METODE

April 20, 2019 | Author: ALTAMA BARACIPTA MEDIA | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

metoda...

Description

METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN

Salah satu syarat diterbitkannya SLF (Sertifikat Layak Fungsi) adalah dipenuhinya persyaratan teknis, yang mana perlu dipenuhinya dipenuhinya adalah kesesuaian data actual terakhir dengan data dalam dokumen pelaksanaan konstruksi bangunan gedung; pengujian test di lapangan lapangan dan atau laboratorium untuk aspek keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan; pengujian test dilakukan sesuai dengan pedoman teknis dan tata cara pemeriksaan kelaikan fungsi bangunan gedung.

Lingkup dan metode pelaksanaan pekerjaan kelaikan fungsi bangunan gedung antara lain pemeriksaan pemenuhan persyaratan persyaratan teknis. Untuk pemeriksaan pemenuhan persyaratan teknis meliputi 1. Pemenuhan Persyaratan Tata Bangunan Persyaratan tata bangunan gedung dan lingkungan terdiri dari peruntukan lokasi dan intensitas bangunan gedung; arsitektur bangunan gedung; pengendalian dampak lingkungan; rencana tata bangunan dan lingkungan; pembangunan gedung di atas dan atau di bawah tanah, air dan atau prasarana sarana umum.

2. Persyaratan Keandalan Bangunan Gedung. Persyaratan keandalan terdiri dari persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan.

Berdasarkan hal tersebut maka dalam melaksanakan Pekerjaan Kajian SLF ini, metode pekerjaan yang akan dilakukan sebagai berikut :

I.

Pekerjaan Pendahuluan 1. Gambar Perencanaan (As Built Drawing) dari Bangunan yang menjadi Objek Kajian meliputi : 1)

Gambar Arsitektual

2)

Gambar Struktur

3)

Gambar ME (Mekanikal Elektrikal

Tahapan ini dilakukan guna mendapatkan data dokumen eksisting yang nantinya diverifikasi terhadap bangunan dan struktur yang akan diukur dan diujikan.

2. Survey Visual : Melakukan pengamatan terhadap objek kajian dalam hal ini Gudang Blok E 02 – 02 – 23  23 Marunda di area KBN, dengan

fokus

kondisi bangunan utama dengan bangunan lingkungannya seperti aspek

 Arsitektur, Struktur, Elektrikal dan lingkungan sekitar s ekitar seperti infrastruktur jalan , saluran dan bangunan gedung-gedung sekitar.

3. Pengukuran Bangunan Existing

:

Melakukan pengukuran objek bangunan dalam hal ini Gudang Blok E 02 - 23 termasuk bangunan luar  jalan, parker dan prasarana umum. Pengukuran meliputi ukuran-ukuran panjang, lebar, luas dan ketinggian per bangunan ruang baik bagian dalam dan luar. Tahapan ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran awal kondisi bangunan eksisting yang kemudian akan membantu dalam menentukan pengujian apa saja yang dibutuhkan sesuai kondisi bangunan tersebut. Tahapan ini dilakukan guna memverifikasi konfigurasi dan ukuran ukuran

bangunan terhadap

bangunan dan struktur yang lama ( As Built Drawing ) pada tahap analisis.

4. Kelengkapan Komponen Instalasi Mekanikal & Elektrikal seperti Perpipaan (Plumbing) dan Instalasi Kelistrikan (Panel-Panel dan Perpipaan). Maksud dan tujuan pekerjaan pendahuluan sebagai berikut : a.

Mendapatkan data data teknis struktur bangunan eksisting

b.

Melakukan kompilasi data (termasuk data kerusakan-kerusakan) serta pengukuran di lapangan yang akan di sajikan dalam laporan kajian dan rekomendasi.

II.

Pengujian – pengujian  – pengujian Untuk mengetahui kondisi aktual struktur ini diperlukan pengujian yang bisa dilakukan menggunakan pengujian Non Destructive Test (NDT). Dimana pengujian NDT ini semakin banyak diterima dan diaplikasikan dalam rekayasa teknik sipil dan struktur khususnya metode pengujian beton NDT. Sebagai alat untuk mengevaluasi kekuatan, keseragaman, keawetan dan sifat-sifat lainnya dari struktur beton dan baja eksisting. Dasar-dasar Dasar-dasar metode NDT terus dieksplorasikan, metode maupun interpretasi hasil ujinya. Non Destructive Testing yang akan digunakan pada Pekerjaan Kajian SLF ini antara lain adalah :

1) Pengujian Beton Untuk mengetahui kekuatan beton bangunan eksisting pada struktur pondasi dilakukan, pengambilan sample beton dengan sistim core drill. Kemudian sample tersebut di bawa ke laboratorium beton untuk dilakukan tes tekan ( Crushing Test ) Untuk mengetahui terjadinya crack pada pondasi maka dilakukan uji gelombang. 2) Pengujian Baja Di lakukan pada konstruksi struktur baja utuk mengetahui korosivitas, ketebalan dan kekuatan sistim sambungan. 3) Pengujian Instalasi Listrik Dilakukan pada instalasi kelistrikan untuk mengetahui apakah kondisi instalasi dalam kondisi normal dan aman .

