Mhp_materi 1 Proteolitik (Laptik)
March 14, 2019 | Author: Mikhlal Djv | Category: N/A
Short Description
moga bermanfaat...
Description
PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI HASIL PERIKANAN
Materi 1 Identifikasi Bakteri Proteolitik Pada Produk Perikanan
TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2018
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Produk perikanan memiliki peranan sangat penting, tidak hanya sebagai sumber protein hewani tetapi juga sebagai sumber enzim dan bioaktif yang memiliki karakteristik dan spesifikasi tertentu yang dapat digunakan dalam berbagai industri. Enzim yang berasal dari hasil perikanan telah banyak digunakan dalam industri, baik pangan maupun non pangan di Indonesia. Penggunaan enzim tersebut dalam industri pangan misalnya adalah dalam pembuatan keju, dekstrin, dan minyak. Enzim chymotrypsin yang diisolasi dari ikan kod atlantik (Gadus ( Gadus morhua) morhua) dan pepsin dari ikan kod ( Breogadus saida) saida ) misalnya telah digunakan dalam produksi keju. Enzim trypsin yang diisolasi dari ikan kod ( Gadus agar ) untuk menghasilkan asam amino yang berbeda (Hasan et al.,2015). al.,2015). Protease merupakan enzim proteolitik yang dapat menguraikan protein menjadi bentuk asam amino. Semakin besar asam amino dihasilkan dari reaksi pemecahan protein tersebut maka dapat dikatakan bahwa protease tersebut memiliki aktivitas yang tinggi. Seperti halnya enzim pada umumnya, maka aktivitas protease juga banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor. Diantara faktor-faktor yang dominan pengaruhnya adalah suhu, pH, jenis substrat, serta aktivator dan inhibitor enzim. Berbagai jenis bakteri dan kapang dilaporkan mampu menghasilkan protease dan beberapa diantaranya telah digunakan dalam skala industri. Protease digunakan pada beberapa industri seperti detergen, farmasi, produkproduk kulit, pengempukan daging, hidrolisat protein, produk-produk makanan, dan proses pengolahan limbah industri (Yusriah dan Kuswytasari, 2013). Pada dasarnya bakteri proteolitik mampu menguraikann protein menjadi monomer-monomer
asam
amino
atau
peptide.
Kemampuannya
dalam
menguraikan protein berkaitan enzim yang dihasilkannya. Protease dari sumber mikroba lebih disukai di sektor industri dari pada enzim dari sumber tanaman dan hewan karena enzim dari mikroba memiliki hampir semua karakteristik yang diinginkan untuk aplikasi bioteknologi. Kebanyakan protease komersial diproduksi dari bakteri, terutama yang bersifat netral dan basa (Arfarita, 2015). Bakteri
proteolitik
yang
menguraikan
protein
dapat
dideteksi
keberadaannya dengan terbentuknya zona bening. Isolat bakteri proteolitik yang menghasilkan zona bening dimurnikan hingga diperoleh koloni tunggal dan ditumbuhkan pada media agar miring sebagai stok. Isolat bakteri proteolitik dikarakterisasi secara makroskopis yaitu pengamatan karakter morfologi secara langsung tanpa menggunakan alat mikroskop (Badriyah dan Tri, 2013). 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud dari praktikum Mikrobiologi Hasil Perikanan pada materi Identifikasi Bakteri Proteolitik Pada Produk Perikanan adalah untuk mengetahui adanya bakteri proteolitik yang terdapat dalam produk perikanan. Tujuan dari praktikum Mikrobiologi Hasil Perikanan pada materi Identifikasi Bakteri Proteolitik Pada Produk Perikanan agar praktikan dapat mengetahui secara visual tentang ciri-ciri bakteri proteolitik dari koloni yang terbentuk. 1.3 Waktu dan Tempat Pada praktikum Mikrobiologi Hasil Perikanan materi Perhitunngan Total Bakteri Gram Positif dan Negatif dilaksanakan pada pukul 07.00 WIB - selesai pada hari Selasa, 10 April 2018; Jumat, 13 April 2018; Selasa, 17 April 2018; Jumat, 20 April 2018 di Laboratorium Keamanan Hasil Perikanan, Gedung A, Lantai 1, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang.
