METODE REWARD DAN PUNISHMENT DALAM PEMBELAJARAN
November 16, 2017 | Author: Dita Simanullang | Category: N/A
Short Description
Reward dan punishment sebagai metode pembelajaran akan sangat ideal dan strategis bila digunakan sesuai dengan prinsip-p...
Description
DAMPAK REWARD DENGAN “STAR” MELALUI CHECKLIST REFLEKTIF TERHADAP SIKAP KEDISIPLINAN SISWA KELAS 1 SD Penelitian Dilakukan di SD Hikari Desa Karanggan Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh NOVI SUSANTI 107018303956
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH ( PGMI ) JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013 M
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
DAMPAK REWARD DENGAN “STAR” MELALUI CHECKLIST REFLEKTIF TERHADAP SIKAP KEDISIPLINAN SISWA KELAS 1 SD Penelitian Dilakukan di SD Hikari Desa Karanggan Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan
Skripsi Diajukan untuk Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh NOVI SUSANTI 107018303956 Di Bawah Bimbingan Pembimbing
Dra. Eri Rossatria, M. Ag NIP. 19470717 1966082001
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH ( PGMI ) JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013 M
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI Skripsi berjudul “Dampak Reward Dengan “Star” Melalui Checklist Reflektif Terhadap Sikap Kedisiplinan Siswa Kelas 1 di SD Hikari Desa Karanggan” di susun oleh Novi Susanti, 107018303956, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah, serta berhak untuk diajukan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh Fakultas.
Jakarta, 06 Februari 2013
Yang mengesahkan
Pembimbing
Dra. Eri Rossatria, M. Ag NIP. 19470717 1966082001
DAFTAR ISI
ABSTRAK .....................................................................................
v
KATA PENGANTAR ................................................................... vii DAFTAR ISI ..................................................................................
ix
DAFTAR TABEL DAN GRAFIK ............................................... DAFTAR GAMBAR ..................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah....................................................
1
B. Identifikasi Masalah ..........................................................
8
C. Pembatasan Masalah .........................................................
8
D. Perumusan Masalah ..........................................................
8
E. Tujuan Penelitian ..............................................................
8
F. Manfaat Penelitian ............................................................
9
KAJIAN TEORI A. Hakikat Disiplin dalam pendidikan ....................................
10
1. Pengertian Disiplin ..........................................................
10
2. Pentingnya Disiplin .........................................................
12
3. Tujuan Disiplin ...............................................................
14
4. Unsur-unsur Disiplin .......................................................
15
5. Cara Menerapkan Disiplin yang Efektif .........................
19
B. Hakikat reward dalam pendidikan .....................................
21
1. Pengertian reward .........................................................
21
2. Fungsi reward ...............................................................
24
3. Bentuk-bentuk reward ..................................................
25
4. Reward berupa “star” .................................................
27
5. Syarat-syarat reward .....................................................
28
C. Pelaksanaan reward dalam pengendalian disiplin siswa ...
29
1. Implementasi disiplin di sekolah ..................................
31
2. Pengenalan punishment di sekolah ...............................
32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ...........................................
38
B. Metode dan Desaint Penelitian ..........................................
38
C. Variabel Penelitian ............................................................
40
D. Populasi dan Sampel .........................................................
40
E. Instrument Pengumpul Data ..............................................
41
F. Tehnik Pengumpul data .....................................................
44
G. Validasi Instrument ...........................................................
47
H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data...............................
50
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Sekolah Hikari ......................................
53
B. Kondisi Kedisiplinan dan Tindakan Pemberian Treatment ...........................................................................
54
C. Pembahasan dan Hasil Penelitian.......................................
59
D. Reward melalui Checklist Reflektif memberi dampak terhadap sikap kedisiplinan siswa ......................................
BAB V
67
PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................
69
B. Saran ...................................................................................
69
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................
69
LAMPIRAN- LAMPIRAN ..........................................................
73
ABSTRAK Novi Susanti, “Dampak Reward dengan “Star” melalui Checklist Reflektif Terhadap Sikap Kedisiplinan Siswa Kelas 1 SD”. Skripsi Program Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Jurusan Kependidikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dosen Pembimbing: Eri Rossatria, M. Ag,. Penelitian ini bertujuan mengetahui dampak reward dengan “star” melalui checklist reflektif terhadap sikap kedisiplinan siswa kelas 1 SD. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen bentuk pre-eksperimental designs (One- Shot Case Study). Penelitian ini dilakukan di SDS Hikari Kp. Koceak Ds. Keranggan Kec. Setu Tangerang Selatan Banten, kelas 1 yang berjumlah 32 siswa pada semester genap tahun ajaran 2011-2012. Subyek penelitian diberikan treatment atau perlakuan berupa reward dengan “Star” serta penggunaan checklist reflektif selama 21 hari, kemudian diobservasi sikap kedisiplinannya. Hasil penelitian menunjukan reward dengan “star” melalui checklist reflektif dapat meningkatkan sikap kedisiplinan siswa kelas 1 SDS Hikari desa Keranggan. Hal ini dapat dilihat dari menurunnya presentase kategori “buruk” hampir pada semua indikator kedisiplinan. Dengan demikian reward berupa “star” melalui checklist reflektif berdampak positif pada sikap kedisiplinan siswa.
Kata Kunci: Kedisiplinan dan Reward berupa“star” melalui Checklist reflektif
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan karunianya kepada penulis.
Shalawat serta salam
dicurahkan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW yang telah memberikan penjelasan kepada umatnya melalui firman-firman Allah SWT. Dalam
mengerjakan
skripsi
ini,
penulis
tidak
mungkin
mampu
menyelesaikannya tanpa bantuan dari pihak-pihak tertentu baik waktu, tenaga, fikiran maupun materi. Oleh karena itu, penulis haturkan banyak terimakasih kepada: 1. Prof. H. Rif’at Syauqi Nawawi, M. A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidyatullah Jakarta. 2. Drs. Rusydi Zakaria, M. Ed., M. Phil, I., Ketua Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Fauzan M, A., Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Dra. Eri Rossatria, M, Ag., Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu, arahan serta bimbingannya kepada penulis untuk meyelesaikan skripsi ini. 5. Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan pencerahan dan bimbingannya selama penulis mengenyam pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 6. Yanti Herlanti S.Pd., M.Pd., Dr. Fadilah Hasim dan Wiwin Heryani S.Pt. Pengampuh kurikulum, ketua yayasan dan kepala sekolah yang telah mengizinkan serta memotivasi penulis melakukan penelitian di SDS Hikari Desa Keranggan. 7. Keluarga besar SDS Hikari terutama guru-guru rekan kerja seprofesi, yang telah memberikan canda serta tawa sehingga penulis merasa nyaman dan termotivasi menyelesaikan skripsi ini.
8. Kepada kedua orang tua tercinta H. Gunawan (Alm) dan Hj. Ida Farida yang telah membesarkan dan mendidik penulis untuk terus berjuang dan berkarya demi ummat dan bangsa. Terkhusus untuk bapak tercinta, tersayang dan inspirasiku, semoga engkau selalu tersenyum di alam sana. Terimakasih atas semua didikan yang bapak berikan kepada penulis selama masa hidupmu. 9. Kakak-kakak tercinta (teh’ Nunung, a’Paih, teh’Nuni, a’Inu dan a’Rudi) yang
selalu
menjaga
dan
selalu
mengingatkan
penulis
dalam
menyelesaikan skripsi ini. 10. Adik tercinta (Masturoh) yang selalu memberikan suport dan waktunya di saat penulis menyelesaikan skripsi ini 11. Keluarga bear HMI Komisariat Tarbiyah dan Distrik HMI Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Terimakasih atas dukungan dan pengalaman berorganisasi yang telah diberikan kepada penulis. 12. Sahabat tercinta angkatan 2007: (Ima, Eka, Iim, Yuyun, Dj, Iona, Rita, Heri, Fahmi, Andi, Mufid, Wilda, Dara, Niken, Winda, Dede, dan Nani). Serta keluarga besar jurusan PGMI fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang selalu memberikan canda dan senyumannya semasa kuliah sampai sekarang. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikannya dengan balasan yang terbaik. Harapan penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca kususnya mahasiswa Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam menulis skripsi ini, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Jakarta, 11 Februari 2013 Penulis,
Novi Susanti 107018303956
DAFTAR AYAT, TABEL, DIAGRAM DAN GRAFIK Ayat Ayat 1 : surah Al-Imran ayat 145 dan 148 .................................................... 24 Ayat 2 : surah An-Nisa ayat 134 ................................................................... 25 Tabel Tabel 3.1 : Desain penelitian dalam One-Shot Case Study ............................. 39 Tabel 3.2 : Variabel Penelitian ......................................................................... 40 Tabel 3.3 : Pemetaan Indikator Disiplin ke dalam Kisi-kisi ........................... 46 Tabel 4.1 : Anekdotal Record Sebelum diberikan treatment ........................... 57 Tabel 4.2 : Membiasakan diri untuk datang dan masuk kelas Pada waktunya .............................................................................. 59 Tabel 4.3 : Melaksanakan dan Mengumpulkan Tugas-tugas yang Menjadi Tanggung Jawabnya dengan Tepat Waktu ................................... 60 Tabel 4.4 : Membiasakan Diri Untuk Mematuhi Peraturan Kelas ......................61 Tabel 4. 5 : Membiasakan Diri Mematuhi Peraturan Bersama yang Telah Disepakati Bersama ..........................................................................62 Tabel 4.6 : Berpakaian rapih dan Sopan ............................................................63 Tabel 4.7 : Gambaran Perubahan Sikap Disiplin Siswa Ketika Proses dan Pasca ...................................................................65 Diagram Diagram 3.1 : Indikator Disiplin yang disesuaikan dengan Karakteristik Sekolah ........................................................ 43 Grafik Grafik 4.1 : Grafik Berkategorisasi Perubahan Sikap Disiplin Siswa ........... 64 Grafik 4.2 : Grafik Umum Rata-rata Perubahan Sikap ....................................... 66
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A : Instrumen Penelitian Lampiran A.1 :
Instrumen Tes Kedisiplinan Siswa
1. RPP 2. Uji Validitas Instrumen 3. Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen Tes Lampiran A.2 : 1. Angket:
Instrumen Non Tes a. Lembar Checklist Reflektif b. Catatan Anekdotal Record
2. Profil SDS Hikari
Lampiran B: surat-surat 1. Permohonan Surat Bimbingan Skripsi 2. Surat Permohonan Izin Observasi 3. Surat Permohonan Izin Penelitian 4. Foto Kegiatan pasca 10 hari disiplin diterapkan 5. Uji Referensi 6. Jurnal mengenai 21 hari 7. Piagam penghargaan skripsi terbaik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu usaha masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan generasi mudanya untuk keberlangsungan kehidupan yang lebih baik di masa depan. Keberhasilan pendidikan terlihat dari adanya pewarisan dan pengayaan budaya bangsa dari generasi ke generasi secara berkelanjutan. Selain itu, keberhasilan tersebut juga terlihat dari tertanamnya nilai-nilai luhur kepribadian bangsa dalam diri peserta didik sehingga dapat menggambarkan karakter suatu bangsa. Dengan kata lain, salah satu keberhasilan tersebut adalah tertanamnya warisan karakter bangsa di dalam proses pendidikan, sehingga dapat meningkatkan kualitas bangsa di masa yang akan datang. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus dijadikan sebagai pedoman dalam mengembangkan pendidikan di Indonesia. Pasal 3 UU Sisdiknas ini menyebutkan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kapada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1 Tujuan pendidikan nasional ini merupakan rumusan mengenai kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Oleh karena itu pengembangan mutu pendidikan melalui penentuan visi, misi, dan tujuan pada setiap satuan pendidikan haruslah mengarah pada tujuan pendidikan nasional tersebut.
1
UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen & UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: Visimedia, 2007), h. 38.
1
2
Dari pasal tersebut juga terlihat dengan jelas bahwa tujuan utama pendidikan di Indonesia adalah membentuk kepribadian peserta didik dengan menanamkan nilai-nilai luhur yang dapat menjadi karakter bangsa Indonesia. Untuk mewujudkan semua cita-cita di atas, maka perlu ditegaskan kembali bahwa setiap satuan pendidikan salah satunya harus dapat mengembangkan pola pendidikan berbasis karakter. Tercerminnya karakter bangsa dalam diri peserta didik menjadi satu dari banyak hal yang nyata dari keberhasilan suatu bangsa dalam bidang pendidikan. Salah satu karakter yang harus ditanamkan kepada peserta didik adalah nilai-nilai kedisiplinan. Tujuan penerapan nilai-nilai kedisiplinan pada diri peserta didik di bangku sekolah adalah mengarahkan peserta didik untuk berprilaku positif, karena dengan membiasakan hidup disiplin meraka akan belajar mengenai hal-hal yang baik, dimana semua kebaikan tersebut dapat menjadi bekal bagi mereka di masa yang akan datang. Nilai-nilai kedisiplinan yang melekat dalam diri peserta didik dapat membuat peserta didik tekun dan terbiasa hidup teratur. Kedisiplinan yang terus dilatih akan menjadi kebiasaan
yang tertanam dalam setiap kegiatan
kesehariannya. Perilaku disiplin harus mulai ditanamkan sejak dini, karena nilai kedisiplinan sangat diperlukan untuk pembentukan karakter peserta didik menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Membentuk kedisiplinan dalam diri peserta didik bukanlah perkara yang mudah, perlu kerjasama diantara lingkungan yang dekat dengan peserta didik. Sekolah adalah jenjang penting yang harus dilalui dalam kehidupan peserta didik, dan salah satu tempat yang efektif untuk menanamkan nilai kedisiplinan adalah sekolah. Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah dapat dengan leluasa menerapkan berbagai cara untuk mengarahkan peserta didik agar dapat hidup disiplin. untuk menumbuhkan nilai kedisiplinan dalam diri peserta didik secara menyeluruh dan bersifat permanen, sekolah harus fokus terhadap pengembangan nilai kedisiplinan. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan kedisiplinan dalam setiap aspek pembelajaran yang berlangsung di sekolah.
3
Kedisiplinan yang diterapkan di sekolah membutuhkan kerjasama dari berbagai pihak yang berhubungan langsung dengan peserta didik, yaitu lingkungan sekolah, keluarga, dan lingkungan masyarakat. Penerapan disiplin di sekolah harus dilakukan secara konsekuen. Langkah awal yang harus dilakukan pihak sekolah adalah merumuskan beberapa tata tertib yang harus dijalankan di sekolah. Setelah itu, pihak sekolah memerintahkan kepada seluruh peserta didik untuk menjalankan seluruh tata tertib yang telah ditentukan di sekolah tersebut. Seperti yang kita tahu, bahwa penerapan kedisiplinan tidak semudah membalikan telapak tangan, maka tantangan selanjutnya adalah sekolah harus menemukan cara yang tepat untuk menerapkan nilai-nilai kedisiplinan yang tidak mengengkang dan memberikan rasa nyaman kepada peserta didik. Penerapan kedisiplinan dengan membubuhi reward dan punishment adalah satu dari banyaknya rekomendasi cara yang tepat untuk menerapkan kedisplinan di sekolah. Penghargaan (reward) diberikan kepada peserta didik yang melaksanakan seluruh tata tertib sekolah dengan baik dan memberikan peringatan (punishment) kepada peserta didik yang melanggar tata tertib. Penggunaan reward yang ideal untuk menerapkan disiplin di sekolah harus dilakukan sebaik mungkin, sehingga membuat peserta didik tidak memiliki perasaan yang iri hati, tidak merasa dibedakan antara peserta didik yang satu dengan yang lainnya atau membuat peserta didik justru hanya mengharapkan hadiah itu sendiri. karena tujuan utama dari penerapan disiplin adalah untuk membiasakan peserta didik menaati tata tertib yang telah ditetapkan di sekolah, bukan untuk membuat mereka menjadi diri yang mementingkan reward dari pada perubahan sikap disiplin itu sendiri. Menurut Ahmad Rohani, “menegakkan disiplin tidak bertujuan untuk mengurangi kebebasan dan kemerdekaan peserta didik, akan tetapi sebaliknya ingin memberikan kemerdekaan yang lebih besar terhadap peserta didik dalam batas-batas kemampuannya.2 Selanjutnya, Singgih Gunarsa dalam bukunya yang berjudul
“Psikologi
Untuk
Membimbing”
mengatakan
bahwa,
sesuai
perkembangannya kedisiplinan tidak lagi diajarkan dengan kekerasan terhadap 2
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), Cet. Ke-2, h. 134
4
pelanggaran, melainkan dengan wejangan-wejangan. 3 Oleh karena itu, reward yang diberikan harus dapat mengarahkan peserta didik untuk selalu berperilaku disiplin dalam kehidupan sehari-hari. Diharapkan, ketika peserta didik mendapatkan reward, dan akan mampu memahami dengan jelas bahwa reward itu memang berhak didapatkannya, sehingga dengan adanya reward yang mereka dapatkan, mereka akan menganggap perilaku disiplin merupakan sebuah kebutuhan dan bukan hanya pengajaran semata. Hal yang sama dijelaskan oleh Sylvia Rimm dalam bukunya yang berjudul “Mendidik dan Menerapkan Disiplin pada Anak Prasekolah” bahwa “Reward diharapkan dapat memotivasi peserta didik untuk mendisiplinkan diri, kelak disiplin diri akan membuat hidup mereka bahagia, berhasil, dan penuh kasih sayang. 4. Pendapat ini semakin mempertegas bahwa, hadirnya reward seharusnya membuat peserta didik mematuhi seluruh tata tertib yang telah ditentukan dengan cara yang bahagia, karna reward adalah penghargaan bagi peserta didik yang berprestasi baik prestasi sikap maupun akademiknya. Penggunaan cara yang tepat, sekolah dengan sendirinya menciptakan suasana disiplin yang baik bagi peserta didiknya. Selanjutnya, pentingnya disiplin sejak dini juga dijelaskan di dalam buku karangan Elizabet B. Hurlock bahwa anak membutuhkan disiplin. Disiplin dapat mengantarkan mereka pada kebahagiaan, dan menjadi orang yang baik penyesuaiannya. Melalui disiplinlah mereka dapat belajar berprilaku dengan cara yang diterima masyarakat, dan sebagai hasilnya diterima oleh anggota kelompok mereka. Disiplin sangat diperlukan untuk perkembangan anak, karna ia memenuhi beberapa kebutuhan tertentu. Dengan demikian disiplin memperbesar kebahagiaan dan penyesuaian pribadi serta sosial anak. Teknik penerapan kedisiplinan anak dengan menggunakan reward bertujuan untuk membuat peserta didik semangat untuk melaksanakan disiplin di sekolah. Perilaku disiplin yang dilakukan secara
3
Singgih Gunarsa, Psikologi untuk Membimbing, (Jakarta: Gunung Mulia, 2000), Cet.Ke-9, h.
137 4
Sylvia Rimm, Mendidik dan Menerapkan Disiplin pada Anak Prasekolah, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003), h. 47
5
terus menerus akan mengarahkan peserta didik untuk terus berperilaku disiplin dalam kehidupan sehari-hari. Lebih lanjut lagi, pendidikan mengenalkan kita pada proses pembelajaran. Pembelajaran itu sendiri dapat di definisikan sebagai pengaruh permanen atas prilaku, pengetahuan, dan keterampilan berfikir, yang diperoleh melalui pengalaman.5Selain itu, hal yang sama pentingnya ketika kedisiplinan diajarkan adalah faktor pembiasaan, sesuai dengan pendapat Ivan Pavlov dalam hukum belajarnya “Law of Respondent Conditioning, yakni hukum pembiasaan yang dituntut, menyatakan bahwa “jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (salah satunya berfungsi sebagai reinforce/ penguat stimulus), maka refleks dan stimulus lainnya meningkat”.6 Pembiasaan yang dituntut adalah sikap kedisiplinan yang dilakukan selama 21 hari, dan pembiasaan 21 hari juga diperkuat kembali oleh Pavlov pada bukunya yang berjudul “Conditioned Reflexes: An Investigation of the Physiological Activity of the Cerebral Cortex, yang menyatakan “perlakuan yang
dilakukan
terus
menerus
selama
21
hari
dapat
mempengaruhi
pembiasaannya”. Selanjtnya, baru-baru ini kalangan pendidikan sedang gencar membicarakan tentang rancangan teknik yang tepat untuk perubahan sikap (disiplin) peserta didik. Jadi pembahasan kali ini, memfokuskan pada rancangan pembelajaran di lapangan itu sendiri. Pendekatan pembelajaran behavioral mengatakan bahwa, perilaku harus dijelaskan melalui pengalaman yang dapat diamati, bukan dengan proses mental.7 Oleh karena itu, checklist reflektif digunakan sebagai alat penilaian diri berprilaku disiplin. Alat kontrol checklist reflektif dirancang sesuai dengan psikologi pemahaman siswa kelas 1 SD yang di dalamnya mengandung 5 indikator yang disertakan reward yang dapat memotivasi peserta didik mematuhi tata tertib yang ada di sekolah.
5
John W.Santrock, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h.
266
6
Ratna Yudhawati, Teori-Teori Dasar Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2011) h: 4 7 Ibid.,h. 266
6
Penerapan kedisipilinan dengan reward akhir-akhir ini mulai menjadi trend pengembangan karakter peserta didik dibeberapa sekolah di kota-kota besar. Salah satu sekolah yang telah menerapkan nilai-nilai kedisiplinan dengan pemberian reward beserta punishment adalah SD Al-Fath Cirendeu, Ciputat. Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan selama melaksanakan Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) selama 4 bulan, peneliti melihat bahwa sebagai sekolah unggulan, sekolah ini sudah dapat dikatakan berhasil menerapkan nilai-nilai kedisiplinan dalam diri peserta didik. Penerapan kedisiplinan yang dilakukan adalah penerapan terpadu yang dalam hal ini guru berperan penting dalam mengarahkan peserta didik untuk memahami nilai kedisiplinan tersebut secara terpadu. Keterpaduan antara pemahaman peserta didik pada hal yang baik dan buruk dengan pemahaman yang diberikan guru, menjadikan peserta didik secara sadar berperilaku disiplin dalam setiap kegiatan di sekolah. Selain itu, keberhasilan ini juga sangat didukung oleh perhatian yang diberikan guru terhadap setiap tingkah laku peserta didik, hal ini membuat peserta didik menyadari setiap perilaku yang dilakukan, sehingga mereka dapat membedakan perilaku yang boleh dilakukan dan perilaku yang tidak boleh dilakukan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ety Marwatu ditemukan bahwa sebagian besar peserta didik merasa nyaman melanggar tata tertib yang ditetapkan di sekolah. 8 Pelanggaran yang masih sering dilakukan peserta didik di sekolah adalah 1). Peserta didik yang tidak mengerjakan tugas yang telah diberikan oleh guru. 2). Seringnya peserta didik keluar kelas ketika proses pembelajaran. 3). Peserta didik yang tidak memperhatikan penjelasan guru. 4). Seringnya kondisi peserta didik yang gaduh. Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah ternyata belum mampu menjawab semua masalah pelanggaran kedisiplinan di berbagai sekolah. Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan selama mengajar kurang lebih satu semester di SD Hikari pada anak kelas satu, peneliti menemukan kesulitan dalam menerapkan nilai kedisiplinan dalam diri peserta didik. Meskipun nilai 8
Eti, Marwatu, MP 2010. 105018200675. “Pemberian Reward dan Punishment dalam Meningkatkan Disiplin Belajar Siswa di SMA PGRI 56 Ciputat”, Skripsi pada sarjana UIN Syarif Hidayatulaah Jakarta, Jakarta, 2009, h.48, tidak dipublikasikan
7
kedisiplinan terus diterapkan dalam setiap aspek pembelajaran yang berlangsung di sekolah, peneliti melihat masih banyak peserta didik yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan yang telah ditentukan. Pelanggaran tersebut, seperti: 1). Peserta didik yang melakukan kegaduhan pada saat pembelajaran berlangsung. 2). Peserta didik yang tidak mendengarkan penjelasan guru ketika sedang belajar. 3). Peserta didik yang melanggar kesepakatan bersama, seperti dilarang menggunakan bahasa gaul 4). Peserta didik yang mengabaikan tugasnya. 5). Dan peserta didik yang berkelahi di jam istirahat. Bila pelanggaran ini terus berlangsung dan dibiarkan tanpa adanya tindakan yang nyata, dampaknya akan sangat buruk
terhadap pembentukkan karakter
peserta didik. Berdasarkan hal tersebut, peneliti merasa penting untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan disiplin peserta didik. Karena perkembangan psikologis peserta didik pada tingkat SD/MI memerlukan tindakan yang konkrit, maka peneliti akan menggunaan teknik yang lebih konkrit pula untuk mempermudah penerapan reward di sekolah. Teknik tersebut yaitu dengan penggunaan “star” di dalam proses belajar mengajar. “Star” disini digunakan sebagai reward yang diberikan kepada peserta didik, dan “Star” bisa didapatkan bagi peserta didik yang menerapkan disiplinnya dengan baik. Check list reflektif digunakan sebagai alat untuk melihat sejauh mana siswa secara jujur menerapkan kedisiplinan di sekolah. Checklist reflektif bersifat penilaian diri diharapkan dapat membuat peserta didik menilai dirinya sendiri, sehingga tujuannya adalah peserta didik secara sadar menerapkan kedisiplinan itu sendiri. Dari berbagai permasalah di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “DAMPAK REWARD DENGAN “STAR” MELALUI CHECKLIST REFLEKTIF TERHADAP SIKAP KEDISIPLINAN SISWA KELAS 1 SD HIKARI DESA KARANGGAN”
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka masalah yang diteliti dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Masih banyaknya peserta didik yang tidak disiplin
8
2. Sekolah yang belum serta merta menerapkan nilai kedisiplinan secara optimal 3. Penggunaan cara, alat atau strategi yang belum tepat untuk menerapkan disiplin di sekolah dasar 4. Kurangnya pengawasan disiplin di berbagai sekolah 5. Belum terealisasikannya tekhnik Reward yang tepat untuk menerapkan disiplin peserta didik kelas 1 SD.