Untuk selanjutnya perlu dilakukan beberapa pengujian terhadap kondisi bangunan eksisting, adapun tahapan dan rincian pengujian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

1

2

Pengujian Struktur Pondasi 1.1

PIT Test

1.2

Ultrasonic Pulse Velocity Test (UPVT)

Pengujian Struktur Atas 2.1

2.2

Concrete Performance 1.

Hammer Test

2.

UPV / Pundit ( column, beam & slab )

3.

Core Drill

4.

UPVT crack

5.

Chipping

6.

Convermeter/Rebar Scan

Steel Performance 1. Half Cell Potential Test 2.

Carbonation Test

3.

Brinnel Test

4.

Bolt Torque Test

PILE INTEGRITY TEST

Pile Test Intergrity (PIT) merupakan uji rendah ketegangan dinamis, uji gamma sonic dan uji intergitas strain rendah, yang merupakan salah satu metode untuk mengetahui nilai kondisi kerusakan pada pondasi. Selain itu digunakan untuk mengetahui keutuhan integritas luas dan volume pondasi dengan menganalisa kemungkinan adanya retakan (cracking) yang terjadi pada. Test ini berdasarkan pada rambatan gelombang. Pada Objek Kajian Bangunan ini akan dilakukan pembongkaran non struktur untuk mendapatkan Konstruksi Struktur yang akan dilakukan pengambilan sample ujinya seperti di Sloof/Tie Beam dan Pondasi. Konsep dasar dari pengujian metode Pile Integrity Test adalah untuk menguji keutuhan pondasi secara tepat dan ekonomis. Pengujian ini akan mengabnalisa Pondasi apakah mengalami kerusakan, penyusutan, pembesaran, ataupun kekosongan material pengisi pondasi. Pengujian keutuhan intergritas dengan PIT dilakukan berdasarkan karatristik gelombang satu dimensi yang merambat sepanjang tiang ketika dipukul.

Gambar :Pelaksanaan PIT

Tumbukan dilakukan menggunakan palu tangan yang berkepala lunak, sehingga tiang tidak mengalami deformasi yang berarti dan tetap berada dalam keadaan elatis.

Proses Pengujian Pengujian ini merupakan pemantauan respons tiang pondasi terhadap beban tumbukan yang diberikan pada kepala tiang pondasi. Responsi tersebut akan diukur dalam term gaya kecepatan penurunan di dekat kepala tiang pondasi. Hasil respons tersebut akan mengetahui kondisi kerusakan pada pondasi. Pekerjaaan pengujian ini tidak memerlukan alat-alat yang sangat rumit, karena pada dasarnya pengujian ini menggunakan alat hammer yang dapat menghasilkan gelombang suara biasa atau ultrasonic, yang dapat memterjemahkan gelombang suara tersebut dalam bentuk datadata pengujian pembebanan.

Peralatan Jenis alat yang digunakan selama pengujian dengan metode Pile Intergrity Test adalah sebagai berikut : a.

Hammer Hammer ini digunakan untuk menghasilkan gelombang suara, yang akan ditumbukan pada bagian pondasi ( kepala tiang pondasi)

b.  Accelerometer Menerima gelombang suara yang telah merambat kedalam tiang pondasi danmentransfernya ke signal amplifier. Diletakan pada tengah-tengah kepala tiang pondasi. c.

Signal Amplifier Menerima transfer gelombang dari accelerometer, dan mempertejemahkan dalam bentuk gelombang tetrtentu ke alat uji Pile Intergrity Test

d. Pile Intergrity Test Menerima gelombang signal yang ditransferkan oleh signal amplifier, dan mengubah gelombang tersebut ke dalam bentuk gelombang grafis ke komuter. e.

Komputer Mempertejemahkan gelombang yang diterima oleh alat uji PIT dalam bentuk grafis agar mudah dibaca dan memberikan keterangan-keterangan yang cukup terhadap keadaan tiang pondasi pada kedalaman tertentu, setelah diberikannya gelombang suara.