2. PROSEDUR KERJA
Materi 6. Identifikasi Bakteri Proteolitik Pada Produk Perikanan Kelompok 1 2 3 4
Shift 1 1 1 1
Sampel Tempura Bakso ikan Bakso udang Otak –otak ikan
Perlakuan SMA SMA SMA SMA
Kelompok 5 6 7 8
Shift 2 2 2 2
Sampel Tempura Bakso ikan Bakso udang Otak –otak ikan
Perlakuan SMA SMA SMA SMA
Kelompok 9 10 11 12
Shift 3 3 3 3
Sampel Tempura Bakso ikan Bakso udang Otak –otak ikan
Perlakuan SMA SMA SMA SMA
Kelompok 13 14 15 16
Shift 4 4 4 4
Sampel Tempura Bakso ikan Bakso udang Otak –otak ikan
Perlakuan SMA SMA SMA SMA
3. METODOLOGI
3.1 Alat Praktikum Alat praktikum yang digunakan pada materi Identifikasi Bakteri Proteolitik Pada Produk Perikanan adalah : -
Erlenmeyer 250 ml
: sebagai wadah pembuatan media NA, margarin dan pengenceran 10 -1
-
Spatula
: untuk menghomogenkan larutan secara manual
-
Tabung Reaksi
: sebagai tempat pengenceran bertingkat
-
Inkubator/etalase
: untuk menginkubasi bakteri pada suhu 31 oC
-
Bunsen
: untuk pengkondisian aseptis
-
Beaker glass 1000 ml
: untuk wadah pembuatan larutan NaFis 0,9%
-
Timbangan digital
: untuk menimbang sampel dengan ketelitian 0,01 gram
-
Crushable tank
: untuk mengambil alat dalam kondisi panas
-
Autoklaf
: untuk mensterilkan media yang digunakan pada suhu 121 oC selama 15-20 menit dengan tekanan 1 atm
-
Baskom
: untuk wadah cawan petri yang dicuci
-
Cawan petri
: sebagai tempat penanaman bakteri
-
Rak tabung reaksi
: sebagai tempat tabung reaksi
-
Panci
: untuk merebus media dan cawan petri setelah pengamatan
-
Pipet serologis 1 ml
: untuk mengambil larutan sebanyak 1 ml saat pengenceran bertingkat dan penanaman
-
Colony counter
: untuk menghitung jumlah koloni bakteri pada cawan petri
-
Mortar dan alu
: untuk menghaluskan sampel
-
Pisau
: untuk memotong sampel
-
Gelas ukur 100 ml
: untuk mengukur aquades yang dibutuhkan
-
Talenan
: sebagai alas untuk memotong sampel
-
Kompor gas
: sebagai sumber panas
-
Nampan
: sebagai wadah alat dan bahan
-
Sprayer
: sebagai wadah alcohol 70 %
-
Pipet Volume
: untuk memindahkan NaFis 0,9 % dari beaker glass 1000 ml ke tabung reaksi
-
Bola hisap
: untuk membantu kerja pipet volume dan pipet serologis
-
Incase
: untuk meletakkan alat yang telah disterilisasi
-
Washing Bottle
: sebagai wadah aquades
3.2 Bahan Praktikum Bahan praktikum yang digunakan pada materi Identifikasi Bakteri Proteolitik Pada Produk Perikanan adalah : -
Tempura
: sebagai sampel
-
Bakso ikan
: sebagai sampel
-
Bakso udang
: sebagai sampel
-
Otak –otak ikan
: sebagai sampel
-
SMA (Skin Milk
: sebagai media non selektif untuk penanaman
Agar)
bakteri
NaFis 0,9 %
: untuk media pengenceran
-
-
Alkohol 70%
: untuk pengkondisian aseptis
-
Kertas label
: untuk menandai sampel
-
Kertas koran
: untuk membungkus cawan petri, pipet serologis, dan tabung reaksi saat disterilisasi
-
Kapas
: untuk menutup mulut tabung reaksi, erlenmeyer, dan pengkal pipet serologis saat disterilisasi
-
Tissue
: untuk mengeringkan alat setelah dicuci
-
Air
: untuk mencuci alat setelah digunakan
-
Spirtus
: untuk bahan bakar bunsen
-
Aquades
: untuk melarutkan NA, MG, dan NaCl
-
NaCl
: sebagai bahan pembuatan NaFis 0,9%
3.3 Skema Kerja Sampel
Dihaluskan
Diambil 25 gram
Di masukkan ke dalam erlenmeyer berisi 225 ml Nafis 0,9% (10 -1)
Diambil 1 ml dengan pipet serologis
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi 9 ml NaFis sebagai pengenceran 10-2 dilakukan sampai 10-3