C. Pembatasan Masalah Mengingat luasnya pembahasan dan tidak mungkin semuanya dapat diteliti dalam waktu yang bersamaan, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada : pemberian “Reward dengan menggunakan teknik “star” melalui checklist reflektif untuk meningkatkan kedisiplinan peserta didik .
D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang diuraikan, maka penulis merumuskan masalah yang akan dijadikan dasar penelitian adalah: “bagaimana dampak dari penggunaan reward dengan “star”melalui checklist reflektif terhadap sikap kedisiplinan peserta didik kelas 1 SD Hikari?”
E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak penerapan reward dengan “star” melalui checklist reflektif terhadap sikap kedisiplinan peserta didik
F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik kepada semua pihak yang terkait langsung terhadap dunia pendidikan, terutama bagi: 1. Secara teoritis, dapat memperkaya khasanah pendidikan khususnya tentang bagaimana pemberian reward yang baik dalam meningkatkan kedisiplinan
9
peserta didik. Dan hasil penelitian ini sebagai penambah bahan kepustakaan UIN Syarif hidayatullah Jakarta tentang alat pendidikan 2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan bagi penelitian lebih lanjut 3. Secara praktis, dengan adanya penelitian ini diharapkan penulis dapat menerapkan penggunaan reward yang tepat ketika pembelajaran berlangsung. Sehingga memberikan efek yang positif bagi kemajuan pengajaran di kelas.
BAB II KAJIAN TEORI
A. Hakikat disiplin dalam pendidikan 1.
Pengertian Disiplin Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disiplin berarti “tata tertib (di
sekolah, kemiliteran dan lain sebagainya), ketaatan atau kepatuhan terhadap peraturan atau tata tertib”.1 Selanjutnya pengertian disiplin yang diterangkan oleh Elizabet B. Hurlock dan artikel tentang perkembangan sosial anak, disiplin berasal dari kata “disciple”, yakni “seorang yang belajar dari atau secara suka rela mengikuti seorang pemimpin”.2 Lebih luas lagi dalam kamus populernya menerangkan pengertian “disiplin” adalah sama dengan “hukuman”. Menurut konsep ini, “disiplin digunakan apabila anak melanggar peraturan dan perintah yang diberikan orang tua, guru atau orang dewasa yang berwenang mengatur kehidupan bermasyarakat, tempat anak itu tinggal”. 3 Demikian pula pernyataan Charles Schaefer menerangkan bahwa, inti dari disiplin ialah untuk mengajarkan seseorang mengikuti ajaran dari seorang pemimpin. Dimana tujuan dari disiplin ialah untuk membuat anak-anak anda terlatih dan terkontrol, dengan mengajarkan mereka berbagai bentuk tingkah laku yang pantas atau yang tidak pantas atau masih asing bagi mereka.
4
Sama halnya
dengan pernyataan sebelumnya. Psikolog pendidikan, Soetarlinah Sukadji, menjelaskan bahwa disiplin merupakan suatu proses bimbingan yang bertujuan menananmkan pola prilaku dan kebiasaan tertentu, terutama untuk meningkatkan
1
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,2002), Cet. Ke-2, h.268 2 Majalah Ayah Bunda dan Meadjohnson, Dari A sampai Z Tentang Perkembangan Anak, pada bab perkembangan sosial anak (Jakarta:gaya favorit Press) h. 39 3 Elizabeth B. Hurlock (Alih Bahasa: dr. Med Meitasari Tjandrasa), Perkembangan Anak , jilid 2 (Jakarta: Erlangga, 1978) h. 82 4 Charles Schaefer (alih Bahasa: Drs. R. Turman Sirait), Bagaimana Membimbing, Mendidik dan Mendisiplinkan Anak Secara Efektif “How to Influence Children”,5 (Jakarta: Restu Agung, 1996). Cet. Ke-1, h. xi
10
11
kualitas mental dan moral. 5 Sama halnya dengan pengertian disiplin selanjutnya, menerangkan bahwa, disiplin sendiri adalah cara masyarakat (orang tua, guru, orang dewasa lain) mengajarkan tingkah laku moral pada anak yang dapat diterima oleh kelompoknya.
6
tujuan semua disiplin adalah membentuk tingkah
laku, oleh karenanya harus disesuaikan dengan peran yang ditentukan oleh kelompok sosialnya. Seperti yang disampaikan dalam seminar Seminar Sehari Sinar Harapan, 28 November 1987. Displin secara luas dapat diartikan sebagai semacam pengaruh yang dirancang untuk membantu anak mampu menghadapi tuntutan dari lingkungan. Disiplin itu tumbuh dari kebutuhan untuk menjaga keseimbangan antara kecenderungan dan keinginan individu untuk berbuat sesuatu yang dapat dan ingin ia peroleh dari orang lain atau karena situasi kondisi tertentu, dengan pembatasan peraturan yang diperlukan terhadap dirinya oleh lingkungan di mana ia hidup.7 Disiplin
juga
membantu
dalam
mengendalikan
tingkah
laku
dan
mengembangkan hati nurani, sehingga peka dengan nilai kebenaran. Disiplin memungkinkan anak melakukan hal yang dapat diterima lingkungannya dan mendapat penghargaan atau pujian. Disiplin berkaitan erat dengan cara mengkoreksi, memperbaiki dan mengajarkan seseorang anak dalam bertingkah laku yang baik tanpa merusak harga diri anak. Disiplin juga berperan penting dalam perkembangan anak, karna dapat memenuhi kebutuhan akan rasa aman dan kepastian tingkah laku. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah suatu sikap moral individu yang terbentuk melalui serangkaian prilaku yang menunjukan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan dan ketertiban berdasarkan acuan nilai moral.
5
36
6
Seto Mulyadi, Membantu Anak Balita Mengelola Amarahnya, (Jakarta: Erlangga, 2004) ,h:
Majalah Ayah Bunda dan Meadjohnson, Dari A sampai Z Tentang Perkembangan Anak, pada bab perkembangan sosial anak (Jakarta: gaya favorit Press) h. 39 7 Conny Semiawan, Penerapan Pembelajaran pada Anak, (Jakarta: Indeks, PT Macana Jaya Cemerlang, 2008) h: 89
12
2.
Pentingnya Disiplin Dalam masyarakat yang cepat berubah seperti sekarang ini, pendidikan nilai
bagi anak merupakan hal yang sangat penting, hal ini disebabkan di era global dewasa ini, anak akan dihadapkan pada banyak pilihan tentang nilai yang mungkin dianggapnya baik. Pertukaran dan pengikisan nilai-nilai suatu masyarakat akan mungkin terjadi secara terbuka. Seperti yang telah diutarakan Prof. Wina Sanjaya bahwa, “Nilai-nilai yang dianggap baik pada suatu kelompok masyarakat bukan tak mungkin akan menjadi luntur digantikan oleh nilai-nilai baru yang belum tentu cocok dengan budaya masyarakat”8. Disiplin adalah satu dari banyaknya karakter yang harus dikembangkan di dalam diri anak-anak. Menurut Emile Durkeim, “disiplin berguna bukan hanya demi kepentingan masyarakat sebagai suatu sasaran mutlak, melainkan demi kesejahteraan
individu
itu
sendiri.
Melalui
kedisiplinan
kita
belajar
mengendalikan keinginan, tanpa ini mustahil orang dapat mendapatkan kebahagiaan”. 9Lebih lanjut lagi, Elizabet B. Hurlock mengatakan bahwa anak membutuhkan disiplin. “Disiplin dapat mengantarkan mereka pada kebahagiaan, dan menjadi orang yang baik penyesuaiannya”10. Melalui disiplinlah mereka dapat belajar berprilaku dengan cara yang diterima masyarakat, dan sebagai hasilnya diterima oleh anggota kelompok mereka. Disiplin sangat diperlukan untuk perkembangan anak, karna ia memenuhi beberapa kebutuhan tertentu. Dengan demikian disiplin memperbesar kebahagiaan dan penyesuaian pribadi serta sosial anak. Disiplin memberikan manfaat kepada anak, sebagaimana dijelaskan Hurlock dan artikel perkembangan sosial anak menjelaskan bahwa ada 5 manfaat yang diberikan oleh disiplin, yaitu: (1) disiplin memberi anak rasa aman dengan memberi tahukan yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan. (2) disiplin membantu anak terhindar dari rasa bersalah dan rasa malu akibat prilaku yang salah. Perasaan yang pasti mengakibatkan rasa tidak bahagia dan penyesuaian yang buruk. Disiplin 8
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media,2006) h: 275 9 Emile Durkheim (Alih Bahasa: Drs. Lukas. Ginting) Pendidikan Moral ; Suatu Studi Teori dan Aplikasi Sosiologis Pendidikan, (Jakarta: Erlangga,1990), h.35-36 10 Elizabeth B. Hurlock (Alih Bahasa: dr. Med Meitasari Tjandrasa), Perkembangan Anak , jilid 2 (Jakarta: Erlangga, 1978) h. 82
13
memungkinkan anak hidup menurut standar yang disetujui kelompok sosial dan dengan demikian memperoleh persetujuan sosial. (3) disiplin mengajarkan anak belajar untuk bersikap menurut cara yang akan mendatangkan pujian yang akan ditafsirkan anak sebagai tanda kasih sayang dan penerimaan. Hal ini esensial bagi penyesuaian yang berhasil dan kebahagiaan. (4) disiplin yang sesuai dengan perkembangan berfungsi sebagai motivasi pendorong ego yang mendorong anak mencapai apa yang diharapkan darinya. (5) disiplin membantu anak mengembangkan hati nurani “suara dari dalam” pembimbing dalam pengambilan keputusan dan pengendalian prilaku.11 12 Dari banyaknya manfaat disiplin yang dibutuhkan oleh anak dan merupakan penemuan pada proses penelitian ini, penerapan disiplin yang baik seyogyanya memberikan keluasan untuk berpendapat sesuai dengan kemauan mereka. Karena pada saat kedisiplinan diterapkan seorang anak akan senang jika peraturan dan hakikat dari kedisiplinan tersebut keluar dari dalam hati mereka, dan kesan tersebut sungguh memberikan dampak positif untuk membiasakan hidup disiplin. Artinya, menerapkan disiplin yang baik tidak harus dengan pengekangan dan kekerasan yang membuat mereka takut melainkan disaat disiplin diterapkan mereka harus merasa nyaman untuk melakukan kedisiplinan di lingkungannya. Selanjutnya, meskipun semua anak membutuhkan disiplin, kebutuhan mereka bervariasi. Terdapat banyak kondisi yang mempengaruhi kebutuhan anak akan disiplin, enam diantaranya dianggap sangat penting, diantaranya:13 (1) karena terdapat variasi dalam laju perkembangan berbagai anak, tidak semua anak dengan usia yang sama dapat diharapkan mempunyai kebutuhan akan disiplin yang sama, ataupun disiplin yang sama. (2) kebutuhan akan disiplin bervariasi menurut waktu dalam sehari. (3) kegiatan yang dilakukan anak mempengaruhi kebutuhan akan disiplin. (4) kebutuhan akan disiplin bervariasi dengan hari dalam seminggu. (5) disiplin lebih dibutuhkan dalam keluarga besar dari pada keluarga kecil. (6) kebutuhan akan disiplin bervariasi dengan usia.
11
Ibid., h.83 Majalah Ayah Bunda dan Meadjohnson, Dari A sampai Z Tentang Perkembangan Anak, pada bab perkembangan sosial anak (Jakarta:gaya favorit Press) h. 39 13 Ibid, h: 83-84 12
14
3.
Tujuan Disiplin Seperti beberapa pernyataan tentang pentingnya disiplin dalam kehidupan
manusia, disiplin juga memiliki tujuan berbeda yang diungkapkan beberapa ilmuan. Diantaranya, Elizabeth menyatakan bahwa tujuan disiplin ialah “membentuk prilaku sedemikian rupa sehingga ia akan sesuai dengan peran-peran yang ditetapkan kelompok budaya, tempat individu itu berada”.
14
Selanjutnya,
menurut Seto Mulyadi pendidikan disiplin pada anak bertujuan untuk “membuat anak bertanggung jawab dan membuat anak menyadari bahwa terdapat segala konsekuensi dari segala tindakan yang dilakukannya”.15 Tujuan berikutnya adalah “untuk membantu dan membimbing anak dalam menananmkan tingkah laku yang baik dan mengajarkan anak menghindari tingkah laku yang buruk”. Tujuan disiplin yang ketiga adalah untuk “membimbing, mendidik, dan melatih anak agar ia mampu menentukan pilihannya sendiri secara bijaksana”.
16
Dari tujuan yang diterangkan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa, sikap kedisiplinan sangat penting untuk diterapkan sejak dini. Seperti pertumbuhan fase-fase awal pada umumnya, usia dini perlu diarahkan kemauannya.
Kemauan
ini
harus
dibina
dan
dituntun
sesuai
tingkat
perkembangannya. Sehingga dengan pendidikan kedisiplinan mereka memahami dengan sadar kesalahan yang mungkin pernah mereka lakukan, untuk kemudian tidak akan mengulanginya lagi. 4.
Unsur-unsur Disiplin Disiplin diharapkan mampu untuk membentuk dan mendidik anak sesuai
dengan standar yang ditetapkan kelompok sosial mereka. Disiplin memiliki unsur-unsur pokok yang harus dipahami diantaranya: 17 a. Peraturan sebagai pedoman prilaku Pokok pertama disiplin adalah peraturan, sebagaimana yang telah diterangkan sebelumnya, bahwa disiplin adalah salah satu pokok yang ditetapkan untuk 14
Ibid., h. 82. Seto Mulyadi, Membantu Anak Balita Mengelola Amarahnya, (Jakarta: Erlangga, 2004)
15
h.36
16 17
Ibid.,h: 38 Op.cit, h:84
15
tingkah laku. Pola tersebut mungkin ditetapkan oleh orang tua, guru, atau temanteman bermainnya. Tujuannya ialah membekali anak dengan pedoman prilaku yang disetujui dan tidak di setujui dalam situasi tertentu. Tentu saja dengan adanya peraturan yang jelas maka anak akan memahami dengan baik mengapa peraturan tersebut harus diikuti dan tidak diikuti, peraturan tersebut membantu anak bersikap tegas atas pembentukan karakternya. Peraturan sendiri memiliki dua fungsi yang sangat penting dalam membantu anak menjadi manusia yang bermoral. (1) peraturan mempunyai nilai pendidikan, sebab peraturan memperkenalkan pada prilaku anak yang disetujui oleh anggota kelompok tersebut. (2) peraturan membantu mengengkang perilaku yang tidak diinginkan. Jika seorang anak dihukum ketika melakukan kesalahan, maka anak tersebut belajar tentang perilaku yang ia lakukan tidak diterima oleh masyarakat atau golongan tertentu. Dan alhasil anak akan jera untuk melakukan kesalahan yang sama. 2. Hukuman untuk pelanggaran peraturan Pokok kedua disiplin adalah hukuman, hukuman berasal dari bahasa latin punire dan berarti menjatuhkan hukuman pada seseorang karena suatu kesalahan, perlawanan, atau pelanggaran sebagai ganjaran atau pembalasan. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa hukuman ini akan mendidik anak mempelajari halhal yang baik untuk dirinya, jika sebuah hukuman secara jelas di terapkan maka dipastikan seorang anak tidak akan melakukan hal yang salah tersebut, sehingga hasil akhirnya, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang tegas. Fungsi hukuman memiliki tiga peran penting yaitu: (1) hukuman menghalangi pengulangan tindakan yang tidak diinginkan oleh masyarakat. (2) hukuman berfungsi sebagai pendidik, sebelum seorang anak mengerti peraturan, mereka dapat belajar tindakan tertentu benar dengan tidak dihukumnya mereka, dan tindakan tertentu yang salah dengan dihukumnya mereka. (3) sebagai motivasi untuk menghindari prilaku yang tidak diterima, pengetahuan tentang akibat-akibat tindakan yang salah perlu sebagai motivasi untuk meninghindari kesalahan tersebut.18
18
Ibid., h.87
16
Dari ketiga fungsi diatas, jelas bahwa hukuman penting bagi tumbuh kembang psikologi anak. Tentu saja dengan di dasari pemberian hukuman yang mendidik (tidak ke fisik) dan hukuman yang bermakna (mengajarkan seorang anak untuk memahami mengapa mereka dihukum). Selanjutnya, hukuman akan dibahas pada bab punishment. 3. Penghargaan untuk prilaku yang baik. Pokok
ketiga
dari
disiplin
ialah
penggunaan
penghargaan.
Istilah
“penghargaan” berarti tiap bentuk penghargaan untuk suatu hasil yang baik. Penghargaan tidak perlu berbentuk materi, tetapi dapat berupa kata-kata pujian, senyuman atau tepukkan dipunggung. Penghargaan memiliki tiga peranan penting: (1) penghargaan mempunyai nilai mendidik. Bila suatu tindakan disetujui maka tindakan itu bernilai baik. (2) penghargaan berfungsi sebagai motivasi untuk mengulangi prilaku yang disetujui secara sosial. Dan yamg (3) penghargaan berfungsi sebagai memperkuat prilaku yang disetujui secara sosial. Dan lemahnya penghargaan melemahkan keinginan untuk mengulangi perilaku ini. Selanjutnya penghargaan akan dijelaskan lebih jauh di bab reward.19 4. Konsistensi Konsistensi adalah pokok keempat, konsistensi berarti tingkat keseragaman atau stabilitas. Ia tidak sama dengan ketetapan, yang berarti tidak adanya perubahan. Dalam pembahasan tentang konsistensi, Hurlock menjelaskan bahwa, konsistensi mempunyai tiga peran penting, diantaranya: (1) ia mempunyai nilai mendidik yang besar. (2) konsiten memiliki nilai motivasi yang kuat. (3) konsistensi mempertinggi penghargaan terhadap peraturan dan orang yang berkuasa. 20 Selanjutnya, pembahasan yang sama mengenai konsisten menerangkan bahwa, konsisten akan membuat anak tidak bingung terhadap apa yang diharapkan dari mereka. Konsisten dalam disiplin memegang tiga peran penting: “pertama, mendidik. Aturan yang konsisten mempercepat anak mempelajari aturan. Kedua, konsistensi dapat meningkatkan motivasi. Anak yang selalu 19 20
Ibid., h.90 Ibid., h.91
17
mendapatkan ganjaran setiap menunjukan tingkah laku tersebut akan termotivasi untuk mempertahankan tingkah laku tersebut. ketiga, konsistensi membuat anak menghargai aturan dan figur otoritas”. 21 Konsistensi mempunyai beberapa nilai penting. Ia memacu proses belajar dengan membantu anak mempelajari peraturan dan menggabungkan peraturan tersebut kedalam suatu kode moral. Hasilnya, anak-anak yang terus menerus diberikan pendidikan moral secara konsisten cenderung secara keseluruhan menjadi lebih matang secara moral dibandingkan teman sebayanya yang diberikan pendidikan moral yang tidak konsisten. “Pengetahuan bahwa disiplin yang diterima di rumah dan di sekolah konsisten, akan menciptaka dalam diri anak rasa hormat terhadap orang tua dan guru”. Selanjutnya, Soegeng Prijodarminto, sebagaimana dikutip oleh Dr.Soedijarto dalam bukunya, Menuju Pendidikan Nasional yang Relevan dan Bermutu, mengatakan bahwa “kuat tidaknya disiplin diri seseorang akan dipengaruhi oleh pengalaman pribadinya dalam melatih dan mempribadikan disiplin kedalam dirinya.” Seorang anak yang menginjak dewasa akan memiliki disiplin pribadi yang kuat apabila dalam proses perkembangannya memperoleh pengalaman yang positif dari usanya melaksanakan disiplin, tetapi sebaliknya akan goyah kalau dalam perjalan menuju kedewasaan mengalami kekecewaan dalam mencoba berdisiplin.22 Disiplin tidak akan terbentuk dengan sendirinya, akan tetapi memerlukan proses untuk menumbuhkanya. Oleh karena itu, disiplin harus dimulai dan dibiasakan dengan melakuknya secara berulang-ulang atau terus menerus sehingga menjadi kebiasaan yang pada akhirnya akan menjadi kepribadian. Seperti telah dijelaskan oleh teori belajar behaviorisme, Mengenai pembiasaan yang membutuhkan kontinuitas, mendapatkan penjelasan yang sama oleh John B.Watson yang menyatakan bahwa, “yang terpenting dalam belajar
21
Majalah Ayah Bunda dan Meadjohnson, Dari A sampai Z Tentang Perkembangan Anak, pada bab perkembangan sosial anak (Jakarta:gaya favorit Press) h. 40 22 Soedijarto, Menuju Pendidikan yang Relefan dan Bermutu. (Jakarta: Balai Pustaka, 1989, h. 165
18
adalah latihan yang kontinu”. 23Yang diutamakan dari teori ini adalah belajar yang terjadi secara otomatis. Teori ini juga mengatakan bahwa segala tingkah laku manusia juga merupakan hasil conditioning, yaitu “hasil latihan atau kebiasaan bereaksi terhadap syarat atau perangsang tertentu yang dialami dalam kehidupannya”. Selanjutnya, teori Watson berpendapat bahwa, 24 (a) perangsang atau stimulus itu adalah situasi objektif, yang wujudnya dapat bermacam-macam, perubahan sikap peserta didik yang perlu diobservasi secara bermakna digunakan oleh manager kelas yaitu guru sebagai alat pengendalian sikap disiplin peserta didik. (b) respons adalah reaksi objektif dari pada individu terhadap situasi sebagai perangsang. Hal yang sama diutarakan oleh Wina Sanjaya, berpendapat yang sama yaitu “ perubahan sikap terjadi disebabkan kebiasaan (conditioning). Cara belajar sikap demikian menjadi dasar penanaman sikap tertentu terhadap suatu objek.25 Lebih jauh lagi, pendekatan behavioral menekankan pentingnya bagaimana peserta didik membuat hubungan antara pengalaman dan perilaku. Proses pembentukan sikap melalui pembiasaan yang dilakukan Watson berbeda dengan proses pembiasaan sikap yang dilakukan oleh Skinner, Skinner menekankan pada proses peneguhan respon anak. Setiap kali anak akan menunjukan prestasi yang baik diberikan penguatan (reinforcement) dengan cara memberikan hadiah atau perilaku yang menyenangkan. Lama kelamaan anak akan berusaha meningkatkan sikap positifnya26. pembahasan reinforcement atau penguatan akan lebih luas dijelaskan pada bab reward. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa kontinuitas akan menghasilkan perubahan sikap. Wina Sanjaya pada buku yang sama menerangkan bahwa selain pola pembiasaan, perubahan sikap juga dipengaruhi oleh “modeling”, yaitu, “pembentukan sikap melalui proses asimilasi atau proses mencontoh”. Namun, anak harus diberi pemahaman mengapa hal itu dilakukan, 23
Djaali, Psikologi Pendidikan (Jakarta:Bumi Aksara, 2006) h. 86 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada 2010) h.267 25 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media,2006) h: 278 26 Ibid., h: 278 24
19
hal ini diperlukan agar sikap tertentu yang muncul benar-benar didasari oleh suatu keyakinan kebenaran sebagai suatu sistem nilai. Selanjtnya, pemodelan dalam proses pembelajaran juga dijelaskan oleh Dra.Sumiati yaitu, “proses pembelajaran dengan menghadirkan pemodelan akan lebih mudah dipahami dan diterapkan oleh siswa”
5. Cara Menerapkan Disiplin yang Efektif a. Mengenal akibat disiplin yang dipaksakan Kedisiplinan diterapkan sejak dini, tetapi penerapan disiplin tidak selamannya dapat diterima dengan sepenuh hati oleh peserta didik. Peserta didik mungkin tidak menyukai peraturan yang diterapkan oleh guru atau orang tuanya. Akibatnya anak merasa terpaksa menjalankan disiplin. Berikut ini Seto mulyadi menjelaskan beberapa akibat yang ditimbulkan karena disiplin yang dipaksakan, diantaranya: (1) Disiplin yang terjadi sesaat saja, peserta didik cenderung berlaku disiplin hanya saat ada guru atau orang tua. Hal ini dilakukan untuk menghindari konsekuensi dari ketidakdisiplinannya. (2) Anak cenderung lebih mengingat hal-hal negatif dari disiplin dari pada halhal positif, orang tua berharap agar anak dapat menjalankan disiplin dengan senang hati dan sukarela. Anak yang menjalankan disiplin dengan keterpaksaan justru melakukannya dengan hati yang berat dan merasa terbebani. Akibatnya anak menjadi tertekan atau justru melakukan pelanggaran atas bentuk protesnya terhadap paksaan dalam menjalankan disiplin. (3) Tujuan disiplin menjadi kurang efektif, karena adanya tekanan dari guru dan orang tua yang memaksakan anak harus berdisiplin sehingga ada keterpaksaan dari diri anak membuat tujuab disiplin menjadi kurang efektif, padahal tujuan disiplin sebenarnya adalah membantu membentuk anak bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Tolak ukur keberhasilan penerapan kedisiplinan tidak dilihat dari sejauh mana anak mematuhi setiap aturan yang ditetapkan atau sejauh mana ia memenuhi keinginan orang tuanya. Kepatuhan seperti itu ialah hanya tujuan jangka pendek dari pendidikan disiplin. Hal inilah yang sesungguhnya menjadi hakikat dari disiplin.27 Sama seperti dokter yang selalu memberika obat sebagai solusi dari sebuah penyakit. Permasalahan kedisiplinan pun harus dicari solusi yang tepat agar tujuan disiplin dapat diterapkan secara hakikat. Beverly LaHaye sebagaimana dikutip 27
h:37
Seto Mulyadi, Membantu Anak Balita Mengelola Amarahnya, (Jakarta: Erlangga, 2004)
20
dalam bukunya Seto Mulyadi, mengajukan beberapa ciri disiplin yang baik sebagai berikut: “(1) Disiplin harus bersikap membangun. (2) Disiplin menyebabkan anak membuat pilihan yang bijaksa. (3) Disiplin harus konsisten. (4) Disiplin sebagai tanda kasih sayang kepada anak. (5) Disiplin bersifat rahasia”.28 Selanjutnya agar disiplin dapat diterapkan pada anak Seto Mulyadi, dalam bukunya yang berjudul “Membantu Anak Balita Mengelola Amarahnya”, menjelaskan bahwa ada 9 trik yang dapat dipakai untuk mendisiplinkan anak, yaitu: (1) Menyadari bahwa ada faktor motivasi di balik tingkah laku buruk yang ditampilkan anak. (2) Tetapkan batasan yang jelas dan tepat. (3) Hubungkan disiplin dengan situasi yang telah terjadi. (4) Konsekuensi. (5) Jangan memberi sanksi disiplin di muka umum (6) Hindari amarah yang meledak-ledak. (7) Tetapkan disiplin yang sesuai untuk prilaku buruk. (8) Sanksi disiplin diberikan segera setelah prilaku buruk ditampilkan. (9) Pengawasan hingga beberapa waktu. 29 Lebih dari itu, selain beberapa perlakuan yang telah dijelaskan diatas tadi, ada pula perlakuan yang tidak kalah pentingnya salah satunya adalah mengajak anak berdiskusi mengenai apa saja hal positif yang anak dapatkan ketika mengikuti kedisiplinan dengan baik, seperti mendapatkan pujian, acungan jempol bahkan hadiah. Berkaitan dengan penjelasan tersebut, Reisman dan Payne yang dikutip dalam buku karangan Prof.Dr. H.Mulyasa, mengemukakan lebih banyak lagi trik ataupun cara yang tepat untuk mendisiplinkan anak, ada sembilan strategi untuk mendisiplinkan peserta didik, diantaranya sebagai berikut: (1) konsep diri (self-concept), strategi ini menekankan bahwa konsepkonsep diri masing-masing individu merupakan faktor penting dari setiap perilaku. Untuk menumbuhkan konsep diri, guru disarankan bersikap empatik, menerima, hangat, dan terbuka, sehingga peserta didik dapat mengeksplorasikan pikiran dan perasaannya dalam memecahkan masalah. (2) keterampilan berkomunikasi (communication skills), guru harus memiliki keterampilan komunikasi yang efektif agar mampu menerima semua perasaan, dan mendorong timbulnya kepatuhan peserta didik. (3) konsekuensi-konsekuensi logis dan alami (natural and logical consequences), perilaku-perilaku yang salah terjadi karena peserta didik 28 29
Ibid., h:38 Ibid., h:39-41
21
telah mengembangkan kepercayaan yang salah terhadap dirinya. (5) analisis transaksional (transactional analysis), disarankan agar guru belajar sebagai orang dewasa, terutama apabila berhadapan dengan peserta didik yang menghadapi masalah. (6) terapi realistis (reality therapy), sekolah harus berupaya mengurangi kegagalan dan meningkatkan keterlibatan. Dalam hal ini guru harus bersikap positif dan bertanggungjawab. (7) disiplin yang terinteraksi (assertive discipline), metode ini menekankan pengendalian penuh oleh guru untuk mengembangkan dan mempertahankan peraturan. (8) modifikasi prilaku (behavior modivication), perilaku salah disebabkan oleh lingkungan, sebagai tindakan remediasi. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam pembelajaran perlu diciptakan lingkungan yang kondusif. (9) tantangan bagi disiplin (dare to discipline) guru diharapkan cekatan, sangat terorganisasi, dan dalam pengendalian yang tegas. Selanjutnya, diterangkan pada artikel ibu dan anak bahwa, ada tiga macam teknik disiplin, yaitu: (1). Teknik disiplin otoriter. Dalam teknik disiplin otoriter, aturan ditegakkan secara kaku. Bila tingkah laku anak tidak sesuai dengan patokan yang berlaku, pasti ada hukumannya. Tapi, hanya sedikit atau bahkan tidak ada pujian, bila anak bertingkah laku sesuai dengan aturan. (2) Teknik disiplin permisif. Teknik ini bisa dikatakan tidak mengarahkan anak untuk sesuai dengan masyarakat. Mereka diperbolehkan untuk melakukan apa saja. (3) Teknik Demokratis. Yang menjadi pemikiran dasar teknik disiplin ini adalah mengembangkan kendali tingkah laku sehingga anak mampu melakukan hal yang benar tanpa harus ada yang mengawasi. 30 Dari banyak macam teknik yang dijelaskan diatas, terlihat sekali bahwa kedisiplinan bisa diberikan dengan banyak cara. Tujuan nya hanya satu yaitu mengajarkan anak bertindak sesuai dengan hukum lingkungannya, sehingga anak akan mudah untuk diterima di masyarakat dengan baik.