Gambar : Alat PIT

Proses Pengujian Dalam pelaksanaan pengujian PIT ini, memerlukan beberapa orang operator untuk satu kali pengujian serta peralatan yang lengkap.

 Adapun tahapan-tahapan dalam pelaksanaan pengujian metode PIT adalah sebagai berikut : 1. Operator mempersiapkan alat-alat yang diperlukan dalam pengujian, seperti tersebut diatas. 2. Operator lapangan memasangkan accelerometer pada dasar kepalam tiang pondasi 3. Kepala tiang pondasi akan akan diberikan tumbukan dengan menggunakan hammer untuk menghasilkan gelombang suara, Gelombang suara yang dihasilkan dari hasil hasil penumbukan hammer dengan kepala tiang pondasi akan merambat ke bawah hingga kedalaman tertentu. 4. Gelombang yang merambat ke dalam tiang pondasi tersebut dipantau oleh alat accelerometer. 5. Accelerometer akan menyampaikan hasil pantauannya ke signal amplifier 6. Gelombang suara yang disampaikan akan diuraikan oleh signal amplifier dalam bentuk signal-signal tertentu tentang kerusakan-kerusakan yang terjadi pada tiang pondasi. 7. Kemudian alat PIT akan mempertejemahkan signal-signal dari alata signal amplifier dalam bentuk grafis 8. Komputer akan menerima grafis terjemahan dari alat PIT 9. Kemudian komputer akan menguraikan dalam bentuk grafis-grafis atau data-data yang dianggap perlu untuk mengetahui keadaan atau kerusakan-kerusakan uyang terjadi pada tiang pondasi. Dalam pendataan dan grafis di komputer akan terlihat perbedaan-perbedaan gelombang suara yang dipantau oleh accelerometer. Perbedaan tersebut menandakan keanehan tiang pondasi pada kedalaman tertentu. Keanehan yang terjadi dapat berupa kerusakan, penyusutan ukuran diameter tiang pondasi, maka pihak konsultan dan kontraktor harus melakukan tindakan yang dianggap perlu untuk memperbaiki keadaan tersebut.

Cacat pada Pondasi yang Dapat Terdeteksi oleh uji PIT Setelah pelaksanaan uji pembebenan pondasi dengan menggunakan metode PIT maka dapat terlihat pondasi yang kondisinya tidak bagus sehingga perlu diperbaiki. Cacat yang terdeteksi tersebut adalah sebagai berikut : 1. Keretakan pada pondasi

2. Bagian sisi pondasi yang runtuh

Keunggulan Pengujian PIT

Pengujian ini memiliki keunggulan dibandingkan dengan pengujian lainnya yaitu, signal gelombang tidakterpengaruh pada gelombang pada keadaan struktur pondasi sehingga dapat mendeteksi hingga kedalaman pondasi tersebut. Kesalahan pengecoran ataupun kerusakan pondasi tidak menghalangi gelombang untuk mendeteksi pondasi tersebut. Waktu yang digunakan untuk melakukan pengujian juga relatif sangat singkat.

Kelemahan Pengujian PIT

Selain memiliki keunggulan pengujian ini juga memiliki kelemahan yaitu tidak dapat mendeteksi kerusakan beton secara detail. Hal ini disebabkan karena gelombang hanya bergerak pada satu titik yang arahnya tegak lurus. Jadi pada waktu hammer dipukul ke pondasi hasilnya langsung dapat terlihat pada komputer.

Hasil Pengujian PIT

Hasil pengujian PIT terlihat dalam bentuk grafis yang menggambarkan kondisi bored pile yang diuji. Pada grafis tersebut terdapat sebuah grafis lurus mendatar sebagai batas antara keadaan pondasi yang baik dan pondasi yang kurang baik. Jika grafisnya naik maka, pondasi mengalami kerusakan dan pengecilan. Sebaliknya jika grafis menurun maka pondasi mengalami pembesaran. ULTRASONIC PULSE VELOCITY TEST ( UPVT ) Kekuatan tekan beton dapat diuji dalam dua cara, destruktif dan non destruktif. Cara destruktif adalah pengujian yang sifatnya merusak benda uji, sampel ditekan sampai pecah, dari situ diperoleh data kekuatan tekan beton yang sifatnya aktual. Tetapi dalam beberapa hal, cara ini dipandang kurang praktis, sebab pelaksanaannya harus dilakukan di laboratorium, sehingga cocok digunakan untuk