Dilakukan penanaman 10 -3 sebanyak 1 ml pada media NA atau media Mc. Conkey Agar secara duplo (Metode pour plate)
Diinkubasi pada selam 48 jam dalam etalase bakteri pada suhu 37 0C
Diamati
Identifikasi koloni yang terbentuk dan dihitung
Hasil
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Pengamatan Jumlah Koloni Bakteri A B
Kelompok
Sampel
1
Tempura
2
sp
2
Bakso ikan
-
Sp
3
Bakso udang
5
7
4
Otak –otak ikan
3
3
5
Tempura
Sp
64
6
Bakso ikan
148
14
7
Bakso udang
7
2
8
Otak –otak ikan
6
6
9
Tempura
20
32
10
Bakso ikan
14
4
11
Bakso udang
14
16
Identifikasi Koloni Bakteri A B Terbentuk zona bening 1 mm spreader Terbentuk Terbentuk zona zona bening bening 13,35 mm 3,65 mm Terbentuk Terbentuk zona zona bening bening 4,75 mm 10,45 mm Terbentuk zona bening 8,5 mm Diameter koloni Terbentuk bakteri tida zona bening 5 terjangkau mm micrometer Terbentuk Terbentuk zona zona bening bening 9,25 mm 17,3 mm Terbentuk diameter Terbentuk zona zona bening bening 1,3 1mm Diameter > berupa 1mm berupa koloni koloni putih putih bening bening Diameter > 1mm Diameter > berupa 1mm berupa koloni koloni putih putih bening bening Diameter > Diameter > 1mm 1mm berupa berupa
12
13
Otak –otak ikan
Tempura
14
Bakso ikan
15
Bakso udang
`16
Otak –otak ikan
8
52
38
18
15
12
35
28
5
15
koloni putih bening Diameter > 1mm berupa koloni putih bening Diameter > 1mm berupa koloni putih bening Terbentuk zona bening 13,8 mm Terbentuk zona bening 11,6 mm Terbentuk zona bening 5,35 mm
koloni putih bening
Diameter > 1mm berupa koloni putih bening
Diameter > 1mm berupa koloni putih bening Terbentuk zona bening 3,35 mm Terbentuk zona bening 2,7 mm Terbentuk zona bening 1,2 mm
4.2 Analisa Prosedur Pada praktikum Mikrobiologi Hasil Perikanan materi Identifikasi Bakteri Proteolitik Pada Produk ehal pertama yang dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan. Setelah itu alat praktikum (cawan petri, tabung reaksi baik sebelum dan sesudah di isi Nafis 225 ml, pipet serologis, erlenmeyer) disterilisasi. Metode sterilisasi yang digunakan adalh sterilisasi basah dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121 0C selama 15 menit dengan tekanan 1 atm. Tujuannya adalah unt uk membebaskan alat dari kontaminasi bakteri. Prosedur penggunaan autoklaf adalah pertama periksa volume air dalam autoklaf dan pastikan tinggi air pada batas yang telah ditentukan. Lalu masukkan alat atau bahan yang akan disterilisasi. Tutup autokllaf dengan rapat dan putar pengunci secara diagonal. Selanjutnya, nyalakn kompor dana tur tekanannya agar tetap stabil pada tekanan 1 atm di 15 menit. Setelah selesai, kecilkan kompor dan buka klep untuk menurunkan tekanan sampai o atm. Lalu buka tutp autoklaf dengan membuka pengunci secara diagonal dan ambil alat dan bahan dari autoklaf, sehingga diperoleh alat dan bahan yang steril. Sterilisasi alat dilakukan dengan langkah awal yaitu tabung reaksi ditutup dengan kapas yang dibungkus kain kassa, semua tabung reaksi diikat menjadi satu dan bagian tutupnya dibungkus dengan aluminium foil. Autoklaf diisi dengan aquades sampai permukaan air di bawah angsang. Masukkan tabung reaksi ke dalam autoklaf ditutup dengan kencang. Suhu tekanan pada autoklaf umumnya 121°C. tanda digital menyala apabila proses sterilisasi telah selesai (Fitri et al ., 2014). Alat-alat yang digunakan untuk penanaman menurut Prayoga, (2015) harus dalam kondisi steril. Alat-alat logam dan gelas dapat disterilkan dalam autoklaf. Sedangkan alat tanam seperti pinset dan gunting dapat juga disterilkan dengan