B. Hakikat Reward dalam pendidikan 1.
Pengertian Reward Reward adalah ganjaran Ganjaran menurut bahasa, berasal dari bahasa
Inggris reward yang berarti penghargaan atau hadiah. Sementara itu, dalam
30
Majalah Ayah Bunda dan Meadjohnson, Dari A sampai Z Tentang Perkembangan Anak, pada bab perkembangan sosial anak (Jakarta:gaya favorit Press) h. 40
22
bahasa Arab “ganjaran” di istilahkan dengan “tsawab”. Kata “tsawab”bisa juga berarti: “pahala, upah dan balasan.31 Sedangkan reward menurut beberapa pakar adalah sebagai berikut: Sebagaimana dikutip dalam bukunya Armai Arief “Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam” menjelaskan bahwa, kata “tsawab” dalam kaitannya dengan pendidikan islam adalah “pemberian ganjaran yang baik terhadap perilaku baik dari anak didik”. Dalam pengertian yang luas, pengertian istilah “ganjaran” adalah: “(a). ganjaran adalah alat pendidikan preventif dan represif yang menyenangkan dan bisa menjadi pendorong atau motivator belajar bagi murid, dan (b). ganjaran adalah hadiah dari perilaku yang baik dari anak didik dalam proses pendidikan”.32 Selanjutnya, Ngalim Purwanto menjelaskan arti ganjaran adalah “alat untuk mendidik anak-anak supaya anak dapat merasa senang karna perbuatan atau pekerjaannya mendapatkan penghargaan”.33 Penjelasan berikutnya adalah, menurut Amir Daien Indrakusuma “reward adalah penilaian yang bersifat positif terhadap belajar siswa”.34 Hal yang sama juga diungkapkan oleh Alisuf Sabri, reward merupakan “alat pendidikan yang diberikan kepada anak-anak yang menunjukan prestasi atau hasil pendidikan yang baik, baik dari segi prestasi kepribadiannya (kelakuan, kerajinan, dan sebagainya) maupun dalam prestasi belajarnya”.35Selanjutnya menurut Ramayulis, reward adalah “suatu yang menyenangkan yang dijadikan sebagai hadiah bagi anak yang berprestasi baik dalam belajar, dalam sikap prilaku”.36 Dalam agama Islam juga dikenal metode reward. Ini terbukti dengan adanya pahala. Pahala adalah bentuk penghargaan yang diberikan Allah SWT kepada umat manusia yang beriman dan mengerjakan amal-amal shaleh, misalnya: shalat, puasa, membaca Al-Qur‟an, dan perbuatan-perbuatan baik lainnya. Kata “tsawab” 31
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta:Ciputat Pers,2002)., h:125 32 Ibid., h:127 33 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h.182. 34 Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional,1973) ,h.159. 35 Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2007) , Cet.ke-18, h.182. 36 Ramayulis, ilmu pendidikan islam (jakarta:kalam mulia. 2008) Cet.ke 6 hal. 210.
23
tersebut terdapat dalam surah Al-Imran ayat 145 dan 148, surah An-Nisa ayat 134. Kata “tsawab” selalu diterjemahkan kepada balasan yang baik. Sebagaimana salah satu diantaranya dapat dilihat dalam firman Allah SWT:
) 145 “Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagaimana ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya kami berikan pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, kami berikan (pula) pahala akhirat. Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” ( Q.S. Ali Imran [3] :145)
148 “Maka Allah Swt, berikan ganjaran pada mereka di dunia dan di akhirat dengan ganjaran yang baik, dan Allah Swt, cinta kepada orang-orang yang berbuat baik.” (Q.S. Ali Imran [3] 148)
134
“barang siapa yang menghendaki pahala di dunia saja (maka ia merugi), karena di sisi Allah ada pahala dunia dan akhirat. Dan Allah maha mendengar lagi maha melihat.” (Q.S. An- Nisa [4] 134) Dari ketiga ayat diatas dapat dipahami, bahwa kata “tsawab” identik dengan ganjaran yang baik. Seiring dengan hal ini, maka yang dimaksud
24
dengan kata “tsawab” dalam kaitannya dengan pendidikan islam adalah pemberian ganjaran yang baik terhadap perilaku baik dari anak didik. 37 Dari berbagai pengertian tentang reward di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa: (1) Reward merupakan hal yang menyenangkan (2) Reward bertujuan untuk memberikan kebahagian bagi siapapun yang mendapatkannya. (3) Reward didapatkan ketika telah mengerjakan sesuatu yang membanggakan
2. Fungsi Reward Reward digunakan sebagai alat untuk memotivasi anak bersikap sesuai dengan harapan, bagi anak usia dini, cara paling termudah adalah dengan mengunakan reward berupa hadiah mainan atau pujian ketika ia melakukan sesuatu yang sesuai dengan harapan, target penerapan reward pada anak usia dini adalah pembiasaan, misalnya, belajar tepat waktu, tidur tepat waktu dan makan tepat waktu. Sesuai dengan penjelasannya, menurut Harlock fungsi reward terbagi menjadi tiga diantaranya: “(1) Reward atau penghargaan mempunyai nilai mendidik. (3) Reward atau penghargaan berfungsi sebagai motivasi untuk mengulangi prilaku yang disetujui secara sosial. (3) Reward atau penghargaan berfungsi sebagai memperkuat perilaku yang disetujui secara sosial”.38 Selanjutnya maksud dari pemberian reward kepada peserta didik adalah ” supaya peserta didik menjadi lebih giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau mempertinggi prestasi yang telah dicapainya, dengan kata lain peserta didik menjadi lebih keras kemauannya untuk bekerja atau berbuat yang lebih baik lagi”.39 Fungsi berikutnya dikutip dalam bukunya oleh Prof. Mulyasa “reward atau penghargaan dapat menumbuhsuburkan rasa cinta, bangga, dan tanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diberikan. Rasa cinta, bangga, dan tanggung
37
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h.182. 38 Elizabet. B. Harlock. Perkembangan Anak, jilid II, (Jakarta: Erlangga, 1978).h. 90 39 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h.182..
25
jawab memungkinkan seseorang dapat melaksanakannya dengan baik, disiplin, dan penuh kesungguhan; sehingga mencapai hasil yang maksimal”. 40
3. Bentuk-bentuk Reward Reward adalah metode yang bersifat positif terhadap proses pembelajaran untuk meningkatkan motivasi belajar. Reward yang diberikan kepada peserta didik ada berbagai macam bentuk. Secara garis besar reward dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu: a. Pujian Pujian adalah suatu bentuk reward yang paling mudah dilakukan. Pujian dapat berupa kata-kata, seperti: baik,bagus, bagus sekali dan sebagainya, tetapi juga dapat berupa kata-kata yang berupa sugesti, misalnya; “Nah lain kali akan lebih baik lagi jika.....” “ Kamu pasti bisa kalau kamu rajin belajar”. Selain, berupa kata-kata, pujian dapat pula berupa isyarat atau pertanda misalnya dengan menunjukkan ibu jari (jempol), dengan menepuk bahu anak, dengan tepuk tangan, dan sebagainya. b. Penghormatan Reward yang berupa penghormatan ini dapat berbentuk dua macam pula. Pertama, berbentuk semacam penobatan, yaitu peserta didik yang mendapat penghormatan diumumkan dan ditampilkan dihadapan temantemannya. Dapat juga dihadapan teman-teman sekelas, teman-teman sekolah, atau mungkin juga dihadapan oranga tua siswa. Misalnya, pada malam perpisahan yang diadakan diakhir tahun. Kemudian ditampilkan siswa yang telah berhasil menjadi bintang kelas, penobatan dan penampilan bintang pelajar untuk suatu kota atau daerah, dan lain sebagainya. Kedua, penghormatan yang berbentuk pemberian kekuasaan untuk melakukan sesuatu. Misalnya, kepada siswa yang menyelesaikan soal yang sulit disuruh mengerjakannya di papan tulis untuk dicontoh teman-temannya, disuruh mengikuti lomba, dan lain sebagainya. c. Hadiah Yang dimaksud dengan hadiah disini adalah reward yang berbentuk pemberian berupa barang. Reward yang berupa pemberian barang ini disebut juga reward materil. Yaitu, terdiri dari alat-alat keperluan sekolah, seperti pensil, penggaris, buku dan lain sebagainya. d. Tanda Penghargaan Jika hadiah adalah reward yang berupa barang, maka tanda penghargaan adalah kebalikannya. Tanda penghargaan tidak dinilai dari segi harga dan kegunaan barang-barang tersebut, sepertihalnya pada hadiah. Melainkan, tanda penghargaan dinilai dari segi “kesan” atau “nilai kenangkenangannya”. Oleh karena itu reward atau tanda penghargaan ini disebut 40
Mulyasa,“Managemen Pendidikan Karakter” (Jakarta:Pt.Bumi aksara,2011)h:106
26
juga reward simbolis. Reward simbolis ini dapat berupa surat-surat tanda jasa, sertifikat-sertifikat.41 Sama seperti penjelasan diatas, reward dikenal sebagai penguatan (Reinforcement) oleh Skinner. Menurut Skinner ada berbagai cara untuk menunjukan penguatan yang positif kepada siswa, diantaranya dengan 2 respon, respon verbal (kata-kata) atau respon non verbal (gerakan isyarat). Berikut ini penjelasan atas pernyataan tersebut: Respons verbal terdiri dari: “(1). Penguatan verbal menurut kata-kata pujian, penghargaan, persetujuan dan sebagainya. (2). Penguatan verbal berbentuk kalimat. Respons non verbal (gerakan-gerakan fisik, gestural) penguatan dengan menggunakan isyarat dari anggota tubuh misalnya: (1) gerakan kepala (2) wajah ceria/cerah (3) wajah mendung, (4) tersenyum, (5) tertawa, (6) kontak pandang mata, (7) mengangkat jempol, (8) tepuk tangan. Pengutan selanjutnya adalah penguatan yang menggunakan sentuhan (contact), seperti: (1) memegang atau menepuk bahu, (2) mengusap kepala (3) jabat tangan. Penguatan dengan pendekatan kepada siswa, diantaranya: guru berdiri disamping siswa, guru duduk dekat siswa. Penguatan dengan memberikan hadiah, seperti: (1) benda, seperti alat-alat tulis, boneka, mobil-mobilan dan sebagainya. (2) simbol, seperti simbol bintang ketika mendapatkan juara 1, (3) kegiatan, seperti sisiwa yang paling cepat menyelesaikan tugas ditunjuk sebagai pemimpin kelas. Menurut buku yang sama, penguatan diberikan dengan didasari beberapa tujuan, diantaranya: “(1) memberikan umpan balik (feedback) bagi siswa atas perilakunya (2) meningkatkan dan memusatkan perhatian siswa terhadap materi pembelajaran yang sedang dibahas (3) mendorong, membangkitkan, dan meningkatkan motivasi belajar (4) memberikan ganjaran dan membersarkan hati siswa agar lebih aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran”. 42 Hal yang sama juga diungkapkan oleh Wina Sanjaya, “keterampilan dasar penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respon yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi siswa atas perbuatan atau responnya yang diberikan sebagai suatu dorongan atau koreksi”.43 41
Amier Daien Indrakusuma, loc.cit, h. 159-161. Sumiati “Metode Pembelajaran” (Bandung: CV Wacana Prima. 2009) h:125-127 43 Wina Sanjaya “Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pembelajaran” (Jakarta: Kencana Prenada Media: 2006) h: 37 42
27
Dari berbagai macam reward tersebut diatas dalam penerapannya seorang guru dapat memilih bentuk macam-macam reward yang cocok dengan peserta didik dan disesuaikan denan situasi dan kondisi. Dalam memberikan reward seorang guru hendaknya dapat mengetahui siapa yang berhak mendapatkan reward. Peserta didik yang pada suatu ketika menunjukkan hasil yang berbeda dari biasanya, mungkin sangat baik diberi reward. Seorang guru harus selalu ingat akan maksud dari pemberian reward itu. Selanjutnya, seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa peran reward sebagai salah satu alat menerapkan disiplin merupakan teknik yang baik untuk mendidik disiplin anak. Dengan adanya hadiah atau ganjaran, mereka menjadi termotivasi untuk mengikuti nilai-nilai yang baik bagi diri mereka. Berikut ini adalah berbagai cara yang dapat dilakukan dalam memberikan ganjaran, antara lain: (a) Pujian yang indah, diberikan agar anak lebih bersemangat dalam belajar. (b) Imbalan materi atau hadiah, karena tidak sedikit anak-anak yang termotivasi dengan pemberian hadiah. (c) Do‟a misalnya” semoga Allah Swt, menambah kebaikan padamu”. (d) tanda penghargaan, hal ini sekaligus menjadikan kenang-kenangan bagi murid atas prilaku yang diperoleh. (e) Wasiat kepada orang tua, maksudnya melaporkan segala sesuatu yang berkenaan dengan kebaikan murid di sekolah, kepada orang tuanya di rumah
4.
Reward berupa “Star”
Reward berupa “Star”yang dimaksud pada penelitian ini adalah, star yang dibuat dengan menggunakan kertas warna yang sudah tidak terpakai. Pemodifikasian yang dilakukan adalah langkah awal untuk menghemat pengeluaran dana pembelajaran yang diperlukan, star tersebut dicetak dengan menggunakan cetakan yang lucu dan memakai kertas yang berwarna-warni sehingga siswa merasa termotivasi untuk bisa mendapatkan star. selain itu, proses pemberian yang dibubuhi kalimat pujian berupa “good job, you smart boy/ girl), acungan jempol, serta senyuman dapat menambah kebanggaan terhadap diri siswa. Tidak hanya reward yang diterapkan dalam penanaman disiplin ini, punishment juga mempunyai peranan penting terhadap penanaman kedisiplinan
28
siswa. Ketika siswa memiliki kebanggan terhadap sesuatu yang dia dapatkan yaitu star, ternyata star mampu juga untuk mempertahankan sikap disiplin yang mereka lakukan. Hal tersebut juga sama dijelaskan oleh artikel ibu dan anak yang mengatakan bahwa anak yang secara konsisten mendapatkan ganjaran setiap menunjukan tingkah laku tertentu akan termotivasi untuk mempertahankan tingkah laku tersebut. 44 Teknik star ini diperoleh melalui pengamatan ketika peneliti melaksanakan PPKT selama 4 bulan. Peneliti melihat bahwa teknik star seperti ini cukup membuat anak termotivasi untuk melakukan semua hal yang diperintahkan oleh gurunya, hal tersebut tentu saja merupakan tindakan yang positif. Jika hal ini banyak diterapkan maka bukan tidak mungkin siswa mampu berkonsentrasi terhadap proses pembelajaran.
5.
Syarat-syarat Reward
Dalam menerapkan reward seorang guru hendaklah bijaksana jangan sampai reward menimbulkan iri hati pada peserta didik yang lain, sehingga ketika salah satu peserta didik yang merasa dirinya lebih pandai, tidak akan merasa iri ketika tidak mendapatkan reward
yang sama. Kalau diperhatikan apa yang telah
diuraikan tentang maksud reward, serta macam-macam reward yang baik, ternyata bukanlah soal yang mudah. Berikut adalah syarat-sayarat yang perlu diperhatikan guru ketika menggunakan reward dalam proses pembelajrannya, diantaranya: “(1) mengenal betul-betul murid-muridnya (2) janganlah hendaknya menimbulkan rasa cemburu atau iri hati (3)
hemat. (4) Janganlah memberi
reward dengan menjanjikan lebih dahulu (5) Pendidik harus berhati-hati memberikan reward” 45 Adapun prinsip-prinsip dalam pemberian reward ada prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh orang tua maupun guru. Prinsip-prinsip itu menurut Lukman bin Ma‟sa adalah sebagai berikut: “(1)
Penilaian didasarkan pada
„prilaku‟ bukan „pelaku‟. (2) Pemberian reward harus ada batasnya. (3) Reward 44
Majalah Ayah Bunda dan Meadjohnson, Dari A sampai Z Tentang Perkembangan Anak, pada bab perkembangan sosial anak (Jakarta:gaya favorit Press) h. 40 45 M. Ngalim Purwanto, loc.cit, h.184
29
berupa perhatian. (4) Dimusyawarahkan kesepakatannya. (5) Didasarkan pada proses bukan hasil.”46 Berdasarkan prisnsip-prinsip diatas pemberian reward haruslah dipersiapkan dengan matang, karna reward yang akan diberikan pada dasarnya sangat berpengaruh sekali pada perkembangan psikologis peserta didik itu sendiri. Guru atau orang tua harus dengan bijaksana mungkin memberikan reward
pada
seorang peserta didik. Karna kesalahan sedikit saja dalam pemberian reward ini maka akan berdampak buruk bagi pserta didik itu sendiri. Karena reward merupakan salah satu alat pendidikan, meka reward memiliki kelemahan dan kelebihan, sebagaimana dikutip dalam bukunya Armai Arif ada dua kelebihan dan dua kelemahan reward. Kelebihan reward adalah: (1) Memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap jiwa peserta didik untuk melakukan perbuatan yang positif dan bersifat progresif. (2) Dapat menjadi pendorong bagi peserta didik lainnya untuk mengikuti anak yang telah memperoleh pujian dari gurunya. Pemberian reward memberikan kontribusi terhadap tercapainya tujuan pendidika. Kekurangan reward, diantaranya: (1) Dapat menimbulkan dampak negatif apabila guru melakukannya secara berlebihan, sehingga peserta didik merasa lebih tinggi dibandingkan teman-temanya. (2) Umumnya reward membutuhkan alat tertentu sehingga membutuhkan biaya. 47 6.
Pelaksanaan Reward dalam Pengendaliaan Kedisiplinan Siswa a. Implementasi disiplin di Sekolah Masalah disiplin di dunia pendidikan tidak dapat terlepas dari pertumbuhan
disiplin anak sejak dini di rumah, kualitas emosional yang habitual (sudah menjadi kebiasaan) akan ikut menentukan bagaimana ia menyesuaikan dirinya; kemudian di sekolah dan berlanjut di masyarakat sebagai dasar yang diperoleh sebelumnya. Kehidupan yang terkait inilah yang pada dasarnya membentuk pola pribadi seorang anak. Oleh karena itu, jika sikap disiplin menjadi amat penting,
langkah
selanjutnya adalah memahami dahulu psikologi perkembangan anak sebelum ia 46
Lukman bin Ma‟sa. konsep penghargaan dan sanksi dalam pendidikan islam, http://www.scribd.com/, 29 agustus 2009 47 Loc, cit ., Armai hal: 128-129
30
memasuki sekolah, prinsip dan asas pertumbuhannya.48 Guru yang akan menerapkan sikap disiplin pada anak harus mampu mengambil hati atau membuat peserta didik menyenangi kesan-kesan pertama yang diberikan oleh guru, sehingga kemudian menjadi pola perasaan yang habitual yang akan menjadi dasar untuk menempa disiplin di sekolah. Untuk menempa disiplin di sekolah sebaiknya memahami mekanisme yang terpenting di dalam penerapan disiplin, sebagaimana di jelaskan pada pembahasan berikut ini bahwa, “Tahap pertama yang khas dari kesadaran diri itu tampak bila si anak menarik perhatian pada dirinya, self conscious, serta penampilan kebanggan, sakit hati ataupun rasa malu bila ia melanggar ketentuan tertentu dari lingkungan yang langsung berkenaan dengan proses pembentukan disiplin itu”.49 Tahap inilah yang dapat digunakan oleh guru untuk menjadi pengkontrol pola prilaku peserta didik, sebagaimana yang diharapkan oleh pendidikan ataupun perkembangan psikologi anak yang positif. Seperti yang kita tahu disiplin lebih dikenal dengan banyaknya peraturan yang harus dituruti, dan disiplin sering sekali menjadi momok yang dilanggar, bagi sebagian anak- anak disiplin membuatnya tidak leluasa mengungkapkan ekspresi yang menjadikannya terkengkang. Pada akhirnya disiplin adalah kalimat yang disepelekan oleh anak. Ini adalah salah satu dari banyaknya tantangan di dunia pendidikan, bagaimana kedisiplinan menjadi sesuatu yang dibutuhkan bukan sesuatu yang dilupakan. Conny semiawan, menjelaskan tentang disiplin pribadi yang menuntut pemahaman siswa yang dalam ketika kedisiplinan diterapkan. Kesimpulan tentang disiplin pribadi dalam mendidik menuntut:50 1. Hubungan emosional yang secara kualitatif kondusif melandasi pengembangan disiplin itu. 2. Keteraturan yang ajek berkesinambungan dalam menjalankan berbagai aturan, melalui suatu sistem yang komponennya saling berinteraksi menuju tujuan pendidikan. 3. Keteladanan yang bermula dari perbuatan kecil dalam ketaatan disiplin. Hal ini perlu adanya kerjasama dari orang tempat bergantung untuk melakukan percontohan atau simulasi tentang semua hal yang berkaitan
48
Conny Semiawan, Penerapan Pembelajaran pada Anak, (Jakarta: Indeks, PT Macana Jaya Cemerlang,2008) hal : 90 49 Ibid.,hal : 90 50 Ibid., h: 95
31
dengan ketaatan terhadap disiplin. Bahkan orang kedua ini harus terjun langsung untuk menerapkan nilai-nilai disiplin itub sendiri. 4. Pengembangan disiplin adalah penataan lingkungan, dalam hal ini lingkungan rumah, dan berarti memadukan (match) kondisi yang menstimulasi setiap titik dalam perkembangan anak dengan tantangan untuk menemukan cara memperlakukan dirinya sendiri dalam suatu lingkungan dunia yang terus menerus berubah. 5. Ketergantungan dan wibawa dalam penerapan yang disertai pemahaman dalam dinamisme perkembangan peserta didik diperlukan dalam membina kualitas emosional habitual yang positif. 2.