sampel beton baru yang dibuat waktu pekerjaan pengecoran. Untuk bangunan yang telah berdiri maupun bangunan lama, sampel diperoleh dari pemboran inti (coring), kemudian hasilnya dibawa ke laboratorium untuk diuji tekan, oleh sebab itu dipandang kurang praktis, dan lebih praktis jika menggunakan cara non destruktif. Pengujian cara non destruktif dilakukan tanpa merusak benda uji, pelaksanaannya dapat dilakukan di tempat kerja (insitu), hasilnya berupa data kekuatan beton yang bersifat perkiraan; metode yang umum dipakai, (1) hammer test dan (2) tes UPV.(Hannachi dan Guetteche, 2012).

Gambar :Pelaksanaan UPVT

Hammer test sudah lazim dilakukan di Indonesia, tetapi tes UPV (Ultrasonic Pulse Velocity) masih  jarang dilakukan, sebab beayanya mahal. Tes UPV adalah cara untuk memperkirakan kekerasan beton, yang didasarkan pada hubungan kecepatan gelombang UPV melalui media beton, dengan kekuatan tekan beton itu. (International Atomic Energy Agency,2002). Di negara lain, misalnya India dan Turki, tes ini banyak digunakan, kemungkinan di masa mendatang tes UPV juga banyak dilakukan di Indonesia. Penelitian ini merupakan upaya awal untuk mengetahui perbandingan perkiraan kekuatan beton dari tes UPV, dengan hasil uji kekuatan tekan aktual beton yang dibuat di Indonesia. Perkiraan kekuatan tekan beton berdasarkan hasil tes UPV, sejauh ini masih dihitung menggunakan formula hasil penelitian di negera lain, yang bahan dan iklimnya berbeda dengan Indonesia, sebab belum diperoleh formula perkiraan kekuatan beton dari hasil penelitian tes UPV yang dilakukan di Indonesia. Penggunaan formula hasil penelitian dengan karakteristik bahan dan iklim yang berbeda, akan memengaruhi hasil perkiraan kekuatan beton dari tes UPV, sebab sifat beton tergantung dari sifatsifat dasar bahan dan perbandingan campurannya (Lorenzi dkk, 2011).

Ultrasonic Pulse Velocity test (tes UPV) adalah metode untuk memperkirakan kekuatan beton secara tidak langsung, tes bersifat non destruktif dengan mengukur kecetapan gelombang ultrasonik pada

media beton, kemudian menggunakan formula tertentu, data UPV dikonversi untuk memperkirakan kekuatan tekan beton,. Penelitian ini merupakan uji coba awal metode tes UPV untuk memperkirakan kekuatan tekan beton yang dibuat dengan kondisi bahan di Indonesia; kemudian hasilnya dibandingkan dengan tes uji kekuatan tekan beton tersebut. Sampel menggunakan 10 buah silinder beton fc’ 16 MPa (setara K 200). Tes UPV menggunakan metode metode langsung, perkiraan kekuatan beton dihitung dengan formula hasil penelitian terdahulu di negara lain. Hasil penelitian : (1) Formula Mahure dkk untuk mutu beton M20 (20 N/mm2), memberi hasil perkiraan rerata kekuatan beton yang 8% lebih besar dari rerata kekuatan tekan aktual beton yang dibuat dengan mutu karakteristik beton yang mendekati M20; (2) Perkiraan kekuatan beton berdasarkan tes UPV yang diturunkan dari mutu beton yang sesuai dengan target mutu beton yang diselidiki, memberi hasil paling mendekati hasil tes kekuatan tekan beton tersebut, (3) Formula yang diturunkan berdasarkan komposisi campuran bahan pembuat beton, tanpa mengetahui kekuatan tekan aktual yang dihasilkan dari campuran itu, tidak selalu dapat digunakan untuk memperkirakan kekuatan beton yang dibuat dari campuran bahan yang sama, dengan hasil memuaskan. Kata kunci: perkiraan, kekuatan, beton, tes te s UPV, uji tekan Metode Pengujian UPV