pembakaran atau dengan pemanasan dalam oven. Khusus untuk skapel, tangkainya dapat disterilkan dengan menggunakan autoklaf, namun pisaunya (blade) akan tumpul apabila dipanaskan pada temperature tingi. Oleh karena itu untuk sterilisasi sebaiknya dilakukan dengan pencelupan dalam alkohol. Temperatur yang digunakan untuk sterilisasi adalah 121 0 dengan tekanan 17,5 psi (pounds per square inch) selama 1 jam. Perhitungan waktu sterlisasi dimuali setelah tekanan yang diinginkan tercapai. Setelah proses sterilisasi alat, selanjutnya ialah membuat Nafis 0.9% dengan menimbang NaCl sebanyak 2,025 g untuk 1 erlenmeyer, lalu dimasukkan ke dalam beaker glass dan ditambah 225 ml aquades. Selanjutnya bahan dihomogenkan agar NaCl larut secara merata dan tidak ada yang menggumpal. Setelah itu, Nafis 0,9% dimasukkan ke dalam erlenmeyer berukuran 250 ml. Kemudian membuat Nafis II dengan memasukkan NaCl seberat 0,18 g ke dalam beaker glass yang berisi 20 ml aquades dan dihomogenkan. Lalu diambil Nafis II dan dimasukkan ke 4 tabung reaksi masing – masing tabung reaksi berisi 9 ml Nafis. Lalu lubang erlenmeyer dan tabung reaksi ditutup dengan kapas dan plastik wrap. Kemudian dibungkus dengan koran dan diikat dengan tali kemudian disterilisasi dengan menggunakan autoklaf dengan suhu 121 0C dengan tekanan 1 atm selama 15 menit. Tujuan dibungkus dengan koran adalah agar uap air tidak masuk kedalam erlemeyer, pipet serologis dan cawan petri. Tujuan sterilisasi adalah
untuk
membunuh
mikroorganisme
yang
dapat
mengakibatkan
kontaminasi. NaFis I=
=
0,9
x (∑ erlenmeyer x 225ml)
Σ Aquades I= ∑ erlenmeyer x 225 ml
100
0,9
x (1 x 225 ml)
= 1 × 225 ml
100
= 225 ml = 2,025 g
NaFis II=
0,9
x(∑tabung reaksi x 10ml)
Σ Aquades II= ∑tabung reaksi x 10 ml
100
=
0,9
× 2 × 10 ml
= 2 × 10 ml
100
= 20 m = 0,18 g
Setelah pembuatan Nafis 0,9% steril yang dilakukan pengenceran degan langkah awal menghaluskan sampel lalu ditimbang sebanyak 25 g. Lalu sampel dimasukkan kedalam erlenmeyer yang telah berisi 225 ml Nafis 0,9% sebagai pengenceran 10 -1. Lalu diambil sebanyak 1 ml dengan menggunakan pipet serologis dan dimasukkan kedalam tabung reaksi yang telah berisi NaFis steril 0,9% sebagai pengenceran 10 -2. Lalu diambil sebanyak 1 ml dari hasil pengenceran 10 -2 dengan menggunakan pipet serologis yang berbeda dan dimasukkan kedalam tabung reaksi yang telah berisi NaFis steril 0,9% sebagai pengenceran 10-3. Tujuan penggantian pipet serologis saat pengambilan sampel adalah untuk menghindari kontaminan bakteri yang berlebihan. Pengenceran menurut Mumtianah (2014), sebanyak 1 gram sampel bekasam dihancurkan dalam mortar steril untuk mendapatkan kondisi sampel yang homogen, kemudian sampel bekasam yang telah homogen dilakukan pengenceran dengan menggunakan 45 ml NaCl 0,9%, sehingga di dapatkan pengenceran 10-1, kemudian dari pengenceran 10-1 diambil 1 ml dan dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi 9 ml NaCl, sehingga didapatkan pengenceran 10-2, begitulah seterusnya hingga didapatkan pengenceran 10-5. Selanjutnya dari pengenceran 10-4 dan 10-5 di ambil sebanyak 1 ml dan di inokulasikan pada cawan petri yang berisi medium MRSA.