Implementasi Reward dan Punisment di Sekolah Disiplin selalu dipandang sebagai dasar untuk berfungsinya peraturan sekolah
dengan benar, jika peraturan sekolah berjalan dengan benar maka akan terciptanya proses pendidikan yang diharapkan. Pendidikan yang dimaksud adalah perubahan tingkah laku dan juga menambahnya ilmu pengetahuan pada setiap individu peserta didik. Tugas yang berat tersebut berada di pundak sekolah-sekolah yang pada dasarnya mengantarkan peserta didik untuk berwawasan luas serta memiliki karakter (disiplin) yang baik. Penegakan disiplin di sekolah menjadi sangat penting, hal ini disebabkan karena tumbuhnya keprihatinan atas banyaknya masalah prilaku atau kurangnya penegakan disiplin. Seperti yang telah diungkapkan oleh Geoff Colvin “menurut polling Gallup dari anggota masyarakat dan para pendidik selama beberapa tahun lalu telah memeringkatkan tata tertib sekolah dan prilaku murid dalam peringkat tiga tertinggi dari masalah utama yang dihadapi sekolah-sekolah kita.
51
Oleh
sebab itu ketercapaian menciptakan disiplin pada diri setiap peserta didik sungguhlah tidak mudah. Ada banyak sekali yang harus dirombak demi ketercapaian keinginan tersebut. Salah satunya adalah mempersatukan cara pandang penentu keberhasilan, Geoff Colvin lebih lanjut akan menjelaskan kunci yang paling esensial dari penegakan disiplin di sekolah-sekolah sebagai kerangka acuan mempersatukan cara pandang penentu keberhasilan, diantarannya:52 a). menetapkan perlunya penengakan disisplin yang proaktif, b). karakteristik penting 51
Geoff Colvin, 7 Langkah untuk Menyusun Rencana Disiplin Kelas Proaktif, (Jakarta: Indeks, PT. Macana Jaya Cemerlang, 2008), cet ke: I hal: 1 52 Ibid., h:1
32
rencana penegakan disiplin sekolah yang proaktif, c). Peran utama kepala sekolah dan dukungan administratif, dan d). Membentuk tim kepemimpinan bentukan. Selanjutnya, dalam buku karangan Geoff Colvin yang berjudul “ 7 Langkah dalam Menyusun Rencana Disiplin Kelas Proaktif”, menjelaskan bahwa ada komponen-komponen yang menjadi landasan berlangsungnya disiplin di sekolah, diantaranya: 53 (1). Pernyataan tujuan. Langkah ini penting karna ada dua alasan. Yang pertama, langkah ini memulai proses para guru bekerja bersama, yang menghasilkan suatu produk yang jelas. Yang kedua, pernyataan tujuan merancang panggung dan tempo untuk keseluruhan rencana. (2). Perilaku yang diharapkan dari keseluruhan sekolah. (3). Mengajarkan perilaku yang diharapkan. Inti pendekatan proaktif untuk membentuk disiplin dalam buku ini adalah keadaan dimana prilaku yang diterapkan di sekolah merupakan serangkaian keterampilan yang harus dibelajarkan kepada peserta didik (4). Mempertahankan prilaku yang diharapkan. (5) Perbaikan perilaku bermasalah. Sekolah harus memiliki rancangan yang kuat dalam menerapkan disiplin ini, termasuk memiliki model yang proaktif untuk memperbaiki perilaku yang bermasalah dengan efektif (6). Menggunakan data, komponen data tersebut diantaranya: a). mendefinisikan peran tim kepemimpinan, b). mengerti tujuan-tujuan sistem manajemen data yang efektif, c). Memiliki petunjuk-petunjuk dalam mengembangkan sebuah sistem menejemen data. (7) Mempertahankan rencana untuk jangka panjang. Pengenalan Punishment di sekolah Durrant Joan dari University of Manitoba dan Ron Ensom dari Rumah Sakit Anak di Timur Ontario, dalam Jurnal Asosiasi Medis Kanada, mengungkapkan, “mendisiplinkan
anak
lewat
hukuman
fisik
merupakan
sesuatu
yang
kontraproduktif. Kekerasan pada masa pertumbuhan akan membuat anak berisiko lebih tinggi mengalami gangguan mental, seperti depresi. Selain itu penelitian yang melibatkan 500 keluarga ini juga mengungkapkan bahwa anak yang jarang
53
dalam project PREPARE (Sugai, Kame‟enui, dan Colvin, 1990) dengan penenlitian dan dari prosedur-prosedur praktik terbaik yang digunakan di beberapa sekolah distrik di Amerika , dalam melaksanakan rencana disiplin sekolah
33
dihukum secara fisik jauh lebih penurut kepada orang tua mereka”.
54
Hal ini jelas
menjadi hal yang sangat penting ketika sebuah lembaga menerapkan punishment di sela-sela pendidikan kedisiplinan, karena seperti yang kita tahu kedisplinan erat sekali dengan aturan yang mengikat kepada setiap orang, bahkan disiplin sering disebut-sebut sebagai ketaatan terhadap peraturan yang diberikan dari seorang penguasa atau pimpinannya. Lembaga yang baik seyogyanya menerapkan kedisplinan dengan cara yang menyenangkan dan diterima oleh anggotanya, sehingga yang tercipta adalah kerjasama dan sikap menghormati terhadap aturan tersebut (aturan tersebut adalah kedisiplinan itu sendiri). Sebelum lebih jauh mengenal punishment di sekolah, terlebih dahulu akan diterangkan tentang beberapa pengertian punishment, diantaranya: “Punishment sama dengan hukuman menurut bahasa, kata hukuman berasal dari bahasa Inggris, yaitu dari kata punishment yang berarti hukuman (law) atau siksaan”.55 Sedangkan menurut istilah, hukuman memiliki banyak makna. Roestiyah memaknai hukuman sebagai “suatu perbuatan yang tidak menyenangkan dari orang yang lebih tinggi kedudukannya terhadap pelanggaran dan kejahatan yang dilakukan, dengan maksud memperbaiki kesalahan anak”.56 Definisi ini memiliki kesamaan dengan yang diungkapkan oleh Amier Daien, hukuman dimaknai sebagai “tindakan yang dijatuhkan kepada anak secara sadar dan disengaja sehingga menimbulkan nestapa. Dan dengan adanya nestapa itu anak akan menjadi sadar akan perbuatannya serta berjanji untuk tidak mengulanginya”.57 Sedikit berbeda dengan dua definisi tersebut. Hukuman (punishment) sering dimaknai sebagai “usaha edukatif yang digunakan untuk memperbaiki dan mengarahkan anak ke arah yang benar, bukan praktik hukuman dan siksaan yang
54
. Durrant Joan dari University of Manitoba dan Ron Ensom dari Rumah Sakit Anak di Timur Ontario, mendisiplinkan anak lewat hukuman: Jurnal Asosiasi Medis Kanada, (kosmo. Vivanews.com) 55 . John M. Echole da Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia (Jakarta:Gramedia Pustaka utama,1996), h:456 56 . Y. Roestiyah, Didaktik Metodik (Jakarta: Rineka Cipta, 1978), h:63 57 . Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1937), h:159
34
memasung kreativitas”.58 Hukuman juga sering diartikan sebagai “penderitaan yang diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh seseorang (orang tua, guru, dan sebagainya). Setelah terjadi suatu pelanggaran, kejahatan atau kesalahan” . 59 Selanjutnya, definisi hukuman dalam pendidikan memiliki pengertian yang sangat luas, mulai hukuman yang ringan sampai hukuman yang berat, mulai dari lirikan yang menyengat sampai pukulan yang menyakitkan. Namun, meskipun hukuman banyak macamnya, pengertian pokok dalam hukuman tetap satu, yaitu adanya unsur yang menyakitkan, baik jiwa maupun raga. Dari bebagai pengertian tentang hukuman, terlihat sekali bahwa hukuman mengarah pada nilai yang negatif, karena adanya perlakuan yang tidak menyenangkan, mempunyai tujuan yang sama yaitu membuat si pelaku jera atau tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Hanya Malik fajar yang berani secara tegas mengatakan bahwa hukuman bukanlah praktik penyiksaan yang memasung kreativitas anak. Pemaknaan punishment atau hukuman yang mengarah kenegatif, sungguh menjadi momok yang menyeramkan di dunia pendidikan, baik di lingkungan sekolah, rumah, ataupun di masyarakat. Hukuman seharusnya memberikan efek jera yang positif untuk anak, anak jera karena mereaka memahami dengan baik hal negatif apa yang mereka dapatkan jika mereka tetap melakukan kesalahan yang sama. Sejatinya hukuman diberikan, karena si pemberi hukuman merasa takut jika si penerima hukuman akan mendapatkan nestapa yang lebih buruk, ini membuktikan bahwa adanya kasih sayang dari si pemberi hukuman. Dengan kata lain “hukuman dalam dunia pendidikan bukanlah suatu bentuk siksaan, melainkan suatu usaha untuk mengembalikan anak ke arah yang lebih baik serta memotivasi mereka agar menjadi pribadi yang imajinatif, kreatif, dan produktif”.60 Hukuman bisa berjalan dengan baik apabila hukuman yang diberikan justru menorehkan kesan penyesalan yang mendalam. Hukuman menjadi hal yang 58
. Malik Fadjar, Holistika Pemikiran Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo, 2005), h:202 . M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h: 186 60 . Yanuar A, Jenis-jenis Hukuman Edukatif Untuk Anak SD, (Jogjakarta: DIVA Press, 2012) h: 18 59
35
positif jika hukuman menjadikan anak termotivasi untuk tidak melakukan kesalahannya di kemudian hari tanpa meninggalkan bekas rasa sakit hatinya, sehingga motivasi selanjutnya menjadikannya selalu bersikap baik pada setiap saat. Dengan kata lain, hukuman pada konteks ini justru menjadi alat pendidikan yang positif yang dapat membangun karakter dan kepribadiaan anak menjadi lebih baik dari sebelumnya. Dalam pemberian hukuman yang tujuannya adalah mendidik dan merupakan alat koreksi terhadap tingkah laku yang rumit. Hukuman yang diberikan tentu saja bukan hukuman yang bersifat fisik, seperti mencubit, memukul, menjewer atau yang lainnya. Hukuman yang dberikan harus memenuhi prinsip pemberian huikuman. Berikut ini adalah prinsip hukuman dari beberapa pakar diantaranya, M.J. Langeveld mengatakan, “(1) titik pandang yang berpendirian bahwa hukuman itu ialah sebagai akibat dari pelanggaran atau kesalahan yang diperbuat, bukan kesalahan yang diperbuat di masa lampau, (2) titik pandang yang berpendirian bahwa hukuman itu adalah titik tolak untuk mengadakan perbaikan”. Selanjutnya prinsip hukuman dijelaskan secara umum, memiliki enam prinsip, diantaranya: (1) tetapkan hukuman bersama-sama, (2) jangan menunda hukuman, (3) berikan hukuman yang sesuai dan tidak berlebihan, (4) perhatikan batas waktunya, (5) tunjukan akibat alaminya, seperti anak dibiarkan untuk menerima akibat dari perbuatannya, (6) berikan penghargaan atas usahanya”61. Menurut Ngalim Purwanto, prinsip hukuman diantaranya: (1) tiap-tiap hukuam hendaknya dapat dipertanggungjawabkan, (2) hukuman haruslah bersikap memperbaiki, (3) hukuman tidak boleh bersifat ancaman atau pembalasan dendam, (4) jangan menghukum saat ada tengah marah, (5) setiap hukuman harus diberikan secara sadar atau dipertimbangkan terlebih dahulu, (6) bagi si terhukum, hukuman hendaknya dapat dirasakan sebagai pelajaran yang berharga, (7) jangan melakukan hukuman fisik, (8) hubungan hendaknya tidak boleh
61
. Yanuar A, Jenis-jenis Hukuman Edukatif Untuk Anak SD, (Jogjakarta: DIVA Press, 2012) h: 22- 24
36
menceredai hubungan antara si pemberi hukuman dan yang terhukum, (9) adanya kesanggupan memberikan maaf kepada si penerima hukuman. 62 Melalui penjelasan di atas, hukuman adalah alat pendidikan yang mudah serta positif untuk diikuti, prinsip-prinsip tersebut ada untuk diikuti dan diaplikasikan secepat mungkin di berbagai ranah kehidupan. Selanjutnya, Yanuar A berpendapat bahwa, “dalam menjatuhkan hukuman, guru atau orang tua selalu dituntut untuk berfikir secara serius dan cerdas, sehingga bisa benar-benar mampu memberikan hukuman yang efektif dan tepat kepada anak, disertai dengan pujian atau pelukan ketika anak telah mampu berprilaku dengan baik atau mencapai target perilaku yang diharapkan”.63 Karangan serta buku yang sama, Yanuar A mengungkapkan bahwa ada 18 trik menghukum anak diantaranya: (1) bersikap tegas, (2) jangan plinplan, (3) kompromi, (4) berikan bimbingan, (5) berikan peringatan, (6) berikan alasan, (7) jangan menunda-nunda hukuman, (8) tetaplah tenang, (9) ambil posisi yang tepat, (10) jangan berceramah, (11) tunjukan sikap positif, (12) bermainlah bersama, (13) hindari rasa jengkel, (14) jangan menampar, (15) jangan lakukan penyuapan, (16) bersikaplah dewasa, (17) hadapi rengekan, (18) berikan contoh yang baik. 64 Tujuan menghukum anak adalah agar ia menyadari kesalahannya serta tidak mengulagi kesalahan yang serupa di kemudian hari. Pemberian hukuman lebih ditekankan pada sisi edukatif guna membentuk pribadi anak yang selalu bertanggung
jawab
atas
setiap
perbuatannya,
berikut
ini
Yanuar
A
mengungkapkan dua puluh dua ragam hukuman edukatif untuk anak, diantaranya: (1) memperlihatkan wajah masam untuk anak, (2) memberikan Time-Out untuk anak, (3) memberi anak tugas bersih-bersih, (4) menyuruh anak meminta maaf kepada orang yang bersangkutan, (5) menyuruh anak belajar, (6) menyuruh anak mengerjakan PR, (7) menyuruh anak membantu pekerjaan anda, (8) menyuruh anda berjanji untuk tidak mengulangi kesalahannya, (9) menyuruh anak membaca buku, (10) menyuruh anak menceritakan isi bacaan, (11) menyuruh anak menghafal, 62
. M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006) 63 . Yanuar A, Jenis-jenis Hukuman Edukatif Untuk Anak SD, (Jogjakarta: DIVA Press, 2012) h: 23-24 64 . Yanuar A, Jenis-jenis Hukuman Edukatif Untuk Anak SD, (Jogjakarta: DIVA Press, 2012) h: 97-106
37
(12) menyuruh anak menulis, (13) menyuruh anak menggambar, (14) menyuruh anak bernyanyi, (15) menyuruh anak bercerita tentang pengalamanannya. (16) menyuruh anak menyatakan, “aku sayang ayah/ ibu”, (17) menyuruh anak menuliskan hobi dan cita-citanya, (18) menyuruh anak membuat rangkuman tugas-tugas sekolah, (19) menyuruh anak mencatat hal-hal penting dari koran atau menyusunnya menjadi sebuah kliping, (20) menyuruh anak menerjemahkan, (21) mengurangi uang saku anak, (22) memotong jam menonton televisi.65 Rreward dan punishment adalah salah satu dari banyaknya alat pengontrol bagi sikap anak. Harapan akhirnya, anak tumbuh menjadi anak yang baik penyesuaiannya dan bahagia hidupnya.
65
. Yanuar A, Jenis-jenis Hukuman Edukatif Untuk Anak SD, (Jogjakarta: DIVA Press, 2012) h: 111-174
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 21 hari, sesuai dengan “pembiasaan” yang dilakukan Pavlov dalam bukunya yang berjudul “Conditioned Reflexes: An Investigation of the Physiological Activity of the Cerebral Cortex”, perlakuan yang terus menerus dilakukan selama 21 hari mampu mengantarkan fikiran untuk terbiasa melakukan hal tersebut, terbukti dengan perlakuan kepada seekor anjing yang menyatakan bahwa “ini berarti 21 kali anjing tersebut diberikan perlakuan yang sama, anjing itu mengeluarkan air liurnya pada waktu dan suara lonceng yang sama”1. Penelitian ini dilaksanakan di bulan April Semester genap tahun pelajaran 2011-2012, adapun lokasi yang peneliti lakukan sebagai tempat penelitian adalah di SD Hikari yang beralamat di Kp. Koceak Ds. Keranggan Kec. Setu Tangerang Selatan Banten.
B. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen bentuk pre-eksperimental designs (nondesigns). Dikatakan preeksperimental design, karena design ini belum merupakan eksperimen yang sungguh-sungguh. Ada variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Jadi hasil eksperimen yang merupakan variabel dependen itu bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel independen. Hal ini dapat terjadi, karena tidak adanya variabel kontrol, dan sampel tidak dipilih secara random. 2 Bentuk pre-eksperimental design memiliki beberapa macam. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka penelitian yang digunakan adalah bentuk One-Shot Case Study, dengan desain penelitian ini kelompok akan diberikan 1
Pavlov, Conditioned Reflexes: An Investigation of the Physiological Activity of the Cerebral Cortex”, (Psychclassics,yorku.ca/ Pavlov). 2
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 107
38
39
treatment atau perlakuan (reward dan check list reflektif) selama 21 hari kemudian diobservasi sikap kedisiplinannya. Dalam design ini kelompok eksperimen sebelumnya tidak diberikan pretest, proses pembelajaranpun berjalan seperti biasanya, hanya saja peserta didik harus mematuhi peraturan yang tertera pada lembar checklist reflektif. Lembar checklist reflektif selalu diamati setiap hari. Hal ini dilakukan karna dua alasan, pertama subyek yang diteliti adalah peserta didik kelas 1 SD yang pola pemahamannya masih dilakukan dengan cara yang nyata dan alasan yang ke dua adalah untuk mengurangi resiko ketidak akuratan lembar checklist tersebut. Pada penelitian ini, terdapat dua variabel penelitian, yaitu tekhnik reward melalui checklist reflektif sebagai variabel yang menjadi sebab perubahan (variabel X) dan sikap kedisiplinan peserta didik kelas 1 SD sebagai variabel yang menjadi akibat dari variabel sebab (variabel O). Adapun desain penelitian dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.1 Desain penelitian dalam One-Shot Case Study3 X : treatment yang diberikan X
O1 - O2
(variabel bebas) O1: (variabel terikat) Sikap kedisiplinan ketika proses 21 hari O2: Sikap Kedisiplinan selama 6 hari pasca reward dan checklist reflektif di hentikan
Hasil akhir dari penelitian ini adalah melihat sikap kedisiplinan siswa setelah adanya treatment atau perlakuan yang diberikan selama 21 hari4. Adapun indikator kedisiplinan pada peserta didik adalah: 5 3 4
Ibid., h. 107 Pavlov, Conditioned
Reflexes: An Investigation of the Physiological Activity of the Cerebral Cortex”, (Psychclassics,yorku.ca/ Pavlov). 5
Dalam buku bahan pelatihan yang diterbitkan oleh: KEMENDIKNAS, Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum 2011. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
40
1. Datang ke sekolah dan masuk kelas pada waktunya, 2. Melaksanakan tugas-tugas kelas yang menjadi tanggung jawabnya, 3. Duduk pada tempat yang telah ditetapkan, 4. Menaati peraturan sekolah dan kelas, 5. Berpakaian rapih dan, 6. Mematuhi aturan permainan. Karena menyesuaikan dengan karakteristik sekolah tempat penelitian, maka indikator disederhanakan menjadi 3 indikator pokok yaitu: 1. Ketepatan waktu, 2. Menaati peraturan, 3.kerapihan berbusana.
C. Variabel Penelitian Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitan.6 Maksudnya adalah hal yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu:
Tabel 3.2 Variabel Penelitian
Variabel X
Variabel O
5 Indikator Kedisiplinan dan Reward
Sikap Kedisiplinan Siswa
melalui Checklist Reflektif
D. Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.7 Dengan kata lain populasi merupakan keseluruhan dari subjek penelitian, yang kemudian akan diambil 6
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Cet ke-14, h. 161 7 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 124
41
sampel untuk melakukan penelitian dan sampel yang baik merupakan sampel yang bersifat representatif terhadap populasinya.8 Populasi pada penelitian ini adalah semua peserta didik kelas 1 SD yaitu sebanyak 32 orang. Karena jumlah populasi kurang dari 100 orang, maka keseluruhan populasi dijadikan sebagai subyek penelitian, maka dari itu penelitian ini adalah penelitian populasi.9
E. Instrumen Pengumpul Data Instrumen penelitian diartikan sebagai alat yang dapat menunjang sejumlah data dan diperkirakan dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan atau untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah: instrument observasi berupa angket checklish reflektif, anecdotal record, wawancara, serta catatan guru dan siswa yang dalam penyusunannya menggunakan beberapa prosedur yang telah ditetapkan, yaitu: penyusunan kisi-kisi, konsultasi kepada dosen pembimbing, validasi instrumen dan uji coba instrument. Lebih lanjut lagi, dalam pembuatan indikator, ada aspek yang ditelaah meliputi kesesuaian indikator, aspek bahasa, dan aspek materi. Instrument yang disusunpun meliputi soal-soal yang sesuai dengan aspek (affective domain) perkembangan kedisiplinan siswa kelas 1 SD Taksonomi Bloom yaitu:10 1. Recesiving Pada tingkatan ini, peserta didik diajak untuk memilih. Mana yang akan mereka ambil “mematuhi tata tertib sebagai hasil kedisiplinan atau melanggar tata tertib” pada saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Peserta didik mengungkapkan pendapatnya mengenai proses pembelajaran tersebut. Selanjutnya peserta didik mengikuti secara baik peraturan yang telah ditetapkan oleh guru, diantaranya: datang kesekolah dan masuk kelas pada waktunya, melaksanakan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya, duduk pada tempat 8
Ibid., h. 118 Loc, Cit... Suharsimi 10 Suharsimi Arikunto. Dasar- Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT. Bumi Aksara 2009) cet: 10. h: 138 9
42
yang telah ditetapkan, menaati peraturan sekolah dan kelas, berpakaian rapih, serta mematuhi aturan permainan. 2. Responding Peserta didik pada tahap ini dapat melakukan sikap disiplin yang dinginkan sebelumnya tanpa harus ada paksaan dari sang guru. 3. Valuing Pada tingkatan ini peserta didik diajak untuk menerangkan kejadian di sekitarnya dengan
menggunakan
bahasa
yang
sederhana.
Mereka
diajak
untuk
mengungkapkan pendapatnya terhadap pelanggaran yang mungkin terjadi di setiap siklusnya, hal ini diharapkan akan membantu peserta didik belajar secara bermakna. Meraka mampu mengingatkan temannya tentang kewajiban untuk menaati tata tertib yang ada, sehingga hasil akhirnya peserta didik mampu menerapkan kedisiplinan secara baik. 4. Organization Setelah peserta didik mampu untuk memilih mana yang baik dan mana yang tidak baik, selanjutnya tingkatan ini mengajak peserta didik untuk menggabungkan pengetahuan serta pengalaman mereka kedalam penerapan yang dilakukan secara terus-menerus sehingga menghasilkan kebiasaan hidup berdisiplin. 5. Characterization by value or value complex Pada tingkatan yang terakhir, peserta didik diharapkan dapat menerapkan kebiasaan baik dalam diri mereka, sehingga nilai kedisiplinan dapat membentuk karakter yang baik yang tentu saja berguna bagi peserta didik itu sendiri. Instrument yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah angket dalam bentuk checklist reflektif
dibuat dengan menyesuaikan
keadaan perkembangan psikologi peserta didik. Pengisian hanya membubuhi tanda checlist pada indikator yang mereka ikuti dan membubuhi tanda silang jika mereka tidak mengikuti indikator tersebut. Pilihan difokuskan pada peningkatan kedisiplinan peserta didik. Lebih lanjut dijelaskan dibawah ini: 1.