Test Ultrasonic ini dilakukan berdasarkan ASTM C597-83(91), test ini memanfaatkan getaran ultrasonic dengan frekuensi 50Khz. Gelombang yang melewati media elemen yang diukur adalagh beton, dengan memperhatikan kecepatan rambatan gelombang. Pada media beton yang padat akan diperoleh kecepatan rambat gelombang yang cepat, sebaliknya pada beton yang kurang padat. Sehingga dengan alat ini dapat mengetahui keseragaman mutu beton dan retakan yang terjadi pada beton yang diuji. Alat ini dapat juga dipakai untuk mengukur dalamnya retak yang terjadi pada beton. Untuk pengoperasian kerja alat ini diperlukan media tranducer yang berfungsi untuk mengeluarkan gelombang ultrasonis dan media receiver yang bersifat menerima gelombang yang dihasilkan oleh media tranducer. Dengan menempelkan kedua media ini pada jarak tertentu, akan dicatat beberapa mikro detik (µsec) dari lintasan itu, jarak terpendek beton yang dapat ditempuh. Kecepatan rambat itulah yang dapat memberi makna pada beton yang diamati. Terdapat tiga cara pengamatan yaitu : cara langsung (Direct) hal ini dilakukan dengan cara meletakan media tranducer dan receiver saling berhadapan langsung, dengan benda uji beton yang diamati berada ditengahnya. Cara tidak langsung (Indirect) adalah pola pengamatan dengan meletakkan media tranducer dan receiver berada sejajar pada satu bidang permukaan beton yang diuji. Cara semi direct yaitu pola pengamatan dengan meletakkan media tranducer dan receiver pada bidang pengamatan yang berbentuk sudut biasanya 90®)

Hasil pengamatan dinyatakan dengan kecepatan rambat yang terjadi pada benda uji beton , besar kecepatan rambatan gelombang ini berbanding lurus dengan kepadatan beton dan sekaligus juga berbanding lurus dengan kuat tekan beton tersebut. Beberapa referensi menyatakan bahwa hubungan antara kecepatan dan kuat tekan beton sangat tergantung kepada agregat betonnya yang antara lain adalah jenis batuan, gradasi dan diameter maksimumnya. Oleh karena itu hubungan ini perlu dirujukan terlebih dahulu dengan benda uji bor inti beton (Core Drill), sehingga hasil kuat tekan beton yang diperoleh telah disesuaikan dengan pengaruh dari agregat yang digunakan. Bentuk rujukan tersebut akan berupa grafik hubungan tegangan antara Core drill dan Ultrasonic.

Tes UPV adalah pengujian kekuatan tekan beton secara tidak langsung, melalui pengukuran kecepatan perambatan gelombang elektronik longitudinal pada media beton. Pelaksanaannya dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu: (1) langsung (2) semi langsung (3) tidak langsung Cara kerja alat, dengan memberi getaran gelombang longitudinal lewat

tranduser elektro – elektro –

akustik, melalui cairan perangkai yang berwujud gemuk ataupun sejenis pasta selulose, yang dioleskan pada permukaan beton sebelum tes dimulai. Saat gelombang merambat melalui media yang berbeda, yaitu gemuk dan beton, pada batas gemuk dan beton akan terjadi pantulan gelombang yang merambat dalam bentuk gelombang geser dan longitudinal. Gelombang geser merambat tegak lurus lintasan, dan gelombang longitudinal merambat sejajar lintasan. Pertama kali yang mencapai tranduser penerima adalah gelombang longitudinal. Oleh tranduser, gelombang ini diubah menjadi sinyal gelombang elektronik yang dapat dideteksi oleh tranduser penerima, sehingga waktu tempuh gelombang dapat diukur. Waktu tempuh T yang dibutuhkan untuk merambatkan gelombang pada lintasan beton sepanjang L dapat diukur, sehingga kecepatan gelombang dapat dicari dengan rumus (Lawson dkk, 2011): „V = L / T Keterangan rumus: V„ = Kecepatan gelombang longitudinal (km/detik atau m/detik) L = Panjang lintasan beton yang dilewati (km , m) T = Waktu tempuh gelombang longitudinal ultrasonik pada sepanjang lintasan L (detik)

Tes UPV dapat digunakan untuk: (1) mengetahui keseragaman kualitas beton, (2) mengetahui kualitas struktur beton setelah umur beberapa tahun, (3) mengetahui kekuatan tekan beton, serta (4) menghitung modulus elastisitas dan koefisien poisson beton.(Inernational Atomic Energy

 Agency, 2002) Kecepatan gelombang ultrasonik dipengaruhi oleh ol eh kekakuan kekaku an elastis dan kekuatan kek uatan beton. Pada beton yang pemadatannya kurang baik, atau mengalami kerusakan butiran material, gelombang UPV akan mengalami penurunan kecepatan. Perubahan kekuatan beton pada tes UPV ditunjukkan dengan perbedaan kecepatan gelombangnya; jika turun, adalah tanda bahwa beton mengalami penurunan kekuatan, sebaliknya jika kecepatannya naik, adalah tanda bahwa kekuatan beton meningkat (Hamidian dkk, 2012). Whitehurst melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan kecepatan gelombang dan kualitas beton, hasilnya seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Klasifikasi kualitas beton berdasarkan kecepatan gelombang

Kecepatan gelombang longitudinal km/ (detik.103) >4,5

Kualitas beton

Ft/ detik > 15

Sangat bagus

3,5 – 3,5 – 4,5

12 – 12 – 15

3,0 – 3,0 – 3,5

10 – 10 – 12

Diragukan

2,0 – 2,0 – 3,0

7 – 10

Jelek

13, selanjutnya pH beton berkisar antara 12 dan 13.