Sampel air laut diencerkan menggunakan larutan fisiologis 0,9 g NaCl dengan ditambah 1000 ml aquades. Pengenceran akan dilakukan dengan ulangan 10-1 – 10-6, dimasukkan ke dalam larutan fisiologis dengan pengenceran 10 -1 sebanyak 1 ml dimasukkan larutan fisiologis dengan pengenceran 10 -2. Dilakukan pengenceran bertingkat hingga pengen ceran 10 -6 (Zirma et al ., 2018). Langkah selanjutnya yaitu pembuatan media SMA (Skim Milk Agar). Cara pembuatan media yaitu yang pertama menghitung berat agar yang digunakan yaitu 0,8 gram. Lalu media yang masih berupa serbuk diencerkan dengan menambahkan aquades sebanyak 40 ml. Aquades dimasukkan terlebih dahulu sebanyak 20 ml terlebih dahulu, setelah itu dimasukkan media yang serbuk tersebut
kedalam
beaker
glass.
Lalu
dihomogenkan.
Setelah
homogen
ditambahkan lagi aquades sebanyak 20 ml dan dihomogenkan kembali. Selanjutnya setelah homogen, dipanaskan air untuk merebus. Tujuan peerebusan yaitu untuk mengaktifkan sifat gel dari media. Lalu setelah direbus, media masih perlu disterilisasi agar terhindar dari kontaminan bakteri yang berlebihan. Setelah disterilisasi dengan autoklaf, tunggu hingga agak dingin dan media siap dituangkan pada sampel kedalam cawan petri. Saat penuangan dilakukan dengan sekali tuang dan lalu segera dihomogenkan dengan membentuk angka 8. Lalu tunggu media hingga memadat. Setelah memadat balik cawan petri dan dibungkus dengan kertas wrap. Lalu dimasukkan kedalam etalase bakteri untuk masa inkubasi. dengan rumus : SMA =
20 1000
x (∑ cawan petri x 20 ml)
= 0,02 x (2 x 20 ml) = 0,8 g
Σ Aquades = ∑ cawan petri x 20 ml
= 2 × 20 ml = 40 ml
Medium uji yang digunakan adalah skim milk agar (SMA) yang menurut Pradana et al ., (2016). Sebanyak 30 g TSB + 15 g agar-agar bakto + 900 mL akuades disterilasi menggunakan autoklaf dengan suhu 121 0C dan tekanan 15 psi (2 atm) selama 20 menit. Media tersebut kemudian didinginkan hingga suhu 4050 oC, dan ditambahkan dengan susu skim (10 g susu skim dalam 100 mL akuades) yang disterilisasi pada suhu 110 0C selama 10 menit. Media TSA dan susu dicampur hingga rata kemudian dituang ke dalam cawan petri. Seleksi
bakteri
menurut
Melliawati
et
al.(2015)
dilakukan
dengan
menggunakan medium SMA (Skim Milk Agar) dan susu pasteurisasi. Medium untuk pembiakan sel bakteri dan produksi enzim protease digunakan medium GYS yaitu 0,3 % glukosa, 1 % yeast extract, 2 % Skim Milk. Bakteri yang menghasilkan zona bening disekitar koloni bakteri, berarti positif menghasilkan enzim protease. Selanjutnya dilakukan penanaman sampel dari pengenceran 10 -3 duplo dengan metode pour plate pada media SMA. Cara penanaman yaitu sampel dari pengenceran 10 -3 diambil dengan menggunakan pipet serologis yang sebelumnya telah dipakai pada pengenceran sebanyak 1 ml. Lalu sampel tersebut dimasukkan kedalam cawan petri sebagai wadah untuk penanamannya. Jumlah cawan petri yang digunakan sebanyak 2 buah. Hal ini dikarenakan metode yang digunakan adalah metode pour plate secara duplo (2 kali). Jadi pada cawan petri diberi label 10-3 A dan 10-3B. Bakteri proteolitik dilakukan pengujian dengan menggunakan media Skim Milk Agar (SMA). Sampel sebanyak 5 mg yang telah dimaserasi dan dihomogenkan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer yang telah berisi 45 ml garam fisiologis. Selanjutnya dilakukan pengenceran sampai dengan pengenceran ke 6 (10-6). Tiga tingkat pengenceran terakhir (104, 105 dan 106), dilakukan