Lembar checklist reflektif Checklist reflektif sebagai pengganti angket. Adalah alat pengumpulan
data yang dibuat menyerupai alat penilaian diri yang dilengkapi dengan
43
gambar dan lembar kerja siswa. Checklist reflektif dirancang sesuai dengan tingkat pemahaman dini yaitu peserta didik kelas 1 SD yang pada kali ini adalah subyek penelitian. Checklist reflektif berfungsi tidak hanya sebagai alat penelitian biasa, namun lebih dari itu berfungsi sebagai alat penilaian diri bagi setiap individu peserta didik. Tujuan utamanya adalah peseta didik mampu menilai dirinya sendiri melalui tanda cheklist yang mereka kumpulkan (ketika berprilaku disiplin), dan mampu mengubah prilaku yang buruk (ketika tidak disiplin) dengan melihat tanda silang pada raportnya. Lebih lanjut lagi fungsi lainnya dari checklist reflektif adalah sebagai pedoman penilaian yang berfungsi sebagai alat laporan tertulis antara guru dan orang tua wali murid. Selanjutnya, checklist reflektif dibuat menyerupai buku raport yang nantinya dapat dimiliki dan diisi oleh masing-masing peserta didik. Buku rapor yang diberi nama “My Discipline Report” ini adalah trobosan baru yang dirancang menyesuaikan tingkat pemahaman peserta didik yang didalamnya dilengkapi dengan gambar, lembar kerja siswa dan tabel checklist. Proses pemberian buku raport ini nantinya dimasukan dalam rancangan proses pembelajaran, peserta didik pada mulanya diajak membahas materi tata tertib yang mengerucut pada pembiasaan sikap disiplin. Pembiasaan ini akan berlangsung selama 21 hari yang pada intinya peserta didik hanya membubuhi tanda checklist pada setiap indikator yang diharapkan. Indikator yang digunakan pada daftar checklist reflektif adalah 3 indikator yang sudah disesuaikan dengan karakteristik sekolah diantaranya:
44
datang tepat waktu ketepatan waktu mengumpulkan tugas tepat waktu
3 indikator
peraturan kelas menaati peraturan peraturan bersama kerapihan berbusana
Diagram 3.1 Indikator Disiplin yang disesuaikan dengan Karakteristik Sekolah 2. Lembar Observasi, jenis anecdotal record Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengamati kejadian dalam proses kedisiplinan peserta didik setelah 21 hari selama diberikannya treatment berupa reward melalui checklist reflektif. Proses pembelajaran terjadi sepaerti biasanya, penelitipun terjun langsung sebagai guru yang berperan aktif mengamati kedisplinan peserta didik, hanya saja pada lembar observasi ini peneliti mengamati gejala-gejala yang terjadi setelah reward dan checklist reflektif dilepaskan. Gejala-gejala tersebut meliputi dua kejadian yaitu, seberapa jauh peserta didik terbiasa dalam hal sikap disiplin ataukah peserta didik justru tidak mengalami pembiasaan yang berarti. Adapun lembar observasi ini berupa lembar observasi jenis anecdotal record digunakan untuk mengetahui aktivitas dan sikap peserta didik dalam sikap kedisiplinannya.
F. Teknik pengumpulan data Sugiono menjelaskan bahwa “pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara”.
11
Karena subyek
penelitian adalah peserta didik kelas 1 SD, setting dan caranyapun sedikit dimodifikasi, mengingat pemahaman peserta didik belum pada tahap yang tinggi. 11
Loc.cit h: 308
45
Maka, penelitian ini memilih teknik pengumpul data triangulasi, yaitu teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai tekhnik pengumpul data dan sumber data yang telah ada.
12
Adapun teknik pengumpulan
data adalah sebagai berikut: 1. Observasi, anecdotal record Yang pertama adalah teknik observasi jenis partisipatif, yaitu peneliti terlibat langsung dalam kegiatan sehari-hari dalam proses pembiasaan kedisiplinan siswa, peran peneliti atau guru disini adalah, sebagai pemodelan atas aturan yang telah ditetapkan dan juga sebagai pengontrol dari aturan-aturan yang telah berlaku tersebut. Instrumen yang digunakan dalam observasi ini adalah anecdotal record.
2. Dokumentasi Karena perubahan yang diharapkan adalah perubahan sikap disiplin peserta didik, alangkah baiknya jika perubahan sikap tersebut dapat di dokumentasikan secara nyata, mengingat banyaknya indikator yang harus dikuasai oleh peserta didik. Hasil yang diharapkan peneliti adalah, tumbuhnya kesadaran bahwa sikap disiplin sangat diperlukan oleh peserta didik, selain itu disaat perubahan itu berlangsung peserta didik dalam keadaan senang mengikuti semua peraturan yang telah diberikan. Dan dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah, rekaman kegiatan pembelajaran di kelas. 3. Checklist Reflektif Pengukuran sikap kedisiplian peserta didik yang menggunakan daftar checklist reflektif. Masing-masing indikator mewakili satu sub indikator (biru muda) indikator ini diberi bobot skor 1 apabila disiplin dan 0 apabila tidak disiplin. Adapun penjelasan tentang skala pengukuran yang dipakai dalam penelitian ini adalah skala Guttman, yaitu skala pengukuran yang ingin mengetahui hasil sacara tegas atau jawaban yang jujur. Skala Guttman selain dibuat dalam bentuk pilihan ganda, juga dapat dibuat dalam bentuk checklist. Jawaban dapat dibuat skor 1 tertinggi dan 0 terendah, misalnya 1 untuk disiplin
12
Ibid., h:330
46
dan 0 untuk tidak disiplin.
13
Skala pengukuran hanya menggunakan 2 jawaban
yaitu, tanda checklist jika peserta didik mengikuti peraturan atau bersikap disiplin. Dan tanda silang jika peserta didik tidak mengikuti peraturan atau tidak bersikap disiplin. indikator tersebut disusun berdasarkan lima indikator sikap kedisplinan peserta didik yang akan diteliti, yaitu: tentang ketepatan waktu, 1. Membiasakan diri untuk datang dan masuk kelas pada waktunya, 2. Melaksanakan dan mengumpulkan tugas-tugas kelas yang menjadi tanggung jawabnya dengan tepat waktu. Tentang menaati peraturan, 1. Membiasakan diri untuk mematuhi peraturan kelas, 2. Memebiasakan diri untuk mematuhi peraturan bersama yang telah disepakati sebelumnya. Tentang kerapihan berbusana,1. Berpakaian rapih dan sopan. Adapun kisi-kisi diantaranya:
Tabel 3.1 Pemetaan Indikator Disiplin ke dalam Kisi-kisi
Aspek Sikap Kedisiplinan
Ketepatan waktu
Menaati Peraturan
13
Indikator Sikap Kedisiplinan Membiasakan diri untuk datang langsung masuk kelas pada waktunya Melaksanakan dan mengumpulkan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya dengan tepat waktu
Membiasakan diri untuk mematuhi pearaturan kelas
Sub Indikator Sikap Kedisiplinan
-
1. Melaksanakan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya 2. Mengumpulkan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya 1. Berbaris rapih ketika bel berbunyi 2. Memberi salam ketika bertemu dengan setiap orang 3. Makan dan minum sambil duduk 4. Meminta izin ketika ingin memakai barang milik orang lain 5. Membuang sampah pada tempatnya
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 139
47
Kerapihan Berbusana
Membiasakan diri untuk memetuhi peraturan berasama yang telah disepakati sebelumnya Berpakaian rapih dan sopan
6. Tidak merusak tumbuhan 7. Menyimpan sepatu dan tas pada tempatnya 8. Menyimpan sandal pada tempatnya 9. Memperhatikan ketika guru menjelaskan pelajaran 10. Tidak mencoret- coret meja dan tembok 11. Berkata baik dan sopan pada setiap pelajaran 1. Tidak mengobrol sewaktu bu guru menjelaskan 2. Bekerjasama setelah belajar untuk membersihkan kelas 3. Salaing memebantu jika ada teman yang kesulitan mengisi LKS 1. Berpakaian rapih 2. Berpakaian sopan
Daftar checklist reflektif ini diisi sendiri oleh peserta didik setiap harinya selama 21 hari, disetiap hari jumat peserta didik dapat menghitung tanda checklist tersebut lalu dapat ditukarkan dengan bintang yang dapat ditempelkannya di papan disiplinnya. Kemudian di hari senin ketika upacara bendera peserta didik yang mendapatkan bintang terbanyak akan mendapatkan pin star, yang akan dipakainya seminggu penuh. Star disini berperan sebagai reward bagi peserta didik yang berhasil menerapkan sikap disiplin dengan baik. Untuk memperkecil kesalahan pada data yang dikumpulkan, maka peneliti selalu memandu dan mengobservasi lembar checklist reflektif peserta didik setiap harinya
F.Validitas Instrument Validitas berasal dari kata Validity, dapat diartikat tepat atau sahih, yakni sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi
48
ukuranya.14 Selanjutnya hal yang sama juga diungkapkan oleh Prof. Dr. Sugiono, Instrument yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. dengan kata lain validitas diperlukan untuk menentukan alat pengukuran yang tepat dalam sebuah penelitian. 15 Penelitian ini adalah penelitian yang mengukur sikap peserta didik (sikap kedisiplinan), jadi validitas yang dipakai adalah validitas nontest. Sesuai dengan yang dijelaskan oleh Prof. Sugiono, validitas nontest yang digunakan untuk mengukur sikap cukup memenuhi validitas konstruksi (construct).
16
Selanjutnya
Sutrisno Hadi menyatakan bahwa construct validity sama dengan logical validity atau validity by definition.17 Artinya, Instrument yang mempunyai validitas konstruksi, jika instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur gejala sesuai dengan yang didefinisikan. Dalam hal ini Sutrisno Hadi menyatakan bahwa “bila bangunan teorinya sudah benar, maka hasil pengukuran dengan alat ukur (intrumen) yang berbasis pada teori itu sudah dipandang sebagai hasil yang valid.18 Selanjutnya sesuai dengan pemahaman ditas, maka definisi yang dijabarkan dengan sangat jelas adalah definisi sikap kedisiplian peserta didik itu sendiri. Ketercapaiaan tujuan harus didasarkan pada teori yang jelas pula. Oleh karena itu, indikator yang dipakai dalam instrument penelitian sikap kedisplinan ini, adalah Instrument yang dicanangkan oleh KEMENDIKNAS, Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa 20011-2012. Yang menyatakan ada 6 indikator kedisiplinan peserta didik yang harus dikuasai oleh siswa kelas 1 SD. Diantaranya adalah: . 1. Datang ke sekolah dan masuk kelas pada waktunya, 2. Melaksanakan tugas-tugas kelas yang menjadi tanggung jawabnya, 3. Duduk pada tempat yang telah
14
Ahmad Sofyan,dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet Ke-1,h. 105 15 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 173 16 Ibid. ,h.176 17 Ibid 18 Ibid, h: 177
49
ditetapkan, 4. Menaati peraturan sekolah dan kelas, 5. Berpakaian rapih dan, 6. Mematuhi aturan permainan. 19 Karena subyek penelitian adalah peserta didik kelas 1 SD, maka instrumen disesuai dengan psikologi peserta didik, yaitu instrument dipenuhi gambar dan instrument tersebut berupa indikator-indikator singkat yang nantinya peserta didik hanya membubuhi tandan checklist (checklist reflektif) pada setiap kolom pernyataan yang dianggap mereka kerjakan pada satu hari penuh di sekolah. Setelah instrument dibuat, langkah selanjutnya adalah pengujian validitas dan realibilitas instrument. Pengujian penelitian ini mengunakan cara pengujian validitas konstrak (construct validity), yaitu pengujian yang dapat menggunakan pendapat para ahli (judgement experts), yang nantinya akan dimintai pendapatnya tentang instrument yang telah disusun itu. Para ahli tersebut akan memberikan keputusan, apakah instrumen tersebut dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan, atau mungkin dirombak total. Jumlah tenaga ahli yang digunakan minimal tiga orang dan umumnya mereka yang telah bergelar doktor sesuai dengan lingkup yang diteliti.
20
dan pada penelitian ini validasi konstruk untuk
instrument dilakukan oleh: 1. Eri Rossatria, M.Ag Guru SDI. Padang 1966-1968 Guru PGAN selama 6 tahun di Jakarta 1970 – 1981 Ketua Program Study PGMI 2007- 2012 Dosen Fakultas Tarbiyah 1982 – Sekarang
2. Kenti Martiastuti, M.Si Alumnus S2 Ilmu Kehidupan IPB bergerak di pendidikan Usia Dini Pengajar Psikologi perkembangan peserta didik di UT
19
Dalam buku bahan pelatihan yang diterbitkan oleh: KEMENDIKNAS, Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum 2011. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. 20 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2007), h.177
50
3. Yanti Herlanti Pernah mengajar di MI Ash Putera 1997-2006 Trainer Pendidikan di dompet dhuafa 2007- 2008 Dosen di Pendidikan Biologi dan PGMI UIN Jakarta 2008- sekarang
4. Nafia Wafiqni, M.Pd Dosen PGMI UIN Jakarta, konsentrasi pada psikologi perkembangan anak
G.Teknik Pengolahan dan Analisis Data Data-data yang diperoleh dari hasil instrument (checklist reflektif) selanjutnya akan diolah dan dianalisis melalui tahap editing, tabulasi, dan scoring. a. Editing adalah, memeriksa instrumen yang diisi tentang kebenaran dan kelengkapannya, kemudian dikelompokan sesuai dengan isinya. kelengkapan data pengisian checklist reflektif setiap harinya b. Tabulating adalah, membuat tabel-tabel untuk memasukan jawabam-jawaban responden yang kemudian dicari prosentasenya untuk dianalisa, memasukan data-data dari checlist reflektif yang diisi siswa. c. Skorsing, untuk menentukan skor hasil penelitian ditetapkan bahwa jawaban item diberi skor, skor 1 untuk disiplin dan 0 untuk pelanggaran. terdapat 3 kali pengolahan data, diantaranya Data pertama adalah data yang didapatkan selama 21 hari menggunakan checklist reflektif dan reward. Diedit, ditabulating dan dan diskorsing seuai dengan data checklist reflektif Data kedua adalah data yang diperoleh melalui pengamatan salam 6 hari pasca di tariknya checklist reflektif (diperlukan untuk melihat profres dari checklist reflektif). Diedit, ditabulating dan dan diskorsing seuai dengan pengamatan Data ketiga adalah data yang diperoleh dari penggabungan antara 21 hari ketika menggunakan checklist reflektif dan reward dan 6 hari pasca dicabutnya checklist reflektif
d. Presentase
51
Agar data yang terkumpul dapat memberikan angka yang sesuai dengan yang diinginkan, maka peneliti melalui data checklist reflektif dianalisa secara deskriptif kuantitatif melalui distribusi frekuensi dengan memberikan persentase, dalam hal ini penulis menggunakan rumus sebagai berikut: 1. Rumus persentase a. Teknik analisis data checklist reflektif selama 21 hari 𝑥 P = x 100% 21 b. Teknik analisis data pasca 21 hari P =
𝑥 6
x 100%
2. Kategorisasi Sedangkan untuk menyimpulkan tentang efektifitas pemberian reward dan punishment selama 21 hari dengan menggunakan checklist reflektif dalam meningkatkan disiplin paserta didik, penulis menggunakan statistik deskriptif yakni melalui nilai mean (rata-rata) dan nilai median (nilai tengah) yang didapatkan melaui rumus persentase sabagai berikut:21 a. Nilai rata-rata
M
NS BS
Ket: M
: Nilai Rata-rata
NS : Nilai Skor BS : Banyaknya Siswa
b. Mencari nilai Median, median adalah nilai tengah
21
Zamzam Muhazir, Lembaga Bimbingan Belajar Sebagai Alternatif Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa, (KI-Manajemen Pendidikan,2008), 35
52
Untuk memberikan Interpretasi hasil rata-rata dari data checklist reflektif yang diperoleh, digunakan pedoman interpretasi sikap sebagai berikut:22 Sangat Baik : Jika nilai presentase berada dalam interval lebih atau diatas median (berwarna hijau) Baik
: Jika nilai presentase berada dalam interval antara median dan
rata-rata (berwarna kuning) Buruk
: Jika nilai presentase berada dalam interval kurang atau dibawah
rata-rata (berwarna merah)
22
Ruseffendi, Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan, (Bandung:UPI Press,1988)
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Sekolah Hikari Sekolah Hikari adalah sekolah dasar yang didirikan pada tahun 2010. Sekolah yang dibangun di atas tanah seluas 4400 m2 ini, terletak di Desa Keranggan, Kecamatan Setu kota Tangerang Selatan. Sekolah Hikari berkibar di bawah naungan bendera Yayasan Semarak Pendidikan Indonesia, yang memiliki Visi yaitu; “sebagai generasi penerus yang memiliki pengetahuan dasar yang kokoh dan karakter yang tangguh.” Dan misi dari sekolah ini adalah: 1. Menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran yang sederhana, ceria, dan efektif sesuai dengan perkembangan anak. 2. Melengkapi pembekalan pengetahuan dasar untuk anak-anak dengan pembentukan karakter, kematangan emosinal, kearifan lokal dan wawasan global.1 Selanjutnya, sesuai dengan bunyi visi dari sekolah Hikari adalah mencetak generasi penerus yang kokoh, tangguh dan berkarakter maka sekolah ini sangat mendukung
100% penerapan sikap kedisiplinan siswanya. Pergerakan untuk
memiliki sekolah yang berkarakter selalu di canangkan pada setiap saat. Seminar demi seminar, diskusi demi diskusi, bahkan pertemuan demi pertremuan selalu diadakan rutin oleh yayasan Semarak Pendidikan Indonesia demi terciptanya sekolah yang berkarakter. Demi cita-cita tersebut sekolah ini rela menyisihkan pendapatannya untuk mendidik guru-gurunya mengikuti studi banding ke berbagai sekolah di negara-negara yang sudah berhasil mencetak siswa yang berkarakter. Keunikan selanjutnya terdapat pada lokasi dibangunnya sekolah ini. Sekolah ini sengaja dibangun di tengah-tengah perkampungan yang sebagian besar orang tua wali murid bekerja sebagai buruh pabrik yang berpenghasilan menengah ke bawah. Sistem pendaftaranpun tidak memberatkan orang tua wali murid yang berpenghasilan menengah ke bawah, cukup dengan mengganti pembayaran dengan kotoran kambing atau bekerja membuat batako di sekolah. 1
Profil Sekolah Hikari
53
54
Lebih lanjut lagi, proses pembelajaran di sekolah Hikari adalah active learning dan kontekstual learning, yaitu proses pembelajaran yang menggali pengetahuan siswanya dan mengikut sertakan siswa secara langsung apa yang akan dipelajari. Selanjutnya, kurikulum sekolah Hikari menganut kurikulum Indonesia dengan mengkolaborasikan beberapa nilai baik yang dimiliki kurikulum dari negara-negara lain, hal ini dikarenakan tujuan yang utama dari sekolah ini yaitu membentuk karakter yang positif pada diri siswa.
B. Kondisi Kedisiplinan dan Tindakan Pemberian Treatment Untuk mengetahui kondisi kedisiplinan dan pemberian treatment yang tepat, maka dilakukan beberapa langkah, diantaranya: a. Observasi Awal: Pada tahap observasi ini, peneliti atau guru menganalisis sikap yang membuat proses pembelajaran terganggu, setidaknya hampir 90% peserta didik melakukan kegaduhan di kelas, seperti berlarian, mengobrol, bersuara kencang, bahkan sampai berkelahi. Dugaan sementara, sikap gaduh yang dilakukan oleh siswa dikarenakan proses pembelajaran yang tidak menarik atau “boring”. Melalui observasi awal, sikap boring yang ditunjukan peserta didik salah satu penyebabnya adalah karena tidak adanya aturan main yang jelas di kelas. Seperti, ketika peserta didik yang melakukan kegaduhan, peserta didik tersebut bersikap seperti acuh tak acuh terhadap perlakuannya. Kurangnya pengajaran tentang konsekuensi menyebabkan sikapnya sulit untuk dikendalikan, tidak adanya konsekuensi juga menyebabkan peserta didik tidak bergairah mengikuti proses pembelajaran (karena mereka berfikir bahwa tidak adanya pengaruh untuk mereka jika mereka melanggar peraturan). Melalui observasi tersebut, maka perlu adanya pemodifikasian tekhnik dan alat yang dapat membangkitkan gairah belajar siswa, salah satunya adalah pemberian rangsangan berupa reward “star” kepada peserta didik.
55
b. Perencanaan Tindakan: Tindakan pada penelitian ini, diawali dengan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dilengkapi dengan Lembar Kerja Siswa (LKS), sedangkan materi yang diajarkan pada tindakan ini adalah tata tertib di Sekolah pada pembelajaran Kewarganegaraan. Selanjutnya RPP yang dibuat didiskusikan dengan pengampu kurikulum sekolah (Ibu. Yanti Herlanti) untuk mengetahui kelayakan RPP yang akan disajikan kepada peserta didik. Kegiatan selanjutnya adalah menyiapkan “discipline report” atau daftar check list reflektif, papan star, dan pin star. Media ini digunakan sebagai alat bantu penerapan reward dan punishment di kelas maupun di sekolah. Tidak hanya alat yang dipersiapkan, guru dalam hal ini mempersiapkan kertas anekdotal record untuk digunakan sebagai catatan yang menceritakan gerak gerik perubahan sikap peserta didik Penelitian dilaksanakan di kelas I yang berjumlah 32 siswa. Pada saat pembelajaran berlangsung siswa diajak membahas pentingnya hidup dengan cara mengikuti tata tertib yang ada dan juga siswa diajak memahami bahwa di sekeliling mereka banyak sekali tata tertib yang wajib di ikuti. Temuan mengenai tata tertib dibagi oleh guru menjadi 3, yaitu tata tertib yang ada di rumah, tata tertib yang ada di sekolah, dan tata tertib yang ada di masyarakat. Selanjutnya penemuan dibahas dengan cara memberikan contoh tata tertib dari ketiga bagian tersebut melalui kegiatan sehari-hari yang telah mereka jalani. Adapun kegiatan tersebut diantaranya: 1. Contoh kegiatan tata tertib yang ada di rumah : pulang sekolah ganti baju dan menggantungkannya di tempat yang telah disediakan, mencuci tangan dan kaki, mengerjakan PR, dan meminta izin sewaktu ingin bermain ke luar rumah. 2. Contoh kegiatan tata tertib yang ada di sekolah: datang tepat waktu (10 menit sebelum masuk sekolah), mengerjakan tugas LKS, tidak membuat kegaduhan sewaktu jam pelajaran berlangsung, menggunakan seragam yang sesuai, dan mengikuti proses pembelajaran dengan baik.
56
3. Contoh kegiatan tata tertib yang ada di masyarakat : mengikuti ramburambu lalau lintas dengan baik, tidak membuang sampah disembarang tempat, tidak berkelahi, tidak berkata kasar, dll. 4. Pada tahap ini, peneliti ingin memeberikan pemahaman kepada peserta didik mengenai tata tertib yang harus diikuti dengan proses pembelajaran yang bermakna. Pemahaman yang nantinya dibekalkan dengan “discipline report” (dijelaskan pada pembahasan berikutnya) atau check list reflektif selama 21 hari, diharapkan mampu mengubah kebiasaan buruk peserta didik sewaktu berada di sekolah. Selanjutnya, pembekalan pemahaman melalui materi pembelajaran yang bermakna ini menitik beratkan pada seberapa jauh peserta didik memahami secara dalam mengenai pentingnya bersikap disiplin demi terciptanya tata tertib yang selaras dengan lingkungan mereka.
c. Tahap Pelaksanaan Pemberian Checklist Reflektif Dan Reward. Pembelajaran
mengenai
materi
tata
tertib
pada
pembelajaran
Kewarganegaraan berlangsung selama 1 hari. Peserta didik diajak membahas tata tertib yang harus mereka ikuti, proses pembahasan didapatkan melalui temuan siswa mengenai contoh-contoh kegiatan yang mereka rasakan sebagai contoh tata tertib, dan penekanan terkahir, mengerucut kepada pengenalan mengenai alat-alat penelitian seperti “discipline report”, papan star, dan pin star. 1. Discipline Report; digunakan sebagai refleksi dari penerapan disiplin di Sekolah. Penilaian diberlakukan seperti penilaian ranah afektif, yaitu penilaian diri. Diharapkan dengan catatan yang dimiliki masing-masing peserta didik, maka dapat memberikan shock terapi mengenai penerapan disiplin di Sekolah. 2. Papan Atau Kartu Star: digunakan sebagai refleksi dari penerapan disiplin secara nyata. Papan star nantinya akan digunakan apabila peserta didik mampu menerapkan disiplin dengan baik selama 1 hari penuh, dilihat dari “discipline report” yang diisi masing-masing peserta didik
57
maka 1 kali check list akan digantikan dengan 1 star. Jadi peserta didik setiap melaksanakan tata tertib dengan baik selama 1 hari penuh maka akan mendapatkan bintang sebanyak 19 star. Namun hal yang berbeda akan terjadi jika peserta didik melanggar tata tertib yang telah mereka sepakati. Setidaknya mereka mendapat teguran berupa; berkurangnya star atau pencabutan star apabila terjadi pelanggaran yang berat. Pelanggaran tersebut berupa melukai teman, tidak meminta maaf jika berbuat salah, dan berkata kasar atau jorok. star tersebut selanjutnya akan ditempelkan oleh peserta didik di papan “Save My Discipline” 3. Pin Star : digunakan sebagai hasil akhir dari penerapan disiplin. Pembagian star diberikan pada setiap akhir pekan sekolah atau pada hari Jum’at. Penghargaan ini diharapkan dapat menjadi pembangkit atau shock refleksi dari penerapan disiplin disekolah dengan baik. Pin star tersebut akan dipakai peserta didik kemanapun mereka pergi bermain, baik di rumah maupun di Sekolah.
d. Tahap Pengamatan Tahap pengamatan ini tertuju pada pengolahan hasil check list reflektif atau “discipline report” yang telah diisi selama 21 hari setiap kali jam pulang sekolah oleh siswa. Sebelumnya, guru atau peneliti mengulang terus-menerus aturan main yang tertulis di “discipline report”. Hal ini dilakukan agar peraturan main selalu diingat siswa dan tidak lagi melanggar hal yang sama. Selain itu, data juga diperkuat dengan adanya anekdotal record, yaitu catatan yang menceritakan mengenai perkembangan dan perubahan sikap disiplin peserta didik selama berada di sekolah. Berdasarkan
pengamatan
atau
anekdotal
record
selama
proses
pembelajaran berlangsung, berikut ini adalah catatan kondisi awal siswa sebelum diberikannya treatment berupa check list reflektif melalui reward, diantaranya:
58
Tabel 4.1 Anekdotal Record Sebelum diberikan treatment No 1
Kondisi awal
Indikator disiplin Membiasakan
diri
datang tepat waktu dan
datang terlambat di setiap harinya (lihat
masuk
Anecdotal record pada tanggal: 29 maret dan 2
kelas
pada
waktunya 2
Masih ada 2-3 bahkan 6 peserta didik yang
april 2012)
Melaksanakan
dan
Ketika mengerjakan tugas, peserta didik
mengumpulkan tugas-
banyak
tugas
mengobrol, sampai dengan bersuara kencang
kelas
menjadi jawab
yang
tanggung dengan
tepat
yang
bercanda
seperti
berlarian,
3-6 peserta didk yang belum menyelesaikan tugasnya dengan baik (A R: 12 April 2012)
waktu 3
Membiasakan untuk
diri
mematuhi
minum sambil berjalan atau berdiri
peraturan kelas
Masih ada peserta didik yang makan dan
Masih ada peserta didik yang tidak meminta izin ketika pembelajarn berlangsung seperti; ke kamar kecil, minum ataupun bertanya
Masih adanya peserta didik yang tidak menaruh alat-alat sekolahnya tidak pada tempatnya. Seperti; tas di loker dan sepatu di rak sepatu
Masih adanya peserta didik yang gaduh sewaktu proses pembelajaran berlangsung
Masih adanya peserta didik yang membuang sampah tidak pada tempatnya.