Gambar : Pelaksanaan Half Potensial Test

Proses Pengujian Pengukuran yang dilakukan umumnya didasarkan pada beda potensial tulangan yang berada di dalam beton relatif terhadap referensi half-cell yang ditempatkan pada permukaan beton. Half-cell yang digunakan biasanya tembaga tembaga sulfat atau perak sel chloride perak tetapi ada juga yang menggunakan kombinasi bahan lainnya. Sementara beton berfungsi sebagai elektrolit dan kemungkinan korosi pada tulangan pada lokasi uji secara empiris terkait dengan perbedaan potensial yang terukur.

CARBONATION TEST Tujuan dari carbonation test (uji karbonasi) adalah supaya bisa mengetahui bagaimana kualitas selimut beton dalam melakukan perlindungan terhadap tulangan baja yang

di dalamnya. Karena, proses

karbonasi menetralisir kondisi baja dalam beton. Jika selimut beton seluruhnya telah terkarbonasi mencapai tulangan baja di dalamnya, maka baja tulangan di dalamnya akan segera terkorosi ketika udara lembab dan oksigen mencapai tulangan.

Proses Pengujian Metode uji ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pengukuran kedalaman karbonasi beton keras. Adapun tujuannya adalah untuk mengetahui kedalaman beton yang terkarbonasi. Pengujian ini meliputi cara identifikasi benda uji, penjelasan mengenai peralatan dan bahan yang digunakan, prosedur

pengukuran, dan pengukuran kedalaman karbonasi beton keras. Hasil dari interaksi tersebut menyebabkan pH beton turun

Gambar : Alat Carbonation Test

Metode uji pengukuran

1. Ruang lingkup Pedoman ini menetapkan cara mengukur kedalaman karbonasi beton keras yang praktis dan tidak merusak struktur beton. 2.  Acuan normatif – normatif – 3. Istilah dan definisi Untuk tujuan penggunaan pedoman ini, digunakan istilah dan definisi berikut. 3.1 Karbonasi beton proses yang terjadi karena adanya interaksi dari karbon dioksida (CO2) di udara bebas atmosfer dengan senyawa-senyawa semen terhidrasi di dalam beton 3.2 lapisan pasif lapisan tipis pada permukaan baja tulangan yang berfungsi menghalangi korosi lebih lanjut dan merupakan bagian dari oksida logam atau hidroksida logam 4. Peralatan dan bahan Peralatan dan bahan yang digunakan untuk mengukur kedalaman karbonasi pada beton adalah: a) mesin bor dengan kemampuan melubangi beton; b) mata bor beton dengan diameter minimal 10 mm; c) alat penyemprot udara bertekanan d) jangka sorong dengan ketelitian minimum 0,1 mm; e) botol penyemprot dengan ukuran yang disesuaikan dengan kebutuhan dari lubang bor; f) tisu/kain; g) etanol; h) air suling i) larutan phenolftalein dengan konsentrasi 1% (CATATAN 1).

CATATAN 1 - Larutan ini dibuat dengan cara melarutkan 1 gram phenolftalein ke dalam 90 mL etanol kemudian ditambahkan air suling sehingga volumenya mencapai 100 Ml

5. Prosedur pengukuran Pengukuran kedalaman karbonasi dilakukan dengan cara sebagai berikut: a) tentukan lokasi yang akan diukur, sekurang-kurangnya 3 lokasi per elemen; b) lakukan pengeboran pada lokasi pengukuran sampai kedalaman ± 10 mm; c) bersihkan lubang yang telah dibor dengan cara menyemprotkan udara bertekanan; d) segera semprotkan larutan phenolftalein pada lubang, amati perubahan warna yang terjadi e) apabila terjadi perubahan warna beton menjadi merah muda, maka kedalaman karbonasi diukur dari permukaan beton sampai dengan batas perubahan warna tersebut pada 4 posisi pengukuran kemudian ambil rata-ratanya.

