit (Thimmappa et al., 2011). F. Prognosis
Fetus yang didiagnosis in utero sebagai mikrognatia memiliki prognosis yang buruk dan memiliki risiko tinggi mengalami defek kongenital serius.
DAFTAR PUSTAKA
Arulkumaran, S., Regan, L., Papageorghiou, A., Monga, A., Farquharson, D. 2011., Oxford Desk Reference: Obstetrics and Gynaecology. Gynaecology . Oxford University Press. New York. York. Boraz RA, Hiebert JM, Thomas M. Congenital micrognathia and microglosia: An experimental approach to treatment. Jdent treatment. Jdent Child 52:62-64 52:62-64 Copel, J.A. 2012., Obstetric Imaging . Elsevier Saunders Inc. Philadelphia. Goodman RM, Gorlin RJ (1977). Atlas of the face in genetic disorders. disorders. 2nd ed. St Louis: The CV Mosby Co Grayson BH, Bookstein FL, McCarthy JG (1986). The mandible in mandibulofacial dysostosis: A cephalomeric study. Am study. Am J Orthod 89:393-398 89:393-398 Lubowits
A.
Macrognathia.
2011.
(http://www.medindia.net/patients
/patientinfo/pagets_macrognathia.htm). Diakses – 12 12 Desember 2012 Morokumo et al. 2010. Abnormal fetal movement, micrognatia and pulmonary hypoplasia:
a
case
report.
Abnormal
fetal
movement.
http://www.ncbi.nlm.gov/pmc/articles/PMC2931455/pdf/1741-2393-1046.pdf (diakses pada 12 Desember 2012) Patel A (2009). The developmental disturbances of jaws. jaws. Soemartono SH (1997). Mikrognati dan mikroglosi kongenital. Jurnal Kedokteran Gigi 4(2): Gigi 4(2): 15-19
View more...
Comments