Dan masih adanya peserta didik yang berkata kotor dan menggunakan bahasa yang gaul (A R : 2 maret 2012)
4
Membiasakan
diri
Masih adanya peserta didik yang merusak
59
untuk peraturan
mematuhi
tanaman, berkelahi dan mengucapkan kata-kata
bersama
yang telah disepakati
kotor (lihat A R : 18 April 2012)
sebelumnya
Masih adanya peserta didik yang mengobrol sewaktu guru bicara
Masih adanya peserta didik yang acuh ketika kondisi kelas kotor
Masih adanya peserta didik yang acuh dengan teman sebangkunya. (A R: Catatan guru kelas, A R: 2 maret dan 2 April 2012)
5
Memahami tata tertib
berpakaian rapih
Masih adanya peserta didik yang memakai seragam yang tidak sesuai dengan harinya
Masih adanya peserta didik yang tiak memakai dasi dan topi sewaktu upacara hari senin
Masih adanya peserta didik yang acuh dengan kerapihan seragamnya (A R: 2 Maret 2012)
Berdasarkan tabel pengamatan terlihat jelas bahwa sikap disiplin peserta didik sangat memprihatinkan. Sikap tidak disiplin tersebut akan menjadi penyakit yang sulit dihilangkan jika tidak ditangani sedini mungkin.
C. Pembahasan dan Analisis Penelitian Dari keseluruhan pembahasan, berikut ini adalah hasil penelitian yang diuraikan secara rinci berupa tabel dan grafik yang menginterpretasikan perubahan sikap ketika proses dan pasca pada setiap indikator. Analisis data menggunakan
tekhnik
katagorisasi,
yaitu
tekhnik
yang
membantu
menginterpretasikan data mengenai perubahan sikap. Dikarenakan penelitian ini memfokuskan pada perubahan sikap disiplin siswa, maka katagorisasi yang dapat menginterpretasikan data dengan tepat adalah; katagori sangat baik, baik dan buruk. Perubahan tersebut terinterpretasikan sebagai berikut:
60
Indikator 1; Datang dan Masuk Kelas Pada Waktunya Melihat kondisi awal, bahwa banyaknya peserta didik yang selalu datang terlambat ke Sekolah sehingga menggangu proses pembelajaran yang telah berlangsung, maka sekolah mengharuskan peserta didiknya untuk tiba dan masuk kelas pada waktunya. Peraturan yang mengikuti karakteristik sekolah ini, memutuskan bahwa jam tiba di sekolah pada pukul 07.10 yaitu 20 menit sebelum bel sekolah berbunyi yaitu, pukul 07.30 WIB. Sosialisasi peraturan ini, mengikutsertakan RPP sehingga peserta didik tidak hanya dipaksa untuk melakukan peraturan yang
berlaku, melainkan mereka memahami dengan
“hakiki” untuk apa mereka melakukan hal tersebut. Treatment ini dilakukan dengan proses pembiasaan yang mengikutsertakan reward di dalamnya, yaitu mereka akan mendapatkan bintang jika
mereka tidak datang terlambat ke
Sekolah. Untuk memudahkan proses pembiasaan indikator “tiba dan masuk kelas pada waktunya”, guru membekalkan setiap anak beberapa alat yang dapat mereka gunakan untuk mengisi “discipline report” terkait dengan indikator 1 ini, diantaranya: jam digital dan pensil yang ditempelkan di tembok. Ketika anakanak tiba di Sekolah, mereka akan langsung disambut dengan jam analog, pensil, dan discipline report. Mereka harus menuliskan di rapor disiplinnya yang disesuaikan dengan waktu yang ada di jam tersebut, dan proses ini berlangsung selama 21 hari. Berikut ini adalah akumulasi perubahan sikap selama proses dan pasca yang disertai pengkategorian, adalah sebagai berikut: Tabel 4.2 Membiasakan Diri Untuk Datang dan Masuk Kelas Pada Waktunya Kategori Sangat Baik Baik Buruk Total
Pasca
Proses Interval
f
%
Interval
f
%
> 92,9 86,9 - 92,9 < 86,9
16 4 12 32
50 12,5 37,5 100
100 99,4 - 100 < 99,4
29 0 3 32
90,625 0 9,375 100
61
Deskripsi Data diatas menjelaskan bahwa, disiplin pada indikator datang dan masuk kelas pada waktunya berada pada perubahan yang positif. Terjadi peningkatan pada proses ke pasca, terlihat angka yang berubah pada setiap kategori, interval dan frekuensi, dengan data angka sebagai berikut; sangat baik memiliki peningkatan dengan selisih frekuensi 13 point dan kategori buruk memiliki penurunan dengan selisih frekuensi 9 point. Indikator 2; Melaksanakan dan Mengumpulkan Tugas-tugas yang Menjadi Tanggung Jawabnya dengan Tepat Waktu Sama seperti indikator sebelumnya bahwa, yang menjadi dasar perlunya diberlakukan peraturan pada indikator 2 ini adalah gambaran awal situasi peserta didik yang menyederhanakan tugas yang telah diberika oleh guru. Sikap peserta didik yang acuh terhadap tugas membuat guru harus ekstra strategi untuk menumbuhkan minat belajar siswa ketika mengerjakan tugas. Seperti yang kita tahu bahwa, fungsi dari tugas (LKS) adalah sebagai penilaian dan juga feedback dari peserta didik atas pemahaman pembelajaran yang telah berlangsung sebelumnya. Seperti biasa pada indikator ini, ketika siswa mengerjakan tugasnya maka siswa akan membubuhi tanda check list pada disciplin report dan kemudian akan ditukarkan dengan star yang dapat mereka tempelkan di kartu star miliknya. Untuk mengatahui progres perubahan sikap pada indikator 2, berikut ini adalah tabel yang menerangkan perubahan tersebut. Tabel 4.3 Melaksanakan dan Mengumpulkan Tugas-tugas yang Menjadi Tanggung Jawabnya dengan Tepat Waktu Kategori Sangat Baik Baik Buruk Total
Interval 100 92,7 - 100 < 92,7
Proses f 17 5 10 32
Pasca %
Interval
f
%
53,125 15,625 31,25 100
100 100 < 100
32 0 0 32
100 0 0 100
62
Deskripsi Sama seperti indikator sebelumnya bahwa terjadi peningkatan ke arah yang positif, hanya saja pada indikator ini peningkatannya sangat terlihat. Data diatas menunjukan angka maksimal yaitu 100% pada perubahan sikap peserta didik pasca check list reflektif
diberlakukan. Semua peserta didik merasa
termotivasi untuk mengerjakan tugas dengan tepat waktu. Indikator 3; Membiasakan Diri Untuk Mematuhi Peraturan Kelas Pada indikator ini peserta didik diharuskan mematuhi 11 sub peraturan yang telah disepakati sebelumnya oleh sekolah. Pertimbangan ini didasari oleh karakteristik sekolah dan lingkungan Sekolah Hikari. Pada 11 sub tersebut diantaranya: (1) berbaris rapih ketika bel berbunyi, (2) memberi salam ketika bertemu denga seseorang, (3) makan dan minum sambil duduk, (4) meminta izin ketika ingin memakai barang milik orang lain, (5) membuang sampah pada tempatnya, (6) tidak merusak tumbuhan, (7) menyimpan sepatu dan tas pada tempatnya, (8) menyimpan sandal pada tempatnya, (9) memperhatikan ketika guru menjelaskan pelajaran, (10) tidak mencoret-coret meja dan tembok, (11) berkata baik dan sopan pada setiap pelajaran. Kondisi peserta didik ketika proses dan pasca diberikannya pembiasaan kedisiplinan dapat terlihat pada tabel berikut ini: Tabel : 4.4 Membiasakan Diri Untuk Mematuhi Peraturan Kelas Kategori Sangat Baik Baik Buruk Total
Interval > 98,3 97,8 - 98,3 < 97,8
Proses f 21 0 11 32
Pasca %
Interval
f
%
65,625 0 34,375 100
> 83 80,4 - 83 < 80,4
15 7 10 32
46,875 21,875 31,25 100
Deskripsi Berbeda dengan indikator yang lainnya, pada indikator ini sikap kedisiplinan peserta didik justru mengalami perubahan yang negatif. Pernyataan
63
tersebut terlihat dari data diatas bahwa, peserta didik justru
mengalami
penurunan. Kategori sangat baik mempunyai selisih frekuensi penurunan sebanyak 6 point dan kategori buruk hanya mempunyai selisih frekuensi peningkatan sebanyak 1 point. Hal ini disebabkan salah satunya karena banyaknya sub indikator yang harus diikuti oleh peserta didik dan ketidak sengajaan peserta didik melakukan pelanggaran yang ada pada indikator ketiga. Indikator 4; Membiasakan Diri Mematuhi Peraturan Bersama yang Telah Disepakati Bersama Pada indikator ke 4 ini, peserta didik harus mengikuti 3 sub indikator yang telah disepakati bersama-sama, diantaranya: (1) tidak mengobrol sewaktu bu guru sedang menjelaskan, (2) bekerjasama setelah belajar untuk memebersihkan kelas, (3) saling membantu jika ada teman yang kesulitan mengisi LKS. Terbentuknya indikator ini didasari oleh kondisi kelas yang gaduh. Untuk memudahkan pemahaman peserta didik, sub indikator disisipi kedalam proses pembelajaran. Pada awalnya peserta didik diberikan pertanyaan tentang “kenyamanan” yang mereka harapkan ketika ada di dalam kelas. Kemudian guru menuliskan semua pendapat peserta didik yang berkaitan dengan pernyataan tersebut. Setelah terkumpul, pendapat tersebut di kaji bersama-sama antara guru dan peserta didik, dan disepakati ada 3 sub indikator yang harus dipatuhi bersamasama. Berikut ini data yang menunjukan perubahan sikap disiplin peserta didik pada indikator yang ketiga, adalah sebagai berikut: Tabel 4.5 Membiasakan Diri Mematuhi Peraturan Bersama yang Telah Disepakati Bersama Kategori Sangat Baik Baik Buruk Total
Interval > 96,0 94,5 - 96,0 < 94,5
Proses f 16 4 12 32
Pasca %
Interval
f
%
50 12,5 37,5 100
100 95,6 - 100 < 95,6
18 4 10 32
56,25 12,5 31,25 100
64
Deskripsi Berbeda dengan indikator sebelumnya, pada indikator ini peserta didik justru mengalami perubahan ke arah yang positif. Mudah untuk mengikuti peraturan yang diberlakukan adalah alasan peserta didik mengapa indikator disiplin ini mengalami peningkatan. Terlihat pada meningkatnya interval dan frekuensi dari proses ke pasca, kategori baik naik sebanyak 2 point dan kategori buruk turun sebanyak 2 point. Hal tersebut membuktikan bahwa indikator ke 4 ini menunjukan peningkatan yang baik untuk sikap kediaplinan peserta didik.
Indikator 5; Berpakaian Rapih dan Sopan Indikator terakhir yang harus diikuti oleh peserta didik adalah berpakaian rapih dan sopan, untuk memahami indikator ini peserta didik hanya mengerjakan LKS yang berkaitan dengan kerapihan berpakaian. Kerapihan ini meliputi: memakai seragam tepat pada hari yang telah ditentukan, penggunaan dasi dan topi pada saat upacara, selalu memperhatikan kerapihan seragam sekolah ketika masuk kedalam kelas, dan memperhatikan kebersihan seragamnya. Sedangkan berpakaian sopan meliputi: memakai rok dibawah lutut dan memakai seragam yang tidak ketat di badan, peraturan ini berlaku sama, pada pakaian yang mereka gunakan diluar jam pelajaran sekolah. Berikut ini perubahan sikap kedisiplinan peserta didik di SD Hikari pada proses ke pasca, adalah sebagai berikut: Tabel 4.6 Berpakaian Rapih dan Sopan Kategori Sangat Baik Baik Buruk Total
Interval > 95,2 93,7 - 95,2 < 93,7
Proses f 23 0 9 32
Pasca %
Interval
f
%
71,875 0 28,125 100
100 94,2 - 100 < 94,2
25 0 7 32
78,125 0 21,875 100
Deskripsi Sama seperti indikator sebelumnya, indikator berpakaian rapih dan sopan mengalami peningkatan dari proses ke pasca. Terlihat dari data diatas,kategori
65
sangat baik mengalami peningkatan sebanyak 2 point dan penurunan pada kategori buruk sebanyak 2 point. Hal ini membuktikan bahwa indikator berpakaian rapih dan sopan mengalami keberhasilan yang positif. dibawah ini adalah grafik perubahan sikap kedisiplinan berkategori secara keseluruhan, diantaranya:
35 30 25 20 sangat baik
15
baik 10
buruk
5 0 proses
pasca
Indikator 1
proses
pasca
Indikator 2
proses
pasca
Indikator 3
proses
pasca
Indikator 4
proses
pasca
Indikator 5
Grafik 4.1 Grafik Berkategorisasi Perubahan Sikap Disiplin Siswa
Deskripsi Diagram diatas menerangkan bahwa¸ penerapan kedisiplinan dengan menggunakan checklist reflektif + reward mengalami perubahan yang positif. Terlihat dari data kuantitatif diatas, bahwa 4 indikator berada dalam katagori “sangat baik” dengan keterangan meningkat, sedangkan 6 indikator disiplin berkategori “buruk” berada dalam keterangan menurun. Dengan deskripsi data, indikator 1 terdapat penurunan sebesar 9 point, indikator 2 sebesar 10 point, indikator 4 sebesar 2 point, dan indikator 5 sebesar 2 point., dan indikator 3 sebesar 1 point. Dari hasil data kuantitatif diatas membuktikan bahwa sebagian
66
besar peserta didik sudah terbiasa berprilaku disiplin dan penggunaan checklist reflektif + reward mengalami keberhasilan. Gambaran umum tentang hasil penelitian diuraikan berupa tabel dan grafik yang menginterpretasikan perubahan sikap ketika proses dan pasca pada setiap indikator, adalah sebagai beriku:
Tabel 4.7 Gambaran Perubahan Sikap Disiplin Siswa Ketika Proses dan Pasca
Indikator
Proses % 86,91
Pasca % 99,4
92,7
100
7,3
Meningkat
Membiasakan diri mematuhi peraturan kelas
97,78
80,47
-17,31
Menurun
Membiasakan diri mematuhi peraturan
94,55
95,63
1,08
Meningkat
93,75
94,27
0,52
Meningkat
Membiasakan diri untuk datang kesekolah
Selisih Keterangan % 12,49 Meningkat
dan masuk kelas pada waktunya Melaksanakan dan mengumpulkan tugastugas kelas yang menjadi tanggung jawabnya dengan tepat waktu
bersama yang telah disepakati sebelumnya Berpakaian rapih dan sopan
Peningkatan dan penurunan sikap disiplin siswa akan lebih terlihat pada grafik berikut ini
67
120 100 80 60 40 20 0 proses
pasca
proses
Indikator 1
pasca
Indikator 2
proses
pasca
Indikator 3
proses
pasca
Indikator 4
proses
pasca
Indikator 5
Grafik 4.2 Grafik Umum Rata-rata Perubahan Sikap Deskripsi Diagram 4.1 menunjukan bahwa perubahan sikap siswa ketika proses ke paska terjadi peningkatan hampir pada setiap indikator. Pada indikator 1 terdapat peningkatan sebesar 12,49%, indikator 2 sebesar 7,3 %, indikator 4 sebesar 1,08%, dan indikator 5 sebesar 0,52%. Namun pada indikator 3 terjadi penurunan sebesar 17,31%. Hal tersebut terjadi karena,
peraturan yang dituntut pada
indikator 3 lebih banyak, sedangkan waktu yang disedikan untuk mendisiplinkan peserta didik sangat singkat. Sehingga peserta didik merasa kesulitan untuk mematuhi peraturan –peraturan yang diberikan. Selain itu, karena terlalu banyak peraturan yang diberikan ada beberapa peserta didik “lupa” dengan peraturanperaturan yang diberikan
D. Reward melalui Checklist Reflektif memberi dampak terhadap sikap kedisiplinan siswa Dari penyajian data diatas terlihat bahwa hasil keseluruhan indikator kedisiplinan yang diteliti terjadi peningkatan yang signifikan. Pada aspek datang dan masuk kelas pada waktunya berada pada perubahan yang positif, mengalami
68
peningkatan
sebesar
90,6
%.
Bahkan
pada
aspek
melaksanakan
dan
mengumpulkan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya dengan tepat waktu menunjukan hasil yang maksimal yaitu 100%. Adapun pada aspek membiasakan diri mematuhi peraturan bersama yang telah disepakati sebelumnya mengalami peningkatan sebesar 56,25 %. Dan pada aspek berpakaian rapih dan sopan mengalami peningkatan sebesar 78,1 %. Berbeda pada aspek membiasakan diri untuk mematuhi peraturan kelas, mengalami penurunan pada kategori sangat baik sebesar 46,8 % namun terjadi peningkatan pada kategori baik sebesar 21,8 %, dan kategori buruk menurun sebesar 31,2 %. Menurut data yang terkumpul indikator yang mengalami pelanggaran cukup berfariasi dari hari ke hari salah satunya adalah menyimpan sepatu dan tas pada tempatnya. Setelah menjalani wawancara pelanggaran pada aspek tersebut dikarenakan tidak terbiasanya peserta didik melakukan hal itu, itu artinya butuh kontinuitas pada aspek ini. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa reward melalui checklist reflektif memberikan dampak terhadap sikap kedisiplinan peserta didik, khususnya kelas 1 SD Hikari desa Keranggan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil pembahasan skripsi ini ditemukan bahwa, reward dengan star melalui checklist reflektif berdampak positif dalam meningkatkan sikap kedisplinan peserta didik kelas 1 SD Hikari desa Karanggan. Hal ini dapat dilihat dari menurunnya presentase kategori “buruk” hampir pada semua indikator kedisiplinan. Keberhasilan penarapan reward dengan star melalui checklist reflektif ini di dukung oleh dua hal, diantaranya: (1) setelah memperoleh reward berupa star anak merasa bangga dan terdorong untuk meningkatkan kedisiplinannya, dan (2) tanggung jawab yang besar dari guru dalam mengawasi pembinaan kedisiplinan siswa secara konsekuensi. Berdasarkan temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa reward menggunakan star melalui checklist reflektif mempunyai dampak positif dalam meningkatkan sikap disiplin peserta didik
B. Saran Karena reward menggunakan star mlalui checklist reflektif dapat meningkatkan sikap kedisiplinan peserta didik, maka penulis mengajukan saran sebagai berikut: 1. Untuk guru dan sekolah,
perlu disosialisasi penggunakan reward melalui
checklist reflektif secara intensif dalam mengembangkan pembiasaan disiplin peserta didik di berbagai sekolah. 2. Untuk orang tua, perlu adanya kolaborasi antara guru dan orang tua wali murid demi terciptanya sikap kedisplinan yang diharapkan.
69
Daftar Pustaka Amini, Ibrahim, Agar Tidak Salah Mendidik Anak, Cetakan:1, Jakarta: Al-Huda, 2006. Arief, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam ,Jakarta: Ciputat Pers,2002. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Cet:14, Jakarta: Rineka Cipta, 2010. Bahan pelatihan yang diterbitkan oleh: KEMENDIKNAS, Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum 2011. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Bernhardt, Karl, Discipline and Child Guidance, London: Mc Graw Hill Book Company. Colvin, Geoff, 7 Langkah untuk Menyusun Rencana Disiplin Kelas Proaktif, Cet:1, Jakarta: Indeks, PT. Macana Jaya Cemerlang, 2008. Daien, Amir Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional,1973. Djaali, Prof.Dr, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2006. Durkheim, Emile, Pendidikan Moral ; Suatu Studi Teori dan Aplikasi Sosiologis Pendidikan, Alih Bahasa: Drs. Lukas Ginting, Jakarta: Erlangga,1990. Sabri, Alisuf, Pengantar Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2007. Effendi, Rust, Statistika Pendidikan, Bandung:UPI Press,1988. Eti, Marwatu, MP 2010. 105018200675. “Pemberian Reward dan Punishment dalam Meningkatkan Disiplin Belajar Siswa di SMA PGRI 56 Ciputat”, Skripsi pada sarjana UIN Syarif Hidayatulaah Jakarta, Jakarta, 2009. Gunarsa, Singgih, Psikologi untuk Membimbing, Jakarta: Gunung Mulia, 2000 Hurlock, Elizabeth, Perkembangan Anak , jilid 2, Alih Bahasa: dr. Med Meitasari Tjandrasa, Jakarta: Erlangga, 1978. Irwanto, Drs, Psikologi Umum, Jakarta: PT Prenhallindo, 2002. Jareonsettasin, Teerakiat, Pendidikan Sathya Sai: Filosofi dan Praktisnya, Edisi:1, Thailand: International Institute of Sathya Sai Education, 2002.
Jumsai, Art-ong, Na Ayudhya, B.A, M.A., D.I.C.,Ph.D, Lima Nilai Kemanusiaan dan Keutamaan Manusia (Human Excellence), Edisi:1, Thailand: International Institute of Sathya Sai Education, 2002. Jumsai, Art-ong, Na Ayudhya, B.A, M.A., D.I.C.,Ph.D, Model Pembelajaran Nilai-Nilai Kemanusiaan Terpadu “Pendekatan yang Efektif untuk Mengembangkan Nilai-nilai Kemanusiaan atau Budi Pekerti pada Peserta Didik, Jakarta: Yayasan Pendidikan Sathya Sai Indonesia, 2008. Kementrian Pendidikan Nasional, Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter, 2011. Khalsa, Sirnam, Teaching Discipline and Self Respect: Effective strategies, Anecdotes, and Lessons for Successful Classroom Management, California: Corwin Press, 2007. Lickona, Thomas, Educating for Character “Bagaimana Sekolah Dapat Memberikan Pendidikan Tentang Sikap Hormat dan Tanggung Jawab, Edisi: 1, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2012. Lukman bin Ma’sa. konsep penghargaan dan sanksi dalam pendidikan islam, http://www.scribd.com/, 29 agustus 2009. Madsen, Charles, Teaching Discipline A Positive Approach for Educational Development, Edisi:3, Florida: United States of America, 1933. Majalah Ayah Bunda dan Mead Johnson, dari A Sampai Z Perkembangan Anak, Buku Pegangan Untuk Pasangan Muda, Jakarta: PT. Gaya Favorit Press. Muhazir, Zamzam, Lembaga Bimbingan Belajar Sebagai Alternatif Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa, KI-Manajemen Pendidikan,2008. Mulyadi, Seto, Dr, M. Psi, Membantu Anak Balita Mengelola Amarahnya, Jakarta: Erlangga, 2004. Mulyasa,M.Pd, Prof. Dr.H.E, Managemen Pendidikan Karakter, Jakarta:Pt.Bumi aksara,2011 Nur, Muhammad, Abdul Hafizh, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, Bandung: Kelompok Penerbit Mizan, 1997 Purwanto, M. Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006. Ramayulis, ilmu pendidikan islam, Cet: 6, Jakarta: Kalam mulia. 2008.
Rohani, Ahmad, 2004
Pengelolaan Pengajaran, Cet. Ke-2, Jakarta: Rineka Cipta,
Ruseffendi, Prof, Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan, Bandung: CV Andira Bandung, 1998. Sanjaya, Wina, Prof. Dr , M.Pd, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media,2006. Santrock, John W, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2008. Semiawan, Conny, Prof. Dr, Penerapan Pembelajaran pada Anak, Jakarta: Indeks, PT Macana Jaya Cemerlang,2008. Schaefer, Charles, Bagaimana Membimbing, Mendidik dan Mendisiplinkan Anak Secara Efektif “How to Influence Children”, Cet. Ke-1, Jakarta: Restu Agung, 1996. Soedijarto, Menuju Pendidikan yang Relefan dan Bermutu, Jakarta: Balai Pustaka, 1989. Soemanto, Wasty, Drs, Psikologi Pendidikan “Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan”, Jakarta: Rhineka Cipta, 1990. Sofyan, Ahmad,dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, Cet:1, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2007. Sumiati, Dra, Metode Pembelajaran, Bandung: CV Wacana Prima. 2009. Suryabrata, Sumadi, Drs, B.A.,M.A.,Ed.s.,Ph.D, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2010. Sylvia,
Rimm, Mendidik dan Menerapkan Disiplin pada Anak Prasekolah, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003.