Hasil pengukuran dinyatakan hingga ketelitian 0,1 mm; f) jika dalam waktu 10 detik beton belum berubah warna, ulangi langkah b) sampai dengan d) pada lubang yang sama dengan memperdalam lubang; g) tutup lubang bekas pengukuran tersebut dengan adukan mortar tidak susut dengan mutu minimal sama dengan mutu beton yang telah dilubangi.

BRINNELLTEST

Digunakan untuk menentukan kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan material terhadap bola baja (identor) yang ditekankan pada permukaan material uji tersebut (speciment). Kekerasan adalah ketahanan suatu material terhadap deformasi pada aerah lokal dan permukaan material, dan khusus untuk logam deformasi yang dimaksud adalah deformasi plastis. Sedangkan Kekuatan adalah ketahanan material terhadap deformasi plastis secara global. Mengapa melakukan uji kekerasan, karean pengujian kekerasan khususnya logam sangat diperlukan dalam bidang manufaktur. Dengan melakukan pengujian kekerasan dapat diketahui karakteristik suatu material baru dan melihat mutu untuk memastikan memastikan suatu material memiliki spesifikasi kualitas tertentu. Dalam pengujian kekerasan sebanarnya ada 3 jenis pengujian berdasarkan sifatnya, yaitu Metode Goresan, Metode Dinamik, Metode Identansi. Diantara 3 metode tersebut Metode Identansi yang paling sering digunakan.

Proses Pengujian Brinell

Brinell Pengujian kekerasan dengan metode Brinnel bertujuan untuk menentukan kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan material terhadap bola baja (identor) yang ditekankan pada permukaan material uji tersebut (spesimen). Idealnya, pengujian Brinnel diperuntukan untuk material yang memiliki permukaan yang kasar dengan uji kekuatan berkisar 500-3000 kgf. Identor (Bola baja) biasanya telah dikeraskan dan diplating atau pun terbuat dari bahan Karbida Tungsten.

Prinsip dari pengujian kekerasan ini dengan menekan indentor selama 30 detik. Kemudian diameter hasil Identansi diukur dengan menggunakan mikroskop optik. Diameter harus dihitung dua kali pada sudut tegak lurus yang berbeda, kemudian dirata-ratakan. Bertambah keras logam yang diuji bertambah tinggi nilai HB.

Gambar : Alat Brinnel Test

Bahan & alat yang digunakan untuk uji kekerasan brinell 1. Mesin uji kekerasan brinell 2. Bola baja untuk brinell (brinell ball) 3. Mikroskop pengukur 4. Stop watch 5. Mesin gerinda 6.  Ampelas kasar dan halus 7. Benda uji (test specimen)

BOLT TORQUE TEST Digunakan untuk mengetahui torsi yang terjadi pada baut di sambungan di konstruksi baja. Torsi yang pas harus diberikan pada sebuah baut untuk menjaga agar baut tersebut tidak kehilangan tegangan dalam menahan menyambung dua atau lebih komponen struktur baja. Baut harus dikencangkan sesuai beban aman maksimum yang dapat diberikan tanpa menyebabkan perubahan bentuk, misalnya bengkok. Baut yang kendor dapat menyebabkan distribusi gaya dan tegangan yang tidak merata pada sambungan, sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada baut dan pada akhirnya dapat menyebabkan kegagalan struktur secara menyeluruh.

Proses Pengujian Metode yang dilakukan adalah mengecek beberapa baut secara random menggunakan kunci momen. Besar momen torsinya terlebih dahulu di setting sesuai dengan diameter baut

1. Setel kunci momen sesuai kekuatan yang di tetapkan. Untuk itu, ikuti langkah langkah berikut

-

Kendurkan mur penyetel

-

Geser baji penyetel sepanjang skala sampai indikator segaris dengan nilai pengencangan yang diinginkan (Sesui dengan Tabel Rekomendasi Nilai Beban Torsi).

2. Kencangkan mur penguncinya. 3. Pasang kunci yang sesuai dengan ukuran mur yang akan di kencangkan pada penggerak kunci momen 4. Masukan kunci soket pada mur yang akan dikencangkan 5. Tempatkan tangan kiri di ujung penggerak dan tangan kanan pada tangkal kunci momen. Tarik secara merata dengan tangan kanan anda samai terdengar bunyi klik 6. Bunyi Klik mengindikasikan bahwa nilai torsi telah tercapai 7. Beri tanda pada baut yang telah dikencangi kunci momen menggunakan cat mengnai mur dan baseplate nya.