penanaman pada cawan petri dengan metode tuang. Inkubasi pada suhu 37 0C selama 2 x 24 jam (Permata, 2015). Sampel sedimen diambil 5 gram dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 5 ml air laut steril, divortex hingga homogen sehingga diperoleh pengenceran 100. Selanjutnya dari pengenceran 10 -0 diambil dan dilakukan pengenceran bertingkat hingga 10 -5. Masing-masing pengenceran dilakukan penanaman menggunakan metode pour plate. Sebanyak 100 µl sampel pengenceran di masukkan ke dalam cawan petri steril dan selanjutnya dituang media Zobell agar sebanyak ± 15 ml, di homogenkan dan di inkubasi selama 24 jam pada suhu pada suhu ruang (Zainuddin et al., 2017)
5. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Arfarita, Novi. 2015. Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Penghasil Protease Yang Diskrining Dari Terasi. 5(3): 119-122 Badriyah, B. I. dan Tri A. 2013. Deteksi Aktivitas Proteolitik Isolat Bakteri Asal Ampas Tahu Pada Substrat Bekatul. Jurnal Biotropika. 1(3): 109113 Hasan, B., Desmelati., D. Iriani., T. Nugroho., M. A. Arifin., A. Syatapahana. 2015. Aktivitas Enzim Protease dan Lipase Viscera Ikan Kembung (Restrelliger sp) pada pH dan Konsentrasi Garam Berbeda. Jurnal Berkala Perikanan Terubuk . 43(2): 68-76. Yusriah., dan N.D. Kuswytasari. 2013. Pengaruh pH dan Suhu Terhadap Aktivitas Protease Penicillium sp. Jurnal sains dan seni pomits. 2(1): 48-50. Permata, D.A dan Murtius, W.S. 2015. Kandungan Zat Gizi Dan Bakteri Proteolitik Pada Produk Olahan Ikan Bilih. Jurnal Teknologi Pertanian Andalas. 19(1) : 1410-1920. Prayoga, Lucky. 2015. Proses Sterilisasi dan Penanganan Kontaminasi. Fakultas Biologi, Universitas Soedirman. Mumtianah,
G.N.,
Kusdiyantini,
E.,
Budiharjo,
A.
2014.
Isolasi,
KarakterisasiBakteri Asam Laktat, dan Analisis Proksimat dari makanan
Fermentasi
Bekasam
Ikan
Mujair
(Oreochromis
mossambicus Peters). Jurnal Biologi. 3(2): 20-30 Zainuddin, M., W.A, Setyati dan P.P, Renta. 2017. Zona Hidrolisis dan Pertumbuhan Bakteri Proteolitik dari Sedimen Ekosistem Mangrove (Rhizophora mucronate) Telukawur-Jepara. Jurnal Akuatik Sumber Daya Perairan. 11(2): 1978-1652. Melliawati, R., Djohan, A.C., Yopi. 2015. Sleksi Bakteri Asam Laktat Sebagai Penghasil Enzim Protease. PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON. 1(2): 184-188 Fitriani, W., A, Agustin., A, Febria. 2015. Karakterisasi Bakteri Thermofilik Penghasil Enzim Protease Netral. Jurnal Biologi. Universitas Andeles. 4(1): 9-14 Fitri, A., Agus, W., Karina, W., Hawaidah dan Jut, I. 204. Peralatan, Sterilisasi dan Media Pertumbuhan Mikroba. Jurnal Praktikum Mikrobiologi Dasar. Universitas Mulawarman.
Zirma, A.P.. 2018. Antagonisme Bakteri Heterotrofik yang di Isolasi dari Muara Sungai Siak dan Kawasan Pemukiman Perairan Kabupaten Siak Provinsi Riau Terhadap Bakteri Patogen. Universitas Riau, Pekan Baru.
View more...
Comments