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. Ke-2, Jakarta: Balai Pustaka,2002. Uno, Hamzah, Dr, M.Pd, Orientasi Baru dalam Strategi Pembelajaran, Cet:3, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006.
Webe, Agung, Smart Teaching “5 Metode Aktif Lejitkan Prestasi Anak Didik, Yogyakarta: Galangpress, 2010. Wheldall, Kevin, Discipline in Schools, Psychological Perspectives on the Elton Report, New York: Routledge London and New York, 1992. Yanuar, A, Jenis-jenis Hukuman Edukatif untuk Anak SD, Cet:1, Jogjakarta: DIVE Press, 2012
LAMPIRAN A INSTRUMEN PENELITIAN Lampiran A.1 :
Instrumen Tes Kedisiplinan Siswa 1. RPP 2. Uji Validitas Instrumen 3. Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen Tes
Lampiran A.2 :
Instrumen Non Tes 1. Angket:
a. Lembar Checklist Reflektif b. Catatan Anekdotal Record
2. Profil SDS Hikari
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MINGGUAN BERBASIS PAIKEM TEMA : KOTAK MAINANKU By: Miss. Novi
A. Identitas NamaSekolah
: SD HIKARI
Kelas/Smester
: I (Satu) / II (Dua)
MateriPokok
: Gerak Benda
Waktu
: 22 jam (35‟) / 805 menit
Hari/Tanggal
: Senin- jum‟at / 09 - 13 April 2012
B. TEMA : Kotak mainanku No Mata
SK
KD
Indikator
Mengenal berbagai
(1.2) Mengidentifikasi penyebab benda
bentuk energi dan
bergerak (batere, per/pegas, dorongan
benda bergerak melalui mainan yang telah
manfaatnya dalam
tangan, dan magnet) => FOKUS
dipilihnya
Pelajaran 1
IPA
kehidupan sehari-
-
Mengamati secara sederhana penyebab
hari
MATERI: BATERE dan PER/ PEGAS
-
Menjelaskan penyebab gerak benda
-
Menyimpulkan jenis penyebab gerak benda
2
MTK
Mengenal
(5.1) Membandingkan berat benda
pengukuran berat
melalui percobaan
-
Melakukan penimbangan satuan tidak baku dengan menggunakan benda- benda yang ada di sekitarnya
(5.2) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan berat benda
-
Memecahkan masalah yang berkaitan dengan berat benda
3
4
IPS
PKN
-
Study kasus mengenai berat benda
-
Mengekspresikan melalui ungkapan kata-
Mendeskripsikan
(2.1) Menceritakan kembali peristiwa
lingkungan rumah
penting yang dialami sendiri
kata mereka mengenai membuat mainan
dilingkungankeluarga
bersama
Menerapkan
(4.1) Mengikuti tata tertib di rumah dan di
kewajiban anak di
sekolah
- Penilaian diri mengenai pembiasaan menjalankan beberapa kewajiban dirumah
rumah dan di
dan di sekolah “bertanggung jawab atas
sekolah
mainan yang sudahdipakai”
-
Memahami indikator kedisiplinan dengan membahas bersama-sama tata tertib yang ada di daftar Checklist
Reflektif 5
Bahasa
Menulis,
Indonesia menulispermulaan
Menuliskan huruf tegak bersambung
-
yang dicontohkan oleh guru
bahasanya sendiri tentang penyebab
dengan huruf tegakbersambung melalui kegiatan dikte dan menyalin
Beragumen dengan menggunakan
gerakbenda -
Menceritakan dengan singkat proses pembelajaran yang telah berlangsung
C. Tujuan Pembelajaran Siswa Mampu: 1. Menyebutkanberbagai cara benda bisa bergerakmelaluipengamatan 2. Menjelaskan penyebab gerak benda 3. Menyimpulkan penyebab gerak benda 4. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan gerak benda 5. Mamapu memecahkan masalah yang berkaitan dengan berat benda pada kehidupan sehari-hari 6. Memahami kewajiban di rumah dan disekolah 7. Membiasakan diri dengan membereskan mainan yang telah selesai dimainkan 8. Mengungkapkan bahasa yang baik ketika menceritakan tentang peristiwa membua tmainan bersama 9. Mampu menulis huruf tegak bersambung dengan baik
D. MateriPembelajaran => Peta Konsep Sub materi: Penyebab benda bergerak
E. Metode Pembelajaran 1.Pendekatan : Pendekatan Aktif Inovatif Kreatif dan Menyenangkan 2.Metode
: Ceramah, Diskusi, TanyaJawab, Inquiry, Observasi, Pengamatan,
F. Langkah-langkah
Senin Aktivitas dengan Komponen PAIKEM Tahap
Waktu
Indikator
Nilai Karakter Guru
Pendahuluan
Siswa
07.30
Guru menanyakan keadaan siswa di pagi
Siswa
(20 „)
hari
mengikuti
Guru bersama siswa berbaris di luar kelas
Santun
intruksi guru
duduk hening untuk berdoa Guru mengecek baju siswa seperti biasa Religius
Telling Story tentang “Tanggung Jawab” Guru meminta siswa masuk kedalam kelas,
Siswa
namun terlebih dahulu guru meminta siswa
mendengarka
untuk duduk rapih.
n cerita guru
Guru bertanya kepada siswa (Questioning)
kebersihan keperduli Tanggung jawab
“menurut kamu barisan manakah yang
Siswa duduk
Sungguh-
paling rapih dan siapa yang terlebih dahulu
dengan rapih
sungguh
untuk masuk kedalam kelas, anak laki-laki atau anak perempuan?”
Siswa bertanya dengan antusias Kegiatan Eksplorasi Inti
07.50 (35‟)
Guru menyapa siswa dan mempersiapkan
Siswa
siswa untuk siap belajar
mengikuti
Guru meberikan motivasi kepada siswa,
instruksi guru
pembelajaran hari ini (mengenalkan tokoh baru yang akan menemani pembelajaran Siswa bersemangat Guru mengajak siswa bermain bersama tokoh baru Guru mengajak siswa fokus kepada tas
Kesungguhan Kemandirian
seperti memberitahukan tujuan dan fungsi
hari ini)
Kedisiplinan
mainan bu guru. Guru membagi siswa kedalam 6 kelompok Guru mengajak sisiwa untuk memilih mainan yang ada di tas mainanku Guru memerintahkan siswa untuk mengamati bagaimana cara benda tersebut bergerak.
Siswa mengikuti
Guru memberikan waktu selama 5 menit Guru bertanya kepada siswa tentang diskusi yang meraka lakukan tentang mainan itu Guru menuliskan jawaban siswa di papan tulis IPA: Mengamati secara sederhana penyebab benda bergerak melalui mainan yang telah dipilihnya IPA: Menjelaskan penyebab gerak
Guru memberikan siswa LKS untuk dikerjakan (autentic assesment => tes tulis) Guru membahas pengetahuan siswa secara bersama-sama. Guru bersama siswa bersiap-siap untuk
permainan tersebut
benda Elaborasi
(35‟)
snack time selama (20‟) Guru mengulang membahas hasil kerja
Siswa
siswa secara bersama-sama.
memperhatika
(Konstruktivisme)
n terlebih
Guru bersama siswa mengamati permainan yang bergerak dengan cara yang baru, seperti dengan bantuan batre dan pegas Guru bertanya kembali kepada siswa pengalaman yang dia temukan diluar sana, tentang bagaimana cara menggerakan mainan tersebut? (Questioning). Guru berkolaborasi bersama-sama dengan siswa, dengan membahas penyebab mainan IPA:
boneka bu guru bergerak (Learning
Menyimpul
Comunity)
kan jenis penyebab
Guru bersama siswa mengamati mainan
gerak
tersebut
benda
Guru mencabut dan menerapkan baterai di mainan tersebut Guru bertanya mengapa si Jalu bisa bicara
dahulu cara menjawab lembar pengamatann ya
Kesungguhan Kepedulian sosial dengan kerja kelompok
dan terkadang tidak bisa bicara? Adakah sesuatu yang bisa membuat dia hidup? Guru menunggu jawaban siswa dan menulisnya di papan tulis Guru bertanya “lalu benda apa saja yang bisa hidup dengan menggunakan baterai? Guru menulis jawaban siswa di papan tulis Guru menanyakan tentang pegas. Tahukah kamu pegas? Pernahkah kamu melihatnya? Guru membongkar pulpen, dan mengenalkan apa itu pegas. Guru menanyakan benda apa lagi yang bisa bergerak dengan menggunakan pegas?
Siswa mengikuti
Guru mencatat jawaban siswa di papan tulis Guru bersama siswa menyimpulkan pembahasan hari ini dengan membaca
proses pembelajaran secara tertib
bersama-sama Guru meminta siswa untuk menulisnya di kertas yang telah disediakan. Guru memberikan waktu kepada siswa untuk mengerjakannya. Konfirmasi 09.15 (35‟)
PKn: penilaian diri mengenain pembiasaan menjalankan beberapa kewajiban di rumah dan di sekolah “ bertanggung jawab atas semua mainan yang sudah di pakai”
Guru bersama siswa merapihkan mainan
Siswa
Bersungguh-
dan kelas sesudah pengamatan
menuliskan di
sungguh
Guru menanpilkan Main map meteri pembelajaran mengenai gerak benda dan manafaat energi dalam kehidupan seharihari. Guru meminta siswa membuat yang sama
kertas yang telah
Kedisiplinan
disediakan
Tanggung
oleh guru untik
jawab
membuat maind map
dengan yang di papan tulis dengan membuat dan menambahkan konsep yang telah ditemukan oleh siswa (autentic assesment => fortofolio) Guru mempersilahkan siswa istirahat selama (25‟)
Penutup
10.15
Guru memberikan kesempatan kepada siswa
Siswa
untuk menyimpulkan kegiatan pembelajaran
mengikuti
Keberanian
(45‟)
(Learning Comunity)
instruksi guru
Kemandirian
Guru menutup pelajaran dengan bersama-
Bertanggung
sama merapihkan kelas dan mempersiapkan
jawab
untuk berdoa pulang quis (5 pertanyaan) (autentic assesment => individu)
Selasa Aktivitas dengan Komponen Paikem Tahap
Waktu
Indikator
Nilai Karakter Kegiatan Guru
Pendahuluan
Kegiatan Siswa
07.30
Guru menanyakan keadaan siswa di pagi
Siswa
(20‟)
hari
mengikuti
Guru bersama siswa berbaris di luar kelas duduk hening untuk berdoa Telling Story atau membahas pertanyaan siswa Guru meminta siswa masuk kedalam kelas, namun guru meminta siswa untuk duduk
Kedisiplinan
instruksi guru Religius Bersungguhsungguh kedisiplinan
rapih terlebih dahulu Kegiatan Eksplorasi Inti
07.50 (35‟)
Guru bersama siswa mengulang sekilas
Siswa
pembelajaran kemarin dengan membuka
menjawab
maind mapp yang sudah di buat
pertanyaan
Guru meminta satu siswa untuk menjelaskan maind mapp yang telah dibuat
guru dengan
Guru masih menggunakan mainan untuk media pembelajaran
bergerak (yaitu beratnya).
Kewajiban kebenaran
yaitu matematika.
yang menyebabkan suatu benda sulit
Kejujuran
gembira
Guru mengaitkan dengan meteri selanjutnya
Guru menegaskan bahwa ada sebab lain
Kedisiplinan
Siswa maju dengan percaya diri
Guru sebelumnya bertanya “ apakah sebab itu?” (Questioning) Guru memancing siswa dengan melakukan percobaan yang sesuai dengan materi Guru mengeluarkan benda yang sama
Siswa
namun berbeda berat dan ukurannya. Seperti
memperhatika
bola dan balok
n guru
Guru bertanya kepada siswa mengapa
Siswa
bendanya tidak bergerak bersama-sama?.
menjawab
Padahal bendanya sama? (questioning)
pertanyaan
Guru menunggu dan menuliskan jawaban siswa di papan tulis (Konstruktivisme) Elaborasi
(35‟)
guru dengan tertib
Jika belum sampai pada materi, guru
Siswa
mengajukan pertanyaan kembali “ coba lihat,
menjawab
apa perbedaan dari kedua benda
pertanyaan
ini?”(Questioning)
guru dengan
Guru menunggu jawaban siswa MTK:
Guru mengajak siswa untuk mencoba - Melakukan
melakukan penimbangan dengan satuan
penimbangan
tidak baku yang ada di sekitar mereka ambil
satuan tidak
mengerjakan tugas yang telah guru berikan
baku dengan
sebelumnya (inquiry dan konstruktivisme)
tertib dan mengacungka n tangan
menggunakan benda- benda yang ada di sekitarnya
Guru berdoa bersama siswa sebelum snack time Guru meminta siswa untuk duduk hening dan tertib untuk mencuci tangan dan mengambil
Siswa
Kedisiplinan Kesungguhan kesantunan
- Memecahkan masalah yang berkaitan dengan berat benda Konfirmasi 09.15 (35‟)
kotak makannya Guru mempersiapkan siswa untuk snack time
mengikuti intruksi guru
selama 15‟
Guru melanjutkan materi dengan melakukan
Siswa bermain
permainan yaitu tebak berat benda dengan
bersama-
menggunakan satuan tidak baku yaitu
sama dengan
kelereng (inquiry)
guru dengan
Tanggung
gembira
jawab
Guru menanyakan permainan apa yang
Siswa
Kesungguhan
dimainkan di luar sewaktu jam istirahat tadi
menjawab
Guru mengingatkan kembali peraturan
Ketertiban Kedisiplinan
bermain di luar dengan jelas Guru Mempersilahkan siswa untuk istirahat selama 25‟ Penutup
10.15 (45‟)
Bahasa Indonesia:
Guru mengulas sedikit pembelajaran hari ini - Menceritakan dengan singkat proses
dengan memberi kesempatan kepada siswa menjelaskan materi apa yang dia dapatkan hari ini.
pertanyaan guru dengan
Guru bersama siswa merapihkan kelas dan
berlangsung
mempersiapkan untuk berdoa pulang
jawab
gembira dan
Kepedulian
semangat
sosial
pembelajaran yang telah
Tanggung
kesantunan Siswa
mengikuti perintah dengan tertib
Rabu Aktivitas dengan Komponen Paikem Tahap
Waktu
Indikator
Nilai Karakter Kegiatan Guru
Pendahuluan
Kegiatan Siswa
07.30
Guru menanyakan keadaan siswa di pagi
Siswa
(20‟)
hari
menjawab
Guru mengecek kebersihan siswa dalam berseragam Guru bersama siswa berbaris di luar kelas duduk hening untuk berdoa
pertanyaan
oleh guru Kebersihan Guru mengikuti perintah guru
YANG BERBUAH MANIS”
dengan tertib
namun terlebih dahulu guru meminta siswa untuk duduk rapih
Kedisiplinan
yang diberikan
Telling Story tentang “ KESUNGGUHAN
Guru meminta siswa masuk kedalam kelas,
Kesantunan
Religius
kesungguhan Kegiatan Inti
Eksplorasi
07.50 (35‟)
Guru mengulang materi yang telah
Siswa
dipelajari kemarin secara singkat dan jelas
mengikuti
dengan sekali lagi menunjuk satu siswa
materi yang
untuk menjelaskan di depan kelas
sedang
Guru meminta siswa untuk mengeluarkan
Siswa
rumah
mengikuti
dengan mainan tersebut (autentic
Tanggung jawab
diajarkan
mainan kesukaan mereka yang ada di
Guru memberikan lks yang berkaitan
Kesungguhan
instruksi yang guru berikan
assesment => individu) Elaborasi
(35‟)
Bahasa
Guru meminta siswa satu persatu untuk
Siswa
Indonesia:
menceritakannya di depan kelas dengan
mengikuti
suara yang kencang
proses
Mengekspresikan
Guru mengajak siswa untuk berdoa
melalui ungkapan
sebelum snack time
cerita singkat mengenai mainan
Guru meminta siswa untuk duduk tertib
kesukaan yang
Guru mempersiapkan siswa untuk snack
didapat dari
time selama 15‟
pembelajaran dengan tertib
Kesungguhan santun
keluarga Konfirmasi 09.15 (35‟)
Guru menanyakan makan yang telah
Siswa
dibawa oleh anak-anak
mengikuti
Guru mengkaitkan mainan itu dengan materi yang kemarin, yaitu cara benda
intruksi guru
Kesungguhan Kedisiplinan
dengan tertib
ketertiban
Kedisiplinan
bergerak, berat benda, dan bagaimana benda itu dapat bergerak Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan (Konstruktivisme dan inquiry) Guru mengulang aturan permainan ketika jam istirahat sedang berlangsung Guru Mempersilahkan siswa untuk istirahat selama 25‟ Penutup
10.15
Guru meminta siswa untuk duduk dengan
Siswa
(45‟)
rapih
mengikuti
Guru bertanya keadaan mereka setelah istirahat Guru bertanya kepada siswa, apa yang
perintah bu guru Siswa berterimakasih
ketertiban
- Penilaian diri mengenai
sudah mereka pelajari hari ini
dengan
(questioning)
teman-
Guru memberikan kesempatan kepada
temannya
siswa untuk menjawab
pembiasaan
Guru membagikan pr kepada siswa.
menjalankan
Mengenai pembiasaan menjalankan
beberapa
kewajiban di rumah (autentic assesment
kewajiban
=> penilaian diri)
dirumah dan di sekolah
Guru bersama siswa merapihkan kelas dan mempersiapkan untuk berdoa pulang
Kamis Aktivitas dengan Komponen Paikem Tahap
Waktu
Indikator
Nilai Karakter Kegiatan Guru
Pendahuluan
Kegiatan Siswa
07.30
Guru menanyakan keadaan siswa di pagi
Siswa
(20‟)
hari
menjawab
Guru mengecek kebersihan dan kerapihan siswa Guru bersama siswa berbaris di luar kelas
pertanyaan
Kesantunan Ketertiban
guru Siswa
Kebersihan
duduk hening untuk berdoa Telling Story atau membahas pertanyaan
mengikuti intruksi guru
Religius
siswa Guru meminta siswa masuk kedalam kelas, namun guru meminta siswa untuk duduk rapih terlebih dahulu Kegiatan Inti
Eksplorasi
07.50 (35‟)
Guru mengulas kembali pembelajaran yang
Siswa
telah berlangsung dari hari senin sampai
mendengarkan
rabu.
dan mengikuti
Guru menanyakan “ apa yang kalian lakukan ketika selesai bermain?”. Dan pernahkah kalian di minta ibu untuk
instruksi guru dengan
Kesungguhan Tanggung jawab kesantunan
gembira
membereskan mainan nya?”. (questioning) Guru menunggu jawaban siswa
Elaborasi
(35‟)
Guru bertanya kepada siswa “ apa yang
Siswa
dilakukan untuk menjaga mainan kalian?.
menjawab
Seperti di lap, disimpan, dibersihkan, atau di
pertanyaan
tata di tempat yang baik”
guru
Guru bertanya kembali “ untuk apa mainan
Siswa menjawab
Tanggung
di simpan dan di jaga?” (questioning) Guru menunggu jawaban siswa
pertanyaan guru
Guru menjelaskan bagaimana mengerjakan
jawab Kesungguhan kesantunan
lks selanjutnya PKn:
Guru bersama siswa membahas mengenai lks yang diberikan yaitu, lks penilaian diri
- Penilaian diri mengenai pembiasaan menjalankan beberapa kewajiban dirumah dan di sekolah
mengenai tanggung jawab yang dilaksanankan di sekolah “membersihkan dan membereskan mainan yang selesai digunakan (autentic assesment => penilaian diri). Guru mempersiapkan siswa untuk snack time selama 15‟
Konfirmasi 09.15 (35‟)
PKn: Memahami
Guru menanyakan kepada siswa, tahukah
Siswa
kamu untuk apa kita mengikuti tata tertib?
mengikuti
indikator
Guru menunggu jawaban siswa dan
kedisiplinan
menulis jawabannya di papan tulis
dengan membahas bersama-sama
Guru menyampaikan kepada siswa, bahwa sekolahpun memiliki peraturan.
intruksi untuk
Kesungguhan Ketertiban
mengerjakan
Tanggung
lks yang telah
jawab
diberikan
tata tertib yang
Guru mengenalkan dan membahas
ada di daftar
bersama-sama mengenai peraturan
Checklist
tersebut.
Reflektif Guru mengenalkan lembar checlist reflektif kepada siswa, lembar perlembar. Guru mengenalkan media pemotivasi kedisiplinan siswa seperti: Papan Star, Star, pin disiplin. Guru menjelaskan cara mengisi lembar checklist reflektif (seperti mengenalkan jam analog, pulpen, kaca) dan bagaimana cara siswa mendapatkan media tambahan tersebut. Guru bersama siswa mengisi lembar checklist reflektif, seperti membubuhi nama, memberikan gambar, mengisi LKS halaman 4, halaman 7, dan halaman 9. Guru Mempersilahkan siswa untuk istirahat selama 25‟ Penutup
10.15
Guru menanyakan keadaan mereka setelah
Siswa
Kesungguhan
(45‟)
beristirahat
mengikuti KBM
Guru meminta siswa meneruskan tugas
Tanggung
yang belum diselesaikan di unfinis foldernya
jawab
sambil menunggu waktu jam pulang sekolah Jika waktu masih berlanjut, guru meminta siswa untuk mengerjakan lks yang telah disediakan dan bagi siswa yang belum menyelesaikan tugasnya bisa dibawa pulang untuk PR Guru bersama siswa merapihkan kelas dan mempersiapkan untuk berdoa pulang Desa Koceak, 13 Januari 2012 Mengetahui Kepala sekolah
(.................................)
Pengampuh Kurikulum
(......................................)
Guru Pengampuh KBM
(.....................................)
8 Indikator Disiplin pada peserta didik kelas 1 Sekolah Dasar menurut kemen diknas 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Datang ke sekolah dan masuk kelas pada waktunya Melaksanakan tugas-tugas kelas yang menjadi tanggung jawabnya Duduk pada tempat yang telah ditetapkan Menaati peraturan sekolah dan kelas Berpakaian rapih Mematuhi aturan permainan
Comment [N1]: Secara Umum: 1.Indikatornya 8 atau 6 kah? 2.Jika mengacu pada judul , bentuk Reward dan Punishmentnya tidak terlihat 3.Sulit untuk melihat skor total “Disiplin” karena ada yg kualitatif, ada juga yg bisa dikuantitatif
SARAN: 1.PERJELAS JUDUL 2.BEDAKAN INSTRUMEN UNTUK MENGUKUR VARIABEL DENGAN METODE ATAU MODUL YANG KITA GUNAKAN DALAM MELAKUKAN TREATMENT, MISAL PADA INDIKATOR DUDUK PADA TEMPATNYA APA YANG AKAN DIUKUR?
Riwayat Singkat Validator Nama Validator (dengan gelar)
: Kenti Martiastuti, M,Pd
Riwayat singkat validator yang berhubungan dengan keahlian : 1. Dosen Psikologi Anak UPI Bandung – Sekarang Catatan/ Rekomendasi/ Perbaikan terhadap instrument: Perbaikan dikirimkan lewat internet, di lembar berikutnya.
Tangerang Selatan, 13 Maret 2012
( _________________________ )
Instrument Observasi “PENINGKATAN KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK KELAS 1 MENGGUNAKAN REWARD DAN PUNISHMENT DI SD HIKARI DESA KARANGGAN”
Name: Kelas :
My Star:
Sign: Teacher Parents
MY DISCIPLINE REPORT
Comment [N2]: report
Mata Pelajaran
: PKn
SK
: Membiasakan Tertib di Rumah dan di Sekolah
KD
: Melaksanakan Tertib di Sekolah
Indikator
: Membiasakan Diri Untuk Datang ke Sekolah dan Masuk Kelas Pada Waktunya
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30
Hari
Tanggal
Aku Tiba di Sekolah pada Jam?
Comment [N3]: Kenapa bukan check list saja? Misalnya diganti dengan kalimat : hari ini aku datang tepat waktu, beri check list jika ya dan sebaliknya
Mata Pelajaran
: PKn
SK
: Menerapkan Kewajiban Anak di Rumah dan di Sekolah
KD
: Mengikuti Kewajiban Anak di Sekolah
Indikator
: Melaksanakan Tugas-tugas kelas yang menjadi tanggung jawabnya
Isi sesuai dengan contoh, lalu beri tanda Check list ( ) jika kamu sudah mengerjakan Pr dan LKS ok!!
No
Hari
Tanggal
PR ku
LKS Ku 1
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
2
Apa yang kamu bersihkan hari ini? 3
Mata Pelajaran
: PKn
SK
: Membiasakan Tertib di Rumah dan di Sekolah
KD
: Melaksanakan Tata tertib di Sekolah
Indikator
: Duduk pada tempat yang telah ditetapkan
Comment [N4]: instrumennya mana?
Aku anak yang baik Aku harus mengikuti tata tertib dengan baik pula Sekarang aku akan warnai dimana aku duduk Karna duduk pada tempat yang ditetapkan adalah tata tertib yang harus aku ikuti
Papan Tulis
1
2
18
17
16
15
14
19
20
21
22
34
33
32
31
Meja Guru
3
4
5
6
7
8
9
10
13
12
11
23
24
25
26
30
29
28
27
Lembar Pemahaman Siswa “PENINGKATAN KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK KELAS 1 MENGGUNAKAN REWARD DAN PUNISHMENT DI SD HIKARI DESA KARANGGAN”
Mata Pelajaran
: PKn
SK
: Membiasakan Tertib di Rumah dan di Sekolah
KD
: Melaksanakan Tata tertib di Sekolah
Indikator
: Menceritakan dengan menggunakan bahasa mereka mengenai peraturan yang udah terbentuk di rumah atau di awal semester sekolah
Asik... hari ini aku akan menceritakan kegiatanku sewaktu di rumah dan di sekolah, lalu aku akan menceritakan pula peraturan yang aku jalani ketika aku ada di rumah dan di sekolah
Peraturan di sekolah: ........................................................................................................................................................................................ ........................................................................................................................................................................................ ........................................................................................................................................................................................ ........................................................................................................................................................................................ ........................................................................................................................................................................................ Peraturan di rumah: ........................................................................................................................................................................................ ........................................................................................................................................................................................ ........................................................................................................................................................................................ ........................................................................................................................................................................................ ........................................................................................................................................................................................
INGAT: KATA BU GURU ANAK YANG BAIK ADALAH ANAK YANG MEMATUHI TATA TERTIB, dan MENDENGARKAN MAMAH, PAPAH dan GURUKU ADALAH TATA TERTIB YANG PALING PENTING!!!!
Comment [N5]: Deskriptif sajakah? Bagaimana mengukurnya? SARAN: 1.LBuat daftar tata tertib yang ada di sekolah dan buat kolom check list 2. Lembar ini jadikan sebagai modul/metode yang diterapkan
Instrument Observasi - Check list “PENINGKATAN KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK KELAS 1 MENGGUNAKAN REWARD DAN PUNISHMENT DI SD HIKARI DESA KARANGGAN”
Mata Pelajaran
: PKn
SK
: Membiasakan Tertib di Rumah dan di Sekolah
KD
: Melaksanakan Tata tertib di Sekolah
Indikator
: Menaati Peraturan Sekolah dan Kelas
Berilah tanda check list ( ) apabila kamu mematuhi tata tertib sekolah dan kelas Berilah tanda silang ( ) apabila kamu melanggar tata tertib sekolah dan kelas Dengarkan penjelasan ibu guru!! Bulan: ..................................... Tanggal Hadir tepat waktu dan 1 2
3 4 5 6 7 8
9 10 11
segera berbaris rapih Selalu berpakaian rapih dan memakai alas kaki ketika keluar kelas Selalu 4 S (senyum, salam, sapa dan santun) Berkata baik dan sopan Makan dan minum sambil duduk Saling menghargai dan menjaga barang milik sendiri/ orang lain Menjaga kebersihan lingkungan Tidak merusak tumbuhan dan tidak mencoret-coret meja, kursi,tembok Selalu mendengarkan dan tertib ketika guru menjelaskan Mengejakan tugas tepat waktu menyimpan alas kaki dan loker dengan benar
Lembar Pemahaman Siswa “PENINGKATAN KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK KELAS 1 MENGGUNAKAN REWARD DAN PUNISHMENT DI SD HIKARI DESA KARANGGAN”
Mata Pelajaran
: Seni Rupa
Kelas/ Semester
: 1/2
SK
: Mengekspresikan diri melalui karya seni rupa
KD
: mengekspresikan diri melalui teknik mewarnai, menggunting, dan menempel.
Indikator
: Memahami tata tertib Berpakaian Rapih melaui kegiatan mewarnai dengan tepat dan menempelkan gambar atribut yang dianggap kurang dari seragam sekolah yang telah ditetapkan
Instrument Observasi Cheklist “PENINGKATAN KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK KELAS 1 MENGGUNAKAN REWARD DAN PUNISHMENT DI SD HIKARI DESA KARANGGAN”
Mata Pelajaran
: PKn
SK
: Membiasakan Tertib di Rumah dan di Sekolah
KD
: Melaksanakan Tertib di Sekolah
Indikator
: Berpakaian Rapih dan Sopan
Anak yang baik selalu berpakaian rapih loh. Ayo kita lihat cermin, apakah kamu sama seperti contoh? Cek satu persatu atribut sekolahmu, lalu beri tanda check list ( jika tidak berilah tanda silang (
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.
Hari
Apa warna baju dan celanamu?
) jika kamu memakainya, namun
). Apakah bajuku rapih?
(Dasi)
(Topi)
(Kaos kaki)
(Sepatu)
Rapih tidak ya rambut ku?
Instrument Observasi _ Catatan Harian “PENINGKATAN KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK KELAS 1 MENGGUNAKAN REWARD DAN PUNISHMENT DI SD HIKARI DESA KARANGGAN”
Indikator
: Mematuhi Aturan Permainan
Hari dan Tanggal
: .......................................................................................................
Mata Pelajaran
: .......................................................................................................
Sub Materi
: .......................................................................................................
Perintah yang harus dilaksanankan : .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... Ceritakan seluruh kejadian ketika proses pembelajaran berlangsung, perhatikan aktifitas peserta didik mengenai aktifitasnya mengikuti aturan permainan .............................................................................................................................................................................. .............................................................................................................................................................................. .............................................................................................................................................................................. .............................................................................................................................................................................. .............................................................................................................................................................................. .............................................................................................................................................................................. .............................................................................................................................................................................. .............................................................................................................................................................................. .............................................................................................................................................................................. .............................................................................................................................................................................. .............................................................................................................................................................................. .............................................................................................................................................................................. .............................................................................................................................................................................. Tanggerang Selatan, ........................... 2012 Observer
(...........................................................)
Lembar Pemahaman Siswa DAMPAK “REWARD + CHECK LIST REFLEKTIF” TERHADAP SIKAP KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK KELAS 1 DI SD HIKARI DESA KARANGGAN
Indikator
: II (Menaati Peraturan )
SK
: Membiasakan Tertib di Rumah dan di Sekolah
KD
: Melaksanakan Tata tertib di Sekolah
Tujuan
: Memahami dengan menggunakan bahasa siswa apa yang disebut peraturan
Seringkah kamu mendengar kata “ peraturan” ? Untuk apakah kita mamatuhi peraturan itu? Ayo.. kita tulis jawabannya di bawah ini !!!
Dimana saja kamu mendengar kata “Peraturan ? ............................................................................................................................................................................ ............................................................................................................................................................................ ............................................................................................................................................................................ ............................................................................................................................................................................ ......................................................... Untuk apa kita mematuhi peraturan ? ............................................................................................................................................................................ ............................................................................................................................................................................ ............................................................................................................................................................................ ............................................................................................................................................................................ .........................................................
INGAT: KATA BU GURU ANAK YANG BAIK ADALAH ANAK YANG MEMATUHI TATA TERTIB, dan MENDENGARKAN MAMAH, PAPAH dan GURU ADALAH TATA TERTIB YANG PALING PENTING!!!!
Indikator
: II (Menaati Peraturan ) Membiasakan diri untuk mematuhi peraturan kelas
Mata Pelajaran/ SK
: PKn/ Membiasakan Tertib di Rumah dan di Sekolah
KD
: Melaksanakan Tata tertib di Sekolah Berilah tanda check list ( ) apabila kamu mematuhi tata tertib kelas Dan berilah tanda silang ( ) apabila kamu melanggar tata tertib kelas Dengarkan penjelasan ibu guru!!
Bulan: ..................................... Tanggal 1
Berbaris rapih ketika bel berbunyi
2
Memberi salam ketika bertemu dengan setiap orang
3
Makan dan minum sambil duduk
4
Meminta izin ketika ingin memakai barang milik orang lain
5
Membuang sampah pada tempatnya
6
Tidak merusak tumbuhan
7
Menyimpan sepatu dan tas pada tempatnya
8
Menyimpan sandal pada tempatnya
9
Memperhatikan ketika guru menjelaskan pelajaran
10
Tidak mencoretcoret meja dan tembok
11
Berkata baik dan sopan pada setiap pelajaran
Indikator
: II (Menaati Peraturan ) Membiasakan diri untuk mematuhi peraturan bersama yang telah disepakati sebelumnya
Mata Pelajaran/ SK
: PKn/ Membiasakan Tertib di Rumah dan di Sekolah
KD
: Melaksanakan Tata tertib di Sekolah Ayo... kita sebutkan apa yang menjadi peraturan bersama. Lalu Berilah tanda check list ( ) apabila kamu mematuhi tata tertib itu Dan berilah tanda silang ( ) apabila kamu melanggar tata tertib itu Dengarkan penjelasan ibu guru!!
Bulan: ..................................... Tanggal 1 .............................................................................. .............................................................................. ..............................................................................
2 .............................................................................. .............................................................................. ..............................................................................
3 .............................................................................. .............................................................................. ..............................................................................
4 .............................................................................. .............................................................................. ..............................................................................
5 .............................................................................. .............................................................................. ..............................................................................
Lembar Pemahaman Siswa DAMPAK “REWARD + CHECK LIST REFLEKTIF” TERHADAP SIKAP KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK KELAS 1 DI SD HIKARI DESA KARANGGAN
Indikator
: III (Kerapihan Berbusana)
Mata Pelajaran/ SK
: Seni Rupa/ Mengekspresikan diri melalui karya seni rupa
KD
: Mengekspresikan diri melalui teknik mewarnai, menggunting, dan
Tujuan
:Memahami tata tertib Berpakaian Rapih melalui kegiatan mewarnai
menempel. dengan tepat dan menempelkan gambar atribut yang dianggap kurang dari seragam sekolah yang telah ditetapkan
Indikator
: III (Kerapihan Berbusana) Berpakaian Rapih dan Sopan
Mata Pelajaran/ SK
: Membiasakan Tertib di Rumah dan di Sekolah
KD
: Melaksanakan Tertib di Sekolah
Anak yang baik selalu berpakaian rapih loh. Ayo kita lihat cermin, apakah kamu sama seperti contoh? Cek satu persatu atribut sekolahmu, lalu beri tanda check list ( jika kamu memakainya, namun jika tidak berilah tanda silang (
No
Hari
Apa warna baju
Apakah
Rapih
dan celanamu?
bajuku
tidak ya
rapih? (Dasi)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.
) ).
(Topi)
(Kaos kaki)
(Sepatu)
rambut ku?
REKAPITULASI HASIL UJI INSTRUMEN 1. Berikut ini adalah prosentase berkategori dan diagram batang perubahan sikap disiplin peserta didik kelas 1 SD Hikari Desa Karanggan selama 21 hari menggunakan checklist reflektif dan reward dan pasca 6 hari, diantaranya:
a. Prosentase berkategori, indikator: Ketepatan waktu, membiasakan diri untuk datang ke sekolah dan masuk kelas pada waktunya no nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
L1 P2 P3 L4 L5 P6 P7 L8 L9 L10 L11 P12 L13 L14 P15 P18 L19 P20 L21 L22 P23 L24 P26 L27 L28 P29 L30 L31 P32 P33 P34 P35
1. Membiasakan Diri Untuk Datang ke Sekolah dan Masuk Kelas Pada Waktunya hasil 1 hasil 2 81 buruk 95,2 buruk 90,5 baik 95,2 buruk 100 sangat baik 100 sangat baik 52,4 buruk 100 sangat baik 100 sangat baik 100 sangat baik 95,2 sangat baik 100 sangat baik 61,9 buruk 90,5 buruk 85,7 buruk 100 sangat baik 100 sangat baik 100 sangat baik 90,5 baik 100 sangat baik 100 sangat baik 100 sangat baik 100 sangat baik 100 sangat baik 100 sangat baik 100 sangat baik 95,2 sangat baik 100 sangat baik 100 sangat baik 100 sangat baik 81 buruk 100 sangat baik 85,7 buruk 100 sangat baik 100 sangat baik 100 sangat baik 95,2 sangat baik 100 sangat baik 100 sangat baik 100 sangat baik 81 buruk 100 sangat baik 90,5 baik 100 sangat baik 100 sangat baik 100 sangat baik 28,6 buruk 100 sangat baik 95,2 sangat baik 100 sangat baik 100 sangat baik 100 sangat baik 100 sangat baik 100 sangat baik 76,2 buruk 100 sangat baik 81 buruk 100 sangat baik 61,9 buruk 100 sangat baik 61,9 buruk 100 sangat baik 90,5 baik 100 sangat baik
Diagram batang perubahan sikap kedisplinan indikator 1
35 30 25 20
sangat baik
15
baik
10
buruk
5 0 proses
pasca
Dengan rata-rata
102.00 100.00 98.00 96.00 94.00 92.00 90.00 88.00 86.00 84.00 82.00 80.00 proses
pasca
b. Prosentase berkategori, indikator 2: Ketepatan waktu, melaksanakan dan mengumpulkan tugas-tugas kelas yang menjadi tanggung jawabnya dengan tepat waktu
no nama 1 2 3 4 5
L1 P2 P3 L4 L5
2. Melaksanakan dan mengumpulkan Tugas-tugas kelas yang menjadi tanggung jawabnya dengan tepat waktu hasil 1 hasil 2 71,4 buruk 100 sangat baik 95,2 baik 100 sangat baik 100 sangat baik 100 sangat baik 100 sangat baik 100 sangat baik 100 sangat baik 100 sangat baik
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
P6 P7 L8 L9 L10 L11 P12 L13 L14 P15 P18 L19 P20 L21 L22 P23 L24 P26 L27 L28 P29 L30 L31 P32 P33 P34 P35
100 100 95,2 100 81,0 100 95,2 90,5 57,1 90,5 100 57,1 90,5 100 90,5 100 95,2 90,5 100 100 95,2 100 100 100 71,4 100 100
sangat baik sangat baik baik sangat baik buruk sangat baik baik buruk buruk buruk sangat baik buruk buruk sangat baik buruk sangat baik baik buruk sangat baik sangat baik baik sangat baik sangat baik sangat baik buruk sangat baik sangat baik
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik
Diagram batang perubahan sikap indikator 2
35 30 25 20 proses
15
pasca
10 5 0 sangat baik
baik
buruk
Dengan rata-rata
102.00 100.00 98.00 96.00 94.00 92.00 90.00 88.00 proses
pasca
c. Prosentase berkategori, indikator: Membiasakan diri untuk mematuhi peraturan kelas no 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
nama L1 P2 P3 L4 L5 P6 P7 L8 L9 L10 L11 P12 L13 L14 P15 P18 L19 P20 L21 L22 P23 L24 P26 L27 L28
3. membiasakan diri untuk memanuhi peraturan kelas 97,8 100 98,3 92,6 98,3 93,1 93,9 94,8 100 100 100 100 97 100 100 100 93,9 98,3 94,8 98,7 99,6 98,3 97,4 96,5 97
hasil 1 sangat baik sangat baik sangat baik buruk sangat baik buruk buruk buruk sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik buruk sangat baik sangat baik sangat baik buruk sangat baik buruk sangat baik sangat baik sangat baik buruk buruk buruk
77,3 83,3 80,3 83,3 83,3 81,8 83,3 78,8 83,3 83,3 83,3 81,8 74,2 83,3 66,7 83,3 81,8 81,8 81,8 81,8 81,8 63,6 80,3 81,8 83,3
hasil 2 buruk sangat baik buruk sangat baik sangat baik baik buruk buruk sangat baik sangat baik sangat baik baik buruk sangat baik buruk sangat baik baik baik baik buruk baik buruk buruk baik sangat baik
26 27 28 29 30 31 32
P29 L30 L31 P32 P33 P34 P35
99,6 99,1 93,5 98,3 100 100 98,3
sangat baik sangat baik buruk sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik
83,3 83,3 83,3 83,3 83,3 83,3 66,7
sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik buruk
Diagram batang perubahan sikap kedisiplinan indikator 3 25 20 15 proses
10
pasca
5 0 sangat baik
baik
buruk
Dengan rata-rata
120.00 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00 proses
pasca
d. Prosentase berkategori, indikator 4: Membiasakan diri untuk mematuhi peraturan bersama yang telah disepakati sebelumnya
no 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
nama L1 P2 P3 L4 L5 P6 P7 L8 L9 L10 L11 P12 L13 L14 P15 P18 L19 P20 L21 L22 P23 L24 P26 L27 L28 P29 L30 L31 P32 P33 P34 P35
4. membiasakan diri untuk mematuhi peraturan bersama yang telah disepakati sebelumnya hasil 1 hasil 2 98,4 sangat baik 84 buruk 98,4 sangat baik 100 sangat baik 100 sangat baik 100 buruk 90,5 buruk 100 sangat baik 93,7 buruk 89 baik 90,5 buruk 95 buruk 93,7 buruk 100 buruk 93,7 buruk 89 buruk 100 sangat baik 100 sangat baik 100 sangat baik 100 sangat baik 100 sangat baik 100 sangat baik 100 sangat baik 100 sangat baik 95,2 baik 89 buruk 100 sangat baik 100 sangat baik 95,2 baik 95 baik 100 sangat baik 100 sangat baik 77,8 buruk 100 sangat baik 100 sangat baik 100 sangat baik 87,3 buruk 100 sangat baik 95,2 baik 100 sangat baik 100 sangat baik 100 sangat baik 77,8 buruk 72 buruk 100 sangat baik 100 sangat baik 88,9 buruk 84 buruk 87,3 buruk 89 buruk 100 sangat baik 100 sangat baik 81 buruk 95 baik 96,8 sangat baik 95 baik 95,2 baik 100 sangat baik 96,8 sangat baik 100 sangat baik 93,7 buruk 84 buruk 98,4 sangat baik 100 sangat baik
Diagram batang perubahan sikap kedisiplinan indikator 4 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
proses pasca
sangat baik
baik
buruk
Dengan rata-rata
95.80 95.60 95.40 95.20 95.00 94.80 94.60 94.40 94.20 94.00 proses
pasca
e. Prosentase berkategori, indikator 5: Berpakaian rapih dan sopan No 1 2 3 4 5 6
nama L1 P2 P3 L4 L5 P6
5.berpakaian rapih dan sopan hasil 1 hasil 2 95,2 sangat baik 83,3 buruk 95,2 sangat baik 100 sangat baik 85,7 sangat baik 100 sangat baik 81 buruk 100 sangat baik 81 buruk 83,3 buruk 100 sangat baik 100 sangat baik
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
P7 L8 L9 L10 L11 P12 L13 L14 P15 P18 L19 P20 L21 L22 P23 L24 P26 L27 L28 P29 L30 L31 P32 P33 P34 P35
81 90,5 76,2 100 100 100 90,5 100 100 100 100 100 95,2 100 100 85,7 100 95,2 95,2 81 100 95,2 100 90,5 100 85,7
buruk buruk buruk sangat baik sangat baik sangat baik buruk sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik buruk sangat baik sangat baik sangat baik buruk sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik buruk
66,7 100 66,7 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 66,7 100 100 100 83,3 100 66,7
buruk sangat baik buruk sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik buruk sangat baik sangat baik sangat baik buruk sangat baik buruk
Diagram batang perubahan sikap indikator 5 30 25 20 15
proses
10
pasca
5 0 sangat baik
baik
buruk
Dengan rata-rata 94.4 94.3 94.2 94.1 94 93.9 93.8 93.7 93.6 93.5 93.4 proses
pasca
Prosentase dan kategori keseluruhan sikap disiplin peserta didik kelas 1 SD Hikari Desa Karanggan no 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
nama L1 P2 P3 L4 L5 P6 P7 L8 L9 L10 L11 P12 L13 L14 P15 P18 L19 P20 L21 L22 P23 L24 P26
88,8 95,9 96,8 83,3 94,6 95,8 86,1 92 95,2 94,3 100 99 94,6 90,5 97,1 96,2 82,9 97,7 94,5 96,9 96,1 89,5 97,6
hasil keseluruhan sikap kedisiplinan siswa hasil 1 hasil 2 baik 87,9 buruk baik 95,7 sangat baik sangat baik 96,1 sangat baik baik 96,7 sangat baik baik 91,1 buruk sangat baik 95,3 baik baik 88,1 buruk baik 93,6 baik sangat baik 90 buruk baik 96,7 sangat baik sangat baik 96,7 sangat baik sangat baik 96,4 sangat baik baik 92,7 buruk baik 96,7 sangat baik sangat baik 92,3 buruk sangat baik 96,4 sangat baik baik 96,4 sangat baik sangat baik 96,4 sangat baik baik 96,4 sangat baik sangat baik 96,4 sangat baik sangat baik 96,4 sangat baik baik 87,2 buruk sangat baik 96,1 sangat baik
24 25 26 27 28 29 30 31 32
L27 L28 P29 L30 L31 P32 P33 P34 P35
81,8 94,9 95,2 96 92,4 94,9 84,1 91,1 94,6
baik sangat baik sangat baik sangat baik baik sangat baik baik baik baik
93,1 94,5 90 95,6 95,6 96,7 93,4 93,4 86,7
buruk baik buruk sangat baik sangat baik sangat baik buruk buruk buruk
Apa pendapatmu tentang gambar ini?. Maukah kamu mencetaknya? Lalu kamu beri warna Lihat gambar ini dengan gambar yang telah kamu buat Adakah perbedaannya?? .................................................................................................................................................. .................................................................................................................................................. .................................................................................................................................................. .................................................................................................................................................. .................................................................................................................................................. .................................................................................................................................................. .................................................................................................................................................. ..................................................................................................................................................
Ayo kita tebalkan gambarnya lalu diberi warna???
Setelah kamu meberikan warna, jadi lebih indah bukan Selanjutnya, ayo.... kita beri nama dan berikan alasanmu mengapa kamu berikan nama itu? Nama robotku :........................................................ Alasan ku ......................................................................................................................................................... .........................................................................................................................................................
Bagus ya gambarnya. Tahukah kamu siapa kedua tokoh itu??? Ayo... coba diingat Dan Apa pekerjaannya?, pekerjaannya sangat mulia loh Dan yang paling baik mereka berteman sangat baik Ayo.. kita cari tahu
Siapakah nama kedua tokoh itu?.............................................................................................. Apa pekerjaannya ?.................................................................................................................... Pernahkah kamu berfoto bersama temanmu? .................................................................... Siapa saja, sebutkan ya? .......................................................................................................... ......................................................................................................................................................... ........................................................................................................................................................ Ayo...kita cetak, dikertas lain. lalu beri warna
Ayo tebak Siapa nama tokoh diatas? .................................................................................................... Ayo... kita beri warna!!!!
Ayo.... kita cetak gambarnya di kertas lain. Kemudian kamu warnai ulang Samakah dengan gambar diatas? dia itu temannya jalu, tapi sewaktu ibu Novi temukan dijalan dia tidak memiliki nama, maukah memebantu ibu Novi untuk memberikan nama kepada temannya jalu ini?
Namanya adalah? Tahukah kamu, hewan apakah itu?.................................................................................
Ayo kita tebalkan gambarnya lalu diberi warna???. O...ya, gambar ini belum selesai, jadi tugasmu adalah meneruskan gambar gaunnya menjadi lebih indah
LAMPIRAN B 1. Permohonan Surat Bimbingan Skripsi 2. Surat Permohonan Izin Observasi 3. Surat Permohonan Izin Penelitian 4. Foto Kegiatan pasca 10 hari disiplin diterapkan 5. Uji Referensi 6. Jurnal mengenai 21 hari 7. Piagam penghargaan skripsi terbaik
DAFTAR AYAT, TABEL, DIAGRAM DAN GRAFIK Ayat Ayat 1 : surah Al-Imran ayat 145 dan 148 .................................................... 24 Ayat 2 : surah An-Nisa ayat 134 ................................................................... 25 Tabel Tabel 3.1 : Desain penelitian dalam One-Shot Case Study ............................. 39 Tabel 3.2 : Variabel Penelitian ......................................................................... 40 Tabel 3.3 : Pemetaan Indikator Disiplin ke dalam Kisi-kisi ........................... 46
Tabel 4.1 : Anekdotal Record Sebelum diberikan treatment ........................... 57 Tabel 4.2 : Membiasakan diri untuk datang dan masuk kelas Pada waktunya .............................................................................. 59 Tabel 4.3 : Melaksanakan dan Mengumpulkan Tugas-tugas yang Menjadi Tanggung Jawabnya dengan Tepat Waktu ................................... 60 Tabel 4.4 : Membiasakan Diri Untuk Mematuhi Peraturan Kelas ......................61 Tabel 4. 5 : Membiasakan Diri Mematuhi Peraturan Bersama yang Telah Disepakati Bersama ..........................................................................62 Tabel 4.6 : Berpakaian rapih dan Sopan ............................................................63 Tabel 4.7 : Gambaran Perubahan Sikap Disiplin Siswa Ketika Proses dan Pasca ...................................................................65 Diagram Diagram 3.1 : Indikator Disiplin yang disesuaikan dengan Karakteristik Sekolah ........................................................ 43 Grafik Grafik 4.1 : Grafik Berkategorisasi Perubahan Sikap Disiplin Siswa ........... 64 Grafik 4.2 : Grafik Umum Rata-rata Perubahan Sikap ....................................... 66
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A : Instrumen Penelitian Lampiran A.1 :
Instrumen Tes Kedisiplinan Siswa
1. RPP 2. Uji Validitas Instrumen 3. Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen Tes Lampiran A.2 : 1. Angket:
Instrumen Non Tes a. Lembar Checklist Reflektif
b. Catatan Anekdotal Record 2. Profil SDS Hikari
Lampiran B: surat-surat 1. Permohonan Surat Bimbingan Skripsi 2. Surat Permohonan Izin Observasi 3. Surat Permohonan Izin Penelitian 4. Foto Kegiatan pasca 10 hari disiplin diterapkan 5. Uji Referensi 6. Jurnal mengenai 21 hari 7. Piagam penghargaan skripsi terbaik
PAPAN STAR
PIN STAR
View more...
Comments