Gambar Alat dan dan Pengujian

PENGUJIAN MEKANIKAL ELEKTRIKAL MEGGER Tahanan Isolasi adalah tahanan yang berada di 2 kawat saluran ( kabel) yang diisolasi satu sama lain atau tahanan satu kawat dengan ground ( tanah ). Tahanan ini harus selalu dalam kondisi aman sehingga dapat menjamin proses aliran listrik berjalan dengan aman. Megger diperlukan untuk mengukur tahanan isolasi sebagai status isolasi rangkaian dan perlengkapan listrik sebagai dasar pengendalian keselamatan. Tes Megger digunakan untuk mengetahui besarnya tahanan isolasi dari suatu instalasi listrik merupakan hal yang penting untuk menentukan apakah instalasi tersebut dapat dioperasikan dengan aman. Secara umum jika akan mengoperasikan peralat-an tenaga listrik seperti generator, transformator dan motor, sebaiknya terlebih dahulu memeriksa tahanan isolasinya, tidak peduli apakah alat tersebut baru atau lama tidak dipakai. Salah satu contoh penggunaan dari alat ukur Megger ini adalah untuk mengukur kemungkinan gangguan lain adalah terjadinya hubung singkat pada belitan antar phasa, antara phasa dengan bodi dan antar belitan pada phasa yang sama. Fungsi Megger atau Mega Ohm Meter selain mengukur tahanan isolasi pada motor, generator ataupun trafo juga sering dipakai untuk memeriksa tahanan isolasi pada jaringan SUTM dan lain-lain. Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum menggunakan megger adalah pastikan bahwa skala ukur yang dipakai adalah sesuai atau lebih kecil dari alat yang di ukur. Misalnya kita ingin mengukur tahanan isolasi dari sebuah motor listrik 380V maka gunakanlah skala ukur megger yang lebih besar dari motor tersebut seperti 500 V. Disamping itu pastikan juga bahwa alat yang di ukur telah bebas dari daya listrik supaya hasil pengukurannya lebih akurat

Jenis-jenis megger  :  : 1. Megger dengan engkol sbg pembangkit tegangan. Sumber tenaga pada megger jenis ini berasal dari generator pembangkit tenaga listrik yang ada dalam alat ukur ini dan untuk membangkitkannya poros megger harus diputar; dengan alat penunjukannya jarum 2. Megger dengan sumber tenaga dari dari baterai dan alat penunjukkanya berupa jarum juga Teknik Pengukuran Listrik Menggunakan Megger Untuk Mungukur Tahanan Isolasi 1. Check batere apakah dalam kondisi baik.

2. Mekanikal zero check pada kondisi megger off, jarum penunjuk harus tepat berimpit dengan garis skala. Bila tidak tepat, atur pointer zero (10) pada alat ukur. 3. Lakukan elektrikal zero check: 4. Pasang kabel test pada megger terminal, serta hubung singkatkan ujung yang lain. 5. Letakkan saklar pemilih di posisi 500. 6. Letakkan saklar pemilih skala pada posisi skala 1. 7. On-kan megger, jarum akan bergerak dan harus menunjuk tepat keangka nol, bila tidak tepat Atur pointer. Bila dengan pengaturan pointer tidak berhasil (penunjukan tidak mencapai nol) periksa / ganti batere. 8. Off-kan megger dan ulangi poin pengecekan elektrikal zero. 9. Pasang kabel test ke peralatan yang diukur .Pilih tegangan ukur melalui saklar sesuai tegangan kerja alat yang diukur. 10.On-kan 10. On-kan megger, baca tampilan pada skalanya Bila skala 1 hasil ukur menunjuk, pindahkan ke pemilih skala 2, bila hasilnya sama pindahkan ke skala 3, dan tunggu sampai waktu pengukuran yang ditentukan ( 0,5 – 0,5  –   1 menit) atau jarum penunjuk tidak bergerak lagi. Catat hasil ukur dan kalikan dengan factor kali alat ukur, bandingkan hasil ukur dengan standard tahanan isolasi. harga terendah 1 MΩ / kV. Hal yang harus juga diperhatikan adalah setelah mengukur tahanan isolasi baik pada motor, generator maupun jaringan maka kita harus grounding kembali kabel yang di ukur karena kabel tersebut masih memiliki tegangan listrik akibat tegangan megger tadi yang jika pegang akan setrum. Untuk cara grounding, cukup hubungkan kabel yang diukur kemudian hubungkan dengan body.

Gambar : Pelaksanaan Megger

Gambar Alat Megger

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF